Anda di halaman 1dari 6

PORTOFOLIO IPS

Tahun Pelajaran 2021-2022

Nama: Azka Nadira Widianisa

Kelas: 9E

Kondisi Perekonomian Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19

1. Kondisi Perekonomian di Negara-negara Tertentu Akibat Covid-19


Dampak yang terlihat dari adanya Covid-19 tidak hanya mempengaruhi
kesehatan masyarakat, tetapi turut mempengaruhi perekonomian diberbagai
Negara. Bahkan saat ini perekonomian dunia mengalami tekanan berat yang
diakibatkan oleh virus tersebut. Perekonomian dunia pada negara-negara tertentu
seperti Indonesia, Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Hongkong, Uni
Eropa, Singapura, dan beberapa Negara lain mengalami pertumbuhan ekonomi
negatif pada pada triwulan I dan II di tahun 2020. Pandemi Covid-19
menimbulkan efek negatif dari kesehatan ke masalah sosial dan berlanjut ke
ekonomi Negara.

2. Data Perekonomian di Indonesia Tahun 2020


Indonesia di hadapkan dengan banyak masalah terkait aspek ekonomi akibat dari
Covid-19. Ekonomi di Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan tumbuh negatif,
angka pengangguran dan kemiskinan meningkat. Berdasarkan perhitungan Year
on Year pertumbuhan ekonomi pada triwulan pertama tahun 2020 menunjukkan
adanya pelemahan dengan hanya mencapai 2,97% dibandingkan capaian
triwulan pertama tahun 2019 yang sebesar 5.07%. Data pada triwulan kedua juga
kurang bersahabat dengan menunjukkan kemunduran yang dalam sebesar -
5,32%, terburuk sejak tahun 1999. Data pada triwulan ketiga mengalami
kontraksi pertumbuhan sebesar 3,49 %, sedangkan pada triwulan keempat
mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,19%. Dampak dari menurunnya
persentase ekonomi di Indonesia, salah satunya adalah peningkatan angka
pengangguran dan penduduk miskin yang disebabkan karena PHK selama masa
pandemi Covid-19.
3. Kondisi Perekonomian di Indonesia
Keputusan pemerintah yang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) di beberapa daerah sejak April 2020 berdampak luas dalam proses
produksi, distribusi, dan kegiatan operasional lainnya yang pada akhirnya
mengganggu kinerja perekonomian. Triwulan II merupakan puncak dari semua
kelesuan ekonomi karena hampir seluruh sektor usaha ditutup untuk mencegah
penyebaran virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. PSBB sebagai langkah
penanganan pandemi Covid-19 yang diterapkan pada sejumlah daerah di
Indonesia merupakan faktor yang menyebabkan kontraksi pertumbuhan ekonomi
pada pada triwulan II 2020. Kebijakan PSBB untuk mencegah penyebaran
pandemi Covid-19 menyebabkan terbatasnya mobilitas dan aktivitas masyarakat
yang berdampak pada penurunan permintaan domestik. Penghasilan masyarakat
yang menurun karena pandemi menyebabkan sebagian besar sektor usaha
mengurangi aktivitasnya atau tutup total. Angka pengangguran pun meningkat.
Badan Pusat Statistik dalam Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus 2020
menunjukkan, Covid-19 berimbas pada sektor ketenagakerjaan.

4. Kebijakan Pemerintah dalam Pemulihan Ekonomi di Indonesia


Sebagai penanggulangan dampak dari pandemi Covid-19, pemerintah Negara
Indonesia mengeluarkan kebijakan – kebijakan guna mengupayakan pemulihan
ekonomi. Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintanh Pengganti Undang-
Undang (PERPPU) Nomer 1 Tahun 2000 tentang Kebijakan Keuangan Negara
dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus
Covid-19 dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan. Perppu tersebut
mengatur tentang kebijakan keuangan negara meliputi kebijakan pendapatan
negara termasuk kebijakan di bidang perpajakan, kebijakan belanja negara
termasuk kebijakan di bidang keuangan daerah, dan kebijakan pembiayaan.
Sedangkan, kebijakan stabilitas sistem keuangan meliputi kebijakan untuk
penanganan permasalahan lembaga keuangan yang membahayakan
perekonomian nasional dan/atau stabilitas sistem keuangan. Seiring penurunan
kinerja ekonomi karena terganggunya belanja pemulihan kesehatan dan
ekonomi, pemerintah mulai melakukan upaya pemulihan ekonomi nasional
melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Tujuannya untuk
mempertahankan dan meningkatkan kemampuan ekonomi para pelaku usaha
dari sektor riil dan sektor keuangan dalam menjalankan usahanya selama
pandemi Covid-19.
5. Strategi Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)
Pemerintah daerah Indonesia mempunyai peran strategis dalam mendorong
percepatan dan efektivitas pemulihan ekonomi nasional. Pemerintah membentuk
3 (tiga) kebijakan yang akan dilakukan diantaranya peningkatan konsumsi dalam
negeri, peningkatan aktivitas dunia usaha serta menjaga stabilitasi ekonomi dan
ekpansi moneter. Salah satu penggerak ekonomi nasional adalah konsumsi
dalam negeri, semakin banyak konsumsi maka ekonomi akan mengalami
kenaikan. Konsumsi memiliki peran penting terkait dengan daya beli
masyarakat. Oleh sebab itu, Pemerintah telah mengalokasi anggaran sebesar
Rp172,1 triliun untuk mendorong konsumsi/kemampuan daya beli masyarakat.
Dana tersebut disalurkan melalui Bantuan Langsung Tunai, Kartu Pra Kerja,
pembebasan listrik dan batuan – bantuan lainnya. Pemerintah daerah berusaha
menggerakkan dunia usaha melalui pemberian insentif/stimulus kepada UMKM
dan korporasi. Pemerintah memberikan bantuan penundaaan angsuran dan
subsidi bunga kredit perbankan, subsidi bunga melalui Kredit Usaha Rakyat dan
Ultra Mikro, penjaminan modal kerja sampai Rp10 miliar dan pemberian
insentif pajak misalnya Pajak Penghasilan (PPh Pasal 21) Ditanggung
Pemerintah. Dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi nasional, Bank
Indonesia menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, menurunkan suku bunga,
melakukan pembelian Surat Berharga Negara, dan stabilitas makro ekonomi dan
sistem keuangan. Penurunan suku bunga guna meningkatkan likuiditas keuangan
untuk mendorong aktivitas dunia usaha.

Kemendikbudristek ungkap kondisi pendidikan Indonesia saat pandemi


Jumat, 20 Agustus 2021 19:09 WIB

Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini, banyak anak yang putus sekolah ya
Jakarta (ANTARA) - Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus,
Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek)
Dr. Samto mengungkapkan sejumlah kondisi  pendidikan di Indonesia saat
pandemi COVID-19.

“Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini, banyak anak yang putus sekolah ya.
Dalam arti mereka terpaksa harus bekerja kemudian persepsi orang tua bahwa
kenapa anaknya tidak sekolah,” kata Samto dalam acara UNICEF “Menuju
Respons dan Pemulihan COVID-19 yang Berfokus Pada Anak” secara daring di
Jakarta, Jumat.

Samto mengungkapkan saat ini dunia pendidikan di Indonesia telah mengalami


penurunan capaian pembelajaran yang disebabkan oleh kegiatan pembelajaran
dari rumah.

“Kemudian dengan adanya learning lost bahwa pembelajaran dari sistem


pembelajaran jarak jauh ini banyak sekali materi pelajaran yang hilang. Yang
memang sebagian besar dari anak-anak kita belajar tatap muka. Ketika harus
belajar dengan sistem daring banyak kendala,” kata dia.

Berdasarkan Hasil Assesmen Situasi COVID-19 milik Kemendikbudristek per


16 Agustus 2021, terdapat 204 ribu lebih sekolah di 194 kabupaten kota yang
berada pada zona level 4. Kondisi tersebut membuat kegiatan pembelajaran
masih dijalankan dari rumah dan tidak memungkinkan bagi anak-anak untuk
dapat bertemu.

Ia menjelaskan sebesar 60 persen sekolah berada di zona level 1 hingga 3.


Sehingga memungkinkan beberapa sekolah untuk melakukan pembelajaran tatap
muka, walaupun dilakukan secara bergiliran guna mengurangi learning lost yang
terjadi.

Samto mengatakan zona risiko COVID-19 tidak lagi dijadikan acuan untuk
penentuan kebijakan penyelenggaraan pendidikan, namun pemerintah daerah
dapat menggunakannya sebagai bahan pertimbangan dalam penyelenggaraan
pendidikan.

“Jadi kondisi ini menimbulkan kemungkinan bahwa pembelajaran jarak jauh


(PJJ) masih menjadi pilihan utama bagi sekolah. Bahwa dari 256 satuan
pendidikan masih PJJ,” kata Samto menjelaskan bahwa saat ini PJJ masih
menjadi pilihan utama yang dipilih oleh sekolah untuk melakukan kegiatan
pembelajaran.

Untuk pembelajaran tatap muka (PTM) dilakukan secara terbatas. Sebesar 50


persen dilakukan secara bergantian dengan sedikit siswa yang masuk ke sekolah.

Lebih lanjut Samto mengungkapkan sebesar 36 persen satuan pendidikan di


Indonesia menggunakan kurikulum darurat selama pembelajaran di masa
pandemi COVID-19 saat ini.

“Pada kesempatan ini, penggunaan kurikulum sangat bervariasi. Ada yang


menggunakan kurikulum PJJ, kurikulum nasional, ada yang kurikulum mandiri.
Jadi masing-masing kita bebaskan penggunaan kurikulum sesuai dengan
kondisinya masing-masing,” ujar dia.
Pembebasan penggunaan kurikulum tersebut disesuaikan dengan kondisi sekolah
masing-masing, dan telah diterapkan mulai dari jenjang PAUD hingga Sanggar
Kegiatan Belajar (SKB) dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

TANGGAPAN MENGENAI BERITA

Tanggapan saya adalah, banyak sekali perubahan yang terjadi di saat covid-19
melanda Indonesia. Sperti kenaikan harga bahan pangan, terjadi nya phk di
beberapa perusahaan. Meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Tapi dari
situ, mulai meningkatnya pedagang online yang tidak perlu berbelanja secara
langsung, untuk mengurangi kontak fisik dengan orang lain dan mengurangi
penyebaran covid-19 .
Untuk pendidikan menurut saya, banyak peserta didik yang kesulitan untuk
memahami materi pelajaran dan susah untuk berkomunikasi dengan guru karena
kadang terjadi masalah jaringan, alat atau fasilitas yang tidak memadai untuk
berlangsungnya pembelajaran di rumah kadang menyulitkan peserta didik.
Namun, dari situ juga orang tua peserta didik bisa lebih tau mengenai
perkembangan, dan bagaimana cara anak belajar .

Anda mungkin juga menyukai