NIM : 2131125
Jurusan : S1 Teknik Sipil
3. Pada akhir tahun 2019 dunia di landai virus 19 yang amat membahayakan
manusia,virus tersebut dapat membahayakn kematian sehingga harus mendapatkan
penaganan yang serius. Terkait dengan itu, Polres Fakfak Bersama TNI, Dinas
Kesehatan dan BPBD, selasa (31/4/2020) melakukan penyemprotan Disinfektan
secara manual maupun menggunakan mobil water cannon milik Polres Fakfak.
4. Balai Latihan kerja atau BLK UPTD Fakfak, Rabu (01/04/2020) melakukan
bhakti sosial dengan membagi-bagikan masker.BLK membagikan 2.000 lembar
masker. Setelah semua berlalu, terjadinya LOCK DOWN, bekepanjangan, seperti
LOCK DOWN bandara, Pelabuhan.
10. Prediksi tersebut tentu membuat kita semakin optimis untuk melaksanakan
kebijakan-kebijakan pemulihan ekonomi nasional secara konsisten dan membangun
kerjasama dari seluruh komponen bangsa. Pemerintah Pusat mengambil kebijakan
pemulihan ekonomi yang holistic. Pelaksanaan kebijakan tersebut harus didukung
oleh pemerintah daerah.
12. Di samping itu, masyarakat dan pelaku usaha termasuk UMKM juga
mempunyai peran yang strategis dalam mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia.
Pemerintah memberikan kemudahan/stimulus fiskal dan moneter, seyogyanya
disambut dengan positif oleh pelaku usaha dengan menggerakkan usahanya secara
baik.
14. Pemulihan ekonomi nasional diharapkan mulai terasa pada triwulan III.
Meskipun tidak bertumbuh positif, diharapkan ekonomi nasional tidak berkontraksi
sebesar triwulan II. Selanjutnya triwulan IV, diharapkan ekonomi nasional
bertumbuh positif sehingga kontraksi tahun 2020 bisa ditekan sekecil mungkin.
Sementara itu, pada tahun 2021, diharapkan ekonomi nasional akan mengalami
recovery secara siginifkan.
15. Untuk mencapai tujuan di atas, terdapat 3 (tiga) kebijakan yang dilakukan
yaitu peningkatan konsumsi dalam negeri, peningkatan aktivitas dunia usaha serta
menjaga stabilitasi ekonomi dan ekpansi moneter. Kebijakan tersebut dilaksanakan
secara bersamaan dengan sinergy antara pemegang kebijakan fiskal, pemegang
kebijakan moneter dan institusi terkait.
16. Salah satu penggerak ekonomi nasional adalah konsumsi dalam negeri,
semakin banyak konsumsi maka ekonomi akan bergerak. Konsumsi sangat terkait
dengan daya beli masyarakat. Oleh sebab itu, Pemerintah telah mengalokasi
anggaran sebesar Rp172,1 triliun untuk mendorong konsumsi/kemampuan daya beli
masyarakat. Dana tersebut disalurkan melalui Bantuan Langsung Tunai, Kartu Pra
Kerja, pembebasan listrik dan lain-lain. Pemerintah juga mendorong konsumsi
kementerian/Lembaga/pemerintah daerah melalui percepatan realisasi
APBN/APBD. Konsumsi juga diarahkan untuk produk dalam negeri sehingga
memberikan multiplier effects yang signifikan.
19. Pada umumnya berita tentang keganasan virus corona ini sudah tersebar di
penjuru dunia, dan hampir diseluruh dunia sedang berperang melawan virus ini.
Sebuah negara tidak hanya tinggal diam jika warga negaranya mendapat ancaman
baik secara eksternal maupun internal. Termasuk juga pandemic covid 19 ini.
20. Pemerintah telah berusaha keras untuk memutus rantai penyebaran covid 19
ini. Namun dibalik itu semua masih banyak terdapat warga negara yang tidak patuh
terhadap peraturan pemerintah yang telah ditetapkan. Kini di era new normal
pemerintah mewajibkan kepada seluruh warga negara untuk senantiasa menaati
protokol kesehatan, hal ini ditujukan sebagai salah satu bentuk usaha yang dilakukan
untuk memutus rantai penyebaran covid 19. Selain itu pemerintah juga tetap
berintegritas kepada masyarakatnya dengan memperhatikan keadaan didalam negara
itu sendiri sebagai salah satu bentuk recovery covid 19.
21. Fenomena rendahnya daya saing bangsa Indonesia di pasar global pada era
persaingan kualitas menunjukkan bahwa pendidikan belum mampu menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Rendahnya daya
saing bangsa ditunjukkan oleh indeks pengembangan manusia Indonesia yang berada
pada peringkat berada di peringkat 113 dari 188 negara (The United Nations
Development Programme, 2016). Laporan The Global Competitiveness Index 2015-
2016 yang dirilis oleh World Economic Forum, Indonesia menempati posisi ke 41
dari 138 negara di dunia dengan skor 4,5. Sedangkan negara tetangga Singapura
menempati posisi kedua, Malaysia posisi 25, dan Thailand posisi 34. Hal ini terjadi
antara lain karena rendahnya kualitas SDM masyarakat Indonesia (World Economic
Forum, 2017). Laporan tersebut menunjukkan bahwa masih ada kesenjangan dalam
pembangunan manusia Indonesia untuk dapat bersaing dengan masyarakat asia dan
dunia. Oleh karena itu, guru sebagai sebuah profesi memiliki pengaruh besar terhadap
peningkatan kualitas SDM masyarakat Indonesia.
22. Usaha dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama calon guru
SD/MI menjadi tantangan bagi perguruan tinggi. Dalam hal ini kemampuan berfikir
kritis tidak terkecuali dalam mata kuliah konsep dasar matematika SD/MI penting
untuk dikuasai oleh mahasiswa calon guru SD/MI. Hal ini sejalan dengan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi
guru menyatakan bahwa kompetensi professional yang harus dimiliki seorang guru
SD/MI dalam mengajarkan matematika di SD/MI adalah menguasai pengetahuan
konseptual dan prosedural serta keterkaitan keduanya dalam konteks materi
aritmatika, aljabar, geometri, trigonometri, pengukuran, statistika, dan logika
matematika; mampu menggunakan matematisasi horizontal dan vertikal untuk
menyelesaikan masalah matematik dan masalah dalam dunia nyata; mampu
menggunakan pengetahuan konseptual, prosedural, dan keterkaitan keduanya dalam
pemecahan masalah matematika, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari;
dan mampu menggunakan alat peraga, alat hitung, dan piranti lunak komputer
(Permendikbud, 2007).
23. Tetapi kenyataan yang terjadi di lapangan berdasarkan hasil wawancara dengan
dosen matematika Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) salah satu masalah pada pembelajaran
matematika di lingkungan PGMI adalah rendahnya kompetensi mahasiswa calon
guru Madrasah Ibtidaiyah maupun Sekolah Dasar dalam menguasai materi-materi di
tingkat 110 Muallimuna : Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Vol. 3, No. 2, April 2018 I
Halaman: 108-115 sekolah dasar. Hal ini disebabkan dikarenakan seringnya
mahasiswa mengalami kesalahan konsep, prinsip dan operasi; (2) aktivitas
pembelajaran belum optimal; (3) minat belajar matematika mahasiswa rendah; (4)
interaksi antar mahasiswa kurang optimal.
siswa untuk merefleksi tentang efektivitas cara berpikir mereka dalam menyelesaikan
masalah (Herman, 2007).
29. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan Posttest-Only Control Design.
30. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal post-test, perangkat
SAP, serta rubrik penilaian berfikir kritis. Soal yang dibuat berbentuk uraian
berdasarkan materi yang diajarkan kepada mahasiswa yaitu tentang Geometri.
Perangkat RPS akan divalidasi oleh dosen ahli dibidang Matematika SD,sedangkan
soal akan divalidasi secara empiris melalui ujicoba ke kelas yang bukan termasuk
kelas penelitian. Selain itu, sebelum soal dibuat, peneliti terlebih dahulu membuat
kisi-kisi soal.
31. Selain itu, SAP diuji coba terlebih dahulu untuk memastikan kesiapan pengajar
dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan
pembelajaran saintifik. Tujuannya yaitu untuk memperbaiki langkah-langkah yang
dilakukan oleh pengajar apabila terdapat ketidaksesuaian antara sintak dalam SAP dan
langkah-langkah yang dilakukannya, serta menyesuaikan dengan lingkungan kelas
tersebut.
32. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini yaitu teknik tes. Teknik
tersebut dilakukan dengan memberikan serangkaian soal berbentuk Essay dan
melalui lembar kerja (worksheet) dan menggunakan assesmen presentasi dan
investigasi. Soal tes essay dibuat dengan mengacu pada indikator kemampuan berfikir
kritis matematika yaitu (1) focus: merumuskan pokok-pokok permasalahan
(menuliskan yang diketahui dan ditanyakan dari soal), (2) clarity: menjelaskan
istilah yang digunakan (mengubah pernyataan dalam bentuk simbol matematis dan
memberikan penjelasannya), (3) inference: membuat simpulan dari penyelesaian
suatu masalah.
33. Pada penelitian ini data diperoleh dari dua kelas yaitu kelas Banjarmasin dan
Kelas Banjarbaru. Kelas Banjarmasin sebagai kelas eksperimen merupakan kelas
yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan
saintifik pada proses pembelajarannya. Sedangkan kelas Banjarbaru merupakan
kelas kontrol yang menggunakan strategi ekspositori pada proses pembelajarannya.
Untuk selanjutnya kelas eksperimen akan disebut kelas PBMPS dan kelas kontrol
disebut kelas ekspositori. Kelas Banjarmasin terdiri dari 24 mahasiswa dan kelas
Banjarbaru terdiri dari 24 mahasiswa. Materi yang diajarkan pada penelitian ini
adalah Geometri. Berikut ini analisis data kemampuan berpikir kritis.
44. Beberapa definisi yang berbeda mengenai berpikir kritis dikemukakan oleh
Steven (1991), Krulik dan Rudnik (1993), Ennis (1996) (dalam Rochaminah, 2008:
22-24). Meskipun terdapat perbedaan, namun pada dasarnya terdapat kesamaan yang
dapat dijadikan sebagai landasan dalam menghasilkan suatu definisi operasional.
45. Steven (1991) memberikan definisi berfikir kritis sebagai berpikir dengan benar
untuk memperoleh pengetahuan yang relevan dan reliabel. Berpikir kritis merupakan
berpikir menggunakan penalaran, berpikir reflektif, bertanggung jawab, dan expert
dalam berpikir (dalam Rochaminah, 2008: 22). Berdasarkan pengertian tersebut
maka seseorang dikatakan berpikir kritis apabila dapat memperoleh suatu pengetahuan
dengan cara hati-hati, tidak mudah menerima pendapat tetapi mempertimbangkan
menggunakan penalaran, sehingga kesimpulannya terpercaya dan dapat
dipertanggungjawabkan. Selanjutnya Steven mengemukakan bahwa proses berpikir
kritis dapat digambarkan seperti metode ilmiah, yaitu: mengidentifikasi masalah,
merumuskan hipotesis, mencari dan mengumpulkan data yang relevan, menguji
hipotesis secara logis, melakukan evaluasi dan membuat kesimpulan yang reliabel.
46. Pengertian berfikir kritis menurut Krulik dan Rudnik (1993) adalah
mengelompokkan, mengorganisasi, mengingat, dan menganalisis informasi yang
diperlukan, menguji, menghubungkan dan mengevaluasi semua aspek dari situasi
masalah (dalam Rochaminah, 2008: 22). Pengertian berpikir kritis yang dikemukakan
Krulik dan Rudnik pada hakekatnya sejalan dengan pengertian berpikir kritis
menurut Delta-Pi: Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika ISSN 2089-855X
Vol. 2, No. 1, April 2013 73 Steven karena keduanya menggunakan langkah-langkah
metode ilmiah dalam melakukan proses berfikir.
47. Ennis (1996: 1-2) mendefinisikan berpikir kritis sebagai suatu proses berpikir
dengan tujuan untuk membuat keputusan-keputusan yang dapat
dipertanggungjawabkan mengenai apa yang akan diyakini dan apa yang akan
dilakukan. Dalam memutuskan apa yang akan dipercaya dan apa yang akan
dilakukan, diperlukan informasi yang reliabel dan pemahaman terhadap topik atau
lapangan studi. Berdasarkan semua hal tersebut seseorang dapat mengambil
keputusan yang reliabel. Keputusan mengenai keyakinan sangat penting, Suatu
kunci dalam memutuskan suatu keyakinan sering merupakan sebuah argumen.
Berdasarkan definisi Ennis maka seseorang yang berpikir kritis mampu mengambil
keputusan mengenai apa yang akan diyakini dan apa yang akan dilakukan
berdasarkan informasi yang dapat dipercaya dan pemahaman terhadap topik yang
dihadapi.
50. Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang lebih tepat dalam
berpikir, bekerja, dan membantu lebih akurat dalam menentukan keterkaitan sesuatu
dengan lainnya. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan dalam
pemecahan masalah atau pencarian solusi. Pengembangan kemampuan berpikir
kritis merupakan integrasi berbagai komponan pengembangan kemampuan, seperti
pengamatan (observasi), analisis, penalaran, penilaian, pengambilan keputusan, dan
persuasi. Semakin baik pengembangan kemampuan-kemampuan ini, maka akan
semakin baik pula dalam mengatasi masalah-masalah.
51. Menurut Zamroni dan Mahfudz (2009:30) ada empat cara meningkatkan
keterampilan berpikir kritis yaitu dengan: (1) model pembelajaran tertentu, (2)
pemberian tugas mengkritisi buku, (3) penggunaan cerita, dan, (4) penggunaan
model pertanyaan socrates. Dalam penelitian ini bahasan akan difokuskan hanya
pada model pembelajaran.
54. Steven (1991) memberikan definisi berpikir kritis sebagai berpikir dengan benar
untuk memperoleh pengetahuan yang relevan dan reliabel. Sejalan dengan Steven,
Rochaminah (2008: 22) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan berpikir
menggunakan penalaran, reflektif, bertanggung jawab, dan expert dalam berpikir atau
keterampilan siswa untuk memecahkan suatu masalah dengan mengembangkan
potensi siswa (Chotimah, et. al, 2018:69), dengan mampu memecahkan masalah
siswa dapat menerapkan kedalam kehidupan sehari-hari (Islamiah, et. al, 2018:48,
Siswanto, et. al, 2018:69). Berdasarkan pengertian tersebut berpikir kritis dapat
didefinisikan sebagai berpikir secara mendalam dengan menggunakan penalaran
untuk memperoleh pengetahuan yang relevan dan mampu bertanggung jawab.
55. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kata mandiri berarti dapat
berdiri sendiri, sementara kemandirian adalah belajar mandiri atau keadaan di mana
seseorang mampu berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Menurut Lilik, dkk
(2013:64), kemandirian belajar adalah suatu keterampilan belajar di mana dalam
proses belajar tersebut, individu dimotivasi, dikendalikan dan dinilai oleh individu
itu sendiri. Selanjutnya menurut Brookfield (2000:130-133), bahwa kemandirian
belajar adalah suatu kegiatan untuk mencapai tujuan dengan kesadaran diri sendiri dan
digerakan oleh diri sendiri. Dengan kemandirian, siswa mampu menggali informasi
dari berbagai sumber selain dari guru (Fajriyah, et. al, 2018:288) dan menimbulkan
rasa percaya diri, sikap yang positif dan mampu mengevaluasi diri (Bungsu, et. al,
2018:383).
58. Jadi penyelesaian dari masalah yang telah diuraikan diatas bahwa kita harus
bisa membuat siswa menyukai pelajaran matematika dan membuat siswa paham
bahwa matematika itu juga bermanfaat untuk ilmu lainnya bahkan semua yang
dilakukan manusia berhubungan dengan matematika, selain hanya untuk hitung-
menghitung. Salah satu cara untuk bisa membuat anak berpikir kritis adalah
memberikan soal yang tidak rutin, untuk menarik perhatian siswa bisa juga dengan
ANALISIS KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS MATEMATIK SERTA
KEMANDIRIAAN BELAJAR SISWA SMP TERHADAP MATERI SPLDV, Fauziah
Hidayat, Padillah Akbar, Martin Bernard 517 memanfaatkan media yang disediakan
seperti ICT dan alat peraga. Dalam pembelajaran pun siswa harus dilatih untuk
menemukan konsep sendiri dengan cara menggunakan pendekatan yang tepat.
59. Metode yang dipilih adalah deskriptif kualitatif. Strauss dan Corbin
(Cresswell, 1998:24) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan penelitian kualitatif
adalah jenis penelitian di mana penemuan-penemuan yang dihasilkan tidak dapat
dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi
(pengukuran).
60. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-B dan VIII-D di Mts Al-
Mukhtariyah Mande tahun pelajaran 2017-2018. Jumlah siswa pada kelas VIII-B
berjumlah 25 orang yang terdiri dari 13 siswa laki-laki, 12 siswa perempuan untuk
kelas VIII-D ada 33 orang yakni terdiri dari 15 siswa laki-laki, 18 siswa perempuan.
Penentuan 2 kelas pada penelitian ini dilakukan menggunakan teknik acak yang
disesuaikan dengan jadwal mengajar guru. Adapun objek dalam penelitian ini adalah
kemampuan berpikir kritis serta kemandirian belajar siswa kelas VIII-B dan kelas
VIII-D Mts AlMukhtariyah Mande tahun ajaran 2017-2018 dengan materi Sistem
Persamaan Linier Dua Variabel pada pembelajaran matematika.
61. Teknik pengumpulan data menggunakan dua jenis instrumen, yaitu tes soal
kemampuan berpikir kritis yang telah dilakukan validasi dan soal angket. Soal tes
berupa uraian yang memuat indikator berpikir kritis mengenai materi SPLDV terdiri
dari 5 soal untuk menguji kemampuan berpikir kritis siswa, dan skala mengenai
kemandirian belajar.
62. Masyarakat Ekonomi ASEAN atau yang lebih dikenal sebagai MEA
merupakan sebuah integrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas
yang berlaku diantara negara-negara anggota ASEAN. Tujuan dari MEA adalah
menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi, yang mana terjadi arus
barang, jasa, investasi aliran modal, dan tenaga terampil yang bebas. MEA
memberikan banyak tantangan bagi Indonesia, baik secara eksternal maupun secara
internal. Tantangan eksternal yang utama diantaranya tingkat persaingan
perdagangan yang semakin ketat dengan Negara ASEAN lainnya. Sementara itu,
tantangan internal Indonesia antara lain rendahnya pemahaman masyarakat terhadap
MEA, ketidaksiapan daerah menghadapi MEA, tingkat pembangunan daerah yang
belum merata, dan kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) serta ketenagakerjaan
Indonesia.
64. Berdasarkan fakta diatas, meningkatkan kualitas sumber daya manusia menjadi
sangat penting dilakukan untuk mendorong peningkatan daya saing nasional. Hal ini
didukung pula dengan pernyataan Dimyati (2015) dimana pembenahan kualitas
sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan
dan kemajuan suatu bangsa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam
meningkatkan Eny Sulistiani, Masrukan 606 | Seminar Nasional Matematika X
Universitas Negeri Semarang 2016 SDM adalah dengan meningkatkan kualitas
dibidang pendidikan. Pendidikan menjadi unsur penting yang harus mendapat
prioritas utama dalam menghadapi persaingan MEA. Melalui pendidikan, setiap
siswa dilatih untuk mengembangkan kemandirian dan kemampuan berpikir kritis.
65. Glaser mendifinisikan berpikir kritis sebagai suatu sikap untuk berpikir secara
mendalam terkait masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan
pengalaman seseorang (Fisher, 2008: 3). Glaser juga mengungkapkan berpikir kritis
sebagai suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode pemeriksaan dan
penalaran yang logis. Keterampilan berpikir kritis sangat penting dikuasai oleh siswa
agar siswa lebih terampil dalam menyusun sebuah argumen, memeriksa kredibilitas
sumber, atau membuat keputusan. Salah satu alat untuk mengembangkan
kemampuan kritis siswa adalah matematika.
68. Sejauh ini, langkah-langkah yang telah dilakukan pemerintah Indonesia untuk
menghadapi MEA,diantaranya : (1) pemerintah meluncurkan Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3IE) sebagai penguatan daya
saing ekonomi; (2) gerakan Nation Branding sebagai pengembangan ekonomi kreatif
sebagai wujud program Aku Cinta Indonesia (ACI); (3) penguatan sektor UMKM; (4)
perbaikan infrastruktur; (5) peningkatan kualitas sumber daya manusia; dan (6)
reformasi kelembagaan dan pemerintah (Warta Ekspor Edisi Januari 2015).
69. Sementara itu, sebagian pendapat menyatakan bahwa sampai saat ini Indonesia
belum sepenuhnya siap menghadapi MEA. Hal ini disebabkan karena daya saing
ekonomi nasional dan daerah dinilai masih rendah dan belum siap untuk bersaing
dalam MEA. Selain itu, Direktur Eksekutif Core Indonesia, Hendri Saparini
sebagaimana dikutip dalam Warta Ekspor, menilai bahwa persiapan yang dilakukan
pemerintah Indonesia dalam menghadapi MEA masih belum optimal. Pemerintah
baru melakukan sosialisasi tentang “Apa itu MEA”, belum pada sosialisasi apa yang
harus dilakukan untuk memerangi MEA. Berkaitan dengan hal tersebut, khususnya
untuk membantu langkah pemerintah dalam menghadapi MEA dalam peningkatan
kualitas sumber daya manusia, maka salah satu langkah yang harus dilakukan adalah
peningkatan kualitas pendidikan untuk mencetak lulusan yang unggul, dan kompetitif
serta mampu bersaing di era global.
70. Peran dunia pendidikan sangat dibutuhkan dalam menghadapi persaingan di era
MEA. Hal ini didukung oleh Masrukan (2015), yang menyatakan bahwa pendidikan
khususnya pendidikan tinggi memiliki peran penting dalam mendukung
pembentukan MEA dan dalam mempersiapkan masyarakat Indonesia untuk
menghadapi integrasi regional. Pendidikan yang berkualitas dapat dilihat dari output
yang dihasilkan yaitu siswa-siswa yang tidak hanya unggul di bidang akademik (hard
skill), tetapi juga unggul dalam soft skill, sehingga akan menjadi pribadi yang
berkompeten, mandiri, kerja keras dan professional. Secara garis besar, peran
pendidikan dalam menghadapi MEA diantaranya
71. Oleh karena itu, pendidikan menjadi salah satu solusi ampuh dalam menghadapi
MEA. Pentingnya pendidikan sebagai kekuatan suatu bangsa untuk menghadapi
tantangan MEA, maka perlu dirumuskan cara mengelola pengetahuan dalam
merancang langkah penyelesaian masalah untuk menghadapi tantangan dunia yang
semakin kompleks. Lembaga pendidikan perlu meningkatkan mutu pendidikan dengan
menciptakan inovasi pembelajaran yang mampu merangsang siswa untuk berpikir
tingkat tinggi dalam memecahkan suatu permasalahan. Salah satu alat dalam dunia
pendidikan yang dapat mencetak SDM berkualitas yang berkompeten dan mampu
bersaing dalam MEA adalah dengan melatih high order thinking siswa pada aspek
berpikir kritis melalui pembelajaran matematika.
72. Beragam definisi dikemukakan oleh para ahli mengenai definisi berpikir
kritis. Beberapa komponen berpikir kritis yang dikemukakan para ahli mengandung
banyak kesamaan. Schafersman (1991: 3) mendefinisikan berpikir kritis sebagai
kegiatan berpikir dengan benar dalam memperoleh pengetahuan yang relevan dan
reliabel. Berpikir kritis diartikan sebagai berpikir nalar, reflektif, bertanggungjawab,
dan mahir berpikir. Pendapat yang sama diungkapkan oleh Ennis (1993: 180) yang
mengatakan bahwa, berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif
yang berfokus untuk menentukan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Tujuan
berpikir kritis difokuskan ke dalam pengertian sesuatu yang penuh kesadaran
mengarah kepada suatu tujuan yang akhirnya memungkinkan untuk membuat
keputusan. Sementara itu, Johnson (2002: 183) mengartikan berpikir kritis sebagai
kemampuan untuk berpendapat dengan cara terorganisasi, dan merupakan
kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan
pendapat orang lain. Paul, Fisher dan Nosich (1993: 4) sebagaimana dikutip dalam
Fisher (2008: 4) mengungkapkan berpikir kritis adalah mode berpikir mengenai hal,
substansi, atau masalah apa saja dimana si pemikir meningkatkan kualitas
pemikirannya dengan menangani secara terampil strukturstruktur yang melekat dalam
pemikiran dan menerapkan standar intelektual padanya. Menurut Fisher (2008: 4)
definisi tersebut sangat menarik karena ia mengarahkan perhatian pada keistimewaan
berpikir kritis dimana para guru dan peneliti dibidang ini pada prinsipnya menyetujui
bahwa satu-satunya cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis seseorang
adalah melalui berpikir tentang dirinya sendiri, dan secara sadar berupaya untuk
memperbaikinya dengan merujuk pada beberapa model berpikir yang baik dalam
bidang itu.
73. Berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat diperlukan pada zaman
sekarang. Selain itu, berpikir kritis juga memiliki manfaat dalam jangka panjang,
mendukung siswa dalam mengatur keterampilan belajar mereka, dan kemudian
memberdayakan individu untuk berkontribusi secara kreatif pada profesi yang mereka
pilih. Udi & Cheng (2015: 456) menegaskan bahwa berpikir kritis harus menjadi
dasar yang meresap dari pengalaman pendidikan semua siswa mulai dari pra-sekolah
hingga SMA dan perangkat di universitas serta program terstruktur dalam berpikir
kritis harus dimulai dengan mengenalkan karakter (disposisi) yang tepat dan beralih
menuju ke pengembangan kemampuan berpikir kritis. Artinya, berbekal dengan
kemampuan berpikir kritis, guru telah membantu mempersiapkan peserta didik untuk
masa depannya. Lebih lanjut Ben- Chaim, et all (2000: 149) mengatakan bahwa
kemampuan berpikir kritis menjadi sangat penting agar sukses di kehidupan, sebagai
langkah perubahan untuk terus melaju dan sebagai kompleksitas serta saling
meningkatkan ketergantungan.
74. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah
berpikir rasional tentang sesuatu, kemudian mengumpulkan informasi sebanyak
mungkin tentang sesuatu tersebut yang meliputi metode-metode pemeriksaan atau
penalaran yang akan digunakan untuk mengambil suatu keputusan atau melakukan
suatu tindakan. Seseorang yang berpikir kritis memiliki ciri-ciri : (1) mampu berpikir
secara rasional dalam menyikapi suatu permasalahan; (2) mampu membuat keputusan
yang tepat dalam menyelesaikan masalah; (3) dapat melakukan analisis,
mengorganisasi, dan menggali informasi berdasarkan fakta yang ada; (4) mampu
menarik kesimpulan dalam menyelesaikan masalah dan dapat menyusun argumen
dengan benar dan sistematik.
75. Matematika merupakan bagian dari ilmu yang memiliki sifat khas jika
dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang lain. Kekhasan pada matematika
menjadikan matematika sebagai ratu sekaligus pelayan dalam ilmu pengetahuan.
Pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari menjadikan matematika
sebagai salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai oleh setiap siswa. Menurut
Lambertus (2009: 138-
76. Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif, yang artinya proses pengerjaan
matematika harus bersifat deduktif. Matematika tidak menerima generalisasi
berdasarkan pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan pada pembuktian
secara deduktif. Berpikir deduktif merupakan cara berpikir yang diawali dari
pembuktian pernyataan yang bersifat umum yang dilanjutkan dengan penarikan
kesimpulan yang bersifat khusus. Tujuan dari berpikir deduktif adalah untuk
menentukan kerangka pemikiran yang koheren dan logis. Dalam penalaran deduktif,
kesimpulan yang ditarik merupakan akibat logis dari alasan-alasan yang bersifat
umum menjadi bersifat khusus. Penerapan cara berpikir deduktif ini akan
menghasilkan teorema-teorema yang selanjutnya dipergunakan untuk menyelesaikan
masalah-masalah baik dalam matematika murni maupun dalam matematika terapan.
81. Secara umum, berpikir kritis dalam pembelajaran matematika dapat melatih
siswa untuk berpartisipasi secara aktif untuk memperoleh dan merasakan
pengalamanpengalaman yang bermakna dalam proses pembelajaran. Akibatnya,
siswa terbiasa menghadapi tantangan dan memiliki kemampuan untuk memecahkan
masalah, hingga pada akhirnya tercipta sumber daya manusia Indonesia yang unggul
dan berkualitas serta siap bersaing menghadapi tantangan MEA.
83. Krulick dan Rudnick (Ismaimuza, 2010) mengemukakan bahwa berpikir kritis
merupakan suatu cara berpikir yang menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi
semua aspek dari suatu situasi masalah, termasuk di dalamnya kemampuan untuk
mengumpulkan informasi, mengingat, menganalisis situasi, membaca serta
memahami dan mengidentifikasi hal-hal yang diperlukan.
84. Sedangkan Ennis (1995) menyatakan ada enam unsur dasar yang perlu
dipertimbangkan dalam berpikir kritis, yaitu: fokus, alasan, kesimpulan, situasi,
kejelasan dan pemeriksaan secara keseluruhan. Keseluruhan unsur ini dapat
membentuk suatu keputusan yang tepat jika dipertimbangkan dengan matang.
Facione (2010) mengemukakan juga keterampilan-keterampilan kognitif yang
merupakan inti dari berpikir kritis berupa interpretasi, analisis, evaluasi, kesimpulan,
penjelasan, dan pengaturan diri sendiri.
85. Menurut Facione (2010) lagi, para ahli yakin bahwa berpikir kritis merupakan
fenomena dari tujuan hidup manusia. Pemikir kritis yang ideal memiliki ciri-ciri tidak
hanya oleh keterampilan kognitif mereka tetapi juga oleh bagaimana mereka
memiliki pendekatan hidup. Berpikir kritis ada jauh sebelum mengikuti sekolah,
yang terdapat pada bagian paling utama dari sebuah peradaban. Hal ini merupakan
suatu batu loncatan dalam perjalanan hidup umat manusia yang diambil dari
kebiadaban kepada rasa sensitivitas secara global.
86. Dengan demikian berpikir kritis merupakan suatu kebutuhan bagi manusia
untuk menelaah dan memilah segala kemungkinan hidup yang dihadapi demi
keselamatan dan kebaikan kehidupan. Setiap orang mesti mampu berpikir kritis, malah
mesti dibina agar kemampuan berpikir kritis tersebut terarah dan tersusun dengan
baik. Untuk melatih kebiasaan berpikir kritis ini mesti dimulai sejak mereka berada
di bangku sekolah sebagai tempat yang memang semestinya membina dan
memunculkan segala kemampuan yang mungkin muncul akibat dari proses
pendidikan.
88. Matematika sebagai suatu disiplin ilmu yang secara jelas mengandalkan proses
berpikir dipandang sangat baik untuk diajarkan pada anak didik. Di dalamnya
terkandung berbagai aspek yang secara substansial menuntun murid untuk berpikir
logis menurut pola dan aturan yang telah tersusun secara baku. Sehingga seringkali
tujuan utama dari mengajarkan matematika tidak lain untuk membiasakan agar anak
didik mampu berpikir logis, kritis dan sistematis.
89. Berpikir kritis dalam belajar matematika sebenarnya telah terjadi secara tidak
langsung melalui proses pengerjaan tahap demi tahap analisis yang dilakukan. Untuk
menuju pada kesimpulan akhir dari proses pembuktian dan penyelesaian jawaban
dari suatu permasalahan matematika, dalam pikiran subjek yang menggelutinya telah
terjadi proses berpikir kritis.
90. Namun berpikir kritis yang demikian belum maksimal memunculkan daya pikir
kritis siswa, karena perannya belum dioptimalkan untuk membantu siswa melejitkan
kemampuan daya kritisnya. Perlu suatu upaya yang lebih kentara lagi dan lebih
berdaya guna agar kemampuan berpikir kritis mereka dapat diukur dan
dioptimalkan. Upaya tersebut yakni dengan mengembangkan suatu produk
pembelajaran yang memuat unsurunsur berpikir kritis, khususnya berpikir kritis
matematis.
91. Salah satu pendekatan yang diperkirakan baik untuk diterapkan dalam
pembelajaran matematika adalah pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.
Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah
pendekatan pembelajaran yang mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan
konteks kehidupan sehari-hari siswa. Dari ketujuh komponen utama pembelajaran
kontekstual, sangatlah sinkron dengan upaya memunculkan kemampuan berpikir
kritis siswa (Johnson, 2010), terutama pada komponen bertanya, menemukan, dan
refleksi. Bahkan menurut Johnson berpikir kritis merupakan salah satu karakteristik
dari pendekatan CTL.
94. Berdasarkan Teori Perkembangan Kognitif Piaget, anak usia SMP (12-15 tahun)
belum sepenuhnya dapat berpikir abstrak, dalam pembelajarannya kehadiran
bendabenda konkrit masih diperlukan. Meski begitu harus pula mulai dikenalkan
benda-benda semi konkrit. Namun pada level SMP ini, anak sudah mulai dapat
menangkap maksud dari suatu permasalahan secara lebih jelas, mempertimbangkan,
mengajukan dugaan, dan menganalisa secara sederhana keterkaitan antar subjek
permasalahan. Di sinilah peran berpikir kritis bagi anak usia SMP tersebut, yang
dalam hal ini mengacu pada pendapat Piaget (mengenai ciri-ciri kemampuan kognitif
anak pada level SMP), telah dapat diterapkan.
95. Sehingga untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa, pada
penelitian ini dikembangkan perangkat pembelajaran berbasis kontekstual pada
materi bangun ruang prisma dan limas untuk siswa kelas VIII SMP, yang meliputi
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Soal tes
hasil belajar.
99. Tahap Prototyping (validasi, evaluasi dan revisi) terbagi dua, yakni Expert
Review dan One- to-one serta Small Group. Hasil desain pada prototipe pertama yang
dikembangkan melalui self evaluation dari pakar (expert review) dan teman sejawat
untuk ditelaah content, konstruk dan bahasa. Secara paralel diberikan juga pada 6
orang siswa SMPN 17 Palembang (one-to-one) untuk mengamati, mengerjakan soal-
soal dan mengkomentarinya. Saran-saran mereka digunakan untuk merevisi desain
perangkat pembelajaran (RPP, LKS dan soal tes). Dari hasil keduanya dijadikan
bahan revisi. Hasil revisi perangkat pembelajaran dari pendapat expert dan dari
kesulitan yang dialami siswa saat uji coba one to one dinamakan prototipe kedua.
Kemudian hasil revisi ini diujicobakan pada siswa kelas VIII.6 SMPN 1 Palembang
(small group). Saran- saran serta hasil uji coba pada prototipe kedua dijadikan dasar
untuk merevisi instrumen prototipe kedua itu sehingga diperoleh prototipe ketiga.
100. Hasil revisi diujicobakan ke subjek penelitian pada field test. Field test
merupakan uji coba lapangan yang situasinya nyata. Pada tahap ini produk yang
telah direvisi tadi diujicobakan kepada siswa kelas VIII.1 dan VIII.2 (total 78 siswa)
SMPN 18 Palembang yang menjadi subjek penelitian. Produk yang diujicobakan
pada field test merupakan produk yang telah memenuhi standar validitas,
kepraktisan dan keefektifan.