ANGKATAN XXVI
LAPORAN
LABORATORIUM KEPEMIMPINAN
DISUSUN OLEH :
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
Disusun oleh :
NAMA : Ir. Yudha Handita Panjiriawan MT. MBA
KELAS/NDH : MERAH / 10
DISEMINARKAN PADA :
HARI : SELASA
TANGGAL : 4 DESEMBER 2018
Ir. Iwan Zarkasi, M.Eng. Sc Ir. Antonius Budiyono, MCM Deasefa Nurul Lestari, S.IP
NIP. 196003171986031001 NIP. 195408041981121001 NIP.198811222010122005
Syukur alhamdulillah atas berkat limpahan rahmat dan hidayah Allah SWT sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Proyek Perubahan ini dengan baik, yang disusun untuk
memenuhi salah satu tugas sebagai peserta dari Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan
Tingkat II Angkatan XXVI Tahun 2018 yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bekerja sama
dengan Lembaga Administrasi Negara, yang dilaksanakan di Balai Diklat PUPR Wilayah IV
Bandung dari tanggal 10 Agustus 2018 sampai dengan 6 Desember 2018.
Penulis melaporkan Proyek Perubahan dengan objek penulisan berfokus pada bidang tugas dan
fungsi Direktorat Jembatan Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat dengan Judul “Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan
Khusus di Indonesia melalui (strategi) Memberdayakan Tenaga Ahli Lokal dan
Memanfaatkan Sistem Informasi”.
Proyek Perubahan ini memiliki tujuan untuk melakukan perubahan di Direktorat Jembatan
Ditjem Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang akan
diimplementasikan dalam melalui penahapan Jangka Pendek, Jangka Menengah dan Jangka
Panjang dalam rangka Percepatan Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan
Khusus (JTK) sehingga terpenuhinya daya layan dan keandalan JTK di seluruh Indonesia.
Dalam Proyek Perubahan ini penulis ingin untuk meningkatkan kinerja Penyelenggara
Keamanan JTK yang menjadi salah satu tupoksi di Direktorat Jembatan Ditjen Bina Marga
Kementerian PUPR melalui peningkatan kinerja Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan
Jalan (KKJTJ) yang dalam pelaksanaan tugasnya nanti akan dibantu dengan melibatkan Tenaga
Ahli Lokal di seluruh Indonesia dan juga memanfaatkan Sistem Informasi dalam database dan
monitoring dalam Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan Khusus.
Proyek Perubahan ini merupakan salah satu tahap dalam proses Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan yang melibatkan banyak orang, oleh karena itu perkenankan Penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
iii
4. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat;
5. Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
6. Ir. Iwan Zarkasi M. Eng. Sc. - Direktur Jembatan Ditjen Bina Marga Kemen. PUPR
sebagai Mentor yang telah memberikan dukungan, bimbingan dan arahan dalam proses
Perancangan Proyek Perubahan ini;
7. Ir. Antonius Budiono MCM - Widyaiswara Utama Kementerian PUPR selaku Coach
yang telah memberikan dukungan, bimbingan dan arahan dalam proses Perancangan
Proyek Perubahan ini;
8. Widyaiswara Lembaga Administrasi Negara dan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat yang telah memberikan pembekalan dalam proses Pendidikan dan
pelatihan kepemimpinan hingga tersusunnnya Rancangan Proyek Perubahan ini;
9. Kepala Balai Pendidikan dan Pelatihan PUPR Wilayah IV Bandung serta segenap
Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II angkatan XXVI
Tahun 2018;
10. Peserta Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II angkatan XXVI Tahun
2018 yang saling memberikan dukungan dan menciptakan suasana Pendidikan dan
pelatihan yang nyaman.
Tidak ada gading yang tak retak, maka dalam pelaksanaan Proyek Perubahan ini juga
dimungkinkan masih banyak kekurangannya, oleh karena itu segala saran dan kritik sangat
penulis harapkan dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan dalam penulisan ini, dan
semoga Proyek Perubahan ini dapat memberikan manfaat untuk organisasi dan stakeholder
yang terlibat dalam Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan Khusus yang
sesuai harapan.
iv
ABSTRAK
Sudah banyak Jembatan dan Terowongan Khusus dibangun di Indonesia yang sesuai catatan
di Balai Jembatan dan Terowongan Jalan sudah mencapai seratus delapan puluh tujuh (187)
buah dan kedepan akan lebih banyak lagi.
Jembatan Kutai Kertanegara merupakan sejarah hitam bagi dunia infrastruktur di Indonesia
khususnya dibidang Jembatan yang dikatakan khusus karena komplesitasnya dalam struktur
dan dibangun dengan biaya yang mahal kebih penting lagi adalah kepercayaan masyarakat
terhadap Jembatan Khusus dan tentunya juga Terowongan. Oleh karena ini Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat menerbitkan Permen no. 41/PRT/M/2015 tentang
Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan.
Sebagai penyelenggara Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan sesuai Permen tersebut
salah satunya adalah Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) yang
beranggotakan para ahli terkait Jembatan dan Terowongan baik dari perguruan tinggi maupun
praktisi dibidangnya. Dengan keterbatasan dalam jumlah dan waktu serta semakin banyaknya
Jembatan dan Terowongan yang harus ditangani, maka kedepan KKJTJ akan kewalahan dalam
penyelenggaraan Jembatan dan Terowongan Jalan sebagai wakil dari Menteri.
Direktorat Jembatan Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR yang mempunyai tupoksi terkait
penyelenggaraan Jembatan dan Terowongan Jalan di seluruh Indonesia perlu mengantisipasi hal tersebut,
penulis sebagai peserta diklat pim 2 membuat Proyek Perubahan terkait hal tersebut dengan judul :
“Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan Khusus Di Indonesia Melalui (Strategi)
Memperdayakan Tenaga Ahli Lokal dan Memanfaatkan Sistem Informasi”.
1. Keterbatasan dalam jumlah dan waktu anggota KKJTJ dapat terbantu oleh Tenaga Ahli
Lokal di daerahnya dalam menangani Jembatan dan Terowongan Jalan yang semakin
bertambah jumlahnya dan tersebar di seluruh Indonesia untuk tahap awal dan finalnya tetap
dengan KKJTJ.
2. Dengan melibatkan Tenaga Ahli Lokal akan terjadi transfer knowledge dari anggota KKJTJ
kepada Tenaga Ahli lokal sehingga ada pemerataan ilmu pengetahuan dalam hal Jembatan
dan Terowongan serta stakeholders di daerah tidak harus ke Jakarta untuk berdikusi dengan
KKJTJ, cukup dengan tenaga Ahli Lokal terlebih dahulu sebelum finalnya dengan KKJTJ
yang prosesnya di daerah tetap dalam pantauan KKJTJ.
v
3. Dengan memafaatkan Sistem Informasi, maka pelaksanaan pemantauan dalam
pembahasan antara Tenaga Ahli Lokal dan stakeholders di daerah dapat dilakukan oleh
KKJTJ di jakarta, juga proses pembahasan dalam penyelenggaraan jembatan dan
terowongan baik di daerah maupun di Jakarta dapat dipantau oleh pemangku kepentingan
dari stakeholders yang terlibat.
4. Selain untuk monitoring penyelenggaraan keamanan jembatan dan Terowongan, Sistem
informasi juga barmanfaat dalam penyimpanan data terkait penyelenggaraan tersebut.
Pelaksanaan Proyek Perubahan ini tidak akan tercapai tujuannya bila pelaksanaannya terbatas
hanya selama diklat. Jadi perlu proses berkelanjutan yang awalnya dimulai dari jangka pendek
yaitu dilakukan selama diklat dan harus dilanjutkan dalam jangka menengah dan jangka
panjang demi terwujudnya penyelenggaraan keamanan jembatan terowongan jalan yang
dimaksud dan menjadi tujuan dalam Permen PUPR no. 41 tahun 2015.
vi
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan dan bimbingan teknis standar dan pedoman teknik jembatan, pembinaan
teknik jembatan, pembinaan teknik terowongan dan jembatan khusus serta pelaksanaan
pemantauan dan evaluasi kinerja jembatan.
2
mencapai 187 (seratus delapan puluh tujuh) termasuk dengan yang masih dalam proses
pembahasan dengan KKJTJ, dan jumlahnya akan semakin bertambah dengan pembangunan
yang ada.
3
BAB II
PENYELENGGARAAN KEAMANAN
JEMBATAN KHUSUS DAN TEROWONGAN
4
Sedangkan lingkup jembatan dan terowongan jalan yang disebut dalam Permen tersebut
meliputi :
a. Jembatan dengan bentang paling sedikit 100 m;
b. Jembatan pelengkung dengan bentang paling sedikit 60 m, jembatan gantung dan
jembatan beruji kabel;
c. Jembatan dengan total panjang paling sedikit 3.000 m;
d. Jembatan dengan ketinggian pilar diatas 40 m;
e. Terowongan jalan dengan panjang bagian tertutup paling sedikit 200 m;
b. Terowongan jalan yang menggunakan cara pengeboran/jacking dalam metode
pelaksanaan; dan
c. Jembatan dan terowongan jalan yang memiliki kompleksitas struktur tinggi atau
memiliki nilai strategis tinggi atau didesain menggunakan teknologi baru.
Selanjutnya dalam penulisan ini jembatan dan terowongan jalan yang disebut dalam
Permen no. 41 tahun 2015 adalah Jembatan Khusus dan Terowongan (JKT)
5
2.1.2 Tahap Pelaksanaan Konstruksi
Dalam tahap ini penyelenggaran keamanan jembatan khusus dan terowongan adalah
sebagai tindak lanjut dari perencanaan yang diimplemetasikan dalam pelaksanaan konstruksi.
Dalam pelaksanaan konstruksi, pembangun dalam hal ini adalah kontraktor dan konsultan
pengawas harus membuat laporan setiap 6 (enam) bulan mengenai laporan selama pelaksanaan
konstruksi yang berkaitan dengan perubahan pelaksanaan yang berbeda dengan final design
yang berpengaruh terhadap struktur jembatan khusus dan terowongan serta di akhir
pelaksanaan konstruksi harus membuat laporan akhir pelaksanaan konstruksi dan menyerahkan
asbuilt drawing kepada KKJTJ melalui BJKT.
Setelah semua siap dan lengkap pembangun harus melakukan pengujian untuk
menyakinkan bahwa pelaksanaan telah dilakukan dengan baik sebelum operasional, yaitu
dengan membandingkan hasil kondisi keamanan jembatan khusus dan terowongan melalui
pengukuran riil dilapangan dengan hasil perhitungan sesuai rencana atau simulasi hitungan,
baik pembebanan statis maupun pembebanan dinamis, hal ini dilakukan dengan melibatkan
KKJTJ.
Jika hasil pembandingan tersebut telah sesuai dengan kriteria, maka KKJTJ akan
membuat rokomendasi teknik kepada Menteri untuk menerbitkan sertifikat “Laik Fungsi
Jembatan”.
6
BAB III
PROYEK PERUBAHAN
Uraian tugas, kewenangan dan tanggung jawab unsur struktur tata kelola proyek
perubahan sebagai berikut:
a. Mentor (lr. Iwan Zarkasi M. Eng Sc.- Direktur Jembatan Ditjen Bina Marga)
i. Memberikan persetujuan dan dukungan proyek perubahan.
ii. Mendukung mobilisasi sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan proyek
perubahan.
iii. Memberikan bimbingan dan arahan serta membantu menyelesaikan masalah atau
hambatan yang dihadapi.
iv. Memberikan masukan dan solusi pemecahan permasalahan.
7
b. Coach (lr. Antonius Budiono MCM.- Widyaiswara Utama)
i. Membekali dan memotivasi peserta selama tahap Taking Ownership I dan tahap
Laboratorium Kepemimpinan.
ii. Memberikan informasi dan bimbingan kepada peserta tentang cara menyusun proyek
perubahan sampai implementasinya.
iii. Memberikan motivasi kepada peserta baik melalui konsultasi secara langsung maupun
melalui media.
9
artinya biasa saja atau tidak terpengaruh, dan negatif artinya kurang mendukung atau ada
sikap penolakan.
10
3.2.2 Peran dari Masing-masing stakeholders
11
3.2.3 Peta Hubungan (net map) Stakeholders
12
3.2.4 Kedudukan Stakeholders
Setelah dilakukan identifikasi hubungan antar stakeholders baik internal maupun eksternal
dilakukan penilaian serta pengelompokan berdasarkan sifat mendukung atau menentang,
memiliki pengaruh dan kepentingan, dengan melakukannya dalam bentuk besaran suatu
nilai tertentu untuk dapat mengukur potensi kendala serta kriteria keberhasilan dari proyek
perubahan ini, sehingga dihasilkan suatu pengelompokan seperti pada diagram di bawah
ini.
14
3.3.1 Kondisi Saat ini
Jumlah Jembatan khusus dan Terowongan saat ini sudah mencapai 187 (seratus depan
puluh tujuh) sesuai data dari Balai Jembatan Khusus dan Terowongan lihat Tabel 4
Tabel 4. Data Jembatan Khusus dan Terowongan seluruh Indonesia
No. Tahun Nama Durasi Jumlah Persetujuan Persetujuan
Anggaran Jembatan/Terowongan Pembahasan Pembahasan Pelaksanaan/Desain Laik Fungsi
1 2015 Dompak v
2 2016 Kukar v v
Kamojang v v
Merah Putih v v
Dian Pulau - Tetoat v
Musi VI v
Sei Dareh v
Sembayat v
Tumbang Samba v
Tunel Cisumdawu v
Teluk Kendari v
Wiringtasi v
Tayan v
Sub Total 11 4
3 2017 Akses tanjung Priok 2.3 Bulan 4 kali v
Jembatan Sei Wampu v
Jembatan Siak II v
JLK Busway 1.7 Bulan 4 kali v v
Simpang Susun Semanggi 5.6 Bulan 7 kali v
6 Ruas Tol Dalam Kota v
Jembatan Cisarongge 14.5 Bulan 6 kali v v
Tol Becakayu Seksi 1B & 1C 7.9 Bulan 7 kali v v
Jembatan Senjoyo 7.7 Bulan 7 kali v v
Jembatan Tuntang 7.7 Bulan 7 kali v v
Jembatan Brantas 3.4 Bulan 4 kali v v
Jembatan Bangkinang 1.9 Bulan 6 kali v v
Sub Total 10 9
4 2018 Holtekamp v
Bogor Ring Road 2.3 Bulan 4 kali v v
Mahkota II 14.5 Bulan 9 kali v v
Sub Total 3 2
Total 25 15
Berdasarkan Tabel 4 tersebut sampai dengan saat ini jumlah JTK sebanyak 187 buah, dari total
tersebut sebanyak 34 buah dalam proses desain dan 43 buah masih tahap konstruksi.
Sedangkan yang sudah bersertifikat perencanaan atau desain sebanyak 25 buah dan yang sudah
Bersertifikat Laik Fungsi sebanyak 15 buah, dan jumlah ini akan bertambah dengan seiring
dengan pembangunan yang ada saat ini.
15
3.3.2 Permasalahan
Permasalahan ini diamati berdasarkan pengamatan pelaksanaan penyelenggaraan
keamanan jembatan khusus dan terowongan yang penyelenggaraanya melibatkan KKJTJ yang
meliputi :
1. KKJTJ belum dapat menjalankan tugasnya dengan baik,
Hal ini terjadi karena anggota KKJTJ juga bekerja di tempat lain yang kebanyakan
berprofesi sebagai dosen atau terlibat di asosiasi seperti HAKI atau HATTI sehingga waktu
harus dibuat jauh-jauh hari dan terkadang pada hari yang telah ditentukan berhalangan juga.
2. Pembangun dan Pengelola belum aktif dalam Penyelenggaraan Keamanan JTK
Walau sudah ada Permen PUPR No. 41 tahun 2015 masih banyak yang belum tahu
sehingga BJKT proaktif untuk mengingatkan dilakukan pembahasan dengan KKJTJ.
3. Belum ada acuan dalam proses evaluasi untuk sertifikasi
Selama pembahasan stakeholder banyak yang belum mengerti peraturan-peraturan yang
harusnya sudah dimengerti dalam pembahasan, juga banyak perencana yang sudah sering
berkali-kali jelaskan masih tetap belum mengerti.
4. Belum ada sistem kontrol pemantauan Penyelenggaraan Keamanan JTK
Selama ini pembangun dan pengelola tidak aktif untuk melakukan pembahasan dengan
KKJTJ tapi sering BJKT mengingatkan untuk melakukan pembahasan, bila sudah
mendekati batas waktu seperti mau diresmikan baru mendesak-desak diadakan
pembahasan dengan KKJTJ.
3.3.3.1Faktor penghambat
Faktor penghambat yang berupa kelemahan (weaknesess) dari internal dan ancaman
(threats) dari luar atau eksternal.
a. Weaknesess (kelemahan)
Faktor kelemahan internal dapat diidentifikasi sebagai berikut :
16
i. Belum adanya acuan dalam proses sertifikasi terkait pembahasan dengan KKJTJ,
dengan belum adanya acuan dalam pembahasan dengan KKJTJ, akan tidak
mempunyai arah bagi stakeholder dalam membahas dengan KKJTJ khususnya yang
belum terbiasa dalam pekerjaan jembatan khusus dan terowongan.
ii. Basis dalam pembahasan berlokasi di Jakarta, sedangkan lokasi jembatan khusus dan
terowongan tersebar di seluruh wilayah Indonesia, sehingga perlu usaha yang tidak
kecil dalam waktu dan biaya di setiap pembahasan dengan KKJTJ di Jakarta bila
lokasi ada di luar Jakarta apa lagi di luar pulau Jawa.
iii. Belum ada sistem database menyimpan informasi, sehingga hal-hal yang sudah
diperoleh dalam pembahasan sebelumnya tidak termanfaatkan dalam pembahasan
sesudahnya karena tidak ada informasi.
iv. Belum adanya sistem monitoring dalam penyelenggaraan pembahasan dengan
KKJTJ, proses perkembangan kemajuan tidak diketahui oleh atasan yang sedang
melakukan pembahasan dengan KKJTJ, sehingga tidak bisa mendorong dan
membantu dalam mempercepat penyelesaian permasalahan yang timbul dalam
pembahasan dengan KKJTJ.
b. Threats (ancaman)
Faktor ancaman eksternal dapat diidentifikasi sebagai berikut :
i. Stakeholders yang terlibat dalam penyelenggaran keamanan JKT sebelum adanya
Permen PUPR no. 41 tahun 2015, merasa nyaman tanpa harus membahas dengan
KKJTJ, walau hasil kerjanya membahayakan atau tidak dalam tingkat keamanan JKT
yang ditanganinya.
ii. Keterbatasan kompetensi bagi stakeholders yang membahas dengan KKJTJ dalam
penyelenggaraan keamanan JKT.
iii. Dengan semakin majunya perekonomian di daerah akan semakin banyaknya
pembangunan di daerah tersebut yang tidak menutup kemungkinan semakin
banyaknya JKT yang akan dibangun, sehingga semakin banyak pula kebutuhan
pembahasan dalam penyelenggaraan keamnan JKT dengan KKJTJ.
iv. Dengan adanya undang-undang keterbukaan informasi publik akan membuat
masyarakat semakin banyak yang menuntut lebih untuk ingin tahu terkait informasi
keamanan JKT di daerahnya untuk meyakinkan keamanan JKT yang akan
dilewatinya aman.
17
3.3.3.2Faktor pendukung
Faktor pendukung yang berupa kekuatan (strengths) dari internal dan peluang
(opportunities) dari luar atau eksternal.
a. Strengths (kekuatan)
Faktor kekuatan internal dapat diidentifikasi sebagai berikut :
i. Mempunyai kewenangan dan bertanggung jawab, sebagai organisasi pemerintah
sudah menjadi bertanggung jawabnya untuk menjaga infrasuktur JKT dapat
berfungsi baik dalam melayani masyarakat.
ii. Adanya komitmen, motivasi, dan dedikasi yang tinggi di seluruh lapisan jajaran di
Direktorat Jembatan.
iii. Adanya Balai Jalan Nasional di daerah seluruh Indonesia, sebagai wakil Bina Marga
di daerah, sehingga pengambil keputusan tanpa harus menunggu dari pusat di Jakarta.
iv. Sudah ada draft konsensus dari KKJTJ untuk acuan sementara dalam proses
penyelenggaraan keamanan JKT.
b. Opportunities (peluang)
Faktor peluang eksternal dapat diidentifikasi sebagai berikut :
i. Adanya Tenaga Ahli Lokal, dengan adanya universitas di setiap propinsi sudah pasti
ada tenaga ahli yang memungkinkan untuk dimanfaatkan dalam membantu tugas
KKJTJ dalam penyelenggaraan keamanan JKT.
ii. Adanya Sistem Informasi, sistem informasi yang berbasis internet akan
mempermudah dalam penyimpanan data, komunikasi yang tak terhambat dengan
jarak, hal ini akan sangat membantu sekali dalam Penyelenggaraan Keamanan JKT.
18
b. Kelemahan dan Peluang (W-O) :
Perlu segera dilakukan sosialisasi yang lebih mengenai sasaran, bila perlu dilakukan tiap
balai atau propinsi.
c. Kekuatan dan Ancaman (S-T) :
Perlu segera dilakukan memfinalkan konsensus yang sudah ada dan dilegalkan sehingga
bisa dijadikan acuan dan diikuti oleh stakeholders yang terlibat dalam penyelenggaraan
keamanan JKT.
d. Kelemahan dan Ancaman (W-T) :
Perlu dibuatkan sistem monitoring dan database sehingga pelaksanaan penyelenggaraan
keamanan JKT dapat terkontrol.
Dengan memperhatikan kekuatan, peluang, kelemahan, dan ancaman, dan alternative
strategi tersebut di atas maka dipilih yang paling tepat adalah : “Melibatkan Tenaga Ahli
Lokal untuk mendukung KKJTJ dan dibuatkan Sistem Informasi yang bisa selain untuk
Database juga untuk Memonitoring Pelaksanaan Penyelenggaraan Keamanan Jembatan
Khusus dan Terowongan”
19
c) Membuat Kesepakatan (MoU) dengan Tenaga Ahli (2-3) provinsi, yaitu dengan
melakukan :
Koordinasi dengan stakeholders terkait;
Membuat job description untuk Tenaga Ahli;
Pertemuan dan menyampaikan job description;
Penandatangan MoU dengan Tenaga Ahli.
d) Melegalkan Konsensus KKJTJ, dengan melakukan :
Finalisasi konsensus KKJTJ;
Koordinasi dengan stakeholder terkait;
Menyusun draft SE Dirjen untuk konsensus KKJTJ;
Penandatanganan SE Dirjen.
e) Membuat database untuk filing;
Membuat rancangan database;
Koordinasi dengan stakeholder terkait;
Memfinalkan database;
Mengisi database.
f) Melakukan sosialisasi Permen no. 41 tahun 2015 (2-3) provinsi, dengan melakukan :
Koordinasi dengan stakeholders terkait;
Menyiapkan jadwal materi;
Koordinasi dengan instansi terkait;
Acara sosialisasi.
20
Membuat pembaruan deskripsi tugas Tenaga Ahli;
Pertemuan dan menyampaikan deskripsi tugas;
Penandatangan nota kesepahaman (MoU).
c) Sosialisasi terhadap Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
41/PRT/M/2015 tentang Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan dan
Konsensus di 15-18 Provinsi;
Koordinasi dengan stakeholders terkait;
Menyiapkan jadwal dan materi kegiatan sosialisasi;
Koordinasi dengan instansi yang diundang;
Acara sosialisasi.
d) Pemanfaatan Tenaga Ahli;
Permintaan informasi ke Tenaga Ahli JKT;
Penyampaian informasi dari Tenaga Ahli JKT;
Koordinasi dengan stakeholder terkait.
e) Evaluasi Tenaga Ahli;
Koordinasi dengan stakeholder terkait;
Rapat pembahasan evaluasi;
Hasil evaluasi untuk kedepannya.
f) Membuat sistem informasi perencanaan di Jakarta;
Membuat rancangan sistem informasi;
Koordinasi dengan stakeholder terkait;
Menyelesaikan tahapan sistem informasi.
21
Memutuskan Tenaga Ahli yang dipilih.
b) Kesepakatan terhadap nota kesepahaman (MoU) dengan Tenaga Ahli;
Koordinasi dengan stakeholders terkait;
Membuat pembaruan diskripsi tugas Tenaga Ahli;
Pertemuan dan menyampaikan deskripsi tugas;
Penandatangan nota kesepahaman (MoU).
c) Sosialisasi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
41/PRT/M/2015 tentang Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan dan
Konsensus di 15-18 yang belum;
Koordinasi dengan stakeholders terkait;
Menyiapkan jadwal dan materi kegiatan sosialisasi;
Koordinasi dengan instansi yang diundang;
Acara sosialisasi.
d) Pemanfaatan Tenaga Ahli;
Permintaan informasi ke Tenaga Ahli JKT;
Penyampaian informasi dari Tenaga Ahli JKT;
Koordinasi dengan stakeholders terkait.
e) Evaluasi Tenaga Ahli;
Koordinasi dengan stakeholders terkait;
Rapat pembahasan evaluasi;
Hasil evaluasi untuk kedepannya.
f) Membuat sistem informasi perencanaan di Jakarta sampai daerah;
Membuat rancangan sistem informasi;
Koordinasi dengan stakeholders terkait;
Menyelesaikan tahapan sistem informasi.
22
BAB IV
PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN
23
4.1.2 Seleksi Tenaga Ahli Lokal
Proses seleksi awalnya dilakukan dengan menggali informasi dengan mengirim surat
kepada perguran tinggi yang ada provinsi Jawa Tengah dan Sumatera Selatan, kemudian
membahasnya dengan anggota KKJTJ, tetapi karena setelah waktu yang lama belum ada
respon atau jawaban surat maka dilakukan dengan meminta anggota KKJTJ untuk memberikan
referensi usulan tenaga ahli yang berpotensi untuk dijadikan Tenaga Ahli di daerahnya. Setelah
dilakukan beberapa kali pembahasan akhirnya diperoleh dan disepakati Tenaga Ahli Lokal
yaitu : Prof. Dr. Ir. Hary Christady Hardiyatmo, M. Eng, DEA sebagai Ahli Tanah, Dr.-Ing. Ir.
Andreas Triwiyono sebagai ahli struktur, dikarenakan beliau dari Universitas Gajah Mada
maka wilayah daerah yang akan ditangani beliau nanti direncanakan untuk provinsi Jawa
Tengah dan DIY. Selain dari pada itu juga diperoleh Ir. Nurly Gofar, MSCE., PhD sebagai ahli
tanah dan DR. Ir. Hanafiah, MT sebagai struktur, beliau berdua tinggal di Palembang jadi
rencana wilayah yang akan ditangani oleh beliau adalah Propinsi Sumatera Selatan,
dokumentasi terkait Tenaga Ahli Lokal yang berupa CV, dapat dilihat di lampiran 2 tentang
Seleksi Tenaga Ahli Lokal.
24
demikian tanggal Nota Kesepahaman sepakat ditandatangani bersamaan dengan acara
sosialisasi Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan dan Konsensus yaitu
tertanggal 13 November 2018. (Dokumentasi berupa foto-foto dan Nota Kesepahaman dapat
dilihat di lampiran no. 3 tentang MoU Tenaga Ahli Lokal.
Kegiatan penandatangan MoU dengan Tenaga Ahli Lokal (propinsi Sumatera Selatan)
yang ada di Kota Palembang dilaksanakan setelah selesai acara sosialisasi yang dilakukan
dengan bertatap muka langsung dengan Tenaga Ahli Lokal yaitu : Dr. Ir. Hanafiah, MT sebagai
struktur dan Ir. Nurly Gofar, MSCE., PhD sebagai ahli tanah), penandatanganan MoU ini
dilakukan oleh Rektor Universitas Sriwijaya Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff M.Sc, yang juga
merupakan ahli struktur. Dokumentasi berupa foto-foto, Nota Kesepahaman yang sudah
ditandatangani dapat dilihat pada lampiran 3 tentang MoU Tenaga Ahli Lokal.
25
4.1.5 Membuat Database untuk Filing
Rencana kegiatan ini memanfaatkan konsultan dengan rencana kerjanya adalah
membuat sistem monitoring pelaksanaan kerja yang ada di Balai Jembatan Khusus dan
Terowongan, sekaligus diminta untuk membuat sistem penyimpanan dalam rangka
penyelenggaraan keamanan jembatan khusus dan terowongan. Dalam membuat database
untuk filing ini dilibatkan Tenaga Ahli Teknologi Informasi, dan sudah dibahas beberapa kali
dengan bukti dokumentasi sebagaimana di lampiran 5 tentang Database untuk Filing dan
program database ini sudah jadi yang saat ini dalam proses memasukkan data terkait data-data
jembatan khusus dan terowongan yang dibahas dengan anggota KKJTJ.
26
BAB V
CAPAIAN PELAKSANAAN JANGKA PENDEK
Salah satu penilaian kunci keberhasilan proyek perubahan adalah capaian dalam
mempengaruhi pemangku kepentingan (stakeholders) untuk mendukung proyek perubahan ini.
Sesuai dasar tersebut dalam proyek perubahan ini, upaya-upaya untuk mendapatkan
dukungan stakeholders telah dilakukan melalui seri diskusi, rapat, dan sosialisasi khususnya
kepada stakeholders kunci yang memiliki pengaruh dan dipengaruhi cukup besar diantaranya
adalah Dirjen Bina Marga, Sesdirjen Bina Marga, Kepala Balai Jalan Nasional, Kepala Dinas
PUPR atau Kepala Daerah karena mereka punya pengaruh yang kuat untuk mendukung proyek
perubahan dan dalam implementasi pelaksanaan penyelenggaraan keamanan jembatan dan
terowongan jalan.
Dalam tabel berikut ini dapat dilihat perubahan posisi stakeholders kunci setelah
dilakukan komunikasi, diskusi, rapat dan sosialisasi :
27
Secara keseluruhan perubahan kondisi stakeholders baik internal maupun eksternal
setelah dilaksanakan pelaksanaan kegiatan jangka pendek sebagai berikut :
a. Posisi pengaruh stakeholders Internal
Ka. Subdit. Analisa Data & Pengembangan Sistem dan Ka. Bagian Hukum dan Komuniksi
Publik tidak berpengaruh atau berkepentingan langsung terkait penyelenggaraan keamanan
jembatan khusus dan terowongan.
b. Posisi pengaruh stakeholders Eksternal
Rencana permintaan dukungan dilaksanakan pada saat sosialisasi, berhubung pada saat
sosialisasi banyak stakeholders yang tidak datang maka permintaan dukungan dilakukan
melalui surat, dengan dokumen yang dapat dilihat pada lampiran 7 tentang Dukungan.
28
Secara keseluruhan hasil perubahan kondisi pemangku kepentingan (stakeholders)
yang digambarkan dalam kuadran stakeholder sebelum dan sesudah dilakukan implementasi
proyek perubahan jangka pendek adalah sebagai berikut :
Gambar 5. Perubahan Stakeholders sebelum dan sesudah Proyek Perubahan Jangka Pendek
29
Secara keseluruhan milestone dapat dirangkum dalam tabel kegiatan output yang
didapat dalam jangka pendek termasuk penjelasan rencana dan realisasi pelaksanaanya sebagai
Tabel 8 berikut :
Tabel 8. Kegiatan Jangka Pendek
1. Membentuk Tim 8 Oktober 2018 s/d 1 Oktober 2018 s/d SK Setdirjen Bina Marga No.
Pelaksana 51/KPTS/BS/2018
19 Oktober 2018 29 Oktober 2018
2. Seleksi Tenaga Ahli Lokal 15 Oktober 2017 s/d 18 Oktober 2018 s/d CV. Tenaga Ahli Lokal
3. Membuat MoU Tenaga 22 Oktober 2018 s/d 25 November 2018 s/d MoU dengan Tenaga Ahli
Ahli Lokal Lokal
22 November 2018 26 November 2018
4. Melegalkan Konsensus 22 Oktober 2018 s/d 17 Oktober 2018 s/d Draft Final Surat Edaran Dirjen
Bina Marga
8 November 2018 27 November 2018
5. Membuat Database untuk 10 Oktober 2018 s/d 22 Oktober 2018 s/d Program Database
Filling
16 November 2018 22 November 2018
6. Melakukan Sosialisasi 30 Oktober 2018 s/d 6 November 2018 s/d Dokumentasi Pelaksaan
Sosialisasi
23 November 2018 26 November 2018
30
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan maka semua tim pelaksana dapat bergerak aktif
menjalankan tugas sesuai arahan dari project leader. Output tim pelaksana berupa Surat
Keputusan dapat dilihat dalam lampiran 1 tentang Tim Pelaksana.
Capaian dalam pelaksanaan sosialisasi Permen PUPR no. 41 tahun 2015 dan konsensus
Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) dapat diperoleh sesuai target,
namun maksusd sasaran dari sosialisasi ini kurang mengena dikarenakan pelaksanaan
sosialisasi ini bersama dengan kegiatan-kegiatan akhir tahun yang banyak dilakukan, walaupun
sebelum pelaksanaan sudah berkoordinasi dengan pihak yang akan diundang, tetapi pada saat
waktunya yang diharapkan untuk hadir tidak bisa, akhirnya yang hadir adalah wakilnya yang
tidak mengerti permasalahannya. Capaian sosialisasi ini dapat tercapai dengan bukti
dokumentasi berupa : undangan, foto, video dapat dilihat pada lampiran 6 tentang Sosialisasi
Permen dan Konsensus.
Sosialisasi kedua dilakukan di kota Palembang (propinsi Sumatera Selatan) pada
tanggal 26 November 2018 di lokasi hotel Santika Bandara, dokumentasi dapat dilihat pada
lampiran 6 tentang Sosialisasi Permen dan Konsensus, yang terdiri dari : undangan, foto-foto,
video.
32
5.3 Capaian Jangka Pendek yang Diluar Rencana
Dalam pelaksanaan kegiatan jangka pendek ini memperoleh hasil yang dapat
dilaporakan sebagai berkut :
5.3.1.1Capaian Baru
Capaian kegiatan baru ini merupakan kegiatan sosialisasi, yang dilakukan sehubungan
dengan permintaan dari Direktorat Jenderal Kereta Api Kementerian Perhubungan yang
meminta Balai Jembatan Khusus dan Terowongan sebagai narasumber untuk mengisi salah
satu acara bimbingan teknis kelaikan prasarana perkeretaapian yang diadakan di hotel Novotel
di kota Yogyakarta pada tanggal 24 - 26 Oktober 2018.
Berhubung permintaan sebagai narasumber terkait dengan penyelenggaraan keamanan
jembatan khusus dan Terowongan, maka permintaan dapat kami terima dan dimasukkan dalam
kegiatan sosialisasi sama dengan kegiatan sosialisasi yang lain yaitu penyelenggaraan
keamanan jembatan dan terowongan jalan. Semua dokumentasi terkait kegiatan ini ada pada
lampiran 6 tentang Sosialisasi Permen dan Konsensus.
33
terowongan, walau tinggal pembahasan final dimana dari hasil rapat terakhir pada tanggal 27
November 2018 (lihat lampiran 4 tentang Legalisasi Konsensus) disepakati rapat harus dihadiri
oleh bapak Dirjen Bina Marga dan anggota KKJTJ. Pada waktu rapat tanggal tersebut dihadiri
oleh semua pihak yang berkepentingan untuk melegalkan Surat Edaran tetapi tidak dihadiri
oleh bapak Dirjen Bina Marga karena kesibukan beliau yang akhir-akhir ini mengontrol target
operasional jalan tol tembus dari Jakarta sampai Surabaya pada akhir tahun 2018.
34
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1 Kesimpulan
35
6.2 Rekomendasi
1. Pelaksanaan kegiatan sosislisasi sebaiknya jangan dilakukan di akhir tahun
anggaran
2. Bila pelaksanaan kegiatan berbarangan dengan acara mendadak yang lebih penting
harus dikoordinasikan agar yang hadir adalah pihak yang kompeten dengan agenda
acara yang akan dilaksanakan agar tujuan proyek perubahan dapat tercapai sesuai
harapan.
3. Dalam menyelesaikan Sistem Informasi nanti agar melibatkan Komisi Keamanan
Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) dan Tenaga Ahli Lokal dan stakeholders
terkait lainnya bila perlu dengan komunitas yang mewakili masyarakat.
36