Anda di halaman 1dari 31

Dampak Virus Corona: Berpacu

Mencegah PHK Massal


Jumat 10 Apr 2020 16:57 WIB
Red: Elba Damhuri

 20

 0
  

Dampak Virus Corona: Berpacu Mencegah PHK Massal. Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC)
Amerika Serikat.
Foto: CDC via AP, File
PHK massal menjadi ancaman serius akibat wabah virus corona.
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Adinda Pryanka, Sapto Andika Candra

Pandemi virus corona telah menghancurkan sendi-sendi ekonomi, baik di


level global maupun nasional. Siklus bisnis pada perusahaan di banyak sektor
terganggu yang berdampak pada turunnya produksi, anjloknya pendapatan,
hingga munculnya kerugian-kerugian akibat tidak seimbangnya pendapatan
dan pengeluaran.

Pemutusan hubungan kerja (PHK) pun menjadi masalah serius akibat


macetnya bisnis perusahaan. Sektor pariwisata yang paling pertama
merasakan dampak wabah covid ini.

Salah satu yang terimbas adalah industri hotel. Menurut Kepala Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat, Dedi Taufik, sebanyak
575 hotel di wilayah Jawa Barat sudah tidak beroperasi. 

Hal ini menyebabkan dirumahkannya 25 ribu karyawan semenjak ada aturan


pembatasan sosial dari pemerintah. Dedi mengatakan, dari laporan dinas
pariwisata di tingkat kabupaten/kota, okupansi hotel hanya berada di kisaran
5 persen.

Kabar tak indah juga datang dari Semarang. Sedikitnya 7.955 pekerja di
Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, harus menerima kenyataan di-PHK dan
dirumahkan.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten


Semarang, Jarot Supriyoto, mengungkapkan, dari jumlah 7.955 pekerja yang
terdampak tersebut, sebanyak 342 pekerja di-PHK. Sebanyak 7.613 pekerja
lainnya terpaksa harus dirumahkan. Dari 33 perusahaan di Semarang,
sebanyak 10 perusahaan di antaranya telah merumahkan dan melakukan
PHK terhadap pekerjanya. 

Padahal, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak pengusaha untuk


bersama-sama menghadapi tekanan ekonomi akibat Covid-19. Jokowi pun
meminta perusahaan untuk sekuat tenaga menghindari PHK karyawan di
tengah masa sulit ini.

"Kita harus sadar bahwa tantangan yang kita hadapi tidak mudah. Kita harus
hadapi bersama-sama. Saya mengajak pengusaha untuk berusaha keras
mempertahankan para pekerjanya," ujar Jokowi dalam keterangan pers,
Kamis (9/4).

Bagi pengusaha, tidak melakukan PHK karyawan tampaknya sulit


direalisasikan. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin)
Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Kamdani menuturkan,
sangat sulit untuk memenuhi permintaan pemerintah agar tidak melakukan
PHK, khususnya apabila penyebaran virus masih tinggi dan kondisi ekonomi
masih tertekan seperti sekarang.

Shinta menggambarkan situasi saat ini sangat sulit karena sebagian besar
perusahaan mengalami penurunan pendapatan yang sangat drastis. Bahkan,
di beberapa sektor sudah ada perusahaan yang tidak memiliki pendapatan
selama berbulan-bulan. "Mereka harus tutup atau mengajukan kepailitan,"
katanya.

Kendati demikian, Wakil Ketua Bidang Ketenagakerjaan Asosiasi Pengusaha


Indonesia (Apindo) Bob Azam menuturkan, pengusaha terus melakukan
diskusi dengan pekerja. Hal ini dilakukan agar win-win solution ditemukan
bagi kedua belah pihak.

Poin utama yang dibicarakan adalah rencana lay off atau PHK. Bob


mengatakan, diskusi tersebut menentukan apakah pekerja tetap menjadi
karyawan dengan segala keterbatasan atau PHK dengan pesangon. 

Bob mengakui, saat ini merupakan masa sulit bagi pemerintah, pengusaha,
dan pekerja. Kegiatan ekonomi berhenti, berdampak pada penurunan
pemasukan secara signifikan dan menghambat arus uang. Namun, dunia
usaha sudah melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki arus keuangan
agar bisa menekan kemungkinan PHK.  

Bob menambahkan, Apindo juga terus mendorong anggotanya untuk dapat


mendahulukan kewajibannya terhadap buruh melalui berbagai langkah. "Dari
efisiensi di semua aspek, job sharing, sampai mencari terobosan bisnis kami
coba lakukan," tuturnya.

Bagaimana Cara Mencegah PHK Massal?

Shinta Kamdani menyebutkan ada dua hal yang menjadi tumpuan bagi dunia
usaha dalam menekan potensi gelombang PHK. Keduanya adalah stimulus
kredit dan penurunan beban finansial perusahaan.

Shinta menjelaskan stimulus kredit berupa relaksasi kredit, penurunan suku


bunga kredit, dan restrukturisasi kredit akan membantu perusahaan dalam
pengadaan cash flow. Upaya lain juga bisa dilakukan seperti mempercepat
pencairan restitusi pajak untuk mempertahankan kemampuan finansial
perusahaan.

Faktor kedua, penurunan beban-beban finansial perusahaan yang sifatnya


tidak urgent atau non-primer bisa ditunda atau dikoreksi besarannya. Hal ini
bisa dilakukan dengan menurunkan tarif listrik sesuai dengan penurunan
harga minyak dunia maupun penundaan pembayaran semua bentuk pajak,
bea, dan pungutan lain.

Penurunan beban juga bisa dilakukan dalam bentuk penundaan kewajiban


pembayaran tunjangan hari raya (THR) hingga iuran BPJS Kesehatan. "Ini
dilakukan agar perusahaan punya cukup dana untuk menggaji karyawan
selama mungkin sampai kondisi berangsur normal," ujar Shinta.

Shinta mengatakan, kedua faktor tersebut sudah dilakukan perusahaan


semaksimal mungkin. Beberapa perusahaan sudah berhasil
merestrukturisasikan utangnya. Sementara itu, sebagian lain masih dalam
proses dengan bank atau institusi jasa keuangan lain.

Banyak perusahaan juga sudah mengajukan klaim untuk insentif fiskal dan
meminta percepatan restitusi pajak. Namun, Shinta menjelaskan, insentif ini
belum banyak membantu karena pemerintah hanya berfokus pada sektor
manufaktur. 

Untuk upaya lain, Shinta menambahkan, perusahaan juga mengkaji kembali


dan merevisi struktur pengeluaran perusahaan. Dari ulasan (review) ini,
banyak aspek pengeluaran yang dapat dihilangkan atau setidaknya
dipangkas. Upaya tersebut dilakukan oleh pelaku usaha agar perusahaan
punya cukup dana untuk bertahan hidup dan melaksanakan kewajiban-
kewajiban usaha, termasuk menggaji karyawan. 

Shinta menekankan, kedua faktor tersebut hanya akan efektif mencegah PHK
apabila pemerintah aktif memastikan stimulus-stimulusnya berjalan lancar
serta memberikan efek langsung yang signifikan terhadap relaksasi
beban cash flow keuangan. Upaya ini pun sifatnya hanya menunda PHK,
bukan menghentikan PHK. Pasalnya, Shinta menjelaskan, selama wabah
terus menyebar, kondisi ekonomi hanya akan semakin buruk. 

Pemerintah menargetkan dapat membantu 6 juta pekerja terdampak tekanan


ekonomi akibat pandemi Covid-19 sampai akhir tahun. Sebanyak 5,6 juta di
antaranya merupakan pekerja informal yang akan dibantu melalui kartu
prakerja.

Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Askolani,


mengatakan, bantuan kepada 400 ribu pekerja sektor formal akan diberikan
melalui BPJS Ketenagakerjaan atau BP Jamsostek. 

Cara Lain: Stimulus Ekonomi Pemerintah untuk Tekan PHK


Pemerintah tidak tinggal diam menghadapi ancaman PHK massal akibat
wabah virus corona ini. Sejumlah stimulus ekonomi sudah diberikan mulai dari
stimulus fiskal, finansial, moneter, hingga stimulus jaminan sosial.

Dari stimulus fiskal, pemerintah telah menyusun sejumlah insentif bagi


perusahaan untuk meringankan beban usahanya. Stimulus yang diberikan
kepada dunia usaha antara lain penggratisan PPh 21 bagi pekerja sektor
pengolahan dengan penghasilan maksimal Rp 200 juta per tahun. 

Kemudian, pembebasan PPN impor diberikan untuk pengusaha yang


melakukan impor dengan tujuan ekspor, terutama bagi industri kecil dan
menengah. Pemerintah juga mengurangi PPh 25 sebesar 30 persen untuk
sektor tertentu dan memberikan kemudahan impor tujuan ekspor (KITE) bagi
industri kecil dan menengah. Selanjutnya, pemerintah mempercepat restitusi
PPN bagi 19 sektor tertentu untuk menjaga likuiditas pelaku usaha.

Selain kepada pengusaha, insentif juga disiapkan untuk masyarakat miskin,


rentan miskin, dan kelompok yang ekonominya terdampak Covid-19. Bantuan
sosial tambahan pun disiapkan, berupa paket sembako bagi masyarakat
terdampak di DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

Melalui Polri, pemerintah akan meluncurkan 'Program Keselamatan' yang


ditujukan bagi pengemudi taksi, bus, truk, dan kernet. Mereka semua akan
mendapat program pelatihan kerja dan insentif dengan total nilai Rp 600 ribu
per orang per bulan selama tiga bulan.

"Ini seperti kartu prakerja, yakni program keselamatan oleh Polri yang
mengombinasikan bansos dan pelatihan. Targetnya 197 ribu pengemudi.
Anggarannya Rp 360 miliar," kata Presiden Jokowi.

Stimulus finansial memberikan keringanan dan pelonggaran kredit atau utang


bagi UMKM dan individu. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan
kemudahan pelonggaran cicilan, baik keringanan jangka waktu, suku bunga,
maupun cicilan pokok dan bunga yang bisa disesuaikan.
Yang tidak kalah penting, stimulus ekonomi di sisi moneter dalam hal ini di
bawah komando Bank Indonesia (BI). BI terus berupaya menjaga stabilitas
nilai tukar rupiah dengan melakukan intervensi ke pasar uang.

Stabilitas rupiah yang ditandai dengan menguatnya rupiah atas dolar AS


menjadi sangat penting bagi industri yang bergantung pada bahan impor dan
bagi perusahaan yang memiliki utang dalam bentuk dolar AS. Dengan
stimulus-stimulus ini, PHK massal diharapkan bisa dicegah. Perusahaan tetap
beroperasi dan karyawan mendapat gaji

https://republika.co.id/berita/q8kh09440/dampak-virus-corona-berpacu-mencegah-phk-massal
Virus corona: Gelombang PHK di tengah
pandemi Covid-19 diperkirakan
mencapai puncak bulan Juni, Kartu
Prakerja dianggap tak efektif
Ayomi AmindoniBBC News Indonesia

 9 April 2020  Bagikan artikel ini dengan Facebook


 

 Bagikan artikel ini dengan Messenger


 

 Bagikan artikel ini dengan Twitter


 

 Bagikan artikel ini dengan Email


 

 Kirim

Hak atas fotoALOYSIUS JAROT NUGROHO/ANTARAImage captionSejumlah pekerja pabrik berjalan di


luar area pabrik saat jam istirahat di Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (7/4). Menurut Kementerian
Ketenagakerjaan, sebanyak 452.657 orang harus dirumahkan akibat perlambatan ekonomi di tengah pandemi.
Jumlah karyawan yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan dirumahkan sejauh ini
mencapai lebih dari 1,2 juta orang akibat pandemi virus corona. Angka itu diperkirakan akan
mencapai puncaknya pada Juni dan program Kartu Prakerja pemerintah dianggap pengamat tak tepat
sasaran.

Pemerintah memprioritaskan mereka yang mengalami PHK mendapatkan Kartu Prakerja, namun ekonom dan
pakar tenaga kerja mengatakan program ini tidak akan efektif membendung hantaman wabah Covid-19.

Di antara mereka yang terkena imbas PHK adalah pekerja di gerai retail Ramayana di City Plaza Depok, Jawa
Barat.

Saat pengumuman adanya PHK ini, pada Senin (06/04), sebagian pekerja menangis, mereka saling
menguatkan satu sama lain, dan saling berpelukan.
 Apakah THR pekerja tahun ini akan dicicil?
 Kelas menengah 'rentan miskin', belum tersentuh bantuan pemerintah
 Bantuan ekonomi pemerintah dinilai 'kurang dan perlu diperluas'

Ekspresi kesedihan mereka terekam dalam rekaman video yang viral di media sosial.
Lompati Instagram pesan oleh depok24jam

Hentikan Instagram pesan oleh depok24jam

Store Manager Ramayana City Plaza Depok, Nukmal Amdar menjelaskan bahwa video yang beredar berisi
momen saat dirinya memberitahu para karyawan bahwa perusahaan mengalami penurunan penjualan drastis di
tengah pandemi Covid-19.

Tak lama setelah itu, manajamen memutuskan untuk menutup toko dan memutus hubungan kerja 84
karyawannya.

"Jumlah karyawan yang kita putus hubungan kerja ada 87 karena toko kita sudah tidak operasional lagi, mau
bagaimana lagi?"

Pekerja lain yang kehilangan pekerjaan adalah Rayi Abipraya Wahyuki. Pemuda berusia 20 tahun ini
kehilangan pekerjaannya di bagian pemasaran penjualan ponsel Vivo di area Cijantung, Jakarta Timur.

Rayi yang baru bekerja selama tiga bulan di tempat itu, diberhentikan karena dianggap tidak memenuhi target
penjualan.

"Saya dikasih tahu kena eliminasi gara-gara belum ada penjualan atau pencapaiannya kurang," ungkap Rayi,
seraya menambahkan sebelumnya sudah ada rekan kerjanya yang 'kena eliminasi'.
Hak atas fotoDHEMAS REVIYANTO/ANTARAImage captionBank Indonesia (BI) mengoreksi proyeksi
pertumbuhan ekonomi Indonesia paling rendah 2,3 persen pada tahun ini yang akan ditopang oleh berbagai
stimulus, baik fiskal maupun moneter yang diberikan oleh pemerintah dan bank sentral.

"Mungkin memang karena penjualan yang tidak memenuhi target, tapi tak bisa dipungkiri itu karena wabah
juga," imbuhnya.

Rayi dan 87 pekerja Ramayana adalah sebagian kecil dari sekitar 1,2 juta pekerja yang di-PHK dan
dirumahkan imbas wabah corona.

Gelombang PHK diperkirakan mencapai puncak pada Juni

Ekonom dari Institute for Development, Economic and Finance (INDEF), Andry Satrio Nugroho memprediksi
jika tak segera ditangani, gelombang PHK bakal mencapai puncaknya pada Juni mendatang, dengan pekerja di
sektor pariwisata dan jasa yang paling terdampak.
Sementara itu, pemerintah akan memprioritaskan mereka yang di-PHK bersama dengan pekerja informal dan
pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang terdampak Covid-19, sebagai penerima program
Kartu Prakerja, yang akan diluncurkan Kamis (9/4).

Apa itu Program Kartu Prakerja?

Kartu Prakerja adalah salah satu bentuk perlindungan sosial masyarakat yang terdampak Covid-19.

Hak atas fotoNOVA WAHYUDI/ANTARAImage caption(Kiri depan ke kanan depan) Kepala Staf
Kepresidenan Moeldoko, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Sesmenko Susiwijono dan perwakilan
mitra resmi Karu Prakerja memberikan keterangan kepada wartawan terkait peluncuran situs resmi Kartu
Prakerja di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (20/3).

Dengan kartu ini, pencari kerja, pekerja yang di-PHK, atau pekerja yang membutuhkan peningkatan
kompetensi diberikan pelatihan disertai dengan insentif uang saku.

Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas yang digelar Selasa (8/4), mengatakan sekitar 5,6 juta orang akan
menjadi penerima program dengan anggaran Rp20 triliun ini.
"Kartu Prakerja akan segera dimulai tanggal 9 April ini, anggarannya dinaikkan dari Rp10 triliun menjadi
Rp20 triliun, dan penerima manfaatnya 5,6 juta orang, terutama yang terkena PHK, pekerja informal, pelaku
usaha mikro, dan kecil yang terdampak Covid-19," jelas Jokowi.

Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Askolani, mengatakan awalnya Kartu Prakerja
dialokasikan bagi para pengangguran yang belum mendapatkan pekerjaan.

Akan tetapi, skema program tersebut diubah oleh pemerintah menjadi bagian dari jaring pengaman sosial bagi
mereka yang di-PHK atau dirumahkan akibat wabah Covid-19.

"Penerima manfaatnya adalah pencari kerja, yaitu pekerja informal dan formal pelaku usaha yang terdampak
Covid-19. Minimal usianya 18 tahun," ujar Askolani dalam konferensi pers yang digelar secara daring, Rabu
(8/9).

Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan program Kartu
Prakerja merupakan bantuan biaya pelatihan bagi buruh dan karyawan korban PHK maupun lulusan
SMK/SMA yang mencari pekerjaan.

"Prioritas diberikan kepada pencari kerja muda," ujarnya.

Dia mengatakan saat ini ada sekitar 7 juta penduduk Indonesia yang belum mendapat kerja.

Dari jumlah tersebut, 3,7 juta usianya berkisar antara 18 - 24 tahun, 64% tinggal di perkotaan dan 80%
berpendidikan SMA ke atas.

"Pemerintah menyadari 90% dari mereka tidak pernah mengikuti pelatihan yang bersertifikasi," kata
Airlangga.

Oleh karenanya, imbuhnya, Kartu Prakerja diprioritaskan untuk pencari kerja muda dan dengan bantuan
pemerintah diharapkan tenaga kerja ini lebih kompeten, berdaya saing dan produktif.

Apa saja insentifnya?

Selama pandemi corona, pemerintah meningkatkan insentif peserta program Kartu Prakerja menjadi sekitar
Rp3,5 juta per orang, dari sebelumnya yang hanya Rp650 ribu per orang.

Insentif sebesar Rp3,5 juta itu terdiri dari bantuan pelatihan sebesar Rp1 juta, insentif penuntasan pelatihan
sebesar Rp600 ribu dan insentif survei keberkerjaan sebesar Rp150 ribu.

Dalam skema sebelumnya, pemerintah hanya mengalokasikan insentif sebesar Rp650 ribu per bulan terdiri
dari Rp500 ribu untuk uang pelatihan dan Rp150 ribu untuk insentif survei kebekerjaan.

Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Askolani, mengatakan peserta Kartu Prakerja nantinya
akan diseleksi oleh project management office (PMO).
 Virus corona dan pengaruhnya terhadap psikologi kita: mulai dari rasisme hingga afiliasi
politik
 Perayaan Paskah sampai persiapan Ramadan di tengah pandemi Covid-19
 Bagaimana Covid-19 pengaruhi kehidupan sosial perempuan di Asia
PMO ialah organisasi yang mengelola program tersebut secara penuh, termasuk menentukan balai latihan kerja
(BLK).

"Kemudian, sambil dia melakukan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan, mereka akan mendapat manfaat
dalam bentuk dana Rp 600 ribu per bulan, selama empat bulan," ujar Askolani.

Tahap awal program Kartu Prakerja dilakukan di Bali, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara dan Surabaya.

Dalam melaksanakan program Kartu Prakerja, pemerintah bekerja sama dengan beberapa platform digital
seperti Tokopedia, Bukalapak, Ruang Guru, MauBelajarApa, Sekolah.mu, Pintaria dan Pijah Mahir.

Apakah semua yang di-PHK bisa menjadi peserta Kartu Prakerja?

Kementerian Ketenagakerjaan mencatat sudah sebanyak 1,2 juta pekerja telah dirumahkan dan terkena
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Berdasarkan data Kemnaker per 7 April 2020, terdapat 39.977 perusahaan yang melakukan PHK dan
merumahkan 1.010.579 karyawan.

Rinciannya, pekerja formal dirumahkan sebanyak 873.090 pekerja dari 17.224 perusahaan dan di-PHK
sebanyak 137.489 pekerja dari 22.753 perusahaan.

Sementara jumlah perusahaan dan tenaga kerja terdampak di sektor informal sebanyak 34.453 perusahaan
dengan jumlah pekerjanya sebanyak 189.452 orang.

"Total jumlah perusahaan yang merumahkan pekerja dan PHK sebanyak 74.430 perusahaan dengan jumlah
pekerja/buruh/tenaga kerja sebanyak 1.200.031 orang, " kata Menaker Ida Fauziyah melalui keterangan
tertulis, Rabu (08/04).

Staf Ahli Kemenko Perekonomian Raden Edi Prio mengatakan tak semua yang di-PHK akan mengikuti
program Karu Prakerja.

Bagi korban PHK yang sudah mendapatkan bantuan lain maka tidak diprioritaskan untuk memperoleh Kartu
Prakerja.

Sebaliknya, mereka yang sama sekali belum mendapatkan bantuan dari program pemerintah yang ada bakal
diutamakan untuk memperoleh Kartu Prakerja.

Dalam rapat terbatas efektivitas jaring pengaman sosial yang digelar Selasa (7/4), Presiden Joko Widodo
mengatakan selain mengubah skema Kartu Prakerja, pemerintah juga memperluas penerima dan menambah
jumlah besaran bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dan kartu sembako.

"Pemerintah siapkan dana Rp110 triliun yang dialokasikan untuk jaring pengaman sosial untuk masyarakat
kelas bawah agar tetap mampu memenuhi kebutuhan pokok dan menjaga daya beli," jelas Jokowi.

Dia mengatakan, pemerintah menambah jumlah penerima PKH dari sebelumnya 9,2 juta penerima, menjadi 10
juta.

Pemerintah juga menambah nilai insentif sebesar 25% dan penyaluran dipercepat dari tiga bulan menjadi satu
bulan sekali.
Demikian halnya dengan penerima insentif kartu sembako yang sebelumnya hanya dialokasikan untuk Rp15,2
juta penerima, menjadi Rp20 juta.

"Nilai naik 30% dari Rp150.000 menjadi Rp200.000 dan diberikan selama sembilan bulan," kata Jokowi.

Menteri Ekonomi Sri Mulyani mengungkapkan pemerintah menyediakan bantuan sosial tambahan untuk 4,1
juta penerima di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.

"Satuannya sama seperti Kartu Prakerja, Rp600 ribu, itu ditetapkan dua atau tiga bulan," jelas Sri Mulyani
dalam konferensi pers virtual usai rapat terbatas.
Kartu Prakerja tak tepat sasaran

Merujuk data Kementerian Tenaga Kerja per 4 April 2020, total pekerja yang dirumahkan maupun terkena
PHK mencapai 130.456 pekerja.

Namun, ekonom dari Institute for Development and Finance, (INDEF) Andry Satrio Nugroho memprediksi
jika tak segera ditanggulangi, puncak gelombang PHK bakal mencapai puncaknya pada Juni mendatang.

"Kalau misalnya tetap pada kondisi seperti saat ini di mana industri masih enggan untuk melakukan proses
produksi, saya rasa di akhir kuartal kedua, gelombang terbesarnya akan kita rasakan," kata dia.

"Yang saya takutkan sebenarnya bukan hanya di gelombang PHK-nya saja, tapi bagaimana sektor informal
yang akan terdampak lebih besar dan mungkin bisa jadi Kartu Prakerja tidak hanya disasar oleh dari
gelombang PHK dari sektor formal saja, tapi juga dari sektor informal," imbuhnya kemudian.
Hak atas fotoNURPHOTO/GETTYImage captionJokowi menegaskan penyaluran Kartu Prakerja 'by name by
address' agar tepat sasaran.

Sementara itu, pakar tenaga kerja dari Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada,
Sukamdi, meragukan program Kartu Prakerja, yang menurutnya tak tepat sasaran.
"Setiap kali ada program seperti ini selalu muncul moral hazard. Yang saya maksud moral hazard  adalah
bahwa ketika ada bantuan yang sifatnya cuma-cuma, diberi, charity, maka akan ada kecenderungan orang yang
memanfaatkan itu, yang sebetulnya bukan bagian dari target program tapi menginginkan itu karena merasa itu
bantuan, 'saya berhak dibantu dong'"," kata dia.

Mengantisipasi hal tersebut, Presiden Jokowi menekankan agar pelaksanaan program-progam bantuan jaring
pengaman sosial ini tepat sasaran dengan memastikan data penerimanya sesuai nama dan alamat.

"Libatkan RT/RW dan pemerintah desa dan pemerintah daerah sehingga betul-betul bisa terpakai.
Penyalurannya sesegara mugkin, tepat dan cepat," katanya.

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-52218475
Sejuta Pekerja Sudah
Dirumahkan dan Di-PHK Imbas
Covid-19, Ini Faktanya
Giri Hartomo, Jurnalis · Sabtu 18 April 2020 10:08 WIB
 Share on Facebook
 Share on Twitter
 whatsapp
 Share on mail
 copy link
PHK (Okezone)
 Share on Facebook
 Share on Twitter
 whatsapp
 Share on mail
 copy link
 0TOTAL SHARE

A A A
0 Komentar

JAKARTA - Dampak virus Corona atau Covid-19 tak hanya berdampak kepada
kesehatan, tetapi juga perekonomian. Di mana, virus tersebut "membunuh" pelan-
pelan perekonomian suatu negara.
Hal ini terlihat dari data kementerian Ketenagakerjaan yang mencatat sebanyak 1,5
juta pekerja telah dirumahkan dan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Di
mana, penyebabnya adalah tidak beroperasinya kegiatan ekonomi di beberapa sektor
ekonomi.
Oleh sebab itu, Jakarta, Sabtu (18/4/2020), berikut fakta-fakta akan PHK di tengah
wabah virus Corona:
 Baca juga: Jurus Menaker Tangkal PHK Massal akibat Pandemi Covid-19
1. 1,5 Juta Pekerja Dirumahkan dan Di-PHK
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan pada 11 April 2020, jumlah tenaga
kerja yang dirumahkan dan terkena PHK mencapai 1,5 juta orang. Angka ini naik
dibandingkan dengan data 9 April yang baru sekitar 1,2 juta pekerja.
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menjelaskan, dari jumlah 1,5 juta orang ini,
10% adalah pekerja yang di PHK. Sedangkan 90% nya merupakan para pekreja yang
dirumahkan.
"Sudah ada 1,5 jutar orang. 10% nya mereka di PHK, 90%-nya mereka dirumahkan.
Artinya itu masih jadi pilihan atau upaya tekahir (para pelaku usaha)," ujarnya.
 Baca juga: Kemnaker Latih Korban PHK Jadi Penyemprot Disinfektan
2. Dalam 2 Hari Melonjak 300 Ribu Pekerja Dirumahkan dan di PHK
Dari data 9 April 2020, jumlah pekerja yang dirumahkan dan di PHK mencapai 1,2
juta. Sedangkan, pada 11 April jumlah tenaga kerja yang dirumahkan dan di PHK
mencapai 1,5 juta.
3. Puncak PHK Massal Diprediksi Juni
Jika tak segera ditangani, gelombang PHK diprediksi bakal mencapai puncaknya pada
Juni mendatang, dengan pekerja di sektor pariwisata dan jasa yang paling terdampak.
Sementara itu, pemerintah akan memprioritaskan mereka yang di-PHK bersama
dengan pekerja informal dan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang
terdampak Covid-19, sebagai penerima program Kartu Prakerja.
Merujuk data Kementerian Tenaga Kerja per 4 April 2020, total pekerja yang
dirumahkan maupun terkena PHK mencapai 130.456 pekerja.
"Kalau misalnya tetap pada kondisi seperti saat ini di mana industri masih enggan
untuk melakukan proses produksi, saya rasa di akhir kuartal kedua, gelombang
terbesarnya akan kita rasakan," kata Ekonom dari Institute for Development,
Economic and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho.
 Baca juga: Sudah 1,5 Juta Pekerja Dirumahkan, 10% Kena PHK
4. Presiden Jokowi Minta Pengusaha Pertahankan Pekerjanya
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta pengusaha untuk mempertahankan
pekerjanya di tengah pandemi virus corona (Covid-19).
Sebab, Kementerian Ketenagakerjaan mencatat sudah sebanyak 1,2 juta pekerja telah
dirumahkan dan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dampak virus corona.
"Saya ajak pengusaha berusaha keras mempertahankan pekerjanya," kata Jokowi
dalam telekonferensi.
5. Jurus Kemenaker Antisipasi PHK Massal
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fuaziah mengatakan, terkait upaya
menghindarkan PHK tersebut, pihaknya telah melakukan dialog dengan Asosiasi
Pengusaha Indonesia (Apindo) dari berbagai sektor usaha. Selain itu, dirinya juga
secara intens melakukan dialog dengan beberapa Serikat Pekerja (SP) terkait hal ini.
Dalam pertemuan tersebut, pihaknya memberikan gambaran tentang kondisi sulit
akibat Covid-19. Sebab, seluruh sektor usaha ini sudah mulai tergerogoti oleh
pandemi yang juga terjadi disleuruh dunia ini.
"Kemnaker juga memberikan pedoman mengenai perlindungan pekerja/buruh dan
kelangsungan usaha dalam rangka pencegahan dan penanggulang Covid-19 melalui
Surat Edaran (SE) Menaker No.M/3/HK.04/III/2020 tentang perlindungan
pekerja/buruh dan kelangsungan usaha dalam rangka pencegahan dan penanggulangan
Covid-19, " ujarnya.
Langkah lainnya yakni melakukan kordinasi dengan Kadisnaker di provinsi seluruh
Indonesia guna mengantisipasi dan mengatasi permasalahan ketenagakerjaan di
daerah.
Di antaranya dengan memberikan arahan dan pedoman baik secara lisan melalui
dialog jarak jauh (teleconference) maupun lewat SE darn berkordinasi terkait
pendataan dan pemantauan perusahaan yang merumahkan pekerja/buruh atau
melakukan PHK.
"Kami juga melakukan percepatan pelaksanaan Kartu Prakerja dengan sasaran
pekerja/buruh yang ter-PHK dan pekerja/buruh yang dirumahkan baik formal maupun
informal, " kata Ida

https://economy.okezone.com/read/2020/04/18/320/2201074/sejuta-pekerja-sudah-dirumahkan-dan-
di-phk-imbas-covid-19-ini-faktanya
Nasib Kami yang di-PHK karena Corona Nasib Buram Petani dan Peternak di... Nasib Kami
yang di-PHK karena Corona Ilustrasi PHK karena Corona. tirto.id/Lugas Oleh: Aulia Adam - 16
April 2020 Dibaca Normal 5 menit Per 11 April, sekitar 90 persen dari 1,5 juta pekerja Indonesia
dirumahkan akibat pandemi COVID-19. tirto.id - “Aduh, aku jadi mau nangis lagi,” kata
Esmeralda di tengah perbincangan kami. Ia baru selesai rapat dengan kepala personalia dan
bosnya di sebuah startup jasa agribisnis, tempat Esmeralda bekerja selama kurang lebih dua
tahun terakhir. Hari itu mereka membicarakan nasib Esmeralda dan lima orang kawannya yang
“dirumahkan” per 8 April kemarin. Perusahaan lebih senang menggunakan istilah itu, dan
menolak untuk mem-PHK mereka. “Kata mereka, perusahaan enggak mau sampai harus PHK.
Status kami masih karyawan, tapi ya dirumahkan dulu. Gaji April awalnya cuma bakal
dibayarkan 10 persen. Enggak dikasih tanggungan kerja apa pun. Karena kalau PHK juga,
perusahaan enggak akan sanggup bayar tanggungan yang harus dibayar ke kami,” ungkap
Esmeralda, yang menolak dituliskan nama aslinya. Kepalanya pusing sejak seminggu lalu,
karena kabar “dirumahkan” itu datang tiba-tiba sekali. Esmeralda tahu bahwa pandemi COVID-
19 pasti akan berdampak pada bisnis tempatnya bekerja, tapi tak menduga kalau ia jadi salah
satu orang di gelombang pertama yang terdampak. Yang ia sesalkan, kabar tiba-tiba itu
berpengaruh pada kesiapannya menghadapi situasi kehilangan pekerjaan. Ia sempat protes,
karena gaji 10 persen tak akan cukup buatnya pulang kampung, apalagi bertahan hidup sampai
dapat pekerjaan baru. “Kalaupun pulang kampung, kan harus karantina juga. Papa udah tua,
aku takut malah ternyata bisa nularin [COVID-19],” katanya. “Aku emang setakut itu.” Sejauh ini,
Esmeralda masih bingung. Ia tidak senang dengan kebijakan kantor yang menggantungkan
nasibnya. “Seolah-olah mereka mau aku resign sendiri, cari kerjaan lain. Jadi enggak perlu
kasih pesangon, kayak kalau aku di-PHK,” tambah Esmeralda. Ia sempat terang-terangan
melempar dugaan itu pada personalia, yang ditampis pakai jawaban diplomatis. Situasi serupa
tapi tak sama juga menghampiri Faizt Elmir, salah satu karyawan di startup kesehatan di
Jakarta. Kabar di-PHK disampaikan di hari terakhir ia bekerja. “Enggak sampai 24 jam bahkan,
tanggal 1 April sudah enggak kerja lagi. Dikasih tahunya 31 Maret siangnya,” kata Faizt. Sekira
70 persen karyawan di kantornya di-PHK dengan alasan perusahaan melakukan penghematan
biaya operasional, karena terdampak pandemi COVID-19. “Sebelum pandemi juga sebenarnya
udah ada tanda-tanda, dari Q1 itu udah bermasalah di pendanaan. Makin ada pandemi, makin
berdampak pasti,” tambah Faizt. Di hari terakhir itu, bosnya memanggil semua orang yang akan
di-PHK, satu per satu untuk menyampaikan keadaan perusahaan. Faizt sempat kaget dan
bingung, sebab hari itu masih mengerjakan pekerjaannya. Ia juga tak tahu harus merespons
apa, selain menerima keputusan tersebut. Faizt juga sama sekali tak menuntut hak
pesangonnya. “Mungkin kalau saya enggak ngerasa dekat dengan CEO-nya, atau saya di
tempat lain, pasti saya enggak terima. Dan mau minta (pesangon) juga, tapi karena saya ngerti
juga sih keadaan mereka,” ungkap Faizt. Sebetulnya, perusahaan sempat menyatakan silakan
menuntut hak-hak mereka yang di-PHK, tapi diiringi dengan pernyataan bahwa perusahaan
tidak akan sanggup memenuhinya. Meski ikhlas dengan situasi itu, bukan berarti Faizt baik-baik
saja. “Enggak bisa dibilang baik-baik aja, karena pasti ini berdampak banget. Situasi (pandemi)
ini juga bikin susah cari kerjaan baru kan, bahkan dimanfaatkan beberapa perusahaan yang
bisnisnya mungkin enggak terlalu terdampak untuk terima rekutmen dengan gaji yang menurut
saya enggak layak,” tambah pemuda 25 tahun yang berdomisili di Jakarta ini. Jerry yang
bekerja sebagai wartawan agak lebih beruntung soal pesangon. “Semua hak-hak (setelah di-
PHK) sudah dipenuhi (kantor),” katanya pada saya. Media tempatnya bekerja memang sudah
goyang soal pendanaan sejak sebelum pandemi COVID-19 hadir. Sehingga, ketika pandemi ini
mulai datang, kantornya tak bisa lagi menghindari. “Ombak lagi gede-gedenya, nyari kerjaan
juga jadi susah,” kata Jerry, yang enggan menyebut nama asli dan nama media tempatnya
bekerja. PHK ataupun Dirumahkan memang tidak cuma menimpa Esmeralda, Faizt, dan Jerry
saja saat ini. Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan yang dirilis 11 April, lebih dari 1,5
juta orang Indonesia telah kehilangan pekerjaan karena imbas pandemi COVID-19. Sebanyak
10,6 persen di antaranya atau sekira 160 ribu orang kehilangan pekerjaan karena PHK,
sedangkan 89,4 persen lainnya karena dirumahkan. Jumlah pekerja yang di-PHK sebanyak
160.067 pekerja dari 24.225 perusahaan. Sedangkan yang dirumahkan sebanyak 1.080.765
pekerja dari 27.340 perusahaan. Pemerintah sendiri sudah berusaha membaca tren PHK yang
akan meroket karena pandemi COVID-19. Pada 16 Maret lalu, saat mengumumkan kebijakan
work from home (WFH), Presiden Joko Widodo juga tegas menginstruksikan pada pengusaha
untuk jangan sampai ada PHK. “Beri tahu pada perusahaan-perusahaan agar tidak melakukan
pemutusan hubungan kerja,” katanya. Namun, gelombang itu tak terelakkan. Berdasarkan
Organisasi Buruh Dunia (ILO), sekira 2,7 miliar pekerja di seluruh dunia terdampak efek
ekonomi pandemi COVID-19. Bentuknya, mulai dari pengurangan jam kerja, dirumahkan, cuti
tanpa gaji, hingga PHK. Ada empat sektor terdampak paling buruk menurut ILO: perdagangan
ritel dan grosir, manufaktur, real estate, serta transportasi dan restoran. Ada sekira 1,25 miliar
pekerja di sektor-sektor itu yang terpukul pandemi atau setara 38 persen dari total tenaga kerja
global. Menurut ILO, krisis ini paling parah sejak Perang Dunia II karena angka kehilangan
pekerjaan bertambah pesat dan diprediksi terus bertambah. Menteri Ketenagakerjaan Ida
Fauziah menyatakan angka 150.000-an pekerja kena PHK selama pandemi Covid-19, diklaim
masih cukup baik karena jumlah pekerja yang dirumahkan tanpa penetapan PHK masih lebih
banyak. “Kalau kami lihat data dari 1,5 juta orang itu, 10 persennya di-PHK. Sembilan
persennya itu dirumahkan,” kata Ida dalam siaran live di akun YouTube Kemenko
Perekonomian pada 12 April. Ida menyatakan hal ini menunjukkan pengusaha masih berupaya
mempertahankan karyawannya. Ia bilang opsi PHK memang tidak terhindarkan dalam kondisi
ini, tetapi trennya menunjukkan pilihan itu masih di tahap akhir. Antisipasi ke depan, Ida bakal
membicarakan hal ini dengan para pengusaha. Ia bilang masih banyak langkah alternatif yang
bisa ditempuh, alih-alih PHK. Ida mencontohkan opsi itu terdiri dari mengurangi upah dan
fasilitas tingkat atas, membatasi atau menghapuskan jam lembur, mengurangi jam kerja,
pembatasan hari kerja, meliburkan atau merumahkan buruh secara bergilir. “Ini yang banyak
diambil teman-teman pengusaha,” ucap Ida. Ida mendorong pengusaha untuk selalu
membicarakan terlebih dahulu dengan serikat pekerja sebelum mengambil keputusan nasib
buruh. Ia bilang jika perusahaan itu tidak memiliki serikat, ada kewajiban untuk mengajak bicara
pekerjanya langsung. “Dalam kondisi sulit ini penting membangun hubungan baik dari pekerja
dan teman-teman pengusaha. Sekali lagi teman-teman pengusaha juga tidak ingin kondisi ini.
Semua tidak ingin ini terjadi,” tambah Ida. Kenyataannya, situasi yang dianggap Menteri Ida
“masih cukup baik” sama sekali tidak demikian buat mereka yang “dirumahkan” seperti
Esmeralda, yang pusing menghitung-hitung kesempatan dan kemampuannya untuk
melanjutkan hidup. Buat Esmeralda, keadaan seharusnya lebih terang bila statusnya di kantor
itu jelas di-PHK. “Aku jadi jelas untuk nuntut hak sesuai undang-undang. Uangnya lumayan bisa
dipakai buat nentuin langkah ke depan, tapi mereka juga udah ada omongan kalau enggak
akan bisa bayar pesangon penuh. Jadi aku bingung,” katanya. Opsi “dirumahkan” dari
perusahaan cuma bikin statusnya tak jelas dan pusing menentukan arah. Jika melamar ke
perusahaan lain, Esmeralda merasa haknya sebagai karyawan di kantor itu dikangkangi.
Hambali dari Sindikasi—Serikat Pekerja Media dan Industri Kreatif untuk Demokrasi—mencatat
setidaknya ada enam contoh pelanggaran yang dilakukan perusahaan-perusahaan terhadap
pekerja di masa pandemi. Situasi yang dihadapi Esmeralda adalah salah satunya: ketika
perusahaan memilih merumahkan karyawan tanpa dibayar dengan alasan keuangan
perusahaan terganggu. “Padahal uang perusahaan pasti ada untuk membayarkan hak-hak PHK
karyawannya, tapi lebih memilih mengalokasikan untuk kepentingan yang lain. Di sini berarti
ada hak karyawan yang dilanggar, melanggarUU ketenagakerjaan,” kata Hambali. Lima bentuk
pelanggaran lain: perusahaan melakukan PHK dengan alasan pandemi tapi tidak membayarkan
hak pesangon; pemotongan gaji sepihak tanpa ada perundingan; karyawan diminta masuk ke
kantor tanpa perlindungan yang cukup; karyawan diminta masuk ke kantor tapi gaji dipotong;
dan terakhir, karyawan dipersilakan kerja dari rumah tapi dihitung cuti. Kesimpulan itu muncul
setelah Sindikasi membuka posko pengaduan buat mereka yang terdampak PHK atau
dirumahkan karena pandemi COVID-19. “Sejauh ini karena sosial distancing, kami hanya bisa
mengarahkan atau membantu memberitahu hak-hak teman-teman yang dilanggar
perusahaannya,” kata Hambali. Sindikasi masih terus menerima aduan. Ia tak menampik masih
banyak pekerja tak paham haknya dan mau tak mau menerima keadaan dan tawaran
perusahaan tanpa perundingan—yang cuma menguntungkan perusahaan. “Makanya, kami
menyarankan banyak-banyak mengadu, deh, dan banyak-banyak lapor. Biar semua orang tahu
memang ada PHK besar-besaran dan bisnis-bisnis sedang memotong hak-hak kita,” ungkap
Hambali. Ada tiga rekomendasi yang menurut Hambali harus tetap dilakukan para pekerja.
Pertama, pastikan keputusan PHK atau dirumahkan tidak terjadi sepihak. “Kedua, yang bisa
dilakukan adalah bernegosiasi dengan perusahaan agar pekerja mendapat hak-haknya sesuai
yang diatur oleh undang-undang. Dan ketiga, tentu saja berserikat,” tambah Hambali. Poin
terakhir penting karena secara kolektif tuntutan pada perusahaan akan lebih kuat; para pekerja
bisa lebih kuat dan saling membantu di saat krisis besar begini. Baca juga: Program Jaring
Pengaman Sosial Jokowi Cuma Gimik di Tengah COVID-19 Berharap Bantuan Pemerintah
Selain mengimbau perusahaan-perusahaan untuk tidak melakukan PHK, pemerintahan Joko
Widodo mengeluarkan sejumlah kebijakan yang dianggap akan membantu situasi. Salah satu
paling kontroversial adalah Kartu Prakerja. Dari total Rp405,1 triliun yang digelontorkan
pemerintah untuk penanganan wabah COVID-19, Presiden Jokowi mengalokasikan jaring
pengaman sosial sebesar Rp110 triliun untuk masyarakat lapisan bawah. Sementara untuk
program Kartu Prakerja sendiri mendapat anggaran Rp20 triliun, yang rancangan awalnya
hanya mendapat Rp10 triliun. Uang itu diharapkan bisa berguna buat 5,6 juta terutama pekerja
informal serta pelaku usaha mikro dan kecil yang terdampak Covid-19. “Jumlah kuota penerima
per minggu 164.782 orang,” kata Panji Winanteya Ruky, Direktur Kemitraan, Komunikasi dan
Pengembangan Ekosistem di Kemenko Perekonomian. Konsep program Kartu Prakerja
mengundang kontroversi karena beberapa hal, salah satunya dianggap kurang pas dan tepat
sasaran dalam menghadapi tekanan ekonomi karena COVID-19, menurut ekonom Yudhistira
Adhinegara dari Institute for Development of Economics & Finance (INDEF). “Pekerja informal
yang kehilangan pendapatan dan korban PHK butuh bantuan tunai, bukan dikasih pelatihan
dulu,” tambah Bima. Program ini memang menyediakan pelatihan buat mereka yang lulus
seleksi mendaftar di laman prakerja.go.id, dengan rincian insentif: bantuan pelatihan Rp1 juta;
tunjangan bulanan Rp600.000 per bulan selama 4 bulan; dan insentif survei Rp150.000 per
peserta. Totalnya, Rp3.550.000. Dan sejauh ini pelatihan yang dimaksud akan berlangsung
online. Baca juga: Gimik Kartu Prakerja dan Nasib Ojol di Masa Pandemi COVID-19 Angka itu
sebetulnya dianggap tak cukup dan layak oleh banyak orang. “Pengalaman dua tahun jadi
wartawan, kagak percaya gue sama pemerintah. Itu programnya pasti ribet, dan yang
ditawarkan jauh dari cukup,” kata Jerry menanggapi Kartu Prakerja. Ia sendiri tak berminat
untuk mendaftar. Namun, ia masih berharap pemerintahan Jokowi mengeluarkan kebijakan
yang serba tanggap untuk menghadapi situasi PHK besar-besaran. Bukan cuma membantu
para pekerja yang dirumahkan dan di-PHK, pemerintah harus membantu perusahaan-
perusahaan yang memang sulit bergerak akibat pandemi. Esmeralda mempertimbangkan untuk
ikut mendaftar Kartu Prakerja meski sepakat bahwa nominal bantuannya amat kecil. “Dua
temanku yang dirumahkan juga sudah coba daftar. Aku juga mau coba. Coba yang bisa
dicobalah sekarang,” katanya, tertawa getir. Esmeralda berharap pemerintah punya jalan keluar
yang sigap dan tangkas untuk masalah PHK di masa krisis. “Bayangkan saja kalau orang-orang
perantau kayak aku pada pulang kampung semua karena enggak ada kerjaan lagi? Pasti jadi
masalah baru buat pemerintah,” tambahnya. Baca juga artikel terkait PHK atau tulisan menarik
lainnya Aulia Adam (tirto.id - Ekonomi) Reporter: Aulia Adam Penulis: Aulia Adam Editor: Mawa
Kresna

Baca selengkapnya di artikel "Nasib Kami yang di-PHK karena Corona", https://tirto.id/eNC6

https://tirto.id/nasib-kami-yang-di-phk-karena-corona-eNC6
5 Sektor dengan Risiko PHK Tinggi Akibat
Corona, Pekerja Mesti Waspada!
Bagikan:
Share

WE Online, Bogor  -

Wabah corona telah berdampak signifikan terhadap ekonomi global dan nasional.


Tak ayal, kecemasan terhadap lahirnya krisis yang berujung pemecatan masif pun
muncul di kalangan pekerja berbagai sektor.
Pertanyaannya, sektor apa saja yang berpotensi tinggi melakukan PHK (Pemutusan
Hubungan Kerja) di tengah pandemi dengan dampak luas seperti COVID-19?
Untuk menjawabnya, Warta Ekonomi mencoba mengumpulkan data dan informasi
dari berbagai sumber. Berikut ini sektor-sektor yang berpotensi
menggelar PHK akibat krisis yang timbul karena corona:
Baca Juga: Dampak Corona, 9 Perusahaan Ini PHK Ribuan Karyawan, No. 8
Anak Usaha Garuda Indonesia!
Baca Juga
Ya Allah, Miris! Kena PHK, Pria Ini Nekat Jual Ginjal Demi Nafkahi Anak-Istri
Sedih! Kebun Binatang di Ukraina Krisis Keuangan sampai PHK 50 Pegawai!
Bisnis Media Hary Tanoe Minta Ampun! Pendapatan MNC Nyaris 3X Lebih Gede dari
IPTV, Tembus Rp8,35 T
Riuh Adian Napitupulu Mau Dipolisikan Erick, Rupanya Ini yang Terjadi
1. Tekstil
Industri tekstil dilaporkan kesulitan mencari bahan baku tekstil dalam negeri, karena
telah mengandalkan China sebagai pemasok utama, menurut Asosiasi Pertekstilan
Indonesia (API).
"Sudah terdapat kendala (akibat corona), khususnya untuk bahan baku seperti:
benang, zat warna, dan kain," kata Sekjen API, Rizal Tanzil pada pekan ketiga
Maret.
Sementara itu, produksi di pabrik terus dilaksanakan dengan bahan baku yang
tersedia. Jika stok bahan baku habis, maka produksi pada Maret, bahkan ekspor
pada April ini akan terdampak.
Bila hal itu terjadi, produsen menyebut akan mengurangi jam kerja hingga potensi
merumahkan para karyawan secara bergantian. Jika para buruh digaji per jam,
otomatis bayaran yang mereka terima akan berkurang.
2. Manufaktur
Sama seperti sektor tekstil, industri manufaktur juga menerapkan skenario yang
sama untuk mengatasi krisis di tengah pandemi: mengurangi jam kerja para
karyawan dengan menerapkan sistem pembagian jadwal kerja. Karena itu, arus kas
terganggu dan produksi tidak maksimal.
Melansir Katadata.co.id, salah satu buruh pabrik di Jombang, Nurmayanti harus rela
dibayar setengah dari gajinya dalam sebulan karena pengurangan jam kerja itu.
"Belum di-PHK saja (sudah) syukur," ceritanya pada Senin (30/3/2020).
Masalah di industri manufaktur juga terletak pada penyusutan bahan baku karena
pasokan China terdampak corona. Jumlah impor seluruh golongan barang menurun
pada Februari, dibandingkan sebulan sebelumnya, berdasarkan data BPS.
Data itu menyebut, impor produk konsumsi anjlok 39,91% menjadi US$881,7 juta.
Begitu pula dengan impor bahan baku yang berkurang 15,89% jadi US$8,89 miliar,
dan barang modal menurun 18,03% menjadi US$1,83 miliar.
3. Pariwisata dan Hospitality
Menurut Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), ada sekitar 698 hotel yang ditutup
akibat corona. Tak cuma hotel, restoran pun mendapat pukulan yang cukup besar
hingga tutup satu per satu.
PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) mencatat, rata-rata okupansi
hotel mulai awal Maret hanya berada di angka 30% karena turunnya wisman,
mencakup wilayah Bali, batam, dan Manado.
Seolah makin parah, tingkat sewa ruang hotel--utamanya di Bali--telah masuk ke
angka 0% dalam waktu kurang dari sebulan.
Para agen travel pun turut merasakan dampak serupa. Sejak ada corona, terjadi
penurunan penjualan yang akhirnya berdampak terhadap jalannya perusahaan.
Pada akhirnya, hal-hal itu bisa berujung pada efisiensi sumber daya, bila
pengurangan jam kerja sudah dinilai tak efektif lagi.
4. Penerbangan
Tahukah Anda, berbagai maskapai penerbangan di Amerika Serikat memutuskan
untuk melakukan PHK sementara ataupun cuti tanpa tunjangan, akibat wabah
corona.
Mengapa? Sebab, dengan banyaknya negara yang menerapkan
kebijakan lockdown, jumlah penerbangan masuk dan keluar pun dikurangi. Pada
akhirnya, para maskapai mesti mengurangi jumlah penerbangan mereka.
Air Canada jadi salah satu maskapai yang sudah memberhentikan 5.100 awak
kabin karena penerbangan pada April ini menurun hampir 80%.
Di Indonesia sendiri, jumlah penumpang lokal transportasi udara berkurang 8,08%
pada Februari 2020 daripada sebulan sebelumnya. Angkanya menurun dari 6,29
juta penumpang menjadi 5,79 juta. Di penerbangan internasional, penurunannya
lebih besar, yakni 33,04%.
5. Ritel
Bukan cuma terancam PHK, sebagian pemain di industri ritel internasional bahkan
telah mengambil langkah untuk melakukan itu. Contohnya, H&M sedang
mempertimbangkan untuk merumahkan ribuan karyawan karena telah menutup
3.441 dari 5.062 tokonya di dunia.
Di Negara Kangguru, Uniqlo sudah menutup 22 tokonya, begitu juga para peritel
lokal. Penutupan toko seperti itu berisiko membuat para pekerja di toko tak bisa
bekerja seperti biasa.
Jika keadaan memburuk, maka mereka terancam menjadi korban PHK.

Saya tidak mau Anda mengalami hal ini! Metode yang saya Tak perlu dilaser jika penglihatan mulai kabur, cukup ambil
bagikan terbukti membuat pasangan lengket Menjernihkan penglihatan mata tanpa pengobatan medis
Seperti bulan madu hanya dengan bantuan
Pilihan pria membuat pasangannya tak ingin lepas! Dia hanya Ini gejala utama terserang papiloma akibat ....
lakukan cara ini sebelum 2 tetes ini sebelum tidur membunuh parasit seperti
Jangan biarkan pasangan Anda merasa ada yang berubah dalam hubungan!

Tag: Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) , Bisnis, Virus Corona , COVID-19


Penulis/Editor: Tanayastri Dini Isna
Foto: Istimewa

https://www.wartaekonomi.co.id/read279541/5-sektor-dengan-risiko-phk-tinggi-akibat-corona-pekerja-
mesti-waspada
Cegah Gelombang PHK karena Corona,
Kadin Minta Industri Terapkan Kerja Sif
Reporter: 

Francisca Christy Rosana


Editor: 

Kodrat Setiawan

Rabu, 18 Maret 2020 08:45 WIB


  KOMENTAR

Roboto
 Font:        
 Ukuran Font: - + 

  

Ketua KADIN Rosan Roeslani dan Wakil Ketua KADIN Bidang Hubungan Antar Lembaga Bambang Soesatyo saat
mendatangi Gedung KPK, Jakarta, 15 April 2016. TEMPO/Yohanes Paskalis

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Kamar Dagang Industri Indonesia atau Kadin Rosan
Roeslani mengatakan telah menyusun mitigasi untuk seluruh kelompok industri dalam
menghadapi pandemi virus corona Covid-19. Salah satunya terkait antisipasi
pengurangan tenaga kerja atau PHK karena berkurangnya produksi.

"Kami sudah membuat panduan. Sudah kami kasih ke pengusaha agar bisnis
perusahaan tetap berlangsung," ujar Rosan di Menara Kadin, Jakarta Selatan, Selasa,
17 Maret 2020.

Dalam panduan mitigasi itu, Rosan menjelaskan industri diminta menerapkan skema
kerja sif bagi karyawan. Kerja sif ini akan membuat operasional perusahaan lebih
efisien, baik dari sisi produksi maupun cost.

Rosan mengakui, saat ini industri tengah lesu karena turunnya demand atau
permintaan. Di sisi lain, industri tak bisa menggenjot produksi karena kelangkaan
bahan baku akibat berkurangnya impor dari Cina.

Dalam jangka panjang, ia tak menampik situasi ini akan berdampak menurunkan
produksi. "Jadi produksi enggak full capacity. Karena itu, tenaga kerja bisa gantian
bekerja sif-sifan," ujar dia.

ADVERTISEMENT

Sejumlah ekonom sebelumnya memperkirakan industri yang paling tergempur


pandemi virus corona adalah sektor manufaktur. Industri ini diprediksi bakal kian sulit
bertumbuh.

Musababnya, sektor manufaktur di dalam negeri tergantung pada bahan baku dari
Cina. Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro mengatakan sektor industri perlu
menjaga likuiditas agar arus keuangan terus dapat diputar dan bisnis tidak berhenti.

FRANCISCA CHRISTY ROSANA | BISNIS

https://bisnis.tempo.co/read/1320891/cegah-gelombang-phk-karena-corona-kadin-minta-industri-
terapkan-kerja-sif/full&view=ok
Dampak Corona, Pengusaha Potong Gaji hingga Rumahkan Banyak Pekerja Penulis: Rizky
Alika Editor: Agustiyanti 13/4/2020, 14.54 WIB Apindo menyebut banyak perusahaan telah
bernegosiasi gaji dengan pekerja hingga meminta mereka cuti di luar tanggungan akibat
pandemi corona. ANTARA FOTO/DHEMAS REVIYANTO/FOC. Ilustrasi. Hingga kini, terdapat
sedikitnya 1,65 juta warga yang tidak bekerja akibat pandemi corona. Pandemi virus corona
yang memukul kinerja sektor industri berdampak pada nasib para pekerja. Asosiasi Pengusaha
Indonesia  menyebutkan banyak perusahaan telah bernegosiasi untuk memotong
gaji karyawannya hingga meminta mereka mengambil cuti di luar tanggungan atau unpaid leave
dalam waktu yang tak ditentukan. "Ini karena perusahaan juga tidak punya cukup dana untuk
menggaji atau menanggung beban kompensasi PHK," ujar Wakil Ketua Umum ApindoShinta
Kamdani  kepada Katadata.co.id, Senin (13/4). Shinta menjelaskan, hampir semua industri
sudah terkena pukulan akibat wabah yang tidak terkendali di Indonesia maupun di level global.
Kinerja pada sektor ekonomi pun telah menurun  30-100% dibandingkan dengan sebelum
pandemi. Penurunan terdalam terjadi pada sektor pariwisata atau perjalanan, hotel-restoran,
ritel (nongroceries, minimarket, dan farmasi), transportasi massal, real estate, dan manufaktur
dengan output produk tersier dan sekunder. Adapun dengan pemberlakuan pembatasan sosial
berskala besar atau PSBB, kinerja sektor tersebut akan semakin turun sehingga beban pelaku
usaha semakin tinggi. Ini lantaran perusahaan yang sebelumnya beroperasi secara minimum
terpaksa berhenti bila tidak dikecualikan dalam ketentuan PSBB. Pembatasan kegiatan aktivitas
ekonomi di Jabodetabek sendiri sudah terjadi sejak bulan lalu. Akibatnya, banyak perusahaan
yang menghentikan hubungan kerja dengan karyawan harian, karyawan outsourcing dan
karyawan kontrak. Saat ini, banyak pelaku usaha di luar sektor pariwisata dan manufaktur yang
meminta pemerintah untuk memberikan bantuan bagi karyawannya, seperti melalui program
kartu prakerja dan bantuan langsung tunai.  (Baca: Ketua Gugus Tugas: 1,65 Juta Warga
Terkena PHK Akibat Pandemi Corona) Banyak perusahaan yang juga tengah meminta atau
mengusahakan restrukturisasi utang usaha hingga membutuhkan suntikan dana baru. Ini
diperlukan untuk mempertahankan eksistensi usahanya dan menjalankan kewajiban usaha
lantaran gangguan kelancaran aliran dana. Namun, upaya restrukturisasi utang tersebut tidak
mudah direalisasikan karena berbagai hal. "Sehingga banyak juga perusahaan yang
mengajukan kepailitan, khususnya di sektor pariwisata," ujar dia. Shinta pun menilai, tidak
banyak yang bisa dilakukan pengusaha untuk mempertahankan eksistensinya. Saat ini, pelaku
usaha membutuhkan pengendalian wabah secara efektif. "Sehingga kami bisa melepaskan
semua measures pencegahan wabah dan kembali ke kondisi ekonomi normal," ujar dia. Wakil
Ketua Umum Kadin Bidang Industri Johnny Darmawan mengatakan, sejumlah perusahaan
besar telah merumahkan karyawannya seiring dengan kebijakan PSBB. "Ada 20-30% karyawan
yang masih bekerja," ujar dia. Bila pandemi terus berlanjut, ia memperkirakan PHK karyawan
dapat terjadi. Saat ini, sejumlah perusahaan telah kesulitan melanjutkan produksi lantaran tidak
ada pasokan bahan baku. Selain itu, utang perusahaan juga mulai meningkat. Ia juga menyebut
sektor pariwisata menjadi yang paling terdampak. Sementara sektor manufaktur dan otomotif
mulai menghadapi kendala lantaran penurunan penjualan di dalam negeri maupun tujuan
ekspor.  "Jadi perusahaan colapse," ujar dia. (Baca: Ada Ramadan, Survei BI Ramal
Manufaktur Masih Lesu pada Kuartal II) Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan, ada 1,65 juta warga yang tidak bekerja
akibat pandemi corona. Menurut Doni, mereka terkena pemutusan hubungan kerja atau
terpaksa dirumahkan akibat banyak sektor usaha yang tertekan.  "Terdapat 1,65 juta warga
negara kita yang telah mendapatkan PHK," kata Doni, berdasarkan laporan sejumlah menteri
saat rapat terbatas melalui video conference, Senin (13/4). Sejatinya, jumlah tersebut
merupakan angka PHK dan karyawan yang dirumahkan.  Atas dasar itu, Presiden Joko Widodo
telah memerintahkan agar bantuan sosial, khususnya Kartu Prakerja segera disalurkan pekan
ini. Kartu Prakerja bakal diberikan kepada 5,6 juta orang dengan anggaran Rp 20 triliun.
Sebelumnya, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat mencatat sebanyak
5.047 buruh terkena PHK akibat  pandemi virus corona berdasarkan data hingga 5 April. PHK
tersebut dilakukan oleh 1.476 perusahaan atau industri. "Jumlah buruh di perusahaan tersebut
sebanyak 53.465 orang dan sebanyak 5.047 terkena PHK," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Jabar M Ade Afriandi, Rabu (8/4) dikutip dari Antara. Dalam laporkan tersebut
juga disebutkan sebanyak 34.365 pekerja di Jabar diliburkan dan 14.053 orang dirumahkan
sejak pandemi corona. Reporter: Rizky Alika

Artikel ini telah tayang di Katadata.co.id dengan judul "Dampak Corona, Pengusaha Potong
Gaji hingga Rumahkan Banyak Pekerja" , https://katadata.co.id/berita/2020/04/13/dampak-
corona-pengusaha-potong-gaji-hingga-rumahkan-banyak-pekerja
Penulis: Rizky Alika
Editor: Agustiyanti

https://katadata.co.id/berita/2020/04/13/dampak-corona-pengusaha-potong-gaji-hingga-rumahkan-
banyak-pekerja

Anda mungkin juga menyukai