Anda di halaman 1dari 7

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

Jalur A Reguler
============================================================================
MATA KULIAH : Dasar Epidemiologi
NAMA : Yuli Anisa
DOSEN : Ikhtiyaruddin,MKM
NIM : 22011162
WAKTU :110 menit
TANDA TANGAN :

==================================================================================
Petunjuk :
a. Bacalah soal dibawah ini dengan teliti dan Jawablah pertanyaan dengan jelas. (tidak
diperkenankan untuk mengcopypaste jawaban teman)
b. Lihatlah referensi dan gunakan alat hitung.
c. Upload jawaban saudara kedalamlink yang sudah dibagikan dalam bentuk file PDF paling
lambat 09 Januari 2023
d. Setiap soalan memiliki nilai 20 artinya, Boleh dikerjakan 5 Soalan Saja dan 2 Soalan di abaikan.

Soal NO. 1 :

Menurut Depkes RI tahun 2008 dalam profil pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan (PP dan PL), hasil penemuan penderita untuk daerah luar Jawa dan Bali
menggunakan indikator Annual Malaria Incidence (AMI) atau Angka Klinis Malaria per 1.000
penduduk. Selama tahun 2008 AMI di daerah luar Jawa Bali adalah sebesar 17.7 ‰. Menurut
Harijanto (2009), di luar Jawa dan Bali, penderita klinis malaria yang datang ke fasilitas
kesehatan hanya 20-50% yang dilakukan pemeriksaan laboratorium dan AMI selama tahun 2006
sebesar 23,98‰.

Provinsi Riau memiliki berberapa kabupaten yang merupakan daerah endemis malaria
diantaranya Kabupaten Kampar, Indragiri Hulu, Pelalawan, Indragiri Hilir, Kuansing, Siak dan
Rokan Hilir. Adapun AnnualParasiteIncidence (API) dari tahun 2010 – 2012 dapat di lihat pada
tabel 1.1 sebagai berikut:

Tabel 1.1. Distribusi AnnualParasiteIncidence (API) malaria perkabupaten /kota dalam


Provinsi Riau tahun 2012
No Kabupaten/Kota Tahun 2012
1 Pelalawan 2‰
2 Rokan Hilir 0,37 ‰
3 Kuansing 0,33 ‰
4 Indragiri hulu 0,3 ‰
5 Indragiri hilir 0,23‰

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Riau

Berdasarkan tabel 1.1 diatas, angka kejadian malaria di Provinsi Riau paling tinggi
terjadi di Kabupaten Pelalawan yaitu sebesar 2 ‰, kemudian Kabupaten Rokan Hilir sebesar
0,37 ‰, Kuansing 0,33 ‰, Indragiri Hulu 0,3 ‰ dan Indragiri Hilir 0,23‰.
Berdasarkan data Dinkes Kabupaten Pelalawan tahun 2012 pada 12 puskesmas di
Kabupaten Pelalawan distribusi API di Kabupaten Pelalawan paling tinggi terjadi wilayah kerja
Puskesmas Kerumutan yaitu 7,25 ‰ dan Puskesmas Ukui yaitu 7,24‰. Jika di lihat distribusi
API berdasarkan tahun 2011 dan 2012 malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Ukui mengalami
peningkatan, tahun 2011 API yaitu 6,05‰ dan tahun 2012 API yaitu 7,24‰.

Distribusi API berdasarkan desa/kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Ukui tahun 2012
tertinggi di desa Tri mulya Jaya yaitu 17,39‰ dan terendah di Desa Lubuk Kembang Bunga itu
artinya semua desa melebihi target API nasional yaitu > 1‰.

Berdasarkan keadaan-keadaan tersebut di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan


penelitian tentang faktor risiko kejadian malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Ukui Kabupaten
Pelalawan.

Pertanyaan?
a.Apakah jenis penelitian tersebut dan metode penelitiannya? Jelaskan alasannya

Jawaban no.1:

Menggunakan jenis penelitian kuantitatif karena data penelitian berupa angka dan diolah
berdasarkan cara yang matematis sedangkan metode penelitian tersebut adalah deskriptif
dimana peneliti berusaha mengungkap faktor resiko kejadian penyakit malaria di wilayah kerja
puskesmas Ukui.

Soal NO. 2:

Surveilan merupakan komponen penting manajemen upaya kesehatan masyarakat, karena


menyediakan input informasi yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi masalah yang sedang
timbul serta mengevaluasi evektifitas tindakan pengendalian masalah. Penyediaan informasi
memungkinkan otoritas kesehatan mengambil tindakan yang tepat dan cepat untuk
mengendalikan penyakit atau melakukan investigasi lebih mendalam (Murti, 2003)
Pertanyaan:
a.Bacalah gambar diatas dan Menurut saudara apakah surveilan penyakit menular dan tidak
menular saat ini sudah berjalan sebagaimana mestinya ? (jelaskan)

Jawaban no.2:

Menurut saya sudah, karena pada gambar dapat disimpulkan bahwa koordinasi dan kerjasama lintas
sektor antara pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan dengan fasilitas layanan kesehatan sudah
cukup baik dan jika poin “perubahan yang diharapakn” bener tercapai maka tentu akan mendukung
tercapainya derajat kesehatan yang ditargetkan.
Soal NO. 3 :
Penelitian dilakukan oleh fauzi dan amir mahasiswa S1 keperawatan STIKes Hang Tuah Pekanbaru
tahun 2017 di desa bukit batu dengan jumlah Penduduk 900 orang dengan jumlah perempuan 2:1,
menggunakan rancangan/disain kasus kontrol untuk menentukan hubungan antara pre-eklamsia
dengan hipertensi. Kelompok kasus terdiri dari 100 orang pre-eklamsia dan kelompok kontrol terdiri
dari 200 orang bukan pre-eklamsia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diantara 100 penderita
Preeklamsia terdapat 20 orang hipertensi, dan diantara 200 orang bukan pre-eklamsia terdapat 14
orang yang hipertensi.

Pertanyaan
a.Hitunglah Prevalen Rate Kejadian Hipertensi di desa bukit batu.

Jawaban no.3:

Diketahui:
Jumlah penduduk = 900 orang
Jumlah penderita hipertensi = 34 orang
Prevalen rate = 34/900 = 0,03%
Soal NO. 4 :

Hepatitis sudah menyerang masyarakat indonesia sejak lama dan masih bertahan sampai saat
ini, ini berdasarkan Data hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2007 yang menunjukkan
prevalensi peyakit Hepatitis B sebesar 9,4%. Nilai itu tidak pernah menurun bahkan dominan
meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Pertanyaan

kasus hepatitis B yang menyerang indonesiadiatas merupakan contoh manfaat


epidemiologi dalam menerangkan masalah kesehatan yaitu
a. Epidemi
b. Pandemi
c. Endemi
d. Sporadik
Pilih salah diatas berdasarkan masalah pada deskripsi dan Jelaskan Alasannya?

Jawaban no.4:

Endemi karena hepatitis B merupakan penyakit Yang ada sejak lama dan menyerang indonesia
dengan kasus yang terjadi secara konstan.

Soal NO. 5 :

40
36
35

35

30

25
25 23

20

15

10
6
5
5 3

0 0 0 0 0
0
0-7 hr 8-28 hr < 1 1-4 5-9 10-14 15-19 20-44 45-54 55-59 60-69 70+
Gambar diatas adalah hasil pengolahan data kasus DBD di Dinas Kesehatan Prop. Riau Tahun
2007 yang berasal dari laporan STP berdasarkan kelompok umur.
Pertanyaan :
a.Buat Lah Judul gambar tersebut dan Bacalah grafik tersebut (interpretasikan)

Jawaban no.5:

Judul : Kasus DBD di Provinsi Riau Tahun 2007

Dari grafik tersebut dapat disimpulan kejadian DBD di provinsi Riau nihil pada awal tahun hingga satu
bulan pertama namun mulai meningkat dan tertinggi diangka 36 kasus pada rentang minggu ke 10
hingga minggu ke 14 dan kembali menurun sampai tidak ada lagi kasus DBD hingga akhir tahun.

Soal NO. 6 :

SAAT DANI DIARE

Sejak pagi, Dani sudah terbirit-birit ke kamar mandi. Sampai sore ini, sudah berkali-kali ia
masuk kamar mandi. Bunda jadi curiga.
“Dani sakit perut ya?” kata Bunda.
“Iya, Bun. Dani diare.”
“Lho, kenapa nggak bilang dari tadi? Ayo ke dokter.” Bunda cemas. Diare bukan penyakit
ringan. Tubuh bisa kekurangan cairan dan membuat lemas tak bertenaga. Pantas saja Dani
terlihat lesu dan pucat.
“Dani nggak mau ke dokter.” Dani menggeleng kuat-kuat. Lalu terbirit-birit lagi ke kamar
mandi.
Dani sangat trauma dengan rumah sakit. Sebulan yang lalu Dani sakit tipes dan harus dirawat
di rumah sakit. Sakit sekali rasanya diinfus. Kalau banyak bergerak, darah bisa naik ke slang
infus. Perawat akan membuka slang itu untuk membersihkan darah. Lalu dirapatkan lagi
dengan sedikit tekanan di tangan. Sakit sekali. Dani tak mau lagi diinfus.
Dani selesai buang air. Ternyata Bunda sudah di depan pintu kamar mandi. Pakai baju rapi,
bersiap pergi ke dokter. Dani meringis. “Beli obat di apotik saja, Bunda.” Dani memelas.
“Tidak boleh, Dani. Obat bebas itu tidak aman. Harus dengan resep dokter. Kamu diperiksa
dulu, supaya obatnya tepat”
“Dani nggak mau…” Dani mulai menangis. Perutnya melilit, sakit sekali. Tapi Dani takut diinfus,
tak suka bau karbol.
“ Kalau Dani mencret terus, Dani bisa diinfus lagi.” Bunda menjelaskan. “Enggak
mau!”
“Makanya kita ke dokter supaya kamu dapat obat.” Bunda mengambil kunci mobil.
“Dani tak mau diinfus. Dani benci bau rumah sakit.” Dani menjerit-jerit. Perutnya melilit lagi.
Buru-buru Dani ke kamar mandi.
Bunda menunggu di depan pintu. “Sekarang kita ke dokter.” Putus Bunda. Dani pasrah.

Dani menggerutu dalam hati. Bunda memaksa Dani ke tempat yang Dani benci. Sudah
terbayang lobby rumah sakit yang berwarna hijau. Ruang tunggu yang penuh dengan bangku
berjejer-jejer. Lalu terdengar suara bapak-bapak batuk, anak-anak demam, dan obrolan ibuibu
hamil. Ramai sekali.
Harus antri mendaftar satu persatu. Setelah itu, baru menuju ruang periksa masing-masing.
Dani akan di bawa ke ruang dokter spesialis anak. Di sana, lebih menjengkelkan. Banyak anak
demam dan ingusan. Tempatnya sempit. Dani bosan. Rumah sakit bukan tempat yang
menyenangkan.
“Dani kemarin makan apa, kok bisa diare?” tanya Bunda saat mereka sudah ada di mobil.
“Jajan di luar sekolah, Bun.” Dani mengaku.
“Kan sudah Bunda bilang jajan di kantin aja. Lebih bersih dan terjamin.” Sepertinya Bunda
marah. Bunda diam sepanjang perjalanan.
Dani menunduk. Jajanan di kantin itu-itu saja. Kalau di luar sekolah banyak pilihan. Warnanya
juga menarik. Teman-teman tak pernah dilarang Bundanya jajan di luar. Jadi Dani coba-coba,
dan ternyata enak. Namun sekarang Dani menyesal. Enaknya cuma sebentar. Sakitnya lama
dan menyiksa.
“Kita sampai.” Kata Bunda sambil mematikan mobil.
Di depan Dani ada sebuah rumah mewah. Bukan rumah sakit.
“Bukan ke rumah sakit, Bun?”
Bunda tersenyum. “Bukan, sayang. Kan Dani tak suka rumah sakit.”
Dani mengikuti Bunda sambil memegangi perutnya yang melilit lagi. Ada banyak anak-anak
juga, seperti ruang tunggu rumah sakit. Namun ruang tunggu ini lebih luas. Dan ada taman
bermain di halaman. Dindingnya dihiasi tokoh-tokoh kartun dengan warna ceria. Majalah
anak-anak disediakan di rak. Ada beberapa anak yang sedang asyik membaca. Dani suka
tempat ini.
“Bun…” Dani memegangi perutnya. Perutnya melilit lagi.
Bunda mengantar ke WC. Saat Dani masuk, Dani tercengang. WC ini bagus. Penuh hiasan
kartun. Tempat sabunnya lucu. Dan yang pasti, tidak bau karbol.
Bunda menunggu di ruang tunggu. Dani memperhatikan dua anak yang sedang main jungkat
jangkit. Kalau saja Dani sehat,pasti Dani juga ikut main bersama mereka. Akhirnya Dani hanya
menatap layar TV yang menayangkan film anak-anak.
Nama Dani dipanggil. Dani masuk. Ruang dokter itu sama sekali tidak menyeramkan.
Dokternya ramah, memeriksa Dani dengan lembut dan melarang jajan sembarangan lagi. Saat
ini Bunda sedang membayar obat di kasir. Dani menunggu sambil membaca majalah. Ada
pembahasan diare di majalah itu. Diare ternyata berbahaya. Pantas saja Bunda cemas dan
memaksa Dani ke dokter. Dani harus minum obat agar segera sembuh.
Dani bersyukur Bunda membawanya ke tempt itu, bukan ke rumah sakit. Ah, Bunda memang
paling tahu yang Dani suka.

Pertanyaan:

a.Berdasarkan riwayat alamiah penyakit, jelaskan riwayat alamiah penyakit diare diatas?

Jawaban no.6:

Tahap Pre-Patogenesis

Pada tahap ini disebabkan oleh mikroorganisme baik bakteri, parasit maupun virus, diantaranya
rotavirus, E.coli dan shigella. Penyebaran mikroorganisme ini dapat terjadi melalui fecal dan oral.
Pada tahap ini belum ditemukan tanda-tanda penyakit. Bila daya tahan tubuh penjamu baik maka
tubuh tidak terserang penyakit dan apabila daya tahan tubuh penjamu lemah maka sangat mudah
bagi virus untuk masuk dalam tubuh.

Tahap Patogenesis

a. Tahap inkubasi
Virus masuk ke dalam tubuh dengan menginfeksi usus baik pada jeyenum, ileum dan colon. Setelah
virus menginfeksi usus, virus menembus sel dan mengadakan lisis kemudian virus berkembang dan
memproduksi enterotoksin.Masa inkubasi biasanya sekitar 2 – 4 hari, pasien sudah buang air besar
lebih dari 4 kali tetapi belum tampak gejala-gejala lain.

b. Tahap Dini

Tahap dini penyakit diare antara lain tubuh kehilangan cairan 5% dari berat badan, kesadaran baik
(somnolen), mata agak cekung, turgor kulit kurang dan kekenyalan kulit normal, berak cair 1 – 2 kali
sehari, lemah dan haus serta ubun ubun besar agak cekung.

c. Tahap Lanjut

Tahap lanjut penyakit diare memiliki ciri-ciri antara lain tubuh kehilangan cairan lebih dari 5-10%
berat badan, keadaan umum gelisah, perasaan haus lebih tinggi, denyut nadi cepat dan pernapasan
agak cepat, mata cekung, turgor dan tonus otot agak berkurang, ubun-ubun besar cekung,
kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali sekitar 1-2 detik serta selaput lendir agak
kering.

d. Tahap Akhir

Tahap akhir penyakit diare memiliki ciri-ciri antara lain tubuh kehilangan cairan lebih dari 10% berat
badan, keadaan umum dan kesadaran koma atau apatis, denyut nadi sangat cepat, pernapasan
cepat dan dalam (kusmaull), ubun-ubun besar sangat cekung, turgor/tonus sangat kurang serta
selaput lendir kering (asidosis). Apabila mendapat penanganan yang baik maka pasien dapat
sembuh sempurna tetapi bila tahap akhir tidak mendapat penanganan yang baik maka dapat
mengancam jiwa (kematian).

Soal NO 7 :
MINGGU

DESA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tasik serai 1 1 1 6 8 10 4 2 0 0
Melibur 0 1 1 2 1 0 1 2 0 0
Kuala penaso 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Beringin 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0
Total 2 2 2 8 10 11 5 4 0 0

Tabel diatas adalah merupakan hasil rekapitulasi laporan PWS-KLB penyakit Malaria di Puskesmas
Kecamatan Mandau Tahun 2009.

Pertanyaan:
a.Jelaskan segitiga epidemiologi dalam kejadian penyakit diatas?
Jawaban no.7:

Dari laporan pengawasan wilayah sekitarkejadian luar biasa malaria 2009 di kecamatan mandau
dapat disimpulkan melalui konsep segitiga epidemiologi bahwa keseimbagan antara ketiga unsur
dalam segitiga epidemiologi jika terganggu maka hal tersebut akan menimbulkan terjadinya suatu
penyakit. Dapat dilihat bahwa saat suatu lingkungan terdapat suatu penyakit maka dapat berpotensi
memberikan efek bagi lingkungan disekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai