Anda di halaman 1dari 22

Pengertian kode etik dan profesi guru

kode etik profesi adalah suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu kelompok
masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode
etik yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum.

Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara
sebagai pedoman berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-
baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang
tidak profesional.

Menurut Kartadinata profesi guru adalah orang yang memiliki latar belakang pendidikan
keguruan yang memadai, keahlian guru dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh
setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu, dan kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh
warga masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan..

Makagiansar, M. 1996 profesi guru adalah orang yang memiliki latar belakang pendidikan
keguruan yang memadai, keahlian guru dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh
setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu

Nasanius, Y. 1998 mengatakan profesi guru yaitu kemampuan yang tidak dimiliki oleh warga
masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan. Ada beberapa
peran yang dapat dilakukan guru sebagai tenaga pendidik, antara lain: (a) sebagai pekerja
profesional dengan fungsi mengajar, membimbing dan melatih (b) pekerja kemanusiaan dengan
fungsi dapat merealisasikan seluruh kemampuan kemanusiaan yang dimiliki, (c) sebagai petugas
kemashalakatkatan dengan fungsi mengajar dan mendidik masyarakat untuk menjadi warga
negara yang baik.

Galbreath, J. 1999 profesi guru adalah orang yang bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam
melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya didasari atas dorongan atau
panggilan hati nurani. Sehingga guru akan merasa senang dalam melaksanakan tugas berat
mencerdakan anak didik.

Gagasan pendidikan profesi guru semula dimaksudkan sebagai langkah strategis untuk mengatasi
problem mutu keguruan kita karena perbaikan itu tidak akan terjadi dengan menaikkan
remunerasi saja. Oleh sebab itu, pendidikan profesi diperlukan sebagai upaya mengubah
motivasi dan kinerja guru secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.

Sebagai kalangan profesional, sudah waktunya guru Indonesia memiliki kode etik dan sumpah
profesi. Guru juga harus memiliki kemampuan sesuai dengan standar minimal sehingga nantinya
“tidak malpraktik” ketika mengajar.

Direktur Program Pascasarjana Uninus, Prof. Dr. H. Achmad Sanusi, M.P.A., menyatakan hal
tersebut. “Dibandingkan dengan profesi lain seperti dokter, guru masih tertinggal karena belum
memiliki sumpah dan kode etik guru,” katanya.

Adanya sumpah profesi dan kode etik guru, menurut Achmad Sanusi, sebagai rambu-rambu,
rem, dan pedoman dalam tindakan guru khususnya saat kegiatan mengajar. Alasannya, guru
harus bertanggung jawab dengan profesi maupun hasil dari pengajaran yang ia berikan kepada
siswa. Jangan sampai terjadi malapraktik pendidikan.

KODE ETIK GURU INDONESIA


1.    Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia indonesia seutuhnya
berjiwa Pancasila.
2.    Guru memiliki dan melaksanakan kewjujuran professional.
3.    Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan
dan pembinaan
4.    Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar
mengajar
5.    Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk
membina peran serta dan tanggung jawab bersama terhadap pendidikan
6.    Guru secara pribadi dan secara bersama-sama mengembangkandan meningkatkan mutu dan
martabat profesinya
7.    Guru memelihara hubungan profesi semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan nasional
8.    Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organiosasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdian
9.    Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan
KODE ETIK GURU MERUPAKAN PEDOMAN YANG HARUS DI JALANKAN OLEH
GURU
DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN PROSES PEMBELAJARAN PADA PESERTA
DIDIK

BAB I
PENDAHULUAN
Bagian dari tujuan pendidikan nasional adalah pembangunan sumber daya manusia yang
mempunyai peranan yang sangat penting bagi kesuksesan dan kesinambungan pembangunan
nasional, oleh karenanya yang menjadi pra syarat utamanya adalah peningkatan kualitas sumber
daya manusianya yang harus benar-benar diperhatikan serta dirancang sedemikian rupa yang
diimbangi dengan lajunya perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga selaras
dengan tujuan pembangunan nasional yang ingin di capai.
Pendidikan merupakan salah satu wadah yang tepat di dalam upaya peningkatan kualitas sumber
daya manusia, konsekuensinya pembengunan di bidang pendidikan mutlak harus diutamakan dan
dioptimalkan.
Yang harus di ingat adalah bahwa peningkatan kualitas pendidikan harus di mulai dari
pendidikan dasar, sekolah dasar merupakan pondasi untuk kualitas pendidikan pada jenjang-
jenjang pendidikan berikutnya, sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang membekali dan
mempersiapkan peserta didik untuk dapat mengikuti pada jenjang pendidikan selanjutnya dengan
bekal yang matang.
Dalam hal ini merupakan tantangan bagi guru pada jenjang pendidikan sekolah dasar, karena
pendidikan dasar adalah standar prioritas tingkat keberhasilan peserta didik untuk melangkah
pada jenjang pendidikan selanjutnya.

A. Latar Belakang
Yang melatar belakang belakangi Penulis mengambil tema “ Sepuluh Kompetensi Dasar Yang
Harus Di Kuasai Oleh Guru Dalam Upaya Pengembangan proses Pembelajaran “ bahwa Guru
sebagai tenaga professional yang bergerak dalam bidang pendidikan, harus benar-benar mampu
nenunjukan kemampuan serta keakhliannya, dengan membuktikan prestasi yang dapat di capai
tentunya oleh peserta didik, mengingat guru yang piawai adalah guru yang mampu mencetak
sumber daya manusia, dengan kualitas ilmu pengetahuan yang di kuasai oleh peserta didik dapat
dibawa sebagai pembelajaran manakala peserta didik melanjutkan ke jenjang pendidikan
selanjutnya.

B. Maksud dan Tujuan


Adapun yang menjadi maksud dan tujuan Penulis mengambil Tema diatas, adalah bahwa guru
sebagai tenaga professional memiliki tugas yang sangat berat karena erat kaitannya dengan
keberhasilan kualitas pendidikan, yaitu meningkatkan kualitas pendidikan yang ingin di capai,
dan selaras dengan tujuan pendidikan nasional sehingga dapat memenuhi standar tujuan
pembangunan nasional.

C. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah Otonom.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
5. Intruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2005 Tentang Gerakan Nasional Percepatan Wajib Belajar
Pendidikan dasar 9 Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara.
6. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Rencana Stratejik Pembangunan provinsi.
7. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Provinsi.
8. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemeriharaan Bahasa Sastra dan Aksara
Daerah.
9. Keputusan Gubernur Jawa Barat tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat.
10. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
11. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi
Lulusan untuk Satuan pendidikan Dasar dan Menengah.
12. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan
Peraturan Mendiknas Nomor 22 dan 23.
13. Undang-undang nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
14. Undang-undang Nomor 25 tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional
( PROPENAS ) Tahun 2000-2004.
15. Keputusan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 053/U/2001 Tentang Pedoman Penyusunan
Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Persekolahan Bidang Pendidikan Dasar dan
Menengah.

D. Hasil Yang Ingin Dicapai.


Melalui upaya-upaya guru dalam mengembangkan kepiawaiannya menyampaikan materi
pelajaran, diharapkan dapat memenuhi standar kulitas pendidikan yang ingin di capai seperti
yang tertuang dalam tujuan pendidikan nasional, guru sebagai sumber daya manusia harus
mampu secara maksimal mengembangkan kompetensi yang dimilikinya sehingga peserta didik
menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk mengimbangi lajunya pertumbuhan serta
perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini.

BAB II
KODE ETIK GURU MERUPAKAN PEDOMAN YANG HARUS DI JALANKAN OLEH
GURU
DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN PROSES PEMBELAJARAN PADA PESERTA
DIDIK
Guru Adalah merupakan salah satu komponen dari perangkat system yang ada di sekolah,
sebagai tenaga professional, guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan
sumber daya manusia yang potensial di dalam pembangunan. Mengingat hal tersebut diatas, guru
merupakan salah satu unsure di bidang tenaga kependidikan harus secara mutlak berperan serta
aktif dalam menempatkan kedudukannya sebagai tenaga professional.
Sejalan dengan tuntutan jaman dan perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi yang
mendunia maka perlu di sikapi pula adanya tuntutan masyarakat yang semakin berkembang pula
adanya, dengan kata lain bahwapada setiap jati diri guru terletak tanggung jawab untuk
membawa peserta didik pada suatu kedewasaan atau tingkat kematangan tertentu, dan yang harus
di garis bawahi bahwa peserta didik usia sekolah dasar adalah merupakan cikal bakal, atau
pondasi dari sebuah gedung yang akan di bangun kelak kemudian hari, sekokoh apapun gedung
yang akan kita bangun, sejauh mana pula kita sebagai guru menggali untuk pondasi serta
membuat pondasi itu kokoh, kesemuanya terletak pada pola kerja guru dalam menstranfer ilmu
pengetahuan kepada peserta didik.
Dalam hal ini guru memikul tanggung jawab bukan saja hanya mengajar melainkan mendidik
dan sekaligus berperan sebagai pembimbing, yang memberikan pengarahan dan menuntun
peserta didik dalam belajar, berkenaan dengan guru pada posisinya memiliki peranan yang unik
dan sangat kompleks di dalam pelaksanaan proses pembelajaran, dalam upayanya mengantarkan
harapan orang tua juga peserta didik dengan sendirinya kepada cita-cita yang ingin di capainya.
Dalam hal ini , setiap rencana strategi serta rencana program dan rancang bangun kegiatan yang
akan guru sampaikan kepada peserta didik, harus benar-benar diposisikan semata-mata untuk
kepentingan peserta didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawab guru pada jabatan
profesionalnya.

1. Prasyarat Guru.
Guna dapat menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai guru, ada beberapa prosedur yang
harus ditempuh, yang membedakan kedudukan guru dalam perannya sebagai tenaga
kependidikan dan pegawai yang diluar dari tenaga kependidikan, dan yang menjadi prasyarat
untuk guru ditentukan sesuai dengan kebijakan yang ada, seperti ;
a) Prasyarat Administratif
Yang menjadi prasyarat administratif diantaranya, warga Negara Indonesia, berusia sekurang-
kurangnya 18 tahun, berkelakuan baik, mengajukan permohonan, disamping ada pula prayarat
lainnya yang sesuai dengan kebijakan yang ada.

b) Prasyarat Teknis
Sementara yang menjadi prasyarat teknis yaitu yang bersifat formal, yaitu harus memiliki izajah
pendidikan guru, sekurang-kurangnya Program pendidikan Diploma 2, dan memiliki kelayakan
untuk mengajar, yang bersangkutan juga menguasai tehnik-tehnik mengajar, trampil dalam
mendesain program pengajaran juga memiliki karakter inovatif, dan bercita-cita memajukan
pendidikan.

c) Prasyarat Psikis.
Yang menjadi prasyarat psikis, diantaranya adalah, sehat rokhani, dewasa dalam berpikir dan
bertindak, mampu mengendalikan emosi, sabar, ramah dan santun, memiliki jiwa
kwpwmimpinan, konsekuen dan berani mempertanggung jawabkan perbuatan, berani berkorban
dan memiliki jiwa pengabdian, disamping guru juga harus memiliki sifat pragmatis dan realistis,
berwawasan luas, memiliki daya nalar yang mendasar dan filosofis, mematuhi etika dan norma
serta nilai moral yang berlaku dan memiliki semangat membangun , disini jelas bahwa seseorang
untuk berangkat menjadi guru harus memiliki panggilan jiwa dari hati nurani yang paling dalam
untuk berangkat menjadi guru.

d) Prasyarat Fisik
Secara kinerja guru berhadapan dengan benda hidup yang dari ujung kaki sampai ujung rambut
selalu menjadi pusat perhatian , baik peserta didik atau masyarakat sekitarnya, untuk hal diatas
bagian dari syarat untuk guru adalah berbadan sehat, tidak cacat, tidak memiliki penyakit yang
menular, termasuk didalamnya kebersihan, kerapihan cara berpakaian. Dari poin-poin yang
tertuang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang untuk berangkat menjadi guru harus
memiliki kriteria sebagai berikut :
Memiliki Kemampuan Profesional.
Memiliki Kapasitas Intelektual.
Memiliki Sifat Edukasi Sosial.
Ketika ke tiga hal tersebut di atas telah dimiliki oleh setiap guru, maka segala harapan
pemerintah sesuai yang tertuang dalam tujuan pembangunan nasional juga yang tersirat dalam
tujuan pendidikan nasional akan terwujud dan kualitas pendidikan akan benar-benar tercapai
sesuai harapan.

2. Guru Sebagai Tenaga Profesional.


Kedudukan guru sebagai tenaga professional dapat dibedakan dari tenag lapangan yang lainnya,
karena seorang guru harus menguasai ilmu pengetahuan serta kecakapan yang dapat berguna
bagi pengembangan sumber daya manusia, disamping harus menguasai prosedur kerja, sebagai
perangkat dasar untuk diimplementasikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang dan sangat
bermanfaat, dan diaflikasikan pada perkembangan mental bukan manual, pekerjaan professional
selalu akan berpijak dengan berlandaskan pada intelektualitas yang harus dipelajari secara
terencana dan atas dasar kesengajaan, kemudian dipergunakan demi kepentingan pembangunan
bangsa.
Guru denan jabatan professional yang disandangnya jelas bahwa yang bersangkutan memiliki
persepsi filosofis dan ketanggapan yang bijaksana notabene lebih mampu serta mantap dalam
mensikapi pekerjaannya, Seorang guru dengan kompetensi yang di milikinya sebagai tenaga
professional kependidikan ditandai dengan serentetan ilmu pengetahuan juga keterampilan
dengan memamui penyesuaian yang terus menerus dan berkesinambungan,disamping
kecermatannya untuk menentukan sikap, guru seyogyanya memiliki tingkat kesabaran, keuletan
dan telaten serta tanggap terhadap berbagai situasi serta kondisi, sehingga di akhir pekerjaannya
akan membuahkan suatu hasil yang memuaskan.
Wolmer dan Mills mengemukakan tentang kaitannnya dengan professional, bahwa pekerjaan itu
baru dikatakan professional apabila memenuhi kreteria-kriteria sebagai berikut ;
1. Memiliki spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas, maksudnya
Memiliki pengetahuan umum yang luas.
Memiliki Keakhlian khusus yang mendalam.
2. Merupakan karier yang dibina secara organisator, seperti ;
Adanya keterikatan dengan sesuatu organisasi professional.
Memiliki Otonomi Jabatan.
Memiliki Kode Etik Jabatan.
Merupakan karya bakti Seumur Hidup.
3. Diakui Masyarakat sebagai pekerjaan yang memiliki status professional ;
Memperoleh Dukungan Masyarakat.
Mendapat Pengesahan dan Perlindungan Hukum.
Memiliki Persyaratan Kerja yang Sehat.
Memiliki Jaminan Hidup Yang Layak.
Bagi guru, dengan jabatan pungsionalnya sebagai tenaga professional bukan lah hal yang mudah
dapat menerimanya, karena ada tuntutan dari masyarakat untuk benar-benar mampu melakukan
eksen pada peserta didik, mengingat guru yang professional adalah guru yang mantap dalam
mentransfer sejumlah ilmu penetahuan, juga kecakapan yang harus dikuasai peserta didik dengan
kontek hasil memuaskan baik bagi peserta didik yang bersangkutan atau bagi orang tua dari
peserta didik selaku masyarakat sekolah.
Profesi guru dengan warna, nuansa serta karakternya yang merupakan ciri khasannya sebagai
guru, akan membawa konsekuensi yang pundamental terhadap penyelenggaraan program
pendidikan, terutama yang berkenaan dengan komponen tenaga kependidikan, dan hal ini
merupakan suatu petunjuk bahwa tingkat keberhasilan yang di capai tidak bisa lepas dari lingkup
tanggung jawab masyarakat sekolah dengan sendirinya.
Sebagai guru yang merupakan tenaga professional di bidan pendidikan dalam kaiitannya dengan
akuntabilitas tidak berarti ada keringanan dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan
pembimbing, akan tetapi justru lebih berat lagi mengingat juga harus bertanggung jawab pada
masyarakat dalam memberikan pelayanan pendidikan, oleh sebab itu melalu sertifikasi bagi
jabatan guru sangatlah bermanfaat dalam upaya peningkatan kualifikasi kemampuan agar
sepadan dan memadai.
Secara prosedur serta pada garis besarnya ada tiga unsure dalam tingkatan kuaifikasi profesional
guru sebagai tenaga profesional kependidikan, yang diantaranya adalah :
Kapabilitas personal, dalam hal ini guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan
keterampilan serta sikap yang handal sehingga mampu melaksanakan proses pembelajaran secara
efektif.
Guru sebagai tenaga kependidikan harus memiliki komitmen terhadap perubahan-perubahan dan
reformasi, dan harus sigap dan tanggap atas pembaharuan dan sekaligus selalu berupaya untuk
menularkan ide pembaharuan yang efektif, mampu mengimbangi lajunya pertumbuhan serta
perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi.
Guru harus memiliki misi keguruan yangmantap dan luas perspektifnya, guru harus mampu dan
jauh melihat ke depan dalam mensikapi tantangan serta tuntutan yang dihadapi oleh sertor
pendidikan yang merupakan suatu system.

3. Guru Sebagai Pendidik dan Pembimbing.


Guru memiliki peran tidak saja hanya menyampaikan materi pelajaran, melainkan juga
membimbing, mengarahkan peserta didik agar berbudi pekerti luhur, sehingga peserta didik
memiliki kepribadian.
Di samping menyampaikan materi pelajaran yang merupakan kewajiban utama, guru juga
membekali peserta didik dengan melatih berbagai keterampilan sehingga peserta didik memiliki
kecakapan sebagai penunjang untuk bekal dikehidupan peserta didik pada masa yang akan
datang.
Dengan mendidik, mengarahkan serta membimbing peserta didik, secara tidak langsung guru
menanamkan nilai-nilai baikmoral maupun mental yang terkandung dalam berbagai pengetahuan
yang diterapkan disamping juga kita menanamkan suri tauladan yang seminimal mungkin dapat
di tiru oleh peserta didik, dihayati selanjutnya di manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari
sebagai upaya pendewasaan.
Dari hal tersebut di atas jelas bahwa guru secara pribadi juga secara sisi manusiawi merupakan
perwujudan dari pentranferan sejumlah ilmu pengetahuan yang mengantarkan guru pada tingkat
pendewasaan yang matang, mengingat mendidik dengan sendirinya adalah merupakan suatu
rancang bangun yang mengantarkan peserta didik agar mampu menemukan jati diri .
Terdapat beberapa kriteria yang harus selalu di ingat guru dalam posisinya sebagai pendidik,
yang merupakan kecakapan serta pengetahuan dasar bagi guru seperti di antaranya ;
Sebagai pendidik harus mampu menjadi suri tauladan bagi peserta didik, juga masyarakat.
Lebih mengenal secara dekat peserta didik dengan menerima segala sisi kekurangan serta
kelebihanya secara manusiawi.
Memiliki kecakapan di dalam memberikan bimbingan arahan sebagai upaya pendewasaan
kepada peserta didik sehingga peserta didik akan mengalami proses pembelajaran yang
menyeluruh serta integral.
Guru harus mampu mengimbangi Ilmu pengetahuan serta teknologi yang berkembang, sehingga
dapat mengikuti pertumbuhan serta perkembangan pembangunan dalam bidang pendidikan yang
disesuaikan dengan pengalaman berdasarkan minat dan kebutuhan yang ingin dicapai.
Dalam hal ini , guru adalah seseorang yang harus memiliki kiat-kiat tertentu sehingga dapat
menarik perhatian peserta didik, guru harus mampu memposisikan diri ketika beradaptasi dengan
peserta didik, disegani, dibutuhkan dirindukan bahkan peserta didik harus merasakan
kenyamanan manakala berhadapan dengan guru.

4. Peranan Guru.
Guru dalam fungsinya sebagai, pengajar, pendidik dan sekaligus pembimbing, maka pada
prinsipnya ada beberapa hal yang harus diperhatikan dimana guru juga harus memiliki peran
yang senantiasa menjadi suri tauladan bagi peserta didk, mengingat setiap gerak gerik dan
tingkah laku guru pada dasarnya merupakan proses pembelajaran bagi peserta didik.
Guru juga merupakan sentral dalam perannya sebagai pendidik, mengingat sebagian besar waktu
guru adalah berhadapan dengan administrasi pengelolaan serta rancang bangun pengelolaan
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan peserta didik juga dalam pelaksanaan proses
pembelajaran yang harus disampaikan kepada peserta didik, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yang erat kaitannya dengan peran guru di lapangan yang diantaranya adalah ;
Guru dalam perannya sebagai komunikator, juga sahabat bagi peserta didik, bertindak sebagai
motivator, pembimbing serta pemberi saran pendapat, gagasan juga sebagai pengembang sikap ,
tingkah laku dan nilai-nilai.
Guru dalam perannya, mentransfer ilmu pengetahuan, keterampilan juga kecakapan, dalam
mengembangkan serta meningkatkatkan kualitas pendidikan, pada posisinya lingkungan sekolah,
guru adalah pegawai negeri sipil yang harus patuh dan taat pada peraturan yang berlaku juga
merupakan seseorang bawahan dalam hubungan kedinasan dari seorang atasan, dan merupakan
teman sejawat bagi koleganya, juga merupakan mediator dalam perannya sebagi pendidik bagi
peserta didik, dan merupakan orang tua kedua dengan peran dan fungsinya mendisiplinkan,
mengevaluasi perilaku pserta didik di sekolah.
Guru juga harus piawai dan handal dalam menerapkan dan mengembangkan materi
pembelajaran kepada peserta didik untuk mencapai kualitas pendidikan yang sesuai harapan
orang tua.
Federasi dan Organisasi Profesional guru sedunia, mengunfkapkan bahwa peranan guru di
sekolah , tidak hanya sebagai transmitter dari ide akan tetapi berperan juga sebagai transformer
dan katalisator dari nilai dan sikap.
Dari berbagai hal yang penulis kemukakan diatas maka dibawah ini akan penulis informasikan
peranan guru dalam kaitannya dengan pelaksanaan proses pembelajaran yang merupakan
kegiatan pokok sehari-hari dilapangan, seperti ;
a. Informator
Guru dalam perannya sebagai pelaksana pendidikan di lapangan, guru adalah merupakan
informative, laboratorium, study lapangan dan juga merupakan sumber informasi kegiatan
akademik maupun umum, di sini berlaku tiori komunikasisebagai berikut ;
Teori stimulant-respons.
Teori disonansi dan reduksi.
Teori Pendekatan fungsional
b. Organisator
Guru dalam perannya mengelola komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan proses
pembelajaran bagi peserta didik, sehingga dapat tercapai efektivitas serta efisiensi dalam proses
pembelajaran pada diri peserta didik.
c. Motivator.
Guru dalam perannya harus mampu memberikan dorongan kepada peserta didik dalam
mendinamiskan serta menumbuhkan daya nalar dan daya cipta sehingga akan terjalin dinamika
dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan
d. Pengarah / director.
Guru dalam perannya sebagai pendidik, pembimbing, harus mampu mengarahkan peserta didik
dalam kegiatan belajar sehingga tercapai tujuan yang dicita-citakan.
e. Inisiator
Guru juga harus berperan sebagai pencetus ide kreatif yang dapat di jadikan contoh oleh peserta
didik, sehingga peserta didik kreatif dalam mengembangkan kecakapan.
f. Tranmitter.
Guru dalam perannya pada pelaksanaan proses pembelajaran, bertindak sebagai penyebar
kebijakan serta ilmu pengetahuan bagi peserta didik.
g. Fasilitator.
Guru dalam perannya harus memberikan pasilitas dan kemudahan-kemudahan dalam
pelaksanaan pembelajaran, dalam hal ini guru hendaknya mampu menciptakan suasanaharmonis
sehingga proses pembelajaran berjalan kondusif.
h. Mediator.
Guru hendaknya menjadi penengah pada proses pembelajaran berlangsung, ketika peserta didik
dilibatkan dalam diskusi kelas berlangsung dengan tidak memilah keberadaan peserta didik.
i. Evaluator.
Guru hendaknya bijak dalam pemberikan penilaian kepada peserta didik, baik memberikan
penilaian dalam bidang akademis atau bidang kecakapan, sehingga tidak berdampak adanya
kecemburuan social diantara peserta didik antara satu dengan yang lainnya.

5. Kode Etik Guru.


Guru sebagai tenaga professional dalam bidang kependidikan, memiliki kode etik, yang dikenal
dengan kode Etik Guru Indonesia. Kode Etik Guru ini merupakan hasil kongres PGRI XIII pada
21 – 25 Nopember 1973 di Jakarta.
Sebagai tenaga professional guru memiliki kode etik yang harus dijalankan yang merupakan
dasar hukum serta pedoman bagi guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, sesuai
hasil kongres PGRI XIII yang terdiri dari Sembilan poin, yang terdiri dari ;
a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untukmembantu manusia pembangunan
yang ber – Pancasila.
b. Guru memilikikejujuran professional dalam menerapkan korikulum sesuai dengan kebutuhan
anak didik masing-masing.
c. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik,
tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
d. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua
murid sebaik – baiknya bagi kepentingan anak didik.
e. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun
masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
f. Guru secara sendiri dan / atau bersama – sama berusaha mengmbangkan dan meningkatkan
mutu profesinya.
g. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesame guru baik berdasarkan lingkungan
kerja maupun di dalam hubungan antar sesame guru baik berdasarkan lingkungan kerja maupun
di dalam hubungan keseluruhan.
h. Guru secara bersama-sama memelihar,membiina, da meningkatkan utu organisasi guru
propesional sebagai sarana pengabdian.
i. Guru melksnakan segala ketentuanyang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan.
Guru sebagai tanga proepsional dengan memahami 9 butir kode etik guru diharapkan guru
mampu berperan serta aktif dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan peserta didik
sehingga tercapai tujuan yang tertuang dalam tujuan pendidikan nasional.

BAB III
KESIMPULAN

Guru sebagai tenaga propesional harus memnuhi standar persyaratan secarqa administrasi,
teknik, psikis dan fisik yang merupakan prasyarat terpenting bagi seseorang untuk menjadi guru.
Guru juga harus memiiki kematangan jasmani rohani maupun edukasi sosial disamping
persyaratan khusus yang bersikap mental, sebagai tenaga propesional pekerjaan guru
memerlukan pendidikan yang berkelanjutan hal ini dimaksudkan untuk mengimbagi lajunya
perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini.
Guru dikatakan sebagai pengajar, pendidik dan sekaligus merupakan pembimbing mengingat
guru disamping menyampaikan ilmu pengetahuan juga menanamkan nilai-niai sikap mental serta
melatih berbagai keterampilan dalam upaya mengantarkan perserta didik kea rah pendewasaan,
oleh sebab itu seseorang untuk berangkat menjadi guru harus memiliki kepribafdian dan berbudi
pekerti luhur dapat mnejadi panutan sehingga kelak kemudian hari dapat memanusiakan
manusia, karena guru dalam melaksanakan kegitan bimbingan adalah merupakan upaya
menuntun peserta didik dan memberikan lingkungan yang seuai dengan arah serta tujuan yang
inguin dicapai serta sesuai dengan yang dicita – citakan.
Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya secara operasional guru memiliki beberapa
peranan diantaranya adalah sebagai informatory, organisator, motivator, fasilitator, mediator,
konselor, badan evaluator. Dalam hal ini guru harus mampu menciptakan hubungan baik dengan
peserta didik baik secara formal maupun informal.
Dalam melaksanakan pokok tugas kewajibannya sebagai guru dan sebagai tenaga professional
guru memiliki kode etik. Yang merupakan pedoman tingkah laku yang harus dijalankan oleh
guru dalam berinteraksi dengan peserta didik, teman sejawat, serta masyarakat sekitar. Kode etik
guru adalah merupakan kunci bagi tingkah laku guru agar tidak melakukan tindak
penyelewengan, pada prinsipnya kode etik guru adalah bertujuan untuk membantu
mensukseskan pekerjaan guru demi kepentingan peserta didik.
KODE ETIK PROFESI KEGURUAN

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunia terbesarnya berupa wahyu
al-Qur’anul Karim kepada junjungan Nabi Muhammad SAW dan Para Rasul yang membebaskan
manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing umatnya menuju jalan yang lurus, untuk menyelamatkan manusia dari kehancuran.
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT, akhirnya pemakalah dapat menyajikan
sebuah makalah yang berjudul “Kode Etik dan Etika Profesi Keguruan”. Tugas ini disusun untuk
memenuhi tugas semester IV dalam mata kuliah Profesi Keguruan.
Pemakalah yakin bahwa berbagai kelemahan dan keterbatasan dapat terjadi didalam
makalah ini. Oleh karenanya, kritik yang sehat dan membangun, serta saran dan masukan yang
konstruktif sangat pemakalah harapkan dari dosen pembimbing Ibu Ernawati dan juga dari para
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Dan untuk itu pemakalah mengucapkan apresiasi dan
penghargaan yang setinggi-tingginya.

Medan, April 2013

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.............................................................................................................3
B.     Rumusan Masalah........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kandungan Kode Etik Guru..……………………………………4
B.     Unsur Kandungan Kode Etik Guru………………………………………..9
C.     Rumusan Kode Etik Guru………………………………………………….9
D.    Alasan Pentingnya Kode Etik Bagi Guru………………………………....10
E.     Tujuan Perumusan Kode Etik Guru……………………………………....10
F.      Manfaat Kode Etik Bagi Guru……………………………………………..11
G.    Upaya Mewujudkan Kode Etik Guru………………………………………11
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan...................................................................................................................13
B.     Saran............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................14

BAB I

PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Makalah ini membahas mengenai etika profesi guru secara umum bagi peserta guru.
Beberapa paparan dalam makalah ini membahas tentang etika kerja dan etos kerja guru serta
kode etik guru yang meliputi: kode etik dan etika profesi keguruan, pengertian kode etik guru,
unsur-unsur kandungan kode etik guru, rumusan kode etik guru, alasan pentingnya kode etik
bagi guru, tujuan perumusan kode etik guru, manfaat kode etik bagi guru, dan upaya
mewujudkan kode etik guru.
Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua peserta sertifikasi guru agar
menjadi guru yang profesional. Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu proses pemberdayaan
dan pembudayaan individu agar mampu memenuhi kebutuhan perkembangan dan memenuhi
tuntutan sosial, kultural, serta religius dalam lingkungan kehidupannya.
Pengertian pendidikan seperti ini mengimplikasikan bahwa upaya apapun yang dilakukan
dalam konteks pendidikan terfokus pada upaya memfasilitasi proses perkembangan individu
sesuai dengan nilai agama dan kehidupan yang dianut.
    B. Rumusan Masalah
Makalah ini merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Apa pengertian kode etik guru?


2. Apa saja unsur kandungan kode etik guru?
3. Bagaimana rumusan kode etik guru?
4. Apa alasan pentingnya kode etik guru?
5. Apa tujuan perumusan kode etik guru?
6. Apa manfaat kode etik bagi guru?
7. Apa upaya mewujudkan kode etik guru?

BAB II
PEMBAHASAN
KODE ETIK DAN ETIKA PROFESI KEGURUAN DALAM
PENDIDIKAN

A.   Pengertian Kode Etik Guru


Etika (ethic) bermakna sekumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, tata
cara (adat, sopan santun) nilai mengenai benar dan salah tentang hak dan kewajiban yang dianut
oleh suatu golongan atau masyarakat.
Etika, pada hakikatnya merupakan dasar pertimbangan dalam pembuatan keputusan
tentang moral manusia dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara umum etika dapat
diartikan sebagai suatu disiplin filosofis yang sangat diperlukan dalam interaksi sesama manusia
dalam memilih dan memutuskan pola-pola perilaku yang sebaikbaiknya berdasarkan timbangan
moral-moral yang berlaku.
Kode etik guru indonesia adalah himpunan nilai nilai dan norma norma profesi guru
yang tersusun dengan baik dan sistematis dalam suatu sistem yang utuh dan bulat. Kode etik
guru indonesia berfungsi sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga
PGRI dalam menunaikan tugas pengabdianya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar
sekolah serta dalam kehidupan sehari hari di masyarakat. Dengan demikian , kode etik guru
indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan sikap profesional para anggota
profesi keguruan.1[1]
Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan
menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-
undang. Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang
melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan peserta
didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah
sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika dan kemanusiaan.
Istilah “kode etik” itu bila di kaji maka terdiri dari dua kata yakni “kode” dan “etik”.
Perkataan “etik” berasal dari bahasa Yunani, “ethos” yang berarti watak, adab atau cara hidup.
Dapat diartikan bahwa etik itu menunjukkan “cara berbuat yang menjadi adat, karena
persetujuan dari kelompok manusia”. Dan etik biasanya dipakai untuk pengkajian system nilai-
nilai yang disebut “kode” sehingga terjemahlah apa yang disebut “kode etik”. Etika artinya tata
susila atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan satu pekerjaan. Jadi,
“kode etik guru” diartikan sebagai “aturan tata susila keguruan”.
Kode Etik Guru (KEG), Kode Etik Guru Indonesia (KEGI), atau nama lain sesuai dengan
yang disepakati oleh organisasi atau asosiasi profesi guru, merupakan pedoman bersikap dan
berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika jabatan guru. Dengan
demikian, guru harus menyadari bahwa jabatan mereka merupakan suatu profesi yang
terhormat, terlindungi, bermartabat, dan mulia. Di sinilah esensi bahwa guru harus mampu
memahami, menghayati, mengamalkan, dan menegakkan Kode Etik Guru dalam menjalankan
tugas-tugas profesional dan menjalani kehidupan di masyarakat.

1
Kode etik guru sesungguhnya merupakan pedoman yang mengatur hubungan guru
dengan teman kerja, murid dan wali murid, pimpinan dan masyarakat serta dengan misi
tugasnya. Menurut Oteng Sutisna (1986 : 364) bahwa pentingnya kode etik guru dengan teman
kerjanya difungsikan sebagai penghubung serta saling mendukung dalam bidang mensukseskan
misi dalam mendidik peserta didik.
Sebagai kalangan profesional, sudah waktunya guru Indonesia memiliki kode etik dan
sumpah profesi. Guru juga harus memiliki kemampuan sesuai dengan standar minimal sehingga
nantinya “tidak malapraktik” ketika mengajar.2[2]
Adanya sumpah profesi dan kode etik guru, menurut Achmad Sanusi, sebagai rambu-
rambu, rem, dan pedoman dalam tindakan guru khususnya saat kegiatan mengajar. Alasannya,
guru harus bertanggung jawab dengan profesi maupun hasil dari pengajaran yang ia berikan
kepada siswa. Jangan sampai terjadi malapraktik pendidikan.
Ada beberapa kode etika guru di indonesia antara lain sbb:
1.      Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia indonesia seutuhnya
berjiwa Pancasila
2.     Guru memiliki dan melaksanakan kewjujuran professional
3.     Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan
dan pembinaan

4.      Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar
mengajar

5.      Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk
membina peran serta dan tanggung jawab bersama terhadap pendidikan

6.      Guru secara pribadi dan secara bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu da
martabat profesinya

7.      Guru memelihara hubungan profesi semangat kekeluargaan dan kesetiakawanana nasional

8.      Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organiosasi PGRI sebagai sarana
perjuangan dan pengabdian

9.      Guru melaksanaakn segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan

2
Fungsi Etika Bagi Guru:
Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan dan
pengembangan bagi profesi. Fungsi seperti itu sama seperti apa yang dikemukakan oleh
1.      Gibson dan Michel (1945 : 449) yang lebih mementingkan pada kode etik sebagai pedoman
pelaksanaan tugas prosefional dan pedoman bagi masyarakat sebagai seorang professional.
2.      Biggs dan Blocher ( 1986 : 10) mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu : 1. Melindungi suatu
profesi dari campur tangan pemerintah. (2). Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam
suatu profesi. (3). Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.
3.      Oteng Sutisna (1986 : 364) bahwa pentingnya kode etik guru dengan teman kerjanya difungsikan
sebagai penghubung serta saling mendukung dalam bidang mensukseskan misi dalam mendidik
peserta didik.
4.      Sutan Zahri dan Syahmiar Syahrun (1992) mengemukakan empat fungsi kode etik guru bagi
guru itu sendiri, antara lain :
1.      Agar guru terhindar dari penyimpangan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
2.      Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja, masyarakat dan pemerintah.
3.      Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung jawab pada
profesinya.
4.      Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang menggunakan profesinya dalam
melaksanakan tugas.
Ketaatan guru pada Kode Etik akan mendorong mereka berperilaku sesuai dengan
norma- norma yang dibolehkan dan menghindari norma-norma yang dilarang oleh etika profesi
yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi profesinya selama menjalankan tugas-tugas
profesional dan kehidupan sebagai warga negara dan anggota masyarakat. Dengan demikian,
aktualisasi diri guru dalam melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran secara
profesional, bermartabat, dan beretika akan terwujud.

Kode Etik Guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru. PGRI misalnya, telah
membuat Kode Etik Guru yang disebut dengan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI). KEGI ini
merupakan hasil Konferensi Pusat PGRI Nomor V/Konpus II/XIX/2006 tanggal 25 Maret 2006
di Jakarta yang disahkan pada Kongres XX PGRI No. 07/Kongres/XX/PGRI/2008 tanggal 3 Juli
2008 di Palembang. KEGI ini dapat menjadi Kode Etik tunggal bagi setiap orang yang
menyandang profesi guru di Indonesia atau menjadi referensi bagi organisasi atau asosiasi
profesi guru selain PGRI untuk merumuskan Kode Etik bagi anggotanya.

KEGI versi PGRI seperti disebutkan di atas telah diterbitkan Departemen Pendidikan
Nasional bersama Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB-PGRI) tahun 2008.
Dalam kata pengantar penerbitan publikasi KEGI dari pihak kementerian disebutkan bahwa
“semua guru di Indonesia dapat memahami, menginternalisasi, dan menunjukkan perilaku
keseharian sesuai dengan norma dan etika yang tertuang dalam KEGI ini”.

Dengan demikian akan terciptanya suasana yang harmonis dan semua anggota akan
merasakan adanya perlindungan dan rasa aman dalam melakukan tugas-tugasnya.3[3] Secara
umum, kode etik ini diperlukan dengan beberapa alasan, antara lain:
*  Untuk melindungi pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
*  Untuk mengontrol terjadinya ketidakpuasan dan persengketaan dari para pelaksana, sehingga
dapat menjaga dan meningkatkan stabilitas internal dan eksternal pekerjaan.
*  Melindungi para praktisi di masyarakat, terutama dalam hal adanya kasus-kasus
penyimpangan tindakan.
*  Melindungi anggota masyarakat dari praktek-praktek yang menyimpang dari ketentuan yang
berlaku.
Di dalam Pasal 28 undang-undang nomor 8 tahun 1974 menjelaskan tentang pentingnya
kode etik guru dengan jelas menyatakan bahwa" pegawai negeri sipil memiliki kode etik sebagai
pedoman sikap, sikap tingkah laku dan perbuatan di dalam dan di luar kedinasan." Dalam
penjelasan undang undang. Tersebut dinyatakan Bahwa dengan adanya kode etik ini, pegawai
negeri sipil sebagai aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat mempunyai pedoman
sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanan tugasnya dan dalam pergaulan sehari hari.
Selanjutnya dalam kode etik pegawai negeri sipil itu digariskan pula prinsip-prinsip pokok
tentang pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pegawai negeri .
Soetjipto dan Raflis Kosasi menegaskan bahwa kode etik suatu profesi adalah norma
norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas
profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma norma tersebut berisi petunjuk petunjuk
bagi para anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesinya dan larangan
3
larangan yaitu ketentuan ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan
oleh mereka, tidak saja dalam menjalankan tugas profesi mereka, melainkan juga menyangkut
tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam pergaulannya sehari-hari dalam masyarakat.4
[4]

Dapat di simpulkan, bahwa kode etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku dan
perbuatan di dalam melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari harí. Kesimpulan Kode etik
adalah Himpunan nilai dan norma profesi guru yang tersusun dengan baik, sistematis dalam
suatu system yang utuh.

B. Unsur Kandungan Kode Etik Guru


Dalam pidato pembukaan kongres PGRI XIII Tahun 1973, Basuni (ketua PGRI)
menyatakan bahwa kode etik guru indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah
laku guru warga PGRI dalam melaksanakan tugas sebagai guru. Pengertian itu menunjukkan
unsur yang terkandung dalam kode etik guru indonesia yaitu:
A) sebagai landasan moral
B) sebagai pedoman tingkah laku

C. Rumusan Kode Etik Guru


Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku dan mengikat
para anggota. Penetapan kode etik lazim dilakukan pada suatu kongres organisasi profesi.
Dengan demikian, penetapan kode etik tidak boleh dilakukan oleh orang secara perorangan,
melainkan harus dilakukan oleh orang orang yang diutus untuk dan atas nama anggota-anggota
profesinya dari organisasi tersebut. Dengan demikian, orang orang yang bukan anggota profesi
tidak dapa dikenakan aturan yang ada dalam kode etik tersebut. Bagi guru guru di indonesia,
PGRI merupakan wadah bagi yang mempunyai jabatan profesi guru, sebagai perwujudan cita-
cita perjuangan bangsa. PGRI didirikan di Surakarta pada tanggal 25 november 1945.
Kode etik guru indonesia ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh
utusan cabang dan pengurus daerah PGRI dari seluruh penjuru tanah air, pertama dalam kongres
XIII di Jakarta tahun 1973 kemudian di sempurnakan dalam kongres PGRI XVI tahun 1989 juga
dijakarta. Kode etik guru indonesia yang telah disempurnakan tersebut ialah:

4
Guru indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan
YME, bangsa dan negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru indonesia yang berjiwa
pancasila dan setia pada undang undanh dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya
cita cita proklamasi kemerdekaan republik indonesia 17 agustus 1945.

D.   Alasan Pentingnya Kode Etik Bagi Guru


Secara umum, kode etik ini diperlakukan dengan beberapa alasan, antara lain seperti
berikut ini;
1.      Untuk melindungi pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan
berdasarkan perundangan-undangan yang berlaku.
2.      Untuk mengontrol terjadinya ketidakpuasan dan persengketaan dari para pelaksana,
sehingga dapat menjaga dan meningatkan stabilitas internal dan eksternal pekerjaan.
3.      Melindungi para praktisi di masyarakat, terutama dalam hal adanya kasus-kasus
penyimpangan tindakan. melindungi anggota masyarakat dari praktek-praktek yang menyimpang
dari ketentuan yang berlaku.

E.   Tujuan Perumusan Kode Etik Guru


Tujuan perumusan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan
kepentingan organisasi profesi itu sendiri. R.Hermawan (1979) menjelaskan tujuan mengadakan
kode etik adalah:
A) untuk menjunjung tinggi martabat profesinya
B) untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
C) untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesinya
D) untuk meningkatkan mutu profesi
E) untuk menuningkatkan mutu organisasi profesi

F. Manfaat Kode Etik Bagi Guru


Organisasi profesi guru membentuk kode etik untuk menjaga dan meningkatkan
kehormatan dan martabat guru dalam melaksanakan tugas profesi. Penegakkan kode etik
dilakukan oleh dewan kehormatan guru. Dewan kehormatan guru dibentuk oleh untuk
mengawasi pelaksanaan kode etik guru dan memberikan rekomendasi pemberian sanksi atas
pelanggaran kode etik oleh guru. Organisasi profesi guru wajib melaksanakan rekomendasi
dewan kehomartan
Fungsi adanya kode etik adalah untuk menjaga kredibilitas dan nama baik guru dalam
menyandang status pendidik. Dengan demikian, adanya kode etik tersebut diharapkan para guru
tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap kewajibannya. Jadi substansi
diberlakukannya kode etik kepada guru sebenarnya untuk menambah kewibawaan dan
memelihara image profesi guru tetap baik.5[5]

G.  Upaya Mewujudkan Kode Etik Guru


Dalam upaya mewujudkan kode etik guru Indonesia, perlu memperhatikan sejumlah faktor
yang hingga saat ini masih di rasakan sebagai kendala. Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Kualitas pribadi guru
b. Pendidikan guru
c. Sarana dan prasarana pendidikan
d. Sistem pendidikan
e. Kedudukan, karier dan kesejahteraan guru
f. Kebijakan pemerintah
Berbagai pihak yang memiliki keterkaitan (pembuat kebijakan/keputusan, para pakar,
manajer, pelaksana) secara proporsional dan professional seyogyanya dapat bekerjasama secara
sistemik, sinergik, dan simbiotik dalam mewujudkan kode etik guru Indonesia. Hal yang paling
mendasar adalah kemauan politik yang terwujud dalam bentuk kebijakan manajemen guru dan
perlakuan terhadap profesi guru.6[6]

6
BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Kode etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan di dalam melaksanakan
tugas dan dalam hidup sehari harí. Kesimpulan Kode etik adalah Himpunan nilai dan norma
profesi guru yang tersusun dengan baik, sistematis dalam suatu system yang utuh.
Ketaatan guru pada Kode Etik akan mendorong mereka berperilaku sesuai dengan
norma- norma yang dibolehkan dan menghindari norma-norma yang dilarang oleh etika profesi
yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi profesinya selama menjalankan tugas-tugas
profesional dan kehidupan sebagai warga negara dan anggota masyarakat. Dengan demikian,
aktualisasi diri guru dalam melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran secara
profesional, bermartabat, dan beretika akan terwujud
B.   Saran
Setelah membahas makalah ini, semoga kita semua kelak menjadi guru yang professional
dibidangnya, serta mematuhi kode etik yang telah ditetapkan. Karena keberhasilan seorang
tenaga didik dalam melahirkan generasi bangsa tergantung pada pendidiknya. Jadi, sebaiknya
kita ber etika baik di depan maupun di belakang siswa, terutama di depan siswa.

Daftar Pustaka

Gardon, Thomas dan Mudjito. 1990. Guru Yang Efektif. Jakarta: CV Rajawali.
Saondi, Ondi dan Aris Suherman. 2012. Etika Profesi Keguruan. Bandung: Replika Adi Tama.
Soedijarto. 1993. Menuju Pendidikan Nasional Yang Relevan dan Bermutu. Jakarta: Balai
Pustaka.
Ali Imron. 1996. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukardjo dan Ukim Komarudin. 2010. Landasan Pendidikan dan Konsep Aplikasinya. Jakarta:
PT Raja Grafindo.
Tim Dosen FIT-IKIP. 1981. Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan. Surabaya: Usana Offset
Printing.

Anda mungkin juga menyukai