Segala puji kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dengan memanjatkan syukur kehadirat-
Nya karena hanya perkenan-Nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan segala bentuk kesederhaannya.
Dalam proses penulisan makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan
hambatan. Hal ini di sebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan literatur yang penulis
miliki. Namun demikian berkat adanya bantuan serta sumbangan tenaga dan pikiran dari
berbagai pihak maka makalah ini dapat terwujud. Perlu diketahui bahwa makalah ini berjudul
“Aliran Empirisme” yang penulis buat untuk memenuhi tugas dari Pak Dodi Hartanto, M.Pd.
untuk mata kuliah Introduction to Education pada semester 2.
Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu
penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya bila terdapat kesalahan penulisan. Semoga
amal kebajikan yang telah di berikan kepada penulis dapat bernilai ibadah di sisi-Nya dan
mendapat pahala yang berlipat ganda. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada pembaca, khususnya kepada penulis sendiri.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
I. PENDAHULUAN 3
A. LATAR BELAKANG 3
B. RUMUSAN MASALAH 3
C. TUJUAN 3
II. PEMBAHASAN 4
A. PENGERTIAN ALIRAN EMPIRISME 4
B. TOKOH PERINTIS ALIRAN EMPIRISME 8
C. POKOK-POKOK ALIRAN EMPIRISME 12
DUNIA PENDIDIKAN 13
III. PENUTUP 15
A. KESIMPULAN 15
B. SARAN 15
DAFTAR PUSTAKA 16
2
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai pada zaman Yunani Kuno, dan
dengan kontribusi berbagai bagian dunia lainnya, akhirnya berkembang pesat di Eropa dan
Amerika Serikat. Oleh karena itu, baik aliran-aliran klasik maupun gerakan-gerakan baru
dalam pendidikan pada umumnya berasal dari kedua kawasan itu. Pemikiran-pemikiran itu
tersebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Salah satu dari berbagai aliran klasik pendidikan yakni Aliran Empirisme. Aliran ini
mengatakan bahwa perkembangan anak tergantung pada lingkungan, sedangkan pembawaan
anak yang dibawa semenjak lahir tidak dianggap penting. Aliran ini dikemukakan oleh
beberapa pakar filsafat diantaranya John Locke.
Dalam perkembangannya, aliran ini dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan
peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Walaupun begitu, pokok-pokok dari
Aliran Empirisme ini dapat dikembangkan sehingga dapat diterapkan dalam dunia pendidikan
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Aliran Empirisme ?
2. Siapa tokoh perintis Aliran Empirisme ?
3. Apa saja pokok-pokok dari Aliran Empirisme ?
4. Bagaimana penerapan Aliran Empirisme dalam dunia pendidikan ?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Menjelaskan pengertian Aliran Empirisme berserta tokoh-tokoh perintisnya.
2. Menjelaskan pokok-pokok dari Aliran Empirisme
3. Menjelaskan penerapan pokok-pokok Aliran Empirisme dalam dunia pendidikan
3
II. PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ALIRAN EMPIRISME
1. Aliran Empirisme
Aliran Empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal
dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung
kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh
anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-
stimulan. Stimulan ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam
bentuk program pendidikan.
Menurut salah satu tokoh perintis aliran ini, John Locke (1704-1932) yang
mengemukakan teori “Tabula Rasa”, yakni anak lahir di dinia bagaikan kertas putih yang
bersih. Pengalaman empirik yang diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam
menentukan perkembangan anak. Menurut pandangan empirisme (biasa pula disebut
environmentalisme), pendidik memiliki peranan yang sangat penting sebab pendidik dapat
menyediakan lingkungan pendidikan kepada anak dan akan diterima oleh anak sebagai
pengalaman-pengalaman yang tentunya sesuai dengan tujuan pendidikan.
4
2. Pandangan Psikologi Behavioristik
Objek penelitian dihadapkan kepada situasi baru yang belum dikenal dan membiarkan
objek melakukan berbagai pola aktivitas untuk merespon situasi itu. Dalam hal itu objek
mencoba berbagai cara bereaksi sehingga menemukan keberhasilan dalam membuat koneksi
sesuatu reaksi dengan stimulannya. Ciri-ciri belajar dengan “trial-and-error” yaitu:
5
b. “Law of exercise” : Makin banyak dipraktekkan atau digunakannya hubungan
stimulus respon, makin kuat hubungan itu. Praktek perlu disertai dengan “reward”
c. “Law of effect” : Bilamana terjadi hubungan antara stimulus dan respon, dan dibarengi
dengan “state of affairs” yang memuaskan, maka hubungan itu menjadi lebih kuat.
Bilamana hubungan dibarengi “state of affairs” yang mengganggu, maka kekuatan
hubungan menjadi berkurang.
Skinner menganggap reward” atau “reinforcement” sebagai faktor terpenting dalam proses
belajar. Skinner berpendapat, bahwa tujuan psikologi adalah meramal dan mengontrol tingkah
laku.
Jenis-jenis stimulus :
Penjadwalan reinforcement:
Jadwal reinforcement menguraikan tentang kapan dan bagaimana suatu respon diperbuat.
Ada empat cara penjadwalan reinforcement:
1) “Fixed ratio schedule”; yang didasarkan pada penyajian bahan pelajaran, yang mana
pemberi reinforcement baru memberikan penguatan respon setelah terjadi jumlah
tertentu dari respon.
2) “Variable ratio schedule”; yang didasarkan atas penyajian bahan pelajaran dengan
penguat setelah sejumlah rata-rata respon.
7
3) “Fixed interval schedule”; yang atas satuan waktu tetap di antara “reinforcements”.
4) “Variable interval schedule”; pemberian reinforcement menurut respon betul yang
pertama setelah terjadi kesalahan-kesalahan respon.
a) Riwayat hidup
Sarjana Inggris ini dilahirkan dalamt ahun 1632, anak seorang ahli
hukum.Kesehatannya tidak baik. Ia belajar kedokteran di Universitas Oxford. Di samping itu
ia mempelajari ilmu alam dan filsafat. Sebagai dokter ia menjadi dokter pribadi Lord
Shaftesbury dan menjadi pengasuh anaknya yang sakitan. Bersama dengan Shaftesbury ia
mengadakan beberapa kali perjalanan keluar Inggris. Karena persengketaan politik ia
mengikuti Shaftesbury mengungsi ke Negeri Belanda. Akhirnya dalam situasi kemenangan
politik ia kembali ke Inggris bersama dengan raja Willem III. Padanya diserahi jabatan tinggi,
tetapi karena buruknya kesehatannya, ia akhirnya mengundurkandiri dan meninggalkan
London. Ia hidup dalam satu pasanggrahan, yang dipinjamkan kepadanya oleh seorang teman.
Ia berdiam di situ sampai meninggalnya dalam tahun 1704.
b) Karyanya
Sesuai dengan zamannya ia adalah seorang rasionalis. Pelajarannya dalam ilmu alam
membawanya ke dalam pengaruh Bakovon Verulam. Aliran rasionalisme dalam ilmu alam
tidak mau menerima pengetahuan, yang ditetapkan terlebih dulu tanpa melalui penginderaan.
Jalan pemikiran deduktif dipandang sebagai kekangan pikiran manusia. Jalan itu ditinggalkan
dan diganti dengan jalan pemikiran dan penyelidikan secara induktif; tidak ada pengetahuan
tanpa melalui penginderaan dan pengalaman. Rasio atau piker adalah hakim dan pemimpin
tertinggi yang bekerja bebas.
J. Locke menerapkan pendapat dari ilmu alam ini ke dalam ilmu kerohanian. Ia
menulis dalam tahun 1690: Essay concerning human understanding = Penyelidikan tentang
pikir manusia. Buku ini berisi falsafahnya atau pandangan hidupnya. Dalam buku itu ia
8
berkata; “Tak ada sesuatu dalam jiwa, yang sebelumnya tak ada dalam indra”. Dengan kata
lain: Tak ada sesuatu dalam jiwa, tanpa melalui indra.
Tak ada pengertian dalam pikiran yang masuk tanpa melalui penginderaan. Locke mengenal
pengetahuan yang dibentuk oleh gagasan (ide), berasal dari “sensation”, yaitu penginderaan
dunia luar. Ia mengenal juga pengetahuan yang dibentuk oleh gagasan, berasal dari
“Reflexion”, yaitu pengalaman dari dalam jiwa karena pengolahan ‘sensation”. Kesimpulan
lebih lanjut: jiwa adalah kosong yang menunggu isinya berupa pengalaman, bagaikan kertas
putih atau tabula rasa, (meja berlapis lilin) yang menungguisinya berupa tulisan dan
perkembangan jiwa tak ada batasnya (optimisme). Jadi tak ada sesuatu dalam jiwa yang
dibawa sejak lahir. Timbul ejekan: ilmu jiwa tanpa jiwa, karena adanya jiwa tidak dapat
diajarkan secara deduktif, melainkan harus dibuktikan secara induktif. Dasar pemikiran
sebagai hasil penyelidikannya tersebut adalah pandangan hidupnya, yang ia terapkan secara
konsekuen dalam berbagai bidang kehidupan.
Ia tidak bisa mengakui adanya Tuhan berdasarkan pemberitahuan yang harus dipercaya
manusia. Adanya Tuhan wajibdi capai dengan jalan rasio, pemikiran yang logis, melalui alam
yang nyata (aliran intelektualisme).
Ia tidak bisa menerima norma etika melalui Alkitab karena dengan jalan itu norma
diberikan secara deduktif. Secara perintah. itu tidak sesuai dengan jalan pikiran manusia.
Terutama bagi anak, Alkitab adalah diatas kemampuan tangkap pikiran luhur dan hina wajib
nyata dalam kegunaan (utilitarisme, pragmatisme). Karena itu, luhur (baik) adalah segala
sesuatu yang nyata menambahkan kebahagiaan hidup. Hina (buruk) adalah sesuatu yang nyata
yang menimbulkan kesedihan. Jelas J. Locke mengutamakan keduniawian (materialisme)
dalam bidang kesusilaan.
Manusia bukannya makhluk terkekang, melainkan bebas, merdeka, sederajat satu sama
lain. Timbulnya negara karena perjanjian bersama, bukan secara deduktif ditentukan oleh
Tuhan.
Jenis pendidikannya yaitu pendidikan yang harmonis antara rohani dan jasmani. Ini
ternyata dari kalimat permulaan dalam bukunya berupa ucapan Juvenalis: Menssana in
corporesano ( jiwa sehat berada dalam jasmani sehat).
Pada waktu itu pendidikan mengutamakan manusia yang pandai mengabdi dengan
perbuatan semu untuk meyenangkan atasan dan orang lain. Motif perbuatan manusia
berwatak adalah harga diri. Norma kesusilaan tidak boleh ditanamkan berdasarkan agama,
melainkan berdasarkan pemikiran (rasio). Berpegangan pada pemikiran sehat orang
memperoleh watak dan keberanian yang baik. Watak dihargai lebih tinggi daripada
pengetahuan. Pendidikan formil lebih diutamakan daripada pendidikan material. Oleh karena
itu pendidikan dalam keluarga oleh orang tua dan pengasuh di rumah (gouverneur) lebih
diutamakan daripada pendidikan di sekolah.
Pandangan Locke dalam falsafah dan pendidikan mempunyai pengaruh pada masa
selanjutnya, bahkan masih membeks sampai sekarang.Falsafahnya tentang jiwa sebagai tabula
rasa menimbulkan optimisme dalam pendidikan, karena pendidikan menjadi faktor yang
sangat penting.Hasil pendidikan hanya bergantung pada faktor luar, pendidik dan situasi
lingkungan.
Kritik terhadap pandangan maupun teori Locke terutama dating dari kalangan agama,
karena Locke menentang pengajaran buku injil, tidak menyetujui dogma.Utilitarisme adalah
11
materialistis, hanya mementingkan kehidupan di dunia fana ini. Teori empiris tidak sesuai
dengan kenyataan bahwa anak mempunyai pembawaan dan bakat. Pendidikan anak oleh
keluarga sekarang dipandang meremehkan pendidikan dan pengaruh ibu terhadap anak
kandungnya.
Berdasarkan pembahasan pada point A dan B, berikut ini merupakan pokok-pokok aliran
empirisme :
a. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk dengan
menggabungkan apa yang dialami.
b. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau
rasio.
c. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
d. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak langsung
dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika).
e. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa
acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi
mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
f. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-
satunya sumber pengetahuan.
12
4) Kelemahan ini berasal dari indera dan obyek sekaligus. Dalam hal ini indera (di sisi
meta) tidak mampu melihat seekor kerbau secara keseluruhan dan kerbau juga tidak
dapat memperlihatkan badannya secara keseluruhan.
Berikut ini merupakan peneran aliran empirisme dalam dunia pendidikan ditinjau dari
komoponen-komponen pendidikan.
1. Tujuan pembelajaran
Langkah pertama proses belajar mengajar ialah tujuan. Tujuan pembelajaran adalah
sesuatu yang ingin dicapai siswa setelah menyelesaikan suatu konsep pembelajaran umum
telah ditulis dalam garis –garis besar program pengajaran. Komponen tujuan pembelajaran
adalah suatu tahap kegiatan belajar mengajar yang turut memecahkan problem pengajaran.
2. Murid
3. Guru
Guru adalah orang yang menggerakkan suatu proses belajar . Tanpa profesionalisme
proses belajar mengajar tidak akan mencapai hasil yang baik. Keberadaan guru yang
professional mutlak menjaji proses pengembangan system pembelajaran.
4. Konsep pembelajaran
Konsep pembelajaran mengandung berbagai materi pembelajaran yang harus dikaji warga
belajar.Dengan menguasai sejumlah konsep pembelajaran berarti siswa memiliki modal
untuk mencapai rumusan tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran harus dikembangkan
13
jadi bahan pembelajaran yang memungkinkan warga belajar macam-macam materi
pembelajaran yakni fakta,konsep,prosedur,dan prinsip. Dengan adanya pengembangan
bahan pembelajaran yang teruji yang memungkinkan proses belajar mengajar dapat
dilaksanakan dengan baik.
5. Pendekatan
Pendekatan berupa suatu pendapat tentang pengajaran bahasa yang didasari falsafah
tentang bahasa dan pengajaran bahasa,seperti pendekatan komunikatif dan pendekatan
alamiah.Teknik pembelajaran digunakan untuk mengurutkan setiap langkah
kegiatan.Teknik yang dapat digunakan seperti pemberian,penjelesan,diskusi.Pendekatan
dan metode maupun teknik merupakan sub system yang digunakan dalam pembelajaran.
14
III. PENUTUP
A. KESIMPULAN
2. Tokoh utama aliran ini adalah John Locke seorang filsuf dari Inggris. Teori aliran ini
mengatakan bahwa anak yang lahir ke dunia dapat diumpamakan seperti kertas putih
yang kosong dan yang belum ditulisi, atau lebih dikenal dengan istilah “Tabularsa” (a
blank sheet of paper). Menurut aliran ini anak-anak yang lahir ke dunia tidak
mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa seperti kertas putih yang polos. Oleh
karena itu anak-anak dapat dibentuk sesuai dengan keinginan orang dewasa yang
memberikan warna pendidikannya.
3. Ajaran-ajaran pokok Aliran Empirisme diantaranya adalah mengakui bahwa
pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.
4. Penerapan Aliran Pendidikan dalam dunia pendidikan diantaranya Guru sebagai
orang yang menggerakkan suatu proses belajar. Tanpa profesionalisme proses
belajar mengajar tidak akan mencapai hasil yang baik.
B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepanya penulis akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang masalah diatas dengan seumber-
sumber yang bisa pertanggungjawabkan. Apabila ada kritik dan saran silahkan
sampaikan kepada penulis.
15
DAFTAR PUSTAKA
16