Anda di halaman 1dari 11

TUGAS BESAR I

PEREKONOMIAN INDONESIA
Dosen : Orlin Cicilia S.E., M.Ak

Disusun oleh :

Winda Widyaningsih (43218310009)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2021

Pertanyaan 1. Sistem Ekonomi Indonesia (CPMK 1) (CPL 10) (Nilai 20)


a. Setelah saudara/i membaca laporan bank dunia periode Juni 2021, bagaimana
perkembangan ekonomi Indonesia selama masa pandemik sampai saat ini?
Jelaskan dengan menyertakan upaya-upaya yang dilakukan Indonesia dalam
mempertahankan kestabilan perekonomian. (Nilai 10)

COVID-19 menyebabkan salah satu resesi global paling parah dalam memori hidup.
Ekonomi global menyusut 3,5 persen pada tahun 2020 dibandingkan dengan 1,7 persen pada
tahun 2009 selama krisis keuangan global.  Dari laporan bank dunia periode Juni 2021,
Indonesia pun tak luput dari dampak pandemi. Ekonomi mengalami kontraksi sebesar 2,1
persen pada tahun 2020. Ini didorong oleh penurunan konsumsi swasta dan investasi
(masing-masing -1,5 dan -1,6 poin persentase), yang sebagian disangga oleh pertumbuhan net
ekspor (1,1 poin persentase). Resesi mengambil beban berat pada rumah tangga dan
perusahaan. Perusahaan terbaik pun mengalami penurunan penjualan yang cepat dan tajam
karena ekonomi tutup selama paruh pertama tahun 2020. Yang paling parah terkena dampak
yaitu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hal ini menyebabkan meningkatnya
pengangguran. Sekitar 1,8 juta orang menjadi pengangguran antara Februari 2020 dan 2021
dan 3,2 juta orang lainnya keluar dari pekerjaanya.

Tantangan-tantangan ini menyoroti pentingnya mempercepat pemulihan dan merangsang


penciptaan lapangan kerja yang berkualitas yang menjadi fokus Indonesia saat ini. COVID-
19 telah mendorong 2,8 juta orang Indonesia ke dalam kemiskinan pada September 2020.
Penduduk miskin baru terutama berada di daerah yang lebih terkena dampak, termasuk Jawa,
Bali-Nusa Tenggara, dan Sumatera dengan konsentrasi tinggi di wilayah Jawa (yaitu Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, dan DKI Jakarta). Paket bantuan dari pemerintah
setidaknya mampu sedikit demi sedikit mengurangi potensi dampak negatif yang lebih besar
terhadap kemiskinan. Pada tahun 2020, pemerintah meluncurkan paket respons bantuan sosial
(SA) COVID-19 yang ambisius, tiga kali lipat dari keseluruhan pengeluaran dibandingkan
tahun 2019. Simulasi Exante menunjukkan bahwa tanpa adanya paket tersebut, kemiskinan
dapat meningkat sebesar 2,3 % dibandingkan dengan peningkatan yang diamati sebesar 1%,
menunjukkan bahwa sebagian efektif dalam mengurangi dampak krisis terhadap pendapatan
rumah tangga. Efektivitas parsial ini mungkin karena kombinasi faktor termasuk penargetan
dan kecukupan manfaat mengingat kedalaman goncangan pendapatan
Ada beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengupayakan stabilitas sektor
ekonomi pada saat pandemi ini di antaranya

 Meluncurkan paket stimulus fiskal jilid II yang mempermudah perizinan ekspor dan
impor berupa integrasi sistem perdagangan, perhubungan, dan bea cukai. Stimulus
tersebut berisi delapan paket, empat kebijakan terkait prosedur dan sisanya akan
berkaitan dengan fiskal.

Kebijakan terkait prosedur, berkaitan dengan penyederhanaan aturan larangan pembatasan


dan tata niaga ekspor, termasuk di dalamnya pengurangan larangan pembatasan, tata niaga
impor, dan percepatan proses impor bagi total 500 perusahaan importir yang bereputasi baik
memiliki proses logistik yang efisien. Sedangkan kebijakan terkait fiskal meliputi relaksasi
pajak penghasilan dan bea masuk.

 Mempercepat penyaluran bantuan sosial (Bansos) yang dibagi dalam 12 bulan. Dana
BOS untuk sekolah juga langsung ditransfer ke rekening sekolah sebesar Rp4 triliun,
begitu pula dengan Dana Desa.
 Mempercepat realisasi belanja Kementerian/Lembaga, terutama untuk belanja bantuan
sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH) dan kesehatan, serta belanja non
operasional
 Mendorong dan mempercepat belanja padat karya untuk kegiatan produktif yang mampu
menyerap banyak tenaga kerja, misalnya seperti belanja infrastruktur di pusat maupun
daerah
 Mengoptimalkan peran APBN untuk merespon situasi ekonomi (countercyclical) dalam
batasan yang aman dan terkendali
 Mempercepat dan memperluas sasaran program Kredit Usaha Rakyat (KUR)
 Menganggarkan Rp1,5 triliun berupa subsidi bunga perumahan untuk menyerap 224 ribu
unit rumah yang ada sebagai tambahan stok sehingga menambah permintaan rumah
Masyarakat Berpendapatan Rendah (MBR).
 Guna keperluan penanggulangan bencana, pemerintah membayarkan Rp21,8 miliar
untuk empat lokasi termasuk bantuan banjir, tanah longsor, dan 10 ribu masker untuk
penanganan virus corona.
 Mendorong terciptanya pusat pariwisata dengan berbagai program pendukung, misalnya
berupa percepatan pembangunan lima destinasi pariwisata super prioritas (Danau Toba,
Borobudur, Likupang, Labuan Bajo, dan Mandalika)
b. Berdasarkan penjelasan saudara/i di atas, sistem perekonomian mana yang lebih
cocok untuk diterapkan di Indonesia selama masa pandemik berlangsung demi
keberlangsungan pemulihan ekonomi

Guna menormalisasi kondisi, alternative model ekonomi di Indonesia semestinya kembali


pada konsep ekonomi pancasila. Pada era pandemi Covid-19 ini bisa jadi peluang bagi negara
untuk mempancasilakan ekonomi dengan struktur keadilan, tidak merusak lingkungan dan
lebih memecahkan dalam masalah ketimpangan.

Dalam masa pandemi ini pemerintah memperbaharui berbagai sistem ekonomi dan regulasi
untuk memulihkan ekonomi di Indonesia yang sesuai dengan ekonomi pancasila yaitu dengan
mengeluarkan UU No.2 Tahun 2020 pada tanggal 31 Maret 2020 dimana isi perpu tersebut
mengatur kebijakan keuangan negara dan kebijakan stabilitas sistem keuangan negara serta
menerbitkan regulasi mengenai perubahan postur dan rincian APBN agar dapat
menyesuaikan dalam menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian ini.

Kemudian pemerintah juga menciptakan program PEN yang dilaksanakan melalui 4


modalitas dan belanja negara, yaitu penyertaan modal negara, penempatan dana, investasi
pemerintah dan kegiatan penjamin dengan skema yang ditetapkan oleh pemerintah.

Pemerintah juga menerbitkan Komite Penanganan Corona Virus Disease 2019 dimana komite
ini terdiri atas Komite Kebijakan, Satuan Tugas Penanganan Covid-19, serta Satuan Tugas
Pemulihan dan Transformasi ekonomi Nasional.

Pertanyaan 2. Ekonomi Makro (CPMK 2) (CPL 3) (Nilai 20)

Berdasarkan kunci indikator ekonomi makro pada bagian real GDP growth and
inflation dalam pada tabel A.1 pada halaman 23 laporan bank dunia, menurut
saudara/i, kunci indikator mana saja yang wajib Indonesia tingkatkan dan wajib
Indonesia turunkan dalam menjaga kestabilan perekonomian di masa pandemik?
Kemukakan pendapat saudara/i disertai dengan contoh.

Menurut saya indikator yang wajib ditingkatkan yaitu real GDP, ekspor serta Gross
Fixed Investment karena ketiga hal tersebut sangat menunjang perekonomian Indonesia. Real
GDP digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau
setiap sektor dari tahun ke tahun. Dari data tersebut menunjukkan GDP mengalami kontraksi
ekonomi atau penurunan sehingga mengacu pada depresi. Hal tersebut menyebabkan tingkat
pengangguran yang lebih tinggi, aktivitas ekonomi menurun, permintaan barang dan jasa
turun, memkasa bisnis untuk memotong produksi dan merasionalkan biaya produksinya.
Permintaan yang lebih lemah dan kapasitas berlebih menurunkan tingkat harga dimana hal
tersebut sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Untuk itu pemerintah harus melakukan
kebijakan baik moneter maupun viskal untuk meningkatkan real GDP tersebut, karena ketika
real GDP meningkat dengan stabil dan tidak berlebihan maka akan mengarahkan bisnis untuk
meningkatkan produksi , mengurangi pengangguran dan pertumbuhan ekonomi berjalan
dengan baik.

Selama masa pandemi ini neraca perdagangan Indonesia terus mengalami defisit.
Untuk itu perlunya meningkatkan atau mendorong kegiatan ekspor. Pemerintah perlu
mengeluarkan berbagai insentif untuk kegiatan investasi yang berorientasi pada ekspor.
Selain itu pemerintah juga harus menekan impor khususnya barang konsumsi karena
berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Kebijakan yang dilakukan pmerintah pada bidang
perdagangan nasional yaitu melakukan Reformasi pajak dan cukai, yang diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan sebesar 0,7 poin persentase tambahan dari PDB.

Kemudian yang harus ditingkatkan juga yaitu Gross Fixed Investmen karena salah
satu faktor yang mempengaruhi pendapatan ekonomi suatu negara adalah investasi. Apabila
penanaman modal asing dari para investor meningkat maka hal tersebut akan meningkatkan
jumlah produksi melalui akumulasi modal. Dari sisi permintaan adanya investasi mampu
menciptakan pendapatan, sedangkan dari sisi penawaran dengan adanya penambahan
penambahan akumulasi modal akan meningkatkan kapasitas produksi. Dalam jangka panjang
dengan adanya investasi asing ini maka akan mempengaruhi pertumbuhan kapasitas produksi
yang disebut dengan pertumbuhan dalam pendapatan ekonomi negara tersebut.

Pertanyaan 3. Kebijakan Fiskal (CPMK 2) (CPL 4) (Nilai 20)

a. Bagaimana kebijakan fiskal yang dijalankan Indonesia menurut laporan bank


dunia? (Nilai 10)
Kebijakan fiskal yang dijalankan Idonesia menurut laporan bank dunia yaitu
Pelaksanaan paket fiskal COVID-19 2020 yang dipercepat sepanjang tahun namun hasilnya
tidak merata.. Kecuali untuk beberapa program tertentu, eksekusi yang dilakukan sangat
kuat, terutama di bidang perlindungan sosial dan dukungan untuk UMKM serta
perusahaan, yang bersama-sama terdiri dari sebagian besar paket. Pelaksanaan keringanan
pajak yang dianggarkan untuk perusahaan berpotensi rendah halitu disebabkan oleh
serapan terbatas, penurunan laba perusahaan ,dan rendahnya basis pembayar pajak.
Eksekusi secara keseluruhan juga ditingkatkan dengan realokasi berturut-turut menuju
program pencairan yang lebih cepat.

b. Berdasarkan penjelasan saudara/i pada pertanyaan 3 bagian a dan hal-hal yang


terdapat dalam laporan bank dunia, apakah kebijakan fiskal mengalami
perubahaan? jelaskan.

Pemerintah telah meningkatkan ukuran respons fiskal COVID-19 tetapi dengan


pemotongan bantuan sosial untuk meningkatkan pengeluaran yang lebih tinggi untuk
kesehatan, sektor prioritas, dan perusahaan . Paket fiskal COVID-19 2021 sebesar 4,5
persen dari PDB 2020. Sebagian besar peningkatan relatif terhadap 2020 didedikasikan
untuk mendanai kampanye vaksinasi gratis. Paket in juga mencakup alokasi yang lebih
tinggi untuk program prioritas dan sektor-sektor seperti ketahanan pangan dan ICT.
Namun, anggaran bantuan sosial dipotong sebesar 0,3% persentase dari PDB 2020 dan
beberapa program yang diperkenalkan tahun lalu dihentikan, termasuk bantuan beras,
penerima manfaat transfer, dukungan tunai kepada UMKM dan program subsidi upah.
Langkah-langkah keringanan pajak juga diperkecil mengingat rendahnya implementasi
tahun lalu.

Beberapa program bantuan sosial (SA) yang diinduksi pada tahun 2020 telah
dihentikan atau dikurangi tahun ini. Langkah-langkah bantuan ekonomi rumah tangga
pemerintah tahun 2021 mencakup delapan program transfer dengan anggaran yang
direncanakan sebesar Rp 217 triliun atau setara dengan sekitar 70 persen dari total ukuran
anggaran assistance sosial yang dieksekusi pada tahun 2020. Paket SA 2021 memperluas
beberapa program unggulan, termasuk transfer tunai keluarga bersyarat (PKH) dan
Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT/Sembako). Tetapi juga menghentikan beberapa program
dengan cakupan rumah tangga miskin dan rentan yang tinggi, termasuk bantuan beras untuk
penerima manfaat PKH, dan transfer tunai satu kali tidak bersyarat (UCT) untuk Sembako
beneficiaries. Program lain, seperti UCT dan subsidi electricity hanya sebagian
diperpanjang.

Pertanyaan 4. Transformasi Perekonomian Indonesia (CPMK 3) (CPL 6) (Nilai 20)

a. Dalam laporan bank dunia periode juni 2021, terdapat beberapa rekomendasi
kebijakan untuk Indonesia, sebut dan jelaskan beberapa rekomendasi kebijakan
tersebut? (Nilai 10)

 Pertama, menjaga lampu perusahaan menyala dengan terus memberikan dukungan


likuiditas. Dukungan likuiditas kepada perusahaan dapat dilakukan dalam dua cara untuk
menghindari menerima perusahaan melepaskan pekerja mereka meskipun menerima
dukungan serta menempatkan kondisionalitas untuk piutang perusahaan untuk
mempertahankan pekerja atau memberikan subsidi upah langsung kepada pekerja.
 Kedua, memberikan bantuan kepada pekerja rentan termasuk yang berada di sektor
informal. Program yang ditargetkan untuk perusahaan formal dan pekerja tidak efektif
dalam mendukung pendapatan pekerja informal. Sebaliknya, pekerja yang ditemukan
yang tinggal di rumah miskin dan rentan dapat didukung melalui program bantuan sosial
yang ditargetkan kemiskinan seperti transfer tunai, program cash-forwork atau
subsidilistrik.
 Memperkuat data sosio-ekonomi yang digunakan untuk menargetkan program dan
memperkenalkan mekanisme aplikasi sesuai permintaan akan membantu mempersiapkan
guncangan di masa depan dengan lebih baik. Beberapa intervensi dalam paket sosial
untuk mitigasi krisis telah menggunakan DTKS untuk menargetkan penerima manfaat
dan mampu mendistribusikan bantuan dengan cukup cepat. Namun, kapasitas DTKS
tidak diarahkan untuk menangkap kerugian pendapatan mendadak rumah tangga yang
miskin atau rentan. Ke depan, ada ruang untuk lebih memperkuat DTKS dengan
memperkenalkan pembaruan mechanisms yang lebih dinamis, dan mekanisme aplikasi
sesuai permintaan untuk program tertentu.
 Percepat Pertumbuhan Produktivitas Secara Keseluruhan
Mempromosikan pertumbuhan produktivitas secara menyeluruh, tidak terkecuali di sektor-
sektor dengan nilai tambah yang rendah. Rute yang paling menjanjikan untuk meningkatkan
produktivitas adalah memberlakukan kebijakan peningkatan persaingan yang akan membantu
perusahaan memasuki pasar dan tumbuh, dan yang akan memacu inovasi. Kebijakan
peningkatan persaingan mencakup kebijakan yang menurunkan biaya perdagangan yang
tinggi, meningkatkan akses ke talenta asing yang saat ini kekurangan, dan menarik investasi
langsung asing yang berorientasi ekspor dan mencari efisiensi dengan kaitan ke rantai nilai
global. Kebijakan ini juga mencakup kebijakan yang meningkatkan peraturan domestik dan
menciptakan lapangan permainan yang dapat diprediksi dan adil bagi perusahaan, dan
kebijakan yang memperkuat institusi yang mendorong persaingan dan regulasi bisnis yang
sehat. Indonesia juga perlu melakukan upaya bersama untuk mendukung pertumbuhan
produktivitas di rumah tangga, usaha kecil, dan menengah, yang menyediakan sebagian besar
pekerjaan di Indonesia, tetapi banyak yang beroperasi pada tingkat produktivitas yang
rendah.

 Transisi Pekerja ke Sektor dan Perusahaan yang Ramah Pekerjaan

Memfasilitasi pergeseran yang lebih menentukan dalam kegiatan ekonomi dan pekerja ke
arah perusahaan, sektor, dan pekerjaan yang lebih produktif dan bergaji lebih tinggi.
Misalnya, dapat memprioritaskan strategi promosi investasi untuk daya tarik dan
pembangkitan investasi asing langsung di sektor dan proyek (termasuk proyek infrastruktur)
yang cenderung menjadi sumber pekerjaan kelas menengah.

 Membangun Tenaga Kerja Kelas Menengah

Membangun tenaga kerja yang memiliki keterampilan yang diperlukan untuk mengambil
pekerjaan baru dalam nilai tambah yang lebih tinggi dan di sektor yang kompetitif secara
internasional. Ini akan membutuhkan perubahan pada sistem pendidikan untuk lebih
mempersiapkan kaum muda masa kini untuk pekerjaan modern. Mungkin lebih menantang,
ini juga membutuhkan inovasi untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja dewasa saat ini
untuk memenuhi standar keterampilan pekerjaan kelas menengah dan untuk dapat
memanfaatkan potensi transfer teknologi dan limpahan pengetahuan dari perusahaan
multinasional.
b. Menurut saudara/i, apakah salah satu dari rekomendasi kebijakan di atas cukup
membentuk transformasi perekonomian Indonesia di masa pandemik? kemukakan
alasannya disertai dengan contoh. (Nilai 10) Pertanyaan

Menurut pendapat saya dari rekomendasi kebijakan diatas cukup membentuk


transformasi perekonomian Indonesia di masa pandemik ini karena dari mulai kebijakan
membantu perusahaan agar tetap produktif serta memberi bantuan kepada pekerja yang
mengalami krisis akan membantu meningkatkan produtifitas negra dan mengurangi tingkat
kemiskinan yang semakin tinggi sehingga setiap perusahaan dan pekerja mampu perlahan
lahan bangkit dan membantu meningkatkan produktivitas negara.

Kemudian kebijakan membangun tenaga kerja kelas menengah juga membantu


Indonesia untuk menghasilkan serta memperbaiki Sumber Daya Manusia yang ada. Melalui
pendidikan serta pengasahan keterampilan akan membangun sumber daya manusia yang
lebih berinovasi dan melek teknologi dimana hal tersebut akan membantu mendorong
kebijakan mengenai Transisi Pekerja ke Sektor dan Perusahaan yang Ramah Pekerjaan.
Dimana agar adanya pergeseran yang lebih menentukan dalam kegiatan ekonomi dan pekerja
ke arah perusahaan, sektor, dan pekerjaan yang lebih produktif dan bergaji lebih tinggi.

5. Perkembangan Ekonomi Daerah (CPMK 3) (CPL 6) (Nilai 20)

a. Jelaskan maksud dan gambaran dari women’s economic participation yang


dideskripsikan dalam laporan bank dunia periode Juni 2021? (Nilai 10)

Beberapa faktor struktural dan budaya berkontribusi pada tingkat partisipasi angkatan
kerja yang rendah dan stagnan secara keseluruhan di kalangan perempuan dan membatasi
akses perempuan ke pekerjaan kelas menengah.

Gambaran dari women’s economic participation yaitu adanya partisipasi wanita


dalam melakukan ekonomi cerdas. Potensi perempuan yang belum dimanfaatkan tetap
menjadi peluang yang hilang untuk pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang tidak
mampu dijangkau dunia. Partisipasi ekonomi perempuan mendorong produktivitas pertanian,
pengembangan usaha di tingkat usaha mikro, kecil, dan menengah, serta meningkatkan
manajemen usaha dan pengembalian investasi.
Selain mendorong pertumbuhan ekonomi, berinvestasi pada perempuan menghasilkan
efek pengganda – perempuan menginvestasikan kembali sebagian besar pendapatan mereka
dalam keluarga dan komunitas mereka. Perempuan juga memainkan peran kunci dalam
menciptakan masyarakat yang damai dan stabil – faktor penting bagi pertumbuhan ekonomi.
Sayangnya, manfaat ini belum diakui secara universal dan oleh karena itu belum
diterjemahkan ke dalam partisipasi ekonomi penuh perempuan. Perempuan masih
menghadapi kendala ketika mencoba mendirikan usaha baru atau memperluas usaha yang
sudah ada. Di antara rintangan terbesar adalah undang-undang, peraturan dan kondisi bisnis
yang diskriminatif, serta kurangnya akses perempuan ke hak milik, keuangan, pelatihan,
teknologi, pasar, mentor, dan jaringan.

b. Apakah women’s economic participation dapat membantu ekonomi daerah


berkembang, khususnya untuk UMKM? jelaskan.

Menurut pendapat saya Women’s economic participation dapat membantu ekonomi


daerah berkembang karena dengan adanya partisipasi dari perempuan, semaki banyak tenaga
kerja yang produktif tidak hanya dari laki laki saja. Secara keseluruhan, analisis
menunjukkan bahwa ada keuntungan yang signifikan dalam pekerjaan perempuan,
kesejahteraan secara keseluruhan, dan pertumbuhan ekonomi yang dapat diperoleh dari
investasi dalam ekonomi perawatan.

Dengan dua pertiga penduduk perempuan Indonesia saat ini berada dalam kelompok
usia produktif 15-64 tahun, ada potensi besar untuk mempercepat pertumbuhan dengan
menghilangkan hambatan partisipasi ekonomi mereka. Misalnya, jika Indonesia dapat
meningkatkan partisipasi angkatan kerja perempuan hanya sebesar 25 persen pada tahun
2025, hal itu dapat menghasilkan tambahan kegiatan ekonomi sebesar $62 miliar dan
meningkatkan PDB sebesar 2,9 persen.

Memanfaatkan kekuatan perempuan dan meningkatkan partisipasi ekonomi mereka


akan menjadi kebijakan ekonomi yang cerdas untuk pemulihan. Penekanan pada
keterampilan dan penciptaan lapangan kerja yang memanfaatkan tenaga kerja perempuan di
negara tersebut tidak hanya akan mendukung pertumbuhan jangka pendek yang lebih besar,
tetapi juga akan memastikan investasi dalam sumber daya manusia terwujud sepenuhnya. Ini
bisa fokus pada bidang-bidang berikut.
Pertama, upaya untuk mendukung kemajuan Indonesia dalam menutup kesenjangan di
pasar tenaga kerja dapat mencakup penanganan faktor hukum, sosial budaya, dan ekonomi
yang membentuk peluang partisipasi ekonomi perempuan. Misalnya, kesenjangan upah bagi
perempuan di sektor formal adalah 30 persen, dan hingga 50 persen di sektor informal,
dengan banyak perbedaan yang dikaitkan dengan praktik-praktik diskriminatif. Menutup
kesenjangan gender seperti ini dapat membantu mempertahankan perempuan dalam angkatan
kerja, meningkatkan produktivitas dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Kedua, memperlakukan pengasuhan sebagai infrastruktur penting. Berinvestasi lebih


banyak dan lebih baik dalam Pendidikan Anak Usia Dini juga dapat memberikan dampak
positif yang signifikan terhadap partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja. Analisis terbaru
yang dilakukan oleh Bank Dunia di Indonesia menunjukkan bahwa tambahan prasekolah
umum per 1.000 anak meningkatkan pekerjaan ibu sebesar 13 persen. Memberi lebih banyak
ibu akses yang lebih baik ke pengasuhan anak yang dapat mereka percayai merupakan pilihan
kebijakan yang baik untuk Indonesia. Ini juga akan memiliki manfaat positif tambahan untuk
kesejahteraan dan perkembangan anak sehingga ini adalah win-win solution.

Terakhir, Indonesia telah memiliki jaringan pengusaha perempuan yang dinamis.


Meskipun merupakan bagian yang besar dan terus berkembang dari wiraswasta di Indonesia,
perempuan terus menjalankan usaha yang lebih kecil dan kurang produktif dibandingkan
laki-laki. Namun itu tidak perlu terjadi. Memanfaatkan alat keuangan digital,
menggabungkan produk keuangan dan layanan dukungan teknis, dan mencari alternatif untuk
persyaratan agunan dapat membantu memacu pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja.

Indonesia memiliki banyak perempuan kuat dalam posisi kepemimpinan, dan negara
ini berada di jalur yang benar karena terus mengakui dan menerima peran penting yang
dimainkan perempuan dalam membangun bangsa sejauh ini. Ke depan, menutup kesenjangan
gender lebih jauh bukan hanya hal yang tepat untuk dilakukan oleh perempuan – ini adalah
kebijakan yang baik untuk mendorong pemulihan ekonomi Indonesia.

Investasi untuk memperluas akses dan keterjangkauan layanan pengasuhan anak


diperkirakan akan mengarah pada pertumbuhan PDB, dan juga memiliki peningkatan
kesejahteraan yang positif terutama bagi populasi berpenghasilan menengah dan rendah.
Biaya investasi ini bersifat progresif, dengan dampak dari investasi yang lebih tinggi di sektor
ini jatuh pada rumah tangga berpenghasilan lebih tinggi dan diperkirakan menelan biaya
sekitar satu persen dari pengeluaran tahunan Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai