Disusun oleh :
WIDIANINGRUM
071711133017
DEPARTEMEN ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
Provinsi DKI Jakarta sebagai daerah yang pertama kali menerapkan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia. Pemprov DKI Jakarta
mulai mengumumkan adanya kebijakan PSBB pada 7 April 2020 setelah
menggelar rapat koordinasi dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah
(ayojakarta.com, 2020). Dasar hukum disetujuinya PSBB ini yaitu berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/239/2020
dan mulai diimplementasikan setelah terbitnya Peraturan Gubernur Daerah
Khusus Ibukota Jakarta Nomor 33 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pembatasan
Sosial Berskala Besar dalam Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19) di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Berdasarkan Siaran Pers
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta No. 1191/SP-HMS/04/2020, penerapan PSBB
secara efektif dimulai pada 10-23 April 2020 dan dapat diperpanjang.
Konsekuensi adanya PSBB ini yaitu kegiatan belajar dialihkan di rumah,
penutupan tempat hiburan, pernikahan dilakukan di KUA tanpa resepsi,
perkantoran dihentikan kecuali 8 sektor usaha, pembatasan operasional dan
penumpang pada transportasi umum, peningkatan patroli sesuai aturan PSBB, dan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyiapkan bantuan sosial kepada warga rentan
dan miskin yang terdampak COVID-19 (kompas.com, 2020a).
2
kebijakan PSBB di DKI Jakarta, Gubernur DKI Jakarta tetap merumuskan dan
menyiapkan bantuan sosial kepada warganya.
3
1. Untuk memberikan gambaran mekanisme pelaksanaan implementasi
Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19 DKI Jakarta.
2. Untuk memberikan gambaran peran dan pengaruh aktor kebijakan
dalam implementasi Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19 DKI
Jakarta.
3. Untuk memberikan gambaran proses implementasi kebijakan melalui
Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19 DKI Jakarta.
4
BAB II
KERANGKA TEORITIK
5
3. Lane mengemukakan implementasi kebijakan sebagai serangkaian fungsi
yang terdiri atas maksud, output, dan outcome.
6
d. Partai politik. Menurut Winarno (dalam LAN, 2015) partai politik
berusaha untuk mengubah tuntutan tertentu dari kelompok-kelompok
kepentingan menjadi alternatif-alternatif kebijakan. Aktor ini berperan
dalam mengumpulkan opini publik yang nantinya menjadi bekal dalam
tahap penyusunan agenda.
e. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Dalam tahap implementasi
kebijakan, LSM berperan untuk mengadvokasi kebijakan yang
diharapkan agar benar-benar berorientasi kepada publik.
f. Sektor privat. Masuknya privat dalam proses kebijakan publik
didasarkan pada kenyataan bahwa pemerintah memiliki keterbatasan.
Menurut Dwiyanto (dalam LAN, 2015) dengan melibatkan sektor privat,
harapannya terlibat pula sumber daya yang bukan milik pemerintah untuk
memenuhi kebutuhan publik sehingga manfaat kebijakan tersebut lebih
dirasakan.
7
Teknik power versus interest grid diperkenalkan oleh Eden dan Ackermann
(1998; dalam Bryson, 2004) yang digambarkan menjadi 4 kuadran 2x2. Power
dapat berasal dari potensi stakeholder untuk mempengaruhi kebijakan atau
organisasi yang berasal dari kekuasaan berbasis kedudukan atau sumber daya
mereka dalam organisasi, atau mungkin pengaruh mereka yang berasal dari
kredibilitas mereka sebagai pemimpin atau ahli. Sedangkan interest seorang
stakeholder terhadap sebuah kebijakan atau proyek tertentu akan diukur melalui
tingkat keaktifannya. Hasil mpat kategori stakeholder pada kuadran ini yaitu:
(1) Players, memiliki kepentingan kuat dan kekuatan kuat pula;
(2) Subjects, memiliki kepentingan tapi kekuatan yang kecil;
(3) Context setter, memiliki kekuatan tapi kepentingan yang kecil;
(4) Crowd, stakheholder yang memiliki kepentingan yang kecil dan
kekuatan yang kecil pula.
8
5. Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana. Prosedur dan
mekanisme kelembagaan ini menentukan keberhasilan implementasi. Hal
ini dikarenakan dapat mempengaruhi struktur kontol ketika kebijakan
dilaksanakan, sejauh mana hasil di lapangan telah sesuai dengan tujuan
yang telah direncanakan dan ditetapkan.
6. Lingkungan sosial, politik, dan ekonomi. Aspek ini meliputi bagaimana
respons publik dengan adanya kebijakan ini, apakah mempengaruhi pada
perekonomian, apakah elite politik lebih banyak mendukung atau justru
bertentangan dengan kebijakan ketika diimplementasikan.
9
BAB III
METODE
Dalam tujuan penelitian, terdapat tiga jenis yaitu eksplorasi, deskriptif, dan
eksplanatori (Neuman, 2014). Penelitian deskriptif memiliki karakteristik yaitu
memberikan gambaran rinci dan akurat, penemuan data baru yang bertentangan
dari data sebelumnya, pembuatan kategori atau klasifikasi jenis, klarifikasi
langkah atau tahapan, dokumentasi proses, dan laporan latar belakang atau
konteks. situasi. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif yang akan
menyajikan gambaran rinci tentang implementasi Program Bantuan Sosial PSBB
COVID-19.
10
2.5 Teknik Keabsahan Data
Teknik analisis data yang digunakan yaitu metode analisis isi (content
analysis). Metode analisis isi berusaha mencari inferensi yang valid, tepat, dan
konteks penelitian dapat diteliti ulang (Krippendoff, 1993). Adapun tahap analisis
data ini meliputi proses pemilihan, membandingkan, menggabungkan, dan
kemudian memilah berbagai data dan pengertian hingga ditemukan yang relevan.
11
BAB IV
Target penerima bansos tahap 1 sebanyak 1,2 juta keluarga miskin dan
rentan DKI Jakarta yang terdampak (Pemprov DKI Jakarta, 2020a). Adapun
target penerima bansos tahap 2 sebanyak 2,4 juta keluarga miskin dan rentan yang
terdampak baik KTP DKI maupun non DKI yang bermukim di Jakarta. Rincian
target penerima bansos tahap 2 yaitu 1,3 juta KK penerima bantuan dari
Kemensos dan 1,1 juta KK penerima bantuan yang bersumber dari APBD DKI
Jakarta. Jumlah tersebut termasuk:
12
1) Penerima bantuan sosial existing Jakarta, diantaranya: pangan murah,
Kartu Jakarta Pintar (KJP), Kartu Lansia Jakarta (KLJ), Kartu Penyandang
Disabilitas Jakarta (KPDJ), dan PKD Anak.
2) Data Terpadu Kesejahteraan Sosial dari Dinas Sosial DKI Jakarta dan
Kementerian Sosial
3) Data pekerja terdampak COVID-19 oleh Dinas Tenaga Kerja DKI Jakarta
Selain itu, kriteria Penerima Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19 yaitu
keluarga dengan penghasilan dibawah Rp 5.000.000/bulan dan mengalami salah
satu dampak berikut:
1) Terkena PHK atau dirumahkan dengan pengurangan atau tidak menerima
gaji
2) Tutup usaha/tidak dapat berjualan kembali
3) Pendapat berkurang akibat pandemi COVID-19
Adapun nilai paket bantuan sosial tahap 2 yaitu Rp 275.000/paket dengan rincian
sebagai berikut (Pemprov DKI Jakarta, 2020b).
a. 2 karung Beras 5 kg
b. 4 kaleng sarden 155 gram atau 2 kaleng sarden 425 gram
c. 1 kaleng biskuit dan 2 bungkus minyak goreng 0,9 liter
d. 1 kantong kecap 520 ml
e. 2 bungkus bihun 320 gram
f. 1 batang sabun mandi
13
3.2 Analisis Implementasi Kebijakan
14
bagaimana besaran pembiayaannya bersama adan Pengelolaan Keuangan
Daerah Provinsi DKI Jakarta dan serangkaian teknis distribusi bersama
Dinsos DKI Jakarta agar implementasi tersebut sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan sebelumnya. Sumber daya yang dimiliki oleh
Bappeda DKI Jakarta yaitu otoritas dan wewenang perencanaan dalam
Program Bantuan Sosial PSBB COVID-19 DKI Jakarta.
15
Dinas ini memiliki fungsi sebagai jembatan informasi antara Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta kepada warga, khususnya dalam menyampaikan
informasi apa itu bantuan sosial, apa saja kriteria, jadwal, dan ketentuan-
ketentuannya, hingga bagaimana distribusi bantuan sosial diberikan.
Adapun informasi tersebut dikomunikasikan melalui situs
corona.jakarta.go.id pada bagian Bantuan Sosial yang terbagi menjadi dua,
yaitu Informasi Bansos dan Distribusi Bansos. Sumber daya yang dimiliki
oleh Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik berupa otoritas dalam
bidang komunikasi dan platform komunikasi dan media.
16
Informatika, dan Statistik, aktor media memiliki sisi lain dari penyampaian
informasi. Jika Dinas melaporkan informasi resmi bantuan sosial dan bagaimana
data distribusinya, media lebih ke penyampaian informasi bantuan sosial yang
dikemas dengan gaya masing-masing dan memberitakan bagaimana proses
implementasi program tersebut seperti apa saja permasalahannya, bagaimana
konflik antar aktor, hingga keluhan dari masyarakat.
Keterangan:
Warna merah : power kuat dan interest kuat
Warna biru : power kuat dan interest lemah
Warna hijau : power lemah dan interest kuat
Warna kuning : power lemah dan interest lemah
17
Berdasarkan model implementasi yang digunakan oleh Van Meter dan
Van Horn, implementasi kebijakan melalui Program Bantuan Sosial PSBB
COVID-19 DKI Jakarta dianalisis dalam enam faktor berikut.
18
Penerima Bantuan Sosial Bagi Penduduk yang Rentan Terdampak COVID-19
dalam Pemenuhan Kebutuhan Pokok Selama Pelaksanaan Pembatasan Sosial
Berskala Besar di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
“Ada 1,6 persen dari distribusi yang sampai kepada orang yang tidak
berhak, lalu dikembalikan. Ada yang salah alamat, orang mampu,
sudah meninggal. Itu semua menjadi bahan koreksi dalam distribusi
berikutnya.” (kompas.com, 2020b)
Di lain sisi, klaim tersebut berbeda dengan data yang ditampilkan di situs
corona.jakarta.go.id. Pada distribusi bansos tahap 1 tanggal 9-25 April 2020,
sebanyak 1.049.217 KK yang menerima atau persentasenya sebesar 87,4
persen dari target 1,2 juta KK (kompas.com, 2020b). Adapun distribusi
penerima bansos pada tahap 2 APBD DKI Jakarta disajikan dalam tabel
berikut.
19
Tabel 1. Distribusi Bantuan Sosial PSBB COVID-19 yang Dicover
Pemprov DKI Jakarta Berdasarkan Kecamatan
20
41 Penjaringan 34.447
42 Tanjung Priok 45.822
43 Kepulauan Seribu Selatan 2.219
44 Kepulauan Seribu Utara 2.719
Jumlah 1.188.109
Sumber: Diolah dari Data Distribusi Bantuan Sosial oleh Dinas Sosial dan PD
Pasar Jaya Provinsi DKI Jakarta (corona.jakarta.go.id, 2020)
Berdasarkan pada tabel tersebut, penerima bansos tahap 2 dari APBD DKI
Jakarta yaitu 1.188.109 KK dari target 1,1 juta KK. Akumulasi total penerima
bansos tahap 2 sebanyak 2.451.708 KK dari target 2,4 juta APBD DKI Jakarta
dan Kementerian Sosial (beritasatu.com, 2020). Akan tetapi terdapat penerima
bansos tahap 2 target dari APBD DKI Jakarta yang merangkap menjadi target
Kementerian Sosial. Ini berarti bahwa terdapat KK yang mendapatkan bantuan
double dan ada yang tidak mendapat bansos sama sekali.
2. Sumber daya
21
dengan data penerima bantuan Pemprov DKI Jakarta seperti KJP, KPDJ,
KLJ, dan lainnya (kompas.com, 2020b). Di lain sisi, Dinas Sosial DKI
Jakarta menggunakan data penerima bantuan Kartu Kesejahteraan Sosial
hingga data UMP (kompas.com, 2020c). Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya kesalahan dalam pendistribusian bantuan sosial.
22
yang disajikan melalui situs tersebut meliputi peta distribusi bantuan per
harinya, jumlah penerima bantuan berdasarkan RW, persentase perkembangan
penyaluran bansos per wilayah kota, dan peta distribusi masker per harinya.
Sehingga, check and balances dapat berjalan optimal.
4. Sikap/kecenderungan pelaksana
23
sisanya mendapat bantuan dari pemerintah pusat. Namun, menurut Gubernur
DKI Jakarta, penerima bansos tahap kedua akan mengalami penambahan dari
data yang diusulkan oleh RT/RW. Dengan adanya tambahan data tersebut,
Pemprov DKI Jakarta mengupayakan akan mendapat bantuan dana dari
pemerintah pusat diluar kesepakatan. Akan tetapi, permintaan tersebut ditolak
oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
dan Menteri Keunganan. Solusinya, Pemprov DKI Jakarta akhirnya
mengambil dari pos belanja tak terduga (BTT). Hal ini didukung oleh
pernyataan DPRD DKI Jakarta Komisi E Catur Laswanto.
Di lain sisi, dalam proses penyaluran bantuan telah dilakukan dengan baik.
Dimulai dari koordinasi antara Gubernur DKI Jakarta bersama Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Sosial; Dinas Komunikasi,
Informatika, dan Statistik; dan PD Pasar Jaya DKI Jakarta mulai dari
perumusan hingga bantuan tersebut sampai kepada warga. PD Pasar Jaya
sebagai garda terdepan dalam mengirimkan dan memastikan paket bantuan
agar sampai tepat kepada warga penerima.
Secara sosial dan ekonomi, adanya program bantuan sosial ini disambut
baik oleh warga dan penduduk DKI Jakarta, khususnya dalam pemenuhan
kebutuhan ketika PSBB berlangsung. Terdapat temuan menarik dalam
penerima bansos ini. Menurut Asisten Perekonomian dan Keuangan Setda
Provinsi DKI Jakarta (dalam merdeka.com, 2020) sebanyak 7.558 warga Jawa
Tengah yang berdomisili di Jakarta mendapat bansos di Jakarta. Adapun
angka tersebut merupakan pengemudi ojek daring, dalam hal ini yaitu Gojek.
24
menerima bansos ini berasal dari data yang diusulkan oleh RT/RW untuk
nama tambahan penerima bansos. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ramdhoni
sealku Ketua RW 02, Kelurahan Cipinang Cempedak, Kecamatan Jatinegara,
Jakarta Timur.
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
26
2. Koordinasi yang berkelanjutan mulai dari level RT/RW hingga ke
Pemerintah Provinsi terkait pendataan penerima bansos baru dan
pelaporan penerimaan bansos melalui satu pintu dengan mengoptimalkan
e-government.
3. Mengimplementasikan prinsip open data dan one data yang konsisten oleh
seluruh OPD dan instansi yang terlibat mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, hingga pelaporan dalam program bantuan sosial.
27
DAFTAR PUSTAKA
Cnbc.com. (2020). Data Bansos DKI Kacau, 3 Menteri Jokowi 'Serang' Anies.
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200507093303-4-156882/data-
bansos-dki-kacau-3-menteri-jokowi-serang-anies [Diakses pada: 18 Juni
2020].
28
Katadata.co.id. (2020). Dampak Penetapan Status Bencana Nasional Covid-19
terhadap Anggaran. https://katadata.co.id/berita/2020/04/14/dampak-
penetapan-status-bencana-nasional-covid-19-terhadap-anggaran [Diakses
pada: 18 Juni 2020].
Keputusan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 386 Tahun 2020
tentang tentang Penerima Bantuan Sosial Bagi Penduduk yang Rentan
Terdampak COVID-19 dalam Pemenuhan Kebutuhan Pokok Selama
Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar di Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta.
Kompas.com. (2020a). PSBB Jakarta Mulai Berlaku, Apa Saja Bantuan yang
Didapatkan Warga?
https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/10/090200265/psbb-jakarta-
mulai-berlaku-apa-saja-bantuan-yang-didapatkan-warga-?page=3 [Diakses
pada: 16 Juni 2020].
29
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/05/02/10093461/anies-
evaluasi-bansos-dki-sebagian-besar-tepat-sasaran-selanjutnya-lebih?
page=all#page2 [Diakses pada: 18 Juni 2020].
Krippendorff, K., & Wajidi, F. (1980). Analisis Isi: Pengantar Teori dan
Metodologi. Rajawali Pers.
30
Tirto.id. (2020). Kacaunya Data Penerima Bansos COVID-19 antara Pusat dan
Daerah. https://tirto.id/kacaunya-data-penerima-bansos-covid-19-antara-
pusat-dan-daerah-fs1i [Diakses pada: 18 Juni 2020].
Triana, R. Wahyuni. (2011). Implementasi dan Evaluasi Kebijakan Publik.
Surabaya. PT Revka Petra Media.
31