Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN MAGANG

DI LAJNAH PENTASHIHAN MUSHAF AL-QUR’AN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Magang Eksternal di Institut Daarul Qur’an Jakarta

Disusun oleh:
Lailatul Uyun
20310099

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM
INSTITUT DAARUL QUR’AN JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
Laporan Magang di Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Kota Jakarta Timur dapat
terselesaikan dengan baik. Terima kasih kepada Ustadz Mohamad Mualim, Lc., M.A sebagai
pembimbing utama yang telah membimbing dan memberikan pengarahan selama penulisan
laporan magang ini. Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan memberi
semangat dalam pengerjaan laporan magang ini.
Pada laporan magang ini sangat dimungkinkan masih banyak kekurangan yang harus
diperbaiki. Segala bentuk kritik dan saran akan dengan senang hati diterima dan diharapkan
dapat membantu dalam penulisan laporan selanjutnya agar lebih baik lagi. Semoga Laporan
Magang di Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pembaca.

Tangerang, Maret 2023

Lailatul Uyun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1

1.2 Tujuan Magang......................................................................................................................2

1.3 Sistematika Laporan...............................................................................................................2

BAB II.............................................................................................................................................3

PROFIL ORGANISASI DAN AKTIVITAS MAGANG...........................................................3

2.1 Profil Organisasi....................................................................................................................3

2.2 Aktivitas Magang...................................................................................................................6

BAB III...........................................................................................................................................8

PEMBAHASAN.............................................................................................................................8

3.1 Landasan Teori.......................................................................................................................9

3.2 Analisis.................................................................................................................................10

BAB IV..........................................................................................................................................11

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI...................................................................................11

4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................11

4.2 Rekomendasi........................................................................................................................11

BAB V...........................................................................................................................................13

REFLEKSI DIRI.........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam rangka menunjang aspek keahlian profesional mahasiswa, Institut Daarul
Qur’an telah menyediakan sarana dan prasarana penunjang pendidikan dengan lengkap,
namun sarana dan prasarana tersebut hanya menunjang aspek keahlian professional
secara teori saja. Dalam dunia kerja nantinya dibutuhkan keterpaduan antara pengetahuan
akan teori yang telah didapatkan dari bangku perkuliahan dan pelatihan praktik di
lapangan guna memberikan gambaran tentang dunia kerja yang sebenarnya.
Magang Kerja merupakan bentuk perkuliahan melalui kegiatan bekerja secara
langsung di dunia kerja. Magang Kerja ini merupakan suatu kegiatan praktik bagi
mahasiswa dengan tujuan mendapatkan pengalaman dari kegiatan tersebut, yang nantinya
dapat digunakan untuk pengembangan profesi. Kegiatan magang kerja ini dilaksanakan di
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. LPMQ adalah satuan kerja setingkat Eselon II
yang secara struktur berada di bawah Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama.
Berbeda dengan satuan kerja lainnya di seluruh Kementerian/Lembaga negara, bahkan
dunia, LPMQ diisi oleh para ASN yang hafal Al-Quran. Sebab, salah satu tugas mereka
adalah melakukan pentashihan Mushaf Al-Qur’an yang akan terbit dan beredar di
Indonesia. Mereka berkantor di Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal (BQMI), TMII,
Jakarta Timur.
Pada pelaksanaan magang kerja ini penulis memilih LPMQ karena untuk dapat
mengidentifikasi manajemen yang terjadi di dalamnya, terutama manajemen proses
dalam salah satu bidang yang dimiliki oleh LPMQ yaitu Pentashihan. Dengan melakukan
kegiatan magang kerja di LPMQ, diharapkan penulis mendapatkan pengetahuan yang
terkait dengan topik, yaitu Manajemen proses dan produksi.

1
1.2 Tujuan Magang
Adapun tujuan kegiatan magang kerja adalah:
1. Melakukan berbagai kegiatan magang kerja serta mempelajari manajemen proses
dan produksi yang dilakukan oleh Bidang Pentashihan di LPMQ.
2. Untuk mengasah dan mendapatkan kemampuan, pengetahuan dan sikap di dunia
industri dengan cara bekerja dan belajar secara langsung dalam proyek atau
permasalahan riil.
3. Untuk memperkenalkan dan menumbuhkan kemampuan mahasiswa/i dalam
dunia kerja nyata.
4. Untuk mendapatkan berbagai pengalaman kerja yang dapat membantu
menghadapi dunia kerja yang sebenarnya.

1.3 Sistematika Laporan


Penulisan laporan ini secara sistematis dapat dibagi menjadi 5 bab, yaitu :
 BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan berisi latar belakang, tujuan magang, dan sistematika penulisan
laporan yang terkait dengan pembangunan sistem informasi ini.
 BAB II PROFIL ORGANISASI DAN AKTIVITAS MAGANG
Pada bab ini akan berisi profil perusahaan secara spesifik yang menjadi konteks
dari topik yang dipilih.
 BAB III PEMBAHASAN
Pada bab ini akan berisi landasan teori yang terkait dengan topik laporan magang,
dan analisis kasus/masalah dengan menggunakan teori atau metode yang relevan.
 BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada bab ini akan berisi kesimpulan pendapat tentang kasus/masalah yang
dianalisis, dan juga rekomendasi terkait dengan hasil analisis.
 BAB V REFLEKSI DIRI
Pada bab ini akan berisi refleksi diri tentang hal-hal positif yang diterima selama
magang, manfaat magang dan memberikan penjabaran rencana
perbaikan/pengembangan diri, karir dan pendidikan selanjutnya.

2
BAB II
PROFIL ORGANISASI DAN AKTIVITAS
MAGANG
2.1 Profil Organisasi
2.1.1 Deskripsi Organisasi
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (disingkat LPMQ) adalah Unit Pelaksana
Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan serta Pendidikan dan Pelatihan, berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama RI. Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an dipimpin oleh seorang Kepala
Lajnah (Kalajnah) yang sejak Maret 2015 dijabat oleh Dr. H. Muchlis Muhammad
Hanafi, MA.

2.1.2 Sejarah Singkat


Berdirinya Lembaga Pentashihan Mushaf Al-Quran diawali dengan masuknya
modernisasi percetakan di awal abad ke-20. Pada saat itu, produksi mushaf al-
Quran turut terpengaruh sehingga ikut diproduksi secara massal oleh berbagai
penerbit. Masing-masing penerbit pada waktu itu melakukan pentashihan sendiri-
sendiri, seperti penerbit Al-Qur’an Matba’ah al-Islamiyah Bukittinggi 1933 M di
tashih oleh as-Syaikh Sulaiman ar-Rasuli dan al-Hajj Abdul Malik, penerbit Abdullah
bin Afif Cirebon 1352 H/1933 M ditashih oleh al-Hajj Muhammad Usman dan al-Hajj
Ahmad al-Badawi, dan lain-lain.
Sebagai wujud perhatian pemerintah untuk menjamin kesucian teks Al-Qur'an
dari berbagai kesalahan dan kekurangan dalam penulisan Al-Qur'an tersebut, pada
tahun 1957 dibentuk suatu lembaga kepanitiaan yang bertugas mentashih
(memeriksa/mengoreksi) setiap mushaf Al-Qur'an yang akan dicetak dan diedarkan
kepada masyarakat Indonesia. Lembaga tersebut diberi nama Lajnah Pentashih
Mushaf Al-Qur'an. Namun keberadaan lembaga ini tidak muncul dalam struktur
tersendiri, dan hanya merupakan semacam panitia adhoc. Lembaga tersebut menjadi
bagian dari Puslitbang Lektur Keagamaan, bahkan dalam PMA no. 3 tahun 2006
tentang organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama nomenklatur Lajnah tidak
disebut sama sekali, meskipun tugasnya terurai dalam tugas pokok dan fungsi

3
(tupoksi). Padahal Lajnah mengemban tugas yang berat dan penting dengan volume
dan cakupan pekerjaan yang luas, serta tanggung jawab yang besar, karena terkait
dengan kajian dan pemeliharaan kitab suci Al-Qur'an.
Tugas-tugas Lajnah semakin berkembang sejalan dengan perkembangan zaman
dan ilmu pengetahuan. Pada tahun 1982 keluar Peraturan Menteri Agama Nomor 1
tahun 1982, yang isinya antara lain menyebut tugas-tugas Lajnah Pentashih, yaitu:
(1) meneliti dan menjaga mushaf Al-Qur'an, rekaman bacaan Al-Qur'an, terjemah dan
tafsir Al-Qur'an secara preventif dan represif;
(2) mempelajari dan meneliti kebenaran mushaf Al-Qur'an, Al-Qur'an untuk tunanetra
(Al-Qur'an Braille), bacaan Al-Qur'an dalam kaset, piringan hitam dan penemuan
elektronik lainnya yang beredar di Indonesia; dan
(3) Menyetop peredaran Mushaf Al-Qur'an yang belum ditashih oleh Lajnah Pentashih
Mushaf Al-Qur’an.

2.1.3 Susunan Organisasi


Sepanjang perjalanan Lajnah sejak pertama kali didirikan pada tahun 1957 telah
mengalami beberapa pergantian kepemimpinan. Sebutan untuk pemimpin Lajnah
hingga akhir tahun 2006 adalah Ketua Lajnah yang secara ex officio dijabat oleh
Kepala Puslitbang Lektur Keagamaan. Sejak awal tahun 2007 sejalan dengan
ditetapkannya Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ) sebagai satuan kerja
(satker) tersendiri, sebutan Ketua Lajnah berubah menjadi Kepala Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur'an.

2.1.4 Tugas dan Fungsi


Tugas-tugas Lajnah hingga tahun 2007 masih sebatas mentashih Al-Qur’an
dengan segala macam produknya. Namun belakangan ini tugas-tugas Lajnah menjadi
semakin luas. Sehubungan dengan itu, sebagai tindak lanjut pelaksanaan Peraturan
Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Agama dan untuk meningkatkan dayaguna dan hasil-guna
pelaksanaan tugas dibidang pentashihan dan pengkajian Al-Qur’an, keluarlah
Peraturan Menteri Agama RI Nomor 3 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja

4
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an.
Di dalam Peraturan Menteri Agama RI Nomor 3 Tahun 2007 Bab I pasal 1,
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an adalah Unit Pelaksana Teknis Badan Penelitian
dan Pengembangan serta Pendidikan dan Pelatihan, berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.
Sejak keluarnya PMA tersebut, Organisasi dan Tata Kerja Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an turut berubah sesuai dengan tugas dan fungsi Lajnah dalam diktum
tersebut, sehingga organisasi ini mencakup 3 bidang, yaitu
(1) Bidang Pentashihan,
(2) Bidang Pengkajian Al-Qur’an, dan
(3) Bidang Bayt Al-Qur’an dan Dokumentasi. Khusus pengelolaan Bayt Al-Qur’an
dan Museum Istiqlal telah diterbitkan pula Keputusan Menteri Agama No. 45 Tahun
2007 tentang Pencabutan Keputusan Menteri Agama Nomor E/50 Tahun 2002 tentang
Susunan Personalia Pengelolaan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal Taman Mini
Indonesia Indah. Sejak keluarnya PMA No. 3 Tahun 2007 inilah tugas pengelolaan
Bayt Al-Qur’an dan Museum Al-Qur’an di bawah Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an.
Saat ini Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an menempati Gedung Bayt al-
Qur'an & Museum Istiqlal yang diresmikan pada tanggal 20 April 1997 oleh Presiden
RI pada waktu itu, Soeharto. Gedung ini dibangun di atas tanah seluas 20.013 m2
dengan luas bangunan ± 20.402 m2. Arsitek pembangunan gedung ini adalah Ir.
Achmad Noe'man. Gedung ini terdiri atas empat lantai yang masing-masing berfungsi
sebagai masjid, main hall, museum shop, dan ruang pamer (lantai 1), ruang pamer dan
audio visual (lantai 2), perkantoran dan ruang perpustakaan (lantai 3), dan ruang
seminar (lantai 4).

5
2.2 Aktivitas Magang
 Di hari pertama magang, pengenalan dan pemberian materi mengenai sejarah
berdirinya LPMQ, pengembangan tafsir serta cara mentasihkan mushaf alquran.
Dengan itu dapat diketahui bahwa LPMQ adalah satu unit pelaksana dan peneliti
dalam menashihkan mushaf Al-Qur’an setingkat Eselon II yang secara struktur
berada di bawah Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama. Jadi sebelum
AlQur’an diterbitkan dan diedarkan di Indonesia harus ditashihkan terlebih
dahulu di LPMQ.
 Selanjutnya ada Pemberian materi terkait sejarah Mushaf Standar Indonesia
(MSI) dan tanya jawab seputar rasm, qiraat, tartil dan tajwid. Dari sini dapat
diketahui bahwa mushaf standar Indonesia adalah mushaf Al-Qur’an yang
dibakukan dari segi cara penulisannya (rasm), harakat, tanda baca dan tanda
wakaf melalui (muker-nas) Ulama Al Qur’an Nusantara sebanyak 9 kali dari
tahun 1974 - 1983 serta dijadikan pedoman penerbit dalam mencetak mushaf al-
qur’an di Indonesia.
 Kita juga diberi kesempatan untuk Belajar mentashihkan mushaf al-Qur'an
(menyesuaikan dengan pedoman mushaf standar Indonesia). Jadi, kita dapat
mengetahui cara mentashihkan Al Qur’an dengan baik dan benar dengan
memperhatikan tanda baca, harakat, tanda waqaf atau huruf hijaiyah pada Al-
Qur’an yang akan diterbitkan dan disesuaikan dengan mushaf standar Indonesia.
 pengenalan dan pemberian materi terkait cara membaca dan menulis Al-Qur'an
Braille dan mendigitalisasikan terjemahan mushaf Al-Qur'an pada tahun 1965.
Sehingga kita dapat mengetahui Mushaf Standar Braille adalah salah satu varian
mushaf Standar Indonesia yang ditulis dengan simbol braille dan telah dibakukan
serta diperuntukkan bagi para tunanetra atau orang-orang yang mempunyai
gangguan penglihatan. Ilmu baru yang di dapat disini adalah kita belajar menulis
dan membaca embos (titik timbul) yang digunakan orang tuna netra ketika
membaca Al-Qur’an.

6
 Mendigitalisasikan terjemahan mushaf Al-Qur'an yang ada pada tahun 1965. Jadi
mushaf Al-Qur’an terjemahan yang diterbitkan oleh LPMQ itu sebanyak 4 kali,
yaitu pada tahun 1965, 1990, 2002, dan 2019. Mushaf Al-Qur’an terjemahan
tahun 1990, 2002 dan 2019 sudah ada dalam bentuk digital. Yang belum ada
dalam bentuk digital adalah cetakan tahun 1965. Disini kita diberi kesempatan
untuk memindahkan mushaf Al-Qur’an terjemahan tahun 1965 dalam bentuk
cetakan mushaf kedalam bentuk digital.
 Pemberian materi dari ka mundzir terkait metodologi penelitian, yaitu cara
menulis latar belakang /pendahuluan yang baik dan benar. Juga diberikan trik
menulis yang sistematik dengan memperhatikan pendapat, penalaran, contoh,
serta pendapat (kalimat penguat/simpulan dari poin 1-3 sebelumnya).
 Pemberian materi dan tanya jawab seputar manuskrip/naskah kuno bersama pak
Hakim, yaitu tentang kodikologi dan tekstologi terkhusus pada mushaf kuno.
Kodikologi yaitu mempelajari mengenai semua aspek fisik dari naskah, antara
lain bahan, umur, tempat penulisan dan perkiraan penulis naskah. Lalu Tekstologi
yaitu mempelajari seluk beluk dalam teks, fokus pada intrinsik/isi teks dalam
naskah.
 Mentashihkan Al-Qur’an Braille sesuai dengan standardisasi pedoman atau
rujukan pentashihan dan penyusunan serta penerbitan Al-Quran Braille Indonesia
dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 25 Tahun
1984 tentang penetapan Mushaf Al-Quran Standar Indonesia yang mencakup tiga
jenis mushaf yaitu mushaf Standar Usmani, Bahriyah dan Braille.

7
BAB III
PEMBAHASAN

Kegiatan industrialisasi yang menjadi salah satu ciri kehidupan modern telah
menjalar keberbagai sektor kehidupan masyarakat. Sektor agama tidak terkecuali.
Berbagai simbul keagamaan yang sarat nilai-nilai spiritualitas religious, dapat
dikapitalisasi dengan berbagi cara. Diantara simbol keagamaan Islam yang mengalami
fenomena indrustrialisasi pesat adalah percetakaan mushaf al-Qur`an. Industri ini
mengalami perkembangan dan peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Melahirkan
banyak hal yang menarik untuk dikaji. Baik dari aspek kesejarahan, teks, maupun
visualnya dalam dunia percetakan mushaf. Hal ini didukung sebuah kenyataan, bahwa
Indonesia adalah negara dengan populasi penduduk muslim terbesar di dunia, sehingga
bisa dipastikan percetakan mushaf al-Qur’an setiap tahunnya akan terus bertambah.
Pemberian surat tanda tashih11 dalam mushaf al-Qur’an cetakan Indonesia,
menjadi sangat berarti dalam dunia percetakan mushaf saat ini. Apalagi disertai fenomena
“ramai” nya para penerbit al-Qur’an yang berlomba mencetak al-Qur’an dengan berbagai
variasi. Dari mulai dari tulisan tangan, cetak mesin maupun digital atau yang disebut
dengan mushaf 2.0 Persaingan yang semakin ketat diantara penerbit mushaf, mendorong
mereka berlombalomba untuk memunculkan ide-ide kreatif untuk memenuhi kebutuhan
konsumen.
Fenomena diatas mendorong pemerintah mengambil kebijakan melalui
Kementerian Agama, bahwa setiap mushaf al-Qur’an yang akan diterbitkan dan atau
diedarkan di Indonesia harus melalui proses pen-tashih-an terlebih dahulu. Fungsi
utamanya adalah untuk filterisasi terhadap mushaf yang akan terbit dari kesalahan-
kesalahan yang fatal. Maka Kementerian Agama membentuk satuan kerja khusus dengan
Aparatus Sipil Negara (ASN) yang hafal al-Qur’an dan bertugas untuk melakukan tashih.
Satuan kerja tersebut yang kemudian dinamakan dengan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an (LPMQ).

8
3.1 Landasan Teori
3.1.1 Pentashihan
Pentashihan berasal dari Bahasa Arab dari kata tashih Kata tashih adalah
bentuk mashdar dari kata (‫ )حصّح‬yang secara bahasa berarti lawan lemah dan

hilangnya rasa sakit. Kata ini pada awalnya dipakai untuk menyifati tubuh,
kemudian secara metaforis dipakai juga untuk menyifati sesuatu selain tubuh. 1
Derivasi dari kata ini adalah sahih yang sudah menjadi kosakata Bahasa Indonesia
dengan arti sah, benar, sempurna, sehat dan tidak tercela. 2 Kata tashih muncul
berbarengan dengan populernya istilah sahih, yang muncul sekitar awal abad
ketiga. Para ulama sebelumnya termasuk Imam Malik pada umumnya hanya
memberikan penjelasan tentang penerimaan berita yang dapat diterima. Begitupun
dengan Imam Bukhari dan Muslim yang menyusun kitab Sakhikhain tidak secara
tegas membuat definisi tentang sahih. Penggunaan kata tashih penulis temukan
dalam kitab Taqrib Imam Nawawi (w. 676 H), dengan definisi yaitu pembenaran
terhadap hadis melalui penelitian terhadap riwayat dan makna yang
diperselisihkan. As-Suyuthi (w. 911 H) menjadikan kata tashih sebagai judul
kitabnya yaitu Tashih al-Mudrak ala al-Mustadarak dan didalamnya berisi
pembetulan terhadap kitab al-Mustadrak. Pentashihan disini artinya adalah
pemeriksaan terhadap kebenaran atau ketepatan al-Qur'an dari sisi tulisannya atau
rasmnya.3
Untuk menjaga autentisitas dan orisinalitas mushaf yang beredar di
Indonesia, sehingga terhindar dari kesalahan dan penyimpangan dalam penerbitan
mushaf al-Qur’an, maka dibentuklah lembaga yang bertugas menjaga keabsahan
al-Qur’an dan tafsirnya adalah Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an yang struktur
organisasinya di bawah Kementerian Agama Republik Indonesia yang terbentuk
secara resmi pada tahun 1982 melalui Surat Keputusan Peraturan Menteri Agama
Nomor 1 tahun 1982.

1
Ibnu Manzhur, Lisan al-‘Arab, (Beirut: Dar ash-Shadir, 1990) jilid II, hal. 507
2
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), hal. 849
3
Muchlis Hanafi, "Problem Pentashihan Buku", makalah yang disajikan pada Diklat Pentashih Mushaf al-Qur'an,
2011, h. 1

9
3.1.2 Digitalisasi
Digitalisasi adalah sebuah istilah atau terminologi yang digunakan untuk
menjelaskan mengenai suatu proses peralihan. Peralihan yang dimaksudkan yakni
peralihan dari media cetak, video, audio kedalam bentuk digital. Tujuan
melakukan digitalisasi adalah agar dapat menciptakan sebuah arsip atau dokumen
ke dalam bentuk digital. Al-Qur’an di era digital erat kaitannya dengan
perkembangan teknologi yang ada saat ini. Beragam informasi serta pendataan
yang dulunya susah didapat dengan perkembangan teknologi menjadi sangat
mudah, termasuk tafsir Al-Qur’an.
Sejarah mencatat bahwa perkembangan digitalisasi akan terus berintegrasi
pada teknologi. Al-Qur’an yang pada mulanya ekslusif dan mahal,
bertransformasi menjadi suatu yang popular dan mudah didapat. Al-Qur’an terus
ditulis, dikomplikasi, dicetak, direkam dan dipublikasi dan bahkan sekarang sudah
bisa diakses secara gratis di internet. Adapun pendapat Brett Wison “bahwa
pencetakan Al-Qur’an merupakan sebuah transisi, pada mulanya sebuah buku
yang ekslusif menjadi buku yang bisa diakses semua orang”. Dengan
perkembangannya yang sangat pesat itu Al-Qur’an dibicarakan oleh banyak orang
baik memiliki otoritas ataupun tidak (Lukman,2018).

3.2 Analisis
Jadi kenapa harus mendapat tanda tashih, karena tanda tashih selain sebagai
legalitas kesahihan juga berpengaruh pada tingkat kepercayaan masyarakat terhadap al-
Qur’an yang diterbitkan. Bagi masyarakat yang berpendidikan “paham agama” akan
sangat mempertimbangkan al-Qur’an yang tidak menyertakan tanda tashih. Mereka
akan mencari produk lain yang di dalamnya terdapat tanda tashih. Hal itu akan berbeda
lagi jika berhadapan dengan masyarakat awam. Pasalnya, mereka tidak tahu pentingnya
tanda tashih dan tidak mempermasalahkan keberadaannya. Sehingga ketika membeli
mushaf al-Qur’an tanda tashih bukan menjadi persoalan utama. Meskipun demikian,
Surat tanda tashih memberikan pengaruh besar pada pemasaran dan industrialisasi
mushaf al-Qur’an di Indonesia.

10
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan magang yang dilakukan penulis di LPMQ penulis telah
mencapai tujuan yang telah dirumuskan yaitu penulis telah melakukan berabagai kegiatan
sesuai yang diinsturksikan oleh pembimbing lapangan dan dapat menyelesaikannya,
selain itu dalam pelaksanaan kegiatannya juga penulis mempelajari system manajemen
terutama manajemen proses dan produksi dalam praktik nyata dunia kerja. Selain
manajemen proses dan produksi penulis juga mempelajari terkait pentashihan dan
digitalisasi mushaf Al-Qur’an yang dilakukan oleh bagian Bidang pentashihan LPMQ
yang dalam pelaksanaannya ketat dan profesinal sebelum menerbitkan Surat Tanda
Tashih atau Surat Izin Edar, akan meminimalisir berbagai kesalahan dalam penerbitan
mushaf al-Qur`an. Selain itu penulis mendapatkan pengalaman bagaimana suasana dunia
kerja yang sesungguhnya, wawasan dan keterampilan baru yang nantinya dapat
dimanfaatkan dalam dunia kerja. Pengalaman tersebut sebagian besar tidak didapatkan di
perkuliahan di maa di dunia kerja lebih banyak praktiknya.

4.2 Rekomendasi
Keberdaan tanda tashih sangatlah penting, karena terjamin keorisinilan mushaf
Al-Qur’an tersebut. Dalam membeli Al-Qur’an menilai tanda tashih itu juga sangat
penting untuk memastikan tidak adanya kesalahan, baik kesalahan huruf ataupun tanda
baca.

Untuk mahasiswa
a) Carilah tempat magang yang sesuai dengan konsentrasi yang dipilih dan mulailah
untuk menelusuri tempat tersebut beberapa bulan sebelum memulai magang terutama
jika tidak memiliki relasi. Hal tersebut penting karena dapat membantu Mahasiswa
untuk mendapatkan tempat magang yang diinginkan.
b) Selalu berinisiatif untuk meminta kerja kepada pegawai ditempat bekerja karena dari
pengalaman Praktikan selama melakukan magang, para pegawai kurang

11
memperhatikan mahasiswa magang dan cenderung fokus kepada pekerjaannya
sendiri.
c) Utamakan kedisiplinan, sikap ambisius dan tata krama dalam bekerja selama
melakukan magang, karena hal tersebut juga menjadi acuan bagi perusahaan ataupun
instansi untuk melihat kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa.

Untuk Lembaga LPMQ


a) Memberikan pengarahan kepada Mahasiswa yang akan menjalani magang agar
mengetahui hal-hal yang terkait dengan pekerjaan di Lajnah pentashihan Mushaf Al-
Qur’an.
b) Memberikan kewenangan kepada pegawai lain jika pembimbing mahasiswa selama
magang selalu mengadakan dinas ke luar kota. Hal tersebut dilakukan agar
mahasiswa tetap terarah dan dapat berkontribusi untuk bekerja.
c) Memberikan ruangan tertentu untuk mahasiswa yang sedang menjalani magang agar
mereka tidak merasa canggung selama bekerja.

12
BAB V
REFLEKSI DIRI

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberi rahmat, taufik
hidayah serta inayah-Nya sehingga saya dapat melewati serangkaian kegiatan magang di
LPMQ dengan lancar dan tanpa hambatan. Dalam kegiatan magang ini banyak
pengalaman yang saya dapatkan, bagaimana proses penerapan pembelajaran di kampus
dapat teraplikasikan dalam kegiatan magang ini. Saya juga dapat mengetahui keadaan
fisik yang sebenarnya dari lembaga ini. Keadaan fisik lembaga LPMQ ini terlihat baik,
fasilitas-fasilitas yang memadai keadaan sosial ekonomi dan budaya kerja baik, dan
mampu bekerja sama dengan baik antara yang satu dengan yang lainnya. Hubungan
interaksi sosial antara pegawai pun terlihat baik, saling bekerja sama dan saling
menghargai satu sama lain tidak saling membeda-bedakan.
Dalam menghadapi dunia kerja di masa depan penulis menyimpulkan
dibutuhkannya softskill dan hardskill. Softskill dibutuhkan untuk menjadi sumberdaya
yang kompeten nantinya adalah kepemimpinan, pemecahan masalah, manajemen waktu,
manajemen organisasi, berpikir kritis, kerjsama tim, kemampuan analisa dan percaya diri.
Sedangkan untuk hardskill yang perlu dimiliki adalah mampu dalam melakukan
pekerjaan sesuai dengan bidang keilmuannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hakim, Al-Qur’an Cetak di Indonesia Tinjauan Kronologis Pertengahan Abad ke-
19 hingga Awal Abad ke-20, Junal Suhuf, Vol. 5, No. 2, 2012.
Akbar, Ali, “Pencetakan Mushaf Al-Qur’an di Indonesia” dalam Jurnal Suhuf, Vol. 4 No.
2, 2011.
https://lpmq.inuxpro.com/berita/265-tiga-tugas-lajnah-pentashihan-mushaf-al-qur’an,
diakases pada 1 Oktober 2020.
Hudaini, Deni dkk, Tanya Jawab Tentang Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia dan
Layanan Pentashihan, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan
Diklat Kementerian Agama RI, Gedung Bayt Al-Qur’an & Museum Istiqlal,
Jakarta, 2019.
Madzkur, Zaenal Arifin, “Kecenderungan Masyarakat Dalam Memilih ‘Mushaf Al-
Qur’an Standar Indonesia”. Ṣuḥuf, Vol. 9, No. 1, (Juni 2016).

14

Anda mungkin juga menyukai