KAJIAN PUSTAKA
Paradigma fakta sosial fakta sosial terpaut kepada antar hubungan antara struktur
sosial, pranata sosial dan hubungan antara individu dengan struktur sosial serta antar
Fakta sosial diujukan sebagai sesuatu yang berbeda dengan dunia ide yang
bersifat spekulatif dalam memahami gejala yang terjadi dalam masyarakat. Hal ini
memerlukan penyusunan data diluar dunia ide yang hanya ada didalam pikiran manusi.
Fakta sosial terdiri dari atas dua jenis yaitu bentuk materi dapat diobservasi dan bentuk
non materi yaitu kenyataan yang bersifat interseptif yang hanya muncul dalam
kesadaran manusia.
hubungan pranata sosial, stuktur sosial dan individu. Perbedaan tersebut terlihat dalam
bahasan teori fungsionalisme, teori konflik, teori sosiologi makro. Paradigma fakta
sosial ini diambil dari kedua kedua karya Durkheim yang meletakkan landasan
paradigma fakta sosial melalui karyanya The Rules of Sosiological Method dan Suicide.
Durkheim melihat sosiologi yang baru lahir dalam upaya untuk memperoleh kedudukan
sebagai cabang ilmu sosial yang berdiri sendiri, tengah berada dalam ancaman bahaya
kekuatan dua cabang ilmu yang berdiri kokoh yakni filsafat dan psikologi. Durkheim
(dalam Ritzer, 2003:13) melihat filsafat sebagai ancaman dari dalam lewat dua orang
tokoh sosiologi yang dominant saat itu yakni Comte dan Spenser. Keduanya
Durkheim mencoba menguji teori-teori yang dihasilkan dari belakang meja atau yang
berdasarkan hasil pemikiran spekulatif itu denhgan data konkret berdasarkan hasil
penelitian empiris. Fakta sosial inilah yang menjadi pokok persoalan penyelidikan
sosiologi. Fakta sosial sosial dinyatakannya sebagai barang sesuatu yang berbeda
dengan ide dan yang menjadi objek penyelidikan dari seluruh ilmu pengetahuan. Ia
tidak dapat dipahami melalui kegiatan mental murni (spekulatif) dan untuk
pernyataan Durkheim ini terletak pada usahanya menerangkan bahwa fakta sosial tidak
dapat dipelajari intropeksi. Fakta sosial harus diteliti didalam dunia nyata sebagaimana
Secara garis besarnya fakta sosial terdiri atas dua tipe. Masing-masing adalah
stuktur sosial (Social Institution) dan pranata sosial (Social Institution). Secara lebih
terperinci fakta social itu tertdiri atas kelompok, kesatuan masyarakat tertentu, sistem
dalam karya selanjutnya menyamakan fakta sosial dan prananta sosial. Ada empat
uraian teori yang tergabung kedalam paradigma fakta sosial yakni teori fingsionalisme
struktur sosial atau pada fungsi satu institusi sosial tertentu saja. Menurut teori ini
masyarakat merupakan suatu sistm sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen-
elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang
terjadi pada suatu bagian akan membawa perubahan terhadap yang lain. Asumsi
dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam sistem sosial, fungsional terhadap aspek
yang lain. Sebaliknya kalau tidak fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau akan
sumbangan satu sistem tau peristiwa terhadap sistem yang lain dan karena itu
Secara ekstrim penganut teori ini beranggapan bahwa semua peristiwa dan
semua struktur adalah adalah fungsional bagi suatu masyarakat. Perubahan dapat terjadi
besar pengaruhnya dalam ilmu sosial diabad sekarang. Sejalan dengan hal itu Kingley
Alvin Goulduer secara tersirat berpendapat serupa ketika ia menyerang sosiologi barat
(Goodman, 2004:117).
Meski hegemoninya tidak diragukan dalam dua dekade sesudah perang dunia II,
fungsionalisme stuktural sebagai teori sosiologi telah merosot arti pentingnya. Bahkan
Wilbert Moore (dalam Ritzer, 2003 :117) yang sangat memahami teori ini menjadi
sesuatu yang memalukan dalam perkembangan teori sosiologi masa kini. Turner dan
teori yang bersifat menjelaskan, kami kira sudah mati dan upaya untuk menggunakan
bahwa teori ini mungkin dapat dikembangkan menjadi teori lain sebagaimana teori ini
mungkin dapat dikembangkan dari pemikiran organisme lebih awal. Kelahiran neo
meneliti fungsi dari berbagai proses sosial yang mungkin tidak mempunyai struktur.
Ciri utama pendekatan fungsionalisme stuktural memperhatikan kedua unsur itu. Meski
institusi masyarakat berskala luas, antar hubungannya, dan pengaruhnya terhadap aktor
(Goodman, 2004:119).
dan Robert K Merton. Teori konsensus memandang masyarakat sebagai suatu struktur
yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan, yang dipelihara oleh suartu
sebagai suatu ‘sistem’ dari interaksi antar manusia dan berbagai institusinya, dan segala
sesuatunya di sepakati segala secara konsensus, termasuk dalam hal nilai dan norma.
masyarakat.
perbedaan penting antara karya awal dan karya belakangan. Dalam bagian ini kita akan
tentang Fungsional Struktural Parsons ini akan dimulai dengan empat empat fungsi
penting untuk semua system tindakan terkenel dengan skema AGIL. Sesudah
membahas empat fungsi ini kita akan beralih menganalisis pemikiran Parsons mengenai
Parsons yakin bahwa ada empat fungsi penting diperlukan semua sistem. Secara
bersama-sama keempat imperative fungsional ini dikenal sebagai skema AGIL. Agar
tetapa bertahan, suatu sistem harus memilki empat fungsi ini yaitu:
eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
aspek fungsionalisme stuktural yang lebih ekstern dan tak dapat dipertahankan lagi.
Disatu sisi, sementara Parsons menganjurkan penciptaan teori-teori besar dan luas
dapat dipandang sebagai orang yang mendorong fungsionalisme stuktural lebih kekiri
universal. Artinya, dinyatakan bahwa seluruh bentuk kultur dan sosial serta struktur
yang sudah baku mempunyai fungsi yang positif. Postulat ketiga adalah postulat tentang
indispensability. Argumennya adalah bahwa semua aspek masyarakat yang sudah baku
dan tak hanya mempunyai fungsi positif tetapi juga mencerminkan bagian-bagian yang
2003:138).
dapat diamati yang menimbulkan adaptasi atau penyesuaioan diri dari sistem tertentu”.
Tetapi jelas ada bias ideologis bila orang hanya memusatkan pemikiran pada adaptasi
atau penyesuaian diri, karena adapatasi atau penyesuaian dan diri selalu mempunyai
akibat positif. Perlu diperhatikan bahwa suatu faktor sosial dapat mempunyai akibat
negatif terhadap fakta sosial lain. Untuk meralat kelalaian serius dalam fungsinalisme
stuktur atau institusi dapat menyumbang pemeliharaan pada bagian-bagin dari sistem
sosial, stuktur, atau institusi pun dapat menimbulkan akibat negatif terhadap sistem
sosial.
Dilihat dari sudut keseimbangan bersih (Net Balance) suatu hal dapat fungsional
bagi unit sosial tertentu dan lebih disfungsional bagi unit sosial yang lain.
keseinbangan (latent) kedua istilah ini memberikan tamabahan penting bagi analisis
fingsional. Menurut pengertian sederhana, fungsi nyata adalah fungsi yang diharapkan,
sedangkan fungsi yang tersembunyi adalah fungsi yang diharapkan. Penganut teori
fungsioanal ini memang memandang segala pranata sosial yang ada dalam suatu
masyarakat tertentu serta fungsional dalam artian positif dan negatif (Goodman,
2004:14).
Manusia adalah pribadi yang unik, yang diciptakan Tuhan berbeda dengan yang
lainnya. Sejalan dengan itu, namun manusia tetaplah manusia yang memiliki
kekurangan, tidak sempurna dalam hal kebisaan, akal pikiran dan berbagai penampila di
dalam masyarakat. Hal ini di sebaban karena adanya perasaan sadar dan dibawah sadar.
makro terjadi perubahan ekonomi, politik dan kultur. Di tingkat mezo terjadi
interaksi dan perilaku individual. Masyarakat bukan sebuah kesatuan fisik (entity),
Sztompka,2004:65).
merupakan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah
individu dengan linkungan, sehingga sikap bersifat dinamis. Faktor pengalaman besar
peranannya dalam pembentukan sikap. Sikap dapat pula dinyatakan sebagai hasil
belajar, karena sikap dapat mengalami perubahan. Sebagai hasil belajar, sikap tidaklah
dalam intraksi manusia berkenan dengan objek tertentu ( Tri Dayakisni & Hudaniah
2005:98)
dunia luarnya dengan selektif, sehingga tidak semua yang datang akan di terima
atau di tolak.