DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................. i
BAB1. PENDAHULUAN............................................................................................1
BAB 2. PEMBAHASAN..............................................................................................3
2.5 Studi Kasus Implementasi Kebijakan PPKM........... Error! Bookmark not defined.
BAB 3. PENUTUP..................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 13
1
BAB 1. PENDAHULUAN
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menekan laju penyebaran virus
covid-19 dengan berbagai kebijakan, mulai dari kebijakan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) hingga terbaru pemerintah resmi memperpanjang kebijakan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat atau PPKM Level 4.
Sesuai dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2021 Tentang
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM ) Darurat Covid-19 di
Wilayah Jawa dan Bali. Awalnya PPKM ini hanya berlaku hingga tanggal 20 Juli 2021,
namun kini diperpanjang hingga bulan september 2021.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep implementasi kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM)?
2. Bagaimana studi kasus terkait implementasi kebijakan Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat (PPKM)?
3. Apa dampak dari implementasi kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM)?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas tujuannya yaitu sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui konsep implementasi kebijakan Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat (PPKM).
2. Untuk mengetahui studi kasus terkait implementasi kebijakan Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
3. Untuk mengetahui dampak dari implementasi kebijakan Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat (PPKM).
3
BAB 2. PEMBAHASAN
atau tempat makan dan minum dibatasi sebesar 50%, dengan mengutamakan layanan
pesan antar sesuai jam operasional yang menerapkan protokol kesehatan ketat.
Pemerintah juga mengatur pembatasan jam operasional pusat perbelanjaan atau mal
hingga pukul 21.00 dan kapasitas tempat ibadah juga dikurangi 50%. Kegiatan fasilitas
umum diperbolehkan buka namun tetap dibatasi dengan maksimal 50%. Sedangkan
kegaitan seni, sosial dan budaya yang dapat menimbulkan kerumunan hanya
diperbolehkan dibuka sebesar 25%. Begitu juga pada sektor transportasi, kendaraan
umum yang memberlakukan kapasitas dan jam operasional menyesuaikan peraturan
yang berlaku. Sementara kegiatan konstruksi dan sektor esensial seperti kesehatan,
bahan pangan, makanan, minuman, energi, komunikasi, perbankan dan logistik
diizikan berjalan 100%, namun tetap menerapkan protokol kesehatan ketat.
2. PPKM Darurat
PPKM Darurat Berbeda dengan PPKM mikro, PPKM darurat menjadi kebijakan
Presiden Joko Widodo setelah melihat melonjaknya kasus Covid-19 pada bulan Juni
2021 ini. Kebijakan tersebut mulai berlaku sejak 3 Juli – 20 Juli 2021 dengan fokus
diterapkan di Jawa-Bali. Peraturan penting yang diterapkan selama berlakunya PPKM
darurat ini akan lebih ketat dari penerapan PPKM sebelumnya. Pengetatan peraturan
PPKM darurat ini juga fokus di wilayah Pulau Jawa dan Bali karena menurut peta yang
ada, setidaknya ada 44 kabupaten/kota dan 6 provinsi yang memiliki nilai asesmen 4.
Sehingga, akan ada penilaian secara detail yang harus diikuti dengan langkah
penanganan khusus menurut standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO). Selama PPKM darurat ini protokol kesehatan akan dijalankan dengan adanya
penegakan hukum.
2.2 Level Kebijakan PPKM
Istilah PPKM Darurat tidak lagi digunakan dalam menerapkan kebijakan
pembatasan kegiatan di wilayah Pulau Jawa dan Bali. Nomenklatur PPKM Darurat
berganti nama menjadi PPKM Level 3-4. Perbedaan level PPKM ini mengacu pada
pedoman OrganisasiKesehatan Dunia (WHO) yangditerbitkan pada 2020. Dalam
5
pedoman tersebut dinyatakan bahwa level krisis suatu daerah dapat dilihat dari dua
faktor yaitu laju penularan dan kesiapan suatu wilayah.
Adapun aturan yang diberlakukan pada PPKM sesuai dengan masing-masing
level di daerah. Level ini ditetapkan berdasarkan level situasi pandemi, yang
merupakan indikator untuk mengetatkan dan melonggarkan upaya pencegahan dan
penanggulangan pandemi Covid-19. Aturan PPKM Level 3-4 juga memuat ketentuan
syarat bepergian bagi masyarakat, baik menggunakan kendaraan pribadi maupun
angkutan umum atau transportasi publik. PPKM berdasarkan level tersebut
dilaksanakan dalam 6 periode, yakni 21 Juli-25 Juli 2021, 26 Juli-2 Agustus 2021, 2-9
Agustus 2021, 9-16 Agustus 2021, 16-23 Agustus 2021, serta 24-30 Agustus.
Tabel 1. Aturan PPKM Berdasarkan Level
6
relawan, tenaga meedis, serta masyarakat yang secara terpadu berkoordinasi dan
berkontribusi dalam rangkaian kegiatan PPKM Mikro.
6. Kesediaan Masyarakat Untuk Mematuhi Protokol Kesehatan.
Masyarakat merupakan sasaran utama dari pelaksanaan PPKM Mikro. Kesediaan
masyarakat untuk berperilaku mematuhi protokol kesehatan dan aturan selama
PPKM Mikro dilaksanakan menjadi faktor pendukung utama pada pelaksanaan
PPKM Mikro tersebut.
2.3 Faktor Penghambat Kebijakan PPKM
Dalam mengimplementasikan kebijakan PPKM, terdapat beberapa faktor yang
menghambat proses implementasi kebijakan PPKM sehingga tidak efisien dan tidak
efektif. Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu:
1. Kebijakan PPKM bersifat kompromis atau dapat dikatakan setengah hati atau
“nanggung” dan dapat dikatakan sedikit terlambat diterapkan setelah hampir 1 tahun
pandemi dan setelah kasus begitu luar biasa meningkat. Implementasi dan
peneggakkan PPKM di berbagai daerah belum sepenuhnya dilaksanakan secara
konsisten dan tegas.
2. Adanya Hoax tentang Covid-19. Adanya Hoax menjadi salah satu faktor
penghambat dalam penyelenggaraan PPKM Mikro, penyebaran hoax yang tidak
terkendali ini menyebabkan sebagian masyarakat beranggapan bahwa Covid-19 itu
tidak nyata dan hanya sebuah settingan, sehingga pada akhirnya ada sebagian kecil
masyarakat yang berperilaku tanpa mempedulikan protokol kesehatan.
3. Belum ada kesepakatan penentuan zona. Belum adanya kesepakatan keseragaman
penentuan zona yang berdasarkan ketentuan jumlah rumah yang terdapat kasus
Covid-19 di tingkat administrasi RT. Sejumlah daerah apabila berpedoman pada
perintah atau petunjuk Menteri Dalam Negeri maka seharusnya tidak ada satupun
rukun tetangga atau RT yang masuk kedalam kategori wilayah merah karena rerata
kasus dalam satu RT adalah dibawah 10 rumah. Hal ini disinyalir disebabkan karena
Informasi mengenai Covid-19 harian tidak dapat disediakan sehingga menyebabkan
pemetaan covid-19 pada tingkat Rukun Tetangga sulit untuk dilakukan. Sementara
8
untuk mempersiapkan data akumulasi rumah dalam skala atau lingkup RT yang
terpapar Covid 19 memerlukan waktu yang cukup lama karena memerlukan
ketelitian.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) adalah
kebijakan Pemerintah Indonesia sejak awal tahun 2021 untuk menangani COVID-19 di
Indonesia. Implementasi PPKM Mikro di Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu
berjalan dengan efektif yang ditunjukkan dengan optimalnya fungsi Posko Satgas
Covid-19 di tingkat desa dan melambatnya laju pertambahan kasus Covid-19 di tingkat
Kecamatan Satui. Sedangkan implementasi PPKM darurat Efektivitas PPKM ini masih
sangat jauh dikatakan efektif walau cakupan pengetatan PPKM Darurat ini meliputi
sektor pekerjaan, kegiatan belajar mengajar, perbelanjaan, fasilitas umum, transportasi
umum, dan berbagai aktivitas masyarakat. Karena pelaksanaan PPKM ini belum
sepenuhnya selesai juga peran pemerintah daerah masih kurang dalam membantu
mengurangi dampak dari pandemi ini, dan juga masih banyak masyarakat di indonesa
khususnya Kota Bandung yang tidak mematuhi himbauan pemerintah untuk
melaksanakan kebijakan PPKM.
3.2 Saran
Agar kebijakan PPKM sesuai dengan keinginan kita bersama yaitu untuk menekan
penyebaran virus Covid-19 maka kita sebaiknya harus lebih memperhatikan dan
mentaati peraturan atau kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah. Serta, mematuhi
protokol kesehatan 5 M (mencuci tangan di air mengalir atau menggunakan hand
sainitizer, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, danmengurangi
mobilitas)
13
DAFTAR PUSTAKA
Rosa, M., C., (2021, 3 Juli). PPKM Darurat Resmi Berlaku, Berikut Perbedaannya dengan
PPKM Mikro. Kompas.com. Diakses pada 25 September 2021, dari
https://www.kompas.com/tren/read/2021/07/03/063000965/ppkm-darurat-resmi-
berlaku-berikut-perbedaannya-dengan-ppkm-mikro?page=all
Napitu, U., dkk., 2021. Sosialisasi Pembatasan Pelaksanaan Kegiatan Masyarakat (Ppkm)
Mikro Di Kelurahan Bah Kapul. Communnity Development Journal, Volume 2, Nomor
2, pp. 232-241.
Moedy, E. R. S. (2021). Sinergi Penanggulangan Penyebaran Virus Corona Pada Masa
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Kelurahan Delod
Peken Kabupaten Tabanan Bali. Jurnal Cakrawarti. 4(2), 1-11.