MOHAMAD SYAFEI
Mohammad Syafei adalah tokoh pendidikan Nasional yang berasal dari Sumatra
Barat,perjuangan beliau juga dititik beratkan pada bidang pendidikan. Pendidikan yang
ditempuhnya adalah sekolah raja di Bukit tinggi,kemudian belajar melukis diBatavia tahun 1914
dan mengajar disekolah Kartini.Tahun 1922 ia menuntuk ilmu di Negeri Belanda.Tahun 1925 ia
kembali ke tanah air dan bertekad ingin mendirikan sebuah sekolah. Karyanya yang fundamental
adalah mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Indonesische Nederland School (INS) di
Kayu tanam,Sumatra Barat pada tanggal 31 oktober 1926.Saat Indonesia merdeka ia diangkat
menjadi ketua Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan dan mendirikan ruang pendidikan dan
kebudayaan di
B. KI HADJAR DEWANTARA
Locke menjelaskan bahwa pengalaman ada dua yaitu eksternal dan internal.
1. Pengalaman eksternal, yang disebut sensasi, member kit aide-ide yang seharusnya obyek
eksternal , sperti warna, suara, ekstensi, gerak . dll Locke mengatakan “ seharusnya objek “
karena keberadaan mereka belum terbukti ( 43 Dalam teori pengetahuan terbatas pada
pengalaman konten mental, seperti Locke adalah sangat tidak mungkin untuk membuktikan
keberadaan actual seharusnya ini objek )
2. Pengalaman internal, yang disebut refleksi, membuat kita memahami pengoperasian sangat
pada objek sensasi, seperti tahu, ragu, percaya dsb.
Bagi Locke , sensasi dan refleksi diklasifikasikan sebagai sederhana dan kompleks,
menurut nya dapat diminimalkan unsure, seperti warna putih , kegendutan atau dikembalikan
pada elemen lebih sederhana. Dengan demikian gagasan mengenai sebuah apel itu kompleks
karena merupakan kombinasi dari ide-ide sederhana warna, bulat, rasa dan sebagainya. Semangat
regards pasif sebagai ide sederhana , tidak ada yang bias memiliki ide suara, misalnya, jika tidak
dilengkapi kepadanya. Sebaliknya , semangat aktif tentang ide – ide kompleks karena dapat
mengurangi mereka untuk unsure-unsur yang sederhana dan dapat membuat ide-ide kompleks
baru dari elemen-elemen ini Locke membedakan 3 kelas ide kompleks :
1. Ide substansi , mewakili konstan atau stabil kumpulan ide-ide sederhana yang berkaitan
dengan substratum misterius yang merupakan pusat mempersatukan mereka
2. Ide – ide mode , yang menghasilkan dari kombinasi oleh intelek dari beberapa ide-ide,
sedemikian rupa untuk membentuk suatu hal yang tidak pada dirinya sendiri, tetapi sebuah
property atau modus hal yang ada – sebagai contoh , sebuah segitiga, rasa, syukur.
3. Ide hubungan , yang timbul dari perbandingan antara satu ide dengan yang lain, seperti
hubungan temporal dan spasial, atau hubungan sebab.
H. PLATO
(a) Tugas individu mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi. Pendidikan
harus diselenggarakan untuk dan oleh Negara. Jenis pedagogiknya adalah pedagogik Negara
yang diarahkan kepada Negara yang susila;
(b) Plato membedakan tiga fungsi pada manusia: pikiran, keinginan, dan kemauan. Di mana
ketiga fungsi itu disejajarkan dengan tiga golongan dalam masyarakat, yaitu :
3. golongan yang mengutamakan kemaunan yang membawa mereka pada keberanian yaitu
golongan militer. Melalui pendidikan, Plato bermaksud mendapatkan (a) orang-orang yang baik,
(b) orang-orang yang baik itu untuk menduduki tempatnya (the right men in the right place)
dalam golongannya masing-masin Menurut Plato, dalam pendidikan bisa membuka pengertian
kebijakan. Pengertian yang baik membawa akibat perbuatan yang baik pula. Perbuatan yang
tidak baik adalah akibat dari pengertian yang salah.
A. Teori Nilai Pengetahuan dan keterampilan perlu diajarkan kepada siswa agar menghasilkan
orang yang berbudaya, sehingga menjadi proses belajar yang bermanfaat. Selain itu, pengertian
yang mendalam harus ditanamkan melalui pendidikan dengan tujuan untuk kekuatan dan
keindahan ide-ide yang kemudian digabungkan dengan struktur untuk hasil ide-ide bersama.
B. Teori Pengetahuan Pengetahuan adalah konstruksi sosial yang merangsang kegiatan berpikir
dan bukanlah suatu inert ideas, yaitu hanya ide-ide yang diterima ke dalam pikiran tanpa
dimanfaatkan, atau diuji, atau dimasukkan bersama kombinasi segar. Pengetahuan dan ide-ide
yang diperoleh perlu dimanfaatkan untuk menyesuaikan pemikiran yang secara sadar atau tidak
akan membentuk hidup.
D. Teori Pembelajaran Tidak ada sistem pendidikan kecuali pertanyaan yang diajukan secara
langsung oleh seorang murid. Penilai dari luar tidak diizinkan untuk memberikan pertanyaan
kepada murid yang belum diawasi secara ketat oleh guru atau melalui diskusi. Mengenai
kurikulum, hanya ada satu mata pelajaran dalam pendidikan.
F. Teori Kesempatan Bagi Whitehead pemanfaatan pengetahuan dan pendidikan penting tetapi
lebih menekankan kepada lelaki. Sedangkan perempuan hanya berada di peran sekunder.
G. Teori Kesepakatan Kewajiban berasal dari potensi atas kontrol jalannya peristiwa. Selain itu,
pengetahuan dianggap dapat mengubah masalah, dan ketidaktahuan adalah bagian dari
kesalahan. Dia akan mencari kebenaran orang yang seharusnya setuju pada prinsip pendidikan
dan cara terbaik untuk mencapai hasil yang sama.
J. IBNU SINA
Menurut Ibnu Sina, jiwa manusia yang disebut al-nafs al-nathiqat mempunyai dua daya,
yaitu:
1) Daya praktis (al-‘amilah), ini hubungannya dengan jasad. Daya praktis ini disebut juga al-aql
al-‘amali (akal atau intelegensia praktis), yaitu daya jiwa insani yang memiliki kekuasaan atas
badan manusia, dengan jiwa inilah manusia mampu melaksanakan perbuatan-perbuatan yang
mengandung pertimbangan dan pemikiran yang membedakan dirinya dengan binatang.
2) Daya teoritis (al-‘alimah), ini hubungannya dengan hal-hal yang abstrak. Daya teoritis ini
disebut juga al-aql al-nazhari (akal intelegensia teoritis), yaitu daya jiwa yang berfungsi untuk
menemukan konsep umum yang ditimbulkan dari materi. Perkembangan intelegensia di sini
dipengaruhi oleh adanya proses interaksi dengan lingkungannya baik melalui proses belajar
mengajar atau pengalaman-pengalaman.
Untuk meningkatkan kualitas jiwa dan akal manusia, menurut Ibnu Sina, diperlukan
latihan-latihan berupa penelitian dan pendidikan, karena sifat seseorang bergantung pada jiwa
yang berpengaruh pada dirinya. Jika jiwa manusia telah mempunyai kesempurnaan sebelum
berpisah dengan badan, maka ia akan memperoleh kesenangan abadi di akhirat. Sebaliknya, jika
ia berpisah dengan badan dalam keadaan tidak sempurna akibat terengaruh hawa nafsu, maka ia
akan sengsara di akhirat. Pandangan seperti ini membawa implikasi kepada konsepnya Ibnu
Sina tentang pendidikan yang mengutamakan pendidikan jiwa.
Pandangan Ibnu Sina tentang pendidikan dapat dilihat melalui gagasannya yang apik
tentang tujuan, kurikulum, metode dan konsep guru. Pada dasarnya pandangan Ibnu Sina
tersebut masih sangat aktual dan relevan dengan perkembangan pendidikan modern sekarang ini.
Relevansinya terletak pada upaya mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di masyarakat
secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan yang sesuai dengan bakat, kesiapan,
keenderungan dan potensi yang dimilikinya, tanpa mengabaikan unsur akhlak al-karimah sebagai
ciri-ciri dasarnya anak didik.