Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN BACAAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : AGNES NAULINA DAURUK


NIM : 86.3128
PRODI : PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
TINGKAT/SEMESTER : II/III
JUDUL BUKU : DASAR-DASAR KEPENDIDIKAN
PENULIS : Prof. Imam Barnadib, M.A.,Ph.D
PENERBIT : GHALIA INDONESIA
JUMLAH HALAMAN : 103 HALAMAN
MATA KULIAH : DASAR-DASAR PENDIDIKAN
DOSEN : DR. MERDIATI MARBUN, M.Pd.K

SEKOLAH TINGGI THEOLOGI “IKAT”


JAKARTA, 2020
Setelah saya menbaca buku yang ditulis oleh Prof. Imam Barnadib, M.A.,Ph.D,
dengan judul bukunya yaitu, Dasar-dasar Kependidikan. Dengan demikian saya
dapat laporkan apa yang dapat dan pahami dari buku Tersebut yaitu :
1

PENDAHULUAN

A. TEMA
Buku ini disusun untuk mengidentifikasi beberapa teori yang ada dewasa
ini serta diikuti oleh analisis tentang seberapa jauh teori tersebut dapat
memberikan sumbangan terhadap pengembangan pendidikan formal di
indonesia. Terlebih yang ada di dunia Barat, yaitu di Amerika Serikat.

Oleh karena itu, suatu analisi tentang teori pendidikan diuraikan dengan
maksud agar dapat diperoleh gambaran tentang kongruensinya dengan cita-cita
dasar pendidikan menurut Pancasila.

B. TEORI
Suatu teori adalah suatu ilmu yang terstruktur secara konseptual dan
merangkum pengetahuan empiris sebanyak mungkin. Richard Pratte
menyatakan bahwa teori mempunyai sifat logis, deskriptif, dan menerangkan.
Dalam hal ini, adanya sarana berpikir logis perlu mewarnai rumusan tentang teori
tersebut sehingga perlu dipertimbangkan istilah yang tepat untuk digunakan.
Sedangkan tokoh lain, O’Connor, mengatakan bahwa teori mempunyai fungsi
tambahan, seperti menjelaskan dan meramalkan.
C. PERSPEKTIF
Istilah perspektif disini diberi arti sebagai pandangan ke depan. Yang
dimaksudkan tidak lain adalah analisis tentang teoori pendidikan dengan maksud
untuk menemukan arahan seberapa dapat memberikan petunjuk pendidikan
yang akan datang. Oleh karena teori itu dipandang identik dengan konseppsi,
arahan itu pun juga bersifat konseptual.
D. TEORI PENDIDIKAN
Teori pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana
seyogianya pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan praktek adalah tentang
pelaksanaan pendidikan secara konkretnya.
Oleh karena itu mempunyai objek materi manusia maka nilai-nilai yang
berkenaan dengan manusia menjadi muatan dalam teori pendidikan. Dengan
berpegang pada proposisi bahwa pendidikan itu adalah pelaksanaan dari filsafat
antropologi maka beberapa pengertian dasar perlu diperhitungkan dalam
penyususnan teori.
E. FILSAFAT PENDIDIKAN
Filsafat pendidikan tampil dalam jajaran ilmu kependidikan karena telah
berhasil menempatkan diri sebagai ilmu bantu. Berikut ini adalah ikhtisra
bagaimana pengertian tentang landasan dasar manusia yang telah diperoleh dari
antropologi filsafat dikembangkan lebih lanjut dalam pendidikan dengan harapan
sebagai contoh. Dicantumkan disana perkiraan tantang ilmu yang berafiliasi.
1. Psikologi
Psikologi tergolong ke dalam kelompok ilmu perilaku dan dengan sendirinya
mempelajari tingkah laku manusia. Psikologi yang diterapkan dalam
pendidikan pada umumnya atau pendidikan disekolah pada khususnya
disebut psikologi pendidikan.
2. Sosiologi
Pendidikan ditandai oleh interaksi antar manusia. Hal ini bersumber pada
pengertian yang terdapat dalam siosiologi. Pendidikan umumnya berlangsung
dalam kelompok. Oleh karena itu, pengenalan ciri-ciri kelompok dan
memanipulasikannya untuk tecapainya tujuan pendidikan perlu dilakukan.
Dengan menguraikan secara singkat psikologi dan sosiologi sebagai contoh
ilmu bantu pendidikan maka teori pendidikan dapat dikembangkan dengan
landasan psikologi atau sosiologi. Teori ini memiliki kedudukan sebagai konsep
untuk dilaksanakan.

F. STATUS TEORI PENDIDIKAN


Keunikan ilmu pedidikan disatu pihak merupakan ilmu abstrak dan
sepraktis-praktisnya di lain pihak. Oleh sebab itu perlu diketahui tentang
kemungkina ketimpangan pemahaman diantara pendidik tentang status teori
pendidikan.
Agar pendidikan dalam artian teori dan praktek selalu dapat saling kait, perlua
ada upaya agar pandangan dikotomis menjadi semakin melemah atau bila
mungkin tersingkir sama sekali. Pendidikan selalu berkedudukan diakletik
terhadap masyarakat juga mempengaruhi masyarakatdan hasil dari pengaruh
pada masyarakat itu berpengaruh lagi pada pendidikan.
G. POKOK BAHASAN TULISAN
Pendidikan di Indonesia berdasarkan Pancasila. Pancasila adalah ideologi
atau filsafat Indonesia. Ini dengan sendirinya berarti filsafat pendidikan di
Indonesia adalah filsafat pendidikan Pancasila dan teori pendidikan di indonesia
juga teori pendidikan Pancasila. Oleh sebab itu, semuanya akan dianalisis
kongruensinya dengan Pancasila untuk selanjutnya digunakan sebagai dasar
penyususnan teori tentang perspektif pendidikan dewasa ini. Diharapkan
rumusan ini berdasarkan atas tinjauan yang kritis.
2
TEORI SUMBER DAYA MANUSIA
Pendidikan memandang manusia sebagai objek dan subjek. Dikatakan sebagai
objek karena manusia itu menjadi sasaran pendidikan terutama dalam kapasitasnya
sebagai makhluk yang sedang tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, ciri dari sifat
pertumbuhan dan perkembangan itu menjadi perhatian pendidikan untuk dipengaruhi
dan diarahkan.

Pendidikan memperhatikan manusia sebagai subjek karena dengan potensinya


manusia mempunyai daya untuk pengembangan diri dan seterusnya menjadi makhluk
yang berkepribadian dan berwatak. Sementara tokoh pendidikan, seperti M. J.
Langeveld, mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang membentuk diri pribadi.

A. JENIS TEORI SUMBER DAYA MANUSIA


1. Progresivisme
Pengertian dasar yang menjadi ciri dari aliran ini adalah progres yang
berarti maju. Progresivisme lebih mengutamakan perhatiannya ke masa
depan daripada ke masa lalu. Kalau dikaitkan dengan spektrum kesejarahan,
progresivisme melihat keagungan atau kecemasan masa lampauitu sebagai
tamsil untuk diterjemahkan bagi masa sekarang atau masa depan. Yang baik
untuk dijadikan modal perjuangan, sedangkan yang kurang baik digunakan
sebagai dasar untuk mencegah agar tidak terulang dikemudian hari.
Progresivisme memandang bahwa kemajuan yang telah dicapai oleh
manusia dewasa ini karena kemampuan manusia dalam mengambengkan
berbagai ilmu. Ini meliputi ilmu-ilmu sosial, budaya, maupun ilmu
pengetahuan alam.
2. Liberalisme
Menurut Prrate yang dimaksud dengan liberalisme adalah sistem
perasaan yang menumbuhkan peringai yang menerima dan suka bekerja
secara teratur dengan perubahan yang meningkat dan terencana ke arah
evolusi sosial. Liberalisme menghendaki keadaan evolusioner dan kontinu.
3. Pragmatisme
Menurut Pratte, pragmatisme memberikan warna kepada
eksperimentalisme. Pratte mengidentifikasi tentang pragmatisme sebagai
tanggapan intelektual terhadap teori evolusi dari Darwin atau ekspresi sejenis
dengan aliran empirisme di Inggris.
Pragmatisme sebagai aliran yang tidak formalitas, memandang kenyataan itu
bukanlah sesuatu yang abstrak. Kemampuan mansia sebagai makhluk yang
kreatif memberikan pula kemampuan untuk menjadikan kenyataan sebagai
fungsi dan kenyataan.
Jelaslah bahwa pragmatisme itu berafiliasi dengan riberalisme dan
eksperimentalisme.
B. IDE-IDE TENTANG PENDIDIKAN
Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa sbuah auklarung
memperkuat pandangan tentang rasionalitas, kebebasan, dan kesamaan itu.
Ilmu berkembang atas dasar pengalaman dan perkembangan akal dan agar
manusia dapat mengkaji, mengakumulasi, dan mengembangkan ilmu, ia perlu
kebebasan. Selanjutnya, seberapa jauh manusia dapat menghayati ilmu itu
tidaklah sebagai akibat dari status yang dibawanya sejak lahir. Tiap orang
memiliki hak yang sama untuk itu.
Dalam pendidikan, beberapa jenis logika, baik yang fomal tradisional
maupun yang modern atau simbolik, berguna bagi pengembangan rasionalitas
tersebut. Ketiga logika ini memberikan pendidikan untuk pengembangan akal
budi melalui alur pikir deduktif dan induktif sampai ke tingkat berpikir yang ilmiah.
Cara memperoleh pengetahuan bersendikan atas psikologi bahviourisme
dengan rumus sarbon dan penguatnya akan lebih peroleh yang sessungguhnya
bila diperhatikan proses psikologis yang lebih mendalam sebagai proses mental.
Rasionalitas akan berkembang dengan memadai bila berada dalam
lingkungan yang memadai. Lingkungan atau dapat disebut pula sebagai ekologi
rasional pula. Kebebasan adalah hak asasi tiap manusia. Dengan kebebasan,
manusia memperoleh jalan untuk mengembangkan potensinya.
Jelaslah, dalam pendidikan, suasana (atmosfir) yang demokratis
diperlukan sekali dan bukanlah suasana yang otoriter atau laises faire.
Demokrasi berkembang karena masyarakatnya memiliki kebebasan.
Masyarakat yang terbina secara demokratis berarti adanya partispasi dari
masyarakat untuk menyumbangkan pemikiran, ide-ide, dan tindakan yang
terbaik baik kehidupan yang sejahtera, tentram, dan bahagia. Dalam hubungan
ini, perlu mengembangkan kebebasan dalam arti seperti yang telah diuraikan di
atas. Selanjutnya, perlu dicatat dalam alam demokrasi penghargaan terhadap
seseorang dilakukan secara meritokratik. Tekanannya pada jasa dan prestasi.
Kesamaan menunjuk kepada suasana demokratis dalam kehidupan dengan hak
dan kewajiban yang sama bagi setiap orang.
Pendidikan dapat mengangkat tiap individu dengan pemilihan
pengetahuan tertentu juga keterampilan yang ia sukai. Pendidikan hendaklah
dapat disusun sedemikian sehingga dapat disesuaikan dengan bakat, minat, dan
kebutuhan individu.
C. KURIKULUM
Pendidikan mempunyai peranan untuk menyebarkan rasionalitas secara
demokratis. Hal-hal yang ingin diwujudkan tersebut sebagai berikut.
1. Kurikulum yang disusun sedemikian hingga mampu menjadi sarana
pengembangan bakat pada umumumnya dan kecerdasan pada khususnya
dari subjek didik secara penuh.
2. Kurikulum yang mempunyai ruang lingkup pengetahuan dan keterampilan
utama yang telah lazim dikenal: membaca, menulis, dan aritmetika.
Pengetahuan dan keterampilan dasar ini perlu diberikan secara cermat
dan baik kepada subjek didik karena diharapkan menjadi landasan bagi
pengetahuan dan keterampilan berikutnya.

D. SISWA DAN GURU


Sejalan bahwa siswa perlu dituntun agar dapat berpikir dan bejar sendiri
maka sebagai konsekuensi timbullah semboyan pendidikan yang berpusat
kepada siswa. Dalam hubungan ini, menjadi jelaslah peranan guru, yaitu
menuntun dan membantu pertumbuhan dan perkembangan subjek didik dengan
cara demokratis untuk selanjutnya dilepaskan karena telah mencapai
kemandirian.
3
TEORI REVITALISASI BUDAYA

A. JENIS TEORI REVITALISASI BUDAYA


1. Esensialisme
Esensialisme mengadakan koreksi terhadap pandangan tentang
pendidikan yang kurang menentu seperti yang digambarkan teori sumber
daya manusia. Sepanjang kehidupannya, manusia itu berada dalam suatu
kontak sosial. Kehidupan dalam ruang kebudayaan dan sosial ini dibangun
oleh manusia bersama-sama orang lain, begitu semuanya telah
menghasilkan norma-norma serta nilai-nilai, ia sebagai individu dan kelompok
mempunyai kewajiban untuk menaati dan mempergunakannya sebagai
pegangan dalam hidupnya.
Norma adalah kaidah yang menikat dan nilai adalah konsep tentang
baik dan buruk. Yeng dijadikan pedoman dan pegangan hidup bagi
masyarakat. Oleh karena kemampuan manusia dalam mengembangkan
norma dan nilai maka ia mampu pula mengembangkan kebudayaan.
Kebudayaan inilah yang menjadi dasar pijak untuk kehidupannya berarti tata
dalam kebudayaannya.
2. Parenialisme
Sesuai dengan arti pokok katanya, yaitu perenial: hal-hal yang ada
sepanjang masa, perenialisme mengikuti tradisi perkembangan intelektual
akademik yang ada pada dua zaman: yunani dan abad pertengahan.
Perenialisme bersifat regresif, artinya kembali kepada kebenaran yang
sesungguhnya sebagaimana telah diletakkan dasarnya oleh para filsuf yang
hidup pada abad yang telah disebut diatas. Kalau esensialisme, memandang
kehidupan ini hendaknya selalu berpijak pada unsur-unsur budaya yang
sudah terpolakan dan diusahakan penerapannya dalam kehidupan sekarang,
berarti unsur-unsur itu direvitalisasikan.
B. IDE-IDE SENTRAL TENTANG PENDIDIKAN
Konservasi dan revitalisasi budaya merupakan ciri utama landasan
pendidikan menurut esensialisme dan perenialisme. Bila landasan pendidikan itu
dipilih dan ditetapkan yang terjadi adalah pendidikan yang sesungguhnya
sehingga pendidikan menjadi mapan.
Kalau pada esensialisme pandangan tentang landaan utama itu adalah
norma dan nilai yang telah teruji oleh sejarah (waktu), pada parenialisme lebih
jauh dari itu. Perenialisme selalu mengetengahkan hal-hal yang dapat disebut
nilai-nilai budaya asli, yaitu nukian (kutipan tulisan yang tercantum pada suatu
benda), terpenting dari zaman yunani ke zaman pertengahan.
Parenialisme berusaha untuk menemukan hal-hal yang fundamental dari
itu. Meskipun dewasa ini masyarakat dan kebudayaan tampak berubah, pada
hakikatnya polanya tidak berubah. Pola inilah yang menjadi landasan dari yang
berubah itu.
Baik pada esensialisme dan parenialisme, kedudukan pendidikan adalah
pengembang akal budi dan penyesuaian norma dan nilai umumnya yang etis
dan khususnya dalam masyarakat. Untuk itu, agar subjek didik menjadi cerdas
dan intelegen, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan perlu dipilih
benar-benar.
C. KURIKULUM
Kedua aliran: esensialisme dan parenisalisme, menempatkan
pembentukan kecerdasan dan pembentukan tingkah laku yang inteligen sebagai
fokus utama pendidikan. Tentu saja mereka tiida memungkiri kenyataan bahwa
pendidikan itu membentuk watak, kepribadian, dan kualitas manusia yang lain
tidak dapat dilepaskan dari kecerdasan dan tingkah laku inteligen seseorang.
Hal-hal yang sama diperlukan untuk menjamin agar tidak menemui jalan
buntu, artinya bila persekolahan mentoleransi adanya variasai-variasi. Oleh
karena persekolahan itu hanya sebagian saja dari kesempatan pendidikan bagi
warga masyarakat dan perlu dilakukan dengan kesungguhan maka kurikulumnya
hendaklah bersifat esensial.
Kurikulum yang sifat materinya telah disinggung secara singkat di atas,
diharapkan dapat membentuk subjek didik sebagai manusia. Manusia itu,
pertama-tama perlu didukung oleh kekuatan intelektualnya, kekuatan ini perlu
dikembangkan pada semua tingkat pendidikan.
Pengetahuan dasar yang dimaksud adalah kesenian bebas (liberal arts)
yang perlu terus-menerus dijadikan landasan untuk setiap pendidikan. Pada
waktu ini, cuckup banyak sekolah yang terlalu memberikan variasi tambahan
pengetahuan sehingga kesenian bebas itu tidak kelihatan secara proposional
dalam kurikulum.
D. SISWA DAN GURU
Teori revitalisasi budaya beranjak pada pandangan bahwa manusia
berdiri diatas kebudayaan dan berjalan diatas kebudayaan. Siswa terlebih dahulu
secara aman dan dapat dipertanggung jawabkan dikenalkan dan di arahkan
untuk mempunyai penguasaan terhadap pengetahuan, ilmu dan kecakapan yang
sangat diperlukan, baik dalam kaitannya dengan sejarah maupun yang ada
dewasa ini. Ini merupakan tugas pertama.
Untuk ini, perananguru dominan. Ia berkedudukan sebagai pemegang
skenario. Untuk melukiskannya digunakan ungkapan pendidikan yang berpusat
pada guru.
Tugas kedua pendidikan adalah mengembangkan kemampuan berpikir
kritis pada subjek didik. Kemampuan ini ditumbuhkan dengan dasar
pengetahuan, ilmu atau keterampilan yang telah diberikan kepada subjek didik.
Sekali lagi, guru mempunyai tugas utama, dalam hal ini ialah berkewajiban untuk
mengarahkan.
Jelaslah, pandangan teori ini terhadap peranan siswa dan guru berbeda
dengan teori sumber daya manusia. Teori ini memandang bahwa guru, pendidik,
dan pengajar lebih berperan dibandingkan dengan siswa. Oleh karena itu, guru
lebih dominan dan sendidrinya siswa adalah pihak yang perlu menurut serta
pasif.

4
TEORI REKONSTRUKSIANISME

Sebagai teori, rekonstruksianisme menaruh perhatian terhadap pendidikan dalam


kaitan dengan masyarakat. Pendukung rekonstruksianisme mengambil posisi bahwa
pendidikan itu adalah institusi sosial dan sekolah pun merupakan bagian dari
masyarakat.

A. LATAR BELAKANG

Teori rekonstruksianisme tentang berbagai perkembangan negatif pada


masyarakat yang ditimbulkan oleh teknologi dan industrialisasi. Salah satu
diantaranya adalah lepas dan keterasingan individu dari masyarakat.
Keadaan yang lebih baik itu menjadikan pemikir pendidikan semakin yakin
bahwa pendidikan perlu mempunyai peranan positif dalam mengadakan
rekonstruksi masyarakat. Masyarakat yang direkonstruksi hendaklah
mengutamakan kebersamaan daripada kepentingan individu
.

B. MANUSIA DALAM MASYARAKAT


Menurut pengamatan teori rekonstruksianisme manusia itu sejak kecil
mempunyai potensi yang memberikan kemungkinan baginya untuk luwes dan
kokoh dalam bersikap dan bertingkah laku. Selain itu, dapat diamati bahwa
pengetahuan, kecakapan dan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang itu
diperoleh dari pendidikan atau kegiatan lain yang sejenis. Ini merupakan
perpaduan pertemuan antara potensi yang dimiliki dengan pengaruh yang
berasal dari luar.
Rekonstruksianisme berpendapat bahwa nilai tertinggi dimiliki oleh
manusia bila ia memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensinya
secara alami dan penuh. Atas dasar pengamatan tersebut, dapat dikatakan
pendidikan itu mempunyai sifat instrumental terhadap tujuan yang hendak
dicapai.
C. BUDAYA TEKNOLOGI DAN INDUSTRI
Budaya teknologi dan industri telah mengembangkan budaya hegemoni
yang dalam kehidupan di masyarakat berwujud sebagi bentuk pengawasan
terhadap masyarakat. Jadi, budaya itu berfungsi sebagai ideologi yang dimaksud
adalah semacam pandangan dunia atau sistem nulai yang timbul sebagi refleksi
dan teknologi industrialisasi.
Selanjutnya, masyarakat teknologi dan industri telah berubah menjadi
masyarakat golongan menengah maka budaya hegemoni itu sebagai instrumen
dari golongan menengah atas atau tinggi dalam mempengaruhi kelompok lain.
Selain itu, menjadi wahana untuk mereproduksi struktur masyarakat tersebut.
Reproduksi yang dimaksud memiliki beberapa makna. Pertama, sosial yang
berarti pendidikan akan menghasilkan bentuk-bentuk masyarakat yang sama.
Kedua, budaya teknologi dari industri dengan hegemoninya. Ketiga, ekonomi
dengan masyarakat yang kurang memiliki kesamaan dalam kesempatan bagi
warganya untuk menguasai materi bagi peningkatan kesejahteraannya.
D. IDE-IDE SENTRAL TENTANG PENDIDIKAN
Pendidikan hendaklah menjadi wahana rekonstruksi sosial. Salah seorang
tokoh yang menjadi tenar awal tahun tiga puluhan, yaitu George S. Counts,
mengharapkan adanya rekonstruksi sosial karena kekurangteraturan kehidupan
masyarakat di Amerika yang disebabkan oleh berkecamuknya liberalisme
dengan laises faire-nya. Ia menghendaki agar pendidikan menumbuhkan asas
kooperatif dalam berbagi kehidupan, terutama dalam bidang ekonomi.
Mendidik melalui sistem persekolahan pada dasarnya melaksanakan
kurikulum. Kurikulum ini dapat diberi makna sebagai kurikulum dalam teori dan
kurikulum dalam praktek. Persoalan yang dapat timbul mengenai hubungan
kurikulum dalam teori dan kurikulum dalam praktek adalah bagaimana
pelaksanaan kurikulum itu agar benar-benar sepeti yang dikehendaki oleh teori.

E. KURIKULUM
Diatas telah berulang kali disinggung adanya sejumlah konsepsi dari
rekonstruksianisme tentang keinginan untuk menjadikan pendidikan sebagai
wahana rekontruksi masyarakat. Oleh karena itu, bila sekolah atau guru kurang
atau tidak menaruh perhatian sama sekali terhadap apa yang ada dan terjadi
diluar dinding sekolah bukanlah pendidikan yang tepat.
F. SISWA DAN GURU
Siswa yang lebih bayak dipandang atau atau dijadikan makhluk yang pasif
perlu diubah menjadii makhluk yang aktif dan kreatif.salah satu upaya yang
dapat dilakukan adalah pengubahan konsepsi: pendidikan sebagai transfer
pengetahuan menjadi transformasi pengetahuan. Siswa diharapkan
diikutsertakan mencerna pengetahuan itu sehingga menjadi miliknya.
Kalau prribadi guru ini dapat dikembangkan secar ideal, pembaruan akan
dapat terus-menerus dilakukan. Guru hendaknya menjadi seorang intelek yang
transformatif. Seorang guru hendaknya bukan hanya menerima dan menjalankan
kurikulum yang ada, melainkan secara kritis dapat menghubungkan materi
kurikulum itu dengan relevansinya dengan masyarakat.
Guru yang transformatif diharapkan mampu mengembangkan kesadaran tentang
pengembangan nuklir untuk perdamaian dan kemanusiaan. Artinya, sampai para
siswa menganggap perlombaan persenjataan itu justru berlawanan dengan
kemanusiaan.
KESIMPULAN
Tema tulisan ini adalah identifikasi beberapa teori pendidikan dewasa ini
serta seberapa jauh teori tersebut dapat memberikan sumbangan terhadap
pengembangan pendidikan formal di Indonesia. Suatu teori adalah pengetahuan
yang terstruktur secara konseptual, bersifat direktif untuk pemikiran dan
penemuan iquiry dalam praktek. Teori dan praktek dalam bidang pendidikan
sering dihayati secara dikotomis, pada dasarnya teori dan praktek pendidikan itu
hanya dapat dibedakan dan bukan dipisah-pisahkan. Upaya untuk mencegah
adanya dikotomi dengan mengupayakan konstruk teori yang berpijak pada alur
pikir logis formal dan yang diwarnai oleh sifat-sifat pragmatis, sosiologis, serta
psikologis. Ilmu pendidikan dapat digolongkan kedalam ilmu yang universal
karena berafiliasi dengan sejumlah ilmu bantu.
Manusialah yang menjadi perhatian pendidikan. Teori sumberdaya
manusia disusun atas dasar ciri pandangan yang terdapat pada progresivisme
dengan dua komponen pendukungnya, yaitu seleksi natural dan
eksperimentalisme. Pendidikan adalah distribusi demokratis dan rasionalitas
dengan perlakuan yang berimbang antara kebebasan dan kesamaan pada
subjek didik. Menurut teori sumber daya manusia, suasana pendidikan mengikuti
konsep pendidikan yang berpusat pada siswa.
Manusia adalah makhluk yang berdiri dan berjalan diatas kebudayaannya.
Esensialisme menghendaki agar pendidikan bersendikan atas norma dan nilai
yang telah teruji oleh waktu, sedangkanperenialisme lebih dari itu. Perenialisme
menghendaki kembali pada pandangan kefilsafatan tertentu yang hidup pada
zaman yunani dan abad pertengahan.
Dalam hal ini kurikulum, yang terpenting adalah isi mata pelajaran yang
tepat dan benar. Oleh karena itu, dalam pendidikan, peran utamnya dipegang
oleh guru. Teori revitalisasi budaya menumbuhkan suasana pendidikan yang
terpusat pada guru.
Untuk mengembalikan cita-cita semula hendaknya pendidikan dapat
perperan sebagaiinstrumen rekonstruksi masyarakat.pendidikan perlu
mengeliminasi atau mengurangkan pengaruh dari kurikulum semudan menaruh
perhatian adanya kotak hitam. Dengan upaya ini diharapkan ide asasi agar siswa
dapat dikembangkan potensinya secara penuh dapat direalisasikan. Selain
pengembangan diri yang disertai kreativitas dan keaktifan pada pihak siswa,
guru perlu mengubah dirinya dari cendekiawan yang pasif menjadi cendekiawan
yang transformatif. Ia tidak hanya diharapkan melaksanakan kurikulum namun
juga bersikap kritis dan bilamana perlu melakukan revisi.
10 Pertanyaan yang didapat dari pembacaan buku ini adalah :
BAB 1
1. Ada berapa pnedekatan yang ada dalam Filsafat Pendidikan?sebutkan!
Jawaban ;: Ada 3 pendekatan yaitu : Spekulatif,Preskriftif,dan Analitis.
2. Upaya apa ayng di perlukan agar Pendidikan dalam artian teori dan praktek
selalu dapat saling kait?
Jawaban : agar dapat saling kait perlu ada upaya agar pandangan dikotomis
menjadi semakin melemah atau bila mungkin tersingkir sama sekali.
3. Mengapa Pendidikan selalu berkedudukan Diaklektik?
Jawaban : Karena Pendidikan Itu selain menjadi bagian masyarakat juga
mempengaruhi masyarakat dan hasil dari pengaruh pada masyarakat itu
berpengaruh lagi pada Pendidikan.
BAB 2

1. Apa yang dimaksud dengan Rasionalitas?


Jawaban : Rasionalitas Merupakan Konsep normative yang mengacu pada
kesesuaian keyakinana seseorang dengan alas an seseorang untuk percaya
atau Tindakan seseorang dengan alasan seseorang untuk bertindak.
2. Siapa yang mempunyai peran untuk menyebarkan rasionalitas secara
Demokratis?
Jawaban : Yang mempunyai peranan untuk menyebarkan Rasionalitas
secara demokratis adalah Pendidikan.
3. Apa yang dimaksud dengan Demokrasi?
Jawaban : Demokrasi adalah sebuah proses atau cara untuk mencapai
tujuan Bersama.
BAB 3

1. Apa nama Gerakan yang dipelopori oleh Robert M.Hutchkins?


Jawaban : Gerakan tersebut yaitu The Great Book Learning.
2. Mengapa persekolahan mentoleransi adanya variasai-variasi?
Jawaban; Karena dengan adanya varisasi dapat membuat siswa tidak
merasa bosan,perhatiannya bertambah dan pembelajaran yang dilaksanakan
dapat tercapai.
BAB 4

1. Apa yang dimaksud dengan siswa diharapkan diikutsertakan mencerna


pengetahuan itu sehingga menjadi miliknya?
Yang dimaksudkan adalah adanya keinginan dari siswa tersebut untuk
belajar,sehingga ia dapat dengan mudah mengerti dan proses pembelajaran
dapat berjalan dengan baik.
2.Apa pandangan tentang landasan utama pada esensialisme?

Jawaban : Kalau pada esensialisme pandangan tentang landasan utama itu


adalah norma dan nilai yang telah teruji oleh sejarah ( waktu).

Apa yang dimaksud dengan guru yang tr

Anda mungkin juga menyukai