Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Neo Societal; Vol. 6; No.

2; April 2021
ISSN: 2503-359X; Hal. 135-143

Dampak Sosial Ekonomi Masyarakat Penerima Bantuan Langsung Tunai


Masa Pandemi COVID-19 di Kota Tanjungpinang
Emmy Solina1, Aspariyana Aspariyana2, Mahadiansar Mahadiansar3
1,2
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Maritim Raja Ali Haji. Kota Tanjungpinang. Kepulauan Riau
3
Program Studi Pascasarjana Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi.
Universitas Brawijaya. Kota Malang. Kepulauan Riau
Email: riyanaaspa@gmail.com1, emmysolina@umrah.ac.id2,
mahadiansar@student.ub.ac.id3
Abstract
Tujuan penelitian ini untuk mengkaji kondisi masyarakat Kota Tanjungpinang yang
menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang akan mempengaruhi pada dampak
sosial ekonomi pada masa pandemi COVID-19. Adapun metode penelitian
mengunakan kualitatif deskriftif dengan mengunakan berbagai sumber yang relevan
untuk di analisis secara mendalam. Hasil menunjukan bahwa dampak sosial ekonomi
masyarakat Kota Tanjungpinang dalam penerimaan BLT dan tidak penerima BLT
adanya interaksi sosial yang baru serta upaya beradaptasi dengan lingkungan baru,
sehingga perspektif adaptasi kebiasaan baru bisa di terapkan dengan pola menajaga
protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran pandemi COVID-19. Selain itu
peneliti juga memberikan saran terhadap baik pemerintah pusat untuk berkomunikasi
secara itensif pemerintah daerah agar tetap mengawasi dalam pemberian BLT agar
bisa diperuntukan kepada masyarakat yang tepat sasaran serta bermanfaat dalam
pengunaan BLT yang ada di Kota Tanjungpinang.
Keywords: Sosial Ekonomi, BLT, Covid-19

Abstract
The purpose of this research is to examine the conditions of the people of
Tanjungpinang City who receive Direct Cash Assistance (BLT) which will affect the
socio-economic impact during the COVID-19 pandemic. The research method uses
descriptive qualitative by using various relevant sources for in-depth analysis. The
results show that the socio-economic impacts of the people of Tanjungpinang City in
receiving BLT and not receiving BLT are new social interactions and efforts to adapt
to new environments, so that the perspective of adapting new habits can be applied
by maintaining health protocols to prevent the spread of the COVID-19 pandemic.
Apart from that, the researchers also gave suggestions to the central government to
communicate intensively with the local government in order to continue to supervise
the provision of BLT so that it could be allocated to the people who were right on
target and useful in the use of BLT in Tanjungpinang City.

Keywords: Socio-Economic, BLT, Covid-19

135
Pendahuluan
Kesejahteraan masyarakat bisa dikategorikan jika sebagian indvidu maupun
kelompok memiliki kebutuhan yang terpenuhi disekitar lingkungannya sehingga
tingkat kemiskinan bisa menurun demi kemakmuran dalam sebuah negara. Demi
terciptanya kesejahteraan masyarakat, pemerintah berperan penting dalam melakukan
berbagai macam program kesejahteraan sosial sehingga program tersebut dinilai tepat
sasaran untuk diperuntukan untuk mendorong ekonomi masyarakat khususnya
kepada masyarakat miskin (Budastra, 2020; Marini, 2015) sehingga memberikan
dampak sosial yang positif secara luas dimana kesejahteraan masyarakat didalam
kondisi pandemi COVID-19 di indonesia sangat diperlukan (Habib & Laksono,
2019; Qomaria, 2015; Setiati & Azwar, 2020).
Salah satu program untuk meningkatkan kejehateraan masyarakat yang sangat
populer di Indonesia adalah kebijakan perlindungan sosial Bantuan Langsung Tunai
(BLT) dibandingkan dengan program-program yang lainnya yang mempunyai
prosedur yang secara birokratis membutuhkan waktu disaat masa kritis pandemi
COVID-19 untuk mencukup ketahanan pangan didalam keluarga (Choiriyah, 2018;
Kurnianingsih et al., 2020; Rastiyanto et al., 2020). Bantuan Langsung Tunai (bahasa
Inggris: cash transfers) atau disingkat BLT adalah program bantuan pemerintah
berjenis pemberian uang tunai atau beragam bantuan lainnya, baik bersyarat
(conditional cash transfer) maupun tak bersyarat (unconditional cash transfer) untuk
masyarakat miskin.
Meskipun demikian BLT sangat mudah didalam penyalurannya masyarakat,
namun dibeberapa kajian menyatakan bahwa tidak semua BLT dirasakan juga tidak
tepat sasaran dikarenakan proses penyalurannya tergantung pemerintah daerah yang
mendistribusikannya. Hal ini berpotensi menimbulkan polemik oleh oknum
melakukan penyelewengan BLT (Achidsti et al., 2020; Apriyani & Vernanda, 2020;
Marini, 2015; Mufida, 2020). Program BLT di Indonesia sering dinilai memiliki
banyak kelemahan, beberapa lembaga masih mengklaim program tersebut sukses.
Bank Dunia melaporkan, Indonesia termasuk Negara yang paling sukses
menyelenggarakan bantuan berjenis langsung tunai kepada masyarakat miskin
dibandingkan Negara lain (Dewi & Andrianus, 2021).
Berdasarkan amanah Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, terutama pasal 33
dan 34, negara bertanggung jawab untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
memajukan kesejahteraan umum dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Salah satu upaya pemerintah dalam memenuhi
kesejahteraan sosial tersebut adalah dengan memberikan bantuan sosial (UU Nomor
11 Tahun 2009). Menurut Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 181 tahun
2012, bantuan sosial (bansos) merupakan pengeluaran berupa transfer uang, barang,
atau jasa yang diberikan oleh pemerintah pusat/daerah kepada masyarakat guna
melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial, meningkatkan
kemampuan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat.

136
Meskipun sering dianggap sebagai alat politik karena berinteraksi langsung
dengan masyarakat, BLT yang terintegrasi dengan baik dan tepat sasaran telah
terbukti mampu mengentaskan kemiskinan dan mengurangi ketimpangan, namun
pemerintah telah meningkatkan jumlah BLT dalam empat tahun terakhir, tingkat
pengentasan kemiskinan di Indonesia mengalami perlambatan dan tingkat
kesenjangan pendapatan di Indonesia masih cukup tinggi. (Frmansyah, 2019).
Presiden Joko Widodo memutuskan pemerintah pusat akan memberikan BLT senilai
Rp 600.000 per bulan selama tiga bulan bagi keluarga miskin. Bantuan ini diberikan
sebagai upaya meminimalisasi dampak pandemi virus Covid-19 (Ihsanuddin, 2020).
Saat ini penerima BLT pemerintah pusat akan memberikan kewenangan dalam
penyaluran ke setiap daerah yang telah diperuntukan. Namun pemerintah daerah
berupaya memberikan pendistribusian BLT bagi penerima dengan tetap menjaga
protokol kesehatan untuk penyegahan penyebaran pandemi COVID-19.
Pemberian BLT telah berkontribusi dalam pengentasan kemiskinan dan
pengurangan ketimpangan di berbagai daerah. Namun demikan, masih diperlukannya
perbaikan lebih lanjut untuk meningkatkan dampak sosial dari program BLT oleh
pemerintah terhadap pengentasan kemiskinan dan pengurangan ketimpangan
(Mantovanny et al., 2020), oleh sebab itulah penulis ingin mengkaji secara mendalam
mengunakan data sekunder yang ada untuk melihat kondisi atau Dampak sosial
ekonomi Masyarakat Penerima Bantuan Langsung Tunai Masa Pandemi COVID-19
di Kota Tanjungpinang.

Metode Penelitian
Metode peneltian yang digunakan melalui pendekatan kualitatif deskriptif
(Yin, 2010) dan mengunakan kajian studi kepustakaan berupa data sekunder yang di
dikumpulkan dari berbagai sumber-sumber yang relevan untuk menunjang dalam
penelitian ini (Danandjaja, 2014; Khatibah, 2011). Kemudian data sekunder yang
diperoleh akan dilanjutnya pada tahap interpretasi oleh peneliti secara mendalam
untuk mendapatkan hasil yang secara luas (Moleong, 2012).
Uji keabsahaan data penelitian ini mengunakan teknik triangulasi data yang
dimana triangulasi data ini digunakan untuk memperkuat hasil-hasil kajian sehingga
analisis data tersebut sangat akurat (Denzin & Lincoln, 2005) selanjutnta analisis
maupun kajian terhadap dampak sosial ekonomi penerima BLT di Kota
Tanjungpiang bisa diungkapkan sehingga dengan menggunakan metode penelitian ini
penulis dapat dengan mudah menyelesaikan masalah yang hendak diteliti.

Hasil & Pembahasan


Proses Pendistribusian Penerima BLT di Tanjungpinang
Kondisi pendistribusian BLT di Tanjungpinang dapat dikatakan tidak ada
yang mengalami perubahan meskipun saat ini dalam kondisi pandemi COVID-19,
pada tahapan pelaksanaan program bantuan langsung tunai di Indonesia umumnya

137
dimulai dari sosialisasi, verifikasi data nama nominasi Rumah Tangga Sasaran (RTS)
yang akan diberikan bantuan, pembagian kartu BLT, pencairan dana, dan terakhir
pembuatan laporan dan evaluasi. Mekanisme pembagian BLT yang terstruktur, dan
mekanisme. Rincian kerja dan mekanisme BLT adalah:
1. Sosialisasi dilaksanakan oleh Dinas Sosial Kota Tanjungpinang bersama dengan
elemen masyarakat lainnya seperti kepala pemerintah di daerah-daerah, lembaga
sosial kemasyarakatan, dan tokoh-tokoh masyarakat, hanya saja saat pada
pandemi COVID-19 sosialiasi dilakukan dari tingkat RT/RW serta media sosial
sebagai sarana publikasi yang di lakukan oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang
2. Setelah nama dan alamat telah di verivikasi oleh Pemerintah Kota
Tanjungpinang, para penerima BLT terdaftar, selanjutnya data dikirimkan ke PT
Pos Indonesia untuk diproses agar penerima BLT bisa disalurkan dalam masa
pandemi COVID-19.
3. Selesai diproses, penerima BLT dicetak dengan tanda tangan dari Menteri
Keuangan sesuai dnegan kantor perwakilan didaerah masing-masing. Selanjutnya
kartu-kartu tersebut dikirim kembali ke kantor kelurahan masing-masing untuk
dicek, setelah itu baru dibagikan.
4. Kartu yang telah dimiliki dapat digunakan untuk meminta pencairan dana BLT di
Kantor Pos Kota Tanjungpinang atau di tempat-tempat tertentu sesuai jadwal
masing-masing.
5. Jika kartu BLT hilang atau data tidak sesuai ataupun ada kesalahan dalam sproses
administrasi BLT, maka warga tetap bisa meminta dengan bukti berupa identitas
diri seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin Mengemudi (SIM), atau
Surat Keterangan dari Kelurahan setempat. Tetapi kartu asli tanda terima BLT
tetap tidak bisa diganti.

Dampak Sosial Ekonomi Penerima BLT di Tanjungpinang


Dampak sosial bagian dari adanya efek kondisi masyarakat yang terjadi
setelah terdapat perubahan sosial baik itu didapat dari program pengentasan
kemiskinan di masa pandemi ini, seperti berpengaruh dari proses hubungan atau
interaksi antar individu. Dalam proses penerimaan BLT, masyarakat sangat antusias
untuk ingin mendapatkan bantuan langsung tunai di Kota Tanjungpinang hal ini
ditunjukkan banyaknya warga yang mampu juga ingin BLT yang melakukan aksi
protes kepada petugas penyaluran BLT. Hal ini disampaikan oleh Seketaris Daerah
Kota Tanjungpinang.

“Jumlah mereka memang tidak banyak tetapi mengusik petugas seandainya mereka dari
keluarga tidak mampu yang terkena dampak pandemi covid 19 tentu di data oleh RT
skenario kedua kami akan menguman penerima BLT di kediamannya ini sudah kami
sampaikan berulang kali kepada petugas yang mendata dan menyalurkan PRT agar
tidak mendata keluarga yang sudah memperoleh dana dari PKH yang bersumber dari
anggaran pusat kami ingatkan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pernyataan

138
yang menyalurkan PRT untuk mengikuti aturan Apapun alasannya jangan menabrak
aturan”

Berdasarkan uraian diatas bisa dilihat dampak sosial yang terjadi keinginan
masyarakat besar untuk mendapatkan BLT untuk mencukupi kebutuhan keseharian
masyarakat yang bisa dimanfaatkan sesuai kebutuhannya. Masyarakat tanjungpinang
saat ini selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, akan tetapi juga untuk
membuka peluang usaha UMKM untuk mendorong meningkatkan perekonomian
mereka masing-masing. Hal ini banyak peluang usaha UMKM dikarenakan Kota
Tanjungpinang memiliki letak geografis yang startegis yang berdekatan dengan negara
tetangga seperti malaysia dan singapura.

Tabel 1.
Penambahan Penerima BLT Kota Tanjungpinang
Jumlah
Waktu Ditribusi Gelombang
Penerima
19 Agustus 2020 Tahap Pertama 31.220 KK
21 September 2020 Tahap Kedua 34.090 KK
Sumber : Dinas Sosial, 2020

Penerima bantuan BLT yang dalam pengambilan, ada dua Kecamatan, yaitu
Kecamatan Tanjungpinang Kota dan Kecamatan Tanjungpinang Timur. Pada
Kecamatan Tanjungpinang Kota ada dua Kelurahan, yaitu Tanjungpinang Kota dan
Kampung Bugis, lokasi dibagikan di Kantor Pos batu 3 dan di aula kantor Camat
Kota. Kelurahan Kota dibagikan di Kantor Pos, untuk Kelurahan Kampung Bugis di
bagikan di Aula Camat Kota. Sedangkan untuk Kecamatan Tanjungpinang Timur di
Kelurahan Air Raja, di waktu yang sama dibagikan di Aula Dinsos Tanjungpinang.

Gambar 1. Penyerahan Secara Simbolis BLT di Kota Tanjungpiang

Sumber : Tuahkepri.com

139
Selanjutnya tingkat kecamatan akan di akomodir penambahan BLT yang
meningkat 10 % Persen dari jumlah awal yang sudah ditargetkan yang menjadi dasar
penambahan penerimaan BLT yang dilakukan oleh Dinas Sosial serta panitia
pendistribusian BLT di Kota Tanjungpinang. Dengan adanya program BLT ini dirasa
sangat tepat untuk membantu perekonomian masyarakat apalagi banyak pekerja yang
di PHK. Mampu meningkatkan jiwa sosial warga dengan membantu warga yang
membutuhkan.
Program bantuan sosial mampu memberikan perubahan sosial yang baik bagi
warga setempat. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat bisa mengenai
diantaranya
1. Nilai-nilai sosial; nilai sosial yang dimaksud masyarakat bisa memulai aktifitasnya
dengan lingkungan tertentu agar interaksi sesama warga tetap terjaga meskipun
harus menerapkan protokol kesehatan, hal ini perlu dijaga agar masyarakat tidak
kehilangan harmonisasi yang selama ini sudah terbentuk dan harus mengubah
pola kebiasaan lama. Selain itu nilai sosial yang dirasakan pada penerima BLT
juga mempengaruhi interaksi oleh masyarakat Kota Tanjungpinang, misalnya
mereka saling membantu antara satu dengan yang lainnya atau melibatkan
masyarakat lain untuk membuka lapangan pekerjaan.
2. Norma-norma sosial; norma sosial ditengah pandemi ini sangat menentukan arah
kehidupan masyarakat dengan adaptasi kebiasaan baru pada masa pandemi
COVID-19. Namun dengan adanya BLT yang diterima masyarakat Kota
Tanjungpinang bisa membiasakan untuk tetap disiplin dalam proses penerimaan
BLT. Seperti tetap menjaga jarak, mengunakan masker serta tetap disiplin pada
protokol kesehatan, norma sosial yang lainnya juga harus mengikuti aturan dan
regulasi pemerintah serta bisa memanfaatkan BLT tersebut dengan bijak.
3. Pola-pola perilaku organisasi; hal ini ditujukan kepada penyelenggara pemerintah
dalam penyalutan BLT harus tetap konsisten dan mengantisipasi kendala yang
ada dilapangan, seperti contoh menghadapi masa dalam keadaan kerumunan,
panitia dalam penyelenggaraan BLT Kota Tanjungpinang harus bisa
mengkondisikan pada waktu tertentu untuk etika dalam membangun komunikasi
yang baik terhadap masyarakat.
4. Interakasi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan dengan kelompok
manusia. Interaksi sosial juga sebuah bentuk hubungan yang dibangun antara
individu dengan individu lain, individu dengan kelompok, maupun kelompok
dengan kelompok lain dalam kehidupan bermasyarakat, dimana interaksi juga
merupakan sebuah proses sosial yang secara sengaja dibentuk untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Dampak sosial ekonomi sangat mempengaruhi interaksi sosial diantara para
penerima BLT di Kota Tanjungpinang terjadi karena kommitment mereka terhadap
norma-norma sosial yang menghasilkan daya untuk mengatasi perbedaan-perbedaan

140
pendapat dan kepentingan diantara mereka baik yang menerima maupun tidak
menerima BLT tersebut. Pada masa pandemi COVID-19, Interaksi sosial yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat menghasilkan suatu hasil yang mana sebuah interaksi
sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat akan diikuti dengan tindakan sosial
(social action). Dengan memperkuat komunikasi serta adaptasi baru dan informasi
sesama masyarakat Kota Tanjungpiang akan ada merubah penilaian masyarakat
tentang BLT berbagai hal yang selanjutnya akan mengubah ke arah tindakan yang
baru dan perilaku yang baru.

Kesimpulan
Sosial ekonomi dalam pemberian BLT di kota tanjungpinang akan
mempengaruhi interaksi sosial dimana masyarakat akan mempergunakan bantuan
BLT tersebut sesuai dengan kondisi ekonomi masyakarakat yang pastinya berbeda-
beda. Hal ini disebabkan banyak ketidakstabilan ekonomi masyarakat karena dampak
dari pandemi COVID-19. Dengan adanya BLT ini diharapkan masyarakat bisa
menggerakan perkonomian agar tingkat kemiskinan bisa di atasi dengan banyaknya
program pemerintah daerah yang tepat sasaran sebagai kebijakan perlindungan sosial.
selain itu juga pemerintah daerah harus mengawasi atau mengontrol BLT yang
diterima benar-benar untuk yang membutuhkannya. Artinya perlu proses
pemantauan berkala baik ditingkat RT/RW dalam memberikan BLT kepada
masyarakat ketika ada pemberian BLT yang dilakukan secara berkelanjutan.

Daftar Pustaka
Achidsti, A., Kafa, M., & Hudani, A. M. (2020). Tata kelola pendataan dan
penyaluran BLT-DD melalui Pasardesa.id sebagai upaya pencegahan korupsi.
INTEGRITAS: Jurnal Antikorupsi, 6(2), 313–326.
https://doi.org/10.32697/integritas.v6i2.681
Apriyani, R., & Vernanda, P. H. (2020). Kesimpangsiuran pembagian bantuan sosial di
tengah pandemi covid-19.
Budastra, I. K. (2020). Dampak sosial ekonomi covid-19 dan program potensial
untuk penanganannya: Studi kasus di Kabupaten Lombok Barat. Agrimansion:
Agribusiness Management & Extention, 20(1), 48-undefined.
Choiriyah, C. (2018). Implementasi kebijakan publik dalam penanganan kemiskinan;
Studi implementasi program bantuan langsung tunai (BLT) di Kelurahan Kuto
Batu Kecamatan Ilir Timur II. Islamic Banking, 3(2), 17–30.
Danandjaja, J. (2014). Metode penelitian kepustakaan. Antropologi Indonesia, 0(52).
https://doi.org/10.7454/ai.v0i52.3318
Denzin, N., & Lincoln, Y. (2005). The SAGE Handbook of Qualitative Research (Third
Edition). SAGE.
Dewi, R., & Andrianus, H. F. (2021). Analisis pengaruh kebijakan bantuan langsung
tunai (BLT) terhadap kemiskinan di indonesia periode 2005-2015. MENARA:
Ilmu , 15(2), 77–84.

141
Frmansyah, D. (2019). Dampak Pemberian Bantuan Sosial Terhadap Pengentasan
Kemiskinan Dan Pengurangan Ketimpangan Di Indonesia. Kemenkeu.
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel-dan-opini/dampak-pemberian-
bantuan-sosial-terhadap-pengentasan-kemiskinan-dan-pengurangan-
ketimpangan-di-indonesia/
Habib, F., & Laksono, Z. Y. T. (2019). Dual Track pengentasan kemiskinan: Kartu
Menuju Sejahtera (KMS) dan Modal Sosial. Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial,
18(2), 135–148.
Ihsanuddin, I. (2020). Jokowi Beri BLT Rp 600.000 Per Keluarga, Ini Syaratnya.
Kompas.Com.
https://nasional.kompas.com/read/2020/04/07/13523071/jokowi-beri-blt-rp-
600000-per-keluarga-ini-syaratnya
Khatibah. (2011). Penelitian kepustakaan. Iqra : Jurnal Perpustakaan Dan Informasi, 5(1),
36–39.
Kurnianingsih, F., Mahadiansar, M., & Setiawan, R. (2020). Implementation
Processes of Social Protection Policy in. Journal Governance and Public Policy, 7(3),
247–259.
Mantovanny, M., Regus, M., Payong, M., Rahmat, S., & Jelahu, F. (2020). Bantuan
sosial dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat pesisir yang terdampak sosial-
ekonomi selama patogenesis covid-19 di Manggarai. Transformasi: Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 16(1), 12–26.
Marini, D. (2015). Dampak penyaluran bantuan langsung tunai (BLT) terhadap
masyarakat miskin di Desa Perawang Barat Kecamatan Tualang Kabupaten
Siak. Jom FISIP, 2(1), undefined-10.
Moleong, L. J. (2012). Metodelogi penelitian kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Mufida, A. (2020). Polemik pemberian bantuan sosial di tengah pandemic covid 19.
ADALAH : Buletin Hukum & Keadilan, 4(1), 159–166.
https://doi.org/10.15408/adalah.v4i1.15669
Qomaria, A. (2015). Dampak sosial ekonomi dan lingkungan program bantuan
stimulan perumahan swadaya di Kelurahan Meri Kota Mojokerto. Kebijakan Dan
Manajemen Publik, 3(1), 1–7.
Rastiyanto, E., Pullaila, A., Hidayah, I., & Rusyiana, A. (2020). Bantuan langsung
tunai terhadap ketahanan pangan rumah tangga di Indonesia. Jurnal Agro
Ekonomi, 38(2), 77–90. https://doi.org/10.21082/jae.v38n1.2020.77-90
Setiati, S., & Azwar, M. K. (2020). COVID-19 and Indonesia. Acta Medica Indonesiana,
52(1), 84–89.
Yin, R. K. (2010). Qualitative research from start to finish. Guilford Press.

142

Anda mungkin juga menyukai