Anda di halaman 1dari 42

TUGAS FILSAFAT PAK

Ringkasan buku (Robert R. Boehlke, Ph.D)


(sejarah perkembangan pikiran dan paraktek PAK)

Oleh :
Nama : Nurdiana Bait
Nim : 86108.2021.0332
Kelas : B

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN


INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI
KUPANG
2021
BAB 1
DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN MASA KUNO
A.  Pendidikan Yunani- Romawi
1.   Plato ( kira-kira 428 -348 s.M )
Pemenu Pendidikan Agama Kristen bukanlah GEREJA PURBA, Orang- orang Kristen
pertama dibesarkan dalam negeri yang telah dipengaruhi Kebudayaan Yunani kurang lebih 200
tahun lamanya.
 Ada 3 macam arus mengalir menjadi sungai Iman Kristen, yaitu
1). Yahudi yang membawa dasar agamawi
2). Yunani yang membawa bahasanya
3). Romawi yang menentukan struktur ketertiban umum dan hak sipil
Plato berasal dari keluarga Bangsawan, sisilah nenek moyangnya terdapat nama raja-raja
Atena dan seorang Anggota DPR yang bernama Solon. Guru Plato adalah bernama Sokrates.
Sistim atau gaya mengajar Sokrates kepada murid melalui tiga tingkat fikiran ,yaitu :
1). Yakin yang tiada berdasar
2). Bimbang dan ragu-ragu tentang pendapatnya semula, dan ingin hendak mengetahui yang
sebenarnya.
3). Yakin yang berdasarkan kepada penyelidikan dan cara berpikir yang betul.
Tragis, Sokrates dijatuhi hukuman mati ( ia minum racun dalam mangkok dikelilingi
murid-muridnya ), Sokrates dituduh oleh musuh-musuhnya merusak akhlak para pemuda dengan
pendekatan belajarnya. Plato kemudian mendirikan sekolah yang dinamakan “ Akademi “,
pikiran matang Plato tentang PENDIDIKAN dimuat dalam bukunya yang berjudul “Republik “
(bukunya melukiskan bentuk suatu Negara yang sesempurna mungkin) .
 Pendidikan menurut Plato, perlu untuk :
1). Membimbing orang-orang meninggalkan semua bayang-bayang yang tidak berakar dalam
kenyataan , agar meliha t serta menganut Kebenaran
2). Dalam Proses pendidikan, menurut Plato kita dibimbing “ mengingat” inti abadi dari benda-
benda dalam dunia ini.
3). Pria dan wanita berhak menerima pendidikan.
4). Yang termasuk dalam subyek Pendidikan adalah anak-anak dan muda-mudi dari kaum
atasan.
Menurut Plato latihan itu bukal ah pendidikan, sebab pendidikan mencakup
perkembangan manusia secara keutuhan.
 Ruang lingkup perkembangan manusia secara keutuhan,terdapat tiga bagian
pokok, yaitu:
1). Perkembangan emosi, dapat dikembangkan melalui : musik dan cerita-cerita
2). Perkembangan tubuh, dapat dilatih dengan olahraga
3).Perkembangan akal dikembangkan melalui semua ilmu yang menantang akal, misalnya ilmu
ukur, ilmu pasti, ilmu bintang dan dialetika. Orang-orang akan terdidik akan menjadi pemimpin
masyarakat. Menurut Plato , pendidikan adalah menjadi tanggung- jawab negara. Menurut Plato
Manusia cenderung condong lebih menghargai keamanan pribadi meskipun dasarnya salah,
ketimbang membuka diri terhadap pendekatan baru, pengetahuan baru, pengertian baru dan
sebagainya.

2.   Aristoteles ( kira-kira 384 -322 s.M )


Aristoteles lahir di desa Stagira, negeri Thrakia, yaitu bagian utara Yunani moderen
sekarang. Ayahnya seorang dokter, dan pengalamannya di rumah ayahnya sangat mempengaruhi
caranya meninjau dunia sekitarnya. Hoby atau kegemaran Aristoteles menggambarkan sifat-sifat
berbagai jenis makhluk hidup dan benda dari dunia alam. Sekolah Aristoles di Akademi Plato di
Atena , setelah tahun 367 ia pindah dari Thrakia ke Atena, sekolah selama 20 tahun. Pada
tahun343 Aristoteles menjadi Guru pribadi putra Filipus, Raja Makedonia, di Kota Iskandar
Mesir ia mendirikan perpustakaan dan Museum. Pada Tahun 334, Aristoteles kembali ke Atena
dan mendirikan sekolah Akademi. Gaya mengajar Aristoteles membuat sekolahnya terkenal
sebagai sekalah “ peripatetis” dari kata Yunani , yang artinya berjalan-jalan.
 Pandangan Aristoteles terhadap Pendidikan :
1). Pendidikan termasuk kegiatan insani yang mempunyai maksud utama, yaitu : menolong
orang mencapai kebahagiaan ( eudaimonia). Hal tersebut terlihat dari dua karya utamanya: Etika
Nikomakia dan Politik.
2). Pertama-tama sebagai dasar pendidikan Aristoteles menitikberatkan pentingnya panca indera
manusia.
3). Pendidikan melalui kebiasaan harus mendahului pendidikan melalui akal, dengan kata lain,
baik buruknya sesuatu orang dipelajari melalui apa yang dialaminya. Jadi para pelajar hendaknya
dituntun dan dianjurkan untuk bergaul dengan anak-anak, muda-mudi dan orang Dewasa yang
berbudi tinggi, Guru memiliki tugas menolong murid-muridnya meningkatkan diri menjadi sama
dengan orang-rang yang berbudi tinggi.
Menurut Aristoteles,perkembangan kemampuan nalar para pelajar dapat didorong dengan
cara meneliti dunia alam dan sekitarnya. Dalam hal mengambil keputusan etis dan bagaimana
caranya orang dapat menemukan ukuran yang dapat dipercaya, menurut Aristoteles
mengunakan kunci “ Jalan Tengah Kencana “ ( “Golden Mean”). atau menserasikan diri dengan
irama alam dunia, contohnya : memilih jalan tengan antara kepengecutan dengan kenekatan
secara membabi buta, yaitu keberanian, antara kemalasan dan nafsu ialah ambisi, antara
kerendahan hati dan kesombongan yaitu kesederhanaan. Orang yang sanggup menyerasikan
dirinya dengan alam dunia,dan mengalami kebajikan moral gres sanggup beroleh gelar “
terpelajar”

3. Quintiliguas ( kira-kira 384 -322 s.M )


Quintiliguas berasal dari Spanyol, ia yaitu guru Romawi pertama yang diangkat sebagai
guru Rhetorika ( seni berbicara di depan umum).Ia mengajar selama 20 th. Buku karyanya yang
ternama yaitu “Institutia Oratoria” ( Pengajaran tentang asas-asas Ilmu Pidato ). Quintiliguas
beropini : Barangsiapa pintar berpidato sanggup menolong orang-orang lain memperoleh
keadilan melalui lembaga-lembaga negara. Perbedaan gagasan tentang pendidikan Quintiliguas
dengan Plato-Aristoteles : Plato-Aristoteles pendidik Yunani itu menerangkan gagasan yang luas
dan mendalam tentang pendidikan , sedangkan Quintiliguas lebih terbatas, yaitu mengajar orang-
orang memperoleh salah satu ketrampilan praktis. Pendapat Quintiliguas “ Filsafat sanggup
ditiruankan, tetapi kepandaian berpidato,tidak”
Artinya : orang-orang sanggup memdiberi kesan seperti kepandaian mereka betul-betul
mendalam,meskipun mereka spesialuntuk melaporkan pemikiran yang terdapat di dalam buku-
buku saja, lain halnya dengan dengan orang-orang yang berpidato, pada ketika ia
mengungkapkan gagasannya, terampil atau tidaknya ia berpidato pribadi kentara. Dia tidak
sanggup menipu para pendengarnya.
 Sumbangan besar Quintiliguas terhadap perkembangan ilmu pendidikan, yaitu ;
1). Memperlakukan setiap anak didik sebagai seorang pribadi yang perlu dihormati
2). Para pendidik diperlukan merencanakan kiprah berguru sesuai dengan kemampuan setiap
golongan umur peserta didik
3). Menolak majemuk eksekusi yang didiberikan kepada anakdidik.
Kekurangan atau kelemahan pandangan Quintiliguas yaitu kefasihan berpidato menjadi
suatu nilai yang mutlak. Karyanya Quintiliguas pada tahun 1410 M dipupulerkan kembali oleh
Poggio, seorang humanis, setelah Institutio Quintiliguas ditemukan kembali dalam biara Santo
Gall, Swis.
 Pendidikan Agama Yahudi
Walaupun tidak 100% yang ialah dasar Pendidikan Agama Kristen agama Yahudi yaitu
pemikiran pedagogis yang dikembangkan dalam kebudayaan Yunani Romawi mirip yang
diwakili oleh Plato, Aristoteles, dan Quantiliguas. Para pemikir Kristen mengembangkan
struktur dan isi teologi atas kedua dasar kebudayaan, yaitu Yahudi dan Yunani. Hubungan Erat
antara paguyuban Yahudi dengan Kristen sanggup dilambangkan dengan penemuan para hebat
purbakala di kota Jaresy, Palestina Kuno era ke 3 dan gedung Gereja Byzantium dari era ke 6
suatu rumah ibadah agama yahudi yang jauh lebih tua. Sejarah perkembangan Pendidikan
Agama yahudi sanggup dibagi dalam dua zaman:
1). Zaman Saat terbentuknya bangsa Israel hingga pemmembuangan ke Babel
2). Zaman Pemmembuangan Ke Babel dan permulaan Zaman Masehi
 Pendidikan Agama Yahudi Zaman Saat terbentuknya bangsa Israel sampai
pemembuangan ke Babel
1). Berdasarkan sejarah,bangsa Israel (Ibrani) berasal dari salah satu suku Semit, yang terlibat
perpindahan umum 4000 tahun kemudian di tempat barat daya Asia, sekitar tahun 2000 sM
( zaman Abram )
2). Dasar Teologis Pendidikan Agama Yahudi: berdasarkan keyakinan bahwa Allah memanggil
Abram, dan keturunan Abram dinamakan bangsa yang terpilih.
( sanggup kita baca sebagai petunjuk daar Teologisnya di Ulangan 7:7-8,Kejadian 12,Ulangan 6 :
4-9 )
3). Ruang lingkup Pendidikan Agama yahudi : Pendidikan Agama menjadi pecahan inti dari
kegiatan sehari-hari yang lazim dilakukan.Ruang lingkup Pendidikan Agama yahudi :
Pendidikan Agama menjadi pecahan inti dari kegiatan sehari-hari yang lazim dilakukan.
4). Perbedaan orang Yahudi dengan orang Yunani :
Orang Yunani amat optimis terhadap kekuatan budi manusia, Orang Yahudi lebih cenderung
bersandar pada Tuhan yang menyatakan diriNya melalui FirmanNya, peristiwa-peristiwa sejarah
dan perbuatan-perbuatanNya yang ajaib.
 Haluan Pendidikan Agama Yahudi dipengaruhi oleh :
1). Kepastian akan adanya penyataan sebagai pengalaman yang diperlukan akan terjadi.
2). Keyakinan Teologis yang berporos pada jati diri bangsa Israel sebagi umat yang terpilih oleh
Tuhan.
 Ada tiga hal yang menjadi dasar KeyakinanTeologis Pendidikan Agama Yahudi :
1). Kepastian akan adanya penyataan sebagai pengalaman yang diperlukan akan terjadi.
2). Keyakinan Teologis yang berporos pada jati diri bangsa Israel sebagi umat yang terpilih oleh
Tuhan.
3). Ajaran tentang insan di dalam Bibel ( kejadian,Yeremia 2:13b, Yes.1:18-20).
 Tujuan Pendidikan Agama Yahudi , ialah :
“ Melibatkan angkatan muda dan remaja dalam sejumlah pengalaman berguru yang menolong
mereka mengingat perbuatan-perbuatan asing yang dilaksanakan Allah pada masa lampau,
serta membimbing mereka mengharapkan terjadinya perbuatan sama dengan penyataan
ditengah-tengah kehidupan mereka guna memenuhi syarat-syarat perjanjian, baik yang
berkaitan dengan kebaktian keluarga dan seluruh komplotan maupun yang mencakup beberapa
aspek sikap yang sesuai dengan kehendak Tuhan, sebagaimana Ia mengejawantahkan dalam
urusan sosial dan pemeliharaan ciptaan yang dinamakan baik oleh Tuhan”.
 Pengajar - pengajar dalam pendidikan Agama Yahudi , terdiri atas 4 golongan
pemimpin, yaitu :
1). Kaum Imam
2). Para Nabi
3). Kaum Bijaksana
4). Kaum penyair
 Kurikulum pendidikan Agama Yahudi
Kurikulum utama Pendidikan agama Yahudi yaitu : “Sejarah yang Di ingat” ( yaitu Keterlibatan
Allah dalam kehidupan mereka)
 Pendidikan Agama Yahudi Zaman pemmembuangan ke Babel dan Permulaan
Zaman Masehi
1). Dasar teologi gres untuk Pendidikan agama Yahudi Zaman pemmembuangan ke Babel dan
Permulaan Zaman Masehi, yaitu :
a). “Dari Abu tragedi yang sedang menimpa mereka dengan dua pendekatan nabi-nabi yang
bernubuat di Israel ( kerajan Utara) dan Yehuda ( Kerajaan Selatan).
b). Teologinya mulai meliputi beberapa aspek baik statusnya sebagai bangsa terpilih, maupun
hukuman yang seharusnya dijatuhkan Allah atas diri mereka sebagai akhir melanggar aturan
Tuhan.
2). Langkah atau usaha yang dilakukan dalam rangka menerapkan Pendidikan Agama Yahudi
Zaman pemmembuangan ke Babel dan Permulaan Zaman Masehi, yaitu :
a). Condong mengutamakan Taurat
b). Belajar menafsirkan Firman Tuhan, bahkan terbentuk hari penafsiran(Misyna).
c). Didalam Misyna juga terdapat sejumlah petunjuk mempelajari isi taurat dan mengamalkan
serta mentaati isinya (misal:Mazmur 119,Amzal22:6,)
 Lembaga-lembaga Pendidikan Agama Yahudi Zaman pemmembuangan ke Babel
dan awal gerakan Kristen yang didirikan antara lain :
1). Lembaga rumah ibadah (sinagoge).
2). Sekolah Dasar (Beth-Hasepher atau rumah buku ) tahun 75 sM, dikota Yerusalem.
Kemudian akhirnya berdasarkan keputusan Imam Agung Yosua ben Gamala, disetiap kabupaten
dan kota praja didirikan sekolah dasar.
3). Sekolah Menengah Pertama ( Beth Talmud).
a. Anak pria mulai masuk sekolah dasar usia 6 tahun, mereka mulai mempelajari bahasa
Ibrani,Taurat, nubuat dan goresan pena - goresan pena lain, mirip Mazmur.
b. Pada umur 10 tahun diperlukan mereka sudah mampu membaca seluruh Perjanjian Lama
dalam bahasa Ibrani.
c. Sekitar umur 10 atau 11 tahun, mereka boleh diterima di SMP,dan mulai berguru tentang
Misyna : suatu penafsiran tentang alkitab.
d. Disamping berguru Misyna, Talmud dan Haggadah ( bahan aturan dan etis dari Talmud )
anakdidik-anakdidik itu juga mempelajari ilmu hitung, ilmu bintang, ilmu bumi dan ilmu hayat.
 Gaya mengajar di sekolah Yahudi ;
a. Menitik beratkan metode menghafalkan
b. Bahan yang dipelajari anakdidik dinyanyikan
c. Ancaman eksekusi dan hukuman digunakan untuk meningkatkan perhatian anakdidik.
 Para Pelajar :
Anak –anak perempuan tidak memperoleh tempat dalam sistem persekolahan Yahudi.
Hanya diutamakan anak Laki-laki.
 Kurikulum : terbatas tetapi apa yang dipelajarinya, dipelajari dengan teliti, anak
didiknya terlatih untuk berpikir secara agamawi dalam menghadapi urusan sehari-hari.
BAB II
PENDIDIKAN AGAMAWI DALAM PERJANJIAN BARU
A.   Pendidikan Yang Berporos Yesus Sendiri
 Yesus sebagai Buah Pendidikan Agama Yahudi,
Karena Yesus yang lahir dan bertumbuh di lingkungan orang Yahudi, sedikit banyak
mempengaruhi tindakan-Nya dalam mengajar pendidikan Agama. Perjanjian Baru identik
dengan Yesus, Artinya sebagian besar pokok bahasan dalam Perjanjian Baru berbicara terkena
Yesus, terutama empat kitab pertama atau Injil sinoptis.
 Yesus Sebagai Seorang Guru
Yesus diakui sebagai Guru Agung, karenanya tiruana pembahasan tentang pendidikan
agama dalam Perjanjian Baru sepatutnya dimulai dari Pribadi ini. Yesus mempunyai
kekerabatan yang khusus dengan Bapa-Nya. Tetapi kekerabatan ini tidak menghalangi Yesus
untuk berguru sebagaimana layaknya anak pria Yahudi lainnya. Ucapan Yesus dalam Lukas
6:40, Mat 10:24-25 dan Yoh 13:16-17, setidaknya menunjukkan pada kita bagaimana Yesus
belajar. Dulu Ia yaitu seorang anakdidik. Kemudian Ia berguru pada guru-guru-Nya. Sama mirip
anak pria Yahudi lainnya, keluargalah guru-Nya yang pertama. Seperti yang diceritakan oleh
empat Injil dalam Alkitab, kita sanggup menarikdanunik kesimpulan bahwa orang tua-Nya
berusaha memenuhi tiruana syarat agama Yahudi yang berlaku bagi mereka, baik yang bersifat
liturgis maupun yang bukan liturgis. Kemudian setelah Ia dewasa, Ia masuk ke rumah ibadat
berdasarkan kebiasaan-Nya pada hari Sabat. Kemungkinan besar Ia juga menghadiri sekolah
ibadat di Nazaret dan sekolah Beth Talmud. Di sinilah Yesus memperoleh pengetahuan isi
Perjanjian Lama dan menafsirkannya. Ia juga mengetahui cara berpikir orang Farisi dan Saduki.
Jadi, minimal Yesus sudah memperoleh pendidikan dalam bahasa Ibrani semoga Ia bisa
membaca Taurat. Dalam kitab Matius dan Yohguas, Yesus didiberi gelar “Rabi”, guru, suatu
gelar yang tidak digunakan sembarangan dalam pembicaraan. Di dalam Injil diceritakan tentang
kegiatan-Nya, “mengajar” yang ialah pelayanan yang paling awal yang kemudian disusul dengan
“memdiberitakan Injil” dan “melenyapkan segala penyakit dan kelemahan”. Sama mirip rabi
lainnya, Dia menarikdanunik perhatian beberapa pengikut yang dinamakan “anakdidik-anak
didik”; suatu istilah teknis yang berkaitan dengan orang-orang yang berguru dari bimbingan
seorang pengajar.
Metode perdebatan-Nya sama mirip para rabi lainnya, contohnya menggunakan
perumpamaan-perumpamaan. Isi pengajaran-Nya juga ibarat isi pengajaran para rabi, mirip
membicarakan aturan Taurat, aturan yang terutama yaitu keharusan mengasihi baik Allah
maupun manusia. Di antara para pengikut-Nya terdapat perempuan-perempuan, memperhatikan
bawah umur kecil, bergaul dengan orang-orang berdosa contohnya pemungut cukai dan
perempuan sundal, yang pantang sekali bagi kaum rabi. Hal inilah yang membedakan Yesus dan
para rabi di zaman-Nya. Melalui atau bersama ini menekankan identitas Yesus sebagai guru
bukan berarti identitas-Nya yang lain harus ditolak. Sebenarnya istilah mana pun kurang
mencukupi untuk mencakup beberapa aspek tiruana segi watak-Nya, tetapi dengan ‘Guru’ dan
‘Juruselamat’, kita mulai lebih bersahabat kepada siapa sesungguhnya Yesus itu. Sang Guru
inilah yang memanggil jemaat-Nya untuk mengajar dan diajar. Salah satu penyebab Yesus
disebut sebagai Rabi yaitu terdapat dalam kharisma yang dimiliki oleh-Nya ketika Ia
memberikan pengajaran-Nya. Ia bisa menarikdanunik perhatian banyak orang melalui suara-Nya
sehingga sanggup mengakibatkan kepercayaan dalam diri mereka yang mendengarkan-Nya.
Kegiatan Yesus lebih sering digambarkan dengan kata kerja “mengajar”, daripada
memdiberitakan atau berkhotbah.
Mengajar bukan sekedar memindahkan pengetahuan dari orang yang lebih tahu pada
orang yang belum tahu. Mengajar yaitu ilmu mengajarkan sesuatu secara tepat dan cepat
sehingga orang yang diajar sanggup memahami, menanggapi dan mempraktikannya. Kegiatan
inilah yang Yesus lakukan ketika itu. Ia ingin bahwa setiap orang yang mendapatkan pengajaran-
Nya, bukan spesialuntuk mendengar tetapi juga memeliharanya dan orang yang melaksanakan
ini yaitu orang yang berbahagia (Luk. 11:28). Memelihara dalam arti mempraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari. Yang diajarkan-Nya yaitu diri pribadi-Nya sendiri. Melalui kegiatan
mengajar itu Ia menyatakan seluruh planning Allah.
 Gaya Mengajar Yesus
Yesus juga mengajar dengan cara memperhadapkan orang-orang kepada tantangan
pokok, yaitu apakah mereka rela mengabdikan diri kepada Allah yang ditetapkan dalam diri
Yesus itu atau tidak. Beberapa metode yang digunakan Yesus mirip yang ditulis dalam keempat
Injil antara lain:
a. Ceramah, Yesus berusaha memberikan pengetahuan kepada anakdidik-anakdidik-Nya
atau menafsirkan pengetahuan tersebut. Melalui pendekatan ini Ia mengharapkan dua
tanggapan dari para pendengar-Nya yaitu pengertian mendalam dan sikap baru.
b. Bimbingan, selain mengajar melalui ceramah Yesus juga mempersembahkan bimbingan
kepada anakdidik-anakdidik-Nya mereka diajar melalui tinjauan yang harus diamalkan.
Ia memdiberitahukan apa yang mereka harus lakukan dan ke mana mereka pergi kelak.
c. Menghafalkan , menghafalkan ayat-ayat tertentu dalam Alkitab.
d. Perwujudan, metode ini digunakan oleh penulis Injil Matius terhadap pelayanan Yesus
dan ialah pendekatan khas Matius, namun contohnya didiberikan oleh Yesus sendiri.
melaluiataubersamaini perwujudan-Nya Yesus mengajarkan kepada anakdidik-
anakdidik-Nya bahwa diri pribadi-Nyalah penyataan yang gres itu dan bukan
spesialuntuk pengajaran-Nya.
e. Dialog, Yesus mengajukan pertanyaan yang gres sebagai tanggapan atas pertanyaan yang
sebelumnya diajukan kepada-Nya. Pada setiap tahap pertukaran pikiran, orang yang
diajak berdialog diarahkan untuk menggali pemahamannya lebih dalam lagi.
f. Studi Kasus, perumpamaan yang diceritakan Yesus ialah studi kasus.
melaluiataubersamaini pendekatan ini Yesus menggariskan seluk-beluk salah satu
masalah dan mengundang para pendengar-Nya memanfaatkan budi dan iman-Nya.
Mereka didorong untuk memikirkan inti persoalannya dan bagaimana memecahkannya.
g. Perjumpaan, dengan metode ini para pelajar ditantang secara pribadi untuk mengambil
keputusan. Di sini Yesus tidak menceritakan. Ia memprakarsai pertanyaan yang pribadi
dan besar sekali maknanya. contohnya di dalam insiden di Kaisarea Filipi (Mat 16:13-20)
h. Perbuatan Simbolis, maksud Yesus menggunakan metode perbuatan simbolis yaitu
Pelayanan itu perlu pengorbanan diri sebagai tujuan utama kehidupanNya. misal
perbuatan Simbolis : Yesus di depan umum dibaptis oleh Yohguas Pembaptis.
 Pendidikan Agama Kristen dalam surat-surat tertentu dari PB
1.   Surat kepada Jemaat di Tesalonika
a. Surat kepada jemaat di Tesalonika ini rupanya dikirim dari kota Korintus pada tahun 50
SM, jadi 17 tahun setelah kebangkitan Yesus.
b. Pendidikan dalam jemaat ialah salah satu cara yang disediakan semoga rang-orang
sanggup mendengarkan Firman Tuhan.
c. Selama Paulus bekerja di Tesalonika, ia terlibat pelayanan berkotbah disusul kegiatan
mendidik dan membina jemaat. Kaprikornus berkotbah saja tidak cukup, mesti ada
pelayanan mendidik semoga para jemaat bertumbuh dalam imannya.
d. Orang-orang Kristen tidak dihasilkan begitu saja, tetapi melalui pendidikan yang
sungguh-sungguh dalam para-dosis ( melalui tradisi dan intisari Injil ). Paulus
mengganggap bahwa pengajaran yang disampaikannya bukan gagasan atau bukan
berasal dari dirinya, tetapi Allah yang memdiberi paraggelia(petunjuk, bimbingan) ( I Tes
4:2), Paulus memberikan suatu paradosis ( pengajaran yang sudah diterima) ( 2 Tes 2:
15).
 Ada 4 (empat) macam materi dalam surat Tesalonika, yaitu :
1). Ajaran Teologis (1Tes 1:1-10, 1Tes 5:9, 1Tes 4:13-18 )
2).Pengajaran Etis ( 1 Tes 4:1,3 , 9, 1 Tes 5:14-15 )
3).Tata Gereja ( 1 Tes 5 :12-13 )
4).Kata-kata yang ibarat ucapan Yesus ( 1Tes 4:1,1Tes 4:15,1Tes 5:2, Mat24:43 1 Tes 5:5,7 )
 Surat – surat penggembalaan
a. Surat-surat pengembalaan ( 1 dan II Timotius dan Titus ) disusun 50 dan 70 tahun setelah
penulisan surat-surat Tesalonika.
b. Rasul Paulus meninggal di Roma sekitar kira-kira tahun 64M, jadi jelaslah pengarang
ketiga surat penggembalaan bukanlah Paulus.
 Beberapa fatwa –ajaran yang dipertahankan:
a. Ajaran teologis (I Tim 6:20, 2 Tim 1:14, 1 Tim 2:7, 2Tim 2:2, 1 Tim2:3)
b. Pengajaran etis ( 1 Tim 6 :9-10, 2Tim 3:2-3, Titus 3:3)
c. Petunjuk-petunjuk perihal jabatan gerejawi ( 1 Tim 3 : 1-13)
d. Perkataan-perkataan Tuhan Yesus sebagai ukuran yang digunakan untuk menilai mutu
kehidupan seorang Kristen. ( 1Tim 6:3)
 Beberapa fatwa teologis yang dipertahankan :
a. I Tim 6:20 Hai Timotius, peliharalah apa yang sudah dipercayakan kepadamu. Hindarilah
omongan yang kosong dan yang tidak suci dan perperihalan-perperihalan yang berasal
dari apa yang disebut pengetahuan,
b. 2 Tim 1:14 Peliharalah harta yang indah, yang sudah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh
Roh Kudus yang membisu di dalam kita. (1 Tim 2:7, 2Tim 2:2, 1 Tim 2:3).
BAB III
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM GEREJA PURBA ( Abad ke-2 dan ke-5 )
A.Lingkungan Luasnya
B. Tantangan Budaya terhadap
C. Keprihatinan Gereja Terhadap Pelayanan Pendidikan
a. Pendidikan agama Kristen yang dikembangkan oleh Gereja Purba ialah usaha untuk bergumul
dengan kebudayaan yang nilai-nilainya berperihalan terhadap lingkungan luas disekitarnya.
b. Tantangan pertama yang dihadapi yaitu terkait dengan kepercayaan sekitar gereja yang masih
politeisme.
c. Tantangan kedua yaitu terkait dengan masalah intelektual kebudayaan yang berperihalan
dengan Injil, sehingga membuat beberapa gereja menetapkan untuk memisahkan diri dari
kebudayaan itu.
d. Sehingga dari sini muncul seorang Tertulianus yang menjadi tokoh gereja yang berani
membuat garis pemisah antara gereja dan kebudayaan. Dalam hal ini komplotan Kristen wajib
untuk memisahkan diri secara mutlak dari efek kebudayaan Yunani-Romawi.
e. Sebaliknya, ada tokoh lain yaitu Hieronimus dan Basil lebih mengarah kepada pemahaman
untuk memanfaatkan kebudayaan tersebut yang tidak berperihalan secara pribadi dengan nilai
Injil. Artinya, tidak tiruana kebudayaan itu jelek sehingga harus ditolak. Tetapi perlu ada
penyaenteng yang baik, sehingga mendapatkan sebuah jalan keluar yang menjembatani
keduanya untuk mempunyai kegunaan bagi pelayanan. Perperihalan kedua pendapat ini
berlangsung cukup lama, bahkan ketika 2 era setelah mereka wafat, perbedaan sudut pandang ini
masih saja diperperihalkan.
f. Tantangan ketiga yang dihadapi oleh Gereja purba yaitu terkait dengan masalah relegiusitas
atau keagamaan.
 Dalam hal ini ada beberapa aliran yang menghambat proses perkembangan gereja antara
lain, :
a. Gnostik,
b. Mitraisme dan
c. Neo-Platonisme.
Gnostik berasal dari bahasa Yunani “gnosis” yang berarti “pengetahuan”. Tetapi
pengetahuan disini bukan sesuatu yang bisa diperoleh dari mempelajari sesuatu, melainkan
sesuatu yang diterima pribadi dan bersumber dari sorga. Untuk Mitraisme, belum terang sejauh
mana agama Kristen dipengaruhi olehnya, tetapi bila memperhatikan secara sejarah nampaknya
efek dari Mitraisme lahir dalam hal perayaan dan sakramen. contohnya yaitu perayaan natal pada
25 Desember dan permandian dengan darah lembu yang sebelumnya pesertanya harus di “sidi”
terlebih lampau. Tantangan keempat atau yang terakhir yaitu tuduhan dari kebudayaan Unani-
Romawi yang menyampaikan bila orang Kristen tidak bertuhan. Dalam hal ini mereka
menyampaikan bila orang Kristen tidak menyembah dewa-dewi yang berwujud patung, maka
dikatakan bila orang Kristentidakbertuhan.
Menanggapi tiruana tuduhan itu, para pendidik Kristen menolak tiruananya. Artinya,
memang masyarakat Kristen mengasihi sesamanya, termasuk musuhnya, tetapi mereka tidak
berzinah. Dalam hal ini sikap mereka sangat susila dimana setiap hari mereka bersyukur pada
Tuhan atas segala keperluan hidup yang didiberikan Tuhan pada mereka. Dalam menghadapi
tiruana tantangan dan tuduhan itu, pendidik Kristen mempersembahkan pembelaan yang baik.
Artinya disini adalah, menerangkan tiruana alasan dan fakta kebenaran mengapa mereka
melaksanakan itu bukan berdasarkan kebencian atau ketidak setiaan kepada Negara, tetapi lebih
kepada keputusan untuk member pada yang prioritas. Dalam mempersembahkan perihalan
terhadap tiruana tuduhan ini muncul seorang tokoh berjulukan Origenes yaitu seorang teolog dari
era ke-3 yang menjawaban melalui karyanya yang berjudul “Contra Celsum” (Melawan Kelsus).
Sedkit terlepas dari tantangan yang dihadapi oleh gereja diatas, Gereja juga mempunyai
keprihatinan terhadap pelayanan pendidikan. Dalam hal ini usaha untuk memperoleh suatu citra
yang terang dan lengkap tentang keprihatinan pedagogis gereja purba itu agak susah. Hal ini
disebabkan jemaat tidak mempunyai Komisi Pendidikan Kristen. Sehingga dari sini muncul
masalah lain yaitu, tidak adanya penerbit Kristen yang mengeluarkankurikulumtertulis.
Keprihatinan selanjutnya juga menyangkut masalah ketidak pastian pengajaran atau dokmatika.
Sebagai akibatnya, mau tidak mau jemaat wajib mengambil keputusan tentang siapa
sesungguhnya Yesus, alasannya Dialah alasan pokok mengapa jemaat itu berada.
Origenes dalam karyanya dogmatika yang berjudul De Principiis (Asas Dasariah Iman
Kristen) mengajarkan bila Yesus Kristus sudah ada semenjak permulaan dunia. Ia tidak
spesialuntuk muncul pada titik tertentu dalam sejarah manusia. Dalam hal ini juga Origenes
memecahkan masalah terkena Inkarnasi Kristus dengan jalan mengemukakan adanya nyawa
yang dimiliki Yesus dan yang tidak boleh diambil dari pada-Nya (Yoh. 10:17-18). Seorang tokoh
lagi yang mempersembahkan solusi pada masa keprihatianan gereja purba terkait dengan
dogmatika yaitu Eusebius seorang hebat sejarah gereja Purba yang mengarang sekitar tahun 325
M. Dalam hal ini Eusebius menegaskan bila Yesus Kristus yaitu Anak Allah yang tidak
terbelenggu oleh persyaratan waktu manusia. Ia ada semenjak permulaan dunia. Disamping
tiruana usaha diatas, pada umumnya terdapat pula pengajaran melalui dua macam usaha, yaitu isi
nyanyian rohani yang dipelopori oleh Efraim, pendeta di siria, dan melalui mutu kehidupan para
masyarakat Kristen sendiri yang dipupuk melalui kebaktian umum,doa pribadi dan puasa.
 Lima Pendidik Besar
Terkait dengan perkembangan pendidikan agama Kristen dalam gereja purba, ringkasnya
ada lima pendidik besar yang cukup mempengaruhi perkembangan pendidikan Kristen dalam
gereja purba antara lain Clementus, Origenes, Hieronimus, Chysostomus dan Augustinus.
1. Clementus (150-215M.)
Lahir di Athena dan meninggal di Palestina. Dalam hal ini Clementus sangat rajin dalam
menjembatani pemikiran Kristen dengan kebudayaan Yunani sebagaimana diwakili dalam
tulisan - tulisan Homerus, Plato, dan kaum filsuf Stoa. Gagasan pokok dalam hal pendidikan
Agama Kristen disampaikan dalam tiga karya besarnya yaitu;
a. Protrepikos atau nasihat yang disampaikan kepada kaum kafir,
b. Paidagogos atau Sang pendidik yaitu Kristus dan
c. Stomateis yang ialah bunga rampai.
Dalam hal ini Clementus menjembatani kekerabatan antara pekabaran Injil dan
pendidikan dengan sebuah pertanyaan; Apakah dengan pendidikan itu orang-orang bertobat dan
mendapatkan Kristus, atau apakah mereka harus lebih lampau mendengar Injil, bertobat dan
setelah itu gres sanggup diajar ? dalam hal ini Clementus tidak menarikdanunik garis pemisah
yang lebar antara kedua pelayanan itu, lantaran Kristus, Sang Pengajar itu, terlibat dalam kedua-
duanya. Tujuan PAK tidak dikemukakan secara langsung, tetapi berdasarkan isi tulisannya
sanggup disimpulkan bahwa Clementus ingin menghasilkan seorang Kristen yang mewujudkan
dalam diri pribadinya sifat yang paling kaya yang berasal dari Injil Kristus dan dari kebudayaan
Yunani.

 Clementus mempersembahkan 4 unsur dalam pendidikan antara lain adalah:


1). pendidikan mencakup beberapa aspek seorang yang rela diajar,
2). seorang lain yang mengajar,
3). suatu proses yang memperlancar pengalaman berguru mengajar dan
4). berbagi hasil dari pengalaman tersebut.
2.  Origenes (182-224 M.)
Seorang pelajar sekaligus “rector” sekolah kakismus di Aleksandria. Dalam diri Origenes
tergabung filsafat Yunani dan Iman Alkitabiah. Origenes menghargai filsafat sebagai alat untuk
menolong orang-orang menjernihkan pikiran, tetapi filsafat itu sendiri kurang bobotnya untuk
memperoleh pengetahuan yang ilahi. Origenes mendapatkan gagasan tentang kedua tingkat
kenyataan, yaitu kenyataan duniawi yang selalu berubah dan kenyataan rohani yang sama
selama-lamanya. Namun demikian bagi Origenes budi insan mempunyai kemungkinan yang
teram kaya raya. Dalam hal ini juga Origenes menegaskan bila kemampuan daya pikir insan
terbatas. Itu sebabnya insan memerlukan penyataan dari Allah melalui Bibel dan Yesus Kristus
(Origenes menggunakan metode penafsiran alegoris). Selain itu Origenes juga mengecam tiruana
bentuk kebodohan dan ketidaktahuan, lantaran tiruananya itu menerangkan bagaimana orang-
orang yang bersangkutan tidak mempergunakan karunia besar yang didiberikan Tuhan kepada
manusia, yaitu kemampuan berpikir secara rasional.
3. Hieronimus (345-420 M.)
Hieronimus mirip yang sudah disinggung di atas yaitu seorang penterjemah Bibel
kedalam Vulgata atau bahasa latin. Dalam hal pendidikan, Hieronimus yaitu seorang seorang
guru bagi kaum perempuan golongan elit Romawi. Metode pendidikan yang digunakan oleh
Hieronimus agak kaku, mana ia lebih bersifat mengindoktrinasi peserta didik dari pada bersifat
training yang mendorong anak didik kreatif untuk berpikir. Dalam hal ini, Hieronimus tidak
secara pribadi mengungkapkan tujuan dari pendidikan, namun dari beberapa masalah pendidikan
yang ditanganinya menunjukan bila tujuan dari pendidikan yaitu mendidik “jiwa”, yaitu menjadi
tepat mirip Bapa yaitu tepat (Mat. 5:48). Sekalipun terkesan kaku dan mengindoktrinasi dalam
melaksanakan pendidikan, Hieronimus menyampaikan bila eksekusi tidakboleh digunakan bila
anak tidak depat menangkap atau berbuat sesuatu yang mungkin masih terlampau susah baginya.
Mesti ada kesabaran dari pihak guru, demikian nasehatnya.
Membahas terkena ruang lingkup pendidikan, Hieronimus membaginya dalam tiga pecahan
pokok yaitu, penerapan bahasa baik Yunani maupun Latin, kemudian pengetahuan dan
pengalaman rohani, terakhir yaitu ketrampilan memintal, menjahit dan sebagainya (bagi kaum
perempuan). Dalam mempersembahkan pengajaran Alkitab, Hieronimus tidak mengajar secara
kronologis, melainkan diubahsuaikan dengan kebutuhan yang tersusun dalam sebuah kurikulum.
4. Yohguas Chrysostomus (347-407M.)
Berasal dari Antiokhia yang kemudian menerima gelar “Chrysostomus” atau “mulut
Kecana” dan “maha guru dunia”. Gelar pertama melambangkan kemampuanya sebagai seorang
pengkhotbah dan kedua yaitu terkait dengan sumbangannya dalam pendidikan. Sebagai seorang
Uskup Agung kota Konstantinopel (Istambul) ia sangat berani dalam usaha menerapkan
peraturan gerejawi, khususnya atas para pendeta, biarawan juga uskup. Buah pikirannya dalam
hal pendidikan dituangkan dalam judul “jalan yang layak bagi para orang bau tanah untuk
mendidik anaknya”. Tujuan pendidikan Kristen menrutnya yaitu menjadi seorang “olahragawan”
bagi Kristus. Latihan menurutnya bukan dilakukan untuk mengisi waktu senggang, tetapi melalui
sebuah displin khusus. Dalam disiplin ini, pendidikan melibatkan panca indra yang ada yaitu,
verbal / dengan pengucapan lisan, telinga/ pendengaran, hidung/ penciuman, mata / penglihatan
dan terakhir yaitu indera peraba yang mencakup seluruh badan.
5.Augustinus(354-430M.)
Agustinus seorang teolog yang dilahirkan di Afrika Utara, dalam hal ini Agustinus
disebut sebagai raksasa pertama dalam sejarah gereja yang diubah secara mendalam oleh surat
Roma selain dari Martin Luther dan John Wesley di Inggris. Tugas pertama dalam pelayanannya
yaitu sebagai seorang kepala sekolah kateketika (perguruan tinggi Kristen). Pemikiran
Augustinus dalam hal pendidikan berakar dalam refleksinya sebagai seorang Kristen atas
pendidikan yang ia alami dulu, bidang filsafat, khususnya Plato dan misteri anugerah Allah yang
ditetapkan melalui Bibel dan Yesus Kristus. Asas yang diyakini dalam hal pendidikan adalah,
pelajar diajar bukan oleh kata-kata saja, melainkan oleh segala apa yang ditetapkan secara batin
kepadanya oleh Allah. Melalui atau bersama ini kata lain,seseorang harus percaya sebelum
sanggup berpikir secara mendalam . artinya seseorang tidak sanggup berguru tentang kebenaran
agamawi itu dengan jalan “diisi dari luar”, malahan akseptor kebenaran itu memerlukan respon
pribadi terhadap Allah. Sejauh sanggup kita ketahui, Augustinus tidak pernah menyusun suatu
tujuan yang bundar bagi pendidikan agama Kristen. Ada asumsi yang menyakan tujuan
pendidikan berdasarkan Augustinus yaitu meghantar para pelajar untuk memupuk kehidupan
rohani, membukakan diri kepada Firman Tuhan, memperoleh pengetahuan tentang perbuatan
Allah yang dilaporkan dalam Bibel dan bacaan lainnya, semoga dengan demikian mereka
mengalami hikmat, suatu pengalaman yang di dalamnya terkandung kesalehan, komplotan
dengan Allah, kebahagiaan pribadi, pengetahuan dan pengertian serta kemampuan untuk hidup
sebagai masyarakat gereja dalam suatu masyarakat umum. Dalam hal ini Augustinus melihat bila
Yesus Kristus yaitu satu-satunya Guru Agung. Dari segi penyusunan isi pelajaran atau
kurikulum, Augustinus menentang tiruana kecondongan mengkotakan pelajaran dalam hal yang
disebut “sekuler” dan yang disebut “agamawi” atau “kristiani”. Artinya, Augustinus tidak oke
dengan pendekatan yang mengajarkan setiap vak terpisah dari yang lain, khususnya dari
pengalaman agamawi. Dalam hal ini tiruana vak wajib disoroti sejauh mungkin dari iman
kristiani. Terkait dengan metode pembelajaran yang digunakan, nampaknya Agustinus lebih
condong menggunakan metode obrolan sebagai metode terbaik dalam mencapai pendidikan yang
diharapkan. Teknik mengajar yang digunakan oleh Augustinus condong memanfaatkan dua
metode pokok, yaitu klarifikasi panjang lebar yang dibawakan secara lisan dan suatu pendekatan
dialogis. Namun demikian dalam hal ini Augustinus berceramah dan berdialog dengan
bervariasi. Ia menyiapkan materi atau materinya dengan terang dan sistematis.
 Tiga wadah Pedagogis yang Pokok.
1.  Jemaat Sebagai Persekutuan Yang Beribadah
Persekutuan yang diberibada tersebut menghasilkan Liturgi
2.  Wadah Katekumenat
Katekumenat ialah jawabanan gereja Purba menanggulangi masalah banyaknya orang remaja
yang ingin mengabdikan diri kepada Kristus.
3.  Wadah Sekolah Katekisasi
Mutu pendidikan katekisasi yang diterima diperguruan Kristiani itu dibuktikan oleh nama-nama
tamatannya yang sudah mempersembahkan sumbangan yang kaya-raya kepada Gereja,
contohnya Clementus,Origenes dan Agustinus dan Nyssa.
BAB IV
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PADA ABAD PERTENGAHAN
( Dari Abad ke-6 s/d Abad ke – 14 )
A.  Lingkungan Luasnya
1.  Pendidikan Agama Kristen melalui Bahasa dan Rupa Lambang
Gaya berpikir secara simbolis mempunyai sejarah panjang sekali, khususnya yang
dikembangkan kebudayaan di mana saja untuk memberikan kebenaran rohani. Alasannya ialah
lantaran agama apapun melibatkan para pemeluknya dalam keprihatinan-keprihatinan yang tidak
mungkin dibatasi dengan dunia ini saja. Terdapat keprihatinan yang melampaui kemampuan
bahasa insani untuk menguraikannya sehingga menjangkau ke kedalaman kenyataan. Keadaan
bersejarah dari Gereja era pertengahan ialah tanah rindang bagi perkembangan simbol-simbol
yang mendobrak hati jemaat.
 Tercatat ada enam jenis lambang yag memainkan peranan dalam Pendidikan
Agama Kristen zaman itu, yaitu:
a. Sakramen Baptisan,
Persyaratan ketat yang dikembangkan Gereja Purba yang wajib dipenuhi oleh setiap
calon baptisan sebelum diterima sebagai anggota sah, diperlemmah bahkan dihapuskan sama
sekali dalam praktek Gereja era pertengahan. Alasannya berakar dalam perbedaan budaya yang
dialami kedua gereja itu. Bagi Gereja Purba, kebudayaannya menghargai kepentingan
pendidikan. Pada era pertengahan, gereja mengembangkan tindakan yang cenderung
mengutamakan kesan atau perasaan dalam diri para masyarakat ketimbang menambah sejumlah
pengetahuan, pengertian dan dedikasi diri.  Perubahan tersebut dibenarkan berdasarkan
penafsiran teologi Augustinus. Kaprikornus dalam praktek P.A.K pada era pertengahan boleh
diganti dengan ritus baptisan.
b. Sakramen Misa,
Selama para masyarakat jemaat diberibadah, mereka dididik melalui pancaindera yang
menolong mereka menyerap sebagian dari makna simbolis dari tindakan yang sedang
berlangsung. Walaupun para masyarakat dididik melalui simbolisme Misa namun pendidikan
tersebut berat sebelah, lantaran para masyarakat tidak diperlengkapi dengan training melalui
sumber iman yang tertulis.
c. Drama Agamawi,
Para masyarakat yang tidak sanggup membaca masih didiberikan peluang berguru
melalui drama itu. Meskipun sumber peluang tersebut masih terbatas, sama ruang lingkupnya,
namun banyak masyarakat sanggup dilibatkan dalam kegiatan yang menghasilkan injil yang
tidak kelihatan menjadi lebih nyata.
d. Seni luki/patung,
Penggunaan seni lukis dan patung untuk menunjukkan sejumlah insiden dari Bibel yang
digunakan gereja untuk mendidik. Dari segi ilmu pendidikan, setiap lukisan/gambar yang
termuat dalam naskah yang berhiasan itu ialah alat peraga yang amat menarikdanunik bagi para
masyarakat jemaat yang tidak dikelilingi oleh bentuk komunikasi massal yang begitu kaya raya
mirip yang dianggap biasa dalam dunia modern.
e. Buku naskah yang berhiasan
Penggunaan seni lukis dan patung untuk menunjukkan sejumlah insiden dari Bibel yang
digunakan gereja untuk mendidik. Dari segi ilmu pendidikan, setiap lukisan/gambar yang
termuat dalam naskah yang berhiasan itu ialah alat peraga yang amat menarikdanunik bagi para
masyarakat jemaat yang tidak dikelilingi oleh bentuk komunikasi massal yang begitu kaya raya
mirip yang dianggap biasa dalam dunia modern.
f. Seni bangunan bangunan gedung Gereja.
Pengalaman berguru yang dikenal para masyarakat gereja era pertengahan melalui seni bangunan
gereja adalah:
a.  Mereka sedang berguru semoga tidakboleh mengorbankan kehidupan rohani demi kehidupan
jasmani saja.
b. Melalui seni bangunan, para masyarakat diajar bagaimana lingkungan luas tempat diberibadah
apapun tidak kunjung bebas dari nilai teologis, malahan selalu turut mengkomunikasikan
pandangan terhadap Allah dan hal-hal rohani.
c.  Melalui gaya seni freska, mozaik dan beling cat-bakar serba warna, banyak insiden dari Bibel
menjadi kelihatan kepada para masyarakat yang buta aksara.
d.  Penggunaan bahasa simbol sebagai masukana utama untuk membina para masyarakat tuna
abjad erat sekali hubungannya dengan inti agama apa pun dan khususnya agama Kristen.
B.  Wadah Pedagogis Yang Dikembangkan
Beberapa Wadah bertumbuh untuk pengajaran iman Kristen, antara lain :
1.  Jemaat itu sendiri
Jemaat itu sendiri sebagai wadah paling umum Sakramen-sakramen yang didiberikan
dimaksudkan supaya anugerah disalurkan kepada setiap orang yang lazimnya menghadapi
kemelut-kemelut kehidupan.
2.  Sekolah Katedaral
Sekolah-sekolah katedral berkembang terus setelah keputusan konsili Toledo, tetapi
gereja harus menunggu hingga pada tahun 1179, ketika diadakan konsili Lateran (di Roma)
sebelum wadah pendidikan agama Kristen mendapatkan status dan struktur tetap.
3. Universitas
Pada permulaannya, universitas dibuat demi pertahanan diri para pelajar. Kata universitas
berasal dari bahasa Latin, yaitu unus dan versum. Unus artinya “satu”, versum artinya
“menjadikan”. Kaprikornus universitas berarti “menjadikan satu atau menjadikan satu
keutuhan”. melaluiataubersamaini kata lain universitas ialah kumpulan orang yang
memanfaatkan tenaga demi kepentingan pelayanan mengajar dan belajar.
4. Kesatriaan (mendidik khususnya bagi anak pria golongan bangsawan)
Khususnya bagi anak pria golongan bangsawan, forum kesatriaan ialah wadah keempat
yang disediakan untuk mendidik kaum muda dalam unsur-unsur iman Kristen.
5. Sekolah Yang Diselenggarakan Biara
C.  Beberapa Pendidik Besar
1.    Karel Agung
Pada tahun 771, ketika Karel Agung naik takhta, ia memulai dengan penaklukan selama
tiga dekade. Ia mendorong perbatasan kerajaannya ke arah timur dan akhirnya ia menguasai
Burgundy, sebagian besar Italia, Alamania, Bavaria dan Thurginia.. Untuk pertama kali,
sebagian besar Eropa menikmati kepemimpinan yang stabil. Sampai pada hari Natal tahun 800,
Karel Agung memegang gelar raja kaum Frank. Pada hari suci itu, Paus Leo II menobatkan
beliau sebagai kaisar kekaimasukan Romawi Suci, dan sekali lagi sepertinya Eropa Barat
mempunyai seorang kaisar yang mengikuti jejak Konstantin yang Agung. Tentunya Karel Agung
mendapatkan sungguh-sungguh pemikiran bahwa ia sudah menjadi kaisar Kristen, lantaran
tiruana surat-surat keluarnya berbunyi: "Karel, dengan kehendak Allah, Kaisar Romawi".
Meskipun Karel Agung sedikit saja terpelajar, di bawah pemerintahannya yang hening terwujud
kebangkitan seni dan ilmu yang dikenal sebagai Renaisans Karoling atau Kebangkitan
Karolingia. Kaisar tersebut mensponsori sebuah sekolah istana di ibu kota kekaimasukan,
Aachen. Alcuin, seorang terpelajar Anglo-Saxon menjadi guru di sana; ia menasihati anakdidik-
anakdidiknya: "Waktu berjalan mirip air yang mengalir. Jangan sia-siakan hari-hari berguru
dengan bermalas-malasan!" Alcuin menulis buku teks tentang tata bahasa, ejaan, retorika dan
logika. Karel memprakarsai tindakan yang mempertinggi kepentingan pendidikan , khususnya ia
mengeluarkan proklamasi pedagogis yang amat berharaga bagi sejarah pendidikan, juga
memperkaya sejarah pendidikan agama Kristen dan melahirkan Piagam Umum pertama dibidang
Pendidikan yang didalamnya mencakup beberapa aspek tiga Golongan ,yaitu :
1). Para Imam
2). Biarawan
3). Kaum muda ( laki-laki)
Kurikulum dalam pendidikan Kristen yang Karel pelopori juga mencakup beberapa aspek
pokok-pokok iman Kristen, moralitas, seni membaca dan menulis.
2.  Alfred Agung
Raja Alfred yaitu raja pertama dari bersatu Anglo-Saxon kerajaan yang secara sedikit
demi sedikit menjadi apa yang kini kita kenal sebagai Inggris. Alfred lahir pada tahun 849 M di
desa Menginginkan, kini Wantage, Oxfordshire. Dia yaitu anak bungsu dari Raja Aethewulf dari
Wessex oleh istri pertamanya, Osburga. Alfred yaitu anak bungsu dari lima putra dan satu putri
Raja Aethelwulf. Ayahnya dan saudara-saudara mati membela kerajaan mereka kebanyakan dari
Viking. Dalam 868 Alfred berkeluarga Ealhswith, putri Aethelred Mucil dan beliau berkuasa
pada 871 M pada usia 22 dan memerintah selama 28 tahun. Alfred ingin membuka pintu
pengetahuan yang terkunci dalam begitu banyak naskah, tiruana itu akan bisa terjadi kalau
pemerintah dan Gereja mendirikan sekolah-sekolah yang akan memperlengkapi kaum muda dan
ketrampilan membaca dan menulis. Pendapat dan usaha Alfred; Pendidikan bukan spesialuntuk
bagi orang Elit yang bisa membaca bahasa Latin, melainkan juga bagi setiap anak yang sudah
sanggup berbicara dalam bahasa Inggris. Alfres juga berhak dinamakan Pendidik Besar lantaran
sebagai kepala negara ia memprakarsai suatu Crash Program ( planning Darurat ) untuk
menterjemahkan sejumlah karya dalam bahasa latin ke dalam bahasa Inggris. Dan Alfred juga
menjadi Guru agung bagi bangsanya.
3. Rabanus Maurus
Rabanus Maurus masyarakat Jerman, lahir di Mainz, dan ia berguru Teologi di kota
Paris yang didirikan oleh para misionaris dari Inggris. Di Jerman Rabanus Maurus menjadi Guru
Pertama di negaranya. Buku terkenal yang dikarangnya “Pendidikan Bagi kaum Imam”dan
menitik beratkan artes liberales sebagai dasar untuk pendidikan Teologi. Pikiran Rabanus
Maurus layak dimasukkan ke dalam Sejarah Pendidikan Agama Kristen, lantaran : “ Pada
pokoknya Pendidikan Agama Kristen di jemaat bergantung kepada mutu kepemimpinan. Maurus
mendobrak semoga dilatih bisa berpikir lebih kritis dan kreatif terkena masalah-masalah insani
dalam terang Alkitab. Maurus ingin menghasilkan seorang pelayan Tuhan yang mempunyai
pengetahuan yang diberimbang , sehingga ia mempertahankan pokok-pokok seni liberal masuk
kedalam kurikulum pendidikan Teologi.
4.  Petrus Abelardus
Kelahiran Petrus Abelardus berasal dari tempat Britanny, lahir di Pallet (Palais), tidak
jauh dari Nantes, Perancis, pada tahun 1079. Dia yaitu anak tertua dari rumah Breton mulia.
Nama aslinya yaitu Pierre de Palais. Peter Abelardus yaitu seorang filsuf dan teolog yang
terkenal pada Abad Pertengahan. Ia dipandang sebagai pendiri skolastisisme bersama dengan
Anselmus dari Canterbury.Petrus Abelard dan Heloise, ada pada era ke12, Perancis. Di puncak
karir dan kemahsyurannya Abelard spesialuntuk berusia tiga puluh lima tahun. Petrus Abelardus
yaitu Teolog dan dosen yang ketika itu ialah guru dari Heloise . Heloise yaitu keponakan dari
salah satu canon (clergyman) di Notre Dame berjulukan Fulbert (sementara orang bilang bahwa
Fulbert sesungguhnya yaitu bapak dari Heloise). Abelard sangat menyayangi Heloise anak
didiknya yang gres tujuh belas tahun waktu itu Fulbert begitu possessive dengan Heloise dan
begitu murka dengan Abelard setelah mengetahui kekerabatan mereka. Heloise jadi hamil dan
Abelard harus menyembunyikan kekasihnya dikampung halaman Abelard di Britanny. Heloise
melahirkan anak laki laki berjulukan Astralabe (penghormatan untuk astronomer yang
menemukan letak bintang-bintang).
 Pokok-pokok Pikiran
Salah satu pemikiran Abelardus yang terkenal di bidang etika yaitu tentang kemurnian
sikap batin. Disamping itu beliau juga berfikir bahwa peranan budi sanggup menundukan iman,
iman harus mau dilampaui oleh akal. Berfikir itu berada di luar iman. (di luar kepercayan). Oleh
alasannya itu berfikir ialah sesuatu yang berdiri sendiri.
 Peter Ablardus memdiberikan status yang tinggi kepada budi sehat dari pada iman.
Gagasan Petrus Abelardus. Karangan paling terkenal yang menerapkan isi dan praktek
berpikir dialektis berjudul “ Sic et Non “ ( ya atau tidak ). Dalam tulisannya yang berjudul
"Kenalillah Dirimu Sendiri" (dalam bahasa Latin Scito te ipsum), yang ditulis pada tahun 1130,
ia mengajarkan bahwa suatu tindakan lahiriah selalu bersifat netral. Yang membuat suatu
tindakan bermoral atau tidak yaitu maksud atau sikap batin dari orang tersebut. Maksudnya,
apakah batin orang tersebut menyetujui tindakan yang diambil itu. Oleh lantaran itu, suatu hal
yang dianggap tidak pantas, belum sanggup dinilai baik atau buruk. Bila batin orang itu di dalam
batinnya menyetujui atau mengiyakan sesuatu yang tidak pantas itu, maka barulah itu dianggap
dosa. Eropa membuka kembali kebebasan diberikir yang dipelopori oleh Petrus Abelardus. Ia
menginginkan kebebasan berfikir dengan membalik diktum agustinus-Anselmus Credo ut
Intelligo ut credom (aku paham supaya saya percaya)
 Teori Petrus Abelardus
Semasa hidupnya Petrus Abelardus termasuk orang yang dikenal sebagai konseptualisme
dan sarjana yang dikenal dalam sastra romantik, sekaligus sebagai rasionalistik.
mempersembahkan alasan bahwa berpikir itu berada di luar iman. Karena itu berpikir ialah
sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode dialektika yang tanpa resah
ditunjukkan dalam teologi, yaitu bahwa teologi harus mempersembahkan tempat bagi tiruana
bukti-bukti. melaluiataubersamaini demikian, dalam teologi itu iman hampir kehilangan tempat.
Ia mencontohkan, mirip fatwa Trinitas juga berdasarkan pada bukti-bukti, termasuk bukti dalam
wahyu Tuhan. Adapun manfaat dari teori Petrus Abelardus adalah terbebasnya pemikiran-
pemikiran yang lampaunya cenderung terbelenggu oleh fatwa gereja menjadi bebas dalam
berfikir. Teknologi dan ilmu pengetahuan yang sanggup kita pelajari kini ini yaitu tidak lain dari
akhir kebebasan berfikir. Manusia bebas dalam menggunakan penalarannya dalam berfikir.
5.   Santo Thomas Aquuino
Thomas berasal dari keluarga bangsawan yang mempunyai kekerabatan dengan sejumlah
keluarga aristokrat lainnya di Eropa, lahir di Aquino, bersahabat kota Naples di Italia. Thomas
keputusannya teguh melayani Tuhan sebagai biarawan Dominikan walau kelurga menentangnya.
Karena gaya hidup dan besar tubuhnya dan satu matanya lebih besar dari yang lainnya, Thomas
dijuluki “ lembu bisu dari Sisilia”. Tetapi dosennya yang berjulukan Albertus meramalkan
bahwa suatu hari nanti “ lembu bisu itu akan mengisi dunia dengan lenguhannya”. Pada tahun
1245 Thomas diundang mengikuti Albertus ke Paris untuk mengajar serta melanjutkan studinya
mencapai gelar doktor. Mulai pada tahun 1261 Thomas dipanggil ke Roma oleh Paus Urbanus
IV untuk mengajar di Universitas di Roma.
 Pada tahun 1323 Thomas dijadikan Santo oleh Gerejanya, dan didiberi gelar :
a. Doktor ( pengajar) bersifat malaikat
b. Malaikat Persekolahan
c. Doktor kelima dari Gereja
d. Garuda tiruana Pelayan Gereja
e. Doktor ordo Dominikan.
 Sumbangan Pedagogis Thomas ditulis dalam karyanya De Magistra, yang isinya :
Seorang pelajar entah beliau anak didik atau seorang mahasiswa, yaitu pribadi yang bisa
dan berhak mencari pengetahuan.
 Pendekatan utama dalam proses memperoleh pengetahuan yaitu :
1). Setiap pelajar sanggup menggunakan pikirannya untuk menemukan sesuatu yang tidak
diketahuinya sebelumnya
2). Teknik lain bergantung pada keahlian seorang mentor yang memupuk talenta si pelajar.
3). Metode belajar melalui pertolongan sang mentor lebih baik lantaran beliau berpengalaman
dan pengetahuannya lebih luas.
4). Guru sendiri menolong menghubungkan pengetahuannya yang sudah ada dengan masalah
yang belum diketahuinya untuk membuktikan sejauh mana inti dan menjernihkan proses
berpikirnya.
 Beberapa kata mutiara Thomas yang diarahkan baik kepada pengajar maupun
pelajar:
a. Jangan meninggalkan pokok masalah sebelum memecahkannya
b. Pastikanlah pemahaman anda tentang isi apa saja yang anda baca ataupun dengar
c. Janganlah banyak bicara banyak perihal pokok yang belum dipahami
d. Janganlah menggali di depan langkah pelajar parit yang belum ditutupi
(tidakboleh mengakibatkan kegalauan dalam pikiran sipelajar spesialuntuk dengan maksud
mengejutkan saja)
e. Jangan mengemukakan masalah-masalah terusmenerus tanpa berusaha membimbing para
pelajar memperoleh jawabanan yang benar
 Asas-asas mengajar Thomos :
a. Apakah insan bisa mengajar dan lantaran itu selayaknya dinamakan seorang guru, atau
sebaliknya gelar itu spesialuntuk berlaku bagi allah saja ?
b. Apakah dengan sendirinya siapa saja yang boleh digelari guru?
c. Apakah insan sanggup di bimbing oleh Malaikat?
d. Apakah pengalaman mengajar itu ialah kegiatan dari kehidupan aktif atau sebaliknya,
kehidupan bertafakur ?
6.  Jean Charlier De Gerson
Jean Charlier Gerson berasal dari Gerson di Perancis, beliau mempelopori teologi pada
Kolegia Navarre, pecahan utara Paris. Tahun 1395, Gerson dikukuhkan menjadi Rektor
Universitas Paris. Walaupun ia seorang rektor, Gerson tetap mengajar bawah umur gereja dan itu
menerima perihalan para Imam. Sumbangsih Gerson terhadap Pendidikan, khususnya bagi
pendidikan Agama Kristen antara lain : Kritikannya terhadap kaum Imam yang tidak
menghiraukan kebutuhan pelayanan rohani anak-anak, yang Gerson simpulkan lantaran
kesombongan jabatan.  Menurut Gerson, arti pendidikan Agama Kristen ialah pengalaman rohani
dan inteletual.
Setiap anak, selama berguru anak didik diundang untuk membuka hatinya.
Gerson ingin membimbing bawah umur meninggalkan kesalahannya,sehingga mempersiapkan
memeluk kelakuan baru. Warisan Pemikiran Gerson tiruana gereja segala era dan tiruana tempat
ditantang menentukan prioritas, apakah pelayanan terhadap bawah umur ialah pecahan sambilan
dari kiprah pastor atau pendeta?
a. Mengapa biasanya begitu banyak pelayan Firman Tuhan menyerahkan pelayanan
Pendidikan agama Kristen bagi bawah umur kepada kaum pemuda?
b. Setiap pelayan Tuhan harusnya mawas diri, tidakboleh melalaikan pelayanan terhadp
bawah umur ( tidak mungkin pelayanan terhadap bawah umur akan merendahkan
martabat pendeta yang sudah meraih gelar doktor dan sebagainya ).
BAB V
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN MENJELANG REFORMASI
A.  Lingkungan Luas Masyarakat Eropa Barat
Dalam perkemba ngan sejarah Eropa dan dunia, pada era 16 yaitu hal yang sangat
penting. Reformasi gereja oleh kaum reformis mengakibatkan banyak gejolak yang terjadi di
masyrakat. Pada ketika itu, pendidikan di sekolah dan universitas sedang berkembang pesat.
Melalui atau bersama ini begitu, banyak perubahan yang terjadi diantaranya yaitu timbulnya rasa
nasionalisme di Spanyol, Portugal, Belanda, dan Inggris. Penemuan mutakhir pada zaman itu
pun bermunculan, salah satunya yaitu mesin cetak oleh Yohguas Gutenberg pada 1438 dan juga
teori heliosentris oleh Kopernikus. Pergerakan kaum humanis dilatarbelakangi oleh
ketidakpuasan mereka terhadap gereja. Awalnya ada pembaruan di ordo biarawan dan biarawati.
Lalu ada Wycliffe di Inggris, Hus di Ceko, dan Groote di Belanda. Mereka bertiga
menyampaikan kekuasaan paus adalah sumber penyakit yang ada dalam gereja. Namun
spesialuntuk Groote yang menunjukkan rasa tidak puasnya dengan jalan lain. Dia mendirikan
rumah persaudaraan atau Brethren of the Common Life). Dalam forum ini, polanya mirip dengan
biara spesialuntuk saja ini terbuka bagi siapa saja. Pembelajaran yang diperoleh bukan saja
tentang kehidupan spiritual mereka dengan Sang Pencipta tapi juga nilai-nilai moral dan ilmu
pengetahuan. Para pendidik dalam forum ini mengajar dengan memahami setiap anak didik dan
tidak ada kekerasan dalam mencapai kedisiplinan. Anak didik dihormati sebagai pribadi yang
utuh. Tamatan forum ini tercatat sebagai tokoh-tokoh penting pada zamannya. Salah satunya
yaitu Erasmus.

B.  Disiderius Erasmus dari Rotterdam


1.    Erasmus, Pendidik OIKUMENIS
Erasmus rajin menuntut ilmu untuk mencapai cita-citanya meraih gelar Doktor Teologi.
Karya pentingnya yaitu naskah Perjanjian Baru yang paling orisinil yang ia cari kemudian ia
terjemahkan ke dalam bahasa Latin. Dalam hidupnya, Erasmus tidak ingin ada pembatasan
kemerdekaan pribadi atas dirinya dan orang lain. Erasmus, dalam buku Boehlke, disebut-sebut
mempunyai dua kiprah dalam pendidikan agama Kristen. Yang pertama yaitu sebagai pendidik
yang oikumenis. Apa yang beliau pikirkan yaitu setiap masyarakat Kristen harus mengamalkan
kelakuan Yesus, terutama dalam hal rendah hati, lemah lembut, murah hati, kasih, damai, dan
kerelaan mengampuni serta berkorban demi sesama. Dia juga mengajarkan bahwa upacara
gerejawi bukanlah suatu hal yang mutlak. Ia juga menantang masyarakat dan gereja atas
pandangan pernikahan, hak memperoleh pendidikan, perceraian, dan hidup selibat. Menurutnya,
pernikahan harus dibangun atas dasar persetujuan calon mempelai, walaupun orangtua menolak
hal tersebut. Mengenai perempuan yang pada ketika itu tidak berhak mendapatkan pendidikan,
Erasmus menyampaikan bahwa pria dan perempuan harusnya memperoleh hak yang sama dalam
mendapatkan pendidikan. Tentang perceraian, Erasmus memungkinkan hal itu kalau kekerabatan
suami-istri itu tidak sanggup terselamatkan lagi lantaran kehilangan dasarnya, yaitu cinta kasih.
Mengenai kehidupan selibat, Erasmus berdasar pada Kej. 2:23-24 di mana Allah memerintahkan
insan untuk berkeluarga sehingga insan tidak boleh melarang apa yang sudah Allah rencanakan
semenjak awal untuk kebahagiaan orang lain.
2.  Erasmus sebagai Pendidik Khusus
Peran Erasmus yang kedua ialah sebagai pendidik khusus. Menurutnya, pendidikan di
mana pun harus mengembangkan karunia pelajar dalam suasana yang mempersembahkan
kebebasan berpikir dan mendorong lahirnya penemuan gres dalam terang Injil. Melalui
pendidikan, Erasmus berharap sanggup menghasilkan orang-orang Kristen yang beradab.
Erasmus tidak menggunakan istilah kurikulum, beliau menggunakan buku sumber untuk
merumuskan pembelajaran yang akan diajarkan. Dasar pembelajarannya yaitu Alkitab,
khususnya Injil. Tidak ada metodologi khusus yang digunakannya. Dia spesialuntuk mengemas
pengajarannya dalam bentuk yang menarikdanunik untuk mengajar. Ia mengembangkan suasana
kelas yang melancarkan pengalaman berguru dan tidak ada kekerasan dalam kelas. Baginya,
kekerasan itu yaitu tanda bahwa pendidik itu tidak mempersiapkan diri untuk mengajar.
BAB VI
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PADA ZAMAN REFORMASI PROTESTAN
A.  Riwayat Hidup Martin Luther, Reformator dan Pendidik
Martin Luther yaitu putra sulung Margaretha dan Hans Luther, yang terakhir bekerja
ditambang tembaga bersahabat kota Eisleben di Jerman. Hans ayah Martin Luther setelah
mengumpulkan uang akhirnya bisa membeli tambang tembaga itu. MartinLuther pada tahun
1505 berhasil meraih gelar Magister Artes dari Universitas Effurt. Pada tahun 1508 Martin
Luther menjadi dosen di universitas Wittenberg mata kuliah teologi Alkitab.
B.  Dasar Teologisnya bagi Pendidikan Agama Kristen
Dalam hal ini, Boehlke mengambil empat dasar teologis yang terdapat di dalam goresan
pena Luther yang menjadi landasan bagi teori dan praktek pendidikan agama Kristen:
1). Keadaan berdosa setiap masyarakat: banyak teolog lain yang juga mengakui dosa asal,
tetapi pengukuhan itu cenderung tetaplah sebuah fatwa kering saja. Namun tidak sama halnya
dengan Luther yang melalui pengalamannya mendorong beliau untuk mencari jalan keluar yang
mengenyangkan kelaparan jiwa, yang menurutnya tidak bisa diatasi melalui seluk-beluk sistem
sakramental yang ialah soko-guru gereja zamannya. Karena itu baginya usaha menyelamatkan
jiwa menjadi pendorong utama menuju jalan memperbarui gereja dan bukan pertengkarannya
dengan forum Kepausan;
2). Pembenaran oleh iman: melalui penderitaan jiwanya, Luther diyakinkan tentang kebenaran
dosa sebagai faktor dalam diri seiap orang. Dosa itu meresap ke dalam tiruana kebajikan insgua
di samping tindakannya yang buruk. Jadi, dampaknya mengendalikan segala kegiatan yang
diprakarsai insan termasuk pendidikan agama Kristen. Oleh lantaran itu ia mutlak diperhatikan
oleh para pendidik di kalangan jemaat/ gereja;
3). Imamat tiruana orang percaya: berdasarkan Luther, di dalam pengalaman pembenaran
lantaran iman tersebut tersirat pula persamaan hak setiap orang di hadapan Allah. Tidak ada satu
golongan tertentu yang menjadi penyalur anugerah Tuhan sehingga kemudian disampaikan
kepada orang yang lebih rendah martabatnya. Sebenarnya tiruana oleh iman sudah dijadikan
makhluk gres dalam Yesus Kristus. melaluiataubersamaini kata lain, setiap masyarakat yaitu
imam bagi masyarakat seimannya;
4). Firman Allah: dasar teologi ini sudah tersirat dalam ketiga dasar lainnya, lantaran tiruananya
berakar dalam Alkitab, yaitu: Yesus secara pribadi dan ajaran-Nya aalah Firman Allah, Bibel
sebagai Firman dan Firman sebagai Amanat Allah yang Didiberitakan kepada Para Warga
kristen.

C.  Dasar sosiologi untuk Pendidikan Agama Kristen


Dasar Sosiologi yang dimaksudkan di sini tentang bagaimana dinamika dan unsur sosial
turut memperlancar pelaksanaan pembaruan gereja dan masyarakat atau sebaiknya
menghambatnya. Dalam arti inilah akan dibahas tentang padangan Luther terhadap dua pecahan
pokok dalam masyarakat, yaitu: Orangtua dan Penguasa sipil. Hal tersebut dilakukan lantaran
kemerosotan mutu pendidikan yang terjadi di sekolah-sekolah dan universitas-universitas ialah
salah satu dampak sampingan dari pembaruan gereja di Jerman. Luther mengakui peranan pokok
yang diperankan oleh para orangtua dalam mendidik anak mereka. Namun bagi Luther justru
kiprah inilah yang dilalaikan, lantaran pertimbangan ekonomi. Untuk memperkuat
argumentasinya tentang kewajiban yang harus dilakukan oleh orangtua.
 Luther mempersembahkan tiga hal pokok, yaitu
a. contoh dari alam: dengan mempersembahkan citra bagaimana binatang-binatang yang
tidak berakal selalu memelihara serta melatih bawah umur mereka dan kalau
dibandingkan dengan para orangtua, maka para orangtua tentu akan jauh
mempersembahkan yang terbaik bagi bawah umur mereka;
b. kebutuhan masyarakat: Luther juga sangat prihatin kepada orangtua yang merasa puas
apabila putranya spesialuntuk mendapatkan pendidikan paling dasariah saja, yang
dipandang cukup untuk tugasnya (misalnya menjadi seorang pedagang). Pandangan
tersebut berdasarkan Luther tidaklah bertanggung jawaban, lantaran masyarakat
menyeluruh termasuk kaum pedagang memerlukan cowok yang diajar sedalam-dalamnya
demi keamanan dan kesejahteraan umum; dan yang terakhir
c. kehendak Allah: berdasarkan kehendak Tuhan, yang ditarik Luther dalam Mazmur
78:5di mana para orangtualah yang paling bertanggung balasan terhadap pendidikan
bawah umur mereka. Akan tetapi hal itu tidak berarti bahwa seluruh kiprah dibebankan
kepada orangtua saja. Semua penguasa sipil, khususnya mereka yang bekerja di dalam
pemerintahan wajib menyediakan dana dan masukana demi kepentingan pendidikan bagi
kaum muda.
 Luther mempersembahkan beberapa alasan mengapa para pemimpin
pemerintahan wajib menyediakan peluang berguru bagi kaum muda, antara lain:
a. kalau orangtua tidak mau mendidik anak-anak, atau tidak mampu, atau bisa tetapi
mempunyai waktu atau uang cukup untuk pendidikan, maka terdapat satu forum yang
mempunyai keuangan yang sanggup dipergunakan untuk kesejahteraan umum.
b. Walaupun dana yang dikeluarkan tidak sedikit jumlahnya, namun Luther sudah
memikirkannya yaitu melalui kas gereja, para dermawan, dan kas Negara.
D. Asas-asas Pelayanan Pendidikan Agama Kristen di Jemaat
1). Tujuan Pendidikan Agama Kristen
Di dalam tulisan-tulisannya, Luther mempersembahkan beberapa pokok pendidikan yang
tiruananya itu berakar paling tidak dalam dasar teologi dan sosiologi yang dibahas di atas.
a. Pertama, dengan pendidikan Kristen. Luther ingin menyadarkan anak didik dan orang
remaja tentang keberdosaan mereka dan untuk menerangkannya Luther mengulas arti
Dasa Titah dalam Ketekismusnya. melaluiataubersamaini harapan mereka mengetahui
aturan yang menyatakan tuntunan Allah terhadap para masyarakat jemaat entah muda
atau lebih dewasa, semoga mereka mengerti betapa lebarnya jurang yang memisahkan
insan dari Allah dan mengantar mereka kepada kesadaran akan dosa mereka pribadi.
b. Kedua, para masyarakat hendaknya mendengar isi Kabar Baik dalam Yesus Kristus serta
mengamalkannya.
c. Ketiga, para pelajar diharapkkan memahami doa, serta melaksanakan kehidupan doa.
Itulah sebabnya mengapa Doa Bapa Kami ialah doa teladan bagi kaum bau tanah dan
muda.
(2)   Pengajar dalam Pelayanan Pendidikan Agama Kristen
Luther mengakui bahwa Allah sendiri ialah pengajar pokok dalam pendidikan agama
Kristen dan bukan manusia. Bagi Luther, gaya mengajar yang didiberikan oleh Allah sebaiknya
menjadi pola bagi tiruana masalah pedagogis. Dalam hal ini, Luther menerangkan bahwa kiprah
orangtua, terutama ayah dan guru sangat menentukan dalam mempersembahkan pengajaran
kepada anak.
(3)   Pelajar
Dalam klarifikasi sebelumnya, Luther secara tersirat sudah sebut beberapa jenis pelajar.
Luther berpandangan bahwa yang menyandang status pelajar bukan spesialuntuk anak-anak/ nara
didik saja, akan tetapi orangtua dan guru pun wajib menyandangnya. Menurut Luther, orangtua
dan guru haruslah terlebih lampau didiberikan pengajaran, sebelum mereka mulai mengajar. Hal
ini dilakukan semoga para orangtua dan guru mempunyai dasar yang kuat dalam mengajar
anak-anak/ nara didik. Para pelajar kedua yaitu para anak-anak/ nara didik, baik itu pria maupun
perempuan. Menurut pandangan umum pada ketika itu, pendidikan untuk anak perempuan
sangat disepelekan. Masyarakat menganggap bahwa spesialuntuk anak pria saja yang sanggup
mendapatkan pendidikan, bukan perempuan. Namun pandangan ini ditolak oleh Luther. Menurut
Luther, tingakatan pendidikan yang diterima anak perempuan haruslah sama dengan anak laki-
laki. Para pelajar lainnya yang mendapatkan perhatian Luther yaitu para orang dewasa. Luther
berpandangan bahwa orang dewasa pun perlu diperlengkapi dengan pengetahuan dan pengertian
tentang iman Kristen. Serta untuk mereka yang melek huruf, Luther sudah menyusun
Katekismus Besar, sebuah sumber tercetak yang menolong orang remaja memperoleh
pengetahuan minimal tentang iman Kristen. Tetapi kalau tidak dibuat demikian, maka secara
mudah terdapat wadah lain lagi yang tersedia, yaitu kebaktian pagi pada umumnya, dan khotbah
pada khususnya. Golongan pelajar yang terakhir yaitu para imam, biarawan dan awam yang
ingin dipersiapkan untuk sanggup berkhotbah. Untuk para pelayan ini, Luther menyusun khotbah
khusus yang sanggup dibaca pada jam kebaktian di jemaat lainnya. Sebagiannya dimanfaatkan
pula sebagai pola atau pedoman bagi orang yang sedang dipersiapkan untuk memdiberitakan
injil. Khotbah-khotbah yang disalin itu kemudian dicetak dan disebar-luaskan ke mana-mana.
(4)   Kurikulumnya
Pandangan Luther tentang kurikulum tidaklah sama dengan pandangan pada umumnya.
Pandangan tersebut coba digolongkan oleh Boehlke ke dalam tiga hal. Pertama, mengulas
tentang ruang lingkup kurikulum Luther. Kedua, isi Katekismus ialah kurikulumnya yang paling
lengkap dan teratur. Ketiga, pandangannya tentang isi kurikulum di sekolah-sekolah.Penjelasan
terkena ketiga akan dijelaskan di bawah ini.
(a)   Ruang lingkup Kurikulum yang Luther sebutkan sepintas kemudian dalam karyanya
Di dalam ruang lingkup kurikulumnya, Luther memasukkan unsur musik sebagai
masukana berguru bagi tiruana pelajar. Menurutnya, musik ialah salah satu karunia Tuhan yang
paling indah. Tetapi Luther tidak spesialuntuk memasukkan vak musik ke dalam kurikulumnya.
Dia sendiri sudah menggugah paling tidak sepuluh buah nyanyian rohani, yang di antaranya
termasuk nyanyian Reformasi yang terkenal, yaitu “Allahku benteng yang Teguh” (“Ein Feste
Burg Ist Unser Gott”). Selain vak musik, Luther juga menerapkan vak sejarah ke dalam
keurikulumnya. Luther berpandangan bahwa sejarah tidak lain daipada kisah yang bersaksi atas
pemeliharaan Allah sepanjang era terhadap manusia. Melalui atau bersama ini mengetahui serta
memahami arti baik buruknya sejumlah insiden yang terjadi pada masa lampau, maka
masyarakat diperkaya dalam keperluan mengambil keputusan bermakna pada zaman kini ini.
Selain itu, fakultas ilmu hitung dan olahraga yang berdasarkan Luther juga perlu ada dalam
sekolah-sekolah, di samping tiruana vak khusus yang berkaitan dengan bahasa Latin. Walaupun
tiruana vak-vak di atas yaitu vak-vak aksesori yang penting, namun bagi Luther tidak ada pokok
pelajaran yang lebih penting daripada Alkitab. Pembelajaran tentang Bibel dipergampang dengan
adanya terjemahan Kitab Suci dalam bahasa Jerman.
(b)   Isi Katekismus
Pada tahun 1529, Luther menghasilkan dua buku katekismus, yaitu yang Kecil untuk
bawah umur dan Besar untuk kaum dewasa. Kedua-duanya berporos pada lima tema, yaitu Dasa
Titah, Pengakuan Iman Rasuli, Doa Bapa Kami, Sakramen Baptisan dan Perjamuan
Kudus, serta Jabatan Kunci. Luther berusaha menerangkan arti setiap tema dengan menyusun
suatu seri pertanyaan yang diajukan kepada anak didik oleh guru/ pendeta, dan jawabanan yang
hendaknya diungkapkan oleh setiap pelajar. Sebagai pola kita sanggup melihat beberapa pokok
pertanyaan yang termuat dalam Katekismus Kecil, antara lain perihal: (i) Pengakuan Iman
Rasuli: “Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, yang membuat bumi dan semesta
langit”; (ii) Doa Bapa Kami: “Berilah kami pada hari ini masakan kami yang secukupnya”; dan
(iii) Sakramen Perjamuan Kudus.
Luther berpandangan bahwa katekismus itu hendaknya digunakan oleh pendeta sebagai
dasar khotbahnya, tetapi pada pokoknya ia ialah sumber pendidikan agama Kristen di rumah
tangga. melaluiataubersamaini buku katekismus dalam tangannya, seorang ayah bisa mendidik
anak-anaknya dalam pokok-pokok iman Kristen, walaupun pendidikannya terbatas.
(c)    Isi Kurikulum di Sekolah-sekolah
Selain menentukan pokok kurikulumnya, Luhter juga sudah menentukan isi dari
kurikulumnya, antara lain:
(i)  Anak-anak yang duduk di sekolah pada tahap pemula akan diajarkan membaca. Buku
pertamanya memuat alphabet (abjad), Doa Bapa Kami, Pengakuan Iman Rasuli di samping doa-
doa. Selain itu, bawah umur tidak berguru membaca dan menulis bahasa Jerman, melainkan
bahasa Latin. Oleh alasannya itu, setiap anak diwajibkan menghafalkan beberapa kata setiap hari
dan kemudian mengucapkannya kembali secara tertulis dan lisan;
(ii)     Bagian Kedua: Di dalam tahap ini yaitu bawah umur yang sudah bisa membaca dan
menulis, mata pelajarannya mencakup beberapa aspek tiga vak pokok, yaitu: tata bahasa Latin,
Dongeng-dongeng Aesop dan pendidikan agama Kristen;
(iii)   Bagian Ketiga: Hanyalah bawah umur yang paling bisa dalam tata bahasa Latin boleh naik
tingkat pecahan ketiga ini. Sepanjang pagi waktunya dimanfaatkan membaca karangan klasik
dalam bahasa Latin di samping mengupas aneka macam pokok tata bahasa yang ada di
dalamnya. Dalam seminggu bawah umur diwajibkan menyusun sebuah syair dalam bahasa Latin.
Selain itu, pembicaraan dalam tiruana mata pelajaran hendaknya berlangsung dalam bahasa Latin
juga. Vak yang lebih enteng mirip musik dipelajari setelah makan siang. Anehnya, vak
pendidikan agama Kristen spesialuntuk dipelajari secara tidak pribadi melalui kebaktian saja. 
Sesungguhnya gaya mengajar yang dimasukankan Luther lebih maju ketimbang pendekatan
yang lazim dikenal di sekolah-sekolah sezamannya, namun dengan tiruana tekanan atas menaati
pola tetap, kekhawatiran terhadap ucapan pribadi, khususnya dalam penelaahan katekismus, dan
tes terus-menerus menyatakan metode-metode mengajar yang dinamakan adaptasi
(Conditioning). Sesudah melihat klarifikasi tentang pemikiran yang Luther diberikan untuk
pendidikan agama Kristen, paling tidak kita mendapatkan beberapa pokok yang bermakna
terhadap perkembangan pendidikan agama kristen, antara lain: (a) Luther mengaitkan teologi
sebagai dasar pendidikannya, serta (b) berpandangan bahwa tiruana orang berhak berguru
membaca dan menulis sebagai dasar pendidikan bagi anak pria dan perempuan. (c) Luther juga
menyusun materi pendidikan khusus untuk anak didik, yaitu Katekismus kecil. Dia sangat
prihatin pada perbedaan sifat setiap anak, sebagai suatu fakta yang perlu diperhatikan sebagai
dasar mengembangkan tugas-tugas berguru yang sesuai dan penerapan kurikulum yang
digunakan. Walaupun gaya mengajarnya tidak sempurna, namun ia cenderung lebih maju
ketimbang pendekatan yang mayoritas di antara kebanyakan pendidik sezamannya. Hal itu
terlihat dalam pada saat dia menitik-beratkan peranan musik dalam proses mendidik orang-orang
di samping menjadi unsur liturgi. Dia juga amat sadar akan kemungkinan-kemungkinan yang
tersirat dalam pengalaman pendidikan, dengan berakibat kepada masyarakat Kristen yang berhak
bertumbuh dalam iman Kristen sehingga dihayatinya dalam kehidupan sehari-hari.
5. Perpustakaan
Sumbangan Luther di bidang Pendidikan amat besar pula ketika mendesak para
pemimpin Kota Praja mendirikan Perpustakaan –perpustakaan yang berkarakter tinggi serta
diletakkan dalam gedung yang sesuai dengan maksud mulia. Melalui atau bersamaini pendirian
dan pemeliharaan perpustakaan berkarakter tinggi, sama pentingnya dengan persekolahan dan
training lengsung pada wadah grejawi dalam rangka mendidik kaum muda dalam iman Kristen.
BAB VII
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PADA ZAMAN REFORMASIPROTESTAN
A.  Riwayat Hidup Calvin
Pemikiran Calvin tentang pendidikan, jarang sekali ia bahas, lantaran ia mentitik-
beratkan dogmatika bukan pendidikan maupun pembinaan, tetapidengan mutu karyanya yang
begitu tinggi, beliau berhak di gelari “Pengajar gereja” Calvin ditinggal ibu kangdungnya
semenjak ia berumur tiga tahun, dan tak usang kemudian setelah ibunya meninggal, ayahnya
berkeluarga lagi dan akhirnya calvin tinggal bersama ibu tirinya dan ayah kandungnya. Semasa
itu Calvin hidup dengan kepribadian yang disiplin dan fokus lantaran ia dididik oleh ayahnya. Ia
mendapatkan gelar doctor hukum di universitas Orléans. Pada 1536 ia menetap di Jenewa, ketika
ia tidak boleh dalam perjalannya ke Basel, oleh bujukan pribadi dari William Farel, seorang
reformator. Ia menjadi pendeta di Strasbourg dari 1538-1541, kemudian kembali ke Jenewa. Ia
tinggal di sana hingga kematiannya pada 1564. Yohguas Calvin berniat berkeluarga untuk
menunjukkan sikap positifnya terhadap ijab kabul daripada kehidupan selibat. Pada 1539 ia
berkeluarga dengan Idelette de Bure, janda seseorang yang dulunya anggota Anabaptis di
Strasbourg. Idelette mempunyai seorang anak pria dan perempuan dari almarhum suaminya.
Namun spesialuntuk anak perempuannya yang pindah bersamanya ke Jenewa. Pada 1542, suami-
istri Calvin mendapatkan seorang anak pria yang dua ahad kemudian meninggal dunia. Idelette
Calvin meninggal pada 1549.
B. Dasar Teologis pendidikan agama Kristen
Calvin mempunyai dasar teologi tentang pendidikan agama Kristen, yaitu
1). .kedaulatan Allah,
2). Alkitab sebagai firman Allah,
3). Ajaran tentang manusia,
4).  Ajaran gereja, dan
5). Perihal kekerabatan gereja dengan Negara.
1.  Kedaulatan Allah
Calvin menerangkan Allah ditetapkan sebagai Allah yang berdaulat atas dunia, lantaran
Dialah yang membuat segala sesuatu yang ada, tidak ada belum sempurnanya dalam diri Allah.
Hal ini Calvin menerangkan bahwa setiap insan yang di pilih oleh Allah harus mempunyai
tanggung balasan terhadap hidupnya. Boehlke menerangkan melalui perumpamaan bayi yang
lahir tanpa apa-apa, dengan dorongan alamiah hingga bertumbuh.
2.  Alkitab Sebagai Firman Allah
Sumber pengetahuan yang dimiliki Calvin bersumber dari Alkitab. Alkitab yaitu Firman
Allah yang diucapkan demi kemajuan gereja secara rohaniah. Peranan Bibel mutlak dalam
kehidupan Calvin Bukan keputusan Gereja yang mengakibatkan alkitab diterima sebagai Firman
Allah,sebab justru dalam Alkitablah sanggup dibaca bagaimana Gereja dibangun di atas dasar
para Rasul dan para Nabi, dengan Kristus sebagai kerikil Penjuru ( Efesus2:20).
3.  Ajaran Tentang Manusia
Memandang insan dalam dua sudut :
1).Manusia sebagai makhluk yang diciptakan segambar dengan Allah,
2). kemudian jatuh ke dalam dosa dengan dampak luas yang tersirat di dalamnya.
Dalam pertumbuhan insan yang semakin remaja harus didiberi pendidikan untuk lebih
mengenal Allah, mirip yang diajarakan Yesus yaitu kasih. Melalui sejumlah pengalaman berguru
yang dilaksanakan gereja, sehingga pertumbuhan rohani akan dihasilkan oleh mereka yang
semakin dalam, pertumbuhan ini menjadikan tindakan-tindakan kasih terhadap sesamanya.
4.  Ajaran Gereja
Calvin bercita-cita Gereja Am yang selalu ada dalam proses pembaharuan kembali.
Pandangan Calvin tentang Gereja, Calvin ingin mengembalikan komplotan Kristen kepada
Gereja tiruanla. Pemahaman tentang Gereja sangatlah oikumenis, Calvin ingin berusaha mencari
jalan untuk mempersatukan tiruana orang percaya kepada Kristus ke dalam satu komplotan yang
esa.
5.    Ajaran Tentang Hubungan Antara Gereja dan Negara
Pengertian Calvin tentang pokok Teologis bertitik tolak dari praduga utama,yaitu :
1). Calvin tidak sanggup membayangkan negara yang terbagi berdasarkan isi iman
masyarakatnya. Demi keamanan negara tiruana masyarakat wajib mengakui iman yang
sama,kalau tidak ditangkap, Calvin tidak setuju.
2).Setiap pemerintah yang dikenalnya dari bersahabat terdiri dari masyarakat yang yang
menganggap percaya kepada Kristus.
3). Setiap para pemimpin negara yaitu insan yang berdosa juga
4). Meskipun kekerabatan Gereja dengan Negara sangat erat, para pelayan diwajibkan
menetukan isi firman dan siapa yang boleh mendapatkan sakramen
 Sumbangan Pandangan Calvin bagi Gereja dan Negara, antara lain :
Calvin menanamkan bibit demokrasi bagi negaranya. Gagasannya tentang kekuasaan
terbatas yang dipegang raja, mereka bertanggung-jawaban kepada Tuhan dan lantaran itu
sanggup dilepaskan tugasnya pula apabila mereka melanggar persyaratan panggilannya yang
ditentukan Allah.
C.  Pendidikan Agama Kristen, Asas-asas Pelaksanaannya
1.   Apa itu pendidikan Agama ?
Menurut Boehlke calvin memandang pendidikan agama Krsiten yaitu pemupukan budi
orang-orang percaya dan bawah umur mereka dengan Firman Allah dibawah bimbingan Roh
Kudus. Pendidikan Kristen yang yang mendasarkan bahwa orang Kriten pada mulanya sudah
dipilih oleh Allah sehingga sering timbul pertanyaan bahwa mengapa perlu mendidik kalau Allah
sudah menentukan orang orang tertentu (Kristen)?. Pandangan calvin terhadap tujuan pendidikan
dipandang melalui hidup Yesus yang sebagai seorang yang rajin berdoa dan diberibadah. Calvin
melihat diri Yesus yang hidup tanpa menginginkan seturut dengan kemauan-Nya melainkan
demi keprihatinan Allah terhadap manusia. Yesus yang menjalankan tugasnya yang begitu berat
tetapi Ia bertanggung balasan untuk melaksanakan tugasnya. Sehingga tujuan Calvin yaitu setiap
masyarakat yang mawas diri terhadap kepentingan dirinya sehingga ia melupakan bahwa dirinya
bukan kepunyaannya sendiri melainkan kepunyaan Allah.
2. Pendidikan agama Kristen mempunyai tujuan untuk : mendidik para putra putri
melalui ibu (gereja), dan dilibatkan dalam penelaahan Bibel sebagaimana berdasarkan roh kudus,
dan mengambil pecahan dalam kebaktian, dan sanggup mejalankan kiprah panggilan sehari-hari.
3.  Para Pelajar
Calvin menggunakan pola gereja purba, yaitu keperluan untuk mendidik anak-anak(laki-
laki dan perempuan) dalam fatwa iman. Jemaat kedua yaitu anak muda, mereka harus wajib
menghadiri kebaktian ahad maupun hari-hari lainnya yang sudah terlebih lampau di
diberitahukan. Jika terlambat maupun tidak hadir  tanpa izin maka akan di diberikan denda,
kebaktian sangatlah penting bagi pendidikan Kristen berdasarkan Luther dan Calvin, lantaran
mereka berdua memandang khotbah sebagai wadah yang disediakan Tuhan untuk mendidik 
orang dewasa. Golongan ketiga yaitu golongan pelajar maupun pendeta. Calvin ingin pemimpin
gereja dipimpin oleh orang-orang yang terpelajar, mereka-merekalah yang mengerti akan
Alkitab.
4.  Siapakah Pendidik Kristen
Pengajaran berawal dari firman Allah yang tertulis dalam Alkitab, lantaran dalam
kehidupan di Bibel terdapat pengalaman mengajar dan belajar. Allah mengajar melalui orang-
orang yang menaklukan dirinya kepada Firman Allah. Menurut Calvin  pengajar di bagi menjadi
dua yaitu Pendeta dan guru. Di jenewa Calvin menggabungkan jabatan tersebut, yaitu pendeta
yang sebagai gembala Jemaat dan ia juga mengajar sebagai guru dan melayani jemaat sebagai
guru juga. Selain Allah dan pendeta sebagai pengajar, perlu juga orang lain di bimbing untuk
sanggup menjadi pengajar, sehingga didirikannya Akademi di Jenewa. Sehingga keteratuaran
yang terjadi dalam pengajaran di gereja akan semakin kuat lantaran adanya dukungan satu sama
lain.
5. Kurikulumnya
Menurut Calvin katekimus sangat penting, katekimus hampir sama dengan ilmu
pendidikan. Terdapat empat tinjauan umum sebelum terbentuknya isinya yaitu,
a. pertama kiprah menyusun katekimus(disusun oleh orang-orang yang terpercaya),
b. kedua materi studi bagi anak yang diubahsuaikan berdasarkan dengan kemampuan
anak didik,
c. ketiga pengalaman pengajaran katekimus menentukan pembentukan kurikulum,
d. keempat buku kategkismus hendak memupuk kekerabatan di antara gereja-gereja
yang terpisah.
Kurikulum ini meliputi beberapa aspek pada empat tema pokok yaitu  hukum, iman, doa dan
sakramen-sakramen.
6.  Akademi Jenewa
Pada Tahun 1541 Calvin kembali ke Jenewa dalam rangka usaspesialuntuk untuk
memperbaharui gereja dan masyarakat sesuai dengan asas-asas Alkitabiah. Mendorong Gereja
dan kotapraja jenewa untuk mendirikan suatu sekolah tinggi yang berkarakter yang mencakup
beberapa aspek pendidikan menengah dan Perguruan Tinggi. Pada tahun 1559, tanggal 5 juni
berdirilah sekolah tinggi Jenewa. Struktur sekolah tinggi ialah 2 sekolah, yaitu :
1). Scola Privata, semacam sekolah dasar samapai SMP kelas 1
2) Scola Publica,SMP kelas 2 samapi SMAdan perguruan tinggi.
BAB VIII
IGNATIUS LOYOLA,PENDIDIK JALAN KEHIDUPAN SUCI
A.  Riwayat Hidupnya
Tokoh ini yaitu salah satu pendiri ordo Yesuit pada masa reformasi. Beliau yaitu
pensiunan tentara. Ia mengalami cedera akhir perang di Pamplona, Spanyol Utara. Dalam
keadaan cedera, Ignatius memikirkan sesuatu mirip yang dilakukan Santo Dominikus atau Santo
Fransiskus. Akhirnya, dengan izin Paus, Ignatius mendirikan Ordo Yesuit sebagai tanda dari
kontra-reformasi. Melalui atau bersama ini begitu beliau pensiun sebagai ksatria duniawi dan
menjadi pecahan dari ksatria rohani. Sebagai veteran, Ignatius menganggap pentingnya komando
dari atasan kepada bawahan. Komando utama ada di tangan Yesus, dan sebagai bawahannya kita
tiruana harus menaati perintah demi kemuliaan Kristus di manapun juga. Selain dasar militer,
Ignatius juga menekankan dasar kebatinan atau kehidupan rohani. Kehidupan rohani, ia
tekankan, semoga kita aktif. Tidak mirip Doa Bapa Kami yang menyampaikan “..hadirlah
kerajaanMu”. Dia menegaskan bahwa kita harus rajin mengetuk pintu Sorga hingga pintu itu
terbuka. Artinya, kita harus mencari kehendak Allah, bukan menanti apa yang Allah perintahkan.
Selain itu, sebagai seorang Kristen yang saleh, Ignatius melatih rohani para pengikutnya dalam
Ordo Yesuit untuk melayani gereja Kristen pada akhirnya.
B.  Dasar Pendidikan
1.  Pengalaman Militer
2.  Kebatinan Mistik Injili
3.  Kehidupan Gereja Kristen Roma
Ignatius mendaftar beberapa hal yang menjadi petunjuk betapa pentingnya
kehidupan gerejawi.
1) Mengesampingkan urusan pribadi untuk kepentingan gereja, mempelai perempuan Kristus,
dan ibu dari tiruana orang percaya.
2) Mengaku dosa dan mengikuti ekaristi sesering mungkin (sekali seminggu).
3) Menjunjung tinggi keikutsertaan dalam segala upacara gerejawi dan peraturannya.
4) Menghargai jabatan gerejawi, keperawanan, pertarakan, dan pernikahan.
5) Memuji ketaatan, kemiskinan, dan kesucian. Ini yaitu tiga landasan penting alam Ordo Yesuit
yang dipimpinnya.
6) Memuji barang keramat kaum suci serta berdoa atau berziarah.
7) Menghormati peraturan gerejawi.
8) Harus menyampaikan atau memberikan hal-hal yang positif tentang para pejabat gerejawi di
depan umum.
9) menekankan perbuatan baik sebagai bentuk kesetiaan kita kepada Tuhan selain percaya dan
diberiman padaNya.
C.  Asas Pendidikan Agama Kristen
1.   Tujuannya Asas-asas pendidikan Kristen berdasarkan Ignatius pokoknya yaitu bagaimana
menaklukan kehendak insan menjadi kehendak Allah yang dirumuskan oleh Paus dan gereja.
Maka dari itulah ia menekankan petes rohani bagi para anakdidiknya.
2.   Wadah pendidikan Kristen sendiri adalah sekolah Yesuit yang ia dirikan pada ketika itu.
Dalam sekolah itu, Ignatius menyusun sebelas asas umum.
Dalam asas-asas itu, secara keseluruhan, menekankan adanya keseimbangan atas nilai
spiritual dan juga moral. Kegiatan di luar kegiatan rohani pun menjadi pilihan, selama hal itu
sanggup mendukung iman dan tujuan selesai mereka yaitu memperoleh keselamatan dan
mengerti serta memahami maksud Allah. Sekolah ordo Yesuit didanai oleh donatur, baik yang
diminta maupun sukarela. Namun lebih dari itu, Ignatius menentukan seorang kepala atau rektor
untuk mengelola dana-dana yang masuk untuk kepentingan lembaganya. Pada ketika itu, biaya
sekolah para anak didik ditanggung juga oleh donatur. Maka dari itu pendidikan ini hingga pada
tombol “off”. Tidak spesialuntuk sekolah, Ordo ini juga mempunyai universitas. Pengajarannya
hampir sama dengan unversitas lain pada era pertengahan. Hanya saja pengajaran ilmiah diramu
dengan pengajaran spiritual. Hasilnya, banyak tamatan universitas ini yang memegang teguh
iman Kristen Roma.
3.  Pengajar
Sebagai seorang Kristen yang baik, Ignatius menjadikan Yesus sebagai pengajar
utamanya. sepertiyang dilihatnya cara Yesus mengajar, maka menurutnya guru pun harus bisa
mirip Yesus dalam hal mengajar. Guru-guru pada sekolah yang berada di bawah naungan Ordo
ini harus taat pada disiplin yang sudah diputuskan oleh ordo tersebut.
4.  Pelajarnya adalah anak pria berusia 14-23 tahun.
Para pelajar ini terdiri dari dua, yaitu yang benar-benar (ingin menjadi pecahan dari
Serikat Yesuit (skolastik) dan yang spesialuntuk ingin berguru lebih lanjut (ekstern).
Kebanyakan mereka, setelah lulus, menjadi pemimpin gereja yang besar lengan berkuasa dalam
penanggulangan reformasi di Eropa.
5. Kurikulumnya
Susunan pembelajaran di sekolaH yaitu pemakaian bahasa Latin untuk memberikan
gagasan dalam goresan pena maupun lisan. Ada juga pembelajaran tentang isi iman kristen atau
katekismus. Para pelajar diajar untuk bertindak moral sehingga menjadi suatu kebiasaan dalam
diri mereka.
6.  Metodologi
Metodenya ada tiga yaitu di kelas, tes rohani, dan tes ketaatan. Berikut akan dijelaskan
satu persatu, antara lain:
1). Di kelas
Jumlah anak didik dalam satu kelas bisa mencapai 200 orang. Maka guru bertindak aktif,
menerangkan pelajaran kepada setiap anakdidik. Dalam anakdidik sendiri dibagi kelompok-
kelompok berguru untuk memeprgampang kiprah guru. Agar tidak bosan, guru melibatkan siswa
dalam kegiatan semacam perlombaan. Perlombaan ini bisa perorang atau perkelompok.
2). Latihan rohani
Latihan ini dilakukan dengan menghadirkan sosok Kristus dalam pikiran hingga sosok itu
benar-benar meresap ke dalam pribadi setiap pelajar. Latihan ini mencakup pengukuhan dosa,
kehidupan Yesus, penderitaan Yesus, dan kebangkitan serta kenaikanNya ke surga.
3). Latihan ketaatan
Sepertiyang sistem militer yang mengutamakan ketaatan setiap orang kepada perintah,
demikian halnya dalam pendidikan Kristen ini. Ignatius memahami bahwa kesetiaan yaitu yang
terpenting dari pada korban sembelihan, mirip yang dipahami oleh Gregorius. Ketaatan terdiri
dari tiga tingkatan. Yang pertama yaitu ketaatan akan perintah atasan. Yang kedua kemauan
atasan menjadi kemauan bawahan. Yang ketiga yaitu pemahaman bahwa apa yang ia lakukan
yaitu hal yang diingini atasannya.

Anda mungkin juga menyukai