Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN (AIKA V)

PARADIGMA PENGEMBANGAN IPTEK

Dosen Pengampu: Ali Mubin Subrata, S.Ag. MA

Disusun oleh:
Kelompok 7
5 Shift 2 Malam

1. Fathan Mubina 1762201230


2. Delidha Munikartianingsih 1762201409

AKUNTANSI S1

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang
Maha Esa atas segala rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah AIKA V tepat pada waktunya.
Modul ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata
kuliah AIKA V sebagai referensi yang diambil dari beberapa buku dan internet.
Tersusunnya Makalah ini semoga mendatangkan manfaat yang besar untuk kita
semua. Walaupun pada awalnya penyusunan Makalah ini mengalami banyak
kesulitan dalam menyatukan berbagai materi penting untuk disusun agar menjadi
sebuah bacaan yang menarik untuk dibaca, sehingga atas rahmat dan karunia-Nya
akhirnya penyusunan Makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis telah berusaha untuk menyajikan Makalah ini secara lengkap.
Sehingga para pembaca sekalian dapat mengerti dan sekaligus memahami apa yang
penyusun sampaikan kepada para pembaca.
Atas perhatian pembaca, kami mengucapkan terima kasih.

Tangerang, 2019

Penyusun

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
A. Latar Belakang ............................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
BAB II ..................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4
A. Interrelasi Kebenaran Al-Qur’an dan Ipteks ................................................ 4
B. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan ............................................................ 5-9
C. Bukti-Bukti Ilmiah Kebenaran Al-Qur’an dalam Bidang Pengetahuan 10-13
BAB III ................................................................................................................. 14
PENUTUP ............................................................................................................. 14
A. Kesimpulan ................................................................................................ 14
B. Saran ......................................................................................................... 155
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat seiring


perkembangan zaman. Perkembangan ini membawa berbagai dampak bagi
kehidupan manusia. Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin, sangat
memperhatikan pentingnya IPTEK serta upaya untuk terus mengembangkannya.
Ini terbukti Al-Qur’an dan Hadits sebagai dasar ajaran Islam, tidak hanya
mengatur urusan masalah ubudiyah saja, tetapi juga memuat ayat-ayat yang
berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Banyak ayat-ayat
Al-Qur’an maupun Hadits yang memberikan isyarat tentang ilmu pengetahuan
seperti ilmu biologi, sejarah, astronomi, dan masih banyak lagi.
Akan tetapi masih banyak dari kita yang belum mengetahui akan hal tersebut.
Padahal jika isyarat-isyarat IPTEK dapat kita suguhkan kepada umat manusia di era
sains dan teknologi seperti sekarang ini, bisa menjadi salah satu unsur pengukuh
keimanan bagi umat muslim dan menjadi sarana paling efektif dalam menggaet
massa untuk memeluk agama Allah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Merujuk pada persoalan di atas, pemakalah tertarik untuk mengkaji
persoalan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta korelasinya
dengan Al-Qur’an dan sunah. Maka dalam makalah ini akan membahas tentang
hubungan antara Al-Qur’an, sunnah dengan IPTEK.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan Al-Qur’an dan Sunah terhadap ilmu pengetahuan?
2. Bagaimana hubungan antara Al-Qur’an dengan IPTEKS?
3. Apa bukti ilmiah hubungan Al-Qu’an dengan IPTEKS

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Interrelasi Kebenaran Al- Qur’an dan Ipteks


Interrelasi berasal dari dua kata yaitu inter dan relasi. Inter adalah bentuk
terikat diantara dua sedangkan relasi adalah hubungan atau berhubungan. Jadi
interrelasi merupakan hubungan antara dua masalah yang saling terikat. Dalam
pembahasan ini berkenaan dengan “hubungan kebenaran Al-Qur’an dan ipteks.
Al-Quran adalah kitab petunjuk, demikian hasil yang kita peroleh dari
mempelajari sejarah turunnya. Ini sesuai pula dengan Penegasan
Al-Quran: Petunjuk bagi manusia, keterangan mengenai petunjukserta pemisah
antara yang hak dan batil.
‫ش ِهدَ ِم ْن ُك ُم‬
َ ‫ان ۚ فَ َم ْن‬ ِ َ‫ت ِمنَ ْال ُهدَ ٰى َو ْالفُ ْرق‬ ٍ ‫اس َوبَ ِينَا‬ ُ ‫ضانَ الَّذِي أ ُ ْن ِز َل ِفي ِه ْالقُ ْر‬
ِ َّ‫آن ُهدًى ِللن‬ َ ‫ش ْه ُر َر َم‬ َ
َّ ُ‫سفَ ٍر فَ ِعدَّة ٌ ِم ْن أَي ٍَّام أُخ ََر ۗ ي ُِريد‬
‫َّللاُ ِب ُك ُم ْاليُس َْر َو ََل‬ َ ‫ضا أ َ ْو‬
َ ‫علَ ٰى‬ ً ‫ص ْمهُ ۖ َو َم ْن َكانَ َم ِري‬ ُ ‫ش ْه َر فَ ْل َي‬
َّ ‫ال‬
َ‫علَ ٰى َما َهدَا ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم ت َ ْش ُك ُرون‬ َّ ‫ي ُِريدُ ِب ُك ُم ْالعُس َْر َو ِلت ُ ْك ِملُوا ْال ِعدَّة َ َو ِلت ُ َك ِب ُروا‬
َ َ‫َّللا‬
Artinya : (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan
barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan
Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
(QS Al- Baqarah 2:185).

4
B. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan
Al-Quran demikian menghormati kedudukan ilmu dengan Penghormatan
Yang tidak ditemukan bandingannyadalam Kitab-kitab Suci Yang Lain Sebagai
bukti, Al-Quran menyifati masa Arab pra-Islam dengan jahiliah (kebodohan). Di
dalam Al-Quran terdapat beratus-ratus ayat yang menyebut tentang ilmu dan
pengetahuan.Di dalam sebagian besar ayat itu disebutkan kemuliaan dan ketinggian
derajat ilmu.
Dalam rangka mengingatkan tentang anugerah yang telah diberikan kepada
manusia, Allah berfirman:
"Allah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak mereka ketahui." (QS 96:5)
"Allah meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman dan mempunyai
ilmu." (QS 58:11)
"Apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak
mengetahui?" (QS 39:9)
Al-Qur’anul karim ialah mu’jizat Islam yang kekal dan mu’jizatnya selalu
diperkuat dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturnkan oleh Allah swt kepada
Rasulullah Muhammad s.a.w. untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju
jalan yang terang, serta membimbing mereka ke jalan yang lurus.
Sejak awal kelahiran, Islam sudah memberikan penghargaan yang
begitu besar terhadap ilmu pengetahuan. Bila kita memperhatikan ayat Al-Qur’an
yang pertama kali turun kepada Rasulullah SAW. yaitu QS. Al-‘Alaq ayat 1 sampai
5, kita diingatkan bahwa sejak semula Islam membawa semangat keilmuan. Ayat
di atas memerintahkan manusia agar gemar membaca, menulis, serta gemar
melakukan penelitian.1[2]
Membaca bukan saja dalam arti sempit harfiah yaitu membaca yang
tergores dalam kertas atau tulisan, melainkan juga membaca goresan Yang Maha
Mencipta yaitu alam semesta. Ayat kedua dan ketiga menekankan agar manusia

1[2] Yusuf Qardhawi, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan,
(Jakarta: Gema Insani, 1999), hlm. 91.

5
menyadari tentang kejadiannya sehingga dalam diri manusia terbebas rasa
sombong, angkuh, sebaliknya tertanam sifat kebersamaan antar sesama manusia.
Karena yang mulia hakekatnya hanyalah Allah SWT. Dan yang terpenting ialah
perintah membaca, menulis, melakukan observasi atau penelitian dengan dilandasi
iman dan akhlak mulia.2[3]
Wahyu yang pertama diturunkan berisi perintah yang begitu jelas dan tegas
agar Nabi “Membaca” dan diteruskan dengan perintah belajar melalui qalam.
Padahal beliau hidup dalam lingkungan yang tidak terbiasa untuk belajar dan
mengajar. Demikianlah keistimewaan Al-Qur’an memandang prospektif masa
depan dengan perintah membaca dan mengadakan penelitian untuk mendapatkan
ilmu pengetahuan. Bahkan Rasulullah SAW dalam banyak Haditsnya sangat
menganjurkan agar umat Islam senantiasa menkaji ilmu pengetahuan. Seperti
dalam pernyataan beliau,”Mencari ilmu itu wajib bagi setiap Muslim”; “Carilah
ilmu sejak dalam buaian sampai ke liang lahat” ; “Carilah Ilmu walau sampai ke
negeri Cina!”; “Ilmu pengetahuan itu milik orang mukmin yang hilang, dimana
saja ia mendapatkannya, maka ia lebih berhak memilikinya daripada yang lain.”
Di samping itu masih banyak ayat lain yang menyatakan tentang kemuliaan
ilmu. Dan dalam hadis-hadis Rasulullah dan para Imam Ahlul Bait yang
kedudukannya mengiringi Al-Quran terdapat dalil-dalil yang tidak terhitung
banyaknya tentang anjuran untuk mencari ilmu, arti penting dan
kemuliaannya.Ayat-ayat Al-Qur'an merupakan petunjuk manusia tidak saja untuk
kehidupan akherat namun juga untuk kebaikan kehidupan di dunia.
Ilmu pengetahuan dan Teknologi adalah salah satu sarana manusia untuk menuju
kehidupan di dunia lebih baik.Oleh sebab itu, dalam Al-qur'an pun tak luput
memberikan petunjuk tentang ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan
manusia.

6
Membuka dan membaca mushaf Al-Qur'an, kita akan menemukan ratusan
ayat yang membicarakan tentang petunjuk untuk memperhatikan bagaimana cara
kerja Alam dunia ini. Tidak kurang dari 700 ayat dari 6000-an ayat Al-Qur'an
memberikan gambaran kepada manusia untuk memperhatikan alam sekitarnya.
Selain itu, biasanya ayat-ayat yang membahasnya diawali maupun diakhiri dengan
sindiran-sindiran seperti; "apakah kamu tidak memperhatikan?", "Apakah kamu
tidak berpikir?", "Apakah kamu tidak mendengar?", "Apakah kamu tidak
melihat?".Sering pula di akhiri dengan kalimat seperti "Sebagai tanda-tanda bagi
kaum yang berpikir", "Tidak dipahami kecuali oleh Ulul Albaab".Demikianlah
Mukjizat terakhir Rasul, yang selalu mengingatkan manusia untuk mendengar,
melihat, berpikir, merenung, serta memperhatikan segala hal yang diciptakan Allah
di dunia ini.
Berkat dorongan ayat-ayat tersebutlah, ulama-ulama pada abad ke 8-10 Masehi di
Timur Tengah mampu mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan yang berlandaskan
pada riset (dengan cara mendengar, melihat, memperhatikan, merenungkan, dan
memikirkan) dan mengimplementasikannya dalam bentuk alat-alat maupun metode
yang berguna bagi kehidupan manusia.
Membuka kembali lembaran sejarah masa kejayaan Islam, kita akan
mendapati begitu banyak sumbangsih umat Islam bagi dunia Ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pada masa itu, dunia di luar Islam diselubungi kegelapan
Ilmu.Perdukunan, mantra dan jampi-jampi menjadi jalan untuk pengobatan. Namun
berbeda di dunia Islam, seorang Ibnu Sina telah mengembangkan berbagai metode
pembedahan manusia, dialah sang bapak kedokteran modern.Karya
monumentalnya,Alqanun fi At Tib (yang diterjemahkan ke Eropa
menjadi CANON), menjadi rujukan utama dunia kedoktekan sampai abad ke 19.

Kita juga harus berterima kasih kepada Al-Khawarizmi, yang telah


mengembangkan metode Al-goritma. Kenapa disebut Al-goritma? Al-goritma
merupakan aksen eropa dari nama al-khawrizmi. Seperti ilmuwan lainnya, Ibnu
Sina menjadi Avecina, Ibnu Rusyd menjadi Averoes. Dan masih banyak lagi

7
penemuan-penemuan di dunia Islam pada masa itu seperti, metode fotografi paling
awal yang disebut ruang gelap, jam air, piston.
Namun alangkah ruginya, umat Islam saat ini yang kurang sekali mengapresiasi
kandungan Al-Qur’an, akibat banyaknya muslim yang tidak paham bahasa Al-
Qur’an (Bahasa Arab), meskipun hanya sebatas pemahaman tingkat dasar. Akibat
tidak paham bahasa Al-Qur’an, membaca Al-Qur’an hanya sebatas ritual saja
(meskipun begitu dasyatnya Al-Qur’an, sehingga orang yang tidak paham
maksudnya pun dapat menjadi tenang hatinya). Bahkan banyak generasi muda yang
enggan untuk sekedar menyentuhnya, apalagi untuk membacanya. Hal ini tidak lain
disebabkan oleh minimnya pengetahuan generasi muda Islam tehadap bahasa Al-
Qur’an.
Membahas hubungan antara Al Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dari
banyak atau tidaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dikandungnya, tetapi
yang lebih utama adalah melihat : adakah Al qur’an atau jiwa ayat-ayatnya
menghalangi ilmu pengetahuan atau mendorongnya, karena kemajuan ilmu
pengetahuan tidak hanya diukur melalui sumbangan yang di berikan kepada
masyarakat atau kumpulan ide dan metode yang dikembangkannya, tetapi juga pada
sekumpulan syarat-syarat psikologis dan social yang diwujudkan, sehingga
mempunyai pengaruh (positif atau negative) terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.
Sejarah membuktikan bahwa Galileo ketika mengungkapkan penemuan ilmiahnya
tidak mendapat tantangan dari satu lembaga ilmiah, kecuali dari masyarakat dimana
ia hidup. Mereka memberikan tantangan kepadanya atas dasar kepercayaan agama.
Akibatnya, Galileo pada akhirnya menjadi korban penemuannya sendiri.

Dalam Al qur’an ditemukan kata-kata “ilmu” dalam berbagai


bentuknyayang terulang sebanyak 854 kali. Disamping itu, banyak pula ayat-ayat
Al qur’an yang menganjurkan untuk menggunakan akal pikiran, penalaran, dan
sebagainya, sebagaimana dikemukakan oleh ayat-ayat yang menjelaskan hambatan
kemajuan ilmu pengetahuan, antara lain :
1. Subjektivitas (a) suka dan tidak suka (baca antara lain, QS 43:78 ; 7:79); (b)
taqlid atau mengikuti tanpa alasan (baca antara lain, QS 33:67 ; 2:170).

8
2. Angan-angan dan dugaan yang tak beralasan (baca antara lain, QS 10:36).
3. Bergegas-gegas dalam mengambil keputusan atau kesimpulan (baca antara lain
QS 21:37).
4. Sikap angkuh (enggan untuk mencari atau menerima kebenaran) (baca antara
lain QS 7:146).

Di samping itu, terdapat tuntutan tuntutan antara lain :


1. Jangan bersikap terhadap sesuatu tanpa dasar pengetahuan (QS 17:36), dalam
arti tidak menetapkan sesuatu kecuali benar-benar telah mengetahui dulu persoalan
(baca antara lain QS 36:17), atau menolaknya sebelum ada pengetahuan (baca
antara lain, QS 10:39).
2. Jangan menilai sesuatu karena factor ekstern apa pun walaupun dalam dalam
pribadi tokoh yang paling diagungkan.Ayat- ayat semacam inilah yang
mewujudkan iklim ilmu pengetahuan dan yang telah melahirkan pemikir-pemikir
dan ilmuwan-ilmuwan Islam dalam berbagai disiplin ilmu. “tiada yang lebih baik
dituntun dari suatu kitab akidah (agama) menyangkut bidang ilmu kecuali anjuran
untuk berpikir, serta tidak menetapkan suatu ketetapan yang menghalangi umatnya
untuk menggunakan akalnya atau membatasinya menambah pengetahuan selama
dan dimana saja ia kehendaki. Dan inilah korelasi pertama dan utama antara Al
qur’an dan ilmu pengetahuan. Sedangkan Korelasi kedua dapat ditemukan pada
isyarat-isyarat ilmiah yang tersebar dalam sekian banyak ayat Al qur’an yang
berbicara tentang alam raya dan fenomenanya. Isyarat-isyarat tersebut sebagian nya
telah diketahui oleh masyarakat arab ketika itu. Namun apa yang mereka ketahui
itu masih sangat terbatas dalam perinciannya.

9
C. Bukti-bukti Ilmiah kenbenaran Al-Qur’an dalam bidang
Pengetahuan
Seperti yang telah dikemukakan bahwa salah satu pembuktian tentang
kebenaran Al qur’an adalah ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin yang
diisyaratkan. Memeng terbukti, bawa sekian banyak ayat-ayat Al qur’an yang
berbicara tentang hakikat ilmiah yang tidak dikenal pada masa turunnya, namu
terbukti kebenarannya di tengah-tengah perkembangan ilmu, seperti :
 Teori tentang expanding universe (kosmos yang mengembang) (QS 51:47).
 Matahari adalah planet yang bercahaya sedangkan bulan adalah pantulan dari
cahaya matahari (QS 10:5).
 Pergerakan bumi mengelilingi matahari, gerakan lapisa-lapisan yang berasal
dari perut bumi, serta bergeraknya gunung sama dengan pergerakan awan (QS
27:88).
 Zat hijau daun (klorofil) yang berperanan dalam mengubah tenaga radiasi
matahari menjadi tenaga kimia melalui proses foto sintesis sehingga menghasilkan
energy (QS 36:80).bahkan, istilah Al qur’an, al syajar al akhdhar (pohon yang
hijau) justru lebih tepat dari istilah klorofil (hijau daun), karena zat-zat tersebut
bukan hanya terdapat dalam daun saja tapi di semua bagian pohon, dahan dan
ranting yang warnanya hijau.
 Bahwa manusia diciptakan dari sebagian kecil sperma pria dan yang
setelah fertilisasi(pembuahan) berdempet di dinding rahim (QS 86:6 dan 7; 96:2).

Salah satu contoh dari beberapa bukti diatas misalnya awan. Para ilmuwan telah
mempelajari tentang tipe-tipe awan dan meyakini bahwa awan hujan terbentuk dari
sistem tertentu dan berikatan dengan tipe-dpe angin dan awan tertentu.Salah satu
jenis awan hujan adalah awan cumulonimbus bercampur dengan hujan angin ribut
disertai petir dan gemuruh.Para ahli meteorologi telah mempelajari bagaimana
awan cumulonimbus terbentuk dan bagaimana awan itu menghasilkan hujan, hujan

10
es, dan halilintar/kilat. Para ahli meteorologi juga menemukan langkah-langkah
yang dilewati awan cumulonimbus dalam menghasilkanHujan Sebagai berikut:

1. Awan
Didorong AnginAwan cumulonimbus mulai terbentuk ketika angin mendorong
sebagian kecil awan cumulus ke sebuah area di mana awan-awanIniberkumpul.
2.Penggabungan Awan Kecil Bergabung Bersama Membentuk Awan besar.
3.Penumpukan
Ketika awan-awan kecil bergabung, udara yang bergerak ke atas di dalam awan
yang besar meningkat. Udara yang bergerak ke atas dekat dengan pusat awan lebih
kuat dibanding dengan yang dekat dengan tepi. Udara yang bergerak ke atas ini
menyebabkan badan awan tumbuh secara vertikal, sehingga awan menunggu di
udara. Pertumbuhan vertikal ini menyebabkan badan awan menjadi bagian yang
lebih dingin di atmosfer di mana tetesan air dan hujan es merumuskan dan mulai
berkembang melebar.Ketika tetesan air dan hujan es ini menjadi sangat ringan
sehingga udara yang bergerak ke atas menyokong mereka, dengan demikian mereka
mulai turun dari awan menjadi hujan, hujan es, dan lain-lain. Allah berfirman di
dalam Al-Qur’an.

"Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan


antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka
kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya. . . " (QS anNur: 43)
Akhir-akhir ini, ahli meteorologi mengetahui pembentukan, struktur, dan fungsi
awan secara detail dengan menggunakan peralatan canggih seperti pesawat, satelit,
komputer, balon, dan mempelajari angin dan petunjuknya untuk ukuran
kelembaban dan variasinya dan untuk menentukan tingkatan dan variasi tekanan
atmosfir.

Ayat yang terdahulu setelah menyebutkan awan dan hujan, belum bicara tentang
hujan es dan hlilintar.

11
".... dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit (yaitu) dari
(gumpalangumpalan awan seperti) gunung-gunung maka ditimpakan-Nya (butiran-
butiran) es itu kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari
siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan
penglihatan." (QS an-Nur: 43)
Para ahli meteorologi telah menemukan awan cumulonimbus ini, hujan es,
mencapai ketinggian 25.000 sampai 30.000 kaki (4,7 sampai 5,7 mil) seperti
gunung, sebagaimana telah tersebut di dalamal-Quran

". . . dan Allah (juga) menurunkan (butiranbutiran) es dari langit. . .. " (QS an-
Nur:43)
Ayat ini mungkin menimbulkan sebuah pertanyaan mengapa ayat ini menyebutkan
"....halilintarnya' dalam referensi hujan es?Apakah hal ini berarti hujan es adalah
faktor mayoritas dalam menghasilkan halilintar?Mari kita lihat buku yang berjudul
"Meteorology Today" juga menyebutkan tentang hal ini. Buku itu menyebutkan
bahwa awan mengelektrifikasikan hujan es melalui bagian tetesan awan yang
paling dingin dan kristal es. Sebagai tetesan cair yang bertabrakan dengan hujan es,
mereka membeku yang berhubungan dan melepaskan panas yang terpendam.Dia
menjaga permukaan hujan es lebih hangat daripada sekelilingKristal es.

Ketika hujan es berhubungan dengan kristal es, maka terjadilah fenomena yang
penting. Aliran elektron dari objek yang lebih dingin menuju objek yang lebih
panas. Oleh karena itu, hujan es menjadi beraliran negatif Efek yang sama terjadi
ketika tetesan yang paling dingin berhubungan dengan sebongkah hujan es dan
pecahan es kecil yang beraliran positif Geretan partikel beraliran positif ini
kemudian dibawa ke bagian atas awan oleh udara yang bergerak ke atas. Hujan es
yang beraliran negatif turun ke dasar awan, dengan demikian bagian awan yang
paling rendah beraliran negatif.Aliran negatif ini kemudian turun ke tanah menjadi
halilintar.Kami menyimpulkan bahwa hujan es ini karena faktor hasil
dari halilintar.

12
Informasi tentang halilintar akhir-akhir ini ditemukan.Sampai tahun 1600 Masehi,
ide Aristoteles tentang meteorologi sangat dominan.Sebagai contoh, dia
menyatakan bahwa atmosfir berisi dua jenis pernafasan keluar, basah dan kering.
Dia juga mengatakan bahwa guntur adalah suara tumbukan dari pernafasan keluar
yang kering dengan sekitar awan dan halilintar adalah peradangan dan terbakarnya
pernafasan keluar yang kering dengan api yang kecil dan redup. Inilah beberapa ide
tentang meteorologi yang dominan pada saat al-Quran turun pada 14 abad yang
lalu.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Al Qur’an sebagai kitab suci ummat Islam, seringkali diragukan dalam hal
keterkaitannya dengan ilmu pengetahuan. Hal ini tentulah menjadi suatu tantangan
tersendiri bagi ummat islam untuk menelaah lebih jauh kandungan dan isi dari
kitabnya tersebut.
Sebenarnya, bila kita telaah ayat per ayat dalam Al Qur’an, keraguan akan
keabsahan dan kualitas materi kitab ini bisa terjawab dengan mudah. Maka, hanya
orang-orang yang mengamati dan memperhatikan Al Qur’an dengan cermatlah,
yang akan mendapatkan tanda-tanda kebesaran Allah SWT dan kebenaran Al
Qur’an pada setiap penemuan ilmiah yang diperoleh oleh manusia.
Al Qur’an menganjurkan manusia untuk mencari ilmu pengetahuan yang
terdapat di langit dan bumi. Namun tentulah hal tiu jangan sampai menyimpang
dari apa yang telah digariskan dan dibatasi oleh Allah SWT sebagaimana tetera
dalam Al Qur’an.
Beberapa bukti autentik dari penelitian-penelitian ilmiah tentang alam yang
telah dilakukan sampai saat ini, setidaknya telah menjadi bukti bahwa kandungan
Al Qur’an tentang ilmu dan fenomenanya sangatlah benar apa adanya. Maka,
sebaiknya mulai saat ini seluruh umat islam dan seluruh kamu ilmuan sadar, bahwa
kandungan Al Quran tentang ilmu pengetahuan tidak dapat diragukan lagi. Damn

14
tentulah hal ini ditujukan pada, penguatan akan adanya pencipta Al Qur’an itu
sendiri, yang tiada lain adalah Allah SWT.

B. Saran

Mungkin inilah yang bisa kami sampaikan pada penulisan tugas


makalah“Intererrelasi Kebenaran Al-Qur’an dan Ipteks ”. Meskipun penulisan
ini jauh dari sempurna minimal kita dapat mengambil manfaat dan ilmu dari tulisan
ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan yang saya tuliskan, karena saya
hanyalah manusia yang adalah tempat salah dan dosa, dan saya juga butuh saran/
kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada
masa sebelumnya.
Dengan selesainya makalah ini kami berharap dapat mendekatkan diri kepada sang
Khalik sebagai rasa syukur kita terhadap belas kasihnya yang telah mengutus orang
pilihan-Nya kepada kita, dan tak lupa kami sebagai manusia yang tak luput dari
salah tentunya meminta maaf atas ketidaksempurnaan penyusunan makalah ini
karena kami sadar kita masih dalam tahap belajar.

DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’anul Karim
Arifin, M, H, 1993, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara
Deedat, Ahmad, 2003, Al Qur’an Mu’jizat Yang Tak Tertandingi, Jakarta : Pustaka
Achmad Baiquni, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, PT. Dana Bakhti
Prima Yasa, Yogyakarta, 1997. h. 17.
H.G. Sarwar, Filsafat Al-Qur’an, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994. h.
125.
DEPAG, Sains Menurut Perespektif Al-qur’an, PT. Dwi Rama, 2000. h. 3.

15
16

Anda mungkin juga menyukai