Anda di halaman 1dari 11

Bagian ini menjadi salah satu poin penting penentu lolos seleksi administrasi.

Masak iya, kita mau


kuliah tapi tidak memiliki rencana studi yang matang. Jangan sampai. Hehe.. nah dalam bagian
ini yang perlu kita tulis adalah mengenai; (1) Deskripsi rencana perkuliahan dan SKS per-
semester yang akan ditempuh hingga selesai studi; (2) Deskripsi topik apa yang akan kita tulis
dalam tesis; (3) Deskripsi aktivitas di luar perkuliahan yang akan kita lakukan selama
studi. Agar bisa lebih jelas seperti apa yang harus kalian tulis, silahkan kalian simak contoh
rencana studi yang saya buat berikut ini:

“Saya merupakan salah satu lulusan sarjana pendidikan dari Universitas Negeri Malang. Berangkat dari
keresahan saya dalam pendidikan, saya mengambil judul skripsi “Pengalaman dan Problematika Guru IPS
Dalam Membuat Media Pembelajaran Berbasis TIK di SMP Brawijaya Smart School Malang”. Dari
penelitian yang saya lakukan, saya belajar banyak hal. Saya jadi mengerti alasan kenapa guru sering kali
kurang optimal dalam memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran, padahal
memanfaatkan teknologi pembelajaran merupakan kemampuan pedagogi yang harus dimiliki oleh seorang
guru, selain itu hal tersebut juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Namun hal tersebut tidak sesimpel
itu, banyak sekali faktor yang menyebabkan guru tidak dapat secara optimal memanfaatkan teknologi
dalam pembelajaran. Oleh karena hal tersebut saya menjadi semakin termotivasi untuk terus
mengembangkan diri agar dapat bersama memajukan Indonesia dengan meningkatkan Sumber Daya
Manusianya melalui pendidikan. Karena tanpa pendidikan saya yakin, saya tidak akan pernah menulis
essay ini.

Sebagai salah satu usaha saya untuk bersama memajukan Indonesia, saya bermaksud untuk melanjutkan studi tingkat
lanjut di program magister. Berikut rinciannya:
Universitas Universitas Negeri Surabaya
Fakultas Pasca Sarjana
Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Jenis Program Magister
Gelar Magister Pendidikan
Lokasi Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Estimasi Lama Studi 2 tahun (4 Semester), 1.5 tahun (3 Semester)
Deskripsi Singkat Prodi S2 PIPS terakreditasi A berdasarkan Keputusan BAN PT No. 012/SK/BAN-
PT/Ak-X/M/1/2013. Dosen pengajar di s2 PIPS juga berkompeten dalam bidangnya,
berkualifikasi doktor dan jabatan akademik lektor kepala serta guru besar. Kerja sama
yang telah dijalin dengan instansi luar negeri antara lain seperti dengan Aichi University
of Education Jepang, Curtin University Australia, Uttrech University Belanda, Prince of
Sonkla University Thailand, dan Burapha University Thailand. Selain itu juga memiliki
suasana lingkungan pembelajaran yang ideal untuk mendidik karakter bangsa.
Kurikulum Semester 01
(2 SKS) : Filsafat Sosial
(2 SKS) : Paradigma Pend.
(2 SKS) : Pedagogik Transformatif
(2 SKS) : Kajian Pend. IPS di Sekolah
(2 SKS) : Metod. Penel. Kualitatif
(2 SKS) : Evaluasi Pend. IPS
(2 SKS) : Sejarah dan Perub. Kehidupan Manusia
Semester 02
(2 SKS) : Pengembangan Kur. Pend. IPS
(2 SKS) : Kajian Masalah-masalah Sosial
(2 SKS) : Ekonomi dan Pembangunan
(2 SKS) : Rancangan Pembelajaran IPS di Sekolah
(2 SKS) : Geografi Sosial
(2 SKS) : Pendidikan Nilai dan Karakter Bangsa
(2 SKS) : Metod. Penel. Kuantitatif
Semester 03
(2 SKS) : Program Pelaksanaan Pembel.IPS
(3 SKS) : Kajian Kritis Pendidikan Geografi*
(3 SKS) : Kajian Kritis Pendidikan Sejarah*
(3 SKS) : Kajian Kritis Pendidikan PKN*
(2 SKS) : Radikalisme Sosial Politik
Semester 04
(8 SKS) : TESIS
Total: 49 SKS

Sejalan dengan topik penelitian saya di Strata satu (S1), saya berencana mengambil tesis dengan topik yang kurang
lebih sama, yaitu mengenai guru dan media pembelajaran. Karena saya merasa masih da banyak hal yang masih perlu
saya pahami dalam topik tersebut. Selain itu saya juga optimis, topik tersebut juga dapat berkontribusi dalam dunia
pendidikan Indonesia. Sebagai contoh, dalam hasil penelitian saya di tingkat S1. Saya menemukan beberapa
problematika dan penyebab munculnya problematika guru dalam membuat media pembelajaran berbasis TIK. Dari
hasil temuan tersebut kita bisa mencarikan solusi agar problematika tersebut dapat teratasi.

Selain itu, saya bukan merupakan tipe orang yang suka dengan aktivitas setelah kuliah langsung pulang, atau bahasa
umumnya disebut “Mahasiswa Kupu-kupu” kuliah pulang, kuliah pulang. Saya akan bergabung dengan komunitas yang
relevan dengan keterampilan saya, Join dengan program pemerintah, dan tidak menutup kemungkinan saya juga
terlibat dalam aktivitas riset yang dilakukan oleh Non Goverment Organization (NGO) sebagai salah satu upaya
meningkatkan potensi diri agar nantinya dapat saya pergunakan untuk pengabdian kepada bangsa Indonesia.”

Berdasarkan apa yang telah saya tulis, kalian harus mencermati beberapa hal penting. Pertama,
rencana studi yang kalian buat jangan lebih dari 700 kata (Sepertinya peraturan LPDP 2018
sudah berubah, silahkan dibaca). Kedua, buatlah rencana studi kalian se otentik mungkin, artinya
jangan mencontoh alur atau tata bahasa tulisan orang lain, jadilah diri kalian sendiri. Jika kalian
kesulitan mencari kurikulum atau profil universitas yang kalian tuju, silahkan tanya mbah saya
lagi, nanti kalian akan diarahkan untuk ke website yang bersangkutan. Hehe..
Contoh Rencana Studi

Saya ingin mengambil program Master of Education dengan spesialisasi program TESOL
(Teaching English for Speakers of Other Languages) di University of Wollongong, Australia.
Kampus ini memiliki reputasi yang sangat baik dan masuk dalam 2% universitas terbaik dunia di
bawah usia 50 tahun versi QS World University Ranking dan The Times Higher Education. Saya
telah mendapat letter of admission dan akan memulai perkuliahan pada bulan Juli 2016 dan akan
selesai pada bulan Desember 2017. (Informasi yang saya jelaskan di Paragraf 1)

Program studi ini adalah master by coursework dan memiliki total 72 kredit dengan bobot 6
kredit setiap mata kuliah. Struktur perkuliahan terdiri dari mata kuliah wajib, mata kuliah
spesialisasi TESOL, dan mata kuliah pilihan lintas jurusan yang bebas dipilih sendiri oleh
mahasiswa. Ada tiga mata kuliah wajib yaitu Introduction to Research and Inquiry, Theories of
Second Language Learning, dan Researching TESOL Perspectives and Practices. Untuk mata
kuliah spesialisasi saya berencana mengambil Methodology in Second Language Teaching,
Materials and Methodology in Second Language Teaching, Assesing and Evaluating in TESOL
environments, English language:Learners problems, Professional experience in TESOL,
Engaging diversity:Exploring Context of EAL Education, dan English in Spesific Context.
(Disini dia buat 2 paragraf informasi yang saya jelaskan di paragraf 1)

Saya memiliki ketertarikan yang tinggi tentang bagaimana cara mengembangkan kurikulum,
penilaian, dan evaluasi dalam pengajaran bahasa Inggris sehingga mampu menghasilkan metode
yang paling sesuai dengan kebutuhan peserta didik yang berasal dari beragam budaya dan latar
belakang. Selain itu saya juga ingin lebih mendalami tentang apa yang sudah saya pelajari di
program sarjana. Beberapa mata kuliah seperti Curriculum and Materials Development,
Language Testing, English for Children, Sociolinguistics, dan Discourse Analysis telah
membekali saya dengan teori dan pengetahuan dalam hal pengajaran bahasa Inggris dan
Linguistik. Saya juga telah melatih rasa percaya diri dalam berbahasa Inggris melalui mata
kuliah berjenjang seperti Writing, Reading, Listening, dan Speaking. Selain itu pengalaman
bergabung dalam program Indonesia Mengajar dan mengajar anak – anak di daerah terpencil
dengan latar belakang sosial ekonomi rendah dan budaya yang berbeda telah memberikan saya
pengalaman untuk melakukan kegiatan internship (praktik mengajar) di salah satu sekolah
disana. (Disini, dia tidak menjelaskan latar belakang pendidikannya seperti yang saya
jelaskan poin untuk di paragraf 2, tetapi langsung menjelaskan poin yang saya jelaskan di
paragraf 3. Menurut saya, akan lebih kuat ketika dia menjelaskan latar belakang
pendidikannya dahulu baru masuk ke poin yang ini)

Di progam master ini, saya juga berencana mengambil dua mata kuliah lintas jurusan yaitu
Current Issues in Education:Curriculum, Pedagogy, and Policy dan Mentoring Beginning
Teacher. Mata kuliah ini akan membahas isu – isu penting dalam pendidikan termasuk
bagaimana pendidikan mampu mempengaruhi kebijakan sosial ekonomi sebuah negara seperti
sebuah riset yang dilakukan OECD (Organisation for Economic-cooperation and Development)
menyatakan bahwa standar pendidikan merupakan alat prediksi bagi kesejahteraan jangka
panjang suatu negara. Kebijakan dan praktik pendidikan buruk mengakibatkan banyak negara
mengalami keadaan seperti resesi ekonomi. Indonesia akan mengalami bonus demografi pada
tahun 2045, dimana jumlah usia produktif akan lebih banyak dibanding penduduk usia lansia dan
anak – anak, untuk itu diperlukan kebijakan, kurikulum dan tenaga pengajar yang berkualitas
untuk mempersiapkan generasi muda yang memiliki kompetensi dunia dan pemahaman akar
rumput agar mampu bersaing dengan negara – negara lain. (Disini, dia menjelaskan poin yang
saya jelaskan di paragraf ke tiga dan empat)

Untuk kegiatan di luar perkuliahan, University of Wollongong juga menyediakan beberapa


program tambahan yang bisa diikuti oleh mahasiswa Internasional seperti kegiatan sukarelawan,
English Conversation Group yang diinisiasi oleh masyarakat lokal, dan Asian Immersion
Program. Program ini adalah program kerjasama antara Bomaderry High School dan kampus
dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang tradisi dan budaya negara Asia dan
memberi kesempatan kepada mahasiswa internasional untuk berkunjung dan belajar tentang
sistem pendidikan di Australia. (Disini, dia menjelaskan poin yang saya jelaskan di paragraf
kelima)

Tujuan karir jangka panjang saya adalah menjadi spesialis dalam pengajaran bahasa Inggris dan
berkontribusi dalam hal peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dengan menjadi seorang
dosen dan pelatih guru. Saya yakin bahwa kampus ini memiliki posisi yang terkemuka dalam
bidang pendidikan dan pengajaran bahasa Inggris dalam hal pengetahuan serta teori, kualitas
teknologi dan riset. yang akan memfasilitasi saya untuk mencapai cita – cita saya menjadi
seorang professional di bidang pengajaran dan pendidikan. Sehingga di masa depan, saya mampu
mengembangkan metode pengajaran bahasa Inggris yang sesuai untuk setiap kondisi dan
kebutuhan pelajar yang ada di Indonesia dan melatih guru agar Indonesia memiliki tenaga
pengajar bahasa Inggris yang berkualitas.

(Disini, dia menjelaskan poin yang saya jelaskan di paragraf ke enam)

Bisa tambah setelahnya poin misal: (optional)

Waktu Pelaksanaan Studi:

 Jelaskan dalam bentuk tabel

Mata Kuliah:

 Jelaskan dalam bentuk tabel

Demikianlah, panduan menulis esai LPDP untuk bagian “Rencana Studi”. Gimana? Gampang
bukan?

Kuncinya adalah kalian harus sering – sering buka dan baca website – website kampus di negara
yang dituju dan baca berbagai penjelasan, silabus dan lain sebagainya di jurusan yang akan
kalian ambil. Nanti informasi – informasi itu akan membantu kalian dalam menulis, bahkan
beberapa informasi bisa kalian adopsi.
Semoga bermanfaat.

Yuk, semangat! Let’s break the limits..!!


Essay 1: Rencana Studi
Dalam seminar yang pernah saya ikuti, seorang pemateri pernah berkata, “Kalau naik taksi,
tidak mungkin kita suruh jalan tanpa memberi tahu tujuan. Sekurang-kurangnya kita
mengarahkan ke sana tetapi dalam hati kita tahu tujuannya. Tanpa tahu tujuan, jangankan
mencari rute terbaik, jalan ke mana pun tidak akan ada artinya”. Saya sepakat dengan pemateri
tersebut. Karenanya, rasanya sulit menjelaskan rencana studi tanpa terlebih dahulu memaparkan
tujuan spesifik studi tersebut.

Secara keilmuan hukum, minat saya adalah hukum pidana internasional. Sebagai objek spesifik
yang akan menjadi fokus kajian, saya akan meneliti teori dan aplikasi norma jus cogens saat
berkonflik dengan imunitas. Jus cogens, dalam hukum internasional, adalah norma tertinggi
yang di mana hukum apapun yang menentangnya akan dianggap batal –diantaranya adalah
hukum perang, larangan genosida, agresi, dan lainnya. Sebagai konsekuensi, pelanggar jus
cogens wajib diadili tanpa terkecuali.

Akan tetapi, banyak kesulitan yang timbul dalam aplikasi norma tersebut secara doktrinal.
Mulai dari secara umum, di mana jus cogens yang merupakan manifestasi dari mazhab hukum
alam akan sulit dilaksanakan dengan konstruksi hukum internasional modern yang jauh lebih
kental berlandaskan mazhab positivisme –dan kedua aliran tersebut adalah antitesis terhadap
satu sama lain. Hingga secara khusus, kesulitan timbul saat para pelanggar merupakan orang-
orang yang memiliki imunitas yang juga berdasarkan hukum internasional.

Tidak ada sama sekali, atau kalaupun ada sangat sedikit, pakar hukum pidana internasional di
Indonesia yang mengkaji norma jus cogens. Padahal –terlepas dari beberapa permasalahan
HAM dalam negeri—Indonesia banyak mengklaim aktif dalam penegakan HAM di tingkat
internasional (pelanggaran HAM berat adalah pelanggaran norma jus cogens). Karena itu,
inshaa Allah saya akan menjadi yang pertama (atau satu dari sedikit) yang akan
mengembangkannya di Indonesia.

Oleh karena itu, saya telah merencanakan thesis (University of Edinburgh atau UE
menggunakan istilah “disertasi”) saya untuk membahas khusus mengenai wewenang suatu
negara untuk mengadili jajaran eksekutif negara lain yang merupakan tersangka melakukan
kejahatan internasional, walaupun kejahatan tersebut tidak terjadi di wilayah negara yang
hendak mengadili tadi.Setelah berkomunikasi, pihak UE mengatakan bahwa mereka memiliki
dosen yang dapat membimbing thesis dengan area studi tersebut, bernama Dr Paul Behrens.
Akan tetapi, penunjukan pembimbing thesis secara resmi hanya dapat dilakukan setelah masa
studi dimulai.

Untuk menunjang thesis tersebut, juga sebagai landasan untuk melaksanakan penelitian-
penelitian mendatang serta menguatkan dasar untuk mengajar, tentu saya harus menempuh mata
kuliah yang relevan.Untuk itu saya telah melihat silabus perkuliahan, dan menyesuaikan
rencana studi dengan itu.

Pertama, saya memilih mata kuliah Fundamental Issues in International Law yang akan
ditempuh selama dua semester.Setelah mempelajari hukum internasional secara umum saat
pendidikan sarjana dulu, sangat penting untuk mempelajarinya dengan lebih mendalam. Itulah
yang akan ditawari oleh mata kuliah ini, untuk mendapatkan landasan yang lebih kuat dan
pemahaman yang lebih holistik.

Kedua, saya akan memilih mata kuliah International Criminal Law yang juga akan ditempuh
selama dua semester. Kuliah ini akan jauh mendalami aspek-aspek substansi dan formil dalam
prinsip dan penegakan hukum pidana internasional. Dengan demikian saya akan lebih
memahami dimensi masalah serta prospek solusi dalam penegakan hukum pidana internasional.
Ketiga, saya juga akan menempuh mata kuliah International Relations Theory yang akan
berlangsung pada semester satu. Mata kuliah dari jurusan politik ini akan membantu memahami
politik internasional yang sangat erat kaitannya dengan pembentukan hukum internasional.

Terakhir, pada semester dua, saya akan menempuh mata kuliah History and Theory of
International Law. Mata kuliah ini sangat penting untuk melanjutkan International Relations
Theory untuk lebih mendalami situasi politik dalam kacamata konstruksi perkembangan hukum
internasional.
Dalam ekstrakurikuler, saya akan bergabung dalam tim debat international criminal law moot
court UE yang belum lama ini menjuarai lomba tingkat UK. Kemampuan saya untuk
berargumen secara hukum dan beranalisis dalam hukum pidana internasional dapat diasah di
sana.

Tentu saya tidak akan berhenti di sana. Saya berencana nantinya menempuh studi doktor di
Groningen University, untuk menyusun disertasi yang membahas konflik antara jus cogens dan
doktrin imunitas, serta aplikasinya dalam penegakan hukum pidana internasional.

Dengan demikian, saya akan memiliki dasar yang lebih kuat dalam pemahaman hukum
internasional baik secara umum maupun khusus di bidang hukum pidana internasional, baik
sebagai bekal untuk mengajar dengan lebih mantap maupun sebagai landasan untuk kelak
meneliti dengan baik.

Produk dari setiap jenjang pendidikan yang saya tempuh akan berdampak substantif dalam
peran saya sebagai seorang akademisi hukum. Inshaa Allah rencana ini dapat terwujud sehingga
tujuan dapat tercapai dengan baik.

Essay 2: Peranku Bagi Indonesia

Sungguh, sudah tidak terhitung banyaknyateman saya yang curhat minta nasehat kepada saya
karena kebingungan baik dalam akademis, karir, bahkan agama dan cinta. Semua curhat pasti
panjang, dan berakhir dengan dua hal yang tak terpisahkan: janji dan rencana.

Janji dan rencana. Dalam semua ketidakpastian akan prospek masa depan, hanya dua hal itu
yang dapat dipegang. Beasiswa ini juga menginginkan pemuda-pemudi Indonesia untuk, di
masa depan, menjadi pemimpin dan berkontribusi. Bagi kami pelamar beasiswa, hanya janji dan
rencanalah yang dapat kami berikan.

Bukti adalah hal yang sangat kuat untuk menunjang janji dan rencana tersebut. Akan tetapi,
bukti hanya ada di masa lalu. Begitu banyak ketidakpastian di sana, begitu banyak prospek di
sana –entah baik maupun buruk. Yang pasti hanyalah apa yang sudah pernah terjadi, atau yang
sekarang sedang terjadi.

Karena itulah, yang saya ajukan adalah sebuah status-quo. Sesuatu yang sudah dan sedang
terjadi. Yang saya minta hanyalah suatu kesempatan untuk melanjutkan studi untuk melakukan
apa yang sebetulnya sudah terjadi, tetapi untuk dikembangkan menjadi jauh lebih baik dari
sebelumnya.

Sebagai seorang dosen tidak tetap di International Undergraduate Program Fakultas Hukum
UGM, secara formal tugas saya hanyalah mengajar. Akan tetapi, seorang dosen sebenarnya
mesti melaksanakan tridharma perguruan tinggi yaitu: pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat. Kelak jika menjadi dosen tetap, pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut akan secara
formal diinstitusionalkan. Saya baru bisa menjadi dosen tetap setelah menyelesaikan pendidikan
master.

Sebetulnya belum lama saya ingin menjadi dosen, barulah mulai sekitar dua tahun lalu. Saat itu,
seorang teman membantu menyusun Curriculum Vitae beberapa tahun tiba-tiba mengatakan,
“Fajri, kamu mau jadi dosen, ya?”.
Saya baru menyadari saat itu bahwa semua pengalaman, prestasi, dan apa yang sedang saya
jalani saat itu,ternyata sejalan dengan tridharma perguruan tinggi.

Sejak lama hingga sekarang, saya sangat aktif di bidang pendidikan. Saya sudah dan sedang
mengajar dan melatih di berbagai institusi hingga secara nasional, dalam bidang-bidang:
argumentasi, debat, diplomasi, public speaking, serta ilmu hukum. Saat ini, selain menjadi
dosen di Fakultas Hukum UGM, saya juga mengajar di Sekolah Tinggi Bahasa Asing LIA serta
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Dalam hal penelitian, saya telah berpartisipasi dalam penelitian-penelitian yang didanai baik
oleh fakultas bahkan oleh lembaga internasional. Disiplin ilmu yang telah saya teliti agak
tersebar yaitu dalam hukum internasional, hukum acara perdata, hukum perburuhan, hingga
hukum ketatanegaraan. Selain itu, sudah dua tulisan saya dimuat di jurnal ilmiah nasional, dan
saya masih dalam proses menulis lagi.

Sedangkan dalam pengabdian masyarakat, saya sudah lama memegang posisi kunci dalam
organisasi mayarakat yang saya ikuti. Organisasi yang bernama Jogja Debating Forum (JDF) ini
berfungsi mendidik masyarakat dalam berfikir kritis, untuk membantu membangun masyarakat
demokrasi yang lebih baik. Dalam organisasi tersebut, saya sudah sering memberikan pelatihan-
pelatihan serta membantu proyek-proyek dinas pendidikan dalam mengembangkan pemikiran
kritis mulai dari tingkat kota kabupaten, propinsi, nasional, hingga internasional.
Tentunya ada banyak alasan mengapa the University of Edinburgh (UE) menjadi universitas
berperingkat sangat tinggi di dunia. Beberapa tahun saya bersekolah di UK dulu, saya
merasakan betul iklim pendidikan yang sangat berbeda dengan apa yang saya temukan di
Indonesia. Padahal saat itu hanya tingkat sekolah dasar saja. Apalagi hingga tingkat universitas
yang termasuk terbaik di dunia itu. Pengalaman metode belajar mengajar, akses substantif
kepada pakar dan pustaka internasional, hingga pengalaman iklim pendidikan dan sosial di sana,
tentu sangat baik. Pastinya, semuanya akan saya serap sebanyak mungkin dan bawa pulang.

Saat pulang, saya akan kembali mengajar hukum internasional, tetapi dengan ilmu yang lebih
terasah. Saya akan kembali meneliti untuk mengembangkan hukum internasional, khususnya
dalam hukum pidana internasional, tetapi jauh lebih dalam dengan dasar yang lebih mantap.
Saya pun akan kembali ke JDF untuk terus mengabdi dengan mendidik masyarakat baik
langsung maupun melalui program-program pemerintah, dengan pengalaman yang lebih luas,
atau dengan cara-cara lain melalui universitas, tetapi dengan kualitas diri yang lebih baik.

Sesungguhnya saya hanya akan kembali pada status quo yang sudah pernah dan sedang saya
lakukan: Mengajar lagi, meneliti lagi, dan dan mengabdi lagi. Akan tetapi, kualitas pada status
quo ini akan jauh lebih baik.

Tentu masih ada janji dan rencana di semua perkataan ini, tetapi inshaa Allah ada sedikit
kepastian dalam semua keraguan yang ada akan masa depan. Atau sekurang-kurangnya, suatu
keyakinan.

Essay 3: Sukses Terbesar Dalam Hidupku


Saya, seperti banyak orang, menuliskan daftar prestasi saat menyusun Curriculum Vitae. Saya,
seperti sedikit orang, harus memisahkan prestasi-prestasi tersebut yang berskala nasional, dan
internasional. Akan tetapi saya, seperti segelintir orang saja, yang betul-betul memikirkan
apakah makna sebuah prestasi hidup.

Mudahnya, prestasi dapat maknai sebagai pencapaian yang baik. Dalam hidup, sederhananya
ada dua macam prestasi: yang sudah dicapai, dan yang hendak dicapai. Saya akan membahas
apa prestasi terbesar bagi saya, yang sudah maupun yang hendak saya capai.

Bagi saya, satu hal yang sama dapat menjadi prestasi bagi seseorang, tetapi musibah bagi orang
lain. Contohnya adalah wanita yang menjadi ibu rumah tangga. Bagi kaum feminis, itu adalah
penindasan. Bagi kaum muslim, justru hal tersebut adalah prestasi yang mulia.

Contoh lain yang lebih relevan adalah keberhasilan saya menjadi dosen, setelah keluar dari
suatu law firm. Sewaktu SMA, teman-teman umumnya menganggap menjadi pengajar adalah
suatu keterpurukan dan kegagalan. Keluarga saya, di sisi lain, mengatakan bahwa itu adalah
prestasi luar biasa.

Perbedaan latar belakang dapat menjelaskan perbedaan jawaban, dan juga pemahaman saya
terhadap konsep prestasi itu sendiri. SMA Labschool Jakarta, tempat dulu saya bersekolah,
mayoritas diduduki oleh anak-anak pejabat dan pengusaha kaya raya yang sering berganti
handphone bahkan mobil. Di sisi lain, setelah mendapatkan Ph.D di UK, ayah saya memilih
untuk tetap ikut kontrak menjadi peneliti di BPPT walaupun ada perusahaan swasta yang siap
membayarkan ganti rugi beasiswa dan menggaji jauh lebih tinggi. Ibu saya mengelola terapi
penyandang autisme. Kakek saya tokoh Masyumi, anggota MPRS 1960, dan secara politik
‘bertempur’ melawan PKI. Tentu jawaban yang dihasilkan berbeda.

Sampai hari ini, banyak pihak yang menyebutkan saya sebagai berprestasi adalah karena sederet
lomba lokal, nasional, dan internasional, yang saya juarai. Ditambah lagi, menurut mereka, saya
sudah sering dipercaya untuk berbicara di berbagai seminar serta mengajar berbagai institusi.
Akan tetapi, darah yang mengalir di keluarga saya tidak berfikir seperti itu.

Bukannya hal-hal tersebut bukan merupakan prestasi. Akan tetapi, bagi kami, prestasi terbesar
dalam hidup adalah saat kita dapat melakukan pilihan yang baik walaupun pilihan tersebut
belum tentu enak.

Saya memiliki peluang untuk berkarir di dunia praktek hukum, dan sudah sempat memulainya.
Penghasilan saya saat masa percobaan dulu saja sudah jauh lebih tinggi dari apa yang saya
dapat sebagai tenaga pengajar sekarang. Akan tetapi, walaupun law firm di mana saya bekerja
adalah satu diantara sedikit yang bermain jujur, dunia praktek hukum sangat dekat maksiat dan
keburukan. Bukan hanya saya tidak berani bermain api di sana, tetapi panggilan hati saya
menyatakan bahwa bukan di sana tempat yang saya akan maksimal mengabdi bagi negara dan
masyarakat.

Saya pun memilih menjadi pengajar dan peneliti yang idealis. Materi selalu saya sampaikan
dengan substansi dan cara yang sedapat mungkin membangun pemahaman serta karakter yang
baik. Bukan hanya bisa menjawab soal apalagi hanya mendapat nilai. Semua penelitian yang
telah dan sedang saya lakukan juga selalu berlandaskan keadilan semurni mungkin, dan
menolak untuk menjustifikasi pragmatisme negara –yang sangat sarat dalam konteks hukum
dan politik internasional.

Karena itulah, bagi saya, prestasi terbesar yang sudah saya capai adalah berhasil memilih dan
memasuki jalan hidup sebagai akademisi seperti ini.

Apa prestasi terbesar yang ingin saya capai? Dalam hidup, hanya ada satu prestasi yang ingin
saya capai: hidup selamanya.
Baik kaum agama maupun atheis akan mengatakan bahwa saya gila, tetapi saya akan
mengatakan bahwa pemahaman saya berbeda. Sepemahaman saya, manusia adalah makhluk
sosial. Tubuh pasti akan mati, tetapi kontribusi dapat hidup selamanya. Menurut saya, ada dua
yang dimiliki manusia tapi tidak dimiliki hewan: nama dan sejarah. Sejarah pasti berlangsung,
tetapi ada dua macam manusia berdasarkan namanya: nama yang diingat dan yang dilupakan
sejarah.

Nama-nama yang diingat sejarah mengindikasikan bahwa pemilik nama-nama tersebut masih
hidup secara kontribusi. Diingatnya nama saya bukanlah tujuannya, itu tergolong riya’ dan
dilarang islam. Diingatnya nama hanyalah indikator bahwa apa yang telah diperjuangkan
ternyata selalu bermanfaat bagi negara.

Dalam meneliti, saya telah mensitasi nama-nama Sudikno Mertokusumo, Cherif Bassiouni, dan
lainnya. Jika suatu hari kelak, walaupun tubuh saya telah mati, karya saya masih disitasi dan
terus dikembangkan, maka sesungguhnya secara kontribusi saya masih hidup. Jika hari itu tiba
dan terus berlanjut, maka itulah prestasi terbesar hidup saya.

Saya selalu berdoa agar Inshaa Allah jalan dan usaha yang saya tempuh tepat mengarah ke sana,
atau sekurang-kurangnya di Yaumil Akhir saya dapat bersaksi: “saya sudah mencoba semampu
saya”.

Anda mungkin juga menyukai