Anda di halaman 1dari 53

PELATIHAN KEPEMIMPINAN TK.

II ANGKATAN I
BALAI DIKLAT PUPR WILAYAH IV BANDUNG
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN

STRATEGI PEMILIHAN PROGRAM PRIORITAS


PEMBANGUNAN JALAN DALAM RANGKA CAPAIAN
RENSTRA YANG EFEKTIF DAN EFISIEN

Disusun oleh:
Nama : Ir. Selamat Rasidi, M.Sc
NDH : 6 (Kelas Ampera)

Diseminarkan pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 05 Desember 2017

MENTOR COACH PENYELENGGARA BALAI


DIKLAT PUPR WIL. IV
BANDUNG

Ir. A. Gani Ghazaly Dr. Ir. TB. Hisni, M.Si R. Belanto Hadiwido, ST. M.Si
Akman, M.Eng.Sc

SEKRETARIS BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


KEMENTERIAN PUPR

Dr. A. Hasanudin, ME
PELATIHAN KEPEMIMPINAN TK. II ANGKATAN I
BALAI DIKLAT PUPR WILAYAH IV BANDUNG
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

LAPORAN LABORATORIUM KEPEMIMPINAN

STRATEGI PEMILIHAN PROGRAM PRIORITAS


PEMBANGUNAN JALAN DALAM RANGKA CAPAIAN
RENSTRA YANG EFEKTIF DAN EFISIEN

Disusun oleh:
NAMA : Ir. Selamat Rasidi, M.Sc
NDH : 6 (Ampera)

BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PUPR WILAYAH IV BANDUNG


PUSDIKLAT MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
2017
KATA PENGANTAR

Direktorat Pembangunan Jalan, Ditjen Bina Marga telah mencermati kondisi perencanaan dan
pemrograman pembangunan jalan nasional saat ini masih cenderung money follow function
yang seharusnya money follow programme. Kondisi yang demikian disebabkan keterbatasan
alokasi APBN untuk pembangunan jalan nasional yang baru yang ditargetkan 2.650 Km
(2015-2019) sebagaimana ditetapkan dalam Renstra 2015-2019 Ditjen Bina Marga dan
RPJMN 2015-2019. Oleh karenanya dirasa sangat perlu untuk menyusun kebutuhan program
prioritas pembangunan jalan nasional agar pengalokasian dana APBN pada subsektor jalan
nasional lebih obyektif sehingga tercapai keseimbangan proporsional pada tiap wilayah
provinsi. Keputusan geopolitik sering mengubah ketentuan yang sudah ditetapkan dalam
kebijakan Ditjen Bina Marga sehingga ada suatu wilayah provinsi tertentu mendapakan
alokasi dana APBN yang jauh lebih besar dari pada provinsi lain, bahkan ada provinsi yang
tidak mendapatkan alokasi dana pembangunan jalan.
Berdasarkan kondisi tersebut kiranya sangat perlu dikembangkan metode penilaian rangking
kebutuhan program prioritas dengan analisis multi kriteria (teknis, spasial, ekonomi, sosial
budaya, geo-polhankam, dan lingkungan), serta ketersediaan, kelengkapan dan legalitas
dokumen readiness criteria yang didukung data teknis yang akurat. Gagasan tersebut perlu
dukungan : (1) SOP Pembuatan FS; (2) SOP Pembuatan DED agar tidak terjadi perubahan
gambar perencanaan yang signifikan yang berdampak terhadap pemborosan RAB; (3) SE
Dirjen Bina Marga tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Program Prioritas Pembangunan
Jalan; dan (4) Surat Perjanjian Kerja Sama antara Dirjen Bina Marga dan Kepala BIG.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya menyampaikan rasa terima kasih yang amat
dalam kepada :
(1) Bapak Direktur Jenderal Bina Marga yang telah memberikan izin mengikuti Diklat
Kepemimpinan Tk.II di lingkungan Ditjen Bina Marga.
(2) Bapak Ir. A. Gani Ghazaly Akman, M.Eng.Sc., selaku Direktur Pembangunan Jalan, yang
bertindak sebagai Mentor dalam penyusunan laporan proyek perubahan.
(3) Bapak Dr. Ir. Tb. Hisni, MSi., selaku Coach dalam penyusunan laporan proyek
perubahan.
(4) Kerabat dan narasumber yang banyak memberikan informasi dan semangat dalam
penyusunan laporan proyek perubahan.
Saya menyadari bahwa laporan proyek perubahan tersebut masih memerlukan masukan
konstruktif dari semua pihak terkait dengan perencanaan dan pemrograman pembangunan
jalan dalam lingkungan kerja Ditjen Bina Marga.

Akhir kata kami berharap agar proyek perubahan “Strategi Pemilihan Program Prioritas
Pembanguan Jalan Nasional” ini dapat dilaksanakan demi memberi manfaat untuk organisasi
maupun bagi Sub Direktorat Manajemen Konstuksi khususnya.

Jakarta, 27 November 2017


Hormat saya,

Ir. Selamat Rasidi, M.Sc.

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... viii
EXECUTIVE SUMMARY.......................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1


1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Tujuan Proyek Perubahan ........................................................................... 3
1.2.1. Capaian Jangka Pendek (Sampai Desember 2017) .......................... 3
1.2.2. Capaian Jangka Menengah (Sampai Desember 2018) .................... 4
1.2.3. Capaian Jangka Panjang (Sampai Desember 2019) ......................... 4
1.3. Area Proyek Perubahan .............................................................................. 4
1.4. Ruang Lingkup Proyek Perubahan .............................................................. 5
1.5. Kriteria Keberhasilan.................................................................................... 5

BAB II DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN ............................................................. 7


2.1. Rencana Strategis (RENSTRA) ................................................................... 7
2.2. Organisasi/Tata Kelola Proyek Perubahan .................................................. 8
2.2.1. Dirjen Bina Marga ............................................................................. 8
2.2.2. Sesditjen Bina Marga ........................................................................ 8
2.2.3. Direktur Pembangunan Jalan (Sponsor) ........................................... 9
2.2.4. Kasubdit Manajemen Konstruksi (Project Leader) ............................ 9
2.2.5. Coach (Counselor) .......................................................................... 11
2.2.6. Tim Teknis ...................................................................................... 11
2.2.7. Tim Administrasi ............................................................................. 11
2.3. Framework Proyek Perubahan ................................................................. 12
2.3.1. Kondisi Saat Ini ............................................................................... 12

iv
2.3.2. Kondisi Yang Diharapkan ............................................................... 13
2.3.3. Gap Yang Terjadi ............................................................................ 14
2.3.4. Manfaat yang Diperoleh Dari Upaya Capaian Kondisi yang
Diharapkan………………………………….………..…………………. 14

2.4. Inovasi Proyek Perubahan ........................................................................ 14


2.5. Tahapan Dan Output Proyek Perubahan (Milestone) ............................... 15
2.6. Pemangku Kepentingan (Stakeholder) Proyek Perubahan ....................... 17
2.6.1. Posisi dan Besaran Pengaruh Stakeholder .................................... 18
2.6.2. Analisis Stakeholder ....................................................................... 21
2.7. Strategi Komunikasi .................................................................................. 23

BAB III PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN .................................................. 24


3.1. Tahap Persiapan....................................................................................... 24
3.1.1. Rapat Proyek Perubahan ................................................................ 24
3.1.2. Rapat Koordinasi dengan Narasumber Data Geospasial ............... 25
3.1.3. Rapat Dengan Stakeholder LAPAN Tentang Penyediaan Peta
Geospasial (Peta Citra) .................................................................. 27
3.1.4. Konsultasi Dan Persetujuan Mentor................................................ 28
3.1.5. Pembentukan Tim Penelahaan Usulan Metode Teknik Pemilihan
Program Prioritas Pembangunan Jalan .......................................... 29
3.1.6. Rapat Persiapan FGD Penyusunan SOP FS dan SOP DED
dalam Pemilihan Program Prioritas Pembangunan Jalan .............. 29
3.2. Tahap Pelaksanaan .................................................................................. 30
3.2.1. Rapat FGD Penyusunan SOP FS dan SOP DED Dalam Pemilihan
Program Prioritas Pembangunan Jalan .......................................... 30
3.2.2. Rapat Penyusunan SOP FS dan SOP DED serta SE Dirjen
Bina Marga Metode Teknik Pemilihan Program Prioritas
Pembangunan Jalan ...................................................................... 31
3.2.3. Rapat Penyusunan Draft Perjanjian Kerjasama
antara Badan Informasi Geospasial dan Dirjen Bina Marga
dalam Penyedia Data Informasi Data Geospasial Untuk
Pembangunan Jalan ...................................................................... 32

v
3.2.4. Rapat Penyusunan SOP FS dan SOP DED dalam Pemilihan
Program Prioritas Pembangunan Jalan; Draft Perjanjian
Kerjasama antara Badan Informasi Geospasial (BIG)
dengan Dirjen Bina Marga dan Draft SE Dirjen Bina Marga .......... 34
3.2.5. FGD Penyusunan SE Dirjen Bina Marga dan Prosedur FS
serta DED dalam Pemilihan Program Prioritas Pembangunan
Jalan .............................................................................................. 35
3.2.6. Rapat Finalisasi Draft SOP FS dan SOP DED................................ 36
3.3. Uji Coba Penerapan e-Program Pembangunan Jalan Mendukung
RENSTRA Bina Marga 2015-2019 .......................................................... 38
3.4. Tantangan dan Kendala Dalam Penerapan e-Program Untuk Pemilihan
Program Prioritas Pembangunan Jalan ................................................... 39
3.5. Strategi Solusi Untuk Mengatasi Tantangan dan Kendala Penerapan e-
Program Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Jalan ................ 41

BAB IV PENUTUP.................................................................................................. 42
4.1. Kesimpulan ............................................................................................... 42
4.2. Saran ........................................................................................................ 43

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 44

vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kebijakan Pemrograman Ditjen Bina Marga ............................................... 8

Gambar 2.2 Organisasi/Tata Kelola Proyek Perubahan ................................................. 11

Gambar 2.3 Korelasi Stakeholder Terhadap Proyek Perubahan .................................... 17

Gambar 2.4 Kuadran Tingkat Pengaruh Dan Tingkat Interest Stakeholder .................... 22

Gambar 2.5 Strategi Komunikasi Pada Masing - Masing Stakeholder ............................ 23

Gambar 3.1 Foto Kegiatan Proyek Perubahan.................................................................... 25

Gambar 3.2 Foto Kegiatan Koordinasi Narasumber dan Data Geospasial .............................. 26

Gambar 3.3 Foto Kegiatan dengan Stakeholder LAPAN Tentang Penyedia Peta
Geospasial (Peta Citra) .................................................................................. 28

Gambar 3.4 Foto Kegiatan Konsultasi dan Persetujuan Mentor ..................................... 28

Gambar 3.5 Persiapan FGD Penyusunan SOP FS dan SOP DED Dalam
Pemilihan Program Prioritas Pembangunan Jalan ..................................... 29

Gambar 3.6 Foto Kegiatan FGD Penyusunan SOP FS dan SOP DED dalam Pemilihan
Program Prioritas Pembangunan Jalan ........................................................... 31

Gambar 3.7 Foto Kegiatan Rapat Penyusunan SOP FS Dan SOP DED Serta SE Dirjen
Bina Marga Metode Teknik Pemilihan Program Prioritas Pembangunan Jalan ...... 32

Gambar 3.8 Foto Kegiatan Pembahasan Draft Perjanjian Kerjasama Antara Badan
Informasi Geospasial Dan Dirjen Bina Marga Dalam Penyedia Data Informasi
Data Geospasial Untuk Pembangunan Jalan .................................................... 33

Gambar 3.9 Rapat Kegiatan Penyusunan SOP FS dan DED Dalam Pemilihan Program
Prioritas Pembangunan Jalan, Draft Perjanjian Kerjasama Antara Badan
Informasi Geospasial (BIG) Dengan Dirjen Bina Marga Dan Draft SE Dirjen.
Bina Marga ................................................................................................... 35

Gambar 3.10 Finalisasi Draft SOP FS Dan SOP DED ........................................................... 37

Gambar 3.11 Sosialisasi/Uji Coba Penerapan e-Program Pembangunan Jalan Mendukung


RENSTRA Bina Marga 2015-201 .................................................................... 39

vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kriteria Keberhasilan Proyek Perubahan ....................................................... 6
Tabel 2.1 Tahapan Dan Output ..................................................................................... 15
Tabel 2.2 Hasil Penilaian Posisi Dan Besaran Pengaruh Serta Sikap Tiap
Stakeholder Terhadap Proyek Perubahan ...................................................... 20

viii
EXECUTIVE SUMMARY
Salah satu target dari Renstra 2015–2019 adalah pembangunan jalan sepanjang
2.650 Km dan untuk itu diperlukan Strategi Pemilihan Program Prioritas Pembangunan Jalan
dalam Rangka Capaian Renstra yang Efektif dan Efisien.
Penulis melihat bahwa saat ini terdapat beberapa permasalahan dalam menentukan
strategi pemilihan program prioritas pembangunan jalan, antara lain pengalokasian dana
pembangunan jalan yang belum berdasarkan kebutuhan prioritas secara nasional,
mekanisme perencanaan dan pemrograman berdasarkan readiness criteria yang belum
didukung data akurasi yang up to date, belum tersedianya metode teknis secara kuantitaif
untuk penilaian program prioritas, serta belum ada standarisasi SOP/mekanisme pembuatan
FS dan DED pada wilayah dengan tingkat kesulitan fisiografi yang tinggi (daerah
berbukit/gunung/hutan).
Akibatnya pengajuan penilaian usulan program pembangunan jalan baru yang
cenderung memilih trase terpendek, berdampak kepada terjadinya perubahan signifikan
terhadap DED dan rencana pembiayaannya akibat problem fisiografi dan lingkungan yang
belum terakomodasi secara komprehensif dalam dokumen perencanaannya. Belum adanya
metode penilaian multi kriteria secara kuantitatif dan obyektif untuk menetapkan tingkat
kebutuhan prioritas pembangunan jalan, berdampak beberapa wilayah provinsi tertentu
mendapatkan alokasi dana pembangunan jalan nasional yang cukup besar dan beberapa
provinsi lain relatif kecil atau sama sekali tidak ada alokasi dana. Pada akhirnya usulan
program pembangunan jalan masih berdasarkan pagu indikatif provinsi tahun sebelumnya.
Untuk itu proyek Perubahan “Strategi Pemilihan Program Prioritas Pembangunan Jalan
dalam Rangka Capaian Renstra yang Efektif dan Efisien” diharapkan dapat :
1. Menciptakan pengalokasian dana pembangunan jalan secara obyektif dan
proporsional berdasarkan analisis kebutuhan prioritas secara nasional (money follow
programme).
2. Menjadikan Readiness Criteria, yaitu dokumen FS, DED, Lingkungan/ AMDAL dan
ketersediaan lahan/pembebasan tanah, sebagai bukti data akurat untuk seleksi awal
dalam memilih dan menetapkan alternatif trase jalan dengan biaya pembangunannya
paling optimal
Proyek ini menekankan inovasi dalam hal penggunaan analisis skor tertinggi untuk
memilih Program Prioritas agar lebih obyektif dan penggunaan RC dengan dukungan foto
udara yang memiliki ketelitian 5 m untuk memilih trase jalan dalam kajian FS dan ketelitian
20–50 cm untuk mendetailkan trase terpilih agar tidak terjadi perubahan DED dan RAB yang
signifikan di lapangan.
Hasil konkrit jangka pendek proyek perubahan ini adalah:
1) Prosedur penyiapan Dokumen Studi Kelayakan (Feasibility Study/FS) Pembangunan
Jalan.
2) Prosedur penyiapan Dokumen Desain (Detail Engineering Design/DED)
Pembangunan Jalan.
3) Surat Edaran (SE) Dirjen Bina Marga tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Program
Prioritas Pembangunan Jalan.
4) Konsep Perjanjian Kerjasama (PKS) antara Dirjen Bina Marga dengan Badan
Informasi Geospasial tentang Penyelenggaraan Informasi dan Data Geospasial untuk
Pembangunan Jalan.

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu sasaran dalam Rencana Strategis (RENSTRA) 2015-2019 Direktorat


Jenderal Bina Marga adalah pembangunan jalan nasional yang baru 2.650 Km.
Berkaitan dengan target pembangunan jalan nasional tersebut, Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PU-PR) memberlakukan Permen PUPR No.
15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR, yang salah satu
isinya adalah membentuk Direktorat Pembangunan Jalan untuk melaksanakan
pembangunan jalan nasional yang baru sepanjang 2.650 Km sebagaimana ditargetkan
dalam RPJMN 2015-2019 dan Kebijakan Pemerintah lainnya terkait pembangunan
infrastuktur jalan.

Direktorat Pembangunan Jalan merupakan salah satu unit kerja Direktorat Jenderal Bina
Marga yang memiliki Sub-Direktorat Manajemen Konstruksi, yang bertugas malakukan
koordinasi dan penilaian usulan program dan anggaran penyelenggaraan pembangunan
jalan yang menjadi bahan untuk membantu proses pengambilan keputusan berkaitan
dengan kebijakan pemrograman/penganggaran pembangunan jalan di setiap provinsi.

Sampai dengan akhir tahun anggaran 2017 diperkirakan dalam waktu 2015-2017,
pembangunan jalan baru akan mencapai 1972 km dengan permukaan akhir yang
bervariasi mulai dari permukaan beton, aspal, agregat, maupun permukaan tanah yang
tersebar di seluruh Indonesia. Penilaian usulan program pembangunan jalan saat ini
masih berdasarkan ketersediaan Readiness Criteria, yaitu: Dokumen FS; Dokumen
DED; Dokumen Lingkungan (AMDAL/RKL/RPL, UKL-UPL); serta Ketersediaan Lahan
(Pembebasan Tanah) dalam membuka atau meningkatkan konektivitas/aksesibilitas
daerah Perbatasan (Kalimantan, NTT, Papua); Trans Papua; Pantai Selatan Jawa
(Pansela) dan Pulau Terluar; Kawasan Strategis (Parawisata Nasional, Pusat/Daerah);
Arahan Pimpinan; dan Kawasan Ekonomi Khusus, untuk mendukung pengembangan
KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional). Penerapan penilaian berdasarkan
dokumen Readiness Criteria tersebut cenderung alokasi dana pembangunan jalan
nasional pada Provinsi tertentu relatif besar dibandingkan provinsi lain, bahkan ada
provinsi yang tidak mendapat alokasi program pembangunan jalan.

1
Selain itu, hasil Studi Kelayakan (Feasibility Study/FS) cenderung memilih trase yang
terpendek tanpa didukung data foto udara yang memiliki ketelitian 5 m, sehingga trase
terpilih kurang akurat karena belum mampu menunjukkan kedalaman dan keragaman
fisiografi wilayah. Kondisi tersebut berdampak terjadinya kompleksitas problem
pembuatan dokumen desain (Detail Engineering Design/DED) yang kurang teliti
terutama terkait dengan ketidaktepatan volume galian dan timbunan tanah untuk
penyiapan badan jalan serta kurang tepatnya informasi jumlah dan bentang sungai yang
dilalui trase yang terpilih. Selain persoalan tidak akuratnya hasil FS, pembuatan DED
juga belum mempertimbangkan data foto udara dengan ketelitian 20-50 cm untuk
mengkonfirmasi detail trase terpilih hasil FS, berdampak perubahan yang sangat
signifikan dibandingkan kondisi nyata lapangan yang pada akhirnya juga berdampak
pertambahan kebutuhan dana pelaksanaan konstruksi yang jauh lebih besar daripada
Rencana Anggaran Biaya (RAB) awal. Kondisi kronis tersebut sudah berlangsung
sangat lama dan tidak ada upaya perbaikan kinerja pembuatan FS dan DED sehingga
di lapangan sering terjadi penambahan (addendum) biaya dan waktu pelaksanaan
konstruksi jalan tanpa data pendukung yang andal dan akurat.

Program pembangunan jalan ada 2 (dua) kategori, yaitu pembangunan jalan baru untuk
membuka isolasi atau pegembangan wilayah termasuk jalan lingkar yang baru; dan
penambahan lajur dari semula 2 lajur 2 arah menjadi 4 lajur 2 arah. Setiap tahunnya
secara periodik, semua provinsi mengajukan usulan pembangunan jalan di daerahnya
melalui tahapan pra konsultasi regional, konsultasi regional (konreg). Biasanya usulan
yang diajukan oleh setiap Pemerintah Provinsi lebih besar dari pada ketersediaan dana
yang dialokasikan dalam RAPBN, sehingga dipandang perlu strategi yang dapat
menyaring (menyeleksi) program yang diusulkan dalam konsultasi regional (konreg)
menjadi program prioritas yang terpilih secara obyektif, yang dapat dilaksanakan
pembangunannya berdasarkan ketersediaan dana APBN. Oleh karenanya diperlukan
strategi pemilihan program prioritas pembangunan jalan nasional dalam upaya
ketepatan capaian target Renstra 2015-2019 Ditjen Bina Marga.

Berkaitan dengan pemikiran tersebut, latar belakang untuk menyusun Strategi Pemilihan
Program Prioritas Pembangunan Jalan dalam Rangka Capaian Renstra yang Efektif dan
Efisien, antara lain :

a. Kurang akurasinya bukti data analisis yang mendukung dokumen readiness criteria
dalam mengajukan penilaian usulan program pembangunan jalan yang baru, yang
cenderung memilih trase terpendek, berdampak terjadi perubahan signifikan
terhadap DED dan rencana pembiayaannya akibat problem fisiografi dan

2
lingkungan yang belum terakomodasi secara komprehensif dalam dokumen
perencanaannya.
b. Belum ada metode penilaian multi kriteria secara kuantitatif dan obyektif untuk
menetapkan tingkat kebutuhan prioritas pembangunan jalan, berdampak beberapa
wilayah provinsi tertentu mendapatkan alokasi dana pembangunan jalan nasional
yang cukup besar (memadai) dan beberapa provinsi lain relatif kecil atau sama
sekali tidak ada alokasi dana.
c. Usulan program pembangunan jalan nasional di tiap wilayah provinsi masih
berdasarkan pagu dana indikatif tiap provinsi tahun sebelumnya, berdampak
terjadinya ketidak seimbangan peningkatan konektivitas wilayah.
d. Banyaknya usulan program pembangunan jalan yang disampaikan Kementerian
PUPR Cq. Dirjen Bina Marga baik dari Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota, DPR, dll. Sementara alokasi dana terbatas, sehingga perlu
dilakukan pemilihan mana yang paling prioritas.

1.2. Tujuan Proyek Perubahan

Tujuan proyek perubahan “Strategi Pemilihan Program Prioritas Pembangunan Jalan


dalam Rangka Capaian Renstra yang Efektif dan Efisien” diharapkan dapat :

a. Menciptakan pengalokasian dana pembangunan jalan secara obyektif dan


proporsional berdasarkan analisis kebutuhan prioritas secara nasional (money
follow programme).

b. Menjadikan readiness criteria, yaitu dokumen FS, DED, Lingkungan/AMDAL dan


ketersediaan lahan/pembebasan tanah, sebagai bukti data akurat untuk seleksi
awal dalam memilih dan menetapkan alternatif trase jalan dengan biaya
pembangunannya paling optimal.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka proyek perubahan ini di bagi dalam 3 tahap
capaian, yaitu :

1.2.1. Capaian Jangka Pendek (sampai Desember 2017)

Kegiatan jangka pendek hingga Desember 2017 lebih fokus pada kegiatan
persiapan penyusunan brainware untuk mewujudkan proyek perubahan strategi
pemilihan program prioritas pembangunan jalan yang efektif dan efisien, yaitu :

a. Tersedianya SOP Pembuatan FS untuk wilayah dengan tingkat kesulitan


fisiografi yang tinggi (daerah berbukit/gunung/hutan) sebagai dokumen

3
readiness criteria yang dilengkapi dukungan foto udara yang memiliki
ketelitian 5 m untuk memilih trase jalan yang akurat.

b. Tersedianya SOP Pembuatan DED sebagai dokumen readiness criteria


yang dilengkapi dukungan foto udara dengan ketelitian 20–50 cm untuk
mendetailkan trase terpilih agar tidak terjadi perubahan DED dan RAB yang
signifikan di lapangan.

c. Tersusunnya SE Dirjen Bina Marga tentang Petunjuk Teknis Penyusunan


Program Prioritas Pembangunan Jalan.

d. Tersusunnya konsep Surat Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Dirjen Bina
Marga dan Kepala BIG (Badan Informasi Geospasial).

1.2.2. Capaian Jangka Menengah (sampai Desember 2018)

Kegiatan jangka menengah sampai Desember 2018 lebih fokus pengesahan


legalitas kerjasama kelembagaan dan sosialisasi SOP terkait penyusunan FS
dan DED serta Surat Edaran (SE) Ditjen Bina Marga, yaitu :
a. Tanda tangan Surat Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Dirjen Bina Marga
dan Kepala BIG (Badan Informasi Geospasial).
b. Sosialisasi dan penerapan SOP pembuatan FS.
c. Sosialisasi dan Penerapan SOP pembuatan DED.
d. Pemberlakuan SE Dirjen Bina Marga tentang Petunjuk Teknis Penyusunan
Program Prioritas Pembangunan Jalan TA. 2019.
e. Sosialisasi SOP pembuatan FS dan SOP pembuatan DED di Pemerintah
Provinsi dan Kab/Kota.

1.2.3. Capaian Jangka Panjang (sampai Desember 2019)


Kegiatan jangka panjang sampai Desember 2019 lebih fokus pada monitoring dan
evaluasi terhadap brainware dan hardware yang sudah disiapkan, disosialisasikan,
dan diterapkan, yaitu :
(a) Monitoring terhadap penerapan SOP pembuatan FS dan DED, penyusunan
program prioritas pembangunan jalan nasional tiap provinsi.
(b) Evaluasi konsistensi pembuatan FS dan DED terhadap SOP, dan obyektivitas
penilaian program prioritas pembangunan jalan nasional tiap provinsi.

1.3. Area Proyek Perubahan


Area proyek perubahan terkait strategi pemilihan program prioritas pembangunan jalan
dalam rangka capaian Renstra 2015-2019 Ditjen Bina Marga yang efektif dan efisien,
adalah :

4
a. Tersedianya SOP Penyusunan FS beserta bahan sosialisasinya.

b. Tersedianya SOP Pembuatan DED beserta bahan sosialisasinya.

c. Tersusunnya Surat Edaran (SE) Dirjen Bina Marga tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Jalan beserta bahan sosialisasinya.

d. Pemberlakuan Surat Edaran (SE) Dirjen Bina Marga tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Jalan Nasional di BPJN/BBPJN.

e. Tersusunnya Perjanjian Kejasama (PKS) Antara Dirjen Bina Marga dan Kepala
Badan Informasi Geospasial (BIG) Tentang Penyelenggaraan Informasi dan Data
Geospasial Untuk Pembangunan Jalan.

1.4. Ruang Lingkup Proyek Perubahan


Pelaksanaan proyek perubahan strategi pemilihan program prioritas pembangunan jalan
dalam rangka capaian RENSTRA yang efektif dan efisien diimplementasikan dengan
lingkup kegiatan yang harus dilaksanakan, sebagai berikut :

a. Tersedianya Surat Edaran (SE) Dirjen Bina Marga tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Jalan yang menjadi alat bantu
(Tools) metode teknis penilaian untuk menetapkan ranking program prioritas
pembangunan jalan sesuai kondisi tiap provinsi, mempertimbangkan multi kriteria
(Teknis, Spasial, Ekonomi, Sosial Budaya, Polhankam, dan Lingkungan).

b. Perbaikan komponen input pada readiness criteria antara lain :

1) Hasil Feasibility Study (FS) yang dilengkapi dukungan peta berbasis geospasial
berupa Digital Terrain Model (DTM) dengan resolusi maksimal 5 (lima)
meteruntuk memiliki trase yang akurat, khususnya wilayah dengan tingkat
kesulitan yang fisiografi yang tinggi (daerah berbukit/gunung/hutan).

2) Hasil Detail Engineering Design (DED) yang merupakan lanjutan FS yang


dilengkapi dukungan peta berbasis geospasial berupa data Digital Elevation
Model (DEM), Light Detectioan and Ranging (LiDar) resolusi 20-50 cm.

1.5. Kriteria Keberhasilan


Kriteria keberhasilan proyek perubahan dan stakeholder penentu dalam terlaksananya
target kriteria keberhasilan sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel 1.1

5
Tabel 1.1 Kriteria Keberhasilan Proyek Perubahan

No Kriteria Keberhasilan Indikator Keberhasilan

1 Tersedianya SOP untuk FS dan DED Dirjen Bina Marga mengesahkan SOP

Tersedianya SE Dirjen Bina Marga


2 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Dirjen Bina Marga memberlakukan SE
Program Prioritas Pembangunan Jalan

Tertandatanganinya PKS antara Bina Dirjen Bina Marga dan BIG


3
Marga dengan BIG menandatangani PKS

Terselenggaranya sosialisasi SOP Pemahaman yang mumpuni dari


4
FS/DED dan SE perencana

Daftar Urutan Skor Penilaian program


5 Teridentifikasinya program prioritas
prioritas

6
BAB II

DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN

2.1. Rencana Strategis (RENSTRA)

Salah satu target Renstra 2015-2019 Ditjen Bina Marga adalah Pembangunan Jalan
Baru sepanjang 2.650 Km yang tersebar di 34 wilayah provinsi yang tidak mungkin dapat
dilaksanakan secara serentak pada tahun anggaran yang sama, sehingga perlu dibuat
petunjuk teknis penilaian kebutuhan program prioritasnya secara kuantitatif. Untuk
membuat dan menerapkan petunjuk tersebut kiranya perlu ditinjau ulang sinkronisasinya
dengan tugas dan fungsi kelembagaan internal Ditjen Bina Marga, sebagai berikut :

Direktorat Jenderal Bina Marga :

a. Tugas : Menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang


penyelenggaraan jalan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

b. Fungsi : Pelaksanaan Kebijakan di bidang penguatan konektivitas yang menjadi


prioritas nasional.

Direktorat Pembangunan Jalan :

a. Tugas : Melaksanakan penyusunan dan bimbingan teknis standar dan pedoman


pembangunan jalan, pembinaan teknis pelaksanaan manajemen konstruksi
pembangunan jalan, pembinaan teknis pembangunan jalan serta pelaksanaan
pemantauan dan evaluasi kinerja pembangunan jalan.

b. Fungsi : Pembinaan teknik pelaksanaan manajemen konstruksi pembagunan jalan


Subdirektorat Manajemen Konstruksi dengan salah satu fungsinya :

− Tugas : Melaksanakan pembinaan teknik pelaksanaan manajemen


pembangunan jalan.

− Fungsi : Koordinasi dan penilaian usulan program dan anggaran


penyelenggaraan pembangunan jalan.

7
KEBIJAKAN
KEBIJAKAN PEMROGRAMAN DITJEN BINA MARGA

RPJMN RENSTRA PERPRES ARAHAN PRESIDEN


2015 - 2019 2015 - 2019 PSN LAINNYA

• Perbatasan (Kalimantan, • Tingkat Konektivitas Jalan • Jalan Tol Dukungan • 5 FO Pantura Jawa
Papua, NTT) Nasional 77% Pemerintah (Manado - • Akses Pabrik Sagu di Kais,
• Trans Papua dan Pansela • Tingkat Kemantapan Jalan Bitung, Balikpapan - Papua
Jawa Nasional 98% Samarinda, Medan - • Pelebaran 4 Lajur di 7 Pos
• Waktu tempuh menjadi • Waktu Tempuh Pada Koridor Kualanamu, Cisumdawu, Lintas Batas
2,2 jam/100 Km Utama 2,2 jam/Km Solo - Kertosono, Akses Tj.
• Jalan Lingkar Toba dan
Priok
• Kemantapan Jalan • Tingkat Penggunaan Jalan Jembatan Tano Ponggol
Nasional 98% Nasional 133 Milyar • Trans Morotai
• Akses Mandeh
Kendaraan Km • Palu - Parigi
• Akses Jalan di Pulau
• Pembangunan Jalan 2.650 • Pembangunan Jalan 2.650 • Penghubung Gorontalo - Naduk Bangka Belitung
Km Km Manado sebagai Kawasan
• Peningkatan kapasitas • Pembangunan Jalan Tol 1.000 • Trans Maluku Karantina Sapi
jalan 4.200 lajur - Km Km • Akses 4 Bandara Baru • Dukungan Pemerintah di
• Pembangunan Jalan Tol • Pelebaran 3.057 Km • Akses 12 Pelabuhan Baru Jalan Tol Serang –
1.000 Km • Akses 24 Kawasan Paninbang
• Dukungan Jalan Bagi 24 • Pembangunan FO/UP 15.000 Industri/KEK • Jalan Lingkar UGM
Pelabuhan Tol Laut M • Akses 10 KSPN • Akses Kota Baru Maja
• Dukungan Jalan Bagi 14 • Dukungan Jalan Daerah 500 • Akses 5 KSPN Prioritas
Kawasan Industri Km • Dll

(Sumber : Bahan Presentasi Dirjen BM pada Raker tanggal : 18 Januari 2017 yang dihadiri Menteri PUPR)
Gambar 2.1 Kebijakan Pemrograman Ditjen Bina Marga

2.2. Organisasi/Tata Kelola Proyek Perubahan

Tata kelola proyek perubahan dalam menerapkan strategi pemilihan program prioritas
pembangunan jalan nasional dalam rangka capaian Renstra 2015-2019 Ditjen Bina
Marga yang efektif dan efisien, tetap mengacu pada Permen PUPR No. 15/PRT/M/2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR, sebagaimana ditunjukkan dalam
Gambar 2.2 Tata kelola proyek perubahan tersebut lebih fokus pada delivery system
yang berada di dalam kelembagaan Ditjen Bina Marga, dijelaskan sebagai berikut :

2.2.1. Dirjen Bina Marga

Berwenang mengesahkan dan memberlakukan SE Dirjen Bina Marga tentang


Petunjuk Teknis Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Jalan.

2.2.2. Sesditjen Bina Marga

Bertugas menyiapkan dan mengoreksi akurasi aspek legal administratif draft SE


Dirjen Bina Marga tentang Penerapan Metode Teknis Pemilihan Program
Prioritas Pembangunan Jalan yang Efektif dan Efsien, sebelum ditandatangani
oleh Dirjen Bina Marga.

8
2.2.3. Direktur Pembangunan Jalan (Sponsor)

Bertugas untuk monitoring dan evaluasi pemberlakuan : (1) SE Dirjen Bina Marga
tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Jalan
yang Efektif dan Efsien; dan (2) SOP penyusunan dan pembuatan FS dan DED
untuk pembangunan jalan nasional yang baru. Saat ini Direktur Pembangunan
Jalan memantau bahwa pengusulan pembangunan jalan nasional yang baru
kurang didukung dokumen redianess criteria yang akurat dan kurang obyektif
dalam menentukan kebutuhan program prioritasnya, maka Direktur
Pembangunan Jalan perlu menunjuk Kasubdit Manajemen Konstruksi untuk
menyiapkan perubahan strategi pemilihan program prioritas pembangunan jalan
nasional dalam rangka capaian Renstra 2015-2019 Ditjen Bina Marga yang
efektif dan efisien.

2.2.4. Kasubdit Manajemen Konstruksi (Project Leader)

Kasubdit Manajemen Konstruksi segera menyusun : (1) SOP Pembuatan FS


untuk wilayah dengan tingkat kesulitan fisiografi yang tinggi (daerah
berbukit/gunung/hutan) sebagai dokumen readiness criteria yang dilengkapi
dukungan foto udara yang memiliki ketelitian 5 m untuk memilih trase jalan yang
akurat, beserta bahan sosialisasinya; (2) SOP Pembuatan DED sebagai
dokumen readiness criteria yang dilengkapi dukungan foto udara dengan
ketelitian 20–50cmuntuk mendetailkan trase terpilih agar tidak terjadi perubahan
DED dan RAB yang signifikan di lapangan, beserta bahan sosialisasinya; (3)
metode penilaian rangking kebutuhan program prioritas dengan analisis
multikriteria (teknis, spasial, ekonomi, sosial budaya, geo-polhankam, dan
lingkungan), serta ketersediaan, kelengkapan dan legalitas dokumen readiness
criteria yang didukung data teknis yang akurat, beserta bahan sosialisasinya; (4)
konsep Surat Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Dirjen Bina Marga dan Kepala
BIG (Badan Informasi Geospasial), beserta bahan sosialisasinya; dan (5) konsep
SE Dirjen Bina Marga tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Program Prioritas
Pembangunan Jalan yang Efektif dan Efsien, beserta bahan sosialisasinya.

Selanjutnya Kasubdit Manajemen Konstruksi mendampingi dan membantu


Direktur Pembangunan Jalan untuk melakukan koordinasi dengan Direktur lain
dalam lingkup Ditjen Bina Marga :

a. Koordinasi dengan Direktur Pengembangan Jaringan Jalan :

9
1) Penetapan besaran alokasi dana bagi ruas jalan nasional yang baru
yang memiliki skor tertinggi dalam rangking kebutuhan program
prioritas.

2) Penetapan kebutuhan pengembangan jaringan jalan yang mendukung


konektivitas dengan simpul-simpul transportasi dan kawasan strategis
(KSN, KEK, KSPN, dan Kawasan Perbatasan dan pulau terluar).

b. Koordinasi dengan Direktur Jembatan :

1) Pemastian pembangunan jembatan baru pada ruas jalan yang memiliki


skor tertinggi dalam rangking kebutuhan program prioritas
pembangunan jalan.

2) Penetapan kebutuhan pengembangan jembatan baru yang mendukung


konektivitas jaringan jalan.

c. Koordinasi dengan Direktur Jalan Bebas Hambatan, Perkotaan dan


Fasilitasi Jalan Daerah :

1) Pemastian integrasi jalan sub-nasional (jalan provinsi/kabupaten/kota)


terhadap jalan nasional baru yang dibangun, dengan tetap
memperhatikan kelayakan jumlah dan jarak jalan masuk (akses).

2) Pemastian integrasi jalan nasional baru yang dibangun yang berkelas


jalan raya, jalan sedang dan jalan kecil terhadap jalan bebas hambatan
termasuk jalan tol.

d. Koordinasi dengan Direktur Preservasi Jalan :

1) Pemastian sinkronisasi proyek pelebaran jalan menuju standar yang


menjadi kewenangan Direktorat Preservasi Jalan terhadap proyek
peningkatan kapasitas yang menjadi kewenangan Direktorat
Pembangunan Jalan.

2) Pemastian perencanaan program preservasi jalan bagi jalan nasional


baru yang dibangun agar tidak terjadi keterlambatan pemeliharaan
preventifnya.

Selain itu, Kasubdit Manajemen Konstruksi juga harus menyusun laporan monitoring dan
evaluasi terhadap tingkat penerapan : SOP Pembuatan FS dan DED, SE Dirjen Bina
Marga tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Jalan,
serta Surat Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Dirjen Bina Marga dan Kepala BIG

10
(Badan Informasi Geospasial), dengan tetap berkonsultasi dengan Coach baik terhadap
maupun proses pelaksanaan proyek perubahan.

2.2.5. Coach (Counselor)

Memberikan masukan dan melakukan diskusi baik langsung maupun jarak jauh
dengan email, hand phone atau pesan singkat dengan WhatsApp. Memonitor
kegiatan Project Leader selama Taking Ownership dan labotarium
kepemimpinan sehingga pencapaian target penyelesaian Proyek Perubahan
sesuai dengan yang diharapkan.

2.2.6. Tim Teknis

Mengidentifikasi kebutuhan data dalam rangka penyusunan SE Dirjen Bina


Marga tentang Petunjuk Teknik Penyusunan Program Prioritas Pembangunan
Jalan penyusunan SOP FS dan penyusunan SOP DED serta penyusunan
naskah PKS antara Dirjen Bina Marga dan Kepala BIG. Memberikan masukan
mengenai kebutuhan dan pengetahuan aplikasi e-Program, melaporkan hasil
kegiatan Tim Teknis.

2.2.7. Tim Administrasi

Melaksanakan proses administrasi pelaksanaan proyek perubahan mulai dari


persiapan rapat Focus Group Discussion (FGD) sampai membuat Notulennya;
menyusun konsep SE, SOP FS, SOPDED, dan naskas PKS. Melaporkan
kegiatan terkait administarsi.

DIRJEN
BINA MARGA
SEKRETARIS DIRJEN
BINAMARGA

SPONSOR DIR. JALAN BEBAS


DIR. PENGEMBANGAN
DIR. JEMBATAN HAMBATAN, PERKOTAAN DIR. PRESERVASI JALAN
DIR. PEMBANGUNAN JARINGAN / JALAN
DAN FJD
JALAN

COACH PROJECT LEADER


KASUBDIT KASUBDIT KASUBDIT KASUBDIT
KASUBDIT
DR. Ir. Tb. Hisni, M.Si
MANAJEMEN KONSTRUKSI

KASI KASI KASI KASI


TIM TIM
TEKNIS ADMINISTRASI

Gambar 2.2 Organisasi/Tata Kelola Proyek Perubahan

11
2.3. Framework Proyek Perubahan

Framework proyek perubahan dalam proses strategi pemilihan program strategis


pembangunan jalan baru dalam rangka capaian Renstra 2015-2019 Ditjen Bina Marga,
diawali dengan mengidentifikasi “kondisi perencanaan dan pemrograman pembangunan
jalan saat ini” dan merumuskan “kondisi perencanaan dan pemrograman pembangunan
jalan yang sangat diharapkan”, yang selanjutnya dapat dicermati “gap” yang terjadi
antara kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan. Setelah diketahui dan dipahami
“gap” yang terjadi, selanjutnya dari upaya untuk mencapai kondisi yang diharapkan akan
dapat dirumuskan “manfaat” yang diperoleh dan “inovasi” yang diperlukan.

2.3.1. Kondisi Saat ini

Kondisi perencanaan dan pemrograman pembangunan jalan nasional yang baru


saat ini, dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pengalokasian dana Pembangunan Jalan belum optimal dan cenderung


money follow function.

b. Alokasi dana Pembangunan Jalan pada beberapa provinsi relatif besar


sementara pada propinsi lain relatif kecil atau tidak teralokasi.

c. Usulan Program Pembangunan Jalan masih berdasarkan Pagu Indikatif tiap


provinsi tahun sebelumnya.

d. Belum tersusunnya SOP penilaian usulan Program Pembangunan Jalan.

e. Belum memahami kebijakan Pemerintah untuk mewujudkan agenda


membangun Indonesia dari daerah pinggiran khususnya perencanaan
pembangunan jalan baru dalam rangka peningkatan
konektivitas/aksesibilitas daerah perbatasan, pulau terluar, dan Pansela
untuk mendukung KSPN dan kawasan strategis lainnya serta keputusan
geopolitik seperti Direktif Presiden.

f. Tidak semua hasil perencanaan dan pemrograman berbasis data teknis


yang akurat, cenderung bersifat asumsi yang dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.

g. Hampir semua hasil FS dan DED belum berbasis pemenuhan kelaikan


fungsi jalan karena keterbatasan dana untuk mengatasi berbagai persoalan
keragaman filosofi sosial, ekonomi, budaya dan politik.

h. Belum tersusunnya SOP pembuatan FS pembangunan jalan baru pada


daerah dengan tingkat kesulitan fisiografi yang tinggi.

12
i. Belum akurasinya data analisis teknis dalam penyusunan dokumen
readiness criteria.

j. Belum ada alat bantu (tools) dalam penilaian program-program prioritas


pembangunan jalan.

2.3.2. Kondisi yang Diharapkan

Kondisi perencanaan dan pemrograman pembangunan jalan nasional yang baru


yang sangat diharapkan, dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Alokasi dana pembangunan jalan sesuai program kebutuhan prioritas


(money follow programme).

b. Penilaian penanganan prioritas secara obyektif.

c. Penilaian usulan program pembangunan jalan berdasarkan kebutuhan


prioritas secara nasional.

d. SOP penilaian usulan pembangunan jalan dengan metode multi kriteria


yang obyektif kuantitatif.

e. Sosialisasi dan monitoring secara intensif bijakan pemerintah untuk


mewujudkan agenda butir ke-3 Nawacita.

f. Perencanaan dan pembangunan harus berbasis data analisis teknis yang


up to date akurasinya.

g. FS dan DED jalan harus berbasis pemenuhan kelaikan fungsi jalan secara
teknis agar alokasi dana implementasinya dapat optimal.

h. Tersusunnya SOP pembuatan FS pembangunan jalan baru pada


wilayah/daerah dengan tingkat kesulitan fisiografi dan lingkungan yang
tinggi berbasis data GIS.

i. Dokumen readiness criteria yang didukung data analisis teknis up to date


akurasinya, menjadi syarat mutlak untuk dimulainya proses pelelangan dan
pelaksanaan konstruksi.

j. Alat bantu (tools) metode teknis penilaian untuk menetapkan ranking


program prioritas pembangunan jalan sesuai kondisi tiap provinsi,
mempertimbangkan multi kriteria (teknis, spasial, ekonomi, sosial budaya,
geo-polhankam, dan lingkungan).

13
2.3.3. Gap Yang Terjadi

Perbedaan atau gap yang terjadi antara “kondisi saat ini” dan “kondisi yang
sangat diharapkan” dalam strategi perencanaan dan pemrograman
pembangunan jalan nasional yang baru, dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Pengalokasian dana pembangunan jalan belum berdasarkan kebutuhan


prioritas secara Nasional.

b. Mekanisme perencanaan dan pemrograman berdasarkan readiness criteria


yang didukung data up to date akurasinya.

c. Belum tersedianya metode teknis secara kuantitaif untuk penilaian program


prioritas.

d. Belum ada standardisasi SOP/mekanisme pembuatan FS dan DED pada


wilayah dengan tingkat kesulitan fisiografi yang tinggi (daerah
berbukit/gunung/hutan).

2.3.4. Manfaat Yang Diperoleh Dari Upaya Capaian Kondisi Yang Diharapkan

Manfaat yang diperoleh dari upaya untuk mewujudkan “kondisi yang sangat
diharapkan” tersebut, adalah :

a. Alokasi dana pembangunan jalan nasional dilakukan secara obyektif


dengan bantuan metode penilaian rangking kebutuhan program prioritas
dengan analisis multi kriteria dan ketersediaan readiness criteria yang data
teknisnya akurat.

b. Alokasi dana pembangunan jalan nasional pada tiap provinsi sesuai


kebutuhan program prioritas (money follow programme) yang
mempertimbangkan analisis multi kriteria (teknis, spasial, ekonomi, sosial
budaya, geo-polhankam, dan lingkungan).

c. Cost program pembangunan jalan nasional dapat ditentukan lebih akurat


(optimal, cepat, tepat dan aman terhadap pemenuhan kelaikan fungsi jalan).

2.4. Inovasi Proyek Perubahan

Inovasi yang diperlukan untuk membantu ketepatan alokasi dana pembangunan jalan
nasional berdasarkan kebutuhan program prioritas nasional yang berprinsip pada money
follow programme, adalah :

a. Penggunaan analisis skor tertinggi hasil proses penilaian dengan metode multi
kriteria (teknis, spasial, ekonomi, sosial budaya, geo-polhankam, dan lingkungan)

14
dan tingkat akurasi hasil readiness criteria secara kuantitatif, untuk memilih Program
Prioritas pembangunan jalan yang lebih obyektif.

b. Penggunaan ketersediaan, kelengkapan dan legalitas dokumen readiness criteria


(RC) yang dilengkapi dukungan foto udara yang memiliki ketelitian 5 m untuk
memilih trase jalan dalam kajian FS dan ketelitian 20–50 cm untuk mendetailkan
trase terpilih agar tidak terjadi perubahan DED dan RAB yang signifikan di
lapangan.

2.5. Tahapan Dan Output Proyek Perubahan (Milestone)

Untuk mencapai tujuan proyek perubahan maka pelaksanaan proyek perubahan ini
dibagi dalam 3 (tiga) tahap Milestone. Jadwal kegiatan yang meliputi milestone, tahapan
dan output sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Tahapan Dan Output


Jadwal
No Milestone Tahapan Output
(Minggu Ke: )
Capaian Jangka Pendek
A Tahapan Persiapan
(sampai Desember 2017)
1 Tersedianya SOP Pembuatan FS 1. Konsultasi kepada
Dokumen dan
untuk wilayah dengan tingkat mentor mengenai 1
foto
kesulitan fisiografi yang tinggi RPP
(daerah berbukit/gunung/hutan) 2. Mengundang
sebagai dokumen readiness criteria Kasubdit, Dokumen
Kasubbag, Kasi, Surat 1
yang dilengkapi dukungan foto Team Leader KMP Undangan
udara yang memiliki ketelitian 5 m untuk rapat
untuk memilih trase jalan yang 3. Membentuk tim
akurat. SK tim efektif 1
efektif
4. Melaporkan dan
meminta masukan Dokumentasi
2
mentor terhadap dan dukungan
tugas tim efektif
2 Tersedianya SOP Pembuatan DED 5. diskusi dan analisis
Daftar hadir
sebagai dokumen readiness criteria data dan sumber
dan 2
yang dilengkapi dukungan foto daya dengan TIM
dokumentasi
udara dengan ketelitian 20–50 cm efektif terkait RPP
untuk mendetailkan trase terpilih 6. Pengumpulan data,
agar tidak terjadi perubahan DED Inventarisasi foto Dokumen 3-5
dan RAB yang signifikan di udara di Pusdatin
lapangan. 7. koordinasi dengan
Stakeholder dan
BIG untuk Dukungan dan
4
dukungan foto dokumentasi
udara serta
membuat PKS

15
Tabel 2.1 Tahapan Dan Output
Jadwal
No Milestone Tahapan Output
(Minggu Ke: )
3 Tersusunnya SE Dirjen Bina Marga 8. Penyusunan dan
Dokumen dan
tentang Petunjuk Teknis asistensi PKS ke 4
daftar hadir
Penyusunan Program Prioritas Bagian hukum
Pembangunan Jalan. 9. Penyusunan SOP Dokumen dan
4-5
FS daftar hadir
10. Penyusunan SOP Dokumen dan
4-5
DED daftar hadir
11. Penyusunan surat Dokumen dan
4-6
edaran Dirjen daftar hadir
4 Tersusunnya konsep Surat 12. FGD untuk Dokumen dan
Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara pembuatan FS, daftar hadir
6-7
Dirjen Bina Marga dan Kepala BIG DED dan SE dan
(Badan Informasi Geospasial) Dirjen Bina Marga dokumentasi
Undangan,
dokumen,
13. Rapat Tim efektif
daftar hadir 8
untuk finalisasi
dan
dokumentasi
Capaian Jangka Menengah Tahapan
B
(sampai Desember 2018) Pelaksanaan
1 Tanda tangan Surat Perjanjian
Kerja Sama (PKS) antara Dirjen Penandatanganan Dokumen dan
19
Bina Marga dan Kepala BIG PKS dokumentasi
(Badan Informasi Geospasial
Undangan,
2 Sosialisasi dan penerapan SOP Sosialisasi SOP FS Daftar
20
pembuatan FS. dan DED hadir,Dokume
ntasi
Undangan,
3 Sosialisasi dan Penerapan SOP Daftar
Sosialisasi SE 20
pembuatan DED. hadir,Dokume
ntasi

4 Pemberlakuan SE Dirjen Bina Undangan,


Bimbingan Teknik
Marga tentang Petunjuk Teknis Daftar
aplikasi penerapan 22
Penyusunan Program Prioritas hadir,Dokume
software
Pembangunan Jalan TA. 2019. ntasi

Capaian Jangka Panjang


C
(sampai Desember 2019)
1 Monitoring terhadap : Penerapan
SOP pembuatan FS dan DED, Monitoring dan
Laporan dan
penyusunan program prioritas evaluasi persiapan 1-104
dokumentasi
pembangunan jalan nasional tiap SE Dirjen
provinsi
2 Evaluasi konsistensi pembuatan
Evaluasi persiapan Laporan dan
FS dan DED terhadap SOP, dan 11-104
SE Dirjen dokumentasi
obyektivitas penilaian program

16
Tabel 2.1 Tahapan Dan Output
Jadwal
No Milestone Tahapan Output
(Minggu Ke: )
prioritas pembangunan jalan
nasional tiap provinsi

2.6. Pemangku Kepentingan (Stakeholder) Proyek Perubahan

Skema korelasi antara stakeholder terhadap proyek perubahan sebagaimana dijelaskan


dalam Gambar 2.3 Berdasarkan Gambar 2.3 dapat dilihat bahwa terdapat 2 (dua) jenis
garis korelasi dan 6 (enam) jenis kategori stakeholder. Masing-masing garis korelasi
dapat dijelaskan sebagai berikut:

Eksternal

Ka Dir Se
(+) 4 Kepal (-) 6
jen sdi a
(+) 9 (+) 8
Di
Kepal
(+) 4
Dir. a (-) 6
Dir Ban
(+) 4 Kepal
g. aDina
(-) 7
Dir
Ka Ka Kepal
(+) 5 Ka Ka Ka
su a (+) 2
Ka (+) 6 (+) 5 (+) 7 (+) 6 (+) 6
DPR -
(+) 6 Ka (+/-)7
Ko
Ka Ka (+) 5 Keme
(+) 2 n ATR
(+) 6 (+) 6
Sta
PU - B
(+) 6 (+) 3
- M

Ek KOORDINASI PRIMER
- B
HIRARKI UTAMA
In SEKUNDER

Gambar 2.3 Korelasi Stakeholder Terhadap Proyek Perubahan

a. Garis korelasi warna biru menerus (↔) yaitu garis korelasi yang menunjukkan
bahwa hubungan stakeholder terhadap proyek perubahan bersifat langsung (direct)
dan hierarki (hubungan komando). Beberapa penjelasan hubungan stakeholder

17
terhadap proyek perubahan bersifat langsung (direct) dan hierarki (hubungan
komando) antara lain:

1) Stakeholder yang memiliki korelasi langsung dan hierarki yang lebih tinggi
terhadap proyek perubahan yaitu Dirjen Bina Marga dan Sesditjen Bina Marga,
artinya stakeholder tersebut memiliki peran strategis untuk menyetujui atau
tidak menyetujui proyek perubahan.

2) Stakeholder yang memiliki korelasi langsung dan hierarki yang lebih rendah
terhadap proyek perubahan yaitu: Kasubdit MK, Kasubdit GPD, Kasubdit GML,
Kasubdit SP, Kasubdit PE, Kasie, Staff, dan Konsultan Bantek. Artinya,
stakeholder tersebut memiliki peran strategis dalam memberikan masukan
terhadap proyek perubahan.

b. Garis korelasi warna merah putus-putus ( ) yaitu garis korelasi yang


menunjukkan bahwa hubungan stakeholder terhadap proyek perubahan bersifat
koordinatif (hubungan koordinasi). Stakeholder yang memiliki hubungan koordinasi
terhadap proyek perubahan merupakan stakeholder yang berasal dari eksternal
Direktorat Pembangunan Jalan yang antara lain: Direktur PJJ, Direktur Jembatan,
Direktur JBHFJD, Kepala Balai/Balai Besar I-XVIII, Kasatker P2JN, Kasatker PJN,
Kepala Daerah (Gubernur, Bupati dan Walikota), Kepala Dinas PU dan
Permukiman, DPR-RI, Kementerian KLH, Kementerian Perhubungan, Kementerian
ATR, BNPP, BAPPENAS, BPIW, Kepala PUSDATIN, LAPAN, BIG, HPJI, MTI,
FSTPT, Kepala BAPPEDA Provinsi, dan Masyarakat Pemilik Tanah.

2.6.1. Posisi dan Besaran Pengaruh Stakeholder

Posisi dan besaran pengaruh stakeholder diperoleh berdasarkan hasil delphy


dengan skala nilai pengaruh angka 1 (satu) sampai angka 9 (sembilan) dan skala
nilai pengaruh tersebut diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu:

a. Nilai 1 (satu) sampai 2 (dua) pengaruh dalam kategori rendah.

b. Nilai 3 (tiga) sampai 5 (lima) pengaruh dalam kategori sedang.

c. Nilai 6 (enam) sampai 8 (delapan) pengaruh dalam kategori tinggi.

d. Nilai 9 (sembilan) pengaruh dalam kategori sangat tinggi.

Hasil penilaian posisi dan besaran pengaruh serta sikap tiap stakeholder
terhadap proyek perubahan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Berdasarkan Tabel 2.2 dapat diperoleh beberapa penjelasan antara lain sebagai
berikut:

18
a. Stakeholder yang memiliki tingkat pengaruh dalam kategori sangat tinggi
terhadap proyek perubahan sebanyak 1 (satu) stakeholder yaitu Dirjen Bina
Marga. Artinya, stakeholder yang memiliki peran sangat signifikan terkait
terlaksana atau tidak terlaksananya proyek perubahan adalah Dirjen Bina
Marga.

b. Stakeholder yang memiliki tingkat pengaruh dalam kategori tinggi yaitu


sebanyak 16 (enam belas) stakeholder. Ke-16 Stakeholder yang memiliki
tingkat pengaruh dalam kategori tinggi terhadap proyek perubahan tersebut
antara lain: (a) Sesditjen Bina Marga; (b) Kasubdit MK; (c) Kasubdit GPD;
(d) Kasubdit GML; (e) Kasubdit SP; (f) Kepala Balai/Balai Besar I-XVIII; (g)
KasatkerP2JN; (h) Kasatker PJN; (i) Kepala Daerah (Gubernur, Bupati dan
Walikota); (j) Kepala Dinas PU dan Permukiman; (k) DPR-RI; (l)
Kementerian KLH; (m) Kementerian ATR; (n) Kepala PUSDATIN; (o) BIG;
(p) Kepala BAPPEDA Provinsi; dan (q) Masyarakat Pemilik Tanah.

c. Stakeholder yang memiliki tingkat pengaruh dalam kategori sedang yaitu


sebanyak10 (sepuluh) stakeholder. Ke-10 Stakeholder yang memiliki
tingkat pengaruh dalam kategori sedang terhadap proyek perubahan
tersebut antara lain: (a) Kasubdit PE; (b)Kasie, (c) Staff; (d) Direktur PJJ; (e)
Direktur Jembatan; (f) Direktur JBHFJD; (g) Kementerian Perhubungan; (h)
BNPP; (i) BPIW.

d. Stakeholder yang memiliki tingkat pengaruh dalam kategori rendah yaitu


sebanyak 6 (enam) stakeholder. Ke-6 Stakeholder yang memiliki tingkat
pengaruh dalam kategori rendah terhadap proyek perubahan tersebut
antara lain: (a) Konsultan Bantek; (b) BAPPENAS; (c) LAPAN; (d) HPJI; (e)
MTI; dan (f) FSTPT.

e. Stakeholder yang memiliki sikap positif terhadap proyek perubahan yaitu


sebanyak 27 (dua puluh tujuh) stakeholder, artinya ke-27 stakeholder
tersebut mendukung adanya proyek perubahan.

f. Stakeholder yang memiliki sikap negatif terhadap proyek perubahan yaitu


sebanyak 6 (enam) stakeholder. Artinya, ke-6 stakeholder tersebut kurang
mendukung proyek perubahan, hal tersebut mengindikasikan perlunya
pendekatan dan komunikasi yang baik serta penjelasan mengenai kelebihan
dan manfaat proyek perubahan. Ke-6 stakeholder yang memiliki sikap
negatif terhadap proyek perubahan tersebut antara lain: (a) Kepala Daerah
(Gubernur, Bupati dan Walikota); (b) Kepala Dinas PU dan Permukiman;

19
(c) DPR-RI; (d) Kementerian KLH; (e) Kepala BAPPEDA Provinsi; dan (f)
Masyarakat Pemilik Tanah. Beberapa stakeholder yang memiliki sikap
negatif cenderung mengasumsikan bahwa proyek perubahan merupakan
upaya untuk membatasi daerah dalam mengembangkan dan membangun
wilayah.

Tabel 2.2 Hasil Penilaian Posisi Dan Besaran Pengaruh Serta Sikap Tiap Stakeholder
Terhadap Proyek Perubahan

No Stakeholder Pengaruh Sikap


1 Dirjen Bina Marga 9 POSITIF (+)
2 SESDITJEN Bina Marga 8 POSITIF (+)
3 Kasubdit MK 7 POSITIF (+)
4 Kasubdit GPD 6 POSITIF (+)
5 Kasubdit GML 6 POSITIF (+)
6 Kasubdit SP 6 POSITIF (+)
7 Kasubdit PE 3 POSITIF (+)
8 Kasie 5 POSITIF (+)
9 Staff 3 POSITIF (+)
10 Konsultan Bantek 2 POSITIF (+)
11 Direktur PJJ 5 POSITIF (+)
12 Direktur Jembatan 4 POSITIF (+)
13 Direktur JBHFJD 4 POSITIF (+)
14 Kepala Balai I s/d XVIII 6 POSITIF (+)
15 KASATKER P2JN 6 POSITIF (+)
16 KASATKER PJN 6 POSITIF (+)
17 Kepala Daerah (Gubernur, Bupati dan Walikota) 6 NEGATIF (-)
18 Kepala Dinas PU dan Permukiman 7 NEGATIF (-)
19 DPR-RI 7 NEGATIF (-)
20 Kementerian KLH 6 NEGATIF (-)
21 Kementerian Perhubungan 4 POSITIF (+)
22 Kementerian ATR 4 POSITIF (+)
23 BNPP 4 POSITIF (+)
24 BAPPENAS 2 POSITIF (+)
25 BPIW 4 POSITIF (+)
26 Kepala PUSDATIN 6 POSITIF (+)
27 LAPAN 1 POSITIF (+)
28 BIG 6 POSITIF (+)
29 HPJI 1 POSITIF (+)
30 MTI 1 POSITIF (+)
31 FSTPT 1 POSITIF (+)
32 Kepala BAPPEDA Provinsi 6 NEGATIF (-)
33 Masyarakat Pemilik Tanah 6 NEGATIF (-)

20
Keterangan :
• Rendah : 1-2 • Tinggi : 6-8
• Sedang : 3-5 • Sangat Tinggi :9

2.6.2. Analisis Stakeholder

Analisis stakeholder dilakukan dengan memetakan masing-masing stakeholder


dalam kuadran tingkat pengaruh dan tingkat interest. Analisis kuadran tingkat
pengaruh dan tingkat interest memetakan stakeholder menjadi 4 (empat)
kuadran, yang antara lain:

a. Kuadran I (Promoters), yaitu stakeholder memiliki tingkat pengaruh besar


dan tingkat interest besar.

b. Kuadran II (Defenders), yaitu stakeholder yang memiliki tingkat pengaruh


kecil tetapi tingkat interest besar.

c. Kuadran III (Latenst), yaitu stakeholder yang memiliki tingkat pengaruh


besar tetapi tingkat interest kecil.

d. Kuadran IV (Apathetics), yaitu stakeholder yang memiliki tingkat pengaruh


kecil tetapi tingkat interest kecil.

Hasil pemetaan kuadran tingkat pengaruh dan tingkat interest semua stakeholder
sebagaimana dapat dilihat dalam Gambar 2.4. Berdasarkan Gambar 2.4 dapat
diperoleh beberapa penjelasan sebagai berikut:

21
Latents Influence + Promoters
• Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, • DirJen Bina Marga • Kasubdit SP
Walikota) • SESDITJEN Bina Marga • Kepala Balai I s/d XVIII
• Kepala Dinas PU dan Permukiman • Direktur PJJ • Kasatker P2JN
• KA.BAPPEDA • Kabag Hukum dan Informasi • Kasatker PJN
• DPR –RI • Kasubdit MK • PUSDATIN
• Kasubdit GPD • BIG
• Kementerian KLH
• Kasubdit GML
• Masyarakat Pemilik Tanah

Interest- Interest+
• LAPAN
• MTI • Kasie • Dir. JBHFJD
• FSTPT • Staff • BNPP
• HPJI • Konsultan Bantek • Kasubdit PE
• Kementerian Perhubungan • Dir. Jembatan • BAPPENAS
• Kementerian ATR

Apathetics Influence - Defenders

Gambar 2.4 Kuadran Tingkat Pengaruh Dan Tingkat Interest Stakeholder

a. Stakeholder memiliki tingkat pengaruh besar dan tingkat interest besar atau
dalam kelompok promoters yaitu sebanyak 13 (tiga belas) stakeholder.
Artinya, ke-13 stakeholder tersebut sangat mengharapkan dan mendukung,
serta membantu dalam penyiapan data-data penting agar proyek perubahan
segera direalisasikan. Ke-13 stakeholder yang termasuk dalam kelompok
promoters yaitu: (a) Dirjen Bina Marga;(b) Sesditjen Bina Marga; (c) Direktur
PJJ; (d) Kabag Hukum dan Informasi; (e) Kasubdit MK; (f) Kasubdit GPD;
(g) Kasubdit GML; (h) Kasubdit SP; (i) Kepala Balai/Balai Besar I-XVIII; (j)
Kasatker P2JN; (k) Kasatker PJN; (l) PUSDATIN; dan (m) BIG.

b. Stakeholder memiliki tingkat pengaruh kecil dan tingkat interest besar atau
dalam kelompok defenders yaitu sebanyak 8 (delapan) stakeholder. Artinya,
ke-8 stakeholder tersebut cukup mendukung dan membantu dalam
penyiapan data-data penting agar proyek perubahan dapat direalisasikan.
Ke-8 yang termasuk dalam kelompok promoters yaitu: (a) Kasie; (b) Staff;
(c) Konsultan Bantek; (d) Dir. Jembatan; (e) Dir. JBHFJD; (f) BNPP; (g)
Kasubdit PE; dan (h) BAPPENAS.

c. Stakeholder memiliki tingkat pengaruh besar dan tingkat interest kecil atau
dalam kelompok latents yaitu sebanyak 6 (enam) stakeholder. Artinya, ke-6

22
stakeholder tersebut belum menentukan sikap dalam mendukung proyek
perubahan. Ke-6 yang termasuk dalam kelompok latenst yaitu: (a) Kepala
Daerah (Gubernur, Bupati, Walikota); (b) kepala Dinas dan Permukiman; (c)
KA BAPPEDA; (d) DPR-RI; (e) Kementerian KLH; dan (f) Masyarakat
pemilik tanah.

d. Stakeholder memiliki tingkat pengaruh kecil dan tingkat interest kecil atau
dalam kelompok apathetics yaitu sebanyak 6 (enam) stakeholder. Artinya,
ke-6 stakeholder tersebut cenderung memberikan tantangan atau menuntut
pembuktian dalam realisasi proyek perubahan. Ke-6 yang termasuk dalam
kelompok latenst yaitu: (a) LAPAN; (b) MTI; (c) FSTPT; (d) HPJI; (e)
Kementerian Perhubungan; (f) Kementerian Perhubungan; dan (g)
Kementerian ATR.

2.7. Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi diperlukan kepada masing-masing stakeholder, dengan metode


komunikasi disesuaikan pada hasil analisis stakholder pada poin 11.c. Strategi
komunikasi terhadap stakeholder diklasifikasikan menjadi 5 metode yaitu: (a) Konsultatif;
(b) Informatif; (c) Edukatif; (d) Informatif dan edukatif; dan (e) Konsultatif dan informatif.
Metode dan strategi komunikasi pada masing-masing stakeholder yang telah
dikelompokkan kuadran tingkat pengaruh dan tingkat interest sebagaimana dapat dilihat
pada Gambar 2.5.

Influence + Promoters
Latents • DirJen Bina Marga (Konsultatif )
• Dir. Pembangunan Jalan (Project Leader)
• Kepala Daerah (Informatif) • SESDITJEN Bina Marga (Informatif)
• Direktur PJJ (Informatif & konsultatif)
• Kadis PU (Informatif) • Kasubdit MK (Informatif)
• KA.BAPPEDA (Informatif) • Kasubdit GPD (Informatif)
• DPR –RI (Informatif , konsultatif) • Kasubdit GML (Informatif)
• Kasubdit SP (Informatif)
• Kementerian KLH (konsultatif) • Kepala Balai I s/d XVIII (Informatif & edukatif)
• Masyarakat Pemilik Tanah • Kasatker P2JN (Informatif &edukatif)
(informatif dan edukatif) • Kasatker PJN (Informatif & edukatif)
• PUSDATIN (Informatif)
• BIG (Informatif)

Interest - Interest +
• Kasie (konsultatif , Informatif)
• LAPAN (Informatif) • Staff (konsultatif , Informatif)
• MTI (Informatif) • Konsultan Bantek (konsultatif , Informatif)
• FSTPT (Informatif) • Dir. Jembatan (konsultatif)
• HPJI • Dir. JBHFJD (konsultatif)
• Kemenhub (Informatif) • BNPP (informatif)
• Kemen. ATR (konsultatif) • Kasubdit PE (informatif)
• BAPPENAS (informatif)

Apathetics Defenders
Influence -

Gambar 2.5 Strategi Komunikasi Pada Masing - Masing Stakeholder

23
BAB III

PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN

3.1 Tahap Persiapan

3.1.1 Rapat Proyek Perubahan

Pada hari Senin tanggal 21 Agustus 2017 bertempat di ruang rapat Kasubdit
Manajemen Konstruksi, telah dilaksanakan rapat evaluasi dan monitoring tugas
harian termasuk membahas kebutuhan perbaikan koordinasi dan penilaian
usulan program dan anggaran Pembangunan Jalan yang menjadi cikal bakal
Proyek Perubahan. Rapat ini dihadiri oleh seluruh staff Manajemen Konstruksi.
Dari hasil rapat tergambar kebutuhan dokumen FS maupun dokumen DED yang
akurat sehingga trase jalan yang sudah ditentukan dan pembukaan jalan baru
yang dilaksanakan sudah sesuai dengan biaya yang optimal.

Untuk mendukung kelancaran proyek perubahan ini, maka akan dibentuk dua
Tim (Pokja) karena nantinya banyak stakeholder yang dilibatkan. Tim (Pokja)
akan dibentuk oleh Direktur Pembangunan Jalan didukung oleh personil Subdit
Manajemen Konstruksi, yaitu :

a. TimTeknis:
1. Ir. Selamat Rasidi, M.Sc
2. Arief Syarif Hidayat, ST.,MT
3. Rahman
4. Nurbaeti
b. Tim Administrasi:
1. Ir. Francisco Mario Tambajong
2. Andriyani Indah S., ST.,M.Sc
3. Daniel Yudha W, ST.,M.Eng.,M.Sc
4. Tri S.
5. Sheila A.

24
Untuk memudahkan pemilihan trase jalan dalam pembuatan dokumen FS dan
DED diperlukan Peta Geospasial (Peta Citra) yang kemungkinan dapat
disediakan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) secara
gratis. Oleh karena itu dijadwalkan untuk melakukan koordinasi dengan LAPAN
melalui contact person Bpk. Kustiyo maupun dengan Narasumber.

Gambar 3.1 Foto Kegiatan Proyek Perubahan

3.1.2 Rapat Koordinasi dengan Narasumber Data Geospasial

Rapat dengan Narasumber Data Geospasial dilakukan pada hari Selasa tanggal
22 Agustus 2017, yang dihadiri oleh pejabat dan staff di lingkungan Ditjen.
Pembangunan Jalan. Rapat ini dipimpin oleh Kasubdit Manajemen Konstruksi.
Rapat ini menindaklanjuti untuk membuat usulan proyek perubahan mengenai
ketepatan dalam membuat dan mendesain dokumen FS dan DED. Salah satu
aspek teknis didalam hal menyusun dokumen FS dan DED adalah Peta
Topografi yang terkoreksi baik dari Imaginary Orthophoto dan DEM (Digital
Elevation Model) serta Light Detection and Ranging (LiDAR). Peta topografi ini
untuk menentukan perhitungan kasar untuk trase ruas yang diusulkan pada
paket Pembangunan Jalan. Peta Topografi nantinya adalah input dasar yang
dimasukan dalam software Quantmn Trimble (Analisa Trase).

25
Tahap–tahap pengumpulan data Geospasial untuk kebutuhan Desain Jalan:
Basic Design Free, Produk berupa SRTM (Shuttle Radar Topography Mission)
dan ASTER (Advanced Spacebome Thermal Emission and Reflection
Radiometer)→Quantmn Trimble (Analisis Trase)→Geospasial Data (Citra
Saturation High Resolution, IFSAR). Input data yang direkomendasikan untuk
software Quantmn Trimble adalah SRTM. Penentuan trase alternatif
menggunakan SRTM dengan jangkauan mencapai 30 meter dan IFSAR dengan
jangkauan mencapai 5 meter. SRTM yang telah diunduh sebagai input,
dimasukan ke Quantmn Trimble Technology. Konsultan melakukan request
kepada provider mengenai ketinggian yang diminta apakah 5 meter atau 10
meter. Topografi LiDAR adalah untuk menyiapkan Dokumen DED. Dengan
tingkat resolusi peta input yang tinggi, diharapkan dapat menunjang didalam
menentukan trase pada penyusunan FS dan DED. Penggunaan software pada
penyusunan FS dan DED dapat diusulkan sebagai regulasi untuk penyusunan
FS dan DED yang cepat dan akurat.

Gambar 3.2 Foto Kegiatan Koordinasi Narasumber dan Data Geospasial

26
3.1.3 Rapat Dengan Stakeholder LAPAN Tentang Penyediaan Peta Geospasial
(Peta Citra)

Pada hari Rabu tanggal 30 Agustus 2017 bertempat di Ruang Rapat Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional telah dilakukan rapat Sinkronisasi dan
Koordinasi dengan LAPAN tentang Penyedia Peta Geospasial (Peta Citra).
Rapat dipimpin oleh Bapak Asyiri dari Pusat Teknologi Data Data, Deputi Bidang
Penginderaan Jarak Jauh Lembaga Penerbangan dan Antriksa Nasional. Rapat
tersebut juga dihadiri oleh:

a. Subdit Manajemen Konstruksi, Direktorat Pembangunan Jalan Ditjen Bina


Marga.

b. Subdit Geometrik Perkerasan dan Drainase, Direktorat Pembangunan Jalan


Ditjen Bina Marga.

c. Staff Ahli dari LAPAN.

Pada rapat ini dilakukan pembahasan mengenai kebutuhan informasi


Geospasial dalam Nawacita, berdasarkan UU No. 21 tahun 2013 dan INPRES
no. 6 Tahun 2012 pengadaan data berupa foto udara merupakan tanggung jawab
LAPAN sementara untuk pengadaan data foto citra hendaknya dikoordinasikan
ke pihak LAPAN dan BIG agar tidak terjadi pembelian/pengadaan data. LAPAN
sedang melakukan pengadaaan data bertahap seluruh Indonesia untuk
pendataan secara topografi (Lahan, Danau, Sungai), Peta Geologi (Sesar) serta
Peta Kehutanan.

Dari rapat ini dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya perlu dibuat Perjanjian
Kerjasama (PKS) antara Dirjen. Bina Marga dengan Kepala Badan Informasi
Geospasial mengenai penyediaan Peta/Foto DEM skala 1:5.000 (ketelitian
hipsografi/ketinggian 5 meter) dengan dukungan dari PUSDATIN
KEMENTERIAN PUPR karena LAPAN hanya memproduksi peta DSM yang
memperlihatkan ketinggian permukaan, sehingga BIG memproduksi peta DTM
yang dapat memperlihatkan ketinggian permukaan tanah. Berdasarkan UU No.
21 Tahun 2013 dan INPRES No. 6 Tahun 2012 pengadaan data berupa foto
udara merupakan tanggung jawab LAPAN untuk pengadaan data foto citra
hendaknya dikoordinasikan dahulu ke pihak LAPAN dan BIG agar tidak terjadi
pembelian/pengadaan data (efisiensi APBN) One Map One Policy.

27
Gambar 3.3 Foto Kegiatan dengan Stakeholder LAPAN Tentang Penyedia Peta
Geospasial (Peta Citra)

3.1.4 Konsultasi dan Persetujuan Mentor


Pada hari Kamis tanggal 31 Agustus 2017 disampaikan proyek perubahan
kepada mentor, sekaligus melaporkan hasil-hasil koordinasi dengan narasumber
maupun stakeholder terkait persiapan yang telah dilakukan dalam rangka
mendukung keberhasilan proyek perubahan.

Oleh karena sampai dengan saaat ini Direktorat Pembangunan Jalan belum
mempunyai alat (tools) untuk memilih program prioritas dari sekian banyak
usulan program yang disampaikan pada saat pra-konsultasi regional maupun
saat rapat konsultasi regional, maka mentor menyetujui Proyek Perubahan
dengan judul: “Strategi Pemilihan Program Prioritas Pembangunan Jalan dalam
Rangka Capaian Renstra yang Efektif dan Efisien”.

Gambar 3.4 Foto Kegiatan Konsultasi Dan Persetujuan Mentor

28
3.1.5 Pembentukan Tim Penelahaan Usulan Metode Teknik Pemilihan Program
Prioritas Pembangunan Jalan

Pada tanggal 20 September 2017 Direktur Pembangunan Jalan membentuk Tim


Penelahaan Usulan Metode Teknik Pemilihan Program Prioritas Pembangunan
Jalan dengan Surat Keputusan tentang Pembentukan Tim Penelaah Usulan
Metode Teknik Pemilihan Program Prioritas Pembangunan Jalan Nomor :
36/KPTS/Bg/2017.

Tim penelahaan atau tim efektif terdiri dari personil Sub Direktorat Pembangunan
Jalan dikelompokan dalam Tim Teknis dan Tim Administrasi yang diperlukan
untuk mendukung proses pelaksanaan proyek perubahan. Proyek perubahan ini
melibatkan berbagai stakeholder baik stakeholder internal di Kementerian PUPR
maupun stakeholder external, sehingga perlu sinergi dari ke-2 Tim untuk
memperoleh capaian dalam milestone, baik capaian jangka pendek, jangka
menengah maupun jangka panjang.

3.1.6 Rapat Persiapan FGD Penyusunan SOP FS dan SOP DED dalam Pemilihan
Program Prioritas Pembangunan Jalan

Pada hari Senin tanggal 25 September 2017 dilakukan rapat persiapan FGD
Penyusunan SOP FS dan SOP DED dalam Pemilihan Program Prioritas
Pembangunan Jalan yang dihadiri oleh Tim Teknis maupun Tim Administrasi.
Dalam rapat ini disepakati untuk mengundang stakeholder dan narasumber
dengan maksud agar terjalin pemahaman yang sama terhadap output dari
proyek perubahan ini.

Gambar 3.5 Persiapan FGD Penyusunan SOP FS dan SOP DED dalam Pemilihan
Program Prioritas Pembangunan Jalan

29
3.2 Tahap Pelaksanaan

3.2.1 Rapat FGD Penyusunan SOP FS dan SOP DED Dalam Pemilihan Program
Prioritas Pembangunan Jalan

Telah dilakukan rapat FGD Penyusunan SOP FS dan DED dalam Pemilihan
Program Prioritas Pembangunan Jalan pada hari Selasa tanggal 3 Oktober 2017
yang dihadiri oleh stakeholder dari BIG, Pusdatin, Sekretaris Direktorat jenderal
Bina Marga, Direktorat Pengembangan Jaringan Jalan, Direktorat Jembatan,
Direktorat Preservasi Jalan, Direktorat Jalan Bebas Hambatan Perkotaan dan
Fasilitasi Jalan Daerah Kepala Balai/Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I-
XVIII, Kasubdit, Kepala Seksi dan Narasumber. Rapat ini merupakan rapat
pertama dari pembahasan penyusunan SOP FS dan SOP DED dalam Pemilihan
Program Prioritas Pembangunan Jalan.

Dari hasil FGD tersebut dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:

1. Diharapkan supply data dari Badan Informasi Geospasial merupakan data


yang langsung dapat diolah dengan menggunakan software seperti Quatmn
Trimble atau BIM (Building Information Modeling);

2. Perlu dibuat perjanjian kerjasama antara Ditjen Bina Marga dengan Kepala
Badan Informasi Geospasial mengenai penyediaan Peta/Foto DEM
(ketelitian 5 m) dengan dukungan dari PUSDATIN KEMEN PUPR;

3. Penyusunan SOP FS dan SOP DED serta SE Dirjen Bina Marga tentang
Perjanjian Kerjasama akan didetailkan oleh tim efektif (tim kecil) sesuai
dengan SK Direktur Pembangunan Jalan;

4. Pemilihan program prioritas pembangunan jalan yang menggunakan tools e-


Program akan diimplementasikan untuk usulan program kegiatan
pembangunan jalan TA 2019 dimana sebelumnya akan disosialisasikan
kepada semua Satker P2JN terlebih dahulu di Tahun 2018;

5. Diperlukan review pedoman tentang pengukuran topografi untuk pekerjaan


jalan dan jembatan tahun 2004;

6. Dihimbau agar Balai/Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I-XVIII


memanfaatkan server yang disediakan oleh PUSDATIN untuk kegiatan
software.

30
Gambar 3.6 Foto Kegiatan FGD Penyusunan SOP FS Dan SOP DED Dalam
Pemilihan Program Prioritas Pembangunan Jalan

3.2.2 Rapat Penyusunan SOP FS dan SOP DED serta SE Dirjen Bina Marga
Metode Teknik Pemilihan Program Prioritas Pembangunan Jalan

Menindaklanjuti hasil FGD tanggal 3 Oktober 2017 penyusunan SOP FS dan


SOP DED serta SE didetailkan oleh Tim Efektif dalam rapat yang dilaksanakan
pada hari Senin tanggal 23 Oktober 2017 telah dilakukan rapat pembahasan
kedua yang dipimpin oleh Kasubdit Manajemen Konstruksi Bapak Ir. Selamat
Rasidi, M.Sc dan dihadiri oleh Kasubdit dan Kepala Seksi di lingkungan Ditjen.
Pembangunan Jalan. Dalam rapat tersebut dilakukan beberapa pembahasan
diantaranya:

1. Diharapkan konsultan yang dapat melakukan FS dengan menggunakan hasil


foto DTM dan diaplikasikan dengan software Quantmn Trimble karena
pemanfaatannya tidak susah asalkan dilatih.

2. Dengan adanya SOP FS dan SOP DED pada wilayah dengan tingkat
kesulitan fisiografi yang tinggi (daerah berbukit/gunung/hutan) berbasis peta
geospasial DTM dengan resolusi maksimal 5 (lima) meter serta peta
geospasial berupa data DEM, LiDAR resolusi 20-50 cm maka SE Dirjen Bina
Marga tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Program Prioritas
Pembangunan Jalan dapat dilaksanakan.

31
3. SE akan menjadi payung hukum bahwa program yang akan dibuat bisa
teraplikasi untuk usulan program di tahun 2019.

Gambar 3.7 Foto Kegiatan Rapat Penyusunan SOP FS dan SOP DED Serta SE Dirjen
Bina Marga Metode Teknik Pemilihan Program Prioritas Pembangunan Jalan

3.2.3 Rapat Penyusunan Draft Perjanjian Kerjasama antara Badan Informasi


Geospasial dan Dirjen Bina Marga dalam Penyedia Data Informasi Data
Geospasial Untuk Pembangunan Jalan

Pada hari Jum’at tanggal 27 Oktober 2017 dilaksanakan rapat Penyusunan Draft
Perjanjian Kerjasama antara Badan Informasi Geospasial dan Dirjen Bina Marga
dalam Penyedia Data Informasi Data Geospasial untuk Pembangunan Jalan.
Rapat tersebut dihadiri oleh Kasubdit, Kepala Seksi Dit. Pembangunan Jalan
serta Bapak Suroto, SH.,MH selaku narasumber. Rapat tersebut dipimpin oleh
Kasubdit Manajemen Konstruksi Bapak Ir. Selamat Rasidi, M.Sc dengan hasil
rapat sebagai berikut:

1. Maksud dari Perjanjian Kerjasama ini adalah sebagai dasar Para Pihak untuk
bekerja sama dalam penyediaan data geospasial yang akurat dan tepat
sasaran untuk penyelenggaraan jalan.

2. Tujuan perjanjian kerjasama adalah untuk mendukung ketersediaan


informasi dan data berbasis geospasial secara efektif dan efisien dalam
penyelenggaraan jalan.

3. Ruang lingkup perjanjian kerjasama ini adalah menyiapkan data yang dapat
digunakan untuk penyelenggaraan jalan yang meliputi :

32
a. Penyiapan data DTM dengan resolusi 5 meter.

b. Penyiapan citra satelitresolusi 50-100 cm.

c. Penyiapan foto udara resolusi 10-30 cm.

d. Penyiapan data DEMLight Detection and Ranging (LiDAR)resolusi 20-50


cm.

4. Perjanjian ini dibuat dalam 2 (dua) rangkap, masing-masing dibubuhi materai


secukupnyayang keduanya mempunyai kekuatan hukum yang sama.

5. Segala sesuatu yang perlu diubah dan belum diatur dalam perjanjian akan
ditetapkan kemudian dalam addendum,berdasarkan persetujuan Para Pihak
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan.

Pada tanggal 17 November 2017 Direktur Pembangunan Jalan telah


mengirimkan draft Perjanjian Kerjasama Ke Badan Informasi Geospasial melalui
surat No. HK.0203-Bg/397, sebagai bahan periksa sebelum disepakati.

Gambar 3.8 Foto Kegiatan Pembahasan Draft Perjanjian Kerjasama Antara


Badan Informasi Geospasial Dan Dirjen Bina Marga dalam Penyedia Data
Informasi Data Geospasial Untuk Pembangunan Jalan

33
3.2.4 Rapat Penyusunan SOP FS dan SOP DED dalam Pemilihan Program
Prioritas Pembangunan Jalan; Draft Perjanjian Kerjasama antara Badan
Informasi Geospasial (BIG) dengan Dirjen Bina Marga dan Draft SE Dirjen
Bina Marga

Pada hari Selasa tanggal 7 November 2017 yang bertempat diruang rapat Ditjen.
Pembangunan Jalan telah dilaksanakan rapat Penyusunan SOP FS dan SOP
DED dalam Pemillihan Program Prioritas Pembangunan Jalan sebagai Project
Leader. Rapat ketiga dalam penyusunan SOP FS dan SOP DED ini dihadiri oleh
tim efektif serta stakeholder. Rapat dipimpin oleh Kasubdit Manajemen
Konstruksi. Pokok bahasan dalam rapat ini diantaranya adalah:

1. Surat Edaran

Terdapat revisi pada judul Surat Edaran yang semula “Penerapan Metode
Teknis Pemilihan Program Prioritas Pembangunan Jalan” menjadi “Petunjuk
Teknis Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Jalan”. Penambahan
dasar pembentukan yaitu Undang–Undang No. 26 Tahun 2007 tentang
penataan ruang dan Peraturan Pemerintah tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN). Teknis penyusunan ini akan melibatkan peran
dari P2JN, BBPJN/BPJN.

2. SOP FS dan SOP DED

Koreksi pada Aspek Teknis yaitu SOP pada topografi, geometrik dan geologi
harus ada aplikasi untuk foto udara dengan ketelitian 5 meter. Badan
Informasi Geospasial sudah memiliki aplikasi foto udara dengan ketelitian 5
meter.

Dari hasil rapat tersebut dapat disimpulkan beberapa hal yaitu disepakatinya
bahwa yang akan dibuat SOP FS dan SOP DED, Surat Edaran Dirjen. Bina
Marga tentang “Petunjuk Teknis Penyusunan Program Prioritas Pembangunan
Jalan”. Agenda selanjutnya adalah pembahasan final SOP FS dan SOP DED
serta SE Dirjen. Bina Marga.

34
Gambar 3.9 Rapat Kegiatan Penyusunan SOP FS Dan SOP DED Dalam Pemilihan
Program Prioritas Pembangunan Jalan, Draft Perjanjian Kerjasama Antara Badan
Informasi Geospasial (BIG) Dengan Dirjen Bina Marga Dan Draft SE Dirjen. Bina Marga

3.2.5 FGD Penyusunan SE Dirjen Bina Marga dan Prosedur FS serta DED dalam
Pemilihan Program Prioritas Pembangunan Jalan

Telah dilakukan FGD perihal Penyusunan SE Dirjen Bina Marga dan Prosedur
FS dan DED dalam Pemilihan Program Prioritas Pembangunan Jalan pada
tanggal 21 November 2017 di Surabaya. Rapat tersebut merupakan rapat ke
empat dalam agenda penyusunan SOP FS dan SOP DED. Acara tersebut
dibuka oleh Direktur Pembangunan Jalan serta dihadiri oleh Balai/Balai Besar
Pelaksanaan Jalan Nasional I-XVIII, Kasatker Perencanaan dan Pengawasan
Jalan Nasional di lingkungan Balai/Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I-
XVIII, Kasubdit di Lingkungan Dit. Pembangunan Jalan, Kasubdit Pemrograman
dan Perencanaan Jembatan, Kepala Bagian Ortala, Sesditjen Bina Marga,
Subdit Lingkungan dan Keselamatan Jalan Dit. Pengembangan Jaringan Jalan.

Dalam rapat tersebut dilakukan beberapa pembahasan diantaranya Draft SE


Dirjen Bina Marga tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Program Prioritas
Pembangunan Jalan, Draft Penyiapan Dokumen Studi Kelayakan (FS) serta
Draft Penyiapan Dokumen Desain (DED). Dari rapat tersebut dapat disimpulkan
beberapa hal:

1. Perbaikan final draft Surat Edaran Ditjen. Bina Marga tentang Petunjuk
Teknis Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Jalan, Prosedur
Penyusunan Studi Kelayakan (FS) dan Prosedur Penyusunan Dokumen
Desain (DED) agar segera ditindaklanjuti dan diproses legalisasinya oleh
Subdit Standar Pedoman, Dit. Pembangunan Jalan.

35
2. Diharapkan dengan adanya SE Dirjen Bina Marga dan Prosedur Penyiapan
Dokumen FS dan DED hasil keluaran Dokkumen FS dan DED yang dibuat
nantinya dapat mempermudah dalam menyusun kebutuhan program prioritas
pembangunan jalan agar lebih efisien dan tepat sasaran.

3.2.6 Rapat Finalisasi Draft SOP FS dan SOP DED

Telah dilakukan rapat ke-5 yaitu finalisasi Draft SOP FS dan SOP DED yang
bertempat diruang rapat Dit. Pembangunan Jalan pada tanggal 24 November
2017. Rapat tersebut dipimpin oleh Kasubdit Manajemen Konstruksi dan dihadiri
oleh unsur Subdit Manajemen Konstruksi dan unsur Standar dan Pedoman.
Rapat ini merupakan rapat kelima dengan hasil rapat sebagai berikut:

1. Terdapat koreksi pada rincian prosedur SOP FS yaitu:

a. Mengumpulkan Data awal Penyiapan Dokumen FS Pembangunan Jalan.

b. Penyiapan Dokumen KAK.

c. Menyetujui Dokumen KAK Kegiatan FS Pembangunan Jalan.

d. Menetapkan SK Pokja, Tim Teknis dan Project Officer.

e. Melakukan Pengadaan/Seleksi Konsultan (Penyedia Jasa).

f. Melakukan Penunjukan Pemenang Penyedia Jasa.

g. Membuat Dokumen RMK.

h. Melakukan Pembahasan RMK.

i. Melakukan Perbaikan RMK Berdasarkan Hasil Pembahasan.

j. Melakukan Penyiapan Dokumen FS Pembangunan Jalan.

k. Melakukan Pembahasan Dokumen FS Pembangunan Jalan.

l. Melakukan Perbaikan Dokumen Berdasarkan Hasil Pembahsan.

m. Menandatangani Dokumen FS Pembangunan Jalan.

n. Memeriksa Kesesuaian Dokumen Sebelum Disampaikan.

o. Mengetahui Hasil Dokumen FS Pembangunan Jalan.

2. Terdapat koreksi pada rincian prosedur SOP DED yaitu:

a. Mengumpulkan Data awal Penyiapan Dokumen DED Pembangunan


Jalan.

b. Penyiapan Dokumen KAK.

36
c. Menyetujui Dokumen KAK Kegiatan DED Pembangunan Jalan.

d. Menetapkan SK Pokja, Tim Teknis dan Project Officer.

e. Melakukan Pengadaan/Seleksi Konsultan (Penyedia Jasa).

f. Melakukan Penunjukan Pemenang Penyedia Jasa.

g. Menyusun Dokumen RMK.

h. Melakukan Pembahasan RMK.

i. Melakukan Perbaikan RMK Berdasarkan Hasil Pembahasan.

j. Melakukan Penyiapan Dokumen DED Pembangunan Jalan.

k. Melakukan Pembahasan Dokumen DED Pembangunan Jalan.

l. Melakukan Perbaikan Dokumen Berdasarkan Hasil Pembahsan.

m. Menandatangani Dokumen DED Pembangunan Jalan.

n. Memeriksa Kesesuaian Dokumen Sebelum Disampaikan.

o. Mengetahui Hasil Dokumen DED Pembangunan Jalan.

Gambar 3.10 Finalisasi Draft SOP FS dan SOP DED


Direktur Pembangunan Jalan telah menyampaikan konsep dokumen SOP FS
dan SOP DED kepada Dirjen Bina Marga Dengan Surat Memo Dinas Nomor:
165/ND/Bg/2017 tanggal 24 November 2017 untuk dilegalkan (tanda tangan).

37
3.3 Uji Coba Penerapan e-Program Pembangunan Jalan Mendukung RENSTRA Bina
Marga 2015-2019.

Telah dilakukan Sosialisasi/Uji Coba Penerapan e-Program Pembangunan Jalan


Mendukung RENSTRA Bina Marga 2015-2019 pada hari Kamis-Jum’at tanggal 24-25
Agustus 2017 di Hotel Aston Inn Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang dihadiri
oleh Seluruh Subdit Direktorat Pembangunan Jalan, Direktorat Pengembangan Jaringan
Jalan yang diwakili oleh Subdit Pemrograman, Subdit Keterpaduan Perencanaan dan
Sistem Jaringan Jalan, dan Subdit Analisa Data dan Pengembangan Sistem, Direktorat
Preservasi Jalan diwakili oleh Subdit Perencanaan dan Pemrograman, Direktorat
Jembatan diwakili oleh Subdit Perencanaan dan Pemrograman, serta dari Balai/Balai
Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I-XVII diwakili oleh Kepala Bidang/Kepala Seksi
Perencanaan dan Pemantauan, Kasatker, dan Asisten P2JN.

Dari hasil Sosialisasi Penerapan e-Program Pembangunan Jalan tersebut dapat


disimpulkan beberapa hal yaitu:

1. Software e-Program di harapkan dapat membantu proses pengambilan keputusan


berkaitan kebijakan nasional, arahan pimpinan dalam menentukan rencana,
program, anggaran, rencana teknis, pelaksanaan, beserta pemantauan dan
evaluasinya;

2. Tersusunnya program usulan kegiatan pembangunan jalan TA. 2018 yang


mendukung capaian RENSTRA 2015-2019 dengan skala prioritasnya, dimana
kelengkapan dokumen/ Readiness Criteria beserta Strip Map dapat di Upload oleh
peserta dalam software tersebut.

3. Perlu seorang user yang bertugas untuk mengupdate data baik ditingkat Satker,
Balai, dan Direktorat yang tertuang dalam SK dan diberikan reward/honor.

38
Gambar 3.11 Sosialisai/Uji Coba Penerapan e-Program Pembangunan Jalan
Mendukung RENSTRA Bina Marga 2015-2019

3.4 Tantangan dan Kendala Dalam Penerapan e-Program Untuk Pemilihan Program
Prioritas Pembangunan Jalan
a. Kepastian Ketersediaan Dokumen Readiness Criteria

Khususnya dokumen Studi FS dan DED serta dokumen lingkungan harus disusun
dengan data pendukung lapangan yang akurat dan legal agar usulan program
prioritas pembangunan jalan memiliki kepastian hukum.

Kendala yang dihadapi tidakpastian tersedianya dokumen readiness criteria dan


sering terjadi keterlambatan legalitas dokumen lingkungan dan proses pembebasan

39
lahan ruas jalan yang diusulkan sehingga menghambat proses pembangunannya
walaupun ruas tersebut memiliki potensi pengembangan ekonomi wilayah.

b. Kepastian Akurasi Data Lapangan

Akurasi data terkait dengan kriteria teknis, spasial, ekonomi, sosial, lingkungan dan
polhankam sangat tergantung dari kualitas hasil studi FS, DED, studi lingkungan,
proses pembebasan lahan, dan kajian geopolitik.

Kendala yang dihadapi tidak akurasinya data hasil kajian FS, DED, analisis dampak
lingkungan dan pembebasan lahan serta kurang cermatnya analisis geopolitik dapat
memberikan input yang salah dalam menilai indikator subkriteria yang berdampak
ketidaktepatan dalam menyusun usulan program prioritas pembangunan jalan.

c. Kepastian Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab Unsur Organinisasi

Harus jelas dan tegas terutama terkait: (a) kegiatan inventarisasi dan identifikasi
data/dokumen yang diperlukan oleh P2JN; (b) penilaian kriteria dan subkriteria pada
tiap aspek teknis, spasial, sosial, ekonomi, lingkungan, dan polhankam oleh P2JN;
(c) penyusunan nilai prioritas usulan pembangunan jalan di tingkat wilayah kerja
BPJN/BBPJN I-XVIII dan Direktorat.

Kendala yang dihadapi keberatan beban yang dirasakan oleh P2JN karena tidak
tersedianya dokumen readiness criteria yang lebih pasti dan kurangnya dukungan
kualitas data lapangan untuk menilai indikator subkriteria dari kriteria teknis, spasial,
sosial, ekonomi, lingkungan dan polhankam.

d. Kepastian Perubahan Paradigma SDM Perencanaan dan Kebijakan

Untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap : (a) capaian mutu hasil kajian
dan analisis terkait studi FS, DED, lingkungan; (b) ketersediaan, kelengkapan dan
legalitas dokumen readiness criteria yang mendukung usulan pembangunan ruas
jalan; (c) proses pembebasan lahan dan cermatan potensi konflik sosial serta risiko
pembiayaannya.

Kendala yang dihadapi kurangnya gairah inovatif dan kreatif untuk meningkatkan
kinerja SDM perencanaan dan kebijakan baik dari unsur penyedia jasa dan
pengguna jasa sehingga hasil kajian dan kurang akurat dan tidak relevan dengan
kondisi lapangan.

40
3.5 Strategi Solusi Untuk Mengatasi Tantangan Dan Kendala Dalam Penerapan
e-Program Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Jalan

a. Direktorat Pembangunan Jalan perlu menyusun bahan pembelajaran bagi P2JN dan
BPJN/BBPJN I-XVIII untuk:

1) Mendalami cara menilai capaian mutu, ketersediaan, kelengkapan dan legalitas


dokumen readiness criteria terutama yang terkait dengan akurasi hasil FS,
relevansi DED terhadap lapangan, mitigasi dan adaptasi lingkungan, analisis
risiko, dan proses pembebasan lahan jalan yang diusulkan;

2) Mendalami cara menilai kuantitatif indikator sub-kriteria pada tiap kriteria teknis,
spasial, sosial, ekonomi, lingkungan dan polhankam secara obyektif dengan
bantuan dukungan hasil analisis mikro dari dokumen readiness criteria dan data
ukur langsung di lapangan.

b. Kreativitas dan inovatif SDM P2JN dan BPJN/BBPJN I-XVIII dalam menerapkan
e-Program Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Jalan harus dijadikan
dalam penilaian usulan peningkatan jenjang karir karena e-Program memerlukan
kejujuran obyektif dalam pendalaman materi perencanaan dan kebijakan yang lebih
komprehensif.

41
BAB IV

PENUTUP

Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan sejak memasuki tahap IV Laboratorium


Kepemimpinan (Leadership Laboratory) dalam rangka implementasi proyek perubahan
selama 8 minggu, dimulai dengan tahap persiapan pembentukan tim efektif dan berkoordinasi
secara internal kemudian dilanjutkan dengan tahapan pelaksanaan mulai melaksanakan
Focus Group Discussion (FGD) dan pembahasan detail SE Dirjen Bina Marga dan
penyusunan SOP FS, SOP DED dan PKS antara Dirjen Bina Marga dan Kepala BIG. Dari
semua kegiatan yang dilakukan dalam Tahap Persiapan maupun Tahap Pelaksanaan
dijumpai kendala yang dapat diatasi dengan strategi komunikasi koordinatif, interaktif dan
konsultatif seperti dijelaskan dalam seksi 2.7.

4.1 Kesimpulan

Tujuan jangka pendek seperti yang sudah ditetapkan dalam milestone hingga Desember
2017 yaitu penyusunan brainware atau tools dan dasar hukum untuk mewujudkan
proyek perubahan strategi pemilihan program prioritas jalan yang efektif dan efisien telah
tercapai dengan diselesaikannya, yaitu:

a. Tersedianya SOP Pembuatan FS untuk wilayah dengan tingkat kesulitan fisiografi


yang tinggi (daerah berbukit/gunung/hutan) sebagai dokumen readiness criteria
yang dilengkapi foto udara yang memiliki ketelitian 5 m (Peta berbasis geospasial
berupa Digital Terrain Model (DTM) dengan resolusi maksimal 5 (lima) m untuk
memilih trase yang akurat.

b. Tersedianya SOP Pembuatan DED untuk wilayah dengan tingkat kesulitan fisiografi
yang tinggi (daerah berbukit/gunung/hutan) sebagai dokumen readiness criteria
yang dilengkapi dukungan foto udara dengan ketelitian 20-50 cm (Peta berbasis
geospasial berupa data Digital Elevation Model (DEM), Light Detection Ranging
(LiDAR) resolusi 20 s.d 50 cm untuk mendetailkan trase terpilih agar tidak terjadi
perubahan DED dan RAB yang signifikan di lapangan.

c. Tersusunnya Surat Edaran Dirjen Bina Marga Nomor : 12/SE/Db/2017 tanggal 27


November 2017 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Program Prioritas
Pembangunan Jalan.

d. Tersusunnya konsep Surat Perjanjian Kerjasama antara Dirjen Bina Marga dengan
Kepala Badan Informasi Geospasial. Konsep/draft PKS tersebut telah dikirim

42
kepada Kepala Badan Informasi Geospasial pada tanggal 17 November 2017
dengan surat Nomor: HK.0203-Bg/397, untuk dilakukan diskusi.

4.2 Saran

a. Surat Edaran Dirjen Bina Marga Nomor : 12/SE/Db/2017 tanggal 27 November


2017 yang merupakan hasil Proyek Perubahan ini diharapkan dapat
diimplementasikan oleh Balai/Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I-XVIII.

b. Perlu disiapkan petugas di Kasatker P2JN dan Kabid/Kasi Perencana dan


Pemantau Balai/Balai Besar P2JN yang tugasnya meneliti dokumen-dokumen
pelengkap yang didukung dengan surat keputusan dari atasan.

c. Dalam rangka memperlancar proses input dalam sistem e-Program ini, agar
ditambahkan fungsi auto-saving pada browser pengguna sehingga ketika terjadi
putus koneksi data yang belum sempat disimpan masih bisa dimuat kembali.

d. Sebelum mengaplikasikan SE Dirjen Nomor : 12/SE/Db/2017 tanggal 27 November


2017 tentang Petunjuk Teknik Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Jalan
untuk kegiatan TA. 2019, agar dilakukan sosialisasi, sekaligus sosialisasi SOP
pembuatan FS dan DED.

e. Oleh karena dalam penyusunan program kadang kala, readiness criteria seperti FS
dan DED disiapkan oleh Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten/Kota,
sehingga dipandang perlu untuk mensosialisasikan SOP pembuatan FS dan DED
pada wilayah dengan tingkat kesulitan fisiografi yang tinggi (daerah
berbukit/gunung/hutan) kepada Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota.

43
DAFTAR PUSTAKA
1. Republik Indonesia. 2004. Undang – Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
Sekretariat Negara. Jakarta.
2. Republik Indonesia. 2013. Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang
Keantariksaan. Sekretariat Negara. Jakarta.
3. Republik Indonesia. 2017. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi. Sekretariat Negara. Jakarta.
4. Republik Indonesia. 2006. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.
Sekretariat Negara. Jakarta.
5. Republik Indonesia. 2015. Peraturan Presiden RI No. 04 Tahun 2015, tentang
Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010, tentang Pengadaan
Barang/ Jasa Pemerintah. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.
6. Republik Indonesia. 2016. Peraturan Presiden RI No. 03 Tahun 2016, tentang
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.
7. Republik Indonesia. 2017. Peraturan Presiden RI No. 58 Tahun 2017, tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.
8. Republik Indonesia. 2006. Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2012 tentang
Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan, Distribusi Data Satelit
Penginderaan Jarak Jauh Resolusi Tinggi. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.
9. Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat No. 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria
Perencanaan Teknis Jalan. Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat. Jakarta.
10. Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat No. 13.1/PRT/M/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015 – 2019. Sekretaris Jenderal Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Jakarta.
11. Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat No. 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Jakarta.
12. Republik Indonesia. 2015. Peraturan Kepala LAN No. 18 Tahun 2015 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Diklatpim Tk. II.

44

Anda mungkin juga menyukai