II ANGKATAN I
BALAI DIKLAT PUPR WILAYAH IV BANDUNG
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PROYEK PERUBAHAN
Disusun oleh:
Nama : Ir. Selamat Rasidi, M.Sc
NDH : 6 (Kelas Ampera)
Diseminarkan pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 05 Desember 2017
Ir. A. Gani Ghazaly Dr. Ir. TB. Hisni, M.Si R. Belanto Hadiwido, ST. M.Si
Akman, M.Eng.Sc
Dr. A. Hasanudin, ME
PELATIHAN KEPEMIMPINAN TK. II ANGKATAN I
BALAI DIKLAT PUPR WILAYAH IV BANDUNG
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Disusun oleh:
NAMA : Ir. Selamat Rasidi, M.Sc
NDH : 6 (Ampera)
Direktorat Pembangunan Jalan, Ditjen Bina Marga telah mencermati kondisi perencanaan dan
pemrograman pembangunan jalan nasional saat ini masih cenderung money follow function
yang seharusnya money follow programme. Kondisi yang demikian disebabkan keterbatasan
alokasi APBN untuk pembangunan jalan nasional yang baru yang ditargetkan 2.650 Km
(2015-2019) sebagaimana ditetapkan dalam Renstra 2015-2019 Ditjen Bina Marga dan
RPJMN 2015-2019. Oleh karenanya dirasa sangat perlu untuk menyusun kebutuhan program
prioritas pembangunan jalan nasional agar pengalokasian dana APBN pada subsektor jalan
nasional lebih obyektif sehingga tercapai keseimbangan proporsional pada tiap wilayah
provinsi. Keputusan geopolitik sering mengubah ketentuan yang sudah ditetapkan dalam
kebijakan Ditjen Bina Marga sehingga ada suatu wilayah provinsi tertentu mendapakan
alokasi dana APBN yang jauh lebih besar dari pada provinsi lain, bahkan ada provinsi yang
tidak mendapatkan alokasi dana pembangunan jalan.
Berdasarkan kondisi tersebut kiranya sangat perlu dikembangkan metode penilaian rangking
kebutuhan program prioritas dengan analisis multi kriteria (teknis, spasial, ekonomi, sosial
budaya, geo-polhankam, dan lingkungan), serta ketersediaan, kelengkapan dan legalitas
dokumen readiness criteria yang didukung data teknis yang akurat. Gagasan tersebut perlu
dukungan : (1) SOP Pembuatan FS; (2) SOP Pembuatan DED agar tidak terjadi perubahan
gambar perencanaan yang signifikan yang berdampak terhadap pemborosan RAB; (3) SE
Dirjen Bina Marga tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Program Prioritas Pembangunan
Jalan; dan (4) Surat Perjanjian Kerja Sama antara Dirjen Bina Marga dan Kepala BIG.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya menyampaikan rasa terima kasih yang amat
dalam kepada :
(1) Bapak Direktur Jenderal Bina Marga yang telah memberikan izin mengikuti Diklat
Kepemimpinan Tk.II di lingkungan Ditjen Bina Marga.
(2) Bapak Ir. A. Gani Ghazaly Akman, M.Eng.Sc., selaku Direktur Pembangunan Jalan, yang
bertindak sebagai Mentor dalam penyusunan laporan proyek perubahan.
(3) Bapak Dr. Ir. Tb. Hisni, MSi., selaku Coach dalam penyusunan laporan proyek
perubahan.
(4) Kerabat dan narasumber yang banyak memberikan informasi dan semangat dalam
penyusunan laporan proyek perubahan.
Saya menyadari bahwa laporan proyek perubahan tersebut masih memerlukan masukan
konstruktif dari semua pihak terkait dengan perencanaan dan pemrograman pembangunan
jalan dalam lingkungan kerja Ditjen Bina Marga.
Akhir kata kami berharap agar proyek perubahan “Strategi Pemilihan Program Prioritas
Pembanguan Jalan Nasional” ini dapat dilaksanakan demi memberi manfaat untuk organisasi
maupun bagi Sub Direktorat Manajemen Konstuksi khususnya.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... viii
EXECUTIVE SUMMARY.......................................................................................... ix
iv
2.3.2. Kondisi Yang Diharapkan ............................................................... 13
2.3.3. Gap Yang Terjadi ............................................................................ 14
2.3.4. Manfaat yang Diperoleh Dari Upaya Capaian Kondisi yang
Diharapkan………………………………….………..…………………. 14
v
3.2.4. Rapat Penyusunan SOP FS dan SOP DED dalam Pemilihan
Program Prioritas Pembangunan Jalan; Draft Perjanjian
Kerjasama antara Badan Informasi Geospasial (BIG)
dengan Dirjen Bina Marga dan Draft SE Dirjen Bina Marga .......... 34
3.2.5. FGD Penyusunan SE Dirjen Bina Marga dan Prosedur FS
serta DED dalam Pemilihan Program Prioritas Pembangunan
Jalan .............................................................................................. 35
3.2.6. Rapat Finalisasi Draft SOP FS dan SOP DED................................ 36
3.3. Uji Coba Penerapan e-Program Pembangunan Jalan Mendukung
RENSTRA Bina Marga 2015-2019 .......................................................... 38
3.4. Tantangan dan Kendala Dalam Penerapan e-Program Untuk Pemilihan
Program Prioritas Pembangunan Jalan ................................................... 39
3.5. Strategi Solusi Untuk Mengatasi Tantangan dan Kendala Penerapan e-
Program Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Jalan ................ 41
BAB IV PENUTUP.................................................................................................. 42
4.1. Kesimpulan ............................................................................................... 42
4.2. Saran ........................................................................................................ 43
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kebijakan Pemrograman Ditjen Bina Marga ............................................... 8
Gambar 2.4 Kuadran Tingkat Pengaruh Dan Tingkat Interest Stakeholder .................... 22
Gambar 3.2 Foto Kegiatan Koordinasi Narasumber dan Data Geospasial .............................. 26
Gambar 3.3 Foto Kegiatan dengan Stakeholder LAPAN Tentang Penyedia Peta
Geospasial (Peta Citra) .................................................................................. 28
Gambar 3.5 Persiapan FGD Penyusunan SOP FS dan SOP DED Dalam
Pemilihan Program Prioritas Pembangunan Jalan ..................................... 29
Gambar 3.6 Foto Kegiatan FGD Penyusunan SOP FS dan SOP DED dalam Pemilihan
Program Prioritas Pembangunan Jalan ........................................................... 31
Gambar 3.7 Foto Kegiatan Rapat Penyusunan SOP FS Dan SOP DED Serta SE Dirjen
Bina Marga Metode Teknik Pemilihan Program Prioritas Pembangunan Jalan ...... 32
Gambar 3.8 Foto Kegiatan Pembahasan Draft Perjanjian Kerjasama Antara Badan
Informasi Geospasial Dan Dirjen Bina Marga Dalam Penyedia Data Informasi
Data Geospasial Untuk Pembangunan Jalan .................................................... 33
Gambar 3.9 Rapat Kegiatan Penyusunan SOP FS dan DED Dalam Pemilihan Program
Prioritas Pembangunan Jalan, Draft Perjanjian Kerjasama Antara Badan
Informasi Geospasial (BIG) Dengan Dirjen Bina Marga Dan Draft SE Dirjen.
Bina Marga ................................................................................................... 35
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kriteria Keberhasilan Proyek Perubahan ....................................................... 6
Tabel 2.1 Tahapan Dan Output ..................................................................................... 15
Tabel 2.2 Hasil Penilaian Posisi Dan Besaran Pengaruh Serta Sikap Tiap
Stakeholder Terhadap Proyek Perubahan ...................................................... 20
viii
EXECUTIVE SUMMARY
Salah satu target dari Renstra 2015–2019 adalah pembangunan jalan sepanjang
2.650 Km dan untuk itu diperlukan Strategi Pemilihan Program Prioritas Pembangunan Jalan
dalam Rangka Capaian Renstra yang Efektif dan Efisien.
Penulis melihat bahwa saat ini terdapat beberapa permasalahan dalam menentukan
strategi pemilihan program prioritas pembangunan jalan, antara lain pengalokasian dana
pembangunan jalan yang belum berdasarkan kebutuhan prioritas secara nasional,
mekanisme perencanaan dan pemrograman berdasarkan readiness criteria yang belum
didukung data akurasi yang up to date, belum tersedianya metode teknis secara kuantitaif
untuk penilaian program prioritas, serta belum ada standarisasi SOP/mekanisme pembuatan
FS dan DED pada wilayah dengan tingkat kesulitan fisiografi yang tinggi (daerah
berbukit/gunung/hutan).
Akibatnya pengajuan penilaian usulan program pembangunan jalan baru yang
cenderung memilih trase terpendek, berdampak kepada terjadinya perubahan signifikan
terhadap DED dan rencana pembiayaannya akibat problem fisiografi dan lingkungan yang
belum terakomodasi secara komprehensif dalam dokumen perencanaannya. Belum adanya
metode penilaian multi kriteria secara kuantitatif dan obyektif untuk menetapkan tingkat
kebutuhan prioritas pembangunan jalan, berdampak beberapa wilayah provinsi tertentu
mendapatkan alokasi dana pembangunan jalan nasional yang cukup besar dan beberapa
provinsi lain relatif kecil atau sama sekali tidak ada alokasi dana. Pada akhirnya usulan
program pembangunan jalan masih berdasarkan pagu indikatif provinsi tahun sebelumnya.
Untuk itu proyek Perubahan “Strategi Pemilihan Program Prioritas Pembangunan Jalan
dalam Rangka Capaian Renstra yang Efektif dan Efisien” diharapkan dapat :
1. Menciptakan pengalokasian dana pembangunan jalan secara obyektif dan
proporsional berdasarkan analisis kebutuhan prioritas secara nasional (money follow
programme).
2. Menjadikan Readiness Criteria, yaitu dokumen FS, DED, Lingkungan/ AMDAL dan
ketersediaan lahan/pembebasan tanah, sebagai bukti data akurat untuk seleksi awal
dalam memilih dan menetapkan alternatif trase jalan dengan biaya pembangunannya
paling optimal
Proyek ini menekankan inovasi dalam hal penggunaan analisis skor tertinggi untuk
memilih Program Prioritas agar lebih obyektif dan penggunaan RC dengan dukungan foto
udara yang memiliki ketelitian 5 m untuk memilih trase jalan dalam kajian FS dan ketelitian
20–50 cm untuk mendetailkan trase terpilih agar tidak terjadi perubahan DED dan RAB yang
signifikan di lapangan.
Hasil konkrit jangka pendek proyek perubahan ini adalah:
1) Prosedur penyiapan Dokumen Studi Kelayakan (Feasibility Study/FS) Pembangunan
Jalan.
2) Prosedur penyiapan Dokumen Desain (Detail Engineering Design/DED)
Pembangunan Jalan.
3) Surat Edaran (SE) Dirjen Bina Marga tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Program
Prioritas Pembangunan Jalan.
4) Konsep Perjanjian Kerjasama (PKS) antara Dirjen Bina Marga dengan Badan
Informasi Geospasial tentang Penyelenggaraan Informasi dan Data Geospasial untuk
Pembangunan Jalan.
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Direktorat Pembangunan Jalan merupakan salah satu unit kerja Direktorat Jenderal Bina
Marga yang memiliki Sub-Direktorat Manajemen Konstruksi, yang bertugas malakukan
koordinasi dan penilaian usulan program dan anggaran penyelenggaraan pembangunan
jalan yang menjadi bahan untuk membantu proses pengambilan keputusan berkaitan
dengan kebijakan pemrograman/penganggaran pembangunan jalan di setiap provinsi.
Sampai dengan akhir tahun anggaran 2017 diperkirakan dalam waktu 2015-2017,
pembangunan jalan baru akan mencapai 1972 km dengan permukaan akhir yang
bervariasi mulai dari permukaan beton, aspal, agregat, maupun permukaan tanah yang
tersebar di seluruh Indonesia. Penilaian usulan program pembangunan jalan saat ini
masih berdasarkan ketersediaan Readiness Criteria, yaitu: Dokumen FS; Dokumen
DED; Dokumen Lingkungan (AMDAL/RKL/RPL, UKL-UPL); serta Ketersediaan Lahan
(Pembebasan Tanah) dalam membuka atau meningkatkan konektivitas/aksesibilitas
daerah Perbatasan (Kalimantan, NTT, Papua); Trans Papua; Pantai Selatan Jawa
(Pansela) dan Pulau Terluar; Kawasan Strategis (Parawisata Nasional, Pusat/Daerah);
Arahan Pimpinan; dan Kawasan Ekonomi Khusus, untuk mendukung pengembangan
KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional). Penerapan penilaian berdasarkan
dokumen Readiness Criteria tersebut cenderung alokasi dana pembangunan jalan
nasional pada Provinsi tertentu relatif besar dibandingkan provinsi lain, bahkan ada
provinsi yang tidak mendapat alokasi program pembangunan jalan.
1
Selain itu, hasil Studi Kelayakan (Feasibility Study/FS) cenderung memilih trase yang
terpendek tanpa didukung data foto udara yang memiliki ketelitian 5 m, sehingga trase
terpilih kurang akurat karena belum mampu menunjukkan kedalaman dan keragaman
fisiografi wilayah. Kondisi tersebut berdampak terjadinya kompleksitas problem
pembuatan dokumen desain (Detail Engineering Design/DED) yang kurang teliti
terutama terkait dengan ketidaktepatan volume galian dan timbunan tanah untuk
penyiapan badan jalan serta kurang tepatnya informasi jumlah dan bentang sungai yang
dilalui trase yang terpilih. Selain persoalan tidak akuratnya hasil FS, pembuatan DED
juga belum mempertimbangkan data foto udara dengan ketelitian 20-50 cm untuk
mengkonfirmasi detail trase terpilih hasil FS, berdampak perubahan yang sangat
signifikan dibandingkan kondisi nyata lapangan yang pada akhirnya juga berdampak
pertambahan kebutuhan dana pelaksanaan konstruksi yang jauh lebih besar daripada
Rencana Anggaran Biaya (RAB) awal. Kondisi kronis tersebut sudah berlangsung
sangat lama dan tidak ada upaya perbaikan kinerja pembuatan FS dan DED sehingga
di lapangan sering terjadi penambahan (addendum) biaya dan waktu pelaksanaan
konstruksi jalan tanpa data pendukung yang andal dan akurat.
Program pembangunan jalan ada 2 (dua) kategori, yaitu pembangunan jalan baru untuk
membuka isolasi atau pegembangan wilayah termasuk jalan lingkar yang baru; dan
penambahan lajur dari semula 2 lajur 2 arah menjadi 4 lajur 2 arah. Setiap tahunnya
secara periodik, semua provinsi mengajukan usulan pembangunan jalan di daerahnya
melalui tahapan pra konsultasi regional, konsultasi regional (konreg). Biasanya usulan
yang diajukan oleh setiap Pemerintah Provinsi lebih besar dari pada ketersediaan dana
yang dialokasikan dalam RAPBN, sehingga dipandang perlu strategi yang dapat
menyaring (menyeleksi) program yang diusulkan dalam konsultasi regional (konreg)
menjadi program prioritas yang terpilih secara obyektif, yang dapat dilaksanakan
pembangunannya berdasarkan ketersediaan dana APBN. Oleh karenanya diperlukan
strategi pemilihan program prioritas pembangunan jalan nasional dalam upaya
ketepatan capaian target Renstra 2015-2019 Ditjen Bina Marga.
Berkaitan dengan pemikiran tersebut, latar belakang untuk menyusun Strategi Pemilihan
Program Prioritas Pembangunan Jalan dalam Rangka Capaian Renstra yang Efektif dan
Efisien, antara lain :
a. Kurang akurasinya bukti data analisis yang mendukung dokumen readiness criteria
dalam mengajukan penilaian usulan program pembangunan jalan yang baru, yang
cenderung memilih trase terpendek, berdampak terjadi perubahan signifikan
terhadap DED dan rencana pembiayaannya akibat problem fisiografi dan
2
lingkungan yang belum terakomodasi secara komprehensif dalam dokumen
perencanaannya.
b. Belum ada metode penilaian multi kriteria secara kuantitatif dan obyektif untuk
menetapkan tingkat kebutuhan prioritas pembangunan jalan, berdampak beberapa
wilayah provinsi tertentu mendapatkan alokasi dana pembangunan jalan nasional
yang cukup besar (memadai) dan beberapa provinsi lain relatif kecil atau sama
sekali tidak ada alokasi dana.
c. Usulan program pembangunan jalan nasional di tiap wilayah provinsi masih
berdasarkan pagu dana indikatif tiap provinsi tahun sebelumnya, berdampak
terjadinya ketidak seimbangan peningkatan konektivitas wilayah.
d. Banyaknya usulan program pembangunan jalan yang disampaikan Kementerian
PUPR Cq. Dirjen Bina Marga baik dari Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota, DPR, dll. Sementara alokasi dana terbatas, sehingga perlu
dilakukan pemilihan mana yang paling prioritas.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka proyek perubahan ini di bagi dalam 3 tahap
capaian, yaitu :
Kegiatan jangka pendek hingga Desember 2017 lebih fokus pada kegiatan
persiapan penyusunan brainware untuk mewujudkan proyek perubahan strategi
pemilihan program prioritas pembangunan jalan yang efektif dan efisien, yaitu :
3
readiness criteria yang dilengkapi dukungan foto udara yang memiliki
ketelitian 5 m untuk memilih trase jalan yang akurat.
d. Tersusunnya konsep Surat Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Dirjen Bina
Marga dan Kepala BIG (Badan Informasi Geospasial).
4
a. Tersedianya SOP Penyusunan FS beserta bahan sosialisasinya.
c. Tersusunnya Surat Edaran (SE) Dirjen Bina Marga tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Jalan beserta bahan sosialisasinya.
d. Pemberlakuan Surat Edaran (SE) Dirjen Bina Marga tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Jalan Nasional di BPJN/BBPJN.
e. Tersusunnya Perjanjian Kejasama (PKS) Antara Dirjen Bina Marga dan Kepala
Badan Informasi Geospasial (BIG) Tentang Penyelenggaraan Informasi dan Data
Geospasial Untuk Pembangunan Jalan.
a. Tersedianya Surat Edaran (SE) Dirjen Bina Marga tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Jalan yang menjadi alat bantu
(Tools) metode teknis penilaian untuk menetapkan ranking program prioritas
pembangunan jalan sesuai kondisi tiap provinsi, mempertimbangkan multi kriteria
(Teknis, Spasial, Ekonomi, Sosial Budaya, Polhankam, dan Lingkungan).
1) Hasil Feasibility Study (FS) yang dilengkapi dukungan peta berbasis geospasial
berupa Digital Terrain Model (DTM) dengan resolusi maksimal 5 (lima)
meteruntuk memiliki trase yang akurat, khususnya wilayah dengan tingkat
kesulitan yang fisiografi yang tinggi (daerah berbukit/gunung/hutan).
5
Tabel 1.1 Kriteria Keberhasilan Proyek Perubahan
1 Tersedianya SOP untuk FS dan DED Dirjen Bina Marga mengesahkan SOP
6
BAB II
Salah satu target Renstra 2015-2019 Ditjen Bina Marga adalah Pembangunan Jalan
Baru sepanjang 2.650 Km yang tersebar di 34 wilayah provinsi yang tidak mungkin dapat
dilaksanakan secara serentak pada tahun anggaran yang sama, sehingga perlu dibuat
petunjuk teknis penilaian kebutuhan program prioritasnya secara kuantitatif. Untuk
membuat dan menerapkan petunjuk tersebut kiranya perlu ditinjau ulang sinkronisasinya
dengan tugas dan fungsi kelembagaan internal Ditjen Bina Marga, sebagai berikut :
7
KEBIJAKAN
KEBIJAKAN PEMROGRAMAN DITJEN BINA MARGA
• Perbatasan (Kalimantan, • Tingkat Konektivitas Jalan • Jalan Tol Dukungan • 5 FO Pantura Jawa
Papua, NTT) Nasional 77% Pemerintah (Manado - • Akses Pabrik Sagu di Kais,
• Trans Papua dan Pansela • Tingkat Kemantapan Jalan Bitung, Balikpapan - Papua
Jawa Nasional 98% Samarinda, Medan - • Pelebaran 4 Lajur di 7 Pos
• Waktu tempuh menjadi • Waktu Tempuh Pada Koridor Kualanamu, Cisumdawu, Lintas Batas
2,2 jam/100 Km Utama 2,2 jam/Km Solo - Kertosono, Akses Tj.
• Jalan Lingkar Toba dan
Priok
• Kemantapan Jalan • Tingkat Penggunaan Jalan Jembatan Tano Ponggol
Nasional 98% Nasional 133 Milyar • Trans Morotai
• Akses Mandeh
Kendaraan Km • Palu - Parigi
• Akses Jalan di Pulau
• Pembangunan Jalan 2.650 • Pembangunan Jalan 2.650 • Penghubung Gorontalo - Naduk Bangka Belitung
Km Km Manado sebagai Kawasan
• Peningkatan kapasitas • Pembangunan Jalan Tol 1.000 • Trans Maluku Karantina Sapi
jalan 4.200 lajur - Km Km • Akses 4 Bandara Baru • Dukungan Pemerintah di
• Pembangunan Jalan Tol • Pelebaran 3.057 Km • Akses 12 Pelabuhan Baru Jalan Tol Serang –
1.000 Km • Akses 24 Kawasan Paninbang
• Dukungan Jalan Bagi 24 • Pembangunan FO/UP 15.000 Industri/KEK • Jalan Lingkar UGM
Pelabuhan Tol Laut M • Akses 10 KSPN • Akses Kota Baru Maja
• Dukungan Jalan Bagi 14 • Dukungan Jalan Daerah 500 • Akses 5 KSPN Prioritas
Kawasan Industri Km • Dll
(Sumber : Bahan Presentasi Dirjen BM pada Raker tanggal : 18 Januari 2017 yang dihadiri Menteri PUPR)
Gambar 2.1 Kebijakan Pemrograman Ditjen Bina Marga
Tata kelola proyek perubahan dalam menerapkan strategi pemilihan program prioritas
pembangunan jalan nasional dalam rangka capaian Renstra 2015-2019 Ditjen Bina
Marga yang efektif dan efisien, tetap mengacu pada Permen PUPR No. 15/PRT/M/2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR, sebagaimana ditunjukkan dalam
Gambar 2.2 Tata kelola proyek perubahan tersebut lebih fokus pada delivery system
yang berada di dalam kelembagaan Ditjen Bina Marga, dijelaskan sebagai berikut :
8
2.2.3. Direktur Pembangunan Jalan (Sponsor)
Bertugas untuk monitoring dan evaluasi pemberlakuan : (1) SE Dirjen Bina Marga
tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Jalan
yang Efektif dan Efsien; dan (2) SOP penyusunan dan pembuatan FS dan DED
untuk pembangunan jalan nasional yang baru. Saat ini Direktur Pembangunan
Jalan memantau bahwa pengusulan pembangunan jalan nasional yang baru
kurang didukung dokumen redianess criteria yang akurat dan kurang obyektif
dalam menentukan kebutuhan program prioritasnya, maka Direktur
Pembangunan Jalan perlu menunjuk Kasubdit Manajemen Konstruksi untuk
menyiapkan perubahan strategi pemilihan program prioritas pembangunan jalan
nasional dalam rangka capaian Renstra 2015-2019 Ditjen Bina Marga yang
efektif dan efisien.
9
1) Penetapan besaran alokasi dana bagi ruas jalan nasional yang baru
yang memiliki skor tertinggi dalam rangking kebutuhan program
prioritas.
Selain itu, Kasubdit Manajemen Konstruksi juga harus menyusun laporan monitoring dan
evaluasi terhadap tingkat penerapan : SOP Pembuatan FS dan DED, SE Dirjen Bina
Marga tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Jalan,
serta Surat Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Dirjen Bina Marga dan Kepala BIG
10
(Badan Informasi Geospasial), dengan tetap berkonsultasi dengan Coach baik terhadap
maupun proses pelaksanaan proyek perubahan.
Memberikan masukan dan melakukan diskusi baik langsung maupun jarak jauh
dengan email, hand phone atau pesan singkat dengan WhatsApp. Memonitor
kegiatan Project Leader selama Taking Ownership dan labotarium
kepemimpinan sehingga pencapaian target penyelesaian Proyek Perubahan
sesuai dengan yang diharapkan.
DIRJEN
BINA MARGA
SEKRETARIS DIRJEN
BINAMARGA
11
2.3. Framework Proyek Perubahan
12
i. Belum akurasinya data analisis teknis dalam penyusunan dokumen
readiness criteria.
g. FS dan DED jalan harus berbasis pemenuhan kelaikan fungsi jalan secara
teknis agar alokasi dana implementasinya dapat optimal.
13
2.3.3. Gap Yang Terjadi
Perbedaan atau gap yang terjadi antara “kondisi saat ini” dan “kondisi yang
sangat diharapkan” dalam strategi perencanaan dan pemrograman
pembangunan jalan nasional yang baru, dapat dirumuskan sebagai berikut :
2.3.4. Manfaat Yang Diperoleh Dari Upaya Capaian Kondisi Yang Diharapkan
Manfaat yang diperoleh dari upaya untuk mewujudkan “kondisi yang sangat
diharapkan” tersebut, adalah :
Inovasi yang diperlukan untuk membantu ketepatan alokasi dana pembangunan jalan
nasional berdasarkan kebutuhan program prioritas nasional yang berprinsip pada money
follow programme, adalah :
a. Penggunaan analisis skor tertinggi hasil proses penilaian dengan metode multi
kriteria (teknis, spasial, ekonomi, sosial budaya, geo-polhankam, dan lingkungan)
14
dan tingkat akurasi hasil readiness criteria secara kuantitatif, untuk memilih Program
Prioritas pembangunan jalan yang lebih obyektif.
Untuk mencapai tujuan proyek perubahan maka pelaksanaan proyek perubahan ini
dibagi dalam 3 (tiga) tahap Milestone. Jadwal kegiatan yang meliputi milestone, tahapan
dan output sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.1
15
Tabel 2.1 Tahapan Dan Output
Jadwal
No Milestone Tahapan Output
(Minggu Ke: )
3 Tersusunnya SE Dirjen Bina Marga 8. Penyusunan dan
Dokumen dan
tentang Petunjuk Teknis asistensi PKS ke 4
daftar hadir
Penyusunan Program Prioritas Bagian hukum
Pembangunan Jalan. 9. Penyusunan SOP Dokumen dan
4-5
FS daftar hadir
10. Penyusunan SOP Dokumen dan
4-5
DED daftar hadir
11. Penyusunan surat Dokumen dan
4-6
edaran Dirjen daftar hadir
4 Tersusunnya konsep Surat 12. FGD untuk Dokumen dan
Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara pembuatan FS, daftar hadir
6-7
Dirjen Bina Marga dan Kepala BIG DED dan SE dan
(Badan Informasi Geospasial) Dirjen Bina Marga dokumentasi
Undangan,
dokumen,
13. Rapat Tim efektif
daftar hadir 8
untuk finalisasi
dan
dokumentasi
Capaian Jangka Menengah Tahapan
B
(sampai Desember 2018) Pelaksanaan
1 Tanda tangan Surat Perjanjian
Kerja Sama (PKS) antara Dirjen Penandatanganan Dokumen dan
19
Bina Marga dan Kepala BIG PKS dokumentasi
(Badan Informasi Geospasial
Undangan,
2 Sosialisasi dan penerapan SOP Sosialisasi SOP FS Daftar
20
pembuatan FS. dan DED hadir,Dokume
ntasi
Undangan,
3 Sosialisasi dan Penerapan SOP Daftar
Sosialisasi SE 20
pembuatan DED. hadir,Dokume
ntasi
16
Tabel 2.1 Tahapan Dan Output
Jadwal
No Milestone Tahapan Output
(Minggu Ke: )
prioritas pembangunan jalan
nasional tiap provinsi
Eksternal
Ka Dir Se
(+) 4 Kepal (-) 6
jen sdi a
(+) 9 (+) 8
Di
Kepal
(+) 4
Dir. a (-) 6
Dir Ban
(+) 4 Kepal
g. aDina
(-) 7
Dir
Ka Ka Kepal
(+) 5 Ka Ka Ka
su a (+) 2
Ka (+) 6 (+) 5 (+) 7 (+) 6 (+) 6
DPR -
(+) 6 Ka (+/-)7
Ko
Ka Ka (+) 5 Keme
(+) 2 n ATR
(+) 6 (+) 6
Sta
PU - B
(+) 6 (+) 3
- M
Ek KOORDINASI PRIMER
- B
HIRARKI UTAMA
In SEKUNDER
a. Garis korelasi warna biru menerus (↔) yaitu garis korelasi yang menunjukkan
bahwa hubungan stakeholder terhadap proyek perubahan bersifat langsung (direct)
dan hierarki (hubungan komando). Beberapa penjelasan hubungan stakeholder
17
terhadap proyek perubahan bersifat langsung (direct) dan hierarki (hubungan
komando) antara lain:
1) Stakeholder yang memiliki korelasi langsung dan hierarki yang lebih tinggi
terhadap proyek perubahan yaitu Dirjen Bina Marga dan Sesditjen Bina Marga,
artinya stakeholder tersebut memiliki peran strategis untuk menyetujui atau
tidak menyetujui proyek perubahan.
2) Stakeholder yang memiliki korelasi langsung dan hierarki yang lebih rendah
terhadap proyek perubahan yaitu: Kasubdit MK, Kasubdit GPD, Kasubdit GML,
Kasubdit SP, Kasubdit PE, Kasie, Staff, dan Konsultan Bantek. Artinya,
stakeholder tersebut memiliki peran strategis dalam memberikan masukan
terhadap proyek perubahan.
Hasil penilaian posisi dan besaran pengaruh serta sikap tiap stakeholder
terhadap proyek perubahan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Berdasarkan Tabel 2.2 dapat diperoleh beberapa penjelasan antara lain sebagai
berikut:
18
a. Stakeholder yang memiliki tingkat pengaruh dalam kategori sangat tinggi
terhadap proyek perubahan sebanyak 1 (satu) stakeholder yaitu Dirjen Bina
Marga. Artinya, stakeholder yang memiliki peran sangat signifikan terkait
terlaksana atau tidak terlaksananya proyek perubahan adalah Dirjen Bina
Marga.
19
(c) DPR-RI; (d) Kementerian KLH; (e) Kepala BAPPEDA Provinsi; dan (f)
Masyarakat Pemilik Tanah. Beberapa stakeholder yang memiliki sikap
negatif cenderung mengasumsikan bahwa proyek perubahan merupakan
upaya untuk membatasi daerah dalam mengembangkan dan membangun
wilayah.
Tabel 2.2 Hasil Penilaian Posisi Dan Besaran Pengaruh Serta Sikap Tiap Stakeholder
Terhadap Proyek Perubahan
20
Keterangan :
• Rendah : 1-2 • Tinggi : 6-8
• Sedang : 3-5 • Sangat Tinggi :9
Hasil pemetaan kuadran tingkat pengaruh dan tingkat interest semua stakeholder
sebagaimana dapat dilihat dalam Gambar 2.4. Berdasarkan Gambar 2.4 dapat
diperoleh beberapa penjelasan sebagai berikut:
21
Latents Influence + Promoters
• Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, • DirJen Bina Marga • Kasubdit SP
Walikota) • SESDITJEN Bina Marga • Kepala Balai I s/d XVIII
• Kepala Dinas PU dan Permukiman • Direktur PJJ • Kasatker P2JN
• KA.BAPPEDA • Kabag Hukum dan Informasi • Kasatker PJN
• DPR –RI • Kasubdit MK • PUSDATIN
• Kasubdit GPD • BIG
• Kementerian KLH
• Kasubdit GML
• Masyarakat Pemilik Tanah
Interest- Interest+
• LAPAN
• MTI • Kasie • Dir. JBHFJD
• FSTPT • Staff • BNPP
• HPJI • Konsultan Bantek • Kasubdit PE
• Kementerian Perhubungan • Dir. Jembatan • BAPPENAS
• Kementerian ATR
a. Stakeholder memiliki tingkat pengaruh besar dan tingkat interest besar atau
dalam kelompok promoters yaitu sebanyak 13 (tiga belas) stakeholder.
Artinya, ke-13 stakeholder tersebut sangat mengharapkan dan mendukung,
serta membantu dalam penyiapan data-data penting agar proyek perubahan
segera direalisasikan. Ke-13 stakeholder yang termasuk dalam kelompok
promoters yaitu: (a) Dirjen Bina Marga;(b) Sesditjen Bina Marga; (c) Direktur
PJJ; (d) Kabag Hukum dan Informasi; (e) Kasubdit MK; (f) Kasubdit GPD;
(g) Kasubdit GML; (h) Kasubdit SP; (i) Kepala Balai/Balai Besar I-XVIII; (j)
Kasatker P2JN; (k) Kasatker PJN; (l) PUSDATIN; dan (m) BIG.
b. Stakeholder memiliki tingkat pengaruh kecil dan tingkat interest besar atau
dalam kelompok defenders yaitu sebanyak 8 (delapan) stakeholder. Artinya,
ke-8 stakeholder tersebut cukup mendukung dan membantu dalam
penyiapan data-data penting agar proyek perubahan dapat direalisasikan.
Ke-8 yang termasuk dalam kelompok promoters yaitu: (a) Kasie; (b) Staff;
(c) Konsultan Bantek; (d) Dir. Jembatan; (e) Dir. JBHFJD; (f) BNPP; (g)
Kasubdit PE; dan (h) BAPPENAS.
c. Stakeholder memiliki tingkat pengaruh besar dan tingkat interest kecil atau
dalam kelompok latents yaitu sebanyak 6 (enam) stakeholder. Artinya, ke-6
22
stakeholder tersebut belum menentukan sikap dalam mendukung proyek
perubahan. Ke-6 yang termasuk dalam kelompok latenst yaitu: (a) Kepala
Daerah (Gubernur, Bupati, Walikota); (b) kepala Dinas dan Permukiman; (c)
KA BAPPEDA; (d) DPR-RI; (e) Kementerian KLH; dan (f) Masyarakat
pemilik tanah.
d. Stakeholder memiliki tingkat pengaruh kecil dan tingkat interest kecil atau
dalam kelompok apathetics yaitu sebanyak 6 (enam) stakeholder. Artinya,
ke-6 stakeholder tersebut cenderung memberikan tantangan atau menuntut
pembuktian dalam realisasi proyek perubahan. Ke-6 yang termasuk dalam
kelompok latenst yaitu: (a) LAPAN; (b) MTI; (c) FSTPT; (d) HPJI; (e)
Kementerian Perhubungan; (f) Kementerian Perhubungan; dan (g)
Kementerian ATR.
Influence + Promoters
Latents • DirJen Bina Marga (Konsultatif )
• Dir. Pembangunan Jalan (Project Leader)
• Kepala Daerah (Informatif) • SESDITJEN Bina Marga (Informatif)
• Direktur PJJ (Informatif & konsultatif)
• Kadis PU (Informatif) • Kasubdit MK (Informatif)
• KA.BAPPEDA (Informatif) • Kasubdit GPD (Informatif)
• DPR –RI (Informatif , konsultatif) • Kasubdit GML (Informatif)
• Kasubdit SP (Informatif)
• Kementerian KLH (konsultatif) • Kepala Balai I s/d XVIII (Informatif & edukatif)
• Masyarakat Pemilik Tanah • Kasatker P2JN (Informatif &edukatif)
(informatif dan edukatif) • Kasatker PJN (Informatif & edukatif)
• PUSDATIN (Informatif)
• BIG (Informatif)
Interest - Interest +
• Kasie (konsultatif , Informatif)
• LAPAN (Informatif) • Staff (konsultatif , Informatif)
• MTI (Informatif) • Konsultan Bantek (konsultatif , Informatif)
• FSTPT (Informatif) • Dir. Jembatan (konsultatif)
• HPJI • Dir. JBHFJD (konsultatif)
• Kemenhub (Informatif) • BNPP (informatif)
• Kemen. ATR (konsultatif) • Kasubdit PE (informatif)
• BAPPENAS (informatif)
Apathetics Defenders
Influence -
23
BAB III
Pada hari Senin tanggal 21 Agustus 2017 bertempat di ruang rapat Kasubdit
Manajemen Konstruksi, telah dilaksanakan rapat evaluasi dan monitoring tugas
harian termasuk membahas kebutuhan perbaikan koordinasi dan penilaian
usulan program dan anggaran Pembangunan Jalan yang menjadi cikal bakal
Proyek Perubahan. Rapat ini dihadiri oleh seluruh staff Manajemen Konstruksi.
Dari hasil rapat tergambar kebutuhan dokumen FS maupun dokumen DED yang
akurat sehingga trase jalan yang sudah ditentukan dan pembukaan jalan baru
yang dilaksanakan sudah sesuai dengan biaya yang optimal.
Untuk mendukung kelancaran proyek perubahan ini, maka akan dibentuk dua
Tim (Pokja) karena nantinya banyak stakeholder yang dilibatkan. Tim (Pokja)
akan dibentuk oleh Direktur Pembangunan Jalan didukung oleh personil Subdit
Manajemen Konstruksi, yaitu :
a. TimTeknis:
1. Ir. Selamat Rasidi, M.Sc
2. Arief Syarif Hidayat, ST.,MT
3. Rahman
4. Nurbaeti
b. Tim Administrasi:
1. Ir. Francisco Mario Tambajong
2. Andriyani Indah S., ST.,M.Sc
3. Daniel Yudha W, ST.,M.Eng.,M.Sc
4. Tri S.
5. Sheila A.
24
Untuk memudahkan pemilihan trase jalan dalam pembuatan dokumen FS dan
DED diperlukan Peta Geospasial (Peta Citra) yang kemungkinan dapat
disediakan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) secara
gratis. Oleh karena itu dijadwalkan untuk melakukan koordinasi dengan LAPAN
melalui contact person Bpk. Kustiyo maupun dengan Narasumber.
Rapat dengan Narasumber Data Geospasial dilakukan pada hari Selasa tanggal
22 Agustus 2017, yang dihadiri oleh pejabat dan staff di lingkungan Ditjen.
Pembangunan Jalan. Rapat ini dipimpin oleh Kasubdit Manajemen Konstruksi.
Rapat ini menindaklanjuti untuk membuat usulan proyek perubahan mengenai
ketepatan dalam membuat dan mendesain dokumen FS dan DED. Salah satu
aspek teknis didalam hal menyusun dokumen FS dan DED adalah Peta
Topografi yang terkoreksi baik dari Imaginary Orthophoto dan DEM (Digital
Elevation Model) serta Light Detection and Ranging (LiDAR). Peta topografi ini
untuk menentukan perhitungan kasar untuk trase ruas yang diusulkan pada
paket Pembangunan Jalan. Peta Topografi nantinya adalah input dasar yang
dimasukan dalam software Quantmn Trimble (Analisa Trase).
25
Tahap–tahap pengumpulan data Geospasial untuk kebutuhan Desain Jalan:
Basic Design Free, Produk berupa SRTM (Shuttle Radar Topography Mission)
dan ASTER (Advanced Spacebome Thermal Emission and Reflection
Radiometer)→Quantmn Trimble (Analisis Trase)→Geospasial Data (Citra
Saturation High Resolution, IFSAR). Input data yang direkomendasikan untuk
software Quantmn Trimble adalah SRTM. Penentuan trase alternatif
menggunakan SRTM dengan jangkauan mencapai 30 meter dan IFSAR dengan
jangkauan mencapai 5 meter. SRTM yang telah diunduh sebagai input,
dimasukan ke Quantmn Trimble Technology. Konsultan melakukan request
kepada provider mengenai ketinggian yang diminta apakah 5 meter atau 10
meter. Topografi LiDAR adalah untuk menyiapkan Dokumen DED. Dengan
tingkat resolusi peta input yang tinggi, diharapkan dapat menunjang didalam
menentukan trase pada penyusunan FS dan DED. Penggunaan software pada
penyusunan FS dan DED dapat diusulkan sebagai regulasi untuk penyusunan
FS dan DED yang cepat dan akurat.
26
3.1.3 Rapat Dengan Stakeholder LAPAN Tentang Penyediaan Peta Geospasial
(Peta Citra)
Pada hari Rabu tanggal 30 Agustus 2017 bertempat di Ruang Rapat Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional telah dilakukan rapat Sinkronisasi dan
Koordinasi dengan LAPAN tentang Penyedia Peta Geospasial (Peta Citra).
Rapat dipimpin oleh Bapak Asyiri dari Pusat Teknologi Data Data, Deputi Bidang
Penginderaan Jarak Jauh Lembaga Penerbangan dan Antriksa Nasional. Rapat
tersebut juga dihadiri oleh:
Dari rapat ini dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya perlu dibuat Perjanjian
Kerjasama (PKS) antara Dirjen. Bina Marga dengan Kepala Badan Informasi
Geospasial mengenai penyediaan Peta/Foto DEM skala 1:5.000 (ketelitian
hipsografi/ketinggian 5 meter) dengan dukungan dari PUSDATIN
KEMENTERIAN PUPR karena LAPAN hanya memproduksi peta DSM yang
memperlihatkan ketinggian permukaan, sehingga BIG memproduksi peta DTM
yang dapat memperlihatkan ketinggian permukaan tanah. Berdasarkan UU No.
21 Tahun 2013 dan INPRES No. 6 Tahun 2012 pengadaan data berupa foto
udara merupakan tanggung jawab LAPAN untuk pengadaan data foto citra
hendaknya dikoordinasikan dahulu ke pihak LAPAN dan BIG agar tidak terjadi
pembelian/pengadaan data (efisiensi APBN) One Map One Policy.
27
Gambar 3.3 Foto Kegiatan dengan Stakeholder LAPAN Tentang Penyedia Peta
Geospasial (Peta Citra)
Oleh karena sampai dengan saaat ini Direktorat Pembangunan Jalan belum
mempunyai alat (tools) untuk memilih program prioritas dari sekian banyak
usulan program yang disampaikan pada saat pra-konsultasi regional maupun
saat rapat konsultasi regional, maka mentor menyetujui Proyek Perubahan
dengan judul: “Strategi Pemilihan Program Prioritas Pembangunan Jalan dalam
Rangka Capaian Renstra yang Efektif dan Efisien”.
28
3.1.5 Pembentukan Tim Penelahaan Usulan Metode Teknik Pemilihan Program
Prioritas Pembangunan Jalan
Tim penelahaan atau tim efektif terdiri dari personil Sub Direktorat Pembangunan
Jalan dikelompokan dalam Tim Teknis dan Tim Administrasi yang diperlukan
untuk mendukung proses pelaksanaan proyek perubahan. Proyek perubahan ini
melibatkan berbagai stakeholder baik stakeholder internal di Kementerian PUPR
maupun stakeholder external, sehingga perlu sinergi dari ke-2 Tim untuk
memperoleh capaian dalam milestone, baik capaian jangka pendek, jangka
menengah maupun jangka panjang.
3.1.6 Rapat Persiapan FGD Penyusunan SOP FS dan SOP DED dalam Pemilihan
Program Prioritas Pembangunan Jalan
Pada hari Senin tanggal 25 September 2017 dilakukan rapat persiapan FGD
Penyusunan SOP FS dan SOP DED dalam Pemilihan Program Prioritas
Pembangunan Jalan yang dihadiri oleh Tim Teknis maupun Tim Administrasi.
Dalam rapat ini disepakati untuk mengundang stakeholder dan narasumber
dengan maksud agar terjalin pemahaman yang sama terhadap output dari
proyek perubahan ini.
Gambar 3.5 Persiapan FGD Penyusunan SOP FS dan SOP DED dalam Pemilihan
Program Prioritas Pembangunan Jalan
29
3.2 Tahap Pelaksanaan
3.2.1 Rapat FGD Penyusunan SOP FS dan SOP DED Dalam Pemilihan Program
Prioritas Pembangunan Jalan
Telah dilakukan rapat FGD Penyusunan SOP FS dan DED dalam Pemilihan
Program Prioritas Pembangunan Jalan pada hari Selasa tanggal 3 Oktober 2017
yang dihadiri oleh stakeholder dari BIG, Pusdatin, Sekretaris Direktorat jenderal
Bina Marga, Direktorat Pengembangan Jaringan Jalan, Direktorat Jembatan,
Direktorat Preservasi Jalan, Direktorat Jalan Bebas Hambatan Perkotaan dan
Fasilitasi Jalan Daerah Kepala Balai/Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I-
XVIII, Kasubdit, Kepala Seksi dan Narasumber. Rapat ini merupakan rapat
pertama dari pembahasan penyusunan SOP FS dan SOP DED dalam Pemilihan
Program Prioritas Pembangunan Jalan.
2. Perlu dibuat perjanjian kerjasama antara Ditjen Bina Marga dengan Kepala
Badan Informasi Geospasial mengenai penyediaan Peta/Foto DEM
(ketelitian 5 m) dengan dukungan dari PUSDATIN KEMEN PUPR;
3. Penyusunan SOP FS dan SOP DED serta SE Dirjen Bina Marga tentang
Perjanjian Kerjasama akan didetailkan oleh tim efektif (tim kecil) sesuai
dengan SK Direktur Pembangunan Jalan;
30
Gambar 3.6 Foto Kegiatan FGD Penyusunan SOP FS Dan SOP DED Dalam
Pemilihan Program Prioritas Pembangunan Jalan
3.2.2 Rapat Penyusunan SOP FS dan SOP DED serta SE Dirjen Bina Marga
Metode Teknik Pemilihan Program Prioritas Pembangunan Jalan
2. Dengan adanya SOP FS dan SOP DED pada wilayah dengan tingkat
kesulitan fisiografi yang tinggi (daerah berbukit/gunung/hutan) berbasis peta
geospasial DTM dengan resolusi maksimal 5 (lima) meter serta peta
geospasial berupa data DEM, LiDAR resolusi 20-50 cm maka SE Dirjen Bina
Marga tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Program Prioritas
Pembangunan Jalan dapat dilaksanakan.
31
3. SE akan menjadi payung hukum bahwa program yang akan dibuat bisa
teraplikasi untuk usulan program di tahun 2019.
Gambar 3.7 Foto Kegiatan Rapat Penyusunan SOP FS dan SOP DED Serta SE Dirjen
Bina Marga Metode Teknik Pemilihan Program Prioritas Pembangunan Jalan
Pada hari Jum’at tanggal 27 Oktober 2017 dilaksanakan rapat Penyusunan Draft
Perjanjian Kerjasama antara Badan Informasi Geospasial dan Dirjen Bina Marga
dalam Penyedia Data Informasi Data Geospasial untuk Pembangunan Jalan.
Rapat tersebut dihadiri oleh Kasubdit, Kepala Seksi Dit. Pembangunan Jalan
serta Bapak Suroto, SH.,MH selaku narasumber. Rapat tersebut dipimpin oleh
Kasubdit Manajemen Konstruksi Bapak Ir. Selamat Rasidi, M.Sc dengan hasil
rapat sebagai berikut:
1. Maksud dari Perjanjian Kerjasama ini adalah sebagai dasar Para Pihak untuk
bekerja sama dalam penyediaan data geospasial yang akurat dan tepat
sasaran untuk penyelenggaraan jalan.
3. Ruang lingkup perjanjian kerjasama ini adalah menyiapkan data yang dapat
digunakan untuk penyelenggaraan jalan yang meliputi :
32
a. Penyiapan data DTM dengan resolusi 5 meter.
5. Segala sesuatu yang perlu diubah dan belum diatur dalam perjanjian akan
ditetapkan kemudian dalam addendum,berdasarkan persetujuan Para Pihak
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
33
3.2.4 Rapat Penyusunan SOP FS dan SOP DED dalam Pemilihan Program
Prioritas Pembangunan Jalan; Draft Perjanjian Kerjasama antara Badan
Informasi Geospasial (BIG) dengan Dirjen Bina Marga dan Draft SE Dirjen
Bina Marga
Pada hari Selasa tanggal 7 November 2017 yang bertempat diruang rapat Ditjen.
Pembangunan Jalan telah dilaksanakan rapat Penyusunan SOP FS dan SOP
DED dalam Pemillihan Program Prioritas Pembangunan Jalan sebagai Project
Leader. Rapat ketiga dalam penyusunan SOP FS dan SOP DED ini dihadiri oleh
tim efektif serta stakeholder. Rapat dipimpin oleh Kasubdit Manajemen
Konstruksi. Pokok bahasan dalam rapat ini diantaranya adalah:
1. Surat Edaran
Terdapat revisi pada judul Surat Edaran yang semula “Penerapan Metode
Teknis Pemilihan Program Prioritas Pembangunan Jalan” menjadi “Petunjuk
Teknis Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Jalan”. Penambahan
dasar pembentukan yaitu Undang–Undang No. 26 Tahun 2007 tentang
penataan ruang dan Peraturan Pemerintah tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN). Teknis penyusunan ini akan melibatkan peran
dari P2JN, BBPJN/BPJN.
Koreksi pada Aspek Teknis yaitu SOP pada topografi, geometrik dan geologi
harus ada aplikasi untuk foto udara dengan ketelitian 5 meter. Badan
Informasi Geospasial sudah memiliki aplikasi foto udara dengan ketelitian 5
meter.
Dari hasil rapat tersebut dapat disimpulkan beberapa hal yaitu disepakatinya
bahwa yang akan dibuat SOP FS dan SOP DED, Surat Edaran Dirjen. Bina
Marga tentang “Petunjuk Teknis Penyusunan Program Prioritas Pembangunan
Jalan”. Agenda selanjutnya adalah pembahasan final SOP FS dan SOP DED
serta SE Dirjen. Bina Marga.
34
Gambar 3.9 Rapat Kegiatan Penyusunan SOP FS Dan SOP DED Dalam Pemilihan
Program Prioritas Pembangunan Jalan, Draft Perjanjian Kerjasama Antara Badan
Informasi Geospasial (BIG) Dengan Dirjen Bina Marga Dan Draft SE Dirjen. Bina Marga
3.2.5 FGD Penyusunan SE Dirjen Bina Marga dan Prosedur FS serta DED dalam
Pemilihan Program Prioritas Pembangunan Jalan
Telah dilakukan FGD perihal Penyusunan SE Dirjen Bina Marga dan Prosedur
FS dan DED dalam Pemilihan Program Prioritas Pembangunan Jalan pada
tanggal 21 November 2017 di Surabaya. Rapat tersebut merupakan rapat ke
empat dalam agenda penyusunan SOP FS dan SOP DED. Acara tersebut
dibuka oleh Direktur Pembangunan Jalan serta dihadiri oleh Balai/Balai Besar
Pelaksanaan Jalan Nasional I-XVIII, Kasatker Perencanaan dan Pengawasan
Jalan Nasional di lingkungan Balai/Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I-
XVIII, Kasubdit di Lingkungan Dit. Pembangunan Jalan, Kasubdit Pemrograman
dan Perencanaan Jembatan, Kepala Bagian Ortala, Sesditjen Bina Marga,
Subdit Lingkungan dan Keselamatan Jalan Dit. Pengembangan Jaringan Jalan.
1. Perbaikan final draft Surat Edaran Ditjen. Bina Marga tentang Petunjuk
Teknis Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Jalan, Prosedur
Penyusunan Studi Kelayakan (FS) dan Prosedur Penyusunan Dokumen
Desain (DED) agar segera ditindaklanjuti dan diproses legalisasinya oleh
Subdit Standar Pedoman, Dit. Pembangunan Jalan.
35
2. Diharapkan dengan adanya SE Dirjen Bina Marga dan Prosedur Penyiapan
Dokumen FS dan DED hasil keluaran Dokkumen FS dan DED yang dibuat
nantinya dapat mempermudah dalam menyusun kebutuhan program prioritas
pembangunan jalan agar lebih efisien dan tepat sasaran.
Telah dilakukan rapat ke-5 yaitu finalisasi Draft SOP FS dan SOP DED yang
bertempat diruang rapat Dit. Pembangunan Jalan pada tanggal 24 November
2017. Rapat tersebut dipimpin oleh Kasubdit Manajemen Konstruksi dan dihadiri
oleh unsur Subdit Manajemen Konstruksi dan unsur Standar dan Pedoman.
Rapat ini merupakan rapat kelima dengan hasil rapat sebagai berikut:
36
c. Menyetujui Dokumen KAK Kegiatan DED Pembangunan Jalan.
37
3.3 Uji Coba Penerapan e-Program Pembangunan Jalan Mendukung RENSTRA Bina
Marga 2015-2019.
3. Perlu seorang user yang bertugas untuk mengupdate data baik ditingkat Satker,
Balai, dan Direktorat yang tertuang dalam SK dan diberikan reward/honor.
38
Gambar 3.11 Sosialisai/Uji Coba Penerapan e-Program Pembangunan Jalan
Mendukung RENSTRA Bina Marga 2015-2019
3.4 Tantangan dan Kendala Dalam Penerapan e-Program Untuk Pemilihan Program
Prioritas Pembangunan Jalan
a. Kepastian Ketersediaan Dokumen Readiness Criteria
Khususnya dokumen Studi FS dan DED serta dokumen lingkungan harus disusun
dengan data pendukung lapangan yang akurat dan legal agar usulan program
prioritas pembangunan jalan memiliki kepastian hukum.
39
lahan ruas jalan yang diusulkan sehingga menghambat proses pembangunannya
walaupun ruas tersebut memiliki potensi pengembangan ekonomi wilayah.
Akurasi data terkait dengan kriteria teknis, spasial, ekonomi, sosial, lingkungan dan
polhankam sangat tergantung dari kualitas hasil studi FS, DED, studi lingkungan,
proses pembebasan lahan, dan kajian geopolitik.
Kendala yang dihadapi tidak akurasinya data hasil kajian FS, DED, analisis dampak
lingkungan dan pembebasan lahan serta kurang cermatnya analisis geopolitik dapat
memberikan input yang salah dalam menilai indikator subkriteria yang berdampak
ketidaktepatan dalam menyusun usulan program prioritas pembangunan jalan.
Harus jelas dan tegas terutama terkait: (a) kegiatan inventarisasi dan identifikasi
data/dokumen yang diperlukan oleh P2JN; (b) penilaian kriteria dan subkriteria pada
tiap aspek teknis, spasial, sosial, ekonomi, lingkungan, dan polhankam oleh P2JN;
(c) penyusunan nilai prioritas usulan pembangunan jalan di tingkat wilayah kerja
BPJN/BBPJN I-XVIII dan Direktorat.
Kendala yang dihadapi keberatan beban yang dirasakan oleh P2JN karena tidak
tersedianya dokumen readiness criteria yang lebih pasti dan kurangnya dukungan
kualitas data lapangan untuk menilai indikator subkriteria dari kriteria teknis, spasial,
sosial, ekonomi, lingkungan dan polhankam.
Untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap : (a) capaian mutu hasil kajian
dan analisis terkait studi FS, DED, lingkungan; (b) ketersediaan, kelengkapan dan
legalitas dokumen readiness criteria yang mendukung usulan pembangunan ruas
jalan; (c) proses pembebasan lahan dan cermatan potensi konflik sosial serta risiko
pembiayaannya.
Kendala yang dihadapi kurangnya gairah inovatif dan kreatif untuk meningkatkan
kinerja SDM perencanaan dan kebijakan baik dari unsur penyedia jasa dan
pengguna jasa sehingga hasil kajian dan kurang akurat dan tidak relevan dengan
kondisi lapangan.
40
3.5 Strategi Solusi Untuk Mengatasi Tantangan Dan Kendala Dalam Penerapan
e-Program Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Jalan
a. Direktorat Pembangunan Jalan perlu menyusun bahan pembelajaran bagi P2JN dan
BPJN/BBPJN I-XVIII untuk:
2) Mendalami cara menilai kuantitatif indikator sub-kriteria pada tiap kriteria teknis,
spasial, sosial, ekonomi, lingkungan dan polhankam secara obyektif dengan
bantuan dukungan hasil analisis mikro dari dokumen readiness criteria dan data
ukur langsung di lapangan.
b. Kreativitas dan inovatif SDM P2JN dan BPJN/BBPJN I-XVIII dalam menerapkan
e-Program Penyusunan Program Prioritas Pembangunan Jalan harus dijadikan
dalam penilaian usulan peningkatan jenjang karir karena e-Program memerlukan
kejujuran obyektif dalam pendalaman materi perencanaan dan kebijakan yang lebih
komprehensif.
41
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tujuan jangka pendek seperti yang sudah ditetapkan dalam milestone hingga Desember
2017 yaitu penyusunan brainware atau tools dan dasar hukum untuk mewujudkan
proyek perubahan strategi pemilihan program prioritas jalan yang efektif dan efisien telah
tercapai dengan diselesaikannya, yaitu:
b. Tersedianya SOP Pembuatan DED untuk wilayah dengan tingkat kesulitan fisiografi
yang tinggi (daerah berbukit/gunung/hutan) sebagai dokumen readiness criteria
yang dilengkapi dukungan foto udara dengan ketelitian 20-50 cm (Peta berbasis
geospasial berupa data Digital Elevation Model (DEM), Light Detection Ranging
(LiDAR) resolusi 20 s.d 50 cm untuk mendetailkan trase terpilih agar tidak terjadi
perubahan DED dan RAB yang signifikan di lapangan.
d. Tersusunnya konsep Surat Perjanjian Kerjasama antara Dirjen Bina Marga dengan
Kepala Badan Informasi Geospasial. Konsep/draft PKS tersebut telah dikirim
42
kepada Kepala Badan Informasi Geospasial pada tanggal 17 November 2017
dengan surat Nomor: HK.0203-Bg/397, untuk dilakukan diskusi.
4.2 Saran
c. Dalam rangka memperlancar proses input dalam sistem e-Program ini, agar
ditambahkan fungsi auto-saving pada browser pengguna sehingga ketika terjadi
putus koneksi data yang belum sempat disimpan masih bisa dimuat kembali.
e. Oleh karena dalam penyusunan program kadang kala, readiness criteria seperti FS
dan DED disiapkan oleh Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten/Kota,
sehingga dipandang perlu untuk mensosialisasikan SOP pembuatan FS dan DED
pada wilayah dengan tingkat kesulitan fisiografi yang tinggi (daerah
berbukit/gunung/hutan) kepada Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Republik Indonesia. 2004. Undang – Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
Sekretariat Negara. Jakarta.
2. Republik Indonesia. 2013. Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2013 tentang
Keantariksaan. Sekretariat Negara. Jakarta.
3. Republik Indonesia. 2017. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi. Sekretariat Negara. Jakarta.
4. Republik Indonesia. 2006. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.
Sekretariat Negara. Jakarta.
5. Republik Indonesia. 2015. Peraturan Presiden RI No. 04 Tahun 2015, tentang
Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010, tentang Pengadaan
Barang/ Jasa Pemerintah. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.
6. Republik Indonesia. 2016. Peraturan Presiden RI No. 03 Tahun 2016, tentang
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.
7. Republik Indonesia. 2017. Peraturan Presiden RI No. 58 Tahun 2017, tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.
8. Republik Indonesia. 2006. Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2012 tentang
Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan, Distribusi Data Satelit
Penginderaan Jarak Jauh Resolusi Tinggi. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.
9. Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat No. 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria
Perencanaan Teknis Jalan. Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat. Jakarta.
10. Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat No. 13.1/PRT/M/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015 – 2019. Sekretaris Jenderal Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Jakarta.
11. Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat No. 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Jakarta.
12. Republik Indonesia. 2015. Peraturan Kepala LAN No. 18 Tahun 2015 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Diklatpim Tk. II.
44