Anda di halaman 1dari 12

1

MODUL PERKULIAHAN

Perekonomian
Indonesia
Indikator Pembangunan

Abstract Kompetensi
Pertemuan ke-3 ini akan membahas Saudara/i diharapkan dapat memahami
mengenai indikator pembangunan tentang konsep pendapatan nasional
yang dilihat dari sisi pendapatan beserta perhitungannya, konsep
nasional. pertumbuhan ekonomi, dan struktur
ekonomi.

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Akuntansi Ekonomi dan Bisnis F032100013 Orlin Cicilia S.E., M.Ak.

03
Modul 3 : Indikator Pembangunan

Tujuan Kegiatan Pembelajaran

Tujuan kegiatan pembelajaran modul ke-3 ini adalah untuk:


A. Memahami Pendapatan Nasional
B. Mengenal Perhitungan Pendapatan Nasional
C. Memahami Konsep Pertumbuhan Ekonomi
D. Memahami Struktur Ekonomi

Uraian Materi
Dalam mendukung tujuan kegiatan pembelajaran yang telah diungkapkan di atas, maka
uraian materi yang ditentukan untuk modul ke-3 ini adalah:
a. Konsep Pendapatan Nasional
b. Perhitungan Pendapatan Nasional
c. Konsep Pertumbuhan Ekonomi
d. Struktur Ekonomi

2021 Perekonomian Indonesia


2 Orlin Cicilia S.E., M.Ak.
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Pendapatan Nasional
Prestasi ekonomi suatu bangsa atau negara dapat dinilai dengan berbagai ukuran
agregat. Secara umum, prestasi tersebut diukur melalui sebuah besaran dengan istilah
pendapatan nasional. Meskipun bukan merupakan satu-satunya ukuran untuk prestasi
ekonomi suatu bangsa. Ia cukup representatif dan sangat lazim digunakan. Pendapatan
nasional bukan hanya berguna untuk menilai perkembangan ekonomi suatu negara dari
waktu ke waktu, tapi juga membandingkannya dengan negara lain. Rinciannya secara
sectoral dapat menerangkan struktur perekonomian negara yang bersangkutan. Disamping
itu, dari angka pendapatan nasional selanjutnya dapat pula diperoleh ukuran turunan
(derived measures), seperti pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita (Putri,
2020:63).
Istilah pendapatan nasional dapat berarti sempit dan berarti luas. Dalam arti sempit,
pendapatan nasional adalah terjemahan langsung dari national income sedangkan dalam
arti luas, pendapatan nasional dapat merujuk ke Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk
Nasional Bruto (PNB) atau Produk Nasional Neto (PNN) atau merujuk ke National Income
(NI). Pendapatan nasional memiliki beberapa faktor yang secara langsung berpengaruh
terhadapnya, yaitu:
1. Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan agregat adalah suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang akan
dibeli oleh sektor-sektor ekonomi pada berbagai tingkat harga sedangkan penawaran
agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan penawaran barang dan jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan dengan tingkat harga tertentu.
2. Konsumsi dan tabungan
Konsumsi adalah pengeluaran total untuk memperoleh barang-barang dan jasa dalam
suatu perekonomian tertentu sedangkan tabungan adalah bagian dari pendapatan yang
tidak dikeluarkan untuk konsumsi.
3. Investasi
Pengeluaran untuk investasi merupakan salah satu komponen penting dari pengeluaran
agregat.
Sumber : Putri (2020:70)
Sejak beberapa tahun terakhir, konsep pendapatan nasional gencar digugat. Konsep
konvensional yang ada, dianggap kurang memadai untuk konteks sekarang. Terutama
dalam kaitan dengan isu lingkungan hidup atau paradigma pembangunan yang
berkelanjutan (sustainable development). Konsep pendapatan yang selama ini diterapkan
dianggap belum memasukkan faktor biaya kerusakan lingkungan di dalam perhitungannya.
Akibatnya, bukan saja pendapatan nasional yang dihasilkan berlebihan (over counted),

2021 Perekonomian Indonesia


3 Orlin Cicilia S.E., M.Ak.
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
tetapi juga menyebabkan orang menjadi kurang peduli akan lingkungan hidup (Putri,
2020:76).
Gugatan terhadap konsep konvensional perhitungan pendapatan nasional mulai
muncul dalam sebuah konferensi di Jenewa pada bulan Februari 1983. Semakin berlanjut
ketika berlangsung sebuah konferensi lain di Brussels pada awal Juni 1995. Gugatan-
gugatan itu akhirnya membuahkan kesepakatan perlunya memasukkan unsur lingkungan ke
dalam perhitungan (taking nature into account) pendapatan nasional. Apabila pendapatan
nasional yang dimaksud dihitung dengan konsep Gross Domestic Product (GDP) dan biaya
lingkungan dilambangkan dengan EC (Environmental Cost), maka secara sederhana GDP
yang dimodifikasi dapat dirumuskan:
Modified GDP = Conventional GDP – Environmental Cost
Sumber : Putri, (2020:77)
Biaya kerusakan lingkungan (EC - Environmental Cost) meliputi nilai ekonomi yang hilang
akibat misalnya berkurangnya tingkat kesuburan tanah, keruhnya air sungai sehingga
penggunaannya menjadi terbatas, penipisan cadangan sumber daya alam, dan ongkos
pemulihan kesehatan yang terpaksa dikeluarkan masyarakat karena pencemaran
lingkungan.
Tinjauan ulang konsepsional bukan hanya terhadap pendapatan nasional secara
agregat. Akan tetapi juga terhadap konsep pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita
dianggap kurang memadai untuk perbandingan internasional. Penyeragaman satuannya ke
dalam dolar Amerika Serikat (US $), dengan argumentasi agar dapat diperbandingkan.
Secara metodologi, kini disadari potensial menyesatkan. Daya beli riil pendapatan per kapita
tersebut di masing-masing negara tidak tercermin. Sebagai alternatifnya, maka diajukan
konsep baru bernama Purchasing Power Parity (PPP) (Putri, 2020:77)..

2021 Perekonomian Indonesia


4 Orlin Cicilia S.E., M.Ak.
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Perhitungan Pendapatan Nasional
Data mengenai pendapatan nasional dihitung dan disajikan oleh Biro Pusat Statistik.
Perhitungan pendapatan nasional Indonesia dimulai dengan Produk Domestik Bruto (PDB).
PDB itu sendiri sebagaimana diketahui, dapat dihitung atau diukur dengan tiga pendekatan
yaitu:
a. Metode pendekatan produksi
Kegiatan produksi adalah kegiatan yang menciptakan nilai tambah (value added). Jadi,
pada perhitungan pendekatan produksi, hanya mencakup perhitungan nilai tambah pada
setiap sektor (lahan) produksi. Dengan pendekatan ini, pendapatan nasional dihitung
dengan cara menjumlahkan nilai tambah (value added) dari seluruh sektor produksi
selama satu periode tertentu (biasanya dalam satu tahun). Nilai tambah yang dimaksud
di sini adalah selisih antara nilai produksi (nilai output) dengan nilai biaya antara (nilai
input), yang terdiri atas bahan yang terlibat dalam proses produksi termasuk bahan baku
dan bahan penolong.
Rumus pendekatan produksi adalah sebagai berikut:
Y = (P1 x Q1) + (P2 x Q2) + … (Pn x Qn)
Keterangan: Y : Pendapatan nasional
P1 : harga barang ke-1
P2 : harga barang ke-2
Pn : harga barang ke-n
Q1 : jenis barang ke-1
Q2 : jenis barang ke-2
Qn : jenis barang ke-n
b. Metode pendekatan pendapatan
Pendekatan pendapatan (income a product) adalah jenis pendekatan pendapatan
nasional yang diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan dari berbagai faktor
produksi, yang memberikan sumbangan terhadap proses produksi. Metode pendekatan
pendapatan merupakan pendapatan nasional hasil dari penjumlahan seluruh
penerimaan yang diterima oleh pemilik faktor produksi dalam suatu negara, selama satu
periode atau satu tahun.
Faktor produksi adalah tenaga kerja, modal, tanah, dan keahlian/kewirausahaan.
Masing-masing dari faktor produksi akan menghasilkan pendapatan yang berbeda-beda,
misalnya:
- Tenaga kerja dapat memperoleh gaji/upah
- Pemilik modal akan mendapat bunga
- Pemilik tanah dapat memperoleh sewa

2021 Perekonomian Indonesia


5 Orlin Cicilia S.E., M.Ak.
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
- Keahlian atau skill dapat memperoleh laba
Rumus pendekatan pendapatan adalah sebagai berikut:
Y=r+w+i+p
Keterangan: Y : Pendapatan nasional
r : Pendapatan dari upah, gaji, dan lainnya
w : Pendapatan bersih dari sewa
i : Pendapatan dari bunga
p : Pendapatan dari keuntungan perusahaan dan usaha
perorangan
c. Metode pendekatan pengeluaran
Perhitungan dengan menggunakan pendekatan pengeluaran dilakukan dengan cara
menjumlahkan seluruh pengeluaran dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh
pengeluaran berbagai sektor ekonomi, yaitu rumah tangga, pemerintah, perusahaan,
dan masyarakat luar negeri suatu negara pada periode tertentu. Jenis pengeluaran dari
masing-masing pelaku ekonomi terdiri dari:
1. Pengeluaran untuk konsumsi
2. Pengeluaran untuk investasi
3. Pengeluaran untuk pemerintah
4. Pengeluaran untuk ekspor dan impor
Sehingga diperoleh rumus pendekatan pengeluaran sebagai berikut:
Y = C + I + G + (X – M)
Keterangan: Y = Pendapatan nasional
C = consumption (konsumsi rumah tangga)
I = investment (investasi)
G = government expenditure (pengeluaran pemerintah)
X = ekspor
M = impor
Sumber: Putri (2020:66).

2021 Perekonomian Indonesia


6 Orlin Cicilia S.E., M.Ak.
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Konsep Pertumbuhan Ekonomi
Pendapatan Nasional (PN) Indonesia pada tahun 1993, menurut taksiran Biro Pusat
Statistik sebesar Rp 116,8 triliun sedangkan Produk Domestik Bruto (PNB), untuk tahun
yang sama, masing-masing Rp 139,6 triliun dan Rp 133,4 triliun. Pada setiap tahun PDB
senantiasa lebih besar daripada PNB. Hal ini mencerminkan nilai produk orang asing di
Indonesia lebih besar daripada nilai produk orang Indonesia di luar negeri. Ini merupakan
fenomena umum bagi sebuah negara berkembang (Putri, 2020:68).
Bagi negara-negara majui, PNB mereka biasanya lebih besar daripada PDB-nya.
Berdasarkan data dapat dihitung, secara rata-rata PNB merupakan 96% dari PDB. Hal ini
berarti bahwa pada setiap tahun penghasilan orang asing di Indonesia 4% lebih tinggi dari
pada penghasilan orang Indonesia di luar negeri. Angka yang menjadi taksiran Biro Pusat
Statistik dapat dan memang sering dijadikan ukuran untuk menyatakan laju tumbuh
ekonomi. Jadi, kita dapat menyatakan tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam
periode 1987-1993 sebesar rata-rata 6,725% per tahun. Apabila dasar perhitungannya
produk domestic bruto atau rata-rata 6,728% per tahun jika dasar perhitungannya produk
nasional bruto. Namun, jika pendapatan 7,625% per tahun, meski hasilnya berbeda,
ketiganya tetap sah dijadikan dasar perhitungan laju perhitungan ekonomi. Hal yang lebih
penting adalah besaran yang hendak dijadikan dasar perhitungan PDB, PNB, dan PN
dihitung menurut harga konstanta tahun tertentu (dalam nilai riil), bukan menurut harga yang
berlaku (nilai nominal) (Putri, 2020:68)..
Banyak faktor yang memungkinkan perekonomian Indonesia tumbuh sangat pesat
sepanjang kurun pembangunan jangka panjang tahap pertama yang lalu. Keberhasilan
merehabilitasi sarana dan prasarana ekonomi pada masa peralihan 1966 – 1968, termasuk
reformasi dalam bidang perbankan dan penanaman modal merupakan bekal utama saat itu.
Bekal yang menetapkan dan merangsang kegiatan ekonomi ini semakin kokoh manakala
pdaa awal dasawarsa 1970-an, Indonesia mendapat rejeki dalam penerimaan minyak bumi
akibat krisis Timur Tengah. Kendati pada awal 1980-an, derap pembangunan sempat
terganjal oleh dampak resesi dunia. Namun, kesigapan pemerintah meluncurkan berbagai
kebijaksanaan deregulatif berhasil memulihkan situasi. Kecepatan pemulihan situasi kala itu,
tak boleh dilupakan, didukung pula oleh kemantapan situasi pangan. Sejak tahun 1984,
Indonesia mulai berswasembada pangan. Kebutuhan akan beras, yang merupakan bahan
pangan utama, berhasil dipenuhi sendiri (Putri, 2020:69).
Pertumbuhan ekonomi, untuk angka-angka dihitung berdasarkan kenaikan nilai riil
produk domestik bruto (gross domestic bruto), bukan semata-mata menunjukkan
peningkatan produk atau pendapatan secara makro. Pertumbuhan ekonomi itu juga telah
menaikkan per kapita masyarakat. Jika pada tahun 1984 pendapatan per kapita baru sekitar

2021 Perekonomian Indonesia


7 Orlin Cicilia S.E., M.Ak.
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
US$ 450 per tahun, kini sudah mencapai US$ 740. Dengan pendapatan kapita sebesar ini,
menurut klasifikasi bank dunia tergolong sebagai negara berpendapatan menengah ke
bawah (Putri, 2020:71).
W.W. Rostow dalam bukunya “The Stages of Economic Growth” mengemukakan
bahwa proses pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam lima tahap dan setiap negara
di dunia dapat digolongkan ke dalam salah satu tahap dari lima tahap pertumbuhan ekonomi
tersebut. Rostow membuat penggolongan tahap-tahap pertumbuhan ekonomi berdasarkan
pada ciri-ciri perubahan keadaan ekonomi, politik, dan sosial yang berlaku serta transportasi
suatu masyarakat tradisional menjadi suatu masyarakat moderen. Tahap-tahap
pertumbuhan ekonomi Rostow adalah:
 Tahap masyarakat tradisional (the traditional society)
Rostow mengartikan bahwa masyarakat tradisional sebagai suatu masyarakat yang:
1. Strukturnya fungsi produksi yang terbatas, cara-cara memproduksi yang relatif
primitif dan sikap masyarakat serta cara hidupnya yang sangat dipengaruhi oleh
nilai-nilai yang dicetuskan oleh cara pemikiran yang bukan rasional, tetapi oleh
kebiasaan yang telah berlaku secara turun-temurun.
2. Tingkat produksi perkapita dan tingkat produktivitas per pekerja masih sangat
terbatas. Oleh sebab itu sebagian besar dari sumber-sumber daya masyarakat yang
digunakan untuk kegiatan dalam sektor pertanian. Dalam sektor ini struktur sosialnya
sangat bersifat hierarkis, sehingga mobilitas secara vertikal dalam masyarakat sedikit
sekali.
3. Kegiatan politik dan pemerintahan terdapat di daerah-daerah dan dipegang oleh
tuan-tuan tanah yang berkuasa. Kebijakan-kebijakan dari pemerintah pusat selalu
dipengaruhi oleh pandangan tuan-tuan tanah di berbagai daerah tersebut.
 Tahap prasyarat lepas landas (the precondition for take off)
W.W. Rostow mendefinisikan tahap prasyarat untuk lepas landas sebagai suatu masa
transisi pada saat masyarakat mempersiapkan dirinya ataupun dipersiapkan dari luar
untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang (self-
sustain growth). Pada tahap ini dan sesudahnya pertumbuhan ekonomi akan berlaku
secara otomatis. Tahap prasyarat untuk lepas landas menurut Rostow dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Tahap prasyarat untuk lepas landas yang dicapai oleh negara-negara Eropa, Asia,
Timur Tengah, dan Afrika yang dilakukan dengan merubah struktur masyarakat
tradisional yang sudah ada.
2. Kedua, yang dinamakan Rostow bom free, yaitu prasyarat lepas landas yang dicapai
Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru dengan tanpa harus
merombak sistem masyarakat tradisional yang ada, karena masyarakat negara-

2021 Perekonomian Indonesia


8 Orlin Cicilia S.E., M.Ak.
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
negara itu terdiri dari emigran yang telah mempunyai sifat-sifat yang diperlukan oleh
masyarakat untuk mencapai tahap prasyarat lepas landas.
 Tahap lepas landas (take off)
Tahap lepas landas ini adalah suatu tahap interval dimana tahap masyarakat tradisional
dan tahap prasyarat untuk lepas landas telah dilewati. Pada periode ini, beberapa
penghalang pertumbuhan dihilangkan dan kekuatan-kekuatan yang menimbulkan
kemajuan ekonomi diperluas dan dikembangkan, serta mendominasi masyarakat
sehingga menyebabkan efektifitas investasi dan meningkatnya tabungan masyarakat.
Ciri-ciri tahap lepas, yaitu:
1. Adanya kenaikan dalam penanaman modal investasi (yang produktif, dari 5% atau
kurang, menjadi 10% dari Produk National Neto (Net National Product - NNP))
NNP = GNP – D
D = Penyusutan
2. Adanya perkembangan beberapa sektor industri dengan laju perkembangan yang
tinggi
3. Adanya atau terciptanya suatu kerangka dasar politik, sosial dan institusional yang
akan menciptakan kenyataan yang membuat perluasan di sektor moderen dan
potensi ekonomi ekstern (external economy) sehingga menyebabkan pertumbuhan
terus-menerus berlangsung.
 Gerakan ke arah kedewasaan (the drive of maturity)
Gerakan ke arah kedewasaan diartikan sebagai suatu periode ketika masyarakat secara
efektif menerapkan teknologi moderen dalam mengubah sebagian besar faktor-faktor
produksi dan kekayaan alamnya. Kedewasaan adalah tingkat dimana suatu
perekonomian menunjukkan kapasitas untuk bergerak melampaui industri-industri dasar
yang telah memberikan kekuatan kepada periode take off untuk mengabsorpsi serta
menerapkan secara efisien hasil perkembangan teknologi moderen. Ciri-ciri gerakan ke
arah kedewasaan:
1. Kematangan teknologi (technology maturity) dimana struktur dan keahlian tenaga
kerja mengalami perubahan
2. Sifat kepemimpinan mengalami perubahan
3. Masyarakat secara keseluruhan merasa bosan dengan keajaiban yang diciptakan
oleh industrialisasi, karena berlakunya hukum kegunaan batas semakin berkurang
 Masa konsumsi tinggi (The age of high mass consumption)
Pada masa ini perhatian masyarakat mengarah kepada masalah-masalah yang
berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat dan bukan lagi kepada
masalah produksi. Leading sectors bergerak ke arah barang-barang konsumsi yang

2021 Perekonomian Indonesia


9 Orlin Cicilia S.E., M.Ak.
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
tahan lama serta jasa-jasa. Pada periode ini terdapat tiga macam tujuan masyarakat
untuk mendapatkan sumber-sumber daya yang tersedia dan dukungan politis, yaitu:
1. Memperbesar kekuasaan dan pengaruh negara tersebut ke luar negeri dan
kecenderungan ini dapat berakhir pada penaklukan atas negara-negara lain
2. Menciptakan suatu welfare state, yaitu kemakmuran yang lebih merata kepada
pendukungnya dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan
yang lebih merata melalui sistem perpajakan yang progresif, dalam sistem perbaikan
seperti ini makin besar pendapatan maka makin besar pajaknya
3. Mempertiggi tingkat konsumsi masyarakat di atas konsumsi dasar yang sederhana
atas makanan, pakaian, rumah keluarga, secara terpisah (single family homes) dan
juga barang-barang konsumsi tahan lama serta barang-barang mewah
Sumber : Hasang (2020:62)

2021 Perekonomian Indonesia


10 Orlin Cicilia S.E., M.Ak.
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi sebuah negara dapat dilihat dari berbagai sudut tinjauan, yaitu:
- Tinjauan makro – sektoral
Berdasarkan tinjauan ini, sebuah perekonomian dapat berstruktur misalnya agraris,
industrial, atau niaga tergantung pada sektor apa/mana yang menjadi tulang punggung
perekonomian yang bersangkutan.
Dilihat secara makro-sektoral (berdasarkan kontribusi sektor-sektor produksi dalam
membentuk produk domestic bruto), perekonomian Indonesia yang hingga tahun 1990
masih agraris dan kini sudah berstruktur industrial.
Sampai tahun 1992, sebagian besar rakyat Indonesia masih menggantungkan hidupnya
pada sektor pertanian. Sementara sektor industri, pengolahan hanya menyerap 10,51%
tenaga kerja. Fakta ini membenarkan kembali tesis Boeke (seorang ekonom Belanda)
yang pernah menyatakan bahwa perekonomian Indonesia berstruktur dualistis. Hanya
saja dualisme yang berlangsung sekarang tidak sepenuhnya identik dengan dualisme
yang dulu dikemukakannya.
Jadi, ditinjau secara makro-sektoral, struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya masih
dualistis. Sumber mata pencaharian utama sebagian besar penduduk masih sektor
pertanian. Dalam kaitan ini berarti struktur tersebut masih agraris. Akan tetapi,
penyumbang utama pendapatan nasional adalah sektor industri pengolahan. Dalam
kaitan ini berarti struktur tersebut sudah industrial. Semua itu berarti bahwa secara
makro-sektoral, ekonomi Indonesia baru bergeser dari struktur yang agraris ke struktur
yang industrial.
- Tinjauan keruangan
Berdasarkan tinjauan keruangan (spasial), suatu perekonomian dinyatakan berstruktur
kedesaan/modern. Hal itu bergantung pada apakah wilayah pedesaan dengan
teknologinya yang tradisional yang mewarnai kehidupan perekonomian. Struktur
ekonomi yang tengah dihadapi saat ini sesungguhnya merupakan suatu struktur yang
tradisional. Peralihan dari struktur agraris ke industrial, dari struktur yang etatis ke
borjuis, dari struktur tradisional ke modern. Sementara dalam hal birokrasi dan
pengambilan keputusan mulai desentralistis.
Sumber : Putri (2020:72)

2021 Perekonomian Indonesia


11 Orlin Cicilia S.E., M.Ak.
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka
Hasang, Ismail SE., M.Si dan Muhammad Nur SE., M.Si. 2020. Perekonomian Indonesia.
Cetakan Pertama. Jakarta: Ahlimedia Press

Putri, Rumanintya Lisaria S.E., MM. 2019. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Manggu
Makmur Tanjung Lestari

2021 Perekonomian Indonesia


12 Orlin Cicilia S.E., M.Ak.
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai