kode etik profesi adalah suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu kelompok
masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode
etik yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum.
Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara
sebagai pedoman berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-
baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang
tidak profesional.
Menurut Kartadinata profesi guru adalah orang yang memiliki latar belakang pendidikan
keguruan yang memadai, keahlian guru dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh
setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu, dan kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh
warga masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan..
Makagiansar, M. 1996 profesi guru adalah orang yang memiliki latar belakang pendidikan
keguruan yang memadai, keahlian guru dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh
setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu
Nasanius, Y. 1998 mengatakan profesi guru yaitu kemampuan yang tidak dimiliki oleh warga
masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan. Ada beberapa
peran yang dapat dilakukan guru sebagai tenaga pendidik, antara lain: (a) sebagai pekerja
profesional dengan fungsi mengajar, membimbing dan melatih (b) pekerja kemanusiaan dengan
fungsi dapat merealisasikan seluruh kemampuan kemanusiaan yang dimiliki, (c) sebagai petugas
kemashalakatkatan dengan fungsi mengajar dan mendidik masyarakat untuk menjadi warga
negara yang baik.
Galbreath, J. 1999 profesi guru adalah orang yang bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam
melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya didasari atas dorongan atau
panggilan hati nurani. Sehingga guru akan merasa senang dalam melaksanakan tugas berat
mencerdakan anak didik.
Gagasan pendidikan profesi guru semula dimaksudkan sebagai langkah strategis untuk mengatasi
problem mutu keguruan kita karena perbaikan itu tidak akan terjadi dengan menaikkan
remunerasi saja. Oleh sebab itu, pendidikan profesi diperlukan sebagai upaya mengubah
motivasi dan kinerja guru secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Sebagai kalangan profesional, sudah waktunya guru Indonesia memiliki kode etik dan sumpah
profesi. Guru juga harus memiliki kemampuan sesuai dengan standar minimal sehingga nantinya
“tidak malpraktik” ketika mengajar.
Direktur Program Pascasarjana Uninus, Prof. Dr. H. Achmad Sanusi, M.P.A., menyatakan hal
tersebut. “Dibandingkan dengan profesi lain seperti dokter, guru masih tertinggal karena belum
memiliki sumpah dan kode etik guru,” katanya.
Adanya sumpah profesi dan kode etik guru, menurut Achmad Sanusi, sebagai rambu-rambu,
rem, dan pedoman dalam tindakan guru khususnya saat kegiatan mengajar. Alasannya, guru
harus bertanggung jawab dengan profesi maupun hasil dari pengajaran yang ia berikan kepada
siswa. Jangan sampai terjadi malapraktik pendidikan.
BAB I
PENDAHULUAN
Bagian dari tujuan pendidikan nasional adalah pembangunan sumber daya manusia yang
mempunyai peranan yang sangat penting bagi kesuksesan dan kesinambungan pembangunan
nasional, oleh karenanya yang menjadi pra syarat utamanya adalah peningkatan kualitas sumber
daya manusianya yang harus benar-benar diperhatikan serta dirancang sedemikian rupa yang
diimbangi dengan lajunya perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga selaras
dengan tujuan pembangunan nasional yang ingin di capai.
Pendidikan merupakan salah satu wadah yang tepat di dalam upaya peningkatan kualitas sumber
daya manusia, konsekuensinya pembengunan di bidang pendidikan mutlak harus diutamakan dan
dioptimalkan.
Yang harus di ingat adalah bahwa peningkatan kualitas pendidikan harus di mulai dari
pendidikan dasar, sekolah dasar merupakan pondasi untuk kualitas pendidikan pada jenjang-
jenjang pendidikan berikutnya, sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang membekali dan
mempersiapkan peserta didik untuk dapat mengikuti pada jenjang pendidikan selanjutnya dengan
bekal yang matang.
Dalam hal ini merupakan tantangan bagi guru pada jenjang pendidikan sekolah dasar, karena
pendidikan dasar adalah standar prioritas tingkat keberhasilan peserta didik untuk melangkah
pada jenjang pendidikan selanjutnya.
A. Latar Belakang
Yang melatar belakang belakangi Penulis mengambil tema “ Sepuluh Kompetensi Dasar Yang
Harus Di Kuasai Oleh Guru Dalam Upaya Pengembangan proses Pembelajaran “ bahwa Guru
sebagai tenaga professional yang bergerak dalam bidang pendidikan, harus benar-benar mampu
nenunjukan kemampuan serta keakhliannya, dengan membuktikan prestasi yang dapat di capai
tentunya oleh peserta didik, mengingat guru yang piawai adalah guru yang mampu mencetak
sumber daya manusia, dengan kualitas ilmu pengetahuan yang di kuasai oleh peserta didik dapat
dibawa sebagai pembelajaran manakala peserta didik melanjutkan ke jenjang pendidikan
selanjutnya.
C. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah Otonom.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
5. Intruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2005 Tentang Gerakan Nasional Percepatan Wajib Belajar
Pendidikan dasar 9 Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara.
6. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Rencana Stratejik Pembangunan provinsi.
7. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Provinsi.
8. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemeriharaan Bahasa Sastra dan Aksara
Daerah.
9. Keputusan Gubernur Jawa Barat tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat.
10. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
11. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi
Lulusan untuk Satuan pendidikan Dasar dan Menengah.
12. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan
Peraturan Mendiknas Nomor 22 dan 23.
13. Undang-undang nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
14. Undang-undang Nomor 25 tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional
( PROPENAS ) Tahun 2000-2004.
15. Keputusan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 053/U/2001 Tentang Pedoman Penyusunan
Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan
Menengah.
BAB II
KODE ETIK GURU MERUPAKAN PEDOMAN YANG HARUS DI JALANKAN OLEH
GURU
DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN PROSES PEMBELAJARAN PADA PESERTA
DIDIK
Guru Adalah merupakan salah satu komponen dari perangkat system yang ada di sekolah,
sebagai tenaga professional, guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan
sumber daya manusia yang potensial di dalam pembangunan. Mengingat hal tersebut diatas, guru
merupakan salah satu unsure di bidang tenaga kependidikan harus secara mutlak berperan serta
aktif dalam menempatkan kedudukannya sebagai tenaga professional.
Sejalan dengan tuntutan jaman dan perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi yang
mendunia maka perlu di sikapi pula adanya tuntutan masyarakat yang semakin berkembang pula
adanya, dengan kata lain bahwapada setiap jati diri guru terletak tanggung jawab untuk
membawa peserta didik pada suatu kedewasaan atau tingkat kematangan tertentu, dan yang harus
di garis bawahi bahwa peserta didik usia sekolah dasar adalah merupakan cikal bakal, atau
pondasi dari sebuah gedung yang akan di bangun kelak kemudian hari, sekokoh apapun gedung
yang akan kita bangun, sejauh mana pula kita sebagai guru menggali untuk pondasi serta
membuat pondasi itu kokoh, kesemuanya terletak pada pola kerja guru dalam menstranfer ilmu
pengetahuan kepada peserta didik.
Dalam hal ini guru memikul tanggung jawab bukan saja hanya mengajar melainkan mendidik
dan sekaligus berperan sebagai pembimbing, yang memberikan pengarahan dan menuntun
peserta didik dalam belajar, berkenaan dengan guru pada posisinya memiliki peranan yang unik
dan sangat kompleks di dalam pelaksanaan proses pembelajaran, dalam upayanya mengantarkan
harapan orang tua juga peserta didik dengan sendirinya kepada cita-cita yang ingin di capainya.
Dalam hal ini , setiap rencana strategi serta rencana program dan rancang bangun kegiatan yang
akan guru sampaikan kepada peserta didik, harus benar-benar diposisikan semata-mata untuk
kepentingan peserta didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawab guru pada jabatan
profesionalnya.
1. Prasyarat Guru.
Guna dapat menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai guru, ada beberapa prosedur yang
harus ditempuh, yang membedakan kedudukan guru dalam perannya sebagai tenaga
kependidikan dan pegawai yang diluar dari tenaga kependidikan, dan yang menjadi prasyarat
untuk guru ditentukan sesuai dengan kebijakan yang ada, seperti ;
a) Prasyarat Administratif
Yang menjadi prasyarat administratif diantaranya, warga Negara Indonesia, berusia sekurang-
kurangnya 18 tahun, berkelakuan baik, mengajukan permohonan, disamping ada pula prayarat
lainnya yang sesuai dengan kebijakan yang ada.
b) Prasyarat Teknis
Sementara yang menjadi prasyarat teknis yaitu yang bersifat formal, yaitu harus memiliki izajah
pendidikan guru, sekurang-kurangnya Program pendidikan Diploma 2, dan memiliki kelayakan
untuk mengajar, yang bersangkutan juga menguasai tehnik-tehnik mengajar, trampil dalam
mendesain program pengajaran juga memiliki karakter inovatif, dan bercita-cita memajukan
pendidikan.
c) Prasyarat Psikis.
Yang menjadi prasyarat psikis, diantaranya adalah, sehat rokhani, dewasa dalam berpikir dan
bertindak, mampu mengendalikan emosi, sabar, ramah dan santun, memiliki jiwa
kwpwmimpinan, konsekuen dan berani mempertanggung jawabkan perbuatan, berani berkorban
dan memiliki jiwa pengabdian, disamping guru juga harus memiliki sifat pragmatis dan realistis,
berwawasan luas, memiliki daya nalar yang mendasar dan filosofis, mematuhi etika dan norma
serta nilai moral yang berlaku dan memiliki semangat membangun , disini jelas bahwa seseorang
untuk berangkat menjadi guru harus memiliki panggilan jiwa dari hati nurani yang paling dalam
untuk berangkat menjadi guru.
d) Prasyarat Fisik
Secara kinerja guru berhadapan dengan benda hidup yang dari ujung kaki sampai ujung rambut
selalu menjadi pusat perhatian , baik peserta didik atau masyarakat sekitarnya, untuk hal diatas
bagian dari syarat untuk guru adalah berbadan sehat, tidak cacat, tidak memiliki penyakit yang
menular, termasuk didalamnya kebersihan, kerapihan cara berpakaian. Dari poin-poin yang
tertuang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang untuk berangkat menjadi guru harus
memiliki kriteria sebagai berikut :
Memiliki Kemampuan Profesional.
Memiliki Kapasitas Intelektual.
Memiliki Sifat Edukasi Sosial.
Ketika ke tiga hal tersebut di atas telah dimiliki oleh setiap guru, maka segala harapan
pemerintah sesuai yang tertuang dalam tujuan pembangunan nasional juga yang tersirat dalam
tujuan pendidikan nasional akan terwujud dan kualitas pendidikan akan benar-benar tercapai
sesuai harapan.
4. Peranan Guru.
Guru dalam fungsinya sebagai, pengajar, pendidik dan sekaligus pembimbing, maka pada
prinsipnya ada beberapa hal yang harus diperhatikan dimana guru juga harus memiliki peran
yang senantiasa menjadi suri tauladan bagi peserta didk, mengingat setiap gerak gerik dan
tingkah laku guru pada dasarnya merupakan proses pembelajaran bagi peserta didik.
Guru juga merupakan sentral dalam perannya sebagai pendidik, mengingat sebagian besar waktu
guru adalah berhadapan dengan administrasi pengelolaan serta rancang bangun pengelolaan
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan peserta didik juga dalam pelaksanaan proses
pembelajaran yang harus disampaikan kepada peserta didik, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yang erat kaitannya dengan peran guru di lapangan yang diantaranya adalah ;
Guru dalam perannya sebagai komunikator, juga sahabat bagi peserta didik, bertindak sebagai
motivator, pembimbing serta pemberi saran pendapat, gagasan juga sebagai pengembang sikap ,
tingkah laku dan nilai-nilai.
Guru dalam perannya, mentransfer ilmu pengetahuan, keterampilan juga kecakapan, dalam
mengembangkan serta meningkatkatkan kualitas pendidikan, pada posisinya lingkungan sekolah,
guru adalah pegawai negeri sipil yang harus patuh dan taat pada peraturan yang berlaku juga
merupakan seseorang bawahan dalam hubungan kedinasan dari seorang atasan, dan merupakan
teman sejawat bagi koleganya, juga merupakan mediator dalam perannya sebagi pendidik bagi
peserta didik, dan merupakan orang tua kedua dengan peran dan fungsinya mendisiplinkan,
mengevaluasi perilaku pserta didik di sekolah.
Guru juga harus piawai dan handal dalam menerapkan dan mengembangkan materi
pembelajaran kepada peserta didik untuk mencapai kualitas pendidikan yang sesuai harapan
orang tua.
Federasi dan Organisasi Profesional guru sedunia, mengunfkapkan bahwa peranan guru di
sekolah , tidak hanya sebagai transmitter dari ide akan tetapi berperan juga sebagai transformer
dan katalisator dari nilai dan sikap.
Dari berbagai hal yang penulis kemukakan diatas maka dibawah ini akan penulis informasikan
peranan guru dalam kaitannya dengan pelaksanaan proses pembelajaran yang merupakan
kegiatan pokok sehari-hari dilapangan, seperti ;
a. Informator
Guru dalam perannya sebagai pelaksana pendidikan di lapangan, guru adalah merupakan
informative, laboratorium, study lapangan dan juga merupakan sumber informasi kegiatan
akademik maupun umum, di sini berlaku tiori komunikasisebagai berikut ;
Teori stimulant-respons.
Teori disonansi dan reduksi.
Teori Pendekatan fungsional
b. Organisator
Guru dalam perannya mengelola komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan proses
pembelajaran bagi peserta didik, sehingga dapat tercapai efektivitas serta efisiensi dalam proses
pembelajaran pada diri peserta didik.
c. Motivator.
Guru dalam perannya harus mampu memberikan dorongan kepada peserta didik dalam
mendinamiskan serta menumbuhkan daya nalar dan daya cipta sehingga akan terjalin dinamika
dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan
d. Pengarah / director.
Guru dalam perannya sebagai pendidik, pembimbing, harus mampu mengarahkan peserta didik
dalam kegiatan belajar sehingga tercapai tujuan yang dicita-citakan.
e. Inisiator
Guru juga harus berperan sebagai pencetus ide kreatif yang dapat di jadikan contoh oleh peserta
didik, sehingga peserta didik kreatif dalam mengembangkan kecakapan.
f. Tranmitter.
Guru dalam perannya pada pelaksanaan proses pembelajaran, bertindak sebagai penyebar
kebijakan serta ilmu pengetahuan bagi peserta didik.
g. Fasilitator.
Guru dalam perannya harus memberikan pasilitas dan kemudahan-kemudahan dalam
pelaksanaan pembelajaran, dalam hal ini guru hendaknya mampu menciptakan suasanaharmonis
sehingga proses pembelajaran berjalan kondusif.
h. Mediator.
Guru hendaknya menjadi penengah pada proses pembelajaran berlangsung, ketika peserta didik
dilibatkan dalam diskusi kelas berlangsung dengan tidak memilah keberadaan peserta didik.
i. Evaluator.
Guru hendaknya bijak dalam pemberikan penilaian kepada peserta didik, baik memberikan
penilaian dalam bidang akademis atau bidang kecakapan, sehingga tidak berdampak adanya
kecemburuan social diantara peserta didik antara satu dengan yang lainnya.
BAB III
KESIMPULAN
Guru sebagai tenaga propesional harus memnuhi standar persyaratan secarqa administrasi,
teknik, psikis dan fisik yang merupakan prasyarat terpenting bagi seseorang untuk menjadi guru.
Guru juga harus memiiki kematangan jasmani rohani maupun edukasi sosial disamping
persyaratan khusus yang bersikap mental, sebagai tenaga propesional pekerjaan guru
memerlukan pendidikan yang berkelanjutan hal ini dimaksudkan untuk mengimbagi lajunya
perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini.
Guru dikatakan sebagai pengajar, pendidik dan sekaligus merupakan pembimbing mengingat
guru disamping menyampaikan ilmu pengetahuan juga menanamkan nilai-niai sikap mental serta
melatih berbagai keterampilan dalam upaya mengantarkan perserta didik kea rah pendewasaan,
oleh sebab itu seseorang untuk berangkat menjadi guru harus memiliki kepribafdian dan berbudi
pekerti luhur dapat mnejadi panutan sehingga kelak kemudian hari dapat memanusiakan
manusia, karena guru dalam melaksanakan kegitan bimbingan adalah merupakan upaya
menuntun peserta didik dan memberikan lingkungan yang seuai dengan arah serta tujuan yang
inguin dicapai serta sesuai dengan yang dicita – citakan.
Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya secara operasional guru memiliki beberapa
peranan diantaranya adalah sebagai informatory, organisator, motivator, fasilitator, mediator,
konselor, badan evaluator. Dalam hal ini guru harus mampu menciptakan hubungan baik dengan
peserta didik baik secara formal maupun informal.
Dalam melaksanakan pokok tugas kewajibannya sebagai guru dan sebagai tenaga professional
guru memiliki kode etik. Yang merupakan pedoman tingkah laku yang harus dijalankan oleh
guru dalam berinteraksi dengan peserta didik, teman sejawat, serta masyarakat sekitar. Kode etik
guru adalah merupakan kunci bagi tingkah laku guru agar tidak melakukan tindak
penyelewengan, pada prinsipnya kode etik guru adalah bertujuan untuk membantu
mensukseskan pekerjaan guru demi kepentingan peserta didik.
KODE ETIK PROFESI KEGURUAN
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunia terbesarnya berupa wahyu
al-Qur’anul Karim kepada junjungan Nabi Muhammad SAW dan Para Rasul yang membebaskan
manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing umatnya menuju jalan yang lurus, untuk menyelamatkan manusia dari kehancuran.
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT, akhirnya pemakalah dapat menyajikan
sebuah makalah yang berjudul “Kode Etik dan Etika Profesi Keguruan”. Tugas ini disusun untuk
memenuhi tugas semester IV dalam mata kuliah Profesi Keguruan.
Pemakalah yakin bahwa berbagai kelemahan dan keterbatasan dapat terjadi didalam
makalah ini. Oleh karenanya, kritik yang sehat dan membangun, serta saran dan masukan yang
konstruktif sangat pemakalah harapkan dari dosen pembimbing Ibu Ernawati dan juga dari para
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Dan untuk itu pemakalah mengucapkan apresiasi dan
penghargaan yang setinggi-tingginya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kandungan Kode Etik Guru..……………………………………4
B. Unsur Kandungan Kode Etik Guru………………………………………..9
C. Rumusan Kode Etik Guru………………………………………………….9
D. Alasan Pentingnya Kode Etik Bagi Guru………………………………....10
E. Tujuan Perumusan Kode Etik Guru……………………………………....10
F. Manfaat Kode Etik Bagi Guru……………………………………………..11
G. Upaya Mewujudkan Kode Etik Guru………………………………………11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makalah ini membahas mengenai etika profesi guru secara umum bagi peserta guru.
Beberapa paparan dalam makalah ini membahas tentang etika kerja dan etos kerja guru serta
kode etik guru yang meliputi: kode etik dan etika profesi keguruan, pengertian kode etik guru,
unsur-unsur kandungan kode etik guru, rumusan kode etik guru, alasan pentingnya kode etik
bagi guru, tujuan perumusan kode etik guru, manfaat kode etik bagi guru, dan upaya
mewujudkan kode etik guru.
Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua peserta sertifikasi guru agar
menjadi guru yang profesional. Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu proses pemberdayaan
dan pembudayaan individu agar mampu memenuhi kebutuhan perkembangan dan memenuhi
tuntutan sosial, kultural, serta religius dalam lingkungan kehidupannya.
Pengertian pendidikan seperti ini mengimplikasikan bahwa upaya apapun yang dilakukan
dalam konteks pendidikan terfokus pada upaya memfasilitasi proses perkembangan individu
sesuai dengan nilai agama dan kehidupan yang dianut.
B. Rumusan Masalah
Makalah ini merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
BAB II
PEMBAHASAN
KODE ETIK DAN ETIKA PROFESI KEGURUAN DALAM
PENDIDIKAN
1
Kode etik guru sesungguhnya merupakan pedoman yang mengatur hubungan guru
dengan teman kerja, murid dan wali murid, pimpinan dan masyarakat serta dengan misi
tugasnya. Menurut Oteng Sutisna (1986 : 364) bahwa pentingnya kode etik guru dengan teman
kerjanya difungsikan sebagai penghubung serta saling mendukung dalam bidang mensukseskan
misi dalam mendidik peserta didik.
Sebagai kalangan profesional, sudah waktunya guru Indonesia memiliki kode etik dan
sumpah profesi. Guru juga harus memiliki kemampuan sesuai dengan standar minimal sehingga
nantinya “tidak malapraktik” ketika mengajar.2[2]
Adanya sumpah profesi dan kode etik guru, menurut Achmad Sanusi, sebagai rambu-
rambu, rem, dan pedoman dalam tindakan guru khususnya saat kegiatan mengajar. Alasannya,
guru harus bertanggung jawab dengan profesi maupun hasil dari pengajaran yang ia berikan
kepada siswa. Jangan sampai terjadi malapraktik pendidikan.
Ada beberapa kode etika guru di indonesia antara lain sbb:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia indonesia seutuhnya
berjiwa Pancasila
2. Guru memiliki dan melaksanakan kewjujuran professional
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan
dan pembinaan
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar
mengajar
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk
membina peran serta dan tanggung jawab bersama terhadap pendidikan
6. Guru secara pribadi dan secara bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu da
martabat profesinya
7. Guru memelihara hubungan profesi semangat kekeluargaan dan kesetiakawanana nasional
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organiosasi PGRI sebagai sarana
perjuangan dan pengabdian
2
Fungsi Etika Bagi Guru:
Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan dan
pengembangan bagi profesi. Fungsi seperti itu sama seperti apa yang dikemukakan oleh
1. Gibson dan Michel (1945 : 449) yang lebih mementingkan pada kode etik sebagai pedoman
pelaksanaan tugas prosefional dan pedoman bagi masyarakat sebagai seorang professional.
2. Biggs dan Blocher ( 1986 : 10) mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu : 1. Melindungi suatu
profesi dari campur tangan pemerintah. (2). Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam
suatu profesi. (3). Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.
3. Oteng Sutisna (1986 : 364) bahwa pentingnya kode etik guru dengan teman kerjanya difungsikan
sebagai penghubung serta saling mendukung dalam bidang mensukseskan misi dalam mendidik
peserta didik.
4. Sutan Zahri dan Syahmiar Syahrun (1992) mengemukakan empat fungsi kode etik guru bagi
guru itu sendiri, antara lain :
1. Agar guru terhindar dari penyimpangan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja, masyarakat dan pemerintah.
3. Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung jawab pada
profesinya.
4. Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang menggunakan profesinya dalam
melaksanakan tugas.
Ketaatan guru pada Kode Etik akan mendorong mereka berperilaku sesuai dengan
norma- norma yang dibolehkan dan menghindari norma-norma yang dilarang oleh etika profesi
yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi profesinya selama menjalankan tugas-tugas
profesional dan kehidupan sebagai warga negara dan anggota masyarakat. Dengan demikian,
aktualisasi diri guru dalam melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran secara
profesional, bermartabat, dan beretika akan terwujud.
Kode Etik Guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru. PGRI misalnya, telah
membuat Kode Etik Guru yang disebut dengan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI). KEGI ini
merupakan hasil Konferensi Pusat PGRI Nomor V/Konpus II/XIX/2006 tanggal 25 Maret 2006
di Jakarta yang disahkan pada Kongres XX PGRI No. 07/Kongres/XX/PGRI/2008 tanggal 3 Juli
2008 di Palembang. KEGI ini dapat menjadi Kode Etik tunggal bagi setiap orang yang
menyandang profesi guru di Indonesia atau menjadi referensi bagi organisasi atau asosiasi
profesi guru selain PGRI untuk merumuskan Kode Etik bagi anggotanya.
KEGI versi PGRI seperti disebutkan di atas telah diterbitkan Departemen Pendidikan
Nasional bersama Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB-PGRI) tahun 2008.
Dalam kata pengantar penerbitan publikasi KEGI dari pihak kementerian disebutkan bahwa
“semua guru di Indonesia dapat memahami, menginternalisasi, dan menunjukkan perilaku
keseharian sesuai dengan norma dan etika yang tertuang dalam KEGI ini”.
Dengan demikian akan terciptanya suasana yang harmonis dan semua anggota akan
merasakan adanya perlindungan dan rasa aman dalam melakukan tugas-tugasnya.3[3] Secara
umum, kode etik ini diperlukan dengan beberapa alasan, antara lain:
* Untuk melindungi pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
* Untuk mengontrol terjadinya ketidakpuasan dan persengketaan dari para pelaksana, sehingga
dapat menjaga dan meningkatkan stabilitas internal dan eksternal pekerjaan.
* Melindungi para praktisi di masyarakat, terutama dalam hal adanya kasus-kasus
penyimpangan tindakan.
* Melindungi anggota masyarakat dari praktek-praktek yang menyimpang dari ketentuan yang
berlaku.
Di dalam Pasal 28 undang-undang nomor 8 tahun 1974 menjelaskan tentang pentingnya
kode etik guru dengan jelas menyatakan bahwa" pegawai negeri sipil memiliki kode etik sebagai
pedoman sikap, sikap tingkah laku dan perbuatan di dalam dan di luar kedinasan." Dalam
penjelasan undang undang. Tersebut dinyatakan Bahwa dengan adanya kode etik ini, pegawai
negeri sipil sebagai aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat mempunyai pedoman
sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanan tugasnya dan dalam pergaulan sehari hari.
Selanjutnya dalam kode etik pegawai negeri sipil itu digariskan pula prinsip-prinsip pokok
tentang pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pegawai negeri .
Soetjipto dan Raflis Kosasi menegaskan bahwa kode etik suatu profesi adalah norma
norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas
profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma norma tersebut berisi petunjuk petunjuk
bagi para anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesinya dan larangan
3
larangan yaitu ketentuan ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan
oleh mereka, tidak saja dalam menjalankan tugas profesi mereka, melainkan juga menyangkut
tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam pergaulannya sehari-hari dalam masyarakat.4
[4]
Dapat di simpulkan, bahwa kode etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku dan
perbuatan di dalam melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari harí. Kesimpulan Kode etik
adalah Himpunan nilai dan norma profesi guru yang tersusun dengan baik, sistematis dalam
suatu system yang utuh.
4
Guru indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan
YME, bangsa dan negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru indonesia yang berjiwa
pancasila dan setia pada undang undanh dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya
cita cita proklamasi kemerdekaan republik indonesia 17 agustus 1945.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kode etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan di dalam melaksanakan
tugas dan dalam hidup sehari harí. Kesimpulan Kode etik adalah Himpunan nilai dan norma
profesi guru yang tersusun dengan baik, sistematis dalam suatu system yang utuh.
Ketaatan guru pada Kode Etik akan mendorong mereka berperilaku sesuai dengan
norma- norma yang dibolehkan dan menghindari norma-norma yang dilarang oleh etika profesi
yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi profesinya selama menjalankan tugas-tugas
profesional dan kehidupan sebagai warga negara dan anggota masyarakat. Dengan demikian,
aktualisasi diri guru dalam melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran secara
profesional, bermartabat, dan beretika akan terwujud
B. Saran
Setelah membahas makalah ini, semoga kita semua kelak menjadi guru yang professional
dibidangnya, serta mematuhi kode etik yang telah ditetapkan. Karena keberhasilan seorang
tenaga didik dalam melahirkan generasi bangsa tergantung pada pendidiknya. Jadi, sebaiknya
kita ber etika baik di depan maupun di belakang siswa, terutama di depan siswa.
Daftar Pustaka
Gardon, Thomas dan Mudjito. 1990. Guru Yang Efektif. Jakarta: CV Rajawali.
Saondi, Ondi dan Aris Suherman. 2012. Etika Profesi Keguruan. Bandung: Replika Adi Tama.
Soedijarto. 1993. Menuju Pendidikan Nasional Yang Relevan dan Bermutu. Jakarta: Balai
Pustaka.
Ali Imron. 1996. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukardjo dan Ukim Komarudin. 2010. Landasan Pendidikan dan Konsep Aplikasinya. Jakarta:
PT Raja Grafindo.
Tim Dosen FIT-IKIP. 1981. Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan. Surabaya: Usana Offset
Printing.