Anda di halaman 1dari 6

Nama : Meida indriawati

NIM : 210910301033
Tugas Ilmu Ekonomi dalam Kesejahteraan Sosial

1. Pembangunan Ekonomi dan Sosial Indonesia Saat Ini

Jawab :
Tahun 2020 merupakan tahun yang berat bagi dunia ketika tiba-tiba muncul wabah Covid-19,
yang awalnya muncul secara lokal di Wuhan – Cina, lalu merebak dan memporandakan
sendi-sendi perekonomian dunia. Data global per 2 Juni 2020 menunjukkan ada 6.140.934
orang dari 216 negara di dunia terkonfirmasi wabah Covid-19 dan 373.548 orang meninggal
dunia. Sedangkan untuk data Indonesia menunjukkan ada 27.549 orang yang tersebar di 34
provinsi positif Covid-19 dan 1.663 orang meninggal dunia. Ketika Covid-19 mulai muncul
pada akhir tahun 2019 dan mulai meledak secara lokal di China pada akhir Januari 2020,
kemudian merembes ke seluruh dunia sepanjang bulan Februari hingga akhir Mei ini, tidak
lembaga think tank dan pemikir strategi dunia (baik dari pemerintahan, swasta, universitas,
juga World Bank dan IMF) memperhitungkannya, sehingga outlook perekonomian tahun
2020 dan tahun-tahun setelahnya diprediksi dengan asumsi normal.

Wabah corona memaksa semua negara untuk merevisi perencanaan pembangunan mereka.
Target disesuaikan secara realistis, asumsi diubah sesuai keadaan sekarang, dan prioritas
program jangka pendek dialihkan besar untuk mengatasi epidemi Covid-19. Sementara
kebijakan pembangunan padat modal seperti infrastruktur dilakukan moratorium dan akan
dikaji untuk dilaksanakan kembali setelah periode tanggap darurat Covid-19 dinyatakan
berakhir. Sosial dan ekonomi yang melanda Indonesia akibat pandemi ini memaksa semua
tingkat pemerintahan baik pusat dan daerah untuk melakukan perbaikan terhadap rencana
pembangunan yang telah ditetapkan. Pemerintah Indonesia sendiri baru merampungkan
penyusunan Rencana Pembangunan ekonomi dan sosial Jangka Nasional (RPJMN) 2020 –
2024 ketika pandemi Covid-19 mulai menyebar ke seluruh dunia, yang wajib Peraturan
Presiden No. 18 tahun 2020 pada tanggal 14 Februari 2020. Dokumen yang menjadi
pedoman bagi pemerintah pusat dan daerah dalam perencanaan pembangunan ekonomi dan
sosial untuk masa 5 tahun ke depan itu disusun ketika Indonesia belum punya catatan kasus
Covid-19, sehingga seluruh asumsi yang dilandasinya berdasarkan keadaan normal.
Adanya pandemi Covid 19 mengakibatkan penurunan pendapatan per kapita hampir semua
negara di dunia, termasuk Indonesia. Dalam laporan “World Bank Country Classifications by
Income Level: 2021-2022”, Bank Dunia menyebutkan pendapatan per kapita Indonesia turun
dari US$4.050 di tahun 2019 menjadi US$3.870 di tahun 2020. Penurunan pendapatan per
kapita ini membuat Indonesia kembali masuk pada kategori negara berpendapatan menengah
bawah (Lower Middle-Income Country). Berdasarkan estimasi Bank Dunia, ambang batas
minimal untuk sebuah negara masuk menjadi Upper Middle-Income Country (UMIC) tahun
ini naik menjadi US$4.096. Pandemi telah menciptakan pertumbuhan ekonomi negatif di
hampir seluruh negara, termasuk Indonesia di tahun 2020. Dengan demikian, maka
penurunan pendapatan per kapita Indonesia merupakan sebuah konsekuensi yang tidak
terhindarkan. Meskipun demikian melalui respon kebijakan fiskal yang adaptif dan kredibel,
Pemerintah mampu menahan terjadinya kontraksi ekonomi yang lebih dalam. Sebelum
pandemi, Indonesia tengah berada dalam tren yang kuat dalam pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan. Kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif moderat pada tahun
lalu didukung oleh kerja keras APBN dan kebijakan fiskal yang akomodatif.

Pemerintah Indonesia terus bekerja keras dalam upaya penanganan pandemi melalui
penguatan perlindungan sosial, serta dukungan bagi dunia usaha, termasuk program
pemulihan ekonomi nasional (PEN). Melalui kerja keras APBN dan program PEN, berbagai
manfaat besar telah dirasakan oleh masyarakat. Program perlindungan sosial PEN telah
efektif dalam menjaga konsumsi kelompok masyarakat termiskin di saat pandemi.
Masyarakat miskin dan rentan tetap mendapatkan perlindungan yang layak. Tingkat
kemiskinan mampu dikendalikan menjadi 10,19% pada September 2020. Bank Dunia
mengestimasi angka kemiskinan Indonesia tahun 2020 dapat mencapai 11,8 persen jika tidak
ada program PEN. Hal ini menunjukkan bahwa program PEN telah mampu menyelamatkan
lebih dari 5 juta orang dari kemiskinan pada tahun 2020. Bahkan, program PEN mampu
mendorong pemulihan ekonomi dengan menciptakan 2,61 juta lapangan kerja baru pada
kurun September 2020 hingga Februari 2021.

Pada periode 2020 – 2024 ini Indonesia memiliki target-target besar yang direncanakan untuk
menaikkan kelas sebagai salah satu negara berpendapat menengah dan meninggalkan
perangkap negara berpenghasilan menengah. Selain itu Indonesia juga berusaha keras untuk
menyeimbangkan pembangunan untuk mengurangi wilayah, baik antara Jawa dan luar Jawa,
juga antara Kawasan Barat dan Timur Indonesia, mengingat kawasan yang lebih miskin (luar
Jawa dan Kawasan Timur) ternyata menyimpan potensi besar yang selama ini tidak tergarap
dengan baik. Pada periode ini juga Pemerintah Indonesia merencanakan membangun calon
Ibu Kota Negara (IKN) baru untuk memulai Jakarta dengan lokasi di Provinsi Kalimantan
Timur. RPJMN 2020-2024 ditetapkan dengan mengusung visi “Terwujudnya Indonesia
Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.
Kemudian diterapkan dalam tujuh agenda, yaitu :
(1) Memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan berkualitas dan berkeadilan,
(2) memperluas wilayah untuk mengurangi dan menjamin pemerataan,
(3) meningkatkan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya,
(4) Revolusi mental dan pembangunan budaya,
(5) Memperkuat infrastruktur untuk mendukung pengembangan ekonomi dan pelayanan
dasar,
(6) Membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana, dan perubahan
iklim, dan
(7) Memperkuat penguatan polhukhankam dan transformasi pelayanan publik.
Selain itu, sasaran pembangunan menengah juga akan ditargetkan pada 2024, antara lain: (i)
Tingkat Kemiskinan pada kisaran 6,0 – 7,0 persen; (ii) pertumbuhan ekonomi 6,0 persen; (iii)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 75,54; (iv) Gini rasio mencapai 0,360 – 0,374; (v)
Lantai terbuka (TPT) 3,6 – 4,3 persen; dan (vi) Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
menuju target 29 persen pada 2030 (Perjanjian Paris).1

Terdapat 42 proyek prioritas strategi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah


Nasional (RPJMN) 2020-2024. Proyek prioritas strategi tersebut merupakan proyek
terintegrasi, baik dari kementerian/lembaga (K/L), maupun integrasi antara pemerintah pusat,
pemerintah daerah, BUMN, dan masyarakat. Proyek prioritas ini diharapkan memiliki daya
ungkit tinggi sehingga disebut proyek-proyek besar. Selanjutnya, proyek-proyek besar
pendidikan dan pelatihan vokasi untuk industri 4.0 serta pembangunan science techno park.
Ini untuk meningkatkan pekerja yang berada pada bidang pekerjaan berkeahlian menengah
dan tinggi dari 39,57 persen pada 2018, menjadi 50 persen pada 2024, kemudian
meningkatkan manfaat pendidikan dan pelatihan sertifikasi kompetensi dari 472.089 orang

1
Ihromi, T.O. 2001. Antropologi hukum; sebuah bunga rampai. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
pada 2017 menjadi 2 juta orang pada 2024. Ada tiga kebijakan pembangunan yang dipilih
dan menjadi strategi terpadu percepatan pembangunan daerah dalam RPJMN 2020-2024.
(1) Pertama, percepatan pembangunan daerah yang ditempatkan dalam dua pendekatan
koridor, koridor pertumbuhan yang merupakan pusat-pusat pertumbuhan dengan
dasar keunggulan wilayah yang dapat meningkatkan nilai tambah, devisa, dan
pertumbuhan ekonomi wilayah serta koridor pemerataan yang mendukung wilayah
penyangga (hinterland) ) di sekitar pusat pertumbuhan dan pemenuhan hak-hak dasar
rakyat sesuai prinsip Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development
Goals (TPB/SDGs), yakni tidak meninggalkan satu pun kelompok masyarakat atau
tidak ada yang tertinggal.
(2) Kedua, pengembangan kebijakan dan pelaksanaan afirmatif untuk pengembangan
pembangunan daerah tertinggal, kecamatan lokasi perbatasan, dan pulau-pulau kecil
terluar dan terdepan. Pola afirmatif diarahkan untuk memperluas akses pelayanan
dasar pendidikan dan kesehatan, penyediaan sarana dan prasarana perumahan, air
bersih dan sanitasi, listrik, peningkatan konektivitas dan pengembangan jaringan
telekomunikasi sebagai basis ekonomi digital, juga perluasan kerja sama dan
kemitraan dalam investasi, promosi, pemasaran , dan perdagangan.
(3) Ketiga, pembangunan desa terpadu sebagai pilar penting dari percepatan
pembangunan 62 daerah tertinggal dalam periode lima tahun ke depan. Sebagai wujud
komitmen pemerintah dalam mendukung RPJMN 2020-2024 Prioritas Nasional 2
yaitu Izin Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan dan Menjamin Pemerataan, maka
Kementerian PPN/Bappenas mengarusutamakan 62 daerah tertinggal sebagai lokasi
prioritas daerah afirmasi. Berbagai program pembangunan yang dibiayai dari skema
anggaran kementerian/lembaga maupun dari skema Dana Alokasi Khusus (DAK)
diarahkan untuk fokus memprioritaskan daerah afirmasi sebagai bentuk keberpihakan
pemerintah dalam rangka percepatan pembangunan 62 daerah tertinggal. Strategi
percepatan pembangunan 62 daerah tertinggal juga akan mengoptimalkan kerangka
kebijakan Proyek-Proyek Utama.
2. Apakah pembangunan ekonomi dan sosial sudah memenuhi kesejahteraan sosial ?

Jawab :
Menurut saya, Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan
tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut, sangat memengaruhi
pertumbuhan industri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi.
Sementara itu, keahlian dan kewirausahaan dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari
alam, menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi)
sudah cukup memenuhi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sumber daya manusia telah
menentukan keberhasilan pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk.
Jumlah penduduk yang besar merupakan pasar potensial untuk memasarkan hasil-hasil
produksi, sementara kualitas penduduk menentukan seberapa besar produktivitas yang ada.

Sementara itu, sumber daya modal juga sangat dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan
mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan mengolah
kekayaan. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi
perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga
dapat meningkatkan produktivitas.

3. Pembangunan ekonomi dan sosial dalam sudut pandang ilmu kesejahteraan sosial
Kesejahteraan sosial berhubungan dengan masalah pangan, papan, penanggungan terhadap
orang yang tidak bisa bekerja lagi karena sakit; usia lanjut dan kematian; pemeliharaan
terhadap anak adan orang lanjut usia; penanggungan terhadap anak dan istri apabila suami
mereka sakit, menganggur, meninggal dan sebagainya. Masalah kesejahteraan sosial yang
merupakan masalah non-sengketa dapat diteliti dengan pendekatan ilmu kesejahteraan sosial.
Tentu saja pilihan atas dasar kemungkinan mendapatkan akses kepada sumberdaya sangatlah
memainkan peranan penting. Maka dapat dilihat bagaimana ilmu kesejahteraan sosial bekerja
dalam realita itu saling mempengaruhi dan berinteraksi. Pengaruh dan interaksi antara
pembangunan ekonomi dan sosial dengan kesejahteraan yang beraneka ragam itu
berpengaruh langsung dengan usaha mencapai kesejahteraan sosial.
2

2
Retnandari, Nunuk Dwi. 2015. Pengantar Ilmu Ekonomi dalam Kebijakan Publik. Yogkarta:
Pustaka Pelajar.
Dalam realitanya pembangunan ekonomi dan sosial yang sudah lama berlaku dan telah
dihidupi oleh masyarakat seringkali lebih banyak membantu mereka untuk mencapai tujuan-
tujuan bersama, termasuk usaha untuk mencapai kesejahteraan sosial. Oleh karena itu usaha
untuk membangun masyarakat harus dilakukan dengan memperhatikan hukum yang hidup
dan berlaku serta menjadi panduan kehidupan mereka. Peran institusi-institusi sosial juga
sangat besar dalam usaha meningkatkan kesejahteraan sosial. Cara kerja institusi itu lebih
mudah diterima dan lebih cepat dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai masyarakat.
Kenyataan itu menunjukkan bahwa dalam kehidupan masyarakat pranata-pranata yang
mereka anut dan hukum yang hidup di dalamnya mempunyai peran yang lebih baik
dibandingkan dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

REFENCES :
Ihromi, T.O. 2001. Antropologi hukum; sebuah bunga rampai. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Retnandari, Nunuk Dwi. 2015. Pengantar Ilmu Ekonomi dalam Kebijakan Publik. Yogkarta:
Pustaka Pelajar.
 Achmad Ali, SH,MH. Menguak Tabir Hukum, Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis,
Candra Pratama, Jakarta.
Anonim, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta, PT.Ichtiar Baru van Koever, Jakarta, 1996.
Bahaudin Darus, Prof.Drs.Pengembangan KajianEkonomi Islam pada IAIN di Abad ke 21,
dalam Pergutuan Tinggi Islam di Era Globalisasi, IAIN SUMUT-Tiara Wacana,
Yagyakarta 1998.
CFG Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia, BPHN Dep.Kehakiman
RI, Bina Cipta, Bandung,1988.

Anda mungkin juga menyukai