Anda di halaman 1dari 7

KONSEP MANAJEMEN PENDIDIKAN

TINGKAT MENENGAH

OLEH KELOMPOK 5:
MEGA T. LUMBAN TOBING (1902090271)
DEVI ARLAYTA (1902090270)
WAHYU AMADI (1902090269)
AFRIDA SAMOSIR (1902090268)

DOSEN PEMBIMBING : SUVRIADI PANGGABEAN, M. PD.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PGSD
A. KONSEP DAN PENERAPAN PROGRAM MUTU SEKOLAH MENENGAH
Menurut Asmoni (2009) dalam MPMBS dan penerapannya, ada 3 faktor yang menurut
depdiknas (2001: 1-2) yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan, yaitu :

1. Program pembangunan pendidikan nasional menggunakan pendekatan education function


atau input out put analisis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Educataional production
function terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses
pendidikan. Sehingga mengakibatkan beberapa banyak input pendidikan yang tidak
termanfaatkan.
2. Penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan dan diatur birokratis – sentralistik. Hal ini
mengakibatkan sekolah kehilangan kemandirian, motivasi, dan inisiatif untuk mengembangkan
dan memajukan lembaganya termasuk perbaikan mutu pendidikan yang merupakan salah satu
tujuan pendidikan nasional.
3. Peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan
selama ini sangat minim. Hal ini mengakibatkan timbulnya persepsi bahwa penyelenggaraan
pendidikan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah sehingga tidak mengherankan
apabila partisipasi masyarakat selama ini pada umumnya lebih bersifat kewajiban untyk
mendukung input tertentu (dana), bukan proses pendidikan ( pengambilan keputusan,
monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas).

Menerjemahkan fungsi pendidikan sebagaiman tercantum dalam UU sisdiknas 2003,


maka langkah awal yang dilakukan pemerintah adalah menetapkan standar nasional pencapain
pendidikan. Dengan standar tersebut akan di ketahui hal hal yang harus dicapai oleh layanan
pendidikan. Dalam pencapai layanan pendidikan yang prima maka harus menetapkan tujua
strategis yang merupakan upaya sekolah untuk menata berbagai prioritas yang harus di kerjakan
oleh sekolah dalam mencapai visi yang telah di canangkan. Menentukan prioritas sangat
pentinglah dilakukan apabila terjadi kesalahan dalam penentuan prioritas akan menyulitkan
sekolah dalam melaksanakan target target berikutnya. Dengan adanya target dan program kerja
dan jadwal kegiatan setiap unit serta anggaran maka akan terlaksananya program yang telah di
buat. Hal hal yang mempengaruhi berjalan atau tidak nya suatu program di madrasah antara
lain :

1. Kepemimpinan sekolah atau madrasah


2. Budaya sekolah atau madrasah

Untuk mendukung tercapainya standar nasional pendidikan di bentuk sebuah badan yang
disebut badan standar nasional pendidikan (BSNP), yaitu sebuah badan mandiri dan independen
yang bertugas mengembangkan, mengatur pelaksanaan, dan mengevaluasi standar nasional
pendidikan.
Dalam menjalankan tugasnya, BNSP mempunyai kewenangan untuk :

1. Mengembangkan standar nasional pendidikan


2. Menyelenggarakan ujian nasional
3. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah dan pemerintah daerah dalam penjaminan dan
pengandalian mutu pendidikan
4. Merumuskan kriteria lulusan dari satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah

Evaluasi kinerja pendidikan yang dilakukan oleh satuan pendidikan, meliputi sekurang
kurangnya: tingkat kehadiran peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, pelaksanaan
kurikulum tingkat satuan pendidika, dan kegiatan ektrakulikuler, hasil belajar peserta didik, dan
realisasi anggaran. Evaluasi kinerja pendidikan dilakukan oleh mentri terhadap pengelolaan,
satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Sasaran dalam pencapaian tujuan mutu pendidikan
dapat dilakukan melalui dua cara :

1. Akreditasi
Pengertian akrediatasi berdasarkan UU RI No. 20/2003 pasal 60 ayat 1 dan 3 adalah
kegiatan yang dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur
pendidikan formal dan non formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan bedasarkan kriteria
yang bersifat terbuka. Dalam operasional, akreditasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
pendidikan yang dilakukan oleh suatu badan yang disebut badan akreditasi nasional. Untuk
mengakreditasi atau menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan. Akreditasi
dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban secara objektif, adil, dan transparan dan
komprehensif oleh satuan pendikan kepada publik.

2. Sertifikasi
Sertifikasi berasal dari bahasa inggris certificate yang artinya suatu peryataan tentang
kualifikasi seseorang atau barang. Dalam kaitan ini, sertifikat pendidikan dasar adalah suatu
pernyataan yang menunjukkan seseorang benar – benar memiliki kualifikasi pendidik, atau
dalam pengertian penulis kualifikasi guru professional. Dikaitkan dengan ketentuan pasal 8 UU
No. 14 tahun 2005 tentang karakteristik guru professional. [1]

B. TANTANGAN MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGKAT SEKOLAH MENENGAH


Mutu pendidikan, mutu lululusan, kesiapan lulusan dalam lapangan pekerjaan, kepuasan
pengguna lulusan masih jauh dari harapan masyarakat. Hal ini didasarkan pada beberapa hasil
survei yang dilakukan oleh lembaga internasional menunjuukan bahwa prestasi siswa Indonesia
pada posisi yang kurang bergengsi. Hasil survei TIMSS 2003 (Trends in International
Mathematics and Sciencies Study) di bawah payung International Association for Evaluation of
Educational Achievement (IEA), misalnya, menunjukkan bahwa Indonesia ada pada posisi ke-34
untuk bidang matematika dan pada posisi ke-36 untuk bidang sains, dari 45 negara yang
disurvei.Laporan dari UNDP tentang Indeks Pembangunan Manusia tahun 2006 juga masih
menempatkan Indonesia pada ranking ke-108 dari 177 negara, hal ini jauh di bawah negara-
negara tetangga, seperti Singapura (ranking 25), Brunei Darussalam (ranking 34), dan Malaysia
(ranking 61). Dalam praktik, di Jawa Timur, dalam seleksi penerimaan Calon Pegawai Negeri
(Capaeg), dilaporkan bahwa banyak formasi yang tidak terisi karena tidak satu pun calon yang
mengikuti ujian tersebut memenuhi nilai standar (passing grade) yang ditetapkan Selama ini
ekspansi sekolah tidak menghasilkan lulusan dengan pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan
untuk membangun masyarakat yang kokoh dan ekonomi yang kompetitif di masa depan. Bukti
ini ditunjukkan dengan rendahnya kemampuan murid tingkat 8 (SMP kelas 2) dibandingkan
dengan negara tetangga Asia pada ujian-ujian internasional di tahun 2001. Telihat cukup jelas
bahwa ekspansi partisipasi sekolah di Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan kualitas.
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang berlangsung selama ini dinilai sebagian
kalangan sebagai overloaded dan para siswa dibawa untuk "tahu sedikit tentang hal yang
banyak". Secara sentralistis, muatan pelajaran dan jam pelajaran ditentukan seragam untuk
seluruh wilayah. Kurikulum pendidikan dasar dan menengah selama ini masih sering berubah-
ubah sehingga dalam pelaksanaan seringkali terjadi keraguan, kegundahan, dan kegalauan baik
bagi siswa, orang tua siswa, dan guru serta pengelola satuan pendidikan. Perubahan kurikulum
yang terlalu cepat dapat menimbulkan kegoncangan pada pelaksanaan pendidikan. Struktur dan
muatan kurikulum yang ada juga belum sepenuhnya mencerminkan asas keterpaduan dan
keterpadanan, begitu pula peninjauan dan pengembangan kurikulum masih terkesan dipaksakan
dan tidak didasarkan pada paradigma yang jelas.

C. PERMASALAHAN MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGKAT SEKOLAH


MENENGAH
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan
dasar dan menengah (Dikdasmen). Permasalahan tersebut bukan hanya pada peserta didik, tetapi
juga pada tenaga kependidikan, sarana-dan prasarana, kurikulum, dan faktor pendukung
pendidikan lainnya. Berpijak pada fakta tentang rendahnya mutu pendidikan. Departemen
pendidikan melakukan usaha peningkatan mutu pendidikan tingkat dasar dan menengah melalui
langkah-langkah yang prospektif. Peningkatan kualitas pendidikan tersebut merupakan suatu
proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.
Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah
bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut
melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui
pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan,
pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan
lainnya. Hal ini dilakukan untuk mencapai standar nasional pendidikan sebagaimana telah
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan, yaitu Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam Pasal 2 tersebut diatur bahwa ruang lingkup standar
nasional pendidikan terdiri dari 8 ruang lingkup, yakni:

1. Standar isi
2. Standar proses
3. Standar kompentensi lulusan
4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan
5. Standar sarana dan parasarana
6. Standar pengelolaan
7. Standar pembiayaan
8. Standar penilaian

Semua langkah tersebut ditujukan pada upaya penciptaan pendidikan dasar dan
menengah yang bermutu yang dapat menuju pada aktualisiasi hakikat pendidikan. Baedhowi,
mengemukakan bahwa pendidikan bermutu akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila
didukung komitmen yang tinggi dan perencanaan yang baik, dilaksanakan secara transparan dan
akuntabel.

D. PRINSIP MODEL SEKOLAH MUTU TOTAL


Ross (1995) mengatakan bahwa integrasi semua fungsi dan proses dalam organisasi
untuk mencapai peningkatan kualitas barang dan jasa yang dihasilkan secara berkelanjutan.
Menurut Ishikawa dalam Pawitra (1993), perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke
dalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas,
pengertian, dan kepuasan pelanggan.
Peningkatan kualitas menyeluruh (total) pada suatu organisasi untuk memuaskan
pelanggan mengintegrasikan semua fungsi dan proses meningkatkan proses secara berkelanjutan
perubahan. Prinsip model sekolah mutu total diantaranya :

1. Kepuasan pelanggan
2. Respek terhadap setiap orang
3. Manajemen berdasarkan fakta
4. Perbaikan berkesinambungan

Salah satu upaya untuk itu adalah dengan mengembangankan penjaminan mutu (quality
assurance ) di institusi pendidikan itu sendiri. strategi pengumpulan data yang akan
dipergunakan dalam sistem penjaminan dan peningkatan mutu diupayakan untuk mengurangi
kompleksitas, biaya, dan sumber daya. Saat ini banyak data tentang pendidikan yang telah
dikumpulkan.
Hal yang mendorong perlunya pengembangan sistem penjaminan dan peningkatan mutu adalah
untuk:

1. Meningkatkan strategi pengumpulan data sehingga data yang terkumpulkan menjadi relevan,
valid, dan andal.
2. Menjamin bahwa data dipergunakan lebih efektif untuk tujuan perencanaan, pengambilan
keputusan dalam perencanaan dan alokasi sumber daya guna peningkatan mutu pendidikan.

Masing-masing metode pengumpulan data dan sumber data yang dikumpulkan dalam
sistem ini memiliki potensi untuk memberikan informasi penjaminan mutu yang berharga
tentang kinerja lembaga pendidikan dan tenaga kependidikan jika dibandingkan dengan beberapa
atau semua standar dari delapan SNP. Metode pengumpulan data yang berbeda-beda dapat
menjadi lebih tepat dipergunakan untuk pengumpulan data mengenai SNP yang berbeda
dibandingkan dengan metode penilaian lainnya. Sebagian metode pegumpulan data dipandang
tidak terlalu cocok untuk mengumpulkan data pendidikan untuk beberapa SNP.
Misalnya, Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dimana merupakan proses penjamina dan
peningkatan mutu yang didorong dari dalam sekolah, sekolah tertentu akan mengumpulkan data
mengenai bagian SNP tersebut yang secara khusus terkait dengan dampak yang diberikan oleh
sekolah dalam meningkatkan hasil pendidikan bagi peserta didik dan hal-hal yang terkait erat
dengan peningkatan mutu di sekolah. Informasi tambahan mengenai pencapaian sekolah
dibandingkan dengan delapan SNP akan dikumpulkan dari sekolah melalui strategi pengumpulan
data sekolah lainnya seperti Program Monitoring Sekolah, Guru dan Kepala Sekolah (Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota) dan pengumpulan data oleh Pusat Data dan Informasi (Padati-
Balitbang Diknas). Target sekolah kajian dipilih dan ditetapkan atas dasar kinerja sekolah hasil
evaluasi diri dan monitoring oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
KESIMPULAN

Dalam UU sisdiknas 2003, maka langkah awal yang dilakukan pemerintah adalah
menetapkan standar nasional pencapain pendidikan. Dengan standar tersebut akan di ketahui hal
hal yang harus dicapai oleh layanan pendidikan. Dalam pencapai layanan pendidikan yang prima
maka harus menetapkan tujua strategis yang merupakan upay sekolah untuk menata berbagai
prioritas yang harus di kerjakan oleh sekolah dalam mencapai visi yang telah di canangkan.
Menentukan prioritas sangat pentinglah dilakukan apabila terjadi kesalahan dalam penentuan
prioritas akan menyulitkan sekolah dalam melaksanakan target target berikutnya. Dengan adanya
target dan program kerja dan jadwal kegiatan setiap unit serta anggaran maka akan terlaksananya
program yang telah di buat. Hal hal yang mempengaruhi berjalan atau tidak nya suatu program
di madrasah antara lain :

1. Kepemimpinan sekolah atau madrasah


2. Budaya sekolah atau madrasah

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam
Pasal 2 tersebut diatur bahwa ruang lingkup standar nasional pendidikan terdiri dari 8 ruang
lingkup, yakni:

1. Standar isi
2. Standar proses
3. Standar kompentensi lulusan
4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan
5. Standar sarana dan parasarana
6. Standar pengelolaan
7. Standar pembiayaan
8. Standar penilaian

Anda mungkin juga menyukai