Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Dimas Andi Pratama

KELAS : A Administrasi Negara (Semester. VI)


Mata Kuliah : Kebijakan Tenaga Sektor Publik

A. ANALISIS KEBIJAKAN

Kebijakan merupakan keputusan yang bersifat politis, oleh karena itu, analisis terhadap sebuah kebijakan
juga harus dilakukan berdasarkan paradigma politik. Pemahaman ini sangat berbeda apabila dikaitkan dengan
paradigma ekonomi yang beranggapan bahwa sebuah kebijakan dibuat oleh pemerintah yang bertujuan untuk
kesejahteraan rakyatnya.
Kebijakan merupakan salah satu alat untuk mempertahankan kekuasaan, sehingga terdapat perbedaan
yang sangat mendasar antara paradigma politik dengan paradigma ekonomi dalam mengkaji kebijakan.
Proses Analisis Kebijakan
Proses analisis kebijakan merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Proses ini dapat dibagi menjadi
delapan tahapan:

1. Perumusan isu kebijakan

Langkah pertama yang dilakukan dalam menganalisis kebijakan adalah merumuskan isu kebijakan yang
akan menjadi prioritas penangananya. Isu kebijakan merupakan tantangan dan juga kesempatan yang bisa
dimanfaatkan melalui perumusan kebijakan. Sehingga tindakan yang diambil oleh pemerintah terukur guna
mencapai tujuan kebijakan.
Perumusan isu kebijakan adalah kunci berhasilnya sebuah analisis kebijakan. Hal ini bisa terjadi apabila derajat
kepentingannya, akseptabilitas usulan kebijakan dan efektifitas serta efesiensi kebijakan benar-benar diajalankan.

2. Prakiraan masa depan

Tahapan selanjutnya adalah prakiraan masa depan. Prakiraan masa depan adalah tahapan proses analisis
kebijakan yang bertujuan untuk mengkondisikan permasalahan di masa depan sehingga dapat diketahui apa yang
akan terjadi tanpa tindakan kebijakan dan apabila dilakukan beberapa skenario opsi kebijakan.

3. Analisis opsi kebijakan

Pada tahapan ini kebijakan dirumuskan dan kemudian dievaluasi kelayakan kebijakan tersebut. Pada
tahapan ini, analisis kebijakan dilakukan dengan cara menetapkan tujuan, kendala dan kriteria keragaan yang
menjadi acuan utama evaluasi opsi kebijakan. Secara umum, kriteria utama meliputi lima bidang yaitu:
a. Kelayakan teknis (technical feasibility)
b. Kelayakan ekonomi (economic feasibility)
c. Kelayakan sosial (social feasibility)
d. Kelayakan lingkungan (environmental feasibility)
e. Kelayakan administratif (administrative feasibility)
f. Kelayakan hukum (legal feasibility)
g. Kelayakan politis (political feasibility)

4. Komunikasi opsi kebijakan

Komunikasi adalah penyampaian analisis opsi kebijakan kepada klien. Analisis terhadap kebijakan ini
disesuaikan dengan tingkat pengetahuan klien tentang isu kebijakan. Tingkat pengetahuan klien jelas bervariasi
menurut orangnya. Namun, secara umum klien memiliki tiga kesamaan ciri : (1) Ingin berperan dalam perumusan
kebijakan namun tidak ingin terlibat dalam analisis; (2) Mereka sibuk dan menghadapi jadwal ketat; dan (3) Hati-
hati terhadap usulan analis. Dengan demikian, komunikasi yang dilakukan hendaklah dilakukan secara interaktif,
membuka kesempatan komunikasi langsung dengan klien. Komunikasi langsung sangat penting untuk : (1)
Mencegah senjang komunikasi klien-analisis; dan (2) Meningkatkan kredibilitas analisis Oleh karena itu, secara
organisatoris, Tim Analisis Kebijakan sebaiknya langsung di bawah subordinasi klien.

5. advokasii kebijakan

Advokasi kebijakan merupakan salah satu tahapan untuk memperoleh dukungan terkait baik dalam
institusi internal, antar departemen, masyarakat umum dan lembaga legislatif. Advokasi kebijakan merupakan
kunci untuk mendapatkan legitimasi birokratis, sosial dan politik sehingga usulan kebijakan dapat
diimplementasikan.

6. Monitoring implementasi kebijakan

Monitoring kebijakan merupakan kegiatan mengamati pelaksanaan operasional kebijakan. Kegiatan ini
bertujuan untuk mengetahui apakah kebijakan dilaksanakan sesuai dengan rancangan yang sudah dibuat.
Monitoring bertujuan untuk mengatasi masalah manajemen dalam implementasi kebijakan.

7. Evaluasi dampak kebijakan

Evaluasi dampak terhadap pelaksanaan kebijakan merupakan salah satu bagian dari tahapan analisis
kebijakan. Tahapan ini bertujuan untuk memperbaiki paket kebijakan sehingga hasilnya lebih berhasil-guna dan
berdaya-guna. Selain itu, evaluasi dampak juga bisa digunakan untuk menciptakan mekanisme
pertanggungjawaban (accountability). Oleh karena itu, evaluasi kebijakan haruslah "bersifat transparan", paling
tidak dalam lingkungan internal terbatas (lingkup instansi).

8. Analisis kelanjutan kebijakan

Tahapan terakhir dalam proses analisis kebijakan bertujuan untuk mengetahui apakah kebijakan yang
sudah diimplementasikan sebaiknya dilanjutkan atau dihentikan saja. Tahap ini merupakan tahapan terakhir dari
siklus proses analisis kebijakan. Bahan utama kegiatan tahapan terakhir ini ialah hasil prakiraan tentang isu
kebijakan setelah kebijakan diimplementasikan.

B. Tahapan Kebijakan
Tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan Kebijakan Publik yaitu penyusunan agenda, formulasi
kebijakan, adopsi/ legitimasi kebijakan, implementasi kebijakan, evaluasi kebijakan. Tahap-tahap ini dilakukan agar
kebijakan yang dibuat dapat mencapai tujuan yang diharapkan (Budi Winarno, 2007: 32–34):
 Penyusunan Agenda
Penyusunan agenda adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas kebijakan publik.
Dalam proses inilah memiliki ruang untuk memaknai apa yang disebut sebagai masalah publik dan prioritas dalam
agenda publik dipertarungkan. Isu kebijakan (policy issues) sering disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy
problem). Penyusunan agenda kebijakan harus dilakukan berdasarkan tingkat urgensi dan esensi kebijakan, juga
keterlibatan stakeholder.
 Formulasi Kebijakan
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan.
Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah
tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada.
 Adopsi Kebijakan
Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan. Jika tindakan
legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah.
 Implementasi Kebijakan
Dalam tahap implementasi kebijakan akan menemukan dampak dan kinerja dari kebijakan tersebut. Disini
akan ditemukan apakah kebijakan yang dibuat mencapai tujuan yang diharapkan atau tidak.
 Evaluasi Kebijakan
Evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan
yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Dalam hal ini, evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan
fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam
seluruh proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah-masalah
kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun
tahap dampak kebijakan.

C. Praktik Pembuatan Kebijakan Di Indonesia


Pada praktiknya, di Indonesia, penyusunan kebijakan dapat dilihat dari bagaimana pembentukan
peraturan perundang-undangan. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas UU No 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangan-Undangan menyebutkan bahwa proses pembuatan peraturan
perundang-undangan yang pada dasarnya dimulai dari perencanaan, persiapan, teknik penyusunan, perumusan,
pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan. Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan
tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga
negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.
Jika ditinjau dari siklus proses pembuatan kebijakan maka pembentukan peraturan perundang-undangan
yang diatur dalam undang-undang tersebut berada pada proses identifikasi masalah hingga formulasi kebijakan
dan adopsi.
Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden
6. Peraturan Daerah Provinsi; dan
7. Peraturan Daerah Kabupaten / Kota
Dari sisi proses, perencanaan peraturan perundangan menjadi elemen pertama dalam penyusunan
kebijakan. Pada tipe penyusunan undang-undang, prioritas legislasi nasional (Prolegnas) adalah dokumen resmi
usulan penyusunan undang-undang. Prolegnas adalah skala prioritas program pembentukan undang-undang
dalam rangka mewujudkan sistem hukum nasional. Prolegnas ini adalah wujud resmi dari hasil identifikasi
masalah dan agenda setting yang dapat berasal dari berbagai pihak.

Referensi

Knill, Christoph & Tosun, Jale. (2012). Public Policy: A New Introduction. Palgrave Macmillan
Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Pressindo.
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Yogyakarta: Media Pressindo.

Anda mungkin juga menyukai