DISUSUN OLEH:
Nama : Riono Suprapto, ST, SE, MT
NDH : 02
DISUSUN OLEH:
Nama : Riono Suprapto, ST, SE, MT
NDH : 02
DISEMINARKAN PADA:
Hari : Selasa
Tanggal : 5 Desember 2017
Dr. A. Hasanudin, ME
ii
NIP. 110035124
ii
i
ftroyek fterubahan ftIM 2 – Riono
Suprapto “fteningkatan Kualitas Tata Kelola ftembinaan
DAK Infrastruktur”
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, laporan Proyek Perubahan
(PP) dengan judul “PENINGKATAN KUALITAS TATA KELOLA PEMBINAAN DANA
ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG INFRASTRUKTUR “
dapat diselesaikan.
Sesuai dengan peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2013 bahwa penyelengggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat II (DIKLAT PIM II) telah mengalami perubahan. Adapun
perubahan yang dimaksud adalah dalam rangka merancang dan menetapkan strategi
kebijakan instansi untuk melaksanakan Proyek Perubahan (PP) atau inovasi tehadap
birokrasi dan birokratisasi.
Keberhasilan penulisan Proyek Perubahan ini tidak terlepas dari bantuan dan
sumbang saran dari berbagai pihak, untuk itu dengan kerendahan hati perkenankan
saya mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi tingginya kepada;
1. Yth, Ibu Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
yang sudah memberikan kesempatan untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat II.
2. Yth. Bapak Kepala Biro Perencanaan Anggaran dan Kerjasam Luar Negeri
(BPAKLN) yang telah menugaskan untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat II dan sekaligus bertindak sebagai Pembimbing (Mentor)
dalam Proyek Perubahan pada Balai Pendidikan dan Pelatihan PUPR Wilayah IV
Kota Bandung.
3. Yth. Para Pejabat di Lingkungan Kementerian PUPR dan seluruh karyawan dan
karyawati di BPAKLN serta semua pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
4. Bapak Ir. Bambang Subagyo, M.Si sebagai Coach, Widyaiswara/Narasumber yang
telah membantu mengarahkan dalam proses penyusunan Proyek Perubahan pada
Pendidikan dan Pelatihan Kepeamimpinan Tingkat II “Angkatan I Kelas Edelweis”
Tahun 2017.
5. Bapak/Ibu Widyaiswara dan segenap panitia pelaksana yang telah membantu
kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II tahun 2017.
6. Seluruh rekan peserta Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II
Angkatan I Tahun 2017, yang telah saling mendukung serta menjalin kerja sama
dalam kebersamaan.
7. Isteri dan ananda tercinta atas dukungan dan doanya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II Angkatan I
Tahun 2017 dengan baik.
Semoga segala sesuatu yang mengarah pada kebaikan untuk penyempurnaan
Proyek Perubahan ini mendapatkan Berkah serta Rahmat dari Allah SWT agar hal
perubahan yang dimaksud didalamnya dapat bermanfaat bagi Kementerian PUPR, K/L
Terkait dan Pemerintah Daerah, umumnya untuk nusa, bangsa dan Negara Indonesia.
Bandung, 30 November 2017
Penulis,
i. Halaman Judul i
ii. Halaman Pengesahan ii
iii. Kata Pengantar iii
iv. Daftar Isi v
v. Daftar Tabel vii
vi. Daftar Gambar viii
BAB I PENDAHULUAN 1
I.1. Latar Belakang 1
I.2. Maksud, Tujuan dan Manfaat 8
I.2.1. Maksud 8
I.2.2. Tujuan 8
I.2.3. Manfaat 9
I.3. Gambaran Organisasi 9
I.3.1. Visi dan Misi 9
I.3.2. Tugas dan Fungsi 10
I.3.3. Struktur Organisasi 10
I.4. Ruang Lingkup 11
v
II.5. Inovasi 24
II.6. Kondisi Perubahan yang Diharapkan 25
II.7. Kriteria Keberhasilan 26
BAB V PENUTUP 68
V.1. Kesimpulan 68
V.2. Saran/Rekomendasi 69
DAFTAR PUSTAKA 70
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1
Pada Tahun 2014, total anggaran infrastruktur adalah Rp. 154,6 T, tahun
2015 melonjak tajam menjadi Rp 256,3 T, meningkat pada tahun 2016 menjadi
313,5 T, dan kembali meningkat pada 2017 menjadi Rp. 387,3 T (Tabel 1.1).
Belanja infrastruktur terbesar dialokasikan untuk infrastruktur Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang diselenggarakan oleh Kementerian
PUPR. Sementara itu dukungan terhadap penganggaraan infrastruktur
kewenangan Pemerintah Daerah (Pemda) dilakukan dalam bentuk alokasi
transfer daerah, yang meliputi Dana Alokasi Khusus (DAK) Infrastruktur, Dana
Desa, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Otonomi Khusus (Otsus). Jumlahnya
meningkat hampir 2 kali lipat pada tahun 2016 yang mencapai Rp 88 T, dan
kembali melonjak 2 kali lipat pada tahun 2017 menjadi Rp. 183,7 T.
Tabel 1.1. Grafik Rincian Belanja Infrastruktur dalam APBN 2015-2017
2015 2016 2017
No Uraian
APBN APBN APBN
I. Infrastruktur Ekonomi 280,3 307,1 377,8
1. Melalui K/L 196,8 151,2 153,7
33 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan 111,1 101,7 98,9
Rakyat
22 Kementerian Perhubungan 59,1 45,5 42,1
18 Kementerian Pertanian 8,9 5,3 2,7
20 Kementerian ESDM 8,1 4,6 3,6
2. Melalui Non K/L 6,8 5,3 2,6
1. VGF (termasuk Cadangan VGF) 1,2 1,1 0,3
2. Belanja Hibah 4,5 4 2,2
3. Melalui Transfer Daerah 41 88 183,7
1. Dana Alokasi Khusus 29,7 66,3 32,3
Tambahan Otonomi Khusus Infrastruktur Prov. 3 1,8
2. Papua & Papua Barat
3. Perkiraan Dana Desa Untuk Infrastruktur 8,3 18,8 24
4. Perkiraan Dana Transfer Umum untuk Infrastruktur 124
4. Melalui Pembiayaan 35,7 62,1 37,8
1. Fasilitas Likuiditas 5,1 9,2 9,7
2. Penjaminan Pemerintah pada Proyek Percepatan 0,8 36,2 -
Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik
menggunakan Batubara
3. Penyertaan Modal Negara 7,2
4. BLU LMAN 20
II. Infrastruktur Sosial 6,3 5,7 5,5
2015 2016 2017
No Uraian
APBN APBN APBN
23 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 4,3 4,6 4,2
25 Kementerian Agama 2,1 1,2 1,2
III Dukungan Infrastruktur 3,7 4,2 4,1
. 56 BPN 1,3 0,3 0,1
19 Kementerian Perindustrian 0,6 0,4 0,6
Jumlah 290,3 317,1 387,3
Sumber : Portal Data APBN, Kementerian Keuangan 2017
Peningkatan anggaran belanja untuk sektor infrastruktur dan berbagai
kebijakan negara lainnya telah mampu membawa pengaruh terhadap
meningkatnya peringkat Daya Saing Global (GCI) Indonesia berdasarkan
laporan yang dirilis oleh World Economic Forum. Tahun 2017-2018, GCI
Indonesia berapa pada peringkat 36, meningkat dibanding tahun 2016-2017
yang berada pada peringkat 41 (Tabel 1.2).
Tabel 1.2. Indeks Daya Saing Global dan Indeks Daya Saing Infrastruktur
Indonesia Tahun 2010 – 2017
Peringkat Daya Peringkat Daya
No Tahun Saing Global Saing Infrastruktur
Indonesia Indonesia
1 2010 – 2011 44 90
2 2011 – 2012 46 82
3 2012 - 2013 50 92
4 2013 - 2014 38 82
5 2014 - 2015 34 72
6 2015 - 2016 37 62
7 2016 - 2017 41 60
8 2017 - 2018 36 52
Sumber: Global Competitivenes Report (World Economic Forum), 2010 2017
Meskipun peringkat daya saing infrastruktur meningkat, berdasarkan peringkat
dibandingkan negara lain di Asia Timur Pasifik, sektor infrastruktur tergolong
kepada pilar yang menghambat naiknya GCI Indonesia ke peringkat yang lebih
tinggi (Gambar 1.2). Infrastruktur jalan memiliki rangking 64, yang artinya masih
belum mampu mendongkrak peringkat daya saing infrastruktur dan daya saing
global Indonesia. Hal tersebut menjadi tugas berat yang harus segera dibenahi
oleh Pemerintah Indonesia.
Gambar 1.2. Peringkat Pilar Daya Saing Indonesia dibandingkan Negara Lain di Asia
Timur – Pasifik
Sumber: Global Competitivenes Report (World Economic Forum), 2010 2017
Dilihat dari sudut pandang pelaku (stakeholder), makin disadari bahwa upaya
pembangunan infrastruktur secara nasional tidak hanya menyangkut kinerja
penyelenggaraan infrastruktur yang menjadi kewenangan pemerintah pusat
semata namun juga sangat membutuhkan kontribusi kinerja penyelenggaraan
infrastruktur yang menjadi kewenangan Pemda. Infrastruktur yang menjadi
kewenangan Pemda sangat besar jumlahnya jika dibandingkan dengan
infrastruktur kewenangan Pemerintah Pusat. Dari total luas 9,04 juta Ha daerah
irigasi (D.I.) nasional, 65% diantaranya merupakan D.I. kewenangan Pemda.
Dari total sepanjang 502.653 Km jalan di Indonesia, 92% diantaranya
merupakan kewenangan Pemda. Bahkan untuk infrastruktur permukiman
seperti air minum, persampahan, dan limbah dan infrastruktur perumahan
hampir seluruhnya merupakan kewenangan Pemda.
Salah satu bentuk intervensi Pemerintah Pusat dalam mendorong peningkatan
kapasitas Pemda dalam bidang infrastruktur yaitu melalui instrumen
pendanaan, antara lain DAK Bidang Infrastruktur. DAK merupakan dana yang
dialokasikan dalam APBN kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus fisik yang merupakan urusan daerah
dan sesuai dengan prioritas nasional (UU 33/2004, PP 55/2005 dan Perpres
123 Tahun 2016). DAK langsung ditranfer dari APBN ke Rekening Kas Daerah,
sehingga merupakan komponen dalam APBD yang dilaksanakan oleh Pemda.
Disebut khusus karena sudah ditentukan kegiatannya setelah alokasi
ditetapkan, dan diberikan kepada daerah tertentu yang sesuai dengan prioritas
nasional.
Kebijakan pengalokasian DAK pertama kali dilaksanakan tahun 2003, yang
terdiri dari 5 Bidang DAK. Saat itu DAK diberikan kepada daerah dengan
kemampuan fiskal rendah, dan memiliki indeks teknis pelayanan infrastruktur
yang rendah. Bidang DAK yang berada di bawah pembinaan Kementerian PU
yaitu DAK Prasarana Jalan dan Irigasi. Sejak saat itu hingga tahun 2017
kebijakan DAK terus mengalami perkembangan, baik dari jumlah bidang, jumlah
alokasi anggaran, maupun jumlah penerima.
Dalam era kabinet kerja, alokasi DAK Infrastruktur meningkat rata-rata hampir
3 kali lipat jika dibandingkan dengan sebelum tahun 2014. Tahun 2016 menjadi
dengan DAK Infrastruktur terbesar, sebanyak Rp. 59,25 T (Gambar 1.3). Tahun
2017 dan 2018 menurun dan cenderung stabil dikarenakan menyesuaikan
dengan kondisi perekonomian yang berimbas pada penerimaan negara.
59,247
60,000
50,000
40,000
30,000
29,139 27,710
27,035
20,000 10,105
10,000 6,051 6,328 8,166
4,493
0,000
201020112012201320142015201620172018
Hasil kajian dari Ditjen Bina Marga (2017) dapat sejalan dengan data tersebut.
Alokasi DAK yang meningkat tidak berbanding lurus dengan peningkatan
tingkat kemantapan jalan (Gambar 1.4).Tingkat kemantapan cenderung
stagnan, bahkan cenderung mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
tahun 2014.
Permasalahan tata kelola DAK yang belum baik merupakan penyebab utama
tidak efektifnya alokasi yang diberikan terhadap peningkatan kondisi.
Berdasarkan verifikasi BPKP terhadap pelaksanaan DAK Fisik Bidang
Infrastruktur oleh Pemda dalam Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi
(P2D2), menunjukkan sejumlah kelemahan yang mendasar dalam manajemen
proyek yang menyebabkan Pemerintah tidak dapat memperoleh tingkat
reimbursment maksimal. Kegagalan verifikasi tahap pertama umumnya
disebabkan karena proses pengadaan barang jasa yang belum sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Dalam verifikasi tahap kedua disebabkan oleh
ketidaksesuaian hasil pekerjaan dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan.
Kegagalan dalam memenuhi spesifikasi teknis sebagian besar disebabkan oleh
outcome yang tidak memuaskan (tidak sesuai dengan spesifikasi tertentu,
kualitas buruk, outcome tidak berfungsi, kemunduran selama masa
pemeliharaan).
50.000,00 75,00
40.000,00 70,00
30.000,00 65,00
20.000,00 60,00
10.000,00 55,00
- 50,00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
1
0
C. Bagian Pemantauan dan Evaluasi, yang mengkoordinasikan pemantauan
dan evaluasi penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
oleh Satuan Kerja di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) oleh Pemerintah Daerah melalui
sistem e-monitoring.
D. Bagian Kerjasama Luar Negeri, yang mengkoordinasikan administrasi
anggaran APBN Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) yang bersumber dari pinjaman dan hibah luar negeri.
E. Satuan Kerja SNVT Pengembangan, Pengendalian, dan Pelaksanaan
Pekerjaan Strategis Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Lainnya.
I.4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup proyek perubahan ini yaitu:
a. Menyusun Konsep Peningkatan Kualitas Tata Kelola DAK (Manajemen
Perencanaan dan Manajemen Pelaksanaan);
b. Melaksanakan ujicoba penerapan pembinaan teknis DAK;
c. Menyusun SE Menteri PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan Pelaksanaan
DAK;
d. Pembinaan Pelaksanaan DAK berdasarkan SE Menteri PUPR tentang Tata
Kelola Pembinaan Pelaksanaan DAK;
e. Pengintegrasian SE Menteri PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan DAK
dalam Permen PUPR tentang Petunjuk Operasional Penyelenggaraan DAK
Bidang Infrastruktur;
f. Menyusun Revisi Permen PUPR tentang Petunjuk Operasional
Penyelenggaraan DAK Bidang Infrastruktur; dan
g. Evaluasi dan Penyempurnaan Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan DAK
Bidang Infrastruktur.
BAB II
DESKRPSI PROYEK PERUBAHAN
DAK Infrastruktur”
Tabel 2.1. Milestone Proyek Perubahan
16
ftroyek fterubahan ftIM 2 – Riono
Suprapto “fteningkatan Kualitas Tata Kelola ftembinaan
DAK Infrastruktur”
1
7
b) Direktur Otonomi Daerah, Bappenas
c) Direktur Dana Perimbangan, Ditjen Perumbangan Keuangan
Kementerian Keuangan;
d) Direktur Fasilitasi Dana Perimbangan, Ditjen Bina Keuangan Daerah,
Kementerian Dalam Negeri:
e) Gubernur, Walikota, Bupati;
f) Sekretaris Daerah Provinsi/Kota/Kabupaten;
g) Kepala Bappeda Provinsi/Kota/Bupati;
h) Kepala Dinas PUPR dan Dinas PKP Provinsi/Kabupaten/Kota;
i) Inspektur Daerah;
Peta jaringan stakeholder dapat diperhatikan dalam gambar 2.1 berikut:
INTERNAL
EKTERNAL PUSAT
EKTERNAL
(+++) SEKJEN Kepala
Itjen, Direktur Kepala
SDA, Pusdati PUPR Biro Hukum
(+/-
BM,CK,Perumaha GUBERNUR
(++) (++++)
(++)
(+++)
(++)
DIREKTUR OTDA, KA.BAPPED
BAPENAS (- - -
KABAG.
AP KABAG. KABAG.
Direktur Dana
(++) (+)
FPID PE
Perimbangan KA.DINAS PU
(- -
(+++) (+)
(+++) (+++)
Direktur Fasilitasi
Dana Perimbangan
(++) KA. DINAS
PERUMAHAN (- -)
eksterna
KOORDINA
eksternal
KOORDINASI Itjen (- -)
PRIME
HIRARK Daerah
UTAM
SEKUNDE
Gambar 2.1 Stakeholder Net Map yang terlibat dalam Proyek Perubahan
Keterangan Gambar:
Mendukung : Netral: ( +/ - ) Tidak Mendukung : Tingkat pengaruh
+ Rendah - Rendah stakeholder/ Nilai
++ Sedang - - Sedang Kekuatan:
+++ Tinggi - - - Tinggi 1 s/d 2 Rendah
++++ Sangat Tinggi - - - - Sangat Tinggi 3 s/d 5 Sedang
6 s/d 8 Tinggi
9 s/d 11 Sangat Tinggi
Sikap dan pengaruh masing-masing Stakeholder yang terdapat dalam Gambar 2.1,
selanjutnya ditampilkan dalam Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Posisi dan Besaran Pengaruh Stakeholder
PENGARUH/
NO STAKEHOLDER NILAI
SIKAP
2
0
Influence +
(Pengaruh)
Latents Promoters
Sekretaris Jenderal
Kepala BPIW Pejabat Tinggi Unor PUPR
Kepala Daerah Kepala BPAKLN Dir Otda Bappenas Dir Daper Kemenkeu
Sekretaris Daerah Kepala Bappeda Dir Fasilitasi Daper Kemendagri
Interest -
Gambar 2.2. Analisa Stakeholder Dalam Kuadran Tingkat Pengaruh dan Kepentingan
8. Para Kabag.Biro
2. Para Unor di lingkungan
Perencanaan
Informatif dan Kem.PUPR Terkait (BPIW,
Anggaran dan KLN Informatif
Edukatif Itjen, Ditjrn. BM, SDA, CK,
(AP, FPID, dan PE)
Penyediaan Perumahan)
3 Terbitnya Surat Tidak ada Ada, Draft Surat Ada, sdh Sudah ada
Edaran Menteri Edaran diintegrasikan kebijakan
PUPR tentang Tata dengan Permen Berkelanjutan
Kelola Pembinaan PUPR
Pelaksanaan DAK
4 Integrasi Tata Kelola Tidak ada Ada, Permen Sudah ada Sudah ada
Pembinaan DAK PUPR kebijakan evaluasi Kebijakan
dalam Permen PUPR Berkelanjutan
tentang Petunjuk
Operasional
Penyelenggaraan
DAK Infrastruktur
B Outcome (Hasil):
a. Terwujudnya manajemen perencanaan dan manajemen pelaksanaan yang terintegrasi
b. Terwujudnya Tata Kelola Penyelenggaraan DAK Infrstruktur yang berkualitas
1 Terbangunnya bagan Belum ada Sudah ada SOP Sudah ada SOP Sudah ada SOP
alur proses SOP sesuai Perpres sesuai Perpres sesuai Perpres
perencanaan dan 123 tahun 2017 123 tahun 2017 123 tahun 2017
pemantauan sebagai ttg DAK Fisik ttg DAK Fisik ttg DAK Fisik
dasar penetapan
rencana kegiatan
2 Terintegrasinya Tidak ada Ada, belum Terintegrasi Terintegrasi
Pembinaan DAK terintegrasi
Infrastruktur di
Lingkungan
Kem.PUPR
3 Terumuskannya Tidak ada Ada, belum Mendukung Mendukung
kebijakan dan strategi mendukung prioritas nasional prioritas
yang mendukung prioritas nasional dan daerah nasional dan
prioritas nasional dan daerah
daerah
Impact (Dampak)
C Meningkatnya Kualitas perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian dalam Tata
Kelola Penyelenggaraan DAK Infrstruktur di lingkungan Kementerian PUPR
3
0
III.2. Konsepsi Paradigma
Paradigma adalah “teori dasar” atau “cara pandang” yang fundamental,
dilandasi nilai-nilai tertentu, dan berisikan teori pokok, konsep, metodologi atau
cara pendekatan yang telah teruji dan diakui keabsahannya sehingga dapat
dipergunakan para teoritisi dan praktisi dalam menanggapi sesuatu
permasalahan baik dalam kaitan pengembangan ilmu maupun dalam upaya
pemecahan permasalahan bagi kemajuan hidup dan kehidupan manusia
(Mustopadidjaja A.R., dalam LAN, 2009).
Sedangkan pengertian pembangunan adalah proses perubahan kearah yang
lebih baik (Ginandjar Kartasasmita, dalam LAN, 2009). Sondang P. Siagian
(dalam LAN, 2009) menyebutkan bahwa pembangunan adalah rangkaian usaha
mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang
ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka
pembinaan bangsa (Nation – Building).
Dalam pembelajaran kajian paradigma pada Diklat Kepemimpinan Tingkat II
Angkatan XIII Tahun 2009 di Semarang, A. Aziz Sanapiah mendefinisikan
paradigma pembangunan adalah cara pandang terhadap suatu persoalan
pembangunan yang dipergunakan dalam penyelenggaraan pembangunan dalam
arti pembangunan baik sebagai proses maupun sebagai metode untuk mencapai
peningkatan kualitas manusia dan kesejahteraan rakyat.
4
0
No Resume
6 Dokomentasi:
2. Penyusunan Konsep Peningkatan Kualitas Tata Kelola DAK (Manajemen
Perencanaan dan Manajemen Pelaksanaan)
Tahapan ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan SOP
Perencanaan DAK (Manajemen Perencanaan), dan SOP Pemantauan dan
Evaluasi. Tahapan ini melibatkan Tim Konsultan dalam penyusunan SOP,
dengan Tim Efektif sebagai PIC pelaksanaan pekerjaan. SOP Perencanaan
akan mengatur mekanisme penyusunan Usulan Rencana Kegiatan oleh
Pemerintah Daerah dan di dalamnya juga mengatur fungsi dan peran
masing-masing Unit Organisasi di Lingkungan Kementerian PUPR. SOP
Pemantauan dan Evaluasi akan mengatur mekanisme pemantauan dan
evaluasi yang wajib dilakukan oleh setiap Unit Organisasi terhadap
pelaksanaan DAK oleh Pemerintah Daerah, serta kewajiban pelaporan DAK
oleh Pemerintah Daerah. Penyusunan SOP tersebut berpedoman pada
aturan perundangan yang termuat dalam UU APBN yang ditetapkan setiap
tahunnya, PP 55/2005 tentang Dana Perimbangan, Perpres tentang RKP
yang diterbitkan setiap tahunnya, Perpres 123/2016 tentang Juknis DAK
Fisik, Permenkeu 50/2017 dan Permenkeu 112/2017 tentang Pengelolaan
Transfer ke Daerah dan Dana Desa, serta Permen PUPR 33/2016 tentang
Petunjuk Operasional DAK Bidang Infrastruktur.
Koordinasi penyusunan SOP diawali dengan telaah terhadap regulasi
yang mengatur pelaksanaan DAK, terutama yang terkait dengan alur
pemrograman dan pemantauan evaluasi penyelenggaraan DAK. Berikutnya
yaitu dengan telaah terhadap evaluasi penyelenggaraan yang telah
dilakukan selama ini, baik tahapan perencanaan (penentuan target
kebijakan di trilateral meeting, proses pengusulan proposal oleh Pemda,
verifikasi terhadap usulan Pemda melalui forum verifikasi data teknis dan
sinkronisasi harmonisasi, penetapan alokasi DAK, konsultasi program, dan
penetapan RK) dan tahapan pemantauan dan evaluasi (pemantauan
pelaksanaan, pengendalian, dan pelaporan DAK). Berdasarkan telaah
terhadap regulasi dan evaluasi pelaksanaan selama ini, disusunlah draft
SOP oleh Tim Efektif.
SOP yang telah disusun tim efektif tersebut kemudian dibahas dalam
rapat koordinasi dengan mengundang Unor terkait di lingkungan
Kementerian PUPR. Dalam pembahasan yang dilakukan, terdapat masukan
yang penting dari Unit Organisasi, antara lain:
a. SOP harus mengatur waktu, dan input-output yang diperlukan atau
dihasilkan dalam setiap tahapannya.
b. SOP harus mampu fleksibel terhadap dinamika kebijakan DAK yang
setiap tahunnya cenderung mengalami perubahan, terutama
mekanisme pengusulan/penyamapuan usulan, menu kegiatan, dsb.
Tabel 4.2. Resume Peningkatan Kualitas Tata Kelola DAK
No Resume
1 Tujuan Menyusun SOP makanisme perencanaan dan mekanisme
pemantauan untuk meningkatkan kualitas manajemen
perencanaan DAK Infrastruktur
2 Metode 1. Koordinasi Internal: (2 Stakeholder mendukung)
a. Bagian FPID BPAKLN, dan
b. TA Konsultan
2. Koordinasi Ekseternal (5 Stakeholder mendukung)
a. Ditjen BM (Dir JBHP dan FJD)
b. Ditjen SDA (Dir Bina OP)
c. Ditjen CK (Dir Bina Program)
d. Ditjen Penyediaan Perumahan (Dir Rumah Swadaya)
e. BPIW (Kepala Pusat Pemrograman dan Evaluasi
Keterpaduan Infrastruktur PUPR)
6 Dokomentasi:
ftroyek fterubahan ftIM 2 – Riono
Suprapto “fteningkatan Kualitas ftengelolaan
DAK Infrastruktur”
Gambar 4.1. Kerangka Pikir Penyunan SOP Perencanaan dan SOP Pemantauan dan Evaluasi DAK
4
5
ftroyek fterubahan ftIM 2 – Riono
Suprapto “fteningkatan Kualitas ftengelolaan
DAK Infrastruktur”
Hasil pembahasan yang dilaksanakan beberapa kali yang melibatkan
Unit Organisasi tersebut menghasilkan SOP Perencanaan dan SOP
Pemantauan dan Evaluasi penyelenggaraan DAK Infrastruktur. SOP yang
dihasilkan diharapkan dapat bermanfaat bagi daerah untuk menyusun
strategi dalam menentukan skala prioritas perencanaan, dan penganggaran
setiap tahunnya. Bagi Kementerian PUPR, SOP akan membuat mekanisme
perencanaan sampai pengalokasian dan mekanisme pemantauan dan
evaluasi menjadi lebih tertib, sehingga fungsi dan peran masing-masing
Unit Organisasi menjadi terukur, jelas, dan terhindar dari tumpang tindih.
3. Melaksanakan Ujicoba Penerapan Pembinaan Teknis DAK
Hasil verifikasi dan evaluasi DAK menggunakan Data BPKP melalui
P2D2 menunjukkan Pemda masih lemah dalam aspek teknis pelaksanaan,
dan penyelenggaraan jasa konstruksi, terutama dalam pengadaan barang
jasa. Sementara di lain sisi, Kementerian PUPR yang terdiri dari banyak Unit
Organisasi dengan tugas dan fungsinya masing-masing memiliki tingkat
kepedulian yang beragam dalam pembinaan terhadap pemerintah daerah.
Selama ini, pembinaan infrastruktur daerah lebih banyak dilakukan terkait
dengan perencanaan dan pemrograman DAK, yang dilakukan oleh Setjen,
Ditjen SDA, Ditjen Bina Marga, Ditjen Cipta Karya, Ditjen Penyediaan
Perumahan. Sementara di luar DAK, pembinaan terhadap Pemda belum
menjadi agenda utama di lingkungan Kementerian PUPR. Padahal
infrastruktur daerah sangat mempengaruhi kinerja penyelenggaraan
infrastruktur nasional.
Ujicoba penerapan Pembinaan Teknis DAK berupa model “pembinaan
terintegrasi” kepada Pemerintah Daerah diharapkan dapat mengatasi hal
tersebut. Dalam UU 23/2014 tentang Pemda, yang diturunkan melalui PP
12/2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Pemda, Menteri PUPR
sebagai Pembina Teknis memiliki kewajiban untuk melakukan pembinaan
dan pengawasan terhadap Pemerintah Daerah. Pembinaan Terintegrasi
mengundang seluruh stakeholder di lingkungan Kementerian PUPR
4
6
menjadi narasumber, sehingga Pemda mendapatkan pemaparan dan
melakukan diskusi, tidak hanya terkait perencanaan program DAK seperti
yang selama ini dilakukan, tetapi juga mencakup penyelenggaraan jasa
konstruksi dan pengadaan barang jasa, perkembangan inovasi dan
teknologi terkini dalam penyelenggaraan infrastruktur, dan peningkatan
kapasitas pengawasan oleh Inspektorat Daerah untuk penyelenggaraan
infrastruktur.
Ujicoba pembinaan terintegrasi kepada Pemda diselenggarakan oleh
BPAKLN cq Bagian FPID bekerjasama dengan Balitbang pada tanggal 23 –
25 Oktober 2017 di Makassar dan 30 Oktober – 1 November 2017 di
Surabaya, dengan mengundang seluruh Unor yang selama ini melakukan
pembinaan DAK, dan Unor yang akan dilibatkan secara aktif dalam
pembinaan penyelenggaraan infrastruktur daerah di masa mendatang. Di
hari pertama, Pemda mendapatkan pemaparan terkait materi terkait sinergi
Pusat – Daerah dalam penyelenggaraan infrastruktur dari BPAKLN, e-
learning Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang PUPR dari Badan Litbang,
Peningkatan Kapasitas ASN Pemerintah Daerah dalam Tertib
Penyelenggaraan Konstruksi dari Ditjen Bina Konstruksi, Tata Cara
Pengawasan Infrastruktur Daerah dari Inspektorat Jenderal; Transformasi
Penyelenggaraan Jalan Daerah dari Ditjen Bina Marga, Penilaian Kinerja
Sistem Irigasi Dalam Penyusunan URK DAK Irgasi dari Ditjen SDA,
Implementasi DAK Sanitasi Berbasis Masyarakat dari Ditjen CIpta Karya
dan Mekanisme Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan DAK Bidang
Perumahan dari Ditjen Penyediaan Perumahan. Pada hari kedua, dilakukan
kunjungan lapangan pemanfaatan aspal plastik sebagai bentuk inovasi
teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh Pemda untuk mempercepat
penyelenggaraan infrastruktur jalan sekaligus mengurangi timbunan
sampah plastik. Hari ketiga Pemda dapat melakukan diskusi teknis untuk
mencari solusi berbagai permasalahan teknis yang terjadi dalam teknis
pelaksanaan pekerjaan di lapangan dalam kelas visiting doctor untuk
masing-masing sektor PUPR dengan narasumber dari Puslitbang SDA, Puslitbang
Jalan dan Jembatan, dan Puslitbang Permukiman.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap peserta
menunjukkan apreasiasi yang positif terhadap pelaksanaan pembinaan
terintegrasi. Pembinaan terintegrasi dapat menjadi one-stop clinic bagi
Pemerintah Daerah untuk berdiskusi dan mencari alternatif solusi beragam
permasalah terkait penyelenggaraan infrastruktur.
No Resume
1 Tujuan Menyelenggarakan pembinaan terintegrasi dalam rangka
peningkatan kompetensi SDM Pemda
2 Metode 1. Koordinasi Internal: (2 Stakeholder mendukung)
a. Bagian FPID BPAKLN, dan
b. Biro Kompu Setjen
2. Koordinasi Ekseternal (8 Stakeholder mendukung)
a. Ditjen BM (Dir JBHP dan FJD dan BBPJN)
b. Ditjen SDA (Dir Bina OP)
c. Ditjen CK (Dir Bina Program)
d. Ditjen Penyediaan Perumahan (Dir Rumah Swadaya)
e. Ditjen Bina Konstruksi (Dir. Bina Kelembagaan dan
Sumber Daya Jasa Konstruksi)
f. Itjen (Sekretaris Itjen)
g. Balitbang (Sekretaris Balitbang)
6 Dokomentasi:
4. Menyusun Surat Edaran Menteri PUPR tentang Tata Kelola Pembinaan DAK
Infrastruktur
Surat Edaran Menteri PUPR tentang Tata Kelola DAK disusun sebagai
landasan hukum bagi Unit Organisasi di lingkungan Kementerian PUPR
untuk terlibat dalam pembinaan penyelenggaraan DAK. Dalam lingkup yang
lebih luas, SE Menteri tersebut merupakan upaya untuk menegaskan fungsi
Kementerian PUPR sebagai pembina teknis infrastruktur daerah.
Penyusunan SE dilakukan dengan melibatkan seluruh Unit Organisasi
di lingkungan Kementerian PUPR dalam beberapa kali pembahasan dan
mengasilkan draft SE yang disepakati. Adapun substasi yang terkandung
dalam SE yaitu mengatur tentang kegiatan yang dilakukan dalam tahap
pembinaan perencanaan program, pembinaan pelaksanaan kegiatan, dan
pengawasan penyelenggaraan DAK oleh Unit Organisasi Kementerian PUPR
sesuai dengan tugas dan fungsinya, serta kewajiban untuk memprogramkan
dan melaksanakan pembinaan penyelenggaraan DAK dalam rencana kerja.
No Resume
1 Tujuan Menyusun kebijakan tata kelola Pembinaan DAK infrastruktur
PUPR
2 Metode 1. Koordinasi Internal: (3 Stakeholder mendukung)
a. Bagian FPID BPAKLN,
b. Bagian PE BPAKLN,
c. Biro Hukum Setjen
2. Koordinasi Ekseternal (8 Stakeholder mendukung)
1. Ditjen BM (Dir JBHP dan FJD)
2. Ditjen SDA (Dir Bina OP)
3. Ditjen CK (Dir Bina Program)
4. Ditjen Penyediaan Perumahan (Dir Rumah Swadaya)
5
0
No Resume
5. Ditjen Bina Konstruksi (Dir. Bina Kelembagaan dan
Sumber Daya Jasa Konstruksi)
6. BPIW (Kepala Pusat Pemrograman dan Evaluasi
Keterpaduan Infrastruktur PUPR)
7. Itjen (Sekretaris Itjen)
8. Balitbang (Sekretaris Balitbang)
6 Dokomentasi:
No Resume
6 Dokomentasi:
B. Jangka Menengah
Mengingat dinamika yang terjadi dalam pelaksanaan RPP seperti termuat
dalam poin A.5 di atas, maka terjadi penyesuian terhadap milestone dan
kegiatan jangka menengah menjadi:
1. Menyusun ketetapan Menteri PUPR untuk rencana kegiatan (RK) hasil
konsultasi program antara Unor Terkait dan Pemerintah Daerah untuk
n+1.
2. Mengintegrasikan Pembinaan dan Pengawasan DAK Infrastruktur
dengan seluruh unit organisasi terkait berdasarkan Permen PUPR No 21
Tahun 2017 tentang Petunjuk Operasional DAK Infrastrutur PUPR .
3. Pembinaan penyelenggaraan DAK kepada Pemerintah Daerah
berdasarkan Permen PUPR No 21 Tahun 2017 tentang Petunjuk
Operasional DAK Infrastrutur
C. Jangka Panjang
1. Menerapkan Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan DAK Bidang
Infrastruktur
2. Evaluasi dan Penyempurnaan Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan
Infrastruktur PUPR
2 Menyusun Konsep 1. Pemilihan Tim Kerja (SDM 1. Menetapkan Tenaga Ahli yang
Peningkatan sesuai kompetensi) tepat sesuai kompetensi.
Kualitas Tata Kelola memerlukan waktu yang 2. Edukasi dan Pemahaman
DAK cukup lama dalam substansi terkait Mekanisme
penyusunan SOP Pengalokasian dan Menagemen
Perencanaan dan SOP Pelaksanaan DAK.
Pemantuan;
2. Penyelesaian SOP terkait
proses, keterlibatan
stakeholder, output dan
deadline membutuhkan
waktu yang cukup lama.
6
0
September Oktober November Desember 2018 2019
No Milestone/Uraian Kegiatan
M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4
PUPR tentang Petunjuk Operasional
Penyelenggaraan DAK Bidang
Infrastruktur
Menyusun Revisi Permen PUPR
tentang Petunjuk Operasional
3 Rl Rl Rl Rl Rl Rl Rl Rc
Penyelenggaraan DAK Bidang
Infrastruktur
C Jangka Panjang
Menerapkan Tata Kelola Pembinaan
1 Penyelenggaraan DAK Bidang Rc
Infrastruktur
Evaluasi dan Penyempurnaan Tata
2 Kelola Pembinaan Penyelenggaraan Rc
DAK Bidang Infrastruktur
Keterangan:
Rc : Rencana
Rl : Realisasi
Rc/Rl : Rencana dan Realisasi
ftroyek fterubahan ftIM 2 – Riono
Suprapto “fteningkatan Kualitas ftengelolaan
DAK Infrastruktur”
6
2
penyampaian informasi terkait tujuan dan hasil dari proyek perubahan
perlu dilakukan.
3. Latents
Stakeholders ini tidak memiliki kepentingan dan secara khusus terlibat
dalam proyek perubahan, namun keputusan atau ketetapan dari
kelompok ini mempengaruhi hasil proyek perubahan. Termasuk dalam
kelompok ini yaitu Para Kepala Daerah, Sekretaris Daerah, dan Kepala
Bappeda. Sebagai pengambil keputusan utama di Pemerintah Daerah,
diskusi dan koordinasi terus menerus dengan stakeholders ini perlu
dilakukan untuk memberikan hasil yang lebih optimal bagi proyek
perubahan ini.
4. Apathetics
Stakeholders ini merupakan kelompok yang tidak memiliki kepentingan
bahkan mungkin saja tidak mengetahui adanya proyek perubahan ini.
Hal tersebut menyebabkan kelompok ini tidak banyak membantu dalam
perwujudan proyek perubahan. Namun kelanjutan hasil proyek
perubahan cukup dipengaruhi oleh stakeholder ini. Termasuk dalam
kelompok ini yaitu Inspektur Daerah, Kepala Dinas PUPR, dan Kepala
Dinas PKP. Terhadap kelompok stakeholder ini, pemberitahuan/
penyampaian informasi terkait tujuan dan edukasi hasil proyek
perubahan perlu dilakukan.
Berdasarkan hasil identifikasi, kendala dalam pelaksanaan kegiatan dapat
dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
1. Kendala Utama:
a. Keahlian dan pengetahuan,
Kurangnya keahlian dan pengetahuan dalam peningkatan kualitas
tata kelola pembinaan DAK dikarenakan pengelolaan DAK sudah
menjadi tugas rutin dan diasumsikan sudah dikelola dengan baik. Hal
tersebut menyebabkan pengetahuan dan keahlian stakeholders di
lingkungan Kementerian PUPR, maupun eksternal (Pemda)
kurang berkembang sehingga cenderung resisten terhadap upaya
perubahan yang dilakukan.
b. Kerjasama (komitmen, keterlibatan, dan dukungan)
Saat ini, fokus terhadap pembinaan penyelenggaraan infrastruktur
daerah bukan termasuk “urusan sampingan” dalam penyelenggaraan
tugas dan fungsi di Kementerian PUPR. Terlebih lagi terkait DAK,
hanya menitikberatkan kepada perencanaan pemrograman dan
pelaporan. Hal tersebut terlihat dalam upaya melibatkan Unit Kerja
yang selama ini relatif belum familiar dengan DAK. Komiten,
keterlibatan, dan dukungan dari unit terhadap pelaksanaan
Pembinaan DAK tidak sebaik Unit Kerja yang selama ini telah
tergabung dalam komunitas Pembina DAK.
c. Aktualisasi
Tugas pelaksanaan proyek perubahan ini merupakan tugas baru yang
datang di tengah kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh stakeholders.
Hal tersebut menyebabkan proyek perubahan yang diusung tidak
menjadi prioritas utama bagi stakeholders karena dapat menggangu
rutinitas. Persoalan lainnya adalah kurangnya penghargaan terhadap
stakeholders yang selama ini telah aktif dalam penyelenggaraan DAK.
Tidak ada penghargaan yang memotivasi, baik di lingkungan unit
kerja maupun lingkungan Kementerian PUPR terhadap stakeholder
yang membina DAK.
d. Waktu
Keterbatasan durasi waktu pelaksanaan proyek perubahan, yaitu 2
bulan membuat kegiatan yang dilaksanakan per-milestone menjadi
tidak banyak. Jumlah milestone yang cukup banyak (4 buah), dan
pelaksanaan proyek perubahan harus berbagi waktu dengan agenda
rutin menyebabkan rapat dan koordinasi yang diselenggarakan
menjadi singkat dan terbatas.
2. Bukan Kendala Utama
a. Pengalaman perubahan yang kurang menyenangkan. Setiap kegiatan
terkait perubahan tentu saja berdampak kepada stakholders yang
terkait. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan terhadap stakeholder
yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan, tidak ada stakeholder yang
secara spesifik menujukkan penolakan/dukungan terhadap kegiatan
dengan menggunakan argumen pengalaman terhadap perubahan
yang kurang menyenangkan.
Adapun upaya untuk mengatasi kendala tersebut yaitu:
1. Secara aktif menjalin koordinasi dan mensosialisasikan kebijakan dan
strategi peningkatan kualitas pengelolaan pembinaan DAK yang terdapat
dalam Proyek Perubahan kepada Stakholders kepada seluruh Unit
Organisasi di lingkungan Kementerian PUPR, terutama yang baru terlibat.
Koordinasi dan sosialiasi dilakukan dalam forum rapat maupun diskusi
dengan pimpinan kunci di Unit Organisasi.
2. Meningkatkan pemahaman, pengetahuan, dan kemampuan stakeholders,
terutama Pemerintah Daerah melalui Bimbingan Teknis.
3. Menetapkan payung hukum yang mengikat semua pihak, yaitu stakeholders
internal dan eksternal untuk terlibat dalam pembinaan penyelenggaraan
DAK.
4. Mendorong diterapkannya mekanise reward & punishment bagi
stakeholder berdasarkan kinerja.
Sistem pembelajaran selama DIKLAT PIM 2 ini adalah menggunakan system ON-
OFF, pada tahapan ON Campus yang pertama atau tahapan diagnosa, kebutuhan
perubahan unit organisasi peserta DIKLAT menentukan area perubahan pada
strategi kebijakan organisasi, tahapan ini dibekali dengan agenda inovasi,
agenda penguasaan diri, dengan materi Integritas dan Wawasan Kebangsaan
(InWasbang), agenda diagnose perubahan dengan materi Isu Strategis,
Diagnostic Reading, dan Organisasi Berkinerja Tinggi (OBT) serta agenda
Proyek Perubahan dan Pembimbingan. Selanjutanya pada tahap Off kampus
disebut sebagai tahapan membangun komitmen bersama ( taking ownership),
pada tahapan ini peserta DIKLAT dituntut untuk membangun komitmen dengan
stakeholder internal dan eksternal untuk bersama berkomitmen melakukan
perubahan pada area yang telah ditetapkan agar kinerja organisasi dapat
meningkat kinerjanya menjadi lebih efisien, efektif, transparan dan akuntable.
Pada tahapan ketiga (ON Campus) peserta DIKLAT merancang perubahan dan
membangun tim efektif untuk melaksanakan inovasi perubahan dengan
pembekalan berupa agenda inovasi khususnya STRATEGI INOVASI dengan
melakukan Visitasi Kepemimpinan Nasional (VKN) pada
kementerian/lembaga/badan/perusahaan yang dianggap telah melakukan
inovasi perubahan yaitu PT. PINDAD di Bandung. Pada tahapan ini peserta
dibimbing oleh Coach (Bapak. Ir.Bambang Subagio, M.Si) melakukan
penyusunan Rancangan Proyek Perubahan (RPP) yang telah diseminarkan pada
tanggal 22 September 2017, selanjutnya atas saran dan masukkan Coach
Penguji dan Mentor dirumuskan proyek perubahan yang nantinya akan
diimplementasikan.
Selanjutnya atas arahan Mentor (Bapak. Ir. Widirto Sp.1) pada tanggal 13
oktober 2017 draft SE tersebut sebaiknya langsung diintegrasikan dalam
bentuk Peraturan Menteri (Permen) Petunjuk Operasional penyelenggaraan
DAK Infrastruktur PUPR. Rangkaian proses penyusunan Permen diawali pada
Tanggal 18 Oktober 2017 dengan mengundang rapat koordinasi dan
pembahasan materi petunujk operasional.
ftroyek fterubahan ftIM 2 – Riono
Suprapto “fteningkatan Kualitas Tata Kelola ftembinaan
DAK Infrastruktur”
BAB V
PENUTUP
V.1. KESIMPULAN
1. Pencapaian proyek perubahan, hingga akhir Nevember 2017 proyek
perubahan ini telah menghasilkan beberapa output sesuai target pada
milestones jangka pendek, seperti a.l:
a) Standart Operating Prosedure (SOP) Perencanaan dan SOP
Pemantauan;
b) Penyelenggaraan Uji Coba Pembinaan Terintegrasi;
c) Draft Surat Edaran Tatakelola Pembinaan Penyelenggaraan DAK
Infrastruktur;
d) Penyelenggaraan Sosialisasi dan Konsultasi Program DAK (Konsultasi
Publik Permen DAK);
e) Peraturan Menteri Petunujuk Opersional Penyelenggaran DAK
Infrastruktur.
2. Manfaat dari hasil output proyek perubahan, a.l:
a) Terbangunnya bagan alur proses perencanaan dan pemantauan
sebagai dasar penetapan rencana kegiatan;
b) Meningkatnya kompetensi SDM pemerintah daerah dalam
pengelolaan DAK;
c) Adanya pedoman perencanaan dan pelaksanaan bagi pemerintah
daerah untuk menyelenggaraan DAK secara efisien dan efektif serta
akuntabel;
Manfaat output secara langsung akan mewujudkan peningkatan kualitas
tata kelola pembinaan DAK Infrastruktur Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat di daerah;
3. Solusi dalam menghadapi kendala dan hambatan dalam pelaksanaan
proyek perubahan melalui:
a) Meningkatakan pengetahuan dan kemampuan melalui forum
bimbingan teknis.
b) Melakukan koordinasi, sosialisasi informasi kebijakan dan strategi
yang diambil dlm peningkatan Tata Kelola Pembinaan DAK.
c) Mendorong pihak Unit Kerja, Kementerian Terkait dan Pemda untuk
mengimplementasikan kebijakan dan strategi peningkatan Tata Kelola
pembinaan pelaksanaan DAK dalam bentuk rencana kerja (beserta
anggarannya).
d) Memberikan reward and punishment pada daerah yang berprestasi
baik.
e) Menetapkan payung hukum ttg Pengaturan Tata Kelola Pembinaan
Pelaksanaan DAK Meningkatakan pengetahuan dan kemampuan
melalui forum bimbingan teknis.
4. Proyek Perubahan ini di dukungan Stakeholder Internal sebanyak 4
stakeholder dan Stakeholder Eksternal (Pusat dan Pemerintah Daerah)
29 stakeholder sehingga total dukungan stakeholder sebanyak 33
stakeholder;
V.2. SARAN/REKOMENDASI
Untuk keberlanjutan proyek perubahan ini maka perlu melakukan langkah-
langkah tindak lanjut periode jangka menengah dan jangka panjang, yaitu:
A. Jangka Menengah :
1. Menyusun ketetapan Menteri PUPR untuk rencana kegiatan (RK) hasil
konsultasi program antara Unor Terkait dan Pemerintah Daerah untuk
n+1.
2. Mengintegrasikan Pembinaan dan Pengawasan DAK Infrastruktur
dengan seluruh unit organisasi terkait berdasarkan Permen PUPR No 21
Tahun 2017 tentang Petunjuk Operasional DAK Infrastrutur PUPR .
3. Pembinaan penyelenggaraan DAK kepada Pemerintah Daerah
berdasarkan Permen PUPR No 21 Tahun 2017 tentang Petunjuk
Operasional DAK Infrastrutur.
B. Jangka Panjang:
1. Menerapkan Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan DAK Bidang
Infrastruktur
2. Evaluasi dan Penyempurnaan Tata Kelola Pembinaan Penyelenggaraan
Infrastruktur PUPR
7
0
DAFTAR PUSTAKA
Website/Blog:
1. http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2015/12/pengertian-dan-prinsip-
good-governance.html
2. http://harrymarobi.blogspot.com/2013/10/pengertian-stakeholder.html
3. http://www.rumahkomunikasi.com/2014/10/strategi-komunikasi-pengertian-
dan.html.
7
1
LAMPIRAN