Anda di halaman 1dari 46

PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT II

ANGKATAN XXVI

LAPORAN
LABORATORIUM KEPEMIMPINAN

PENYELENGGARAAN KEAMANAN JEMBATAN DAN TEROWONGAN


KHUSUS DI INDONESIA MELALUI (STRATEGI) MEMPERDAYAKAN
TENAGA AHLI LOKAL DAN MEMANFAATKAN SISTEM INFORMASI

DISUSUN OLEH :

NAMA : Ir. Yudha Handita Panjiriawan MT. MBA


KELAS/NDH : MERAH / 10

BALAI DIKLAT PUPR WILAYAH IV BANDUNG


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
2018
PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT II
ANGKATAN XXVI TAHUN 2018
BALAI DIKLAT PUPR WILAYAH IV BANDUNG
PUSDIKLAT MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN

PENYELENGGARAAN KEAMANAN JEMBATAN DAN TEROWONGAN KHUSUS


DI INDONESIA MELALUI (STRATEGI) MEMPERDAYAKAN TENAGA AHLI
LOKAL DAN MEMANFAATKAN SYSTEM INFORMASI

Disusun oleh :
NAMA : Ir. Yudha Handita Panjiriawan MT. MBA
KELAS/NDH : MERAH / 10

DISEMINARKAN PADA :
HARI : SELASA
TANGGAL : 4 DESEMBER 2018

MENTOR, COACH PENYELENGGARA BALAI


DIREKTUR JEMBATAN WIDYAISWARA UTAMA DIKLAT PUPR WIL. IV BANDUNG
Kepala Seksi Penyelenggaraan

Ir. Iwan Zarkasi, M.Eng. Sc Ir. Antonius Budiyono, MCM Deasefa Nurul Lestari, S.IP
NIP. 196003171986031001 NIP. 195408041981121001 NIP.198811222010122005

KEPALA PUSDIKLAT MANAJEMEN DAN


PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Ir. Nicodemus Daud, M.Si.


NIP. 196412301997031002
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah atas berkat limpahan rahmat dan hidayah Allah SWT sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Proyek Perubahan ini dengan baik, yang disusun untuk
memenuhi salah satu tugas sebagai peserta dari Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan
Tingkat II Angkatan XXVI Tahun 2018 yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bekerja sama
dengan Lembaga Administrasi Negara, yang dilaksanakan di Balai Diklat PUPR Wilayah IV
Bandung dari tanggal 10 Agustus 2018 sampai dengan 6 Desember 2018.

Penulis melaporkan Proyek Perubahan dengan objek penulisan berfokus pada bidang tugas dan
fungsi Direktorat Jembatan Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat dengan Judul “Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan
Khusus di Indonesia melalui (strategi) Memberdayakan Tenaga Ahli Lokal dan
Memanfaatkan Sistem Informasi”.

Proyek Perubahan ini memiliki tujuan untuk melakukan perubahan di Direktorat Jembatan
Ditjem Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang akan
diimplementasikan dalam melalui penahapan Jangka Pendek, Jangka Menengah dan Jangka
Panjang dalam rangka Percepatan Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan
Khusus (JTK) sehingga terpenuhinya daya layan dan keandalan JTK di seluruh Indonesia.

Dalam Proyek Perubahan ini penulis ingin untuk meningkatkan kinerja Penyelenggara
Keamanan JTK yang menjadi salah satu tupoksi di Direktorat Jembatan Ditjen Bina Marga
Kementerian PUPR melalui peningkatan kinerja Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan
Jalan (KKJTJ) yang dalam pelaksanaan tugasnya nanti akan dibantu dengan melibatkan Tenaga
Ahli Lokal di seluruh Indonesia dan juga memanfaatkan Sistem Informasi dalam database dan
monitoring dalam Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan Khusus.

Proyek Perubahan ini merupakan salah satu tahap dalam proses Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan yang melibatkan banyak orang, oleh karena itu perkenankan Penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;


2. Kepala Lembaga Administrasi Negara;
3. Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

iii
4. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat;
5. Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
6. Ir. Iwan Zarkasi M. Eng. Sc. - Direktur Jembatan Ditjen Bina Marga Kemen. PUPR
sebagai Mentor yang telah memberikan dukungan, bimbingan dan arahan dalam proses
Perancangan Proyek Perubahan ini;
7. Ir. Antonius Budiono MCM - Widyaiswara Utama Kementerian PUPR selaku Coach
yang telah memberikan dukungan, bimbingan dan arahan dalam proses Perancangan
Proyek Perubahan ini;
8. Widyaiswara Lembaga Administrasi Negara dan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat yang telah memberikan pembekalan dalam proses Pendidikan dan
pelatihan kepemimpinan hingga tersusunnnya Rancangan Proyek Perubahan ini;
9. Kepala Balai Pendidikan dan Pelatihan PUPR Wilayah IV Bandung serta segenap
Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II angkatan XXVI
Tahun 2018;
10. Peserta Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II angkatan XXVI Tahun
2018 yang saling memberikan dukungan dan menciptakan suasana Pendidikan dan
pelatihan yang nyaman.

Tidak ada gading yang tak retak, maka dalam pelaksanaan Proyek Perubahan ini juga
dimungkinkan masih banyak kekurangannya, oleh karena itu segala saran dan kritik sangat
penulis harapkan dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan dalam penulisan ini, dan
semoga Proyek Perubahan ini dapat memberikan manfaat untuk organisasi dan stakeholder
yang terlibat dalam Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan Khusus yang
sesuai harapan.

Bandung, 24 September 2018


Pemimpin Rancangan Perubahan

Ir. Yudha Handita P, MT., MBA.


NIP. 19650315 199603 1 001

iv
ABSTRAK

Sudah banyak Jembatan dan Terowongan Khusus dibangun di Indonesia yang sesuai catatan
di Balai Jembatan dan Terowongan Jalan sudah mencapai seratus delapan puluh tujuh (187)
buah dan kedepan akan lebih banyak lagi.

Jembatan Kutai Kertanegara merupakan sejarah hitam bagi dunia infrastruktur di Indonesia
khususnya dibidang Jembatan yang dikatakan khusus karena komplesitasnya dalam struktur
dan dibangun dengan biaya yang mahal kebih penting lagi adalah kepercayaan masyarakat
terhadap Jembatan Khusus dan tentunya juga Terowongan. Oleh karena ini Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat menerbitkan Permen no. 41/PRT/M/2015 tentang
Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan.

Sebagai penyelenggara Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan sesuai Permen tersebut
salah satunya adalah Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) yang
beranggotakan para ahli terkait Jembatan dan Terowongan baik dari perguruan tinggi maupun
praktisi dibidangnya. Dengan keterbatasan dalam jumlah dan waktu serta semakin banyaknya
Jembatan dan Terowongan yang harus ditangani, maka kedepan KKJTJ akan kewalahan dalam
penyelenggaraan Jembatan dan Terowongan Jalan sebagai wakil dari Menteri.

Direktorat Jembatan Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR yang mempunyai tupoksi terkait
penyelenggaraan Jembatan dan Terowongan Jalan di seluruh Indonesia perlu mengantisipasi hal tersebut,
penulis sebagai peserta diklat pim 2 membuat Proyek Perubahan terkait hal tersebut dengan judul :
“Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan Khusus Di Indonesia Melalui (Strategi)
Memperdayakan Tenaga Ahli Lokal dan Memanfaatkan Sistem Informasi”.

Melalui Proyek Perubahan ini diharapkan diperoleh manfaat :

1. Keterbatasan dalam jumlah dan waktu anggota KKJTJ dapat terbantu oleh Tenaga Ahli
Lokal di daerahnya dalam menangani Jembatan dan Terowongan Jalan yang semakin
bertambah jumlahnya dan tersebar di seluruh Indonesia untuk tahap awal dan finalnya tetap
dengan KKJTJ.
2. Dengan melibatkan Tenaga Ahli Lokal akan terjadi transfer knowledge dari anggota KKJTJ
kepada Tenaga Ahli lokal sehingga ada pemerataan ilmu pengetahuan dalam hal Jembatan
dan Terowongan serta stakeholders di daerah tidak harus ke Jakarta untuk berdikusi dengan
KKJTJ, cukup dengan tenaga Ahli Lokal terlebih dahulu sebelum finalnya dengan KKJTJ
yang prosesnya di daerah tetap dalam pantauan KKJTJ.

v
3. Dengan memafaatkan Sistem Informasi, maka pelaksanaan pemantauan dalam
pembahasan antara Tenaga Ahli Lokal dan stakeholders di daerah dapat dilakukan oleh
KKJTJ di jakarta, juga proses pembahasan dalam penyelenggaraan jembatan dan
terowongan baik di daerah maupun di Jakarta dapat dipantau oleh pemangku kepentingan
dari stakeholders yang terlibat.
4. Selain untuk monitoring penyelenggaraan keamanan jembatan dan Terowongan, Sistem
informasi juga barmanfaat dalam penyimpanan data terkait penyelenggaraan tersebut.

Pelaksanaan Proyek Perubahan ini tidak akan tercapai tujuannya bila pelaksanaannya terbatas
hanya selama diklat. Jadi perlu proses berkelanjutan yang awalnya dimulai dari jangka pendek
yaitu dilakukan selama diklat dan harus dilanjutkan dalam jangka menengah dan jangka
panjang demi terwujudnya penyelenggaraan keamanan jembatan terowongan jalan yang
dimaksud dan menjadi tujuan dalam Permen PUPR no. 41 tahun 2015.

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................................... ii


KATA PENGANTAR .............................................................................................................. iii
ABSTRAK ................................................................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL...................................................................................................................... x
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Maksud dan Tujuan ..................................................................................................... 1
1.3 Lokus Proyek Perubahan ............................................................................................. 1
1.3.1 Tugas dan Fungsi ................................................................................................. 1
1.3.2 Wewenang dan Tanggung Jawab......................................................................... 2
1.4 Isu Strategis ................................................................................................................. 2
1.5 Lingkup Bahasan ......................................................................................................... 3
BAB II ........................................................................................................................................ 4
PENYELENGGARAAN KEAMANAN................................................................................... 4
JEMBATAN KHUSUS DAN TEROWONGAN ...................................................................... 4
2.1 Tahapan Penyelenggaraan ........................................................................................... 5
2.1.1 Tahap Perencanaan .............................................................................................. 5
2.1.2 Tahap Pelaksanaan Konstruksi ............................................................................ 6
2.1.3 Tahap Operasional ............................................................................................... 6
BAB III ...................................................................................................................................... 7
PROYEK PERUBAHAN .......................................................................................................... 7
3.1 Tata Kelola Perubahan ................................................................................................ 7
3.2 Pemangku Kepentingan (stakeholder) ........................................................................ 9
3.2.1 Pengaruh dari Masing masing stakeholder ........................................................ 10
3.2.2 Peran dari Masing-masing stakeholders ........................................................... 11
3.2.3 Peta Hubungan (net map) Stakeholders ............................................................. 12
3.2.4 Kedudukan Stakeholders ................................................................................... 13
3.2.5 Strategi Komunikasi dengan Stakeholders ........................................................ 13
3.3 Framework Proyek Perubahan .................................................................................. 14
3.3.1 Kondisi Saat ini .................................................................................................. 15
3.3.2 Permasalahan ..................................................................................................... 16
3.3.3 Identifikasi Faktor Penghambat dan Mendukung .............................................. 16
vii
3.3.4 Strategi Penyelesaian Masalah ........................................................................... 18
3.3.5 Tahapan kegiatan pelaksanaan proyek perubahan (milestone) .......................... 19
3.4 Kriteria Keberhasilan Proyek Perubahan .................................................................. 22
BAB IV .................................................................................................................................... 23
PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN.......................................................................... 23
4.1 Kegiatan-Kegiatan Jangka Pendek ............................................................................ 23
4.1.1 Membentuk Tim Pelaksana................................................................................ 23
4.1.2 Seleksi Tenaga Ahli Lokal ................................................................................. 24
4.1.3 Membuat Kesepakatan (MoU) dengan Tenaga Ahli Lokal ............................... 24
4.1.4 Melegalkan Konsensus KKJTJ .......................................................................... 25
4.1.5 Membuat Database untuk Filing ....................................................................... 26
4.1.6 Melakukan sosialisasi Permen PUPR no. 41 tahun 2015 .................................. 26
BAB V ..................................................................................................................................... 27
CAPAIAN PELAKSANAAN JANGKA PENDEK ............................................................... 27
5.1 Capaian Mempengaruhi Pemangku Kepentingan (Stakeholders) ............................. 27
5.2 Capaian Memenuhi Milestones ................................................................................ 29
5.2.1 Capaian Membentuk Tim Pelaksana ................................................................. 30
5.2.2 Capaian Seleksi Tenaga Ahli Lokal ................................................................... 31
5.2.3 Capaian Kesepakatan MoU dengan Tenaga Ahli Lokal .................................... 31
5.2.4 Capaian Melegalkan Konsensus ........................................................................ 31
5.2.5 Capaian Membuat Database File....................................................................... 32
5.2.6 Capaian Sosialisasi Permen 41 Tahun 2015 dan Konsensus ............................. 32
5.3 Capaian Jangka Pendek yang Diluar Rencana .......................................................... 33
5.3.1 Capaian yang melebihi dari rencana .................................................................. 33
5.3.2 Capaian Belum Selesai Sesuai Rencana ............................................................ 33
5.4 Kendala yang Dialami Jangka Pendek ...................................................................... 34
BAB VI .................................................................................................................................... 35
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................................................ 35
6.1 Kesimpulan................................................................................................................ 35
6.2 Rekomendasi ............................................................................................................. 36

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Tata Kelola Proyek Perubahan................................................................... 7


Gambar 2. Peta Hubungan (net map) stakeholder ................................................................... 12
Gambar 3. Kedudukan Stakeholders........................................................................................ 13
Gambar 4. Strategi Komunikasi Stakeholders ......................................................................... 14
Gambar 5. Perubahan Stakeholders sebelum dan sesudah Proyek Perubahan Jangka Pendek 29

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Posisi Pengaruh Stakeholders Internal....................................................................... 10


Tabel 2. Posisi Pengaruh Stakeholders Eksternal .................................................................... 10
Tabel 3. Peran dari Masing-masing Stakeholders.................................................................... 11
Tabel 4. Data Jembatan Khusus dan Terowongan seluruh Indonesia ..................................... 15
Tabel 5. Perubahan Posisi Stakeholders Utama....................................................................... 27
Tabel 6. Posisi Pengaruh stakeholders Internal ....................................................................... 28
Tabel 7. Posisi Pengaruh stakeholders Eksternal ..................................................................... 28
Tabel 8. Kegiatan Jangka Pendek ............................................................................................ 30

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada akhir tahun 2011, merupakan sejarah yang kelam pada Jembatan dan Terowongan
Khusus (JTK) yaitu runtuhnya Jembatan Kutai Kertanegara di Propinsi Kalimantan Timur,
begitu besar nilai yang harus dipikul akibat kejadian tersebut baik berupa harta benda, korban
jiwa, dan kepercayaan masyarakat terkait pembangunan Jembatan.
Mengacu pada sejarah kelam tersebut perlu dilakukan tindakan agar hal serupa tidak
terjadi lagi, pemerintah, melalui Menteri PUPR telah menindaklanjutinya kejadian tersebut
dengan telah ditetapkannya Permen PUPR no. 41 /PRT/M/2015 tentang Penyelenggaraan
Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan.
Sehingga dengan telah terbitnya Permen tersebut kejadian kelam seperti kegagalan
bangunan Jembatan Kutai Kertanegara tidak terjadi lagi dan penyelenggaraan keamanan
jembatan dan terowongan jalan kedepannya menjadi lebih baik lagi.

1.2 Maksud dan Tujuan


Proyek Perubahan ini dibuat dengan maksud untuk mewujudkan pelaksanaan Permen
PUPR no. 41 /PRT/M/2015 tentang Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan
Jalan.
Tujuan dari proyek perubahan ini adalah terselenggarannya tertib penyelenggaraan
keamanan jembatan dan terowongan jalan sehingga dapat memberkan jaminan fungsi jembatan
khusus dan terowongan jalan berjalan baik serta terlindunginya dari kegagalan bangunan.

1.3 Lokus Proyek Perubahan


Lokus atau unor dalam aplikasi Proyek Perubahan ini adalah pada Direktorat Jembatan
Ditjen. Bina Marga Kementerian PUPR dengan penjelasan sebagai berikut :

1.3.1 Tugas dan Fungsi


Direktorat Jembatan merupakan unit eselon 2 di bawah Direktorat Jenderal Bina Marga
sesuai dengan Permen Menteri PUPR no. 15/PRT/M/2015 tentang organisasi dan tata kerja

1
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan dan bimbingan teknis standar dan pedoman teknik jembatan, pembinaan
teknik jembatan, pembinaan teknik terowongan dan jembatan khusus serta pelaksanaan
pemantauan dan evaluasi kinerja jembatan.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jembatan menyelenggarakan fungsi


sebagai berikut :
a. Penyusunan dan bimbingan teknis standar dan pedoman jembatan;
b. Pembinaan perencanaan dan pemrograman jembatan;
c. Pembinaan perencanaan teknik jembatan;
d. Pembinaan teknik terowongan dan jembatan khusus;
e. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja jembatan; dan
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

1.3.2 Wewenang dan Tanggung Jawab


Mengacu pada tupoksi Direktorat Jembatan, Peraturan Menteri no. 41 tahun 2015
menjadi tanggungjawabnya dalam membina dalam penyelenggaraan keamanan Jembatan dan
terowongan jalan, dan mempunyai wewenangnya sebagai pembantu Dirjen Bina Marga dapat
menginstruksikan kepada Balai Jembatan dan Terowongan (BJKT), yang sesuai dengan
Peraturan Menteri no. 20 tahun 2016 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, BJKT adalah Unit Pelaksana Teknis
dibawah Dirjen Bina Marga yang salah satu tugasnya adalah memfasilitasi Komisi Keamanan
Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ).

1.4 Isu Strategis


Sesuai dengan perubahan rencana strategis setelah ditetapkan Permen PUPR no.
08/PRT/M/2018 tentang perubahan atas Permen PUPR no. 13.1/PRT/M/2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2015-2019, sasaran
strategis menjadi : Meningkatnya dukungan konektivitas bagi penguatan daya saing dan
saran program berubah menjadi : Meningkatnya kemantapan dan aksesibilitas jalan
nasional, sehingga jembatan dan terowongan jalan yang ada merupakan bagian jalan yang
perlu ditingkatkan kemantapan dan aksesibilitasnya.
Berdasarkan data yang ada di Balai Jembatan Khusus dan Terowongan jumlah
Jembatan dan Terowongan yang sesuai dengan Permen PUPR. no. 41 tahun 2015 sudah

2
mencapai 187 (seratus delapan puluh tujuh) termasuk dengan yang masih dalam proses
pembahasan dengan KKJTJ, dan jumlahnya akan semakin bertambah dengan pembangunan
yang ada.

1.5 Lingkup Bahasan


Lingkup bahasan Proyek Perubahan ini adalah strategi dalam mewujudkan tertib
penyelenggaraan keamanan jembatan dan terowongan khusus yang sesuai dengan Permen
PUPR no. 41 tahun 2015, dengan memfokuskan pada meningkatkan kinerja Komisi Keamanan
Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) dalam penyelenggaraan keamanan jembatan khusus
dan terowongan yang berhubungan dengan pemangku kepentingan (stakeholders) terkait.

3
BAB II

PENYELENGGARAAN KEAMANAN
JEMBATAN KHUSUS DAN TEROWONGAN

Pelaksanaan Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan adalah


Permen PUPR no. 41/PRT/M/2015 tentang Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan
Terowongan Jalan, dimana dalam penerbitan Permen tersebut dimaksudkan untuk
mewujudkan tertib penyelenggaraan mulai tahap perencanaan, pelaksanaan konstruksi dan
operasional, siapa saja yang terlibat serta tugas dan kewajiban dari penyelenggara sehingga
tujuan untuk menjaga fungsi Jembatan dan Terowongan Jalan terjaga dan dapat memberikan
jaminan keamanan kepada masyarakat dari kehilangan harta dan harta benda dari kegagalan
bangunan jembatan dan terowongan.
Disebutkan dalam Permen tersebut bahwa penyelenggara keamanan jembatan dan
terowongan jalan terdiri atas:
1. Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan, instansi yang bertugas
membantu Menteri dalam penanganan keamanan jembatan dan terowongan jalan,
legalisasi instansi ini adalah melalui terbitnya Kepmen PUPR no.
485/KPTS/M/2015 dan perubahannya melalui Kepmen PUPR no. 341/KPRS/2017;
2. Pembangun jembatan dan terowongan jalan, instansi pemerintah, badan hukum atau
perorangan yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan jembatan dan
terowongan jalan selama pembangunan (perencanaan, pengawasan dan pelaksanaan
konstruksi); dan
3. Pengelola jembatan dan terowongan jalan, instansi pemerintah, badan hukum, atau
perorangan yang bertanggung jawab atau diberikan tanggung jawab atas
penyelenggaraan jembatan dan terowongan jalan selama masa layan jembatan.
Dalam penyelenggaraan keamanan jembatan dan terowongan jalan KKJTJ difasilitasi
oleh Unit Pelaksana Tenik yang ditetapkan oleh Menteri melalui Permen PUPR no.
20/PRT/M/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yaitu Balai Jembatan Khusus dan Terowongan
(BJKT)

4
Sedangkan lingkup jembatan dan terowongan jalan yang disebut dalam Permen tersebut
meliputi :
a. Jembatan dengan bentang paling sedikit 100 m;
b. Jembatan pelengkung dengan bentang paling sedikit 60 m, jembatan gantung dan
jembatan beruji kabel;
c. Jembatan dengan total panjang paling sedikit 3.000 m;
d. Jembatan dengan ketinggian pilar diatas 40 m;
e. Terowongan jalan dengan panjang bagian tertutup paling sedikit 200 m;
b. Terowongan jalan yang menggunakan cara pengeboran/jacking dalam metode
pelaksanaan; dan
c. Jembatan dan terowongan jalan yang memiliki kompleksitas struktur tinggi atau
memiliki nilai strategis tinggi atau didesain menggunakan teknologi baru.
Selanjutnya dalam penulisan ini jembatan dan terowongan jalan yang disebut dalam
Permen no. 41 tahun 2015 adalah Jembatan Khusus dan Terowongan (JKT)

2.1 Tahapan Penyelenggaraan


Penyelenggaraan keamanan jembatan khusus dan terowongan (JKT) dimulai dari tahap
perencanaan dilanjutkan dengan tahap konstruksi dan tahap operasional dari JKT yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :

2.1.1 Tahap Perencanaan


Penyelenggaran keamanan jembatan khusus dan terowongan dalam tahap ini
pembangun dalam hal ini adalah perencana dari jembatan khusus dan terowongan harus
membahas dengan KKJTJ untuk meyakinkan perencanaan yang telah dilakukan sesuai dengan
kaidah-kaidah standar dan peraturan yang ada, dan apabila sudah sesuai dan diyakinkan
perencanaan benar maka KKJTJ memberikan rekomendasi teknik kepada Menteri PUPR untuk
menerbitkan sertifikat berupa “Persetujuan Pelaksanaan Konstruksi Jembatan atau
Terowongan” terkait jembatan dan terowongan sesuai yang dibahas dengan KKJTJ. Apabila
belum sesuai, harus diperbaiki sampai benar dan hasil pembahasan final dengan KKJTJ
menjadi final design yang harus diserahkan kepada KKJTJ melalui BJKT untuk dimasukkan
dalam database yang mana barang kali diperlukan akan dibuka lagi.

5
2.1.2 Tahap Pelaksanaan Konstruksi
Dalam tahap ini penyelenggaran keamanan jembatan khusus dan terowongan adalah
sebagai tindak lanjut dari perencanaan yang diimplemetasikan dalam pelaksanaan konstruksi.
Dalam pelaksanaan konstruksi, pembangun dalam hal ini adalah kontraktor dan konsultan
pengawas harus membuat laporan setiap 6 (enam) bulan mengenai laporan selama pelaksanaan
konstruksi yang berkaitan dengan perubahan pelaksanaan yang berbeda dengan final design
yang berpengaruh terhadap struktur jembatan khusus dan terowongan serta di akhir
pelaksanaan konstruksi harus membuat laporan akhir pelaksanaan konstruksi dan menyerahkan
asbuilt drawing kepada KKJTJ melalui BJKT.
Setelah semua siap dan lengkap pembangun harus melakukan pengujian untuk
menyakinkan bahwa pelaksanaan telah dilakukan dengan baik sebelum operasional, yaitu
dengan membandingkan hasil kondisi keamanan jembatan khusus dan terowongan melalui
pengukuran riil dilapangan dengan hasil perhitungan sesuai rencana atau simulasi hitungan,
baik pembebanan statis maupun pembebanan dinamis, hal ini dilakukan dengan melibatkan
KKJTJ.
Jika hasil pembandingan tersebut telah sesuai dengan kriteria, maka KKJTJ akan
membuat rokomendasi teknik kepada Menteri untuk menerbitkan sertifikat “Laik Fungsi
Jembatan”.

2.1.3 Tahap Operasional


Pengelola jembatan khusus dan terowongan selama mengoperasikan jembatan dan
terowongan harus membuat laporan yang terkait : operasional, pemantauan, pemeliharaan dan
mitigasi bencana yang dibuat setiap tahun dan melaporkan kepada KKJTJ. Selama tahap
operasional ini KKJTJ dapat melakukan inspeksi jembatan khusus dan terowongan atas
permintaan pengelola atau inisiatif sendiri (informasi dari masyarakat untuk diinspeksi). Hasil
kajian laporan yang dibuat pengelola dan atau hasil inspeksi dilaporkan kepada Menteri bila
bersifat khusus atau cukup dilaporkan kepada pengelola untuk dilakukan pembaharuan dalam
pelaksanaan operasional jembatan khusus dan terowongan.

6
BAB III
PROYEK PERUBAHAN

3.1 Tata Kelola Perubahan


Untuk keberhasilan pelaksanaan proyek perubahan diperlukan tata kelola proyek
perubahan dan pembentukan tim pelaksana yang bekerja merencanakan, menyusun
jadwal kegiatan dan melaksanakan semua kegiatan yang telah direncanakan dalam
pelaksanaan proyek perubahan.Tata kelola proyek perubahan merupakan organisasi proyek
perubahan yang terdiri dari Mentor, Coach, Project Leader dan Kelompok Kerja, sebagai
berikut :

Gambar 1. Struktur Tata Kelola Proyek Perubahan

Uraian tugas, kewenangan dan tanggung jawab unsur struktur tata kelola proyek
perubahan sebagai berikut:

a. Mentor (lr. Iwan Zarkasi M. Eng Sc.- Direktur Jembatan Ditjen Bina Marga)
i. Memberikan persetujuan dan dukungan proyek perubahan.
ii. Mendukung mobilisasi sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan proyek
perubahan.
iii. Memberikan bimbingan dan arahan serta membantu menyelesaikan masalah atau
hambatan yang dihadapi.
iv. Memberikan masukan dan solusi pemecahan permasalahan.

7
b. Coach (lr. Antonius Budiono MCM.- Widyaiswara Utama)
i. Membekali dan memotivasi peserta selama tahap Taking Ownership I dan tahap
Laboratorium Kepemimpinan.
ii. Memberikan informasi dan bimbingan kepada peserta tentang cara menyusun proyek
perubahan sampai implementasinya.
iii. Memberikan motivasi kepada peserta baik melalui konsultasi secara langsung maupun
melalui media.

c. Project Leader (lr. Yudha Handita Panjiriawan MT. MBA.)


i. Menjamin terlaksananya proyek perubahan sesuai jadwal dan arah yang telah
disepakati bersama Mentor dan Coach;
ii. Melakukan komunikasi yang intensif kepada stakeholders baik yang berasal dari
internal maupun eksternal.
iii. Melakukan perencanaan, pemrograman, pelaksanaan dan pengendalian
kegiatan.
iv. Melaporkan hasil kegiatan kepada Mentor dan Coach untuk mendapatkan
masukan dan koreksi.
v. Melakukan evaluasi secara berkala dan bertahap terhadap pelaksanaan kegiatan.

d. Tim Pelaksana Proyek Perubahan


Pokja I : Administratif
i. Membantu pemrosesan dan penyelesaian administrasi, seperti surat-
menyurat, penyusunan draft surat keputusan, notulensi, persiapan kegiatan
rapat, sosialisasi, dll.
ii. Membantu pelaksanaan dokumentasi setiap kegiatan.
iii. Membantu penyelesaian laporan kegiatan.
iv. Membantu proses pengadaan konsultan teknis.

Pokja II : Legalisasi Produk Hukum


i. Melakukan pembahasan rancangan peraturan secara internal (kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) dan eksternal (stakeholders
terkait).
ii. Memproses rancangan peraturan menjadi produk hukum sesuai ketentuan.
8
iii. Melakukan studi literatur tentang substansi/materi pengaturan tenaga ahli
lokal.
Melakukan kajian dan studi primer tentang penyelenggaraan JKT.

Pokja III: Penyusunan Sistem Informasi


i. Menyiapkan dan menyusun database file JKT
ii. Menyiapkan dan menyususun dan mengontrakkan konsultan dalam membuat
Sistem Infirmasi data bese dan Monitoring.

3.2 Pemangku Kepentingan (stakeholder)


Pemangku Kepentingan (Stakeholders) adalah Instansi Pemerintah, maupun swasta,
masyarakat, memiliki hubungan dan kepentingan terhadap suatu organisasi atau
perusahaan.
Perlu dilakukan identifikasi stakeholders, untuk melakukan analisis dengan cara
inventarisasi dan memetakan posisi stakeholders terhadap kebijakan-strategi yang akan
dirancang atau dijalankan.
Pengelompokan stakeholders dapat dibagi menjadi: stakeholders internal yaitu
yang berasal dari lingkungan Kementerian PUPR dan stakeholders eksternal yang berasal
dari luar Kementerian PUPR.
Pengelompokan stakeholders yang dilakukan berdasarkan pengaruh dan kepentingan
terbagi menjadi 4 (empat),yaitu:
a. Promoters, memiliki kepentingan besar terhadap program dan juga kekuatan untuk
membantu membuatnya berhasil atau menggagalkannya.
b. Defenders, memiliki kepentingan pribadi dan dapat menyuarakan
dukungannya,tetapi kekuatannya kecil untuk mempengaruhi program.
c. Latents, tidak memiliki kepentingan khusus maupun terlibat dalam program,
tetapi memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi program jika mereka
menjadi tertarik.
d. Apathetics, kurang memiliki kepentingan maupun kekuatan, bahkan mungkin
tidak mengetahui adanya program.
Pola hubungan dengan stakeholders dapat bersifat positif, netral maupun negatif.
Hubungan positif mempunyai makna adanya dukungan terhadap proyek perubahan. Netral

9
artinya biasa saja atau tidak terpengaruh, dan negatif artinya kurang mendukung atau ada
sikap penolakan.

3.2.1 Pengaruh dari Masing masing stakeholder


a. Posisi pengaruh stakeholders Internal
Tabel 1. Posisi Pengaruh Stakeholders Internal

b. Posisi pengaruh stakeholders Eksternal


Tabel 2. Posisi Pengaruh Stakeholders Eksternal

10
3.2.2 Peran dari Masing-masing stakeholders

Tabel 3. Peran dari Masing-masing Stakeholders

11
3.2.3 Peta Hubungan (net map) Stakeholders

Gambar 2. Peta Hubungan (net map) stakeholder

12
3.2.4 Kedudukan Stakeholders
Setelah dilakukan identifikasi hubungan antar stakeholders baik internal maupun eksternal
dilakukan penilaian serta pengelompokan berdasarkan sifat mendukung atau menentang,
memiliki pengaruh dan kepentingan, dengan melakukannya dalam bentuk besaran suatu
nilai tertentu untuk dapat mengukur potensi kendala serta kriteria keberhasilan dari proyek
perubahan ini, sehingga dihasilkan suatu pengelompokan seperti pada diagram di bawah
ini.

Gambar 3. Kedudukan Stakeholders

3.2.5 Strategi Komunikasi dengan Stakeholders


Strategi komunikasi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan
manajemen untuk mencapai satu tujuan. Oleh karenanya untuk menjaga dan
mempertahankan keyakinan tingkat keberhasilan proyek perubahan ini perlu
dilakukan strategi komunikasi diagram berikut ini.
13
Gambar 4. Strategi Komunikasi Stakeholders

3.3 Framework Proyek Perubahan


Framework proyek perubahan dalam proses strategi penyelanggaraan keamanan
jembatan khusus dan terowongan, diawali dengan mengidentifikasi “kondisi saat ini” dalam
pelaksanaan penyelenggaraan keamanan Jembatan khusus dan Terowongan yang melibatkan
KKJTJ dan stakeholders terkait kemudian “merumuskan permasalahan saat ini” selanjutnya
mencermati adanya “faktor penghambat dan pendukung”, kemudian berdasarkan faktor-faktor
tersebut dicari strategi yang inovatif dan bermanfaat untuk menyelesaikan “masalah” yang ada
dalam penyelenggaraan keamanan jembatan khusus dan terowongan.

14
3.3.1 Kondisi Saat ini
Jumlah Jembatan khusus dan Terowongan saat ini sudah mencapai 187 (seratus depan
puluh tujuh) sesuai data dari Balai Jembatan Khusus dan Terowongan lihat Tabel 4
Tabel 4. Data Jembatan Khusus dan Terowongan seluruh Indonesia
No. Tahun Nama Durasi Jumlah Persetujuan Persetujuan
Anggaran Jembatan/Terowongan Pembahasan Pembahasan Pelaksanaan/Desain Laik Fungsi
1 2015 Dompak v
2 2016 Kukar v v
Kamojang v v
Merah Putih v v
Dian Pulau - Tetoat v
Musi VI v
Sei Dareh v
Sembayat v
Tumbang Samba v
Tunel Cisumdawu v
Teluk Kendari v
Wiringtasi v
Tayan v
Sub Total 11 4
3 2017 Akses tanjung Priok 2.3 Bulan 4 kali v
Jembatan Sei Wampu v
Jembatan Siak II v
JLK Busway 1.7 Bulan 4 kali v v
Simpang Susun Semanggi 5.6 Bulan 7 kali v
6 Ruas Tol Dalam Kota v
Jembatan Cisarongge 14.5 Bulan 6 kali v v
Tol Becakayu Seksi 1B & 1C 7.9 Bulan 7 kali v v
Jembatan Senjoyo 7.7 Bulan 7 kali v v
Jembatan Tuntang 7.7 Bulan 7 kali v v
Jembatan Brantas 3.4 Bulan 4 kali v v
Jembatan Bangkinang 1.9 Bulan 6 kali v v
Sub Total 10 9
4 2018 Holtekamp v
Bogor Ring Road 2.3 Bulan 4 kali v v
Mahkota II 14.5 Bulan 9 kali v v

Sub Total 3 2
Total 25 15

*Jumlah Jembatan Khusus :


Tahap Penyiapan
- Jembatan Proses Desain : 34
Tahap Konstruksi
- Jembatan Tahap Konstruksi : 43
Tahap Layan- Jembatan Operasional : 110
Total : 187

(Sumber : Balai Jembatan Khusus dan Terowongan)

Berdasarkan Tabel 4 tersebut sampai dengan saat ini jumlah JTK sebanyak 187 buah, dari total
tersebut sebanyak 34 buah dalam proses desain dan 43 buah masih tahap konstruksi.
Sedangkan yang sudah bersertifikat perencanaan atau desain sebanyak 25 buah dan yang sudah
Bersertifikat Laik Fungsi sebanyak 15 buah, dan jumlah ini akan bertambah dengan seiring
dengan pembangunan yang ada saat ini.

15
3.3.2 Permasalahan
Permasalahan ini diamati berdasarkan pengamatan pelaksanaan penyelenggaraan
keamanan jembatan khusus dan terowongan yang penyelenggaraanya melibatkan KKJTJ yang
meliputi :
1. KKJTJ belum dapat menjalankan tugasnya dengan baik,
Hal ini terjadi karena anggota KKJTJ juga bekerja di tempat lain yang kebanyakan
berprofesi sebagai dosen atau terlibat di asosiasi seperti HAKI atau HATTI sehingga waktu
harus dibuat jauh-jauh hari dan terkadang pada hari yang telah ditentukan berhalangan juga.
2. Pembangun dan Pengelola belum aktif dalam Penyelenggaraan Keamanan JTK
Walau sudah ada Permen PUPR No. 41 tahun 2015 masih banyak yang belum tahu
sehingga BJKT proaktif untuk mengingatkan dilakukan pembahasan dengan KKJTJ.
3. Belum ada acuan dalam proses evaluasi untuk sertifikasi
Selama pembahasan stakeholder banyak yang belum mengerti peraturan-peraturan yang
harusnya sudah dimengerti dalam pembahasan, juga banyak perencana yang sudah sering
berkali-kali jelaskan masih tetap belum mengerti.
4. Belum ada sistem kontrol pemantauan Penyelenggaraan Keamanan JTK
Selama ini pembangun dan pengelola tidak aktif untuk melakukan pembahasan dengan
KKJTJ tapi sering BJKT mengingatkan untuk melakukan pembahasan, bila sudah
mendekati batas waktu seperti mau diresmikan baru mendesak-desak diadakan
pembahasan dengan KKJTJ.

3.3.3 Identifikasi Faktor Penghambat dan Mendukung


Dalam penetapan Strategi perlu mengidentifikasi dan memperhitungkan faktor
Kekuatan (Strength), Kelemahan (Weaknesess), Kesempatan/Peluang (Opportunities) dan
Ancaman (Threats) yang dimiliki organisasi untuk kemudian dapat dianalisis.
Identifikasi faktor-faktor dalam penyelenggaraan keamanan JKT yang diperoleh berdasarkan
apa yang telah disampaikan di atas, maka dapat diuraikan faktor-faktor Penghambat dan
Pendukung sebagai berikut :

3.3.3.1Faktor penghambat
Faktor penghambat yang berupa kelemahan (weaknesess) dari internal dan ancaman
(threats) dari luar atau eksternal.
a. Weaknesess (kelemahan)
Faktor kelemahan internal dapat diidentifikasi sebagai berikut :

16
i. Belum adanya acuan dalam proses sertifikasi terkait pembahasan dengan KKJTJ,
dengan belum adanya acuan dalam pembahasan dengan KKJTJ, akan tidak
mempunyai arah bagi stakeholder dalam membahas dengan KKJTJ khususnya yang
belum terbiasa dalam pekerjaan jembatan khusus dan terowongan.
ii. Basis dalam pembahasan berlokasi di Jakarta, sedangkan lokasi jembatan khusus dan
terowongan tersebar di seluruh wilayah Indonesia, sehingga perlu usaha yang tidak
kecil dalam waktu dan biaya di setiap pembahasan dengan KKJTJ di Jakarta bila
lokasi ada di luar Jakarta apa lagi di luar pulau Jawa.
iii. Belum ada sistem database menyimpan informasi, sehingga hal-hal yang sudah
diperoleh dalam pembahasan sebelumnya tidak termanfaatkan dalam pembahasan
sesudahnya karena tidak ada informasi.
iv. Belum adanya sistem monitoring dalam penyelenggaraan pembahasan dengan
KKJTJ, proses perkembangan kemajuan tidak diketahui oleh atasan yang sedang
melakukan pembahasan dengan KKJTJ, sehingga tidak bisa mendorong dan
membantu dalam mempercepat penyelesaian permasalahan yang timbul dalam
pembahasan dengan KKJTJ.
b. Threats (ancaman)
Faktor ancaman eksternal dapat diidentifikasi sebagai berikut :
i. Stakeholders yang terlibat dalam penyelenggaran keamanan JKT sebelum adanya
Permen PUPR no. 41 tahun 2015, merasa nyaman tanpa harus membahas dengan
KKJTJ, walau hasil kerjanya membahayakan atau tidak dalam tingkat keamanan JKT
yang ditanganinya.
ii. Keterbatasan kompetensi bagi stakeholders yang membahas dengan KKJTJ dalam
penyelenggaraan keamanan JKT.
iii. Dengan semakin majunya perekonomian di daerah akan semakin banyaknya
pembangunan di daerah tersebut yang tidak menutup kemungkinan semakin
banyaknya JKT yang akan dibangun, sehingga semakin banyak pula kebutuhan
pembahasan dalam penyelenggaraan keamnan JKT dengan KKJTJ.
iv. Dengan adanya undang-undang keterbukaan informasi publik akan membuat
masyarakat semakin banyak yang menuntut lebih untuk ingin tahu terkait informasi
keamanan JKT di daerahnya untuk meyakinkan keamanan JKT yang akan
dilewatinya aman.

17
3.3.3.2Faktor pendukung
Faktor pendukung yang berupa kekuatan (strengths) dari internal dan peluang
(opportunities) dari luar atau eksternal.
a. Strengths (kekuatan)
Faktor kekuatan internal dapat diidentifikasi sebagai berikut :
i. Mempunyai kewenangan dan bertanggung jawab, sebagai organisasi pemerintah
sudah menjadi bertanggung jawabnya untuk menjaga infrasuktur JKT dapat
berfungsi baik dalam melayani masyarakat.
ii. Adanya komitmen, motivasi, dan dedikasi yang tinggi di seluruh lapisan jajaran di
Direktorat Jembatan.
iii. Adanya Balai Jalan Nasional di daerah seluruh Indonesia, sebagai wakil Bina Marga
di daerah, sehingga pengambil keputusan tanpa harus menunggu dari pusat di Jakarta.
iv. Sudah ada draft konsensus dari KKJTJ untuk acuan sementara dalam proses
penyelenggaraan keamanan JKT.
b. Opportunities (peluang)
Faktor peluang eksternal dapat diidentifikasi sebagai berikut :
i. Adanya Tenaga Ahli Lokal, dengan adanya universitas di setiap propinsi sudah pasti
ada tenaga ahli yang memungkinkan untuk dimanfaatkan dalam membantu tugas
KKJTJ dalam penyelenggaraan keamanan JKT.
ii. Adanya Sistem Informasi, sistem informasi yang berbasis internet akan
mempermudah dalam penyimpanan data, komunikasi yang tak terhambat dengan
jarak, hal ini akan sangat membantu sekali dalam Penyelenggaraan Keamanan JKT.

3.3.4 Strategi Penyelesaian Masalah


Dalam pemilihan strategi perlu diperhitungkan kombinasi dari Kekuatan, Peluang,
Kelemahan dan Ancaman, srtrategi dengan memperhatikan kombinasi tersebut dapat
disampaikan berikut ini :
a. Kekuatan dan Peluang (S-O) :
Perlu dilibatkan Tenaga Ahli lokal yang berkompetensi di jembatan khusus dan
terowongan untuk membantu KKJTJ. Perlu segera dilakukan memfinalkan konsensus yang
sudah ada dan dilegalkan sehingga bisa dijadikan acuan dan diikuti oleh stakeholders yang
terlibat dalam penyelenggaraan keamanan JKT.

18
b. Kelemahan dan Peluang (W-O) :
Perlu segera dilakukan sosialisasi yang lebih mengenai sasaran, bila perlu dilakukan tiap
balai atau propinsi.
c. Kekuatan dan Ancaman (S-T) :
Perlu segera dilakukan memfinalkan konsensus yang sudah ada dan dilegalkan sehingga
bisa dijadikan acuan dan diikuti oleh stakeholders yang terlibat dalam penyelenggaraan
keamanan JKT.
d. Kelemahan dan Ancaman (W-T) :
Perlu dibuatkan sistem monitoring dan database sehingga pelaksanaan penyelenggaraan
keamanan JKT dapat terkontrol.
Dengan memperhatikan kekuatan, peluang, kelemahan, dan ancaman, dan alternative
strategi tersebut di atas maka dipilih yang paling tepat adalah : “Melibatkan Tenaga Ahli
Lokal untuk mendukung KKJTJ dan dibuatkan Sistem Informasi yang bisa selain untuk
Database juga untuk Memonitoring Pelaksanaan Penyelenggaraan Keamanan Jembatan
Khusus dan Terowongan”

3.3.5 Tahapan kegiatan pelaksanaan proyek perubahan (milestone)


Untuk melaksanakan tujuan dalam pelaksanaan proyek perubahan perlu dilakukan
pentahapan untuk mencapai tersebut, dalam hal ini dibagi dalam 3 tahapan kegiatan yaitu
kegiatan jangka pendek, kegiatan jangka menengah dan kegiatan jangka panjang.

3.3.5.1 Kegiatan Jangka Pendek


Kegiatan jangka pendek ini merupakan dasar untuk capaian yang lebih menentukan di
capaian jangka menengah dan panjang, yang meliputi :
a) Membentuk Tim Pelaksana, yaitu dengan melakukan :
 Melakukan koordinasi dengan stakeholders yang dapat mendukung terwujudnya
Proyek Perubahan;
 Membuat draft SK Tim Pelaksana;
 Persetujuan SK Tim Pelaksana.
b) Seleksi Tenaga Ahli (2-3) provinsi, yaitu dengan melakukan :
 Menggali informasi Tenaga Ahli;
 Mengevaluasi Kompentensi Tenaga Ahli;
 Koordinasi dengan stakeholders terkait;
 Memutuskan Tenaga Ahli terpilih.

19
c) Membuat Kesepakatan (MoU) dengan Tenaga Ahli (2-3) provinsi, yaitu dengan
melakukan :
 Koordinasi dengan stakeholders terkait;
 Membuat job description untuk Tenaga Ahli;
 Pertemuan dan menyampaikan job description;
 Penandatangan MoU dengan Tenaga Ahli.
d) Melegalkan Konsensus KKJTJ, dengan melakukan :
 Finalisasi konsensus KKJTJ;
 Koordinasi dengan stakeholder terkait;
 Menyusun draft SE Dirjen untuk konsensus KKJTJ;
 Penandatanganan SE Dirjen.
e) Membuat database untuk filing;
 Membuat rancangan database;
 Koordinasi dengan stakeholder terkait;
 Memfinalkan database;
 Mengisi database.
f) Melakukan sosialisasi Permen no. 41 tahun 2015 (2-3) provinsi, dengan melakukan :
 Koordinasi dengan stakeholders terkait;
 Menyiapkan jadwal materi;
 Koordinasi dengan instansi terkait;
 Acara sosialisasi.

3.3.5.2 Kegiatan Jangka Menengah


Kegiatan yang akan dilakukan untuk jangka menengah ini merupakan kelanjutan dari
capaian jangka pendek dan mengevaluasi hasil capaian jangka pendek terkait kesesuaian dan
percepatan tercapainya proyek perubahan. Adapun capaian jangka menengah ini meliputi :
a) Seleksi Tenaga Ahli (15-18 provinsi);
 Menggali informasi Tenaga Ahli;
 Mengevaluasi kompetensi;
 Koordinasi dengan stakeholder terkait;
 Memutuskan Tenaga Ahli yang dipilih.
b) Kesepakatan terhadap nota kesepahaman (MoU) dengan Tenaga Ahli (15-18 provinsi);
 Koordinasi dengan stakeholders terkait;

20
 Membuat pembaruan deskripsi tugas Tenaga Ahli;
 Pertemuan dan menyampaikan deskripsi tugas;
 Penandatangan nota kesepahaman (MoU).
c) Sosialisasi terhadap Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
41/PRT/M/2015 tentang Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan dan
Konsensus di 15-18 Provinsi;
 Koordinasi dengan stakeholders terkait;
 Menyiapkan jadwal dan materi kegiatan sosialisasi;
 Koordinasi dengan instansi yang diundang;
 Acara sosialisasi.
d) Pemanfaatan Tenaga Ahli;
 Permintaan informasi ke Tenaga Ahli JKT;
 Penyampaian informasi dari Tenaga Ahli JKT;
 Koordinasi dengan stakeholder terkait.
e) Evaluasi Tenaga Ahli;
 Koordinasi dengan stakeholder terkait;
 Rapat pembahasan evaluasi;
 Hasil evaluasi untuk kedepannya.
f) Membuat sistem informasi perencanaan di Jakarta;
 Membuat rancangan sistem informasi;
 Koordinasi dengan stakeholder terkait;
 Menyelesaikan tahapan sistem informasi.

3.3.5.3 Kegiatan Jangka Panjang


Kegiatan yang akan dilakukan untuk jangka panjang ini merupakan kelanjutan dari
capain jangka menengah dan pendek serta telah mengevaluasi hasil capaian jangka pendek dan
menengah terkait kesesuaian dan percepatan tercapainya proyek perubahan, dan diharapkan
dengan berakhirnya capaian jangka panjang ini tujuan proyek perubahan dapat tercapai.
Adapun capain jangka panjang ini adalah :
a) Seleksi Tenaga Ahli (Provinsi yang belum);
 Menggali informasi Tenaga Ahli;
 Mengevaluasi kompetensi;
 Koordinasi dengan stakeholder terkait;

21
 Memutuskan Tenaga Ahli yang dipilih.
b) Kesepakatan terhadap nota kesepahaman (MoU) dengan Tenaga Ahli;
 Koordinasi dengan stakeholders terkait;
 Membuat pembaruan diskripsi tugas Tenaga Ahli;
 Pertemuan dan menyampaikan deskripsi tugas;
 Penandatangan nota kesepahaman (MoU).
c) Sosialisasi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
41/PRT/M/2015 tentang Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan dan
Konsensus di 15-18 yang belum;
 Koordinasi dengan stakeholders terkait;
 Menyiapkan jadwal dan materi kegiatan sosialisasi;
 Koordinasi dengan instansi yang diundang;
 Acara sosialisasi.
d) Pemanfaatan Tenaga Ahli;
 Permintaan informasi ke Tenaga Ahli JKT;
 Penyampaian informasi dari Tenaga Ahli JKT;
 Koordinasi dengan stakeholders terkait.
e) Evaluasi Tenaga Ahli;
 Koordinasi dengan stakeholders terkait;
 Rapat pembahasan evaluasi;
 Hasil evaluasi untuk kedepannya.
f) Membuat sistem informasi perencanaan di Jakarta sampai daerah;
 Membuat rancangan sistem informasi;
 Koordinasi dengan stakeholders terkait;
 Menyelesaikan tahapan sistem informasi.

3.4 Kriteria Keberhasilan Proyek Perubahan


Kriteria keberhasilan proyek perubahan adalah terlaksananya kegiatan-kegiatan
penyelenggaraan keamanan jembatan khusus dan terowongan dengan tertib diantaranya adalah:
1. KKJTJ dapat menjalanan tugasnya dengan baik,
2. Pembangun dan Pengelola aktif dalam Penyelenggaraan Keamanan JTK.
3. Ada acuan dalam proses evaluasi untuk sertifikasi
4. Ada sistem kontrol pemantauan Penyelenggaraan Keamanan JTK.

22
BAB IV
PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN

Pelaksanaan proyek perubahan yang dilaporkan dalam laporan adalah kegiatan-


kegiatan yang telah dilakukan.

4.1 Kegiatan-Kegiatan Jangka Pendek


Kegiatan kegiatan yang dilakukan selama jangka pendek ini meliputi : Membentuk Tim
Pelaksana, Seleksi Tenaga Ahli Lokal, Membuat Kesepakatan (MoU) dengan Tenaga Ahli
Lokal, Melegalkan Konsensus KKJTJ, Membuat Database untuk Filing, Melakukan sosialisasi
Permen no. 41 tahun 2015.

4.1.1 Membentuk Tim Pelaksana


Pembentukan tim pelaksana diawali dengan mengundang rapat para pihak yang
nantinya akan ditugaskan sebagai tim pelaksana dalam proyek perubahan untuk membahas
rencana kerja dan target yang harus diselesaikan selama 2 (dua) bulan off campus dari diklat
project leader. Rapat persiapan dilakukan pada tanggal 1 dan 3 oktober 2018, dokumetasi di
lampiran 1 tentang Tim Pelaksana
Hasil dari rapat ini adalah memutuskan bahwa semua pegawai BJKT harus berperan aktif
membantu tim pelaksana yang telah disepakati yang terdiri dari :
1. Pengarah : Ir. Soebagiono, M.Sc (Eng) sebagai Ketua dan Ir. Iwan Zarkasi M. Eng Sc
sebagai Sekretaris.
2. Project Leader : Ir. Yudha Handita Panjiriawan MBA. MT
3. Tim Penunjang yang terdiri dari :
Pokja 1, urusan Administratif, dengan koordinator : Vebry Widya Puspitasari ST dan
anggota : Sofyan Ramadhani, ST; Kharisma Putri Aurum, ST. MT; Wangga Nugrahtama,
ST. MT; Sobirin, ST dan Julecha, A.Md.
Pokja 2, urusan Legalisasi Produk Hukum, dengan koordinator : Ande Akhmad Sanusi,
SH., M.Sc dan anggota : Ir. Lestari, MT; Pujiono, SH dan Haimil ST. MT.
Pokja 3, urusan Penyusunan Sistem Informasi, dengan koordinator : Nazib Faizal, ST.,
M.Sc; Budianto ST. MT; Wahyu Dimas Kurniawan, S.Kom; Malik Al Amin, ST.
Hasil ouput dari kegiatan ini adalah Surat Keputusan dari Sekretaris Direktorat Jenderal
Bina Marga no. 51/KPTS/BS/2018 tertanggal 29 Oktober 2018, dokumentasi terkait
pembentukan Tim Pelaksana dapat dilihat dalam lampiran 1 tentang Tim Pelaksana.

23
4.1.2 Seleksi Tenaga Ahli Lokal
Proses seleksi awalnya dilakukan dengan menggali informasi dengan mengirim surat
kepada perguran tinggi yang ada provinsi Jawa Tengah dan Sumatera Selatan, kemudian
membahasnya dengan anggota KKJTJ, tetapi karena setelah waktu yang lama belum ada
respon atau jawaban surat maka dilakukan dengan meminta anggota KKJTJ untuk memberikan
referensi usulan tenaga ahli yang berpotensi untuk dijadikan Tenaga Ahli di daerahnya. Setelah
dilakukan beberapa kali pembahasan akhirnya diperoleh dan disepakati Tenaga Ahli Lokal
yaitu : Prof. Dr. Ir. Hary Christady Hardiyatmo, M. Eng, DEA sebagai Ahli Tanah, Dr.-Ing. Ir.
Andreas Triwiyono sebagai ahli struktur, dikarenakan beliau dari Universitas Gajah Mada
maka wilayah daerah yang akan ditangani beliau nanti direncanakan untuk provinsi Jawa
Tengah dan DIY. Selain dari pada itu juga diperoleh Ir. Nurly Gofar, MSCE., PhD sebagai ahli
tanah dan DR. Ir. Hanafiah, MT sebagai struktur, beliau berdua tinggal di Palembang jadi
rencana wilayah yang akan ditangani oleh beliau adalah Propinsi Sumatera Selatan,
dokumentasi terkait Tenaga Ahli Lokal yang berupa CV, dapat dilihat di lampiran 2 tentang
Seleksi Tenaga Ahli Lokal.

4.1.3 Membuat Kesepakatan (MoU) dengan Tenaga Ahli Lokal


Kegiatan dalam membuat nota kesepakatan dilakukan setelah diperoleh Tanaga Ahli
Lokal yang akan mewakili kegiatan anggota Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan
Jalan di daerahnya.
Kegiatan ini dilakukan rencananya bersama dengan kegiatan sosialisasi Permen PUPR
no. 41 tahun 2015 dan konsensus KKJTJ di kota Semarang dan di kota Palembang, agar yang
bersangkutan sekalian dapat mendengarkan sosialisasinya dulu baru sebelum menandatangani
MoU baru penjelasan lebih detail dan berdiskusi.
Untuk kegiatan penandatangan MoU dengan Tenaga Ahli Lokal (provinsi Jawa
Tengah) yang ada di Semarang tidak dapat dilaksanakan bersamaan dengan acara sosialisasi
dikarenakan ada kesalahan dalam memilih acara pada hari yang sama, selanjutnya kepada
Tenaga Ahli Lokal ini (Prof. Dr. Ir. Hary Christady Hardiyatmo, M. Eng, DEA, sebagai ahli
tanah dan Dr.Ing. Ir. Andreas Triwiyono, sebagai ahli struktur) berkomunikasi dengan telepon
dan WA, yang kebetulan beliau berdua adalah Dosen Universitas Gajah Mada dan kebetulan
ada dua dosen UGM yang menjadi anggota KKJTJ yaitu Prof. Ir. Bambang Suhendro, M.Sc,
Ph.D (ahli struktur) dan Prof. Ir. Jamasri, Ph.D (ahli material) maka komunikasi menjadi lebih
mudah dan penandatangan MoU dapat dilakukan via email berkat jasa beliau berdua, walau

24
demikian tanggal Nota Kesepahaman sepakat ditandatangani bersamaan dengan acara
sosialisasi Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan dan Konsensus yaitu
tertanggal 13 November 2018. (Dokumentasi berupa foto-foto dan Nota Kesepahaman dapat
dilihat di lampiran no. 3 tentang MoU Tenaga Ahli Lokal.
Kegiatan penandatangan MoU dengan Tenaga Ahli Lokal (propinsi Sumatera Selatan)
yang ada di Kota Palembang dilaksanakan setelah selesai acara sosialisasi yang dilakukan
dengan bertatap muka langsung dengan Tenaga Ahli Lokal yaitu : Dr. Ir. Hanafiah, MT sebagai
struktur dan Ir. Nurly Gofar, MSCE., PhD sebagai ahli tanah), penandatanganan MoU ini
dilakukan oleh Rektor Universitas Sriwijaya Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff M.Sc, yang juga
merupakan ahli struktur. Dokumentasi berupa foto-foto, Nota Kesepahaman yang sudah
ditandatangani dapat dilihat pada lampiran 3 tentang MoU Tenaga Ahli Lokal.

4.1.4 Melegalkan Konsensus KKJTJ


Pelaksanaan dalam proses melegalkan konsensus KKJTJ ini diawali dengan
memfinalkan draft konsensus yang sudah dibuat sebelumnya melalui rapat-rapat dengan
anggota KKJTJ di sela-sela kegiatan KKJTJ yang sedang membahas penyelenggaraan
keamanan JKT dengan stakeholder yang ada pada saat itu. Dokumentasi pelaksanaan proses
yang pembahasan antar anggota KKJTJ sama dengan dokumentasi yang ada rapat pembahsan
saat itu, yang dapat dilihat dalam lampiran 4 tentang Legalisasi Konsensus, selain dari pada itu
tim pelaksan khusnya pokja 2 yang terkait kegiatan hukam dan informasi publik membahasnya
dengan bagian hukum di Direktorat Jenderal Bina Marga, dan yang terakhir sebelum diajukan
kepada Dirjen Bina Marga untuk ditandatangani telah dibahas dengan seluruh tim di Direktorat
Jenderal Bina Marga yang dilakukan pada tanggal 27 November 2018 sebagaimana
dokumentasi meliputi : undangan, daftar hadir, foto-foto, dan video yang dapat dilihat dalam
lampiran 4 tentang Legalisasi Konsensus.
Proses pelaksanaan legalisasi ini belum sampai akhir dengan terwujud atau dengan
diterbitkan Surat Edaran Dirjen Bina Marga tentang “Pedoman Pembahasan
Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan dengan Komisi
Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan”. Dimana disepakati dalam rapat terakhir
tersebut akan dilakukan pembahasan akhir dengan mempertemukan anggota KKJTJ dan Dirjen
Bina Marga. Salah satu kendala dalam proses ini adalah pelaksanaanya dilakukan mendekati
akhir tahun sehingga berbenturan dengan banyaknya kegiatan yang banyak dilakukan di akhir
tahun.

25
4.1.5 Membuat Database untuk Filing
Rencana kegiatan ini memanfaatkan konsultan dengan rencana kerjanya adalah
membuat sistem monitoring pelaksanaan kerja yang ada di Balai Jembatan Khusus dan
Terowongan, sekaligus diminta untuk membuat sistem penyimpanan dalam rangka
penyelenggaraan keamanan jembatan khusus dan terowongan. Dalam membuat database
untuk filing ini dilibatkan Tenaga Ahli Teknologi Informasi, dan sudah dibahas beberapa kali
dengan bukti dokumentasi sebagaimana di lampiran 5 tentang Database untuk Filing dan
program database ini sudah jadi yang saat ini dalam proses memasukkan data terkait data-data
jembatan khusus dan terowongan yang dibahas dengan anggota KKJTJ.

4.1.6 Melakukan Sosialisasi Permen PUPR no. 41 tahun 2015


Pelaksanaan sosialisasi Permen PUPR no. 41 tahun 2015 dan konsensus KKJTJ sesuai
rencana (milestone) jangka pendek dilakukan di 2-3 provinsi, karena keterbatasan waktu dan
kesiapan dalam pelaksanaan maka pelaksanaan sosialisasi dilakukan di propinsi Jawa Tengah
dan propinsi Sumatera Selatan.
Sosialisasi pertama telah dilaksanakan di kota Semarang (propinsi Jawa Tengah)
berlokasi di hotel Grandhika pada tanggal 13 November 2018, dokumentasi pelaksanaan yang
berupa : undangan, foto, video dapat dilihat pada lampiran 6 tentang Sosialisasi Permen dan
Konsensus.
Sosialisasi kedua dilakukan di kota Palembang (propinsi Sumatera Selatan) pada
tanggal 26 November 2018 di lokasi hotel Santika Bandara, dokumentasi dapat dilihat lampiran
6 tentang Sosialisasi Permen dan Konsensus, yang terdiri dari : undangan, foto-foto, video.

26
BAB V
CAPAIAN PELAKSANAAN JANGKA PENDEK

Capaian pelaksanaan proyek perubahan yang dilaporkan dalam laporan adalah


capaian dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan, juga menyampaikan permasalahannya
serta output yang harus dicapai.
5.1 Capaian Mempengaruhi Pemangku Kepentingan (Stakeholders)

Salah satu penilaian kunci keberhasilan proyek perubahan adalah capaian dalam
mempengaruhi pemangku kepentingan (stakeholders) untuk mendukung proyek perubahan ini.
Sesuai dasar tersebut dalam proyek perubahan ini, upaya-upaya untuk mendapatkan
dukungan stakeholders telah dilakukan melalui seri diskusi, rapat, dan sosialisasi khususnya
kepada stakeholders kunci yang memiliki pengaruh dan dipengaruhi cukup besar diantaranya
adalah Dirjen Bina Marga, Sesdirjen Bina Marga, Kepala Balai Jalan Nasional, Kepala Dinas
PUPR atau Kepala Daerah karena mereka punya pengaruh yang kuat untuk mendukung proyek
perubahan dan dalam implementasi pelaksanaan penyelenggaraan keamanan jembatan dan
terowongan jalan.
Dalam tabel berikut ini dapat dilihat perubahan posisi stakeholders kunci setelah
dilakukan komunikasi, diskusi, rapat dan sosialisasi :

Tabel 5. Perubahan Posisi Stakeholders Utama

Stakeholders Posisi Sebelum Posisi Setelah


Dipengaruhi Dipengaruhi

Dirjen Bina Marga Latens Promoters

Setdirjen Bina Marga Latens Promoters

Kepala Balai Jalan Nasional Latens Promoters

Kadis PUPR atau Ka. Daerah Latens Promoters

Wujud dukungan dari pemangku kepentingan tersebut berupa surat dukungan,


pernyataan dalam video (dokumentasinya dapat dilihat di lampiran 7 tentang Dukungan
Stakeholders dan wujud dukungan dari Sesdirjen Bina Marga dengan menerbitkan SK tim
pelaksana proyek perubahan ini yang kuat terhadap gagasan proyek perubahan.

27
Secara keseluruhan perubahan kondisi stakeholders baik internal maupun eksternal
setelah dilaksanakan pelaksanaan kegiatan jangka pendek sebagai berikut :
a. Posisi pengaruh stakeholders Internal

Tabel 6. Posisi Pengaruh stakeholders Internal

Ka. Subdit. Analisa Data & Pengembangan Sistem dan Ka. Bagian Hukum dan Komuniksi
Publik tidak berpengaruh atau berkepentingan langsung terkait penyelenggaraan keamanan
jembatan khusus dan terowongan.
b. Posisi pengaruh stakeholders Eksternal

Tabel 7. Posisi Pengaruh stakeholders Eksternal

Rencana permintaan dukungan dilaksanakan pada saat sosialisasi, berhubung pada saat
sosialisasi banyak stakeholders yang tidak datang maka permintaan dukungan dilakukan
melalui surat, dengan dokumen yang dapat dilihat pada lampiran 7 tentang Dukungan.

28
Secara keseluruhan hasil perubahan kondisi pemangku kepentingan (stakeholders)
yang digambarkan dalam kuadran stakeholder sebelum dan sesudah dilakukan implementasi
proyek perubahan jangka pendek adalah sebagai berikut :

Gambar 5. Perubahan Stakeholders sebelum dan sesudah Proyek Perubahan Jangka Pendek

5.2 Capaian Memenuhi Milestones


Selama waktu off campus ke-2 dalam Laboratorium Kepemimpinan, seluruh milestones
dapat direalisasikan dan mendapatkan target output yang diharapkan kecuali kegiatan
melegalkan konsensus, yang tinggal satu langkah lagi tapi masa on campus sudah tiba.
Salah satu hambatan dalam pencapaian target output milestones dihadapi oleh project
leader terutama karena waktu pelaksaaannya di akhir tahun dimana stakeholder banyak
melakukan kegiatan di tempat kerjanya. Namun demikian, dengan dukungan berbagai pihak
dan aktifnya tim pelaksana, maka milestone jangka pendek yang direncanakan dapat
direalisasikan seluruhnya.

29
Secara keseluruhan milestone dapat dirangkum dalam tabel kegiatan output yang
didapat dalam jangka pendek termasuk penjelasan rencana dan realisasi pelaksanaanya sebagai
Tabel 8 berikut :
Tabel 8. Kegiatan Jangka Pendek

Kegiatan Rencana Realisasi Output

1. Membentuk Tim 8 Oktober 2018 s/d 1 Oktober 2018 s/d SK Setdirjen Bina Marga No.
Pelaksana 51/KPTS/BS/2018
19 Oktober 2018 29 Oktober 2018

2. Seleksi Tenaga Ahli Lokal 15 Oktober 2017 s/d 18 Oktober 2018 s/d CV. Tenaga Ahli Lokal

15 November 2018 13 November 2018

3. Membuat MoU Tenaga 22 Oktober 2018 s/d 25 November 2018 s/d MoU dengan Tenaga Ahli
Ahli Lokal Lokal
22 November 2018 26 November 2018

4. Melegalkan Konsensus 22 Oktober 2018 s/d 17 Oktober 2018 s/d Draft Final Surat Edaran Dirjen
Bina Marga
8 November 2018 27 November 2018

5. Membuat Database untuk 10 Oktober 2018 s/d 22 Oktober 2018 s/d Program Database
Filling
16 November 2018 22 November 2018

6. Melakukan Sosialisasi 30 Oktober 2018 s/d 6 November 2018 s/d Dokumentasi Pelaksaan
Sosialisasi
23 November 2018 26 November 2018

5.2.1 Capaian Membentuk Tim Pelaksana


Tim pelaksana sudah terbentuk setelah dilakukan bebarapa kali rapat, penjelasan
tentang proyek perubahan kepada seluruh anggota tim pelaksana khususnya pokja-pokja
karena nanti yang akan aktif dalam mendukung pelaksanaan kegiatan untuk mewujudkan
milestones. Pada tanggal 29 Oktober 2018, sesuai Surat Keputusan Tim Pelaksana yang
ditandatangani Sekretaris Direktur Jenderal Bina Marga no. 51/KPTS/BS/2018, bukan berarti
tim pelaksana baru bekerja setelah surat keputusan terbit tetapi sudah sejak awal oktober 2018
dimana kegiatan sudah dimulai. Tidak ditemukan kesulitan dalam pembentukan tim pelaksana
ini, karena sebagian besar adalah staf Balai Jembatan Khusus dan Terowongan di bawah
kendali dari project leader dan dengan dilakukan penjelasan secara mendetail mengenai

30
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan maka semua tim pelaksana dapat bergerak aktif
menjalankan tugas sesuai arahan dari project leader. Output tim pelaksana berupa Surat
Keputusan dapat dilihat dalam lampiran 1 tentang Tim Pelaksana.

5.2.2 Capaian Seleksi Tenaga Ahli Lokal


Proses seleksi awal dilakukan dengan komunikasi surat dan dilanjutkan dengan
meminta anggota Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) untuk turut
menggali informasi, dan akhirnya dilakukan pembahasan dengan KKJTJ terkait pemilihan
tenaga ahli lokal yang akan dilibatkan. Kemudian diperoleh dua tenaga ahli struktur dan ahli
tanah yang semula direncanakan dari Jawa Tengah, terakhir diperoleh dari Universitas Gajah
Mada, dikarenakan beliau ada di Yogyakarta maka wilayah yang menjadi tugasnya dapat
diperluas untuk daerah Jawa Tengah dan DIY. Sedangkan untuk wilayah Sumatera Selatan
terakhir diperoleh tenaga ahli dari Universitas Sriwijaya. Output seleksi tenaga ahli ini adalah
terpilihnya tenaga ahli yang nanti dapat menjadi wakil diaerahnya, dokumentasi terkait seleksi
tenaga ahli lokal yang berupa CV, dapat dilihat di lampiran 2 tentang Seleksi Tenaga Ahli
Lokal.

5.2.3 Capaian Kesepakatan MoU dengan Tenaga Ahli Lokal


Capaian ini merupakan kelanjutan dari capaian setelah diperoleh teaga ahli lokal, dalam
membuat nota kesepakatan dibuat sesuai dengan tanggal sosialisasi karena rencananya
pelaksanaannya bersamaan dengan acara tersebut. Dalam mencapai kesepakatan ini tidak
dijumpai kendala yang berati, dengan komunikasi dan diskusi yang baik tenaga ahli bisa
mengerti dan mengetahui tentang proyek perubahan dan apa yang akan dilakukan mereka
kedepannya. Dari proses komunikasi ini juga dijelaskan proses bisnis yang ada di KKJTJ saat
ini dan kedepan dengan melibatkan tenaga ahli lokal. Dokumentasi berupa foto-foto dan Nota
Kesepahaman yang sudah ditandatangani dapat dilihat pada lampiran 3 tentang MoU Tenaga
Ahli Lokal.

5.2.4 Capaian Melegalkan Konsensus


Dalam mencapai legalisasi konsensus, diawali dengan pembahasan dengan Komisi
Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) untuk memfilakan kesepakatannya, ada
sedikit kendala karena waktu yang hanya 2 bulan (off campus) harus selesai sedangkan anggota
KKJTJ sebagian besar adalah dosen sehingga pembahasannya lama dan detail dampaknya
waktu pembahasan dengan bagian hukum Direktorat Bina Marga dilakukan di akhir off campus
31
(akhir November) dimana pemangku kepentingan khususnya Dirjen Bina Marga sibuk dengan
target jalan tol operasional di akhir desember 2018 serta kesibukan lainnya. Dikarenakan
kondisi tersebut target capian melegalkan konsensus yang rencananya berupa Surat Edaran
Dirjen Bina Marga tetapi draft final dan pembahasan final sudah diperoleh. Sehingga yang
belum terlaksana adalah rapat terakhir dengan Dirjen Bina Marga dan KKJTJ yang akan
dilaksanakan selanjutnya jika disetujui dapat langsung ditandatangani. Dokumentasi yang ada
meliputi : undangan, daftar hadir, foto-foto, dan video dapat dilihat dalam lampiran 4 tentang
Legalisasi Konsensus.

5.2.5 Capaian Membuat Database File


Capaian kegiatan dilakukan dengan pembahasan beberapa kali rapat dengan pokja 3
yang menangani sistem informasi dan informasi publik serta konsultan yang sedang terkontrak
dengan Balai Jembatan Khusus dan Terowongan (BJKT) untuk membuat sistem untuk
memonitoring pelaksanaan kerja yang ada di BJKT, sampai dengan saat ini program sudah
selesai tinggal proses melanjutkan memasukkan data yang sudah ada ke dalam sistem.
Dokumentasi dapat dilihat di lampiran 5 tentang Database Filing.

5.2.6 Capaian Sosialisasi Permen 41 Tahun 2015 dan Konsensus

Capaian dalam pelaksanaan sosialisasi Permen PUPR no. 41 tahun 2015 dan konsensus
Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) dapat diperoleh sesuai target,
namun maksusd sasaran dari sosialisasi ini kurang mengena dikarenakan pelaksanaan
sosialisasi ini bersama dengan kegiatan-kegiatan akhir tahun yang banyak dilakukan, walaupun
sebelum pelaksanaan sudah berkoordinasi dengan pihak yang akan diundang, tetapi pada saat
waktunya yang diharapkan untuk hadir tidak bisa, akhirnya yang hadir adalah wakilnya yang
tidak mengerti permasalahannya. Capaian sosialisasi ini dapat tercapai dengan bukti
dokumentasi berupa : undangan, foto, video dapat dilihat pada lampiran 6 tentang Sosialisasi
Permen dan Konsensus.
Sosialisasi kedua dilakukan di kota Palembang (propinsi Sumatera Selatan) pada
tanggal 26 November 2018 di lokasi hotel Santika Bandara, dokumentasi dapat dilihat pada
lampiran 6 tentang Sosialisasi Permen dan Konsensus, yang terdiri dari : undangan, foto-foto,
video.

32
5.3 Capaian Jangka Pendek yang Diluar Rencana
Dalam pelaksanaan kegiatan jangka pendek ini memperoleh hasil yang dapat
dilaporakan sebagai berkut :

5.3.1 Capaian yang melebihi dari rencana


Dari semua capaian kegiatan yang direncanakan ada beberapa kegiatan yang muncul
baru tidak direncanakan sebelumnya dan kegiatan yang sudah direncanakan tapi dalam
pelaksanaannya terlaksana dengan luasan yang yang lebih luas yang rencananya dilaksanakan
di tahun 2019.

5.3.1.1Capaian Baru
Capaian kegiatan baru ini merupakan kegiatan sosialisasi, yang dilakukan sehubungan
dengan permintaan dari Direktorat Jenderal Kereta Api Kementerian Perhubungan yang
meminta Balai Jembatan Khusus dan Terowongan sebagai narasumber untuk mengisi salah
satu acara bimbingan teknis kelaikan prasarana perkeretaapian yang diadakan di hotel Novotel
di kota Yogyakarta pada tanggal 24 - 26 Oktober 2018.
Berhubung permintaan sebagai narasumber terkait dengan penyelenggaraan keamanan
jembatan khusus dan Terowongan, maka permintaan dapat kami terima dan dimasukkan dalam
kegiatan sosialisasi sama dengan kegiatan sosialisasi yang lain yaitu penyelenggaraan
keamanan jembatan dan terowongan jalan. Semua dokumentasi terkait kegiatan ini ada pada
lampiran 6 tentang Sosialisasi Permen dan Konsensus.

5.3.1.2Capaian Cakupannya Lebih Luas


Rencana capaian kegiatan sosialisasi selama pelaksanaan jangka pendek adalah di 2-3
provinsi, yang direncanakan semula adalah di propinsi Jawa Tengah dan Sumatera Selatan
tetapi dapat diealisasikan untuk 5 provinsi yaitu : provinsi Jawa Tengah dan DIY dijadikan
dalam satu kegiatan yang pelaksanaan sosialisasinya ada di Semarang tanggal 13 November
2018 (lihat lampiran 6 tentang Sosialisasi Permen dan Konsensus) dan provinsi Sumatera
Selatan, Bangka Belitung dan Lampung yang pelaksanaannya ada di hotel Santika Bandara di
kota Palembang pada tanggal 26 November 2018. (lihat lampiran 6 tentang Sosialisasi Permen
dan Konsensus).

5.3.2 Capaian Belum Selesai Sesuai Rencana


Semua capaian kegiatan yang direncanakan untuk jangka pendek telah dilakukan, dari
6 (enam) kegiatan ada 1 (satu) yang tidak selesai tuntas yaitu melegalkan konsensus KKJTJ
yang rencanaya dijadikan pedoman dalam pelaksanaan penyelenggaraan jembatan khusus dan

33
terowongan, walau tinggal pembahasan final dimana dari hasil rapat terakhir pada tanggal 27
November 2018 (lihat lampiran 4 tentang Legalisasi Konsensus) disepakati rapat harus dihadiri
oleh bapak Dirjen Bina Marga dan anggota KKJTJ. Pada waktu rapat tanggal tersebut dihadiri
oleh semua pihak yang berkepentingan untuk melegalkan Surat Edaran tetapi tidak dihadiri
oleh bapak Dirjen Bina Marga karena kesibukan beliau yang akhir-akhir ini mengontrol target
operasional jalan tol tembus dari Jakarta sampai Surabaya pada akhir tahun 2018.

5.4 Kendala yang Dialami Jangka Pendek


Kendala yang dialami selama pelaksanaan proyek perubahan jangka pendek dapat
dijadikan referensi untuk menjalankan proyek perubahan di tahap jangka menengah dan jangka
sebagai berikut :
1. Pelaksanaan sosialisasi yang dilaksanakan pada waktu mendekati akhir tahun anggaran,
mengalami kendala karena banyak acara yang bersamaan, sehingga harapan peserta
sosialisasi yang hadir tidak tercapai.
2. Bila ada agenda acara lain yang mendadak yang waktunya bersamaan dengan agenda
yang sudah direncanakan dan agenda lain tersebut dibuat oleh yang mempunyai level
lebih tinggi, akan ada kemungkinan peserta yang diharapkan datang untuk acara
tersebut akan sesuai dengan yang diharapkan.
3. Pembahasan dengan melibatkan ahli-ahli dalam Komisi Keamanan Jembatan dan
Terowongan Jalan (KKJTJ) akan ada kemungkinan memerlukan waktu yang panjang,
kerena kebanyakan anggota-anggota KKJTJ adalah ilmuwan dan dosen.

34
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1 Kesimpulan

1 Secara keseluruhan kegiatan yang rencananya dilakukan di dalam jangka pendek


sesuai milestone telah dilaksanakan, bahkan ada kegiatan lain yang terkait
penyelenggaraan keamanan jembatan khusus dan terowongan atas permintaan dari
Direktorat Jenderal Kereta Api (DJKA) juga dilaksanakan karena sesuai dengan
tujuan dari proyek perubahan dan kegiatan ini dapat dinilai sebagai kegiatan
tambahan.
2 Capaian jangka pendek sudah tercapai sesuai target bahkan adanya capaian
tambahan dari stakeholders yang belum diantisipasi sebelumnya yaitu dari DJKA,
capaian ini dapat dilihat dengan adanya dukungan dari semua stakeholders, tinggal
masyarakat yang belum dan akan dievaluasi bila seluruh kegiatan proyek
perubahan selesai dilaksanakan atau pelaksanaanya di jangka panjang.
3 Output legalisasi konsensus Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan
(KKJTJ) belum tercapai dikarenakan pelaksanaannya di akhir tahun anggaran yang
berdampak pada kesibukan dari pemangku kepentingan sehingga output capainnya
berupa draft final Surat Edaran Dirjen. Bina Marga berupa “Pedoman
Pembahasan Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan
dengan Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan” yang belum
dilakukan pembahasan akhir dengan Dirjen Bina Marga dan KKJTJ sekaligus
penandatanganan, saat ini masih diupayakan untuk penyelesainnya tinggal
menunggu waktu bertemu Dirjen Bina Marga dan KKJTJ, diharapkan Desember
2018 paling lambat Januari 2019 sudah dapat terwujud

35
6.2 Rekomendasi
1. Pelaksanaan kegiatan sosislisasi sebaiknya jangan dilakukan di akhir tahun
anggaran
2. Bila pelaksanaan kegiatan berbarangan dengan acara mendadak yang lebih penting
harus dikoordinasikan agar yang hadir adalah pihak yang kompeten dengan agenda
acara yang akan dilaksanakan agar tujuan proyek perubahan dapat tercapai sesuai
harapan.
3. Dalam menyelesaikan Sistem Informasi nanti agar melibatkan Komisi Keamanan
Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) dan Tenaga Ahli Lokal dan stakeholders
terkait lainnya bila perlu dengan komunitas yang mewakili masyarakat.

36

Anda mungkin juga menyukai