Anda di halaman 1dari 41

Innovation and Investment for Inclusive

Sustainable Development (ISED) -


Project Phase II

DRAF 0 (Versi 25 Maret 2023)

PETA JALAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA

Direktorat Ketenagakerjaan Kemenenterian PPN/Bappenas


Didukung oleh Proyek Kerja Sama Pemerintah Indonesia dan Jerman
Innovation and Investment for Inclusive Sustainable Economic Development (ISED)

1
Kata Pengantar

2
Ringkasan Eksekutif

3
Daftar Isi

Kata Pengantar 2
Ringkasan Eksekutif 3
Daftar Isi 4
I. Pendahuluan 5
I.1. Latar Belakang 5
I.2. Tren Penciptaan Green Jobs 6
1.2.1. Penciptaan Green Jobs di Beberapa Sektor Strategis 6
1.2.2. Pembelajaran Pengembangan Green Jobs di Beberapa Negara 12
I.3. Peluang dan Tantangan Pengembangan Green Jobs di Indonesia 15
II. Definisi dan Tujuan Green Jobs 19
III. Kebijakan dan Program yang Mendukung Green Jobs 22
III.1. Komitmen Internasional 23
III.2. Perencanaan Nasional 25
III.3. Kebijakan Sektoral 27
IV. Peta Jalan Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Mendukung Green Jobs 33
IV.1. Tujuan Peta Jalan Pengembangan Pengembangan SDM yang Mendukung Green Jobs 33
IV.2 Target Pengguna Peta Jalan Pengembangan SDM yang mendukung Green Jobs 34
IV.3. Sasaran Strategis Pengembangan Green Jobs di Indonesia 34
IV.3.1. Penyadartahuan dan Peningkatan Pemahaman 37
IV.3.2. Penguatan Ekosistem Pendukung 37
IV.3.3. Peningkatan Kesiapan Sumber Daya Manusia 38
IV.3.4. Percepatan Transformasi Industri dan Pasar 38
IV.3.5. Pemantauan Implementasi dan Evaluasi 39
Daftar Pustaka 42

4
I. Pendahuluan
I.1. Latar Belakang
Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang berjudul “AR6 Climate Change 2021:
The Physical Science Basis” menyebutkan bahwa bumi telah menghangat sebesar 1,1°C.1 Untuk
menahan laju perubahan iklim, Perjanjian Paris menjadi kebijakan global yang telah disepakati
beberapa negara. Pemerintah Indonesia telah meratifikasi Perjanjian Paris melalui Undang-Undang
No. 16 Tahun 2016 dan diturunkan dalam bentuk the First Nationally Determined Contribution (NDC)
pada bulan November 2016. Pada tahun 2022, Indonesia memperbarui target pengurangan emisi gas
rumah kaca (GRK) dalam Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC).2

Salah satu pendekatan untuk merealisasikan target pengurangan emisi GRK adalah melalui
pertumbuhan ekonomi hijau. Menurut Kementerian PPN/Bappenas, pertumbuhan ekonomi hijau
mampu menghasilkan (i) pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, (ii) pertumbuhan inklusif dan
merata, (iii) ketahanan sosial, ekonomi, dan lingkungan, (iv) ekosistem yang sehat dan produktif
memberikan jasa lingkungan, dan (v) pengurangan emisi GRK.3

Pertumbuhan ekonomi hijau juga menciptakan lapangan pekerjaan, terutama di daerah-daerah yang
terdampak akibat degradasi lingkungan dan perubahan iklim.4 Sebaliknya, mendorong lapangan
pekerjaan di sektor-sektor strategis yang mampu memberikan pengurangan emisi GRK juga akan
menumbuhkan ekonomi yang sehat, pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, dan
berkontribusi mengatasi perubahan iklim. Lapangan pekerjaan yang mendukung ekonomi hijau ini
dikenal dengan istilah Green Jobs,5 atau pekerjaan yang layak dan berkontribusi pada pelestarian atau
pemulihan lingkungan.6

Indonesia telah memiliki kebijakan dan regulasi yang berpotensi menciptakan Green Jobs. Untuk
mendorong perkembangan Green Jobs lebih masif, perlu ada terobosan dalam kebijakan dan regulasi,
pendanaan dan insentif, teknologi, dan sumber daya manusia.7 Oleh karena itu, dokumen “Peta Jalan
Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Mendukung Green Jobs” ini diharapkan dapat mencapai
tujuan berikut:

1
IPCC. (2022). Climate Change 2022: Impacts, Adaptation and Vulnerability.
https://www.ipcc.ch/report/ar6/wg2/
2
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2022). Enhanced Nationally Determined Contribution.
https://ditjenppi.menlhk.go.id/berita-ppi/4357-enhanced-ndc-komitmen-indonesia-untuk-makin-
berkontribusi-dalam-menjaga-suhu-global.html
3
Bappenas. (2015). Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi Hijau untuk Indonesia yang Sejahtera: Sebuah Peta
Jalan untuk Kebijakan, Perencanaan dan Investasi. http://greengrowth.bappenas.go.id/wp-
content/uploads/2018/05/20160510161722.GGGI_Roadmap_Synthesis_Ind_lores_spread.pdf
4
ILO. (2023). Green Jobs. https://libguides.ilo.org/green-jobs-
en#:~:text=Green%20jobs%20are%20decent%20jobs,renewable%20energy%20and%20energy%20efficiency
5
Koaksi Indonesia. (2022). Green Jobs & Potensinya dalam Transisi Energi di Indonesia.
https://coaction.id/katalog/green-jobs-dan-potensinya-dalam-transisi-energi-di-indonesia-versi-pdf/
6
ILO. (2023). Green Jobs. https://libguides.ilo.org/green-jobs-
en#:~:text=Green%20jobs%20are%20decent%20jobs,renewable%20energy%20and%20energy%20efficiency
7
ILO. (2013). Green Jobs Mapping Study in Indonesia. https://apgreenjobs.ilo.org/resources/identifying-and-
estimating-green-jobs-in-indonesia-advanced-draft/at_download/file1

5
Tujuan Peta Jalan Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Mendukung Green Jobs
1. Menyelaraskan pengembangan Green Jobs dengan strategi kebijakan pembangunan nasional
2. Sebagai acuan dalam mengintegrasikan berbagai bidang Green Jobs dalam satu rencana strategis
yang memiliki visi, prioritas, target, serta tahapan pencapaian yang jelas
3. Mengomunikasikan inisiatif dan rencana strategis pengembangan Green Jobs di Indonesia, serta
membuka peluang lebih besar bagi pemangku kepentingan untuk berpartisipasi dan berkoordinasi
4. Meningkatkan koherensi kebijakan dan sinergi antara aksi iklim dan kebijakan ketenagakerjaan
5. Sebagai dasar bagi penyusunan kebijakan-kebijakan yang mendukung pengembangan Green Jobs
6. Menjadi arah/panduan bagi pengembangan sumber daya manusia di Indonesia yang berdasarkan
pada ekonomi hijau.

I.2. Tren Penciptaan Green Jobs


Untuk memastikan terbangunnya ekonomi hijau yang menghasilkan Green Jobs maka Indonesia perlu
melaksanakan pembangunan rendah karbon. Menurut Kementerian PPN/Bappenas, pembangunan
rendah karbon bertujuan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan sosial melalui aktivitas
dengan emisi dan intensitas emisi GRK yang rendah, serta mengurangi penggunaan sumber daya
alam.8

Terdapat empat kemungkinan yang akan terjadi pada lapangan kerja bila orientasi ekonomi Indonesia
bergerak ke arah ekonomi hijau, antara lain (1) tercipta pekerjaan baru di sektor-sektor strategis
ekonomi hijau; (2) sebagian pekerjaan akan tergantikan; (3) beberapa pekerjaan tertentu akan hilang
tanpa ganti; (4) beberapa pekerjaan menyesuaikan diri dengan ekonomi hijau atau “dihijaukan”.9
Untuk memaksimalkan potensi terciptanya Green Jobs tersebut maka Indonesia perlu melihat tren
Green Jobs di beberapa sektor strategis dalam pembangunan rendah karbon.10 Selain tren yang terjadi
di Indonesia, dokumen ini juga melihat tren Green Jobs di beberapa negara, seperti Filipina, Spanyol,
Afrika Selatan, dan Uni Eropa, sebagai pembelajaran.

1.2.1. Penciptaan Green Jobs di Beberapa Sektor Strategis


Energi dan Transportasi
Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) Indonesia, sektor energi terbarukan berpotensi
menciptakan lapangan kerja langsung untuk sekitar 432.000 tenaga teknik pada tahun 2030 dan 1,12
juta tenaga teknik pada tahun 2050.11 Rencana Umum Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang
dikeluarkan Perusahaan Listrik Negara (PLN) tahun 2021-2030 menyampaikan bahwa sektor energi
terbarukan berpotensi menciptakan lebih dari 106.000 Green Jobs.12 Di Flipina, jika semua kapasitas
energi terbarukan berhasil diterapkan pada tahun 2030 maka akan menghasilkan sekitar 350.177

8
Bappenas. (2020). 7 Proyek Implementasi Pembangunan Rendah Karbon Indonesia. https://lcdi-
indonesia.id/wp-content/uploads/2021/04/Buku-7-Profil-Project-LCDI_REV2.pdf
9
Koaksi Indonesia. (2022). Green Jobs & Potensinya dalam Transisi Energi di Indonesia.
https://coaction.id/katalog/green-jobs-dan-potensinya-dalam-transisi-energi-di-indonesia-versi-pdf/
10
Bappenas. (n.d.). Topik Pembangunan: Pembangunan Rendah Karbon. https://lcdi-indonesia.id/#
11
Koaksi Indonesia. (2022). Green Jobs & Potensinya dalam Transisi Energi di Indonesia.
https://coaction.id/katalog/green-jobs-dan-potensinya-dalam-transisi-energi-di-indonesia-versi-pdf/
12
Ibid.

6
Green Jobs.13 Lalu, di Spanyol, penggunaan 100 persen energi terbarukan untuk ketenagalistrikan akan
menciptakan 160.000 hingga 340.000 Green Jobs.14 Sedangkan di Afrika Selatan, upaya mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim di perkotaan akan menciptakan 342.000 hingga 560.000 Green Jobs di sekto
energi.15 Kemudian, implementasi European Green Deal di Uni Eropa akan menciptakan 2,3 juta Green
Jobs di sektor energi.16

Di sektor transportasi sendiri, transportasi berkelanjutan di Indonesia akan menciptakan 603.593


Green Jobs.17 Dalam konteks Filipina yang telah memiliki undang-undang tentang Green Jobs,18 sektor
transportasi menciptakan 163.439 Green Jobs.19 Demikian halnya dengan Spanyol, sektor transportasi
berkelanjutan mereka menciptakan 770.000 Green Jobs.20 Di Afrika Selatan, sektor transportasi
bekontribusi 11% dari 1,1 juta Green Jobs pada tahun 2030.21 Di Uni Eropa, implementasi European
Green Deal berpotensi menciptakan 1,5 juta Green Jobs di sektor transportasi.22

Industri
Di Indonesia, sektor industri diproyeksikan menciptakan sekitar 331.538 Green Jobs dari sub-sektor
manufaktur atau 8% dari total Green Jobs.23 Di Filipina, pada tahun 2030 dibutuhkan 11,7 juta pekerja
di sektor industri, dengan kebutuhan tenaga kerja di sektor industri hijau mencapai 2,9 juta pekerja,

13
Fernandez, Hannah Alcoseba. (2021). How The Philippines’ Low-Carbon Plans May Fuel A Switch To Green
Jobs. https://www.eco-business.com/news/how-the-philippines-low-carbon-plans-may-fuel-a-switch-to-
green-jobs/
14
ILO. (2012). Green Jobs for Sustainable Development: A Case Study of Spain.
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_emp/---
emp_ent/documents/publication/wcms_186715.pdf
15
C40 Cities. (2021). Creating local Green Jobs in South Africa.
https://www.c40knowledgehub.org/s/article/Creating-local-green-jobs-the-United-States-Italy-and-South-
Africa?language=en_US
16
Foundation for European Progressive Studies. (2022). Skills for a Green Recovery. https://feps-
europe.eu/event/green-skills-for-a-green-recovery/
17
ILO. (2013). Green Jobs Mapping Study In Indonesia. https://apgreenjobs.ilo.org/resources/identifying-and-
estimating-green-jobs-in-indonesia-advanced-draft
18
Republic Act No. 10771 "Philippine Green Jobs Act of 2016”
19
ILO. (2015). Green Jobs Mapping Study in The Philippines. https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---
asia/---ro-bangkok/documents/publication/wcms_240710.pdf
20
ILO. (2012). Green Jobs for Sustainable Development: A Case Study of Spain.
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_emp/---
emp_ent/documents/publication/wcms_186715.pdf
21
C40 Cities. (2021). Creating local Green Jobs in South Africa.
https://www.c40knowledgehub.org/s/article/Creating-local-green-jobs-the-United-States-Italy-and-South-
Africa?language=en_US
22
Storm, Servaas. (2020). The EU’s Green Deal: Bismarck’s ‘What is Possible’ Versus Thunberg’s ’What is
Imperative'. Institute for New Economic Thinking Working Paper Series No. 117.
https://doi.org/10.36687/inetwp117.
23
ILO. (2013). Green Jobs Mapping Study in Indonesia. https://apgreenjobs.ilo.org/resources/identifying-and-
estimating-green-jobs-in-indonesia-advanced-draft/at_download/file1

7
atau seperlima dari total kebutuhan pekerja di sektor industri.24 Di Spanyol, sektor industri berpotensi
menciptakan 1,37 juta Green Jobs.25 Di Afrika Selatan, sektor industri berkontribusi sebesar 78% dari
total Green Jobs.26 Selanjutnya, gabungan sektor hutan, pertanian, industri, serta pariwisata akan
menciptakan hingga 20 juta Green Jobs dari implementasi European Green Deal di Uni Eropa.27

Konstruksi
Pembangunan infrastruktur pekerjaan umum diarahkan berada dalam koridor pembangunan yang
berwawasan lingkungan. Sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang (UU) bidang ke-PU-an,
seperti UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung yang telah mengamanatkan pentingnya
memperhatikan keseimbangan antara aspek bangunan dan lingkungannya. UU No. 74/2002 tentang
Sumber Daya Air dan UU No. 38/2004 tentang Jalan yang mewajibkan agar dalam pengelolaan sumber
daya air maupun jalan sungguh-sungguh memperhatikan kelestarian lingkungan. Serta UU
No.26/2007 tentang Penataan Ruang yang menjadi payung hukum dalam menjaga keseimbangan
pemanfaatan ruang baik skala kawasan maupun wilayah. Dalam pedoman Era Baru Konstruksi 2021,
sektor konstruksi berkomitmen menumbuhkan budaya konstruksi berkelanjutan dalam
penyelenggaraan konstruksi di Indonesia. Kebijakan pembangunan menerapkan konsep konstruksi
berkelanjutan, mempertahankan dan mendorong peningkatan persentase Ruang Terbuka Hijau (RTH)
terhadap kawasan budidaya lainnya, mempertahankan kawasan konservasi terutama di kawasan
perkotaan, mewujudkan eco-city serta meningkatkan pengawasan pengendalian lingkungan dalam
aspek penyelenggaraan konstruksi.

Menurut ILO, sektor konstruksi akan berkontribusi sebesar 3,4% dari total Green Jobs di Indonesia.28
Selanjutnya, di Filipina sektor konstruksi akan berkontribusi sebesar 11,1% dari total Green Jobs.29
Lalu, di Spanyol sektor konstruksi diproyeksikan menciptakan 1,37 juta Green Jobs pada tahun 2040.30

24
Abrigo, M.R.M., Ortiz, D.A.P., Orbeta, A.C., Llanto, G.M. (2021). Greening the Philippine Employment
Projections Model: New Estimates and Policy Options. Discussion Paper, Philippine Institute for Development
Studies.
25
ILO. (2012). Spain To Gain From Growth In Green Jobs. https://www.ilo.org/global/about-the-
ilo/newsroom/news/WCMS_187400/lang--en/index.htm
26
C40 Cities. (2021). Creating local Green Jobs in South Africa.
https://www.c40knowledgehub.org/s/article/Creating-local-green-jobs-the-United-States-Italy-and-South-
Africa?language=en_US
27
European Commission. (2020). Green Growth, Jobs and Social Impacts Fact Sheet.
https://ec.europa.eu/environment/enveco/pdf/FACT_SHEET_ii_Green_Growth_Jobs_Social_Impacts.pdf
28
ILO. (2013). Green Jobs Mapping Study In Indonesia. https://apgreenjobs.ilo.org/resources/identifying-and-
estimating-green-jobs-in-indonesia-advanced-draft
29
ILO. (2015). Green Jobs Mapping Study In The Philippines. https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---
asia/---ro-bangkok/documents/publication/wcms_240710.pdf
30
ILO. (2012). Green Jobs for Sustainable Development: A Case Study of Spain.
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_emp/---
emp_ent/documents/publication/wcms_186715.pdf

8
Kemudian, di Afrika Selatan sektor konstruksi akan menciptakan 342.000 hingga 560.000 Green Jobs
pada tahun 2020 hingga 2030.31 Di Uni Eropa, sektor konstruksi diperkirakan berkontribusi 21% dari
total Green Jobs.32

Hutan dan Lahan


Menurut Kementerian PPN/Bappenas, sektor perkebunan berkelanjutan berpotensi menciptakan
sekitar 700.000 lapangan kerja baru.33 Di Filipina, jumlah pekerja di sektor hutan dan perikanan
diperkirakan tidak banyak berubah. Pada tahun 2030, kebutuhan pekerja di kedua sektor tersebut
akan sekitar 200.000.34 Sedangkan, di Spanyol, pembangunan rendah karbon akan menciptakan Green
Jobs sebesar 32.400 di sektor hutan.35 Kemudian, di Afrika Selatan, kecenderungan ke arah mekanisasi
mengakibatkan industrialisasi lebih lanjut di sepanjang rantai pasok di sektor-sektor tersebut yang
akan menciptakan sekitar 82.000 Green Jobs.36

Pertanian
Menurut Kementerian PPN/Bappenas, sektor pertanian berkontribusi menciptakan lebih dari 70 juta
lapangan kerja pada tahun 2030.37 Berbeda halnya dengan Indonesia, pembangunan rendah karbon
di Filipina mengakibatkan permintaan tenaga kerja menurun karena tingkat produktivitas yang lebih
tinggi dan hasil kerja yang lebih optimal. Contohnya dalam masa panen, permintaan tenaga kerja yang
awalnya sebanyak 5,1 juta pekerja pada tahun 2016 menjadi 4 juta pada tahun 2030. Di sisi lain,
International Labour Organization (ILO) mencatat bahwa pada tahun 2014, di Filipina telah tercipta
118.000 Green Jobs di sektor pertanian.38 Di Spanyol, pembangunan rendah karbon akan menciptakan
Green Jobs sebesar 49.867 di sektor pertanian dan peternakan.39 Kemudian, di Afrika Selatan,

31
C40 Cities. (2021). Creating local Green Jobs in South Africa.
https://www.c40knowledgehub.org/s/article/Creating-local-green-jobs-the-United-States-Italy-and-South-
Africa?language=en_US
32
European Commission. (2020). Green Growth, Jobs and Social Impacts Fact Sheet.
https://ec.europa.eu/environment/enveco/pdf/FACT_SHEET_ii_Green_Growth_Jobs_Social_Impacts.pdf
33
Bappenas. (2022). Unlocking The Indonesian Green Jobs Opportunity: Peran Pemerintah dalam
Mempromosikan Pekerjaan Ramah Lingkungan.
34
Abrigo, M.R.M., Ortiz, D.A.P., Orbeta, A.C., Llanto, G.M. (2021). Greening the Philippine Employment
Projections Model: New Estimates and Policy Options. Discussion Paper, Philippine Institute for Development
Studies.
35
ILO. (2012). Green Jobs for Sustainable Development: A Case Study of Spain.
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_emp/---
emp_ent/documents/publication/wcms_186715.pdf
36
Clarke, Jeanette. (2018). Job Creation in Agriculture, Forestry and Fisheries in South Africa: An Analysis of
Employment Trends, Opportunities and Constraints in Forestry and Wood Products Industries. Working Paper,
Institute for Poverty, Land and Agrarian Studies.
37
Bappenas. (2022). Unlocking The Indonesian Green Jobs Opportunity: Peran Pemerintah dalam
Mempromosikan Pekerjaan Ramah Lingkungan.
38
ILO. (2015). Green Jobs Mapping Study In The Philippines. https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---
asia/---ro-bangkok/documents/publication/wcms_240710.pdf
39
ILO. (2012). Green Jobs for Sustainable Development: A Case Study of Spain.
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_emp/---
emp_ent/documents/publication/wcms_186715.pdf

9
industrialisasi lebih lanjut di sepanjang rantai pasok di sektor hutan dan lahan, pertanian, dan
perikanan akan menciptakan sekitar 82.000 Green Jobs.40
Ekonomi Sirkular
Pada tahun 2030, sektor ekonomi sirkular, termasuk pengelolaan limbah berkelanjutan, diprediksikan
akan menciptakan 4,4 juta Green Jobs dimana 75% dari total pekerja adalah perempuan.41 Di Filipina,
ekonomi sirkular berkontribusi menciptakan lebih dari 15.000 Green Jobs.42 Lalu, kebijakan ekonomi
berkelanjutan yang diterapkan di Spanyol dapat menciptakan sekitar 400.000 dan 500.000 Green Jobs
serta sektor pengelolaan limbah berkontribusi sebesar 26%.43 Di Afrika Selatan, lebih dari 13.600
Green Jobs dapat diciptakan di sektor limbah dari mitigasi perubahan iklim selama sepuluh tahun.44 Di
Uni Eropa, implementasi European Green Deal berpotensi menciptakan 319.000 Green Jobs di sektor
limbah.45

Pariwisata
Di Indonesia, sektor pariwisata berkontribusi menciptakan 10.665 Green Jobs, terutama dengan
pengembangan pariwisata berkelanjutan.46 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) tahun 2020-2024 menargetkan bahwa pada tahun 2024 terdapat 22 lokasi penerapan
sustainable tourism development47 yang tentunya akan memerlukan tenaga kerja untuk mendukung
implementasi pariwisata berkelanjutan tersebut. Di Filipina, pelaksanaan Government’s National
Ecotourism Strategy and Action Plan 2013-2022 diprediksikan akan menciptakan 31.760 Green Jobs.48
Selanjutnya, penerapan ekonomi berkelanjutan memungkinkan Spanyol untuk menciptakan 24.000

40
Clarke, Jeanette. (2018). Job Creation in Agriculture, Forestry and Fisheries in South Africa: An Analysis of
Employment Trends, Opportunities and Constraints in Forestry and Wood Products Industries. Working Paper,
Institute for Poverty, Land and Agrarian Studies
41
Bappenas. (2022). Unlocking The Indonesian Green Jobs Opportunity: Peran Pemerintah dalam
Mempromosikan Pekerjaan Ramah Lingkungan.
42
ILO. (2015). Green Jobs Mapping Study In The Philippines. https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---
asia/---ro-bangkok/documents/publication/wcms_240710.pdf
43
ILO. (2012). Green Jobs for Sustainable Development: A Case Study of Spain.
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_emp/---
emp_ent/documents/publication/wcms_186715.pdf
44
C40 Cities. (2021). Creating local Green Jobs in South Africa.
https://www.c40knowledgehub.org/s/article/Creating-local-green-jobs-the-United-States-Italy-and-South-
Africa?language=en_US
45
European Commission. (2020). Green Growth, Jobs and Social Impacts Fact Sheet.
https://ec.europa.eu/environment/enveco/pdf/FACT_SHEET_ii_Green_Growth_Jobs_Social_Impacts.pdf
46
ILO. (2013). Green Jobs Mapping Study In Indonesia. https://apgreenjobs.ilo.org/resources/identifying-and-
estimating-green-jobs-in-indonesia-advanced-draft
47
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024
48
ILO. (2021). The Future of Work in The Tourism Sector: Sustainable and Safe Recovery and Decent Work in
The Context of The Covid-19 Pandemic. https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_dialogue/---
sector/documents/meetingdocument/wcms_840403.pdf

10
Green Jobs di sektor pariwisata.49 Lalu, di Afrika Selatan, sektor pariwisata akan menciptakan lebih dari
700.000 Green Jobs.50

Pesisir dan Kelautan


Di Indonesia, sektor pesisir dan kelautan diperkirakan berkontribusi sebesar 18,06% dari total Green
Jobs.51 Kemudian, di Filipina sektor ini diproyeksikan berkontribusi sebesar 28,5% Green Jobs dari total
Green Jobs.52 Kemudian, di Spanyol, sektor pesisir dan kelautan diprediksikan akan menciptakan
sekitar 530.947 Green Jobs.53 Selanjutnya, dengan implementasi kebijakan dan program perubahan
iklim di Afrika Selatan akan menciptakan 350.000 Green Jobs di sektor pesisir dan kelautan.54 Menurut
studi dari European Commission pada tahun 2018, sektor pesisir dan kelautan di Eropa berpotensi
menciptakan hingga 2 juta Green Jobs pada tahun 2030.55

49
Arnedo, Esther González., Valero-Matas, Jesús Alberto., Sánchez-Bayón, Antonio. (2021). Spanish Tourist
Sector Sustainability: Recovery Plan, Green Jobs and Wellbeing Opportunity. Sustainability, 13(20).
https://doi.org/10.3390/su132011447
50
Statistics South Africa. (2018). Tourism Jobs Grow Despite Sluggish Economy.
https://www.statssa.gov.za/?p=11800
51
ILO. (2013). Green Jobs Mapping Study in Indonesia. https://apgreenjobs.ilo.org/resources/identifying-and-
estimating-green-jobs-in-indonesia-advanced-draft
52
ILO. (2021). The Future of Work in The Tourism Sector: Sustainable and Safe Recovery and Decent Work in
The Context of The Covid-19 Pandemic. https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_dialogue/---
sector/documents/meetingdocument/wcms_840403.pdf
53
United Nations Global Impact. (2021). Spain. https://unglobalcompact.org/engage-locally/europe/spain
54
Global Center on Adaptation. (2021). State and Trends in Adaptation Report 2021: Africa Jobs.
https://gca.org/wp-content/uploads/2021/10/GCA_STA21_Sect1_JOBS.pdf
55
European Commission. (2020). 2020 Blue Economy Report: Blue sectors contribute to the recovery and pave
way for EU Green Deal. https://joint-research-centre.ec.europa.eu/jrc-news/2020-blue-economy-report-blue-
sectors-contribute-recovery-and-pave-way-eu-green-deal-2020-06-11_en

11
1.2.2. Pembelajaran Pengembangan Green Jobs di Beberapa Negara
Aspek yang Negara
dikaji
Indonesia Filipina Spanyol Afrika Selatan Uni Eropa
Payung hukum, 1. Indonesia belum memiliki payung 1. Philippine Green Jobs Act of 1. Spanyol belum memiliki 1. Afrika Selatan belum Dalam pengembangan Green
peraturan hukum yang secara khusus 2016 (Undang-Undang payung hukum yang secara memiliki payung hukum Jobs, Uni Eropa memiliki
turunan, atau mengatur tentang Green Jobs. Republik Filipina No. 10771 khusus mengatur tentang yang secara khusus kebijakan yang disebut
kebijakan 2. Seacara parsial, beberapa Tahun 2016 tentang Green Jobs. mengatur tentang Green European Green Deal, yaitu
kebijakan di Indonesia berpotensi Pekerjaan Hijau),57 terdiri atas 2. Kebijakan ekonomi Jobs. serangkaian inisiatif kebijakan
menciptakan Green Jobs, seperti (a) cakupan: undang-undang berkelanjutan dapat 2. Beberapa kebijakan di menyeluruh untuk membantu
Pembangunan Rendah Karbon ini berlaku untuk semua menciptakan sekitar Afrika Selatan berpotensi Uni Eropa mencapai iklim netral
(PRK) atau Low Carbon perusahaan bisnis; (b) definisi 400.000 dan 500.000 Green menciptakan Green Jobs. pada tahun 2050. Implementasi
Development Indonesia (LCDI).56 istilah; (c) insentif; (d) peran Jobs.59 Pada tahun 2020 hingga kebijakan tersebut diharapkan
3. Menurut Kementerian lembaga; serta (e) peran 3. Law on Climate Change 2030, upaya mitigasi dan menciptakan 160.000 tambahan
PPN/Bappenas, Pembangunan Secretary of Labor and and Energy Transition adaptasi iklim di perkotaan Green Jobs di sektor konstruksi
Rendah Karbon bertujuan untuk Employment. 2020 yang mengatur akan menciptakan lebih pada tahun 2030.62
mempertahankan pertumbuhan 2. Implementing Rules and prinsip netralitas karbon.60 dari 1,1 juta Green Jobs.61
ekonomi dan sosial melalui Regulations of the Philippine
aktivitas dengan emisi dan Green Jobs Act of 2016,58
intensitas emisi GRK yang rendah, merupakan peraturan
serta mengurangi penggunaan pelaksana undang-undang
sumber daya alam. yang lebih rinci menyebutkan
bagian insentif.

56
Bappenas. (2019). Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia. https://lcdi-indonesia.id/wp-
content/uploads/2022/03/Low-Carbon-Development-A-Paradigm-Shift-Towards-a-Green-Economy-in-Indonesia-Full-Report-2019.pdf
57
Republic Act No. 10771 "Philippine Green Jobs Act of 2016
58
Implementing Rules and Regulations of the Philippine Green Jobs Act of 2016
59
ILO. (2012). Green Jobs for Sustainable Development: A Case Study of Spain. https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_emp/---
emp_ent/documents/publication/wcms_186715.pdf
60
Law No.7 Year 2021 on Climate Change and Energy Transition. https://climate-laws.org/geographies/spain/laws/law-7-2021-on-climate-change-and-energy-transition
61
C40 Cities. (2021). Creating local Green Jobs in South Africa. https://www.c40knowledgehub.org/s/article/Creating-local-green-jobs-the-United-States-Italy-and-South-
Africa?language=en_US
62
European Comission. (2023). Delivering the European Green Deal.
https://ec.europa.eu/commission/presscorner/api/files/attachment/869807/EGD_brochure_EN.pdf.pdf

12
Pemetaan 1. Kementerian PPN/Bappenas 1. Pemerintah 1. Pemerintah 1. Pemerintah 1. Pemerintah
pemangku 2. Pemerintah pusat 2. Kementerian/Lembaga 2. Kementerian/Lembaga 2. Kementerian/Lembaga 2. Negara anggota Uni Eropa
kepentingan 3. Pemerintah daerah pemerintah pemerintah pemerintah 3. Swasta
berdasarkan 4. Kementerian/Lembaga 3. Lembaga keuangan 3. Swasta 3. Swasta 4. Mitra internasional
kebijakan pemerintah pemerintah 4. Asosiasi dan organisasi 4. Lembaga keuangan
nasional yang 5. Swasta 4. Climate Change Commission non-pemerintah
berlaku 6. Lembaga keuangan domestik dan 5. Lembaga keuangan
internasional
Aksi Pembangunan Rendah Karbon memiliki Implementing Rules and Law on Climate Change and Upaya mitigasi dan adaptasi European Green Deal meliputi
kunci/aktivitas aksi kunci sebagai berikut: Regulations of the Philippine Green Energy Transition 2020 meliputi iklim meliputi kebijakan Post- aksi kunci berikut:
1. Ekonomi sirkular Jobs Act of 2016 mencakup aksi aksi kunci berikut: 2015 National Energy Efficiency 1. Membuat transportasi
2. Green industry dan Green kunci berikut: 1. Pengurangan emisi GRK Strategy dan Green Transport berkelanjutan
economy 1. Sertifikasi perusahaan bisnis 2. Netralitas iklim Strategy yang memiliki aksi 2. Pasar teknologi dan
3. Sustainable tourism development 2. Pemberian insentif 3. Transisi energi terbarukan kunci berikut: produk bersih
4. Mendorong transisi ke sumber 3. Database badan usaha 4. Mengurangi konsumsi 1. Efisiensi energi di gedung 3. Sistem energi bersih dan
energi terbarukan dan mengurangi bersertifikat dan tidak energi primer dan rumah tangga terbarukan
penggunaan batu bara bersertifikat 5. Model produksi dan 2. Energy Performance 4. Merenovasi rumah dan
5. Peningkatan efi siensi energi 4. Pengawasan dan evaluasi konsumsi yang Certificate (EPC) bangunan untuk
6. Penegakan penuh moratorium daftar perusahaan bisnis yang berkelanjutan dan sirkular 3. Norma dan standar menghemat energi
hutan, kelapa sawit, memanfaatkan insentif secara 6. Desain, manufaktur, dan tanggap perubahan iklim 5. Pendanaan renovasi
pertambangan dan lahan gambut berkala setiap tiga bulan penggunaan produk yang 4. Infrastruktur transportasi bangunan dan akses ke
7. Peningkatan produktivitas lahan 5. Rencana komunikasi National efisien, tahan lama, andal, eco-mobility transportasi berkelanjutan
sebesar 4% per tahun Green Job Human Resource dapat diperbaiki, dapat 5. Mempromosikan 6. Memulihkan hutan, tanah,
Development Plan digunakan kembali kendaraan listrik dan lahan basah, dan lahan
6. Pengarusutamaan pekerjaan 7. Identifikasi produk yang hibrida listrik gambut, meningkatkan
hijau dalam rencana merupakan sumber utama 6. Green Procurement penyerapan CO2, serta
pembangunan daerah dan limbah Guidelines membuat lingkungan lebih
sektoral 8. Kampanye kesadaran 7. Meningkatkan standar tahan perubahan iklim
7. Penilaian pelatihan pencegahan sampah. emisi bahan bakar. 7. Mensosialisasikan
keterampilan dan sertifikasi European Green Deal
tenaga kerja hijau kepada mitra internasional
8. Bantuan teknis kepada pada Konferensi
perusahaan bisnis untuk Perubahan Iklim.
memastikan kepatuhan
hukum ketenagakerjaan.
Pembelajaran Indonesia memiliki kebijakan 1. Adanya kepastian hukum Strategi penciptaan Green Jobs di 1. Pembiayaan untuk industri Adanya payung hukum terkait
(lesson learned) pembangunan jangka panjang yang Green Jobs dalam bentuk sektor pengelolaan limbah. hijau kerja sama regional untuk
disebut Rencana Pembangunan Jangka undang-undang Indonesia dapat mencontoh 2. Pembiayaan untuk mengatasi perubahan iklim
Panjang (RPJPN) 2005-2025. Kebijakan 2. Undang-undang mengatur strategi sektor pengelolaan penelitian dan dengan menetapkan target
tersebut dilaksanakan melalui kebijakan peran setiap lembaga sektoral limbah yang berpotensi pengembangan yang ketat. Hal ini bisa

13
jangka menengah dengan periode lima sehingga memberikan arahan menciptakan Green Jobs seperti 3. Kebijakan industri yang diterapkan oleh Indonesia
tahun yang RPJMN 2020–2024. jelas kepada lembaga terkait yang dilakukan Spanyol. mengatur barang atau bersama negara-negara
Pembangunan Rendah Karbon dapat untuk menyusun rencana produk lokal ramah Association of Southeast Asian
menjadi kebijakan pembangunan lintas pembangunan yang lingkungan Nations (ASEAN) untuk
sektor yang menginternalisasi RPJMN memasukkan agenda Green 4. Program penghijauan mengatur target pengurangan
2020-2024 sekaligus memperkuat visi Jobs. kawasan industri melalui emisi GRK sekaligus
pembangunan Indonesia dalam RPJPN efisiensi sumber daya. transformasi ekonomi hijau
2005-2025. untuk menciptakan Green Jobs.

14
I.3. Peluang dan Tantangan Pengembangan Green Jobs di Indonesia
Pada tahun 2045, penduduk Indonesia diprediksi mencapai 311,6 hingga 318,9 juta jiwa.63 Dari
proyeksi tersebut, jika diasumsikan bahwa penduduk usia kerja merupakan penduduk berumur 15-64
tahun maka pada tahun 2045 penduduk usia kerja diproyeksi mencapai 206 hingga 208 juta jiwa atau
sekitar 65 hingga 66%.64 Berdasarkan angka tersebut, jumlah penduduk usia kerja mendominasi total
penduduk Indonesia karena proporsinya mencapai lebih dari setengah total penduduk Indonesia.
Dengan demikian, pada tahun 2045 akan terjadi bonus demografi. Bonus demografi ini akan
menyediakan jumlah pekerja yang cukup banyak untuk berbagai sektor yang berpotensi mempercepat
dan mengembangkan Green Jobs secara masif.

Selain bonus demografi, sektor-sektor strategis dalam pembangunan rendah karbon yang berpotensi
dalam mengembangkan Green Jobs.
1. Di sektor energi, Indonesia memiliki RUEN yang menargetkan porsi energi baru terbarukan
(EBT) paling sedikit 23% dari bauran energi primer pada tahun 2025 dan 31% dari bauran
energi primer pada tahun 2050.65 Sedangkan, RUPTL 2021-2030 menargetkan pada tahun
2030 total rencana pembangunan pembangkit tenaga listrik sebesar 40.575 MW dan
bersumber dari EBT sebesar 51,6.66 Kemudian, di sektor transportasi, pada tahun 2030
ditargetkan kendaraan bermotor listrik roda empat berjumlah 750.000 unit dan kendaraan
bermotor listrik roda dua berjumlah 2.450.000 unit.67
2. Saat ini pengembangan Green Jobs di sektor industri masih dalam tahap awal dan masih
memerlukan dukungan dan inisiatif lebih lanjut dari pemerintah, perusahaan, dan
masyarakat. Di sisi lain, ada beberapa tren pengembangan Green Jobs di sektor industri,
antara lain (i) peningkatan kesadaran tentang pentingnya pengembangan industri
berkelanjutan dan ramah lingkungan, (ii) pengembangan teknologi hijau dan inovasi yang
mendukung penggunaan sumber daya yang lebih efisien dan ramah lingkungan, dan (iii)
peningkatan investasi dalam pengembangan infrastruktur hijau dan industri berkelanjutan
yang mendukung pengembangan Green Jobs.68

63
Badan Pusat Statistik. (2018). Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045: Hasil SUPAS 2015.
https://www.bps.go.id/publication/2018/10/19/78d24d9020026ad95c6b5965/proyeksi-penduduk-indonesia-
2015-2045-hasil-supas-2015.html
64
Ibid.
65
Peraturan Presiden No.22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional
66
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 188.K/HK.02/MEM.L/2021 tentang Pengesahan
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Tahun 2021 Sampai Dengan
Tahun 2030
67
Peraturan Menteri Perindustrian No. 27 Tahun 2020 tentang Spesifikasi, Peta Jalan Pengembangan, dan
Ketentuan Penghitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri Kendaraan Bermotor Dalam Negeri Kendaraan
Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle)
68
Bappenas. (2022). Unlocking The Indonesian Green Jobs Opportunity: Peran Pemerintah dalam
Mempromosikan Pekerjaan Ramah Lingkungan.

15
3. Di sektor hutan dan lahan, Indonesia memiliki ENDC yang menetapkan bahwa pada tahun
2030 kontribusi sektor hutan dan lahan untuk mengurangi GRK adalah sebesar 17,4% dengan
skenario unconditional atau 25,4% dengan skenario conditional.69
4. Dalam ENDC juga diatur target pengurangan emisi GRK dari sektor pertanian sebesar 0,3%
dengan skenario unconditional atau 0,4% dengan skenario conditional.70
5. Potensi pengembangan Green Jobs di sektor ekonomi sirkular berkaitan dengan ENDC pada
tahun 2030 ditargetkan mengurangi GRK sebesar 1,4% dengan skenario unconditional atau
1,5% dengan skenario conditional.71
6. Pada tahun 2019, sektor pariwisata berkontribusi menyerap pekerja sebanyak 11,83%
terhadap total pekerja di Indonesia.72 Dengan meningkatnya kesadaran keberlanjutan dan
tindakan melindungi lingkungan diharapkan jumlah Green Jobs di sektor pariwisata juga akan
terus meningkat di masa depan. Beberapa jenis Green Jobs yang dapat diidentifikasi dalam
sektor pariwisata, yaitu pemandu wisata alam yang bertanggung jawab untuk menjaga
kelestarian alam dan ekosistem sekitarnya, pramuwisata ramah lingkungan yang membantu
mempromosikan kebijakan ramah lingkungan di industri pariwisata, dan teknisi energi
terbarukan yang memasang, memelihara, dan memperbaiki sistem energi terbarukan di
sektor pariwisata.73
7. Potensi lapangan kerja di sektor pesisir dan kelautan sekitar 45 juta orang atau 35% dari total
angkatan kerja Indonesia. Dengan semakin berkembangnya ekonomi biru atau blue economy
diharapkan akan semakin banyak Green Jobs di sektor ini.74

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa Indonesia memiliki kebijakan dan regulasi yang
berpotensi menciptakan Green Jobs di sektor energi, hutan dan lahan, transportasi, industri, limbah,
pesisir dan kelautan, serta pariwisata. Meskipun begitu, Indonesia memiliki beberapa tantangan
dalam merealisasikan potensi Green Jobs ini di sektor-sektor tersebut. Tantangan ini penting diketahui
agar dapat diubah menjadi peluang untuk terobosan inovatif pengembangan Green Jobs di Indonesia.

Tantangan dalam Aspek Kebijakan/Regulasi


Indonesia memiliki kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang berpotensi menciptakan
Green Jobs, mulai dari Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional
(KEN), hingga Pembangunan Rendah Karbon yang dikeluarkan Kementerian PPN/Bappenas. Kebijakan
dan peraturan masih tersebar di berbagai sektor serta belum terintegrasi dalam satu payung hukum
yang mengatur Green Jobs secara khusus. Bahkan, kebijakan dan regulasi di berbagai sektor tersebut

69
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2022). Enhanced Nationally Determined Contribution.
https://ditjenppi.menlhk.go.id/berita-ppi/4357-enhanced-ndc-komitmen-indonesia-untuk-makin-
berkontribusi-dalam-menjaga-suhu-global.html
70
Ibid.
71
Ibid.
72
Badan Pusat Statistik. (2019). Jumlah Pekerja Pada Industri Pariwisata Dalam Proporsi Terhadap Total
Pekerja (Persen), 2017-2019. https://www.bps.go.id/indicator/6/1190/1/jumlah-pekerja-pada-industri-
pariwisata-dalam-proporsi-terhadap-total-pekerja.html
73
Bappenas. (2022). Unlocking The Indonesian Green Jobs Opportunity: Peran Pemerintah dalam
Mempromosikan Pekerjaan Ramah Lingkungan.
74
Dewan Pertimbangan Presiden. (2017). Potensi Perikanan Indonesia. https://wantimpres.go.id/id/potensi-
perikanan-indonesia/

16
memiliki perbedaan visi, prioritas, dan target dalam pengembangan Green Jobs. Tantangan ini dapat
menjadi penghambat dalam mempercepat pengembangan Green Jobs di Indonesia dan dapat
menyebabkan ketidakpastian di kalangan pengusaha dan investor.75
Tantangan dalam Aspek Insentif
Pasar Green Jobs di Indonesia masih berkembang dan memerlukan perhatian lebih dalam
pengembangannya. Saat ini, sebagian besar Green Jobs di Indonesia yang terpetakan masih di sektor
energi terbarukan, sedangkan permintaan Green Jobs juga berkembang di sektor lain. Salah satu cara
mempercepat penciptaan Green Jobs di sektor lain adalah dengan mengembangkan infrastruktur dan
teknologi ramah lingkungan di sektor-sektor tersebut. Tantangannya adalah perlu dukungan keuangan
dan investasi untuk mengembangkan infrastruktur dan teknologi tersebut. Tambahan lagi, perlu ada
penetapan insentif yang secara khusus diberikan kepada perusahaan yang menghasilkan dan
mempertahankan Green Jobs.76

Tantangan dalam Aspek Sumber Daya Manusia


Mendorong pembangunan rendah karbon akan membutuhkan penyesuaian dalam menyediakan
permintaan akan keterampilan baru, program keterampilan ulang atau peningkatan keterampilan,
serta langkah-langkah khusus untuk memfasilitasi transisi yang adil bagi pekerja, pengusaha, dan
perusahaan.77 Saat ini beberapa kementerian dan lembaga telah melakukan internalisasi isu
perubahan iklim dan lingkungan di institusi pendidikan.78 Meskipun begitu, unsur keterampilan hijau
(green skills) hampir tidak ada dalam proses internalisasi tersebut.79

Beberapa survei mengenai jumlah pekerja yang memiliki green skills telah dilakukan di berbagai
negara. Hasilnya mengungkapkan kesulitan pengusaha atau perusahaan dalam menemukan pekerja
terlatih untuk industri hijau dan tenaga kerja yang tidak memiliki green skills. Meskipun detailnya
mungkin berbeda, tren dan masalah serupa diperkirakan akan terjadi di Indonesia dalam waktu dekat.
Terobosan dalam sumber daya manusia untuk kebutuhan industri hijau adalah memastikan adanya
tenaga kerja berkualitas yang memiliki green skills.80

Lebih lanjut, meskipun terdapat potensi besar untuk menciptakan Green Jobs namun tidak semua
pekerjaan ramah lingkungan dapat dianggap Green Jobs berdasarkan definisi ILO, terutama terkait
indikator apakah pekerjaan tersebut layak dan ramah lingkungan. Informasi tentang kondisi kerja,
upah, atau indikator lainnya belum diukur atau dikumpulkan secara komprehensif karena belum
adanya lembaga khusus yang bertugas melaksanakan penelitian, pengembangan, dan penciptaan
Green Jobs di Indonesia.81

75
ILO. (2013). Green Jobs Mapping Study in Indonesia. https://apgreenjobs.ilo.org/resources/identifying-and-
estimating-green-jobs-in-indonesia-advanced-draft
76
Ibid.
77
Ibid.
78
KLHK. (2021). Internalisasi Perubahan Iklim dalam Kurikulum Pendidikan.
https://www.menlhk.go.id/site/single_post/3729
79
Setiawan, Agus. (2017). Identification of Green Skills Acquisition in Indonesian TVET Curricula. AIP
Conference Proceedings 1887, 020074. https://doi.org/10.1063/1.5003557
80
Ibid.
81
ILO. (2013). Green Jobs Mapping Study in Indonesia. https://apgreenjobs.ilo.org/resources/identifying-and-
estimating-green-jobs-in-indonesia-advanced-draft

17
Tantangan dalam Aspek Data dan Informasi
Dalam percepatan Green Jobs, aspek teknologi berkaitan dengan sistem informasi yang terintegrasi
dari berbagai pemangku kepentingan, seperti pemerintah, swasta, atau masyarakat sipil. Masalah
tersebut juga mencakup kurangnya ketersediaan dan aksesibilitas data dan informasi terkait potensi
dan kebutuhan Green Jobs di Indonesia. Masalah tersebut juga berkaitan dengan kurangnya
keterbukaan dan transparansi. Saat ini, masih banyak informasi tentang Green Jobs di Indonesia yang
sulit diakses atau tidak tersedia secara publik. Hal ini menyulitkan bagi pihak yang ingin memasuki
industri hijau dan juga menghambat pihak-pihak yang ingin menciptakan serta mengembangkan
Green Jobs.82

Selain tantangan kuantitas data, tantangan dalam aspek ini juga meliputi masalah kualitas data Green
Jobs yaitu keterbatasan data yang akurat dan terperinci. Data tentang jumlah dan jenis Green Jobs di
Indonesia masih terbatas dan tidak selalu akurat. Hal ini dapat menyulitkan upaya untuk merancang
kebijakan yang efektif untuk meningkatkan jumlah dan kualitas Green Jobs di Indonesia. Kemudian,
masalah kualitas data Green Jobs lainnya adalah tumpang tindih kategori pekerjaan. Kategori
pekerjaan yang termasuk dalam Green Jobs di Indonesia dapat tumpang tindih dengan kategori
pekerjaan lainnya. Hal ini membuat sulit untuk menentukan dengan pasti berapa banyak lapangan
kerja hijau yang tersedia di Indonesia.83

Tantangan dalam Peningkatan Kesadaran dan Promosi


Salah satu tantangan percepatan Green Jobs adalah kesadaran dan pemahaman yang masih rendah
tentang Green Jobs di kalangan masyarakat dan pelaku bisnis. Banyak orang di Indonesia masih belum
memahami konsep dan dampak positif serta kurangnya pengetahuan tentang peluang karir Green
Jobs. Sebuah kuesioner yang dilakukan pada tahun 2022 menunjukkan bahwa hanya sebesar 32,3%
dari 115 responden yang pernah mendengar istilah Green Jobs. Kuesioner tersebut juga
mengungkapkan bahwa hanya 50,4% responden berminat, sebanyak 40,9% responden ragu, dan 8,7%
responden tidak berminat bekerja di sektor Green Jobs. Hal ini dapat menjadi penghambat dalam
mendorong masyarakat untuk memilih Green Jobs.84

Tantangan lainnya adalah kurangnya peran media massa atau organisasi masyarakat sipil (OMS) dalam
mempromosikan Green Jobs. Hal ini penting karena peran media massa mampu menjangkau audiens
yang lebih luas. Hal ini memungkinkan konsep Green Jobs dapat diketahui oleh lebih banyak orang.
Media massa juga memiliki kekuatan membentuk opini publik. Dengan mempromosikan Green Jobs
melalui media massa maka akan terbentuk opini yang positif dan memperkuat dukungan masyarakat
terhadap Green Jobs.85

Kemudian, pelibatan OMS untuk mempromosikan Green Jobs juga penting karena mereka memiliki
jaringan dan akses ke masyarakat. Hal ini memungkinkan OMS untuk mempromosikan Green Jobs dan

82
Ibid.
83
Ibid.
84
Wijaya, Gede Herry Arum. (2022). Rendahnya Minat Generasi Muda Bekerja di Sektor Green Jobs.
https://zonaebt.com/rendahnya-minat-generasi-muda-bekerja-di-sektor-green-jobs/
85
Asian Development Bank. (2015). Strategies for Green Jobs Creation and Promotion.
https://www.adb.org/sites/default/files/project-document/81739/45510-001-tacr-01.pdf

18
meningkatkan kesadaran masyarakat yang sulit dijangkau. OMS juga memiliki peran pengawasan dan
advokasi. Sebagai organisasi yang independen, OMS dapat melakukan pengawasan dan advokasi
terhadap kebijakan dan program pemerintah terkait Green Jobs. Dengan melakukan pengawasan dan
advokasi ini, OMS dapat memastikan bahwa kebijakan dan program pemerintah di bidang Green Jobs
berjalan sesuai dengan tujuan pelestarian lingkungan hidup dan pengembangan ekonomi hijau.86

86
Ibid.

19
II. Definisi dan Tujuan Green Jobs
Pada tahun 2022, Kementerian PPN/Bappenas dengan dukungan dari Proyek ISED telah melaksanakan
studi termasuk kegiatan-kegiatan yang mendukung, antara lain Indonesia’s Green Jobs Conference
2022, rangkaian focus group discussion, survei dan wawancara dalam rangka mempersiapkan definisi
Green Jobs dan Peta Okupasi Nasional Green Jobs dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI). Dalam dokumentasi Indonesia’s Green Jobs Conference 2022, Kementerian PPN/Bappenas juga
menjelaskan definisi Green Jobs dari berbagai institusi internasional. Salah satunya dari International
Labour Organization (ILO) yang mendefinisikan Green Jobs sebagai pekerjaan yang dapat mengurangi
dampak lingkungan dari sektor ekonomi dan mencakup pekerjaan yang melindungi ekosistem dan
biodiversitas, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan mengurangi polusi.87

ILO juga menyebutkan bahwa Green Jobs adalah pekerjaan yang layak dan ramah lingkungan.88 Terkait
definisi pekerjaan layak, Badan Pusat Statistik (BPS) dan ILO mendefinisikan bahwa pekerjaan layak
merupakan jenis pekerjaan yang menjamin setiap pekerja bekerja secara produktif, terpenuhinya hak-
hak asasi manusia, memiliki kesempatan mengembangkan diri, menerima pendapatan yang adil dan
layak, adanya jaminan keamanan di tempat kerja, perlindungan sosial bagi pekerja dan keluarga, serta
kebebasan menyatakan pendapat, berorganisasi dan terlibat dalam pengambilan keputusan.89
Sedangkan, definisi pekerjaan ramah lingkungan menurut ILO adalah pekerjaan yang membantu (i)
meningkatkan efisiensi energi dan bahan baku, (ii) membatasi emisi gas rumah kaca, (iii)
meminimalkan limbah dan polusi, (iv) melindungi serta memulihkan ekosistem, dan (v) mendukung
adaptasi terhadap perubahan iklim.90

Selain itu, PAGE Indonesia dalam studinya “Green Jobs and Just Transition Policy Readiness Assessment
in the Energy Sector” pada Desember 2022, menjelaskan pentingnya definisi Green Jobs karena
ketiadaan definisi operasional Green Jobs dapat mengakibatkan kesulitan dalam menetapkan target
dan mengevaluasi dampak kebijakan ekonomi hijau, mengakibatkan ketidakselarasan kebijakan dan
koordinasi lintas sektor, serta menghambat peningkatan kapasitas dan pengetahuan. Hal ini karena
setiap organisasi dapat mengkategorikan Green Jobs secara berbeda berdasarkan penilaian mereka.91
Definisi Green Jobs penting karena dapat memberikan kerangka kerja yang seragam dalam memahami
Green Jobs dan menerjemahkan konsepnya ke tingkatan praktis sesuai dengan konteks perekonomian
Indonesia.92

Dengan masukan dari pemangku kepentingan yang berbeda-beda, yaitu sektor pemerintahan, swasta,
pendidikan dan lembaga pembangunan, Kementerian PPN/Bappenas menetapkan definisi Green Jobs
atau Pekerjaan Hijau sebagai berikut:

87
Bappenas. (2022). Indonesia’s Green Jobs Conference 2022
88
ILO. (2023). Green Jobs. https://libguides.ilo.org/green-jobs-
en#:~:text=Green%20jobs%20are%20decent%20jobs,renewable%20energy%20and%20energy%20efficiency
89
Bappenas. (2014). Prakarsa Strategis Pengembangan Konsep Green Economy. Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
90
ILO. (2023). Green Jobs. https://libguides.ilo.org/green-jobs-
en#:~:text=Green%20jobs%20are%20decent%20jobs,renewable%20energy%20and%20energy%20efficiency
91
ILO. (2022). Green Jobs and Just Transition Policy Readiness Assessment in the Energy Sector.
92
Ibid.

20
Green Jobs adalah pekerjaan yang berkontribusi untuk melestarikan atau memulihkan
lingkungan dan mempromosikan pekerjaan yang layak, melalui satu atau lebih mekanisme
berikut ini: memiliki tugas-tugas khusus, membutuhkan keterampilan khusus, menerapkan
proses ramah lingkungan, dan/atau menghasilkan keluaran (produk/jasa) ramah lingkungan.

Apakah perusahaan memproduksi barang dan


jasa ramah lingkungan? (output approach)
Apakah perusahaan menggunakan teknologi
hijau? (process approach)
Apakah pekerja melakukan tugas khusus untuk
mengurangi dampak lingkungan dari konsumen dan/atau perusahaan? (task
approach)
Apakah pekerja membutuhkan keterampilan
hijau? (skill approach)

Tujuan
Memelihara dan
memulihkan Pekerjaan Layak
lingkungan secara
berkelanjutan

Green

Tasks

Green Green

Products Skills

Green

Processes

Pengukuran

21
Peta Okupasi
Peta Okupasi Nasional Green Jobs dalam KKNI untuk area fungsi lintas sektor, yaitu Pertanian,
Manufaktur, Konstruksi dan Jasa (Pariwisata), dan Energi Terbarukan telah difinalkan dan tersedia.93
Selanjutnya diperlukan strategi pengembangan dan penerapannya. Peta okupasi ini merupakan
dokumen hidup yang harus terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan di masa depan. Peta
okupasi dapat menjadi langkah awal pengembangan sumber daya manusia melalui standardisasi
kompetensi Green Jobs, pendidikan dan pelatihan, sertifikasi kompetensi, dan pengembangan
rekrutmen berbasis kompetensi dalam dunia kerja. Strategi tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam
Bab IV.3.3. Menyiapkan Sumber Daya Manusia dengan Keterampilan Hijau.

III. Kebijakan dan Program yang Mendukung Green Jobs


Pemerintah Indonesia tengah mendorong industri dalam negeri yang terintegrasi guna mendukung
ekosistem pembangunan rendah karbon yang berkembang di seluruh dunia.94 Transformasi Indonesia
ke arah ekonomi hijau ini diharapkan akan menghasilkan produk-produk lebih ramah lingkungan
dengan nilai tambah kompetitif yang diminati pasar internasional.95Walau saat ini telah terdapat
beberapa kebijakan yang mendukung ekonomi hijau, Indonesia perlu memiliki payung hukum yang
secara khusus mengatur lingkup, batas, serta implementasi Green Jobs.

Perhitungan tenaga kerja dengan menggunakan skenario Pembangunan Rendah Karbon Indonesia
atau Low Carbon Development Indonesia (LCDI) telah dilakukan oleh Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas). Pemodelan ini
menyatakan bahwa LCDI mampu menciptakan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan, tidak hanya
dapat menciptakan 15,3 juta pekerjaan hijau yang berpenghasilan baik, namun juga dapat
menurunkan 43 persen emisi GRK pada tahun 2030, peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB)
sebesar 6 persen antara tahun 2019-2045, penurunan kemiskinan dari 9,8 persen menjadi 4,2 persen,
mencegah 40 ribu kematian setiap tahun hingga tahun 2045, mencegah kehilangan lahan hutan seluas
16 juta hektar hingga tahun 2045, dan menutup kesenjangan gender.

Analisis dari Global Green Growth Institute (GGGI) pada tahun 2021 menunjukkan bahwa beberapa
kebijakan di Indonesia berpotensi menciptakan Green Jobs, terutama pada industri ketenagalistrikan.
Sebagai contoh, disebutkan bahwa implementasi Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN)
tahun 2019-2038 akan menciptakan sekitar 3,7 juta pekerjaan langsung dan Rencana Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2019-2028 akan menciptakan sekitar 2,1 juta pekerjaan
langsung. Dengan metode yang sama, pada tahun 2022 Koaksi Indonesia menganalisis bahwa
berdasarkan target penambahan kapasitas yang tertuang dalam Rencana Umum Energi Nasional
(RUEN), setidaknya akan terdapat potensi lapangan kerja langsung sebesar 432 ribu tenaga teknik
pada tahun 2030 dan sebesar 1,12 juta tenaga teknik pada tahun 2050.

93
Dapat diunduh di https://petaokupasi.bappenas.go.id/

94
https://jeo.kompas.com/naskah-lengkap-pidato-kenegaraan-presiden-joko-widodo-tahun-2022
95
Pengarahan Presiden Republik Indonesia Pada Dies Natalis ke-67 Universitas Katolik Parahyangan,
https://www.presidenri.go.id/transkrip/pengarahan-presiden-republik-indonesia-pada-dies-natalis-ke-67-
universitas-katolik-parahyangan/

22
Dengan potensi pengembangan Green Jobs yang sedemikian besar di Indonesia dan melihat populasi
angkatan kerja yang cukup banyak hingga Indonesia mencapai kondisi bonus domografi, maka
kebijakan dan regulasi Green Jobs menjadi penting dalam upaya menyediakan daya dukung dan
perilaku menuju ekonomi hijau melalui pembangunan rendah karbon yang berorientasi pada
kesejahteraan, kesetaraan sosial, dan menjaga lingkungan.

Mempertimbangkan urgensi peta jalan Green Jobs di Indonesia, pengkajian kebijakan dan program
yang mendukung Green Jobs di Indonesia perlu dielaborasi untuk mengidentifikasi tantangan dan
peluang kedepan.

III.1. Komitmen Internasional


Sebagai negara dengan populasi urutan keempat terbesar di dunia dan selaku negara demokrasi
urutan ketiga di dunia, Indonesia mempunyai pengaruh besar dalam panggung Internasional. Hal ini
dapat dibuktikan dari peran Indonesia sebagai ketua G20 pada tahun 2022, serta Ketua ASEAN pada
tahun 2023. Indonesia pun menunjukan komitmen terhadap isu keberlanjutan dan ekonomi hijau
pada level internasional melalui, antara lain, Persetujuan Paris, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs), ASEAN Declaration on Green Jobs, serta sebagai pelopor dalam peluncuran indeksasi terhadap
ekonomi hijau dengan hadirnya Indeks Ekonomi Hijau (GEI).

3.1.1. Persetujuan Paris Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai
Perubahan Iklim
Menurut International Labour Organization (ILO), implementasi Persetujuan Paris mempunyai potensi
memperkuat jaring pengaman sosial (social safety net) serta membuka lapangan kerja untuk 24 juta
orang pada tahun 2030.96 Nationally Determined Contributions (NDC) merupakan “jantung”97 dari
Persetujuan Paris karena menjadi landasan realisasi negara-negara dalam memperkuat ketahanan
iklim dan mengurangi emisi nasional, serta adaptasi terhadap dampak perubahan iklim.98

Indonesia menerapkan Persetujuan Paris melalui UU No. 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan
Persetujuan Paris atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Perubahan
Iklim yang menuturkan bahwa NDC Indonesia mencakup aspek mitigasi dan adaptasi.99 Perpres juga
menjadi bentuk formalisasi komitmen NDC dalam mengurangi emisi sebesar 29 persen dengan upaya
sendiri dan menjadi 41 persen jika ada kerja sama internasional dari kondisi tanpa aksi (business as
usual) pada tahun 2030.100 Upaya pengurangan emisi GRK ini mencakup sektor kehutanan dan lahan,
energi termasuk transportasi, limbah, proses industri dan penggunaan produk, serta pertanian.101
Pada tahun 2022, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menyampaikan
peningkatan ambisi atas penurunan emisi gas rumah kaca melalui dokumen Enhanced NDC Indonesia

96
https://sdg.iisd.org/news/ilo-report-implementation-of-paris-agreement-sdgs-can-create-24-million-jobs-by-
2030/
97
https://unfccc.int/process-and-meetings/the-paris-agreement/nationally-determined-contributions-ndcs
98
Ibid.
99
Bagian 2, Hal. 9. UU No.16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement to the United Nations
Framework Convention on Climate Change
100
Ibid.
101
Ibid.

23
(ENDC)102 menjadi 31,89 persen secara mandiri dan meningkat ke 43,20 persen dengan dukungan
internasional.103

3.1.2. United Nations Sustainable Development Goals (SDGs) on Decent Work and Economic Growth
Pada tahun 2015, para anggota Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menyepakati untuk menyusun
rencana aksi demi memastikan pembangunan berkelanjutan, dengan target capaian pada tahun
2030.104 Realisasi terhadap rencana tersebut dituangkan dalam 17 Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang hadir sebagai jawaban terhadap
urgensi dari negara maju maupun berkembang untuk melaksanakan kolaborasi internasional.105 Dari
semua tujuan yang telah disepakati, tujuan kedelapan yakni promosi terhadap perkembangan
ekonomi yang tetap, berkelanjutan, dan inklusif, tenaga kerja penuh dan pekerjaan produktif serta
pekerjaan layak untuk semua, menjadi benang merah dalam realisasi Green Jobs di Indonesia.106
Tujuan kedelapan mencakup ekonomi hijau atau ekonomi hijau, pekerjaan, pekerjaan layak untuk
semua dan perlindungan sosial, dan pariwisata berkelanjutan.107 Dalam konteks internasional, telah
dipastikan pada Konferensi Rio+20 tahun 2012 bahwa ekonomi hijau adalah komponen penting dalam
pembangunan berkelanjutan.108

3.1.3. ASEAN Declaration on Promoting Green Jobs for Equity and Inclusive Growth of ASEAN
Community
Sebagai landasan serta wadah diskusi untuk negara-negara di Asia Tenggara, Association of Southeast
Asian Nations (ASEAN), menggarisbawahi pentingnya membangun lapangan kerja Green Jobs. Maka
dari itu, Deklarasi ASEAN terhadap promosi Green Jobs menjadi bentuk komitmen negara-negara Asia
Tenggara dalam peningkatan produk hijau dan jasa dalam rangka pelestarian lingkungan.109
Selanjutnya, deklarasi ini juga mendorong industri untuk meningkatkan produktivitas melalui
teknologi hijau dan menggunakan tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility/CSR) bagi
pekerja, serta memastikan bahwa lingkungan pekerjaan aman dan layak.110

3.1.4. ILO-ASEAN Regional Study on Green Jobs Policy Readiness in ASEAN 2021
Menurut ILO, Green Jobs merupakan prioritas tinggi bagi ASEAN dan keperluan untuk Green Jobs
menjadi pertimbangan bagi pihak swasta maupun publik.111 Khusus untuk Indonesia, studi tersebut
mengidentifikasi tiga aspek yang telah Indonesia melakukan secara signifikan terhadap Green Jobs,
yakni pengembangan kebijakan yang mendukung green agenda, kebijakan industri dan sektoral
terhadap greening, dan kebijakan usaha (enterprise policies) dalam kegiatan-kegiatan greening.112

102
https://unfccc.int/sites/default/files/NDC/2022-
09/S335_Indonesia%20Submission%20on%20the%20Enhanced%20NDC.pdf
103
Ibid.
104
https://sdgs.un.org/goals
105
Ibid.
106
https://sdgs.un.org/goals/goal8
107
Ibid.
108
Ibid.
109
https://asean.org/wp-content/uploads/2012/05/ASEAN-Declaration-on-Promoting-Green-Jobs-for-Equity-
and-Inclusive-Growth-of-ASEAN-Community.pdf
110
Ibid.
111
https://www.ilo.org/asia/publications/WCMS_810078/lang--en/index.htm
112
Ibid.

24
Studi ILO-ASEAN memberikan beberapa rekomendasi untuk negara-negara ASEAN, antara lain untuk
mengembangkan knowledge sharing platform, mendukung insentif bagi perusahaan swasta dengan
menyelenggarakan Green Jobs Annual Forum, serta memastikan bahwa ada proses atau mekanisme
yang hadir untuk negara-negara ASEAN menentukan kebijakan paling tepat untuk Green Jobs.113

3.1.5. Komitmen Indonesia kepada Ekonomi Hijau


Sebagai bentuk komitmen Pemerintah Indonesia terhadap pembangunan berkelanjutan, pada acara
side event G20 2022, Bappenas meluncurkan Indeks Ekonomi Hijau (GEI).114 GEI menggunakan pilar
lingkungan, sosial, dan ekonomi sebagai basis pengukuran performa terhadap Ekonomi Hijau.115
Harapan dari hadirnya indeks tersebut adalah guna mendukung transformasi ekonomi Indonesia.116

III.2. Perencanaan Nasional


Pemerintah Indonesia memandang sinergi dan sinkronisasi menjadi kunci agar pembangunan dapat
berjalan efisien dan efektif.117 Perencanaan akan berjalan optimal bila terintegrasi, terkonsolidasi,
terorganisasi antar sektor, antar wilayah, antar pusat dan daerah, serta berorientasi pada manfaat
program.118 Sebagai lembaga yang berperan dalam penetapan kebijakan untuk perencanaan
pembangunan nasional, Bappenas mempunyai peran strategis dalam mengayomi dan memanfaatkan
momentum untuk menentukan arah kebijakan Green Jobs secara nasional.

3.2.1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 - 2025


Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) menggarisbawahi pentingnya Indonesia
melakukan penataan kembali berbagai langkah-langkah yakni sumber daya alam, sumber daya
manusia, lingkungan hidup, dan kelembagaan.119

3.2.2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024


Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, perbaikan iklim usaha
nasional dan peningkatan investasi akan fokus pada sektor prioritas nasional, seperti energi, industri
pengolahan - terutama yang berorientasi pada ekspor, pariwisata, ekonomi kreatif, ekonomi digital,
serta pendidikan dan pelatihan vokasi.120

Dalam menangani perubahan iklim, RPJMN menuangkan beberapa indikator, rencana, dan langkah ke
depan, antara lain:
1. Adanya 250 daerah yang memiliki rencana detail tata ruang kabupaten/kota yang
berketahanan bencana dan perubahan iklim pada tahun 2024

113
Ibid.
114
https://www.un-page.org/news/indonesia-launches-its-green-economy-index/
115
https://lcdi-indonesia.id/wp-content/uploads/2022/08/Green-Economy-Index-A-Step-Forward-to-
Measure-the-Progress-of-Low-Carbon-and-Green-Economy-in-Indonesia.pdf
116
https://lcdi-indonesia.id/2022/08/25/bappenas-luncurkan-indeks-ekonomi-hijau-untuk-mendukung-
transformasi-ekonomi-indonesia/
117
https://setneg.go.id/baca/index/sinergi_dan_sinkronisasi_kunci_pembangunan_nasional_semakin_efisien_
dan_efektif
118
ibid.
119
UU Nomor 117 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
120
II. 31, Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Nasional 2020 - 2024 (RPJMN)

25
2. Pemulihan empat Daerah Aliran Sungai (DAS) kritis melalui penghijauan seluas 150.000 Ha
3. Terdapat 71 perusahaan memiliki Standar Industri Hijau tahun 2024.

Sebagai bagian dari pengelolaan sumber daya ekonomi, RPJMN juga mempersiapkan strategi
pemenuhan kebutuhan energi dengan meningkatkan energi baru terbarukan (EBT) melalui
percepatan pengembangan pembangkit, meningkatkan pasokan bahan bakar nabati (biomass),
peningkatan pemenuhan energi bagi industri, serta mengembangkan industri pendukung EBT.

3.2.3. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2026 - 2045


Konten dan substansi RPJPN 2026-2045 masih dalam tahap finalisasi. RPJPN 2026-2045 akan
melanjutkan aspirasi Pemerintah untuk mendorong Ekonomi Hijau serta mendukung Indonesia
menuju negara maritim yang berdaulat, maju, dan berkelanjutan pada tahun 2045

3.2.4. Visi Indonesia 2045


Visi Indonesia 2045 mendorong pertumbuhan ekonomi hijau dan mendukung pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs). Visi Indonesia 2045 telah
menjabarkan konsep Ekonomi Sirkular sebagai kebijakan jangka panjang. Ekonomi sirkular merupakan
pendekatan sistem ekonomi berbasis siklus yang memaksimalkan kegunaan dan nilai bahan mentah,
komponen, serta produk, sehingga mampu mereduksi jumlah bahan sisa yang tidak digunakan dan
dibuang ke tempat pembuangan akhir.

3.2.5. Peraturan Presiden No. 68 Tahun 2022


Perpres No. 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi antara lain
untuk memastikan sinergi antara Pemerintah Pusat, Pemda, DUDIKA, dan pemangku kepentingan
lainnya dalam meningkatkan kualitas dan daya saing SDM Indonesia.

III.3. Kebijakan Sektoral


Mempertimbangkan urgensi serta komitmen Indonesia dalam melaksanakan terobosan untuk
ekonomi hijau melalui realisasi Green Jobs, maka dari itu 1) sektor energi dan 2) sektor industri
menjadi prioritas yang akan dikaji dalam dokumen ini. Adapun, terdapat sektor-sektor strategis lain
yang akan dijelaskan karena mencakupi pembangunan rendah karbon dan telah diidentifikasi dalam
dokumen Peta Okupasi Nasional. Sektor-sektor lainnya adalah: 1) Hutan dan Lahan 2) Pertanian, 3)
Ekonomi Sirkular 4) Jasa dan Administrasi (Pariwisata), dan 5) Pesisir dan Kelautan.

3.3.1. Sektor-Sektor Prioritas


3.3.1.1. Sektor Energi

26
Dengan potensi energi terbarukan di Indonesia hingga 418 Gigawatt121 dan target pasar sebesar 20
persen dari kendaraan listrik pada tahun 2025122, Pemerintah Indonesia perlu mempersiapkan
kebijakan dan regulasi yang dapat menjadi katalisator sektor energi dan transportasi.123 Rencana
mendorong kemandirian energi untuk mendukung ekonomi hijau tertuang dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN). Kebijakan ini
mengamanatkan pengelolaan energi berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan
berwawasan lingkungan, serta bertujuan menciptakan kemandirian energi dan ketahanan energi
nasional.

Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2019-2038 merupakan kebijakan ketenagalistrikan


nasional yang meliputi kebijakan penyediaan tenaga listrik, kebijakan keteknikan, dan perlindungan
lingkungan. RUKN menyebutkan bahwa bauran EBT minimum 23 persen pada tahun 2025 dan
minimum 28 persen pada tahun 2038. Selanjutnya, Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang
telah menjadi salah satu basis yang membuktikan transisi terhadap ekonomi hijau, dimana Peraturan
Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery
Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan menuturkan bahwa TKDN untuk R2 dan R3 perlu mencapai
angka 40% dari tahun 2019-2023.

Meskipun KEN dan RUKN tidak menyebutkan jumlah Green Jobs secara khusus namun dalam kebijakan
ini disebutkan bahwa komposisi kebutuhan tenaga listrik nasional tahun 2019-2035 diperkirakan akan
didominasi oleh sektor industri lalu diikuti oleh sektor rumah tangga, bisnis, publik, dan transportasi.
Mulai tahun 2036, kebutuhan tenaga listrik sektor transportasi diperkirakan akan lebih besar daripada
sektor publik. Bahkan, terdapat satu sub-bab yang menjelaskan kebijakan tenaga teknik
ketenagalistrikan.124

RUPTL 2021-2030 merupakan dokumen yang berisi daftar proyek infrastruktur penyediaan tenaga
listrik. Dokumen ini merupakan pedoman pengembangan sistem tenaga listrik di wilayah usaha
Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk sepuluh tahun kedepan. Sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan, penyusunan RUPTL perlu mempertimbangkan target-target RUEN dan RUKN.
Dengan demikian, target perencanaan RUEN dan RUKN 2019-2038 perlu diatur lebih lanjut per proyek
dalam RUPTL 2021-2030. Dalam RUPTL 2021-2030 disebutkan bahwa total rencana pembangunan
pembangkit tenaga listrik sebesar 40.575 MW dan bersumber dari EBT sebesar 51,6 persen pada
tahun 2030. Seperti kebijakan sebelumnya, RUPTL 2021-2030 juga tidak mengatur Green Jobs secara
khusus namun target yang diatur didalamnya berpotensi menciptakan Green Jobs.

121
https://www.cnbcindonesia.com/news/20220117160008-4-308030/besar-banget-jokowi-potensi-energi-
hijau-ri-capai-418-giga
122
Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia 27 Tahun 2020 tentang Spesifikasi, Peta Jalan
Pengembangan, dan Ketentuan Perhitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri Kendaraan Bermotor Listrik
Berbasis Baterai
123
https://kemenperin.go.id/artikel/23167/Menperin-Optimistis-Indonesia-Jadi-Pemain-Kunci-di-Kendaraan-
Listrik
124
II. B.3., Kebijakan Kelaikan Teknik Ketenagalistrikan

27
Terbitnya Perpres No. 112 Tahun 2022 menjadi langkah maju untuk memastikan komitmen
pembangkit listrik rendah emisi dan ramah lingkungan dilaksanakan.125 Perpres ini mengatur
penyusunan RUPTL, penyusunan peta jalan percepatan pengakhiran masa operasional Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU), pelaksanaan pembelian tenaga listrik, serta dukungan pemerintah dalam
upaya percepatan pengembangan energi terbarukan.126

Dalam konteks kendaraan listrik, Perpres No. 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan
Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) diselenggarakan melalui127 percepatan pengembangan
industri KBLBB dalam negeri, pemberian insentif, penyediaan infrastruktur pengisian listrik dan
pengaturan tarif tenaga listrik, pemenuhan ketentuan teknis, dan perlindungan terhadap lingkungan
hidup. Peta Jalan Pengembangan Industri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Tahun 2020-
2030 sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian No. 27 Tahun 2020 tersebut juga
telah memposisikan tahun 2025 sebagai tahap dari persiapan infrastruktur (infrastructure readiness).

Untuk mendukung target percepatan transisi energi, Indonesia telah meluncurkan Energy Transition
Mechanism (ETM) pada bulan Juli 2022.128 ETM merupakan program peningkatan pembangunan
infrastruktur energi dan percepatan transisi energi menuju NZE dengan mengikuti prinsip adil dan
terjangkau pada tahun 2060.129 Selanjutnya, terdapat dua skema yang dikawal oleh ETM, yakni skema
pengurangan emisi yang digunakan untuk melaksanakan pensiun dini dari pembangkit listrik batubara
di Indonesia, serta skema energi bersih yang ditujukan untuk mengembangkan atau menginvestasikan
pembangunan fasilitas energi hijau.130 Bersama dengan mitra-mitra strategis dan selaku Special
Mission Vehicle dibawah naungan Kementerian Keuangan, PT. Sarana Multi Infrastruktur (SMI)
ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia sebagai pengelola platform.131

Kemudian pada akhir tahun lalu, 15 November 2022, Just Energy Transition Partnership (JETP) telah
diluncurkan oleh kelompok negara-negara dikenal sebagai International Partners Group (IPG)132 yang
memobilisasi pendanaan sebesar 20 miliar USD selama 3-5 tahun untuk mendukung transisi energi.133
Pendanaan ini berasal dari anggota Multilateral Development Banks (MDB) sebesar 10 miliar USD dan
dari Kelompok Kerja Glasgow Financial Alliance for Net Zero dengan nilai yang sama.134 JETP
merupakan model pendanaan untuk mendukung transisi dari energi fosil menjadi energi bersih.135

125
https://ekonomi.republika.co.id/berita//riwz6w487/perpres-112-diharapkan-bisa-mengakselerasi-
pengembangan-energi-baru-terbarukan
126
https://jdih.maritim.go.id/perpres-1122022-percepatan-pengembangan-energi-terbarukan-untuk-
penyediaan-tenaga-listrik
127
https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/berita-daerah/inilah-perpres-no-55-2019-tentang-program-
kendaraan-bermotor-listrik-berbasis-baterai
128
https://www.esdm.go.id/en/media-center/news-archives/etm-country-platform-upaya-akselerasi-transisi-
energi
129
https://fiskal.kemenkeu.go.id/fiskalpedia/2022/11/10/21-energy-transition-mechanism
130
https://fiskal.kemenkeu.go.id/fiskalpedia/2022/11/10/21-energy-transition-mechanism
131
https://www.esdm.go.id/en/media-center/news-archives/etm-country-platform-upaya-akselerasi-transisi-
energi
132
Anggota IPG adalah: Indonesia, Jepang, Amerika Serikat, Canada, Denmark, Uni Eropa, Jerman, Perancis,
Norwegia, Italia dan Kerajaan Inggris
133
https://www.whitehouse.gov/wp-content/uploads/2022/11/Joint-Statement.pdf
134
Ibid.
135
https://www.iisd.org/system/files/2022-11/just-energy-transition-partnerships.pdf

28
Adapun sekretariat JETP juga telah dibentuk untuk menjadi pusat informasi, perencanaan, koordinasi
dan pemantauan dalam pelaksanaan proyek.136

Mempertimbangkan arah program dan kebijakan Pemerintah Indonesia, dapat disimpulkan bahwa
sektor energi kerap melalui proses reformasi yang akan melalui perubah cukup masif. Hal tersebut
tidak akan berdampak kepada sektor energi tersendiri tetapi juga akan mempengaruhi area-area lain
seperti ekonomi, ketenagakerjaan, dan bahkan peran Indonesia di dunia internasional. Green Jobs
akan mengalami lompatan yang cukup besar melalui inovasi yang diharapkan dari sektor energi.

3.3.1.2. Industri
Pada tahun 2014, Pemerintah Indonesia telah mendorong industri hijau melalui penyusunan Standar
Industri Hijau.137 Standar Industri Hijau mencakup bahan baku, bahan penolong, proses produksi,
produk, manajemen pengusahaan, dan pengelolaan limbah.138 RPJMN 2020-2024 secara khusus
menentukan target bahwa terdapat 71 perusahaan yang memiliki sertifikasi Standar Industri Hijau
pada tahun 2024.139 UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi juga mencakup potensi penciptaan
Green Jobs, yaitu kebutuhan sertifikasi kompetensi kerja dan kebutuhan pelatihan tenaga kerja dalam
implementasi jasa konstruksi.140

Dalam rangka mendukung dunia usaha, deregulasi dan memastikan terdapat kepastian hukum,
Undang Undang Cipta Kerja hadir sebagai Omnibus law yang kerap membantu kemudahan usaha
secara multi-sektor.141 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No.2 Tahun 2022
tentang Cipta Kerja mencakupi beberapa klaster, mulai dari penyederhanaan perizinan, kemudahan
berusaha, sampai dengan pemberdayaan dan perlindungan UMKM.142 Perpu Cipta Kerja mempunyai
beberapa manfaat seperti mendorong investasi melalui percepatan transformasi ekonomi,
kemudahan berusaha serta menyelaraskan kebijakan pusat dan daerah. Maka dari itu, diharapkan
bahwa dengan hadirnya iklim investasi yang kondusif yang dapat menyerap lebih banyak pekerja,
Perpu Cipta Kerja dapat menjadi salah satu basis dalam mensukseskan pengembangan Green Jobs di
Indonesia. Maka dari itu, Standarisasi Industri Hijau, peningkatan dari kebutuhan kompetensi kerja
serta deregulasi ataupun penyederhanaan perizinan yang diharapkan dari Perpu Cipta Kerja
mendukung pintu Green Jobs untuk terbuka secara luas.

3.3.2. Sektor-Sektor Lainnya


3.3.2.1. Hutan dan Lahan
Data dari Kementerian Lingkungan dan Kehutanan pada tahun 2022 menyatakan total luas kawasan
hutan di Indonesia mencapai 125,92 juta hektar (ha)143, sedangkan luas keseluruhan daratan yang ada

136
https://www.esdm.go.id/en/media-center/news-archives/sekretariat-jetp-terbentuk-siap-realisasikan-
kerja-sama-pendanaan-transisi-energi
137
UU Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian
138
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2021 tentang Penyelenggaran Bidang Perindustrian
139
Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2020 - 2024
140
UU Nomor 2 Tahun 2017 tentang Konstruksi
141
Booklet Undang-Undang Cipta Kerja, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
142
Ibid.
143
https://www.menlhk.go.id/uploads/site/post/1610948544.pdf

29
di wilayah Indonesia adalah seluas 188,0 hektar.144 Oleh karena itu, hutan dan lahan merupakan sektor
yang berdampak signifikan terhadap ekosistem ekonomi hijau di Indonesia, serta berkontribusi tinggi
pada potensi penciptaan Green Jobs.145

Pada segi hukum, pemanfaatan hutan dan lahan telah ditentukan oleh Pemerintah Indonesia melalui
batas pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan, pemungutan hasil hutan bukan kayu (HHBK), dan
budidaya tanaman obat, perlebahan, penangkaran.146 Pemerintah Indonesia menerapkan prinsip
tanggung jawab negara, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, kajian lingkungan hidup
strategis dan inventarisasi gas emisi.147 Selebihnya, pembangunan ekonomi berkelanjutan diarahkan
untuk fokus pada keseimbangan komitmen terhadap lingkungan hidup.148

Dengan total luas kawasan hutan yang memadai, ekonomi hijau menjadi potensi besar yang dapat
ditingkatkan. Oleh karena itu, pengelolaan lingkungan hidup serta inventarisasi gas emisi merupakan
pendekatan yang logis untuk secara tidak langsung mendukung penciptaan Green Jobs di Indonesia.

3.3.2.2. Pertanian
Pemerintah berkomitmen untuk memastikan bahwa diversifikasi hasil pertanian dapat diperluas dan
ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan pangan, industri dalam negeri, memperbesar ekspor,
meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, serta mendorong perluasan dan pemerataan
kesempatan berusaha dan kesempatan kerja.149 Melalui UU No. 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi
Daya Pertanian Berkelanjutan, Pemerintah Indonesia menunjukan keinginan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia untuk mewujudkan pertanian maju, efisien, dan tangguh.150

Undang-undang ini juga terkait dengan perubahan iklim melalui upaya perlindungan pertanian dengan
pembagian tanggung jawab antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, petani, pelaku usaha, serta
masyarakat.151 Pertanian mempunyai pengaruh bukan hanya terhadap masyarakat sebagai wadah
bahan pangan, tetapi juga dalam aspek supply chain dimana pelaku usaha, petani dan pemerintah
pusat maupun daerah kerap mengambil peran. Budidaya terhadap pertanian berkelanjutan menjadi
peluang yang dapat mensukseskan Green Jobs di Indonesia.

3.3.2.3 Ekonomi Sirkular


Ekonomi sirkular adalah model ekonomi yang berupaya memperpanjang siklus hidup suatu produk,
bahan baku, dan sumber daya yang ada agar dapat dipakai selama mungkin.152 PRK/LCDI menyatakan

144
Ibid.
145
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-
jakarta/documents/presentation/wcms_150056.pdf
146
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan
147
UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
148
Ringkasan Eksekutif, Visi Indonesia 2045, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas),
2019.
149
Hal 49, Penjelasan. UU Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya Pertanian
Berkelanjutan
150
Ibid.
151
Pasal 48. UU Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan
152
https://lcdi-indonesia.id/ekonomi-sirkular/

30
bahwa prinsip ekonomi sirkular mencakup pengurangan limbah dan polusi, menjaga produk dan
material terpakai selama mungkin, dan mendukung regenerasi alam.153 Oleh karena itu, sektor limbah
menjadi jalur untuk merealisasi adanya ekosistem dalam siklus penuh yang melakukan pengelolaan
sampah agar dapat menghasilkan manfaat ekonomi.

Sektor limbah merupakan salah satu penyumbang emisi GRK penting. Sumber emisi yang dimaksud
berasal dari kegiatan pengelolaan limbah, seperti pembuangan limbah, pengolahan limbah,
pembuangan air limbah, dan lain-lain. Dari sudut pandang industri, Pemerintah Indonesia mengatur
manajemen pengusahaan dan pengelolaan limbah.154 Pemerintah Indonesia juga telah membuat
prioritas pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah guna memenuhi kebutuhan dan
mewujudkan industri hijau.155

Untuk mendukung penciptaan Green Jobs, Perpres No. 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan
Vokasi dan Pelatihan Vokasi hadir untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha serta tanggung jawab
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, dunia industri, dunia kerja, dan masyarakat yang
dapat diselenggarakan secara inklusif.156 Dengan harapan untuk mendukung ekonomi secara end-to-
end serta mendorong efisiensi terhadap supply chain usaha, ekonomi sirkular yang berkelanjutan
dapat mendorong peluang Green Jobs terutama pada sektor limbah.

3.3.2.4. Jasa dan Administrasi (Pariwisata)


Dengan tingkat minat pariwisata di Indonesia yang tinggi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf) mengejar angka kunjungan dan mendorong pariwisata berkelanjutan di Indonesia.157
Pariwisata berkelanjutan adalah pengembangan konsep berwisata yang dapat dapat memberikan
dampak jangka panjang, terhadap lingkungan, sosial, budaya, serta ekonomi untuk masa kini dan masa
depan, bagi seluruh masyarakat lokal maupun wisatawan yang berkunjung.158

Dalam pengembangannya, Kemenparekraf memiliki empat fokus yang dikembangkan, yaitu


pengelolaan berkelanjutan (bisnis pariwisata), ekonomi berkelanjutan (sosio ekonomi) jangka
panjang, keberlanjutan budaya (sustainable culture) yang harus selalu dikembangkan dan dijaga, serta
aspek lingkungan (environment sustainability).159 Berbekal empat pilar utama tersebut, tren
pariwisata berkelanjutan akan menjadi kegiatan berwisata yang banyak diminati. Tidak sekadar
berlibur, setiap wisatawan juga wajib memperhatikan protokol berwisata yang mencakup aspek
kesehatan, keamanan, kenyaman, dan kelestarian alam.160 Dari sisi kelembagaan, telah dibentuk

153
Ibid.
154
Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2014 tentang Penyelenggaran Bidang Perindustrian
155
Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah
Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Lingkungan
156
Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan
157
https://kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/Destinasi-Wisata-Berbasis-Sustainable-Tourism-di-Indonesia
158
Ibid.
159
Pasal 2. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 9 Tahun 2021 tentang Pedoman
Destinasi Pariwisata Berkelanjutan
160
https://kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/Destinasi-Wisata-Berbasis-Sustainable-Tourism-di-Indonesia

31
Sustainable Tourism Council yang salah satu tugasnya adalah melakukan sertifikasi Desa Wisata
Berkelanjutan.161

Seiring dengan kesadaran dunia internasional untuk bertransisi kepada usaha yang sifatnya lebih
inklusif serta berkelanjutan, tentu pariwisata berkelanjutan dan membawa dapat membawa dampak
luas. Hal tersebut dikarenakan kaitan pariwisata berkelanjutan akan mendorong pelaku usaha,
pemerintah dan masyarakat untuk berinovasi serta menciptakan lapangan kerja Green Jobs.

3.3.2.5. Pesisir dan Kelautan


Laut Indonesia mencakup dua pertiga dari total wilayah negara ini. Indonesia memiliki kekayaan alam
laut berlimpah sebagai negara maritim dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia. Produksi
perikanan tangkap menempatkan Indonesia sebagai negara dengan produksi perikanan tangkap
terbesar kedua setelah Cina. UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan menyatakan bahwa
pengelolaan perikanan dilakukan untuk mencapai manfaat yang optimal dan berkelanjutan, serta
terjaminnya kelestarian sumber daya ikan.162 Terjaminnya kelestarian sumber daya ikan dapat
mendorong kebijakan laut keberlanjutan dan dengan mempertimbangkan ekosistem laut, capaian
terhadap Green Jobs dapat digarap.

161
https://sertifikasi.jadesta.com
162
Pasal 6, UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

32
IV. Peta Jalan Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Mendukung Green Jobs
Komitmen penuh Indonesia untuk ikut berperan secara global dalam mengurangi dampak perubahan
iklim merupakan penentu utama arah pembangunan nasional. Pertumbuhan ekonomi hijau yang
menjadi agenda kebijakan Indonesia berfokus pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,
inklusif, dan memiliki ketahanan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dukungan penuh pada tumbuhnya
ekonomi hijau berpeluang besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan yang ramah lingkungan
(Green Jobs).

Potensi sektor ekonomi sirkular, sektor energi terbarukan, dan sektor perkebunan dengan prinsip
keberlanjutan (sustainability) diprediksi akan menciptakan lebih dari enam juta Green Jobs di tahun
2030. Namun, dengan besarnya potensi tersebut terdapat beberapa tantangan yang harus diatasi oleh
Indonesia. Tantangan yang harus dilalui diantaranya belum adanya integrasi kebijakan berbagai sektor
dalam mendukung Green Jobs, kurang optimalnya peningkatan keterampilan sumber daya manusia,
belum adanya dukungan Insentif bagi sektor swasta, perlunya peningkatan kesadaran dan promosi
kepada setiap masyarakat, dan tidak ketersediaan data informasi ketenagakerjaan Green Jobs.

Oleh karena itu, peta jalan pengembangan sumber daya manusia yang mendukung Green Jobs di
Indonesia diharapkan dapat menjadi pondasi lompatan kemajuan sektor keterampilan tenaga kerja
yang ramah lingkungan. Dengan peta jalan ini, Green Jobs dapat berpeluang bertumbuh dengan cepat,
responsif, kolaboratif, dan inklusif.

IV.1. Tujuan Peta Jalan Pengembangan Pengembangan SDM yang Mendukung Green Jobs

Peta Jalan ini akan menjadi acuan bagi kementerian/lembaga, dunia usaha, lembaga pendidikan dan
pelatihan, dan sektor investasi untuk menyiapkan ekosistem pendukung yang mendorong Green Jobs
sebagai bagian dari ekonomi hijau yang berkelanjutan, sejalan dengan itu tujuan disusunnya Peta Jalan
Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Mendukung Green Jobs di Indonesia diantaranya:
1. Menyelaraskan pengembangan Green Jobs dengan strategi kebijakan pembangunan nasional;
2. Sebagai acuan dalam mengintegrasikan berbagai bidang Green Jobs dalam satu rencana
strategis yang memiliki visi, prioritas, target, serta tahapan pencapaian yang jelas;
3. Mengomunikasikan inisiatif dan rencana strategis pengembangan Green Jobs di Indonesia,
serta membuka peluang lebih besar bagi pemangku kepentingan untuk berpartisipasi dan
berkoordinasi;
4. Meningkatkan koherensi kebijakan dan sinergi antara aksi iklim dan kebijakan
ketenagakerjaan;
5. Sebagai dasar bagi penyusunan kebijakan-kebijakan yang mendukung pengembangan Green
Jobs; dan
6. Memberi arah/menjadi panduan bagi pengembangan sumber daya manusia terkait dengan:
a. Pengembangan desain pembelajaran pelatihan dan pendidikan disiplin ilmu hijau,
khususnya vokasional,
b. Pengembangan profesi Green Jobs (skema sertifikasi kompetensi dan personal
branding) yang kompetitif, tangguh (resilient), dan berdaya tahan (agile),
c. Pengembangan dunia usaha dalam rekrutmen dan pengembangan Green Jobs untuk
pengembangan usaha hijau yang produktif dan tangguh (resilient),
d. Harmonisasi dan rekognisi Green Jobs dalam kebijakan antar negara mitra bisnis.

33
IV.2 Target Pengguna Peta Jalan Pengembangan SDM yang mendukung Green Jobs

Peta Jalan Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Mendukung Green Jobs di Indonesia
diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemangku kepentingan dalam mendorong terciptanya Green
Jobs di Indonesia. Para pemangku kepentingan di bawah ini merupakan target pengguna disusunnya
peta jalan ini.

Sektor swasta: pelaku usaha sebagai motor penggerak ekonomi hijau yang menciptakan pasar atau
pun kebutuhan Green Jobs merupakan target pengguna utama Peta Jalan Green Jobs. Maka dari itu,
asosiasi pelaku usaha dan sektor industri seperti KADIN (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) dapat
menjadi mitra strategis dalam mengakselerasi target pembangunan hijau, peningkatan keterampilan,
dan penciptaan lapangan kerja.

Akademisi: penciptaan pasar Green Jobs dari sisi pelaku usaha harus selaras dengan pendidikan umum
(mulai dari pendudukan dasar hingga pendidikan tinggi) dan pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi
yang memiliki peran penting dalam peta jalan Green Jobs karena fungsi strategisnya dalam
merencanakan dan memastikan matchmaking keterampilan hijau dengan kebutuhan dunia industri.

Komunitas: Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dan Organisasi Berbasis Komunitas (OBK) menjadi salah
satu target pengguna peta jalan Green Jobs, karena mereka memiliki peran dan dukungan dalam
mempromosikan Green Jobs, mendorong akselerasi Green Jobs, ikut berpartisipasi dalam
menciptakan Green Jobs melalui pengembangan kewirausahaan (UMKM dan start-up), serta dapat
menjadi agen perubahan dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.

Sektor Publik: Pemerintah/Lembaga dapat menjadi fasilitator dan pemberi dorongan untuk
menyiapkan kebijakan dan regulasi yang memudahkan pertumbuhan industri ketenagakerjaan pada
sektor Green Jobs.

Disamping itu, Media juga menjadi target pengguna dalam penyusunan peta jalan kebijakan Green
Jobs, karena mereka dapat mempromosikan prinsip dan praktik ekonomi hijau untuk meningkatkan
ketahanan ekonomi dan pelestarian lingkungan di Indonesia, serta meningkatkan diskursus di publik
terkait aspek supply dan demand Green Jobs .

IV.3. Sasaran Strategis Pengembangan Green Jobs di Indonesia


Secara umum rencana kerja strategis pengembangan sumber daya manusia yang mendukung Green
Jobs dapat dicapai melalui lima sasaran strategis yang terdiri dari:
1. Penyadartahuan dan peningkatan pemahaman;
2. Penguatan ekosistem pendukung;
3. Peningkatan kesiapan sumber daya manusia;
4. Percepatan transformasi industri dan pasar;
5. Pemantauan Implementasi dan Evaluasi

Dalam mencapai sasaran strategis tersebut, rencana aksi yang akan dilakukan terbagi menjadi dua
tahap, yaitu Tahap Jangka Menengah dan Tahap Jangka Panjang.

34
1. Jangka Menengah (5 tahun), merupakan rencana aktivitas yang fokus pada penyiapan
pondasi kerangka kerja stakeholder dalam mengembangkan sumber daya manusia yang
mendukung green jobs. Kerangka kerja tersebut berisi rangkaian aktivitas, indikator, dan
produk dari setiap stakeholder kunci yang relevan dalam rangka menyadartahukan dan
meningkatkan pemahaman; menguatkan ekosistem pendukung; meningkatkan kesiapan
sumber daya manusia; mempercepat transformasi industri dan pasar; serta memantau
implementasi dan evaluasi pencapaian pengembangan sumber daya manusia.
2. Jangka Panjang (lebih dari 5 tahun), merupakan rencana aktivitas yang fokus pada penguatan
dan pemutakhiran kelembagaan untuk mendorong akselerasi keterampilan dan
pengetahuan di sektor Green Jobs, match-making dan mengarusutamakan Green Jobs dengan
Dunia Usaha dan Pendidikan, serta peningkatan pekerjaan dengan akses pada perlindungan
lingkungan.

Pada buku peta jalan pengembangan sumber daya manusia yang mendukung Green Jobs ini akan
fokus memetakan dan memberikan panduan rinci pada periode Jangka Menengah (5 tahun) bagi para
stakeholder dan mitra. Panduan strategi kunci yang digunakan dalam menyusun peta jalan
pengembangan sumber daya manusia yang mendukung Green Jobs dapat dilihat pada grafik dibawah
ini.

35
Grafik 1. Peta Jalan Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Mendukung Green Jobs di Indonesia (link edit grafik-> Grafik Draft 0

36
IV.3.1. Penyadartahuan dan Peningkatan Pemahaman
Pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang terampil dalam mendukung green jobs
membutuhkan peran berbagai pihak dalam meningkatkan kesadaran serta pemahaman terkait
pekerjaan ramah lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, teridentifikasi beberapa poin yang patut
diperkuat oleh para pemangku kepentingan melalui promosi, edukasi, dan apresiasi.

Untuk itu, terdapat lima aktivitas kunci yang perlu dilakukan para pemangku kepentingan untuk
meningkatkan kesadaran dan, sosialisasi, maupun pemahaman masyarakat, yaitu:
1. Mendorong event nasional tahunan sebagai ajang promosi lewat Green Jobs Conference
2. Menginisiasi Penghargaan Green Jobs sebagai bentuk apresiasi dan rekognisi bagi praktisi,
akademisi, pelaku, hingga masyarakat umum, yang turut serta meningkatkan keterampilan
SDM Green Jobs di Indonesia
3. Menginisiasi pemilihan Duta Green Jobs sebagai bagian dari promosi dan edukasi
4. Mendorong terciptanya Green Jobs Education and Training Network dengan tujuan untuk
mensinergikan pengembangan bahan ajar, silabus, jaringan pendidikan, dan forum akademisi
yang mempercepat pertumbuhan Green Jobs
5. Melakukan Kampanye Green Jobs dan Green Industry untuk mengedukasi dan
mempromosikan pengembangan sumber daya manusia.

IV.3.2. Penguatan Ekosistem Pendukung


Penguatan ekosistem pendukung dalam sebuah perencanaan kebijakan merupakan katalis yang
diperlukan agar kebijakan Green Jobs dapat berjalan dengan baik. Ekosistem pendukung agar sumber
daya manusia yang mendukung green jobs berkembang dengan baik dilakukan melalui penyusunan
regulasi pendukung, penguatan jejaring atau forum multipihak, pendayagunaan lembaga pendukung.

Adapun, pembangunan ekosistem pendukung dapat direalisasi melalui kebijakan yang dapat secara
efektif menjawab urgensi dalam pengawalan pengembangan Green Jobs. Maka dari itu, sebagai
bentuk langkah maju dari komitmen serta tahap implementasi dan dalam rangka antisipasi kebutuhan
tenaga kerja beserta kompetensi, pada Jangka Menengah terdapat indikator berupa aktivitas kunci
yang dapat dilakukan para pemangku kepentingan agar ekosistem pendukung dalam menciptakan
sumber daya manusia yang terampil dapat dicapai melalui:
1. Mendorong adanya regulasi atau aturan payung yang menjadi arah dan panduan kebijakan
nasional terkait pengembangan SDM yang mendukung Green Jobs. Dengan
mempertimbangkan prioritas pemerintah dalam pengembangan ekonomi hijau, peningkatan
talenta sumber daya manusia serta dorongan untuk membangun ekosistem hijau dengan
reputasi internasional, bentuk regulasi ini bisa berupa Peraturan Presiden yang didukung oleh
dokumen perencanaan pembangunan nasional dan daerah
2. Mendorong adanya regulasi yang mendukung peningkatan portofolio keterampilan dan
pengetahuan Green Jobs pada institusi swasta dan industri
3. Menciptakan dialog lintas sektor melalui forum multipihak yang mendiskusikan
perkembangan regulasi dan implementasi peningkatan keterampilan SDM
4. Melakukan pendayagunaan kelembagaan sebagai focal point dan fasilitator dalam bentuk
sekretariat
5. Melakukan harmonisasi dan rekognisi kebijakan Green Jobs dengan sektor lain, termasuk
aspek pendanaan lewat konferensi nasional/internasional

37
6. Memastikan adanya pembelajaran lintas aktor sebagai model pengembangan praktik baik
Green Jobs pada sektor energi terbarukan dan industri.

Urgensi dari penyusunan regulasi yang dapat mengkonsolidasikan kebijakan menjadi bagian penting
untuk kerap menangkap momentum oleh Green Jobs. Selebihnya, hal ini juga dapat mendukung
aspirasi Pemerintah Indonesia untuk menjadi ekosistem ekonomi hijau dunia.163 Percepatan dan
harmonisasi perlu dilakukan agar Pemerintah Indonesia dapat memenuhi target yang telah ditetapkan
antara lain target untuk mensertifikasi 71 perusahaan yang memiliki Standar Industri Hijau pada tahun
2024164, Bauran EBT yang paling sedikit mencapai 23 persen pada 2024165, pelaksanaan TKDN yang
mencapai 40% untuk R1 dan R2166, pencapaian Market Share 20 persen untuk kendaraan listrik167 serta
persiapan infrastruktur (infrastructure readiness) pada tahun 2025.168

IV.3.3. Peningkatan Kesiapan Sumber Daya Manusia


Peningkatan kesiapan sumber daya manusia sangat diperlukan, terutama dalam menunjang tenaga
kerja hijau yang terampil dan handal. Langkah strategis yang harus dilaksanakan dalam kerangka kerja
peta jalan pengembangan SDM yang mendukung Green Jobs di Indonesia melalui pengembangan
desain kurikulum, bahan ajar, dan media pembelajaran; pengembangan kapasitas dan skema
pelatihan; dan pengembangan kompetensi sertifikasi keterampilan yang mendukung Green Jobs.

Berdasarkan langkah strategis tersebut, maka aktivitas kunci yang dilakukan dalam waktu Jangka
Menengah adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan dan memutakhirkan desain instruksional kurikulum yang sesuai dengan
tuntutan dunia usaha dan industri hijau. Pengembangan ini dapat disinergikan dengan (1)
greening education system; (2) mengembangkan kurikulum keterampilan Green Jobs,
termasuk untuk pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi; dan (3) mendorong adanya profiling
alumna lewat Capaian Pembelajaran Lulusan
2. Mengembangkan dan mempermudah akses skema pelatihan (kursus) untuk fresh graduate,
pekerja, dan masyarakat berbasis peta okupasi nasional Green Jobs
3. Mengembangkan dan menerapkan skema sertifikasi profesi nasional Green Jobs melalui (1)
skema sertifikasi profesi nasional, (2) program pilot untuk menerapkan peta okupasi Green
Jobs sebagai praktik baik, (3) pengembangan SKKNI dan KKNI.

IV.3.4. Percepatan Transformasi Industri dan Pasar


Peningkatan peran dan keterlibatan industri maupun institusi swasta dalam mempercepat
transformasi industri dan pertumbuhan pasar ketenagakerjaan sangat penting. Permintaan atau pun
kebutuhan keterampilan hijau yang spesifik akan terus berkembang sejalan dengan komitmen

163
https://wartaekonomi.co.id/read436959/jokowi-optimis-indonesia-jadi-kunci-ekosistem-ekonomi-hijau-
dunia
164
Indikator 12, II.23, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024
165
Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2019-2038
166
Peraturan Menteri Perindustrian No. 27 Tahun 2020 tentang Spesifikasi, Peta Jalan dan Ketentuan
Perhitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery
Electric Vehicle)
167
Ibid.
168
Ibid.

38
pembangunan hijau Indonesia. Transformasi industri dan pasar ketenagakerjaan hijau merupakan
tantangan besar yang membutuhkan aksi dan kolaborasi institusi swasta dan industri. Beberapa
langkah strategis untuk meningkatkan peran dan keterlibatan institusi swasta dan industri dalam
mendorong pengembangan sumber daya manusia yang mendukung Green Jobs, antara lain
memberikan dukungan insentif pada pelaku ekonomi hijau, berkolaborasi dengan akselerator ataupun
inkubator untuk menumbuhkan bisnis hijau baru, dan mengembangkan skema sertifikasi bagi industri
hijau.

Untuk itu, pada periode jangka menengah terdapat beberapa aksi kunci yang diperlukan oleh para
pemangku kepentingan, diantaranya:
1. Merumuskan insentif fiskal dan non fiskal bagi para pelaku industri berkelanjutan sebagai
trigger pengembangan ekonomi hijau dan penciptaan lapangan kerja baru. Selain itu, perlu
adanya insentif berupa kemudahan pelatihan dan akses sertifikasi bagi industri hijau
2. Mendorong adanya Dewan Keterampilan Sektor Green Jobs yang mendukung tumbuhnya
dan memfasilitasi pameran karir nasional maupun daerah
3. Mendorong adanya program percepatan Green Jobs dan matchmaking lewat program
pelatihan kerja dan bisnis yang mempertemukan usaha rintisan dan institusi pendukung,
termasuk didalam kawasan industri
4. Menciptakan pusat informasi pasar Green Jobs sebagai sistem informasi pasar kerja untuk
publik memiliki akses informasi hingga bursa kerja yang memadai
5. Pengembangan standard industri hijau yang mendukung terciptanya sistem rekrutmen
berbasis kompetensi hijau
6. Memfasilitasi penyusunan panduan skema transisi industri hijau yang dapat digunakan dunia
usaha untuk melakukan transformasi bisnis yang berkelanjutan.

IV.3.5. Pemantauan Implementasi dan Evaluasi


Untuk menjamin arah kebijakan Green Jobs yang sesuai dengan visi program pemerintah Indonesia,
serta memastikan bahwa target aktivitas kunci setiap tahun dapat dilakukan dengan baik maka
pemantauan implementasi dan evaluasi harus dilakukan secara terukur. Peta Jalan Pengembangan
Green Jobs perlu dimonitor dan dievaluasi secara berkala dan terstruktur, untuk itu indikator aktivitas
dalam peta jalan ini akan menjadi acuan seluruh pihak dalam mendorong kebijakan pengembangan
sumber daya manusia yang mendukung Green Jobs.

Untuk mencapai target tersebut, terdapat beberapa aktivitas kunci yang diperlukan dalam
memperkuat pemantauan implementasi dan evaluasi, antara lain:
1. Membuat survei green jobs sejalan dengan survei angkatan kerja nasional tahunan terhadap
sektor energi terbarukan dan industri
2. Melakukan pengumpulan data yang dapat mengukur perubahan dan pertumbuhan Green
Jobs di Indonesia
3. Mendorong Green Jobs Outlook Indonesia setiap tahun, untuk menjadi referensi bagaimana
tren dan dinamika keterampilan sumber daya manusia yang mendukung Green Jobs
4. Koordinasi, pemantauan, dan evaluasi melalui platform pelaporan yang berisi laporan
kemajuan implementasi peta jalan.

39
Grafik 2. Rencana Kerja Green Jobs di Seluruh Sektor (Grafik Draft 0)

40
Daftar Pustaka

41

Anda mungkin juga menyukai