Anda di halaman 1dari 53

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur diucapkan kehadirat Allah Subhanahu wata‟ala atas segala
limpahan Rahmat, Karunia dan Hidayah-Nya yang telah diberikan sehingga kami dapat
mempersiapkan Laporan Kelompok sebagai rangkaian kurikulum pembelajaran
Kesehatan Kepemimpinan Administrator (PKA) Angkatan VI Tahun 2023 pada Pusat
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri Regional
Bukitinggi. Sholawat serta salam tidak lupa dihadiahkan buat suri tauladan ummat, Nabi
Muhammad Sholallahu ‘alaihi wasallam
Laporan studi lapangan ini merupakan hasil studi lapangan yang dilakukan pada
Dinas Kesehatan Kota Bandung untuk menganalisis keunggulan-keunggulan strategi di
sektor Kesehatan Kota Bandung, mengambil intisari berupa lesson learned yang
selanjutnya dapat mengadaptasikannya di tempat kerja atau sebagai inspirasi bentuk
action plan dan aksi perubahan di tempat bekerja atau bertugas.
Kami memahami banyak pihak yang berperan dalam proses penyusunan dan
penyiapan Laporan Kelompok ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya dan penghargaan yang
setinggi- tingginya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyelesaian laporan ini, teristimewa kepada pembimbing Andari dwi Utami, MH,
Bapak Pramana Wahyu Setiawan, S.Sos., M.Si , kepada Bapak …… Kepala Dinas
Kesehatan beserta jajarannya, dan juga kepada Bapak Sarjayadi, SS Kepala Pusat
Pengembangan SDM Kementerian Dalam Negeri Regional Bukittinggi, seluruh
panitia dari PPSDM Kemendagri Regional Bukittinggi serta semua pihak lainnya
baik secara langsung maupun tidak langsung yang berkontribusi dalam penyiapan
laporan ini.
Dokumen ini juga kami rasakan masih jauh dari sempurna, ini hanyalah
setetes ide di dalam lautan gagasan yang tak akan berarti tanpa adanya masukan,
kritik dan saran. Dengan masukan, kritik ataupun saran dari pembaca akan menjadi
bagian yang penting dalam rangka penyempurnaan tulisan ini.
Akhirnya, kami berharap apa yang menjadi substansi dari dokumen ini dapat
bermanfaat bagi kami pribadi khususnya serta semua pihak untuk terus berusaha
memberikan sumbangsih terbaik bagi bangsa dan negeri ini.

Pahlawan Bernama Tuanku Tambusai


Sakti perkasa taat beragama
Studi lapangan telah pun usai
Semoga bermanfaat bagi kita semua

Megah istana dikota siak


1
Tersedia tepak dengan perkakas
Kelompok tiga orangnya kompak
Sukses selalu dalam bertugas

Bandung, Agustus 2023

KELOMPOK III STULA


PKA ANGKATAN 6 TAHUN 2023
KEMENTERIAN DALAM NEGERI PPSDM BUKITTINGGI

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 3
DAFTAR GAMBAR 4
DAFTAR TABEL 5
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 6
1.2 Tujuan dan sasaran 7
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan 7
BAB II PROFIL LOKUS STUDI LAPANGAN
2.1 Gambaran Umum Kota Bandung 8
2.1.1 Visi, Misi, dan Profil Kelembagaan Kita Bandung 10
2.1.2 Inovasi Pelayanan Publik Bandung 11
2.2 Profil Dinas Kesehatan 14
2.2.1 Kepegawaian 15
2.2.2 Tugas, fungsi dan Uraian tugas 24

BAB III DESKRIPSI KINERJA ORGANISASI PELAYANAN PUBLIK


3.1 Permasalahan saat ini 36

BAB IV KEUNGGULAN ( KEY SUCCES FACTOR ) KINERJA


ORGANISASI PELAYANAN PUBLIK
4.1 Best Practices Kinerja Dinas Kesehatan Kota Bandung 44
4.1.1 Penerapan UHC 44
4.1.2 Beas+( Bandung Emergency Aplication Support Plus ) 45
4.1.3 Layad Rawat 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan 47
5.2 Saran 48

3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Peta Adinistrasi Kota Bandung 10

Gambar 2. 2 Profil Kelembagaan Pemko Bandung 11

Gambar 2. 2.1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Bandung 13

Gambar 2. 3 Struktur Organisasi RSUD Kota Bandung 32

Ganbar 2.4 Struktur Organisasi RSKIA 33

Gambar 2.5 Struktur Organisasi RSKGM 35

4
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Capaian Indikator Kinerja Utama Dinas 14


Kesehatan Kota Bandung
Tabel 2. 2 Data Kebutuhan SDM Per Jenis Tenaga 14
Kesehatan di RSUD Kota Bandung Tahun
2021
Tabel 2. 3 Data Kebutuhan SDM Per Jenis di RSKIA 19
Kota Bandung TAhun 2021
Tabel 2. 4 Data Kebutuhan SDM Per Jenis di RS KGM 22
Kota Bandung Tahun 2021
Tabel 2.5 Data Kepegawaian DINKES berdasarkan 23
Pendidi Sykan
Tabel 3.1 Tujuan Sasaran Strategi DINKES Kota 36
Bandung
Tabel 3.2 Indikator Kinerja Utama DINKES Kota 37
Bandung
Tabel 3.3 Capaian IKU DINKES Kota Bandung 38

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara


disebutkan bahwa untuk mewujudkan tujuan nasional, dibutuhkan Pegawai ASN yang
diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik dan tugas pemerintahan.
Tugas pelayanan publik dilakukan dengan memberikan pelayanan atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan Pegawai ASN. Adapun tugas
pemerintahan dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan fungsi umum
pemerintahan yang meliputi pendayagunaan kelembagaan, kepegawaian, dan
ketatalaksanaan.

Untuk dapat menjalankan tugas pelayanan publik, dan tugas pemerintahan,


Pegawai ASN harus memiliki profesi dan Manajemen ASN yang berdasarkan pada
Sistem Merit atau perbandingan antara kualifikasi, kompetensi, dan kinerja yang
dibutuhkan oleh jabatan. Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai unsur utama Sumber
Daya Manusia (SDM) Aparatur Negara mempunyai peranan yang menentukan
keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Sosok ASN yang
mampu memainkan peran tersebut adalah kompetensi yang dengan kesetiaan dan
ketaatan kepada negara, bermoral, bermental baik, profesional, sadar akan
tanggungjawab sebagai pelayan publik, serta mampu menjadi perekat persatuan dan
kesatuan bangsa.

Dalam membentuk sosok ASN yang kompeten sebagaimana dimaksud


dilakukan melalui berbagai kegiatan peningkatan kompetensi ASN salah satunya
melalui kegiatan pelatihan kepemimpinan berjenjang mulai dari pejabat Tinggi Pratama,
Administrator hingga pengawas. PPSDM Kementerian Dalam Negeri regional
Bukittinggi sebagai salah satu lembaga yang melaksanakan kegiatan pelatihan
kepemimpinan berjenjang tersebut, dalam pelaksanaan Pelatihan Kepemimpinan
Administrator Angkatan 6 Tahun 2023 telah memfasilitasi untuk melakukan studi
lapangan ke Kota Bandung Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu kurikulum
pembelajaran. Kota Bandung Provinsi Jawa Barat saat ini dinilai memiliki lompatan
yang baik dari sisi pembangunan di Indonesia dan memiliki banyak inovasi-inovasi
dalam pelayanan publk, sehingga melahirkan keberhasilan pembangunan yang
mungkin bisa ditiru oleh daerah lainnya di Indonesia.

Untuk kelompok 3 peserta Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan 6


studi lapangan dilaksanakan pada lokus di Dinas Kesehatan Kota Bandung Provinsi
Jawa Barat dengan harapan agar peserta dapat melihat bagaimana teori yang didapat
6
selama pembelajaran dengan implementasi nyata di lapangan dengan lokasi studi lebih
spesifik.

Kemudian dari segi manfaat pelaksanaan studi lapangan, peserta diharapkan


dapat menjadi kritis terhadap lingkungan dan memiliki kemampuan melakukan
identifikasi dan analisis, serta mampu menemukan pokok masalah beserta alternatif
solusi untuk penanganannya. Selain itu juga untuk melatih peserta dalam melakukan
observasi lapangan pada situasi yang kompleks agar memiliki empati dengan cara
mendalami, melihat, mendengar, dan mengambil simpulan (lesson learned, adopsi, dan
adaptasi) dengan framework manajemen kinerja.

1.2. Tujuan dan Sasaran

Adapun tujuan pelaksanaan studi lapangan ini adalah :

1. Peserta dapat mengetahui efektifitas best practices dan strategi yang digunakan
oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam meningkatkan kinerja pelayanan publik
di sektor Kesehatan Kota Bandung.
2. Peserta mendapatkan lesson learned pada lokus Dinas Kesehatan Kota Bandung
serta selanjutnya dapat mengadopsi dan mengadaptasi keunggulan strategi dan
manajemen kinerja pelayanan publik sesuai lokus.

Kemudian sasaran dalam studi lapangan ini adalah :


1. Teridentifikasinya faktor-faktor efektifitas best practices dan strategi yang
digunakan oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam meningkatkan Sektor
Kesehatan, Pemuda dan Olah Raga.

2. Tersusunnya laporan hasil studi lapangan berdasarkan lesson learned yang


didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Bandung.

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Hasil yang diharapkan dari studi lapangan ini adalah :


1. Peserta dapat menganalis efektifitas best practices dan strategi yang digunakan
oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung, menyusun lesson learned dari
keunggulan-keunggulan strategi dan manajemen kinerja pelayanan publik, serta
mengadopsi dan mengadaptasikannya;

2. Peserta dapat berbagi pengalaman hasil studi lapangan;

3. Tersusunnya laporan Kelompok dan Individu studi lapangan.

7
BAB II
PROFIL LOKUS STUDI LAPANGAN

2.1 Gambaran Umum Kota Bandung


Kata Bandung berasal dari kata bendung atau bendungan karena terbendungnya
sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Parahu yang lalu membentuk telaga.
Legenda yang diceritakan oleh orang-orang tua di Bandung mengatakan bahwa nama
Bandung diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikat
berdampingan yang disebut perahu bandung yang digunakan oleh Bupati Bandung,
R.A. Wiranatakusumah II, untuk melayari Ci Tarum dalam mencari tempat kedudukan
kabupaten yang baru untuk menggantikan ibu kota yang lama di Dayeuhkolot.

Berdasarkan filosofi Sunda, kata Bandung juga berasal dari kalimat Nga-
Bandung-an Banda Indung, yang merupakan kalimat sakral dan luhur karena
mengandung nilai ajaran Sunda. Nga-Bandung-an artinya menyaksikan atau bersaksi.
Banda adalah segala sesuatu yang berada di alam hidup yaitu di bumi dan atmosfer,
baik makhluk hidup maupun benda mati. Sinonim dari banda adalah harta. Indung
berarti Ibu atau Bumi, disebut juga sebagai Ibu Pertiwi tempat Banda berada.

Dari Bumi-lah semua dilahirkan ke alam hidup sebagai Banda. Segala sesuatu
yang berada di alam hidup adalah Banda Indung, yaitu Bumi, air, tanah, api, tumbuhan,
hewan, manusia dan segala isi perut bumi. Langit yang berada di luar atmosfer adalah
tempat yang menyaksikan, Nu Nga-Bandung-an. Yang disebut sebagai Wasa atau
Sang Hyang Wisesa, yang berkuasa di langit tanpa batas dan seluruh alam semesta
termasuk Bumi. Jadi kata Bandung mempunyai nilai filosofis sebagai alam tempat
segala makhluk hidup maupun benda mati yang lahir dan tinggal di Ibu Pertiwi yang
keberadaanya disaksikan oleh yang Maha Kuasa.

Kota Bandung secara geografis memang terlihat dikelilingi oleh pegunungan,


dan ini menunjukkan bahwa pada masa lalu kota Bandung memang merupakan sebuah
telaga atau danau. Legenda Sangkuriang merupakan legenda yang menceritakan
bagaimana terbentuknya danau Bandung, dan bagaimana terbentuknya Gunung
Tangkuban Perahu, lalu bagaimana pula keringnya danau Bandung sehingga
meninggalkan cekungan seperti sekarang ini. Air dari danau Bandung menurut legenda
tersebut kering karena mengalir melalui sebuah gua yang bernama Sanghyang Tikoro.

Daerah terakhir sisa-sisa danau Bandung yang menjadi kering adalah Situ
Aksan, yang pada tahun 1970-an masih merupakan danau tempat berpariwisata, tetapi
saat ini sudah menjadi daerah perumahan untuk permukiman.

Sekitar akhir tahun 1808/awal tahun 1809, Bupati beserta sejumlah rakyatnya
pindah dari Krapyak mendekati lahan bakal ibukota baru. Mula-mula Bupati tinggal di
8
Cikalintu (daerah Cipaganti), kemudian pindah ke Balubur Hilir, selanjutnya pindah lagi
ke Kampung Bogor (Kebon Kawung, pada lahan Gedung Pakuan sekarang). Bupati
memimpin sejumlah rakyatnya, termasuk penduduk Kampung Balubur Hilir, membuka
hutan pada lahan bakal ibukota (daerah Cikapundung hilir). Tidak diketahui secara
pasti, berapa lama Kota Bandung dibangun. Akan tetapi, Kota itu dibangun bukan atas
prakarsa Daendels, melainkan atas prakarsa Bupati Bandung, bahkan pembangunan
kota itu dipimpin langsung oleh Bupati. Dengan kata lain Bupati R.A. Wiranatakusumah
II adalah pendiri (The Founding Father) Kota Bandung.

Kota Bandung mulai menjadi kota, sejak pemerintahan kolonial Hindia Belanda,
melalui Gubernur Jenderalnya waktu itu Herman Willem Daendels, yang mengeluarkan
surat keputusan tanggal 25 September 1810 tentang pendirian dan peresmian Kota
Bandung sebagai Ibukota Kabupaten Bandung pengganti Krapyak. Dikemudian hari
peristiwa ini diabadikan sebagai hari jadi kota Bandung.

Kota Bandung secara resmi mendapat status gemeente (kota) dari Gubernur
Jenderal J.B. van Heutsz pada tanggal 1 April 1906 dengan luas wilayah waktu itu
sekitar 900 ha, dan bertambah menjadi 8.000 ha pada tahun 1949, sampai terakhir
bertambah menjadi luas wilayah saat ini.

Pada masa perang kemerdekaan, pada 24 Maret 1946, sebagian kota ini dibakar
oleh para pejuang kemerdekaan sebagai bagian dalam strategi perang waktu itu.
Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Bandung Lautan Api dan diabadikan dalam lagu
Halo-Halo Bandung. Selain itu kota ini kemudian ditinggalkan oleh sebagian
penduduknya yang mengungsi ke daerah lain.

Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi
Daerah Tingkat I Jawa Barat. Kota Bandung terletak diantara 107 Bujur Timur dan 655'
Lintang Selatan.
Batas wilayah Kota Bandung dapat dirinci sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten
Bandung Barat;
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Cimahi;
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung; dan
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung

9
Peta administrasi Kota Bandung ditampilkan dalam gambar berikut:

Gambar 2. 1
Peta Administrastif Kota Bandung

Sumber: Renstra Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2018-2023

2.1.1 Visi, Misi dan Profil Kelembagaan Kota Bandung

“TERWUJUDNYA KOTA BANDUNG YANG UNGGUL, NYAMAN, SEJAHTERA


DAN AGAMIS”

Untuk mencapai Visi tersebut dirumuskan misi sebagai berikut :

Dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan strategis internal dan eksternal.


Dalam mewujudkan Visi Kota Bandung didukung oleh 5 Misi.

MISI PERUBAHAN RPJMD KOTA BANDUNG TAHUN 2018–2023

Misi 1: Membangun masyarakat yang humanis, agamis, dan berdaya saing


Misi 2: Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang melayani efektif, efisien, dan
bersih
Misi 3: Membangun perekonomian yang mandiri, kokoh, dan berkeadilan.

10
Misi 4: Mewujudkan Bandung nyaman melalui perencanaan tata ruang,
pembangunan infrastruktur serta pengendalian pemanfaatan ruang yang berkualitas
dan berwawasan lingkungan.
Misi 5: Mengembangkan pembiayaan kota yang partisipatif, kolaboratif, dan
terintegrasi

Merujuk kepada Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2016


Tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah, Pemerintah Kota Bandung
tersusun atas 3 institusi fungsi penunjang, 27 lembaga teknis daerah, dan kecamatan.

Gambar 2. 2
Profil Kelembagaan Pemko Bandung

Sumber: Paparan Pemkab Bandung dalam penyambutan peserta STULA PPSDM kemendagri Regional
Bukittinggi 2023

2.1.2 Inovasi Pelayanan Publik Bandung

Berikut adalah beberapa contoh inovasi pelayanan publik yang dilakukan oleh
Kota Bandung:

1. Smart City Initiatives: Kota Bandung telah mengadopsi teknologi dalam berbagai
aspek pelayanan publik melalui program Smart City. Ini meliputi penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi untuk mengintegrasikan sistem dan
memberikan informasi secara real-time kepada warga. Contohnya adalah aplikasi

11
mobile untuk memberikan laporan dan pengaduan warga tentang masalah
infrastruktur, kebersihan, dan layanan lainnya.

2. Aplikasi Bandung Juara: Bandung Juara adalah aplikasi yang memudahkan warga
untuk mengakses berbagai layanan kota, seperti pendaftaran sekolah, pembayaran
pajak, dan perizinan usaha. Aplikasi ini mempercepat proses administratif dan
mengurangi birokrasi yang berbelit-belit.

3. E-Kinerja ASN: Untuk meningkatkan kinerja aparatur sipil negara (ASN), Kota
Bandung telah mengimplementasikan sistem e-kinerja yang memungkinkan para
pegawai untuk mengelola dan memantau pencapaian kinerja mereka secara online.
Sistem ini membantu mengukur kinerja pegawai dengan lebih objektif dan
memberikan umpan balik yang lebih cepat.

4. Ruang Terbuka Ramah Anak (RTRA): Bandung telah mengalokasikan sejumlah


ruang terbuka yang ramah anak di berbagai tempat di kota. RTRA dilengkapi
dengan berbagai fasilitas bermain, seperti taman bermain dan area bermain air,
yang memungkinkan anak-anak untuk bermain dengan aman dan nyaman.

5. One Stop Integrated Service (PTSP): Kota Bandung telah mendirikan PTSP untuk
mempermudah proses perizinan usaha dan investasi. PTSP mengintegrasikan
beberapa instansi terkait dalam satu lokasi sehingga pengusaha dan investor dapat
mengurus perizinan dengan lebih efisien.

6. Program Layanan Publik Inovatif: Pemerintah Kota Bandung juga mendorong para
pegawai untuk menciptakan inovasi layanan publik melalui program inovatif.
Pegawai yang berhasil menciptakan solusi inovatif untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat diberikan penghargaan dan insentif.

7. Penggunaan Teknologi dalam Kesehatan: Dalam sektor Kesehatan, Kota Bandung


juga menerapkan inovasi dengan mengintegrasikan teknologi dalam proses
pembelajaran. Penggunaan e-learning, smart board, dan platform pembelajaran
online telah diterapkan untuk memperluas akses Kesehatan bagi siswa dan guru.

Inovasi-inovasi di atas adalah beberapa contoh bagaimana Kota Bandung terus


berusaha meningkatkan pelayanan publik dan memanfaatkan teknologi untuk mencapai
tujuan tersebut. Dengan mengedepankan transparansi, partisipasi masyarakat, dan
penggunaan teknologi, Kota Bandung terus berusaha menjadi kota yang maju dan
berdaya saing tinggi dalam memberikan pelayanan publik yang berkualitas bagi seluruh
warganya.

12
2.2 PROFIL DINAS KESEHATAN

Dinas Kesehatan Kota Bandung atau Dinas Kesehatan Kota Bandung


merupakan lembaga pemerintahan yang telah berdiri sejak zaman penjajahan
Belanda terus beroperasi hingga saat ini. .

Dinas Kesehatan Kota Bandung bertanggung jawab termasuk


melaksanakan program kesehatan, menyediakan layanan kesehatan, melakukan
penelitian kesehatan, dan mempromosikan kesehatan masyarakat dan
pencegahan penyakit. Untuk penilaian status kesehatan penduduk dan
menginformasikan kebijakan dan intervensi Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota
Bandung bekerjasama dengan instansi pemerintah lainnya, penyedia layanan
kesehatan, dan organisasi masyarakat untuk meningkatkan Kesehatan.

GAMBAR 2.2.1

STRUKTUR ORGANISASI DINAS ESEHATAN KOTA BANDUNG

13
GAMBAR 2.2.2.

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UATAMA DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG

2.2.1 Kepegawaian

Jumlah Pegawai Untuk mendukung tugas pokok dan fungsi Dinas

Kesehatan pada Tahun 2020 adalah sebanyak 3.722 orang. Data dan

kebutuhan sumberdaya manusia Dinas Kesehatan Kota Bandung dapat

dilihat pada Tabel 2.1 dibawah ini:

Tabel 2.3 Data Kebutuhan Sumberdaya Manusia PerJenis Tenaga


Kesehatan di RSUD Kota Bandung Tahun 2021

JUMLAH PEGAWAI YANG TERSEDIA JUMLAH


PEGAWAI KESENJANGAN
NO JENIS TENAGA KET
BLUD YANG PEGAWAI
PNS MITRA P3K JUMLAH
NON
PNS DIBUTUHKAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
0

I TENAGA MEDIS

1 Dokter Umum 11 2 6 19 22 -3 K

2 Dokter Spesialis Bedah 3 3 3 0 S

3 Dokter Spesialis Penyakit Dalam 2 1 3 4 -1 K

4 Dokter Spesialis Kes Anak 2 1 3 3 0 S

5 Dokter Spesialis Obgyn 1 1 1 3 3 0 S

6 Dokter Spesialis Radiologi 3 3 2 1 L

7 Dokter Spesialis Anesthesi 2 2 4 -2 K

8 Dokter Spesialis Patologi Klinik 3 3 2 1 L

14
9 Dokter Spesialis Jiwa 1 1 2 2 0 S

10 Dokter Spesialis Mata 3 3 3 0 S

11 Dokter Spesialis THT 2 2 2 0 S

12 Dokter Spesialis Kulit & Kelamin 2 2 2 0 S

Dokter Spesialis
13 2 2 2 0 S
Kardiologi/ Jantung &
Pembuluh Darah

14 Dokter Spesialis Akupuntur 1 1 1 0 S

15 Dokter Spesialis Paru 1 1 2 -1 K

16 Dokter Spesialis Saraf 1 1 2 2 0 S

17 Dokter Spesialis Bedah Orthopedi 1 1 3 -2 K

18 Dokter Spesialis Urologi 1 1 2 -1 K

19 Dokter Spesialis Patologi Anatomi 1 1 1 0 S

20 Dokter Spesialis Patologi Forensik 1 -1 K

21 Dokter Spesialis Rehabilitasi 1 1 2 2 0 S


Medik

22 Dokter Spesialis Gizi Medik 1 -1 K

23 Dokter Spesialis Bedah Plastik 1 -1 K

24 Dokter Spesialis Bedah Digestif 1 -1 K

25 Dokter Spesialis Bedah Saraf 1 1 1 0 S

26 Dokter Spesialis Bedah Anak 1 1 1 0 S

27 Dokter Spesialis Bedah Thorax 1 -1 K

28 Dokter Sub Spesialis Bedah 1 -1 K

29 Dokter Sub Spesialis Dalam 1 -1 K

30 Dokter Sub Spesialis Obgyn 1 1 1 0 S

31 Dokter Sub Spesialis Anak 1 1 1 0 S

32 Dokter Gigi 3 3 1 -2 L

33 Dokter Gigi Spesialis Orthodonti 1 1 1 0 S

34 Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut 1 1 1 0 S

35 Dokter Gigi Spesialis Konservasi 1 1 1 0 S

36 Dokter Gigi Spesialis Prostodonti 1 -1 K

Dokter Gigi Spesialis


37 1 -1 K

15
Penyakit Mulut

II TENAGA KEPERAWATAN

1 Perawat Ahli 41 21 62 98 -36 K

2 Perawat Terampil 106 90 196 300 -104 K

III TENAGA KEBIDANAN

1 Bidan Ahli 8 8 10 -2 K

2 Bidan Terampil 29 15 44 44 0 S

IV TENAGA KEFARMASIAN

1 Apoteker Ahli 8 2 10 13 -3 K

2 Asisten Apoteker Terampil 20 15 35 39 -4 K

TENAGA TEKNIK BIOMEDIKA


V

1 Pranata Laboratorium Kes Ahli 5 5 14 -9 K

2 Pranata Laboratorium Kes 7 15 22 26 -4 K


Terampil

3 Fisikawan Medik Ahli 1 -1 K

4 OrtotiK ProstetiK Terampil 1 -1 K

5 Radiografer Ahli 2 -2 K

6 Radiografer Terampil 8 1 9 10 -1 K

VI TENAGA GIZI

1 Nutrisionis Ahli 2 2 4 -2 K

2 Nutrisionis Terampil 4 4 7 -3 K

TENAGA KESEHATAN LINGKUNGAN

1 Sanitarian Ahli 2 2 3 -1 K

2 Sanitarian Terampil 1 1 6 -5 K

VIII TENAGA KETERAPIAN FISIK

1 Fisioterapis Terampil 1 1 2 3 -1 K

2 Terapis wicara Terampil 1 1 1 0 S

3 Okupasi terapis Terampil 1 1 1 0 S

IX KETEKNISIAN MEDIS

1 Rekam Medis Ahli 2 2 6 -4 K

2 Rekam Medis Terampil 7 12 19 2 -9 K


8

3 Teknisi Gigi Terampil 1 -1 K

4 Penata Anestesi Ahli 1 1 4 -3 K

5 Asisten Penata Anestesi Terampil 2 2 8 -6 K

6 Terapis Gigi/Perawat Gigi Ahli

7 Terapis Gigi/Perawat Gigi 6 6 6 0 S


Terampil

16
8 Teknisi Transfusi Darah Terampil 1 1 5 -4 K

9 Refraksionis Oftisien Terampil 2 -2 K

10 Teknik Elektromedik Terampil 1 1 3 -2 K

X KESEHATAN MASYARAKAT

1 Pembimbing Kesehatan Kerja Ahli 1 -1 K

2 Epidemiologi Ahli 1 -1 K

Penyuluh Kesehatan
3 Masyarakat Ahli 3 3 3 0 S

4 Administrator Kesehatan Ahli 5 -5 K

5 Analis Kepegawaian Ahli 1 1 2 -1 K

6 Analis Keuangan Ahli 1 -1 K

7 Analis Anggaran Ahli 1 -1 K

8 Analis Pajak Ahli 1 -1 K

9 Analis Akuntan Ahli 1 -1 K

10 Analis Hukum Ahli 1 -1 K

11 Perencana Ahli 2 -2 K

12 Pranata Komputer 1 1 6 -5 K

XI STRUKTURAL

1 Pejabat Struktural 12 12 1 0 S
2

JABATAN
XII
PELAKSANA/ADMINISTRASI

1 Binatu Rumah sakit 1 1 8 -7 K

2 Pemulasaraan Jenazah 4 2 6 1 -4 K
0

3 Pengemudi 3 2 5 5 0 S

4 Pranata Kearsipan 1 1 1 0 S

5 Pranata Barang & Jasa 2 2 3 -1 K

Analis Standar Mutu Bahan


6 1 1 3 -2 K
dan Peralatan

7 Analis Pemasaran dan Kerjasama 1 1 1 0 S

Analis Sumber Daya


8 Manusia Aparatur 1 1 1 0 S

Analis Pengembangan
9 1 -1 K
Sarana & Prasarana

10 Pranata Jamuan 4 5 9 12 -3 K

11 Pramu Bakti 8 10 18 14 4 L

12 Pengadministrasi Umum 7 79 86 86 0 S

13 Pengadministrasi Persuratan 1 1 1 0 S

Pengadministrasi Rekam
14 6 9 15 19 -4 K
Medis & Informasi

17
15 Pengadministrasi Kepegawaian 1 2 3 3 0 S

Pengadministrasi
16 2 2 2 0 S
Pemeliharaan Gedung
kantor

17 Bendahara 3 3 3 0 S

Penyusun Kebutuhan
18 1 1 1 0 S
Barang Inventaris

19 Penyusun Laporan Keuangan 1 1 1 0 S

Penyusun Program
20 1 1 1 0 S
Anggaran & Pelaporan

21 Pengelola Sistem & Jaringan 1 3 4 6 -2 K

22 Pengelola Keuangan 3 3 3 0 S

23 Pengelola Pengaduan Publik 1 1 1 0 S

24 Verifikator Keuangan 3 3 3 0 S

25 kasir Pengeluaran Pembayaran 1 1 1 0 S


Obat

26 Administrasi Keuangan 24 24 24 0 S

Teknisi Peralatan, Listrik


27 1 12 13 17 -4 K
dan Elektronika

JUMLAH 382 33 11 729 998 -24 0


6

Sumber : sisdmk.kemkes.go.id

18
Dari table di atas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan pegawai
baik PNSD maupun tenaga dengan status sebagai tenaga kontrak masih
kekurangan 24 orang dan bila ditinjau dari standar kebutuhan berdasarkan
standar Permenpan No. 26 Tahun 2011, Forecasting dengan BKPSDM Kota
Bandung dan Permenkes 81 Tahun 2004, maka masih banyak kekurangan
tenaga kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan. Dari banyaknya
kebutuhan tenaga tersebut, yang paling banyak dibutuhkan RSUD
Kota Bandung adalah tenaga perawat terampil. Adapun Data Kebutuhan
Sumberdaya Manusia PerJenis Tenaga Kesehatan Tahun 2021 di untuk
RSKIA dapat dilihat pada table sebagai berikut :

Tabel 2.4 Data Kebutuhan Sumberdaya Manusia PerJenis Tenaga Kesehatan di


RSKIA Kota Bandung Tahun 2021

KEBUTUHAN
KONDISI
(BERDASARKA
NO JENIS TENAGA EXSISTING KESENJANGAN
N
2021
PERHITUNGAN
ABK 2021)

I JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU

1 DOKTER GIGI 4 5 -1

2 DOKTER SPESIALIS BEDAH ANAK 0 1 -1

3 DOKTER SPESIALIS BEDAH 2 5 -3

4 DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM 2 4 -2

DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN FISIK


5 1 2 -1
DAN REHABILITASI

6 DOKTER SPESIALIS ANAK 5 2 3

7 DOKTER 31 31 0

8 DOKTER SPESIALIS OBSTETRI DAN 8 6 2


GINEKOLOGI

DOKTER SPESIALIS TELINGA HIDUNG


9 1 1 0
TENGGOROK - BEDAH KEPALA DAN
LEHER
10 DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI 2 2 0

DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN


11 1 4 -3
PEMBULUH DARAH
DOKTER SPESIALIS PULMONOLOGI
12 0 1 -1
DAN KEDOKTERAN RESPIRASI (PARU)
DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI
13 4 1 3
DAN TERAPI INTENSIF

14 PSIKOLOGI KLINIS 1 3 -2

15 DOKTER SPESIALIS PATOLOGI ANATOMI 0 4 -4

16 DOKTER SPESIALIS MATA 0 1 -1

17 DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF 0 1 -1

DOKTER SPESIALIS DERMATOLOGI


18 0 1 -1
DAN VENEREOLOGI

19
DOKTER SPESIALIS ORTHOPAEDI
19 0 1 -1
DAN TRAUMATOLOGI

20
KEBUTUHAN
KONDISI
(BERDASARKA
NO JENIS TENAGA EXSISTING KESENJANGAN
N
2021
PERHITUNGAN
ABK 2021)

20 DOKTER SPESIALIS UROLOGI 0 1 -1

DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN FORENSIK


21 0 1 -1
& MEDIKOLEGAL
DOKTER SPESIALIS BEDAH
22 0 1 -1
TORAKS KARDIOVASKULAR

23 DOKTER SPESIALIS PERIODONSIA 0 1 -1

24 DOKTER SPESIALIS KONSERVASI GIGI 0 1 -1

SPESIALIS EMERGENCY MEDIC


25 0 1 -1
(KEDARURATAN MEDIK)

26 DOKTER SPESIALIS ORTODONSIA 0 1 -1

27 DOKTER SPESIALIS PROSTODONSIA 0 1 -1

28 DOKTER SPESIALIS PENYAKIT MULUT 0 1 -1

DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN GIGI


29 0 1 -1
ANAK (PEDODONTIK)

30 DOKTER SPESIALIS MIKROBIOLOGI KLINIK 0 1 -1

31 DOKTER SPESIALIS GIZI KLINIK 0 1 -1

32 DOKTER SPESIALIS AKUPUNTUR MEDIS 0 1 -1

33 APOTEKER 7 7 0

34 ASISTEN APOTEKER 32 32 0

35 PRANATA LABORATORIUM KESEHATAN 27 38 -11

36 DOKTER SPESIALIS PATOLOGI KLINIK 1 3 -2

37 DOKTER SPESIALIS RADIOLOGI 1 4 -3

38 RADIOGRAFER 14 24 -10

39 FISIKAWAN MEDIK 1 3 -2

40 PEREKAM MEDIS 45 86 -41

41 NUTRISIONIS 10 32 -22

42 PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT 1 25 -24

43 PERAWAT 271 1078 -807

44 BIDAN 94 77 17

45 TEKNISI GIGI 1 1 0

46 TEKNISI ELEKTROMEDIK 5 34 -29

47 SANITARIAN 3 11 -8

48 PRANATA KOMPUTER 7 17 -10

II JABATAN PELAKSANA 0

1 ANALIS HUMAS 1 1 0

2 PENYUSUN LAPORAN KEUANGAN 1 2 -1

PENYUSUN PROGRAM ANGGARAN


3 1 1 0
DAN PELAPORAN

21
4 ANALIS PENGEMBANGAN SDM APARATUR 1 1 0

22
KEBUTUHAN
KONDISI
(BERDASARKA
NO JENIS TENAGA EXSISTING KESENJANGAN
N
2021
PERHITUNGAN
ABK 2021)

5 ANALIS DIKLAT 0 1 -1

6 BENDAHARA 3 5 -2

7 VERIFIKATOR KEUANGAN 0 1 -1

8 PENGELOLA BARANG MILIK NEGARA 1 1 0

9 PENGADMINISTRASI UMUM 11 11 0

10 PENGELOLA KEUANGAN 17 32 -15

11 PENGELOLA PENGADUAN PUBLIK 3 3 0

12 PENGADMINISTRASI PELATIHAN 1 1 0

13 PENGADMINISTRASI KEPEGAWAIAN 2 2 0

14 PENGELOLA UNIT LAYANAN PENGADAAN 3 3 0

PENGADMINISTRASI ANALISIS
15 2 2 0
DAN KEMITRAAN MEDIA

16 PENGELOLA AKUNTANSI 1 1 0

17 PENGADMINISTRASI PERSURATAN 2 5 -3

PENYUSUN RENCANA KEBUTUHAN


18 1 1 0
SARANA DAN PRASARANA

19 PENGADMINISTRASI SARANA DAN PRASARANA 2 2 0

20 BINATU RUMAH SAKIT 10 11 -1

TEKNISI ALAT ELEKTRO DAN ALAT


21 2 4 -2
KOMUNIKASI

22 TEKNISI LISTRIK, TELEPON, AC, DAN LIFT 9 15 -6

23 TEKNISI AIR 4 11 -7

24 TEKNISI GEDUNG ATAU BANGUNAN 3 11 -8

25 TEKNISI MESIN 0 2 -2

26 PENGEMUDI 1 1 0

27 PENGELOLA KENDARAAN 1 1 0

28 PEMULASARAN JENAZAH 9 10 -1

29 PENGEMUDI AMBULAN 9 9 0

30 PEMELIHARA PERALATAN 6 6 0

PENGADMINISTRASI REKAM MEDIS


31 1 1 0
DAN INFORMASI

32 PENGOLAH MAKANAN 8 8 0

33 PRAMU BAKTI 13 13 0

TOTAL 711 1740 -1029

Sumber : RSKIA Kota Bandung

23
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Kebutuhan Sumberdaya
Manusia perJenis Tenaga Kesehatan RSKIA menunjukan adanya
kekurangan sebanyak 1.029 orang. Adapun jenis tenaga yang paling
banyak kekuranganya adalah Perawat sebanyak 807 orang.

Adapun Data Kebutuhan Sumberdaya Manusia PerJenis Tenaga


Kesehatan Tahun 2021 di untuk RSKGM dapat dilihat pada table sebagai
berikut :
Tabel 2.5 Data Kebutuhan Sumberdaya Manusia PerJenis Tenaga
Kesehatan di RSKGM Kota Bandung Tahun 2021
KONDISI KEBUTUHAN
EXISTING (BERDASARKAN
NO JENIS TENAGA (SESUAI PMK NO 3 TAHUN 2020) KESENJANGA
TAHUN PERHITUNGAN ABK
N
2021 TAHUN 2021)
1 Tenaga Medis
a. Dokter Gigi 25 66 41
b. Dokter Gigi Spesialis
i. Dokter Gigi Spesialis Orthodonti 5 16 11
ii. Dokter Gigi Spesialis Pedodonti 3 8 5
iii. Dokter Gigi Spesialis Prosthodonti 3 10 7
iv. Gigi Spesialis Endodonti 3 8 5
v. Dokter Gigi Spesialis Radiologi 1 3 2
vi. Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut 1 4 3
vii. Dokter Gigi Spesialis Penyakit Mulut 1 4 3
viii. Dokter Gigi Spesialis Periodonti 2 8 6
c. Dokter Gigi Spesialis lainnya….(sebutkan)
d. Dokter Subspesialis lainnya dan atau dokter
spesialis

lain dengan kualifikasi tambahan


e. Dokter 4 19 15
f. Dokter Spesialis Patologi Klinik 1 3 2
2 Tenaga Keperawatan
a. Perawat 9 24 15
b. Perawat….
3 Tenaga Kefarmasian
a. Apoteker 2 10 8
b. Tenaga Teknis Kefarmasian 4 26 22
4 Tenaga Kesehatan Lain

22
a. Tenaga Keteknisian medik
i. Perekam medis dan Informasi Kesehatan 9 22 13
ii. Penata Anestesi 5 5
iii. Terapis Gigi dan Mulut 45 66 21
iv. Teknis Gigi 8 13 5
b. Tenaga Gizi 1 5 4
c. Tenaga Teknik biomedik 1 1
1. Radiografer 3 8 5
2. Ahli teknologi laboratorium medik 1 1
d. Tenaga Kesehatan Masyarakat 3 8 5
KONDISI KEBUTUHAN
EXISTING (BERDASARKAN
NO JENIS TENAGA (SESUAI PMK NO 3 TAHUN 2020) KESENJANGA
TAHUN PERHITUNGAN ABK
N
2021 TAHUN 2021)
e. Tenaga kesehatan lain nya yg diperlukan (diisi
kondisi
existing)
1. Teknik Elektromedis 1 20 19
2. kesehatan Lingkungan 1 4 3
5 Tenaga Non kesehatan 34 48 14
TOTAL 171 410 239
Sumber : RSKGM Kota Bandung

Berdasarkan table diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2021


RSKGM kekurangan SDM sebanyak 239 orang. Jenis tenaga yang paling
banyak kekurangannya adalah dokter gigi sebanyak 41 orang .

Adapun Kondisi kepegawaian Dinas Kesehatan Kota Bandung


berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.2 dibawah ini:
Tabel 2.6 Data Kepegawaian Dinas Kesehatan Berdasarkan Pendidikan
Yang Ditamatkan Sampai Dengan Tahun 2020

TINGKAT PENDIDIKAN
NO URAIAN JUMLAH %
S3 S2 % S1/D4 % D1-D3 % SLTA % SLTP % SD %

1 DINKES - 48 3.80 540 42.79 490 38.83 166 13.2 10 0.79 8 0.63 1262 47.88

2 RSKIA - 12 1.96 281 45.84 237 38.66 79 12.9 1 0.16 3 0.49 613 23.25

3 RSKGM - 22 13.92 43 27.22 74 46.84 18 11.4 1 0.63 0 0.00 158 5.99

4 RSUD 47 6.54 139 19.33 342 47.57 185 25.7 5 0.7 1 0.14 719 27.28

Jumlah 129 4.89 1002 38.01 1144 43.4 448 17.0 17 0.64 34 1.29 2636 100

23
Sumber data : Umum & Kepegawaian Dinkes, RSKIA, RSUD, RSKGM Tahun 2020

2.2.2 Tugas, Fungsi dan Uraian Tugas

Peraturan Daerah No 3 Tahun 2021 Kota Bandung tentang


Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 8 Tahun 2016
Tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Bandung
merupakan Dinas Kesehatan tipe A menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang kesehatan.
Secara lengkap Bagan Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kota
Bandung dapat dilihat dalam Gambar 2.1. sebagai berikut :

Adapun Susunan organisasi Dinas Kesehatan Kota Bandung


ditetapkan sebagai berikut :
1. Kepala Dinas
Tugas Pokok: menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah di bidang kesehatan
Fungsi:
a. perumusan kebijakan lingkup kesehatan;
24
b. pelaksanaan kebijakan lingkup kesehatan;
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan lingkupkesehatan;
d. pelaksanaan administrasi Dinas lingkup kesehatan; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota terkait
dengan tugas dan fungsinya.

2. Sekretariat Dinas
Tugas Pokok: melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas
lingkup kesekretariatan yang meliputi pengelolaan umum dan
kepegawaian, pengelolaan keuangan, pengoordinasian penyusunan
program, data dan informasi serta pengoordinasian tugas-tugas
bidang.
Fungsi:

a. pengoordinasian penyusunan rencana dan program kerja


kesekretariatan dan Dinas;
b. pengoordinasian bahan perumusan kebijakan lingkup
kesekretariatan dan Dinas;
c. pengoordinasian pelaksanaan kebijakan lingkup kesekretariatan
dan Dinas;
d. pengoordinasian pelaksanaan evaluasi dan pelaporan
lingkup kesekretariatan dan Dinas;
e. pelaksanaan administrasi lingkup kesekretariatan dan Dinas; dan
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait
dengan tugas dan fungsinya.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Sekretaris Dinas


membawahi:
a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
b. Sub Bagian Keuangan; dan
c. Sub Bagian Program, Data dan Informasi.

3. Bidang Kesehatan Masyarakat


Tugas Pokok : melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas
lingkup kesehatan masyarakat meliputi kesehatan keluarga dan gizi,

25
promosi dan pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja dan olahraga
Fungsi :
a. penyusunan rencana dan program kerja lingkup kesehatan
masyarakat;
b. penyiapan bahan perumusan lingkup kesehatan masyarakat;
c. pelaksanaan kebijakan lingkup kesehatan masyarakat;
d. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan lingkup kesehatan
masyarakat;
e. pelaksanaan administrasi lingkup kesehatan masyarakat; dan
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh
atasan terkait dengan tugas dan fungsinya.
Dalam menjalankan tugasnya Kepala Bidang Kesehatan
Masyarakat membawahkan:
a. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi;
b. Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat; dan
c. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan
Olahraga.

4. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Tugas Pokok : melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas
lingkup pencegahan dan pengendalian penyakit meliputi pencegahan
dan pengendalian penyakit menular, surveilans dan imunisasi,
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan
jiwa.

Fungsi :

a. penyusunan rencana dan program kerja lingkup lingkup


pencegahan dan pengendalian penyakit;
b. penyiapan bahan perumusan kebijakan lingkup pencegahan dan
pengendalian penyakit;
c. pelaksanaan kebijakan lingkup pencegahan dan pengendalian
penyakit;
d. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan lingkup pencegahan dan
pengendalian penyakit;

26
e. pelaksanaan administrasi lingkup pencegahan dan pengendalian
penyakit; dan
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait
dengan tugas dan fungsinya.

Dalam menjalankan tugasnya Kepala Bidang Pencegahan


dan Pengendalian Penyakit, membawahkan:
a. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular;
b. Seksi Surveilans dan Imunisasi; dan
c. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
dan Kesehatan Jiwa.

5. Bidang Pelayanan Kesehatan


Tugas Pokok : melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas
lingkup pelayanan kesehatan meliputi pelayanan kesehatan primer
dan tradisional, pelayanan kesehatan rujukan serta mutu pelayanan
kesehatan

Fungsi :
a. penyusunan rencana dan program kerja lingkup pelayanan
kesehatan;
b. penyiapan bahan kebijakan lingkup pelayanan kesehatan;
c. pelaksanaan kebijakan operasional lingkup pelayanan
kesehatan;
d. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan lingkup pelayanan
kesehatan;
e. pelaksanaan administrasi lingkup pelayanan kesehatan; dan
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait
dengan tugas dan fungsinya.

Dalam menjalankan tugasnya Kepala Bidang Pelayanan


Kesehatan membawahkan:
a. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional;
b. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan; dan
c. Seksi Mutu Pelayanan Kesehatan.
27
6. Bidang Sumber Daya Kesehatan
Tugas Pokok : mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas Kepala Dinas lingkup sumber daya kesehatan meliputi farmasi
dan alat kesehatan, jaminan, pembiayaan dan regulasi kesehatan
serta sumber daya manusia kesehatan.
Fungsi :
a. penyusunan rencana dan program kerja lingkup sumber daya
kesehatan;
b. penyiapan bahan kebijakan lingkup sumber daya kesehatan;
c. pelaksanaan kebijakan operasional lingkup sumber daya
kesehatan;
d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan lingkup sumber daya
kesehatan;
e. pelaksanaan administrasi lingkup sumber daya kesehatan;
dan
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait
dengan tugas dan fungsinya.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Kepala Bidang


Sumber Daya Kesehatan membawahkan:

a. Seksi Farmasi dan Alat Kesehatan;

b. Seksi Jaminan ,Pembiayaan dan Regulasi Kesehatan; dan

c. Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan.

7. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

Berdasarkan Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 44 tahun


2021 tentang Pembentukan, Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas
dan Fungsi serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah Pada
Dinas Kesehatan Kota Bandung, Dinas Kesehatan memiliki beberapa
unit pelaksana teknis yang tersebar di seluruh wilayah Kecamatan di
Kota Bandung yang berjumlah 82 UPTD, terdiri dari 80 UPTD
Puskesmas, 1 UPTD Laboratorium Kesehatan Kelas A dan 1 UPTD
Pusat Pelayanan Keselamatan Terpadu Kelas A.

28
Dalam menyelenggarakan tugas, UPTD Pusat Pelayanan
Keselamatan Terpadu pada Dinas Kesehatan Kota Bandung
mempunyai fungsi:
a. Penyusunan rencana dan teknis operasional pelaksanaan
peningkatan dan pengembangan Pusat Pelayanan
Keselamatan Terpadu;
b. Pelaksanaan operasional Pusat Pelayanan Keselamatan
Terpadu yang meliputi pelayanan Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (P3K), pengangkutan penderita, jenazah dan
pelayanan gawat darurat ditempat kejadian maupun bergerak
mendekati sasaran;
c. Pelaksanaan ketatausahaan UPTD; dan
d. Pelaksanaan pengawasan, pengendalian, evaluasi dan
pelaporan kegiatan pelayanan Kesehatan Mobilitas.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun


2019, Puskesmas memiliki fungsi penyelenggaraan UKM dan UKP
tingkat pertama di wilayah kerjanya. Fungsi penyelenggaraan UKM
tingkat pertama yang dimaksud adalah Puskesmas berwenang untuk
:
a. Menyusun perencanaan kegiatan berdasarkan hasil analisis
kesehatan masyarakat dan kebutuhan pelayanan yang
diperlukan.
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan;
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerja sama dengan
pimpinan wilayah dan sektor lain terkait;
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap institusi, jaringan
pelayanan Puskesmas dan upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat;
f. Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan

29
kompetensi sumber daya manusia Puskesmas;
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan
kesehatan;
h. Memberikan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada
keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan
mempertimbangkan faktor biologis, psikologis, sosial, budaya,
dan spiritual;
i. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan;
j. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan
masyarakat kepada dinas kesehatan daerah kabupaten/kota,
melaksanakan sistem kewaspadaan dini, dan respon
penanggulangan penyakit;
k. Melaksanakan kegiatan pendekatan keluarga; dan l.
melakukan kolaborasi dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
tingkat pertama dan rumah sakit di wilayah kerjanya,

Fungsi penyelenggaraan UKP tingkat pertama diwilayah


kerjanya, Puskesmas berwenang untuk :
a. menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara
komprehensif, berkesinambungan, bermutu, dan holistik yang
mengintegrasikan faktor biologis, psikologi, sosial, dan
budaya dengan membina hubungan dokter – pasien yang
erat dan setara;
b. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang
mengutamakan upaya promotif dan preventif;
c. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berpusat pada
individu, berfokus pada keluarga, dan berorientasi pada
kelompok dan masyarakat;
d. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang
mengutamakan kesehatan, keamanan, keselamatan pasien,
petugas, pengunjung, dan lingkungan kerja;
e. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip
koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi;

30
f.Melaksanakan penyelenggaraan rekam medis;
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
mutu dan akses Pelayanan Kesehatan;
h. Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan
kompetensi sumber daya manusia Puskesmas;
i. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi
medis dan Sistem Rujukan; dan
j. Melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan di wilayah kerjanya, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

8. Rumah Sakit
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan. Adapun tugas
Rumah Sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna. Sedangkan fungsi Rumah Sakit adalah :
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis;
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan ssumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan;
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

8.1 Rumah Sakit Umum Daerah

Berdasarkan Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 24 Tahun


2021 tentang Pembentukan, Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas
Dan Fungsi Serta Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Bandung. RSUD Kota Bandung adalah fasilitas pelayanan kesehatan

31
milik Pemerintah Kota Bandung dengan karakteristik dan organisasi
yang bersifat khusus untuk mendukung penyelenggaraan pelayanan
kesehatan, dipimpin oleh seorang Direktur yang bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas yang dilaksanakan melalui penyampaian
laporan keuangan, laporan penggunaan dan penatausahaan barang
milik daerah dan laporan bidang kepegawaian.

Struktur organisasi RSUD Kota Bandung adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum D a e r a h


Daerah Kota Bandung

Sumber : Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 24 Tahun


2021 tentang Pembentukan, Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa Struktur Organisasi


RSUD dipimpin oleh Direktur yang dalam pelaksanaan tugasnya
dibantu oleh 2 Wadir, 6 Kepala Bidang dan 12 Kasie/Kasubag.

8.2 Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA)

Berdasarkan Peraturan Wali Kota Bandung Nomor : 076 Tahun


2011 tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas Dan Tata
Kerja Rumah Sakit Khusus Ibu Dan Anak Kota Bandung, Rumah Sakit
Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) dipimpin oleh Direktur yang mempunyai
32
tugas pokok memelihara dan meningkatkan kinerja untuk mendukung
pencapaian sasaran dan tujuan organisasi dalam rangka menjalankan
sebagian tugas pokok pemerintahan daerah dalam bidang pelayanan
kesehatan untuk mendukung perwujudan Visi dan Misi Kota Bandung
sebagai Kota Jasa yang Bermartabat.

Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) mempunyai fungsi:


a. memberikan pengarahanperumusan kebijakan bidang
administrasi umum, keuangan dan kepegawaian;
b. memberikan pengarahan perumusan kebijakan bidang
pelayanan dan penunjang medik RSKIA;
c. memberikan pengarahan perumusan kebijakan bidang
keperawatan; dan
d. memberikan pengarahan perumusan kebijakan bidang
sarana dan prasaran RSKIA.

Struktur organisasi Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak


(RSKIA) adalah sebagai berikut :

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Rumah Sakit Khusus Ibu


dan Anak (RSKIA)

Sumber : Peraturan Wali Kota Bandung Nomor : 076


Tahun 2011 tentang Rincian Tugas Pokok,
Fungsi, Uraian Tugas Dan Tata Kerja Rumah
Sakit Khusus Ibu Dan Anak Kota Bandung

33
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa Struktur Organisasi
RSKIA dipimpin oleh Direktur yang dalam pelaksanaan tugasnya
dibantu oleh Kasubag TU dan 3 Kepala Seksi.

8.3 Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut (RSKGM)


Berdasarkan Peraturan Wali Kota Bandung Nomor : 431 Tahun

2010 Tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas Dan Tata

Kerja Rumah Sakit Khusus Gigi Dan Mulut Kota Bandung, Rumah

Sakit Khusus Gigi dan Mulut (RSKGM) dipimpin oleh Direktur yang

mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kewenangan daerah

di bidang kesehatan gigi dan mulut secara berdayaguna dan berhasil

guna dengan mengutamakan pelayanan pengobatan dan pemulihan

serta pelayanan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit

gigi dan mulut.

Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut mempunyai fungsi :

a. perumusan kebijakan teknis lingkup pelayanan kesehatan


gigi di RSKGM;
b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan
umum di bidang kesehatan gigi;
c. pengkoordinasian pelaksanaan tugas di bidang
pelayanan medis, keperawatan, penunjang medis dan urusan
ketatausahaan RSKGM;
d. pembinaan, Monitoring, Evaluasi dan pelaporan
penyelenggaraan kegiatan RSKGM; dan
e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan walikota sesuai
dengan tugas dan fungsinya.

34
Struktur organisasi Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut
adalah sebagai berikut :

Gambar 2.4 Struktur Organisasi Rumah Sakit Khusus


Gigi dan Mulut (RSKGM)

Sumber : Peraturan Wali Kota Bandung Nomor : 431 Tahun 2010


Tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas
Dan Tata Kerja Rumah Sakit Khusus Gigi Dan Mulut
Kota Bandung

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa Struktur Organisasi


RSKGM dipimpin oleh Direktur yang dalam pelaksanaan tugasnya
dibantu oleh Kasubag TU dan 3 Kepala Seksi.

35
BAB III

DESKRIPSI KINERJA ORGANISASI PELAYANAN PUBLIK

Renstra Dinas Kesehatan Kota Bandung disusun untuk mewujudkan visi dan
misi daerah sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung Tahun 2019- 2023. Rencana Strategis
Dinas Kesehatan menggambarkan indikator kinerja pada seluruh sasaran, mencapai
keberhasilan tujuan dan sasaran. Strategi untuk memenuhi pencapaian target
tujuan dan sasaran Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2018-2023
dikaitkan dengan Visi dan Misi Kota Bandung sebagaimana tabel dibawah ini :

Tabel 3.1 Tujuan, Sasaran dan Strategi Dinas Kesehatan Kota Bandung

Visi : Terwujudnya Kota Bandung yang Unggul, Nyaman, Sejahtera dan


Agamis
Misi 1 : Membangun masyarakat yang humanis, agamis, berkualitas, dan
berdaya saing
N Tujuan Sasaran Indikator Strategi
o Sasaran
1Meningkatny Meningkatnya Angka Terpenuhinya Jumlah dan Jenis
.a derajat kualitas Kematian SDM Kesehatan sesuai standar
kesehatan lingkungan Ibu
masyarakat sehat, Budaya (Konversi)
Hidup Sehat
dan Mutu
Pelayanan
Kesehatan
Angka Terpenuhinya Alat, sarana ,
Kematian prasarana dan alkes dan
Bayi bangunan puskesmas sesuai
(Konversi) standar
Cakupan Peningkatan upaya Pencegahan,
Rumah penanganan, dan pengendalian
Sehat Penyakit menular dan penyakit
tidak menular
Indeks Peningkatan Capaian SPM, IKU
Keluarga dan Indikator kinerja lainnya
Sehat
Persen Peningkatan akses penduduk
tase terhadap sanitasi dasar
Balita
Gizi
Buruk
Cakupan Peningkatan Pemberdayaan
Pengenda masyarakat
lian
Penyakit
Menular

36
dan
Penyakit
Tidak
Menular
Indeks Peningkatan Kualitas pelayanan
Pelayana kesehatan
n Publik
Dinas
Kesehata
n
Kategori
Baik
Sumber : Renstra Dinkes

Untuk mengukur kinerja pelayanan Dinas Kesehatan dapat diketahui


melalui pencapaian indikator sasaran melalui Indikator Kinerja Utama (IKU)
dan indikator standar pelayanan minimal (SPM). Adapun penetapan Indikator
Kinerja Utama Dinas Kesehatan Kota Bandung tahun 2022 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Indikator Kinerja Utama Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2022

INDIKATOR KINERJA
NO FORMULASI
UTAMA
1 Angka Kematian Ibu Jumlah kematian ibu dikali 100.000 (konstanta kelahiran
(Konversi) hidup pada kematian ibu) dibagi jumlah kelahiran hidup
dalam 1 tahun.
Pelaporan dilakukan setiap triwulan berupa jumlah kasus
kematian ibu
2 Angka Kematian Bayi Jumlah kematian bayi usia 0 - 1 thn dikali 1.000 (konstanta
(Konversi) kelahiran hidup pada kematian bayi) dibagi jumlah kelahiran
hidup dalam 1 tahun
Pelaporan dilakukan setiap triwulan berupa jumlah kasus
kematian bayi
3 Cakupan Rumah Sehat Jumlah Rumah sehat dibagi Jumlah seluruh rumah di
Kota Bandung dikali 100.
Pelaporan dilakukan setiap triwulan
4 Indeks Keluarga Sehat Jumlah keluarga sehat dibagi jumlah KK yang di data di
wilayah kerja x 100%
5 Persentase Balita Gizi Jumlah balita wasting dibagi jumlah seluruh balita
Buruk yang dilakukan pengukuran dalam satu wilayah pada
periode tertentu dikali 100
Pelaporan dilakukan 1 tahun 2 kali. Laporan Triwulan 2 data
diambil dari BPB Bulan Februari dan Laporan Tahunan
data diambil dari BPB bulan Agustus.
6 Cakupan Jumlah Kasus TBC, Hipertensi dan KLB yang ditangani
Pengendalian dibagi Jumlah Kasus TBC, Hipertensi dan KLB yang terjadi
Penyakit Menular dan dikali 100
Penyakit Tidak
Menular

7 Indeks Pelayanan Jumlah fasilitas kesehatan yang memiliki kinerja unit


Publik Dinas pelayanan kategori "Baik" dan "sangat baik" dari hasil
Kesehatan Kategori surveil kepuasan masyarakat dibagi jumlah seluruh
Baik faskes yang melaksanakan survei kepuasan

37
masyarakat di kali 100

Sasaran Strategis dinas kesehatan adalah Meningkatnya Kualitas Lingkungan


Sehat, Budaya Sehat, dan Mutu Pelayanan Kesehatan, memiliki 7 indikator kinerja
utama (IKU), yaitu :
1. Angka Kematian Ibu (Konversi)
2. Angka Kematian Bayi (Konversi)
3. Cakupan Rumah Sehat
4. Indeks Keluarga Sehat
5. Persentase Balita Gizi Buruk
6. Cakupan Pengendalian Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular
7. Indeks Pelayanan Publik Dinas Kesehatan Kategori Baik

Hasil pengukuran atas indikator kinerja utama Dinas Kesehatan Kota Bandung
tahun 2022 menunjukan hasil sebagai berikut :
Tabel 3.3 Capaian Indikator Kinerja Utama Dinas Kesehatan Kota BandungTahunan
Tahun 2022
Sasaran Indikator Capaian
No Satuan Target Realisasi Ket
Strategis Kinerja (%)
1 Meningkatn Angka per 90,9 119,18 52,54 Tidak
ya Kualitas Kematian 100.000 mencapa
Lingkungan Ibu kelahiran i target
Sehat, (Konversi) hidup
Budaya
Sehat, dan
Mutu
Pelayanan
Kesehatan
Angka per 3,37 2,65 154,3 Melebihi
Kematian 1000 4 Target
Bayi kelah
(Konversi) iran
hidup
Cakupan Persen 74 74,34 100,4 Melebihi
Rumah 6 Target
Sehat
Indeks Indeks 0,19 0,17 89,47 Tidak
Keluarga mencapa
Sehat i target
Persentase Persen 5,32 5,18 105,4 Melebihi
Balita Gizi 1 Target
Buruk
Cakupan Persen 100 100 100 Sesuai
Pengendali Target
an
Penyakit
Menular
38
dan
Penyakit
Tidak
Menular
Indeks Persen 80 96,89 121,1 Melebihi
Pelayanan 1 Target
Publik
Dinas
Kesehatan
Kategori Baik

Berdasarkan tabel tersebut terlihat dari 7 indikator terdapat 4 (empat) indicator


sasaran atau 57,14 % telah melebihi/melampaui target, 1 (satu) indicator sasaran atau
14,29% telah sesuai target dan 2 (dua) indicator sasaran atau 28,57% tidak mencapai
target.

Capaian kinerja Dinas Kesehatan selain dinilai dari indikator Kinerja


Utama (IKU), dinilai juga dari indicator SPM bidang Kesehatan yang terdiri
dari SPM Bidang Kesehatan dan SPM RS sebagai berikut :

1. SPM Bidang Kesehatan


Capaian SPM pada tahun 2020 dari 12 indikator baru 2 indikator
(16,67) yang sudah mencapai target 100, 10 indikator (82,33)
lainnya masih dibawah target. Masih banyaknya indikator yang
belum mencapai target disebabkan antara lain :
a. Sasaran pelayanan kesehatan (penjaringan dan berkala) usia
pendidikan dasar adalah anak kelas 1-9 di sekolah minimal
1x dalam 1 tahun ajaran dan usia 7-15 tahun di luar
sekolah.
b. Jumlah tenaga kesehatan Puskesmas masih relatif kurang
dibandingkan dengan jumlah sasaran peserta didik yang
harus diperiksa.
c. Koordinasi lintas sektor yang belum optimal menjadi kendala
bagi tenaga kesehatan Puskesmas untuk memberikan
pelayanan bagi peserta didik di sekolah dan anak usia 7-15
tahun di luar bangku pendidikan formal.
d. Jumlah sasaran yang cukup besar,
e. Anggaran penyediaan BMHP yang terbatas,
f. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri

39
g. Pencatatan dan pelaporan belum optimal,
h. kurangnya kepatuhan penyandang hipertensi untuk berobat
secara rutin setiap bulan

2. SPM Rumah Sakit


a. Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA)
Salah satu penilaian kinerja rumah sakit adalah dengan
melakukan penilaian Standarisasi dengan menggunakan
Standarisasi Pelayanan Minimal Rumah Sakit sesuai dengan
aturan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
129/Menkes/SK/II/2008. Berdasarkan peraturan tersebut maka
RSKIA Kota Bandung mengukur kinerja pelayanan rumah sakit
yang terdiri dari 21 jenis layanan pada SPM dan 87 indikator
yang harus dilakukan pengukuran.
b. Rumah Sakit Umum Daerah
Standar Pelayanan Minimal berdasarkan Permenkes Nomor 129
tahun 2008 adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan
dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak
diperoleh setiap warga secara minimal. Juga merupakan
spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang
diberikan oleh Badan Layanan Umum kepada masyarakat.
Terdapat tandar SPM yang dinilai, dengan nilai meningkat dari
tahun ke tahun
c. Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut (RSKGM)
Dari 21 Indikator yang ada, RSKGM hanya menggunakan
16 Indikator SPM dikarenakan ada beberapa indikator yang
tidak digunakan karena ketidaksesuain dengan tugas dan fungsi
dari RSKGM Kota Bandung . Dari 16 indikator ada 3 indikator
yang tidak mencapai target dikarenakan keterbatasan
ketersediaan SDM dan Sarana Prasarana di RSKGM yang
mempengaruhi pelayanan

3.1 Permasalahan Saat Ini

40
Isu strategis adalah permasalahan utama yang disepakati untuk
dijadikan prioritas penanganan selama kurun waktu 5 (lima) tahun
mendatang isu-isu strategis Dinas Kesehatan Kota Bandung yaitu:
1. Belum terpenuhinya Jumlah dan Jenis SDM Kesehatan di
fasilitas kesehatan sesuai standar
2. Belum terpenuhinya Alat, sarana, prasarana dan alkes dan
bangunan puskesmas sesuai standar
3. Adanya kasus Penyakit Menular dan Penyakit Tidak menular
4. Belum optimalnya pencapaian IKU dan SPM dan indikator
kinerja lainnya di Dinas Kesehatan
5. Belum Optimalnya Akses sanitasi dasar Belum optimalnya
pelayanan Kesehatan di puskesmas.

Berdasarkan analisis layanan Kesehatan dan kebijakan penguatan


layanan Kesehatan untuk mencapai terwujudnya pelayanan Kesehatan
yang berkualitas, permasalahan utama yang dihadapi Dinas Kesehatan
Kota Bandung adalah belum optimalnya pencapaian IKU dan SPM serta
indicator kinerja lainnya di Dinas Kesehatan diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Angka Kematian Bayi (AKB)
2. Angka Kematian Ibu (AKI)
3. Cakupan Rumah Sakit
4. Indeks Keluarga Sehat
5. Persentase Keluarga Gizi Buruk
6. Cakupan Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular

41
3.1 Permasalahan Saat Ini

Permasalahan yang merupakan issue strategis pada saat ini di Dinas Kesehatan
Bandung adalah

1. Belum terpenuhinya jumlah dan jenis SDM Kesehatan di fasilitas Kesehatan


sesuai standar

2. Belum terpenuhinya alat, sarana, prasarana, dan alkes serta bnagunan


puskesmas sesuai standar

3. Adanya kasus penyakit menular dan tidak menular

4. Belum optimalnya pencapaian IKU dan SPM serta indicator kinerja lainnya di
Dinas Kesehatan

5. Belum Optimal akses sanitasi dasar

6. Belum optimalnya pelayanan Kesehatan di Puskesmas

Berdasarkan analisis layanan kesehatan dan kebijakan penguatan layanan


Kesehatan untuk mencapai terwujudnya pelayanan Kesehatan yang berkualitas,
permasalahan utama (strategic issued) yang dihadapi Dinas Kesehatan Kota Bandung
adalah sebagai berikut:

Belum optimalnya pencapaian IKU dan SPM serta indicator kinerja lainnya di
Dinas Kesehatan diantaranya :

1. Angka Kematian Bayi (AKB)


2. Angka Kematian Ibu (AKI )
3. Cakupan Rumah Sakit
4. Indeks Keluarga Sehat
5. Persentase Keluarga Gizi Buruk
6. Cakupan Pengendalian penyakit menular dan tidak menular

42
BAB IV
KEUNGGULAN (KEY SUCCES FACTORS)
KINERJA ORGANISASI PELAYANAN PUBLIK

4.1 Best Practices Kinerja Dinas Kesehatan Kota Bandung

Setelah melakukan analisis terhadap kinerja Organisasi Dinas Kesehatan


Kota Bandung ditemukan best practices di bidang Kesehatan sebagai berikut :

4.1.1. Penerapan UHC (Universal Health coverage)

UHC merupakan system penjaminan Kesehatan yang


memastikan setiap warga dalam populasi memiliki akese yang adil
terhadap pelayanan kesehatan promotive, preventif, kuratif dan
rehabilitative bermutu dengan harga terjangkau.Cakupan UHC kota
Bandung saat ini adalah 99,29%

Adapun tantangan UHC yang dihadapi saat ini adalah :

1. Keberlangsungan UHC membutuhkan anggaran yang cukup besar


2. Kemandirian Masyarakat (dengan adanya UHC Masyarakat relatif lebih
memilih menjadi peserta PD Pemda dibandingkan menjadi peserta
mandiri).
3. Pengelolaan Data Kepesertaan; Cleansing Data, Bayi Baru Lahir, DTKS.
4. Kependudukan; Masyarakat belum seluruhnya melaksanakan
kewajibannya untuk mengurus identitas kependudukannya (KTP, KK).
5. Sosialisasi; perlu adanya sosialiasi secara terus menerus baik kepada
masyarakat maupun kepada Faskes sebagai pemberi layanan.

Solusi untuk mengatasi tantangan dan kendala program UHC adalah :

1. Mekanisme kinerja dengan bekerjasama dengan beberapa OPD :


Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Disdukcapil, dan BPJS Kesehatan
(Kepesertaan). Bappelitbang dan BKAD (Penganggaran) Koordinasi
dilakukan melalui WhatsApp Group
2. untuk penganggaran melalui sistem.pembiayaan peserta menunggak, PBI
pemerintah harus hadir. sesuai dengan rencana kerja dinkes dan bpjs
kesehatan bahwa peserta menunggak yang dapat dialihkan menjadi

43
peserta PD Pemda harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu minimal
menunggak 6 bulan, mengisi Formulir PYDOPD dan SKTM bagi yang
menunggak kelas 2 dan kelas 1.
3. Salah satu upaya pemerintah agar masyarakat melanjutkan kepesertaan
Mandiri yaitu masyarakat wajib memenuhi persyaratan yang berlaku.
sesuai perwal 1457
4. Dalam verifikasi kepesertaan UHC untuk peserta yang sudah meninggal
tetapi belum terdata meninggal secara kependudukan diatasi dengan
pemamfaatan data UPT. Tempat pemakaman Umum

4.1.2. BEAS+ (Bandung Emergency Aplication Support Plus)


Latar belakang BEAS+ berawal dari keluhan masyarakat yang kesulitan
mengakses layanan kegawatdaruratan di Kota Bandung dan belum
terciptanya sistem yang terintegrasi bagi petugas dalam melakukan
pelayanan kegawatdaruratan kepada masyarakat di Kota Bandung. Aplikasi
ini diluncurkan secara resmi oleh walikota Bandung pada tahun 2019 dan
dilakukan pembaharuan tahun 2022 menjadi BEAS+.
Tujuan Aplikasi BEAS+ :
1. Meningkatkan kwalitas layanan kegawatdaruratan yang diberikan
2. Meningkatkan akses masyarakat saat membutuhkan layanan
kegawatdaruratan
3. Meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap layanan
kegawatdaruratan

Kendala Penerapan BEAS+ (Bandung Emergency Aplication Support Plus)

1. Kendala jumlah tenaga kesehatan di puskesmas.


2. Masih banyak masyarakat yang bermain-main dengan aplikasi BEAS+
3. Masih ada beberapa aplikasi yang mempunyai fungsi yang sama, 119,
112, PMI

44
4.1.3 LAYAD RAWAT

Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) melalui program Layad


Rawat berkomitmen membuka akses pelayanan kesehatan untuk
masyarakat. Hal ini untuk mewujudkan masyarakat yang berbudaya,
berkualitas, bahagia dan produktif.

Diluncurkan pada 2019, Layad Rawat adalah program inovasi


pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang mempunyai keterbatasan
dalam mengakses pelayanan kesehatan baik pelayanan gawat darurat mau
pun terencana.dengan menyediakan Public Safety Center (PSC) 119 di
berbagai titik di kabupaten dan kota dengan sistem jemput bola. Kegiatan
jemput bola ini di dukung dengan Kegiatan promotif, preventif bahkan
kuratif serta rujukan.

Untuk melakukan kegiatan ini dibutuhkan legalitas (surat izin prkatek)


petugas kesehatan serta di dukung oleh sepeda motor Nmax dan trail
sebanyak 72 unit untuk 24 Kabupaten dan kota tahun 2018. Lalu 20 unit
sepeda motor untuk 4 kabupaten. Sarana oendukung ini berdasarkan
Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 66 Tahun 2019 tentang Pedoman
Pelayanan Layad Rawat dan Tersusunnya Pentunjuk Teknis (Juknis)
Pelaksanaan Layad Rawat.Inovasi layad rawat meraih penghargaan TOP 45
pada kompetisi Inovasi Pelayanan public Jawa Barat ( KIJB ) tahun 2021.

4.1.4 BEAS BEUREUM


Adalah program Bekal Anak Sekolah Bergizi Enak dan Murah
merupakan inovasi DINKES Kota Bandung untuk menekan angka Stunting
di Kota Bandung yang cukup tinggi. Beas Beureum merupakan bagian dari
aksi cegah stunting dan sesuai dengan salah satu capaian sustainable
Development goals ( SDGs), yakni mengakhiri kelaparan, mencapai
ketahan pangan dan perbaikan nutrisi serta menggalakkan pertanian yang
berkelanjutan. Melalui program Beas Beureum masyarakat akan
mendapatkan edukasi dan bisa berpartisipasi aktif dengan menyediakan
bekal makan siang bergizi seimbang bagi anak-anak sehingga dapat
menurunkan angka stunting.
Program Beas Beureum diluncurkan pada tanggal 2 April 2019 dan
diterapkan di 21 SD yang menjadi percontohan bagi sekolah lainnya.
Kedepannya program tersebut akan di terapkan di seluruh SD, SMP dan
SMA di Kota Bandung.

45
BAB V
Lesson learned

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan

1. Peran Kepemimpinan.
Kepemimpinan merupakan suatu hal yang memiliki fungsi penting
didalam suatu organisasi. Kepemimpinan juga diperlukan untuk
mengantisipasi perubahan yang ada di sekitar, sehingga organisasi yang
dipimpin bisa mengikuti perubahan dan perkembangan yang ada. Kualitas dari
pemimpin sering kali dianggap sebagai faktor terpenting dalam keberhasilan
atau kegagalan organisasi, dengan demikian juga keberhasilan atau
kegagalan suatu organisasi biasanya dipersepsikan sebagai keberhasilan
atau kegagalan pemimpin. Kualitas pelayanan ialah kunci utama bagi semua
intansi dalam mencapai tujuan organisasi serta menjamin kelangsungan hidup
bagi organisasi tersebut, maka dari itu pelayanan publik perlu memperhatikan
kebutuhan pelanggaan. Kebutuhan pelanggan dapat dapat terpenuhi jika
pelayanan publik dapat memberikan pelayanannya kepada masyarakat
dengan memenuhi indikator pelayanan yang baik.
Memimpin perubahan merupakan salah satu faktor tanggung jawab
kepemimpinan terpenting dan tersulit. Dibutuhkan peran kepemimpinan yang
efektif untuk memperbaharui organisasi dan dapat merubah suatu daerah
sehingga lebih maju. Keberhasilan program perubahan yang terpusat pada
peran pimpinannya akan lebih besar kemungkinannya berhasil. Peran
pemimpin sangat penting dalam memotivasi karyawan untuk melakukan
pekerjaan dan menumbuhkan perilaku yang inovatif.
Peran kepemimpinan dalam menumbuhkan inovasi di lingkungan
Dinas Kesehatan Kota Bandung juga terlihat menonjol, misalnya membangun
komitmen, penyamaan persepsi, melakukan perubahan dengan pola
partisipatif dan meyakinkan masyarakat bahwa perubahan yang dilakukan
oleh Pemerintah adalah untuk kesejahteraan masyarakat, sehingga semua
46
kalangan baik OPD dan Masyarakat merasa memiliki perubahan yang akan
dilakukan
Sehingga membawa dinas Kesehatan Kota Bandung memperoleh indeks
pelayanan public kategori baik pada angka 100.
2. Pembangunan Jejaring kerja dan kolaborasi sangat diperlukan sehingga
tercapai keberhasilan. Jejaring kerja organisasi adalah cara hubungan atau
koneksi antara satu organisasi dengan organisasi lainnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Suksesnya inovasi dan pelayanan public
pada Dinas Kesehatan tidak terlepas dari jejaring kerja yang telah dibangun
dengan dinas atau instansi lainnya, seperti dengan UPT Pusat Pelayanan
Kesehatan Terpadu ( P2KT), Dinas Kominfo, UPT Pemakaman Umum, BPJS,
TP. UKS Kota Bandung, Dinas Pemuda dan Olahraga,Baznas, Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil, Rumah Sakit, Klinik Utama dan Pratama.
3. PemanfaatanTeknologi
Inovasi-inovasi yang dilahirkan oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung yang
sudah memanfaatkan teknology diantaranya adalah Bandung Emergensy
Aplication Support (BEAS +) dan Layad Rawat dengan call center 112 dan
119

1.2 Saran

Inovasi yang ditumbuhkan di Dinas Kota Bandung pada umumnya sudah


berjalan dengan baik, hanya saja masih perlu dilakukan evaluasi terhadap inovasi
BEAS BEREUM, yang mana tujuan inovasi ini adalah untuk menurunkan stunting
dan peningkatan status gizi pada anak-anak usia sekolah dimulai dari Tingkat SD
sampai dengan SMA,evaluasi dilakukan harus dilakukan secara berkala karena
baru berjalan dan masih pada tahap sosialisasi sehingga belum diketahui
penurunan efektifitas dari inovasi ini.
Disarankan Pemerintah Kota Bandung untuk mengintegrasikan pemanfaatan
teknology menjadi satu komando atau terpusat pada satu system, sehingga bisa
mempercepat layanan Kesehatan

47
DAFTAR PUSTAKA

1. Paparan Pemerintah Kota Bandung dalam penyambutan peserta STULA PPSDM


kemendagri Regional Bukittinggi 2023
2. Peraturan Daerah No 3 Tahun 2021 Kota Bandung tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Pembentukan
dan Susunan Perangkat Daerah Kota Bandung
3. Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 44 tahun 2021 tentang Pembentukan,
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Daerah Pada Dinas Kesehatan Kota Bandung
4. Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Kota Bandung 2018-2023
5. Rencana Kerja (Renja) Dinas Kesehatan Tahun 2023

48
49
50
51

Anda mungkin juga menyukai