TENTANG
dan
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
RUANG LINGKUP PENATAAN
RUANG KAWASAN PERKOTAAN LARANTUKA
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
BAB III
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN
KAWASAN FUNGSIONAL PERKOTAAN
Bagian Kesatu
Tujuan
Pasal 5
Bagian Kedua
Kebijakan dan Strategi
Pasal 6
BAB IV
RENCANA STRUKTUR RUANG KAWASAN PERKOTAAN
Bagian Kesatu
Rencana Persebaran Penduduk
Pasal 7
Bagian Kedua
Struktur Zona Pelayanan
Pasal 8
Bagian Ketiga
Rencana Skala Pelayanan Kegiatan
Pasal 9
Bagian Keempat
Struktur Pelayanan Kegiatan Kawasan Perkotaan
Pasal 10
Pasal 11
e. BWK V:
Fungsi dan peran utama BWK V adalah sebagai sebagai kawasan
industri, transportasi darat, pengembangan perdagangan dan jasa
pengembangan wisata budaya dengan pusat pertumbuhan di Desa
Lamawalang.
Bagian Kelima
Sistem Jaringan Pergerakan
Pasal 12
Bagian Keenam
Sistem Jaringan Utilitas
Pasal 13
Bagian Kedua
Kawasan Lindung
Pasal 15
Pasal 16
Pengembangan kawasan resapan air di wilayah Perkotaan Larantuka adalah
seluas 24,47 ha yang terbagi di dalam masing-masing wilayah
pengembangan BWK I seluas 2,08 ha, BWK II seluas 8,12 ha, BWK III seluas
7,06 ha, BWK IV seluas 3,24 ha dan BWK V seluas 3,97 ha.
Pasal 17
Kawasan lindung berupa sempadan sungai di wilayah Perkotaan Larantuka
terdapat di kawasan BWK III.
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 21
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya
Pasal 27
Paragraf 1
Kawasan Perumahan
Pasal 28
Paragraf 2
Kawasan Fasilitas Umum
Pasal 29
Pasal 30
Pasal 31
Pasal 32
Pasal 34
Pengembangan kawasan Pasar Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 ayat (2) huruf b angka 5, diarahkan pada wilayah BWK I
UL 1 dan BWK V UL 1.
Paragraf 3
Kawasan Perdagangan dan Jasa
Pasal 35
Paragraf 4
Kawasan Industri
Pasal 36
Paragraf 5
Kawasan Khusus
Pasal 37
Paragraf 6
Kawasan Sarana Kebersihan/Persampahan
Pasal 38
BAB VI
PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Bagian Kesatu
Kepadatan Bangunan
Pasal 39
Bagian Kedua
Koefisien Lantai Bangunan
Pasal 40
Bagian Ketiga
Tinggi Lantai Bangunan
Pasal 41
(1) Arahan TLB yang terdapat pada blok setiap peruntukan di dalam
wilayah Perkotaan Larantuka dikembangkan sesuai daya dukung
kawasan perkotaan.
(2) TLB di wilayah Perkotaan Larantuka ditetapkan dengan rincian sebagai
berikut:
a. TLB secara umum diarahkan untuk bangunan 1 sampai dengan 2
lantai terutama untuk fasilitas perkantoran yang berada di BWK II;
dan
b. untuk pemanfaatan lahan secara khusus sesuai dengan tuntutan
fungsi dan peruntukan bangunan terutama untuk fasilitas
perdagangan dan jasa, TLB diperbolehkan lebih dari 2 (dua) lantai
dengan tetap memperhatikan dan pertimbangan daya dukung tanah
sebagai wilayah yang rawan bencana, sehingga struktur bangunan
harus diperhitungkan dan direncanakan secara matang.
Bagian Keempat
Garis Sempadan Bangunan
Pasal 42
BAB VII
ARAHAN INDIKASI PROGRAM PEMANFAATAN RUANG
Pasal 43
BAB VIII
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Perizinan
Pasal 44
Bagian Ketiga
Penertiban
Pasal 46
BAB IX
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
Pasal 47
Pasal 48
Pasal 49
BAB X
SANKSI
Pasal 50
BAB XI
PENINJAUAN KEMBALI
Pasal 51
Pasal 52
(1) Peninjauan Kembali dan revisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51,
dapat dilakukan paling sedikit 5 (lima) tahun sekali.
(2) Peninjauan kembali dan revisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan dengan tetap menghormati hak yang dimiliki masyarakat.
BAB XII
JANGKA WAKTU PERENCANAAN
Pasal 53
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 54
(1) Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, maka semua Rencana Tata
Ruang Kawasan, Rencana Detail dan Rencana Teknik Ruang Kota dan
sektoral yang berkaitan dengan penataan ruang di wilayah perencanaan,
masih tetap berlaku sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan
dengan RDTR Perkotaan Larantuka sebagaimana diatur dalam
Peraturan Daerah ini.
(2) Segala bentuk perizinan pembangunan atau pemanfaatan lahan yang
telah dikeluarkan sebelum ditetapkan Peraturan Daerah ini, masih tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan RDTR Perkotaan
Larantuka sesuai Peraturan Daerah ini.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 55
Ditetapkan di Larantuka
pada tanggal 10 Desember 2012
BUPATI FLORES TIMUR,
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR
NOMOR 7 TAHUN 2012
TENTANG
I. UMUM
Perencanaan Kota pada dasarnya merupakan suatu kegiatan
penyusunan rencana tata ruang dalam rangka mewujudkan bentuk
suatu Kota yang berwawasan lingkungan, berlandaskan kelestarian
dan pelestarian, serta peningkatan kemampuan lingkungan secara
serasi dan seimbang, sehingga rencana tata ruang kota yang baik akan
mampu mengakomodasi kebutuhan ruang bagi aktivitas penduduknya
maupun untuk kebutuhan sarana dan prasarana wilayah, sehingga
diperoleh keseimbangan dan efisiensi antara tingkat kehidupan dan
penghidupan masyarakat dengan lingkungannya maupun
keseimbangan antara sumberdaya manusia dan sumberdaya alam.
Perencanaan kota secara hirarkhis dan berurutan meliputi
Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK), Rencana Detail Tata
Ruang Kota (RDTRK), Rencana Teknik Ruang Kota (RTRK) dan/atau
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
RUTRK diharapkan dapat mengakomodir arahan sistem
pengaturan dan pengendalian perkembangan lingkungan fisik
perkotaan secara umum, namun mengingat perkembangan
kebutuhan penataan kawasan perkotaan khususnya pada kawasan
dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, maka secara bersamaan
arahan yang bersifat umum dalam Rencana Umum Tata Ruang Kota
(RUTRK) dapat dijabarkan dengan tingkat yang lebih terinci melalui
Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) pada kawasan tertentu
yang mempunyai derajad perkembangan fisik relatif tinggi.
Kota Larantuka berpotensi untuk lebih cepat berkembang
dibandingkan dengan kota-kota lain di wilayah Kabupaten
Flores Timur, dan keadaan seperti ini pada dasarnya merupakan
kondisi yang tidak dapat dihindari, sehingga Rencana Umum Tata
Ruang Kota Larantuka pada saat ini sangat mendesak untuk
dilakukan penyusunan, mengingat selain produk tata ruang yang
telah ada sudah tidak sesuai dengan perkembangan yang ada.
Penyusunan Rencana Umum Tata Ruang Kota dilakukan sesuai
dengan dinamika pembangunan dan perkembangan sosial budaya,
ekonomi, politik masyarakat perkotaan, untuk dapat menjadi arahan
pengaturan dan pengendalian perkembangan lingkungan fisik perkotaan.
Dengan demikian, Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dengan
kedalaman Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Larantuka
ini dianggap penting karena memiliki peran dan fungsi strategis dalam
menata dan mengarahkan pembangunan serta pengembangan Kota
Larantuka, serta menjadi acuan bagi setiap gerak dan langkah
pembangunan, baik yang dilakukan oleh Pemerintah, pelaku usaha,
maupun masyarakat di Kota Larantuka.
Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan penyusunan RUTR
dengan kedalaman RDTR Kota Larantuka Kabupaten
Flores Timur adalah:
a. menjaga kesesuaian antara pelaksanaan pembangunan dan
pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruangnya.
b. mempertahankan fleksibilitas dan kedinamisan rencana tata ruang
kota, sehingga dapat mengantisipasi berbagai permasalahan yang
mungkin terjadi dalam pelaksanaan pembangunan kota.
c. mendayagunakan rencana kota sebagai alat untuk penyusunan
tahapan dan program pembangunan secara optimal dengan jangka
waktu sepuluh tahun serta sebagai alat pengendalian pemanfaatan
ruang perkotaan secara tepat.
d. men-sinkron-kan produk rencana yang lebih tinggi dan rencana tata
ruang di bawahnya, yaitu RTRW Propinsi, RTRW Kabupaten, RUTRK
sampai dengan RDTRK, dan rencana-rencana lain yang berhubungan
dengan tata ruang.
e. menyiapkan hal-hal yang berkaitan dengan legitimasi hukum pada
materi rencana tata ruang.
Sedangkan sasaran didalam penyusunan RUTR dengan
kedalaman RDTR Kota Larantuka Kabupaten Flores Timur
adalah:
a. terumuskannya pengelolaan kawasan yang berfungsi lindung dan
kawasan budidaya perkotaan.
b. tersusunnya struktur dan pola pemanfaatan ruang perkotaan.
c. terumuskannya sistem kegiatan pembangunan dan sistem pemukiman
perkotaan.
d. terumuskannya rencana pengembangan kawasan-kawasan strategis
perkotaan yang perlu diprioritaskan pengembangannya selama jangka
waktu tertentu.
e. tersusunnya blok pemanfaatan ruang kota serta pengendalian
pemanfaatannya dengan selalu memperhatikan keterpaduan dengan
sumberdaya yang ada di kawasan perkotaan.
f. tersusunnya pedoman pelaksanaan dan pengendalian pemanfaatan
ruang kawasan perkotaan.