i
2021
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB1. PENDAHULUAN............................................................................................1
BAB 2. PEMBAHASAN..............................................................................................4
BAB 3. PENUTUP.....................................................................................................10
3.1 Kesimpulan........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................11
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menekan laju penyebaran virus
covid-19 dengan berbagai kebijakan, mulai dari kebijakan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) hingga terbaru pemerintah resmi memperpanjang kebijakan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat atau PPKM Level 4.
Sesuai dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2021 Tentang
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM ) Darurat Covid-19 di
Wilayah Jawa dan Bali. Awalnya PPKM ini hanya berlaku hingga tanggal 20 Juli
2021, namun kini diperpanjang hingga bulan september 2021.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep implementasi kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM)?
2. Bagaimana studi kasus terkait implementasi kebijakan Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat (PPKM)?
3. Apa dampak dari implementasi kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM)?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas tujuannya yaitu sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui konsep implementasi kebijakan Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat (PPKM).
2. Untuk mengetahui studi kasus terkait implementasi kebijakan Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
3. Untuk mengetahui dampak dari implementasi kebijakan Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat (PPKM).
2
BAB 2. PEMBAHASAN
3
atau tempat makan dan minum dibatasi sebesar 50%, dengan mengutamakan layanan
pesan antar sesuai jam operasional yang menerapkan protokol kesehatan ketat.
Pemerintah juga mengatur pembatasan jam operasional pusat perbelanjaan atau mal
hingga pukul 21.00 dan kapasitas tempat ibadah juga dikurangi 50%. Kegiatan fasilitas
umum diperbolehkan buka namun tetap dibatasi dengan maksimal 50%. Sedangkan
kegaitan seni, sosial dan budaya yang dapat menimbulkan kerumunan hanya
diperbolehkan dibuka sebesar 25%. Begitu juga pada sektor transportasi, kendaraan
umum yang memberlakukan kapasitas dan jam operasional menyesuaikan peraturan
yang berlaku. Sementara kegiatan konstruksi dan sektor esensial seperti kesehatan,
bahan pangan, makanan, minuman, energi, komunikasi, perbankan dan logistik
diizikan berjalan 100%, namun tetap menerapkan protokol kesehatan ketat.
2. PPKM Darurat
PPKM Darurat Berbeda dengan PPKM mikro, PPKM darurat menjadi kebijakan
Presiden Joko Widodo setelah melihat melonjaknya kasus Covid-19 pada bulan Juni
2021 ini. Kebijakan tersebut mulai berlaku sejak 3 Juli – 20 Juli 2021 dengan fokus
diterapkan di Jawa-Bali. Peraturan penting yang diterapkan selama berlakunya PPKM
darurat ini akan lebih ketat dari penerapan PPKM sebelumnya. Pengetatan peraturan
PPKM darurat ini juga fokus di wilayah Pulau Jawa dan Bali karena menurut peta yang
ada, setidaknya ada 44 kabupaten/kota dan 6 provinsi yang memiliki nilai asesmen 4.
Sehingga, akan ada penilaian secara detail yang harus diikuti dengan langkah
penanganan khusus menurut standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO). Selama PPKM darurat ini protokol kesehatan akan dijalankan dengan adanya
penegakan hukum.
2.2 Level Kebijakan PPKM
Istilah PPKM Darurat tidak lagi digunakan dalam menerapkan kebijakan
pembatasan kegiatan di wilayah Pulau Jawa dan Bali. Nomenklatur PPKM Darurat
berganti nama menjadi PPKM Level 3-4. Perbedaan level PPKM ini mengacu pada
pedoman OrganisasiKesehatan Dunia (WHO) yangditerbitkan pada 2020. Dalam
4
pedoman tersebut dinyatakan bahwa level krisis suatu daerah dapat dilihat dari dua
faktor yaitu laju penularan dan kesiapan suatu wilayah.
Adapun aturan yang diberlakukan pada PPKM sesuai dengan masing-masing
level di daerah. Level ini ditetapkan berdasarkan level situasi pandemi, yang
merupakan indikator untuk mengetatkan dan melonggarkan upaya pencegahan dan
penanggulangan pandemi Covid-19. Aturan PPKM Level 3-4 juga memuat ketentuan
syarat bepergian bagi masyarakat, baik menggunakan kendaraan pribadi maupun
angkutan umum atau transportasi publik. PPKM berdasarkan level tersebut
dilaksanakan dalam 6 periode, yakni 21 Juli-25 Juli 2021, 26 Juli-2 Agustus 2021, 2-9
Agustus 2021, 9-16 Agustus 2021, 16-23 Agustus 2021, serta 24-30 Agustus.
Tabel 1. Aturan PPKM Berdasarkan Level
5
2.3 Faktor Pendorong Kebijakan PPKM
Dalam mengimplementasikan kebijakan PPKM agar dapat berjalan secara efektif
dan efisien ada beberapa faktor yang mendorong berhasilnya kebijakan PPKM antara
lain:
1. Masih Tingginya Angka Kasus Covid-19 di Indonesia.
Pemberlakuan PPKM di Indonesia disampaikan oleh Presiden Jokowi di Istana
Kepresidenan pada tanggal 1 Juli 2021. Dimana, pemberlakuan PPKM Darurat
dimulai pada tanggal 3 Juli 2021 khusus di Jawa dan Bali. Sedangkan, di luar Jawa
dan Bali pemberlakuan PPKM Darurat dimulai tanggal 12 Juli 2021.
2. Adanya Perkembangan Pandemi Covid-19 Yang Sangat Cepat.
Dalam hal ini, pandemi Covid-19 berkembang sangat cepat yaitu dengan adanya
varian baru dari virus corona. Oleh karena itu, hal tersebut menjadi alasan
pemerintah untuk membuat kebijakan yang lebih ketat dan tegas.
3. Sebagai Upaya Pemerintah Untuk Mengendalikan Penyebaran Covid-19.
Situasi ini mengharuskan pemerintah mengambil langkah-langkah yang lebih tegas
yaitu dengan memperpanjang pemberlakuan PPKM sehingga dapat memutus
penyebaran Covid-19 di Indonesia. Masyarakat harus mematuhi aturan yang berlaku
selama masa penerapan PPKM. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama yang baik
antara pemerintah dengan masyarakat dalam pelaksanaan PPKM di Indonesia.
4. Tersedianya Dana Untuk PPKM Mikro.
Dana merupakan faktor pendukung utama penentu keberhasilan sebuah kegiatan
termasuk PPKM Mikro pada suatu daerah. Dana PPKM Mikro sepenuhnya berasal
dari Pemerintah Daerah. Dalam hal ini, dana tersebut diambil dari dana-dana
kegiatan lainnya yang dialihkan untuk menangani Covid-19 karena Covid-19 ini
termasuk bencana non alam yang sifatnya mendesak dan harus segera ditangani.
5. Tersedianya Sumber Daya Manusia.
Sumber daya manusia yang dimaksud adalah pihak-pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan PPKM Mikro. Sumber daya manusia yang dimaksud terdiri dari
aparatur pemerintah daerah, aparatur pemerintah kecamatan, aparatur desa, polisi,
6
relawan, tenaga meedis, serta masyarakat yang secara terpadu berkoordinasi dan
berkontribusi dalam rangkaian kegiatan PPKM Mikro.
6. Kesediaan Masyarakat Untuk Mematuhi Protokol Kesehatan.
Masyarakat merupakan sasaran utama dari pelaksanaan PPKM Mikro. Kesediaan
masyarakat untuk berperilaku mematuhi protokol kesehatan dan aturan selama
PPKM Mikro dilaksanakan menjadi faktor pendukung utama pada pelaksanaan
PPKM Mikro tersebut.
2.3 Faktor Penghambat Kebijakan PPKM
Dalam mengimplementasikan kebijakan PPKM, terdapat beberapa faktor yang
menghambat proses implementasi kebijakan PPKM sehingga tidak efisien dan tidak
efektif. Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu:
1. Kebijakan PPKM bersifat kompromis atau dapat dikatakan setengah hati atau
“nanggung” dan dapat dikatakan sedikit terlambat diterapkan setelah hampir 1 tahun
pandemi dan setelah kasus begitu luar biasa meningkat. Implementasi dan
peneggakkan PPKM di berbagai daerah belum sepenuhnya dilaksanakan secara
konsisten dan tegas.
2. Adanya Hoax tentang Covid-19. Adanya Hoax menjadi salah satu faktor
penghambat dalam penyelenggaraan PPKM Mikro, penyebaran hoax yang tidak
terkendali ini menyebabkan sebagian masyarakat beranggapan bahwa Covid-19 itu
tidak nyata dan hanya sebuah settingan, sehingga pada akhirnya ada sebagian kecil
masyarakat yang berperilaku tanpa mempedulikan protokol kesehatan.
3. Belum ada kesepakatan penentuan zona. Belum adanya kesepakatan keseragaman
penentuan zona yang berdasarkan ketentuan jumlah rumah yang terdapat kasus
Covid-19 di tingkat administrasi RT. Sejumlah daerah apabila berpedoman pada
perintah atau petunjuk Menteri Dalam Negeri maka seharusnya tidak ada satupun
rukun tetangga atau RT yang masuk kedalam kategori wilayah merah karena rerata
kasus dalam satu RT adalah dibawah 10 rumah. Hal ini disinyalir disebabkan karena
Informasi mengenai Covid-19 harian tidak dapat disediakan sehingga menyebabkan
pemetaan covid-19 pada tingkat Rukun Tetangga sulit untuk dilakukan. Sementara
7
untuk mempersiapkan data akumulasi rumah dalam skala atau lingkup RT yang
terpapar Covid 19 memerlukan waktu yang cukup lama karena memerlukan
ketelitian.
8
b. Pembatasan jam operasional membatasi jam buka usaha pada tempat
berbelanja hanya sampai pukul 21.00 Wita dengan terus memberlakukan
aturan menjaga Kesehatan yang lebih ketat.
5. Memberikan izin bagi tempat ibadah dengan menyelenggarakan aturan membatasi
kapasitas sebesar 50% dengan pemberlakuan protokol Kesehatan yang lebih ketat.
6. Aktivitas disegala fasilitas umum dan aktivitas kemasyarakatan dan kebudayaan
yang berpotensi menyebabkan hadirnya kerumunan diberlakukan pembatasan
dengan protokol Kesehatan yang lebih ketat.
7. Diteapkan tata aturan kapasitas dan jam operasional.
8. Konsisten menyelenggarakan Protokol Kesehatan 5M yakni menggunakan masker,
rajin mencuci tangan, menjaga interaksi dan jarak, menghindari bergerombol dan
meminimalisir mobilitas.
Implementasi PPKM Mikro di Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu
berjalan dengan efektif yang ditunjukkan dengan optimalnya fungsi Posko Satgas
Covid-19 di tingkat desa dan melambatnya laju pertambahan kasus Covid-19 di tingkat
Kecamatan Satui. Implementasi PPKM Mikro di Kecamatan Satui Kabupaten Tanah
Bumbu berjalan dengan efektif yang ditunjukkan dengan optimalnya fungsi Posko
Satgas Covid-19 di tingkat desa dan melambatnya laju pertambahan kasus Covid-19 di
tingkat Kecamatan Satui. PPKM Mikro di Kecamatan Satui dilaksanakan sesuai
dengan Teori Edward III, karena di dalamnya terdapat aspek komunikasi, sumber daya,
disposisi dan struktur birokrasi.
Dari aspek komunikasi diketahui bahwa antara pihak pelaksana PPKM Mikro
dengan sasaran PPKM Mikro terjalin komunikasi yang baik, mulai dari tahapan
sosialisasi, persiapan, pelaksanaan hingga tahapan evaluasi. Untuk aspek sumber daya,
pelaksanaan PPKM Mikro di Kecamatan Satui di dukung oleh sumber daya manusia
yang terampil dan pendanaan yang mencukupi yang dapat dlihat dari kelengkapan
fasilitas yang ada pada tiap-tiap Posko Satgas Covid-19 di tingkat desa. Dari aspek
disposisi diketahui bahwa pihak implementor memiliki konsistensi dan memberikan
dukungan penuh dalam menerapkan PPKM Mikro sehingga PPKM Mikro berjalan
9
dengan ketat dan mampu memperlambat laju pertambahan kasus Covid-19 di
Kecamatan Satui. Dari aspek struktur birokrasi diketahui bahwa di desa-desa yang
menerapkan PPKM Mikro khususnya yang termasuk ke dalam wilayah administratif
Kecamatan Satui dilengkapi dengan struktur organisasi pada masing-masing Posko
Satgas Covid-19 yang terdiri Ketua, Wakil Ketua, Bendahara, Sekretaris, Tim
Pencegahan, Tim Penanganan, Tim Pembinaan, dan Tim Pendukung.
2.5.2 Implementasi Pemberlakuan Pembatasan Kebijakan Masyarakat (PPKM) di
Kota Bandung
Wali Kota Bandung Oded M Danial pun menerapkan berbagai kebijakan yang ada
dalam merespon intruksi dari Pemerintah Pusat. Pemerintah Kota Bandung menutup
sejumlah jalan di Kota Bandung dalam rangka pengetatan aktivitas masyarakat demi
menekan angka penyebaran COVID-19 serta mengurangi mobilitas masyarakat agar
tidak berkerumun ataupun masuk ke dalam Kota Bandung. Saat ini total penutupan
jalan di Kota Bandung adalah 40 titik. Ditambah penyekatan lima gerbang Tol.
Efektivitas PPKM ini masih sangat jauh dikatakan efektif walau cakupan pengetatan
PPKM Darurat ini meliputi sektor pekerjaan, kegiatan belajar mengajar, perbelanjaan,
fasilitas umum, transportasi umum, dan berbagai aktivitas masyarakat. Karena
pelaksanaan PPKM ini belum sepenuhnya selesai juga peran pemerintah daerah masih
kurang dalam membantu mengurangi dampak dari pandemi ini, dan juga masih banyak
masyarakat di indonesa khususnya Kota Bandung yang tidak mematuhi himbauan
pemerintah untuk melaksanakan kebijakan PPKM. Walau kebijakan seperti Work
From Home, cafe atau restoran melayani hanya take away, dan pelaku perjalanan
domestik yang menggunakan mobil pribadi, sepeda motor, dan transportasi umum
jarak jauh (pesawat, bus, dan kereta api) harus menunjukkan kartu vaksin, dan harus
menunjukkan PCR/antigen tetapi masih ada masyarakat yang menghiraukan himbauan
tersebut ataupun para aparat yang bertugas masih kurang tegas.
10
2.6 Dampak Kebijkana PPKM
Dalam penerapan kebijakan PPKM memiliki dampak bagi kehidupan masyarakat.
Upaya pemerintah dalam mengantisipasi perkembangan Covid-19 saat ini cukup
membuat khawatir masyarakat. Bukan hanya khawatir terjangkit virus corona saja,
tetapi kebijakan pemerintah yang memberlakukan PPKM. Karena tentunya akan
menyulitkan masyarakat dalam melakukan kegiatan dan mobilitasnya. Hal ini, walau
pun beresiko besar, tetapi harus dilakukan guna menghentikan penyebaran virus corona
tersebut. Oleh karenanya, keberhasilan implementasi kebijakan ini membutuhkan
keterlibatan stakeholders secara demokratis dan partisipatif.
Dampak positif dan negatif ini tentu saja tidak akan lepas dari aspek sosial dan
ekonomi. Dampak negatif yang pertamakali bisa langsung dirasakan akibat wabah
virus corona ini adalah merosotnya pertumbuhan ekonomi. Selain dalam sektor eknomi
hampir semua sektor juga berdampak seperti pariwisata, sosial, pendidikan, serta
politik. Dampak positif dari kebijakan PPKM adalah pemerintah dapat mengurangi
jumlah masyarakat yang terdampak virus Covid-19, karena mengurangi aktivitas diluar
dapat menjaga resiko penularan yang tinggi, selain dampak positifnya secara tidak
langsung sudah mengurangi polusi udara, mengingat jumlah pengendara di Indonesia
cukup tinggi.
11
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
Rosa, M., C., (2021, 3 Juli). PPKM Darurat Resmi Berlaku, Berikut Perbedaannya dengan
PPKM Mikro. Kompas.com. Diakses pada 25 September 2021, dari
https://www.kompas.com/tren/read/2021/07/03/063000965/ppkm-darurat-resmi-
berlaku-berikut-perbedaannya-dengan-ppkm-mikro?page=all
Napitu, U., dkk., 2021. Sosialisasi Pembatasan Pelaksanaan Kegiatan Masyarakat (Ppkm)
Mikro Di Kelurahan Bah Kapul. Communnity Development Journal, Volume 2, Nomor
2, pp. 232-241.
Moedy, E. R. S. (2021). Sinergi Penanggulangan Penyebaran Virus Corona Pada Masa
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Kelurahan Delod
Peken Kabupaten Tabanan Bali. Jurnal Cakrawarti. 4(2), 1-11.
Yunus, N., R., (2020). Kebijakan Pemberlakuan Lockdown Sebagai Antisipasi Penyebaran
Corona Virus Covid-19. Jurnal Sosial & Budaya Syar-i, Volume 7, Nomor 3, pp.227-
238.
13