Anda di halaman 1dari 45

Innovation and Investment for Inclusive

Sustainable Development (ISED) - Project


Phase II

DRAF 0 (Versi 19 Mei 2023)

PETA JALAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA

Direktorat Ketenagakerjaan Kemenenterian PPN/Bappenas


Didukung oleh Proyek Kerja Sama Pemerintah Indonesia dan Jerman
Innovation and Investment for Inclusive Sustainable Economic Development (ISED)

1
Kata Pengantar

2
Ringkasan Eksekutif

3
Daftar Isi

Kata Pengantar 2
Ringkasan Eksekutif 3
Daftar Isi 4
I. Pendahuluan 5
I.1. Latar Belakang 5
I.2. Tren Penciptaan Green Jobs 6
1.2.1. Penciptaan Green Jobs di Beberapa Sektor Strategis 6
1.2.2. Pembelajaran Pengembangan Green Jobs di Beberapa Negara 12
1.2.2.1. Filipina Sebagai Acuan Praktik Baik Kebijakan Green Jobs 16
1.2.2.2. Amerika Serikat Sebagai Acuan Praktik Baik Kebijakan Green Jobs 16
1.2.2.3. India Sebagai Acuan Praktik Baik Pembentukan Skill Council for Green Jobs 17
I.3. Peluang dan Tantangan Pengembangan Green Jobs di Indonesia 19
II. Definisi dan Tujuan Green Jobs 23
III. Kebijakan dan Program yang Mendukung Green Jobs 26
III.1. Komitmen Internasional 27
III.2. Perencanaan Nasional 29
III.3. Kebijakan Sektoral 30
IV. Peta Jalan Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Mendukung Green Jobs 37
IV.1. Tujuan Peta Jalan Pengembangan Pengembangan SDM yang Mendukung Green Jobs 37
IV.2 Target Pengguna Peta Jalan Pengembangan SDM yang mendukung Green Jobs 37
IV.3. Sasaran Strategis Pengembangan Green Jobs di Indonesia 38
IV.3.1. Penyadartahuan dan Peningkatan Pemahaman 41
IV.3.2. Penguatan Ekosistem Pendukung 41
IV.3.3. Peningkatan Kesiapan Sumber Daya Manusia 42
IV.3.4. Percepatan Transformasi Industri dan Pasar 42
IV.4. Pemantauan Implementasi dan Evaluasi 43
Daftar Pustaka 45

4
I. Pendahuluan
I.1. Latar Belakang
Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang berjudul “AR6 Climate Change 2021:
The Physical Science Basis” menyebutkan bahwa bumi telah menghangat sebesar 1,1°C.1 Untuk
menahan laju perubahan iklim, Perjanjian Paris menjadi kebijakan global yang telah disepakati
beberapa negara. Pemerintah Indonesia telah meratifikasi Perjanjian Paris melalui Undang-Undang
No. 16 Tahun 2016 dan diturunkan dalam bentuk the First Nationally Determined Contribution (NDC)
pada bulan November 2016. Pada tahun 2022, Indonesia memperbarui target pengurangan emisi gas
rumah kaca (GRK) dalam Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC).2

Salah satu pendekatan untuk merealisasikan target pengurangan emisi GRK adalah melalui
pertumbuhan ekonomi hijau. Menurut Kementerian PPN/Bappenas, pertumbuhan ekonomi hijau
mampu menghasilkan (i) pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, (ii) pertumbuhan inklusif dan
merata, (iii) ketahanan sosial, ekonomi, dan lingkungan, (iv) ekosistem yang sehat dan produktif
memberikan jasa lingkungan, dan (v) pengurangan emisi GRK.3

Pertumbuhan ekonomi hijau juga menciptakan lapangan pekerjaan, terutama di daerah-daerah yang
terdampak akibat degradasi lingkungan dan perubahan iklim.4 Sebaliknya, mendorong lapangan
pekerjaan di sektor-sektor strategis yang mampu memberikan pengurangan emisi GRK juga akan
menumbuhkan ekonomi yang sehat, pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, dan
berkontribusi mengatasi perubahan iklim. Lapangan pekerjaan yang mendukung ekonomi hijau ini
dikenal dengan istilah Green Jobs,5 atau pekerjaan yang layak dan berkontribusi pada pelestarian atau
pemulihan lingkungan.6

Indonesia telah memiliki kebijakan dan regulasi yang berpotensi menciptakan Green Jobs. Untuk
mendorong perkembangan Green Jobs lebih masif, perlu ada terobosan dalam kebijakan dan regulasi,
pendanaan dan insentif, teknologi, dan sumber daya manusia.7 Oleh karena itu, dokumen “Peta Jalan
Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Mendukung Green Jobs” ini diharapkan dapat mencapai
tujuan berikut:

1
IPCC. (2022). Climate Change 2022: Impacts, Adaptation and Vulnerability.
https://www.ipcc.ch/report/ar6/wg2/
2
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2022). Enhanced Nationally Determined Contribution.
https://ditjenppi.menlhk.go.id/berita-ppi/4357-enhanced-ndc-komitmen-indonesia-untuk-makin-
berkontribusi-dalam-menjaga-suhu-global.html
3
Bappenas. (2015). Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi Hijau untuk Indonesia yang Sejahtera: Sebuah Peta
Jalan untuk Kebijakan, Perencanaan dan Investasi. http://greengrowth.bappenas.go.id/wp-
content/uploads/2018/05/20160510161722.GGGI_Roadmap_Synthesis_Ind_lores_spread.pdf
4
ILO. (2023). Green Jobs. https://libguides.ilo.org/green-jobs-
en#:~:text=Green%20jobs%20are%20decent%20jobs,renewable%20energy%20and%20energy%20efficiency
5
Koaksi Indonesia. (2022). Green Jobs & Potensinya dalam Transisi Energi di Indonesia.
https://coaction.id/katalog/green-jobs-dan-potensinya-dalam-transisi-energi-di-indonesia-versi-pdf/
6
ILO. (2023). Green Jobs. https://libguides.ilo.org/green-jobs-
en#:~:text=Green%20jobs%20are%20decent%20jobs,renewable%20energy%20and%20energy%20efficiency
7
ILO. (2013). Green Jobs Mapping Study in Indonesia. https://apgreenjobs.ilo.org/resources/identifying-and-
estimating-green-jobs-in-indonesia-advanced-draft/at_download/file1

5
Tujuan Peta Jalan Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Mendukung Green Jobs
1. Memberi arah/menjadi panduan bagi pengembangan SDM yang mendukung Green Jobs.
2. Menjadi acuan bagi pengambil kebijakan dalam menyusun peraturan dan regulasi pengembangan
Green Jobs berdasarkan visi pembangunan rendah karbon.
3. Sebagai acuan dalam mengintegrasikan berbagai bidang Green Jobs dalam satu rencana strategis
yang memiliki visi, prioritas, target, serta tahapan pencapaian yang jelas.
4. Mengomunikasikan inisiatif dan rencana strategis pengembangan Green Jobs untuk
meningkatkan literasi publik, serta membuka peluang lebih besar bagi pemangku kepentingan
untuk berpartisipasi dan berkoordinasi.

I.2. Tren Penciptaan Green Jobs


Untuk memastikan terbangunnya ekonomi hijau yang menghasilkan Green Jobs maka Indonesia perlu
melaksanakan pembangunan rendah karbon. Menurut Kementerian PPN/Bappenas, pembangunan
rendah karbon bertujuan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan sosial melalui aktivitas
dengan emisi dan intensitas emisi GRK yang rendah, serta mengurangi penggunaan sumber daya
alam.8

Terdapat empat kemungkinan yang akan terjadi pada lapangan kerja bila orientasi ekonomi Indonesia
bergerak ke arah ekonomi hijau, antara lain (1) tercipta pekerjaan baru di sektor-sektor strategis
ekonomi hijau; (2) sebagian pekerjaan akan tergantikan; (3) beberapa pekerjaan tertentu akan hilang
tanpa ganti; (4) beberapa pekerjaan menyesuaikan diri dengan ekonomi hijau atau “dihijaukan”.9
Untuk memaksimalkan potensi terciptanya Green Jobs tersebut maka Indonesia perlu melihat tren
Green Jobs di beberapa sektor strategis dalam pembangunan rendah karbon.10 Selain tren yang terjadi
di Indonesia, dokumen ini juga melihat tren Green Jobs di beberapa negara, seperti Filipina, Spanyol,
Afrika Selatan, dan Uni Eropa, sebagai pembelajaran.

1.2.1. Penciptaan Green Jobs di Beberapa Sektor Strategis


Energi dan Transportasi
Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) Indonesia, sektor energi terbarukan berpotensi
menciptakan lapangan kerja langsung untuk sekitar 432.000 tenaga teknik pada tahun 2030 dan 1,12
juta tenaga teknik pada tahun 2050.11 Rencana Umum Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang
dikeluarkan Perusahaan Listrik Negara (PLN) tahun 2021-2030 menyampaikan bahwa sektor energi
terbarukan berpotensi menciptakan lebih dari 106.000 Green Jobs.12 Di Filipina, jika semua kapasitas
energi terbarukan berhasil diterapkan pada tahun 2030 maka akan menghasilkan sekitar 350.177

8
Bappenas. (2020). 7 Proyek Implementasi Pembangunan Rendah Karbon Indonesia. https://lcdi-
indonesia.id/wp-content/uploads/2021/04/Buku-7-Profil-Project-LCDI_REV2.pdf
9
Koaksi Indonesia. (2022). Green Jobs & Potensinya dalam Transisi Energi di Indonesia.
https://coaction.id/katalog/green-jobs-dan-potensinya-dalam-transisi-energi-di-indonesia-versi-pdf/
10
Bappenas. (n.d.). Topik Pembangunan: Pembangunan Rendah Karbon. https://lcdi-indonesia.id/#
11
Koaksi Indonesia. (2022). Green Jobs & Potensinya dalam Transisi Energi di Indonesia.
https://coaction.id/katalog/green-jobs-dan-potensinya-dalam-transisi-energi-di-indonesia-versi-pdf/
12
Ibid.

6
Green Jobs.13 Lalu, di Spanyol, penggunaan 100 persen energi terbarukan untuk ketenagalistrikan akan
menciptakan 160.000 hingga 340.000 Green Jobs.14 Sedangkan di Afrika Selatan, upaya mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim di perkotaan akan menciptakan 78.000 Green Jobs di sektor energi.15
Kemudian, implementasi European Green Deal di Uni Eropa akan menciptakan 2,3 juta Green Jobs di
sektor energi.16 Di India, sektor energi diproyeksikan menghasilkan 469.500 Green Jobs.17 Sedangkan
untuk Amerika Serikat, terdapat potensi penciptaan sebanyak 5.731.771 Green Jobs pada sektor
energi baru terbarukan.18

Di sektor transportasi sendiri, transportasi berkelanjutan di Indonesia akan menciptakan 603.593


Green Jobs.19 Dalam konteks Filipina yang telah memiliki undang-undang tentang Green Jobs,20 sektor
transportasi menciptakan 163.439 Green Jobs.21 Demikian halnya dengan Spanyol, sektor transportasi
berkelanjutan mereka menciptakan 770.000 Green Jobs.22 Di Afrika Selatan, sektor transportasi
berkontribusi menciptakan lebih dari 78.000 Green Jobs pada tahun 2030.23 Di Uni Eropa,
implementasi European Green Deal berpotensi menciptakan 1,5 juta Green Jobs di sektor
transportasi.24 Di India, sektor transportasi diperkirakan menciptakan 159.700 Green Jobs.25

Industri

13
Fernandez, Hannah Alcoseba. (2021). How The Philippines’ Low-Carbon Plans May Fuel A Switch To Green
Jobs. https://www.eco-business.com/news/how-the-philippines-low-carbon-plans-may-fuel-a-switch-to-
green-jobs/
14
ILO. (2012). Green Jobs for Sustainable Development: A Case Study of Spain.
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_emp/---
emp_ent/documents/publication/wcms_186715.pdf
15
C40 Cities. (2021). Creating local Green Jobs in South Africa.
https://www.c40knowledgehub.org/s/article/Creating-local-green-jobs-the-United-States-Italy-and-South-
Africa?language=en_US
16
Foundation for European Progressive Studies. (2022). Skills for a Green Recovery. https://feps-
europe.eu/event/green-skills-for-a-green-recovery/
17
https://www.ilo.org/skills/projects/WCMS_706945/lang--en/index.htm
18
“Job Creation Estimates Through Proposed Inflation Reduction Act”. August 2022. Robert Pollin, Chirag Lala.
19
ILO. (2013). Green Jobs Mapping Study In Indonesia. https://apgreenjobs.ilo.org/resources/identifying-and-
estimating-green-jobs-in-indonesia-advanced-draft
20
Republic Act No. 10771 "Philippine Green Jobs Act of 2016”
21
ILO. (2015). Green Jobs Mapping Study in The Philippines. https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---
asia/---ro-bangkok/documents/publication/wcms_240710.pdf
22
ILO. (2012). Green Jobs for Sustainable Development: A Case Study of Spain.
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_emp/---
emp_ent/documents/publication/wcms_186715.pdf
23
C40 Cities. (2021). Creating local Green Jobs in South Africa.
https://www.c40knowledgehub.org/s/article/Creating-local-green-jobs-the-United-States-Italy-and-South-
Africa?language=en_US
24
Storm, Servaas. (2020). The EU’s Green Deal: Bismarck’s ‘What is Possible’ Versus Thunberg’s ’What is
Imperative'. Institute for New Economic Thinking Working Paper Series No. 117.
https://doi.org/10.36687/inetwp117.
25
https://es.weforum.org/whitepapers/jobs-of-tomorrow-social-and-green-jobs-for-building-inclusive-and-
sustainable-economies/?DAG=3&gclid=CjwKCAjwvJyjBhApEiwAWz2nLRX-
dBl0Ez2KEV3pnOIA_xF9sEi7Hc_hRMHnGiSYUOf3lzBiaxIQ2RoCwOYQAvD_BwE

7
Di Indonesia, sektor industri diproyeksikan menciptakan sekitar 331.538 Green Jobs dari sub-sektor
manufaktur dan 187.751 Green Jobs dari sub-sektor konstruksi.26 Di Filipina, pada tahun 2030
dibutuhkan 11,7 juta pekerja di sektor industri, dengan kebutuhan tenaga kerja di sektor industri hijau
mencapai 2,9 juta pekerja, atau seperlima dari total kebutuhan pekerja di sektor industri.27 Di Spanyol,
sektor industri berpotensi menciptakan 1,37 juta Green Jobs.28 Di Afrika Selatan, sektor industri
berkontribusi sebesar 342.000 hingga 560.000 Green Jobs.29 Selanjutnya, gabungan sektor hutan,
pertanian, industri, serta pariwisata akan menciptakan hingga 20 juta Green Jobs dari implementasi
European Green Deal di Uni Eropa.30 Kemudian, di India sektor industri dapat menciptakan 2.200.000
Green Jobs.31 Melainkan di Amerika Serikat, subsektor Manufaktur diproyeksikan menciptakan
1.060.320 Green Jobs.32

Konstruksi
Pembangunan infrastruktur pekerjaan umum diarahkan berada dalam koridor pembangunan yang
berwawasan lingkungan. Sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang (UU) bidang ke-PU-an,
seperti UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung yang telah mengamanatkan pentingnya
memperhatikan keseimbangan antara aspek bangunan dan lingkungannya. UU No. 74/2002 tentang
Sumber Daya Air dan UU No. 38/2004 tentang Jalan yang mewajibkan agar dalam pengelolaan sumber
daya air maupun jalan sungguh-sungguh memperhatikan kelestarian lingkungan. Serta UU
No.26/2007 tentang Penataan Ruang yang menjadi payung hukum dalam menjaga keseimbangan
pemanfaatan ruang baik skala kawasan maupun wilayah. Dalam pedoman Era Baru Konstruksi 2021,
sektor konstruksi berkomitmen menumbuhkan budaya konstruksi berkelanjutan dalam
penyelenggaraan konstruksi di Indonesia. Kebijakan pembangunan menerapkan konsep konstruksi
berkelanjutan, mempertahankan dan mendorong peningkatan persentase Ruang Terbuka Hijau (RTH)
terhadap kawasan budidaya lainnya, mempertahankan kawasan konservasi terutama di kawasan
perkotaan, mewujudkan eco-city serta meningkatkan pengawasan pengendalian lingkungan dalam
aspek penyelenggaraan konstruksi.

26
ILO. (2013). Green Jobs Mapping Study in Indonesia. https://apgreenjobs.ilo.org/resources/identifying-and-
estimating-green-jobs-in-indonesia-advanced-draft/at_download/file1
27
Abrigo, M.R.M., Ortiz, D.A.P., Orbeta, A.C., Llanto, G.M. (2021). Greening the Philippine Employment
Projections Model: New Estimates and Policy Options. Discussion Paper, Philippine Institute for Development
Studies.
28
ILO. (2012). Spain To Gain From Growth In Green Jobs. https://www.ilo.org/global/about-the-
ilo/newsroom/news/WCMS_187400/lang--en/index.htm
29
C40 Cities. (2021). Creating local Green Jobs in South Africa.
https://www.c40knowledgehub.org/s/article/Creating-local-green-jobs-the-United-States-Italy-and-South-
Africa?language=en_US
30
European Commission. (2020). Green Growth, Jobs and Social Impacts Fact Sheet.
https://ec.europa.eu/environment/enveco/pdf/FACT_SHEET_ii_Green_Growth_Jobs_Social_Impacts.pdf
31
https://www.ilo.org/skills/projects/WCMS_706945/lang--en/index.htm
32
“Job Creation Estimates Through Proposed Inflation Reduction Act”. August 2022. Robert Pollin, Chirag Lala.

8
Menurut ILO, sektor konstruksi akan berkontribusi sebesar 187.751 Green Jobs di Indonesia.33
Selanjutnya, di Filipina sektor konstruksi akan berkontribusi sebesar 11,1% dari total Green Jobs.34
Lalu, di Spanyol sektor konstruksi diproyeksikan menciptakan 1,37 juta Green Jobs pada tahun 2040.35
Kemudian, di Afrika Selatan sektor konstruksi akan menciptakan 342.000 hingga 560.000 Green Jobs
pada tahun 2020 hingga 2030.36 Di Uni Eropa, sektor konstruksi diperkirakan berkontribusi 21% dari
total Green Jobs.37 Sedangkan bagi Amerika Serikat, Green Jobs yang diproyeksikan pada sub-sektor
infrastruktur sebanyak 910.819 tenaga kerja.38

Hutan dan Lahan


Menurut Kementerian PPN/Bappenas, sektor perkebunan berkelanjutan berpotensi menciptakan
sekitar 700.000 Green Jobs.39 Di Filipina, sektor hutan dan lahan diperkirakan menciptakan 35.125
Green Jobs.40 Sedangkan, di Spanyol, pembangunan rendah karbon akan menciptakan Green Jobs
sebesar 32.400 di sektor hutan.41 Kemudian, di Afrika Selatan, gabungan sektor hutan dan lahan serta
pertanian akan menciptakan sekitar 82.000 Green Jobs.42 Kemudian, di India, gabungan sektor
pertanian, hutan dan lahan, serta perikanan akan menciptakan 4.156.800 Green Jobs.43 Selanjutnya di
Amerika Serikat, sektor Hutan dan Lahan akan menciptakan 225.817 Green Jobs.44

Pertanian

33
ILO. (2013). Green Jobs Mapping Study In Indonesia. https://apgreenjobs.ilo.org/resources/identifying-and-
estimating-green-jobs-in-indonesia-advanced-draft
34
ILO. (2015). Green Jobs Mapping Study In The Philippines. https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---
asia/---ro-bangkok/documents/publication/wcms_240710.pdf
35
ILO. (2012). Green Jobs for Sustainable Development: A Case Study of Spain.
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_emp/---
emp_ent/documents/publication/wcms_186715.pdf
36
C40 Cities. (2021). Creating local Green Jobs in South Africa.
https://www.c40knowledgehub.org/s/article/Creating-local-green-jobs-the-United-States-Italy-and-South-
Africa?language=en_US
37
European Commission. (2020). Green Growth, Jobs and Social Impacts Fact Sheet.
https://ec.europa.eu/environment/enveco/pdf/FACT_SHEET_ii_Green_Growth_Jobs_Social_Impacts.pdf
38
“Job Creation Estimates Through Proposed Inflation Reduction Act”. August 2022. Robert Pollin, Chirag Lala.
39
Bappenas. (2022). Unlocking The Indonesian Green Jobs Opportunity: Peran Pemerintah dalam
Mempromosikan Pekerjaan Ramah Lingkungan.
40
ILO. (2015). Green Jobs Mapping Study In The Philippines. https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---
asia/---ro-bangkok/documents/publication/wcms_240710.pdf
41
ILO. (2012). Green Jobs for Sustainable Development: A Case Study of Spain.
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_emp/---
emp_ent/documents/publication/wcms_186715.pdf
42
Clarke, Jeanette. (2018). Job Creation in Agriculture, Forestry and Fisheries in South Africa: An Analysis of
Employment Trends, Opportunities and Constraints in Forestry and Wood Products Industries. Working Paper,
Institute for Poverty, Land and Agrarian Studies.
43
https://es.weforum.org/whitepapers/jobs-of-tomorrow-social-and-green-jobs-for-building-inclusive-and-
sustainable-economies/?DAG=3&gclid=CjwKCAjwvJyjBhApEiwAWz2nLRX-
dBl0Ez2KEV3pnOIA_xF9sEi7Hc_hRMHnGiSYUOf3lzBiaxIQ2RoCwOYQAvD_BwE
44
“Job Creation Estimates Through Proposed Inflation Reduction Act”. August 2022. Robert Pollin, Chirag Lala.

9
Menurut Kementerian PPN/Bappenas, sektor pertanian berkontribusi menciptakan lebih dari 70 juta
lapangan kerja pada tahun 2030.45 Kemudian, International Labour Organization (ILO) mencatat
bahwa di Filipina sektor pertanian akan menciptakan 118.000 Green Jobs.46 Di Spanyol, pembangunan
rendah karbon akan menciptakan Green Jobs sebesar 49.867 di sektor pertanian.47 Amerika Serikat
juga diharapkan dapat menciptakan sebanyak 385.732 Green Jobs di Indonesia.48

Ekonomi Sirkular
Pada tahun 2030, sektor ekonomi sirkular, termasuk pengelolaan limbah berkelanjutan, diprediksikan
akan menciptakan 4,4 juta Green Jobs.49 Di Filipina, ekonomi sirkular berkontribusi menciptakan lebih
dari 15.000 Green Jobs.50 Lalu, kebijakan ekonomi berkelanjutan yang diterapkan di Spanyol dapat
menciptakan sekitar 110.000 hingga 140.000 Green Jobs di sektor pengelolaan limbah.51 Di Afrika
Selatan, lebih dari 13.600 Green Jobs dapat diciptakan di sektor limbah dari mitigasi perubahan iklim
selama sepuluh tahun.52 Di Uni Eropa, implementasi European Green Deal berpotensi menciptakan
319.000 Green Jobs di sektor limbah.53 Di India, sektor ekonomi sirkular diperkirakan menciptakan
sekitar 170.000 Green Jobs.54 Pada konteks Amerika Serikat, terdapat 7.629 Green Jobs melalui
investasi biofuel.

Pariwisata
Di Indonesia, sektor pariwisata berkontribusi menciptakan 10.665 Green Jobs, terutama dengan
pengembangan pariwisata berkelanjutan.55 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) tahun 2020-2024 menargetkan bahwa pada tahun 2024 terdapat 22 lokasi penerapan
sustainable tourism development56 yang tentunya akan memerlukan tenaga kerja untuk mendukung
implementasi pariwisata berkelanjutan tersebut. Di Filipina, pelaksanaan Government’s National

45
Bappenas. (2022). Unlocking The Indonesian Green Jobs Opportunity: Peran Pemerintah dalam
Mempromosikan Pekerjaan Ramah Lingkungan.
46
ILO. (2015). Green Jobs Mapping Study In The Philippines. https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---
asia/---ro-bangkok/documents/publication/wcms_240710.pdf
47
ILO. (2012). Green Jobs for Sustainable Development: A Case Study of Spain.
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_emp/---
emp_ent/documents/publication/wcms_186715.pdf
48
“Job Creation Estimates Through Proposed Inflation Reduction Act”. August 2022. Robert Pollin, Chirag Lala.
49
Bappenas. (2022). Unlocking The Indonesian Green Jobs Opportunity: Peran Pemerintah dalam
Mempromosikan Pekerjaan Ramah Lingkungan.
50
ILO. (2015). Green Jobs Mapping Study In The Philippines. https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---
asia/---ro-bangkok/documents/publication/wcms_240710.pdf
51
ILO. (2012). Green Jobs for Sustainable Development: A Case Study of Spain.
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_emp/---
emp_ent/documents/publication/wcms_186715.pdf
52
C40 Cities. (2021). Creating local Green Jobs in South Africa.
https://www.c40knowledgehub.org/s/article/Creating-local-green-jobs-the-United-States-Italy-and-South-
Africa?language=en_US
53
European Commission. (2020). Green Growth, Jobs and Social Impacts Fact Sheet.
https://ec.europa.eu/environment/enveco/pdf/FACT_SHEET_ii_Green_Growth_Jobs_Social_Impacts.pdf
54
https://www.ilo.org/skills/projects/WCMS_706945/lang--en/index.htm
55
ILO. (2013). Green Jobs Mapping Study In Indonesia. https://apgreenjobs.ilo.org/resources/identifying-and-
estimating-green-jobs-in-indonesia-advanced-draft
56
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024

10
Ecotourism Strategy and Action Plan 2013-2022 diprediksikan akan menciptakan 31.760 Green Jobs.57
Selanjutnya, penerapan ekonomi berkelanjutan memungkinkan Spanyol untuk menciptakan 24.000
Green Jobs di sektor pariwisata.58 Lalu, di Afrika Selatan, sektor pariwisata akan menciptakan 44.512
Green Jobs.59 Di India, sektor eco-tourism diperkirakan akan menciptakan 100.000 lapangan
pekerjaan.60 Bagi Amerika Serikat, terdapat 600.000 lapangan Green Jobs yang dapat dihasilkan yang
merupakan bagian dari lapangan kerja pelestarian ekologi, komunitas pesisir, taman nasional, tanah
serta hutan-hutan.61

Pesisir dan Kelautan


Di Indonesia, sektor pesisir dan kelautan diperkirakan berkontribusi sebesar 241.739 Green Jobs.62
Kemudian, di Filipina sektor ini diproyeksikan berkontribusi sebesar 113.096 Green Jobs.63 Kemudian,
di Spanyol, sektor pesisir dan kelautan diprediksikan akan menciptakan sekitar 530.947 Green Jobs.64
Selanjutnya, dengan implementasi kebijakan dan program perubahan iklim di Afrika Selatan akan
menciptakan 350.000 Green Jobs di sektor pesisir dan kelautan.65 Menurut studi dari European
Commission, sektor pesisir dan kelautan di Eropa berpotensi menciptakan 700.000 Green Jobs.66 Untuk
Amerika Serikat, terdapat potensi 5.183 Green Jobs yang dapat diciptakan melalui investasi perikanan
dan margasatwa (wildlife).67

57
ILO. (2021). The Future of Work in The Tourism Sector: Sustainable and Safe Recovery and Decent Work in
The Context of The Covid-19 Pandemic. https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_dialogue/---
sector/documents/meetingdocument/wcms_840403.pdf
58
Arnedo, Esther González., Valero-Matas, Jesús Alberto., Sánchez-Bayón, Antonio. (2021). Spanish Tourist
Sector Sustainability: Recovery Plan, Green Jobs and Wellbeing Opportunity. Sustainability, 13(20).
https://doi.org/10.3390/su132011447
59
http://www.scielo.org.za/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S1021-447X2018000100006
60
https://earthjournalism.net/stories/plan-to-create-100000-ecopreneurs-in-indian-state-of-uttarakhand-
raises-hope-and-questions
61
“Job Creation Estimates Through Proposed Inflation Reduction Act”. August 2022. Robert Pollin, Chirag Lala.
62
ILO. (2013). Green Jobs Mapping Study in Indonesia. https://apgreenjobs.ilo.org/resources/identifying-and-
estimating-green-jobs-in-indonesia-advanced-draft
63
ILO. (2015). Green Jobs Mapping Study In The Philippines. https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---
asia/---ro-bangkok/documents/publication/wcms_240710.pdf https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---
ed_dialogue/---sector/documents/meetingdocument/wcms_840403.pdf
64
United Nations Global Impact. (2021). Spain. https://unglobalcompact.org/engage-locally/europe/spain
65
Global Center on Adaptation. (2021). State and Trends in Adaptation Report 2021: Africa Jobs.
https://gca.org/wp-content/uploads/2021/10/GCA_STA21_Sect1_JOBS.pdf
66
https://oceans-and-fisheries.ec.europa.eu/system/files/2021-05/the-eu-blue-economy-report-2021_en.pdf
67
“Job Creation Estimates Through Proposed Inflation Reduction Act”. August 2022. Robert Pollin, Chirag Lala.

11
1.2.2. Pembelajaran Pengembangan Green Jobs di Beberapa Negara
Aspek yang Negara
dikaji
Indonesia Filipina Spanyol Afrika Selatan Uni Eropa Amerika Serikat India
Payung 1. Indonesia belum 1. Philippine Green 1. Spanyol belum 1. Afrika Selatan Dalam pengembangan Inflation Reduction Act 1. Belum memiliki
hukum, memiliki payung hukum Jobs Act of 2016 memiliki payung belum memiliki Green Jobs, Uni Eropa merupakan produk payung hukum
peraturan yang secara khusus (Undang-Undang hukum yang payung hukum memiliki kebijakan legislasi yang yang secara
turunan, mengatur tentang Republik Filipina No. secara khusus yang secara yang disebut European diharapkan dapat khusus mengatur
atau Green Jobs. 10771 Tahun 2016 mengatur tentang khusus mengatur Green Deal, yaitu melawan inflasi, tentang Green
kebijakan 2. Secara parsial, tentang Pekerjaan Green Jobs. tentang Green serangkaian inisiatif melakukan investasi Jobs
beberapa kebijakan di Hijau),69 terdiri atas 2. Kebijakan Jobs. kebijakan menyeluruh dalam negeri serta 2. Skill Council for
Indonesia berpotensi (a) cakupan: ekonomi 2. Beberapa untuk membantu Uni melakukan reduksi Green Jobs (SCGJ)
menciptakan Green undang-undang ini berkelanjutan kebijakan di Afrika Eropa mencapai iklim terhadap emisi karbon diatur dalam
Jobs, seperti berlaku untuk dapat Selatan netral pada tahun sekitar 40% pada tahun National Skill
Pembangunan Rendah semua perusahaan menciptakan berpotensi 2050. Implementasi 2030.75 Dengan nilai Development
Karbon (PRK) atau Low bisnis; (b) definisi sekitar 400.000 menciptakan kebijakan tersebut $750 miliar USD, Policy Tahun
Carbon Development istilah; (c) insentif; dan 500.000 Green Jobs. Pada diharapkan Inflation Reduction Act 2015
Indonesia (LCDI).68 (d) peran lembaga; Green Jobs.71 tahun 2020 hingga menciptakan 160.000 kerap mendorong
3. Menurut Kementerian serta (e) peran 3. Law on Climate 2030, upaya tambahan Green Jobs investasi hijau secara
PPN/Bappenas, Secretary of Labor Change and mitigasi dan di sektor konstruksi masif melalui beberapa
Pembangunan Rendah and Employment. Energy Transition adaptasi iklim di pada tahun 2030.74 skema pajak, hibah dan
Karbon bertujuan untuk 2. Implementing Rules 2020 yang perkotaan akan insentif.76
mempertahankan and Regulations of mengatur prinsip menciptakan lebih
pertumbuhan ekonomi the Philippine Green
dan sosial melalui Jobs Act of 2016,70

68
Bappenas. (2019). Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia. https://lcdi-indonesia.id/wp-
content/uploads/2022/03/Low-Carbon-Development-A-Paradigm-Shift-Towards-a-Green-Economy-in-Indonesia-Full-Report-2019.pdf
69
Republic Act No. 10771 "Philippine Green Jobs Act of 2016
70
Implementing Rules and Regulations of the Philippine Green Jobs Act of 2016
71
ILO. (2012). Green Jobs for Sustainable Development: A Case Study of Spain. https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_emp/---
emp_ent/documents/publication/wcms_186715.pdf
74
European Commission. (2023). Delivering the European Green Deal.
https://ec.europa.eu/commission/presscorner/api/files/attachment/869807/EGD_brochure_EN.pdf.pdf
75
https://www.democrats.senate.gov/imo/media/doc/inflation_reduction_act_one_page_summary.pdf
76
https://www.whitehouse.gov/cleanenergy/inflation-reduction-act-guidebook/

12
aktivitas dengan emisi merupakan netralitas dari 1,1 juta Green
dan intensitas emisi peraturan pelaksana karbon.72 Jobs.73
GRK yang rendah, serta undang-undang
mengurangi yang lebih rinci
penggunaan sumber menyebutkan
daya alam. bagian insentif.

Pemetaan 1. Kementerian 1. Pemerintah 1. Pemerintah 1. Pemerintah 1. Pemerintah 1. Pemerintah 4. Pemerintah,


pemangku PPN/Bappenas 2. Kementerian/Lemba 2. Kementerian/Lem 2. Kementerian/Lem 2. Negara anggota 2. Pemerintah 5. Kementerian/Lem
kepentinga 2. Pemerintah pusat ga pemerintah baga pemerintah baga pemerintah Uni Eropa Daerah baga
n 3. Pemerintah daerah 3. Lembaga keuangan 3. Swasta 3. Swasta 3. Swasta 3. Swasta 6. Swasta
berdasarka 4. Kementerian/Lembaga pemerintah 4. Asosiasi dan 4. Lembaga 4. Mitra 7. Lembaga
n pemerintah 4. Climate Change organisasi non- keuangan internasional Pendidikan
kebijakan 5. Swasta Commission pemerintah 8. Mitra Global
nasional 6. Lembaga keuangan 5. Lembaga
yang domestik dan keuangan
berlaku internasional
Aksi Pembangunan Rendah Implementing Rules and Law on Climate Change Upaya mitigasi dan European Green Deal Inflation Reduction Act SCGJ Vision 2047:
kunci/aktivi Karbon memiliki aksi kunci Regulations of the and Energy Transition adaptasi iklim meliputi meliputi aksi kunci 1. Setiap pekerjaan
1. Pemberian Insentif
tas sebagai berikut: Philippine Green Jobs Act 2020 meliputi aksi kunci kebijakan Post-2015 berikut: akan
Pajak bagi perusahaan
1. Ekonomi sirkular of 2016 mencakup aksi berikut: National Energy 1. Membuat berkontribusi
yang implementasi
2. Green industry dan kunci berikut: 1. Pengurangan Efficiency Strategy dan transportasi dalam transisi
Green Jobs
Green economy 1. Sertifikasi emisi GRK Green Transport berkelanjutan energi
3. Sustainable tourism perusahaan bisnis 2. Netralitas iklim Strategy yang memiliki 2. Pasar teknologi 2. Energi hijau akan
2 Pembangunan rantai
development 2. Pemberian insentif 3. Transisi energi aksi kunci berikut: dan produk menjadi bagian
pasok energi bersih
4. Mendorong transisi ke 3. Database badan terbarukan 1. Efisiensi energi di bersih dari setiap rumah
sumber energi usaha bersertifikat 4. Mengurangi gedung dan 3. Sistem energi tangga dan
3. Memberikan insentif
terbarukan dan dan tidak konsumsi energi rumah tangga bersih dan industri
yang luas mulai dari
mengurangi bersertifikat primer 2. Energy terbarukan 3. Semua pekerjaan
perusahaan sampai
penggunaan batu bara 4. Pengawasan dan 5. Model produksi Performance 4. Merenovasi tradisional akan
dengan unit keluarga
5. Peningkatan efisiensi evaluasi daftar dan konsumsi Certificate (EPC) rumah dan dikaitkan dengan
seperti pemberian
energi perusahaan bisnis yang 3. Norma dan bangunan untuk keterampilan
insentif pajak bagi
6. Penegakan penuh yang memanfaatkan berkelanjutan dan standar tanggap menghemat hijau
keluarga yang
moratorium hutan, insentif secara sirkular perubahan iklim energi 4. Penciptaan
kelapa sawit, peluang kerja dan

72
Law No.7 Year 2021 on Climate Change and Energy Transition. https://climate-laws.org/geographies/spain/laws/law-7-2021-on-climate-change-and-energy-transition
73
C40 Cities. (2021). Creating local Green Jobs in South Africa. https://www.c40knowledgehub.org/s/article/Creating-local-green-jobs-the-United-States-Italy-and-South-
Africa?language=en_US

13
pertambangan dan berkala setiap tiga 6. Desain, 4. Infrastruktur 5. Pendanaan melakukan instalasi peningkatan
lahan gambut bulan manufaktur, dan transportasi eco- renovasi solar panel. keterampilan
7. Peningkatan 5. Rencana komunikasi penggunaan mobility bangunan dan berdasarkan
produktivitas lahan National Green Job produk yang 5. Mempromosikan akses ke kemajuan
sebesar 4% per tahun Human Resource efisien, tahan kendaraan listrik transportasi teknologi baru
Development Plan lama, andal, dapat dan hibrida listrik berkelanjutan
6. Pengarusutamaan diperbaiki, dapat 6. Green 6. Memulihkan SCGJ Goal 2030:
pekerjaan hijau digunakan Procurement hutan, tanah, 1. Adanya 1.000.000
dalam rencana kembali Guidelines lahan basah, dan pelatihan jangka
pembangunan 7. Identifikasi produk 7. Meningkatkan lahan gambut, pendek dalam
daerah dan sektoral yang merupakan standar emisi meningkatkan teknologi bersih
7. Penilaian pelatihan sumber utama bahan bakar. penyerapan CO2, dan hijau
keterampilan dan limbah serta membuat 2. Terlaksana
sertifikasi tenaga 8. Kampanye lingkungan lebih 2.000.000
kerja hijau kesadaran tahan perubahan pelatihan
8. Bantuan teknis pencegahan iklim upskilling dan
kepada perusahaan sampah. 7. Mensosialisasikan reskilling di
bisnis untuk European Green semua sektor
memastikan Deal kepada 3. Adanya 750 pusat
kepatuhan hukum mitra pelatihan afiliasi
ketenagakerjaan. internasional 4. Menghasilkan
pada Konferensi 7.500 pelatih
Perubahan Iklim. bersertifikat
Pembelajar Indonesia memiliki kebijakan 1. Adanya kepastian Strategi penciptaan 1. Pembiayaan untuk Adanya payung hukum 1. Menjadi bentuk 1. Adanya Skill
an (lesson pembangunan jangka hukum Green Jobs Green Jobs di sektor industri hijau terkait kerja sama komitmen Pemerintah Council for Green
learned) panjang yang disebut dalam bentuk pengelolaan limbah. 2. Pembiayaan untuk regional untuk terhadap ekonomi Jobs
hijau
Rencana Pembangunan undang-undang Indonesia dapat penelitian dan mengatasi perubahan 2. Pengembangan
Jangka Panjang (RPJPN) 2. Undang-undang mencontoh strategi pengembangan iklim dengan 2. Merealisasikan Green Jobs
2005-2025. Kebijakan mengatur peran sektor pengelolaan 3. Kebijakan industri menetapkan target ekonomi hijau melalui dilaksanakan
tersebut dilaksanakan setiap lembaga limbah yang berpotensi yang mengatur yang ketat. Hal ini bisa dukungan hibah, melalui
melalui kebijakan jangka sektoral sehingga menciptakan Green barang atau diterapkan oleh insentif, kredit dan pendekatan skill
menengah dengan periode memberikan arahan Jobs seperti yang produk lokal Indonesia bersama investasi
lima tahun yang RPJMN jelas kepada dilakukan Spanyol. ramah lingkungan negara-negara
2020–2024. Pembangunan lembaga terkait 4. Program Association of
Rendah Karbon dapat untuk menyusun penghijauan Southeast Asian
menjadi kebijakan rencana kawasan industri Nations (ASEAN) untuk
pembangunan lintas sektor pembangunan yang melalui efisiensi mengatur target
yang menginternalisasi memasukkan sumber daya. pengurangan emisi
RPJMN 2020-2024 sekaligus agenda Green Jobs. GRK sekaligus
memperkuat visi transformasi ekonomi

14
pembangunan Indonesia hijau untuk
dalam RPJPN 2005-2025. menciptakan Green
Jobs.

15
1.2.2.1. Filipina Sebagai Acuan Praktik Baik Kebijakan Green Jobs

Pada tahun 2016, Filipina kerap mendorong legislasi yang mencakupi mayoritas aspek pemerintah
(whole-of-government approach) guna merealisasikan komitmen NDC dan sebagai akseleran Green
Jobs.77 Maka dari itu, Pemerintah Filipina telah menerbitkan Green Jobs Act guna mendukung agenda
dan kebijakan iklim Filipina.78 Dalam Green jobs Act Filipina, terdapat beberapa cakupan, mulai dari
jangkauan (coverage), peran para lembaga pemerintah terkait dan peran khusus Menteri
Ketenagakerjaan Filipina, sampai dengan insentif dari Green Jobs Act tersebut.

Green Jobs Act dan semua regulasi dalam produk legislasi berlaku bagi seluruh perusahaan79 dan oleh
karena itu tanggung jawab bagi perusahaan sebagai wadah akselerasi terhadap Green Jobs terlihat
jelas. Adapun peran Lembaga Pemerintah yang ditunjuk dalam Green Jobs Act juga diuraikan dengan
jelas dan singkat. Sebagai contoh, Departemen Lingkungan Hidup yang akan memegang data terhadap
climate change information management system.80

Green Jobs Act di Filipina mempertegas serta menentukan ruang lingkup seputar perubahan iklim
sampai dengan definisi Green Jobs. Selanjutnya, terdapat insentif pajak khusus sampai dengan 50%
terhadap pelatihan kompetensi dan pengembangan riset. Pada Green Jobs Act Filipina, peran Menteri
Ketenagakerjaan dituangkan pada pasal khusus pada produk legislasi ini serta diberikan kursi
keanggotaan pada Komisi Perubahan Iklim. Adapun, Menteri Ketenagakerjaan Filipina juga telah
menerbitkan Peraturan Menteri yang menjelaskan implementasi dari Green Jobs Act. Turunan dari
Green Jobs Act tersebut fokus terhadap pelatihan, dimana pembinaan kapasitas Green Jobs dipertegas
untuk mendapatkan sertifikasi serta pengembangan kurikulum.81 Maka dari itu, Indonesia dapat
mendapatkan contoh praktek baik dari Filipina dimana undang-undang dibentuk untuk
mempertanggungjawabkan janji-janji iklim serta membagikan peran dan fungsi dari lembaga
pemerintah terkait.

1.2.2.2. Amerika Serikat Sebagai Acuan Praktik Baik Kebijakan Green Jobs

Inflation Reduction Act dari Amerika Serikat merupakan produk perundang-undangan yang
diharapkan dapat melawan inflasi, memberikan insentif terhadap kegiatan yang dapat mereduksi
emisi gas.82 Untuk bidang Green Jobs atau yang telah didefinisikan sebagai Clean Energy Jobs, Amerika
serikat telah mempersiapkan beberapa langkah dalam Inflation Reduction Act yakni pemberian Tax
Credit untuk perusahaan yang melakukan in-house hiring Green Jobs dibanding dengan kontraktor,
Menjatuhkan sanksi terhadap perusahaan yang sudah menjanjikan in-house hiring tetapi tidak
realisasikan (no follow through) serta Tax Credit bagi industri solar, nuklir, hidrogen, clean fuel dan
carbon capture.83

Pada sektor manufaktur, Pemerintah kerap membangun rantai pasok energi bersih dengan
memberikan insentif terhadap solar, angin, carbon capture, dan hidrogen dan mempersiapkan Tax
Credit dan Bonus Credit terhadap perusahaan yang menggunakan pekerja Green Jobs domestik serta

77
https://www.wri.org/update/philippines-whole-government-approach-creating-green-jobs
78
https://www.wri.org/update/philippines-whole-government-approach-creating-green-jobs
79
Sec 3. Coverage. Green Jobs Act. Republic of Philippines.
80
Sec. 6. Role of Agencies. Green Jobs Act. Republic of Philippines.
81
Department of Labor and Employment, Implementing Rules and Regulations of Republic Act 10771,
Department Order 180. Republik Filipina.
82
https://www.whitehouse.gov/briefing-room/statements-releases/2022/08/19/fact-sheet-the-inflation-reduction-
act-supports-workers-and-families/
83
https://www.whitehouse.gov/briefing-room/statements-releases/2022/08/19/fact-sheet-the-inflation-reduction-
act-supports-workers-and-families/

16
TKDN (domestic content threshold).84 Melalui Inflation Reduction Act, terdapat tambahan Tax Credit
sampai dengan 10% kepada proyek energi bersih pada daerah yang sebelumnya merupakan wilayah
yang exploitasi sumber daya alam.

Bagi sektor kesehatan dan pengaturan perpajakan, Inflation Reduction Act juga telah menerapkan
minimum corporate tax sebanyak 15% terhadap perusahaan besar. Selanjutnya, Inflation Reduction
Act juga membuka akses informasi yang lebih luas untuk masyarakat melakukan konsultasi terhadap
keuntungan dan Tax Credit yang dapat dimanfaatkan85. Dalam undang-undang ini, Pemerintah
Amerika Serikat juga dapat melindungi kehadiran asuransi nasional Amerika (Medicare) dan telah
menjatuhkan pagu terhadap harga insulin.86

Jadi, walaupun Inflation Reduction Act tidak sepenuhnya fokus terhadap lingkungan hidup dan energi
(dikarenakan klausul yang kerap mempertanggungjawabkan perusahaan dan klausul untuk
meningkatkan kapasitas sistem kesehatan), dampak yang dirasakan bagi potensi penciptaan Green
Jobs dirasakan dengan nyata. Insentif seperti 30% Tax Credit bagi keluarga yang instalasi solar panel,
$27 miliar USD Greenhouse Gas Reduction Fund, dan $40 miliar USD loan program untuk proyek
clean energy telah mempercepat realisasi Green Jobs di Amerika Serikat. Sebagai tanda bukti, 6 bulan
setelah Inflation Reduction Act diundangkan, 100.000 Green Jobs telah dihasilkan.87 Adapun, Inflation
Reduction Act merupakan studi kasus bagi Indonesia untuk melihat lebih dalam dampak dari skema
insentif, keringanan pajak serta pemberian hibah dapat memastikan Green Jobs tumbuh kembang
pesat.

1.2.2.3. India Sebagai Acuan Praktik Baik Pembentukan Skill Council for Green Jobs

Pada tahun 2015, India telah berhasil membentuk Skill Council for Green Jobs (SCGJ) yaitu lembaga
nirlaba, otonom, dan dipimpin oleh industri (industry-led society)88, serta dibentuk di bawah naungan
National Skill Development Corporation dan Ministry of Skill Development & Entrepreneurship.89
Pembentukan SCGJ sendiri melalui serangkaian tahapan. Pada tanggal 28 Mei 2015, SCGJ resmi
diluncurkan oleh Ministry of Skill Development & Entrepreneurship. Kemudian, pada tanggal 28
September 2015, pembentukan SCGJ disetujui dalam pertemuan ke-10 National Skills Qualifications
Committee.90 Selanjutnya, pada tanggal 1 Oktober 2015, SCGJ secara resmi terdaftar dalam Societies
Registration Act XXI, 1860.91

SCGJ memiliki fokus pada isu-isu penting yang berkontribusi pada Green Jobs, antara lain: Energi
Terbarukan/Bahan Bakar Hijau seperti energi surya, energi angin, energi hidro, biomassa, serta biofuel
dan biogas. Selain itu, isu Lingkungan, Hutan, dan Perubahan Iklim juga menjadi perhatian dalam
pengelolaan limbah padat, pengelolaan air, pengelolaan limbah elektronik, pengurangan emisi

84
https://www.democrats.senate.gov/imo/media/doc/inflation_reduction_act_one_page_summary.pdf
85
https://www.whitehouse.gov/briefing-room/statements-releases/2022/08/19/fact-sheet-the-inflation-
reduction-act-supports-workers-and-families/
86
https://www.whitehouse.gov/briefing-room/statements-releases/2022/08/19/fact-sheet-the-inflation-
reduction-act-supports-workers-and-families/
87
https://www.bloomberg.com/news/articles/2023-02-06/companies-adding-100-000-green-jobs-under-new-
us-climate-law
88
https://sscgj.in/about-us/
89
https://sscgj.in/wp-content/uploads/2021/12/SCGJ-Annual-Report-2015-16.pdf
90
Ibid.
91
https://sscgj.in/about-us/

17
karbon, serta penggunaan kompor ramah lingkungan. Terakhir, Kota Berkelanjutan/Transportasi Hijau
meliputi pembangunan ramah lingkungan dan transportasi yang berkelanjutan.92

Secara kuantitatif, SCGJ telah menetapkan target untuk tahun 2030, yang mencakup 1.000.000
pelatihan jangka pendek dalam teknologi bersih dan hijau, 2.000.000 pelatihan upskilling dan reskilling
di semua sektor, pendirian 750 pusat pelatihan afiliasi, dan 7.500 pelatih bersertifikat.93 SCGJ juga
memiliki visi jangka panjang hingga tahun 2047, di mana setiap pekerjaan akan berkontribusi dalam
transisi energi, energi hijau akan menjadi bagian dari setiap rumah tangga dan industri, dan semua
pekerjaan tradisional akan dikaitkan dengan keterampilan hijau, serta penciptaan peluang kerja dan
peningkatan keterampilan berdasarkan kemajuan teknologi baru.94 Untuk mencapai visi tersebut,
SCGJ memiliki misi yaitu mengidentifikasi kebutuhan keterampilan dari pengguna layanan serta
produsen/penyedia layanan di sektor bisnis hijau, dan melaksanakan inisiatif pengembangan
keterampilan dan pengembangan wirausaha yang melibatkan seluruh industri secara nasional.95
Dalam pelaksanaan misinya, SCGJ menjalankan fungsi utama dalam bidang standarisasi dan
penelitian, penilaian dan jaminan mutu, serta pemasaran dan kemitraan.96

Dari pengalaman India dalam pembentukan SCGJ dan pengembangan Green Jobs, terdapat beberapa
hal yang dapat diimplementasikan di Indonesia. Pertama, Indonesia dapat mengadopsi model
pembentukan lembaga serupa yang melibatkan kemitraan antara pemerintah, industri, dan lembaga
terkait. Pemerintah dapat bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor
bisnis hijau untuk membentuk sebuah lembaga serupa yang fokus pada pengembangan keterampilan
dan peningkatan kualifikasi tenaga kerja untuk mendukung Green Jobs di Indonesia. Selanjutnya,
Indonesia perlu mengidentifikasi isu-isu lingkungan dan pembangunan berkelanjutan yang menjadi
fokus SCGJ India. Dengan mengadaptasi fokus isu ini, Indonesia dapat mengembangkan program
pelatihan sesuai dengan kebutuhan sektor bisnis hijau. Selanjutnya, penting bagi Indonesia untuk
menetapkan target yang konkret dan visi jangka panjang dalam pengembangan Green Jobs. Selain itu,
perlu dipertimbangkan juga adopsi fungsi utama SCGJ India, yaitu dalam bidang standarisasi dan
penelitian, penilaian dan jaminan mutu, serta pemasaran dan kemitraan. Dengan mengadopsi
pembelajaran dari India dan mengimplementasikan beberapa aspek yang telah berhasil dilakukan oleh
SCGJ, Indonesia diharapkan dapat mempercepat pengembangan Green Jobs.

92
Ibid.
93
https://sscgj.in/wp-content/uploads/2022/06/Green-Jobs-Hand-Book-PDF.pdf
94
Ibid.
95
https://sscgj.in/about-us/
96
https://sscgj.in/wp-content/uploads/2021/12/SCGJ-Annual-Report-2015-16.pdf

18
I.3. Peluang dan Tantangan Pengembangan Green Jobs di Indonesia
Pada tahun 2045, penduduk Indonesia diprediksi mencapai 311,6 hingga 318,9 juta jiwa.97 Dari
proyeksi tersebut, jika diasumsikan bahwa penduduk usia kerja merupakan penduduk berumur 15-64
tahun maka pada tahun 2045 penduduk usia kerja diproyeksi mencapai 206 hingga 208 juta jiwa atau
sekitar 65 hingga 66%.98 Berdasarkan angka tersebut, jumlah penduduk usia kerja mendominasi total
penduduk Indonesia karena proporsinya mencapai lebih dari setengah total penduduk Indonesia.
Dengan demikian, pada tahun 2045 akan terjadi bonus demografi. Bonus demografi ini akan
menyediakan jumlah pekerja yang cukup banyak untuk berbagai sektor yang berpotensi mempercepat
dan mengembangkan Green Jobs secara masif.

Selain bonus demografi, sektor-sektor strategis dalam pembangunan rendah karbon yang berpotensi
dalam mengembangkan Green Jobs.
1. Di sektor energi, Indonesia memiliki RUEN yang menargetkan porsi energi baru terbarukan
(EBT) paling sedikit 23% dari bauran energi primer pada tahun 2025 dan 31% dari bauran
energi primer pada tahun 2050.99 Sedangkan, RUPTL 2021-2030 menargetkan pada tahun
2030 total rencana pembangunan pembangkit tenaga listrik sebesar 40.575 MW dan
bersumber dari EBT sebesar 51,6.100 Kemudian, di sektor transportasi, pada tahun 2030
ditargetkan kendaraan bermotor listrik roda empat berjumlah 750.000 unit dan kendaraan
bermotor listrik roda dua berjumlah 2.450.000 unit.101
2. Saat ini pengembangan Green Jobs di sektor industri masih dalam tahap awal dan masih
memerlukan dukungan dan inisiatif lebih lanjut dari pemerintah, perusahaan, dan
masyarakat. Disisi lain, ada beberapa tren pengembangan Green Jobs di sektor industri, antara
lain (i) peningkatan kesadaran tentang pentingnya pengembangan industri berkelanjutan dan
ramah lingkungan, (ii) pengembangan teknologi hijau dan inovasi yang mendukung
penggunaan sumber daya yang lebih efisien dan ramah lingkungan, dan (iii) peningkatan
investasi dalam pengembangan infrastruktur hijau dan industri berkelanjutan yang
mendukung pengembangan Green Jobs.102

97
Badan Pusat Statistik. (2018). Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045: Hasil SUPAS 2015.
https://www.bps.go.id/publication/2018/10/19/78d24d9020026ad95c6b5965/proyeksi-penduduk-indonesia-
2015-2045-hasil-supas-2015.html
98
Ibid.
99
Peraturan Presiden No.22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional
100
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 188.K/HK.02/MEM.L/2021 tentang Pengesahan
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Tahun 2021 Sampai Dengan
Tahun 2030
101
Peraturan Menteri Perindustrian No. 27 Tahun 2020 tentang Spesifikasi, Peta Jalan Pengembangan, dan
Ketentuan Penghitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri Kendaraan Bermotor Dalam Negeri Kendaraan
Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle)
102
Bappenas. (2022). Unlocking The Indonesian Green Jobs Opportunity: Peran Pemerintah dalam
Mempromosikan Pekerjaan Ramah Lingkungan.

19
3. Di sektor hutan dan lahan, Indonesia memiliki ENDC yang menetapkan bahwa pada tahun
2030 kontribusi sektor hutan dan lahan untuk mengurangi GRK adalah sebesar 17,4% dengan
skenario unconditional atau 25,4% dengan skenario conditional.103
4. Dalam ENDC juga diatur target pengurangan emisi GRK dari sektor pertanian sebesar 0,3%
dengan skenario unconditional atau 0,4% dengan skenario conditional.104
5. Potensi pengembangan Green Jobs di sektor ekonomi sirkular berkaitan dengan ENDC pada
tahun 2030 ditargetkan mengurangi GRK sebesar 1,4% dengan skenario unconditional atau
1,5% dengan skenario conditional.105
6. Pada tahun 2019, sektor pariwisata berkontribusi menyerap pekerja sebanyak 11,83%
terhadap total pekerja di Indonesia.106 Dengan meningkatnya kesadaran keberlanjutan dan
tindakan melindungi lingkungan diharapkan jumlah Green Jobs di sektor pariwisata juga akan
terus meningkat di masa depan. Beberapa jenis Green Jobs yang dapat diidentifikasi dalam
sektor pariwisata, yaitu pemandu wisata alam yang bertanggung jawab untuk menjaga
kelestarian alam dan ekosistem sekitarnya, pramuwisata ramah lingkungan yang membantu
mempromosikan kebijakan ramah lingkungan di industri pariwisata, dan teknisi energi
terbarukan yang memasang, memelihara, dan memperbaiki sistem energi terbarukan di
sektor pariwisata.107
7. Potensi lapangan kerja di sektor pesisir dan kelautan sekitar 45 juta orang atau 35% dari total
angkatan kerja Indonesia. Dengan semakin berkembangnya ekonomi biru atau blue economy
diharapkan akan semakin banyak Green Jobs di sektor ini.108

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa Indonesia memiliki kebijakan dan regulasi yang
berpotensi menciptakan Green Jobs di sektor energi, hutan dan lahan, transportasi, industri, limbah,
pesisir dan kelautan, serta pariwisata. Meskipun begitu, Indonesia memiliki beberapa tantangan
dalam merealisasikan potensi Green Jobs ini di sektor-sektor tersebut. Tantangan ini penting diketahui
agar dapat diubah menjadi peluang untuk terobosan inovatif pengembangan Green Jobs di Indonesia.

Tantangan dalam Aspek Kebijakan/Regulasi


Indonesia memiliki kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang berpotensi menciptakan
Green Jobs, mulai dari Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional
(KEN), hingga Pembangunan Rendah Karbon yang dikeluarkan Kementerian PPN/Bappenas. Kebijakan
dan peraturan masih tersebar di berbagai sektor serta belum terintegrasi dalam satu payung hukum
yang mengatur Green Jobs secara khusus. Bahkan, kebijakan dan regulasi di berbagai sektor tersebut

103
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2022). Enhanced Nationally Determined Contribution.
https://ditjenppi.menlhk.go.id/berita-ppi/4357-enhanced-ndc-komitmen-indonesia-untuk-makin-
berkontribusi-dalam-menjaga-suhu-global.html
104
Ibid.
105
Ibid.
106
Badan Pusat Statistik. (2019). Jumlah Pekerja Pada Industri Pariwisata Dalam Proporsi Terhadap Total
Pekerja (Persen), 2017-2019. https://www.bps.go.id/indicator/6/1190/1/jumlah-pekerja-pada-industri-
pariwisata-dalam-proporsi-terhadap-total-pekerja.html
107
Bappenas. (2022). Unlocking The Indonesian Green Jobs Opportunity: Peran Pemerintah dalam
Mempromosikan Pekerjaan Ramah Lingkungan.
108
Dewan Pertimbangan Presiden. (2017). Potensi Perikanan Indonesia. https://wantimpres.go.id/id/potensi-
perikanan-indonesia/

20
memiliki perbedaan visi, prioritas, dan target dalam pengembangan Green Jobs. Tantangan ini dapat
menjadi penghambat dalam mempercepat pengembangan Green Jobs di Indonesia dan dapat
menyebabkan ketidakpastian di kalangan pengusaha dan investor.109
Tantangan dalam Aspek Insentif
Pasar Green Jobs di Indonesia masih berkembang dan memerlukan perhatian lebih dalam
pengembangannya. Saat ini, sebagian besar Green Jobs di Indonesia yang terpetakan masih di sektor
energi terbarukan, sedangkan permintaan Green Jobs juga berkembang di sektor lain. Salah satu cara
mempercepat penciptaan Green Jobs di sektor lain adalah dengan mengembangkan infrastruktur dan
teknologi ramah lingkungan di sektor-sektor tersebut. Tantangannya adalah perlu dukungan keuangan
dan investasi untuk mengembangkan infrastruktur dan teknologi tersebut. Tambahan lagi, perlu ada
penetapan insentif yang secara khusus diberikan kepada perusahaan yang menghasilkan dan
mempertahankan Green Jobs.110

Tantangan dalam Aspek Sumber Daya Manusia


Mendorong pembangunan rendah karbon akan membutuhkan penyesuaian dalam menyediakan
permintaan akan keterampilan baru, program keterampilan ulang atau peningkatan keterampilan,
serta langkah-langkah khusus untuk memfasilitasi transisi yang adil bagi pekerja, pengusaha, dan
perusahaan.111 Saat ini beberapa kementerian dan lembaga telah melakukan internalisasi isu
perubahan iklim dan lingkungan di institusi pendidikan.112 Meskipun begitu, unsur keterampilan hijau
(green skills) hampir tidak ada dalam proses internalisasi tersebut.113

Beberapa survei mengenai jumlah pekerja yang memiliki green skills telah dilakukan di berbagai
negara. Hasilnya mengungkapkan kesulitan pengusaha atau perusahaan dalam menemukan pekerja
terlatih untuk industri hijau dan tenaga kerja yang tidak memiliki green skills. Meskipun detailnya
mungkin berbeda, tren dan masalah serupa diperkirakan akan terjadi di Indonesia dalam waktu dekat.
Terobosan dalam sumber daya manusia untuk kebutuhan industri hijau adalah memastikan adanya
tenaga kerja berkualitas yang memiliki green skills.114

Lebih lanjut, meskipun terdapat potensi besar untuk menciptakan Green Jobs namun tidak semua
pekerjaan ramah lingkungan dapat dianggap Green Jobs berdasarkan definisi ILO, terutama terkait
indikator apakah pekerjaan tersebut layak dan ramah lingkungan. Informasi tentang kondisi kerja,
upah, atau indikator lainnya belum diukur atau dikumpulkan secara komprehensif karena belum
adanya lembaga khusus yang bertugas melaksanakan penelitian, pengembangan, dan penciptaan
Green Jobs di Indonesia.115

109
ILO. (2013). Green Jobs Mapping Study in Indonesia. https://apgreenjobs.ilo.org/resources/identifying-and-
estimating-green-jobs-in-indonesia-advanced-draft
110
Ibid.
111
Ibid.
112
KLHK. (2021). Internalisasi Perubahan Iklim dalam Kurikulum Pendidikan.
https://www.menlhk.go.id/site/single_post/3729
113
Setiawan, Agus. (2017). Identification of Green Skills Acquisition in Indonesian TVET Curricula. AIP
Conference Proceedings 1887, 020074. https://doi.org/10.1063/1.5003557
114
Ibid.
115
ILO. (2013). Green Jobs Mapping Study in Indonesia. https://apgreenjobs.ilo.org/resources/identifying-and-
estimating-green-jobs-in-indonesia-advanced-draft

21
Tantangan dalam Aspek Data dan Informasi
Dalam percepatan Green Jobs, aspek teknologi berkaitan dengan sistem informasi yang terintegrasi
dari berbagai pemangku kepentingan, seperti pemerintah, swasta, atau masyarakat sipil. Masalah
tersebut juga mencakup kurangnya ketersediaan dan aksesibilitas data dan informasi terkait potensi
dan kebutuhan Green Jobs di Indonesia. Masalah tersebut juga berkaitan dengan kurangnya
keterbukaan dan transparansi. Saat ini, masih banyak informasi tentang Green Jobs di Indonesia yang
sulit diakses atau tidak tersedia secara publik. Hal ini menyulitkan bagi pihak yang ingin memasuki
industri hijau dan juga menghambat pihak-pihak yang ingin menciptakan serta mengembangkan
Green Jobs.116

Selain tantangan kuantitas data, tantangan dalam aspek ini juga meliputi masalah kualitas data Green
Jobs yaitu keterbatasan data yang akurat dan terperinci. Data tentang jumlah dan jenis Green Jobs di
Indonesia masih terbatas dan tidak selalu akurat. Hal ini dapat menyulitkan upaya untuk merancang
kebijakan yang efektif untuk meningkatkan jumlah dan kualitas Green Jobs di Indonesia. Kemudian,
masalah kualitas data Green Jobs lainnya adalah tumpang tindih kategori pekerjaan. Kategori
pekerjaan yang termasuk dalam Green Jobs di Indonesia dapat tumpang tindih dengan kategori
pekerjaan lainnya. Hal ini membuat sulit untuk menentukan dengan pasti berapa banyak lapangan
kerja hijau yang tersedia di Indonesia.117

Tantangan dalam Peningkatan Kesadaran dan Promosi


Salah satu tantangan percepatan Green Jobs adalah kesadaran dan pemahaman yang masih rendah
tentang Green Jobs di kalangan masyarakat dan pelaku bisnis. Banyak orang di Indonesia masih belum
memahami konsep dan dampak positif serta kurangnya pengetahuan tentang peluang karir Green
Jobs. Sebuah kuesioner yang dilakukan pada tahun 2022 menunjukkan bahwa hanya sebesar 32,3%
dari 115 responden yang pernah mendengar istilah Green Jobs. Kuesioner tersebut juga
mengungkapkan bahwa hanya 50,4% responden berminat, sebanyak 40,9% responden ragu, dan 8,7%
responden tidak berminat bekerja di sektor Green Jobs. Hal ini dapat menjadi penghambat dalam
mendorong masyarakat untuk memilih Green Jobs.118

Tantangan lainnya adalah kurangnya peran media massa atau organisasi masyarakat sipil (OMS) dalam
mempromosikan Green Jobs. Hal ini penting karena peran media massa mampu menjangkau audiens
yang lebih luas. Hal ini memungkinkan konsep Green Jobs dapat diketahui oleh lebih banyak orang.
Media massa juga memiliki kekuatan membentuk opini publik. Dengan mempromosikan Green Jobs
melalui media massa maka akan terbentuk opini yang positif dan memperkuat dukungan masyarakat
terhadap Green Jobs.119

Kemudian, pelibatan OMS untuk mempromosikan Green Jobs juga penting karena mereka memiliki
jaringan dan akses ke masyarakat. Hal ini memungkinkan OMS untuk mempromosikan Green Jobs dan

116
Ibid.
117
Ibid.
118
Wijaya, Gede Herry Arum. (2022). Rendahnya Minat Generasi Muda Bekerja di Sektor Green Jobs.
https://zonaebt.com/rendahnya-minat-generasi-muda-bekerja-di-sektor-green-jobs/
119
Asian Development Bank. (2015). Strategies for Green Jobs Creation and Promotion.
https://www.adb.org/sites/default/files/project-document/81739/45510-001-tacr-01.pdf

22
meningkatkan kesadaran masyarakat yang sulit dijangkau. OMS juga memiliki peran pengawasan dan
advokasi. Sebagai organisasi yang independen, OMS dapat melakukan pengawasan dan advokasi
terhadap kebijakan dan program pemerintah terkait Green Jobs. Dengan melakukan pengawasan dan
advokasi ini, OMS dapat memastikan bahwa kebijakan dan program pemerintah di bidang Green Jobs
berjalan sesuai dengan tujuan pelestarian lingkungan hidup dan pengembangan ekonomi hijau.120

120
Ibid.

23
II. Definisi dan Tujuan Green Jobs
Pada tahun 2022, Kementerian PPN/Bappenas dengan dukungan dari Proyek ISED telah melaksanakan
studi termasuk kegiatan-kegiatan yang mendukung, antara lain Indonesia’s Green Jobs Conference
2022, rangkaian focus group discussion, survei dan wawancara dalam rangka mempersiapkan definisi
Green Jobs dan Peta Okupasi Nasional Green Jobs dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI). Dalam dokumentasi Indonesia’s Green Jobs Conference 2022, Kementerian PPN/Bappenas juga
menjelaskan definisi Green Jobs dari berbagai institusi internasional. Salah satunya dari International
Labour Organization (ILO) yang mendefinisikan Green Jobs sebagai pekerjaan yang dapat mengurangi
dampak lingkungan dari sektor ekonomi dan mencakup pekerjaan yang melindungi ekosistem dan
biodiversitas, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan mengurangi polusi.121

ILO juga menyebutkan bahwa Green Jobs adalah pekerjaan yang layak dan ramah lingkungan.122
Terkait definisi pekerjaan layak, Badan Pusat Statistik (BPS) dan ILO mendefinisikan bahwa pekerjaan
layak merupakan jenis pekerjaan yang menjamin setiap pekerja bekerja secara produktif,
terpenuhinya hak-hak asasi manusia, memiliki kesempatan mengembangkan diri, menerima
pendapatan yang adil dan layak, adanya jaminan keamanan di tempat kerja, perlindungan sosial bagi
pekerja dan keluarga, serta kebebasan menyatakan pendapat, berorganisasi dan terlibat dalam
pengambilan keputusan.123 Sedangkan, definisi pekerjaan ramah lingkungan menurut ILO adalah
pekerjaan yang membantu (i) meningkatkan efisiensi energi dan bahan baku, (ii) membatasi emisi gas
rumah kaca, (iii) meminimalkan limbah dan polusi, (iv) melindungi serta memulihkan ekosistem, dan
(v) mendukung adaptasi terhadap perubahan iklim.124

Selain itu, PAGE Indonesia dalam studinya “Green Jobs and Just Transition Policy Readiness Assessment
in the Energy Sector” pada Desember 2022, menjelaskan pentingnya definisi Green Jobs karena
ketiadaan definisi operasional Green Jobs dapat mengakibatkan kesulitan dalam menetapkan target
dan mengevaluasi dampak kebijakan ekonomi hijau, mengakibatkan ketidakselarasan kebijakan dan
koordinasi lintas sektor, serta menghambat peningkatan kapasitas dan pengetahuan. Hal ini karena
setiap organisasi dapat mengkategorikan Green Jobs secara berbeda berdasarkan penilaian mereka.125
Definisi Green Jobs penting karena dapat memberikan kerangka kerja yang seragam dalam memahami
Green Jobs dan menerjemahkan konsepnya ke tingkatan praktis sesuai dengan konteks perekonomian
Indonesia.126

Dengan masukan dari pemangku kepentingan yang berbeda-beda, yaitu sektor pemerintahan, swasta,
pendidikan dan lembaga pembangunan, Kementerian PPN/Bappenas menetapkan definisi Green Jobs
atau Pekerjaan Hijau sebagai berikut:

121
Bappenas. (2022). Indonesia’s Green Jobs Conference 2022
122
ILO. (2023). Green Jobs. https://libguides.ilo.org/green-jobs-
en#:~:text=Green%20jobs%20are%20decent%20jobs,renewable%20energy%20and%20energy%20efficiency
123
Bappenas. (2014). Prakarsa Strategis Pengembangan Konsep Green Economy. Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
124
ILO. (2023). Green Jobs. https://libguides.ilo.org/green-jobs-
en#:~:text=Green%20jobs%20are%20decent%20jobs,renewable%20energy%20and%20energy%20efficiency
125
ILO. (2022). Green Jobs and Just Transition Policy Readiness Assessment in the Energy Sector.
126
Ibid.

24
Green Jobs adalah pekerjaan yang berkontribusi untuk melestarikan atau memulihkan
lingkungan dan mempromosikan pekerjaan yang layak, melalui satu atau lebih mekanisme
berikut ini: memiliki tugas-tugas khusus, membutuhkan keterampilan khusus, menerapkan
proses ramah lingkungan, dan/atau menghasilkan keluaran (produk/jasa) ramah lingkungan.

Apakah perusahaan memproduksi barang dan jasa ramah lingkungan? (output approach)
Apakah perusahaan menggunakan teknologi hijau? (process approach)
Apakah pekerja melakukan tugas khusus untuk mengurangi dampak lingkungan dari
konsumen dan/atau perusahaan? (task approach)
Apakah pekerja membutuhkan keterampilan hijau? (skill approach)

Tujuan
Memelihara dan
memulihkan Pekerjaan Layak
lingkungan secara
berkelanjutan

Green

Tasks

Green Green
Products Skills

Green

Processes

Pengukuran

25
Peta Okupasi
Peta Okupasi Nasional Green Jobs dalam KKNI untuk area fungsi lintas sektor, yaitu Pertanian,
Manufaktur, Konstruksi dan Jasa (Pariwisata), dan Energi Terbarukan telah difinalkan dan tersedia.127
Selanjutnya diperlukan strategi pengembangan dan penerapannya. Peta okupasi ini merupakan
dokumen hidup yang harus terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan di masa depan. Peta
okupasi dapat menjadi langkah awal pengembangan sumber daya manusia melalui standardisasi
kompetensi Green Jobs, pendidikan dan pelatihan, sertifikasi kompetensi, dan pengembangan
rekrutmen berbasis kompetensi dalam dunia kerja. Strategi tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam
Bab IV.3.3. Menyiapkan Sumber Daya Manusia dengan Keterampilan Hijau.

III. Kebijakan dan Program yang Mendukung Green Jobs


Pemerintah Indonesia tengah mendorong industri dalam negeri yang terintegrasi guna mendukung
ekosistem pembangunan rendah karbon yang berkembang di seluruh dunia.128 Transformasi
Indonesia ke arah ekonomi hijau ini diharapkan akan menghasilkan produk-produk lebih ramah
lingkungan dengan nilai tambah kompetitif yang diminati pasar internasional.129Walau saat ini telah
terdapat beberapa kebijakan yang mendukung ekonomi hijau, Indonesia perlu memiliki payung
hukum yang secara khusus mengatur lingkup, batas, serta implementasi Green Jobs.

Perhitungan tenaga kerja dengan menggunakan skenario Pembangunan Rendah Karbon Indonesia
atau Low Carbon Development Indonesia (LCDI) telah dilakukan oleh Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas). Pemodelan ini
menyatakan bahwa LCDI mampu menciptakan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan, tidak hanya
dapat menciptakan 15,3 juta pekerjaan hijau yang berpenghasilan baik, namun juga dapat
menurunkan 43 persen emisi GRK pada tahun 2030, peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB)
sebesar 6 persen antara tahun 2019-2045, penurunan kemiskinan dari 9,8 persen menjadi 4,2 persen,
mencegah 40 ribu kematian setiap tahun hingga tahun 2045, mencegah kehilangan lahan hutan seluas
16 juta hektar hingga tahun 2045, dan menutup kesenjangan gender.

Analisis dari Global Green Growth Institute (GGGI) pada tahun 2021 menunjukkan bahwa beberapa
kebijakan di Indonesia berpotensi menciptakan Green Jobs, terutama pada industri ketenagalistrikan.
Sebagai contoh, disebutkan bahwa implementasi Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN)
tahun 2019-2038 akan menciptakan sekitar 3,7 juta pekerjaan langsung dan Rencana Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2019-2028 akan menciptakan sekitar 2,1 juta pekerjaan
langsung. Dengan metode yang sama, pada tahun 2022 Koaksi Indonesia menganalisis bahwa
berdasarkan target penambahan kapasitas yang tertuang dalam Rencana Umum Energi Nasional
(RUEN), setidaknya akan terdapat potensi lapangan kerja langsung sebesar 432 ribu tenaga teknik
pada tahun 2030 dan sebesar 1,12 juta tenaga teknik pada tahun 2050.

127
Dapat diunduh di https://petaokupasi.bappenas.go.id/

128
https://jeo.kompas.com/naskah-lengkap-pidato-kenegaraan-presiden-joko-widodo-tahun-2022
129
Pengarahan Presiden Republik Indonesia Pada Dies Natalis ke-67 Universitas Katolik Parahyangan,
https://www.presidenri.go.id/transkrip/pengarahan-presiden-republik-indonesia-pada-dies-natalis-ke-67-
universitas-katolik-parahyangan/

26
Dengan potensi pengembangan Green Jobs yang sedemikian besar di Indonesia dan melihat populasi
angkatan kerja yang cukup banyak hingga Indonesia mencapai kondisi bonus domografi, maka
kebijakan dan regulasi Green Jobs menjadi penting dalam upaya menyediakan daya dukung dan
perilaku menuju ekonomi hijau melalui pembangunan rendah karbon yang berorientasi pada
kesejahteraan, kesetaraan sosial, dan menjaga lingkungan.

Mempertimbangkan urgensi peta jalan Green Jobs di Indonesia, pengkajian kebijakan dan program
yang mendukung Green Jobs di Indonesia perlu dielaborasi untuk mengidentifikasi tantangan dan
peluang kedepan.

III.1. Komitmen Internasional


Sebagai negara dengan populasi urutan keempat terbesar di dunia dan selaku negara demokrasi
urutan ketiga di dunia, Indonesia mempunyai pengaruh besar dalam panggung Internasional. Hal ini
dapat dibuktikan dari peran Indonesia sebagai ketua G20 pada tahun 2022, serta Ketua ASEAN pada
tahun 2023. Indonesia pun menunjukan komitmen terhadap isu keberlanjutan dan ekonomi hijau
pada level internasional melalui, antara lain, Persetujuan Paris, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs), ASEAN Declaration on Green Jobs, serta sebagai pelopor dalam peluncuran indeksasi terhadap
ekonomi hijau dengan hadirnya Indeks Ekonomi Hijau (GEI).

3.1.1. Persetujuan Paris Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai
Perubahan Iklim
Menurut International Labour Organization (ILO), implementasi Persetujuan Paris mempunyai potensi
memperkuat jaring pengaman sosial (social safety net) serta membuka lapangan kerja untuk 24 juta
orang pada tahun 2030.130 Nationally Determined Contributions (NDC) merupakan “jantung”131 dari
Persetujuan Paris karena menjadi landasan realisasi negara-negara dalam memperkuat ketahanan
iklim dan mengurangi emisi nasional, serta adaptasi terhadap dampak perubahan iklim.132

Indonesia menerapkan Persetujuan Paris melalui UU No. 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan
Persetujuan Paris atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Perubahan
Iklim yang menuturkan bahwa NDC Indonesia mencakup aspek mitigasi dan adaptasi.133 Perpres juga
menjadi bentuk formalisasi komitmen NDC dalam mengurangi emisi sebesar 29 persen dengan upaya
sendiri dan menjadi 41 persen jika ada kerja sama internasional dari kondisi tanpa aksi (business as
usual) pada tahun 2030.134 Upaya pengurangan emisi GRK ini mencakup sektor kehutanan dan lahan,
energi termasuk transportasi, limbah, proses industri dan penggunaan produk, serta pertanian.135
Pada tahun 2022, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menyampaikan
peningkatan ambisi atas penurunan emisi gas rumah kaca melalui dokumen Enhanced NDC Indonesia

130
https://sdg.iisd.org/news/ilo-report-implementation-of-paris-agreement-sdgs-can-create-24-million-jobs-
by-2030/
131
https://unfccc.int/process-and-meetings/the-paris-agreement/nationally-determined-contributions-ndcs
132
Ibid.
133
Bagian 2, Hal. 9. UU No.16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement to the United Nations
Framework Convention on Climate Change
134
Ibid.
135
Ibid.

27
(ENDC)136 menjadi 31,89 persen secara mandiri dan meningkat ke 43,20 persen dengan dukungan
internasional.137

3.1.2. United Nations Sustainable Development Goals (SDGs) on Decent Work and Economic Growth
Pada tahun 2015, para anggota Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menyepakati untuk menyusun
rencana aksi demi memastikan pembangunan berkelanjutan, dengan target capaian pada tahun
2030.138 Realisasi terhadap rencana tersebut dituangkan dalam 17 Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang hadir sebagai jawaban terhadap
urgensi dari negara maju maupun berkembang untuk melaksanakan kolaborasi internasional.139 Dari
semua tujuan yang telah disepakati, tujuan kedelapan yakni promosi terhadap perkembangan
ekonomi yang tetap, berkelanjutan, dan inklusif, tenaga kerja penuh dan pekerjaan produktif serta
pekerjaan layak untuk semua, menjadi benang merah dalam realisasi Green Jobs di Indonesia.140
Tujuan kedelapan mencakup ekonomi hijau atau ekonomi hijau, pekerjaan, pekerjaan layak untuk
semua dan perlindungan sosial, dan pariwisata berkelanjutan.141 Dalam konteks internasional, telah
dipastikan pada Konferensi Rio+20 tahun 2012 bahwa ekonomi hijau adalah komponen penting dalam
pembangunan berkelanjutan.142

3.1.3. ASEAN Declaration on Promoting Green Jobs for Equity and Inclusive Growth of ASEAN
Community
Sebagai landasan serta wadah diskusi untuk negara-negara di Asia Tenggara, Association of Southeast
Asian Nations (ASEAN), menggarisbawahi pentingnya membangun lapangan kerja Green Jobs. Maka
dari itu, Deklarasi ASEAN terhadap promosi Green Jobs menjadi bentuk komitmen negara-negara Asia
Tenggara dalam peningkatan produk hijau dan jasa dalam rangka pelestarian lingkungan. 143
Selanjutnya, deklarasi ini juga mendorong industri untuk meningkatkan produktivitas melalui
teknologi hijau dan menggunakan tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility/CSR) bagi
pekerja, serta memastikan bahwa lingkungan pekerjaan aman dan layak.144

3.1.4. ILO-ASEAN Regional Study on Green Jobs Policy Readiness in ASEAN 2021
Menurut ILO, Green Jobs merupakan prioritas tinggi bagi ASEAN dan keperluan untuk Green Jobs
menjadi pertimbangan bagi pihak swasta maupun publik.145 Khusus untuk Indonesia, studi tersebut
mengidentifikasi tiga aspek yang telah Indonesia melakukan secara signifikan terhadap Green Jobs,
yakni pengembangan kebijakan yang mendukung green agenda, kebijakan industri dan sektoral
terhadap greening, dan kebijakan usaha (enterprise policies) dalam kegiatan-kegiatan greening.146

136
https://unfccc.int/sites/default/files/NDC/2022-
09/S335_Indonesia%20Submission%20on%20the%20Enhanced%20NDC.pdf
137
Ibid.
138
https://sdgs.un.org/goals
139
Ibid.
140
https://sdgs.un.org/goals/goal8
141
Ibid.
142
Ibid.
143
https://asean.org/wp-content/uploads/2012/05/ASEAN-Declaration-on-Promoting-Green-Jobs-for-Equity-
and-Inclusive-Growth-of-ASEAN-Community.pdf
144
Ibid.
145
https://www.ilo.org/asia/publications/WCMS_810078/lang--en/index.htm
146
Ibid.

28
Studi ILO-ASEAN memberikan beberapa rekomendasi untuk negara-negara ASEAN, antara lain untuk
mengembangkan knowledge sharing platform, mendukung insentif bagi perusahaan swasta dengan
menyelenggarakan Green Jobs Annual Forum, serta memastikan bahwa ada proses atau mekanisme
yang hadir untuk negara-negara ASEAN menentukan kebijakan paling tepat untuk Green Jobs.147

3.1.5. Komitmen Indonesia kepada Ekonomi Hijau


Sebagai bentuk komitmen Pemerintah Indonesia terhadap pembangunan berkelanjutan, pada acara
side event G20 2022, Bappenas meluncurkan Indeks Ekonomi Hijau (GEI).148 GEI menggunakan pilar
lingkungan, sosial, dan ekonomi sebagai basis pengukuran performa terhadap Ekonomi Hijau.149
Harapan dari hadirnya indeks tersebut adalah guna mendukung transformasi ekonomi Indonesia.150

III.2. Perencanaan Nasional


Pemerintah Indonesia memandang sinergi dan sinkronisasi menjadi kunci agar pembangunan dapat
berjalan efisien dan efektif.151 Perencanaan akan berjalan optimal bila terintegrasi, terkonsolidasi,
terorganisasi antar sektor, antar wilayah, antar pusat dan daerah, serta berorientasi pada manfaat
program.152 Sebagai lembaga yang berperan dalam penetapan kebijakan untuk perencanaan
pembangunan nasional, Bappenas mempunyai peran strategis dalam mengayomi dan memanfaatkan
momentum untuk menentukan arah kebijakan Green Jobs secara nasional.

3.2.1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 - 2025


Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) menggarisbawahi pentingnya Indonesia
melakukan penataan kembali berbagai langkah-langkah yakni sumber daya alam, sumber daya
manusia, lingkungan hidup, dan kelembagaan.153

3.2.2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024


Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, perbaikan iklim usaha
nasional dan peningkatan investasi akan fokus pada sektor prioritas nasional, seperti energi, industri
pengolahan - terutama yang berorientasi pada ekspor, pariwisata, ekonomi kreatif, ekonomi digital,
serta pendidikan dan pelatihan vokasi.154

Dalam menangani perubahan iklim, RPJMN menuangkan beberapa indikator, rencana, dan langkah ke
depan, antara lain:
1. Adanya 250 daerah yang memiliki rencana detail tata ruang kabupaten/kota yang
berketahanan bencana dan perubahan iklim pada tahun 2024

147
Ibid.
148
https://www.un-page.org/news/indonesia-launches-its-green-economy-index/
149
https://lcdi-indonesia.id/wp-content/uploads/2022/08/Green-Economy-Index-A-Step-Forward-to-
Measure-the-Progress-of-Low-Carbon-and-Green-Economy-in-Indonesia.pdf
150
https://lcdi-indonesia.id/2022/08/25/bappenas-luncurkan-indeks-ekonomi-hijau-untuk-mendukung-
transformasi-ekonomi-indonesia/
151
https://setneg.go.id/baca/index/sinergi_dan_sinkronisasi_kunci_pembangunan_nasional_semakin_efisien_
dan_efektif
152
ibid.
153
UU Nomor 117 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
154
II. 31, Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Nasional 2020 - 2024 (RPJMN)

29
2. Pemulihan empat Daerah Aliran Sungai (DAS) kritis melalui penghijauan seluas 150.000 Ha
3. Terdapat 71 perusahaan memiliki Standar Industri Hijau tahun 2024.

Sebagai bagian dari pengelolaan sumber daya ekonomi, RPJMN juga mempersiapkan strategi
pemenuhan kebutuhan energi dengan meningkatkan energi baru terbarukan (EBT) melalui
percepatan pengembangan pembangkit, meningkatkan pasokan bahan bakar nabati (biomass),
peningkatan pemenuhan energi bagi industri, serta mengembangkan industri pendukung EBT.

3.2.3. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2026 - 2045


Konten dan substansi RPJPN 2026-2045 masih dalam tahap finalisasi. RPJPN 2026-2045 akan
melanjutkan aspirasi Pemerintah untuk mendorong Ekonomi Hijau serta mendukung Indonesia
menuju negara maritim yang berdaulat, maju, dan berkelanjutan pada tahun 2045

3.2.4. Visi Indonesia 2045


Visi Indonesia 2045 mendorong pertumbuhan ekonomi hijau dan mendukung pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs). Visi Indonesia 2045 telah
menjabarkan konsep Ekonomi Sirkular sebagai kebijakan jangka panjang. Ekonomi sirkular merupakan
pendekatan sistem ekonomi berbasis siklus yang memaksimalkan kegunaan dan nilai bahan mentah,
komponen, serta produk, sehingga mampu mereduksi jumlah bahan sisa yang tidak digunakan dan
dibuang ke tempat pembuangan akhir.

3.2.5. Peraturan Presiden No. 68 Tahun 2022


Perpres No. 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi antara lain
untuk memastikan sinergi antara Pemerintah Pusat, Pemda, DUDIKA, dan pemangku kepentingan
lainnya dalam meningkatkan kualitas dan daya saing SDM Indonesia.

III.3. Kebijakan Sektoral


Mempertimbangkan urgensi serta komitmen Indonesia dalam melaksanakan terobosan untuk
ekonomi hijau melalui realisasi Green Jobs, maka dari itu 1) sektor energi dan 2) sektor industri
menjadi prioritas yang akan dikaji dalam dokumen ini. Adapun, terdapat sektor-sektor strategis lain
yang akan dijelaskan karena mencakupi pembangunan rendah karbon dan telah diidentifikasi dalam
dokumen Peta Okupasi Nasional. Sektor-sektor lainnya adalah: 1) Hutan dan Lahan 2) Pertanian, 3)
Ekonomi Sirkular 4) Jasa dan Administrasi (Pariwisata), dan 5) Pesisir dan Kelautan.

3.3.1. Sektor-Sektor Prioritas


3.3.1.1. Sektor Energi

30
Dengan potensi energi terbarukan di Indonesia hingga 418 Gigawatt155 dan target pasar sebesar 20
persen dari kendaraan listrik pada tahun 2025156, Pemerintah Indonesia perlu mempersiapkan
kebijakan dan regulasi yang dapat menjadi katalisator sektor energi dan transportasi.157 Rencana
mendorong kemandirian energi untuk mendukung ekonomi hijau tertuang dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN). Kebijakan ini
mengamanatkan pengelolaan energi berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan
berwawasan lingkungan, serta bertujuan menciptakan kemandirian energi dan ketahanan energi
nasional.

Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2019-2038 merupakan kebijakan ketenagalistrikan


nasional yang meliputi kebijakan penyediaan tenaga listrik, kebijakan keteknikan, dan perlindungan
lingkungan. RUKN menyebutkan bahwa bauran EBT minimum 23 persen pada tahun 2025 dan
minimum 28 persen pada tahun 2038. Selanjutnya, Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang
telah menjadi salah satu basis yang membuktikan transisi terhadap ekonomi hijau, dimana Peraturan
Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery
Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan menuturkan bahwa TKDN untuk R2 dan R3 perlu mencapai
angka 40% dari tahun 2019-2023.

Meskipun KEN dan RUKN tidak menyebutkan jumlah Green Jobs secara khusus namun dalam kebijakan
ini disebutkan bahwa komposisi kebutuhan tenaga listrik nasional tahun 2019-2035 diperkirakan akan
didominasi oleh sektor industri lalu diikuti oleh sektor rumah tangga, bisnis, publik, dan transportasi.
Mulai tahun 2036, kebutuhan tenaga listrik sektor transportasi diperkirakan akan lebih besar daripada
sektor publik. Bahkan, terdapat satu sub-bab yang menjelaskan kebijakan tenaga teknik
ketenagalistrikan.158

RUPTL 2021-2030 merupakan dokumen yang berisi daftar proyek infrastruktur penyediaan tenaga
listrik. Dokumen ini merupakan pedoman pengembangan sistem tenaga listrik di wilayah usaha
Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk sepuluh tahun kedepan. Sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan, penyusunan RUPTL perlu mempertimbangkan target-target RUEN dan RUKN.
Dengan demikian, target perencanaan RUEN dan RUKN 2019-2038 perlu diatur lebih lanjut per proyek
dalam RUPTL 2021-2030. Dalam RUPTL 2021-2030 disebutkan bahwa total rencana pembangunan
pembangkit tenaga listrik sebesar 40.575 MW dan bersumber dari EBT sebesar 51,6 persen pada
tahun 2030. Seperti kebijakan sebelumnya, RUPTL 2021-2030 juga tidak mengatur Green Jobs secara
khusus namun target yang diatur didalamnya berpotensi menciptakan Green Jobs.

155
https://www.cnbcindonesia.com/news/20220117160008-4-308030/besar-banget-jokowi-potensi-energi-
hijau-ri-capai-418-giga
156
Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia 27 Tahun 2020 tentang Spesifikasi, Peta Jalan
Pengembangan, dan Ketentuan Perhitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri Kendaraan Bermotor Listrik
Berbasis Baterai
157
https://kemenperin.go.id/artikel/23167/Menperin-Optimistis-Indonesia-Jadi-Pemain-Kunci-di-Kendaraan-
Listrik
158
II. B.3., Kebijakan Kelaikan Teknik Ketenagalistrikan

31
Terbitnya Perpres No. 112 Tahun 2022 menjadi langkah maju untuk memastikan komitmen
pembangkit listrik rendah emisi dan ramah lingkungan dilaksanakan.159 Perpres ini mengatur
penyusunan RUPTL, penyusunan peta jalan percepatan pengakhiran masa operasional Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU), pelaksanaan pembelian tenaga listrik, serta dukungan pemerintah dalam
upaya percepatan pengembangan energi terbarukan.160

Dalam konteks kendaraan listrik, Perpres No. 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan
Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) diselenggarakan melalui161 percepatan pengembangan
industri KBLBB dalam negeri, pemberian insentif, penyediaan infrastruktur pengisian listrik dan
pengaturan tarif tenaga listrik, pemenuhan ketentuan teknis, dan perlindungan terhadap lingkungan
hidup. Peta Jalan Pengembangan Industri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Tahun 2020-
2030 sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian No. 27 Tahun 2020 tersebut juga
telah memposisikan tahun 2025 sebagai tahap dari persiapan infrastruktur (infrastructure readiness).

Untuk mendukung target percepatan transisi energi, Indonesia telah meluncurkan Energy Transition
Mechanism (ETM) pada bulan Juli 2022.162 ETM merupakan program peningkatan pembangunan
infrastruktur energi dan percepatan transisi energi menuju NZE dengan mengikuti prinsip adil dan
terjangkau pada tahun 2060.163 Selanjutnya, terdapat dua skema yang dikawal oleh ETM, yakni skema
pengurangan emisi yang digunakan untuk melaksanakan pensiun dini dari pembangkit listrik batubara
di Indonesia, serta skema energi bersih yang ditujukan untuk mengembangkan atau menginvestasikan
pembangunan fasilitas energi hijau.164 Bersama dengan mitra-mitra strategis dan selaku Special
Mission Vehicle dibawah naungan Kementerian Keuangan, PT. Sarana Multi Infrastruktur (SMI)
ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia sebagai pengelola platform.165

Kemudian pada akhir tahun lalu, 15 November 2022, Just Energy Transition Partnership (JETP) telah
diluncurkan oleh kelompok negara-negara dikenal sebagai International Partners Group (IPG)166 yang
memobilisasi pendanaan sebesar 20 miliar USD selama 3-5 tahun untuk mendukung transisi energi.167
Pendanaan ini berasal dari anggota Multilateral Development Banks (MDB) sebesar 10 miliar USD dan
dari Kelompok Kerja Glasgow Financial Alliance for Net Zero dengan nilai yang sama.168 JETP
merupakan model pendanaan untuk mendukung transisi dari energi fosil menjadi energi bersih.169

159
https://ekonomi.republika.co.id/berita//riwz6w487/perpres-112-diharapkan-bisa-mengakselerasi-
pengembangan-energi-baru-terbarukan
160
https://jdih.maritim.go.id/perpres-1122022-percepatan-pengembangan-energi-terbarukan-untuk-
penyediaan-tenaga-listrik
161
https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/berita-daerah/inilah-perpres-no-55-2019-tentang-program-
kendaraan-bermotor-listrik-berbasis-baterai
162
https://www.esdm.go.id/en/media-center/news-archives/etm-country-platform-upaya-akselerasi-transisi-
energi
163
https://fiskal.kemenkeu.go.id/fiskalpedia/2022/11/10/21-energy-transition-mechanism
164
https://fiskal.kemenkeu.go.id/fiskalpedia/2022/11/10/21-energy-transition-mechanism
165
https://www.esdm.go.id/en/media-center/news-archives/etm-country-platform-upaya-akselerasi-transisi-
energi
166
Anggota IPG adalah: Indonesia, Jepang, Amerika Serikat, Canada, Denmark, Uni Eropa, Jerman, Perancis,
Norwegia, Italia dan Kerajaan Inggris
167
https://www.whitehouse.gov/wp-content/uploads/2022/11/Joint-Statement.pdf
168
Ibid.
169
https://www.iisd.org/system/files/2022-11/just-energy-transition-partnerships.pdf

32
Adapun sekretariat JETP juga telah dibentuk untuk menjadi pusat informasi, perencanaan, koordinasi
dan pemantauan dalam pelaksanaan proyek.170

Mempertimbangkan arah program dan kebijakan Pemerintah Indonesia, dapat disimpulkan bahwa
sektor energi kerap melalui proses reformasi yang akan melalui perubah cukup masif. Hal tersebut
tidak akan berdampak kepada sektor energi tersendiri tetapi juga akan mempengaruhi area-area lain
seperti ekonomi, ketenagakerjaan, dan bahkan peran Indonesia di dunia internasional. Green Jobs
akan mengalami lompatan yang cukup besar melalui inovasi yang diharapkan dari sektor energi.

3.3.1.2. Industri
Pada tahun 2014, Pemerintah Indonesia telah mendorong industri hijau melalui penyusunan Standar
Industri Hijau.171 Standar Industri Hijau mencakup bahan baku, bahan penolong, proses produksi,
produk, manajemen pengusahaan, dan pengelolaan limbah.172 RPJMN 2020-2024 secara khusus
menentukan target bahwa terdapat 71 perusahaan yang memiliki sertifikasi Standar Industri Hijau
pada tahun 2024.173 UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi juga mencakup potensi penciptaan
Green Jobs, yaitu kebutuhan sertifikasi kompetensi kerja dan kebutuhan pelatihan tenaga kerja dalam
implementasi jasa konstruksi.174

Dalam rangka mendukung dunia usaha, deregulasi dan memastikan terdapat kepastian hukum,
Undang Undang Cipta Kerja hadir sebagai Omnibus law yang kerap membantu kemudahan usaha
secara multi-sektor.175 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No.2 Tahun 2022
tentang Cipta Kerja mencakupi beberapa klaster, mulai dari penyederhanaan perizinan, kemudahan
berusaha, sampai dengan pemberdayaan dan perlindungan UMKM.176 Perpu Cipta Kerja mempunyai
beberapa manfaat seperti mendorong investasi melalui percepatan transformasi ekonomi,
kemudahan berusaha serta menyelaraskan kebijakan pusat dan daerah. Maka dari itu, diharapkan
bahwa dengan hadirnya iklim investasi yang kondusif yang dapat menyerap lebih banyak pekerja,
Perpu Cipta Kerja dapat menjadi salah satu basis dalam mensukseskan pengembangan Green Jobs di
Indonesia. Maka dari itu, Standarisasi Industri Hijau, peningkatan dari kebutuhan kompetensi kerja
serta deregulasi ataupun penyederhanaan perizinan yang diharapkan dari Perpu Cipta Kerja
mendukung pintu Green Jobs untuk terbuka secara luas.

3.3.2. Sektor-Sektor Lainnya


3.3.2.1. Hutan dan Lahan
Data dari Kementerian Lingkungan dan Kehutanan pada tahun 2022 menyatakan total luas kawasan
hutan di Indonesia mencapai 125,92 juta hektar (ha)177, sedangkan luas keseluruhan daratan yang ada

170
https://www.esdm.go.id/en/media-center/news-archives/sekretariat-jetp-terbentuk-siap-realisasikan-
kerja-sama-pendanaan-transisi-energi
171
UU Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian
172
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2021 tentang Penyelenggaran Bidang Perindustrian
173
Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2020 - 2024
174
UU Nomor 2 Tahun 2017 tentang Konstruksi
175
Booklet Undang-Undang Cipta Kerja, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
176
Ibid.
177
https://www.menlhk.go.id/uploads/site/post/1610948544.pdf

33
di wilayah Indonesia adalah seluas 188,0 hektar.178 Oleh karena itu, hutan dan lahan merupakan sektor
yang berdampak signifikan terhadap ekosistem ekonomi hijau di Indonesia, serta berkontribusi tinggi
pada potensi penciptaan Green Jobs.179

Pada segi hukum, pemanfaatan hutan dan lahan telah ditentukan oleh Pemerintah Indonesia melalui
batas pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan, pemungutan hasil hutan bukan kayu (HHBK), dan
budidaya tanaman obat, perlebahan, penangkaran.180 Pemerintah Indonesia menerapkan prinsip
tanggung jawab negara, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, kajian lingkungan hidup
strategis dan inventarisasi gas emisi.181 Selebihnya, pembangunan ekonomi berkelanjutan diarahkan
untuk fokus pada keseimbangan komitmen terhadap lingkungan hidup.182

Dengan total luas kawasan hutan yang memadai, ekonomi hijau menjadi potensi besar yang dapat
ditingkatkan. Oleh karena itu, pengelolaan lingkungan hidup serta inventarisasi gas emisi merupakan
pendekatan yang logis untuk secara tidak langsung mendukung penciptaan Green Jobs di Indonesia.

3.3.2.2. Pertanian
Pemerintah berkomitmen untuk memastikan bahwa diversifikasi hasil pertanian dapat diperluas dan
ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan pangan, industri dalam negeri, memperbesar ekspor,
meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, serta mendorong perluasan dan pemerataan
kesempatan berusaha dan kesempatan kerja.183 Melalui UU No. 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi
Daya Pertanian Berkelanjutan, Pemerintah Indonesia menunjukan keinginan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia untuk mewujudkan pertanian maju, efisien, dan tangguh.184

Undang-undang ini juga terkait dengan perubahan iklim melalui upaya perlindungan pertanian dengan
pembagian tanggung jawab antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, petani, pelaku usaha, serta
masyarakat.185 Pertanian mempunyai pengaruh bukan hanya terhadap masyarakat sebagai wadah
bahan pangan, tetapi juga dalam aspek supply chain dimana pelaku usaha, petani dan pemerintah
pusat maupun daerah kerap mengambil peran. Budidaya terhadap pertanian berkelanjutan menjadi
peluang yang dapat mensukseskan Green Jobs di Indonesia.

3.3.2.3 Ekonomi Sirkular


Ekonomi sirkular adalah model ekonomi yang berupaya memperpanjang siklus hidup suatu produk,
bahan baku, dan sumber daya yang ada agar dapat dipakai selama mungkin.186 PRK/LCDI menyatakan

178
Ibid.
179
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-
jakarta/documents/presentation/wcms_150056.pdf
180
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan
181
UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
182
Ringkasan Eksekutif, Visi Indonesia 2045, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas),
2019.
183
Hal 49, Penjelasan. UU Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya Pertanian
Berkelanjutan
184
Ibid.
185
Pasal 48. UU Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan
186
https://lcdi-indonesia.id/ekonomi-sirkular/

34
bahwa prinsip ekonomi sirkular mencakup pengurangan limbah dan polusi, menjaga produk dan
material terpakai selama mungkin, dan mendukung regenerasi alam.187 Oleh karena itu, sektor limbah
menjadi jalur untuk merealisasi adanya ekosistem dalam siklus penuh yang melakukan pengelolaan
sampah agar dapat menghasilkan manfaat ekonomi.

Sektor limbah merupakan salah satu penyumbang emisi GRK penting. Sumber emisi yang dimaksud
berasal dari kegiatan pengelolaan limbah, seperti pembuangan limbah, pengolahan limbah,
pembuangan air limbah, dan lain-lain. Dari sudut pandang industri, Pemerintah Indonesia mengatur
manajemen pengusahaan dan pengelolaan limbah.188 Pemerintah Indonesia juga telah membuat
prioritas pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah guna memenuhi kebutuhan dan
mewujudkan industri hijau.189

Untuk mendukung penciptaan Green Jobs, Perpres No. 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan
Vokasi dan Pelatihan Vokasi hadir untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha serta tanggung jawab
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, dunia industri, dunia kerja, dan masyarakat yang
dapat diselenggarakan secara inklusif.190 Dengan harapan untuk mendukung ekonomi secara end-to-
end serta mendorong efisiensi terhadap supply chain usaha, ekonomi sirkular yang berkelanjutan
dapat mendorong peluang Green Jobs terutama pada sektor limbah.

3.3.2.4. Jasa dan Administrasi (Pariwisata)


Dengan tingkat minat pariwisata di Indonesia yang tinggi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf) mengejar angka kunjungan dan mendorong pariwisata berkelanjutan di Indonesia.191
Pariwisata berkelanjutan adalah pengembangan konsep berwisata yang dapat dapat memberikan
dampak jangka panjang, terhadap lingkungan, sosial, budaya, serta ekonomi untuk masa kini dan masa
depan, bagi seluruh masyarakat lokal maupun wisatawan yang berkunjung.192

Dalam pengembangannya, Kemenparekraf memiliki empat fokus yang dikembangkan, yaitu


pengelolaan berkelanjutan (bisnis pariwisata), ekonomi berkelanjutan (sosio ekonomi) jangka
panjang, keberlanjutan budaya (sustainable culture) yang harus selalu dikembangkan dan dijaga, serta
aspek lingkungan (environment sustainability).193 Berbekal empat pilar utama tersebut, tren
pariwisata berkelanjutan akan menjadi kegiatan berwisata yang banyak diminati. Tidak sekadar
berlibur, setiap wisatawan juga wajib memperhatikan protokol berwisata yang mencakup aspek
kesehatan, keamanan, kenyaman, dan kelestarian alam.194 Dari sisi kelembagaan, telah dibentuk

187
Ibid.
188
Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2014 tentang Penyelenggaran Bidang Perindustrian
189
Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah
Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Lingkungan
190
Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan
191
https://kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/Destinasi-Wisata-Berbasis-Sustainable-Tourism-di-Indonesia
192
Ibid.
193
Pasal 2. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 9 Tahun 2021 tentang Pedoman
Destinasi Pariwisata Berkelanjutan
194
https://kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/Destinasi-Wisata-Berbasis-Sustainable-Tourism-di-Indonesia

35
Sustainable Tourism Council yang salah satu tugasnya adalah melakukan sertifikasi Desa Wisata
Berkelanjutan.195

Seiring dengan kesadaran dunia internasional untuk bertransisi kepada usaha yang sifatnya lebih
inklusif serta berkelanjutan, tentu pariwisata berkelanjutan dan membawa dapat membawa dampak
luas. Hal tersebut dikarenakan kaitan pariwisata berkelanjutan akan mendorong pelaku usaha,
pemerintah dan masyarakat untuk berinovasi serta menciptakan lapangan kerja Green Jobs.

3.3.2.5. Pesisir dan Kelautan


Laut Indonesia mencakup dua pertiga dari total wilayah negara ini. Indonesia memiliki kekayaan alam
laut berlimpah sebagai negara maritim dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia. Produksi
perikanan tangkap menempatkan Indonesia sebagai negara dengan produksi perikanan tangkap
terbesar kedua setelah Cina. UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan menyatakan bahwa
pengelolaan perikanan dilakukan untuk mencapai manfaat yang optimal dan berkelanjutan, serta
terjaminnya kelestarian sumber daya ikan.196 Terjaminnya kelestarian sumber daya ikan dapat
mendorong kebijakan laut keberlanjutan dan dengan mempertimbangkan ekosistem laut, capaian
terhadap Green Jobs dapat digarap.

195
https://sertifikasi.jadesta.com
196
Pasal 6, UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

36
IV. Peta Jalan Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Mendukung Green Jobs
Komitmen penuh Indonesia untuk ikut berperan secara global dalam mengurangi dampak perubahan
iklim merupakan penentu utama arah pembangunan nasional. Pertumbuhan ekonomi hijau yang
menjadi agenda kebijakan Indonesia berfokus pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,
inklusif, dan memiliki ketahanan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dukungan penuh pada tumbuhnya
ekonomi hijau berpeluang besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan yang ramah lingkungan
(Green Jobs).

Potensi sektor ekonomi sirkular, sektor energi terbarukan, dan sektor perkebunan dengan prinsip
keberlanjutan (sustainability) diprediksi akan menciptakan lebih dari enam juta Green Jobs di tahun
2030. Namun, dengan besarnya potensi tersebut terdapat beberapa tantangan yang harus diatasi oleh
Indonesia. Tantangan yang harus dilalui diantaranya belum adanya integrasi kebijakan berbagai sektor
dalam mendukung Green Jobs, kurang optimalnya peningkatan keterampilan sumber daya manusia,
belum adanya dukungan Insentif bagi sektor swasta, perlunya peningkatan kesadaran dan promosi
kepada setiap masyarakat, dan tidak ketersediaan data informasi ketenagakerjaan Green Jobs.

Oleh karena itu, peta jalan pengembangan sumber daya manusia yang mendukung Green Jobs di
Indonesia diharapkan dapat menjadi pondasi lompatan kemajuan sektor keterampilan tenaga kerja
yang ramah lingkungan. Dengan peta jalan ini, Green Jobs dapat berpeluang bertumbuh dengan cepat,
responsif, kolaboratif, dan inklusif.

IV.1. Tujuan Peta Jalan Pengembangan Pengembangan SDM yang Mendukung Green Jobs

Peta Jalan ini akan menjadi acuan bagi kementerian/lembaga, dunia usaha, lembaga pendidikan dan
pelatihan, dan sektor investasi untuk menyiapkan ekosistem pendukung yang mendorong Green Jobs
sebagai bagian dari ekonomi hijau yang berkelanjutan, sejalan dengan itu tujuan disusunnya Peta Jalan
Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Mendukung Green Jobs di Indonesia diantaranya:
1. Memberi arah/menjadi panduan bagi pengembangan SDM yang mendukung Green Jobs;
2. Menjadi acuan bagi pengambil kebijakan dalam menyusun peraturan dan regulasi
pengembangan Green Jobs berdasarkan visi pembangunan rendah karbon;
3. Sebagai acuan dalam mengintegrasikan berbagai bidang Green Jobs dalam satu rencana
strategis yang memiliki visi, prioritas, target, serta tahapan pencapaian yang jelas;
4. Mengomunikasikan inisiatif dan rencana strategis pengembangan Green Jobs untuk
meningkatkan literasi publik, serta membuka peluang lebih besar bagi pemangku kepentingan
untuk berpartisipasi dan berkoordinasi;

IV.2 Target Pengguna Peta Jalan Pengembangan SDM yang mendukung Green Jobs

Peta Jalan Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Mendukung Green Jobs di Indonesia
diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemangku kepentingan dalam mendorong terciptanya Green
Jobs di Indonesia. Para pemangku kepentingan di bawah ini merupakan target pengguna disusunnya
peta jalan ini.

Sektor swasta: pelaku usaha sebagai motor penggerak ekonomi hijau yang menciptakan pasar atau
pun kebutuhan Green Jobs merupakan target pengguna utama Peta Jalan Green Jobs. Maka dari itu,

37
asosiasi pelaku usaha dan sektor industri seperti KADIN (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) dapat
menjadi mitra strategis dalam mengakselerasi target pembangunan hijau, peningkatan keterampilan,
dan penciptaan lapangan kerja.

Penyelenggara Pendidikan Umum (dasar - tinggi) dan Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi
(PVPV): penciptaan pasar Green Jobs dari sisi pelaku usaha harus selaras dengan pendidikan umum
(mulai dari pendudukan dasar hingga pendidikan tinggi) dan pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi
yang memiliki peran penting dalam peta jalan Green Jobs karena fungsi strategisnya dalam
merencanakan dan memastikan matchmaking keterampilan hijau dengan kebutuhan dunia industri.

Organisasi Masyarakat dan Komunitas: Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dan Organisasi Berbasis
Komunitas (OBK) menjadi salah satu target pengguna peta jalan Green Jobs, karena mereka memiliki
peran dan dukungan dalam mempromosikan Green Jobs, mendorong akselerasi Green Jobs, ikut
berpartisipasi dalam menciptakan Green Jobs melalui pengembangan kewirausahaan (UMKM dan
start-up), serta dapat menjadi agen perubahan dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.

Pengambil Kebijakan (Pemerintah dan DPR): Pemerintah/Lembaga dapat menjadi fasilitator dan
pemberi dorongan untuk menyiapkan kebijakan dan regulasi yang memudahkan pertumbuhan
industri ketenagakerjaan pada sektor Green Jobs.

Disamping itu, Media juga menjadi target pengguna dalam penyusunan peta jalan kebijakan Green
Jobs, karena mereka dapat mempromosikan prinsip dan praktik ekonomi hijau untuk meningkatkan
ketahanan ekonomi dan pelestarian lingkungan di Indonesia, serta meningkatkan diskursus di publik
terkait aspek supply dan demand Green Jobs .

IV.3. Sasaran Strategis Pengembangan Green Jobs di Indonesia


Secara umum rencana kerja strategis pengembangan sumber daya manusia yang mendukung Green
Jobs dapat dicapai melalui lima sasaran strategis yang terdiri dari:
1. Penyadartahuan dan peningkatan pemahaman;
2. Penguatan ekosistem pendukung;
3. Peningkatan kesiapan sumber daya manusia;
4. Percepatan transformasi industri dan pasar;
5. Pemantauan Implementasi dan Evaluasi

Dalam mencapai sasaran strategis tersebut, rencana aksi yang akan dilakukan terbagi menjadi dua
tahap, yaitu Tahap Jangka Menengah dan Tahap Jangka Panjang.
1. Jangka Menengah (5 tahun), merupakan rencana aktivitas yang fokus pada penyiapan
pondasi kerangka kerja stakeholder dalam mengembangkan sumber daya manusia yang
mendukung green jobs. Kerangka kerja tersebut berisi rangkaian aktivitas, indikator, dan
produk dari setiap stakeholder kunci yang relevan dalam rangka menyadartahukan dan
meningkatkan pemahaman; menguatkan ekosistem pendukung; meningkatkan kesiapan
sumber daya manusia; mempercepat transformasi industri dan pasar; serta memantau
implementasi dan evaluasi pencapaian pengembangan sumber daya manusia.
2. Jangka Panjang (lebih dari 5 tahun), merupakan rencana aktivitas yang fokus pada penguatan
dan pemutakhiran kelembagaan untuk mendorong akselerasi keterampilan dan

38
pengetahuan di sektor Green Jobs, match-making dan mengarusutamakan Green Jobs dengan
Dunia Usaha dan Pendidikan, serta peningkatan pekerjaan dengan akses pada perlindungan
lingkungan.

Pada buku peta jalan pengembangan sumber daya manusia yang mendukung Green Jobs ini akan
fokus memetakan dan memberikan panduan rinci pada periode Jangka Menengah (5 tahun) bagi para
stakeholder dan mitra. Panduan strategi kunci yang digunakan dalam menyusun peta jalan
pengembangan sumber daya manusia yang mendukung Green Jobs dapat dilihat pada grafik dibawah
ini.

39
Grafik 1. Peta Jalan Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Mendukung Green Jobs di Indonesia (link edit grafik-> Grafik Draft 0

40
IV.3.1. Penyadartahuan dan Peningkatan Pemahaman
Pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang terampil dalam mendukung green jobs
membutuhkan peran berbagai pihak dalam meningkatkan kesadaran serta pemahaman terkait
pekerjaan ramah lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, teridentifikasi beberapa poin yang patut
diperkuat oleh para pemangku kepentingan melalui promosi, edukasi, dan apresiasi.

Untuk itu, terdapat lima aktivitas kunci yang perlu dilakukan para pemangku kepentingan untuk
meningkatkan kesadaran dan, sosialisasi, maupun pemahaman masyarakat, yaitu:
1. Mendorong event nasional tahunan sebagai ajang promosi lewat Green Jobs Conference
2. Menginisiasi Penghargaan Green Jobs sebagai bentuk apresiasi dan rekognisi bagi praktisi,
akademisi, pelaku, hingga masyarakat umum, yang turut serta meningkatkan keterampilan
SDM Green Jobs di Indonesia
3. Menginisiasi pemilihan Duta Green Jobs sebagai bagian dari promosi dan edukasi
4. Mendorong terciptanya Green Jobs Education and Training Network dengan tujuan untuk
mensinergikan pengembangan bahan ajar, silabus, jaringan pendidikan, dan forum akademisi
yang mempercepat pertumbuhan Green Jobs
5. Melakukan Kampanye Green Jobs dan Green Industry untuk mengedukasi dan
mempromosikan pengembangan sumber daya manusia.

IV.3.2. Penguatan Ekosistem Pendukung


Penguatan ekosistem pendukung dalam sebuah perencanaan kebijakan merupakan katalis yang
diperlukan agar kebijakan Green Jobs dapat berjalan dengan baik. Ekosistem pendukung agar sumber
daya manusia yang mendukung green jobs berkembang dengan baik dilakukan melalui penyusunan
regulasi pendukung, penguatan jejaring atau forum multipihak, pendayagunaan lembaga pendukung.

Adapun, pembangunan ekosistem pendukung dapat direalisasi melalui kebijakan yang dapat secara
efektif menjawab urgensi dalam pengawalan pengembangan Green Jobs. Maka dari itu, sebagai
bentuk langkah maju dari komitmen serta tahap implementasi dan dalam rangka antisipasi kebutuhan
tenaga kerja beserta kompetensi, pada Jangka Menengah terdapat indikator berupa aktivitas kunci
yang dapat dilakukan para pemangku kepentingan agar ekosistem pendukung dalam menciptakan
sumber daya manusia yang terampil dapat dicapai melalui:
1. Mendorong adanya regulasi atau aturan payung yang menjadi arah dan panduan kebijakan
nasional terkait pengembangan SDM yang mendukung Green Jobs. Dengan
mempertimbangkan prioritas pemerintah dalam pengembangan ekonomi hijau, peningkatan
talenta sumber daya manusia serta dorongan untuk membangun ekosistem hijau dengan
reputasi internasional, bentuk regulasi ini bisa berupa Peraturan Presiden yang didukung oleh
dokumen perencanaan pembangunan nasional dan daerah
2. Mendorong adanya regulasi yang mendukung peningkatan portofolio keterampilan dan
pengetahuan Green Jobs pada institusi swasta dan industri
3. Menciptakan dialog lintas sektor melalui forum multipihak yang mendiskusikan
perkembangan regulasi dan implementasi peningkatan keterampilan SDM
4. Melakukan pendayagunaan kelembagaan sebagai focal point dan fasilitator dalam bentuk
sekretariat
5. Melakukan harmonisasi dan rekognisi kebijakan Green Jobs dengan sektor lain, termasuk
aspek pendanaan lewat konferensi nasional/internasional

41
6. Memastikan adanya pembelajaran lintas aktor sebagai model pengembangan praktik baik
Green Jobs pada sektor energi terbarukan dan industri.

Urgensi dari penyusunan regulasi yang dapat mengkonsolidasikan kebijakan menjadi bagian penting
untuk kerap menangkap momentum oleh Green Jobs. Selebihnya, hal ini juga dapat mendukung
aspirasi Pemerintah Indonesia untuk menjadi ekosistem ekonomi hijau dunia.197 Percepatan dan
harmonisasi perlu dilakukan agar Pemerintah Indonesia dapat memenuhi target yang telah ditetapkan
antara lain target untuk mensertifikasi 71 perusahaan yang memiliki Standar Industri Hijau pada tahun
2024198, Bauran EBT yang paling sedikit mencapai 23 persen pada 2024199, pelaksanaan TKDN yang
mencapai 40% untuk R1 dan R2200, pencapaian Market Share 20 persen untuk kendaraan listrik201 serta
persiapan infrastruktur (infrastructure readiness) pada tahun 2025.202

IV.3.3. Peningkatan Kesiapan Sumber Daya Manusia


Peningkatan kesiapan sumber daya manusia sangat diperlukan, terutama dalam menunjang tenaga
kerja hijau yang terampil dan handal. Langkah strategis yang harus dilaksanakan dalam kerangka kerja
peta jalan pengembangan SDM yang mendukung Green Jobs di Indonesia melalui pengembangan
desain kurikulum, bahan ajar, dan media pembelajaran; pengembangan kapasitas dan skema
pelatihan; dan pengembangan kompetensi sertifikasi keterampilan yang mendukung Green Jobs.

Berdasarkan langkah strategis tersebut, maka aktivitas kunci yang dilakukan dalam waktu Jangka
Menengah adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan dan memutakhirkan desain instruksional kurikulum yang sesuai dengan
tuntutan dunia usaha dan industri hijau. Pengembangan ini dapat disinergikan dengan (1)
greening education system; (2) mengembangkan kurikulum keterampilan Green Jobs,
termasuk untuk pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi; dan (3) mendorong adanya profiling
alumna lewat Capaian Pembelajaran Lulusan
2. Mengembangkan dan mempermudah akses skema pelatihan (kursus) untuk fresh graduate,
pekerja, dan masyarakat berbasis peta okupasi nasional Green Jobs
3. Mengembangkan dan menerapkan skema sertifikasi profesi nasional Green Jobs melalui (1)
skema sertifikasi profesi nasional, (2) program pilot untuk menerapkan peta okupasi Green
Jobs sebagai praktik baik, (3) pengembangan SKKNI dan KKNI.

IV.3.4. Percepatan Transformasi Industri dan Pasar


Peningkatan peran dan keterlibatan industri maupun institusi swasta dalam mempercepat
transformasi industri dan pertumbuhan pasar ketenagakerjaan sangat penting. Permintaan atau pun
kebutuhan keterampilan hijau yang spesifik akan terus berkembang sejalan dengan komitmen

197
https://wartaekonomi.co.id/read436959/jokowi-optimis-indonesia-jadi-kunci-ekosistem-ekonomi-hijau-
dunia
198
Indikator 12, II.23, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024
199
Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2019-2038
200
Peraturan Menteri Perindustrian No. 27 Tahun 2020 tentang Spesifikasi, Peta Jalan dan Ketentuan
Perhitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery
Electric Vehicle)
201
Ibid.
202
Ibid.

42
pembangunan hijau Indonesia. Transformasi industri dan pasar ketenagakerjaan hijau merupakan
tantangan besar yang membutuhkan aksi dan kolaborasi institusi swasta dan industri. Beberapa
langkah strategis untuk meningkatkan peran dan keterlibatan institusi swasta dan industri dalam
mendorong pengembangan sumber daya manusia yang mendukung Green Jobs, antara lain
memberikan dukungan insentif pada pelaku ekonomi hijau, berkolaborasi dengan akselerator ataupun
inkubator untuk menumbuhkan bisnis hijau baru, dan mengembangkan skema sertifikasi bagi industri
hijau.

Untuk itu, pada periode jangka menengah terdapat beberapa aksi kunci yang diperlukan oleh para
pemangku kepentingan, diantaranya:
1. Merumuskan insentif fiskal dan non fiskal bagi para pelaku industri berkelanjutan sebagai
trigger pengembangan ekonomi hijau dan penciptaan lapangan kerja baru. Selain itu, perlu
adanya insentif berupa kemudahan pelatihan dan akses sertifikasi bagi industri hijau
2. Mendorong adanya Dewan Keterampilan Sektor Green Jobs yang mendukung tumbuhnya
dan memfasilitasi pameran karir nasional maupun daerah
3. Mendorong adanya program percepatan Green Jobs dan matchmaking lewat program
pelatihan kerja dan bisnis yang mempertemukan usaha rintisan dan institusi pendukung,
termasuk didalam kawasan industri
4. Menciptakan pusat informasi pasar Green Jobs sebagai sistem informasi pasar kerja untuk
publik memiliki akses informasi hingga bursa kerja yang memadai
5. Pengembangan standar industri hijau yang mendukung terciptanya sistem rekrutmen
berbasis kompetensi hijau
6. Memfasilitasi penyusunan panduan skema transisi industri hijau yang dapat digunakan dunia
usaha untuk melakukan transformasi bisnis yang berkelanjutan.

IV.4. Pemantauan Implementasi dan Evaluasi


Untuk menjamin arah kebijakan Green Jobs yang sesuai dengan visi program pemerintah Indonesia,
serta memastikan bahwa target aktivitas kunci setiap tahun dapat dilakukan dengan baik maka
pemantauan implementasi dan evaluasi harus dilakukan secara terukur. Peta Jalan Pengembangan
Green Jobs perlu dimonitor dan dievaluasi secara berkala dan terstruktur, untuk itu indikator aktivitas
dalam peta jalan ini akan menjadi acuan seluruh pihak dalam mendorong kebijakan pengembangan
sumber daya manusia yang mendukung Green Jobs.

Untuk mencapai target tersebut, terdapat beberapa aktivitas kunci yang diperlukan dalam
memperkuat pemantauan implementasi dan evaluasi, antara lain:
1. Membuat survei green jobs sejalan dengan survei angkatan kerja nasional tahunan terhadap
sektor energi terbarukan dan industri
2. Melakukan pengumpulan data yang dapat mengukur perubahan dan pertumbuhan Green
Jobs di Indonesia
3. Mendorong Green Jobs Outlook Indonesia setiap tahun, untuk menjadi referensi bagaimana
tren dan dinamika keterampilan sumber daya manusia yang mendukung Green Jobs
4. Koordinasi, pemantauan, dan evaluasi melalui platform pelaporan yang berisi laporan
kemajuan implementasi peta jalan.

43
Grafik 2. Rencana Kerja Green Jobs di Seluruh Sektor (Grafik Draft 0)

44
Daftar Pustaka

45

Anda mungkin juga menyukai