Disusun oleh :
RAGIL YUDY PRASETYO
(NIM : 121022010123)
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Government Response Stringency Index
Gambar 1.
Di Indonesia, Pemerintah memberlakukan status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dan
menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejak tanggal 31 Maret 2020.
Sebelumnya, Pemerintah juga telah memberlakukan larangan penerbangan termasuk dari dan ke
Tiongkok, membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, memberlakukan
kebijakan Physical Distancing, serta menetapkan status keadaan darurat bencana COVID-19.
Anjuran untuk meningkatkan pola hidup bersih dan sehat yaitu memakai masker, mencuci tangan,
dan menjaga jarak (3M) juga terus digencarkan.
Penerapan Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar yang dipilih oleh Pemerintah
bukanlah kebijakan yang mudah dan memikul konsekuensi yang tidak ringan terhadap dampak
Sosial, Ekonomi, dan Keuangan yang ditimbulkan. Namun hal tersebut menunjukkan bahwa
kesehatan dan keselamatan masyarakat adalah prioritas.
Dalam waktu yang singkat, arah perekonomian global berubah drastis. Di awal tahun, dunia
masih optimis bahwa 2020 akan menjadi tahun pemulihan ekonomi global. Adanya pandemi
membuat ekonomi global berada dalam bayangan resesi. Dampak pandemi COVID-19 telah jelas
terjadi, namun ketidakpastian mengenai kapan berakhirnya pandemi membuat proyeksi outlook
perekonomian menjadi sangat sulit. JP Morgan dan The Economist Intelligence Unit (EIU)
memproyeksi pertumbuhan ekonomi global di tahun 2020 masing-masing sebesar -1,1 persen
dan -2,2 persen. Sedangkan IMF dan Fitch memprakirakan pertumbuhan ekonomi global di tahun
2020 akan mengalami kontraksi, dengan prakiraan pertumbuhan masing-masing sebesar -3,0
persen dan -3,9 persen.
Negara-negara maju diperkirakan akan menjadi kelompok yang mengalami kontraksi
terdalam. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS, Euro Area dan Jepang, misalnya, akan
tumbuh negatif masing-masing di tingkat -5,9 persen, -7,5 persen, dan -5,2 persen. Sementara
untuk Tiongkok, India, dan ASEAN-5 lembaga tersebut memperkirakan pertumbuhan ekonomi
di tingkat 1,2 persen, 1,9 persen dan -0,6 persen.
4
Proyeksi IMF tersebut mengasumsikan pandemi secara gradual akan mereda di semester ke-
2 2020. Ketidakpastian yang tinggi juga terlihat dari divergensi proyeksi pertumbuhan ekonomi
Indonesia oleh beragam institusi. Proyeksi pemburukan ekonomi global tersebut membuat
banyak negara melakukan berbagai langkah kebijakan ekonomi luar biasa untuk mengatasi
dampak sosial ekonomi dari pandemi.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2020 dan 2021
Gambar 2.
Langkah Kebijakan Ekonomi di tengah Pandemi COVID-19
Selama Tahun 2020, mengamati dampak ekonomi yang ditimbulkan dari pandemi
COVID-19, berbagai negara di dunia tidak terkecuali Indonesia telah melakukan langkah luar
biasa (extraordinary) yakni dengan menggelontorkan stimulus ekonomi yang sangat besar baik
melalui instrumen fiskal maupun moneter. Langkah-langkah kebijakan tersebut dilakukan
dengan tujuan utama akselerasi penanganan COVID-19 hingga upaya mitigasi dampak ekonomi
dan keuangan. International Monetary Fund (IMF) mencatat 213 negara di dunia telah
mengeluarkan stimulus dalam rangka penanganan COVID-19 dan antisipasi dampaknya pada
ekonomi, dengan total stimulus mencapai USD 8 triliun atau hampir setara 10 persen dari PDB
dunia. Secara garis besar, fiskal yang dialokasikan oleh negara-negara memberikan fokus pada
peningkatan anggaran kesehatan dalam rangka mempercepat penanganan COVID-19. Selain itu,
bantuan pada masyarakat dan rumah tangga juga umumnya diberikan oleh Pemerintah dalam
berbagai bentuk seperti bantuan tunai dan jaminan sosial. Untuk sektor usaha yang terkena
dampak dari COVID-19, diberikan skema bantuan berupa penundaan pembayaran pajak hingga
jaminan pinjaman.
5
Beberapa Bentuk Stimulus Untuk Penanganan COVID-19 dan Dampaknya
Gambar 3.
Di sisi Fiskal dukungan diarahkan langsung kepada penanganan COVID-19 dan upaya
menjaga kesehatan masyarakat menjadi fokus utama bagi seluruh negara. Amerika Serikat
misalnya, dari total stimulus sekitar USD 2 triliun sebagian dialokasikan untuk pengembangan
vaksin dan pelaksanaan tes COVID-19 yang masif. Pengadaan berbagai alat kesehatan serta
peningkatan skema jaminan kesehatan turut menjadi berbagai program utama kesehatan untuk
penanganan COVID-19 yang tuntas. Tiongkok bahkan mendirikan rumah sakit darurat untuk
penanganan pasien COVID-19 yang selesai dibangun hanya dalam kurun waktu 10 hari. Di
samping itu, berbagai program dalam rangka menjaga agar perekonomian individu dan industri
dapat terlindungi di tengah pandemi COVID-19 dilakukan termasuk pemberian bantuan
langsung untuk individu, bantuan pembayaran upah pekerja, insentif pajak, hingga subsidi
tagihan listrik.
Di sisi moneter, langkah berbagai bank sentral dan otoritas juga sangat ekstensif dengan
memanfaatkan berbagai instrumen moneter. Penurunan suku bunga acuan menjadi salah satu
kebijakan umum yang diambil, dan terjadi di berbagai negara. Otoritas moneter AS, the Federal
Reserves (The Fed) menjadi salah satu yang paling agresif dengan melakukan dua kali
pemangkasan suku bunga di bulan Maret 2020 dengan total 150 bps, sehingga suku bunga acuan
berada di tingkat 0,0–0,25 persen. Di samping penurunan suku bunga, The Fed beserta beberapa
bank sentral negara besar seperti European Central Bank (ECB) melakukan dan memperluas
program pembelian aset (quantitative easing/QE). Kebijakan QE yang dilakukan oleh The Fed
dan ECB bersifat tanpa batas (unlimited). Beberapa langkah moneter dan sektor keuangan lain
yang diambil oleh negara-negara di dunia antara lain injeksi dana dalam bentuk fasilitas pinjaman
untuk bank, penangguhan pinjaman dan restrukturisasi, refinancing likuiditas jangka pendek,
hingga penyediaan fasilitas liquidity swap.
6
Perbandingan Dukungan Fiskal Menghadapi Pandemi COVID-19
Gambar 4.
Pemerintah juga mengambil langkah intervensi instrumen APBN melalui penerbitan
Peraturan Pemerintah pengganti Undang - Undang (PERPU) Nomor 1 Tahun 2020 tentang
“Kebijakan Keuangan untuk Penanganan Pandemi COVID-19”, yang bertujuan untuk
Refocusing dan Realokasi anggaran pada kegiatan Penanganan COVID-19terangkum dalam
Program penanganan COVID-19 dan dampaknya baik dari sisi Demand maupun Supply untuk
mampu keluar dari jurang Resesi. Dari sisi Demand Pemerintah memberikan bantuan pada
masyarakat dan rumah tangga dalam berbagai bentuk seperti bantuan tunai dan jaminan sosial.
Untuk sektor usaha yang terkena dampak dari COVID-19, diberikan skema bantuan berupa
insentif perpajakan hingga jaminan pinjaman.
Tidak berbeda di Indonesia, Pemerintah telah mengambil berbagai langkah extraordinary
untuk melindungi masyarakat dan perekonomian di tengah wabah COVID-19. Kebijakan fiskal
menjadi salah satu instrumen kebijakan utama Pemerintah untuk menghadapi pandemi.
Berdasarkan instruksi Presiden RI, prioritas kebijakan APBN di tahun 2020 fokus pada
tiga hal, yaitu menjaga kesehatan masyarakat, melindungi daya beli khususnya masyarakat
golongan tidak mampu melalui penguatan dan perluasan jaring pengaman sosial, serta
melindungi dunia usaha dari kebangkrutan.
7
Bauran Kebijakan Ekonomi Extraordinary Indonesia untuk Penanganan COVID-19
dan Mitigasi Dampak Ekonomi
Stimulus Tahap I
Pada akhir Februari 2020, ketika wabah COVID-19 masih sangat terkonsentrasi di
Tiongkok, Pemerintah mengeluarkan stimulus ekonomi senilai Rp8,5 triliun yang secara khusus
diarahkan ada percepatan belanja khususnya bantuan sosial dan belanja modal, mendorong sektor
padat karya, perluasan kartu sembako serta insentif untuk sektor pariwisata sebagai sektor
terdampak.
Stimulus Tahap 2
Pada 13 Maret 2020, Pemerintah kembali meluncurkan stimulus ke-2 yang fokus pada
penyediaan insentif pajak senilai Rp22,5 triliun untuk periode April hingga September 2020.
Pemerintah juga menyediakan dukungan non-fiskal dalam rangka memperlancar ekspor dan
impor pada sektor dan komoditas tertentu. Di samping itu, Pemerintah telah melakukan
penghematan, refocusing kegiatan, serta realokasi anggaran, baik di tingkat pusat maupun
daerah, untuk penanganan COVID-19.
Stimulus Tahap 3
Melalui Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2020, Pemerintah juga mengatur percepatan
pelaksanaan refocusing, realokasi, dan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa untuk
penanganan COVID-19. Intensitas pandemi yang terus tereskalasi serta dampaknya yang
mengancam jiwa masyarakat, stabilitas ekonomi dan sektor keuangan menciptakan situasi
kegentingan yang mendorong diterbitkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
(Perppu) Nomor 1 tahun 2020 sebagai payung hukum untuk mengambil langkah-langkah cepat
dan luar biasa serta terkoordinasi untuk menghadapi pandemi COVID-19. Di dalamnya termasuk
8
penyediaan stimulus fiskal sebesar Rp405,1 triliun. Bauran kebijakan moneter dan sektor
keuangan juga dioptimalisasi oleh otoritas untuk menangani COVID-19 dan mitigasi dampaknya
pada ekonomi nasional.
9
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
Dalam analisis ini penulis melakukan identifikasi dan rumusan masalah sebagai berikut :
1) Apakah latar belakang dari Kebijakan Insentif PPnBM atas kendaraan roda empat sampai
dengan 2500 cc?
2) Siapa Sasaran atau Obyek Kebijakan Insentif PPnBM atas kendaraan roda empat sampai
dengan 2500 cc?
3) Apakah harapan Pemerintah terhadap Kebijakan Insentif PPnBM atas kendaraan roda empat
sampai dengan 2500 cc?
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3. Resesi
Resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan yang berlangsung selama
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Para ahli menyatakan resesi terjadi ketika ekonomi
suatu negara mengalami produk domestik bruto (PDB) negatif, meningkatnya angka
pengangguran, penurunan penjualan ritel, dan terjadi kontraksi pendapatan dan sektor produksi
untuk jangka waktu yang lama. Resesi dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dihindari dari
siklus bisnis atau irama ekspansi dan kontraksi reguler yang terjadi dalam perekonomian suatu
negara.
Selama resesi, ekonomi berjuang, orang kehilangan pekerjaan, perusahaan menghasilkan
lebih sedikit penjualan dan output ekonomi negara secara keseluruhan menurun. Titik di mana
perekonomian secara resmi jatuh ke dalam resesi bergantung pada berbagai faktor.
Pada tahun 1974, ekonom Julius Shiskin membuat beberapa aturan praktis untuk mendefinisikan
Resesi: Yang paling populer adalah penurunan PDB selama dua kuartal berturut-turut.
Ekonomi yang sehat berkembang dari waktu ke waktu, jadi dua perempat produksi yang
menyusut menunjukkan ada masalah mendasar yang serius, menurut Shiskin. Definisi resesi ini
menjadi standar umum selama bertahun-tahun.
12
Masalah inflasi yang tak kunjung stabil berpotensi besar membuat kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah berkurang. Melalui kebijakan fiskal, tingkat pendapatan nasional,
kesempatan kerja, tinggi rendahnya investasi nasional, dan distribusi penghasilan nasional
pun diharapkan akan berjalan dengan baik.
Instrumen Kebijakan Fiskal
Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan
erat dengan pajak. Asumsinya, jika tarif pajak diturunkan maka kemampuan daya beli di
masyarakat akan meningkat dan industri pun bisa meningkatkan jumlah penjualan. Begitu juga
sebaliknya.
Macam-Macam Kebijakan Fiskal
Pada dasarnya, kebijakan fiskal terbagi menjadi dua macam, yaitu menurut teori dan menurut
jumlah penerimaan dan pengeluaran. Nah, berikut ini penjelasannya:
Kebijakan Fiskal Dari Segi Teori
Kebijakan fiskal fungsional: merupakan kebijakan dalam pertimbangan pengeluaran dan
penerimaan anggaran pemerintah ditentukan dengan melihat akibat-akibat tidak langsung
terhadap pendapatan nasional terutama guna meningkatkan kesempatan kerja.
Kebijakan fiskal yang disengaja: merupakan kebijakan dalam mengatasi masalah ekonomi
yang sedang dihadapi dengan cara memanipulasi anggaran belanja secara sengaja, baik melalui
perubahan perpajakan maupun perubahan pengeluaran pemerintah. Terdapat tiga bentuk
kebijakan fiskal yang disengaja. Pertama, membuat perubahan pada pengeluaran pemerintah.
Kedua, membuat perubahan pada sistem pemungutan pajak. Tiga, membuat perubahan secara
serentak baik pada pengelolaan pemerintah atau sistem pemungutan pajaknya.
Kebijakan fiskal yang tidak disengaja: merupakan kebijakan dalam mengendalikan kecepatan
siklus bisnis supaya tidak terlalu fluktuatif. Jenis kebijakan fiskal tak disengaja adalah proposal,
pajak progresif, kebijakan harga minimum, dan asuransi pengangguran.
Kebijakan Fiskal Dari Jumlah Penerimaan Dan Pengeluaran
Kebijakan Fiskal Seimbang: merupakan kebijakan yang membuat penerimaan dan pengeluaran
menjadi sama jumlahnya. Ada dampak positif dan negatif dari kebijakan fiskal yang satu ini.
Positifnya, negara jadi tidak perlu meminjam sejumlah dana, baik dari dalam negeri maupun luar
negeri. Negatifnya, kondisi perekonomian akan terpuruk bila ekonomi negara dalam kondisi
yang tidak menguntungkan.
Kebijakan Fiskal Surplus: pada kebijakan ini jumlah pendapatan harus lebih tinggi
dibandingkan pengeluaran. Kebijakan ini merupakan cara untuk menghindari inflasi.
13
Kebijakan Fiskal Defisit: merupakan kebijakan yang berlawanan dengan kebijakan surplus.
Salah satu kelebihan kebijakan ini adalah mengatasi kelesuan dan depresi pertumbuhan
perekonomian. Sedangkan kekurangannya, negara selalu dalam keadaan defisit.
Kebijakan Fiskal Dinamis: kegunaan kebijakan ini adalah menyediakan pendapatan yang bisa
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pemerintah yang bertambah seiring berjalannya waktu.
14
Non Konvensional (dalam kondisi tidak normal (misalnya fullscale finacial crisis), beberapa
negara maju yang mengalami zero lower bound problem merumuskan instrumen non
konvensional seperti berikut ini:
1. Liquidity provision merujuk kepada upaya pelonggaran fasilitas pinjaman oleh bank sentral
kepada bank komersial.
2. Large Scale Asset Purchase merujuk kepada operasi pasar oleh bank sentral untuk pembelian
surat utang skala besar yang bertujuan untuk mempengaruhi tingkat suku bunga dari segmen
utang tertentu (baik pemerintah ataupun swasta).
3. Forward Guidance merujuk kepada upaya pengelolaan ekspektansi dari para pelaku pasar
terutama mengenai tingkat suku bunga jangka panjang.
15
BAB III
METODE ANALISIS
16
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Upaya Pemerintah dalam Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021
Pemerintah mengklaim bahwa APBN Berhasil Menahan Dampak Pandemi Covid-19 dengan
penjelasan sebagai berikut:
a) APBN berhasil menahan kontraksi ekonomi lebih dalam akibat tekanan pandemi Covid 19.
Tanpa intervensi APBN & PEN, berpotensi mengalami kontraksi ekonomi 2020 akan lebih
dalam
b) Melalui pelebaran defisit APBN 2020 hingga 6,1% PDB, realisasi belanja negara Rp2.589,9
triliun , termasuk realisasi PEN Rp579,8 triliun , negara hadir mencegah kontraksi ekonomi
lebih dalam akibat pandemic di 2020.
c) Pada 2021, APBN dan kebijakan fiskal melanjutkan perannya sebagai alat pendorong
pemulihan ekonomi nasional.
Dalam rangka mendorong percepatan Pemulihan Ekonomi pada tahun 2021, Pemerintah melalui
Program PEN 2021 Sebagai Game Changer Sebesar Rp 699,43 T atau naik sebesar 21% dari
realisasi sementara 2020 (Rp579,78 T).
17
Skema Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Tahun 2021
Gambar
Melalui berbagai program di atas pada tahun 2021, Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan
ekonomi indonesia mencapai kisaran 4.5 s.d. 5.3 dimana untuk mencapai hal tersebut,
Pemerintah harus memacu berbagai Indikator Ekonomi secara progressive dan simultan, baik
dari Sektor Produksi berupa mendorong adanya Investasi Baru (Capital inflow), Kemudahan
Kredit Usaha Kecil, berbagai stimulus di Sektor Perpajakan, dan Sektor Konsumsi berupa
upaya peningkatan daya beli yang kuat dan berkelanjutan melalui berbagai Program Sosial
berupa: PKH, BLT, Bansos, Prakerja , dll, Serta Sektor Perbankan berupa upaya peningkatan
Kredit Usaha maupun Kredit Konsumsi untuk meningkatkan perputaran uang di masyarakat.
18
Pemulihan Ekonomi diproyeksikan semakin kuat pada tahun 2021, dimana OECD, IMF maupun
World Bank telah mempublikasikan proyeksi pertumbuhan ekonomi indonesia tahun 2021
sebesar kisaran 4.4 s.d. 4.9. Adapun beberapa indikatornya antara lain:
1) Program Vaksinasi yang terus dipercepat dengan jumlah pasokan vaksin yang on-track
2) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2021 yang Ekspansif dan
Konsolidatif dimana difokuskan untuk melanjutkan penanganan pandemi dan memperkuat
tren pemulihan ekonomi
3) Paket Kebijakan Terpadu (KSSK) untuk peningkatan pembiayaan Dunia Usaha melalui
sinergi Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
4) Implementasi Reformasi Struktural (Easy of Doing Business) melalui Pengesahan Undang-
Undang Cipta Kerja dan turunannya, pendirian Indonesia Investement Authority (INA), dan
kelanjutan pembangunan infrastruktur prioritas.
Pada Kuartal 1 Tahun 2021 juga arah pemulihan ekonomi tampak dari penguatan berbagai
indikator PMI Manufaktur, Ekspor-Impor dan Daya Beli Masyarakat. Selain itu, Konsumsi dan
Investasi diperkirakan semakin membai secara terbatas, seiring eskalasi pandemi covid masih
menahan customer level of confindence. Adapun dengan kondisi tersebut pertumbuhan ekonomi
pada kuartar 1 diperkirakan mendekati kisaran -1 s.d. -0.1 menguat sebesar 2.09 poin
dibandingkan kuartal 4 tahun 2020.
19
Tren Pertumbuhan Sektor Konsumsi Rumah Tangga
Tahun 2019 s.d. 2020
4.3 Latar Belakang Sektor Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat yang Menjadi Fokus
Kebijakan Pemerintah-Insentif PPnBM dalam Pemulihan Ekonomi Nasional Tahun 2021
Dalam rangka mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional, Pemerintah merasa
perlu untuk mendesain kebijakan yang mampu mendorong daya beli masyarakat kelas menengah
sebagai pengungkit perekonomian dari sisi Demand, menstimulasi tumbuhnya kredit usaha
maupun konsumsi di sektor Perbankan. Berdasarkan hasil analisa data kontribusi pertumbuhan
ekonomi per sektor usaha diperoleh informasi bahwa dari 6 Sektor Industri yang diamati antara
lain:
20
a. Makanan dan Minuman, (41,2%) dengan kontraksi sebesar (+0.5)
b. Transportasi dan Komunikasi, (20,1%) dengan kontraksi sebesar (-9.6)
c. Perumahan dan Perlengkapan Rumah (13,3%), dengan kontraksi sebesar (+2.3)
d. Pakaian dan Alas Kaki, (3,6%) dengan kontraksi sebesar (-4.2)
e. Restoran dan Hotel (9,6%) dengan kontraksi sebesar (-8.1) serta
f. Kesehatan dan Pendidikan (7,3%) dengan kontraksi sebesar (+3.1)
21
segmen barang barang yang dikonsumsi masyarakat kelas menengah atas, termasuk kendaraan
dan rumah.
Beberapa Indikator yang Menjadi Dasar Pertimbangan Pemerintah
1) Indikator Penjualan Retail, Keyakinan Konsumen & Pertumbuhan Kredit Konsumsi
Berdasarkan indeks penjualan barang retail
sejak Januari 2020 s.d. Februari 2021
menunjukkan tren yang secara gradual
mengalami penurunan yang signifikan. hal ini
menjelaskan bahwa Aktivitas konsumsi rumah
tangga masih rendah hingga bulan februari
2021. Pada Februari 2021, IPR berkontraksi
0,7% (mtm), Sedangkan secara tahunan
IPR berkontraksi 16,5% (yoy).
22
2) Indikator Konsumsi Transportasi dan Penjualan Kendaraan
Penjualan mobil penumpang di Februari 2021 turun tajam -51.6% (YoY) terutama karena
konsumen menahan diri untuk membeli mobil yang akan mendapatkan insentif PPnBM 0
pada bulan berikutnya Terlihat mobil penerima insentif ini pada bulan Februari penjualannya
turun sampai 45.4 %%(MTM) dibandingkan bulan Januari.
•Penjualan motor di Januari 2021 menorehkan penjualan tertinggi sejak April 2020 Meskipun
masih terkontraksi -14.7% yoy namun sudah lebih dibandingkan pertumbuhan pada bulan
sebelumnya -45% (yoy)
3) Indikator Kinerja Manufaktur Indonesia
Kinerja m anufaktur Indonesia secara agregat pada bulan Februari 2021 kembali ekspansif pada
level 50,9 atau sedikit lebih rendah dibanding Januari 2021 (52,2), namun masih lebih baik dari
beberapa negara ASEAN. Kinerja ini masih didorong oleh peningkatan permintaan baru dan
output . Hal ini memberikan indikasi terus berlanjutnya pemulihan aktivitas sektor produksi
(manufaktur) di Indonesia.
23
Secara global, kinerja manufaktur kembali menguat di tengah peningkatan pertumbuhan
permintaan baru dan produksi khususnya di AS dan Eropa . Restriksi terkait penanganan Covid
19 di berbagai negara menyebabkan gangguan supply chain . Namun, optimisme terhadap
pemulihan ke depan masih sangat tinggi.
4.4 Sasaran, Pihak yang Terlibat dan Skema Kebijakan Pemerintah berupa Insentif PPnBM
atas Kendaraan Bermotor Roda Empat
Adapun berdasarkan Rantai Pihak – Pihak yang akan terdampak menunjukkan bahwa arah utama
kebijakan pemberian insentif PPnBM ini adalah untuk menciptakan Multiplier Effect yang
diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang sistemik.
1) Industri Otomotif dan Pendukung
Industri Otomotif dan Industri serta Jasa Pendukung, adalah salah satu industri yang menjadi
perhatian pemerintah untuk diselamatkan dari krisis, hal ini disebabkan karena selama 20
tahun terakhir Industri ini mampu menyerap kurang lebih 300 ribu tenaga kerja.
Dengan pemberian Insentif PPnBM atas Kendaraan Bermotor Roda Empat tertentu,
diharapkan Industri Otomotif dan Pendukungnya mampu mempertahankan Sektor Produksi
dapat tumbuh.
2) Pekerja
Berbagai Sektor Usaha di Indonesia, saat ini mengalami kondisi yang sangat sulit dan
menghadapi ancaman yang nyata di depan mata antara lain beberapa program efisiensi usaha
dalam bentuk pemutusan hubungan kerja (PHK) yang secara langsung akan memicu
24
peningkatan angka pengangguran hingga angka kemiskinan nasional. Dengan adanya insentif
PPnBM ini diharapkan dapat memacu sektor produksi pada Industri Otomotif dan Pendukung
agar dapat mempertahankan Pekerja untuk dapat tetap bekerja dan mendapatkan penghasilan.
Sehingga dengan adanya masyarakat yang berpenghasilan mampu mendorong petumbuhan
ekonomi di sektor rumah tangga.
3) Konsumen (Masyarakat Potensial)
Dengan adanya insentif PPnBM memberikan suatu penawaran yang menarik pada aspek
harga untuk pemilikan kendaraan bermotor roda empat bagi masyarakat selaku konsumen
potensial yang kemungkinan besar akan membeli kendaraan bermotor dengan memanfaatkan
insentif PPnBM tersebut. Adanya peningkatan permintaan pasar atas kendaraan bermotor
roda empat ini, secara langsung akan mendorong sektor produksi menjadi lebih produktif dan
tumbuh.
4) Perbankan
Dengan adanya transaksi pembelian kendaraan bermotor roda empat antara Konsumen dan
Produsen (Industri Otomotif), maka secara tidak langsung akan mendorong pertumbuhan
positif kredit barang konsumsi, maupun kredit tanpa angunan. Hal ini menunjukkan signal
yang baik apabila dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2020 dimana pertumbuhan kredit
perbankan sempat mengalami stagnasi atau tumbuh di angka 0%, dengan kata lain dana
masyarakat di sektor perbankan tidak berputar sehingga mempengaruhi suku bunga deposito
dan simpanan yang ikut mengalami kemerosotan seiring pertumbuhan kredit yang terhenti.
Adapun Sasaran Kebijakan ini ditujukan kepada Industri Otomotif dan Industri Pendukung,
dioperasionalkan ke dalam Skema Kriteria Kendaraan yang Mendapat insentif PPnBM antara
lain :
Aspek Kebijakan I Kebijakan II
Dasar Hukum Kepmenperin No.169 Tahun 2021 Kepmenperin No. 839 Tahun 2021
PMK-20/PMK.03/2021 PMK-31/PMK.03/2021
Segmen Sedan <= 1500cc 4x2 > 1500cc <= 2500cc
4x2 <= 1500cc 4x4 > 1500cc <= 2500cc
Periode Berlaku 1 Mar 2021 s.d. 31 Des 2021 1 Apr 2021 s.d. 31 Des 2021
Skema Insentif 100% (Mar – Mei 2021) 50% (Apr – Aug 2021)
PPnBM 50% (Juni – Aug 2021) 25% (Sep – Des 2021)
25% (Sep – Des 2021)
Prasyarat local purchase lebih dari 70% local purchase lebih dari 60%
25
Adapun berdasarkan kriteria tersebut diketahui beberapa Perusahaan yang eligible Memenuhi
Syarat untuk mendapatkan insentif PPnBM atas Kendaraan Bermotor Roda Empat antara lain:
1) PT Toyota Astra Motor
2) PT Astra Daihatsu Motor
3) PT Honda Prospek Motor
4) PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia
5) PT Suzuki Indomobil Motor
6) PT SGMW Motor Indonesia
4.5 Dampak dan Konsekuensi Kebijakan Pemerintah berupa Insentif PPnBM atas Kendaraan
Bermotor Roda Empat
Berdasarkan hasil analisis fiskal, diharapkan dengan diberikannya insentif PPnBM atas
Kendaraan Bermotor Roda Empat yang tersebut, mampu memacu dampak positif atas beberapa
indikator :
1) Tingkat konsumsi rumah tangga nasional sebagai kontributor utama yang mendorong
Indonesia keluar dari jurang resesi pada Pertumbuhan Ekonomi Kuartal 2 tahun 2021.
2) Mendorong Dampak Simultan dari perputaran bisnis Industri Otomotif dan Industri
Komponen serta pendukungnya sehingga Industri terkait mampu terlepat dari ancaman going
concern / kelangsungan usaha yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kemampuan
mempertahankan tenaga kerja yang ada dan menyerap tenaga kerja baru.
3) Mendorong Daya Beli masyarakat menengah atas untuk membelanjakan uangnya untuk
membeli Kendaraan Bermotor Roda Empat yang mendapat Insentif PPnBM
4) Mendorong pertumbuhan Kredit Konsumsi atas Pemerolehan kendaraan bermotor untuk
menjaga stabilitas kredit perbankan.
5) Menghasilkan peningkatan setoran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Penjualan
Kendaraan Bermotor serta Pajak Penghasilan Badan berdasarkan basis perhitungan Laba
Bersih Perusahaan yang diperoleh melalui program Insentif PPnBM.
Selain itu, Kebijakan ini juga menimbulkan konsekuensi logis, antara lain:
1) Potensi Tax Loss di segmen PPnBM atas implementasi kebijakan ini mencapai 3.46 Triliun
Rupiah selama tahun 2021.
26
Skema Simulasi Perhitungan Penyerapan Insentif PPnBM
27
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1) Latar belakang kebijakan Pemerintah Terkait Insentif PPnBM atas Kendaraan Bermotor Roda
Empat adalah disebabkan karena tingkat konsumsi rumah tangga sektor Transportasi dan
Telekomunikasi mengalami keterpurukan yang paling dalam akibat dampak pandemi
COVID-19 hingga menyentuh angka (-9.6) selama tahun 2020
2) Sasaran dan Skema kebijakan Pemerintah Terkait Insentif PPnBM atas Kendaraan Bermotor
Roda Empat adalah Penjualan Kendaraan Bermotor Roda Empat dengan Kapasitas Mesin di
bawah 1500cc s.d. 2500cc, dengan pemberian insentif tarif PPnBM yang berubah secara
berkala selama tahun 2021. Selain itu sasaran utama yang dimaksud adalah Industri
Kendaraan Bermotor Roda Empat dan Industri pendukung berupa barang komponen dalam
rangka pempertahankan kelangsungan usaha.
3) Harapan Pemerintah pada kuartal 2 tahun 2021, Produk Domestik Bruto(PDB) mampu keluar
dar jurang resesi melalui optimalisasi kontribusi dari peningkatan secara progresif tingkat
konsumsi rumah tangga nasional, sehingga Industri terkait mampu terlepat dari ancaman
going concern / kelangsungan usaha yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap
kemampuan mempertahankan tenaga kerja yang ada dan menyerap tenaga kerja baru.;
Mendorong Daya Beli masyarakat menengah atas untuk membelanjakan uangnya untuk
membeli Kendaraan Bermotor Roda Empat yang mendapat Insentif PPnBM; dan
Menghasilkan peningkatan setoran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Penjualan Kendaraan
Bermotor serta Pajak Penghasilan Badan berdasarkan basis perhitungan Laba Bersih
Perusahaan yang diperoleh melalui program Insentif PPnBM.
5.2 Saran
1) Setelah Kuartal 4 2021, penulis merasa perlu dilakukan ada Evaluasi Kebijakan secara
Komperhensif untuk dapat menilai keberhasilan dari Kebijakan Insentif PPnBM atas
Kendaraan Bermotor Roda Empat.
2) Atas kekurangan penulisan dan data ini dapat menjadi perbaikan dalam penelitian mendatang.
28
Daftar Pustaka
29