Anda di halaman 1dari 32

MATA KULIAH STUDI IMPLEMENTASI (SON 435)

UJIAN AKHIR SEMESTER

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MELALUI PROGRAM BANTUAN


SOSIAL PSBB COVID-19 DKI JAKARTA

Dosen Pengampu : ERNA SETIJANINGRUM, S.IP., M.Si.

Disusun oleh :
WIDIANINGRUM
071711133017

DEPARTEMEN ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Respons Pemerintah Indonesia terhadap kasus COVID-19 yang tersebar di


dunia mengalami keterlambatan. Teridentifikasinya kasus COVID-19 di Indonesia
dimulai pada 2 Maret 2020 ketika Presiden Joko Widodo mengumumkan 2 kasus
positif (lokadata.id). Meskipun mulai teridentifikasinya kasus positif, Pemerintah
mulai menetapkan sebagai bencana nasional pada April 2020 yang disahkan
melalui Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana
Non Alam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana
Nasional (kataadata.co.id). Dengan ditetapkannya status bencana nasional,
berimplikasi pada komando hingga anggaran untuk menghadapi bencana COVID-
19. Seiring dengan penetapan status tersebut, maka dalam melakukan koordinasi,
komando, dan pelaksana penanggulangan menjadi fungsi dari Gugus Tugas
Percepatan Penanganan COVID-19. Adapun kondisi perkembangan COVID-19 di
Indonesia ketika Keppres tersebut ditetapkan divisualisasikan pada grafik berikut.

Grafik 1. Data Kasus COVID-19 di Indonesia per 13 April 2020

Sumber: (katadata.co.id, 2020)

1
Provinsi DKI Jakarta sebagai daerah yang pertama kali menerapkan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia. Pemprov DKI Jakarta
mulai mengumumkan adanya kebijakan PSBB pada 7 April 2020 setelah
menggelar rapat koordinasi dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah
(ayojakarta.com, 2020). Dasar hukum disetujuinya PSBB ini yaitu berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/239/2020
dan mulai diimplementasikan setelah terbitnya Peraturan Gubernur Daerah
Khusus Ibukota Jakarta Nomor 33 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pembatasan
Sosial Berskala Besar dalam Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19) di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Berdasarkan Siaran Pers
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta No. 1191/SP-HMS/04/2020, penerapan PSBB
secara efektif dimulai pada 10-23 April 2020 dan dapat diperpanjang.
Konsekuensi adanya PSBB ini yaitu kegiatan belajar dialihkan di rumah,
penutupan tempat hiburan, pernikahan dilakukan di KUA tanpa resepsi,
perkantoran dihentikan kecuali 8 sektor usaha, pembatasan operasional dan
penumpang pada transportasi umum, peningkatan patroli sesuai aturan PSBB, dan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyiapkan bantuan sosial kepada warga rentan
dan miskin yang terdampak COVID-19 (kompas.com, 2020a).

Dampak adanya kebijakan PSBB ini menyebabkan sejumlah ruang gerak


dan khususnya aktivitas ekonomi menjadi terganggu. Salah satu intervensi sebagai
respons sekaligus pelaksanaan program adanya kebijakan PSBB ini yaitu dengan
membagikan bantuan sosial kepada warga DKI Jakarta yang rentan dan
terdampak COVID-19. Di lain sisi, pada 7 April 2020 Kementerian Sosial selaku
pemerintah pusat mulai membagikan bantuan sosial pada pertengahan April
hingga 3 bulan ke depan berdasarkan Surat Edaran No. 11 Tahun 2020 tentang
Penggunaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan data Non-DTKS
dalam pemberian Bantuan Sosial Kepada Masyarakat Terdampak Pandemi Virus
Korona (COVID-19). Skema bantuan dari Kemensos ini berbentuk bantuan
langsung tunai (BLT) senilai Rp 600.000 per bulan untuk tiga bulan (tirto.id,
2020). Adapun ruang lingkup bantuan dari Kementerian Sosial berskala nasional,
tidak terbatas pada wilayah daerah tertentu saja. Namun, dalam menjalankan

2
kebijakan PSBB di DKI Jakarta, Gubernur DKI Jakarta tetap merumuskan dan
menyiapkan bantuan sosial kepada warganya.

Namun, niatan pemerintah dalam menanggulangi dampak adanya pandemi


COVID-19 melalui penyaluran bantuan sosial dirasa jauh dari efektif karena
adanya anggapan skema tersebut belum tepat sasaran. Penyebab belum tepat
sasaran ini yaitu data yang dimiliki oleh pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah yang simpang siur. Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi (Wamendes PDTT) Budi Arie Setiadi menyebut bahwa
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai provinsi yang paling kacau dalam
pendataan warga yang menerima bantuan sosial tersebut (tirto.id, 2020). Selain
itu, Menteri Sosial Juliari Batubara mengemukakan bahwa distribusi bansos oleh
Pemprov DKI Jakarta tidak sesuai dengan kesepakatan awal anta pemerintah
pusat dan pemprov. Diperkuat dengan sorotan Menteri Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, bahwa permasalahan bansos khususnya
bansos oleh Pemprov DKI Jakarta bermula dari permasalahan data
(cnbcindonesia.com, 2020). Hal inilah yang menjadi alasan peneliti untuk
mengangkat penelitian tentang Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19 DKI
Jakarta.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah pada
penulisan ini yaitu:
1. Bagaimana mekanisme pelaksanaan implementasi Program Bantuan
Sosial PSBB COVID-19 DKI Jakarta?
2. Bagaimana peran dan pengaruh aktor kebijakan dalam implementasi
Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19 DKI Jakarta?
3. Bagaimana proses implementasi kebijakan melalui Program Bantuan
Sosial PSBB COVID-19 DKI Jakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk:

3
1. Untuk memberikan gambaran mekanisme pelaksanaan implementasi
Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19 DKI Jakarta.
2. Untuk memberikan gambaran peran dan pengaruh aktor kebijakan
dalam implementasi Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19 DKI
Jakarta.
3. Untuk memberikan gambaran proses implementasi kebijakan melalui
Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19 DKI Jakarta.

4
BAB II

KERANGKA TEORITIK

2.1 Implementasi Kebijakan Publik

Tidak ada definisi tunggal yang menjadi patokan dalam mendefinisikan


kebijakan publik. Akan tetapi dalam memahami kebijakan publik terdapat lima
unsur berikut (Birkland, 2019).
1. Kebijakan publik dibuat sebagai respon dari permasalahan dan mendapat
tanggapan dari pemerintah.
2. Kebijakan publik dibuat untuk “kepentingan publik” dan tidak semua
orang akan setuju dalam kepentingan publik tersebut.
3. Kebijakan ditafsirkan dan diimplementasikan oleh aktor publik dan privat
yang memiliki perbedaan motivasi dan memberikan interpretasi atas
permasalahan dan solusi.
4. Kebijakan publik berorientasi terhadap tujuan dan keadaan yang
diinginkan
5. Kebijakan pada akhirnya dibuat oleh pemerintah (Howlett, Ramesh, dan
Perl, 2009; dalam Birkland, 2009)

Apabila suatu kebijakan tanpa diikuti dengan implementasi yang efektif,


Edwards III (dalam Akib, 2010) menyatakan bahwa maka keputusan pembuat
kebijakan tersebut tidak akan berhasil untuk dilaksanakan. Berikut ini definisi
implementasi kebijakan dari berbagai sudut pandang (Akib, 2010).
1. Grindle mendefinisikan implementasi yaitu proses umum pada tingkat
program tertentu yang berisikan serangkaian tindakan administrasi yang
dapat diteliti.
2. Implementasi kebijakan menurut Van Meter dan Van Horn dipahami
sebagai tindakan yang dilakukan oleh organisasi, yaitu pemerintah dan
sektor privat baik secara individu maupun kelompok dalam rangka
pencapaian tujuan. Implementasi kebijakan ini menjadi jembatan antara
tujuan kebijakan dan hasil kebijakan.

5
3. Lane mengemukakan implementasi kebijakan sebagai serangkaian fungsi
yang terdiri atas maksud, output, dan outcome.

2.2 Aktor Implementasi

Dalam suatu sistem pemerintahan, Lindblom dalam Agustino (dalam


LAN, 2015) mengemukakan bahwa terdapat interaksi antara dua aktor besar yang
memiliki keterlibatan dari perumusan kebijakan hingga tahap adopsi kebijakan.
Aktor tersebut yaitu:
1. Inside government actors. Memiliki peran strategis dalam proses kebijakan
publik yang terdiri atas:
a. Administrasi. Terdiri atas presiden, wakil presiden, kabinet, dan pejabat
dalam pemerintahan. Aktor yang terdapat dalam administrasi memiliki
peran sentral karena sebagai pembuat kebijakan makro tertinggi.
b. Birokrat. Birokrat menjadi garda terdepan ketika suatu kebijakan
diimplementasikan. Mereka memiliki pola pembagian tugas, wewenang,
dan tanggung jawab kepada administrasi.
c. Parlemen. Dalam tahap dan proses pembuatan kebijakan, dalam konteks
politik aktor ini memiliki peran untuk merancang suatu kebijakan.
2. Outside government actors, berada di luar pemerintah yang memiliki peran
penting dalam proses kebijakan publik yang terdiri atas:
a. Kelompok kepentingan. Menurut Martini (dalam LAN, 2015),
kelompok kepentingan dipahami sebagai asosiasi individu atau organisasi
yang memiliki kesamaan perhatian untuk mempengaruhi kebijakan yang
biasanya dengan cara melakukan lobi terhadap aktor pemerintah.
b. Akademisi, peneliti, dan konsultan. Memiliki peran penting dalam
memberikan preferensi pengambilan kebijakan. Kelompok ini memiliki
akses terhadap data yang digunakan untuk memperkuat dasar
pengambilan keputusan.
c. Media. Dalam konteks proses pengambilan kebijakan, aktor ini
memiliki peran untuk menghegemoni semua pihak agar dapat
memusatkan perhatian terhadap kebijakan dan isu tertentu. Media massa
merupakan wadah untuk mendorong partisipasi publik dalam
pemerintahan agar terciptanya check and balance.

6
d. Partai politik. Menurut Winarno (dalam LAN, 2015) partai politik
berusaha untuk mengubah tuntutan tertentu dari kelompok-kelompok
kepentingan menjadi alternatif-alternatif kebijakan. Aktor ini berperan
dalam mengumpulkan opini publik yang nantinya menjadi bekal dalam
tahap penyusunan agenda.
e. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Dalam tahap implementasi
kebijakan, LSM berperan untuk mengadvokasi kebijakan yang
diharapkan agar benar-benar berorientasi kepada publik.
f. Sektor privat. Masuknya privat dalam proses kebijakan publik
didasarkan pada kenyataan bahwa pemerintah memiliki keterbatasan.
Menurut Dwiyanto (dalam LAN, 2015) dengan melibatkan sektor privat,
harapannya terlibat pula sumber daya yang bukan milik pemerintah untuk
memenuhi kebutuhan publik sehingga manfaat kebijakan tersebut lebih
dirasakan.

Aktor-aktor kebijakan memiliki pengaruh pada implementasi kebijakan


publik. Peran aktor ini dipengaruhi oleh kepentingan (interest) dan kekuatan
(power) yang disajikan dalam power versus interest grid.

Gambar 1. Power Versus Interest Grid


Sumber: Eden dan Ackermann (1998; dalam Bryson, 2004)

7
Teknik power versus interest grid diperkenalkan oleh Eden dan Ackermann
(1998; dalam Bryson, 2004) yang digambarkan menjadi 4 kuadran 2x2. Power
dapat berasal dari potensi stakeholder untuk mempengaruhi kebijakan atau
organisasi yang berasal dari kekuasaan berbasis kedudukan atau sumber daya
mereka dalam organisasi, atau mungkin pengaruh mereka yang berasal dari
kredibilitas mereka sebagai pemimpin atau ahli. Sedangkan interest seorang
stakeholder terhadap sebuah kebijakan atau proyek tertentu akan diukur melalui
tingkat keaktifannya. Hasil mpat kategori stakeholder pada kuadran ini yaitu:
(1) Players, memiliki kepentingan kuat dan kekuatan kuat pula;
(2) Subjects, memiliki kepentingan tapi kekuatan yang kecil;
(3) Context setter, memiliki kekuatan tapi kepentingan yang kecil;
(4) Crowd, stakheholder yang memiliki kepentingan yang kecil dan
kekuatan yang kecil pula.

2.3 Model Implementasi

Dalam proses implementasi kebijakan, model implementasi oleh Van


Meter dan Van Horn menitikberatkan pada partisipasi aktor dalam penyusunan
tujuan kebijakan dengan pedekatan top-down (Triana, 2011). Dalam model
implementasi ini, terdapat enam faktor yang mempengaruhi suatu kebijakan dapat
diimplementasikan dengan berhasil atau tidak dengan melihat enam faktor
berikut.
1. Ukuran dan tujuan kebijakan, berisi mengenai rincian sasaran dengan
standar yang digunakan untuk mengukur tingkat pencapaiannya.
2. Sumber daya, segala kemampuan baik berwujud finansial maupun non
finansial yang dapat mendukung keefektifan implementasi.
3. Karakteristik agen pelaksana, yaitu apa yang menjadi sifat dan ciri khas
seperti kompetensi agen pelaksana, tingkat kontrol dalam sistem ketika
diimplementasikan, dukungan politik, dan lain sebagainya.
4. Sikap/kecenderungan pelaksana, mengenai pemahaman pelaksana
mengenai isi dan tujuan kebijakan, bagaimana harus mengambil sikap
dalam tindakan kebijakan tersebut.

8
5. Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana. Prosedur dan
mekanisme kelembagaan ini menentukan keberhasilan implementasi. Hal
ini dikarenakan dapat mempengaruhi struktur kontol ketika kebijakan
dilaksanakan, sejauh mana hasil di lapangan telah sesuai dengan tujuan
yang telah direncanakan dan ditetapkan.
6. Lingkungan sosial, politik, dan ekonomi. Aspek ini meliputi bagaimana
respons publik dengan adanya kebijakan ini, apakah mempengaruhi pada
perekonomian, apakah elite politik lebih banyak mendukung atau justru
bertentangan dengan kebijakan ketika diimplementasikan.

9
BAB III

METODE

2.1 Pendekatan Penelitian

Karakteristik pendekatan kualitatif yaitu mengonstruksikan realitas sosial,


fokus pada proses yang interaktif, kebenaran dan keaslian yang menjadi faktor
utama, nilai-nilai hadir dan secara eksplisit, teori dan data menyatu, situationally
constrained peneliti terlibat dalam penelitian, analisis tematik (Neuman, 2014).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk meneliti keaslian dan
kebenaran pada implementasi Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19 yang
terjadi secara interaktif.

2.2 Tipe Penelitian

Dalam tujuan penelitian, terdapat tiga jenis yaitu eksplorasi, deskriptif, dan
eksplanatori (Neuman, 2014). Penelitian deskriptif memiliki karakteristik yaitu
memberikan gambaran rinci dan akurat, penemuan data baru yang bertentangan
dari data sebelumnya, pembuatan kategori atau klasifikasi jenis, klarifikasi
langkah atau tahapan, dokumentasi proses, dan laporan latar belakang atau
konteks. situasi. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif yang akan
menyajikan gambaran rinci tentang implementasi Program Bantuan Sosial PSBB
COVID-19.

2.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode penelitian data yang digunakan oleh peneliti yaitu menggunakan


studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah jenis pengumpulan data yang
meneliti berbagai macam dokumen yang berguna untuk bahan analisis. Pada
penelitian ini, yang menjadi sumber data yaitu visualisasi data dari website
pemerintah, dokumen peraturan perundang-undangan, pernyataan pejabat publik
dan laporan dari artikel berita, serta laporan dan dokumen lain yang mendukung
lainnya. Data primer dari penelitian ini yaitu dokumen hukum meliputi Peraturan
Gubernur dan Keputusan Gubernur, laporan dan siaran pers Pemprov DKI
Jakarta, data dan dokumen dari situs corona.jakarta.go.id. Adapun data sekunder
dari penelitian ini yaitu situs berita daring lokal.

10
2.5 Teknik Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode triangulasi sebagai


teknik untuk mengecek keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data tersebut. Triangulasi merupakan pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada (Creswell, 2014). Dalam konteks penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik keabsahan data melalui triangulasi sumber data sesuai penjelasan Norman
K. Denzin (1978) yang mana dalam teknik tersebut dalam menguji kredibilitas
data dilakukan dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu data informasi yang diperoleh melalui beberapa informan
dengan berbagai teknik. Hasil pengumpulan data dari studi dokumen akan
dikumpulkan dan dibandingkan dengan sumber yang lain, sehingga derajat
kepercayaan tersebut dapat diperoleh.

2.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan yaitu metode analisis isi (content
analysis). Metode analisis isi berusaha mencari inferensi yang valid, tepat, dan
konteks penelitian dapat diteliti ulang (Krippendoff, 1993). Adapun tahap analisis
data ini meliputi proses pemilihan, membandingkan, menggabungkan, dan
kemudian memilah berbagai data dan pengertian hingga ditemukan yang relevan.

11
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Mekanisme Pelaksanaan Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19 DKI


Jakarta

Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19 merupakan program dari


kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam Penanganan COVID-
19 di Provinsi DKI Jakarta. Program Bantuan Sosial ini ditujukan kepada
kelompok rentan yang terdampak dengan adanya pelaksanaan PSBB di DKI
Jakarta. Bantuan sosial ini berupa bahan pokok dan/atau bantuan langsung lainnya
yang diatur dalam mekanisme penyaluran. Tujuan adanya program ini yaitu untuk
mendorong partisipasi warga dalam mencegah pandemi COVID-19 selama PSBB
berlangsung dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari (Pemprov DKI Jakarta,
2020a). Adapun pendistribusian bantuan ini dibagi menjadi tahap 1 dan tahap 2.
Dana bansos tahap 1 bersumber dari APBD DKI Jakarta. Sedangkan dana bansos
tahap 2 bersumber dari APBD DKI Jakarta dan Kementerian Sosial Republik
Indonesia. Jadwal pendistribusian bansos tahap 1 dimulai pada tanggal 9-24 April
2020 dan tahap 2 pada 14-22 Mei 2020. Pendistribusian Program Bantuan Sosial
PSBB COVID-19 ini dilaksanakan melalui pengantaran ke pintu rumah penerima
dari verifikasi data Ketua RW setempat dengan menerapkan protokol physical
distancing.

Target penerima bansos tahap 1 sebanyak 1,2 juta keluarga miskin dan
rentan DKI Jakarta yang terdampak (Pemprov DKI Jakarta, 2020a). Adapun
target penerima bansos tahap 2 sebanyak 2,4 juta keluarga miskin dan rentan yang
terdampak baik KTP DKI maupun non DKI yang bermukim di Jakarta. Rincian
target penerima bansos tahap 2 yaitu 1,3 juta KK penerima bantuan dari
Kemensos dan 1,1 juta KK penerima bantuan yang bersumber dari APBD DKI
Jakarta. Jumlah tersebut termasuk:

12
1) Penerima bantuan sosial existing Jakarta, diantaranya: pangan murah,
Kartu Jakarta Pintar (KJP), Kartu Lansia Jakarta (KLJ), Kartu Penyandang
Disabilitas Jakarta (KPDJ), dan PKD Anak.
2) Data Terpadu Kesejahteraan Sosial dari Dinas Sosial DKI Jakarta dan
Kementerian Sosial
3) Data pekerja terdampak COVID-19 oleh Dinas Tenaga Kerja DKI Jakarta

Selain itu, kriteria Penerima Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19 yaitu
keluarga dengan penghasilan dibawah Rp 5.000.000/bulan dan mengalami salah
satu dampak berikut:
1) Terkena PHK atau dirumahkan dengan pengurangan atau tidak menerima
gaji
2) Tutup usaha/tidak dapat berjualan kembali
3) Pendapat berkurang akibat pandemi COVID-19

Bentuk bantuan yang diberikan dalam Program Bantuan Sosial PSBB


COVID-19 yaitu berupa satu paket bantuan komoditas pangan, alat kebersihan
diri dan masker kepada setiap keluarga penerima. Berikut merupakan komposisi
dari paket bansos tahap 1 (Pemprov DKI Jakarta, 2020a).
a. 1 karung Beras 5 kg
b. 2 kaleng bahan makanan berprotein
c. 2 bungkus biskuit
d. 1 bungkus minyak goreng 0,9 liter
e. 2 buah sabun mandi batang
f. 2 buah masker kain

Adapun nilai paket bantuan sosial tahap 2 yaitu Rp 275.000/paket dengan rincian
sebagai berikut (Pemprov DKI Jakarta, 2020b).
a. 2 karung Beras 5 kg
b. 4 kaleng sarden 155 gram atau 2 kaleng sarden 425 gram
c. 1 kaleng biskuit dan 2 bungkus minyak goreng 0,9 liter
d. 1 kantong kecap 520 ml
e. 2 bungkus bihun 320 gram
f. 1 batang sabun mandi

13
3.2 Analisis Implementasi Kebijakan

2.1 Aktor Implementasi Kebijakan

Aktor-aktor implementasi atau stakeholder dalam Program Bantuan Sosial


PSBB COVID-19 DKI Jakarta yang masuk dalam kategori inside government
actors yaitu:
1. Gubernur DKI Jakarta
Gubernur berwenang sebagai eksekutor Kebijakan Pembatasan Sosial
Berskala Besar melalui Bantuan Sosial PSBB COVID-19 DKI Jakarta.
Gubernur juga menetapkan Keputusan Gubernur yang mana regulasi
tersebut merupakan landasan hukum atas dilaksanakannya bansos kepada
warga DKI Jakarta sekaligus peraturan teknis dari Peraturan Gubernur
yang mengatur PSBB. Sumber daya yang dimiliki oleh Gubernur yaitu
wewenang, regulasi, dan otoritas yang melingkupi Provinsi DKI Jakarta.
2. Kementerian Sosial Republik Indonesia

Kementerian Sosial RI berpartisipasi dalam bansos DKI Jakarta sebagai


penyedia sumber daya bantuan sosial pada bansos tahap 2. Kemensos
bersama Pemprov DKI Jakarta, bersinergi dalam memberikan bansos
kepada penduduk DKI Jakarta pada bansos tahap 2 dengan target 2,4 juta
KK yang sebelumnya pada tahap 1 hanya memiliki target 1,2 juta KK.
Selain itu, Kemensos berperan sebagai pengawas penyaluran banssos di
lapangan. Adapun sumber daya yang dimiliki yaitu berupa anggaran dari
pemerintah pusat, sumber daya berupa data target penerima, dan otoritas
untuk bersinergi dalam Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19 DKI
Jakarta.

3. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi DKI Jakarta


Bappeda DKI Jakarta memiliki fungsi sebagai perencana mengenai
bagaimana diimplementasikannya program bansos ini. Rencana tersebut
dimatangkan yang kemudian diimplementasikan oleh Dinas Sosial DKI
Jakarta sebagai pelaksana teknis utama. Bappeda mengatur rencana terkait

14
bagaimana besaran pembiayaannya bersama adan Pengelolaan Keuangan
Daerah Provinsi DKI Jakarta dan serangkaian teknis distribusi bersama
Dinsos DKI Jakarta agar implementasi tersebut sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan sebelumnya. Sumber daya yang dimiliki oleh
Bappeda DKI Jakarta yaitu otoritas dan wewenang perencanaan dalam
Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19 DKI Jakarta.

4. Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi DKI Jakarta


Peran BPKD Provinsi DKI Jakarta dalam implementasi kebijakan ini yaitu
mengatur besarnya anggaran untuk bantuan sosial. Sebagaimana yang
diketahui bahwa Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19 DKI Jakarta
bersumber dari pembiayaan APBD.
5. Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta
Dinas Sosial DKI Jakarta memiliki peran sebagai pendata penerima bansos
agar distribusi tersebut sampai kepada warga. Dinsos berwenang
merumuskan bagaimana distribusi bantuan sosial ini agar sampai tepat
sasaran kepada warga penerima berdasarkan data-data yang telah
dikumpulkan dan disinkronkan. Selain itu, bersama Dinas Komunikasi,
Informatika, dan Statistik Provinsi DKI Jakarta dan PD Pasar Jaya
damelaporkan bantuan sosial telah diterima oleh warga melalui situs
corona.jakarta.go.id pada bagian Bantuan Sosial. Sumber daya yang
dimiliki oleh Dinsos yaitu wewenang dalam mengajukan daftar siapa yang
menjadi penerima Program Bantuan Sosial PSBB DKI Jakarta dan sumber
daya berupa data warga sebagai target penerima bantuan sosial.
6. PD Pasar Jaya Provinsi DKI Jakarta
PD Pasar Jaya berperan sebagai penganggung jawab distribusi bansos
kepada penduduk DKI Jakarta yang menjadi targetnya. Tim penyalur
bansos dibentuk agar pendistribusian dapat tepat sasaran sesuai data yang
diberikan oleh Dinsos dan disahkan oleh Gubernur DKI Jakarta. Adapun
sumber daya yang dimiliki oleh PD Pasar Jaya yaitu tenaga dan sarana
dalam mendistribusikan bansos kepada warga.
7. Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik Provinsi DKI Jakarta

15
Dinas ini memiliki fungsi sebagai jembatan informasi antara Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta kepada warga, khususnya dalam menyampaikan
informasi apa itu bantuan sosial, apa saja kriteria, jadwal, dan ketentuan-
ketentuannya, hingga bagaimana distribusi bantuan sosial diberikan.
Adapun informasi tersebut dikomunikasikan melalui situs
corona.jakarta.go.id pada bagian Bantuan Sosial yang terbagi menjadi dua,
yaitu Informasi Bansos dan Distribusi Bansos. Sumber daya yang dimiliki
oleh Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik berupa otoritas dalam
bidang komunikasi dan platform komunikasi dan media.

8. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)


KPK sebagai lembaga negara memiliki peran sebagai peninjau dan
pengawas proses penyaluran bansos sekaligus sebagai sarana dialog
dengan warga penerima. Adapun dasar intervensinya KPK dalam Program
Bantuan Sosial PSBB COVID-19 DKI Jakarta berdasarkan instruksi
presiden (kompas.com, 2020e). Jadi, sumber daya yang dimiliki KPK
adalah otoritas dalam hal pengawasan dan hukum apabila terjadi
penyelewengan dan tindakan KKN dalam implementasi program ini.

9. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan


Memiliki peran yang sama dengan KPK, BPKP berperan untuk
mengawasi proses penyaluran agar tepat sasaran dan tidak ada
penyelewengan di lapangan (kompas.com, 2020e). Sumber daya yang
dimiliki oleh BPKP yaitu otoritas dalam melakukan pengawasan Program
Bantuan Sosial PSBB COVID-19 DKI Jakarta.

Outside government actors yang turut terlibat dalam implementasi Program


Bantuan Sosial PSBB COVID-19 DKI Jakarta yaitu media. Media berperan untuk
melaporkan situasi terkini kepada publik, khususnya ketika bantuan sosial
diumumkan hingga selesai didistribusikan. Adapun media yang konsisten
memberitakan tentang bansos yaitu situs media lokal seperti kompas.com,
beritasatu.com, liputan6.com, merdeka.com, cnnindonesia.com, tirto.id, hingga
katadata.co.id. Sumber daya yang dimiliki oleh media yaitu berupa platform
komunikasi dan media. Meskipun memiliki kesamaan dengan Dinas Komunikasi,

16
Informatika, dan Statistik, aktor media memiliki sisi lain dari penyampaian
informasi. Jika Dinas melaporkan informasi resmi bantuan sosial dan bagaimana
data distribusinya, media lebih ke penyampaian informasi bantuan sosial yang
dikemas dengan gaya masing-masing dan memberitakan bagaimana proses
implementasi program tersebut seperti apa saja permasalahannya, bagaimana
konflik antar aktor, hingga keluhan dari masyarakat.

Berdasarkan penggambaran kepentingan dan sumber daya yang dimiliki


oleh masing-masing aktor yang telah dideskripsikan diatas, maka dapat ditemukan
matriks prioritas stakeholder power versus interest grid sebagai berikut.

Gambar 2. Pemetaan Stakeholder Berdasarkan Power vs Interest dalam


Implementasi Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19 DKI Jakarta

Keterangan:
Warna merah : power kuat dan interest kuat
Warna biru : power kuat dan interest lemah
Warna hijau : power lemah dan interest kuat
Warna kuning : power lemah dan interest lemah

2.3 Model Implementasi

17
Berdasarkan model implementasi yang digunakan oleh Van Meter dan
Van Horn, implementasi kebijakan melalui Program Bantuan Sosial PSBB
COVID-19 DKI Jakarta dianalisis dalam enam faktor berikut.

1. Ukuran dan tujuan kebijakan

Tujuan adanya Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19 DKI Jakarta


ini yaitu untuk mendorong partisipasi warga dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari untuk mencegah pandemi COVID-19 selama PSBB berlangsung
(Pemprov DKI Jakarta, 2020a). Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) di DKI Jakarta melalui Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19
bersifat cricis policies. Menurut George C. Edwards III (dalam Triana, 2011),
cricis policies merupakan sifat dari suatu kebijakan yang lahir dalam rangka
untuk merespons situasi dan keadaan krisis dan mendesak untuk segera
dilakukan tindakan nyata. Adapun Kebijakan PSBB di DKI Jakarta
merupakan respons pemerintah dan untuk menekan penyebaran pandemi
COVID-19. Dalam mengimplementasikan kebijakan PSBB tersebut, lebih
spesifik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melaksanakan program bantuan
sosial, dimana program ini ditujukan dalam merespons PSBB yang dirasakan
oleh warga DKI Jakarta.

Dasar hukum dari adanya implementasi kebijakan ini yaitu Peraturan


Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 33 Tahun 2020 tentang
Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Penanganan Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Dalam Pergub tersebut, dalam Pasal 21 disebutkan bahwa:

“ (1) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dapat memberikan bantuan sosial


kepada penduduk rentan yang terdampak dalam memenuhi
kebutuhan pokoknya selama pelaksanaan PSBB.
(2) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam
bentuk bahan pokok dan/ atau bantuan langsung lainnya yang
mekanisme penyalurannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.”

Lebih lanjut, Program Bantuan Sosial ini ditetapkan melalui Keputusan


Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 386 Tahun 2020 tentang

18
Penerima Bantuan Sosial Bagi Penduduk yang Rentan Terdampak COVID-19
dalam Pemenuhan Kebutuhan Pokok Selama Pelaksanaan Pembatasan Sosial
Berskala Besar di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Target penerima Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19 tahap 1


yaitu 1,2 juta KK (Pemprov DKI Jakarta, 2020a). Sedangkan target penerima
tahap 2 sebanyak 2,4 juta KK, yang terbagi menjadi 1,3 juta KK penerima
bantuan Kementerian Sosial dan 1,1 juta KK penerima bantuan dari APBD
DKI Jakarta (Pemprov DKI Jakarta, 2020b).

Gambar 3. Perkembangan Penyaluran Bantuan Sosial DKI Jakarta

Sumber: (corona.jakarta.go.id, 2020)

Berdasarkan gambar diatas, penyaluran bansos telah dilaksanakan


meskipun tidak 100 persen. Gubernur Provinsi DKI Jakarta Anies Baswedan
mengklaim bahwa distribusi bansos tahap 1 sebagian besar tepat sasaran
dengan persentase 98,4 persen.

“Ada 1,6 persen dari distribusi yang sampai kepada orang yang tidak
berhak, lalu dikembalikan. Ada yang salah alamat, orang mampu,
sudah meninggal. Itu semua menjadi bahan koreksi dalam distribusi
berikutnya.” (kompas.com, 2020b)

Di lain sisi, klaim tersebut berbeda dengan data yang ditampilkan di situs
corona.jakarta.go.id. Pada distribusi bansos tahap 1 tanggal 9-25 April 2020,
sebanyak 1.049.217 KK yang menerima atau persentasenya sebesar 87,4
persen dari target 1,2 juta KK (kompas.com, 2020b). Adapun distribusi
penerima bansos pada tahap 2 APBD DKI Jakarta disajikan dalam tabel
berikut.

19
Tabel 1. Distribusi Bantuan Sosial PSBB COVID-19 yang Dicover
Pemprov DKI Jakarta Berdasarkan Kecamatan

No. Kecamatan Penerima per KK


1 Cempaka Putih 8.538
2 Gambir 10.027
3 Johar Baru 18.997
4 Kemayoran 28.451
5 Menteng 11.795
6 Sawah Besar 12.204
7 Senen 36.614
8 Tanah Abang 18.245
9 Cengkareng 65.802
10 Grogol Petamburan 17.538
11 Kalideres 53.252
12 Kebon Jeruk 34.322
13 Kembangan 27.910
14 Palmerah 21.433
15 Taman Sari 11.707
16 Tambora 27.622
17 Cilandak 20.825
18 Jagakarsa 35.232
19 Kebayoran Baru 14.361
20 Kebayoran Lama 30.237
21 Mampang Prapatan 19.050
22 Pancoran 19.077
23 Pasar Minggu 29.187
24 Pesanggrahan 24.081
25 Setiabudi 11.144
26 Tebet 26.461
27 Cakung 70.645
28 Cipayung 28.520
29 Ciracas 31.732
30 Duren Sawit 34.467
31 Jatinegara 46.206
32 Kramat Jati 26.321
33 Makasar 15.657
34 Matraman 21.002
35 Pasar Rebo 23.544
36 Pulo Gadung 28.028
37 Cilincing 64.482
38 Kelapa Gading 8.545
39 Koja 45.685
40 Pademangan 19.724

20
41 Penjaringan 34.447
42 Tanjung Priok 45.822
43 Kepulauan Seribu Selatan 2.219
44 Kepulauan Seribu Utara 2.719
Jumlah 1.188.109

Sumber: Diolah dari Data Distribusi Bantuan Sosial oleh Dinas Sosial dan PD
Pasar Jaya Provinsi DKI Jakarta (corona.jakarta.go.id, 2020)

Berdasarkan pada tabel tersebut, penerima bansos tahap 2 dari APBD DKI
Jakarta yaitu 1.188.109 KK dari target 1,1 juta KK. Akumulasi total penerima
bansos tahap 2 sebanyak 2.451.708 KK dari target 2,4 juta APBD DKI Jakarta
dan Kementerian Sosial (beritasatu.com, 2020). Akan tetapi terdapat penerima
bansos tahap 2 target dari APBD DKI Jakarta yang merangkap menjadi target
Kementerian Sosial. Ini berarti bahwa terdapat KK yang mendapatkan bantuan
double dan ada yang tidak mendapat bansos sama sekali.

2. Sumber daya

Pembiayaan Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19 DKI Jakarta


berasal APBD DKI Jakarta, khususnya penambahan dari pos belanja tak
terduga (BTT). Selain bersumber pada APBD, bansos tahap 2 juga berasal
dari dana Kementerian Sosial Republik Indonesia. Artinya, pemerintah pusat
juga memiliki peran dalam pemberian bantuan selama PSBB berlangsung di
Provinsi DKI Jakarta.

Selain sumber daya pendanaan, implementasi Program Bantuan Sosial


PSBB juga didukung oleh sumber daya data. Data dalam bansos ini memiliki
peran yang penting untuk menentukan siapa yang menjadi penerima atau
sasaran dari program ini. Dengan beragamnya sumber data yang digunakan
sebagai target penerima bansos, menimbulkan tumpang tindih dan tidak tepat
sasasran. Sebelumnya, terdapat perbedaan data antara target bansos tersebut
dengan data warga yang mendapatkan bantuan, yaitu sebanyak 3,7 juta.
Target penerima pada saat bansos pertama kali didistribusikan yaitu 1,2 juta
KK. Namun, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tidak menyebutkan gap
data penerima tersebut. Angka 1,2 juta KK didapat setelah Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta menyamakan data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS)

21
dengan data penerima bantuan Pemprov DKI Jakarta seperti KJP, KPDJ,
KLJ, dan lainnya (kompas.com, 2020b). Di lain sisi, Dinas Sosial DKI
Jakarta menggunakan data penerima bantuan Kartu Kesejahteraan Sosial
hingga data UMP (kompas.com, 2020c). Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya kesalahan dalam pendistribusian bantuan sosial.

3. Karakteristik agen pelaksana

Dalam implementasi Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19 DKI


Jakarta, dapat dilihat secara langsung bagaimana pendistribusian bansos
tersebut agar sampai kepada penerima. Meski terdapat beberapa kasus yang
tidak tepat sasaran, namun sebagian besar bansos telah didistribusikan yang
dipengaruhi oleh kompetensi agen pelaksana dan tingkat kontrol ketika
diimplementasikan.

Kesuksesan pendistribusian bansos pada tahap 1 dengan persentase


87,4 persen dan tahap 2 mencapai 100 persen, merupakan usaha yang
maksimal dari tim penyalur bansos yang ditanggungjawabi oleh PD Pasar Jaya.
Apresiasi ini ditunjukkan langsung oleh Gubernur DKI Jakarta Anies
Baswedan mengingat dalam mendistribusikannya bukanlah perkara mudah.
Meskipun bekerja di tengah pandemi dengan dibatasi oleh waktu yang singkat
sekaligus perjalanan ke tempat terpencil, bantuan tersebut dipastikan sampai ke
rumah warga penerima (kompas.com, 2020d).

Kontrol yang dilakukan selama pendistrisbusian bansos ini dilakukan


oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan sesuai instruksi Presiden dan diawasi pula oleh Kementerian
Sosial. Dalam pelaksanaannya, bansos telah didistribusikan dengan baik dan
tidak terjadi penyelewengan di dalamnya. Selain itu, pengawasan yang
dilakukan oleh lembaga diluar Organisasi Perangkat Daerah Provinsi DKI
Jakarta dapat menjaga objektivitas dalam pengawasan tersebut. Selain itu,
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menerapkan prinsip transparansi dalam
distribusi bansos. Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik; Dinas Sosial;
dan PD Pasar Jaya Provinsi DKI Jakarta melaporkan bahwa bantuan sosial
telah diterima oleh warga melalui situs corona.jakarta.go.id. adapun informasi

22
yang disajikan melalui situs tersebut meliputi peta distribusi bantuan per
harinya, jumlah penerima bantuan berdasarkan RW, persentase perkembangan
penyaluran bansos per wilayah kota, dan peta distribusi masker per harinya.
Sehingga, check and balances dapat berjalan optimal.

4. Sikap/kecenderungan pelaksana

Pada implementasi Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19 DKI


Jakarta, sikap/kecenderungan pelaksana dapat dilihat dari pemahaman
pelaksana mengenai kebijakan tersebut dan bagaimana sikap yang harus
diambil. Berkenaan dari pemahaman mengenai kebijakan, aktor yang terlibat
dalam implementasi ini baik. Hal ini dapat terlihat bahwa para pelaksana
implementasi kebijakan bekerja sesuai dengan tugas, pokok, dan fungsi
masing-masing. Berkenaan mengenai sikap yang diambil, para implementor
kebijakan menunjukkan sikap yang cukup baik meskipun terdapat kendala.
Hal ini terlihat ketika pemrosesan data penerima bansos yang terdiri dari
banyak sumber yang menyebabkan tumpang tindih. Akibatnya, terjadi
penundaan penyaluran bansos dan adanya penerima yang tidak tepat sasaran.
Kekeliruan data ini dibenarkan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

"Nah bagian kita adalah mengoreksinya terus-menerus. Dari 1,2 juta


orang, ketemu 1, 2, 3 (yang tidak tepat sasaran), pasti. Jadi tidak usah
ditutup-tutupi, itu faktanya. Tapi yang penting adalah begitu ada
kekeliruan, koreksi, koreksi, koreksi dan ini bagian dari kita juga
meningkatkan kualitas data.” (liputan6.com, 2020)

5. Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana

Komunikasi yang dilakukan oleh implementor kebijakan ini cukup


baik, meskipun terdapat sejumlah kendala pada prosesnya. Hal ini ditunjukkan
oleh angka yang diputuskan sebagai penerima bantuan sosial oleh Pemprov
DKI Jakarta dan Pemerintah Pusat. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan
menyampaikan bahwa terdapat 3,7 juta warga yang perlu menerima bantuan.
Dari 3,7 warga tersebut, 1,1 juta merupakan warga miskin yang rutin
mendapat bantuan dari pemprov dan 2,6 juta sisanya merupakan warga miskin
karena terdampak pandemi COVID-19. Berdasarkan kesepakatan, 1,1 juta
warga tersebut akan mendapat bantuan dari Pemprov DKI Jakarta dan 2,6 juta

23
sisanya mendapat bantuan dari pemerintah pusat. Namun, menurut Gubernur
DKI Jakarta, penerima bansos tahap kedua akan mengalami penambahan dari
data yang diusulkan oleh RT/RW. Dengan adanya tambahan data tersebut,
Pemprov DKI Jakarta mengupayakan akan mendapat bantuan dana dari
pemerintah pusat diluar kesepakatan. Akan tetapi, permintaan tersebut ditolak
oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
dan Menteri Keunganan. Solusinya, Pemprov DKI Jakarta akhirnya
mengambil dari pos belanja tak terduga (BTT). Hal ini didukung oleh
pernyataan DPRD DKI Jakarta Komisi E Catur Laswanto.

“Berkaitan dengan pertanyaan apakah anggaran cukup, ya kami berharap


bansos bisa segera dikurangi kalau ekonomi segera bangkit.
Persoalannya, apakah ekonomi segera bangkit atau tidak? Karena itu,
kami concern memberikan bansos di BTT agar semua bansos terpenuhi.
Kalau ada jumlah penerima baru, ya sebagai konsekuensinya anggaran
juga harus diusulkan.” (kompas.com, 2020b)

Di lain sisi, dalam proses penyaluran bantuan telah dilakukan dengan baik.
Dimulai dari koordinasi antara Gubernur DKI Jakarta bersama Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Sosial; Dinas Komunikasi,
Informatika, dan Statistik; dan PD Pasar Jaya DKI Jakarta mulai dari
perumusan hingga bantuan tersebut sampai kepada warga. PD Pasar Jaya
sebagai garda terdepan dalam mengirimkan dan memastikan paket bantuan
agar sampai tepat kepada warga penerima.

6. Lingkungan sosial, politik, dan ekonomi

Secara sosial dan ekonomi, adanya program bantuan sosial ini disambut
baik oleh warga dan penduduk DKI Jakarta, khususnya dalam pemenuhan
kebutuhan ketika PSBB berlangsung. Terdapat temuan menarik dalam
penerima bansos ini. Menurut Asisten Perekonomian dan Keuangan Setda
Provinsi DKI Jakarta (dalam merdeka.com, 2020) sebanyak 7.558 warga Jawa
Tengah yang berdomisili di Jakarta mendapat bansos di Jakarta. Adapun
angka tersebut merupakan pengemudi ojek daring, dalam hal ini yaitu Gojek.

Meskipun demikian, terdapat sejumlah warga yang menyesalkan adanya


distribusi yang tidak merata dan tidak tepat sasaran. Warga yang belum

24
menerima bansos ini berasal dari data yang diusulkan oleh RT/RW untuk
nama tambahan penerima bansos. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ramdhoni
sealku Ketua RW 02, Kelurahan Cipinang Cempedak, Kecamatan Jatinegara,
Jakarta Timur.

“Kemarin RT/RW diminta yang namanya belum masuk, untuk


diusulkan daftar tambahan, di sini sekitar 350, dan Itu belum dapat
sama sekali (bansos tahap dua).” (cnnindonesia.com, 2020)

25
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Implementasi Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19 di Jakarta


dilaksanakan 2 tahap, yaitu pada 9-24 April 2020 dan 14-22 Mei 2020. Target
penerima bansos pada tahap 1 dan tahap 2 berturut-turut yaitu sebanyak 1,2 juta
dan 2,4 juta KK. Peran dan pengaruh aktor kebijakan yang terlibat dibagi menjadi
tiga: (1) Subjects meliputi Dinas Komunikasi, Informasi, dan Statistik DKI Jakarta
dan media; (2) Players meliputi Gubernur DKI Jakarta, Kementerian Sosial,
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Pengelolaan Keuangan Daerah,
Dinas Sosial, dan PD Pasar Jaya DKI Jakarta; dan (3) Crowd meliputi Komisi
Pemberantasan Korupsi dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
Proses implementasi Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19 yang dianalis
menggunakan model implementasi Van Meter dan Van Horn bawasannya berjalan
sesuai dengan target. Hal ini terlihat dari aspek ukuran/tujuan kebijakan yang
mana melalui persentase pembagian bansos tahap 1 dan tahap 2 berturut-turut
87,4 persen dan 100 persen. Dari aspek karakteristik pelaksana yang menyalurkan
bantuan meskipun di tengah pandemi dan diterapkannya transparansi, check and
balance antar lembaga. Namun dalam prosesnya terdapat sejumlah permasalahan
yang dihadapi berkaitan dengan data. Baik pada aspek dalam sinkronisasi data
sebagai daftar penerima maupun data yang digunakan dalam penyaluran bansos
yang berdampak pada warga yang masih belum mendapatkan bansos dan bansos
yang tidak tepat sasaran.

4.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka saran bagi Pemerintah


Provinsi DKI Jakarta dalam Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19 yaitu:

1. Melakukan koordinasi, komunikasi, sinkronisasi, dan kerja bersama yang


baik antar Organisasi Perangkat Daerah bersama Kementerian dalam
memproses data yang digunakan sebagai dasar dalam
mengimplementasikan kebijakan, khususnya data penerima bansos.

26
2. Koordinasi yang berkelanjutan mulai dari level RT/RW hingga ke
Pemerintah Provinsi terkait pendataan penerima bansos baru dan
pelaporan penerimaan bansos melalui satu pintu dengan mengoptimalkan
e-government.

3. Mengimplementasikan prinsip open data dan one data yang konsisten oleh
seluruh OPD dan instansi yang terlibat mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, hingga pelaporan dalam program bantuan sosial.

27
DAFTAR PUSTAKA

Akib, H. (2012). Implementasi Kebijakan: Apa, Mengapa dan Bagaimana. Jurnal


Ilmiah Ilmu Administrasi Publik, 1(1), 1-11.
Ayokajarta.com. (2020). PSBB di DKI Jakarta Berlaku Mulai Jumat 10 April
2020. https://www.ayojakarta.com/read/2020/04/07/15053/psbb-di-dki-
jakarta-berlaku-mulai-jumat-10-april-2020 [Diakses pada: 18 Juni 2020].
Beritasatu.com. (2020). Penerima Bansos DKI 2,451 Juta KK, Pemprov Cover
1,147 KK. https://www.beritasatu.com/megapolitan/635299-penerima-
bansos-dki-2451-juta-kk-pemprov-cover-1147-kk [Diakses pada: 18 Juni
2020].
Birkland, T. A. (2019). An Introduction to the Policy Process: Theories,
Concepts, and Models of Public Policy Making. Routledge.
Bryson, John M. (2004). What to do When Stakeholders Matter. Public
Management Review, 6(1), 21-53.
Creswell, John W. (2014). Research Design (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif
dan Mixed). Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Cnbc.com. (2020). Data Bansos DKI Kacau, 3 Menteri Jokowi 'Serang' Anies.
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200507093303-4-156882/data-
bansos-dki-kacau-3-menteri-jokowi-serang-anies [Diakses pada: 18 Juni
2020].

Cnnindonesia.com. (2020). Warga Jaktim di Data Tambahan Tak Terima Bansos


DKI Tahap 2. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200519185001-
20-505045/warga-jaktim-di-data-tambahan-tak-terima-bansos-dki-tahap-2
[Diakses pada: 18 Juni 2020].

Denzin, Norman K. (1978): The Research Act: A Theoretical Introduction to


Sociological Methods. New York: McGraw-Hill.

Dunn, William N. (2000). Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua.


Yogyakarta. Gajah Mada University Press.

28
Katadata.co.id. (2020). Dampak Penetapan Status Bencana Nasional Covid-19
terhadap Anggaran. https://katadata.co.id/berita/2020/04/14/dampak-
penetapan-status-bencana-nasional-covid-19-terhadap-anggaran [Diakses
pada: 18 Juni 2020].

Keputusan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 386 Tahun 2020
tentang tentang Penerima Bantuan Sosial Bagi Penduduk yang Rentan
Terdampak COVID-19 dalam Pemenuhan Kebutuhan Pokok Selama
Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar di Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/239/2020 tentang


Penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar di Wilayah Provinsi DKI
Jakarta Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease
2019 (COVID-19).

Kompas.com. (2020a). PSBB Jakarta Mulai Berlaku, Apa Saja Bantuan yang
Didapatkan Warga?
https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/10/090200265/psbb-jakarta-
mulai-berlaku-apa-saja-bantuan-yang-didapatkan-warga-?page=3 [Diakses
pada: 16 Juni 2020].

Kompas.com. (2020b). Anies Evaluasi Bansos DKI: Sebagian Besar Tepat


Sasaran, Selanjutnya Lebih Banyak Lagi.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/05/02/10093461/anies-
evaluasi-bansos-dki-sebagian-besar-tepat-sasaran-selanjutnya-lebih?
page=all#page2 [Diakses pada: 16 Juni 2020].

Kompas.com. (2020c). Ini Penyebab Pembagian Beberapa Paket Bansos di


Jakarta Sempat Salah Sasaran.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/05/06/20035581/ini-penyebab-
pembagian-beberapa-paket-bansos-di-jakarta-sempat-salah?
page=all#page2 [Diakses pada: 16 Juni 2020].

Kompas.com. (2020d). Anies Evaluasi Bansos DKI: Sebagian Besar tepat


Selanjutnya Lebih Banyak Lagi.

29
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/05/02/10093461/anies-
evaluasi-bansos-dki-sebagian-besar-tepat-sasaran-selanjutnya-lebih?
page=all#page2 [Diakses pada: 18 Juni 2020].

Kompas.com. (2020e). Mensos dan Ketua KPK Awasi Langsung Distribusi


Bansos di DKI.
https://nasional.kompas.com/read/2020/05/20/10151961/mensos-dan-
ketua-kpk-awasi-langsung-distribusi-bansos-di-dki?page=all#page2
[Diakses pada: 18 Juni 2020].

Krippendorff, K., & Wajidi, F. (1980). Analisis Isi: Pengantar Teori dan
Metodologi. Rajawali Pers.

Lembaga Administrasi Negara. (2015). Modul Pelatihan Analisis Kebijakan.


Lembaga Administrasi Negara, Jakarta.
Liputan6.com. (2020). 3 Sebab Penundaan Bansos selama PSBB DKI Jakarta
Tahap Dua. https://www.liputan6.com/news/read/4240893/3-sebab-
penundaan-bansos-selama-psbb-dki-jakarta-tahap-dua [Diakses pada: 18
Juni 2020].
Merdeka.com. (2020). 7.558 Warga Jateng Dapat Bansos di Jakarta.
https://www.merdeka.com/jakarta/7558-warga-jateng-dapat-bansos-di-
jakarta.html [Diakses pada: 18 Juni 2020].
Neuman, W. L. (2014). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative
Approaches: Pearson New International Edition. Pearson Education
Limited.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2020). Distribusi Bantuan Sosial.
https://corona.jakarta.go.id/id/distribusi-bantuan-sosial [Diakses pada: 14
Juni 2020].
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2020a). Program Bantuan Sosial PSBB
COVID-19 DKI Jakarta.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2020b). Bantuan Sosial COVID-19 Tahap 2.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2020c). Siaran Pers Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta No. 1191/SP-HMS/04/2020. Pemprov DKI Jakarta Terapkan
PSBB Efektif Mulai 10 April 2020, Kecuali Sejumlah Sektor.

30
Tirto.id. (2020). Kacaunya Data Penerima Bansos COVID-19 antara Pusat dan
Daerah. https://tirto.id/kacaunya-data-penerima-bansos-covid-19-antara-
pusat-dan-daerah-fs1i [Diakses pada: 18 Juni 2020].
Triana, R. Wahyuni. (2011). Implementasi dan Evaluasi Kebijakan Publik.
Surabaya. PT Revka Petra Media.

31

Anda mungkin juga menyukai