Anda di halaman 1dari 16

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/366618342

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP PILAR SOSIAL DAN EKONOMI TUJUAN


PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA

Preprint · December 2022

CITATIONS READS

0 521

1 author:

Hertina Raisa Putri


University of Indonesia
4 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Hertina Raisa Putri on 27 December 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP PILAR SOSIAL
DAN EKONOMI TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
DI INDONESIA
THE IMPACT OF THE COVID-19 PANDEMIC ON THE SOCIAL AND
ECONOMIC PILLARS OF SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS IN
INDONESIA

Hertina Raisa Putri1


1
hertina.raisa@ui.ac.id
Departemen Biostatistika, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

ABSTRAK
Pendahuluan: Pandemi COVID-19 menyerang semua sektor kehidupan. Krisis kesehatan
berubah dengan cepat menjadi krisis ekonomi. Kondisi seperti ini sangat berisiko terhadap
pencapaian pembangunan berkelanjutan pada tahun 2030. Metode: Artikel ini merupakan sebuah
review dengan melakukan kajian literatur dari data WHO, Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional, peraturan perundang-undangan, dan artikel ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik
yang dibahas. Hasil: Pandemi COVID-19 memberikan dampak yang besar terhadap pencapaian
tujuan pembangunan berkelanjutan terutama yang berkaitan dengan pilar pembangunan sosial dan
pembangunan ekonomi. Berbagai permasalahan seperti perekonomian, kemiskinan, ketersediaan
pangan, akses pelayanan kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender, pembangunan energi bersih
dan terjangkau, pembangunan infrastruktur, dan kesenjangan sosial kembali bermunculan. Namun,
pandemi COVID-19 juga dapat menjadi kesempatan bagi pemerintah untuk melakukan
transformasi sistem kesehatan nasional. Kesimpulan: Langkah antisipatif harus terus dilakukan
sebagai upaya mitigasi atas terdampaknya sejumlah target tujuan pembangunan berkelanjutan
akibat pandemi COVID-19.
Kata Kunci: Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, COVID-19, Sosial, Ekonomi
ABSTRACT
Introduction: The COVID-19 pandemic has attacked all sectors of life. The health crisis quickly
turned into an economic crisis. Conditions like this are very risky for achieving sustainable
development in 2030. Methods: This article is a review by conducting a literature review of data
from WHO, the National Development Planning Agency, laws and regulations, and other scientific
articles related to the topics discussed. Results: The COVID-19 pandemic has had a significant
impact on achieving sustainable development goals, especially those related to the pillars of social
and economic development. Various problems such as the economy, poverty, food availability,
access to health services, education, gender equality, affordable and clean energy development,
infrastructure development, and social inequality are emerging again. However, the COVID-19
pandemic can also be an opportunity for the government to transform the national health system.
Conclusion: Anticipatory steps must continue to be carried out as a mitigation effort for the impact
of several targets on sustainable development goals due to the COVID-19 pandemic.
Keywords: Sustainable Development Goals, COVID-19, Social, Economic

PENDAHULUAN 651,91 juta kasus COVID-19 yang


Pandemi COVID-19 merupakan dikonfirmasi dengan 6,6 juta kematian, yang
sebuah wabah global dari coronavirus, dilaporkan ke WHO (WHO, 2022).
penyakit menular yang disebabkan oleh virus Sementara itu, di Indonesia update hingga 26
sindrom pernapasan akut coronavirus 2 Desember 2022, tercatat terdapat 6,7 juta
(SARS-CoV-2). Kasus pertama novel kasus terkonfirmasi dengan 160.551
coronavirus (nCoV) pertama kali terdeteksi kematian (Satgas COVID-19, 2022).
di China pada Desember 2019, dengan virus Serangan pandemi COVID-19
menyebar dengan cepat ke negara lain di berdampak kepada semua sektor kehidupan.
seluruh dunia. Hal ini menyebabkan WHO Terjadinya krisis kesehatan tidak terelakkan
mendeklarasikan darurat kesehatan lagi membuat sektor kesehatan menjadi
masyarakat yang menjadi kepedulian agenda utama semua negara. Negara dituntut
internasional pada 30 Januari 2020, dan mampu menyediakan dan meningkatan
menetapkan wabah tersebut sebagai pandemi fasilitas kesehatan serta mampu merespons
pada 11 Maret 2020 (WHO, no date). Secara pandemi dengan cepat. Krisis kesehatan
global, hingga 23 Desember 2022, terdapat dengan cepat berubah menjadi krisis
ekonomi. Bahkan, dampak pandemi COVID- lingkungan, dan pilar pembangunan hukum
19 terhadap sektor ekonomi lebih dalam dan tata kelola (Bappenas, no date). Terdapat
dibandingkan krisis keuangan global pada sejumlah target SDGs yang sangat terdampak
tahun 2008-2009. Perekonomian global pandemi COVID-19, terutama yang
tahun 2020 diproyeksikan mengalami menyangkut pilar pembangunan sosial dan
pertumbuhan negatif atau mengalami resesi. pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada akhir SDGs merupakan komitmen global
tahun 2020 diperkirakan turun 2,3% dengan dan nasional dalam upaya menyejahterakan
tingkat kemiskinan sebesar 9,4%, dan tingkat masyarakat. Upaya pencapaian target SDGs
pengangguran terbuka (TPT) sebesar 6,3%. menjadi prioritas pembangunan nasional
Kondisi seperti ini sangat berisiko terhadap yang memerlukan sinergi kebijakan
pencapaian pembangunan berkelanjutan pada perencanaan di tingkat nasional, provinsi,
tahun 2030 (Bappenas, 2020). dan kabupaten/kota (Bappenas, no date).
Menurut Undang–Undang Nomor 32 Namun, untuk mencapai target SDGs
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan membutuhkan perubahan pola pikir dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, perilaku, ditambah saat ini terdapat tantangan
pembangunan berkelanjutan adalah upaya COVID-19 yang melanda seluruh dunia.
sadar dan terencana yang memadukan aspek Oleh karena itu, di tengah pandemi COVID-
lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke 19 saat ini pemerintah perlu melakukan
dalam strategi pembangunan untuk menjamin peningkatan upaya dan perbaikan untuk
keutuhan lingkungan hidup serta membantu pencapaian SDGs di Indonesia.
keselamatan, kemampuan, kesejahteraan,
dan mutu hidup generasi masa kini dan METODE
generasi masa depan. Pembangunan Artikel ini merupakan sebuah review
berkelanjutan memiliki 17 tujuan dan 169 dimana penulis menetapkan sebuah topik
target atau yang sering dikenal sebagai pembahasan, kemudian melakukan kajian
Sustainable Development Goals (SDGs). literatur yang berkaitan dengan topik
Tujuh belas dan 169 target SDGS ini pembahasan tersebut. Dalam pencarian data
dikelompokkan ke dalam empat pilar, yaitu dan teori, penulis mengumpulkan informasi
pilar pembangunan sosial, pilar sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang
pembangunan ekonomi, pilar pembangunan berhubungan. Informasi atau data yang
diperoleh berasal dari data WHO, Badan minus yaitu -2,19 (Bank Indonesia, 2020).
Perencanaan Pembangunan Nasional, Dengan keadaan ekonomi seperti ini, maka
peraturan perundang-undangan, dan artikel diperkirakan yang terkena dampak COVID-
ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik 19 adalah penduduk dibawah garis
yang dibahas, yaitu dampak pandemi kemiskinan (10.86%) dan penduduk miskin
COVID-19 terhadap pilar sosial dan ekonomi dan rentan (30,77%) (Bappenas, 2020).
tujuan pembangunan berkelanjutan di Berdasarkan data dari Badan Pusat
Indonesia. Pencarian data sekunder Statistik, persentase penduduk miskin pada
dilakukan melalui Google, Google Scholar, September 2020 sebesar 10,19%, meningkat
portal perpustakaan universitas, portal jurnal, 0,41% dari Maret 2020, dan meningkat
dan sumber informasi lainnya yang kredibel 0,97% dari September 2019. Artinya, jumlah
dengan menggunakan kata kunci tertentu. penduduk miskin pada September 2020
bertambah sebesar 2,76 juta orang dari
HASIL DAN PEMBAHASAN September 2019 (Badan Pusat Statistik,
Pengaruh COVID-19 Terhadap Pilar 2021). Tingkat kemiskinan ini lebih tinggi
Pembangunan Sosial dari tingkat kemiskinan pada September
Pilar pembangunan sosial meliputi 2017. Hal ini memperlihatkan kemajuan
tujuan: (1) tanpa kemiskinan, (2) tanpa untuk memberantas kemiskinan melalui
kelaparan, (3) kehidupan sehat dan sejahtera, berbagai program yang dilakukan pemerintah
(4) pendidikan berkualitas, dan (5) kesetaraan selama tiga tahun terakhir tidak berarti
gender (Bappenas, no date). Penurunan dengan adanya pandemi ini (Habibi and
kesejahteraan akibat pandemi COVID-19 Pratama, 2021). Implikasinya, Indonesia
terjadi di semua kelompok pendapatan perlu mengadakan program perlindungan
(Bappenas, 2020). Berdasarkan data dari sosial untuk membantu masyarakat miskin
Bank Indonesia, pada tahun 2020 baru di samping masyarakat miskin yang
pertumbuhan ekonomi melambat menjadi sudah ada (Suryahadi, Izzati and
2,97 pada triwulan I dan terkontraksi menjadi Suryadarma, 2020). Program perlindungan
-5,32 pada triwulan II, -3,49 pada triwulan sosial yang telah diberikan pemerintah dalam
III, serta pada triwulan IV menunjukkan penanganan COVID-19, antara lain program
berlanjutnya proses perbaikan sembako, bantuan listrik, bantuan sosial
perekonomian, tetapi masih dalam posisi khusus DKI Jakarta, bantuan sosial khusus
BoDeTaBek, bantuan sosial tunai di luar lainnya, salah satunya Posyandu. Sejak
JaBoDeTaBek, dan bantuan langsung tunai pandemi COVID-19, Posyandu sempat
dana desa (Bappenas, 2020). mengalami penutupan sehingga pelayanan
Pandemi COVID-19 juga turut seperti Posbindu PTM dan layanan gizi dan
berdampak pada pangan dan gizi. Adanya kesehatan ibu dan anak (KIA) juga ikut
pandemi COVID-19 membuat pemerintah terhambat. Pandemi COVID-19 secara
mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial umum menurunkan jumlah kunjungan ke
Berskala Besar (PSBB) yang berakibat pada layanan gizi dan kesehatan ibu dan anak
terhambatnya aktivitas ekonomi. (KIA). Penurunan jumlah kunjungan ke
Terhambatnya aktivitas ekonomi layanan gizi dan KIA juga berpotensi
mengakibatkan terjadinya kendala proses memunculkan masalah gizi dan kesehatan
produksi pangan (input material, personel, baru. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
pembiayaan) dan terjadinya Pemutusan oleh Saputri et al., terjadi penurunan jumlah
Hubungan Kerja (PHK) secara besar-besaran kunjungan pertama pemeriksaan kehamilan
membuat pendapatan masyarakat menjadi pada trimester I (K1), kunjungan keempat
menurun dan kemiskinan meningkat. Selain pemeriksaan kehamilan pada trimester III
itu, PHK juga mengakibatkan akses pangan (K4), dan pemberian tablet tambah darah
menurun drastis. Adanya kendala pada proses (TTD) dalam periode Februari–April 2020.
produksi pangan, penurunan pendapatan Penurunan jumlah kunjungan pemeriksaan
masyarakat, dan kendala pada transportasi kehamilan ini diakibatkan karena adanya
dan logistik pangan membuat ketersediaan penundaan kegiatan Posyandu dan
pangan, akses dan kualitas konsumsi, pembatasan layanan di Puskesmas.
kemampuan membeli pangan turut menurun Penundaan kegiatan posyandu selama
serta membuat meningkatnya kasus anak pandemi COVID-19 juga berdampak besar
balita yang stunting (Bappenas, 2020). pada layanan imunisasi dasar dan
Dampak langsung pandemi COVID- penimbangan bayi dan balita (Saputri et al.,
19 terhadap aspek kesehatan adalah tingginya 2020).
jumlah kasus positif COVID-19 serta Menurunnya layanan kesehatan gizi
kematian yang disebabkan oleh penyakit dan KIA di mayoritas wilayah studi
tersebut. Selain itu, pandemi COVID-19 juga berpotensi meningkatkan jumlah kematian
berdampak pada pelayanan kesehatan ibu dan anak. Terlewatnya K1 dan K4 dapat
mengurangi upaya penapisan risiko bahwa sistem kesehatan nasional (SKN)
kehamilan yang dapat menyebabkan Indonesia masih lemah. Indonesia
komplikasi persalinan hingga kematian ibu. membutuhkan reformasi berupa perbaikan
Ibu hamil dengan anemia yang tidak menyeluruh pada sistem kesehatan nasional,
mendapatkan TTD memiliki risiko lebih tidak hanya memastikan sistem surveilans
besar untuk mengalami komplikasi dapat semakin baik dilakukan selama
persalinan dan melahirkan bayi dengan berat pandemi COVID-19, tetapi juga memastikan
badan lahir rendah (BBLR). Kesehatan anak- Indonesia siap menghadapi ancaman
anak juga terancam dengan berkurangnya pandemi dan kedaruratan kesehatan lainnya
layanan imunisasi dan pemantauan (Bappenas, 2022).
pertumbuhan melalui kegiatan penimbangan Bidang pendidikan juga ikut
setiap bulan. Meskipun demikian, beberapa terdampak dari pandemi ini. Keputusan
daerah sudah berinisiatif untuk pemerintah yang mendadak mengubah proses
mengedepankan kunjungan ke rumah dan pembelajaran dari pembelajaran tatap muka
melakukan pemantauan kondisi ibu dan anak menjadi pembelajaran jarak jauh, membuat
dengan memanfaatkan internet. Namun, kelimpungan banyak pihak. Ketidaksiapan
tenaga kesehatan dan akses terhadap internet stakeholder dalam melaksanakan
yang masih kurang terutama di wilayah pembelajaran daring menjadi faktor utama
perdesaan dan terpencil dapat memperlebar kekacauan ini. Pemerintah pun memberikan
ketimpangan layanan kesehatan selama masa alternatif solusi dalam memberikan penilaian
pandemi COVID-19. Oleh karena itu, terhadap siswa sebagai syarat kenaikan atau
pemerataan akses terhadap internet penting kelulusan dari lembaga pendidikan disaat
untuk diperhatikan guna memperkecil situasi darurat seperti saat ini (Nuryana,
ketimpangan status kesehatan masyarakat di 2020).
Indonesia pada masa depan (Saputri et al., Peralihan cara pembelajaran ini
2020). memaksa berbagai pihak untuk mengikuti
Di samping itu, pandemi COVID-19 alur yang sekiranya bisa ditempuh agar
juga dapat menjadi kesempatan bagi pembelajaran dapat berlangsung, dan yang
pemerintah untuk melakukan reformasi menjadi pilihan adalah dengan pemanfaatan
sistem kesehatan nasional. Pandemi COVID- teknologi sebagai media pembelajaran
19 memberikan pembelajaran dan refleksi daring. Banyak faktor yang menghambat
terlaksananya efektivitas pembelajaran Ooredoo mengenai ‘Menilai Dampak Covid-
daring ini, antara lain penguasaan teknologi 19 terhadap Gender dan Pencapaian Tujuan
yang masih rendah, keterbatasan sarana dan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia’,
prasarana yang dimiliki, jaringan internet banyak perempuan di Indonesia bergantung
yang tidak mendukung, dan biaya jaringan dari usaha keluarga dan 82% di antaranya
internet yang sangat dibutuhkan dalam mengalami penurunan sumber pendapatan.
pembelajaran daring turut menjadi masalah Meskipun 80% laki-laki juga mengalami
(Nuryana, 2020). Pada akhirnya, penurunan, tetapi mereka mendapatkan
pembelajaran yang tidak efektif ini akan keuntungan lebih banyak dari sumber
berdampak pada hasil belajar siswa dan pendapatan (Kemenpppa RI, 2020).
berisiko terhadap pencapaian SDGs, seperti Selain itu, sejak pandemi, sebanyak
tingkat drop out meningkat dan kemampuan 36% perempuan pekerja informal harus
membaca dan berhitung menurun karena mengurangi waktu kerja berbayar mereka
ketidaksiapan pembelajaran daring dibandingkan laki-laki yang hanya 30%
(Bappenas, 2020). mengalaminya. Pembatasan sosial juga
Pandemi COVID-19 tidak hanya membuat 69% perempuan menghabiskan
berdampak pada sektor ekonomi, kesehatan, lebih banyak waktu untuk mengerjakan
dan pendidikan, tetapi permasalahan pekerjaan rumah tangga. Angka tersebut
kesetaraan gender juga ikut terdampak. Sejak menunjukkan perempuan memikul beban
awal pandemi, perempuan rentan mengalami terberat, mengingat sebanyak 61%
berbagai permasalahan, seperti beban ganda, perempuan juga menghabiskan lebih banyak
kehilangan mata pencaharian, terpaksa waktu untuk mengasuh dan mendampingi
menjadi tulang punggung keluarga, hingga anak dibandingkan dengan laki-laki yang
mengalami kekerasan berbasis gender. hanya 48%. Pandemi COVID-19 juga telah
Kondisi ini akan mempengaruhi terhadap mempengaruhi kesehatan mental dan
pencapaian SDGs. Berdasarkan hasil survei emosional perempuan. Hal ini dikarenakan
yang dilakukan oleh Entitas Perserikatan 57% perempuan mengalami peningkatan
Bangsa-Bangsa untuk Kesetaraan Gender stres dan kecemasan akibat bertambahnya
dan Pemberdayaan Perempuan (UN Women) beban pekerjaan rumah tangga dan
yang bekerja sama dengan Aliansi Jurnalis pengasuhan, kehilangan pekerjaan dan
Independen (AJI) Jakarta dan Indosat pendapatan, serta mengalami kekerasan
berbasis gender, sedangkan jumlah laki-laki Kebijakan lockdown atau pembatasan
yang mengalami permasalahan tersebut sosial berskala besar yang diterapkan pada
sebesar 48% (Kemenpppa RI, 2020). beberapa negara mempengaruhi pelaksanaan
proyek Energi Baru Terbarukan (EBT)
Pengaruh COVID-19 Terhadap Pilar karena adanya gangguan rantai pasokan,
Pembangunan Ekonomi tidak tersedianya tenaga kerja, dan masalah
Pilar pembangunan ekonomi meliputi dalam pembiayaan proyek. Berdasarkan
tujuan: (7) energi bersih dan terjangkau, (8) analisis Wood Mackenzie, instalasi storage
pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, dan PLTS global 2020 diperkirakan akan
(9) industri, inovasi dan infrastruktur, (10) turun hampir 20% (dibandingkan pra-
berkurangnya kesenjangan, dan (17) COVID-19) dan instalasi Wind diperkirakan
kemitraan untuk mencapai tujuan (Bappenas, turun sebesar 4,9 gigawatt (GW) (turun 6%).
no date). Ekonomi dunia yang mengalami Sementara itu, untuk tren beban listrik
kontraksi akibat pandemi COVID-19 nasional selama pandemi ini, kondisi di
membuat aktivitas ekonomi berjalan lambat Jawa-Bali, Kalimantan, Sumatera, dan
sehingga permintaan energi turun dan Sulawesi mengalami penurunan permintaan
menurunkan harga komoditas. Pembangunan listrik. Penurunan tertinggi terjadi pada di
energi bersih dan terjangkau, terutama Jawa-Bali, yaitu sebesar -9,55% (Ditjen
melalui sustainable energy (biofuel, solar EBTKE RI, 2020). Penurunan permintaan
panel, dll) akan menghadapi kompetisi yang listrik menyebabkan perhitungan ulang
hebat karena energi fosil yang murah. Pada kebutuhan kapasitas pembangkit listrik di
April 2020, harga minyak mentah menurun masa depan, termasuk rencana penambahan
hingga 67,5% dan batu bara menurun hingga energi terbarukan. Diperlukan komitmen
9,7%. Sementara itu, pada kuarter I tahun kebijakan yang kuat untuk memastikan target
2020 permintaan listrik global turun 2,5% bauran energi terbarukan bisa tercapai.
jika dibandingkan dengan kuarter I tahun Pandemi COVID-19 berdampak
2019. Rata-rata penurunan permintaan 20% besar terhadap ekonomi global dan nasional.
pada kondisi lockdown total. Penurunan Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
permintaan listrik secara global ini, tentang Situasi dan Prospek Ekonomi Dunia
diproyeksikan sebesar 5-10% selama tahun pada pertengahan 2020, ekonomi global
2020 (Ditjen EBTKE RI, 2020). dapat berkontraksi tajam sebesar 3,2% pada
2020, dengan tidak banyak harapan untuk pada sektor ketenagakerjaan, yaitu
dapat rebound tahun 2021. Proyeksi kerugian peningkatan jumlah pengangguran dan
output kumulatif selama dua tahun ke depan perubahan lanskap pasar tenaga kerja
adalah US$ 8,5 triliun, yang setara dengan pascakrisis (Arfyanto et al., 2020).
semua keuntungan output empat tahun Berdasarkan data Kemnaker per 7 April
sebelumnya. Perdagangan dunia bisa turun 2020, akibat dampak pandemi COVID-19,
sebanyak 15% pada tahun 2020 karena sektor formal yang dirumahkan dan di-PHK
penurunan tajam dalam permintaan global ada sebanyak 39.977 perusahaan dan jumlah
dan gangguan dalam rantai pasokan global pekerja/buruh/tenaga kerja sebanyak
(Habibi and Pratama, 2021). Sementara itu, 1.010.579 orang. Sementara jumlah
kondisi di Indonesia menujukan tingkat perusahaan dan tenaga kerja terdampak di
pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi sektor informal sebanyak 34.453 perusahaan
pada tahun 2020 dengan rincian triwulan I dan jumlah pekerjanya sebanyak 189.452
sebesar 2,97, triwulan II -5,32, triwulan III - orang (Biro Humas Kemnaker, 2020).
3,49 dan triwulan IV -2,19 (Bank Indonesia, Bahkan, angka ini belum menggambarkan
2020). Dana Moneter Internasional (IMF) tingkat pengangguran secara keseluruhan
mencatat bahwa sudah 170 negara telah karena belum memasukkan angkatan kerja
menghadapi penyusutan PDB per kapita dan baru yang masih menganggur.
bahkan wabah yang berumur pendek akan Tantangan ketenagakerjaan lainnya
menyebabkan kontraksi Produk Domestik adalah potensi perubahan lanskap pasar
Bruto (PDB) 3% secara global. Kondisi tenaga kerja yang akan terjadi pada masa
perekonomian Indonesia tercatat mengalami pascakrisis yang akan menyebabkan
penurunan sebesar 2,07%, dengan PDB tersingkirnya tenaga kerja berpendidikan dan
menurut lapangan usaha yang juga berketerampilan rendah dari sektor formal.
mengalami penurunan di semua sektor Setidaknya ada empat hal yang akan
unggulan seperti industri, perdagangan, mendorong fenomena ini. Pertama, tingkat
pertanian, konstruksi, dan pertambangan penyerapan tenaga kerja tidak akan sebesar
(Habibi and Pratama, 2021). jumlah tenaga kerja yang terkena PHK.
Menurunnya kinerja ekonomi ini juga Kedua, perusahaan hanya akan merekrut
berdampak pada situasi ketenagakerjaan di tenaga kerja yang memiliki produktivitas
Indonesia. Setidaknya terdapat dua dampak tinggi dan mampu mengerjakan beberapa
tugas sekaligus (multitasking). Ketiga, dari pembangunan infrastruktur. Pemerintah
lapangan usaha yang akan berkembang Indonesia telah mempersiapkan beberapa
pascapandemi COVID-19 adalah usaha- strategi utama untuk menjaga pertumbuhan
usaha yang berhubungan dengan teknologi. ekonomi di tahun 2021, salah satunya adalah
Keempat, sistem alih daya (outsourcing) dan melanjutkan Program Pemulihan Ekonomi
pekerja kontrak menjadi lebih menarik bagi Nasional (PEN). Anggaran Pendapatan dan
para pelaku usaha karena keduanya Belanja Negara (APBN) terus diupayakan
memberikan fleksibilitas tinggi kepada untuk memenuhi kebutuhan belanja termasuk
perusahaan dalam hubungannya dengan belanja infrastruktur. Formulasi kebijakan ini
tenaga kerja (Arfyanto et al., 2020). Dengan diharapkan dapat menekan dampak pandemi
demikian pencapaian target tujuan pekerjaan COVID-19 terhadap perekonomian
yang layak dan pertumbuhan ekonomi akan Indonesia (Aprillia, 2022).
terhambat. Pandemi COVID-19 juga membuat
Pembangunan infrastruktur memiliki kesenjangan sosial semakin terasa. Hal ini
hubungan timbal balik dengan pertumbuhan disebabkan terjadinya penurunan
ekonomi makro, dimana pembangunan ketersediaan lapangan pekerjaan. Kondisi ini
infrastruktur menimbulkan ekspansi ekonomi memicu peningkatan angka kemiskinan dan
melalui efek multiplier dan ekspansi ekonomi angka pengangguran terbuka. Dengan
menimbulkan kebutuhan untuk memperluas demikian, terjadinya kesenjangan sosial tidak
infrastruktur yang ada untuk meningkatkan bisa dihindari. Kemudian, untuk tujuan
aliran barang dan orang yang beredar. kemitraan dibagi menjadi dua, yaitu
Pandemi COVID-19 membuat sebagian kemitraan untuk menghadapi dampak sosial
besar pembangunan infrastruktur menjadi dan kemitraan dalam membangun kembali
tertunda karena tingkat penularan virus yang dengan lebih baik dan lebih kuat.
sangat tinggi. Tertundanya aktivitas Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh
konstruksi berdampak pada tidak terserapnya UCLG ASPAC dan APEKSI, untuk
bahan baku domestik, menurunnya impor kemitraan yang terkait dampak sosial tidak
barang modal, dan hilangnya lapangan signifikan untuk dilakukan. Dampak
pekerjaan yang berkontribusi pada pandemi COVID-19 pada angka KDRT,
meningkatnya angka pengangguran sehingga kekerasan anak dan perceraian tidak terlalu
tidak ada manfaat ekonomi yang diperoleh besar sehingga pembentukan kemitraan
multi-pihak tidak signifikan untuk menurunkan suku bunga. Tahapan terakhir
menangani dampak tersebut. Di sisi lain, adalah program pemulihan pasca COVID-19
kemitraan multi-pihak sangat penting untuk (Bappenas, 2020).
membangun kembali dengan lebih baik dan Strategi pemulihan ekonomi pasca
lebih kuat terutama untuk sektor ekonomi COVID-19, di antaranya melakukan
(UCLG ASPAC and APEKSI, no date). akselerasi investasi, artinya menarik investasi
sebesar-besarnya untuk menggerakkan
Strategi Melanjutkan Tujuan ekonomi. Kedua, melakukan pemulihan
Pembangunan Berkelanjutan dalam industri dan perdagangan. Ketiga,
Kondisi Pandemi COVID-19 memperdalam sektor keuangan domestik
Terdapat beberapa tahapan yang dengan memperkuat struktur, ketahanan, dan
dapat dilakukan untuk memulihkan keadaan stabilitas sektor keuangan. Keempat,
akibat pandemi COVID-19. Tahap pertama melakukan pembangunan pariwisata
adalah memperkuat fasilitas kesehatan, bisa kembali. Selanjutnya, pembangunan SDM
melalui peningkatan perilaku sehat dan social yang perlu dilakukan melalui program seperti
distancing, pemenuhan kapasitas kartu prakerja, pendidikan dan pelatihan
laboratorium, dan memperbaiki sistem vokasi, pendidikan usia dini, dan sebagainya
penanganan pasien. Tahap kedua adalah (Bappenas, 2020). Selain itu, untuk menekan
melindungi kelompok masyarakat rentang angka pengangguran pemerintah dapat
dan dunia usaha. Pemerintah perlu meninjau kembali peraturan ketenagakerjaan
memperluas pemberian bantuan sosial, listrik untuk mendorong fleksibilitas pasar tenaga
gratis, kartu pra kerja, program keluarga kerja dan memberdayakan pekerja
harapan, dan sebagainya. Selain itu, berketerampilan rendah melalui pelatihan
pemerintah juga dapat memberikan berkelanjutan untuk meningkatkan
keringanan pajak dan keringanan kredit kemampuan mereka (Arfyanto et al., 2020).
untuk dunia usaha dan pekerja serta Pembangunan infrastruktur juga tidak
mencanangkan program pemulihan ekonomi ketinggalan untuk mendukung kawasan
untuk dunia usaha dan UMKM. Tahapan industri dan pariwisata. Berkaca pada masa
ketiga adalah mengurangi tekanan sektor pandemi COVID-19 yang membatasi
keuangan, bisa dengan memberikan bantuan pergerakan dan pertemuan tatap muka, maka
likuiditas terhadap sektor keuangan dan diperlukan tersedianya sarana pendukung
atau sistem infrastruktur teknologi informasi dari pembangunan berkelanjutan. Agar
yang mendukung pelaksanaan digital pencapaian tujuan pembangunan
working dan akivitas perekonomian pada era berkelanjutan tetap dapat berlanjut di tengah
new normal (Aprillia, 2022). pandemi COVID-19, kita perlu mengkaji dan
Kemudian, memperluas program meneliti tentang seberapa jauh pandemi akan
perlindungan sosial, termasuk memperluas mempengaruhi pencapaian SDGs dalam
basis data yang mencakup pekerja sektor jangka pendek, menengah, dan panjang serta
informal (Bappenas, 2020). Sebaiknya diperlukan perumusan roadmap pemulihan
pemerintah dapat mencurahkan perhatian yang jelas. Kita perlu menguatkan rasa
lebih besar pada sektor ekonomi informal, tanggung jawab bersama dan solidaritas
seperti UMKM, sebagai peredam terus global untuk menanggapi tantangan sosial-
berlanjutnya peningkatan angka ekonomi yang ditimbulkan oleh COVID-19,
pengangguran (Arfyanto et al., 2020). mengambil pembelajaran dari krisis
Strategi terakhir yang paling penting adalah kemanusiaan ini untuk membangun kembali
memperkuat sektor kesehatan. Penguatan dengan lebih baik, dan mendefinisikan ulang
sektor kesehatan dapat dilakukan melalui peran pemangku kepentingan yang berbeda
peningkatan upaya promotif dan preventif pada era new normal, seperti memperluas
melalui Germas, peningkatan kapasitas tanggung jawab dari pemerintah ke
health security terutama surveilans dan komunitas internasional, organisasi
sistem informasi, jejaring dan kapasitas multilateral, sektor swasta, masyarakat sipil
laboratorium, serta pemenuhan fasilitas dan bahkan individu, jika ingin melakukan
alat kesehatan (Bappenas, 2020). Selain itu, pendekatan yang efektif dan berpengaruh
diperlukan upaya yang lebih serius untuk terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan.
mengembangkan teknologi internet sebagai Sesuai dengan prinsip inti SDGs, dunia harus
basis layanan kesehatan dengan membuat terus memberikan perhatian khusus pada
standar untuk menjaga kualitas layanan kelompok masyarakat marjinal dan rentan
(Saputri et al., 2020). untuk memastikan tidak ada yang tertinggal
Di samping berbagai strategi yang (Habibi and Pratama, 2021).
dapat kita lakukan, terdapat hal penting
lainnya yang kita dapat sebagai pembelajaran KESIMPULAN
dari pandemi ini untuk melanjutkan tujuan
Pandemi COVID-19 memberikan pembangunan berkelanjutan. Apabila
dampak yang besar terhadap pencapaian masyarakat memiliki hidup yang sehat dan
tujuan pembangunan berkelanjutan terutama sejahtera, maka akan memberikan pengaruh
yang berkaitan dengan pilar pembangunan yang baik terhadap pencapaian tujuan
sosial dan pembangunan ekonomi. Pada awal pembangunan berkelanjutan yang lainnya.
pandemi dunia mengalami krisis kesehatan, Sebaliknya, apabila suatu negara memiliki
kemudian dengan cepat berpengaruh masalah kesehatan masyarakat yang cukup
terhadap sektor ekonomi. Pertumbuhan tinggi, maka akan berdampak negatif
ekonomi melambat dan terkontraksi. terhadap pencapaian tujuan pembangunan
Berbagai permasalahan seperti kemiskinan, berkelanjutan yang lainnya.
ketersediaan pangan, akses pelayanan
kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender, DAFTAR PUSTAKA
pembangunan energi bersih dan terjangkau, Aprillia, A. (2022) Dampak Pandemi
pembangunan infrastruktur, dan kesenjangan Terhadap Pembangunan Infrastruktur,
sosial kembali bermunculan. Berbagai Kajian & Opini Publik. Available at:
program yang telah dilakukan pemerintah https://kpbu.kemenkeu.go.id/read/1112-
untuk mencapai tujuan pembangunan 1273/umum/kajian-opini-
berkelanjutan seakan tidak berarti dengan publik/dampak-pandemi-terhadap-
adanya pandemi ini. Namun, pandemi pembangunan-infrastruktur (Accessed:
COVID-19 juga dapat menjadi kesempatan 27 December 2022).
bagi pemerintah untuk melakukan Arfyanto, H. et al. (2020) Mengantisipasi
transformasi sistem kesehatan nasional. Potensi Dampak Krisis Akibat Pandemi
Berbagai upaya dan strategi dapat dilakukan COVID-19 terhadap Sektor
pemerintah untuk dapat melanjutkan tujuan Ketenagakerjaan. 4. Jakarta. Available
pembangunan berkelanjutan dalam kondisi at: https://smeru.or.id/id/publication-
pandemi COVID-19 saat ini. id/mengantisipasi-potensi-dampak-
Dengan demikian, dapat disimpulkan krisis-akibat-pandemi-covid-19-
bahwa kondisi kesehatan suatu negara terhadap-sektor.
memiliki pengaruh yang cukup besar Badan Pusat Statistik (2021) Persentase
terhadap pembangunan berkelanjutan. Penduduk Miskin September 2020 naik
Kesehatan dapat dikatakan sebagai input dari menjadi 10,19 persen. Available at:
https://www.bps.go.id/pressrelease/2021 PHK Sebagai Langkah Terakhir.
/02/15/1851/persentase-. Available at:
Bank Indonesia (2020) Pertumbuhan https://kemnaker.go.id/news/detail/mena
Ekonomi Indonesia Triwulan IV 2020 ker-ida-fauziyah-minta-pengusaha-
Melanjutkan Perbaikan. Available at: jadikan-phk-sebagai-langkah-terakhir
https://www.bi.go.id/id/edukasi/Docume (Accessed: 27 December 2022).
nts/Infografis-Pertumbuhan-Ekonomi- Ditjen EBTKE RI (2020) Subsektor EBTKE
Indonesia-Triwulan-IV-2020.pdf. Perlu Diprioritaskan Dalam Paket
Bappenas (2020) Pengaruh COVID-19 Stimulus Pasca Covid-19. Available at:
terhadap Tujuan Pembangunan https://ebtke.esdm.go.id/post/2020/05/1
Berkelanjutan. Available at: 6/2537/subsektor.ebtke.perlu.diprioritas
https://kkp.go.id/an- kan.dalam.paket.stimulus.pasca.covid-
component/media/upload-gambar- 19 (Accessed: 27 December 2022).
pendukung/DitJaskel/publikasi-materi- Habibi, M. and Pratama, D.A. (2021)
2/SDGs-Talks-Menjaga- ‘Dampak pandemi COVID-19 terhadap
Momentum/20200506 Final Paparan capaian Sustainable Development Goals
Deputi KSDA SDG IPB - sec.pdf. (SDGs)’, Jurnal Ilmu Pemerintahan,
Bappenas (2022) Buku Putih Reformasi 2(2), pp. 68–80. Available at:
Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: https://govsci.fisip-
Direktorat Kesehatan dan Gizi unmul.ac.id/site/index.php/govsci/articl
Masyarakat, Kementerian e/download/15/31/243.
PPN/Bappenas. Available at: Kemenpppa RI (2020) Survei ‘Menilai
https://perpustakaan.bappenas.go.id/e- Dampak COVID-19’: Perempuan
library/file_upload/koleksi/migrasi- Memikul Beban Lebih Berat
data-publikasi/file/Policy_Paper/Buku Dibandingkan Laki-Laki. Available at:
Putih Reformasi SKN.pdf. https://www.kemenpppa.go.id/index.ph
Bappenas (no date) Sekilas SDGs. Available p/page/read/29/2921/survei-menilai-
at: https://sdgs.bappenas.go.id/sekilas- dampak-covid-19-perempuan-memikul-
sdgs/ (Accessed: 27 December 2022). beban-lebih-berat-dibandingkan-laki-
Biro Humas Kemnaker (2020) Menaker Ida laki (Accessed: 27 December 2022).
Fauziyah Minta Pengusaha Jadikan Nuryana, A.N. (2020) Dampak Pandemi
Covid -19 Terhadap Dunia Pendidikan. https://smeru.or.id/id/publication-
Available at: id/dampak-pandemi-covid-19-terhadap-
https://jabar.kemenag.go.id/portal/read/d kemiskinan-estimasi-bagi-indonesia.
ampak-pandemi-covid-19-terhadap- UCLG ASPAC and APEKSI (no date)
dunia-pendidikan (Accessed: 27 Menangani Dampak Sosial Pandemi
December 2022). COVID-19 di Masa Adaptasi Kebiasaan
Saputri, N.S. et al. (2020) Dampak Pandemi Baru. Jakarta. Available at:
COVID-19 pada Layanan Gizi dan https://localisesdgs-
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA): Studi indonesia.org/asset/file/newsletter/publi
Kasus di Lima Wilayah di Indonesia. 5. kasi/Research-5-WEB.pdf.
Jakarta. Available at: Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2009
https://smeru.or.id/id/publication- tentang Perlindungan dan Pengelolaan
id/dampak-pandemi-covid-19-pada- Lingkungan Hidup
layanan-gizi-dan-kesehatan-ibu-dan- WHO (2022) WHO Coronavirus (COVID-
anak-kia-studi-kasus. 19) Dashboard. Available at:
Satgas COVID-19 (2022) Peta Sebaran. https://covid19.who.int/ (Accessed: 27
Available at: https://covid19.go.id/peta- December 2022).
sebaran. WHO (no date) Coronavirus disease
Suryahadi, A., Izzati, R. Al and Suryadarma, (COVID-19) pandemic. Available at:
D. (2020) The Impact of COVID-19 https://www.who.int/europe/emergencie
Outbreak on Poverty: An Estimation for s/situations/covid-19 (Accessed: 27
Indonesia. Jakarta. Available at: December 2022).

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai