Anda di halaman 1dari 9

METODE PENELITIAN ADMINISTRASI

REVIEW JURNAL

Oleh : Diah Ayu Fuji Neng Room


NIM : 41116047

Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Serang
Raya

Taman Dranong Serang, Jl. Raya Cilegon No.KM. 5, Drangong, Taktakan, Kota
Serang, Banten Telpon : (0254) 8235007 Laman : www.unsera.ac.id/
Penelitian pertama dilakukan oleh Bayu Nurrohman (2017) dengan judul :
optimalisasi pelayanan e-ktp guna meningkatkan validitas data kependuduka
kecamatan majasari kabupaten pandeglang. Tulisan ini merupakan bagian dari
Journal Administrasi Pembangunan yang diterbitkan oleh kapemda dengan
Nomor ISSN 1979 – 5343. Bayu Nurrohman adalah dosen dari STISIP Banten
Raya Pandeglang.

Latar belakang penelitian dari penelitian ini adalah Pelayanan yang


merupakan tugas utama yang hakiki dari sosok aparatur pemerintahan sebagai
abdi negara dan abdi masyarakat. Tingkat kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan adalah dengan membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan
harapan, oleh karena itu maka tingkat kepuasan adalah perbedaan antara kinerja
yang dirasakan dengan harapan, apabila dikaitkan dengan masyarakat, maka
masyarakat selaku pengguna jasa dapat merasakannya.

Teori yang digunakan dari penelitian ini adalah Winardi (1999: 363)
Optimaslisai adalah ukuran yang menyebabkan tercapainya tujuan sedangkan jika
dipandang dari sudut usaha, Optimalisasi adalah usah amemaksimal kan kegiatan
sehingga mewujudkan keuntungan yang diinginkan atau dikehendaki.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan pembuatan e-KTP di


Kecamatan Majasari Kabupaten Pandeglang pada tahun 2015 belum berjalan
lancar. Dalam pelayanan pembuatan e- KTP di Kecamatan di temukan beberapa
hambatan. Dalam mengatasi hambatan- hambatan dalam pengoptimalisasian
pelayanan berjalan lancar dan sesuai tujuan seperti melatih tenaga operator agar
keahliannya bisa lebih berkualitas dan juga melakukan sosialisasi pada Lurah
untuk selanjutnya di sampaikan pada masyarakat.

Urgensitas dari penelitian ini adalah memberikan solusi tentang hambatan


dalam kekurangan tenaga oprator , SDM yang kurang memadai, perangkat rusak
serta kurangnya kualitas dan kuantitas tenaga pegawai. Yang membuat warga
kurang mengerti dalam prosedur pembuatan e-KTP . ada beberapa saran tentang
bagaimana sebaiknya untuk mengatasi kekurangan atau hambatan dalam
optimalisasi pelayanan e-KTP di Kecamatan Majasari yaitu dengan Harus lebih
teliti lagi dalam memasukan data masyarakat pembuat e-KTP agar tidak ada
kekeliruan data dalam e-KTP yang sudah jadi, Kualitas dan kuantitas petugas agar
lebih ditingkatkan lagi, Benar-benar disortir serta dievaluasi ulang mana warga
yang sudah melakukan perekaman sehingga warga yang belum agar segera
dilakukan pemanggilan susulan, Petugas diberikan Diklat/pelatihan lagi yang
sesuai, Mempersiapkan jadwal pendataan e-KTP dengan maksimal, waktu/jadwal
operator yang akurat, harus lebih teliti, terkoordinir dan disiplin, Sosialisasi
langsung ke masyarakat dan penyuluhan rutin ke tingkat RT harus lebih
ditingkatkan dan dilakukan rutin tiap satu bulan sekali & Ada aturan yang jelas ,
agar data penduduk yang akan direkam memiliki NIK.

Penelitian kedua dilakukan oleh Tiara Indah & Puji Hariyanti (2018) dengan
judul : Implementasi Kebijakan Keterbukaan Informasi Publik pada Dinas
Kominfo Kota Tasikmalaya. Tulisan ini merupakan bagian dari Journal
Komunikasi nomor P-ISSN: 1907-898X, E-ISSN: 2548-7647. Tiara Indah & Puji
Hariyanti adalah Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta.

Latar belakang penelitan dari penelitian ini adalah Keterbukaan informasi


publik merupakan salah satu pilar kebebasan berekspresi serta pilar demokrasi,
transparansi dan good governance. Dalam undang-undang tersebut, hak
masyarakat untuk mendapatkan informasi mendapatkan jaminan, dan
implementasi kebijakan keterbukaan informasi publik menjadi salah satu upaya
pemenuhan hak asasi manusia (HAM). Selain itu, dengan adanya keterbukaan
informasi publik, masyarakat dapat memantau lajunya kinerja pemerintahan. Oleh
karena itu, setiap lembaga Badan Publik harus menyediakan petugas bagi
pelayanan masyarakat di bidang informasi. Petugas Komunikasi dan Informatika
ini baik dalam tingkat nasional, provinsi ataupun daerah memiliki tugas pokok
yang diatur oleh Undang-Undang No 14/2008 terkait Keterbukaan Informasi
Publik.
Teori yang digunakan dari penelitian ini adalah Sedarmayanti (2004: 22)
Suatu pemerintahan dapat dikatakan telah melaksanakan prinsip-prinsip good
governance apabila dalam penyelenggaraan pemerintahan terdapat manajemen
pemerintahan yang solid dan bertanggung jawab serta memiliki prinsip yang
sejalan dengan konsep demokrasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan Keterbukaan


Informasi Publik yang dilakukan oleh Dinas Kominfo Pemerintahan Kota
Tasikmalaya khususnya seksi pelayanan informasi publik dapat dikatakan baik
karena berhasil mendapatkan penghargaan pada acara Anugerah Media Humas
2017 peringkat ketiga pada kategori media sosial. Namun, terdapat beberapa
beberapa kelemahan. Pertama, faktor komunikasi. Meskipun petugas setiap
harinya menyebarluaskan informasi publik pada media baru, tetapi terdapat
beberapa informasi yang dianggap kurang jelas sehingga terkadang masyarakat
memilih mendatangi langsung kantor kelurahan atau kecamatan untuk mencari
informasi publik. Kedua, sumber daya petugas. Ada kekurangan jumlah staf dan
masih terdapat fasilitas penunjang yang belum terpenuhi. Staf hanya dua orang
petugas tetap yang terus mengupayakan untuk selalu menyebarluaskan informasi
publik secara berkala pada media baru.

Urgensitas dari penelitian ini adalah memberikan rekomendasi sesuai


dengan pedoman UU KIP No 14/2008 tentang kewajiban untuk memenuhi
kebutuhan informasi publik masyarakat Kota Tasikmalaya. Dikaitkan dengan UU
KIP tersebut maka teori implementasi kebijakan yang melibatkan 4 faktor, yaitu
komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Pertama, petugas dapat
melakukan evaluasi dengan cara melakukan survey kepuasan masyarakat agar
petugas mengetahui apa saja kinerja yang harus ditingkatkan sesuai dengan
keinginan masyarakat Kota Tasikmalaya. Kedua, petugas perlu menyesuaikan
informasi yang ditampilkan pada media-media dengan apa yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Agar masyarakat tidak hanya memanfaatkan petugas kecamatan atau
kelurahan saja dalam memenuhi kebutuhan informasi publik. Ketiga, petugas
perlu segera memenuhi kapasitas sumber daya yang kurang memadai agar dapat
menunjang kinerja yang lebih maksimal

Penelitian ketiga dilakukan oleh Alexander Monte Christo Arta Graha, Edy
Rahardjo (2016) dengan judul Analisis Pengaruh Budaya Organisasi Dan
Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Motivasi Sebagai Variabel
Intervening (Studi Kasus Pada Pt. Lg Bagian Penjualan Indonesia Semarang).
Tulisan ini merupakan bagian dari Jurnal Studi Manajemen & Organisasi nomor
Desember 98-109. Alexander Monte Christo Arta Graha & Edy Rahardjo adalah
merupakan Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro .

Latar belakang penelitan dari penelitian ini adalah Sumber Daya Manusia
(SDM) memegang peranan yang sangat dominan dalam kegiatan perusahaan.
Sumber Daya Manusia yang diperluakan saat ini adalah Sumber Daya Manusia
yang memiliki kinerja. Kinerja karyawan yang baik dapat dilihat dari berbagai
sisi. Oleh karena itu, penilaiankinerja sangat perlu dilakukan oleh perusahaan
untuk mengetahui sejauh mana karyawan mampu berperan dalam pertumbuhan
dan perkembangan karyawan.

Teori yang digunakan dari penelitian ini adalah Sitanggang ( 2008) Kinerja
adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau
kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi Mahsun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja karyawan bagian penjualan


produk LG Indonesia di Semarang masih dianggap belum memuaskan, terbukti
pada tahun 2015, tidak sekalipun mencapai target yang ditetapkan. Berdasarkan
hasil prasurvey yang dilakukan, terlihat bahwa penurunan kinerja ini diduga
disebabkan oleh penurunan motivasi karyawan

Urgensitas dari penelitian ini adalah menegaskan mengenai aktivitas semua


orang dalam organisasi yang berurusan dengan upaya meningkatkan kemampuan
serta keterampilannya dalam rangka pencapaiantujuan yang telah ditetapkan.
Berkaitan dengan Budaya organisasi mempunyai pengaruh positif terhadap
motivasi. Semakin karyawan dapat cocok dengan budaya organisasi maka
karyawan akan semakin termotivasi dalam bekerja dalam perusahaan.
Kompensasi mempunyai pengaruh positif terhadap motivasi. Manusia bekerja
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Apabila perusahaan
menginginkan karyawannya termotivasi dalam menjalankan pekerjaan, maka
perusahaan harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan para karyawannya.
Kompensasi yang diberikan kepada pegawai sangat berpengaruh pada motivasi
kerja karena berbagai macam bentuk kompensasi tambahan berfungsi untuk
memotivasi karyawan agar produktivitasnya lebih tinggi , Motivasi mempunyai
pengaruh positif terhadap kinerja. Dengan adanya kebutuhan karyawan, seseorang
dituntut untuk lebih giat dan aktif dalam bekerja, untuk mencapai hal ini
diperlukan adanya motivasi dalam melakukan pekerjaan, karena dapat mendorong
seseorang bekerja dan selalu berkeinginan untuk melanjutkan usahanya.

Penelitian keempat dilakukan oleh Kurnia Muhamad Ramdhan; Asep


Sumaryana; Slamet Usman Ismanto (2017) yang berjudul Pemantauan Kebijakan
Penataan Pedagang Kaki Lima Di Kecamatan Garut Kota Oleh Tim Penataan
Dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Kabupaten Garut. Tulisan ini
merupakan bagian dari jurnal administrasi negara nomor Volume 2. No 1,
Agustus 2017 . Kurnia Muhamad Ramdhan, Asep Sumaryana, Slamet Usman
Ismanto adalah dosen dari Program Studi Administrasi Publik Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Bandung.

Latar belakang penelitian dari penelitian ini adalah Keanekaragaman yang


ada menjadi potret heterogen perkotaan, termasuk dalam hal mencari nafkah yang
di antaranya tercermin melalui fenomena Pedagang Kaki Lima (PKL) di Garut
Kota sebagai salah satu sumber mata pencaharian masyarakat Kabupaten Garut.
Keberadaan PKL di Garut Kota bukanlah tanpa sebab, maraknya PKL yang
menjajakan dagangannya seiring sejalan dengan perkembangan populasi manusia
perkotaan yang kian meningkat tanpa diimbangi dengan ketersediaan lapangan
pekerjaan maupun sumber mata pencaharian lainnya. Keberadannya tak lepas dari
sejarah panjang perjalanan Kabupaten Garut semenjak masa kolonial hingga
sekarang.

Teori yang digunakan dari penelitian ini adalah Peraturan Daerah


Kabupaten Garut Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Garut Tahun 2014-2019 dan Peraturan
Daerah Kabupaten Garut Nomor 12 Tahun 2015 tentang Ketertiban, Kebersihan,
dan Keindahan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemantauan Kebijakan Penataan


Pedagang Kaki Lima di Kecamatan Garut Kota oleh Tim Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Kabupaten Garut tidak efektif, karena
Pemantauan Kebijakan hanya dimaknai secara harfiah, dalam menghasilkan
informasi pun tidak melakukan elaborasi yang mendalam, seperti pada aspek
Kepatuhan, Pemeriksaan, Akuntansi, dan/ atau Eksplanasi. Tim Penataan dan
Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Kabupaten Garut belum memiliki pedoman
baku mengenai petunjuk pelaksanaan (Juklak) dan petunjuk teknis (Juknis) terkait
dengan Pemantauan Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima di Kecamatan
Garut Kota , Perlakuan Pemda Garut yang kurang memenuhi asas keadilan
maupun kesamaan dalam merelokasi para PKL, cenderung tidak adil dalam
membuat keputusan, dan inkonsisten terhadap pelaksanaan kebijakan yang telah
dibuatnya sendiri. Banyaknya PKL yang direlokasi tidak diimbangi dengan
ketersediaan gedung , Kurangnya promosi yang digalakkan oleh Pemda Garut
mengakibatkan para PKL yang telah menempati kavling gedung menjadi enggan
menempatinya dan lebih memilih untuk kembali berdagang di tempat semula

Urgensitas dari penelitian ini adalah memberikan remomendasi yang


berpedoman pada Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 3 Tahun 2014
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Garut Tahun 2014-2019 dan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 12 Tahun
2015 tentang Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan. Agar ke depannya hasil dari
pelaksanaan Pemantauan Kebijakan oleh Tim Penataan dan Pemberdayaan
Pedagang Kaki Lima dapat lebih efektif yaitu dengan merumuskan Petunjuk
Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) sebagai pedoman dalam
melakukan Pemantauan Kebijakan. Juklak dan Juknis ini melibatkan pula unsur
akademisi maupun Badan Pusat Statistik, sehingga dalam pembahasannya dapat
lebih komprehensif karena terdiri dari berbagai macam sudut pandang, dengan
harapan dapat tercipta Juklak dan Juknis yang handal, tepat guna, dan hasil guna.

Penelitian kelima dilakukan oleh Winda Oktaviyani1 , Joko Tri Nugraha


(2018) yang berjudul Inovasi Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan Program
Smart City Di Kota Magelang (Studi Kasus BAPPEDA Kota Magelang). Tulisan
ini merupakan bagian dari Jurnal Mahasiswa Administrasi Negara (JMAN), Vol.
02 No. 01, Mei 2018. Winda Oktaviyani1 & Joko Tri Nugraha adalah dosen
Universitas Tidar Jurusan Ilmu Administrasi Negara.

Latar belakang penelitian dari penelitian ini adalah Perkembangan teknologi


yang semakin pintar membuat konsep smart tak hanya diterapkan pada berbagai
perangkat, tetapi pada berbagai sistem atau tatanan. Salah satunya yang sedang
trend akhir-akhir ini adalah konsep smart city. Konsep yang disebut kota pintar ini
adalah konsep yang mengutamakan sebuah tatanan kota cerdas yang dapat
berperan dalam memudahkan masyarakat untuk mendapatkan informasi secara
tepat dan cepat. Selain itu, konsep kota pintar ini juga memang dihadirkan sebagai
jawaban untuk pengelolaan sumber daya secara efisisen.

Teori yang digunakan dari penelitian ini adalah Van Vierlo dalam Muchlas
M. Tahir (2015:278) Pemerintah daerah saat ini dituntut untuk melakukan
pembaharuan diberbagai sektor sebagai suatu langkah untuk mengatasi tuntutan
masyarakat yang semakin kompleks. Inovasi menjadi suatu keharusan yang mesti
dilakukan agar keberadaan pemerintah menjadi bermakna di mata rakyatnya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kota Magelang sendiri mulai


menerapkan program smart city sejak tahun 2015 karena dengan dinobatkannya
Kota Magelang sebagai Kota Cerdas dalam Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI)
2015. Dalam penerapan konsep smart city, Kota Magelang mengacu dari Kota
Bandung dan Kota Surabaya yang telah lebih dahulu dalam menerapkan konsep
smart city dan membawa perubahan pada kota tersebut. terdapat beberapa kendala
yang menghambat kelancaran program smart city di Kota Magelang. masih
adanya ego sektoral yang menjadi masalah dalam pelaksanaan smart city, smart
city kami masih dalam tahap awal karena di Kota Magelang sendiri mulai
terapkannya pada tahun 2015.

Urgensitas dari penelitian ini adalah memberikan remomendasi yang


berpedoman pada perencanaan Pemerintah Kota Magelang yang tertuang dalam
RPJMD Kota magelang tahun 2016-2021. Dalam pelaksanaan program smart city,
sebaiknya pemerintah memberikan informasi kepada masyarakat yang lebih luas
serta mensosialisasikan bahwa telah adanya bentuk pelayanan melalui teknologi
informasi, karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui program
tersebut. Masih terdapat ego sektoral antar pihakpihak terkait, sebaiknya diadakan
musyawarah mengenai hal tersebut kepada pihak-ihak terkait agar sehingga
terciptanya kerjasama untuk mewujudkan konsep smart city yang sebenarnya di
Kota Magelang

Anda mungkin juga menyukai