Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK

PROGRAM INSENTIF PPnBM KENDARAAN BERMOTOR DALAM MENDORONG


PERCEPATAN PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL PASCA PANDEMI COVID – 19
(Pertimbangan dan Dampak Kebijakan)

Disusun oleh :
RAGIL YUDY PRASETYO
(NIM : 121022010123)

Mata Kuliah: Implementasi Kebijakan Publik (Kelas B)


Dosen 1 : Prof. Fachri Bey, S.H., M.M., Ph.D.
Dosen 2 : Dr. Komaidi, M.E.

KONSENTRASI KEBIJAKAN PUBLIK


MAGISTER ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA 2021
DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan .................................................................................................................


BAB II Tinjauan Pustaka ........................................................................................................
BAB III Metode Analisis ...........................................................................................................
BAB IV Pembahasan .................................................................................................................
BAB V Kesimpulan dan Saran................................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pandemi COVID-19 dan Dampaknya terhadap Perekonomian
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) telah menjadi tantangan terberat bagi
perkembangan sosial, ekonomi, dan kesejahteraan dunia saat ini. Dalam waktu yang relatif
singkat, virus ini telah mengubah drastis arah pembangunan global dari optimisme pemulihan
ekonomi yang di awal 2020 diyakini masih akan terjadi, menjadi ancaman krisis kesehatan serta
resesi yang tak terhindarkan. Menurut World Health Organization (WHO), COVID-19 adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV- 2 (Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus-2) yang menyerang sistem pernapasan. Namun tingkat penularan yang sangat cepat
serta belum ditemukannya vaksin atas penyakit tersebut membuat COVID-19 memberikan
ancaman serius pada kesehatan masyarakat, terutama terlihat dari tingkat kematian yang terus
meningkat. Penyebaran COVID-19 yang mulai terdeteksi pertama kali di Wuhan, Provinsi Hubei,
Tiongkok, pada akhir Desember 2019, terus meluas secara sangat eskalatif di level global selama
tahun 2020 telah mendorong WHO menyatakan status pandemi sejak tanggal 11 Maret 2020.
Pandemi COVID-19 yang telah menyebar dengan sangat cepat ke 219 Negara menyebabkan
kematian mencapai 3 ( tiga ) juta jiwa di seluruh dunia selama tahun 2020. Hal yang terjadi saat
ini merupakan angka yang mampu ditahan oleh berbagai negara melalui berbagai kebijakan
sebagai langkah pencegahan dalam menekan angka penularan dan kematian. Salah satu langkah
kebijakan yang diambil hampir semua negara adalah pelarangan atau pembatasan perjalanan
(travel ban/restriction), penutupan perbatasan, serta memperketat lalu lintas manusia antar
wilayah/negara. Di dalam skala nasional, beberapa negara memberlakukan lockdown yakni
penutupan wilayah dan penghentian segala aktivitas publik kecuali yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan pangan dan medis, seperti China, Singapura, Brazil, Malaysia, India.
Physical distancing karantina mandiri termasuk dengan memindahkan aktivitas kantor, belajar,
dan beribadah di rumah juga diimplementasikan di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Pengujian (Test) Speciment COVID-19 bersifat cepat dan masif, penelusuran (Tracing) serta
penanganan (Treatment) juga menjadi tonggak kebijakan utama untuk dapat memutus rantai
penyebaran Covid-19.

3
Government Response Stringency Index

Gambar 1.
Di Indonesia, Pemerintah memberlakukan status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dan
menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejak tanggal 31 Maret 2020.
Sebelumnya, Pemerintah juga telah memberlakukan larangan penerbangan termasuk dari dan ke
Tiongkok, membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, memberlakukan
kebijakan Physical Distancing, serta menetapkan status keadaan darurat bencana COVID-19.
Anjuran untuk meningkatkan pola hidup bersih dan sehat yaitu memakai masker, mencuci tangan,
dan menjaga jarak (3M) juga terus digencarkan.
Penerapan Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar yang dipilih oleh Pemerintah
bukanlah kebijakan yang mudah dan memikul konsekuensi yang tidak ringan terhadap dampak
Sosial, Ekonomi, dan Keuangan yang ditimbulkan. Namun hal tersebut menunjukkan bahwa
kesehatan dan keselamatan masyarakat adalah prioritas.
Dalam waktu yang singkat, arah perekonomian global berubah drastis. Di awal tahun, dunia
masih optimis bahwa 2020 akan menjadi tahun pemulihan ekonomi global. Adanya pandemi
membuat ekonomi global berada dalam bayangan resesi. Dampak pandemi COVID-19 telah jelas
terjadi, namun ketidakpastian mengenai kapan berakhirnya pandemi membuat proyeksi outlook
perekonomian menjadi sangat sulit. JP Morgan dan The Economist Intelligence Unit (EIU)
memproyeksi pertumbuhan ekonomi global di tahun 2020 masing-masing sebesar -1,1 persen
dan -2,2 persen. Sedangkan IMF dan Fitch memprakirakan pertumbuhan ekonomi global di tahun
2020 akan mengalami kontraksi, dengan prakiraan pertumbuhan masing-masing sebesar -3,0
persen dan -3,9 persen.
Negara-negara maju diperkirakan akan menjadi kelompok yang mengalami kontraksi
terdalam. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS, Euro Area dan Jepang, misalnya, akan
tumbuh negatif masing-masing di tingkat -5,9 persen, -7,5 persen, dan -5,2 persen. Sementara
untuk Tiongkok, India, dan ASEAN-5 lembaga tersebut memperkirakan pertumbuhan ekonomi
di tingkat 1,2 persen, 1,9 persen dan -0,6 persen.
4
Proyeksi IMF tersebut mengasumsikan pandemi secara gradual akan mereda di semester ke-
2 2020. Ketidakpastian yang tinggi juga terlihat dari divergensi proyeksi pertumbuhan ekonomi
Indonesia oleh beragam institusi. Proyeksi pemburukan ekonomi global tersebut membuat
banyak negara melakukan berbagai langkah kebijakan ekonomi luar biasa untuk mengatasi
dampak sosial ekonomi dari pandemi.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2020 dan 2021

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2020 dan 2021

Gambar 2.
Langkah Kebijakan Ekonomi di tengah Pandemi COVID-19
Selama Tahun 2020, mengamati dampak ekonomi yang ditimbulkan dari pandemi
COVID-19, berbagai negara di dunia tidak terkecuali Indonesia telah melakukan langkah luar
biasa (extraordinary) yakni dengan menggelontorkan stimulus ekonomi yang sangat besar baik
melalui instrumen fiskal maupun moneter. Langkah-langkah kebijakan tersebut dilakukan
dengan tujuan utama akselerasi penanganan COVID-19 hingga upaya mitigasi dampak ekonomi
dan keuangan. International Monetary Fund (IMF) mencatat 213 negara di dunia telah
mengeluarkan stimulus dalam rangka penanganan COVID-19 dan antisipasi dampaknya pada
ekonomi, dengan total stimulus mencapai USD 8 triliun atau hampir setara 10 persen dari PDB
dunia. Secara garis besar, fiskal yang dialokasikan oleh negara-negara memberikan fokus pada
peningkatan anggaran kesehatan dalam rangka mempercepat penanganan COVID-19. Selain itu,
bantuan pada masyarakat dan rumah tangga juga umumnya diberikan oleh Pemerintah dalam
berbagai bentuk seperti bantuan tunai dan jaminan sosial. Untuk sektor usaha yang terkena
dampak dari COVID-19, diberikan skema bantuan berupa penundaan pembayaran pajak hingga
jaminan pinjaman.

5
Beberapa Bentuk Stimulus Untuk Penanganan COVID-19 dan Dampaknya

Gambar 3.
Di sisi Fiskal dukungan diarahkan langsung kepada penanganan COVID-19 dan upaya
menjaga kesehatan masyarakat menjadi fokus utama bagi seluruh negara. Amerika Serikat
misalnya, dari total stimulus sekitar USD 2 triliun sebagian dialokasikan untuk pengembangan
vaksin dan pelaksanaan tes COVID-19 yang masif. Pengadaan berbagai alat kesehatan serta
peningkatan skema jaminan kesehatan turut menjadi berbagai program utama kesehatan untuk
penanganan COVID-19 yang tuntas. Tiongkok bahkan mendirikan rumah sakit darurat untuk
penanganan pasien COVID-19 yang selesai dibangun hanya dalam kurun waktu 10 hari. Di
samping itu, berbagai program dalam rangka menjaga agar perekonomian individu dan industri
dapat terlindungi di tengah pandemi COVID-19 dilakukan termasuk pemberian bantuan
langsung untuk individu, bantuan pembayaran upah pekerja, insentif pajak, hingga subsidi
tagihan listrik.
Di sisi moneter, langkah berbagai bank sentral dan otoritas juga sangat ekstensif dengan
memanfaatkan berbagai instrumen moneter. Penurunan suku bunga acuan menjadi salah satu
kebijakan umum yang diambil, dan terjadi di berbagai negara. Otoritas moneter AS, the Federal
Reserves (The Fed) menjadi salah satu yang paling agresif dengan melakukan dua kali
pemangkasan suku bunga di bulan Maret 2020 dengan total 150 bps, sehingga suku bunga acuan
berada di tingkat 0,0–0,25 persen. Di samping penurunan suku bunga, The Fed beserta beberapa
bank sentral negara besar seperti European Central Bank (ECB) melakukan dan memperluas
program pembelian aset (quantitative easing/QE). Kebijakan QE yang dilakukan oleh The Fed
dan ECB bersifat tanpa batas (unlimited). Beberapa langkah moneter dan sektor keuangan lain
yang diambil oleh negara-negara di dunia antara lain injeksi dana dalam bentuk fasilitas pinjaman
untuk bank, penangguhan pinjaman dan restrukturisasi, refinancing likuiditas jangka pendek,
hingga penyediaan fasilitas liquidity swap.

6
Perbandingan Dukungan Fiskal Menghadapi Pandemi COVID-19

Gambar 4.
Pemerintah juga mengambil langkah intervensi instrumen APBN melalui penerbitan
Peraturan Pemerintah pengganti Undang - Undang (PERPU) Nomor 1 Tahun 2020 tentang
“Kebijakan Keuangan untuk Penanganan Pandemi COVID-19”, yang bertujuan untuk
Refocusing dan Realokasi anggaran pada kegiatan Penanganan COVID-19terangkum dalam
Program penanganan COVID-19 dan dampaknya baik dari sisi Demand maupun Supply untuk
mampu keluar dari jurang Resesi. Dari sisi Demand Pemerintah memberikan bantuan pada
masyarakat dan rumah tangga dalam berbagai bentuk seperti bantuan tunai dan jaminan sosial.
Untuk sektor usaha yang terkena dampak dari COVID-19, diberikan skema bantuan berupa
insentif perpajakan hingga jaminan pinjaman.
Tidak berbeda di Indonesia, Pemerintah telah mengambil berbagai langkah extraordinary
untuk melindungi masyarakat dan perekonomian di tengah wabah COVID-19. Kebijakan fiskal
menjadi salah satu instrumen kebijakan utama Pemerintah untuk menghadapi pandemi.
Berdasarkan instruksi Presiden RI, prioritas kebijakan APBN di tahun 2020 fokus pada
tiga hal, yaitu menjaga kesehatan masyarakat, melindungi daya beli khususnya masyarakat
golongan tidak mampu melalui penguatan dan perluasan jaring pengaman sosial, serta
melindungi dunia usaha dari kebangkrutan.

7
Bauran Kebijakan Ekonomi Extraordinary Indonesia untuk Penanganan COVID-19
dan Mitigasi Dampak Ekonomi

Stimulus Tahap I
Pada akhir Februari 2020, ketika wabah COVID-19 masih sangat terkonsentrasi di
Tiongkok, Pemerintah mengeluarkan stimulus ekonomi senilai Rp8,5 triliun yang secara khusus
diarahkan ada percepatan belanja khususnya bantuan sosial dan belanja modal, mendorong sektor
padat karya, perluasan kartu sembako serta insentif untuk sektor pariwisata sebagai sektor
terdampak.
Stimulus Tahap 2
Pada 13 Maret 2020, Pemerintah kembali meluncurkan stimulus ke-2 yang fokus pada
penyediaan insentif pajak senilai Rp22,5 triliun untuk periode April hingga September 2020.
Pemerintah juga menyediakan dukungan non-fiskal dalam rangka memperlancar ekspor dan
impor pada sektor dan komoditas tertentu. Di samping itu, Pemerintah telah melakukan
penghematan, refocusing kegiatan, serta realokasi anggaran, baik di tingkat pusat maupun
daerah, untuk penanganan COVID-19.
Stimulus Tahap 3
Melalui Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2020, Pemerintah juga mengatur percepatan
pelaksanaan refocusing, realokasi, dan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa untuk
penanganan COVID-19. Intensitas pandemi yang terus tereskalasi serta dampaknya yang
mengancam jiwa masyarakat, stabilitas ekonomi dan sektor keuangan menciptakan situasi
kegentingan yang mendorong diterbitkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
(Perppu) Nomor 1 tahun 2020 sebagai payung hukum untuk mengambil langkah-langkah cepat
dan luar biasa serta terkoordinasi untuk menghadapi pandemi COVID-19. Di dalamnya termasuk

8
penyediaan stimulus fiskal sebesar Rp405,1 triliun. Bauran kebijakan moneter dan sektor
keuangan juga dioptimalisasi oleh otoritas untuk menangani COVID-19 dan mitigasi dampaknya
pada ekonomi nasional.

Dampak Kebijakan terhadap Pemulihan Ekonomi Indonesia Belum Maksimal


Pada Kuartal I 2021, Pemerintah melalui Badan Kebijakan Fiskal dari Kementerian
Keuangan telah membuat kajian evaluasi terkait dampak Kebijakan Pemerintah terhadap
Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional pada tahun 2020. Berdasarkan hasil analisis tersebut,
tampak upaya maksimal pemerintah melalui berbagai Program Percepatan Pemulihan Ekonomi
baik dari Sektor Fiskal Sisi Demand maupun Supply dan Moneter belum mampu menggerakkan
Ekonomi secara signifikan. Hal tersebut tampak dari tingkat pemulihan ekonomi agregat Tahun
2020 hanya mampu tumbuh sebesar 3.13 dari posisi -5,32 pada Kuartal II dan menjadi -2,19 pada
Kuartal IV.
Realisasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2020 dan 2021

Hal ini menunjukkan bahwa tugas Pemerintah untuk mengembalikan kondisi


Perekonomian Indonesia pada posisi seperti sebelum COVID-19 masih jauh dari kata tercapai.
Oleh sebab itu pada Kuartal I 2021 Pemerintah melanjutkan penerbitan berbagai kebijakan
strategis yang diharapkan mampu mendongrak Pertumbuhan Ekonomi Nasional keluar dari zona
resesi.
Salah satu kebijakan terbaru pemerintah adalah pemberian insentif PPnBM atas Kendaraan
Bermotor Roda Empat sampai dengan 2500 CC selama tahun 2021. Oleh sebab itu, penulis
merasa perlu untuk menggali alasan dan harapan Pemerintah terhadap implikasi dari Kebijakan
tersebut.

9
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
Dalam analisis ini penulis melakukan identifikasi dan rumusan masalah sebagai berikut :
1) Apakah latar belakang dari Kebijakan Insentif PPnBM atas kendaraan roda empat sampai
dengan 2500 cc?
2) Siapa Sasaran atau Obyek Kebijakan Insentif PPnBM atas kendaraan roda empat sampai
dengan 2500 cc?
3) Apakah harapan Pemerintah terhadap Kebijakan Insentif PPnBM atas kendaraan roda empat
sampai dengan 2500 cc?

1.3 Tujuan Penulisan


1) untuk mengetahui latar belakang Kebijakan Insentif PPnBM atas kendaraan roda empat
sampai dengan 2500 cc
2) untuk mengetahui pihak-pihak yang terlibat dan mendapatkan manfaat dari Kebijakan
Insentif PPnBM atas kendaraan roda empat sampai dengan 2500 cc
3) untuk mengetahui Dampak Kebijakan Insentif PPnBM atas kendaraan roda empat sampai
dengan 2500 cc sebagai motor Percepatan Pemulihan Ekonomi

1.4 Manfaat Analisis


Manfaat atas hasil analisis ini yakni diharapkan memberikan gambaran yang utuh dari latar
belakang, dampak terhadap pemulihan ekonomi dan pihak yang terlibat diuntungkan dalam
Implementasi Kebijakan Insentif PPnBM atas kendaraan roda empat sampai dengan 2500 cc.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Corona Virus (COVID-19)


Menurut World Health Organization (WHO), COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus SARS-CoV- 2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2) yang menyerang
sistem pernapasan.

2.2. Produk Domestik Bruto (PDB)


Produk Domestik Bruto (PDB) adalah jumlah atas suatu produksi barang dan jasa yang mampu
dihasilkan negara dalam kurun waktu tertentu. Fungsi dari Produk Domestik Bruto adalah untuk
mengukur perkembangan/pertumbuhan ekonomi pada suatu negara.

2.3. Resesi
Resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan yang berlangsung selama
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Para ahli menyatakan resesi terjadi ketika ekonomi
suatu negara mengalami produk domestik bruto (PDB) negatif, meningkatnya angka
pengangguran, penurunan penjualan ritel, dan terjadi kontraksi pendapatan dan sektor produksi
untuk jangka waktu yang lama. Resesi dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dihindari dari
siklus bisnis atau irama ekspansi dan kontraksi reguler yang terjadi dalam perekonomian suatu
negara.
Selama resesi, ekonomi berjuang, orang kehilangan pekerjaan, perusahaan menghasilkan
lebih sedikit penjualan dan output ekonomi negara secara keseluruhan menurun. Titik di mana
perekonomian secara resmi jatuh ke dalam resesi bergantung pada berbagai faktor.
Pada tahun 1974, ekonom Julius Shiskin membuat beberapa aturan praktis untuk mendefinisikan
Resesi: Yang paling populer adalah penurunan PDB selama dua kuartal berturut-turut.
Ekonomi yang sehat berkembang dari waktu ke waktu, jadi dua perempat produksi yang
menyusut menunjukkan ada masalah mendasar yang serius, menurut Shiskin. Definisi resesi ini
menjadi standar umum selama bertahun-tahun.

2.4. Kebijakan Fiskal


Pengertian Fiskal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fiskal berkenaan dengan urusan pajak atau pendapatan
negara. Kata fiskal itu sendiri berasal dari bahasa latin yaitu fiscus yang merupakan nama
seseorang yang memiliki atau memegang kekuasaan atas keuangan pada zaman Romawi kuno.
11
Sedangkan, dalam Bahasa Inggris fiskal disebut fisc yang berarti pembendaharaan atau
pengaturan keluar masuknya uang yang ada dalam kerajaan.
Jadi, fiskal ini digunakan untuk menjelaskan bentuk pendapatan negara atau kerajaan yang
dikumpulkan dari masyarakat dan oleh pemerintahan Negara atau kerajaan dianggap sebagai
pendapatan lalu digunakan untuk pengeluaran dengan program-program untuk mencapai
pendapatan nasional, produksi, perekonomian, dan digunakan juga sebagai perangkat
keseimbangan dalam perekonomian.
Di Indonesia, istilah kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan pemerintah untuk mengarahkan
ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan pemerintah.
Tujuan Kebijakan Fiskal
Secara garis besar, tujuan kebijakan fiskal adalah untuk memengaruhi jalannya perekonomian
dengan berbagai sasaran berikut ini:
1) Meningkatkan PDB dan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan fiskal bertujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara maksimal karena berpengaruh besar dengan
pemasukan atau pendapatan negara, meliputi: bea dan cukai, pajak bumi dan bangunan, pajak
penghasilan, devisa negara, impor, pariwisata, dan lainnya.
Selain itu, contoh pengeluaran negara yang dimaksud di antaranya:
• Pembangunan sarana dan prasarana umum.
• Belanja persenjataan.
• Proyek pemerintah.
• Pesawat dan program lain untuk kesejahteraan masyarakat.
2) Memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran. Seperti yang kita ketahui,
pengangguran merupakan salah satu masalah yang menjadi momok di suatu negara. Di
Indonesia, tingkat pengangguran sudah berkurang 140.000 jiwa.
Menurut persentase tingkat pengangguran terbuka, jika pada Februari 2017 angkanya
mencapai 5,33%, pada Februari tahun ini angkanya berada di level 5,13%. Hal tersebut juga
tidak terlepas dari pelaksanaan kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal memang diaplikasikan serta
menjadi prioritas dalam upaya pencegahan timbulnya pengangguran.
3) Menstabilkan harga-harga barang/mengatasi inflasi. Turunnya harga suatu barang membuat
hilangnya harapan untuk mendapatkan keuntungan bagi sektor swasta. Akan tetapi, harga
yang terus meningkat juga bisa mengakibatkan inflasi.
Di sisi lain, inflasi bisa memberikan keuntungan seperti menciptakan kesempatan kerja
penuh. Akan tetapi, inflasi juga bisa berdampak negatif pada kelompok atau orang yang
berpenghasilan rendah karena daya beli jadi menurun.

12
Masalah inflasi yang tak kunjung stabil berpotensi besar membuat kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah berkurang. Melalui kebijakan fiskal, tingkat pendapatan nasional,
kesempatan kerja, tinggi rendahnya investasi nasional, dan distribusi penghasilan nasional
pun diharapkan akan berjalan dengan baik.
Instrumen Kebijakan Fiskal
Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan
erat dengan pajak. Asumsinya, jika tarif pajak diturunkan maka kemampuan daya beli di
masyarakat akan meningkat dan industri pun bisa meningkatkan jumlah penjualan. Begitu juga
sebaliknya.
Macam-Macam Kebijakan Fiskal
Pada dasarnya, kebijakan fiskal terbagi menjadi dua macam, yaitu menurut teori dan menurut
jumlah penerimaan dan pengeluaran. Nah, berikut ini penjelasannya:
Kebijakan Fiskal Dari Segi Teori
Kebijakan fiskal fungsional: merupakan kebijakan dalam pertimbangan pengeluaran dan
penerimaan anggaran pemerintah ditentukan dengan melihat akibat-akibat tidak langsung
terhadap pendapatan nasional terutama guna meningkatkan kesempatan kerja.
Kebijakan fiskal yang disengaja: merupakan kebijakan dalam mengatasi masalah ekonomi
yang sedang dihadapi dengan cara memanipulasi anggaran belanja secara sengaja, baik melalui
perubahan perpajakan maupun perubahan pengeluaran pemerintah. Terdapat tiga bentuk
kebijakan fiskal yang disengaja. Pertama, membuat perubahan pada pengeluaran pemerintah.
Kedua, membuat perubahan pada sistem pemungutan pajak. Tiga, membuat perubahan secara
serentak baik pada pengelolaan pemerintah atau sistem pemungutan pajaknya.
Kebijakan fiskal yang tidak disengaja: merupakan kebijakan dalam mengendalikan kecepatan
siklus bisnis supaya tidak terlalu fluktuatif. Jenis kebijakan fiskal tak disengaja adalah proposal,
pajak progresif, kebijakan harga minimum, dan asuransi pengangguran.
Kebijakan Fiskal Dari Jumlah Penerimaan Dan Pengeluaran
Kebijakan Fiskal Seimbang: merupakan kebijakan yang membuat penerimaan dan pengeluaran
menjadi sama jumlahnya. Ada dampak positif dan negatif dari kebijakan fiskal yang satu ini.
Positifnya, negara jadi tidak perlu meminjam sejumlah dana, baik dari dalam negeri maupun luar
negeri. Negatifnya, kondisi perekonomian akan terpuruk bila ekonomi negara dalam kondisi
yang tidak menguntungkan.
Kebijakan Fiskal Surplus: pada kebijakan ini jumlah pendapatan harus lebih tinggi
dibandingkan pengeluaran. Kebijakan ini merupakan cara untuk menghindari inflasi.

13
Kebijakan Fiskal Defisit: merupakan kebijakan yang berlawanan dengan kebijakan surplus.
Salah satu kelebihan kebijakan ini adalah mengatasi kelesuan dan depresi pertumbuhan
perekonomian. Sedangkan kekurangannya, negara selalu dalam keadaan defisit.
Kebijakan Fiskal Dinamis: kegunaan kebijakan ini adalah menyediakan pendapatan yang bisa
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pemerintah yang bertambah seiring berjalannya waktu.

2.5. Kebijakan Moneter


Pengertian Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter adalah Kebijakan Otoritas Moneter atau Bank Sentral dalam bentuk
pengendalian besaran moneter (dapat berupa uang beredar, uang primer, atau redit perbankan)
dan atau suku bungan untuk mencapai stabilitas eonomi makro. Adapun dimensi stabilitas
ekonomi makro meliputi Pertumbuhan Ekonomi, Penurunan Pengangguran dan Laju inflasi
rendah (stabilitas harga).
Pola Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter Expansif dilakukan untuk mendorong pemulihan ekonomi pada saat resesi
Kebijakan Moneter Kontraktif dilakukan untuk menjaga agar kondisi perekonomian tidak
mengalami pemanasan.
Arah Kebijakan Moneter
Pola Penerapan Kebijakan Moneter yang cenderung “mengakomodasi” fluktuasi Perekonomian
Pola Penetapan Kebijakan Moneter yang secara aktif bersifat “Melunak” perkembangan
kegiatan ekonomi yang cenderung menuju titik balik ekstrim.
Tujuan Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter dapat memiliki satu hingga lebih dari 3 tujuan dengan rincian berikut :
Single Objective : Stabilitas Harga
: Stabilitas Nilai Tukar
Dual Objective : Stabilitas harga dan Nilai Tukar
: Stabilitas harga dan Pertumbuhan Ekonomi
3 or More Objective : Stabilitas Harga, Nilai Tukar, Pertumbuhan Ekonomi
Instrumen Kebijakan Moneter
Konvensional terdiri dari 3 instrumen yaitu:
1. Operasi Pasar Terbuka
2. Fasilitas Diskonto
3. Cadangan Wajib Minimum

14
Non Konvensional (dalam kondisi tidak normal (misalnya fullscale finacial crisis), beberapa
negara maju yang mengalami zero lower bound problem merumuskan instrumen non
konvensional seperti berikut ini:
1. Liquidity provision merujuk kepada upaya pelonggaran fasilitas pinjaman oleh bank sentral
kepada bank komersial.
2. Large Scale Asset Purchase merujuk kepada operasi pasar oleh bank sentral untuk pembelian
surat utang skala besar yang bertujuan untuk mempengaruhi tingkat suku bunga dari segmen
utang tertentu (baik pemerintah ataupun swasta).
3. Forward Guidance merujuk kepada upaya pengelolaan ekspektansi dari para pelaku pasar
terutama mengenai tingkat suku bunga jangka panjang.

2.6. Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Mewah (PPnBM)


Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) merupakan Pajak yang dikenakan selain Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) untuk penjualan barang-barang yang tergolong sebagai barang mewah.
PPnBM merupakan jenis pajak yang merupakan satu paket dalam Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai.
Pajak ini merupakan pajak yang dikenakan oleh Pemerintah untuk menjalankan fungsi
keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah dan konsumen
berpenghasilan tinggi, serta pengendalian pola konsumsi atas Barang Kena Pajak yang tergolong
mewah. Sederhananya, jika Anda memiliki penghasilan yang tinggi, otomatis Anda juga harus
membayar pajak lebih tinggi.

15
BAB III
METODE ANALISIS

3.1 Metode Analisis


Metode pengumpulan data analisis ini menggunakan metode studi literature dengan
jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder. Berdasarkan studi literatur yang
dilakukan, analisis data disajikan dalam bentuk grafik dan dilengkapi dengan narasi deskriptif
terkait Kebijakan Insentif PPnBM atas Kendaraan Bermotor Roda Empat dengan kapasitas
mesin sampai dengan 2500 cc.
Data yang diekstraksi dari Media online dengan kriteria data diambil dari situs web
resmi Informasi Pemerintah Indonesia, situs web online resmi, dan data yang diproses dari
sumber yang relevan seperti Kementerian Keuangan, maupun Kementerian Pendidikan dan
kebudayaan

16
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Upaya Pemerintah dalam Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021
Pemerintah mengklaim bahwa APBN Berhasil Menahan Dampak Pandemi Covid-19 dengan
penjelasan sebagai berikut:
a) APBN berhasil menahan kontraksi ekonomi lebih dalam akibat tekanan pandemi Covid 19.
Tanpa intervensi APBN & PEN, berpotensi mengalami kontraksi ekonomi 2020 akan lebih
dalam
b) Melalui pelebaran defisit APBN 2020 hingga 6,1% PDB, realisasi belanja negara Rp2.589,9
triliun , termasuk realisasi PEN Rp579,8 triliun , negara hadir mencegah kontraksi ekonomi
lebih dalam akibat pandemic di 2020.
c) Pada 2021, APBN dan kebijakan fiskal melanjutkan perannya sebagai alat pendorong
pemulihan ekonomi nasional.

Dalam rangka mendorong percepatan Pemulihan Ekonomi pada tahun 2021, Pemerintah melalui
Program PEN 2021 Sebagai Game Changer Sebesar Rp 699,43 T atau naik sebesar 21% dari
realisasi sementara 2020 (Rp579,78 T).

17
Skema Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Tahun 2021

Gambar
Melalui berbagai program di atas pada tahun 2021, Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan
ekonomi indonesia mencapai kisaran 4.5 s.d. 5.3 dimana untuk mencapai hal tersebut,
Pemerintah harus memacu berbagai Indikator Ekonomi secara progressive dan simultan, baik
dari Sektor Produksi berupa mendorong adanya Investasi Baru (Capital inflow), Kemudahan
Kredit Usaha Kecil, berbagai stimulus di Sektor Perpajakan, dan Sektor Konsumsi berupa
upaya peningkatan daya beli yang kuat dan berkelanjutan melalui berbagai Program Sosial
berupa: PKH, BLT, Bansos, Prakerja , dll, Serta Sektor Perbankan berupa upaya peningkatan
Kredit Usaha maupun Kredit Konsumsi untuk meningkatkan perputaran uang di masyarakat.

18
Pemulihan Ekonomi diproyeksikan semakin kuat pada tahun 2021, dimana OECD, IMF maupun
World Bank telah mempublikasikan proyeksi pertumbuhan ekonomi indonesia tahun 2021
sebesar kisaran 4.4 s.d. 4.9. Adapun beberapa indikatornya antara lain:
1) Program Vaksinasi yang terus dipercepat dengan jumlah pasokan vaksin yang on-track
2) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2021 yang Ekspansif dan
Konsolidatif dimana difokuskan untuk melanjutkan penanganan pandemi dan memperkuat
tren pemulihan ekonomi
3) Paket Kebijakan Terpadu (KSSK) untuk peningkatan pembiayaan Dunia Usaha melalui
sinergi Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
4) Implementasi Reformasi Struktural (Easy of Doing Business) melalui Pengesahan Undang-
Undang Cipta Kerja dan turunannya, pendirian Indonesia Investement Authority (INA), dan
kelanjutan pembangunan infrastruktur prioritas.
Pada Kuartal 1 Tahun 2021 juga arah pemulihan ekonomi tampak dari penguatan berbagai
indikator PMI Manufaktur, Ekspor-Impor dan Daya Beli Masyarakat. Selain itu, Konsumsi dan
Investasi diperkirakan semakin membai secara terbatas, seiring eskalasi pandemi covid masih
menahan customer level of confindence. Adapun dengan kondisi tersebut pertumbuhan ekonomi
pada kuartar 1 diperkirakan mendekati kisaran -1 s.d. -0.1 menguat sebesar 2.09 poin
dibandingkan kuartal 4 tahun 2020.

4.2 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga terhadap Percepatan Pemulihan Ekonomi


Berdasarkan hasil pengamatan, dukungan sektor Konsumsi Rumah Tangga dalam
pemulihan ekonomi pada tahun 2020 dirasa masih belum menunjukkan kontribusi yang optimal.
Hal ini terlihat dari Konsumsi Rumah Tangga di 2020 menunjukkan arah perbaikan yang lambat
dan tidak signifikan. Hal itu dapat diketahui bahwa Selama Tahun 2020, program perlinsos
(senilai Rp220,4 T) hanya efektif menahan penurunan konsumsi khususnya untuk kebutuhan
dasar Rumah Tangga 50% terbawah.

19
Tren Pertumbuhan Sektor Konsumsi Rumah Tangga
Tahun 2019 s.d. 2020

Sehingga pada tahun 2021, Pemerintah akhirnya mengeluarkan beberapa alternatif


Kebijakan terkait sektor-sektor usaha yang memerlukan perhatian khusus yang mampu
menggerakkan Ekonomi Indonesia secara signifian dan simultan.
Adapun upaya tersebut menimbang kondisi pemulihan konsumsi rumah tangga yang sampai
dengan 31 Desember 2020, belum menunjukkan perkembangan yang optimal, sehingga
Pemerintah harus berupaya lebih untuk mengatur arah pemulihan ekonomi agar terus didorong
lebih cepat di 2021 melalui APBN yang tetap countercyclical, dan program vaksinasi yang
efektif serta PEN diperkuat tidak hanya melindungi masyarakat rentan, namun memberikan
stimulus bagi Industri kendaraan Bermotor dan komponen & sektor ekonomi lainnya yang
pemulihannya masih tertahan di akhir 2020.
Oleh karena itu, pada tahun 2021 Pemerintah menaruh harapan besar bahwa Konsumsi
Rumah Tangga dapat menjadi indikator dan kontributor utama pendukung percepatan penguatan
perekonomian, dengan tetap diikuti dengan penanganan pandemi, termasuk displin protokol
kesehatan dan vaksinasi.

4.3 Latar Belakang Sektor Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat yang Menjadi Fokus
Kebijakan Pemerintah-Insentif PPnBM dalam Pemulihan Ekonomi Nasional Tahun 2021
Dalam rangka mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional, Pemerintah merasa
perlu untuk mendesain kebijakan yang mampu mendorong daya beli masyarakat kelas menengah
sebagai pengungkit perekonomian dari sisi Demand, menstimulasi tumbuhnya kredit usaha
maupun konsumsi di sektor Perbankan. Berdasarkan hasil analisa data kontribusi pertumbuhan
ekonomi per sektor usaha diperoleh informasi bahwa dari 6 Sektor Industri yang diamati antara
lain:

20
a. Makanan dan Minuman, (41,2%) dengan kontraksi sebesar (+0.5)
b. Transportasi dan Komunikasi, (20,1%) dengan kontraksi sebesar (-9.6)
c. Perumahan dan Perlengkapan Rumah (13,3%), dengan kontraksi sebesar (+2.3)
d. Pakaian dan Alas Kaki, (3,6%) dengan kontraksi sebesar (-4.2)
e. Restoran dan Hotel (9,6%) dengan kontraksi sebesar (-8.1) serta
f. Kesehatan dan Pendidikan (7,3%) dengan kontraksi sebesar (+3.1)

Grafik Pemulihan Ekonomi Berdasarkan Sektor Usaha


Tahun 2020

Berdasarkan grafik di atas melalui berbagai pertimbangan meliputi Sektor Industri


Terdampak Pandemi, Padat Modal, Padat Karya, dan Berkontribusi Signifikan terhadap
Konsumsi Rumah Tangga Nasional sebesar 20.1% dengan tingkat Terdampak COVID-19 paling
dalam diangka (-9.6). Selain itu, Berdasarkan data Permintaan kendaraan bermotor roda empat
selama Tahun 2020 Sektor Transportasi mengalami tren permintaan yang merosot tajam dan
cenderung tumbuh lebih lambat (lagging), dibandingkan dengan negara lain.
Oleh karena itu, Pemerintah merasa perlu menstimulasi Konsumsi Rumah Tangga di sektor
Transportasi Dan Komunikasi, dimana Pengeluaran pada subkomponen ini difokuskan pada

21
segmen barang barang yang dikonsumsi masyarakat kelas menengah atas, termasuk kendaraan
dan rumah.
Beberapa Indikator yang Menjadi Dasar Pertimbangan Pemerintah
1) Indikator Penjualan Retail, Keyakinan Konsumen & Pertumbuhan Kredit Konsumsi
Berdasarkan indeks penjualan barang retail
sejak Januari 2020 s.d. Februari 2021
menunjukkan tren yang secara gradual
mengalami penurunan yang signifikan. hal ini
menjelaskan bahwa Aktivitas konsumsi rumah
tangga masih rendah hingga bulan februari
2021. Pada Februari 2021, IPR berkontraksi
0,7% (mtm), Sedangkan secara tahunan
IPR berkontraksi 16,5% (yoy).

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Februari


2021 membaik dibandingkan bulan sebelumnya
. IKK Februari 2021 berada pada level 85,4,
lebih baik dibandingkan IKK Januari 84,9.
Indikasi keinginan masyarakat untuk meng-
konsumsi mulai meningkat . Meskipun
demikian, tingkat keyakinan masyarakat masih
belum pulih ke level pre pandemi di Q1 2021

Pertumbuhan Kredit konsumsi pada Januari


2021 1,0% (yoy), sedikit melambat dibanding-
kan pertumbuhanpada Desember 2020,
disebabkan oleh menurunnya kredit KKB dan
multiguna.
Kredit KKB diproyeksikan meningkat pada
bulan Maret 2021

22
2) Indikator Konsumsi Transportasi dan Penjualan Kendaraan
Penjualan mobil penumpang di Februari 2021 turun tajam -51.6% (YoY) terutama karena
konsumen menahan diri untuk membeli mobil yang akan mendapatkan insentif PPnBM 0
pada bulan berikutnya Terlihat mobil penerima insentif ini pada bulan Februari penjualannya
turun sampai 45.4 %%(MTM) dibandingkan bulan Januari.

•Penjualan motor di Januari 2021 menorehkan penjualan tertinggi sejak April 2020 Meskipun
masih terkontraksi -14.7% yoy namun sudah lebih dibandingkan pertumbuhan pada bulan
sebelumnya -45% (yoy)
3) Indikator Kinerja Manufaktur Indonesia

Kinerja m anufaktur Indonesia secara agregat pada bulan Februari 2021 kembali ekspansif pada
level 50,9 atau sedikit lebih rendah dibanding Januari 2021 (52,2), namun masih lebih baik dari
beberapa negara ASEAN. Kinerja ini masih didorong oleh peningkatan permintaan baru dan
output . Hal ini memberikan indikasi terus berlanjutnya pemulihan aktivitas sektor produksi
(manufaktur) di Indonesia.

23
Secara global, kinerja manufaktur kembali menguat di tengah peningkatan pertumbuhan
permintaan baru dan produksi khususnya di AS dan Eropa . Restriksi terkait penanganan Covid
19 di berbagai negara menyebabkan gangguan supply chain . Namun, optimisme terhadap
pemulihan ke depan masih sangat tinggi.

4.4 Sasaran, Pihak yang Terlibat dan Skema Kebijakan Pemerintah berupa Insentif PPnBM
atas Kendaraan Bermotor Roda Empat

Adapun berdasarkan Rantai Pihak – Pihak yang akan terdampak menunjukkan bahwa arah utama
kebijakan pemberian insentif PPnBM ini adalah untuk menciptakan Multiplier Effect yang
diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang sistemik.
1) Industri Otomotif dan Pendukung
Industri Otomotif dan Industri serta Jasa Pendukung, adalah salah satu industri yang menjadi
perhatian pemerintah untuk diselamatkan dari krisis, hal ini disebabkan karena selama 20
tahun terakhir Industri ini mampu menyerap kurang lebih 300 ribu tenaga kerja.
Dengan pemberian Insentif PPnBM atas Kendaraan Bermotor Roda Empat tertentu,
diharapkan Industri Otomotif dan Pendukungnya mampu mempertahankan Sektor Produksi
dapat tumbuh.
2) Pekerja
Berbagai Sektor Usaha di Indonesia, saat ini mengalami kondisi yang sangat sulit dan
menghadapi ancaman yang nyata di depan mata antara lain beberapa program efisiensi usaha
dalam bentuk pemutusan hubungan kerja (PHK) yang secara langsung akan memicu

24
peningkatan angka pengangguran hingga angka kemiskinan nasional. Dengan adanya insentif
PPnBM ini diharapkan dapat memacu sektor produksi pada Industri Otomotif dan Pendukung
agar dapat mempertahankan Pekerja untuk dapat tetap bekerja dan mendapatkan penghasilan.
Sehingga dengan adanya masyarakat yang berpenghasilan mampu mendorong petumbuhan
ekonomi di sektor rumah tangga.
3) Konsumen (Masyarakat Potensial)
Dengan adanya insentif PPnBM memberikan suatu penawaran yang menarik pada aspek
harga untuk pemilikan kendaraan bermotor roda empat bagi masyarakat selaku konsumen
potensial yang kemungkinan besar akan membeli kendaraan bermotor dengan memanfaatkan
insentif PPnBM tersebut. Adanya peningkatan permintaan pasar atas kendaraan bermotor
roda empat ini, secara langsung akan mendorong sektor produksi menjadi lebih produktif dan
tumbuh.
4) Perbankan
Dengan adanya transaksi pembelian kendaraan bermotor roda empat antara Konsumen dan
Produsen (Industri Otomotif), maka secara tidak langsung akan mendorong pertumbuhan
positif kredit barang konsumsi, maupun kredit tanpa angunan. Hal ini menunjukkan signal
yang baik apabila dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2020 dimana pertumbuhan kredit
perbankan sempat mengalami stagnasi atau tumbuh di angka 0%, dengan kata lain dana
masyarakat di sektor perbankan tidak berputar sehingga mempengaruhi suku bunga deposito
dan simpanan yang ikut mengalami kemerosotan seiring pertumbuhan kredit yang terhenti.

Adapun Sasaran Kebijakan ini ditujukan kepada Industri Otomotif dan Industri Pendukung,
dioperasionalkan ke dalam Skema Kriteria Kendaraan yang Mendapat insentif PPnBM antara
lain :
Aspek Kebijakan I Kebijakan II
Dasar Hukum Kepmenperin No.169 Tahun 2021 Kepmenperin No. 839 Tahun 2021
PMK-20/PMK.03/2021 PMK-31/PMK.03/2021
Segmen Sedan <= 1500cc 4x2 > 1500cc <= 2500cc
4x2 <= 1500cc 4x4 > 1500cc <= 2500cc
Periode Berlaku 1 Mar 2021 s.d. 31 Des 2021 1 Apr 2021 s.d. 31 Des 2021
Skema Insentif 100% (Mar – Mei 2021) 50% (Apr – Aug 2021)
PPnBM 50% (Juni – Aug 2021) 25% (Sep – Des 2021)
25% (Sep – Des 2021)
Prasyarat local purchase lebih dari 70% local purchase lebih dari 60%

25
Adapun berdasarkan kriteria tersebut diketahui beberapa Perusahaan yang eligible Memenuhi
Syarat untuk mendapatkan insentif PPnBM atas Kendaraan Bermotor Roda Empat antara lain:
1) PT Toyota Astra Motor
2) PT Astra Daihatsu Motor
3) PT Honda Prospek Motor
4) PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia
5) PT Suzuki Indomobil Motor
6) PT SGMW Motor Indonesia
4.5 Dampak dan Konsekuensi Kebijakan Pemerintah berupa Insentif PPnBM atas Kendaraan
Bermotor Roda Empat
Berdasarkan hasil analisis fiskal, diharapkan dengan diberikannya insentif PPnBM atas
Kendaraan Bermotor Roda Empat yang tersebut, mampu memacu dampak positif atas beberapa
indikator :
1) Tingkat konsumsi rumah tangga nasional sebagai kontributor utama yang mendorong
Indonesia keluar dari jurang resesi pada Pertumbuhan Ekonomi Kuartal 2 tahun 2021.
2) Mendorong Dampak Simultan dari perputaran bisnis Industri Otomotif dan Industri
Komponen serta pendukungnya sehingga Industri terkait mampu terlepat dari ancaman going
concern / kelangsungan usaha yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kemampuan
mempertahankan tenaga kerja yang ada dan menyerap tenaga kerja baru.
3) Mendorong Daya Beli masyarakat menengah atas untuk membelanjakan uangnya untuk
membeli Kendaraan Bermotor Roda Empat yang mendapat Insentif PPnBM
4) Mendorong pertumbuhan Kredit Konsumsi atas Pemerolehan kendaraan bermotor untuk
menjaga stabilitas kredit perbankan.
5) Menghasilkan peningkatan setoran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Penjualan
Kendaraan Bermotor serta Pajak Penghasilan Badan berdasarkan basis perhitungan Laba
Bersih Perusahaan yang diperoleh melalui program Insentif PPnBM.
Selain itu, Kebijakan ini juga menimbulkan konsekuensi logis, antara lain:
1) Potensi Tax Loss di segmen PPnBM atas implementasi kebijakan ini mencapai 3.46 Triliun
Rupiah selama tahun 2021.

26
Skema Simulasi Perhitungan Penyerapan Insentif PPnBM

2) Semakin meningkatnya kemacetan dimana disebabkan ketidakmampuan pemerintah


menjaga keseimbangan antara pertumbuhan volume produksi kendaraan dengan
pertumbuhan infrastruktur jalan raya,
3) Semakin meningkatnya potensi risiko polusi udara dan suara yang ditimbulkan dari
peningkatan intensitas pemanfaatan kendaraan bermotor.

27
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
1) Latar belakang kebijakan Pemerintah Terkait Insentif PPnBM atas Kendaraan Bermotor Roda
Empat adalah disebabkan karena tingkat konsumsi rumah tangga sektor Transportasi dan
Telekomunikasi mengalami keterpurukan yang paling dalam akibat dampak pandemi
COVID-19 hingga menyentuh angka (-9.6) selama tahun 2020
2) Sasaran dan Skema kebijakan Pemerintah Terkait Insentif PPnBM atas Kendaraan Bermotor
Roda Empat adalah Penjualan Kendaraan Bermotor Roda Empat dengan Kapasitas Mesin di
bawah 1500cc s.d. 2500cc, dengan pemberian insentif tarif PPnBM yang berubah secara
berkala selama tahun 2021. Selain itu sasaran utama yang dimaksud adalah Industri
Kendaraan Bermotor Roda Empat dan Industri pendukung berupa barang komponen dalam
rangka pempertahankan kelangsungan usaha.
3) Harapan Pemerintah pada kuartal 2 tahun 2021, Produk Domestik Bruto(PDB) mampu keluar
dar jurang resesi melalui optimalisasi kontribusi dari peningkatan secara progresif tingkat
konsumsi rumah tangga nasional, sehingga Industri terkait mampu terlepat dari ancaman
going concern / kelangsungan usaha yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap
kemampuan mempertahankan tenaga kerja yang ada dan menyerap tenaga kerja baru.;
Mendorong Daya Beli masyarakat menengah atas untuk membelanjakan uangnya untuk
membeli Kendaraan Bermotor Roda Empat yang mendapat Insentif PPnBM; dan
Menghasilkan peningkatan setoran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Penjualan Kendaraan
Bermotor serta Pajak Penghasilan Badan berdasarkan basis perhitungan Laba Bersih
Perusahaan yang diperoleh melalui program Insentif PPnBM.

5.2 Saran
1) Setelah Kuartal 4 2021, penulis merasa perlu dilakukan ada Evaluasi Kebijakan secara
Komperhensif untuk dapat menilai keberhasilan dari Kebijakan Insentif PPnBM atas
Kendaraan Bermotor Roda Empat.
2) Atas kekurangan penulisan dan data ini dapat menjadi perbaikan dalam penelitian mendatang.

28
Daftar Pustaka

Kerangka Ekonomi Makro Dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2021


https://www.imf.org/
https://www.worldbank.org/
https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/fiskal
https://www.bi.go.id/
https://www.bps.go.id/
https://id.wikipedia.org/

29

Anda mungkin juga menyukai