RINGKASAN EKSEKUTIF
Perekonomian global diproyeksikan mengalami resesi di tahun 2020 ini sebagai dampak dari
eskalasi COVID-19 yang telah menyebar di 210 negara dengan jumlah korban meninggal
sebanyak hampir lebih dari 1,7 juta. Dengan adanya pandemi ini, berdampak besar pada
kondisi perekonomian nasional, khususnya pada ekonomi makro, sektoral, dan kerugian
pelaku bisnis maupun individu.
Berdasarkan data sebaran COVID-19 di Indonesia per 30 April 2020, kasus positif sebanyak
10.118 orang, jumlah yang sembuh sebanyak 1.522 orang, dan menelan korban jiwa sebanyak
792 orang. Dalam merespon wabah virus ini menjadi bencana nasional, pemerintah telah
mengeluarkan serangkaian kebijakan mulai dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di
beberapa daerah, larangan mudik, penutupan aktivitas di sekolah dan universitas, pembatalan
acara publik dan penutupan tempat umum, hingga langkah fiskal dan kebijakan moneter.
Krisis ekonomi global pada 2009 membuat sejumlah negara di Amerika dan Eropa mengalami
resesi dan negara Asia umumnya masih mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif. Kini,
pandemi COVID-19 dinilai berdampak lebih besar bagi perekonomian sepanjang 2020.
POLICY BRIEF:
DAMPAK COVID-19 PADA PEREKONOMIAN INDONESIA
PERMASALAHAN
REKOMENDASI KEBIJAKAN
Wabah COVID-19 telah menunjukkan pentingnya kemampuan digitalisasi untuk menyerap guncangan
terkait dengan situasi krisis. Pendidikan, lingkungan kerja, layanan administrasi, dan akses kesehatan
semuanya telah terganggu oleh kebijakan physical distancing dan penerapan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah. Dalam keadaan yang terbatas, digitalisasi pada sektor-sektor
ini sangat penting untuk menjamin kelangsungan layanan yang penting. Dengan merangkul pelaku
bisnis ekonomi digital, dapat membantu aktivitas ekonomi baik selama pandemi berlangsung dimana
ruang geraknya terbatas maupun pasca pandemi.
Upaya pemulihan dari dampak COVID-19 secara nasional, akan menjadi beban berat pada pemerintah
pusat. Dibutuhkan upaya dari pemerintah daerah untuk kembali menstabilkan perekonomian nasional.
Dengan adanya keterbatasan sumber daya di pemerintahan, strategi pemulihan ekonomi dapat
menggandeng sektor privat. Pemerintah daerah diupayakan memiliki skenario atau model baik pada
masa pasca bencana, pemulihan, maupun jika pandemi berlangsung lebih lama.
Diperlukan treatment khusus untuk kembali menghidupkan pelaku usaha dan sektor privat yang
gulung tikar agar dapat merangsang dan kembali menjalankan roda perekonomian. Sebagai contoh,
Pemerintah Singapura dan Kamboja memberikan dukungan kepada perusahaan-perusahaan yang
terkena dampak dengan ikut mendanai biaya upah mereka. Pemerintah Malaysia, Cina, dan Vietnam
menangguhkan atau mengurangi kontribusi untuk pensiun dana dan/atau jaminan sosial. Selain itu,
treatment tersebut diperlukan bagi pekerja yang telah dirumahkan. Adanya skema khusus selain
program Kartu Pra Kerja dan Bantuan Sosial, intervensi pemerintah untuk memastikan pengurangan
dan menekan pengangguran dengan cara mempertemukan kebutuhan karyawan pencari kerja dengan
perusahaan yang akan dihidupkan kembali.
Referensi
Databoks. (2020). Dampak Ekonomi Covid-19 Lebih Besar dari Krisis 2009, In Katadata.co.id. Available at: https://databoks.katadata.co.id/
(Accessed: 29 April 2020).
Hadiwardoyo, W. (2020). Kerugian Ekonomi Nasional Akibat Pandemi COVID-19. BASKARA: Journal of Business & Entrepreneurship, 2(2), 83-92.
McKibbin, Warwick J. and Fernando, Roshen. (2020) The Global Macroeconomic Impacts of COVID-19: Seven Scenarios. CAMA Working Paper
No. 19/2020. http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.3547729
Kementerian Keuangan RI. (2020). APBN KITA: Kinerja dan Fakta.
OECD. (2020). COVID-19 in Emerging Asia: Regional socio-economic implications and policy priorities, In Tackling Coronavirus (COVID-19):
Contributing to a Global Effort.