Anda di halaman 1dari 82

PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN I

BALAI DIKLAT PUPR WILAYAH IV BANDUNG


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMENTERIAN
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

LAPORAN LABORATORIUM KEPEMIMPINAN

PENINGKATAN KUALITAS TATA KELOLA


PEMBINAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)
BIDANG INFRASTRUKTUR
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DISUSUN OLEH:
Nama : Riono Suprapto, ST, SE, MT
NDH : 02

BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PUPR WILAYAH IV BANDUNG PUSDIKLAT


MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL BADAN
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 2017
PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN I
BALAI DIKLAT PUPR WILAYAH IV BANDUNG
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMENTERIAN
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN


PROYEK PERUBAHAN

PENINGKATAN KUALITAS TATA KELOLA


PEMBINAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)
BIDANG INFRASTRUKTUR
PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DISUSUN OLEH:
Nama : Riono Suprapto, ST, SE, MT
NDH : 02

DISEMINARKAN PADA:
Hari : Selasa
Tanggal : 5 Desember 2017

MENTOR COACH PENYELENGGARA BALAI


DIKLAT PUPR WILAYAH
IV BANDUNG

Ir. Widiarto, Sp.1 Ir. Bambang Subagio, M.Si.


NIP. 196009281988111001 NIP. 1985802141986603101010 ……………………

SEKRETARIS BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


KEMENTERIAN PUPR

Dr. A. Hasanudin, ME
ii
NIP. 110035124

ii
i
ftroyek fterubahan ftIM 2 – Riono
Suprapto “fteningkatan Kualitas Tata Kelola ftembinaan
DAK Infrastruktur”
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, laporan Proyek Perubahan
(PP) dengan judul “PENINGKATAN KUALITAS TATA KELOLA PEMBINAAN DANA
ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG INFRASTRUKTUR “
dapat diselesaikan.
Sesuai dengan peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2013 bahwa penyelengggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat II (DIKLAT PIM II) telah mengalami perubahan. Adapun
perubahan yang dimaksud adalah dalam rangka merancang dan menetapkan strategi
kebijakan instansi untuk melaksanakan Proyek Perubahan (PP) atau inovasi tehadap
birokrasi dan birokratisasi.
Keberhasilan penulisan Proyek Perubahan ini tidak terlepas dari bantuan dan
sumbang saran dari berbagai pihak, untuk itu dengan kerendahan hati perkenankan
saya mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi tingginya kepada;
1. Yth, Ibu Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
yang sudah memberikan kesempatan untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat II.
2. Yth. Bapak Kepala Biro Perencanaan Anggaran dan Kerjasam Luar Negeri
(BPAKLN) yang telah menugaskan untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat II dan sekaligus bertindak sebagai Pembimbing (Mentor)
dalam Proyek Perubahan pada Balai Pendidikan dan Pelatihan PUPR Wilayah IV
Kota Bandung.
3. Yth. Para Pejabat di Lingkungan Kementerian PUPR dan seluruh karyawan dan
karyawati di BPAKLN serta semua pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
4. Bapak Ir. Bambang Subagyo, M.Si sebagai Coach, Widyaiswara/Narasumber yang
telah membantu mengarahkan dalam proses penyusunan Proyek Perubahan pada
Pendidikan dan Pelatihan Kepeamimpinan Tingkat II “Angkatan I Kelas Edelweis”
Tahun 2017.
5. Bapak/Ibu Widyaiswara dan segenap panitia pelaksana yang telah membantu
kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II tahun 2017.
6. Seluruh rekan peserta Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II
Angkatan I Tahun 2017, yang telah saling mendukung serta menjalin kerja sama
dalam kebersamaan.
7. Isteri dan ananda tercinta atas dukungan dan doanya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II Angkatan I
Tahun 2017 dengan baik.
Semoga segala sesuatu yang mengarah pada kebaikan untuk penyempurnaan
Proyek Perubahan ini mendapatkan Berkah serta Rahmat dari Allah SWT agar hal
perubahan yang dimaksud didalamnya dapat bermanfaat bagi Kementerian PUPR, K/L
Terkait dan Pemerintah Daerah, umumnya untuk nusa, bangsa dan Negara Indonesia.
Bandung, 30 November 2017
Penulis,

Riono Suprapto ST.SE.MT


DAFTAR ISI

i. Halaman Judul i
ii. Halaman Pengesahan ii
iii. Kata Pengantar iii
iv. Daftar Isi v
v. Daftar Tabel vii
vi. Daftar Gambar viii

BAB I PENDAHULUAN 1
I.1. Latar Belakang 1
I.2. Maksud, Tujuan dan Manfaat 8
I.2.1. Maksud 8
I.2.2. Tujuan 8
I.2.3. Manfaat 9
I.3. Gambaran Organisasi 9
I.3.1. Visi dan Misi 9
I.3.2. Tugas dan Fungsi 10
I.3.3. Struktur Organisasi 10
I.4. Ruang Lingkup 11

BAB II DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN 12


II.1. Analisis Permasalahan Penyelenggaraan DAK 12
II.2. Analisis Isu Strategis 14
II.3. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan 15
II.4. Identifikasi Stakeholder 17
III.5.1. Hasil Identifikasi Stakeholder 17
III.5.2. Hambatan dan Kendala 20
III.5.3. Kemungkinan Tindak Lanjut 22
III.5.4. Strategi Komunikasi 22

v
II.5. Inovasi 24
II.6. Kondisi Perubahan yang Diharapkan 25
II.7. Kriteria Keberhasilan 26

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL 30


III.1. Kerangka Regulasi 30
III.2. Konsepsi Paradigma 31
III.3. Konsepsi Kepemimpinan 31
III.4. Konsepsi Manajemen Strategis 33
III.5. Konsepsi Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance) 35

BAB IV PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN 38


IV.1. Pelaksanaan Proyek Perubahan 39
IV.2. Evaluasi Pelaksanaan Proyek Perubahan 49
IV.3. Evaluasi Milestone 52
IV.4. Evaluasi Stakeholders 55
IV.5. Lesson Learn 58

BAB V PENUTUP 68
V.1. Kesimpulan 68
V.2. Saran/Rekomendasi 69

DAFTAR PUSTAKA 70
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Grafik Rincian Belanja Infrastruktur dalam APBN 2015-2017 2


Tabel 1.2 Indeks Daya Saing Global dan Indeks Daya Saing
Infrastruktur Indonesia Tahun 2010 – 2017 3
Tabel 1.3 Kondisi Infastruktur Kewenangan Pemerintah Daerah 6
Tabel 2.1 Milestone Proyek Perubahan 16
Tabel 2.2 Posisi dan Besaran Influence Stakeholder 19
Tabel 2.3 Strategi Komunikasi kepada Stakeholder 23
Tabel 2.4 Produk, Jenis, Dan Manfaat Inovasi Proyek Perubahan 24
Tabel 2.5 Kriteria keberhasilan berdasarkan output, outcome,
dan impact 28
Tabel 4.1 Resume Penyelenggaraan FGD Peningkatan Kualitas

Tata Kelola DAK 39


Tabel 4.2. Resume Peningkatan Kualitas Tata Kelola DAK 43
Tabel 4.3. Resume Pelaksanaan Ujicoba Penerapan
Pembinaan Teknis DAK 48
Tabel 4.4. Resume Penyusunan SE Menteri PUPR tentang
Tata Kelola Pembinaan DAK Infrastruktur 50
Tabel 4.5. Resume Penyusunan Permen PUPR tentang
Petunjuk Operasional DAK Infrastruktur 53

Tabel 4.6 Evaluasi Pelaksanaan dan Upaya Tindak Lanjut 56


Tabel 4.7 Rencana Kegiatan (R) dan Pelaksanaan Kegiatan (L) 60
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tren Peningkatan Anggaran Berdasarkan


Jenis Belanja dalam APBN 2011-2017 2
Gambar 1.2 Peringkat Pilar Daya Saing Indonesia dibandingkan
Negara Lain di Asia Timur – Pasifik 4
Gambar 1.3 Tren Alokasi DAK Infrastruktur PUPR TA 2010-2017 5
Gambar 1.4 Perbandingan Tren Alokasi DAK Bidang Jalan
dengan Tren Kemantapan Jalan 7
Gambar 2.1 Stakeholder Net Map yang terlibat dalam
Proyek Perubahan 18
Gambar 2.2 Analisa Stakeholder Dalam Kuadran Tingkat Pengaruh
dan Kepentingan 21
Gambar 4.1 Kerangka Pikir Penyunan SOP Perencanaan dan SOP
Pemantauan dan Evaluasi DAK 45
Gambar 4.2 Hasil Evaluasi Stakeholders terkait 62
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang

Perkuatan peran pemerintah daerah dalam kerangka pembangunan


nasional merupakan agenda prioritas (Nawacita) dalam RPJMN 2015-2019.
Tujuannya adalah mengurangi ketimpangan yang tinggi, baik antara Kawasan
Barat Indonesia (KBI) dengan Kawasan Timur Indonesia (KTI), antara kota
dengan desa, dan antara kawasan pusat kegiatan dengan perbatasan.
Agenda pemerataan pembangunan dibarengi dengan agenda peningkatan
kemandirian ekonomi dan produktifitas rakyat, terutama dengan
menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik. Tujuannya adalah
meningkatkan daya saing perekonimian Indonesia di Pasar Regional dan
Internasional, yang pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan
kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyat.
Untuk mewujudkan agenda tersebut, infrastruktur memegang peranan
vital, baik sebagai alat pemerataan pembangunan maupun sebagai roda
penggerak perekonomian dan sektor produktif. Komitmen pemerintah dalam
pembangunan infrastruktur infrastruktur dapat tergambar dalam peningkatan
postur anggaran infrastruktur di tahun APBN TA 2014 – 2017 (Grafik. 1.1).

Gambar 1.1. Tren Peningkatan Anggaran Berdasarkan Jenis Belanja


dalam APBN 2011-2017
(Sumber: Portal Data APBN, Kementerian Keuangan 2017)

1
Pada Tahun 2014, total anggaran infrastruktur adalah Rp. 154,6 T, tahun
2015 melonjak tajam menjadi Rp 256,3 T, meningkat pada tahun 2016 menjadi
313,5 T, dan kembali meningkat pada 2017 menjadi Rp. 387,3 T (Tabel 1.1).
Belanja infrastruktur terbesar dialokasikan untuk infrastruktur Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang diselenggarakan oleh Kementerian
PUPR. Sementara itu dukungan terhadap penganggaraan infrastruktur
kewenangan Pemerintah Daerah (Pemda) dilakukan dalam bentuk alokasi
transfer daerah, yang meliputi Dana Alokasi Khusus (DAK) Infrastruktur, Dana
Desa, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Otonomi Khusus (Otsus). Jumlahnya
meningkat hampir 2 kali lipat pada tahun 2016 yang mencapai Rp 88 T, dan
kembali melonjak 2 kali lipat pada tahun 2017 menjadi Rp. 183,7 T.
Tabel 1.1. Grafik Rincian Belanja Infrastruktur dalam APBN 2015-2017
2015 2016 2017
No Uraian
APBN APBN APBN
I. Infrastruktur Ekonomi 280,3 307,1 377,8
1. Melalui K/L 196,8 151,2 153,7
33 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan 111,1 101,7 98,9
Rakyat
22 Kementerian Perhubungan 59,1 45,5 42,1
18 Kementerian Pertanian 8,9 5,3 2,7
20 Kementerian ESDM 8,1 4,6 3,6
2. Melalui Non K/L 6,8 5,3 2,6
1. VGF (termasuk Cadangan VGF) 1,2 1,1 0,3
2. Belanja Hibah 4,5 4 2,2
3. Melalui Transfer Daerah 41 88 183,7
1. Dana Alokasi Khusus 29,7 66,3 32,3
Tambahan Otonomi Khusus Infrastruktur Prov. 3 1,8
2. Papua & Papua Barat
3. Perkiraan Dana Desa Untuk Infrastruktur 8,3 18,8 24
4. Perkiraan Dana Transfer Umum untuk Infrastruktur 124
4. Melalui Pembiayaan 35,7 62,1 37,8
1. Fasilitas Likuiditas 5,1 9,2 9,7
2. Penjaminan Pemerintah pada Proyek Percepatan 0,8 36,2 -
Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik
menggunakan Batubara
3. Penyertaan Modal Negara 7,2
4. BLU LMAN 20
II. Infrastruktur Sosial 6,3 5,7 5,5
2015 2016 2017
No Uraian
APBN APBN APBN
23 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 4,3 4,6 4,2
25 Kementerian Agama 2,1 1,2 1,2
III Dukungan Infrastruktur 3,7 4,2 4,1
. 56 BPN 1,3 0,3 0,1
19 Kementerian Perindustrian 0,6 0,4 0,6
Jumlah 290,3 317,1 387,3
Sumber : Portal Data APBN, Kementerian Keuangan 2017
Peningkatan anggaran belanja untuk sektor infrastruktur dan berbagai
kebijakan negara lainnya telah mampu membawa pengaruh terhadap
meningkatnya peringkat Daya Saing Global (GCI) Indonesia berdasarkan
laporan yang dirilis oleh World Economic Forum. Tahun 2017-2018, GCI
Indonesia berapa pada peringkat 36, meningkat dibanding tahun 2016-2017
yang berada pada peringkat 41 (Tabel 1.2).
Tabel 1.2. Indeks Daya Saing Global dan Indeks Daya Saing Infrastruktur
Indonesia Tahun 2010 – 2017
Peringkat Daya Peringkat Daya
No Tahun Saing Global Saing Infrastruktur
Indonesia Indonesia
1 2010 – 2011 44 90
2 2011 – 2012 46 82
3 2012 - 2013 50 92
4 2013 - 2014 38 82
5 2014 - 2015 34 72
6 2015 - 2016 37 62
7 2016 - 2017 41 60
8 2017 - 2018 36 52
Sumber: Global Competitivenes Report (World Economic Forum), 2010 2017
Meskipun peringkat daya saing infrastruktur meningkat, berdasarkan peringkat
dibandingkan negara lain di Asia Timur Pasifik, sektor infrastruktur tergolong
kepada pilar yang menghambat naiknya GCI Indonesia ke peringkat yang lebih
tinggi (Gambar 1.2). Infrastruktur jalan memiliki rangking 64, yang artinya masih
belum mampu mendongkrak peringkat daya saing infrastruktur dan daya saing
global Indonesia. Hal tersebut menjadi tugas berat yang harus segera dibenahi
oleh Pemerintah Indonesia.
Gambar 1.2. Peringkat Pilar Daya Saing Indonesia dibandingkan Negara Lain di Asia
Timur – Pasifik
Sumber: Global Competitivenes Report (World Economic Forum), 2010 2017

Dilihat dari sudut pandang pelaku (stakeholder), makin disadari bahwa upaya
pembangunan infrastruktur secara nasional tidak hanya menyangkut kinerja
penyelenggaraan infrastruktur yang menjadi kewenangan pemerintah pusat
semata namun juga sangat membutuhkan kontribusi kinerja penyelenggaraan
infrastruktur yang menjadi kewenangan Pemda. Infrastruktur yang menjadi
kewenangan Pemda sangat besar jumlahnya jika dibandingkan dengan
infrastruktur kewenangan Pemerintah Pusat. Dari total luas 9,04 juta Ha daerah
irigasi (D.I.) nasional, 65% diantaranya merupakan D.I. kewenangan Pemda.
Dari total sepanjang 502.653 Km jalan di Indonesia, 92% diantaranya
merupakan kewenangan Pemda. Bahkan untuk infrastruktur permukiman
seperti air minum, persampahan, dan limbah dan infrastruktur perumahan
hampir seluruhnya merupakan kewenangan Pemda.
Salah satu bentuk intervensi Pemerintah Pusat dalam mendorong peningkatan
kapasitas Pemda dalam bidang infrastruktur yaitu melalui instrumen
pendanaan, antara lain DAK Bidang Infrastruktur. DAK merupakan dana yang
dialokasikan dalam APBN kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus fisik yang merupakan urusan daerah
dan sesuai dengan prioritas nasional (UU 33/2004, PP 55/2005 dan Perpres
123 Tahun 2016). DAK langsung ditranfer dari APBN ke Rekening Kas Daerah,
sehingga merupakan komponen dalam APBD yang dilaksanakan oleh Pemda.
Disebut khusus karena sudah ditentukan kegiatannya setelah alokasi
ditetapkan, dan diberikan kepada daerah tertentu yang sesuai dengan prioritas
nasional.
Kebijakan pengalokasian DAK pertama kali dilaksanakan tahun 2003, yang
terdiri dari 5 Bidang DAK. Saat itu DAK diberikan kepada daerah dengan
kemampuan fiskal rendah, dan memiliki indeks teknis pelayanan infrastruktur
yang rendah. Bidang DAK yang berada di bawah pembinaan Kementerian PU
yaitu DAK Prasarana Jalan dan Irigasi. Sejak saat itu hingga tahun 2017
kebijakan DAK terus mengalami perkembangan, baik dari jumlah bidang, jumlah
alokasi anggaran, maupun jumlah penerima.
Dalam era kabinet kerja, alokasi DAK Infrastruktur meningkat rata-rata hampir
3 kali lipat jika dibandingkan dengan sebelum tahun 2014. Tahun 2016 menjadi
dengan DAK Infrastruktur terbesar, sebanyak Rp. 59,25 T (Gambar 1.3). Tahun
2017 dan 2018 menurun dan cenderung stabil dikarenakan menyesuaikan
dengan kondisi perekonomian yang berimbas pada penerimaan negara.

59,247

60,000
50,000
40,000
30,000
29,139 27,710
27,035

20,000 10,105
10,000 6,051 6,328 8,166
4,493
0,000

201020112012201320142015201620172018

Gambar 1.3. Tren Alokasi DAK Infrastruktur PUPR TA 2010-2017


(Sumber: Perpres Rincian Alokasi APBN, Kementerian Keuangan)
Meskipun sudah diberikan stimulus berupa alokasi anggaran yang
peningkatannya signifikan, namun berdasarkan hasil kajian belum efektif
meningkatkan kondisi infrastruktur kewenangan Pemda. Pelayanan
infrastruktur daerah masih belum mencapai target kondisi yang diamanatkan
dalam RPJMN 2015-2019 (Tabel 1.3). Sebagai contoh, tingkat kemantapan jalan
kabupaten/kota adalah 59%, jauh dari target capaian 65%. Kemantapan jalan
provinsi adalah 70%, jauh dari target 75%. Bahkan jika dibandingkan dengan
kondisi kemantapan jalan nasional Tahun 2017 sebesar 90%, kondisi jalan
daerah masih tertinggal jauh.

Tabel 2.3. Kondisi Infastruktur Kewenangan Pemerintah Daerah


Kondisi Infrastruktur Target Nasional
No Bidang
Sampai Tahun 2017 RPJMN 2015-2019

Mantap Provinsi: 70% Mantap Provinsi: 75%


1 Jalan
Mantap Kab/Kota: 59% Mantap Kab/Kota: 65%
2 Irigasi Kondisi Baik: 2,31 juta Ha Kondisi Baik: 2,55 juta Ha
3 Air Minum Cakupan pelayanan: 71,01% Cakupan pelayanan: 100%

4 Sanitasi Cakupan pelayanan: 76,37% Cakupan pelayanan: 100%

Perbaikan rumah untuk Perbaikan rumah untuk


5 Perumahan mengurangi rumah tidak mengurangi rumah tidak
layak huni: 300 ribu unit layak huni: 1,5 juta unit
Sumber: Data Teknis DAK 2018, Kementerian PUPR

Hasil kajian dari Ditjen Bina Marga (2017) dapat sejalan dengan data tersebut.
Alokasi DAK yang meningkat tidak berbanding lurus dengan peningkatan
tingkat kemantapan jalan (Gambar 1.4).Tingkat kemantapan cenderung
stagnan, bahkan cenderung mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
tahun 2014.
Permasalahan tata kelola DAK yang belum baik merupakan penyebab utama
tidak efektifnya alokasi yang diberikan terhadap peningkatan kondisi.
Berdasarkan verifikasi BPKP terhadap pelaksanaan DAK Fisik Bidang
Infrastruktur oleh Pemda dalam Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi
(P2D2), menunjukkan sejumlah kelemahan yang mendasar dalam manajemen
proyek yang menyebabkan Pemerintah tidak dapat memperoleh tingkat
reimbursment maksimal. Kegagalan verifikasi tahap pertama umumnya
disebabkan karena proses pengadaan barang jasa yang belum sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Dalam verifikasi tahap kedua disebabkan oleh
ketidaksesuaian hasil pekerjaan dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan.
Kegagalan dalam memenuhi spesifikasi teknis sebagian besar disebabkan oleh
outcome yang tidak memuaskan (tidak sesuai dengan spesifikasi tertentu,
kualitas buruk, outcome tidak berfungsi, kemunduran selama masa
pemeliharaan).

Kemantapan Jalan (%)


Perbandingan Tren Alokasi DAK dengan Tren Kemantapan Jalan
DAK (Rp Miliar)

50.000,00 75,00
40.000,00 70,00
30.000,00 65,00
20.000,00 60,00
10.000,00 55,00
- 50,00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun

Penerimaan DAK Provinsi Penerimaan DAK


Kabupaten/Kota Kemantapan Jalan Provinsi Kemantapan Jalan
Kabupaten

Gambar 1.4. Perbandingan Tren Alokasi DAK Bidang Jalan


dengan Tren Kemantapan Jalan
Sumber: Ditjen Bina Marga, 2017

Melihat permasalahan diatas, maka diangkatlah “Peningkatan Kualitas Tata


Kelola Pembinaan DAK Bidang Infrastruktur PUPR” sebagai judul Proyek
Perubahan pada Unit Eselon II Biro Perencanaan Anggaran dan Kerjasama Luar
Negeri.

I.2. Maksud, Tujuan, dan Manfaat


I.2.1. Maksud
Maksud dilaksanakannya proyek perubahan ini adalah terwujudnya
peningkatan kualitas tata kelola pembinaan DAK Bidang Infrastruktur PUPR
I.2.2. Tujuan
Tujuan pelaksanaan proyek perubahan ini dibagi menjadi tiga, yaitu tujuan
jangka pendek, tujuan jangka menengah dan tujuan jangka panjang.
A. Jangka pendek
Dalam jangka pendek (1 bulan sampai dengan 2 bulan), yaitu:
1. Menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) Peningkatan
Kualitas Tata Kelola DAK;
2. Menyusun Konsep Peningkatan Kualitas Tata Kelola DAK (Manajemen
Perencanaan dan Manajemen Pelaksanaan)
3. Melaksanakan ujicoba penerapan pembinaan teknis DAK; dan
4. Menyusun Surat Edaran (SE) Menteri Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) tentang Tata Kelola Pembinaan Pelaksanaan
DAK.
B. Jangka menengah
Dalam jangka pendek (6 bulan sampai dengan 12 bulan), yaitu:
1. Pembinaan Pelaksanaan DAK berdasarkan SE Menteri PUPR tentang
Tata Kelola Pembinaan Pelaksanaan DAK;
2. Penyelenggaraan Focus Group Discusstion (FGD) Review Pelaksanaan
SE Menteri PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan DAK;
3. Pengintegrasian SE Menteri PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan DAK
dalam Peraturan Menteri (Permen) PUPR tentang Petunjuk Operasional
Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur; dan
4. Menyusun Revisi Permen PUPR tentang Petunjuk Operasional
Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur.
C. Jangka panjang
Dalam jangka panjang (1 tahun atau sampai dengan 3 tahun), yaitu:
1. Menerapkan Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan DAK Bidang
Infrastruktur; dan
2. Evaluasi dan Penyempurnaan Tata Kelola Pembinaan
Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur.
I.2.3. Manfaat
Manfaat umum yang diharapkan dari proyek perubahan ini yaitu:
A. Dari sisi internal Kementerian PUPR, melalui proyek perubahan ini akan
terlaksana integrasi pembinaan pelaksanaan infrastruktur PUPR
kewenangan Pemda, terutama yang dilaksanakan melalui DAK
B. Dari sisi eksternal Pemerintah Daerah, proyek perubahan ini akan
mendorong tercapainya penyelenggaraan DAK Infrastruktur yang
berkualitas, efektif, efisien, dan tepat sasaran dalam meningkatkan kinerja
penyelenggaraaan infrastruktur PUPR kewenangan Pemda.

I.3. Gambaran Organisasi


Proyek Perubahan ini disusun di Unit Organisasi Biro Perencanaan Anggaran
dan Kerjasama Luar Negeri (PAKLN). Biro PAKLN merupakan unit kerja di
lingkungan Sekretariat Jenderal Kementerian PUPR.
I.3.1. Visi dan Misi
Berdasarkan Rencana Strategis Biro PAKLN 2015-2019, Biro PAKLN memiliki
visi dan misi sebagai berikut:
A. Visi
“menjadi pengelola anggaran negara yang profesional, kredibel, transparan
dan akuntabel bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat yang
berkualitas, bersih dan terdepan”
B. Misi
“mewujudkan penyelenggaraan integrasi, koordinasi dan sinkronisasi
penyusunan rencana dan program yang akuntabel dan inovatif untuk
mendukung penyelenggaraan bidang pekerjaan umum dan perumahan
rakyat”.

I.3.2. Tugas dan Fungsi


Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Biro Perencanaan Anggaran dan
Kerjasama Luar Negeri (PAKLN) memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:
A. Tugas
Biro PAKLN bertugas melaksanakan koordinasi dan penyusunan
administrasi anggaran, pemantauan, evaluasi dan pelaporan
pelaksanaananggaran, fasilitasi penganggaran infrastruktur daerah, serta
kerja sama luar negeri bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
B. Fungsi
Dalam menjalankan tugasnya, Biro PAKLN memiliki fungsi:
1. Pelaksanaan koordinasi dan penyusunan administrasi anggaran;
2. Pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi penganggaran infrastruktur
daerah;
3. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan kinerja
serta pelaksanaan anggaran;
4. Pelaksanan koordinasi perencanaan program dan
administrasi kerjasama luar negeri;
5. Pelaksanaan kegiatan strategis kementerian pekerjaan umum dan
perumahan rakyat; dan
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga biro.
I.3.3. Struktur Organisasi
Dalam menjalankan tugas dan fungsi, Biro Perencanaan Anggaran dan
Kerjasama Luar Negeri dibagi menjadi 4 (empat) bagian dan 1 (satu) satuan
kerja, yaitu
A. Bagian Administrasi Penganggaran, yang mengkoordinasikan administrasi
penganggaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
B. Bagian Fasilitasi Pendanaan Infrastruktur Daerah, yang mengkoordinasikan
fasilitasi penganggaran infrastruktur daerah melalui Dana Alokasi Khusus
(DAK).

1
0
C. Bagian Pemantauan dan Evaluasi, yang mengkoordinasikan pemantauan
dan evaluasi penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
oleh Satuan Kerja di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) oleh Pemerintah Daerah melalui
sistem e-monitoring.
D. Bagian Kerjasama Luar Negeri, yang mengkoordinasikan administrasi
anggaran APBN Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) yang bersumber dari pinjaman dan hibah luar negeri.
E. Satuan Kerja SNVT Pengembangan, Pengendalian, dan Pelaksanaan
Pekerjaan Strategis Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Lainnya.
I.4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup proyek perubahan ini yaitu:
a. Menyusun Konsep Peningkatan Kualitas Tata Kelola DAK (Manajemen
Perencanaan dan Manajemen Pelaksanaan);
b. Melaksanakan ujicoba penerapan pembinaan teknis DAK;
c. Menyusun SE Menteri PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan Pelaksanaan
DAK;
d. Pembinaan Pelaksanaan DAK berdasarkan SE Menteri PUPR tentang Tata
Kelola Pembinaan Pelaksanaan DAK;
e. Pengintegrasian SE Menteri PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan DAK
dalam Permen PUPR tentang Petunjuk Operasional Penyelenggaraan DAK
Bidang Infrastruktur;
f. Menyusun Revisi Permen PUPR tentang Petunjuk Operasional
Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur; dan
g. Evaluasi dan Penyempurnaan Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan DAK
Bidang Infrastruktur.
BAB II
DESKRPSI PROYEK PERUBAHAN

II.1. Analisis Permasalahan Penyelenggaraaan DAK


Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis yang dilakukan terhadap
penyelenggaraan DAK Fisik Bidang infrastruktur, secara singkat dapat
digambarkan kondisi eksisting dan permasalahan yang dialami sehingga DAK
belum optimal untuk meningkatkan pelayanan infrastruktur daerah. Evaluasi
dan analisis dilakukan menggunakan data Evaluasi Tahunan yang dilakukan
oleh Kementerian PUPR, dan data Laporan Verifikasi Proyek Pemerintah Daerah
dan Desentralisasi (P2D2) yang dilakukan oleh BPKP tahun 2016 lalu.
A. Manajemen Perencanaan
Kebijakan umum penyelenggaraan DAK sepenuhnya tertuang dalam
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap tahun. Kebijakan tersebut meliputi
tema, target sasaran, dan menu kegiatan per bidang. Meskipun dalam
lingkup nasional kebijakan penggunaan DAK telah diatur, namun dalam
lingkup yang lebih mikro terdapat permasalahan dalam manajemen
perencanaan di masing-masing bidang. Dua permasalahan utama yaitu:
1. Belum ada Standar Operating Procedure (SOP) tentang penyusunan
Daftar Skala Prioritas (DSP) Usulan Rencana Kegiatan (URK) dan
penganggaran per-bidang bagi Pemerintah Daerah. Mekanisme DAK
menggunakan sistem proposal based dari masing-masing Pemerintah
Daerah yang berisikan daftar kegiatan yang diusulkan dibiayai melalui
DAK. Saat ini, kualitas URK masing-masing Pemda sangat bervariasi
kualitasnya. URK yang masuk kategori berkualitas yakni URK yang
sesuai dengan dokumen perencanaan, urgen untuk dilaksanakan, dan
telah memiliki dokumen kesiapan (readiness criteria) yang cukup
untuk dilaksanakan. Berdasarkan rekap proposal yang disampaikan
melalui e-planning (dikoordinatori oleh Bappenas), total usulan DAK
2018 mencapai Rp. 486 T, dan yang lulus seleksi melalui proses e-
sinkron (dikoordinatori oleh Kementerian Keuangan) mencapai Rp
49,3 T.
Jumlah tersebut menunjukkan usulan Pemda masih berupa daftar
keinginan, alih-alih sebagai daftar kebutuhan.
2. Belum diterapkan prinsip Reward & Punishment dalam hal penyaluran
alokasi DAK. Kinerja Pemda sangat beragam dalam penyelenggaraan
DAK. Banyak daerah yang tertib dalam mengikuti setiap proses
pembinaan dari K/L pusat, output yang dihasilkan berkualitas, dan
melaporkan kegiatan dengan baik. Tidak kalah banyak juga yang
menyelenggarakan DAK dengan kinerja sebaliknya. Namun, kebijakan
pengalokasian dan penyaluran DAK saat ini tidak memperhitungkan
kinerja tersebut.
B. Manajemen Pelaksanaan
1. Tata kelola pembinaan belum berjalan dengan optimal. Saat ini
pembinaan penyelenggaraan DAK oleh Kementerian PUPR dilakukan
oleh Unit Kerja yang langsung terkait dengan penyusunan kebijakan
perencanaan dan pengalokasian DAK. Pembinaan yang dilakukan
menitikberatkan pada penyusunan rencana dan pelaporan pelaksanaan
DAK. Monitoring dan survey lapangan yang dilakukan sangat terbatas
di beberapa lokasi, jika dibandingkan dengan puluhan ribu paket
kegiatan yang dibiayai oleh DAK. Peran Kementerian PUPR sebagai
Pembina Teknis penyelenggaraan urusan PUPR di tingkat nasional
sudah dilaksanakan terutama dalam perencanaan dan pelaporan,
namun belum optimal dalam teknis pelaksanaan maupun evaluasi
pelaksanaan fisik.
2. Pelaporan penyelenggaraan DAK masih terbatas pada progress fisik
dan keuangan melalui e-monitoring. Pelaporan sangat penting sebagai
bahan evaluasi kebijakan di masa yang akan datang. Evaluasi
pelaksanaan DAK dengan berdasar progress fisik dan keuangan yang
dihitung berdasarkan persentase saja tidak cukup sebagai bahan
evaluasi. Setidaknya, diperlukan juga laporan terkait kendala yang
terjadi di lapangan, progress capaian output fisik dan outcome, yang
disertai dengan dokumentasi lokasi, gambar yang update dalam
periode tertentu.

II.2. Analisis Isu Strategis


Isu strategis terkait dengan pembangunan infrastruktur PUPR, terutama yang
terkait langsung dengan infrastruktur PUPR kewenangan Pemda diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Dalam era keterbukaan data informasi dan demokrasi yang berkembang di
Indonesia, tuntutan dan harapan masyarakat terhadap pelayanan publik
semakin tinggi, khususnya bidang Infrastruktur.
b. Penyelenggaraan Otonomi Daerah yang diatur dalam UU 23 Tahun 2014
memberikan kewenangan yang besar kepada Pemda untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahannya, terutama urusan pekerjaan
umum dan urusan perumahan dan kawasan permukiman
c. Sasaran Pembangunan yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 terutama
terkait dengan pembangunan infrastruktur khususnya kewenangan Pemda
belum sepenuhnya tercapai.
d. Penguatan peran Pemda dalam pembangunan NKRI merupakan salah satu
agenda prioritas (Nawacita) dalam Kabinet Kerja. Bentuk komitmen
Pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut ditunjukkan dengan alokasi
transfer daerah, salah satunya alokasi DAK Infrastruktur yang semakin
besar.
e. Pemerintah Pusat diberikan kewenangan untuk melakukan pembinaan dan
pengawasan dalam penyelenggaraan Pemda, termasuk pelaksanaan DAK
yang diatur melalui Peraturan Presiden 123 / 2016 tentang Petunjuk Teknis
Dana Alokasi Khusus Fisik. Khusus Bidang Infrastruktur PUPR diatur
melalui Permen PUPR 33 / 2016.

Isu strategis tersebut adalah momentum perubahan yang berpengaruh


besar dan mendukung proyek perubahan yang dilaksanakan.
II.3. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan proyek perubahan peningkatan kualitas tata kelola
pembinaan DAK ini dibagi ke dalam tiga tahapan, yaitu jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang (Tabel 2.1). Adapun milestone dalam setiap
tahapan yaitu sebagai berikut:
A. Jangka Pendek, merupakan kegiatan yang direncanakan dapat
direalisasikan dalam jangka waktu 2 bulan (Oktober – November 2017)
yaitu selama kegiatan off campus masa Diklat PIM 2. Adapun kegiatan yang
direncanakan yaitu:
1. Menyelenggarakan FGD peningkatan kualitas tata kelola DAK.
2. Menyusun konsep peningkatan kualitas tata kelola DAK (Manajemen
Perencanaan dan Manajemen Pelaksanaan)
3. Melaksanakan ujicoba penerapan pembinaan teknis DAK
4. Menyusun SE Menteri PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan Pelaksanaan
DAK
B. Jangka Menengah, merupakan kegiatan yang direncanakan pelaksanaanya
pada Bulan Desember 2017 sampai dengan Akhir Tahun 2018 yang
meliputi:
1. Pembinaan pelaksanaan DAK berdasarkan SE Menteri PUPR tentang Tata
Kelola Pembinaan Pelaksanaan DAK
2. Pengintegrasian SE Menteri PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan DAK
dalam Permen PUPR tentang Petunjuk Operasional Penyelenggaraan
DAK Bidang Infrastruktur
3. Menyusun Permen PUPR tentang Petunjuk Operasional Penyelenggaraan
DAK Bidang Infrastruktur
C. Jangka Panjang, merupakan kegiatan yang direncanakan pelaksanaannya
pada Tahun 2019, yang meliputi.
1. Menerapkan tata kelola pembinaan penyelenggaraan DAK Bidang
Infrastruktur
2. Evaluasi dan Penyempurnaan Tata Kelola Penyelenggaraa DAK Bidang
Infrastruktur.
ftroyek fterubahan ftIM 2 – Riono
Suprapto “fteningkatan Kualitas Tata Kelola ftembinaan

DAK Infrastruktur”
Tabel 2.1. Milestone Proyek Perubahan

16
ftroyek fterubahan ftIM 2 – Riono
Suprapto “fteningkatan Kualitas Tata Kelola ftembinaan
DAK Infrastruktur”

II.4. Identifikasi Stakeholeder


II.4.1. Hasil Identifikasi Stakeholder
Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau
masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki
hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Individu, kelompok, maupun
komunitas dan masyarakat dapat dikatakan sebagai stakeholder jika memiliki
karakteristik yaitu mempunyai kekuasaan, legitimasi, dan kepentingan terhadap
perusahaan (Marobi, 2013). Ada berbagai pendapat mengenai definisi
Stakeholder menurut para ahli seperti:
1. Freeman (1984), mendefenisikan stakeholder sebagai kelompok atau
individu yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu
pencapaian tujuan tertentu.
2. Biset (1998), secara singkat mendefinisikan stakeholder sebagai orang
dengan suatu kepentingan atau perhatian pada permasalahan.
3. Grimble and Wellard (1996), mendefinisikan stakeholder dari segi posisi
penting dan pengaruh yang dimiliki mereka.
Stakeholder sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proyek perubahan ini.
Adapun stakeholders yang dipilih terdiri atas:
1. Stakeholder Internal
a) Sekretaris Jenderal;
b) Kepala Biro Hukum Setjen;
c) Kepala Pusat Data dan Informasi, Setjen;
d) Kepala Biro Perencanaan Anggaran dan Kerjasama Luar Negeri, Setjen
Kementerian PUPR (Mentor);
e) Kabag Fasilitasi Pendanaan Infrastruktur Daerah, BPAKLN (Project
Leader);
f) Para Kabag dan Kasubag terkait di lingkungan BPAKLN.
2. Stakeholder Eksternal
a) Pejabat Tinggi di Unit Organisasi Kementerian PUPR (BPIW, Itjen,
Ditjen BM, Ditjen SDA, Ditjen CK, Ditjen Penyediaan Perumahan,
Balitbang, Bina Konstruksi, BPSDM);

1
7
b) Direktur Otonomi Daerah, Bappenas
c) Direktur Dana Perimbangan, Ditjen Perumbangan Keuangan
Kementerian Keuangan;
d) Direktur Fasilitasi Dana Perimbangan, Ditjen Bina Keuangan Daerah,
Kementerian Dalam Negeri:
e) Gubernur, Walikota, Bupati;
f) Sekretaris Daerah Provinsi/Kota/Kabupaten;
g) Kepala Bappeda Provinsi/Kota/Bupati;
h) Kepala Dinas PUPR dan Dinas PKP Provinsi/Kabupaten/Kota;
i) Inspektur Daerah;
Peta jaringan stakeholder dapat diperhatikan dalam gambar 2.1 berikut:

INTERNAL
EKTERNAL PUSAT
EKTERNAL
(+++) SEKJEN Kepala
Itjen, Direktur Kepala
SDA, Pusdati PUPR Biro Hukum
(+/-
BM,CK,Perumaha GUBERNUR

(++) (++++)
(++)
(+++)

Kepala Pusat2 Projeck


Leader
SEKDA (- -
BPIW
KA.BPAKLN

(++)
DIREKTUR OTDA, KA.BAPPED
BAPENAS (- - -

KABAG.
AP KABAG. KABAG.
Direktur Dana
(++) (+)
FPID PE
Perimbangan KA.DINAS PU
(- -
(+++) (+)
(+++) (+++)
Direktur Fasilitasi
Dana Perimbangan
(++) KA. DINAS
PERUMAHAN (- -)

eksterna
KOORDINA
eksternal
KOORDINASI Itjen (- -)
PRIME
HIRARK Daerah
UTAM
SEKUNDE

Gambar 2.1 Stakeholder Net Map yang terlibat dalam Proyek Perubahan
Keterangan Gambar:
Mendukung : Netral: ( +/ - ) Tidak Mendukung : Tingkat pengaruh
+ Rendah - Rendah stakeholder/ Nilai
++ Sedang - - Sedang Kekuatan:
+++ Tinggi - - - Tinggi 1 s/d 2 Rendah
++++ Sangat Tinggi - - - - Sangat Tinggi 3 s/d 5 Sedang
6 s/d 8 Tinggi
9 s/d 11 Sangat Tinggi

Sikap dan pengaruh masing-masing Stakeholder yang terdapat dalam Gambar 2.1,
selanjutnya ditampilkan dalam Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Posisi dan Besaran Pengaruh Stakeholder
PENGARUH/
NO STAKEHOLDER NILAI
SIKAP

1 Sekretaris Jenderal 9 POSITIF (++++)


2 Unor Program Terkait (Itjen, SDA, 7 POSITIF (+++)
BM, CK,Perumahan)
3 Kepala Pusat 2 BPIW 7 POSITIF (+++)
4 Direktur Otonomi Daerah Bappenas 7 POSITIF (++)
5 Direktur Dana Perimbangan 7 POSITIF (++)
Kemenkeu
6 Direktur Fasilitasi Dana Perimbangan 7 POSITIF (++)
Kemendagri
7 Gubernur 8 NETRAL (+/-)
8 Sekda 7 NEGATIF (- -)
9 Kepala Bappeda 7 NEGATIF (- - -)
10 Kepala Biro Hukum 5 POSITIF (++)
11 Kepala Pusdatin 5 POSITIF (++)
12 Kabag FPID 5 POSITIF (+++)
13 Kabag AP 5 POSITIF (+++)
14 Kabag PE 5 POSITIF (+)
15 Kepala Dinas PUTR 3 NEGATIF (- -)
16 Kepala Dinas Perumahan 3 NEGATIF (- -)
17 Itjen Daerah 3 NEGATIF (- -)
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Analisis stakeholder diperoleh kondisi jumlah stakeholder sebanyak 17 terdiri
dari sebagai berikut.
 Stakeholder yang mendukung sebanyak 12; dan
 Stakeholder yang menolak sebanyak 5.
Stakeholder utama sebagai pejabat yang merencanakan, mengesahkan, dan
menjalankan hukum dan peraturan untuk mencapai tujuan dari Proyek
Perubahan ini adalah Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR. Stakeholder
primer sebagai penerima manfaat dari proyek perubahan adalah Kepala Biro
Perencanaan Anggaran dan Kerjasama Luar Negeri, sedang S takeholder
sekunder yang bertanggung jawab terhadap Stakeholder primer adalah Kepala
Bagian Fasilitasi Pendanaan Insfrastruktur Daerah.

II.4.2. Hambatan dan Kendala


Berdasarkan kelompok kepentingaannya, sejumlah stakeholder tersebut dapat
dikelompokkan ke dalam 4 jenis stakeholders (Gambar 2.2), yaitu:
1. Promoters memiliki kepentingan besar terhadap upaya dan juga kekuatan
untuk membantu membuatnya berhasil (atau menggelincirkannya);
2. Defenders memiliki kepentingan pribadi dan dapat menyuarakan
dukungannya dalam komunitas, tetapi kekuatannya kecil untuk
mempengaruhi upaya;
3. Latents tidak memiliki kepentingan khusus maupun terlibat dalam Upaya,
tetapi memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi upaya jika mereka
menjadi tertarik; dan
4. Apathetics kurang memiliki kepentingan maupun kekuatan, bahkan
mungkin tidak mengetahui adanya upaya.

2
0
Influence +
(Pengaruh)
Latents Promoters

Sekretaris Jenderal
Kepala BPIW Pejabat Tinggi Unor PUPR
Kepala Daerah Kepala BPAKLN Dir Otda Bappenas Dir Daper Kemenkeu
Sekretaris Daerah Kepala Bappeda Dir Fasilitasi Daper Kemendagri

Interest -

Inspektur Daerah Kepala Biro Hukum


Kepala Dinas PUPR Kepala Dinas PKP Kepala Biro Kompu Kabag di BPAKLN

Apathetics Influence - Defenders

Gambar 2.2. Analisa Stakeholder Dalam Kuadran Tingkat Pengaruh dan Kepentingan

Berkenaan dengan hasil analisis dalam II.5.1, dalam melaksanakan proyek


perubahan ini, dapat dianalisis beberapa kemungkinan hambatan dan kendala
yang dapat dihadapi:
A. Internal Kementerian PUPR:
1) Unit Organisasi di Kementerian PUPR yang tidak terkait langsung
dengan Penyelenggaraan DAK, seperti BPSDM, Itjen, Ditjen Bina
Konstruksi, dan Balitbang belum menganggarkan dan kurang berminat
melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan infrastruktur PUPR
kewenangan Pemerintah Daerah.
B. Eksternal Kementerian Lain yang terkait Penyelenggaraan DAK
1) Pertanyaan dari Direktur Dana Perimbangan Kementerian Keuangan,
Direktur Otonomi Daerah Kementerian PPN/Bappenas, dan Direktur
Fasilitasi Dana Perimbangan Kementerian Dalam Negeri.
C. Eksternal Pemerintah Daerah:
1) Kepala Bappeda Propinsi, Kepala Dinas PUTR, dan Dinas Perumahan,
Itjen Daerah kurang berminat terhadap upaya pembinaan yang
dilakukan oleh Kementerian PUPR.
II.4.3. Kemungkinan Tindak Lanjut
Berdasarkan hambatan dan kendala yang dianalisis dalam II.5.2, maka
dirumuskan kemungkinan tindak lanjut yang dapat dilaksanakan, yaitu sebagai
berikut:
A. Internal
Melakukan koordinasi, sosialisasi informasi kebijakan dan strategi yang
diambil dalam Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan DAK Bidang
Infrastruktur.
B. Eksternal
1) Melakukan koordinasi, sosialisasi informasi kebijakan dan strategi yang
diambil dalam peningkatan Tata Kelola DAK;
2) Mendorong Pemerintah Daerah untuk mengimlementasikan kebijakan
dan strategi peningkatan Tata Kelola DAK dalam bentuk rencana kerja
(beserta anggarannya); dan
3) Menetapkan payung hukum tentang Pengaturan Tata Kelola Pembinaan
Pelaksanaan DAK.
II.4.4. Strategi Komunikasi
Untuk melaksanakan kemungkinan tindak lanjut yang telah dirumuskan dalam
II.5.3, maka diperlukan metode komunikasi yang efektif dan sesuai dengan
karakteristik stakeholder. Beberapa metode strategi komunikasi yang dapat
diterapkan yaitu :
1. Metode redudancy, adalah cara mempengaruhi stakeholder dengan jalan
mengulang-ulang pesan pada stakeholder;
2. Metode Canalizing, yaitu mempengaruhi stakeholder untuk menerima
pesan yang disampaikan, kemudian secara perlahan-lahan merubah sikap
dan pola pemikirannya ke arah yang kita kehendaki.
3. Metode informatif, yaitu lebih ditujukan pada penggunaan akal pikiran
stakeholder, dan dilakukan dalam bentuk pernyataan berupa keterangan,
penerangan, berita dan sebagainya;
4. Metode persuasif yaitu mempengaruhi stakeholders dengan jalan
membujuk, dalam hal ini stakeholder yang digugah pikaran maupun
perasaannya;
5. Metode edukatif, yaitu memberikan sesuatu ide kepada stakeholders
berdasarkan fakta-fakta, pendapat dan pengalaman yang dapat
dipertanggungjawabkan dari segi kebenarannya dengan disengaja, teratur
dan berencana, dengan tujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah
yang diinginkan; dan
6. Metode kursif, mempengaruhi stakeholder dengan jalan memaksa tanpa
memberi kesempatan berpikir untuk menerima gagasan-gagasan yang
dilontarkan, dimanifestasikan dalam bentuk peraturan-peraturan,
intimidasi dan biasanya di belakangnya berdiri kekuatan tangguh.
Strategi komunikasi kepada stakeholder disajikan pada 2.3 berikut ini.
Tabel 2.3. Strategi Komunikasi kepada Stakeholders
STRATEGI STRATEGI
NO STAKEHOLDER NO STAKEHOLDER
KOMUNIKASI KOMUNIKASI
A. INTERNAL B. EKSTERNAL
Informatif dan
7. Sekretaris Jendral Informatif 1. Kepala Biro Hukum
Canaling

8. Para Kabag.Biro
2. Para Unor di lingkungan
Perencanaan
Informatif dan Kem.PUPR Terkait (BPIW,
Anggaran dan KLN Informatif
Edukatif Itjen, Ditjrn. BM, SDA, CK,
(AP, FPID, dan PE)
Penyediaan Perumahan)

9. Para Kasi terkait di


Informatif dan
lingkungan 3. Bappenas (Direktur Otda) Informatif
Edukatif
BPAKLN;
4. Kementerian Keuangan
(Direktur Dana Informatif
Perimbanga)
5. Kementerian Dalam Negeri
(Direktur Fasilitasi Dana Informatif
Perimbangan
6. Pemerintah Daerah
Informatif
Propinsi (Gubernur)
7. Sekretaris Daerah Informatif
8. Bappeda Propinsi Informatif
9. Inspektorat Daerah Informatif
10.Dinas PUPR dan Dinas
Informatif
Perumahan
II.5. Inovasi
Inovasi yang ingin dicapai dalam Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan Dana
Alokasi Khusus (DAK) Bidang Infrastruktur Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat ini meliputi hal-hal sebagai berikut.
A. Jangka Pendek
Peningkatan Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan DAK melalui SE
Menteri PUPR.
B. Jangka Menengah
Penginterian SE Menteri PUPR dalam Permen PUPR tentang Petunjuk
Operasional Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur.
C. Jangka Panjang
Evaluasi dan Penyempurnaan Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan DAK
Bidang Infrastruktur.
Selanjutnya rancangan inovasi yang ingin dicapai dalam Peningkatan
Kualitas Tata Kelola Pembinaan DAK Bidang Infrastruktur dapat dilihat pada
Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Produk, Jenis, Dan Manfaat Inovasi Proyek Perubahan
Jangka Jenis
Produk Inovasi Jenis Manfaat
Waktu Inovasi
1. Peningkatan Tata Kelola Jangka Pengembang Meningkatkan efisiensi, efektivitas,
Pembinaan pendek an akuntabilitas dan transparans dalam tata
Penyelenggaraan DAK kelola pembinaan pelaksanaan DAK
melalui SE Menteri PUPR (Internal dan Eksternal)

2. Penginterian SE Menteri Jangka Baru Petunjuk Operasional DAK Per Bidang


PUPR dalam Permen Menengah: Infrastruktur membantu Pemda dalam
PUPR tentang Petunjuk opersionalisasi kegiatan DAK di daerah
Operasional yang lebih berkualitas
Penyelenggaraan DAK (Internal dan Eksternal)
Bidang Infrastruktur.

3. Evaluasi dan Jangka Baru Tata kelola pembinaan pelaksanaan DAK


Penyempurnaan Tata Panjang yang semakin baik sesuai kaidah
Kelola Pembinaan manajemen perencanan dan
Penyelenggaraan DAK pelaksanaan secara berkelanjutan
Bidang Infrastruktur. (Internal dan Eksternal)

Sumber: Hasil Analisis, 2017


II.6. Kondisi Perubahan yang Diharapkan
Dengan dilaksanakannya seluruh tahapan kegiatan dalam proyek perubahan
bersama dengan seluruh stakeholder yang terlibat di dalamnya, dalam jangka
pendek, menengah, dan panjang diharapkan dapat mewujudkan kondisi sebagai
berikut:
A. Manajemen Perencanaan
1. Penyusunan URK DAK menggunakan mekanisme (SOP) yang baku antar
daerah sehingga menghasilkan DSP yang sesuai dengan kebutuhan
daerah. DSP yang telah disusun secara tidak langsung akan
mempengaruhi pola perencanaan dan penganggaran OPD PUPR secara
keseluruhan, karena tidak hanya dapat digunakan untuk kegiatan yang
diusulkan melalui DAK, tapi juga dana lainnya. Selain itu, melalui DSP
yang baik, Pemda secara taktis dapat menyusun langkah-langkah yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut, terutama dengan
menyiapkan dokumen readiness criteria.
2. Terciptanya mekanisme punishment & reward dalam pengalokasian dan
penyaluran transfer DAK Pemerintah Daerah berdasarkan kinerja DAK.
Metode pembinaan tersebut diharapkan memotivasi Pemda untuk
meningkatkan kinerja, dan memberikan hukuman bagi yang menurun
kinerjanya, berdasarkan prinsip objektif, proporsional, dengan semangat
membina.
B. Manajemen Pelaksanaan
1. Optimalnya pembinaan penyelenggaraan DAK oleh seluruh Unit
Organisasi di lingkungan Kementerian PUPR, baik yang terintegrasi
maupun yang dilaksanakan secara mandiri. Dalam lingkup yang lebih
luas, pembinaan tidak hanya menyangkut paket kegiatan yang
dilaksanakan melalui DAK, namun infrastruktur daerah secara
keseluruhan. Pembinaan dimulai dari perencanaan, teknis pelaksanaan,
penunjang pelaksanaan, dan monitoring dan evaluasi. Setiap Unit
Organisasi mengganggarkan, melaksanakan, dan terus menyempurnakan
kegiatan pembinaan terhadap Pemerintah Daerah.
2. Sistem pelaporan elektonik kegiatan DAK yang lengkap, sederhana
mudah dimengerti, dan handal untuk bahan evaluasi pelaksanaan DAK.
Tingkat kepatuhan Pemda dalam pelaporan diharapkan semakin
meningkat.

II.7. Kriteria Keberhasilan


Kriteria keberhasilan diperlukan untuk mengukur pencapaian target proyek
perubahan dalam jangka waktu tertetu. Selain itu kriteria keberhasilan juga
dapat diukur dari indikator output, outcome, dan impact yang dihasilkan proyek
perubahan bagi penyelenggaraan DAK.
A. Berdasarkan Jangka Waktu
1. Jangka pendek
a. Terselenggarakannya FGD Peningkatan Kualitas Tata Kelola DAK
FGD dilaksanakan untuk persiapan pelaksanaan proyek perubahan, baik
persiapan personel (tim efektif) maupun persiapan subtansi. Dalam FGD
akan dilakukan sosialiasi pelaksanaan proyek perubahan kepada
stakeholder internal maupun eksternal. Dukungan dari stakeholder sangat
mempengaruhi kelancaran pelaksanaan rangkaian milestone proyek
perubahan. Selain sosialisasi juga dilakukan brainstorming, sehingga
muncul masukan dan saran yang membangun untuk penyempurnaan
konsep proyek perubahan.
b. Tersusunnya konsep Peningkatan Kualitas Tata Kelola DAK (Manajemen
Perencanaan dan Manajemen Pelaksanaan)
Penyusunan konsep tata kelola DAK dilakukan untuk merumuskan konsep
manajemen perencanaan dan manajemen pelaksanaan DAK di masa yang
akan datang. Konsep tersebut dirumuskan dengan memadukan aturan
perundangan yang berlaku terkait penyelenggaraan DAK, dengan
pelaksanaan aturan perundangan tersebut saat ini. Perpaduan tersebut
menghasilkan mekanisme (SOP) yang menyempurnakan manajemen
perencanaan dan manajemen pelaksanaan DAK yang selama ini dilakukan.
c. Terlaksananya uji coba penerapan pembinaan teknis DAK
Ujicoba pembinaan teknis DAK dilakukan untuk menguji konsep
pembinaan yang telah disusun. Ujicoba pembinaan dilakukan pada 2
lokasi, yaitu Makassar dan Surabaya dengan konsep pembinaan
terintegrasi, yaitu pembinaan yang melibatkan seluruh unit organisasi di
lingkungan Kementerian PUPR, dan mengundangan Pemerintah Daerah
yang terdiri dari Bappeda, Dinas PUPR dan PKP, serta inspektorat daerah.
d. Terbitnya Surat Edaran Menteri PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan
Pelaksanaan DAK
Surat Edaran Menteri PUPR disusun sebagai landasan resmi bagi seluruh
unit organisasi di Kementerian PUPR untuk melakukan pembinaan
penyelenggaraan DAK Infrastruktur, sehingga pembinaan tidak menitik
beratkan pada aspek perencanaan dan pengalokasian yang selama ini
dilakukan, tapi juga pada teknis pelaksanaan, peningkatan sumber daya
manusia, pemanfaatn teknologi tepat guna, dan peningkatapan kapasitas
pengawasan oleh Pemerintah Daerah.
2. Jangka menengah
a. Terlaksananya Pembinaan Pelaksanaan DAK berdasarkan SE Menteri
PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan Pelaksanaan DAK.
b. Terselenggaranya FGD Review Pelaksanaan SE Menteri PUPR tentang Tata
Kelola Pembinaan DAK dan Pengintegrasian SE tersebut dalam Permen
PUPR tentang Petunjuk Operasional Penyelenggaraan DAK Bidang
Infrastruktur.
c. Tersusunnya Revisi Permen PUPR tentang Petunjuk Operasional
Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur.
3. Jangka panjang
a. Penerapan Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan DAK Bidang
Infrastruktur.
b. Evaluasi dan Penyempurnaan Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan
DAK Bidang Infrastruktur.
B. Berdasarkan Indikator Output, Outcome, Impact
Kriteria keberhasilan berdasarkan indikator outcome dan output disajikan dalam
tabel 2.5 berikut:
Tabel 2.5. Kriteria keberhasilan berdasarkan output, outcome, dan impact
Target
Benchmark Target Jangka Target Jangka Jangka
No Indikator
2016 Pendek Menengah Panjang

A Indikator Output (Keluaran)


1 Tersusunnya SOP Belum ada SOP Ada, SOP Uji Coba SOP Implementasi
Perencanaan dan Manajemen Perencanaan dan Perencanaan dan dan
SOP Pemantauan Perencanaan Pemantauan Pemantauan Penyempurna
DAK dan an
Infrastruktur Pelaksanaan
2 Terlaksananya uji Tidak ada Ada, uji coba Implementasi dan Implementasi
coba penerapan Pembinaan Penyempurnaan dan
pembinaan teknis Terintegrasi DAK Pembinaan Penyempurna
DAK Infrastruktur Bidang Terintegrasi an Pembinaan
Infrastrutur Terintegrasi

3 Terbitnya Surat Tidak ada Ada, Draft Surat Ada, sdh Sudah ada
Edaran Menteri Edaran diintegrasikan kebijakan
PUPR tentang Tata dengan Permen Berkelanjutan
Kelola Pembinaan PUPR
Pelaksanaan DAK

4 Integrasi Tata Kelola Tidak ada Ada, Permen Sudah ada Sudah ada
Pembinaan DAK PUPR kebijakan evaluasi Kebijakan
dalam Permen PUPR Berkelanjutan
tentang Petunjuk
Operasional
Penyelenggaraan
DAK Infrastruktur

B Outcome (Hasil):
a. Terwujudnya manajemen perencanaan dan manajemen pelaksanaan yang terintegrasi
b. Terwujudnya Tata Kelola Penyelenggaraan DAK Infrstruktur yang berkualitas

Indikator Outcome (Hasil)


Target
Benchmark Target Jangka Target Jangka Jangka
No Indikator
2016 Pendek Menengah Panjang

1 Terbangunnya bagan Belum ada Sudah ada SOP Sudah ada SOP Sudah ada SOP
alur proses SOP sesuai Perpres sesuai Perpres sesuai Perpres
perencanaan dan 123 tahun 2017 123 tahun 2017 123 tahun 2017
pemantauan sebagai ttg DAK Fisik ttg DAK Fisik ttg DAK Fisik
dasar penetapan
rencana kegiatan
2 Terintegrasinya Tidak ada Ada, belum Terintegrasi Terintegrasi
Pembinaan DAK terintegrasi
Infrastruktur di
Lingkungan
Kem.PUPR
3 Terumuskannya Tidak ada Ada, belum Mendukung Mendukung
kebijakan dan strategi mendukung prioritas nasional prioritas
yang mendukung prioritas nasional dan daerah nasional dan
prioritas nasional dan daerah
daerah
Impact (Dampak)
C Meningkatnya Kualitas perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian dalam Tata
Kelola Penyelenggaraan DAK Infrstruktur di lingkungan Kementerian PUPR

1 Meningkatnya Sedang Sedang Tinggi Tinggi


partisipasi seluruh
pihak (pengelola
DAK) di lingkungan
Kem.PUPR
2 Meningkatnya Sedang Sedang Tinggi Tinggi
transparansi
perencanaan,
pelaksanaan, dan
pengendalian DAK
Infrastruktur
3 Meningkatnya Sedang Sedang Tinggi Tinggi
responsibilitas
terhadap
permasalahan dan
isu-isu yang sedang
berkembang
4 Meningkatnya Sedang Sedang Tinggi Tinggi
efektivitas dan
efisiensi pengelolaan
DAK Infrastruktur
ftroyek fterubahan ftIM 2 – Riono
Suprapto “fteningkatan Kualitas ftengelolaan
DAK Infrastruktur”
BAB III
KERANGKA REGULASI DAN KONSEPTUAL

III.1. Kerangka Regulasi


Dasar hukum yang melandasi Proyek Perubahan ini terdiri dari:
1. Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438)
2. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 244 Tahun 2014, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041);
5. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Tahun 2015-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2015)
6. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
16);
7. Peraturan Presiden Nomor 123 Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi
Khusus Fisik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 364);
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
881);

3
0
III.2. Konsepsi Paradigma
Paradigma adalah “teori dasar” atau “cara pandang” yang fundamental,
dilandasi nilai-nilai tertentu, dan berisikan teori pokok, konsep, metodologi atau
cara pendekatan yang telah teruji dan diakui keabsahannya sehingga dapat
dipergunakan para teoritisi dan praktisi dalam menanggapi sesuatu
permasalahan baik dalam kaitan pengembangan ilmu maupun dalam upaya
pemecahan permasalahan bagi kemajuan hidup dan kehidupan manusia
(Mustopadidjaja A.R., dalam LAN, 2009).
Sedangkan pengertian pembangunan adalah proses perubahan kearah yang
lebih baik (Ginandjar Kartasasmita, dalam LAN, 2009). Sondang P. Siagian
(dalam LAN, 2009) menyebutkan bahwa pembangunan adalah rangkaian usaha
mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang
ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka
pembinaan bangsa (Nation – Building).
Dalam pembelajaran kajian paradigma pada Diklat Kepemimpinan Tingkat II
Angkatan XIII Tahun 2009 di Semarang, A. Aziz Sanapiah mendefinisikan
paradigma pembangunan adalah cara pandang terhadap suatu persoalan
pembangunan yang dipergunakan dalam penyelenggaraan pembangunan dalam
arti pembangunan baik sebagai proses maupun sebagai metode untuk mencapai
peningkatan kualitas manusia dan kesejahteraan rakyat.

III.3. Konsepsi Kepemimpinan


A. Pengertian Kepemimpinan
Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di era
reformasi ini, sangat dibutuhkan pemimpin-pemimpin yang mumpuni di
bidangnya, serta memiliki komitmen dan wawasan kebangsaan yang tinggi.
Pemimpin adalah sosok yang dengan segenap potensi dan kewenangan yang
ada, mampu mampu memotivasi, mengarahkan, dan menggerakkan orang lain
untuk secara sadar dan sukarela berpartisipasi dalam mencapai tujuan
organisasi. Sedangkan kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam memimpin organisasi.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang guna mempengaruhi,
memotivasi, dan mengaktivasi aneka potensi dan sumber daya yang ada,
sehingga organisasi yang dipimpinnya mampu berjalan secara efektif dalam
rangka mengupayakan perwujudan tujuan-tujuannya (Akbar Tanjung, 2009).
B. Konsep Kepemimpinan
Istilah pemimpin dan pimpinan sering kali membingungkan, tetapi apabila
ditelusuri pemimpin adalah seorang yang menjalankan kepemimpinan
(leadership) sedangkan pimpinan (manager) adalah seseorang yang
menjalankan manajemen. Pimpinan (manager) dalam konteks organisasi
sedangkan kepemimpinan bersifat lebih luas dalam arti konteks organisasi
maupun non organisasi. Setiap pemimpin harus memiliki karakter dasar dan
basic values kepemimpinan.
C. Nilai - Nilai Kepemimpinan
Nilai merupakan pandangan atau anggapan atau kepercayaan sesuatu itu baik
atau buruk, patut atau tidak patut. Di dalam kepemimpinan dikenal beberap
nilai melandasi sikap dan perilaku seorang pemimpin dalam menjalankan roda
organisasi (Diah Anggraeni, 2009), yaitu :
a. Visioner.
Kebijakan yang dilahirkan harus memperhitungkan kebutuhan jangka
panjang, kepemimpinan harus mampu melihat dan memandang jauh ke
dapan. Seorang pemimpin harus mempunyai visi yang jelas dan dipahami
oleh bawahannya, bahkan visi tersebut harus disusun bersama ( shared
vision).
b. Kebersamaan.
Kompleksitas persoalan membutuhkan penanganan secara komprehensif,
sehingga diperlukan komunikasi dan sinergitas yang efektif dalam
melaksanakan pekerjaan, sehingga perlu dibangun kebersamaan dalam unit
kerja maupun dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan
membangun teamwork yang solid serta mengembangkan jejaring kerja
yang luas.
c. Komitmen.
Untuk mendukung pencapaian tugas bersama, perlu adanya komitmen yang
kuat dari seluruh anggota organisasi. Untuk itu, pemimpin harus mampu
membangun komitmen yang kuat, memberikan motivasi, dan inspirasi bagi
seluruh anggota.
d. Inovatif.
Perkembangan yang sangat cepat dan dinamis di dalam berbagai bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi akan semakin memberdayakan kehidupan
masyarakat. Organisasi atau birokrasi pemerintah harus mampu secara
cepat mengantisipasi perubahan yang terjadi, oleh karena itu seorang
pemimpin harus mampu menjadi inovator di lingkungan organisasinya.
e. Iman dan takwa.
Iman dan takwa sangat berperan di dalam membentuk moral seseorang
sehingga iman dan takwa sangat releven untuk meningkatkan kualitas
kepemimpinan seseorang.
D. Tugas Baru Para Pemimpin
Dalam era modern saat ini yang merupakan era globalisasi dan penuh
persaingan, tugas pemimpin semakin berat karena apabila organisasinya tidak
ingin tergilas, maka harus mampu membangun organisasi pembelajar ( Building
Learning Organization), yaitu organisasi dimana anggotanya secara terus
menerus meningkatkan kapasitas mereka untuk mencapai tujuan yang mereka
dambakan, pola pikir baru dipelihara, aspirasi kolektif dibiarkan bebas/
berkembang dan anggota juga terus menerus belajar untuk bagaimana belajar
bersama-sama.

III.4. Konsepsi Manajemen Strategis


Manajemen Strategis merupakan upaya untuk menentukan tujuan suatu
organisasi, mengembangkan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai
tujuan, serta mengalokasikan sumber daya untuk mengimplementasikan
rencana tersebut (Taufiqurokhman, 2016). Manajemen strategik merupakan
level tertinggi dalam aktivitas manajemen, yang terdiri dari rangkaian
kemampuan manajerial yang diterapkan dalam organisasi dengan berbagai
fungsi.
Dalam kaitannya dengan dengan sektor publik, manajemen strategis sangat
penting untuk memastikan tujuan/target yang akan dicapai dengan
menggerakkan seluruh komponen dan sarana/prasarana yang dimiliki oleh
suatu organisasi. Sektor publik umumnya terdiri dari struktur organisasi yang
sangat besar dan kompleks, manajemen strategik sangat penting untuk
mengarahkan kinerja pegawai untuk menunjang kinerja organisasi.
Pada prinsipnya, manajemen strategik terdiri atas tiga tahapan, yaitu:
1. Tahap Formulasi: meliputi pembuatan misi, pengidentifikasian peluang dan
tantangan eksternal organisasi, penentuan kekuatan dan kelemahan
internal, pembuatan sasaran jangka panjang, pembuatan pilihan-pilihan
strategi, serta pengambilan keputusan strategi yang dipilih untuk
diterapkan.
2. Tahap Implementasi (biasa juga disebut tahap tindakan): meliputi
penentuan sasaran tahunan, pengelolaan kebijakan, pemotivasian pegawai,
pengalokasian sumber-sumber agar strategi yang diformulasikan dapat
dilaksanakan. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan kultur yang
mendukung strategi, penciptaan struktur organisasi yang efektif,
pengarahan usaha-usaha pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan
dan pemanfaatan sistem informasi, serta mengkaitkan kompensasi pegawai
dengan kinerja organisasi.
2. Tahap Evaluasi: meliputi kegiatan mencermati apakah strategi berjalan
dengan baik atau tidak. Hal ini dibutuhkan untuk memenuhi prinsip bahwa
strategi perusahaan haruslah secara terus-menerus disesuaikan dengan
perubahan-perubahan yang selalu terjadi di lingkungan eksternal maupun
internal. Tiga kegiatan utama pada tahap ini adalah: Menganalisa faktor
eksternal dan internal sebagai basis strategi yang sedang berjalan,
pengukuran kinerja, dan pengambilan tindakan perbaikan.
DAK Infrastruktur sebagai instrumen pendanaan pemerintah memerlukan
strategi pengelolaan yang baik agar dana yang bersumber dari APBN tersebut
mampu mencapai hasil seperti yang diharapkan. Disisi lain, Kementerian PUPR
sebagai organisasi pemerintah dengan struktur organisasi dan anggaran yang
besar memerlukan kebijakan dan strategi yang mumpuni agar mampu
menggerakkan roda organisasi untuk menjalankan amanat sebagai pembina
teknis penyelenggaraan infrastruktur daerah.

III.5. Konsepsi Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik (Good


Governance)
Dinamika yang terjadi dalam sektor publik, terutama penyelenggaraan
administrasi pemerintah menunjukkan adanya perubahan paradigma
organisasi dalam berbagai aspek. Era sentralisasi yang sempat banyak diadopsi
oleh banyak negara (termasuk Indonesia) telah beralih menjadi era
desentralisasi. Kultur kerja organisasi pemerintahan yang kaku mengalami
perubahan, dituntut untuk menjadi lebih fleksibel dalam menghadapi
perkembangan inovasi teknologi, data, dan informasi. Kekuatan organisasi yang
sebelumnya dilihat dari tolak ukur stabilitas organisasi kini bergeser pada
kemampuan organisasi untuk menghadapi perubahan.
Bergulirnya reformasi pada tahun 1998 merupakan momen penting yang
menunjukkan adanya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan publik dan tata
kelola pemerintah yang baik (good governance). Yenny (2013) mendefinisikan
good governance sebagai proses penyelenggaraan pemerintahan negara yang
solid dan bertanggung jawab, serta efisien dan efektif dengan menjaga sinergi
dan interaksi yang konstruktif diantara domain- domain negara, sektor swasta,
dan masyarakat.
Prinsip-prinsip dasar dalam good governace antara lain:
1. Partisipasi Masyarakat
Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan,
baik secara langsung maupun melalui lembaga perwakilan sah yang
mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh dibangun
berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta
kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif.
2. Tegaknya Supremasi Hukum
Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu,
termasuk di dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.
3. Transparansi
Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses
pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh
pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus
memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.
4. Peduli pada Stakeholder
Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha
melayani semua pihak yang berkepentingan.
5. Berorientasi pada Konsensus
Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan yang
berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dan yang terbaik
bagi kelompok masyarakat, dan terutama dalam kebijakan dan prosedur.
6. Kesetaraan
Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau
mempertahankan kesejahteraan mereka.
7. Efektifitas dan Efisiensi
Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil
sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-
sumber daya yang ada seoptimal mungkin.
8. Akuntabilitas
Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-
organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun
kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk
pertanggung jawaban tersebut tergantung dari jenis organisasi yang
bersangkutan.
9. Visi Strategis
Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke
depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta
kepekaan untuk mewujudkannya, harus memiliki pemahaman atas
kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial yang menjadi dasar bagi
perspektif tersebut.
Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan publik yang berkualitas, salah
satunya infrastruktur perlu ditindaklanjuti dengan menerapkan prinsip-prinsip
good governance seperti tersebut di atas. SOP Perencanaan dan SOP
Pemantauan dan Evaluasi sebagai salah satu kegiatan yang akan dilakukan
dalam proyek perubahan merupakan upaya Kementerian PUPR untuk
menghadirkan prinsip akuntabilitas, transparansi dalam setiap perencanaan,
pelaksanaan dan pemantauan penyelenggaraan DAK.
BAB IV PELAKSANAAN
PROYEK PERUBAHAN

IV.1. Pelaksanaan Proyek Perubahan


Setelah rencana kegiatan disusun sesuai dengan Bab II.3, maka proyek
perubahan langsung diimpelementasikan. Berikut ini merupakan realisasi
rencana yang dibagi dalam tiga tahapan, meliputi:
A. Jangka Pendek
1. Penyelenggaraan FGD Peningkatan Kualitas Tata Kelola DAK
Tahapan awal ini merupakan titik awal pelaksanaan Proyek Perubahan.
Rapat Penyusunan Tim Efektif RPP merupakan hal yang pertama kali
dilakukan, mengingat kedepannya Tim Efektif akan terlibat dalam seluruh
rangkaian kegiatan. Tim Efektif yang ditetapkan melalui Surat Keputusan
Kepala Biro Perencanaan No 10/KPTS/Satker/IX/2017, menetapkan Kepala
Bagian FPID sebagai Project Leader, membagi tim pelaksana dalam 2 tim
yaitu Tim Manajemen Perencanaan dan Tim Manajemen Pelaksanaan, dan
menetapkan Stakeholder dari Kementerian Keuangan, Kemendagri, dan
Bappenas sebagai Narasumber. Penetapan Tim Efektif ditindaklanjuti
dengan rapat pembahasan rencana kerja proyek perubahan. Rapat tersebut
bertujuan menyamakan persepsi dan pemahaman tentang rancangan
proyek perubahan. Seluruh anggota Tim Efektif diharapkan berpartisipasi
aktif dalam mewujudkan setiap milestone.
Implementasi berikutnya yaitu dengan melakukan sosialisasi rencana
proyek perubahan kepada Unit Organisasi di lingkungan Kementerian
PUPR, baik yang telah terlibat dalam pembinaan DAK selama ini, maupun
yang akan dilibatkan dalam pembinaan DAK. Sosialisasi dilakukan baik
dengan pertemuan dan diskusi dengan Para Pejabat Tinggi di masing-
masing Unit Organisasi untuk permohonan dukungan, maupun dengan
melakukan rapat pembahasan subtansi peningkatan kualitas tata kelola
DAK.
Rapat Pembahasan Susbstansi dilakukan di Ruang Rapat Biro PAKLN
Lantai 5 Gedung Kementerian PUPR dengan format FGD. Tujuan dari rapat
yaitu mendapatkan masukan dari setiap Unit Organisasi tentang tata kelola
DAK yang ada saat ini, dan harapan penyelenggaraan DAK kedepannya.
Hasil brainstorming dengan seluruh Unit Organisasi melahirkan
kesepakatan bahwa peningkatan kualitas tata kelola pembinaan DAK sangat
diperlukan mengingat besarnya alokasi DAK, namun tidak berpengaruh
besar terhadap peningkatan kinerja infrastruktur daerah yang dibiayai
DAK.
Bentuk kesepakatan yag dilahirkan dalam FGD yaitu Kementerian
PUPR, berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku akan lebih pro-
aktif dalam melakukan pembinaan terhadap infrastruktur daerah,
khususnya yang dilaksanakan melalui DAK. Bentuk pembinaan yang dalam
waktu dekat akan dilaksanakan adalah Pembinaan Terintegrasi (yang
merupakan bagian dari pelaksanaan proyek perubahan) dan seluruh Unit
Organisasi bersedia mendukung dan memberikan materi dalam pembinaan
tersebut sesuai dengan tugas dan fungsinya. Selain pembinaan juga
disepakati perlunya payung hukum bagi Unit Organisasi untuk membina
Pemda, yang diwujudkan dalam penganggaran dan pelaksanaan kegiatan
Pembinaan. Kebutuhan Payung Hukum tersebut akan diwadahi dalam
bentuk SE Menteri tentang Tata Kelola DAK Infrastruktur.
Tabel 4.1. Resume Penyelenggaraan FGD Peningkatan Kualitas
Tata Kelola DAK
No Resume
1 Tujuan Mewujudkan pemahaman dan kesepakatan Tim Efektif dan
Tim Pembinaan dalam peningkatan kualitas Pengelolaan DAK
2 Metode 1. Koordinasi Internal: (2 Stakeholder mendukung)
a. Bagian FPID BPAKLN, dan
b. Bagian PE BPAKLN
2. Koordinasi Ekseternal (10 Stakeholder mendukung)
a. Ditjen BM (Dir JBHP dan FJD)
No Resume
b. Ditjen SDA (Dir Bina OP)
c. Ditjen CK (Dir Bina Program)
d. Ditjen Penyediaan Perumahan (Dir Rumah Swadaya)
e. Ditjen Bina Konstruksi (Dir. Bina Kelembagaan dan
Sumber Daya Jasa Konstruksi)
f. BPIW (Kepala Pusat Pemrograman dan Evaluasi
Keterpaduan Infrastruktur PUPR)
g. Itjen (Sekretaris Itjen)
h. BPSDM (Sekretaris BPSDM)
i. Balitbang (Sekretaris Balitbang)
j. Bappenas (Dir. Otonomi Daerah)
k. Kemenkeu (Dir Dana Perimbangan, DJPK)
l. Kemendagri (Dir Fasilitasi Daper, DJBKD)

3 Implementasi 1. Kamis, 24 Agustus 2017 : Pembahasan Tim Efektif


2. Senin, 25 September 2017: Pembahasan Rencana Kerja Tim
Efektif
3. Rabu, 27 September 2017: Pembahasan Materi Subtansi dan
Pembahasan Tindak Lanjut Sosialisasi Rencana Pembinaan
Teknis

4 Output 1. Terbentukntya Tim Efektif


2. Tersusunnya Rencana Kerja Proyek Perubahan
3. Terususunnya Substansi Pembinaan Tata Kelola DAK
Infrastruktur berdasarkan Peraturan Perundangan
5 Catatan 1. Seluruh stakeholder intenal dan ekstenal mendukung
milestone ini, total dukungan 12 Stakeholder;
2. Bentuk dukungan al: Materi/substansi bahan ajar,
anggaran, koordinasi dengan Pemda,dll
3. Milestone ini Tuntas pelaksanaannya, lebih cepat dari
Rencana.

4
0
No Resume
6 Dokomentasi:
2. Penyusunan Konsep Peningkatan Kualitas Tata Kelola DAK (Manajemen
Perencanaan dan Manajemen Pelaksanaan)
Tahapan ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan SOP
Perencanaan DAK (Manajemen Perencanaan), dan SOP Pemantauan dan
Evaluasi. Tahapan ini melibatkan Tim Konsultan dalam penyusunan SOP,
dengan Tim Efektif sebagai PIC pelaksanaan pekerjaan. SOP Perencanaan
akan mengatur mekanisme penyusunan Usulan Rencana Kegiatan oleh
Pemerintah Daerah dan di dalamnya juga mengatur fungsi dan peran
masing-masing Unit Organisasi di Lingkungan Kementerian PUPR. SOP
Pemantauan dan Evaluasi akan mengatur mekanisme pemantauan dan
evaluasi yang wajib dilakukan oleh setiap Unit Organisasi terhadap
pelaksanaan DAK oleh Pemerintah Daerah, serta kewajiban pelaporan DAK
oleh Pemerintah Daerah. Penyusunan SOP tersebut berpedoman pada
aturan perundangan yang termuat dalam UU APBN yang ditetapkan setiap
tahunnya, PP 55/2005 tentang Dana Perimbangan, Perpres tentang RKP
yang diterbitkan setiap tahunnya, Perpres 123/2016 tentang Juknis DAK
Fisik, Permenkeu 50/2017 dan Permenkeu 112/2017 tentang Pengelolaan
Transfer ke Daerah dan Dana Desa, serta Permen PUPR 33/2016 tentang
Petunjuk Operasional DAK Bidang Infrastruktur.
Koordinasi penyusunan SOP diawali dengan telaah terhadap regulasi
yang mengatur pelaksanaan DAK, terutama yang terkait dengan alur
pemrograman dan pemantauan evaluasi penyelenggaraan DAK. Berikutnya
yaitu dengan telaah terhadap evaluasi penyelenggaraan yang telah
dilakukan selama ini, baik tahapan perencanaan (penentuan target
kebijakan di trilateral meeting, proses pengusulan proposal oleh Pemda,
verifikasi terhadap usulan Pemda melalui forum verifikasi data teknis dan
sinkronisasi harmonisasi, penetapan alokasi DAK, konsultasi program, dan
penetapan RK) dan tahapan pemantauan dan evaluasi (pemantauan
pelaksanaan, pengendalian, dan pelaporan DAK). Berdasarkan telaah
terhadap regulasi dan evaluasi pelaksanaan selama ini, disusunlah draft
SOP oleh Tim Efektif.
SOP yang telah disusun tim efektif tersebut kemudian dibahas dalam
rapat koordinasi dengan mengundang Unor terkait di lingkungan
Kementerian PUPR. Dalam pembahasan yang dilakukan, terdapat masukan
yang penting dari Unit Organisasi, antara lain:
a. SOP harus mengatur waktu, dan input-output yang diperlukan atau
dihasilkan dalam setiap tahapannya.
b. SOP harus mampu fleksibel terhadap dinamika kebijakan DAK yang
setiap tahunnya cenderung mengalami perubahan, terutama
mekanisme pengusulan/penyamapuan usulan, menu kegiatan, dsb.
Tabel 4.2. Resume Peningkatan Kualitas Tata Kelola DAK
No Resume
1 Tujuan Menyusun SOP makanisme perencanaan dan mekanisme
pemantauan untuk meningkatkan kualitas manajemen
perencanaan DAK Infrastruktur
2 Metode 1. Koordinasi Internal: (2 Stakeholder mendukung)
a. Bagian FPID BPAKLN, dan
b. TA Konsultan
2. Koordinasi Ekseternal (5 Stakeholder mendukung)
a. Ditjen BM (Dir JBHP dan FJD)
b. Ditjen SDA (Dir Bina OP)
c. Ditjen CK (Dir Bina Program)
d. Ditjen Penyediaan Perumahan (Dir Rumah Swadaya)
e. BPIW (Kepala Pusat Pemrograman dan Evaluasi
Keterpaduan Infrastruktur PUPR)

3 Implementasi 1. Selasa, 17 Oktober 2017 : Evaluasi Penyelenggaraan DAK


Bidang Infrastruktur 2016
No Resume
2. Kamis, 26 Oktober 2017: Pembahasan Pedoman Usulan
Rencana Kerja (URK) DAK Infrastruktur (SOP Perencanaan
dan SOP Pemantauan Evaluasi)
4 Output Buku SOP Mekanisme Perencanaan dan SOP Mekanisme
Pemantauan
5 Catatan 1. Seluruh stakeholder intenal dan ekstenal mendukung
milestone ini, total dukungan 7 Stakeholder;
2. Bentuk dukungan al: Materi/substansi (waktu, mutu,
keterlibatan, dll),,
3. Milestone ini Tuntas pelaksanaannya.

6 Dokomentasi:
ftroyek fterubahan ftIM 2 – Riono
Suprapto “fteningkatan Kualitas ftengelolaan

DAK Infrastruktur”

Gambar 4.1. Kerangka Pikir Penyunan SOP Perencanaan dan SOP Pemantauan dan Evaluasi DAK

4
5
ftroyek fterubahan ftIM 2 – Riono
Suprapto “fteningkatan Kualitas ftengelolaan
DAK Infrastruktur”
Hasil pembahasan yang dilaksanakan beberapa kali yang melibatkan
Unit Organisasi tersebut menghasilkan SOP Perencanaan dan SOP
Pemantauan dan Evaluasi penyelenggaraan DAK Infrastruktur. SOP yang
dihasilkan diharapkan dapat bermanfaat bagi daerah untuk menyusun
strategi dalam menentukan skala prioritas perencanaan, dan penganggaran
setiap tahunnya. Bagi Kementerian PUPR, SOP akan membuat mekanisme
perencanaan sampai pengalokasian dan mekanisme pemantauan dan
evaluasi menjadi lebih tertib, sehingga fungsi dan peran masing-masing
Unit Organisasi menjadi terukur, jelas, dan terhindar dari tumpang tindih.
3. Melaksanakan Ujicoba Penerapan Pembinaan Teknis DAK
Hasil verifikasi dan evaluasi DAK menggunakan Data BPKP melalui
P2D2 menunjukkan Pemda masih lemah dalam aspek teknis pelaksanaan,
dan penyelenggaraan jasa konstruksi, terutama dalam pengadaan barang
jasa. Sementara di lain sisi, Kementerian PUPR yang terdiri dari banyak Unit
Organisasi dengan tugas dan fungsinya masing-masing memiliki tingkat
kepedulian yang beragam dalam pembinaan terhadap pemerintah daerah.
Selama ini, pembinaan infrastruktur daerah lebih banyak dilakukan terkait
dengan perencanaan dan pemrograman DAK, yang dilakukan oleh Setjen,
Ditjen SDA, Ditjen Bina Marga, Ditjen Cipta Karya, Ditjen Penyediaan
Perumahan. Sementara di luar DAK, pembinaan terhadap Pemda belum
menjadi agenda utama di lingkungan Kementerian PUPR. Padahal
infrastruktur daerah sangat mempengaruhi kinerja penyelenggaraan
infrastruktur nasional.
Ujicoba penerapan Pembinaan Teknis DAK berupa model “pembinaan
terintegrasi” kepada Pemerintah Daerah diharapkan dapat mengatasi hal
tersebut. Dalam UU 23/2014 tentang Pemda, yang diturunkan melalui PP
12/2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Pemda, Menteri PUPR
sebagai Pembina Teknis memiliki kewajiban untuk melakukan pembinaan
dan pengawasan terhadap Pemerintah Daerah. Pembinaan Terintegrasi
mengundang seluruh stakeholder di lingkungan Kementerian PUPR

4
6
menjadi narasumber, sehingga Pemda mendapatkan pemaparan dan
melakukan diskusi, tidak hanya terkait perencanaan program DAK seperti
yang selama ini dilakukan, tetapi juga mencakup penyelenggaraan jasa
konstruksi dan pengadaan barang jasa, perkembangan inovasi dan
teknologi terkini dalam penyelenggaraan infrastruktur, dan peningkatan
kapasitas pengawasan oleh Inspektorat Daerah untuk penyelenggaraan
infrastruktur.
Ujicoba pembinaan terintegrasi kepada Pemda diselenggarakan oleh
BPAKLN cq Bagian FPID bekerjasama dengan Balitbang pada tanggal 23 –
25 Oktober 2017 di Makassar dan 30 Oktober – 1 November 2017 di
Surabaya, dengan mengundang seluruh Unor yang selama ini melakukan
pembinaan DAK, dan Unor yang akan dilibatkan secara aktif dalam
pembinaan penyelenggaraan infrastruktur daerah di masa mendatang. Di
hari pertama, Pemda mendapatkan pemaparan terkait materi terkait sinergi
Pusat – Daerah dalam penyelenggaraan infrastruktur dari BPAKLN, e-
learning Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang PUPR dari Badan Litbang,
Peningkatan Kapasitas ASN Pemerintah Daerah dalam Tertib
Penyelenggaraan Konstruksi dari Ditjen Bina Konstruksi, Tata Cara
Pengawasan Infrastruktur Daerah dari Inspektorat Jenderal; Transformasi
Penyelenggaraan Jalan Daerah dari Ditjen Bina Marga, Penilaian Kinerja
Sistem Irigasi Dalam Penyusunan URK DAK Irgasi dari Ditjen SDA,
Implementasi DAK Sanitasi Berbasis Masyarakat dari Ditjen CIpta Karya
dan Mekanisme Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan DAK Bidang
Perumahan dari Ditjen Penyediaan Perumahan. Pada hari kedua, dilakukan
kunjungan lapangan pemanfaatan aspal plastik sebagai bentuk inovasi
teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh Pemda untuk mempercepat
penyelenggaraan infrastruktur jalan sekaligus mengurangi timbunan
sampah plastik. Hari ketiga Pemda dapat melakukan diskusi teknis untuk
mencari solusi berbagai permasalahan teknis yang terjadi dalam teknis
pelaksanaan pekerjaan di lapangan dalam kelas visiting doctor untuk
masing-masing sektor PUPR dengan narasumber dari Puslitbang SDA, Puslitbang
Jalan dan Jembatan, dan Puslitbang Permukiman.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap peserta
menunjukkan apreasiasi yang positif terhadap pelaksanaan pembinaan
terintegrasi. Pembinaan terintegrasi dapat menjadi one-stop clinic bagi
Pemerintah Daerah untuk berdiskusi dan mencari alternatif solusi beragam
permasalah terkait penyelenggaraan infrastruktur.

Tabel 4.3. Resume Pelaksanaan Ujicoba Penerapan Pembinaan Teknis DAK

No Resume
1 Tujuan Menyelenggarakan pembinaan terintegrasi dalam rangka
peningkatan kompetensi SDM Pemda
2 Metode 1. Koordinasi Internal: (2 Stakeholder mendukung)
a. Bagian FPID BPAKLN, dan
b. Biro Kompu Setjen
2. Koordinasi Ekseternal (8 Stakeholder mendukung)
a. Ditjen BM (Dir JBHP dan FJD dan BBPJN)
b. Ditjen SDA (Dir Bina OP)
c. Ditjen CK (Dir Bina Program)
d. Ditjen Penyediaan Perumahan (Dir Rumah Swadaya)
e. Ditjen Bina Konstruksi (Dir. Bina Kelembagaan dan
Sumber Daya Jasa Konstruksi)
f. Itjen (Sekretaris Itjen)
g. Balitbang (Sekretaris Balitbang)

3 Implementasi 1. Kamis, 5 Oktober 2017 : Penyusunan Modul Koordinasi dan


Persiapan
2. Rabu, 11 Oktober 2017: Koordinasi dan Persiapan Bintek
3. Senin-Rabu, 23 -25 Oktober 2017 Penyelenggaraan Bintek
Wilayah Timur
4. Senin-Rabu, 30 Oktober – 1 November 2017,
Penyelenggaraan Bintek Wilayah Tengah
No Resume
4 Output Terselenggaranya Pembinaan Terintegrasi Wilayah Timur dan
Tengah dengan jumlah peserta sebanyak 400 peserta
5 Catatan 1. Seluruh stakeholder intenal dan ekstenal mendukung
milestone ini, total dukungan 8 Stakeholder;
2. Bentuk dukungan al: Materi/substansi bahan ajar,
anggaran, koordinasi dengan Pemda, dll
3. Milestone ini Tuntas pelaksanaannya, lebih cepat dari
Rencana

6 Dokomentasi:
4. Menyusun Surat Edaran Menteri PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan DAK
Infrastruktur
Surat Edaran Menteri PUPR tentang Tata Kelola DAK disusun sebagai
landasan hukum bagi Unit Organisasi di lingkungan Kementerian PUPR
untuk terlibat dalam pembinaan penyelenggaraan DAK. Dalam lingkup yang
lebih luas, SE Menteri tersebut merupakan upaya untuk menegaskan fungsi
Kementerian PUPR sebagai pembina teknis infrastruktur daerah.
Penyusunan SE dilakukan dengan melibatkan seluruh Unit Organisasi
di lingkungan Kementerian PUPR dalam beberapa kali pembahasan dan
mengasilkan draft SE yang disepakati. Adapun substasi yang terkandung
dalam SE yaitu mengatur tentang kegiatan yang dilakukan dalam tahap
pembinaan perencanaan program, pembinaan pelaksanaan kegiatan, dan
pengawasan penyelenggaraan DAK oleh Unit Organisasi Kementerian PUPR
sesuai dengan tugas dan fungsinya, serta kewajiban untuk memprogramkan
dan melaksanakan pembinaan penyelenggaraan DAK dalam rencana kerja.

Tabel 4.4. Resume Penyusunan SE Menteri PUPR tentang Tata Kelola


Pembinaan DAK Infrastruktur

No Resume
1 Tujuan Menyusun kebijakan tata kelola Pembinaan DAK infrastruktur
PUPR
2 Metode 1. Koordinasi Internal: (3 Stakeholder mendukung)
a. Bagian FPID BPAKLN,
b. Bagian PE BPAKLN,
c. Biro Hukum Setjen
2. Koordinasi Ekseternal (8 Stakeholder mendukung)
1. Ditjen BM (Dir JBHP dan FJD)
2. Ditjen SDA (Dir Bina OP)
3. Ditjen CK (Dir Bina Program)
4. Ditjen Penyediaan Perumahan (Dir Rumah Swadaya)

5
0
No Resume
5. Ditjen Bina Konstruksi (Dir. Bina Kelembagaan dan
Sumber Daya Jasa Konstruksi)
6. BPIW (Kepala Pusat Pemrograman dan Evaluasi
Keterpaduan Infrastruktur PUPR)
7. Itjen (Sekretaris Itjen)
8. Balitbang (Sekretaris Balitbang)

3 Implementasi 1. Jum’at, 29 September 2017 : Penyusunan Modul Koordinasi


dan Persiapan
2. Senin, 16 Oktober 2017: Pembentukan SK Tim Penyusun SE
3. Rabu, 18 Oktober 2017: Pembahasan substansi SE
4. Kamis, 19 Oktober 2017: Penyusunan Draft SE

4 Output Tersusunya Draft SE tentang Tata Kelola Pembinaan DAK


Infrastruktur PUPR.
5 Catatan 1. Seluruh stakeholder internal dan eksternal mendukung
milestone ini, total dukungan 11 Stakeholder;
2. Bentuk dukungan al: Materi/substansi bentuk
pembinaan dari setiap Unor, Pemda,dll
3. Milestone ini Tuntas pelaksanaannya, pelaksanaannya,
lebih cepat dari Rencana
4. Atas arahan Mentor Draft SE diintegrasikan dalam
Permen Petunjuk Operasional.

6 Dokomentasi:
No Resume

5. Menyusun Permen PUPR tentang Petunjuk Operasional DAK Infrastruktur


Penyusunan Permen PUPR tentang Petunjuk Operasional DAK
Infrastruktur pada awalnya merupakan milestone ke 2 di tahapan jangka
menengah (Tabel 2.1). Namun demikian, karena dalam masa pelaksanaan
proyek perubahan (Oktober-November) bertepatan dengan periode
persiapan pelaksanaan DAK 2018 maka setelah berkonsultasi dengan
mentor, maka Penyusunan Permen PUPR tentang Petunjuk Operasional
DAK Bidang Infrastruktur ditarik maju menjadi kegiatan ke-5 dalam jangka
pendek.
Memperhatikan dinamika penyelenggaraan DAK 2017 dan beberapa
arahan kebijakan DAK 2018 yang sedikit berbeda dengan DAK 2017 maka
Unit Organisasi Pembina DAK (Setjen, Ditjen SDA, Ditjen Bina Marga, Ditjen
Cipta Karya, Ditjen Penyediaan Perumahan, dan BPIW) sepakat untuk
melakukan revisi terhadap Juknis. Momentum perubahan Juknis tersebut
dianggap tepat untuk mengintegrasikan subtansi yang terdapat dalam Draft
SE Menteri tentang Tata Kelola Pembinaan DAK Bidang Infrastruktur ke
dalam Permen PUPR tentang Petunjuk Operasional DAK Bidang
Infrastruktur. Rangkaian proses penyusunan Permen PUPR
tersebut pada tanggal 18 Oktober 2018 dengan rapat koordinasi dan pembahasan
materi pentunjuk operasional.
Substsansi Draft SE Menteri PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan
DAK Infrastruktur dimasukkan ke dalam subtansi Permen PUPR, yaitu
dalam Bab III Peran dan Fungsi (Pasal 18, Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 22).
Seluruh Unit Organisasi menyepakati subtansi tersebut untuk dimasukkan
ke dalam Permen, mengingat Permen tersebut akan menjadi landasan
hukum bagi Unit Organisasi untuk melakukan pembinaan terhadap
penyelenggaraan infrastruktur kewenangan Pemda.
Sosialisasi dan konsultasi publik terhadap Draft Permen PUPR
tersebut dilakukan di 3 Wilayah, yaitu tanggal 8-9 November di Batam
untuk Wilayah Barat, tanggal 16-17 November di Mataram untuk Wilayah
Timur, dan tanggal 22-23 November di Malang untuk Wilayah Tengah.
Sosialisasi dan konsultasi publik tersebut dilaksanakan dalam rangkaian
Konsultasi Program DAK 2018, dengan mengundang seluruh Kepala Dinas
PUPR, Dinas PKP, dan Bappeda penerima DAK 2018. Pemda menyambut
baik dengan Draft Permen PUPR yang disampaikan.
Permen PUPR yang telah disusun telah ditandatangin oleh Menteri
PUPR, dalam bentuk Peraturan Menteri PUPR No 21 Tahun 2017 tentang
Petunjuk Operasional Penyelenggaraan DAK Infrastruktur. Permen tersebut
diharapkan menjadi acuan bagi tidak hanya bagi Pemerintah Daerah, tetapi
juga seluruh Unit Organisasi di lingkungan Kementerian PUPR untuk
membina penyelenggaraan DAK.
Tabel 4.5. Resume Penyusunan Permen PUPR
tentang Petunjuk Operasional DAK Infrastruktur
No Resume
1 Tujuan Mewujudkan kebijakan operasional penyelenggaraan DAK
infrastruktur PUPR
2 Metode 1. Koordinasi Internal: (4 Stakeholder mendukung)
a. Bagian FPID BPAKLN,
No Resume
b. Bagian PE BPAKLN,
c. Biro Hukum
d. Biro Kompu
2. Koordinasi Ekseternal (7 Stakeholder mendukung)
a. Ditjen BM (Dir JBHP dan FJD dan Satker P2JN)
b. Ditjen SDA (Dir Bina OP dan BBWS)
c. Ditjen CK (Dir Bina Program, Dir PSPAM, Dir PPLP, Satker
Randal CK)
d. Ditjen Penyediaan Perumahan (Dir Rumah Swadaya, dan
SNVT Penyediaan Perumahan)
e. BPIW (Kepala Pusat Pemrograman dan Evaluasi
Keterpaduan Infrastruktur PUPR)
f. Pemerintah Daerah (Kepala Bappeda, Kepala Dinas PUPR,
Kepala Dinas PKP)

3 Implementasi 1. Senin, 2 Oktober 2017 : Pembentukan SK Tim Permen PUPR


2. Jum’at, 20 Oktober 2017: Koordinasi Penyusunan Draft
Permen
3. Kamis, 2 November 2017: Koordinasi dan Persiapan KP
4. Rabu, 8 November 2017: Konsultasi Publik Draft Permen
PUPR Wilayah Barat
5. Kamis, 16 November 2017: Konsultasi Publik Draft Permen
PUPR Wilayah Timur
6. Rabu, 22 November 2017: Konsultasi Publik Draft Permen
PUPR Wilayah Tengah

4 Output 1. Tersusunya Permen PUPR Nomor 21/PRT/M/2017 tentang


Petunjuk Operasional Penyelenggaraan DAK Infrastruktur
2. Penyelenggaraan Konsultasi Publik di tiga wilayah, peserta
pemda: 1000 orang
No Resume
5 Catatan 1. Seluruh stakeholder internal dan ekstenal mendukung
milestone ini, total dukungan 11 Stakeholder;
2. Bentuk dukungan al: Materi/ substansi perencanaan,
pemprograman, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi
dan pelaporan dari setiap Unor, Pemda,dll
3. Milestone ini Tuntas pelaksanaannya, lebih cepat dari
Rencana.

6 Dokomentasi:
B. Jangka Menengah
Mengingat dinamika yang terjadi dalam pelaksanaan RPP seperti termuat
dalam poin A.5 di atas, maka terjadi penyesuian terhadap milestone dan
kegiatan jangka menengah menjadi:
1. Menyusun ketetapan Menteri PUPR untuk rencana kegiatan (RK) hasil
konsultasi program antara Unor Terkait dan Pemerintah Daerah untuk
n+1.
2. Mengintegrasikan Pembinaan dan Pengawasan DAK Infrastruktur
dengan seluruh unit organisasi terkait berdasarkan Permen PUPR No 21
Tahun 2017 tentang Petunjuk Operasional DAK Infrastrutur PUPR .
3. Pembinaan penyelenggaraan DAK kepada Pemerintah Daerah
berdasarkan Permen PUPR No 21 Tahun 2017 tentang Petunjuk
Operasional DAK Infrastrutur
C. Jangka Panjang
1. Menerapkan Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan DAK Bidang
Infrastruktur
2. Evaluasi dan Penyempurnaan Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan
Infrastruktur PUPR

IV.2. Evaluasi Pelaksanaan Proyek Perubahan


Secara umum, seluruh rangkaian pelaksanaan kegiatan proyek perubahan yang
dapat terlaksana dengan baik. Namun demikian terdapat sejumlah catatan
evaluasi yang perlu ditindaklanjuti (Tabel 4.6)

Tabel 4.6 Evaluasi Pelaksanaan dan Upaya Tindak Lanjut


No MILESTONES EVALUASI UPAYA TINDAK LANJUT
1 Menyelenggarakan 1. Masih ada stakeholder yang 1. Setelah diskusi dan mendapatkan
FGD Peningkatan menghindar dan menolak penjelasan yang rinci, stakeholder
Kualitas Tata Kelola untuk terlibat proyek berkenan terlibat dan
Dak perubahan; bekerjasama dalam mewujudkan
2. Pemahanan Substansi proyek perubahan.
memerlukan waktu yang
No MILESTONES EVALUASI UPAYA TINDAK LANJUT
cukup lama untuk mengerti 2. Upaya koordinasi dan persuasi
proyek perubahan; secara terus menerus dengan
3. Rapat-rapat dan FGD dalam stakeholder internal dan
lingkup internal dan stakeholder eksternal.
eksternal dapat 3. Melakukan langkah-langkah
diselenggarakan sesuai percepatan.
rencana.

2 Menyusun Konsep 1. Pemilihan Tim Kerja (SDM 1. Menetapkan Tenaga Ahli yang
Peningkatan sesuai kompetensi) tepat sesuai kompetensi.
Kualitas Tata Kelola memerlukan waktu yang 2. Edukasi dan Pemahaman
DAK cukup lama dalam substansi terkait Mekanisme
penyusunan SOP Pengalokasian dan Menagemen
Perencanaan dan SOP Pelaksanaan DAK.
Pemantuan;
2. Penyelesaian SOP terkait
proses, keterlibatan
stakeholder, output dan
deadline membutuhkan
waktu yang cukup lama.

3 Melaksanakan 1. Ujicoba pembinaan teknis 1. Pembinaan Terintegrasi akan


Ujicoba Penerapan mendapat sambutan dijadikan agenda tahunan yang
Pembinaan Teknis positif dari Unit Organisasi dilaksanakan di 3 wilayah.
DAK dan Pemda; 2. Penajaman tema, materi, dan
2. Materi yang disajikan konsep pelaksanaan akan terus
cukup beragam, dari level dilakukan di jangka menengah
kebijakan hingga teknis dan panjang.
pelaksanaan;
3. Selain itu kegiatan off class
juga menarik minat seluruh
peserta (aspalt plastik).
No MILESTONES EVALUASI UPAYA TINDAK LANJUT
4 Menyusun SE 1. Keterlibatan Unit Organisasi 1. Peningkatan tata kelola
Menteri PUPR dalam penyusunan SE pembinaan penyelenggaraan DAK
Tentang Tata Menteri sangat mendukung akan disosialisasikan secara
Kelola Pembinaan sebagai landasan hukum, terus menerus kepada Unit
Pelaksanaan DAK sebagai kewajiban Organisasi, terutama yang baru
Kementerian PUPR yang terlibat seperti Ditjen Bina
tercantum dalam UU Konstruksi, Balitbang, BPSDM, dan
23/2014 dan PP 12/2017. Inspektorat Jenderal.
2. Memperhatikan dinamika 2. Tata kelola yang telah disusun
penyelengaraan DAK 2017 akan dievaluasi secara
dan DAK 2018, Draft SE berkala, guna memenuhi
Menteri PUPR disepakati tanggung jawab Menteri PUPR
untuk langsung sebagai Pembina Teknis DAK
diintegrasikan dengan Infrastruktur.
Permen PUPR tentang
Petunjuk Operasional DAK
Infrastruktur.

5 Permen PUPR 1. Permen PUPR ini telah Evaluasi dan Penyempurnaan


tentang Petunjuk memasukkan unsur tata Permen PUPR tentang Petujuk
Operasional DAK kelola pembinaan dan Operasional Penyelenggaraan DAK
Infrastruktur pengawasan DAK Fisik. Substansunya akan
berjenjang yang melibatkan menyesuaikan dengan dinamika yang
seluruh Unit Organisasi. terjadi di Daerah, sehingga dapat
2. Peraturan Menteri Petunjuk meningkatkan kontribusi DAK dalam
Operasional sebagai kinerja infrastruktur nasional.
landasan kebijakan dalam
penyelenggaraan DAK
dalam sistem manajemen
perencanaan dan
manajemen pelaksanaan.
IV.3. Evaluasi Milestones
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap capaian milestone setiap pelaksanaan
kegiatan, terdapat sejumlah perbedaan antara rencana dan realisasi
pelaksanaan kegiatan (Tabel 4.7). Perbedaan yang paling mencolok adalah
ditarik majunya pelaksanaan milestone jangka menengah “Menyusun Revisi
Permen PUPR tentang Petunjuk Operasional Penyelenggaraan DAK Bidang
Infrastruktur” menjadi output ke 5 di milestone jangka pendek. Seluruh
kegiatan jangka pendek dapat diselesaikan mendahului rencana, ditambah
memajukan 1 kegiatan yang semula akan dilaksanakan di jangka menengah
menjadi jangka pendek.
ftroyek fterubahan ftIM 2 – Riono
Suprapto “fteningkatan Kualitas ftengelolaan
DAK Infrastruktur”

Tabel 4.7 Rencana Kegiatan (R) dan Pelaksanaan Kegiatan (L)

September Oktober November Desember 2018 2019


No Milestone/Uraian Kegiatan
M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4
A Jangka Pendek
Menyelenggarakan FGD Peningkatan
1 Rl Rc Rc
Kualitas Tata Kelola DAK
Menyusun Konsep Peningkatan
Kualitas Tata Kelola DAK Rc Rc
2
(Manajemen Perencanaan dan / /
Manajemen Pelaksanaan) Rl Rl
Melaksanakan ujicoba penerapan Rc
3 Rl Rl Rl Rc
pembinaan teknis DAK /
Menyusun SE Menteri PUPR tentang Rl
4 Tata Kelola Pembinaan Pelaksanaan Rl Rl Rc Rc Rc Rc Rc
DAK
B Jangka Menengah
Pembinaan Pelaksanaan DAK
berdasarkan SE Menteri PUPR
1 Rc
tentang Tata Kelola Pembinaan
Pelaksanaan DAK
Penyelenggaraan FGD Review
Pelaksanaan SE Menteri PUPR
tentang Tata Kelola Pembinaan DAK
2 Rc
dan Pengintegrasian SE Menteri
PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan
DAK dalam Permen

6
0
September Oktober November Desember 2018 2019
No Milestone/Uraian Kegiatan
M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4
PUPR tentang Petunjuk Operasional
Penyelenggaraan DAK Bidang
Infrastruktur
Menyusun Revisi Permen PUPR
tentang Petunjuk Operasional
3 Rl Rl Rl Rl Rl Rl Rl Rc
Penyelenggaraan DAK Bidang
Infrastruktur
C Jangka Panjang
Menerapkan Tata Kelola Pembinaan
1 Penyelenggaraan DAK Bidang Rc
Infrastruktur
Evaluasi dan Penyempurnaan Tata
2 Kelola Pembinaan Penyelenggaraan Rc
DAK Bidang Infrastruktur

Keterangan:

Rc : Rencana
Rl : Realisasi
Rc/Rl : Rencana dan Realisasi
ftroyek fterubahan ftIM 2 – Riono
Suprapto “fteningkatan Kualitas ftengelolaan
DAK Infrastruktur”

IV.4. Evaluasi Stakeholder


Pelaksanaan proyek perubahan melibatkan beberapa stakeholders, yang dapat dijabarkan
sebagai berikut (Gambar 4.2):

Gambar 4.2 Hasil Evaluasi Stakeholders terkait


1. Promoters
Keberadaan stakeholders ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
proyek perubahan. Stakeholders yang termasuk dalam kelompok ini
yaitu Sekjen Kementerian PUPR, Kepala BPIW, Kepala Biro PAKLN,
Pimpinan Tinggi Unit Organisasi di lingkungan Kementerian PUPR, dan
dari Kementerian terkait yaitu Dir Otda Bappenas, Dir Dana
Perimbangan Kemenkeu, Dir Fasilitasi Dana Perimbangan Kemendagri.
Kelompok promotors perlu secara intensif dilibatkan dan diberikan
informasi tentang manfaat dari proyek perubahan ini mengingat
strategisnya peran kelompok ini bagi kelancaran proyek perubahan.
2. Defenders
Stakeholders ini tidak terlibat/membantu pada penyusunan proyek
perubahan, namun hasil dari proyek perubahan ini akan menjadi bagian
penting bagi pelaksanaan tugas dan fungsi kelompok ini di masa
mendatang. Termasuk dalam kelompok ini yaitu Kepala Biro Hukum,
Kepala Biro Kompu, dan Para Kabag lain di lingkungan Biro PAKLN.

6
2
penyampaian informasi terkait tujuan dan hasil dari proyek perubahan
perlu dilakukan.
3. Latents
Stakeholders ini tidak memiliki kepentingan dan secara khusus terlibat
dalam proyek perubahan, namun keputusan atau ketetapan dari
kelompok ini mempengaruhi hasil proyek perubahan. Termasuk dalam
kelompok ini yaitu Para Kepala Daerah, Sekretaris Daerah, dan Kepala
Bappeda. Sebagai pengambil keputusan utama di Pemerintah Daerah,
diskusi dan koordinasi terus menerus dengan stakeholders ini perlu
dilakukan untuk memberikan hasil yang lebih optimal bagi proyek
perubahan ini.
4. Apathetics
Stakeholders ini merupakan kelompok yang tidak memiliki kepentingan
bahkan mungkin saja tidak mengetahui adanya proyek perubahan ini.
Hal tersebut menyebabkan kelompok ini tidak banyak membantu dalam
perwujudan proyek perubahan. Namun kelanjutan hasil proyek
perubahan cukup dipengaruhi oleh stakeholder ini. Termasuk dalam
kelompok ini yaitu Inspektur Daerah, Kepala Dinas PUPR, dan Kepala
Dinas PKP. Terhadap kelompok stakeholder ini, pemberitahuan/
penyampaian informasi terkait tujuan dan edukasi hasil proyek
perubahan perlu dilakukan.
Berdasarkan hasil identifikasi, kendala dalam pelaksanaan kegiatan dapat
dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
1. Kendala Utama:
a. Keahlian dan pengetahuan,
Kurangnya keahlian dan pengetahuan dalam peningkatan kualitas
tata kelola pembinaan DAK dikarenakan pengelolaan DAK sudah
menjadi tugas rutin dan diasumsikan sudah dikelola dengan baik. Hal
tersebut menyebabkan pengetahuan dan keahlian stakeholders di
lingkungan Kementerian PUPR, maupun eksternal (Pemda)
kurang berkembang sehingga cenderung resisten terhadap upaya
perubahan yang dilakukan.
b. Kerjasama (komitmen, keterlibatan, dan dukungan)
Saat ini, fokus terhadap pembinaan penyelenggaraan infrastruktur
daerah bukan termasuk “urusan sampingan” dalam penyelenggaraan
tugas dan fungsi di Kementerian PUPR. Terlebih lagi terkait DAK,
hanya menitikberatkan kepada perencanaan pemrograman dan
pelaporan. Hal tersebut terlihat dalam upaya melibatkan Unit Kerja
yang selama ini relatif belum familiar dengan DAK. Komiten,
keterlibatan, dan dukungan dari unit terhadap pelaksanaan
Pembinaan DAK tidak sebaik Unit Kerja yang selama ini telah
tergabung dalam komunitas Pembina DAK.
c. Aktualisasi
Tugas pelaksanaan proyek perubahan ini merupakan tugas baru yang
datang di tengah kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh stakeholders.
Hal tersebut menyebabkan proyek perubahan yang diusung tidak
menjadi prioritas utama bagi stakeholders karena dapat menggangu
rutinitas. Persoalan lainnya adalah kurangnya penghargaan terhadap
stakeholders yang selama ini telah aktif dalam penyelenggaraan DAK.
Tidak ada penghargaan yang memotivasi, baik di lingkungan unit
kerja maupun lingkungan Kementerian PUPR terhadap stakeholder
yang membina DAK.
d. Waktu
Keterbatasan durasi waktu pelaksanaan proyek perubahan, yaitu 2
bulan membuat kegiatan yang dilaksanakan per-milestone menjadi
tidak banyak. Jumlah milestone yang cukup banyak (4 buah), dan
pelaksanaan proyek perubahan harus berbagi waktu dengan agenda
rutin menyebabkan rapat dan koordinasi yang diselenggarakan
menjadi singkat dan terbatas.
2. Bukan Kendala Utama
a. Pengalaman perubahan yang kurang menyenangkan. Setiap kegiatan
terkait perubahan tentu saja berdampak kepada stakholders yang
terkait. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan terhadap stakeholder
yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan, tidak ada stakeholder yang
secara spesifik menujukkan penolakan/dukungan terhadap kegiatan
dengan menggunakan argumen pengalaman terhadap perubahan
yang kurang menyenangkan.
Adapun upaya untuk mengatasi kendala tersebut yaitu:
1. Secara aktif menjalin koordinasi dan mensosialisasikan kebijakan dan
strategi peningkatan kualitas pengelolaan pembinaan DAK yang terdapat
dalam Proyek Perubahan kepada Stakholders kepada seluruh Unit
Organisasi di lingkungan Kementerian PUPR, terutama yang baru terlibat.
Koordinasi dan sosialiasi dilakukan dalam forum rapat maupun diskusi
dengan pimpinan kunci di Unit Organisasi.
2. Meningkatkan pemahaman, pengetahuan, dan kemampuan stakeholders,
terutama Pemerintah Daerah melalui Bimbingan Teknis.
3. Menetapkan payung hukum yang mengikat semua pihak, yaitu stakeholders
internal dan eksternal untuk terlibat dalam pembinaan penyelenggaraan
DAK.
4. Mendorong diterapkannya mekanise reward & punishment bagi
stakeholder berdasarkan kinerja.

IV.5. Lesson Learn Proyek Perubahan


Dalam penyelengggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II
(DIKLAT PIM II) selama empat bulan di DIKLAT Wilayah IV kota Bandung,
peserta dituntut untuk melakukan perubahan dan meningkatkan kinerja unit
kerja dan unit organisasi dalam merancang suatu inovasi baru. Memimpin
secara langsung perubahan tersebut sehingga mendapatkan hasil sesuai dengan
pentahapan (milestone) yang ditetapkan disesuaikan dengan dinamika
pembangunan infrastruktur yang sedang terjadi dan sasaran dan target
pembangunan jangka menengah dan panjang.

Sistem pembelajaran selama DIKLAT PIM 2 ini adalah menggunakan system ON-
OFF, pada tahapan ON Campus yang pertama atau tahapan diagnosa, kebutuhan
perubahan unit organisasi peserta DIKLAT menentukan area perubahan pada
strategi kebijakan organisasi, tahapan ini dibekali dengan agenda inovasi,
agenda penguasaan diri, dengan materi Integritas dan Wawasan Kebangsaan
(InWasbang), agenda diagnose perubahan dengan materi Isu Strategis,
Diagnostic Reading, dan Organisasi Berkinerja Tinggi (OBT) serta agenda
Proyek Perubahan dan Pembimbingan. Selanjutanya pada tahap Off kampus
disebut sebagai tahapan membangun komitmen bersama ( taking ownership),
pada tahapan ini peserta DIKLAT dituntut untuk membangun komitmen dengan
stakeholder internal dan eksternal untuk bersama berkomitmen melakukan
perubahan pada area yang telah ditetapkan agar kinerja organisasi dapat
meningkat kinerjanya menjadi lebih efisien, efektif, transparan dan akuntable.

Pada tahapan ketiga (ON Campus) peserta DIKLAT merancang perubahan dan
membangun tim efektif untuk melaksanakan inovasi perubahan dengan
pembekalan berupa agenda inovasi khususnya STRATEGI INOVASI dengan
melakukan Visitasi Kepemimpinan Nasional (VKN) pada
kementerian/lembaga/badan/perusahaan yang dianggap telah melakukan
inovasi perubahan yaitu PT. PINDAD di Bandung. Pada tahapan ini peserta
dibimbing oleh Coach (Bapak. Ir.Bambang Subagio, M.Si) melakukan
penyusunan Rancangan Proyek Perubahan (RPP) yang telah diseminarkan pada
tanggal 22 September 2017, selanjutnya atas saran dan masukkan Coach
Penguji dan Mentor dirumuskan proyek perubahan yang nantinya akan
diimplementasikan.

Tahapan selanjutnya adalah tahapan Laboratorium Kepemimpinan (LK), pada


tahapan ini peserta melakukan implementasi terhadap Rancangan Proyek
Perubahan (RPP) berdasarkan pentahapan (milestone) yang sudah ditetapkan.
Pada saat pelaksanaannya peserta melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan
stakeholder internal dan eksternal untuk mendapatkan dukungan dalam
pelaksanaannya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahapan penyusunan
RPP ini adalah melakukan pertemuan (rapat-rapat, dll) dan pembentukan Tim
Efektif, penjelasan bahkan memimpin pertemuan untuk mewujudkan tujuan
dan sasaran sesuai dengan ruang lingkup proyek perubahan.

Pelaksanaan diawali dengan rapat internal dengan Tim Efektif, dalam


pertemuan tersebut dibahas Surat Keputusan Tim Efektif, rencana kerja dan
materi substansi peningkatan tata kelola Dana Alokasi Khusus (DAK) dan
merancang Forum Group Discution (FGD), selanjutnya menyusun konsep
peningkatan kualitas tata kelola DAK terkait mekanisme perencanaan dan
mekanisme pelaksanaan untuk menghasilkan SOP mekanisme perencanaan dan
mekanisme pemantauan.

Tahapan selanjutnya adalah meningkatkan kualitas mekanisme pelaksanaan


dengan merancang pembinaan secara terintegrasi, untuk itu dilakukan
pertemuan dan koordinasi dengan unit kerja terkait seperti: BPSDM, Balitbang,
Binakon dan Unit Organisasi Teknis ( Dirjen. Bina Marga, Dirjen Sumber Daya
Air, Dirjen Cipta Karya dan Dirjen Penyediaan Perumahan) dan disepakati untuk
melakukan Pembinaan Teknis Terintegrasi dengan masing-masing Unor
menyiapkan materi dan pendanaannya, selanjutnya disusun Surat Edaran
Menteri tentang Tata Kelola Pembinan DAK Bidang Infrastruktur, SE ini untuk
menegaskan fungsi pembinaan Kementerian PUPR sebagai Pembina teknis
infrastruktur daerah.

Selanjutnya atas arahan Mentor (Bapak. Ir. Widirto Sp.1) pada tanggal 13
oktober 2017 draft SE tersebut sebaiknya langsung diintegrasikan dalam
bentuk Peraturan Menteri (Permen) Petunjuk Operasional penyelenggaraan
DAK Infrastruktur PUPR. Rangkaian proses penyusunan Permen diawali pada
Tanggal 18 Oktober 2017 dengan mengundang rapat koordinasi dan
pembahasan materi petunujk operasional.
ftroyek fterubahan ftIM 2 – Riono
Suprapto “fteningkatan Kualitas Tata Kelola ftembinaan
DAK Infrastruktur”

BAB V
PENUTUP
V.1. KESIMPULAN
1. Pencapaian proyek perubahan, hingga akhir Nevember 2017 proyek
perubahan ini telah menghasilkan beberapa output sesuai target pada
milestones jangka pendek, seperti a.l:
a) Standart Operating Prosedure (SOP) Perencanaan dan SOP
Pemantauan;
b) Penyelenggaraan Uji Coba Pembinaan Terintegrasi;
c) Draft Surat Edaran Tatakelola Pembinaan Penyelenggaraan DAK
Infrastruktur;
d) Penyelenggaraan Sosialisasi dan Konsultasi Program DAK (Konsultasi
Publik Permen DAK);
e) Peraturan Menteri Petunujuk Opersional Penyelenggaran DAK
Infrastruktur.
2. Manfaat dari hasil output proyek perubahan, a.l:
a) Terbangunnya bagan alur proses perencanaan dan pemantauan
sebagai dasar penetapan rencana kegiatan;
b) Meningkatnya kompetensi SDM pemerintah daerah dalam
pengelolaan DAK;
c) Adanya pedoman perencanaan dan pelaksanaan bagi pemerintah
daerah untuk menyelenggaraan DAK secara efisien dan efektif serta
akuntabel;
Manfaat output secara langsung akan mewujudkan peningkatan kualitas
tata kelola pembinaan DAK Infrastruktur Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat di daerah;
3. Solusi dalam menghadapi kendala dan hambatan dalam pelaksanaan
proyek perubahan melalui:
a) Meningkatakan pengetahuan dan kemampuan melalui forum
bimbingan teknis.
b) Melakukan koordinasi, sosialisasi informasi kebijakan dan strategi
yang diambil dlm peningkatan Tata Kelola Pembinaan DAK.
c) Mendorong pihak Unit Kerja, Kementerian Terkait dan Pemda untuk
mengimplementasikan kebijakan dan strategi peningkatan Tata Kelola
pembinaan pelaksanaan DAK dalam bentuk rencana kerja (beserta
anggarannya).
d) Memberikan reward and punishment pada daerah yang berprestasi
baik.
e) Menetapkan payung hukum ttg Pengaturan Tata Kelola Pembinaan
Pelaksanaan DAK Meningkatakan pengetahuan dan kemampuan
melalui forum bimbingan teknis.
4. Proyek Perubahan ini di dukungan Stakeholder Internal sebanyak 4
stakeholder dan Stakeholder Eksternal (Pusat dan Pemerintah Daerah)
29 stakeholder sehingga total dukungan stakeholder sebanyak 33
stakeholder;

V.2. SARAN/REKOMENDASI
Untuk keberlanjutan proyek perubahan ini maka perlu melakukan langkah-
langkah tindak lanjut periode jangka menengah dan jangka panjang, yaitu:
A. Jangka Menengah :
1. Menyusun ketetapan Menteri PUPR untuk rencana kegiatan (RK) hasil
konsultasi program antara Unor Terkait dan Pemerintah Daerah untuk
n+1.
2. Mengintegrasikan Pembinaan dan Pengawasan DAK Infrastruktur
dengan seluruh unit organisasi terkait berdasarkan Permen PUPR No 21
Tahun 2017 tentang Petunjuk Operasional DAK Infrastrutur PUPR .
3. Pembinaan penyelenggaraan DAK kepada Pemerintah Daerah
berdasarkan Permen PUPR No 21 Tahun 2017 tentang Petunjuk
Operasional DAK Infrastrutur.
B. Jangka Panjang:
1. Menerapkan Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan DAK Bidang
Infrastruktur
2. Evaluasi dan Penyempurnaan Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan
Infrastruktur PUPR

Untuk terselenggaranya proyek perubahan jangka menengah dan jangka


panjang diperlukan dukungan stakeholder internal dan eksternal secara
berkelanjutan dan dilaksanakan dengan prinsip-prinsip Good Governance.

7
0
DAFTAR PUSTAKA

Lembaga Administrasi Negara, 2009, Modul Kajian Paradigma, Membangun Organisasi


Pembelajar (Building Learning Organization). Jakarta. Pusdiklat
SPIMNAS LAN.
Lembaga Administrasi Negara, 2009, Modul Kajian Paradigma Pembangunan,
Paradigma Administrasi Publik, Paradigma Pembangunan Sosial
Ekonomi Politik, Membangun Organisasi Pembelajar (Building
Learning Organization). Jakarta. Pusdiklat SPIMNAS LAN.
Lembaga Administrasi Negara, 2009, Modul Kajian Paradigma Kepemimpinan.
Jakarta. Pusdiklat SPIMNAS LAN.
Lembaga Administrasi Negara, 2009, Modul Kajian Manajemen Strategik. Jakarta.
Pusdiklat SPIMNAS LAN.
Lembaga Administrasi Negara, 2009, Modul Manajemen Kebijakan Publik. Jakarta.
Pusdiklat SPIMNAS LAN.
Schwab, Klaus., 2017, The Global Competitiveness Report 2017-2018, Geneva, World
Economic Forum.
Taufiqurokhman, 2016, Manajemen Strategik. Jakarta. FISIP Universitas Prof. Dr.
Moestopo Beragama.
Yenny, 2013, Prinsip Prinsip Good Governance: Studi Tentang Penerapan Prinsip –
Prinsip Good Governance Dalam Pelaksanaan Pelayanan Publik di
Kantor Camat Samarinda Utara Kota Samarinda. Jakarta. eJournal Ilmu
Administrasi Negara 196-209 ejournal.an.fisip-unmul.org
Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438)
Undang Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 244 Tahun 2014, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574);
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6041);
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Tahun 2015-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2015)
Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 16);
Peraturan Presiden Nomor 123 Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi
Khusus Fisik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
364);
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 15/PRT/M/2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 881);

Website/Blog:
1. http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2015/12/pengertian-dan-prinsip-
good-governance.html
2. http://harrymarobi.blogspot.com/2013/10/pengertian-stakeholder.html
3. http://www.rumahkomunikasi.com/2014/10/strategi-komunikasi-pengertian-
dan.html.

7
1
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai