Anda di halaman 1dari 61

PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II ANGKATAN XX

BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PUPR WILAYAH IV BANDUNG


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

LAPORAN PROYEK PERUBAHAN

STRATEGI PENGADAAN TANAH GUNA MENUNJANG


PERCEPATAN PEMBANGUNAN JALAN TOL

DISUSUN OLEH :

NAMA : IR. SRI SADONO, MT


NO. PESERTA : 19

BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PUPR WILAYAH IV BANDUNG


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
TAHUN 2019

i
PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TINGKAT II ANGKATAN XX
BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PUPR WILAYAH IV BANDUNG
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

LEMBAR PENGESAHAN

PROYEK PERUBAHAN

STRATEGI PENGADAAN TANAH GUNA MENUNJANG


PERCEPATAN PEMBANGUNAN JALAN TOL

Disusun Oleh :
NAMA : Ir. Sri Sadono, MT
NO. PESERTA : 19

Diseminarkan Pada :
HARI : Kamis
TANGGAL : 7 November 2019

MENTOR COACH KEPALA BALAI


DIKLAT PUPR WILAYAH IV
BANDUNG

Dr. Ir. Hedy Rahadian, M.Sc Ir. Muhammad Maliki Moersid, MCP Hasto Agoeng S, S.ST, MT
NIP. 196403141990031002 NIP 196012251990031004 NIP. 196307211992031003

KEPALA PUSDIKLAT MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Ir. Moeh. Adam, MM


NIP. 196503031992031002

ii
ABSTRAK

STRATEGI PERENCANAAN PENGADAAN TANAH GUNA


MENUNJANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN JALAN TOL

Dalam pelaksanaan pengadaan tanah terdapat beberapa hambatan yang dapat


berujung pada kebuntuan, sehingga pelaksanaan pengadaan tanah berjalan dengan
lambat. Berdasarkan hambatan-hambatan yang terjadi di lapangan keterlambatan
pelaksanaan pengadaan tanah terjadi karena adanya kelemahan dalam hal
perencanaan. Apabila perencanaan pelaksanaan pengadaan tanah dilaksanakan dengan baik,
maka hambatan dalam pelaksanaan pengadaan tanah dapat diminimalkan. Perencanaan yang
kurang baik, tidak hanya akan menjadi boomerang dalam pelaksanaan pengadaan tanah
namun dapat menghambat pelaksanaan pembangunan infrastruktur.
Proyek Perubahan dengan judul Strategi Perencanaan Pengadaan Tanah Guna
Menunjang Percepatan Pembangunan Jalan Tol berusaha mencari solusi agar pelaksanaan
pengadaan tanah dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah dijadwalkan. Hasil dari
Proyek Perubahan ini adalah tersusunnya Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah (DPPT) Jalan Bebas Hambatan yang akan menjadi panduan dalam
penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) Jalan Bebas Hambatan
sehingga Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) nantinya dapat memberikan
informasi yang akurat, terkini dan sesuai dengan kondisi riil di lapangan serta dapat menjadi
salah satu cara untuk memitigasi permasalahan yang berpotensi menghambat pelaksanaan
pengadaan tanah.
Kata Kunci : perencanaan, pengadaan tanah, DPPT

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim. Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua sehingga penyusun dapat
penyelesaikan tahapan jangka pendek dan sebagian tahapan jangka menengah Proyek
Perubahan yang berjudul “Strategi Perencanaan Pengadaan Tanah Guna Menunjang
Percepatan Pembangunan Jalan Tol” sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Proyek Perubahan ini disisin dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk kelulusan
dalam mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat II (DIKLATPIM II) Angkatan
XX Tahun 2019. Pendidikan dan Pelatihan dilakukan oleh Lembaga Administrasi Negara dan
laksanakan oleh Balai Pendidikan dan Pelatihan PUPR IV Bandung bertempat di Balai
Pendidikan dan Pelatihan PUPR IV Jalan Jawa No. 8-10 Bandung.

Dalam penyusunan Proyek Perubahan ini, penyusun banyak mendapatkan bantuan,


bimbingan, arahana dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Sugiyartanto, MT sebagai Direktur Jenderal Bina Marga yang telah memberikan
masukan, bimbingan dan arahan dalam penyusunan proyek perubahan ini.
2. Ir, Soebagiono, M.Sc sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Marga yang telah
memberikan masukan, bimbingan dan arahan dalam penyusunan proyek perubahan ini.
3. Dr. Ir. Hedy Rahadian, M.Sc sebagai Direktur Jalan Bebas Hambatan dan Perkotaan
sebagai mentor yang telah menyetujui, mengarahkan dan mendukung proyek perubahan
ini.
4. Ir. Muhammad Maliki Moersid, MCP sebagai coach yang telah memberikan bimbingan
dan arahan dalam menyusun dan melaksanakan proyek perubahan ini.
5. Ir. Moeh. Adam, MM sebagai penguji yang memberikan masukan kepada penyusun
dalam pelaksanaan proyek perubahan ini.
6. Seluruh Panitia DIKLATPIM II Angkatan XX yang telah memfasilitasi dan membantu
penyusun menyelesaikan diklat dan proyek ini.
7. Seluruh Tim Efektif Proyek Perubahan dan staf Subdit Pengadaan Tanah yang telah
memberikan bantuan kepada penyusun untuk menyelesaikan proyek ini.
8. Seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung penyusun dalam menyelesaikan
proyek perubahan ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu per satu .

Semoga Proyek Perubahan ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak. Penyusun
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan.

Bandung, November 2019


Penyusun

Ir. Sri Sadono, MT


NIP. 19660705 199312 1 001

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1. 1. LATAR BELAKANG .................................................................................................. 1
1. 2. TUJUAN PROYEK PERUBAHAN .............................................................................. 4
1.2.1. CAPAIAN JANGKA PENDEK .............................................................................. 4
1.2.2. CAPAIAN JANGKA MENENGAH ........................................................................ 5
1.2.3. CAPAIAN JANGKA PANJANG............................................................................ 5
1. 3. MANFAAT PROYEK PERUBAHAN........................................................................... 6
1. 4. RUANG LINGKUP PROYEK PERUBAHAN .............................................................. 6
BAB II DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN .............................................................. 7
2. 1. GAMBARAN UMUM PROYEK PERUBAHAN ........................................................... 7
2. 2. FRAMEWORK PROYEK PERUBAHAN .................................................................... 8
2. 2. 1. KONDISI SAAT INI.............................................................................................. 8
2. 2. 2. KONDISI YANG DIHARAPKAN .......................................................................... 8
2. 2. 3. KESENJANGAN/ GAP YANG TERJADI ............................................................. 9
2. 3. ROADMAP/ MILESTONES PROYEK PERUBAHAN ............................................... 10
2. 4. PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKEHOLDER) PROYEK PERUBAHAN ............. 12
2. 4. 1. IDENTIFIKASI PERAN DAN PENGARUH STAKEHOLDER ............................. 13
2. 4. 2. PEMETAAN STAKEHOLDER ........................................................................... 14
2. 4. 3. STRATEGI STAKEHOLDER ............................................................................. 19
BAB III PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN ................................................... 20
3. 1. CAPAIAN PROYEK PERUBAHAN .......................................................................... 20
3. 1. 1. TAHAP PERSIAPAN ......................................................................................... 21
3.1.1.1. KONSULTASI DAN PERSETUJUAN MENTOR ............................................ 22
3.1.1.2. DISKUSI DENGAN STAKEHOLDER ............................................................ 23
3. 1. 2. PEMBENTUKAN TIM KERJA EFEKTIF ............................................................ 27
3. 1. 3. PENYUSUNAN DRAFT PEDOMAN .................................................................. 28
3. 1. 4. PEMBAHASAN INTERNAL DRAFT PEDOMAN ............................................... 29
3. 1. 5. FINALISASI DRAFT PEDOMAN ....................................................................... 31
3. 1. 6. PEMBAHASAN DRAFT PEDOMAN FINAL ....................................................... 32
3. 1. 7. FORUM GROUP DISCUSSION (FGD) ............................................................. 34
3. 1. 8. PENYAMPAIAN PEDOMAN ............................................................................. 35
3. 2. IMPLEMENTASI / UJI COBA PERENCANAAN PENGADAAN TANAH.................. 35
3. 2. 1. JALAN TOL GEDEBAGE-TASIKMALAYA-CILACAP ........................................ 36
3. 2. 2. JALAN TOL SOLO-YOGYAKARTA ................................................................... 44
3. 3. PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PENGADAAN TANAH
(DPPT) ................................................................................................................................. 52
3. 4. KENDALA INTERNAL DAN EKSTERNAL .............................................................. 54
3.3.1. KENDALA INTERNAL ....................................................................................... 54
3.3.2. KENDALA EKSTERNAL ................................................................................... 54
3. 5. STRATEGI MENGATASI KENDALA ....................................................................... 55
BAB IV PENUTUP .................................................................................................... 56
4. 1. KESIMPULAN .......................................................................................................... 56

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. LATAR BELAKANG

Pemerintah perlu menyelenggarakan pembangunan demi terwujudnya masyarakat


yang adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Salah satu upaya pembangunan dalam kerangka
pembangunan nasional yang diselenggarakan Pemerintah adalah pembangunan
infrastruktur untuk kepentingan umum. Pembangunan infrastruktur memerlukan ketersediaan
tanah yang pengadaannya dilaksanakan dengan mengedepankan prinsip yang terkandung
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Berdasarkan tujuan pembangunan tahun 2014-2019 bahwa pembangunan jalan


bebas hambatan yang menghubungkan antar kota di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera
ditargetkan dapat terbangun sepanjang 1.000 Km dan untuk pembangunan 2020-2024 target
tersebut meningkat menjadi sepanjang 2.500 Km. Untuk mencapai target tersebut, perlu
diupayakan usaha percepatan pembangunan yang didukung dengan perencanaan teknis
maupun perencanaan pengadaan tanah yang baik.

Dalam menjamin terselenggaranya pengadaan tanah bagi pembangunan untuk


kepentingan umum diperlukan prinsip-prinsip kemanusiaan, demokratis dan keadilan.
Sebagai wujud komitmen Pemerintah dalam menjunjung tinggi hak-hak atas tanah yang
dimiliki oleh masyarakat, maka disusunlah peraturan tentang pengadaan tanah untuk
kepentingan umum yang dalam perkembangannya telah mengalami berbagai perubahan
agar menunjang percepatan pelaksaan pembangunan infrastruktur, yakni Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan
Umum dan Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan
Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang telah mengalami beberapa kali
perubahan, terakhir diubah dalam Peraturan Presiden 148 Tahun 2015 tentang Perubahan
Keempat Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan
Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

Sebagaimana diatur di dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012


tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum bahwa
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan melalui 4 (empat) tahapan,
yakni :

1
1) Perencanaan,
2) Persiapan,
3) Pelaksanaan, dan
4) Penyerahan hasil.

PERENCANAAN PELAKSANAAN
• Instansi yang • Instansi yang • Instansi yang
• Instansi yang memerlukan
memerlukan tanah memerlukan tanah
memerlukan tanah tanah • BPN
• Pemerintah Daerah • BPN
PENYERAHAN
PERSIAPAN
HASIL

Gambar 1. Tahapan Pengadaan Tanah

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, untuk mencapai


pengadaan tanah yang sukses demi keberhasilan pembangunan infrastruktur diperlukan
perencanaan yang tersusun secara baik dan rinci sehingga dapat menjadi pedoman yang
baik bagi panitia pengadaan tanah pada tahap pelaksanaan. Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah (DPPT) merupakan ouput dalam kegiatan perencanaan pengadaan tanah
yang menjadi tanggung jawab setiap instansi yang memerlukan tanah dimana
penyusunannya didasarkan atas rencana tata ruang wilayah dan prioritas pembangunan.
Berdasarkan Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan
Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum bahwa dokumen perencanaan
Pengadaan Tanah, paling sedikit memuat :

(a) maksud dan tujuan rencana pembangunan;


(b) kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana
Pembangunan Nasional dan Daerah;
(c) letak tanah;
(d) luas tanah yang dibutuhkan;
(e) gambaran umum status tanah;
(f) perkiraan waktu pelaksanaan Pengadaan Tanah;
(g) perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan;
(h) perkiraan nilai tanah; dan
(i) rencana penganggaran.

2
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) yang paling sedikit mengadung 9
(sembilan) unsur di atas kemudian ditetapkan oleh Instansi yang memerlukan tanah dan
diserahkan kepada Pemerintah Provinsi untuk diterbitkan Penetapan Lokasi sebagai dasar
pelaksanaan pengadaan tanah oleh pelaksana pengadaan tanah dalam hal ini adalah
instansi pertanahan.

Gambar 2. Tahapan Perencanaan Pengadaan Tanah

Dalam implementasinya, pelaksanaan pengadaan tanah sering sekali tidak berjalan


sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Hal ini terjadi karena dalam pelaksanaan
pengadaan tanah terdapat beberapa hambatan yang berujung pada kebuntuan pengadaan
tanah sehingga pelaksanaan pengadaan tanah berjalan lambat. Beberapa hambatan yang
memperlambat pelaksanaan pengadaan tanah adalah :
1. Perencanaan trase jalan bebas hambatan yang belum akurat mengakibatkan
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) berubah-ubah
menyesuaikan dengan rencana trase.
2. Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) yang belum disusun secara
detail sehingga tidak dapat menggambarkan kondisi riil di lapangan.
3. Trase pembangunan jalan bebas hambatan melintasi tanah milik instansi, TNI,
wakaf, Tanah Kas Desa (TKD) dan makam.
4. Perubahan desain di tengah pelaksanaan pengadaan tanah mengakibatkan
menambahan dan pengurangan kebutuhan tanah.
5. Penolakan pemilik tanah terhadap nilai ganti kerugian.
6. Administrasi pelaksanaan pengadaan tanah yang kurang tertib.

3
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, keterlambatan pelaksanaan pengadaan tanah
terjadi karena adanya kelemahan dalam hal perencanaan. Apabila perencanaan
pelaksanaan pengadaan tanah dilaksanakan dengan baik, maka hambatan dalam
pelaksanaan pengadaan tanah dapat diminimalkan. Perencanaan yang kurang baik, tidak
hanya akan menjadi boomerang dalam pelaksanaan pengadaan tanah namun dapat
menghambat pelaksanaan pembangunan infrastruktur.
Berdasarkan pada Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum bahwa Instansi yang
memerlukan tanah memiliki tugas membuat perencanaan pengadaan tanah untuk
kepentingan umum menurut ketentuan perundang-undangan. Perencanaan pengadaan
tanah untuk kepentingan umum tersebut disusun dalam bentuk Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah (DPPT) berdasarkan studi kelayakan. Dalam pelaksanaan penyusunan
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) belum terdapat suatu acuan baku,
sehingga diperlukan suatu pedoman dalam penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan
Tanah (DPPT) dimana di dalamnya terdapat pedoman dalam pengambilan data, pedoman
penyusunan dokumen dan panduan verifikasi dokumen sehingga dapat menghasilkan suatu
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) yang memuat informasi yang akurat,
terkini, sekaligus dapat memitigasi potensi permasalahan dalam pengadaan tanah sehingga
menunjang percepatan pengadaan tanah untuk pembangunan infrastruktur jalan bebas
hambatan.

1. 2. TUJUAN PROYEK PERUBAHAN

Tujuan yang akan dicapai dalam proyek perubahan ini adalah :

1) Mendapatkan data perencanaan awal yang akurat;


2) Memitigasi potensi permasalahan dalam pengadaan tanah;

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka proyek perubahan ini terbagi menjadi 3 (tiga)
tahap capaian, yaitu :

1) Capaian jangka pendek


2) Capaian jangka menengah
3) Capaian jangka panjang

1.2.1. CAPAIAN JANGKA PENDEK

Kegiatan jangka pendek dilaksanakan sampai dengan akhir bulan September 2019
memiliki fokus kegiatan persiapan penyusunan pedoman, yaitu:

4
1) Terbentuknya Tim Kerja Efektif yang melakukan penyusunan Pedoman
Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) Jalan Bebas
Hambatan.
2) Tersedianya draft Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan
Tanah (DPPT) Jalan Bebas Hambatan yang akan didiskusikan dengan para
pemangku kepentingan terkait kegiatan pengadaan tanah.

1.2.2. CAPAIAN JANGKA MENENGAH

Kegiatan jangka menengah dilaksanakan bulan Oktober 2019 sampai dengan


Januari 2020 memiliki fokus kegiatan pendukung untuk memperoleh pengesahan Pedoman
Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) Jalan Bebas Hambatan
yang meliputi:

1) Melakukan pembahasan Draft Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan


Pengadaan Tanah (DPPT) Jalan Bebas Hambatan baik dengan pihak internal
maupun para pemangku kepentingan terkait kegiatan pengadaan tanah untuk
mendapatkan masukan maupun informasi tambahan yang dibutuhkan dalam
penyusunan perencanaan pengadaan tanah.
2) Legalisasi Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah
(DPPT) Jalan Bebas Hambatan dengan terbitnya Surat Edaran Dirjen Bina
Marga.
3) Melaksanakan implementasi pelaksanaan penyusunan Penyusunan Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) dengan menggunakan Pedoman
Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) Jalan Bebas
Hambatan.

1.2.3. CAPAIAN JANGKA PANJANG

Kegiatan jangka panjang dilaksanakan sampai dengan Desembe 2021 memiliki


fokus pada monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan penyusunan Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) yang berpedoman pada Pedoman Penyusunan
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) Jalan Bebas Hambatan, yaitu:

1) Monitoring terhadap penerapan Pedoman Penyusunan Dokumen


Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) Jalan Bebas Hambatan.
2) Evaluasi terhadap pelaksanaan perencanaan pengadaan tanah yang
berpedoman pada Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan
Tanah (DPPT) Jalan Bebas Hambatan.

5
1. 3. MANFAAT PROYEK PERUBAHAN

Manfaat yang akan diperoleh dalam pelaksanaan proyek perubahan adalah


tersedianya Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) yang detail dan akurat yang
dapat memperlancar proses pengadaan tanah serta memitigasi permasalahan yang terjadi
sehingga dapat mendukung kesuksesan program pembangunan infrastruktur jalan bebas
hambatan.

1. 4. RUANG LINGKUP PROYEK PERUBAHAN

Sehubungan dengan waktu yang terbatas selama 2 (dua) bulan dan lingkup
wewenang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagai instansi yang
membutuhkan tanah, maka ruang lingkup rancangan proyek perubahan ini dibatasi hanya
pada pelaksanaan perencanaan khususnya yang berhubungan langsung dengan output
kunci proyek perubahan, yaitu Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah. Adapun langkah-
langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan proyek perubahan adalah sebagai berikut:
1) Membentuk Tim Kerja Efektif.
2) Menyiapkan Draft Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan
Tanah (DPPT) Jalan Bebas Hambatan.
3) Melaksanakan Forum Group Discussion (FGD) terkait penerapan Pedoman
Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) Jalan Bebas
Hambatan.
4) Menyiapkan konsep surat permohonan legalisasi Pedoman Penyusunan
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) Jalan Bebas Hambatan.

6
BAB II
DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN

2. 1. GAMBARAN UMUM PROYEK PERUBAHAN


Pengadaan Tanah adalah salah satu kunci sukses dari pembangunan infrastruktur.
Jika pengadaan tanah terhambat dan mengalami kendala maka pembangunan infrastruktur
khususnya jalan bebas hambatan akan mengalami keterlambatan sehingga tidak berjalan
dengan baik sesuai jadwal yang direncanakan. Tahapan pengadaan tanah sebagaimana
yang dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah
bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum adalah tahapan perencanaan, dimana
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) disusun oleh instansi yang
membutuhkan tanah untuk disampaikan kepada Gubernur dalam rangka permohonan
penetapan lokasi.

Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) merupakan dokumen yang


menggambarkan kondisi dan situasi daerah yang menjadi lokasi dan obyek pengadaan
tanah. Bagian terpenting di dalam dokumen tersebut antara lain memuat maksud dan tujuan
pembangunan, luas tanah yang dibutuhkan beserta estimasi nilai ganti rugi, gambaran
umum status tanah serta perkiraan jangka waktu pelaksanaan pengadaan tanah dan
pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang baik dalam menyusun Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) agar benar-benar dapat menggambarkan kondisi di
lapangan dan pengadaan tanah untuk pembangunan dapat berjalan dengan baik.

Namun pada kenyataannya sebagian besar Dokumen Perencanaan Pengadaan


Tanah (DPPT) tidak dapat memberikan gambaran kondisi di lapangan secara riil. Hal ini
disebabkan karena Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) sering kali disusun
tergesa-gesa dan kegiatan survey lapangan tidak dilaksanakan dengan serius, yang
menyebabkan pendataan luas kebutuhan tanah yang tidak sesuai, estimasi nilai ganti rugi
yang jauh dari nilai sebenarnya dan pendataan status tanah yang tidak lengkap.

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 3 Tahun
2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat pasal 409, terdapat tugas dan fungsi Direktorat Jalan Bebas Hambatan dan
Perkotaan dimana di dalamnya memiliki tugas untuk melaksanakan penyusunan, pembinaan
pelaksanaan standar dan pelaksanaan evaluasi kinerja jalan perkotaan, pembinaan
pelaksanaan jalan perkotaan, pembinaan pelaksanaan jalan bebas hambatan, serta

7
melaksanakan pengadaan tanah. Sedangkan dalam pasal 410, fungsi yang harus dijalankan
oleh Direktorat Jalan Bebas Hambatan dan Perkotaan adalah:

1) pembinaan teknik pengembangan dan pemrograman jalan bebas hambatan;


2) pembinaan teknik perencanaan dan pelaksanaan jalan bebas hambatan;
3) pembinaan teknik pelaksanaan, perencanaan dan pemrograman jalan
metropolitan dan kota besar;
4) pengadaan tanah;
5) pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja jalan bebas hambatan dan
jalan perkotaan; dan
6) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.

2. 2. FRAMEWORK PROYEK PERUBAHAN

2. 2. 1. KONDISI SAAT INI


1. Perencanaan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) masih
belum mempertimbangkan kondisi eksisting secara detail seperti kondisi
social, kondisi ekonomi masyarakat yang terkena pembangunan infrastruktur
jalan bebas hambatan dan tanah yang memiliki karakteristik khusus.
2. Pada tahapan pendataan awal penyusunan Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah (DPPT) masih belum terdapat kelengkapan dokumen
kepemilikan/status tanah.
3. Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) masih belum
menggambarkan kondisi riil status guna lahan di lapangan. Pada umumnya
penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) masih
menggunakan peta yang diambil jauh sebelum tahun perencanaan sehingga
pada daerah tertentu terdapat perbedaan yang sangat besar pada
penggunaan lahannya.
4. Perhitungan estimasi biaya ganti kerugian dalam Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah (DPPT) pada umumnya masih menggunakan Nilai Jual
Obyek Pajak (NJOP) dan belum mempertimbangkan pendekatan harga pasar.

2. 2. 2. KONDISI YANG DIHARAPKAN


1. Perencanaan yang memperhitungkan dan mempertimbangkan kondisi
eksisting seperti aspek sosial dan ekonomi serta memperhatikan tanah
karakteristik khusus sehingga dapat memitigasi potensi permasalahan yang
akan dihadapi serta dapat membantu dalam mengestimasi nilai ganti

8
kerugian. Selain melalui pengumpulan data sekunder dan wawancara dengan
masyarakat di lapangan, diperlukan koordinasi dengan pemerintah daerah
setempat.
2. Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) yang telah dilengkapi data
kepemilikan/status tanah agar pelaksanaan pengadaan tanah dapat dipetakan
berdasar kepemilikannya. Hal ini memerlukan koordinasi dengan Badan
Pertanahan Nasional (BPN) setempat serta stakeholder terkait lain seperti
Pemerintah Daerah.
3. Perencanaan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) yang
menggunakan data terkini dengan memanfaatkan hasil foto udara (drone)
dengan ketinggian yang terstandar sehingga mendapatkan hasil yang detail
dan aktual sehingga dapat terpetakan obyek apa saja yang akan terkena
pelaksanaan pengadaan tanah.
4. Perhitungan estimasi biaya ganti rugi dengan menggunakan harga pasar
sehingga diperoleh estimasi biaya ganti kerugian yang aktual.

2. 2. 3. KESENJANGAN/ GAP YANG TERJADI


1. Kurangnya informasi kondisi eksisting yang bisa diperoleh dengan melakukan
koordinasi dengan pemerintah daerah.
2. Minimnya data kepemilikan/status tanah sehingga memerlukan koordinasi
dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) setempat.
3. Tidak ada standar penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah
(DPPT) sehingga terdapat Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT)
yang beragam.
4. Perhitungan estimasi ganti rugi belum didukung data kepemilikan/status tanah
dan data harga pasar mengakibatkan nilai ganti kerugian jauh di bawah harga
ganti kerugian yang harus dibayarkan pada pihak yang berhak sehingga
berpengaruh pada pembengkakan nilai ganti kerugian saat pelaksanaan
pengadaan tanah.

Untuk memperbaiki kondisi saat ini sehingga dapat terwujud kondisi yang
diharapkan maka diperlukan suatu strategi yang dapat menunjang percepatan
pembangunan jalan bebas hambatan dengan disusunnya Pedoman Penyusunan
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) Jalan Bebas Hambatan.

9
2. 3. ROADMAP/ MILESTONES PROYEK PERUBAHAN
Untuk mencapai tujuan proyek perubahan maka pelaksanaan proyek perubahan ini
dibagi dalam 3 (tiga) tahap Milestone. Jadwal kegiatan yang meliputi milestone, tahapan dan
output sebagaimana dapat dilihat pada table berikut :

Tabel. 1 . Milestone Rencana Proyek Perubahan

No. Milestone Kegiatan Output Waktu

I JANGKA PENDEK

1 Pembentukan Tim Pembentukan tim efektif untuk Terbentuknya tim Minggu II


Kerja Efektif penyusunan Pedoman efektif Agustus
Penyusunan Dokumen 2019
Perencanaan Pengadaan Tanah
(DPPT) Jalan Bebas Hambatan

2 Penyusunan Draft Penyusunan draft Pedoman Draft Pedoman Minggu I s/d


Pedoman Penyusunan Penyusunan Dokumen Penyusunan Minggu IV
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah Dokumen September
Perencanaan (DPPT) Jalan Bebas Hambatan Perencanaan 2019
Pengadaan Tanah yang disusun oleh tim kerja efektif Pengadaan Tanah
(DPPT) (DPPT) Jalan Bebas
Hambatan

3 Pembahasan Draft Pembahasan Draft Pedoman Draft Pedoman Minggu III


Pedoman Penyusunan Penyusunan Dokumen Penyusunan dan IV
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah Dokumen September
Perencanaan (DPPT) dalam lingkup internal Perencanaan serta Minggu
Pengadaan Tanah stakeholder Pengadaan Tanah I dan II
(DPPT) (DPPT) Jalan Bebas Oktober
Hambatan 2019

4 Finalisasi Draft Finalisasi Draft Pedoman Draft Pedoman Minggu III


Pedoman Penyusunan Penyusunan Dokumen Penyusunan dan IV
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah Dokumen Oktober
Perencanaan (DPPT) berdasarkan Perencanaan 2019 serta
Pengadaan Tanah pembahasan internal yang telah Pengadaan Tanah Minggu I
(DPPT) dilakukan (DPPT) Jalan Bebas November
Hambatan 2019

II JANGKA MENENGAH

1 Pembahasan Draft Pembahasan draft final yang - Dokumen Surat Nopember


Final Pedoman dilakukan di lingkup Dirjen Bina Undangan 2019 s/d
Penyusunan Dokumen Marga dan dilanjutkan dengan - Dokumentasi Minggu II
Perencanaan pelaksanaan FGD dengan - Draft Pedoman Desember
Pengadaan Tanah seluruh pemangku kepentingan Penyusunan 2019
(DPPT) terkait Dokumen
Perencanaan
Pengadaan
Tanah (DPPT)
Jalan Bebas
Hambatan
- Notulen Rapat

10
No. Milestone Kegiatan Output Waktu

2 Legalisasi Pedoman Legalisasi Pedoman Penyusunan - Nota Dinas Minggu III


Penyusunan Dokumen Dokumen Perencanaan - Pedoman Desember
Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) Penyusunan 2019 s/d
Pengadaan Tanah dengan didukung SE Dirjen Bina Dokumen Minggu II
(DPPT) Marga Perencanaan Februari
Pengadaan 2020
Tanah (DPPT)
Jalan Bebas
Hambatan

3 Penyusunan Konsep Penyusunan konsep SE Dirjen Konsep Surat Minggu III


Surat Edaran Dirjen Bina Marga sebagai pendukung Edaran Dirjen Bina Februari
Bina Marga legalitas pelaksanaan Pedoman Marga 2020
Penyusunan Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah
(DPPT)

4 Pengesahan Surat Pengesahan SE Dirjen Bina Surat Edaran Dirjen Minggu IV


Edaran Dirjen Bina Marga agar dapat segera Bina Marga Februari
Marga dilakukan implementasi Pedoman 2020
Penyusunan Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah
(DPPT)

5 Sosialisasi Pedoman Melaksanakan sosialisasi - Dokumen Surat Maret 2020


Penyusunan Dokumen pelaksanaan penyusunan Undangan
Perencanaan Dokumen Perencanaan - Dokumentasi
Pengadaan Tanah Pengadaan Tanah (DPPT) - Notulen Rapat
(DPPT) berdasarkan Pedoman
Penyusunan Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah
(DPPT)

6 Implementasi Pelaksanaan penyusunan Dokumen Dimulai


Pedoman Penyusunan dengan berpedoman pada Perencanaan sejak
Dokumen Pedoman Penyusunan Dokumen Pengadaan Tanah Minggu I
Perencanaan Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) Jalan Bebas April s/d
Pengadaan Tanah (DPPT) untuk pembangunan Hambatan Minggu IV
(DPPT) jalan bebas hambatan Desember
2020

III JANGKA PANJANG

1 Monitoring Monitoring pelaksanaan Laporan dan Tahun 2020-


Pelaksanaan perencanaan menggunakan SOP Dokumentasi 2021
Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan
Dokumen Pengadaan Tanah
Perencanaan
Pengadaan Tanah
(DPPT)

2 Evaluasi Pelaksanaan Evaluasi pelaksanaan Laporan dan Tahun 2020-


Pedoman Penyusunan perencanaan menggunakan SOP Dokumentasi 2021
Dokumen Dokumen Perencanaan
Perencanaan Pengadaan Tanah
Pengadaan Tanah
(DPPT)

11
Gambar 3. Milestone Proyek Perubahan

2. 4. PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKEHOLDER) PROYEK PERUBAHAN

Pemangku kepentingan (stakeholder) merupakan semua pihak yang memiliki


hubungan dan kepentingan terhadap pencapaian pelaksanaan pembangunan infrastruktur
yang diawali dengan pelaksanaan pengadaan tanah. Koalisi yang solid dengan seluruh
pemangku kepentingan dalam perencanaan pengadaan tanah baik dari unsur internal
maupun unsur eksternal dapat mendukung tercapainya target yang akan dicapai. Dalam
membangun suatu tim dan dalam hal ini adalah Tim Perencanaan Pengadaan Tanah untuk
pembangunan jalan bebas hambatan, tidak hanya memerlukan kemampuan teknis namun
juga seni bagaimana memahami kepentingannya, cara berkomunikasi, dan cara
mempengaruhinya. Perpaduan kemampuan teknis dan seni mengelola para pemangku
kepentingan akan sangat menentukan keberhasilan organisasi dalam memberikan manfaat
lebih (added-value) kepada masyarakat melalui berbagai kebijakan, program dan kegiatan
yang dialamatkan kepada masyarakat.
Dalam usaha mewujudkan koalisi yang solid diperlukan suatu analisa terhadap para
pemangku kepentingan yang terlibat dalam suatu kegiatan, oleh karena itu perlu dilakukan
tahap-tahap sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi peran dan pengaruh stakeholder dalam mengelola kegiatan
2) Memetakan nilai dan kepentingan stakeholder berdasarkan identifikasi yang
telah dilaksanakan
3) Menyusun strategi komunikasi dengan stakeholder berdasarkan pemetaan
nilai dan kepentingan stakeholder untuk mendukung tercapainya tujuan.

12
2. 4. 1. IDENTIFIKASI PERAN DAN PENGARUH STAKEHOLDER
Tabel.2 . Daftar Pemangku Kepentingan dalam Perencanaan Pengadaan Tanah Sebelum
Proyek Perubahan
Pemangku Peran/
No. Peran/ Keterlibatan
Kepentingan Keterlibatan
I INTERNAL

Penanggungjawab seluruh proses Pengaruh Besar,


1 Dirjen Bina Marga penyediaan infrastruktur Jalan Bebas Kepentingan
Hambatan Besar

Direktur Jalan Bebas Mengetahui, menyertujui, dan mengesahkan Pengaruh Besar,


2 Hambatan dan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah Kepentingan
Perkotaan (DPPT) Jalan Bebas Hambatan Besar

Mengidentifikasi kegiatan Penyusunan Pengaruh Besar,


Kasubdit Pengadaan
3 Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah Kepentingan
Tanah
(DPPT) Jalan Bebas Hambatan. Besar

Memberikan persetujuan ROW Plan sebagai


Kasubdit Pelaksanaan
bagian dari Dokumen Perencanaan Pengaruh Besar,
4 dan Pengendalian Jalan
Pengadaan Tanah (DPPT) Jalan Bebas Kepentingan Kecil
Bebas Hambatan
Hambatan.

Memberikan persetujuan ROW Plan sebagai


Kasubdit Perencanaan
bagian dari Dokumen Perencanaan Pengaruh Besar,
5 dan Pemrograman Jalan
Pengadaan Tanah (DPPT) Jalan Bebas Kepentingan Kecil
Bebas Hambatan
Hambatan.

Bertanggungjawab terhadap Pengusahaan Pengaruh Kecil,


Kepala Badan Pengatur
6 Jalan Tol oleh Badan Usaha Jalan Tol Kepentingan
Jalan Tol (BPJT)
(BUJT) Besar

Pengaruh Kecil,
7 Tim Efektif Bergerak dalam pelaksanaan proyek Kepentingan
Besar

Penyusun Dokumen Perencanaan Pengaruh Besar,


8 Konsultan
Pengadaan Tanah Kepentingan Kecil
II EKSTERNAL
Direktur Pembangunan Pembinaan pembangunan Jalan dan standar Pengaruh Besar,
1
Jalan pedoman untuk pembangunan jalan Kepentingan Kecil

Kasubdit Standard dan


Pembinaan standar dan pedoman yang Pengaruh Besar,
2 Pedoman Dit.
digunakan dalam pembangunan jalan Kepentingan Kecil
Pembangunan Jalan

Kabag Hukum dan Aspek legal pengadaan tanah Jalan Bebas Pengaruh Besar,
3
Komunikasi Publik Hambatan Kepentingan Kecil

Pengaruh Kecil,
Dirjen Tata Ruang
4 Pelaksana Proses Pengadaan Tanah Kepentingan
Kementerian ATR/BPN
Besar

13
Pemangku Peran/
No. Peran/ Keterlibatan
Kepentingan Keterlibatan
Dirjen Pengadaan Pengaruh Kecil,
5 Tanah Kementerian Pelaksana Proses Pengadaan Tanah Kepentingan
ATR/BPN Besar

Pengembalian Dana Pengadaan Tanah yang


Lembaga Manajemen Pengaruh Kecil,
6 Dibayarkan Terlebih Dahulu Oleh Badan
Aset Negara (LMAN) Kepentingan Kecil
Usaha Jalan Tol (BUJT)

Pengaruh Kecil,
Pelaporan progres dan kendala kepada
7 Setwapres Kepentingan
Wakil Presiden
Besar

Badan Pengawasan
Auditor Dana Pengadaan Tanah Jaln Bebas Pengaruh Kecil,
8 Keuangan dan
Hambatan Kepentingan Kecil
Pembangunan (BPKP)

Pemerintah Daerah Persiapan Pengadaan tanah dan Data Pengaruh Besar,


9
Provinsi Inventarisasi Pengadaan Tanah Kepentingan Kecil

Pemerintah Daerah Persiapan Pengadaan tanah dan Data Pengaruh Besar,


10
Kabupaten/Kota Inventarisasi Pengadaan Tanah Kepentingan Kecil

Pengaruh Kecil,
Pelepasan hak dalam suksesnya Pengadaan
11 Pihak yang berhak Kepentingan
Tanah Jalan Bebas Hambatan
Besar

Badan Usaha Jalan Tol Pelaksana pembangunan jalan bebas Pengaruh Kecil,
12
(BUJT) hambatan Kepentingan Kecil

2. 4. 2. PEMETAAN STAKEHOLDER
Jenis stakeholder adaah sebagai berikut:
1) Stakeholder primer, yaitu mereka yang langsung dipengaruhi oleh kegiatan
yang dijalankan oleh organisasi publik tertentu. Pengaruh disini dapat bersifat
positif maupun negatif;
2) Stakeholder sekunder, yaitu mereka yang tidak langsung dipengaruhi oleh
kegiatan yang dijalankan oleh organisasi publik tertentu. Pengaruh disini
dapat bersifat positif maupun negatif pula;
3) Stakeholder utama, yaitu mereka yang bisa memiliki pengaruh positif / negatif
terhadap kegiatan pemerintah dan keberadaan mereka sangat penting bagi
organisasi yang memiliki program tersebut.

14
Tabel.3 . Jenis Pemangku Kepentingan dalam Perencanaan Pengadaan Tanah Sebelum
Proyek Perubahan

Apathetics
Sekunder

Promotor

Defender

Latens
Primer

Utama
No. Pemangku Kepentingan Ket.

I INTERNAL

Konsultasi,
1 Dirjen Bina Marga
Instruksi, Laporan

Direktur Jalan Bebas Hambatan Konsultasi,


2
dan Perkotaan Instruksi, Laporan
Konsultasi,
3 Kasubdit Pengadaan Tanah koordinasi,
instruksi
Kasubdit Pelaksanaan dan
4 Pengendalian Jalan Bebas Koordinasi
Hambatan
Kasubdit Perencanaan dan
5 Pemrograman Jalan Bebas Koordinasi
Hambatan
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol
6 Koordinasi
(BPJT)
7 Tim Efektif Instruksi

8 Konsultan Instruksi

II EKSTERNAL

1 Direktur Pembangunan Jalan Koordinasi

Kasubdit Standard dan Pedoman


2 Koordinasi
Dit. Pembangunan Jalan
Kabag Hukum dan Komunikasi
3 Koordinasi
Publik
Dirjen Tata Ruang Kementerian Koordinasi,
4
ATR/BPN Informatif

Dirjen Pengadaan Tanah Koordinasi,


5
Kementerian ATR/BPN Informatif

Lembaga Manajemen Aset Koordinasi,


6
Negara (LMAN) Informatif

Koordinasi,
7 Setwapres
Informatif

Badan Pengawasan Keuangan Koordinasi,


8
dan Pembangunan (BPKP) Informatif

9 Pemerintah Daerah Provinsi Koordinasi

15
Apathetics
Sekunder

Promotor

Defender

Latens
Primer

Utama
No. Pemangku Kepentingan Ket.

Pemerintah Daerah
10 Koordinasi
Kabupaten/Kota
11 Pihak yang berhak Informatif

12 Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) Informatif, Instruksi

Gambar 4. Stakeholder Mapping (Power-Interest Grid) Sebelum Proyek Perubahan

16
Tabel.4. Jenis Pemangku Kepentingan dalam Perencanaan Pengadaan Tanah Sesudah
Proyek Perubahan

Apathetics
Sekunder

Promotor

Defender

Latens
Primer

Utama
No. Pemangku Kepentingan Ket.

I INTERNAL
Konsultasi,
1 Dirjen Bina Marga
Instruksi, Laporan

Direktur Jalan Bebas Hambatan Konsultasi,


2
dan Perkotaan Instruksi, Laporan

Konsultasi,
3 Kasubdit Pengadaan Tanah koordinasi,
instruksi
Kasubdit Pelaksanaan dan Konsultasi,
4 Pengendalian Jalan Bebas koordinasi,
Hambatan instruksi
Kasubdit Perencanaan dan Konsultasi,
5 Pemrograman Jalan Bebas koordinasi,
Hambatan instruksi

Kepala Badan Pengatur Jalan Tol


6 Koordinasi
(BPJT)

7 Tim Efektif Instruksi

8 Konsultan Instruksi
II EKSTERNAL
1 Direktur Pembangunan Jalan Koordinasi

Kasubdit Standard dan Pedoman


2 Koordinasi
Dit. Pembangunan Jalan

Kabag Hukum dan Komunikasi


3 Koordinasi
Publik

Dirjen Tata Ruang Kementerian Koordinasi,


4
ATR/BPN Informatif

Dirjen Pengadaan Tanah Konsultasi,


5
Kementerian ATR/BPN Koordinasi

Lembaga Manajemen Aset Konsultasi,


6
Negara (LMAN) Koordinasi
Koordinasi,
7 Setwapres
Informatif

Badan Pengawasan Keuangan Koordinasi,


8
dan Pembangunan (BPKP) Informatif

17
Apathetics
Sekunder

Promotor

Defender

Latens
Primer

Utama
No. Pemangku Kepentingan Ket.

Konsultasi,
9 Pemerintah Daerah Provinsi
Koordinasi

Pemerintah Daerah Konsultasi,


10
Kabupaten/Kota Koordinasi

11 Pihak yang berhak Informatif

12 Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) Informatif, Instruksi

Gambar 5. Stakeholder Mapping (Power-Interest Grid) Sesudah Proyek Perubahan

Berdasarkan pengelompokan pemangku kepentingan berdasarkan pengaruh


(power) dan kepentingan (interest) di atas maka:

18
1. Promotors
Merupakan pemangku kepentingan yang memiliki pengaruh dan kepentingan
besar dalam tahap perencanaan dengan penyusunan Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah.
2. Defender
Merupakan pemangku kepentingan yang memiliki pengaruh kecil dan
kepentingan besar dalam tahap perencanaan dengan penyusunan Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah.
3. Latens
Merupakan pemangku kepentingan yang memiliki pengaruh besar dan
kepentingan kecil dalam tahap perencanaan dengan penyusunan Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah.
4. Apathetics
Merupakan pemangku kepentingan yang memiliki pengaruh dan kepentingan
kecil dalam tahap perencanaan dengan penyusunan Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah.

2. 4. 3. STRATEGI STAKEHOLDER
Agar reformer mampu mengimplementasikan proyek perubahan sesuai dengan
yang diharapkan, maka perlu dibangun komunikasi dengan berbagai stakeholder yang
terlibat (internal dan eksternal) baik dengan komunikasi efektif, komunikasi empatik, maupun
komunikasi secara persuasif. Adapun strategi komunikasi dengan stakeholder yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Promoters : Konsultasi, koordinasi dan instruksi
2) Latents : Konsultasi, koordinasi dan instruksi
3) Defenders : Informatif, koordinasi dan instruksi
4) Apathetics : Informatif, koordinasi dan instruksi

19
BAB III
PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN

3. 1. CAPAIAN PROYEK PERUBAHAN


Pelaksanaan proyek perubahan ini dilaksanakan untuk mendukung percepatan
pelaksanaan pengadaan tanah jalan bebas hambatan dalam hal ini dalam tahapan
perencanaan pengadaan tanah dimana tahapan ini berada dalam kewenangan instansi yang
membutuhkan tanah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat.
Berdasarkan jadwal yang disusun pada tahap perencanaan royek perubahan,
terdapat beberapa kegiatan yang mengalami percepatandalam pelaksanaannya. berikut ini
adalah hasil realisasi pelaksanaan proyek perubahan :

Tabel.5 . Jadwal Pelaksanaan


Waktu
No. Milestone Output
Rencana Awal Realisasi
I JANGKA PENDEK
Pembentukan Tim Kerja Minggu II 12 Agustus
1 Terbentuknya tim efektif
Efektif Agustus 2019 2019

Penyusunan Draft Draft Pedoman Penyusunan 13 Agustus


Minggu I s/d
Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan 2019 s/d 6
2 Minggu IV
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) Jalan September
September 2019
Pengadaan Tanah (DPPT) Bebas Hambatan 2019

- Dokumentasi
Minggu III dan
Pembahasan Draft - Draft Pedoman Penyusunan 9 September
IV September
Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan 2019 dan 23
3 serta Minggu I
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) September
dan II Oktober
Pengadaan Tanah (DPPT) Jalan Bebas Hambatan 2019
2019
- Notulen Rapat
- Dokumentasi
Finalisasi Draft Pedoman - Draft Pedoman Penyusunan Minggu III dan
Penyusunan Dokumen Dokumen Perencanaan IV Oktober 2019 30 September
4
Perencanaan Pengadaan Pengadaan Tanah (DPPT) serta Minggu I 2019
Tanah (DPPT) Jalan Bebas Hambatan November 2019
- Notulen Rapat
II JANGKA MENENGAH
- Dokumen Surat Undangan
- Dokumentasi
Pembahasan Draft Final
- Draft Pedoman Penyusunan Nopember 2019 2 Oktober
Pedoman Penyusunan
1 Dokumen Perencanaan s/d Minggu II 2019 dan 15
Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah (DPPT) Desember 2019 Oktober 2019
Pengadaan Tanah (DPPT)
Jalan Bebas Hambatan
- Notulen Rapat

20
Waktu
No. Milestone Output
Rencana Awal Realisasi

- Nota Dinas
Legalisasi Pedoman Minggu III
- Pedoman Penyusunan
Penyusunan Dokumen Desember 2019 28 Oktober
2 Dokumen Perencanaan
Perencanaan Pengadaan s/d Minggu II 2019
Pengadaan Tanah (DPPT)
Tanah (DPPT) Februari 2020
Jalan Bebas Hambatan

Penyusunan Konsep Surat Konsep Surat Edaran Dirjen Minggu III


3
Edaran Dirjen Bina Marga Bina Marga Februari 2020

Pengesahan Surat Edaran Minggu IV


4 Surat Edaran Dirjen Bina Marga
Dirjen Bina Marga Februari 2020

Sosialisasi Pedoman
- Dokumen Surat Undangan
Penyusunan Dokumen
5 - Dokumentasi Maret 2020
Perencanaan Pengadaan
- Notulen Rapat
Tanah (DPPT)

Implementasi Pedoman Dimulai sejak


Dokumen Perencanaan
Penyusunan Dokumen Minggu I April
6 Pengadaan Tanah (DPPT) Jalan
Perencanaan Pengadaan s/d Minggu IV
Bebas Hambatan
Tanah (DPPT) Desember 2020

III JANGKA PANJANG

Monitoring Pelaksanaan
Tahun 2020
Pedoman Penyusunan
1 Laporan dan Dokumentasi hingga Tahun
Dokumen Perencanaan
2021
Pengadaan Tanah (DPPT)

Evaluasi Pelaksanaan
Tahun 2020
Pedoman Penyusunan
2 Laporan dan Dokumentasi hingga Tahun
Dokumen Perencanaan
2021
Pengadaan Tanah (DPPT)

3. 1. 1. TAHAP PERSIAPAN
Kegiatan dalam tahap persiapan didahului dengan mematangkan konsep dan ide
Rencana Proyek Perubahan dengan melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
1. Melakukan asistensi dengan coach
2. Melakukan asistensi dengan mentor
3. Menetapkan judul Rancangan Proyek Perubahan
4. Rapat koordinasi pembentukan tim efektif
5. Diskusi dengan stakeholder

21
Judul Rancangan Proyek Perubahan yang ditetapkan adalah Strategi Perencanaan
Pengadaan Tanah Guna Menunjang Percepatan Pembangunan Jalan Tol. Pembahasan
awal dan diskusi perubahan dilaksanakan untuk mendapatkan :
1. Tujuan pelaksanaan proyek perubahan ini dilaksanakan untuk memperbaiki
kondisi yang selama ini sudah berjalan dalam penyusunan Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) yang terbagi menjadi tujuan jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
2. Melakukan evaluasi alur kerja pembuatan Dokumen Perencanaan Pengadaan
Tanah (DPPT) yang selama ini sudah berjalan.
3. Memperbaiki alur kerja berdasarkan hasil evaluasi.
4. Menyusun stakeholder yang sangat mempengaruhi pelaksanaan penyusunan
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT).

3.1.1.1. KONSULTASI DAN PERSETUJUAN MENTOR


Berdasarkan rapat persiapan, dilakukan konsultasi proyek perubahan dengan coach
dan mentor sekaligus melaporkan persiapan yang telah dilaksanakan. Sampai saat ini
Direktorat Jalan Bebas Hambatan dan Perkotaan belum memiliki suatu pedoman untuk
menyusun Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT), sehingga Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) yang selama ini diberikan kepada Gubernur untuk
diterbitkan Penetapan Lokasi sebagai dasar pelaksanaan pengadaan tanah disusun dengan
metode yang beragam. Adanya perbedaan dalam penyusunan Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah (DPPT) menyebabkan tidak dapat terdeteksinya potensi permasalahan di
lapangan sehingga pada saat pelaksanaan pengadaan tanah, banyak timbul permasalahan
yang bisa dimitigasi saat tahap perencanaan dan saat penyusunan Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah (DPPT).

22
Gambar. 6. Konsultasi dengan Coach

Gambar. 7. Konsultasi dengan Mentor

3.1.1.2. DISKUSI DENGAN STAKEHOLDER


Diskusi mengenai pelaksanaan penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan
Tanah (DPPT) dilakukan dengan stakeholder pelaksana pengadaan tanah, antara lain :
1. Direktur Jenderal Pengadaan Tanah Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
2. Sekretaris Direktorat Jenderal Pengadaan Tanah Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional

23
3. Staff Ahli Wakil Presiden Bidang Infrastruktur Dan Investasi
4. Direktur Utama Lembaga Manajemen Aset Negara

Pada dasarnya seluruh stakeholder mendukung pelaksanaan penyusunan suatu pedoman


dalam penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) agar tersusun suatu
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) yang dapat memberikan informasi data
awal yang lengkap dan sesuai dengan standar. Berikut ini adalah hasil dari diskusi bersama
stakeholder pelaksana pengadaan tanah :

I. Direktur Jenderal Pengadaan Tanah Kementerian ATR/ BPN


Dari hasil diskusi dengan Dirjen Pengadaan Tanah Kementerian ATR/ BPN Ibu Arie
Yuriwin, SH., M.Si dapat disimpulkan bahwa BPN mendukung penyusunan Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) yang baik dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Pentingnya koordinasi dengan BPN dari awal.
2. Pentingnya mengetahui data awal agar dapat memitigasi potensi
permasalahan yang bisa menghambat pelaksanaan pengadaan tanah.
3. Pentingnya kesesuaian data awal dengan Rencana Tata Ruang Wilayah.

Gambar. 8. Diskusi dan Konsultasi Dengan Dirjen Pengadaan Tanah Kementerian ATR/
BPN Ibu Arie Yuriwin, SH., M.Si

II. Sekretaris Direktorat Jenderal Pengadaan Tanah Kementerian ATR/ BPN


Berdasarkan hasil diskusi dengan Sekretaris Direktorat Jenderal Pengadaan Tanah
Kementerian ATR/ BPN Bapak Alen Saputra, SH., M.Kn, dapat diperoleh kesimpulan

24
bahwa perencanaan pengadaan tanah yang tertuang dalam Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah (DPPT) merupakan bagian yang krusial, sehingga diperlukan suatu
pedoman dalam penyusunannya serta perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Pentingnya kelengkapan data awal khususnya kesesuaian terhadap tata
ruang sehingga sangat diperlukan pedoman penyusunan Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT).
2. Dalam penyusunan data awal perlu memperhatikan mengenai perkiraan
harga ganti kerugian.
3. Perlu dilakukan koordinasi dengan BPN terkait kelengkapan data awal.

Gambar. 9. Diskusi dan Konsultasi Dengan Sekretaris Direktorat Jenderal Pengadaan


Tanah Kementerian ATR/ BPN Bapak Alen Saputra, SH., M.Kn

III. Staf Ahli Wakil Presiden Bidang Infrastruktur Dan Investasi


Pembangunan jalan bebas hambatan merupakan bagian dari pembangunan strategis
yang memrlukan pengawalan dari berbagai pihak. Adapun pengadaan tanah
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan jalan bebas
hambatan sehingga diperlukan pengawalan dalam pelaksanaannya. Staf khusus wakil
presiden memiliki tugas untuk memonitoring kemajuan pembangunan, mengidentifikasi
permasalahan sekaligus memberikan masukan serta saran terkait pembangunan
infrastruktur termasuk di dalamnya pelaksanaan pengadaan tanah.
Staf Ahli Wakil Presiden Bidang Infrastruktur Dan Investasi Bapak Drs. Gembong
Priyono, M.Sc yang selama ini telah memberikan masukan serta saran terkait
pembangunan infrastruktur khususnya dalam percepatan pelaksanaan pengadaan

25
tanah memberikan masukan terkait perencanaan pengadaan tanah yang memberikan
outcome Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) sebagai berikut :
1. Perencanaan yang baik akan menghindarkan permasalahan saat
pelaksanaan pengadaan tanah.
2. Kualitas pelaksanaan pengadaan tanah salah satunya ditentukan oleh
perencanaan yang baik.
3. Perlunya keterlibatan stakeholder pengadaan tanah. Namun dalam
pelaksanaannya, keterlibatan stakeholder harus dapat memberikan saran-
saran terbaik untuk menghindari lokasi-lokasi sulit serta memberikan masukan
agar dalam tahapan-tahapan selanjutnya dapat berjalan lebih baik.

Gambar. 10. Diskusi dan Konsultasi Dengan Staf Ahli Wakil Presiden Bidang Infrastruktur
Dan Investasi Bapak Drs. Gembong Priyono, M.Sc

IV. Direktur Direktur Utama LMAN


Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) merupakan salah satu stakeholder dalam
pelaksanaan pengadaan tanah yang dibentuk untuk mendukung optimalisasi
manajemen aset negara guna meningkatkan manfaat ekonomi dan sosial, sekaligus
menggali potensi return on assets dan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal
dari Barang Milik Negara. Institusi ini juga mendapat tugas untuk perencanaan
pendanaan dan pendayagunaan lahan landbank serta pembayaran ganti rugi
pengadaan tanah serta memiliki fungsi tidak hanya sebagai treasurer atau financing
provider, tapi juga special landbank untuk pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum dan proyek strategis nasional.

26
Direktur Utama LMAN Ibu Dr. Rahayu Puspasari, MBA., BE(Acc) memberikan saran
dan masukan terhadap perencanaan pengadaan tanah sebagai berikut :
1. Diperlukan penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT)
yang dapat memberikan informasi tentang perkiraan niai ganti rugi yang
mendekati nilai sebenarnya karena hal ini berkaitan dengan perencanaan
penganggaran pembiayaan ganti kerugian.
2. Perlu disusun suatu pedoman sebagai acuan penyusunan Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) agar dapat menyajikan data yang
lengkap dan aktual.

Gambar. 11. Diskusi dan Konsultasi Dengan Direktur Utama LMAN Ibu Dr. Rahayu
Puspasari, MBA., BE(Acc)

3. 1. 2. PEMBENTUKAN TIM KERJA EFEKTIF


Tindak lanjut dari pelaksanaan persiapan penyusunan konsep Rencana Proyek
Perubahan adalah pembentukan tim kerja efektif yang memiliki tugas menyusun draft
Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) Jalan Bebas
Hambatan. Tim Efektif tersebut ditetapkan oleh Direktur Jalan Bebas Hambatan dan
Perkotaan dengan Nomor 08/SPNg/BK/08 tanggal 12 Agustus 2019.

27
3. 1. 3. PENYUSUNAN DRAFT PEDOMAN
Penyusunan draft pedoman dimulai pada pertengahan bulan Agustus yaitu pada
minggu kedua. Penyusunan dilakukan oleh tim teknis yang terdiri dari unsur internal.
Penyusunan draft dilaksanakan dengan berdasar pada :

1. Acuan dasar hukum pelaksanaan pengadaan tanah yaitu Undang-undang


Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum serta Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan
untuk Kepentingan Umum dan perubahannya.
2. Hasil evaluasi pada Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) yang
pernah disusun untuk pelaksanaan pengadaan tanah jalan bebas hambatan
yang saat ini sedang berjalan.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka disusunlah suatu Pedoman Penyusunan
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) yang di dalamnya memberikan acuan
mengenai hal-hal sebagai berikut :
1. Panduan survey lapangan
Berisi panduan dalam melakukan survey lapangan yang terdiri dari 8
(delapan) tahapan, yaitu :
a. Identifikasi dan pengumpulan data sekunder.
b. Melakukan sinkronisasi geometrik jalan dengan kebutuhan pengadaan
tanah.
c. Langkah-langkah dalam pengambilan foto udara sebagai bagian penting
dalam Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) yang dapat
memberikan gambaran kondisi lapangan sebenarnya
d. Melaksanakan survey langsung di lapangan agar dapat mengidentifikasi
kondisi sesungguhnya sehingga dapat memitigasi potensi
permasalahan yang dapat terjadi saat pelaksanaan pengadaan tanah.
e. Melaksanakan koordinasi dengan BPN setempat.
f. Melaksanakan koordinasi dengan Pemda setempat.
g. Melakukan perkiraan nilai setiap obyek yang terkena pengadaan tanah.
h. Serta melakukan perhitungan kebutuhan lahan serta peruntukannya.
Dalam panduan survey juga diberikan pedoman kerangka penyusunan
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) agar dapat mengakomodir
seluruh data yang dipersyaratkan dalam dasar hukum pelaksanaan
pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.

28
2. Panduan penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT)
Berisi komponen yang harus ada dalam penyusunan Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah (DPPT), yaitu :
a. Maksud dan tujuan rencana pembangunan
b. Kesesuaian Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Dan Rencana
Pembangunan Nasional Dan Daerah, prioritas pembangunan dan
rencana strategis serta aspek lingkungan
c. Letak tanah
d. Luas tanah yang dibutuhkan
e. Gambaran umum status tanah
f. Perkiraan waktu pelaksanaan pengadaan tanah
g. Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan
h. Perkiraan nilai tanah
i. Perkiraan rencana penganggaran
j. Menyiapkan lampiran peta, data teknis dan indikasi data awal calon
pihak yang berhak
3. Panduan Verifikasi Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT)
Berisi check list pemenuhan seluruh kriteria pada panduan survey lapangan
dan penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT).

3. 1. 4. PEMBAHASAN INTERNAL DRAFT PEDOMAN


Dilaksanakan pembahasan dengan tim efektif yang dilaksanakan pada tanggal 9
September 2019 dengan hasil sebagai berikut :
1. Tim internal membahas dan memperbaiki draft awal Pedoman Penyusunan
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah hingga ke tahap pengesahan.
2. Perlu adanya koordinasi dengan BPN dan Pemerintah Daerah Setempat
dalam melaksanakan penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah.
Hal ini diperlukan guna mengetahui data pasti terkait status tanah pada trase
jalan tol yang akan dibebaskan.
3. Diperlukan panduan yang jelas dalam melakukan pengambilan foto udara
(aerial photo) dengan drone agar format foto yang dihasilkan seragam. Tim
efektif diharapkan menyempurnakan kembali usulannya dan akan dibahas
pada rapat selanjutnya.
4. Diperlukan panduan yang jelas bagi tim teknis untuk memeriksa dan
melakukan verifikasi dalam Pengesahaan Dokumen Perencanaan Pengadaan
Tanah yang diserahkan oleh Tim Konsultan Perencana. Tim efektif

29
diharapkan menyempurnakan kembali usulannya dan akan dibahas pada
rapat selanjutnya.

Gambar. 12. Pembahasan Draft Pedoman Bersama Tim Efektif

Sebagai tindak lanjut dari rapat sebelumnya, maka dilanjutkan dengan rapat
pembahasan bersama tim efektif dan unsur internal yang dilaksanakan pada tanggal 23
September 2019 dengan hasil sebagai berikut :
1. Membahas kembali tugas, tanggung jawab dan wewenang masing-masing
pihak yang terlibat dalam penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan
Tanah (DPPT) dan memperbaiki draft awal Pedoman Penyusunan Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) hingga ke tahap pengesahan.
2. Membahas panduan pengambilan foto udara (aerial photo) dengan drone dan
spesifikasi teknis peralatan serta spesifikasi gambar yang dihasilkan.
3. Membahas form pendataan awal rencana jalan tol untuk kategori form
individual, form fasum faso dan obyek penting, form sampling harga pasar dan
form peta bidang.

30
Gambar. 13. Pembahasan Draft Pedoman Bersama Unsur Internal

3. 1. 5. FINALISASI DRAFT PEDOMAN


Dilaksanakan finalisasi draft pedoman penyusunan pada hari Senin tanggal 30
September 2019 yang dihadiri oleh tim teknis dan unsur internal dengan hasil sebagai
berikut :

1. Tim Efektif mengevaluasi kembali kegiatan perencanaan pengadaan tanah


yang selama ini telah berjalan. Ditemukan banyak perbedaan metode dalam
menyusun dokumen perencanaan pengadaan tanah.
2. Tim Efektif membahas dan memfinalisasi draft awal Pedoman Penyusunan
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah hingga ke tahap pengesahan.
3. Tim Efektif membahas kembali Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang
masing-masing pihak yang terlibat dalam proses penyusunan Dokumen

31
Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) sesuai tugas dan fungsinya.

Gambar. 14. Pembahasan Finalisasi Draft Pedoman

3. 1. 6. PEMBAHASAN DRAFT PEDOMAN FINAL


Menindaklanjuti tahapan persiapan maka dilakukan pembahasan draft pedoman
yang dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 2 Oktober 2019 yang dihadiri oleh tim teknis
maupun dari unsur internal yaitu Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) , Subdit Pelaksanaan dan
Pengendalian Jalan Bebas Hambatan, Subdit Perencanaan dan Pemrograman Jalan Bebas
Hambatan, Bagian Hukum dan Komunikasi Publik Setditjen Bina Marga, Subdit Standar dan
Pedoman Direktorat Pembangunan Jalan.
Dalam pembahasan draft final, terdapat beberapa masukan dari unsur internal agar
pedoman lebih mudah dipahami dan dilaksanakan di lapangan. Berikut ini adalah masukan
yang disampaikan dalam pembahasan draft pedoman final :
1. Disusunnya Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) bertujuan
untuk penerbitan penetapan lokasi oleh gubernur, sehingga pemenuhan
syarat satu daerah dengan lainnya bisa memiliki detail yang berbeda karena
pemenuhan terhadap peraturan daerah/ peraturan gubernur setempat.
2. Adanya beberapa DPPT yang belum bisa diterima oleh gubernur setempat
menjadikan koordinasi dengan Pemda, dinas di daerah serta BPN menjadi hal
yang harus dilaksanakan saat penyusunan Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah (DPPT). Adanya koordinasi tersebut dapat mengidentifikasi
permasalahan yang mungkin akan terjadi serta meminimalisir permasalahan
yang terjadi dalam proses pelaksanaan pengadaan tanah.

32
3. Dalam pelaksanaan di lapangan, penyusunan Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah (DPPT) dilakukan dengan cara yang berbeda-beda karena
tidak terdapat panduan pelaksanaan penyusunan Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah (DPPT) sehingga menghasilkan Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah (DPPT) yang beragam, sehingga diperlukan suatu
pedoman untuk menyusun Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT)
agar diperolh hasil yang tidak beragam, memiliki data yang dapat
dipertanggungjawabkan dan terkini.
4. Dalam penyusunan NSP diperlukan :
a. Kesesuaian dengan acuan penyusunan NSP, sehingga perlu dilengkapi
began alir yang didalamnya ada penanggung jawab pada setiap
tahapannya dan untuk penambahan jangka waktu pelaksanaan perlu
memperhitungkan kemungkinan pelaksanaan di lapangan.
b. Perlu adanya penambahan perlakuan terhadap kondisi khusus yang
mungkin terjadi di lapangan.
c. Dalam penampilan peta perlu mempertimbangkan waktu minimum
pengambilan peta agar mendapatkan data yang terbaru seperti
minimum 1-2 tahun ke belakang.
d. Penilaian perkiraan harga ganti rugi tidak perlu mengggunakan standar
SPI karena tidak bertujuan untuk mendapatkan nilai detail dan hanya
untuk mendapatkan nilai perkiraan zonasi.

Gambar. 15. Pembahasan Draft Pedoman

33
3. 1. 7. FORUM GROUP DISCUSSION (FGD)
Telah dilaksanakan FGD Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah (DPPT) yang diselenggarakan pada hari Selasa tanggal 15 Oktober 2019
yang dihadiri oleh stakeholder dari Kementerian ATR/BPN RI, Sekretariat Wakil Presiden,
Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN), Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), Badan Usaha Jalan Tol (BUJT). FGD juga dihadiri dari unsur internal
yaitu
Berdasarkan hasil FGD tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Pada hakekatnya penyusunan dokumen pedoman harus mengikuti Sistem


Manajemen Mutu yang berlaku dalam hal ini yang berwenang melakukan
validasi adalah Direktorat Pembangunan Jalan, Direktorat Jenderal Bina
Marga. Untuk itu Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan
Tanah (DPPT) perlu penyempurnaan sesuai terminologi (tata bahasa,
penomoran, pengesahan, susunan, simbol dan lain sebagainya) terbaru yang
ditetapkan melalui koordinasi dengan Direktorat Pembangunan Jalan.

2. Sesuai dengan judulnya “Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan


Pengadaan Tanah” seyogyanya isi dari pedoman tersebut harus
menyampaikan instruksi kerja yang jelas yang dapat mempermudah proses
penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) dengan
melengkapi masing-masing tahapan penyusunan dengan output yang jelas
dalam flowchart secara konsisten dan terintegrasi secara menyeluruh sesuai
kaidah yang berlaku. Alangkah lebih baiknya apabila untuk setiap tahapan
dihubungkan langsung dengan langkah kerja dalam lampiran (inline) dan
dalam survey lapangan didasarkan pada base study yang sudah ada.

3. Butir penting proyek perubahan strategis perencanaan pengadaan tanah


adalah membuat Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan
Tanah (DPPT) dengan pendataan yang lebih akurat yang mendekati proses
pelaksanaan pengadaan tanah melalui pendekatan yang hampir serupa
dengan pelaksanaan pengadaan tanah, antara lain pendataan pihak yang
berhak dilengkapi dengan salinan bukti alas hak tanah dan foto udara yang
dikoordinasikan dengan pihak BPN dan Pemda setempat serta instansi terkait
lainnya seperti Kementerian Agama untuk Tanah Wakaf dan Kementerian
Kehutanan untuk Tanah Kehutanan (perlu dilengkapi instansi terkait yang
belum tercantum sehubungan dengan koordinasi tanah-tanah sensitif yang
telah ditetapkan dalam pedoman pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan
pada Subdit Teknik Lingkungan dan Keselamatan Jalan).

34
4. Dalam Draft Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT)
untuk Pengadaan Tanah Jalan Bebas Hambatan atau Jalan Tol perlu lebih
diperjelas peranan Badan Usaha Jalan Tol (apabila sudah ada Perjanjian
Pengusahaan Jalan Tol) atau Pemrakarsa (apabila belum adanya Perjanjian
Pengusahaan Jalan Tol).

Gambar. 16. Forum Group Discussion

3. 1. 8. PENYAMPAIAN PEDOMAN
Agar Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT)
dapat menjadi acuan yang legal dalam pelaksanaan Penyusunan Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah (DPPT), maka Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah (DPPT) diajukan kepada Direktorat Pembangunan untuk diproses
menjadi panduan. Menindaklanjuti hal tersebut, melalui Surat Direktur Jalan Bebas
Hambatan dan Perkotaan disampaikan pengantar Pedoman Penyusunan Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) kepada Direktur Pembangunan untuk disetujui
proses pengesahannya.
Surat pengantar Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah
(DPPT) dilengkapi dengan laporan rapat pembahasan yang pernah dilaksanakan untuk
membahas Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT).

3. 2. IMPLEMENTASI / UJI COBA PERENCANAAN PENGADAAN TANAH


Sebagai uji coba pelaksanaan perencanaan pengadaan tanah menggunakan
Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) adalah

35
pelaksanaan penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) Ruas Jalan
Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap, Jalan Tol Ruas Solo-Yogyakarta.

3. 2. 1. JALAN TOL GEDEBAGE-TASIKMALAYA-CILACAP


Tahapan yang dilaksanakan dalam penyusunan Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah (DPPT) pada Ruas Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap adalah
sebagai berikut :
1. Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT)
berdasarkan ROW awal (STA. 0+00 – 14+00)
Berdasarkan ROW Ruas Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap yang
disusun dalam rangka perencanaan Ruas Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap,
disusunlah Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) sebagai
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh instansi yang membutuhkan tanah.
Rencana pembangunan Ruas Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap telah
sesuai dengan Rencana Tata Ruang dan Prioritas Pembangunan dan telah
tertuang secara eksplisit maupun implisit dalam Peraturan Pemerintah Nomor
13 Tahun 2017 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun
2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Berdasarkan ROW plan dan hasil studi kelayakan yang dilaksanakan tahun
2018, lokasi Ruas Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap (STA. 0+00 –
14+00) berada di Provinsi Jawa Barat bagian selatan yang melewati Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung. Secara administrasi jalan tol ini
direncanakan akan melewati 1 (satu) Kabupaten, 1 (satu) Kotamadya, 6
(enam) Kecamatan dan 12 (dua belas) desa/kelurahan. Tanah yang
dibutuhkan untuk pembangunan Ruas Jalan Tol Ruas Gedebage-
Tasikmalaya-Cilacap adalah seluas 146,38 Hektar.
Berdasarkan hasil pendataan bukti alas hak, kepemilikan lahan yang terkena
rencana jalan tol dapat dibagi menjadi beberapa kriteria, yaitu :
1) Kepemilikan Sertifikat Hak Milik (SHM) untuk kepemilikan warga
masyarakat 91 bidang sekitar 9 %
2) Kepemilikan akta jual beli (AJB) untuk kepemilikan warga masyarakat
paling dominan 465 bidang bidang sekitar 44 %
3) Kepemilikan Alas hak Berupa Girik milik warga 387 bidang sekitar 37 %
4) Kepemilikan Surat Keterangan Desa atau letter C milik warga 30 bidang
sekitar 3 %
5) Kepemilikan Belum teridentifikasi (belum diketahui kepemilikannya) 73
bidang sekitar 7 %

36
Adapun Peruntukan lahan yang terdapat pada rencana pembangunan ruas tol
dapat dibagi menjadi beberapa kriteria, yaitu berupa :
1) Rumah tinggal/pekarangan
2) Sawah irigasi
3) Sawah tadah hujan
4) Kebun/tegalan
5) Tanah kosong/belukar
6) Pabrik/industry
7) UMKM (Mini market)
8) Kolam Ikan
9) Fasiliatas umum dan fasilitas sosial
Obyek bangunan yang harus dibebaskan sekitar dan luas Bangunan secara
total 40.170 m2 atau 4,017 Ha dengan jumlah bidang bangunan sekitar 325
unit. Selain tanah dan bangunan, terdapat beberapa obyek penting lain
berupa mushola, jalan lingkungan, jalan tol, jalan kabupaten, jalan kota,
sungai, TPU/makam, saluran irigasi umum, puskesmas dan tempat wisata.
Perkiraan waktu yang dibutuhkan dalam proses pengadaan tanah mengacu
pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum dan Peraturan Presiden Nomor 71
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan
untuk Kepentingan Umum, adalah sebagai berikut :
1) Permohonan & Persetujuan Lokasi 2 (dua) bulan
2) Sosialisasi dan Inventarisasi 4 (empat) bulan
3) Musyawarah dan Daftar Nominatif 5 (lima) bulan
4) Pembayaran dan Surat Pelepasan Hak (SPH) 1 (satu) bulan
5) Penitipan UGR ke Pengadilan dan Pencabutan Hak 4 (empat) bulan.
6) Tahap pelaksanaan diperkirakan membutuhkan waktu kurang lebih 18
(delapan belas) bulan
2. Pengesahan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) awal
(STA. 0+00 – 14+00)
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) Ruas Jalan Tol
Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap (STA. 0+00 – 14+00) disetujui oleh Kepala
Sub Direktorat Pengadaan Tanah, Kepala Bidang Teknik Badan Pengatur
Jalan Tol (BPJT), Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) dan konsultan penyusun
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT). Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah (DPPT) ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bina Marga
dengan penetapan nomor PS.01.02-Db/450 tanggal 31 Mei 2019.

37
3. Penyerahan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) awal
(STA. 0+00 – 14+00) kepada Gubernur Jawa Barat
Setelah mendapatkan pengesahan, Dokumen Perencanaan Pengadaan
Tanah (DPPT) diserahkan kepada Gubernur Jawa Barat dilengkapi dengan
Gambar ROW plan dengan pengantar surat Direktur Jenderal Bina Marga
nomor PS.01.02-Db/449 tanggal 31 Mei 2019 perihal Penyampaian Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah Dalam Rangka Penerbitan Penetapan Lokasi
Pekerjaan Pembangunan Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya STA. 0+000 –
STA. 14+200
4. Rapat Koordinasi dan Pembahasan Dokumen Perencanaan Pengadaan
Tanah (DPPT) awal (STA. 0+00 – 14+00) dengan Gubernur Jawa Barat
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) yang diterima oleh
Gubernur Jawa Barat dan dilakukan pembahasan mengenai isi yang
tercantum dalam Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT). Rapat
koordinasi dan pembahasan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 23
September 2019 bertempat di Ruang Rapat Papandayan Gedung Sate.
Pelaksanaan rapat tersebut dipimpin langsung oleh Gubernur Jawa Barat dan
dihadiri oleh berbagai unsur, yaitu :
1) Direktur Jalan Bebas Hambatan dan Perkotaan
2) Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT)
3) Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VI Jakarta
4) Kasatker Pengadaan Tanah Jalan Tol Wilayah I
5) PPK Pengadaan Tanah Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap
6) Pihak PT. Jasa Marga
7) Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat
8) Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat
9) Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat
10) Kepala Biro Pemerintahan dan Kerjasama Setda Provinsi Jawa Barat
11) Kepala Biro Perekonomian Setda Provinsi Jawa Barat
12) Kepala Biro Badan Usaha Milik Daerah dan Investasi Setda Provinsi
Jawa Barat
13) Perwakilan Kabupaten Garut
14) Perwakilan Kabupaten Tasikmalaya
15) Perwakilan Kabupaten Ciamis
16) Perwakilan Kabupaten Banjar
17) Perwakilan Kota Bandung

38
Berdasarkan hasil rapat tersebut disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1) Penetapan Lokasi akan ditunda sampai gambar trase disetujui oleh
masing-masing Kepala Daerah yang dilalui jalan tol
2) Trase utama tidak ada perubahan namun terdapat usulan penambahan
dan perubahan exit tol untuk pengembangan wilayah

Gambar. 17. Rapat Koordinasi dan Pembahasan Pembangunan Jalan Tol


Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap dipimpin Gubernur Jawa Barat

Gambar. 18. Pelaksanaan Rapat Koordinasi dan Pembahasan pembangunan


Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap

39
5. Perubahan trase pembangunan Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-
Cilacap awal (STA. 0+00 – 14+00)
Adanya perubahan pada rencana pembangunan Jalan Tol Gedebage-
Tasikmalaya-Cilacap (STA. 0+00 – 14+00) berdasarkan rapat koordinasi dan
pembahasan yang dilakukan Bersama Gubernur Jawa Barat beserta unsur
daerah mengakibatkan perubahan pada kebutuhan tanah di lapangan
sehingga harus dilakukan perubahan Dokumen Perencanaan Pengadaan
Tanah (DPPT).
6. Penyusunan kembali Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT)
berdasarkan perubahan trase
Bardasarkan hasil rapat koordinasi dan pembahasan yang dilakukan Bersama
Gubernur Jawa Barat beserta unsur daerah, maka disusun kembali Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT). Pelaksanaan penyusunan Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) berpedoman kepada Pedoman
Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) dilakukan
untuk Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap STA. 0+00 – 14+00 dan STA.
14+00 – 116+00.
7. Survey lapangan
Survey lapangan dilakukan berdasarkan Pedoman Penyusunan Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT). Terdapat beberapa obyek penting
yang terkena rencana pengadaan tanah Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap
STA. 0+00 – 14+00 dan STA. 14+00 – 116+00.
Berikut ini adalah pelaksanaan survey lapangan yang menemui obyek penting
di lapangan, seperti tempat ibadah, makam dan tempat pelayanan kesehatan.

40
Gambar. 19. Pelaksanaan Survey Lapangan

Gambar. 20. Masjid Sebagai Salah Satu Obyek Penting Yang Terkena
Pengadaan Tanah

41
Gambar. 21. Makam Sebagai Salah Satu Obyek Penting Yang Terkena
Pengadaan Tanah

Gambar. 22. Puskesmas Masjid Sebagai Salah Satu Obyek Penting Yang
Terkena Pengadaan Tanah

8. Koordinasi dengan stakeholder


Berdasarkan Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan
Tanah (DPPT), pelaksanaan survey dan penyusunan Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah (DPPT) dilaksanakan dengan melaksanakan koordinasi
dengan BPN dan instansi-instansi terkait. Konsultan melaksanakan koordinasi
dengan BPN setempat dengan tujuan memberikan informasi bahwa akan

42
dilaksanakan pembangunan Ruas Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap
STA. 0+00 – 14+00 dan STA. 14+00 – 116+00.

Gambar. 23. Koordinasi dengan BPN Kabupaten Bandung

Gambar. 24. Form Koordinasi dengan BPN Kabupaten Bandung

43
3. 2. 2. JALAN TOL SOLO-YOGYAKARTA
Jalan Tol Solo-Yogyakarta direncanakan melewati 2 (dua) provinsi yaitu Provinsi DI.
Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah. Tahapan yang dilaksanakan dalam penyusunan
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) pada Ruas Jalan Tol Solo-Yogyakarta
adalah sebagai berikut :
1. Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT)
berdasarkan ROW awal

Rencana Pembangunan Jalan Tol Solo - Yogyakarta di wilayah Provinsi Jawa


Tengah sepanjang ± 34.9 Km, secara administrasi akan melewati 3
kabupaten/kota, 14 kecamatan dan 61 desa/kelurahan, dengan rincian
sebagai berikut:
1) Kabupaten Karangayar : 1 kecamatan, 1 desa;
2) Kabupaten Boyolali : 2 kecamatan, 9 desa;
3) Kabupaten Klaten : 11 kecamatan, 51 desa.
Secara keseluruhan perkiraan kebutuhan lahan rencana Jalan Tol Solo -
Yogyakarta untuk yang berada di wilayah Provinsi Jawa Tengah ± 608,90 Ha
dengan jumlah bidang tanah sebanyak ± 5.856 bidang.
Rencana Pembangunan Jalan Tol Solo - Yogyakarta di wilayah Provinsi D.I.
Yogyakarta meliputi Segmen 1 (STA. 35+639 - STA. 45+150) dan Segmen 2
(STA. 45+150 - STA. 58+000) dengan total panjang ± 22.36 Km. Secara
administrasi akan melewati 1 kabupaten yaitu Kabupaten Sleman, 6
kecamatan dan 14 desa/ kelurahan. Secara keseluruhan perkiraan kebutuhan
luas lahan ± 165 Ha dengan jumlah bidang tanah sebanyak ± 2.906 bidang

2. Pengesahan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) awal


Terdapat 2 (dua) Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) Jalan Tol
Solo-Yogyakarta untuk Provinsi DI.Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah.
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) disetujui oleh Kepala Sub
Direktorat Pengadaan Tanah, Kepala Sub Direktorat Perencanaan dan
Pemrograman serta konsultan penyusun Dokumen Perencanaan Pengadaan
Tanah (DPPT). Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Bina Marga dengan penetapan sebagai berikut :
1) Ruas Jalan Tol Solo-Yogyakarta pada Provinsi DI. Jawa Tengah
ditetapkan dengan penetapan Nomor PS.01.02-Db/479 tanggal 18 Juni
2019.
2) Ruas Jalan Tol Solo-Yogyakarta pada Provinsi DI. Yogyakarta
ditetapkan dengan penetapan Nomor PS.01.02-Db/823 tanggal 28
Agustus 2019.

44
3. Penyerahan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) awal
kepada Gubernur DI Yogyakarta dan Gubernur Jawa Tengah
Setelah mendapatkan pengesahan, Dokumen Perencanaan Pengadaan
Tanah (DPPT) diserahkan kepada Gubernur DI. Yogyakarta dan Gubernur
Jawa Tengah dilengkapi dengan Gambar ROW plan dengan pengantar surat
Direktur Jenderal Bina Marga sebagaimena berikut :
1) Nomor PS.01.02-Db/472 tanggal 18 Juni 2019 perihal Penyampaian
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah Dalam Rangka Penerbitan
Penetapan Lokasi Pekerjaan Pembangunan Jalan Tol Solo-Yogyakarta
di Provinsi Jawa Tengah
2) Nomor PS.01.02-Db/822 tanggal 28 Agustus 2019 perihal Penyampaian
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah Dalam Rangka Penerbitan
Penetapan Lokasi Pekerjaan Pembangunan Jalan Tol Solo-Yogyakarta
di Provinsi DI. Yogyakarta STA 35+639 – STA. 58+000

4. Rapat Koordinasi dan Pembahasan Dokumen Perencanaan Pengadaan


Tanah (DPPT) awal
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) yang diterima oleh
Gubernur D.I. Yogyakarta dan Gubernur Jawa Tengah dan dilakukan
pembahasan mengenai isi yang tercantum dalam Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah (DPPT). Berdasarkan hasil rapat tersebut disimpulkan hal-
hal sebagai berikut :
1) Provinsi D.I. Yogyakarta
Isi Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) Jalan Tol Solo-
Yogyakarta dinilai belum memuat substansi yang dengan Peraturan
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 47 Tahun 2016 tentang
Pedoman Verifikasi Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Maka dari itu diperlukan
perbaikan isi Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) oleh
Kementerian PUPR sebagai instansi yang memerlukan tanah.

45
Gambar. 25. Rapat Koordinasi dan Pembahasan DPPT dengan Pemerintah
Provinsi DI Yogyakarta
2) Provinsi Jawa Tengah
Untuk Jalan Tol Solo-Yogyakarta disepakati:
a. Penyesuaian trase sesuai usulan Bupati Klaten terkait dengan
desa terisolir, mata air, dan rest area;
b. Terdapat sulan tambahan akses pada Simpang Susun Delanggu
di Desa Kapungan, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten
seiring pertumbuhan kawasan industry dan mempertimbangkan
tingkat kelayakan finansial jalan tol terhadap operasional;
c. Terdapat perubahan ROW Plan terkait usulan perubahan
perbandingan kemiringan lereng timbunan 1:4 menjadi 1:2 atas
pertimbangan luasan lahan pertanian produktif, pemukiman.

46
Gambar. 26. Rapat Koordinasi dan Pembahasan DPPT dengan Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah

Gambar. 27. Rapat Koordinasi dan Pembahasan DPPT dengan Pemerintah


Provinsi Jawa Tengah

47
5. Pengembalian Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) oleh
Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta
Menindaklanjuti penyerahan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah
(DPPT) dilakukan verifikasi data pada Dokumen Perencanaan Pengadaan
Tanah (DPPT). Berdasarkan Surat Gubernur Provinsi DI. Yogyakarta Nomor
593/12744 tanggal 27 September 2019 perihal Pengembalian Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT), Gubernur DI. Yogyakarta belum
dapat menerima Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) karena
terdapat beberapa aspek yang belum dipenuhi dalam penyusunan Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT), yaitu :
1) Belum mencantumkan kesesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah
berdasarkan rekomendasi sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Daerah atau SKPD yang membidangi Tata Ruang
2) Belum mencantumkan kesesuaian dengan prioritas pembangunan
3) Belum mencantumkan sumber pendanaan
4) Belum melampirkan fotokopi sertifikat dan bukti hak atas tanah.

Gambar. 28. Pelaksanaan Verifikasi DPPT oleh Dinas Pertanahan dan Tata
Ruang Provinsi DI Yogyakarta

48
Gambar. 29. Pelaksanaan Verifikasi DPPT oleh Dinas Pertanahan dan Tata
Ruang Provinsi DI Yogyakarta

6. Perubahan trase pembangunan Jalan Tol Solo-Yogyakarta di Provinsi


Jawa Tengah
Berdasarkan hasil pembahasan dengan stakeholder di Provinsi Jawa Tengah
mengenai Jalan Tol Solo-Yogyakarta dihasilkan kesepakatan sebagai berikut :
1) Penyesuaian trase sesuai usulan Bupati Klaten terkait dengan desa
terisolir, mata air, dan rest area;
2) Usulan tambahan akses pada Simpang Susun Delanggu di Desa
Kapungan, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten seiring
pertumbuhan kawasan industry dan mempertimbangkan tingkat
kelayakan finansial jalan tol terhadap operasional;
3) Terdapat perubahan ROW Plan terkait usulan perubahan perbandingan
kemiringan lereng timbunan 1:4 menjadi 1:2 atas pertimbangan luasan
lahan pertanian produktif, pemukiman.
7. Melengkapi Kekurangan dalam Dokumen Perencanaan Pengadaan
Tanah (DPPT)
Berdasarkan Surat Gubernur Provinsi DI. Yogyakarta Nomor 593/12744
tanggal 27 September 2019 perihal Pengembalian Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah (DPPT), maka dilakukan pengumpulan fotokopi sertifikat
dan bukti hak atas tanah serta pemenuhan terhadap kekurangan yang lain.

49
8. Penyusunan kembali Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT)
berdasarkan perubahan trase
Berdasarkan hasil rapat pembahasan dengan Pemerintah Provinsi maka trase
pembangunan Jalan Tol di Provinsi Jawa Tengah banyak mengalami
perubahan trase, sehingga Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah
(DPPT) harus disusun kembali berdasarkan trase terbaru.
9. Survey lapangan
Survey lapangan dilaksanakan berdasarkan Pedoman Penyusunan Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) dengan memetakan kembali obyek-
obyek vital di lapangan sehingga dapat dapat dihindari. Pelaksanaan survey
didampingi oleh pemda setempat sebagai usaha koordinasi antar stakeholder.

Gambar. 30. Pelaksanaan Survey Lapangan

50
Gambar. 31. Pelaksanaan Survey di Mata Air Desa Ngrundul Kecamatan
Kebonarum Kabupaten Klaten

10. Koordinasi dengan stakeholder


Koordinasi dengan Bupati, BPN dan dinas yang berada di Kabupaten yang
dilintasi rencana pembangunan jalan tol sesuai dengan petunjuk yang ada di
dalam Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah
(DPPT) Jalan Bebas Hambatan.

Gambar. 32. Koordinasi dengan Bupati Klaten

51
Gambar. 33. Koordinasi Dengan Pemda Dalam Proses Pengambilan Data

3. 3. PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PENGADAAN TANAH


(DPPT)

Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) yang selama ini disusun belum
dibuat berdasarkan suatu pedoman sehingga hasil Dokumen Perencanaan Pengadaan
Tanah (DPPT) yang disusun beragam. Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT)
tersebut berisi hal-hal minimal yang harus tercantum di dalam Dokumen Perencanaan
Pengadaan Tanah (DPPT) berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum bahwa dokumen
perencanaan Pengadaan Tanah, yaitu :

(a) maksud dan tujuan rencana pembangunan;


(b) kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana
Pembangunan Nasional dan Daerah;
(c) letak tanah;
(d) luas tanah yang dibutuhkan;
(e) gambaran umum status tanah;
(f) perkiraan waktu pelaksanaan Pengadaan Tanah;
(g) perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan;
(h) perkiraan nilai tanah; dan

52
(i) rencana penganggaran.

Berdasarkan analisa terhadap Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) yang


selama ini sudah disusun, seluruhnya sudah memasukkan segala unsur minimal yang harus
tercantum di dalam Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) berdasarkan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum. Namun belum ada keseragaman dalam penyusunan antar dokumen.

Tabel.6 . Perbandingan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) dan Dokumen


Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) berdasarkan Pedoman Penyusunan Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT)

DPPT BERDASARKAN PEDOMAN


DPPT LAMA
PENYUSUNAN DPPT
A Mengkompilasi Data Laporan Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah
1 Dokumen Feasibility Study (FS) (Eksekutif 1 Dokumen Feasibility Study (FS) (Eksekutif
Summary) Summary)
2 Dokumen Lingkungan (Eksekutif
Summary)
2 ROW Plan 3 ROW Plan Definitif

3 Dokumen RTRW Nasional 4 Dokumen RTRW Nasional

4 RTRW Provinsi 5 RTRW Provinsi

5 RTRW Kabupaten/Kota 6 RTRW Kabupaten/Kota

7 Rekomendasi Tata Ruang

-Provinsi (Lebih dari 1 Kabupaten)

-Kabupaten, Delegasi dari Provinsi ke


Kabupaten apabila 1 Kabupaten
6 Posisi Tanah Secara Administratif & 8 Posisi Tanah Secara Administratif &
Geografis Geografis
9 Daftar Nama Pemilik Bidang lengkap
dengan alamat
7 Luas Total Bidang Indikatif atau jumlah 10 Luas Total Bidang Indikatif atau jumlah

11 Daftar Status Tanah

8 Daftar Tata Guna Lahan/Peruntukan lahan 12 Daftar Tata Guna Lahan/Peruntukan lahan

9 Daftar Jenis Bangunan dan Tanaman 13 Daftar Jenis Bangunan dan Tanaman

10 Daftar fasum, fasos dan objek penting 14 Daftar fasum, fasos dan objek penting
lainnya (Jika Ada) lainnya (Jika Ada)
11 Jangka Waktu Pelaksanaan Pengadaan 15 Tabel Jangka Waktu Pelaksanaan
Tanah Pengadaan Tanah
12 Jangka Waktu Pelaksanaan Pembangunan 16 Tabel Jangka Waktu Pelaksanaan
Pembangunan

53
DPPT BERDASARKAN PEDOMAN
DPPT LAMA
PENYUSUNAN DPPT
13 Estimasi nilai ganti kerugian global oleh 17 Estimasi nilai ganti kerugian global oleh
penilai independen penilai independen
14 Estimasi nilai BOBP (Biaya Operasional dan 18 Estimasi nilai BOBP (Biaya Operasional
Biaya Pendukung) dan Biaya Pendukung)
15 Perkiraan total anggaran pengadaan tanah 19 Perkiraan total anggaran pengadaan
tanah
20 Bukti kepemilikan / alas hak tanah (bila
dipersyaratkan sesuai Peraturan Gubernur
setempat yang berlaku)

B Melampiran Peta

1 Peta Orientasi ukuran A4

2 Peta Administrasi ukuran A3

3 Peta ROW Plan/Basic Design ukuran A3

4 Peta Area Pembebasan Lahan Deliniasi


dengan foto udara dilengkapi dengan
Indeks ukuran A3
5 Tabel Luas Bidang Tanah Per Pemilik
ukuran A3

3. 4. KENDALA INTERNAL DAN EKSTERNAL

3.3.1. KENDALA INTERNAL


Dalam penyusunan Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan
Tanah (DPPT) terdapat beberapa kendala internal yang dihadapi yaitu :
1. Pedoman perencanaan pengadaan tanah jalan bebas hambatan merupakan
hal yang belum pernah disusun sehingga memerlukan kajian mendalam serta
evaluasi terhadap hasil perencanaan yang telah tersusun.
2. Tahapan perencanaan hanya merupakan bagian dari seluruh tahapan
pengadaan tanah, namun memiliki peranan penting sebagai dasar
dikeluarkannya Penetapan Lokasi, sehingga penyusunan Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) yang baik tidak serta merta dapat
mempercepat pelaksanaan pengadaan tanah.

3.3.2. KENDALA EKSTERNAL


Kendala eksternal yang dihadapi dalam penyusunan Pedoman Penyusunan
Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) adalah sebagai berikut :

54
1. Untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan pengadaan tanah tidak dapat
diperoleh dalam waktu tertentu dikarenakan pengadaan tanah bukan
merupakan kegiatan regular yang selalu ada sepanjang tahun.
2. Untuk mendapatkan informasi dari berbagai stakeholder pengadaan tanah
serta data lapangan yang akurat memerlukan waktu yang tidak sebentar
sedangkan penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT)
dituntut dapat dilakukan cepat namun harus teliti dan dapat menyajikan
informasi yang lengkap, terkini dan sesuai dengan kondisi di lapangan.
3. Minimnya tenaga yang menguasai bidang penyusunan Dokumen
Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) yang baik.

3. 5. STRATEGI MENGATASI KENDALA


Pengadaan Tanah adalah salah satu kunci sukses dari pembangunan infrastruktur.
Tanpa pengadaan tanah yang berkualitas maka mustahil pembangunan infrastruktur dapat
dilaksanakan dengan baik. Dalam perencanaan pengadaan tanah akan menghadapi
berbagai kendala baik internal maupun eksternal yang perlu dihadapi dengan strategi yang
efektif.
Untuk kendala internal dapat diatasi dengan koordinasi secara internal salah
satunya dengan dilakukan pembahasan terlebih dahulu sebelum melaksanakan berbagai
tahapan pelaksanaan sehingga pelaksanaan lebih terarah, terkendali dan dapat mencapai
tujuan dengan efektif.
Sedangkan untuk mengatasi kendala eksternal maka diperlukan sumber daya
manusia yang terorganisir, dengan kuantitas yang lebih banyak sehingga dapat
melaksanakan segala tahapan perencanaan secara simultan dan efektif sehingga diperoleh
kualitas Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) yang baik.

55
BAB IV
PENUTUP

4. 1. KESIMPULAN
Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka implementasi proyek
perubahan dimulai dengan tahap persiapan pembentukan tim efektif dan berkoordinasi
secara internal kemudian dilanjutkan dengan tahapan pelaksanaan yang meliputi
pembahasan draft final Pedoman Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah
(DPPT) sampai dengan permohonan legalisasi pedoman. Berdasarkan rangkaian kegiatan
tersebut, proyek perubahan telah berhasil melaksanakan merupakan bagian dari tujuan
jangka pendek dan sebagian tujuan jangka menengah (hingga minggu terakhir bulan
Oktober 2019), sehingga dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Percepatan pembangunan jalan tol dapat dicapai melalui berbagai strategi,
salah satunya adalah dengan membuat perencanaan yang terperinci dan
matang sehingga dapat menggambarkan kondisi riil di lapangan, dengan
membuat DPPT yang akurat.
2. Dalam pelaksanaan kegiatan pengadaan tanah diperlukan kerjasama
berbagai stakeholder agar perencanaan pengadaan tanah dapat tersusun
dengan akurat sekaligus dapat memitigasi potensi permasalahan yang dapat
terjadi.

56

Anda mungkin juga menyukai