Anda di halaman 1dari 28

PENDIDIKAN DI INDONESIA PRA

KEMERDEKAAN
Kelompok 9
Nama Anggota Kelompok

 Hilman Hanif Probo Purnomo 180210101131


 Eka Nia Prastiwi 180210101132
 Muhammad Abdullah Faiq 180210101137
 Gusti Sarifudin Mi’roj 180210101155
Pendidikan Indonesia Pra Kemerdekaan

Pendidikan dalam rangka


perjuangan kemerdekaan

Pendidikan yang
berlandaskan kepentingan
penjajahan

Pendidikan yang
berlandaskan ajaran
keagamaan
Pendidikan yang Berlandaskan Ajaran Keagamaan

Pendidikan
Pendidikan
Pendidikan Katolik &
Hindu-
Islam Kristen-
Budha
Protestan
Pendidikan Hindu-Budha
 Pendidikan zaman Hindu-Budha berlangsung pada saat kerajaan-kerajaan yang bercorak hindu budha
seperti kerajaan Kutai di Kalimantan, kerajaan Tarumanegara hingga Majapahit di Jawa, dan kerajaan
Sriwijaya di Bali dan Sumatra yang berlangsung antara abad ke-4 hingga abad ke-16 Masehi dan secara
tidak langsung Ajaran Hindu dan Budha memberikan corak pada praktik pendidikan di Indonesia.
Prasasti tertua yang ditemukan di Kutai dan di Tarumanegara merupakan peninggalan agama
Hindu.Pada awal berkembangnya sistem pendidikan sepenuhnya bermuatan keagamaan yang
dilaksanakan di biara-biara atau padepokan. Dan perkembangan selanjutnya, muatan pendidikan
bukan hanya berupa ajaran keagamaan, melainkan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang.
 Pada masa ini, kaum Brahmana menjadi golongan yang menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran. Dan perlu di ingat bahwa sistem kasta yang diterapkan di Indonesia tidak setajam
sebagaimana yang terjadi di India. Adapun materi-materi pelajaran yang diberikan ketika itu antara
lain: seni rupa, seni bangunan, perhitungan waktu ilmu pasti, ilmu perbintangan, ilmu-ilmu
kemasyarakatan, teologi, bahasa dan sastra dan lain-lain.
 Menjelang periode akhir, pendidikan tidak lagi dilakukan dalam pola kompleks yang bersifat kolosal,
tetapi oleh para guru di padepokan-padepokan dengan jumlah murid relatif terbatas dan bobot
materi ajar yang bersifat spiritual religius.Para murid disini sembari belajar juga harus bekerja untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Jadi secara umum dapatlah disimpulkan bahwa:
1. Pengelola pendidikan adalah kaum brahmana dari tingkat dasar sampai dengan
tingkat tinggi;
2. Bersifat tidak formal, dimana murid dapat berpindah dari satu guru ke guru yang
lain;
3. Kaum bangsawan biasanya mengundang guru untuk mengajar anak-anaknya di
istana disamping ada juga yang mengutus anak-anaknya yang pergi belajar ke
guru-guru tertentu;
4. Pendidikan kejuruan atau keterampilan dilakukan secara turun-temurun melalui
jalur kastanya masing-masing.
Pendidikan Islam
 Pendidikan berlandaskan ajaran Islam dimulai sejak kehadirannya para saudagar asal Gujarat India ke
Nusantara pada abad ke-13..Ajaran Islam mula-mula berkembang di kawasan pesisir, sementara di
pedalaman agama Hindu masih kuat.Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Samudera-Pasai di
Aceh, yang didirikan tahun 1297 oleh Sultan Malik Al-Saleh.Namun diperkirakan pengaruh Islam telah
masuk ke Indonesia jauh sebelum berdirinya Samudera-Pasai Hal ini terbukti dengan adanya batu nisan
di Leran, dekat Gresik, Jawa timur, yang menyebutkan tentang meninggalnya seorang wanita bernama
Fatimah binti Maimun pada tahun 476 H (1082 M). Sedangkan di jawa adalah kerajaan demak, di
sulawesi kerajaan goa dengan raja goa alaudin, dan di daerah maluku ada kesultanan ternate, dari
kerajaan-kerajaan inilah agama islam berkembangdan secara inkluisif menjadi pusat pusat pendidikan
bercorak islam.
 Di pulau Jawa dan Sumatera yang penduduknya lebih dahulu mengadakan kontak dengan pendatang
dari luar Indonesia (terutama dari Cina, India, dan Indonesia), didapati pendidikan agama Islam dimasa
pra-kolonial dalam bentuk pendidikan di surau atau langgar, pendidikan di pesantren, dan pendidikan di
madrasah. Pendidikan agama di langgar dilaksanakan secara sederhana dengan bimbingan guru
ngaji yang statusnya dibawah kyai. Materi yang diajarkan umumnya membaca Al-quran dan fikih dasar.
 Tujuan pendidikan islam pada saat itu adalah mengabdi sepenuh nya kepada allah
sesuai dengan tuntunan rasulullah (Al-Qur’an dan Sunnah), materi yang di berikan
kyai meliputi keimanan, ketaqwaan,dan akhlaq. Dan untuk memperdalam ilmu
tauhid juga di berikan arkanul iman. Di pesantren, para santri tinggal di tempat
pemondokan sederhana yang biasanya disebut “pondok”. Sifat khusus pengajaran di
pesantren antara lain :

1. Pelajaran bersifat keagamaan


2. Penghormatan yang tinggi kepada guru
3. Tidak ada gaji atau upah untuk guru karena motivasinya semata-mata
karena Allah
4. Santri datang secara sukarela untuk menuntut ilmu
Pendidikan Katolik dan Kristen-Protestan

 Pendidikan katholik bermula abad ke-16 melalui para penjajah yang di awali
dengan datangnya orang-orang portugis yang menguasai Malaka.Dalam
usahanya mencari rempah-rempah untuk dijual di Eropa (yang saat itu
harganya sangat mahal), mereka juga mengemban misionaris Katolik-Roma
yang berperan ganda sebagai penasehat spiritual dalam perjalanan yang jauh
dan penyebar agama di tanah yang di datanginya.Misi mereka yang dikenal
sebagai misi suci (mission sacre) dilaksanakan bersama misi pencarian
rempah-rempah. setelah mereka menduduki suatu daerah atau pulau, usaha
pertama yang dilakukannya adalah menjadikan penduduk setempat sebagai
pemeluk Katolik-Roma.Kemudian di tempat itu didirikan seminar-seminar
untuk mendidik anak-anak setempat.Namun kekuasan Portugis tidak
berlangsung lama, hanya sekitar setengah abad, karena diusir oleh
Spanyol.Kemudian Belanda menyebarkan agama Kristen-Protestan dan
mengembangkan sistem pendidikannya sendiri yang bercorak Kristen-
Protestan.
Pendidikan yang Berlandaskan
Kepentingan Penjajah

a.Pendidikan
Pada Zaman
a.Pendidikan Jepang
Kolonial
a.Pendidikan Belanda
Pada Zaman
VOC
Pendidikan Pada Zaman VOC

 Kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia pada abad ke -16 bertujuan untuk berdagang,
mencari rempah-rempah dengan mendirikan VOC. Misi dagang tersebut kemudian diikuti
dengan misi penyebaran agama yang utama dilakukan dengan mendirikan sekolah-
sekolah asrama untuk parasiswa. Disekolah tersebut, diajarkan agama Kristen protestan
dengan bahasa pengantar bahasa Belanda dan sebagiannya menggunakan bahasa
melayu.VOC pun mulai mendirikan sekolah-sekolah di pulau Ambon, Banda, Lontar, dan
Sangihe talaud. Periode berikutnya pun didirikan sekolah dengan jenis beragam.
Didirikannya sekolah-sekolah tersebut bertujuan untuk mendukung misi VOC di
Nusantara
Pendidikan Kolonial Belanda

 Pada akhir abad ke -18 VOC perlahan memudar yang ditandai dengan
datangnya zaman colonial Belanda. Sistem pendidikan berubah dengan
dipisahnya antara sekolah Eropa dan sekolah Bumiputera .Sekolah eropa
diperuntukkan bagi anak-anak Belanda dan anak-anak eropa di Indonesia.
Sedangkan, disekolah-sekolah bumiputera tingkat dan prestasinya sangat
rendah, dan hanya diperuntukkan bagi anak-anak pribumi.
 Mulai akhir abad ke -19 dan awal abad ke-20. Lembaga kependidikan pun
mulai beragam, meliputi: sekolah dasar, sekolah menengah, sekolah raja,
sekolah pertukangan, sekolah kejuruan, sekolah khusus perempuan eropa dan
pribumi, sekolah dokter, perguruan tinggi hukum, dan perguruan tinggi
teknik.
Pendidikan Pada Zaman Jepang
 Pada masa kedudukan jepang yang berlangsung singkat, jepang pun segera mengambil alih kekuasaan
dan menghapus sistem pendidikan peninggalan belanda yang didasari atas penggolongan menurut
bangsa dan status social.Tingkat sekolah terendah ialah sekolaah rakyat yang disebut dalam bahasa
jepang kokumingakko yang dibuka untuk semua golongan masyarakat tanpa harus dibedakan status
sosial dan asal-usulnya. Lalu sekolah menengah pertama (SMP) selama tiga tahun, selanjutnya
sekolah menengah tinggi (SMT) selama tiga tahun, sekolah kejuruan, sekolah hukum dan mosvia yang
didirikan oleh belanda dihapuskan. Ditingkat pendidikan tinggi pemerintah jepang mendirikan
sekolah tinggi kedokteran (ikadeigakko) di Jakarta dan sekolah tinggi teknik di bandung.
 Perubahan lain yang terjadi ialah bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar pertama yang mulai
dikenakan di sekolah-sekolah dan kantor-kantor pemerintah, bahasa pengantar kedua ialah bahasa
jepang, sedangkan bahasa belanda sudah mulai dilarang digunakan dimanapun berada. Tujuan
kependidikan pada masa kependudukan jepang bertujuan untuk mendukung para penduduk jepang
dengan disediakan tenaga kerja kasar secara cuma-Cuma yang disebut dalam bahasa jepang ialah
romusha.
Pendidikan dalam Rangka Perjuangan
Indonesia

Muhammadiyah

Taman Siswa

a.INS Kayutanam

Pendidikan Ma’arif
Muhammadiyah
 Muhammadiyah lahir dibawah pengaruh kebangkitan nasionalisme. Muhammadiyah yang
didirikan oleh Ahmad Dahlan pada 18 November 1912 M di Yogyakarta. Selain berdakwah, cita-
cita utama Muhammadiyah adalah mementingkan pendidikan dan pengajaran yang berdasarkan
ajaran islam baik pendidikan di sekolah/madrasah sebagai sarana untuk anak mencerdaskan
bangsa yang dibodohi oleh pemerintah Belanda maupun sebagai sarana menyebarkan syiar
Islam..
 Sekolah Muhammadiyah pertama didirikan pada tahun 1911.Dalam perkembangannya
kemudian, sekolah ini menjadi Volksschool (Sekolah Rakyat) 3 tahun. Muhammadiyah juga
kemudian mendirikan sekolah rakyat 3 tahun yang diberi nama Sekolah
Kesultanan(Sultanaatschool), menyusul kemudian HIS Muhammadiyah, sekolah menengah yang
dimulai dengan sebuah MULO yang diberi subsidi oleh pemerintah Belanda, juga sebuah
Algemene Middelbare School (AMS) yang mendapat bantuan dari para intelektual Indonesia
yang beraliran nasional dan Holland Inlandse Kweekschool. Kurikulum sekolah-sekolah
Muhammadiyah di masa itu menyeimbangkan muatan pelajaran agama dan umum dengan porsi
masing-masing sekitar 50%. Visi pendidikan Muhammadiyah adalah “Terbentuknya manusia
pembelajar yang bertaqwa, berakhlak mulia, berkemajuan dan unggul dalam IPTEKS sebagai
perwujudan tajdid dakwah amar ma’ruf naby munkar”
 Untuk mewujudkan visi itu, ada enam nilai dasar yang dibangun dalam pendidikan
Muhammadiyah. Pertama, pendidikan diselenggarakan merujuk pada nila-nila yang
bersumber pada al-Qur’an dan sunnah. Kedua, ruh al-ikhlas untuk mencari ridha Allah
menjadi dasar dan inspirasi dalam ikhtiar mendirikan dan menjalankan amal usaha di
bidang pendidikan. Ketiga, menerapkan prinsip kerjasama (musharakah) dengan tetap
memelihara sikap kritis, baik pada masa Hindia Belanda, dan Dai Nippon (Jepang).
Keempat, selalu memelihara dan menghidup-hidupkan prinsip pembaruan (tajdid),
inovasi dalam menjalankan amal usaha

 dalam bidang pendidikan. Kelima, memiliki kultur untuk memiha kepada kaum yang
mengalami kesengsaraan (du’afa dan mustad’afin) dengan melakukan proses-proses
ke=reatif sesuai dengan tantangan dan perkembangan yang terjadi pada masyarakat
Indonesia. Keenam, memerhatikan dan menjalankan prinsip keseimbangan (tawassut
atau moderat) dalam mengelola lembaga pendidikan antara sehat dan kesucian hati
Taman siswa

 Pada permulaan abad ke-20 perhatian rakyat Indonesia terhadap pendidikan sangat
besar hingga Departemen Pengajaran tidak dapat mengatasinya . Hal ini karena
banyaknya masyarakat yang ingin menempuh pendidikan, namun kapasitas sekolah
yang kurang memadai. Sekolah yang didirikan Hindia Belanda tidak membuat rakyat
merasa puas . Lalu diberi kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk memasuki sekolah
Bumiputra yang kelak berganti nama menjadi HIS, juga tidak memberikan harapan
yang diinginkan, Akhirnya pada 3 juli 1922 Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman
Siswa. Ketika pertama berdiri , sekolah Taman Siswa ini diberi nama National
Onderwijs Institut Taman Siswa“ .
 Taman siswa didirkan mempunyai tujuan politik, yaitu kemerdekaan Indonesia dengan
mengganti sistem pendidikan kolonial menjadi sistem pendidikan nasional bercirikan pandangan
kebudayaan asli Indonesia. Menurut Ki Hajar, rakyat indonesia harus benar-benar menyadari arti
kehidupan berbangsa dan bertanah air melalui pendidikan. Pendidikan Taman siswa dilaksanakan
berdasar sistem Among, yaitu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan
kodrat alam dan kemerdekaan. Sistem Among tersebut berdasarkan cara berlakunya disebut
Sistem Tutwuri Handayani.

 Pendidikan Tamansiswa berciri khas Pancadarma, yaitu Kodrat Alam (memperhatikan sunatullah),
Kebudayaan (menerapkan teori Trikon), Kemerdekaan (memperhatikan potensi dan minat maing-
masing indi-vidu dan kelompok), Kebangsaan (berorientasi pada keutuhan bangsa dengan
berbagai ragam suku), dan Kemanusiaan (menjunjung harkat dan martabat setiap orang).
Azas Taman Siswa
 Hak seseorang akan mengatur dirinya sendiri (zelfbeschikkingrecht) dengan
mengingati tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum
(maatschappeliyke saamhoorigheid).
 Pendidikan yang diberikan hendaknya dapat menjadikan manusia yang
merdeka.
 Pendidikan hendaknya didasarkan atas keadaan dan budaya Indonesia.
 Pendidikan diberika kepada seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali.
 Untuk mencapai azas kemerdekaan maka kita harus bekerja sesuai
kemampuan diri sendiri.
 Oleh karena itu kita harus bersandar pada kekuatan diri sendiri.
 Pamong hendaklah mendidik anak dengan sepenuh hati, tulus , ikhlas dan
tanpa mengharapkan imbalan. (Bagi Ki Hadjar Dewantara, guru adalah
pamong)
Ilmu dan Cara Hidup Taman Siswa
 Cita-cita Manusia Salam Bahagia, Dunia Tertib Damai
 Kemerdekaan Diri
 Demokrasi dengan Hikmah Kebijaksanaan Pimpinan
 Kultus Individu Dilarang Dalam Taman Siswa
 Sistem Among ( Tut Wuri Handayani)
 Merdeka (Sanggup dan Mampu berdiri sendiri)
 Zelfbedruipingssysteem (Sistem Pemadam Diri)
 Hidup Hemat dan Sederhana
 Kekeluargaan, Salam Bahagia, Adil Makmur
 Taman Siswa tak mengenal hubungan Buruh dan Majikan
 Kembalilah kepada Asalmu
 Kebangsaan dan Kemanusiaan
 Kebangsaan dan Persatuan serta Kesatuan Nasional
 Kebangsaan dan Kerakyatan
 Teori Trikon (Koninuitas, Konsentrisitas, Konpergensi)
INS Kayutanam

 Sekolah ini didirikan sebagai tanggapan terhadap pendidikan Belanda yang berlangsung saat itu
oleh Muhammad Syafi’ei dinilai intelektualistik dengan mementingkan kecerdasan dan kurang
memperhatikan bakat-bakat anak. Melalui INS yang didirikannya ia berusaha agar para siswa
tidak menjadi cendekiawan setengah matang yang angkuh tetapi menjadi pekerja cekatan yang
rendah hati. Di INS, para siswa dididik untuk bekerja teratur dan produktif agar dapat hidup
mandiri. Para siswa mendapat pelajaran dalam berbagai bidang Di INS sebagai wahana untuk
membuat anak-anak sehat dan kuat
 Falsafah yang mendasari gagasannya adalah “Tuhan tidak sia-sia menjadikan manusia dan alam
lainnya.Masing-masing mesti berguna dan kalau tidak berguna itu disebabkan kita tidak pandai
menggunakannya”.INS kayutaman mengembangkan sistem persekolahannya dengan didasarkan
atas “aktivitas” dan bertujuan untuk “melahirkan dan memupuk semangat bekerja dan percaya
kepada diri sendiri”.
 Disamping dikembangkan atas dasar-dasar prinsip pedagogis, INS juga memupuk semangat
nasionalisme di kalangan para siswanya. Hal ini tampak dari tujuan pendidikannya, yaitu agar
siswa dapat berdiri sendiri dan tidak perlu mencari jabatan di kantor pemerintahan yang pada
ssat itu dikuasai oleh Pemerintah Kolonial Belanda.
 Prinsip tidak menggantungkan diri kepada orang lain juga dianut oleh
Muhammad Syafi’ei sendiri yang menolak tawaran Pemerintah Belanda untuk
menerima bantuan. Pengembangan lembaga pendidikannya diusahakan atas
dasar prinsip “self-help” (mandiri) dengan mengumpulkan uang melalui
pertunjukan, pameran hasil karya murid-murid, dan penjualan hasil kerja
mereka.Hanya pemberian yang tidak mengikat secara moral yang diterimanya.

 Meskipun praktik dan gagasan pendidikannya bagus, sistem persekolahan yang


dikembangkan INS Kayutanam tidak berkembang diluar daerahnya.Para lulusan
yang dihasilkannya juga tidak cukup mendapat bekal untuk mendapatkan
tempat dimaysarakat sehingga dapat dikatakan keuntungan pendidikan hanya
dirasakan oleh perorangan siswa.
 INS Kayutanam bertahan hingga masa pendudukan Jepang, dan pada masa
perang kemerdekaan (tahun 1949) INS Kayutanam ditutup.MuhammadSyafei
sendiri setelah tidak menangani INS, ditunjuk sebagai Kepala Sekolah Guru
Bantu (SGB).Ia tutup usia pada tahun 1966.
Pendidikan Ma’arif

 Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (PP LP Ma’arif NU) merupakan salah
satu aparat departementasi di lingkungan organisasi Nahdlatul Ulama (NU).
Didirikannya lembaga ini di NU bertujuan untuk mewujudkan cita-cita pendidikan NU.
Bagi NU, pendidikan menjadi pilar utama yang harusditegakkan demi mewujudkan
masyarakat yang mandiri. Gagasan dan gerakan pendidikan ini telah dimulai sejak
perintisan pendirian NU di Indonesia. Dimulai dari gerakan ekonomi kerakyatan
melalui Nadlatut Tujjar (1918), disusul dengan Tashwirul Afkar (1922) sebagai gerakan
keilmuan dan kebudayaan, hingga Nahdlatul Wathan (1924) yang merupakan gerakan
politik di bidang pendidikan, maka ditemukanlah tiga pilar penting bagi Nadhlatul
Ulama yang berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 M/16 Rajab 1334 H, yaitu:

 (1) wawasanekonomikerakyatan
 (2) wawasankeilmuan, sosial, budaya; dan
 (3) wawasankebangsaan.
 Untuk merealisasikan pilar-pilar tersebut ke dalam kehidupan bangsa
Indonesia, NU secara aktif melibatkan diri dalam gerakan-gerakan sosial-
keagamaan untuk memberdayakan umat. Disini dirasakan pentingnya
membuat lini organisasi yang efektif dan mampu merepresentasikan cita-
cita NU; dan lahirlah lembaga-lembaga dan lajnah—seperti Lembaga
Dakwah, Lembaga Pendidikan Ma’arif, Lembaga Sosial Mabarrot, Lembaga
Pengembangan Pertanian, dan lain sebagainya—yang berfungsi
menjalankan program-program NU di semua lini dan sendi kehidupan
masyarakat. Gerakan pemberdayaan umat di bidang pendidikan yang sejak
semula menjadi perhatian para ulama pendiri ( the founding fathers ) NU
kemudian dijalankan melalui lembaga yang bernama Lembaga Pendidikan
Ma’arif Nahdlatul Ulama (LP Ma’arif NU). Lembaga ini bersama-sama
dengan jam’iyah NU secara keseluruhan melakukan strategi-strategi yang
dianggap mampu meng- cover program-program pendidikan yang dicita-
citakan NU.
VISI DAN MISI

 Visi
 Dengan mengambangkan sistem pendidikan dan terus berupaya mewujudkan
pendidikan yang mandiri dan membudayakan ( civilitize ), LP Ma’arif NU akan
menjadi pusat pengembangan pendidikan bagi masyarakat, baik melalui
sekolah, madrasah, perguruan tinggi, maupun pendidikan masyarakat.
 Merepresentasikan perjuangan pendidikan NU yang meliputi seluruh aspeknya,
kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
 Menciptakan komunitas intitusional yang mampu menjadi agent of
educational reformation dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan
pembangunan masyarakat beradab.
 Misi
 Menciptakan tradisi pendidikan melalui pemberdayaan manajemen
pendidikan yang demokratis, efektif dan efisien, baik melalui pendidikan
formal maupun non-formal.
 Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pendidikan, terutama pada
masyarakat sehingga terjalin sinergi antar kelompok masyarakat dalam
memajukan tingkat pendidikan.
 Memperhatikan dengan sungguh-sungguh kualitas tenaga kependidikan, baik
kepala sekolah, guru dan tenaga administrasi melalui penyetaraan dan
pelatihan serta penempatan yang proporsional, dengan dukungan moral dan
material.
 Mengembangkan system informasi lembaga pendidikan sebagai wahana
penyelenggaraan komunikasi, informasi dan edukasi serta penyebar luasan
gagasan, pengalaman dan hasil-hasil kajian maupun penelitian di bidang ilmu,
sains dan teknologi lewat berbagai media.
 Memperkuat jaringan kerjasama dengan instansi pemerintah,
lembaga/institusi masyarakat dan swasta untuk pemberdayaan lembaga
pendidikan guna meningkatkan kualitas pendidikan maupun subyek-subyek
yang terlibat, langsung maupun tidak langsung, dalam proses-proses
pendidikan
Kesimpulan

 Pendidikan di Indonesia pada zaman sebelum kemerdekaan digolongkan dalam tiga


periode, yaitu pendidikan yang berlandaskan ajaran keagamaan, pendidikan yang
berlandaskan kepentingan penjajah dan pendidikan dalam rangka perjuangan
kemerdekaan. Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu, kini , dan masa yang akan
datang terus berkembang. Aliran tersebut mempengaruhi pendidikan dari seluruh
dunia, termasuk pendidikan di Indonesia. Dari sisi lain, di Indonesia juga muncul
gagasan-gagasan tentang pendidikan, yang dapat dikategorikan sebagai aliran
pendidikan, yakni Taman Siswa, INS Kayu Tanam dan 2 aliran pendidikan yang
mengangkat agama islam di dalamnya yakni Muhammadiyah dan Ma’arif. Setiap
tenaga kependidikan diharapkan memiliki bekal yang memadai dalam meninjau
masalah yang dihadapi, serta pertimbangan yang tepat dalam menetap kan
kebijakan dana tau tindakan sehari-hari. Dari aliran-aliran pendidikan di atas kita
tidak bisa mengatakan bahwa salah satu adalah yang paling baik, sebab
penggunaanya disesuaikan dengan tingkat kebutuhan, dan kondisinya pada saat
itu, karena setiap aliran memiliki dasar-dasar pemikiran sendiri.
Sekian Dan Terima kasih
^^

Anda mungkin juga menyukai