Anda di halaman 1dari 59

RANCANGAN AKTUALISASI

NILAI-NILAI DASAR
PEGAWAI NEGERI SIPIL

PELATIHAN DASAR
CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL
GOLONGAN III ANGKATAN I

OPTIMALISASI PEMANFAATAN BRONKOSKOPI DALAM


PENGAMBILAN SPUTUM PADA PASIEN TUBERKULOSIS DAN KANKER
PARU DI RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

Oleh:

dr. Dini Rizkie Wijayanti, Sp.P


NIP: 198511042019022001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM
PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL
GOLONGAN III ANGKATAN I
2019
LEMBAR PERSETUJUAN
RANCANGAN AKTUALISASI
PELATIHAN DASAR CPNS KEMENTERIAN KESEHATAN
DI BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM
TAHUN 2019

“ OPTIMALISASI PEMANFAATAN BRONKOSKOPI DALAM


PENGAMBILAN SPUTUM PASIEN TUBERKULOSIS DAN KANKER PARU
PADA PELAYANAN RAWAT INAP DI RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN
PALEMBANG ”

Nama : dr. Dini Rizkie Wijayanti, Sp.P


NIP : 198511042019022001
Pangkat/Golongan : Penata Muda Tingkat I/IIIB
Jabatan : Dokter Ahli Pertama
Unit Kerja/Instansi : RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

Disampaikan pada rancangan aktualisasi

Hari/Tanggal: Selasa/14 mei 2019


Tempat: BAPELKES BATAM

Batam, 14 Mei 2019


Menyetujui,

Coach Mentor,

dr. Riza Chandra


Ns. Lidia, S.Kep, MARS
NIP. 196606061999031002
NIP. 196601171986022001
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
BAB I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang 1
I.1.1 Dasar Penyelenggaraan 1
I.1.2 Pola Penyelenggaraan Pelatihan Dasar 1
I.1.3 Kompetensi selama Pelatihan Dasar 3
I.1.4 Tahapan Aktualisasi 3
I.1.5 Profil Organisasi 4
I.1.6 Visi, Misi, Nilai, dan Motto Organisasi 5
I.1.7 Struktur Organisasi 6
I.2 Tujuan dan Manfaat
I.2.1 Tujuan 6
I.2.2 Manfaat 7
I.2.2.1 Bagi Peserta 7
I.2.2.2 Bagi Organisasi 7
I.3 Ruang Lingkup 8
I.4 Data Diri Peserta 8
I.5 Analisis Isu 9
I.5.1Enviromental Scanning, Problem Solving, Analisis 9
I.5.2Alat Bantu Analisis 10
I.5.3. Rumusan Isu 12
I.5.4. Identifikasi Sumber Isu 12
I.5.5Lembar Konfirmasi 13
I.5.6Judul Laporan Aktualisasi 13

iii
5
BAB II. NILAI-NILAI DASAR DAN KEDUDUKAN SERTA PERAN PNS 14
DALAM NKRI
BAB III. RANCANGAN AKTUALISASI
III.1 Rancangan Aktualisasi 23
III.2 Jadwal Kegiatan 32
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan 33
IV.2 Saran 34

iii
6
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Analisis Penilaian Isu dengan APKL 11


Tabel 2.2 Analisis Penilaian Isu dengan USG 12
Tabel 3.1. Jumlah, jenis, dan sumber kegiatan 24
Tabel 3.2 Rancangan Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar Profesi Dokter 25

viii
viii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Negara Indonesia memerlukan aparatur sipil negara (ASN) yang berkualitas
untuk menjadikan Indonesia maju. Aparatur Sipil Negara berdasarkan
Undnag-undang (UU) No 5 tahun 2014 adalah profesi bagi pegawai negeri
sipil (PNS) dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) yang
bekerja pada instansi pemerintah. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah ASN
yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
(PPK) dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional. Pegawai Negeri
Sipil memiliki peranan penting dalam mewujudkan tujuan negara yang
tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Pegawai ASN memiliki fungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik dan perekat dan pemersatu bangsa. Apatur Sipil Negara berperan
sebagai perencana, pelaksana dan pengawas penyelenggaraan tugas umum
pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan
dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih
dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Aparatur Sipil Negara harus
memiliki integritas dan mampu bekerja sama dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab.

I.1.1 Dasar Penyelenggaraan


Membentuk sosok Pegawai Negeri Sipil (PNS) profesional perlu
dilaksanakan pembinaan melalui jalur pelatihan. Dasar penyelenggaraan
pelatihan dasar CPNS adalah mengacu pada UU Nomor 5 tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara dan PP No. 11 tahun 2017. Pedoman lain
yaitu peraturan Lembaga Administrasi Negara No. 12 tahun 2018 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Dasar Calon PNS Golongan III. Calon
Pegawai Negeri Sipil wajib menjalani masa percobaan yang dilaksanakan
melalui proses diklat untuk membangun integritas moral, kejujuran,
semangat, motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian

1
yang unggul dan bertanggungjawab, memperkuat profesionalisme dan
kompetensi bidang sehingga peserta mampu menginternalisasi, menerapkan,
mengaktulisasikan, membuatnya menjadi kebiasaan (habituasi) dan
merasakan manfaatnya. Karakter PNS professional menjadi tujuan dalam
pelatihan dasar.

I.1.2 Pola Penyelenggaraan Pelatihan Dasar


Sesuai Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara No. 12 Tahun 2018
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri
Sipil golongan III, Pelaksanaan Pelatihan Dasar CPNS mengacu pada pola
baru berupa diklat terintegrasi untuk membangun integritas moral,
kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter
kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab dan memperkuat
profesionalisme serta kompetensi bidang. Peserta akan menjalani pelatihan
dasar selama hari kerja dengan rincian 21 hari kerja untuk kegiatan
pembelajaran klasikal (berada di tempat pelatihan) dan 30 hari keja untuk
pembelajaran non-klasikal (aktualisasi di tempat kerja). Struktur kurikulum
Pelatihan Dasar Calon PNS Golongan III terbagi dalam dua bagian yaitu
kurikulum pembentukan karakter PNS dan kurikulum peguatan kompetensi
bidang tugas yang terdiri dari kompetensi teknis umum / administrasi dan
kompetensi teknis substantif. Adapun kurikulum pembentukan karakter
PNS terdiri dari:
 Agenda I : Sikap Perilaku Bela Negara
Agenda satu meliputi pemahaman wawasan kebangsaan melalui pemaknaan
terhadap nilai-nilai bela negara sehingga peserta memiliki kemampuan
untuk menunjukkan sikap perilaku bela negara dalam suatu kesiapsiagaan
yang mencerminkan sehat jasmani dan mental menghadapi isu kontemporer
dalam menjalankan tugas jabatan sebagai seorang PNS professional pelayan
masyarakat. Kemampuan tersebut diperoleh melalui pembelajaran mata
pelatihan wawasan kebangsaan dan nilai-nilai bela negara, analisa isu
kontemporer, dan kesiapsiagaan bela Negara secara terintegrasi.
 Agenda II : Nilai-nilai Dasar PNS

2
Agenda ini membekali peserta dengan nilai-nilai dasar yang dibutuhkan
dalam menjalankan tugas jabatan PNS secara professional sebagai pelayan
masyarakat yang meliputi kemampuan: berakuntabilitas, mengedepankan
kepentingan nasional, menjunjung tinggi standar etika publik, berinovasi
untuk peningkatan mutu pelaksanaan tugas jabatannya dan tidak korupsi dan
mendorong percepatan pemberantasan korupsi di lingkungan instansinya.
 Agenda III : Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI
Agenda pembelajaran ini membekali peserta dengan pengetahuan tentang
kedudukan dan peran PNS untuk menjalankan fungsi ASN sebagai
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat dan permersatu
bangsa sehingga mampu mengelola tantangan dan masalah keragaman
sosial-kultural dengan menggunaan perspektif Whole of Government dalam
mendukung pelaksanaan tugas jabatannya. Kemampuan tersebut diperoleh
melalui pembelajaran mata Pelatihan Manajemen ASN, Pelayanan Publik,
dan Whole of Government.
 Agenda IV : Habituasi
Agenda pembelajaran ini memfasilitasi agar peserta melakukan proses
aktualisasi melalui pembiasaan diri terhadap kompetensi yang telah
diperolehnya melalui berbagai mata Pelatihan yang telah dipelajari. Melalui
agenda pembelajaran ini, peserta akan dibekali dengan konsepsi dan tahap
aktualisasi, penyusunan dan penyajian rancangan aktualisasi, pelaksanaan
aktualisasi di tempat kerja dan penyajian hasil aktualisasi di tempat kerja
dengan menyajikanberbagai bukti belajar yang relevan.

I.1.3 Kompetensi yang dibangun selama Pelatihan Dasar


Kompetensi harus dimiliki setiap PNS untuk menjadi professional.
Kompetensi yang dibangun selama Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri
Sipil (CPNS) Golongan III agar terbentuk PNS sebagai pelayan masyarakat
yang professional. Kemampuan yang harus dimiliki yaitu :
1. Menunjukkan sikap perilaku bela negara;
2. Mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PNS dalam pelaksanaan tugas
jabatannya;

3
3. Mengaktualisasikan kedudukan dan peran PNS dalam kerangka NKRI;
4. Menunjukkan penguatan kompetensi teknis yang dibutuhkan sesuai
bidang tugas.
Memperkuat fungsi seorang PNS dalam Pelatihan Dasar CPNS, peserta
dipersiapkan dan dibekali materi-materi sehingga memiliki kemampuan
mengaktualisasikan lima nilai dasar kemampuan mewujudkan akuntabilitas,
mengedepankan kepentingan nasional, menjunjung tinggi standar etika
publik, berinovasi untuk peningkatan mutu dan memiliki sikap anti korupsi.
Calon Pegawai Negeri Sipil harus memiliki kemampuan untuk menganalisis
dampak apabila kompetensi sikap perilaku bela negara, nilai-nilai dasar
PNS dan kedudukan dan peran PNS dalam kerangka NKRI tidak
diaplikasikan.

I.1.4 Tahapan Aktualisasi


Pada sistem pembelajaran Pelatihan Dasar CPNS, peserta pelatihan
diharapkan mampu mengaktualisasikan substansi materi pembelajaran
melalui proses pembiasaan diri untuk diterapkan pada kegiatan aktuliasasi di
tempat kerja. Dalam kegiatan aktualisasi ini diharapkan peserta mampu
menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama agenda Pelatihan Dasar
CPNS. Adapun tahapan aktualisasi antara lain:
1. Merancang aktualisasi
Rancangan aktualisasi merupakan dokumen atau produk pembelajaran
aktualisasi yang dihasilkan peserta pelatihan Dasar Calon PNS bagi
CPNS Golongan III. Dalam merancang aktualisasi, setiap peserta
dituntut untuk:
a. Mengidentifikasi, menyusun dan menetapkan isu atau
permasalahan yang terjadi dan harus segera dipecahkan
b. Mengajukan gagasan pemecahan isu dengan menyusunnya dalam
daftar rencana, tahapan, dan output kegiatan
c. Mendeskripsikan keterkaitan antara isu dan kegiatan yang
diusulkan dengan mata pelatihan Manajemen ASN, Pelayanan
Publik, dan Whole Of Government dalam satu atau keseluruhan

4
perspektif mata pelatihan, baik secara langsung maupun tidak
langsung
d. Mendeskripsikan rencana pelaksanaan kegiatan dan kontribusi
hasil kegiatan yang didasari aktualisasi nilai-nilai dasar PNS
e. Mendeskripsikan hasil kegiatan yang dilandasi oleh substansi mata
pelatihan terhadap pencapaian visi, misi, tujuan organisasi, dan
penguatan terhadap nilai-nilai organisasi

2. Mempresentasikan rancangan aktualisasi


Tujuan presentasi yaitu untuk mendapatkan masukan agar rancangan
aktualisasi tersebut layak dan logis diterapkan. Dalam seminar
rancangan aktualisasi diberi kesempatan 15-20 menit untuk
mempresentasikan rancangan aktualisasi. Komponen utama yang harus
dipresentasikan peserta adalah:
a. Argumentasi terhadap core issue yang dipilih, konsep pokok mata
pelatihan yang melandasi core issue, dan penetapan inisiatif
pemecahan core issue yang dipilih
b. Usulan-usulan inisiatif, baik berupa pikiran konseptual dan/atau
aktivitas-aktivitas dalam rangka memecahkan core issue tersebut
c. Proses dan kualitas dalam mengelola dan menjalankan inisiatif dan
identifikasi dampak hasil inisiatif, level dampak inisiatif, dan
keberlangsungan inisiatif
d. Kontribusi hasil kegiatan terhadap visi, misi, dan tujuan organisasi
e. Kontribusi hasil kegiatan terhadap penguatan nilai-nilai organisasi

3. Melakukan aktualisasi
Setelah kembali di tempat kerja, peserta dituntut untuk segera
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan dengan penuh
disiplin dan tanggung jawab, sesuai dengan jadwal yang telah
direncanakan. Ada 3 hal mendasar yang perlu dilakukan peserta saat off
campus, yaitu:

5
a. Melakukan pendalaman terhadap core issue yang dipilih dan
dukungan konsep pokok mata pelatihan yang melandasi pemilihan
core issue dan penetapan inisiatif pemecahan core issue yang
dipilih
b. Melakukan penerapan terhadap usulan-usulan inisiatif baik berupa
pikiran konseptual dan/atau aktivitas-aktivitas dalam rangka
memecahkan core issue
c. Melakukan analisis terhadap dampak hasil inisiatif dan menjaga
keberlangsungan inisiatif yang telah dilakukan

4. Melaporkan aktualisasi
Selama melaksanakan pembelajaranoff campus, peserta membuat
laporan aktualisasi harian atau mingguan atau periode tertentu di bawah
bimbingan coach atau mentor. Muatan laporan aktualisasi yaitu
deskripsi core issue yang terjadi dan strategi pemecahannya, proses
menerapkan inisiatif gagasan kreatif yang telah dirancang yang
didukung dengan dukungan bukti-bukti pembelajaran seperti dokumen,
notulensi, video serta analisis terhadap dampak yang ditimbulkan dan
analisi dampak jika nilai-nilai dasar PNS tidak diterapkan dalam
pelaksanaan tugas jabatannya.

5. Mempresentasikan laporan aktualisasi


Tujuannya adalah untuk mendapatkan penilaian atas aktualisasi yang
telah dilakukan dan mendapatkan masukan agar ke depan kualitas
aktualisasi dapat dilanjutkan dalam pelaksanaan tugas dan jabatannya.
Komponen utama yang harus dipresentasikan peserta yaitu:
a. Argumentasi terhadap core issue yang dipilih yang didukung
konsep pokok mata pelatihan dan penetapan inisiatif pemecahan
core issue yang dipilih
b. Proses dan kualitasmengelola dan menjalankan inisiatif dan
identifikasi dampak hasil inisiatif, level dampak dan
keberlangsungan inisiatif

6
c. Kontribusi hasil kegiatan terhadap visi, misi dan tujuan organisasi
d. Kontribusi hasil kegiatan terhadap penguatan nilai-nilai organisasi
e. Hasil analisis konseptual, dampak apabila nilai-nilai dasar PNS
tidak diaplikasikan dalam pelaksanaan tugas dan jabatannya

6. Pembimbing
Pembimbing yang terlibat dalam pembelajaran aktualisasi adalah
pengajar yang memiliki kompetensi untuk memfasilitasi pembelajaran
agenda habituasi dan penguatan kompetensi teknis bidang tugas di
tempat kerja. Pembimbing terdiri dari coach dan mentor. Coach
ditunjuk oleh pimpinan lembaga penyelenggaraan pelatihan pemerintah
terakreditasi adalah widyaiswara/pegawai ASN lainnya pada Lembaga
Pelatihan Pemerintah Terakreditasi yang memiliki kompetensi
menggali potensi pengembangan diri peserta dalam melaksanakan
pembelajaran agenda habituas. Coach juga dapat ditunjuk oleh
pimpinan Instansi Pemerintah di tempat aktualisasi.
Mentor adalah atasan langsung peserta atau pegawai ASN lainnya yang
ditunjuk oleh PPK Instansi peserta sebagai pembimbin yang memiliki
kompetensi dalam memberikan dukungan, bimbingan dan masukan,
serta berbagi pengalaman keberhasilan/kegagalan kepada peserta untuk
melaksanakan pembelajaran agenda habituasi dan pembelajaran agenda
habituasi dan pembelajaran pengutan kompetensi teknis.

I.1.5 Profil Organisasi


1. Profil RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang (RSMH)
Nama Rumah Sakit : RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Kode Rumah Sakit : 167.1013
Direktur Utama : Dr. Mohammad Syahrir, Sp.P, MPH

Alamat Rumah Sakit: Jalan Jenderal Sudirman KM 3,5


Palembang
Kecamatan / Kota : Ilir Timur 1 / Palembang

7
Telepon : (0711) 354088
Faxs : (0711) 351318
Email : rsmhplg@yahoo.com
Kelas Rumah Sakit : Kelas A Pendidikan / SK Menkes No.634 /
12 Sept 2009

Sejarah RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang


RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang dahulu bernama Rumah Sakit
Umum Pusat Palembang, yang didirikan pada tahun 1953 atas prakarsa
Menteri Kesehatan RI Dr.Mohammad Ali (Dr.Lee Kiat Teng) dan mulai
beroperasional sejak tanggal 3 Januari 1957 dengan fasilitas yang
sederhana. Melayani Pelayanan Rawat Jalan, Pelayanan Rawat Inap
dengan 78 tempat tidur dilengkapi pelayanan laboratorium, apotik,
radiologi, emergency dan peralatan penunjang medik lainnya. Seiring
dengan perkembangan waktu rumah sakit ini semakin berkembang baik
sarana dan prasarana termasuk sumber daya manusianya, tersedia para
spesialis lengkap dan beberapa subspesialis, sehingga mengubah tipenya
dari kelas C menjadi Rumah Sakit Umum Pusat kelas B (1972) yang
ditetapkan pada tahun 1979 berdasarkan SK Menkes RI No.
134/Menkes/SK/IV/1978, dengan luas bangunan 37.000 m3dalam area
seluas 22 hektar, sekaligus dan menjadi rumah sakit terbesar sebagai
pusat rujukan layanan kesehatan se-Sumatera Selatan, Jambi, dan
Bengkulu.
Dengan adanya kebijaksanaan pemerintah terhadap beberapa rumah sakit
agar meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya
serta meningkatkan mutu pelayanannya, maka pada tanggal 1 November
1993 Rumah Sakit Umum Pusat Palembang ditetapkan sebagai Rumah
Sakit Swadana sesuai dengan SK Menkes RI No. 1134/Menkes/ SK/1993
tanggal 10 Desember 1993. Rumah Sakit Umum Pusat Palembang sejak
tanggal 4 Oktober 1997 berdasarkan SK Menkes No. 129/SK/XI/1997
berubah nama menjadi Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang
termasuk kategori rumah sakit tipe B plus, yang menunjang

8
terselenggaranya pelayanan kesehatan. Dengan dikeluarkannya SK
Menkes RI No. 1062/Menkes/SK/X/2001, maka status RSMH berubah
dari Perusahaan Umum Bhakti Husada (PBH) menjadi Perusahaan
Jawatan atau lebih dikenal dengan istilah Perjan. Saat ini berdasarkan SK
Permenkes RI No. 1680/Menkes/Per/XII/2005 maka status RSMH
berubah menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang.
Pada tahun 2005 dengan adanya kebijakan pemerintah terhadap 13
Rumah Sakit Vertikal termasuk RSUP Dr.Mohammad Hoesin
Palembang, berdasarkan SK Menkes RI No : 1243 / Menkes / SK / VIII/
2005, tentang penetapan 13 Eks RS Perjan Menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (BLU). Setelah melalui berbagai
persiapan dan pembinaan serta penilaian dari tim survei komisi gabungan
Akreditasi Rumah Sakit, maka dengan keputusan Menteri Kesehatan
sejak tanggal 12 September 2009 RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang telah memperoleh status akreditasi penuh. Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan No. 634/Menkes/SK/VIII/2009 12 Agustus 2009
Menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Klasifikasi Kelas A.

Layanan Unggulan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang


RSUP Dr. Mohammad Hoesin sebagai rumah sakit rujukan nasional
memiliki layanan unggulan diantaranya :
a. Pelayanan Kardio Serebro vaskular terpadu
b. Pelayanan kanker (onkologi) terpadu
c. Pelayanan bedah Minimal Invasif
d. Pelayanan transplantasi ginjal
e. Pelayanan bayi tabung

Target Prioritas RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang


RSUP Dr. Mohammad Hoesin memiliki target prioritas yang harus
dicapai pada tahun 2015 sampai tahun 2019 diantaranya :

9
a. Akreditasi Internasional
b. Rumah Sakit Rujukan Nasional
c. Sebagai rumah sakit pelayanan publik
d. Performa rumah sakit
e. Unggulan dan Prestasi Nasional dan Internasional

Gambaran Umum Departemen Penyakit Dalam RSUP Dr.


Mohammad Hoesin Palembang
Departemen Penyakit Dalam menyelenggarakan seluruh kegiatan
pelayanan di bidang penyakit dalam termasuk paru. Adapun beberapa
pelayanan di bidang paru misalnya Bronkoskopi, Trans Thoracic Needle
Aspriration (TTNA), pungsi pleura, Biopsi Jarum Harus (BJH),
poliklinik paru, poliklinik Tuberkulosis (TB) dan poliklinik Multiple
Drug Resistance TB (MDR TB). Pelayanan rawat inap dan gawat darurat
dilaksanakan 24 jam. Departemen Penyakit Dalam berkoordinasi dengan
Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Penyakit Dalam FK
Universitas Sriwijaya dalam melaksanakan pendidikan di Bidang
Penyakit Dalam.

Struktur Organisasi RSMH

10
Gambar 1.1 Struktur Organisasi RSMH Palembang

11
Gambar 1.2 Struktur Organisasi Departemen Penyakit Dalam RSMH Palembang

Visi, Misi, Nilai dan Moto RSMH


1. Visi
Menjadi rumah sakit pendidikan dan rujukan nasional yang berstandar
internasional tahun 2019.

2. Misi
a. Menyelenggarakan pelayanan, pendidikan dan penelitian
berstandar internasional
b. Menyelenggarakan promosi kesehatan secara komprehensif dan
berkelanjutan
c. Menjalin kemitraan dan melaksanakan sistem rujukan dengan
rumah sakit jejaring
d. Meningkatkan kompetensi, kinerja dan kesejahteraan pegawai

3. Nilai
Tata nilai = Budaya organisasi
a. Sinergi
Perilaku utama: koordinasi, kolaborasi, satu persepsi dalam
meningkatkan mutu dan keselamatan
b. Integritas

12
Perilaku utama: jujur, disiplin, konsisten, komitmen dan menjadi
teladan
c. Profesional
Perilaku utama: tanggung jawab, kompeten, bekerja tuntas, akurat,
efektif dan efisien

4. Moto
Kesembuhan dan kepuasan anda merupakan kebahagiaan kami

I.2 Tujuan dan Manfaat


I.2.1 Tujuan Umum
Melalui Pelatihan Dasar CPNS, peserta mampu memahami, menerapkan,
dan mengaktulisasikan nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang
kedudukan dan peran PNS dalam NKRI. Peserta harus mampu menguasai
bidang tugasnya sehingga menjadi PNS yang profesional dan memberikan
pelayanan yang terbaik di unit kerja masing-masing.

12.2 Tujuan Khusus

1. Memahami dan menerapkan nilai-nilai dasar profesi PNS yang


mencakup ANEKA.
2. Mewujudkan pelayanan publik di bidang informasi kesehatan yang lebih
baik lagi untuk mewujudkan tercapainya tujuan kesehatan nasional.
3. Mampu mengimplementasikan nilai-nilai dasar profesi PNS dalam
kegiatan yang telah ditetapkan sebagai Sasaran Kinerja Pegawai (SKP).
4. Meningkatkan pelayanan paru khususnya bronkoskopi pada bagian
Penyakit Dalam RSMH

I.2.3 Manfaat Bagi Peserta

1. Mampu melakukan penerapan nilai-nilai dasar ANEKA akan semakin


mengokohkan kepribadian PNS sehingga mendorong PNS untuk bekerja

13
secara profesional, disiplin, berkomitmen, beretika, berintegritas dan
kreatif.
2. Menjadi dokter paru yang mampu menjalani standar operasional dengan
baik.
3. Mampu memanfaatkan bronkoskopi dengan optimal dalam pengambilan
sampel sputum pasien TB dan kanker paru.

1.2.4 Manfaat Bagi Organisasi

1. Terwujud lingkungan kerja yang kondusif dalam melayani public dan


meningkatkan akuntabilitas bagian paru. Kinerja individu yang meningkat
memungkinkan organisasi untuk dapat mencapai visi dan misi rumah sakit.
2. Peningkatan pelayanan paru paripurna pada bagian Penyakit Dalam.

I.3 Ruang Lingkup

Isu mengenai belum optimal pemanfaatan bronkoskopi dalam


pengambilan sputum pada pasien TB dan kanker paru di RSUP
Mohammad Hoesin Palembang. Kegiatan penyelesaian isu berasal dari
tugas pokok yang diambil dari Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) dan tugas
kreativitas.

I.4 Data Diri Peserta


Penulis adalah peserta Pelatihan Dasar CPNS Kemenkes golongan III
angkatan I yang mengikuti program pelatihan Mei sampai Juli 2019. Penulis
bertugas di unit kerja RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, tepatnya di
Departemen Penyakit Dalan sebagai staf medis fungsional. Di lingkungan
Departemen Penyakit Dalam RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang,
seorang staf medis secara garis besar berperan dalam fungsi
pelayanan,fungsi pendidikan dan penelitian di rumah sakit. Proses
pelayanan mencakup layanan rawat jalan, rawat inap dan Instalasi Gawat
Darurat. Seorang staf medis berfungsi sesuai tingkatannya dalam melakukan

14
pengajaran, pembimbingan materi, evaluasi serta supervisi pelayanan
pasien, di unit rawat jalan, rawat inap, dan Instalasi Gawat Darurat (peserta
pendidikan dokter umum, pendidikan dokter spesialis penyakit dalam).
Adapun data diri peserta adalah sebagai berikut:
Nama : dr. Dini Rizkie Wijayanti, Sp.P
NIP : 198511042019022001
Tempat/Tanggal Lahir : Palembang, 4 November 1985
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat :Jl. Mahakam A7 Sukamaju Palembang
Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk. I / IIIB
Jabatan : Dokter Ahli Pertama
Pendidikan : Spesialis Paru
Sasaran Kinerja Pegawai :
1. Melaksanakan pelayanan medis rawat jalan
2. Melaksanakan pelayanan medi rawat inap
3. Melaksanankan pelayanan kegawatdaruratan medis
4. Menganalisis data dan hasil pemeriksaan pasien sesuai dengan pedoman
kerja untuk menyusun catatan medis pasien.
5. Melaksanakan tugas jaga
6. Menyusun draft laporan pelaksanaan tugas
7. Menyusun laporan pelaksanaan tugas
8. Menyusun laporan lain-lain
9. Melaksanakan tindakan spesialistik
10. Melaksanakan tindakan khusus
11. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan

I.5 Analisis Isu


Selama 3 bulan orientasi , peserta mengamati masalah di Departemen
Penyakit Dalam bagian paru Rumah Sakit Mohammad Hoesin (RSMH).
Rumah Sakit Mohammad Hoesin sebagai rumah sakit rujukan Sumatera
Selatan menangani berbagai kasus penyakit respirasi dengan tingkat
keparahan yang sedang sampai tinggi. Berbagai kasus paru dapat

15
ditemukan. Diagnosis dan tatalaksana yang cepat dan tepat dibutuhkan.
Pasien paru sering mengalami keterlambatan diagnosis dan tatalaksana
disebabkan susahnya mendapat sampel. Salah satu sampel yang dapat
digunakan dalam penegakan diagnosis adalah sputum. Sputum yang baik
mempunyai ketentuan. Pasien terkadang susah untuk mengeluarkan
sputum.Salah satu teknik yang dapat digunakan pada pasien tersebut adalah
bronkoskopi.
Masalah lain yang diamati adalah penggunaan masker pada pasien TB di
rawat inap dan rawat jalan. Tingkat kepatuhan penggunaan masker yang
kurang dapat menyebabkan penularan cukup tinggi untuk pasien, keluarga
dan tenaga medis. Patient safety pada saat melakukan tindakan juga belum
dilaksanakan seluruhnya. Penggunaan pelindung head to toe belum
dilaksanakan sepenuhnya oleh tenaga medis. Pasien paru yang akan
melakukan tindakan operasi juga diharuskan melakukan bronkoskopi untuk
penilaian saluran napas. Saat ini bronkoskopi sebelum dan sesudah operasi
bedah toraks tidak menjadi hal rutin dilakukan. Alat bronkoskopi yang tidak
dapat dimobilisasi menjadi kendala dalam tindakan ini. Tindakan intervensi
paru merupakan masalah penting dalam penegakan diagnosis. Kurangnya
fasilitas tindakan intervensi seperti pleuroskopi menjadi kendala dalam
peningkatan tindakan intervensi bagian paru.
Setelah mendapatkan beberapa isu di unit kerja, perlu dilakukan proses
identifikasi isu untuk menentukan isu mana yang merupakan prioritas yang
dapat dicarikan solusi oleh penulis. Dalam proses identifikasi isu tersebut
digunakan alat bantu penetapan kriteria kualitas isu. Kriteria yang
digunakan adalah metode APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan
Kelayakan). Aktual adalah isu tersebut benar terjadi dan sedang hangat
dibicarakan oleh masyarakat. Isu juga harus bersifat problematik,
maksudnya isu yang sangat kompleks sehingga perlu dicarikan solusinya.
Kekhalayakan artinya isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak.
Isu juga harus layak. Layak ditujukan kepada isu yang masuk akal dan
realistis serta relevan untuk dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.

16
Secara lengkap analisis penilaian kualitas isu dengan metode APKL tersebut
dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini:

Tabel 1.1 Analisis Penilaian Isu dengan APKL


Kriteria APKL
No Identifikasi Isu Peringkat
A P K L Total
1. Belum optimal penggunaan masker pada pasien TB dan
TB MDR di pelayanan rawat jalan dan rawat inap di + + + - - -
RSMH Palembang
2. Belum optimal penggunaan bronkoskopi sebagai
prosedur pre dan pasca operasi bedah toraks pada pasien + + + + + +
paru di pelayanan rawat inap
3. Belum optimal layanan tindakan intervensi paru pro
+ + + + + +
diagnosis kanker paru di rawat inap
4. Belum optimal pasient safety pada tenaga kesehatan di
+ - + - - -
bagian paru RSMH Palembang
5. Belum optimalnya pemanfaatan bronkoskopi dalam
pengambilan sputum pasien TB dan kanker paru di + + + + + +
pelayanan rawat inap

I.5.1 Alat Bantu Analisis


Setelah mendapatkan beberapa isu di unit kerja, perlu dilakukan proses
identifikasi isu untuk menentukan isu mana yang merupakan prioritas yang
dapat dicarikan solusi oleh penulis. Setelah menggunakan metode APKL
(Aktual, Probematik, Kekhalayakan dan Kelayakan) terpilih 3 dari 5 isu
yang kemudian dilanjutkan dengan metode USG (Urgency, Seriousness dan
Growth) untuk menentukan core issue. Analisis dilakukan dengan
menetapkan rentang penilaian (1-5) pada tiap poin. Urgency adalah seberapa
mendesak isu tersebut harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti.
Seriousness adalah seberapa serius isu tersebut harus dibahas, dianalisa dan
ditindaklanjuti. Growth adalah seberapa besar kemungkinan memburuknya
isu tersebut jika tidak ditangani segera. Secara lengkap analisis penilaian
kualitas isu dengan metode USG dapat dilihat pada tabel 1.2 dibawah ini:

17
Tabel 1.2 Analisa isu dengan metode USG

No Isu U S G Total Peringkat


Belum optimal penggunaan bronkoskopi sebagai
1. prosedur pre dan pasca operasi bedah toraks pada 4 3 3 11 2
pasien paru di pelayanan rawat inap
Belum optimal pemanfaatan bronkoskopi dalam
2. pengambilan sampel sputum pada pasien TB dan 4 5 4 13 1
kanker paru di pelayanan rawat inap
Belum optimal layanan tindakan intervensi paru pro
3. 3 3 3 9 3
diagnosis kanker paru di rawat inap

Keterangan:
U : Urgency
S : Seriousness
G : Growth

Berdasarkan hasil analisis USG, isu nomor dua yaitu “Belum Optimal
pemanfaatan bronkoskopi dalam pengambilan sampel sputum pasien TB
dan kanker paru pada pelayanan rawat inap di RSUP Mohammad
Hoesin”sebagai core issue yang harus dicarikan solusinya. Isu yang diambil
dari pelayanan publik. Dilihat dari Urgency-nya, isu nomor dua penting
untuk segera dicarikan solusinya karena jika tidak dilakukan optimalisasi
pemanfaatan bronkoskopi pada pasien TB dan kanker paru memberi
dampak sebagai berikut :
a. Diagnosis terlambat. Diagnosis harus segera ditegakan ketika pasien
datang. Pasien kanker paru mempunyai batas waktu yang optimal dalam
penegakan diagnosis yaitu dua minggu. Diagnosis yang telat
menyebabkan prognosis menjadi tidak baik.
b. Tatalaksana yang terlambat. Diagnosis yang terlambat menyebabkan
tatalaksana yang terlambat. Tatalaksana yang tidak tepat dan terlambat
dapat menyebabkan mobiditas dan mortalitas tinggi.
c. Kualitas pelayanan bagian paru menurun. Angka morbiditas dan
mortalitas yang meningkat dapat menyebabkan kualitas pelayanan

18
bagian paru menurun. Hal ini menyebabkan kepercayaan pasien
terhadap bagian paru menurun. .
d. Produktivitas penduduk akan menurun, pasien yang seharusnya dapat
bekerja menjadi tidak dapat bekerja dan produktif karena morbiditas dan
mortalitas yang tinggi

I.5.2 Rumusan Isu


Berdasarkan analisis USG, isu yang terpilih adalah Belum Optimal
Pemanfaatan Bronkoskopi dalam Pengambilan Sampel Sputum Pasien TB
dan Kanker Paru pada Pelayanan Rawat Inap di RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang tahun 2019.

I.5.3 Identifikasi Sumber Isu


Pemanfaatan dan penggunaan bronkoskopi dapat diberikan oleh dokter
penanggung jawab pelayanan (DPJP) penyakit dalam khususnya bagian
paru. Bronkoskopi merupakan salah satu SKP dokter paru. Bronkoskopi
merupakan tindakan medis yang bertujuan melakukan visualisasi trakea dan
bronkus. Bronkoskopi dapat digunakan untuk diagnosis, terapi dan
persiapan operasi. Sampel sitologi dan histologi dapat didapatkan dengan
bronkoskopi. Salah satu sampel sitologi adalah sputum dengan metode
bilasan bronkus. Pasien TB dan kanker paru sering susah mengeluarkan
sputum jika letak kelainan berada di perifer. Dokter penanggung jawab
pelayanan dapat memanfaatkan bronkoskopi dalam pengambilan sampel.
Edukasi yang kurang mengenai manfaat bronkoskopi pada pasien
menyebabkan terjadinya penolakan tindakan. Pasien merasa belum paham
mengenai bronkoskopi dan manfaatnya. Standar Operasional Prosedur
mengenai bronkoskopi belum lengkap dan tidak mengatur fungsi
bronkoskopi dalam pengambilan sampel. Media informasi seperti video atau
brosur mengenai manfaat bronkoskopi belum tersedia di pelayanan paru.
Penggunaan bronkoskopi di bagian paru belum maksimal. Tidak semua
pasien yang memiliki indikasi dilakukan bronkoskopi.
Isu yang diangkat berkaitan dengan manajemen ASN dan pelayanan publik.

19
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai
ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijakan yang
dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Hal ini berhubungan dengan tugas staf
medis fungsional untuk menjalankan standar operasional prosedur (SOP).
Pemberian pelayanan yang lengkap sebagai bentuk penerapan fungsi, tugas
dan peranan ASN untuk memberikan pelayanan publik yang profesional
dan berkualitas. Hal ini juga sebagai penerapan kewajiban ASN yaitu
melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran dan tanggung jawab. Edukasi juga harus dilakukan sesuai dengan
kode etik ASN yaitu memberikan informasi secara benar dan tidak
menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi dan
melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab dan berintegritas
tinggi. Pelayanan yang baik juga harus didukung SDM yang handal,
disesuaikan dengan kualifikasi, kemampuan, pengetahuan dan juga
ketrampilan pegawai sehingga organisasi memiliki pegawai yang kompeten.
Mengikuti pelatihan bronkoskopi merupakan salah satu cara peningkatan
kompetensi diri sendiri.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik, dijelaskan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
Menerapkan nilai dasar ASN (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika pubik,
Komitmen mutu dan Anti korupsi) harus dilakukan dalam menyelesaikan
isu. Jika tidak diterapkan nilai dasar ASN menyebabkan pelayanan dan hasil
yang akan dicapai tidak maksimal. Pelayanan yang tidak maksimal
menyebabkan diagnosis dan tatalaksana pada pasien TB dan kanker paru

20
menjadi terlambat. Hal ini menyebabkan isu akan selalu berkembang.

I.5.4 Lembar Konfirmasi

Persetujuan Coach dan Mentor


Coach Mentor

Ns. Lidia, S.Kep, MARS dr. Riza Chandra


Widyaiswara Kepala SMF Dokter Umum
NIP. 196601171986022001 NIP. 196606061999031002

I.5.5 Judul Laporan Aktualisasi


Optimalisasi pemanfaatan bronkoskopi dalam pengambilan sputum pada
pasien tuberkulosis dan kanker paru di RSUP Mohammad Hoesin.

21
BAB II
NILAI-NILAI DASAR DAN
KEDUDUKAN SERTA PERAN PNS DALAM NKRI

Berdasarkan UU No. 5 tahun 2014 tentang aparatur sipil negara (ASN). Aparatur
Sipil Negara adalah profesi bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah
(PPPK). Pegawai Negeri Sipil adalah warga negara Indonesia yang memenuhi
syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. Tiga fungsi ASN meliputi
melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, memberikan pelayanan
publik yang profesional dan berkualitas dan mempererat persatuan dan kesatuan
Bangsa.
Untuk menjadi ASN yang profesional harus memiliki nilai-nilai profesi ASN yang
tertanam dalam dirinya.Adapun nilai-nilai tersebut dikenal dengan ANEKA
(Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi).

II.1 Nilai-nilai ANEKA


1.Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.


Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.
Akuntabilitas yang dilakukan oleh PNS akan teruji ketika PNS tersebut
mengalami permasalahan dalam transparansi dan akses informasi,
penyalahgunaan kewenangan, penggunaan sumber daya milik negara dan
konflik kepentingan.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama yaitu untuk menyediakan
kontrol demokratis (peran demokratis);mencegah korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); dan untuk meningkatkan

22
efisiensi dan efektivitasalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel,
adabeberapa indicatordari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus
diperhatikan, yaitu kepemimpinan, transparansi, integritas, tanggung jawab,
keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan, dan konsisten.
Amanah seorang ASN adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik
berikut:
1. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika
terjadikonflikkepentingan, antara kepentingan publik
dengankepentingan sektor, kelompokdan pribadi.
2. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan
mencegah keterlibatan ASN dalam politik praktis.
3. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil
dalampenyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.
4. Menujukan sikap dan prilaku konsisten dan dapat diandalkan sebagai
penyelenggara pemerintahan.
Aspek-aspek akuntabilitas mencakup beberapa hal berikut:
1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan, menjaga kerjasama dalam tim
dan komunikasi.
2. Akuntabilitas beroientasi pada hasil.
3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan.
4. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi.
5. Akuntabilitas memperbaiki kinerja.
Nilai-Nilai akuntabilitas yaitu :
1. Kepemimpinan 6. Kepercayaan
2. Transparansi 7. Keseimbangan
3. Integritas 8. Kejelasan
4. Tanggungjawab 9. Konsisten
5. Keadilan

2.Nasionalisme
Dalam arti luas, nasionalisme berarti pandangan tentang rasa cinta yang
wajar terhadap bangsa dan negara, sekaligus menghormati bangsa lain.

23
Nasionalisme Pancasila merupakan pandangan atau paham kecintaan
manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada
nilai-nilai Pancasila.
Makna nasionalisme secara politis merupakan manifestasi kesadaran
nasional yang mengandung cita-cita dan pendorong bagi suatu bangsa, baik
untuk merebut kemerdekaan atau mengenyahkan penjajahan maupun
sebagai pendorong untuk membangun dirinya maupun lingkungan
masyarakat, bangsa dan negaranya.
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap ASN. Tidak hanya terbatas
pada wawasantetapi kemampuan mengaktualisasikan nasionalisme dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya merupakan hal yang lebih penting.
Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap pegawai ASN
memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa dan
negara. Pegawai ASN akan berpikir tidak lagi sektoral, tetapi akan
senantiasa mementingkan kepentingan yang lebih besar yakni bangsa dan
negara.
Fungsi nasionalisme bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah :
1. ASN yang berorientasi pada kepentingan publik dengan nilai yang
terkandungnya; ketepetan waktu, pelayanan yang akurat, ramah dan
santun dalam memberikan pelayanan, tanggung jawab, kelengkapan,
kemudahan mendapatkan pelayanan, variasi model pelayanan,
kenyamanan, bersikap adil dan tidak deskriminatif.
2. ASN yang berintegritas tinggi, dengan melaksanakan tugasnya dengan
jujur,bertanggung jawab dan berintegritas tinggi,melaksanakan
tugasnya dengan cermat dan disiplin, melayani dengan sikap hormat,
sopan dan tanpa tekanan,melaksanakantugasnya sesuai dengan
perintah atasan atau pejabat yang berwenang sejauh tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
etika pemerintahan, menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan
negara, menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif dan efisien, menjaga agar tidak terjadi
konflik kepentingan dalam menjalankan tugas, memberikan informasi

24
secara benardan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi, tidak menyalahgunakan informasi, dan
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. ASN sebagai pemersatu bangsa bersikap netral dan adil, mengayomi
kepentingan kelompok minoritas, menjadi teladan dilingkungan
masyarakat.

3.Etika Publik
Etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk
mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab
pelayanan publik.
Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik, yakni :
1. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
2. Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi sebagai bantuan dalam
menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat evaluasi.
3. Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan
faktual.
Beberapa nilai-nilai dasar etika publik:
1. Memegang teguh nilai-nilai ideologi pancasila.
2. Setia dan mempertahankan UUD NKRI 1945.
3. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4. Membuat keputusan berdasarkan keahlian.
5. Menciptakan lingkungan kerja yang non-diskriminatif.
6. Memelihara dan menjunjung tinggi prinsip standar etika luhur.
7. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
8. Kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah.
9. Memberikan pelayanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna dan santun.
10. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11. Menghargai komunikasi, konsultasi dan kerjasama.

25
12. Mengutamakan pencapaian hasil & mendorong kinerja kesetaraan
pekerjaan.
13. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.
Adapun kode etik dan kode perilaku ASN yakni sebagai berikut :
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi.
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat
yang berwenang sejauhtidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan.
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien.
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya.
9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau orang lain.
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN.
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
disiplin pegawai ASN.

4.Komitmen Mutu
Komitmen mutu merupakan tindakan untuk menghargai efektivitas,
efisiensi, inovasi, dan kinerja yang berorientasi mutu dalam

26
penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan publik.Ada empat indikator dari
nlai-nilai dasar komitmen mutu yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Efektif
2. Efisien
3. Inovasi
4. Mutu
Konsep efektifitas, efisiensi, inovasi, dan mutu dalam pelaksanaan
pelayanan publik yaitu :
1. Efektivitas organisasi berarti sejauh mana organisasi dapat mencapai
tujuan yang ditetapkan.
2. Efisiensi organisasi adalah jumlah sumber daya yang digunakan untuk
mencapai tujuan organisasi. Efisiensi ditentukan oleh berapa banyak
bahan baku, uang dan manusia yang dibutuhkan untuk menghasilkan
jumlah keluaran tertentu.
3. Inovasi merupakan cara utama dimana organisasi dapat beradaptasi
terhadap perubahan-perubahan di pasar, teknologi dan persaingan.
4. Mutu adalah apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan
konsumen.
Komitmen mutu bertujuan untuk memberikan kepuasan masyarakat dalam
pelayanan publik.Penilaian mutu berdasarkan pada subyektifitas seseorang.
Untuk mengukur penilaian tersebut perlu adanya standar pelayanan
sehingga sebuah mutu pelayanan dapat terkontrol dengan baik. Berikut
adalah nilai-nilai yang perlu diperhatikan dalam komitmen mutu antara lain:
1. Bekerja dengan berorientasi pada mutu.
2. Inovatif.
3. Selalu melakukan perbaikan mutu.
4. Membangun komitmen pegawai untuk jangka panjang.
5. Membangun kerjasama antar pegawai yang dilandasi kepercayaan dan
kejujuran.
6. Memfokuskan kegiatan pada kepuasan pelanggan, baik internal
maupun eksternal.

27
7. Menampilkan kinerja tanpa cacat (zerodefect) dan tanpa pemborosan
(zerowaste), sejak memulai setiap pekerjaan.
8. Menjalankanfungsi pengawasan secara efektif dan efisien dalam
bekerja.

5.Anti Korupsi
Korupsi adalah tindakan melanggar hukum dengan tujuan untuk
memperkaya diri sendiri maupun golongan. Dampak korupsi tidak hanya
sekedar menimbulkan kerugian keuangan negara namun dapat menimbulkan
kerusakan kehidupan jangka pendek maupun jangka panjang. Kesadaran diri
anti korupsi sangat penting dibangun oleh ASN dalam melaksanakan
tugasnya dan dapat dibangun salah satunya dengan pendekatan spritual
dimana seseorang selalu ingat akan tujuan keberadaannya dan selalu ingat
bahwa seluruh ruang dan waktu kehidupannya harus
dipertanggungjawabkan, dapat menjadi benteng yang kuat untuk anti
korupsi.
Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang harus
diperhatikan, yaitu:
1. Kejujuran
2. Kepedulian
3. Kemandirian
4. Kedisiplinan
5. Keadilan
6. Tanggungjawab
7. Kerja keras
8. Sederhana
9. Berani

II.2 Kedudukan dan Peran Serta PNSdalam NKRI


1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai
ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari

28
intervensi politik, bersih daripraktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai
sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya Aparatur Sipil Negara
yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
Untuk dapat membangun profesionalitas birokrasi, maka konsep yang
dibangun dalam UU ASN tersebut harus jelas. Berikut beberapa konsep
yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
b. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus
bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik.
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi
sebagai berikut:
a. Pelaksana kebijakan publik;
b. Pelayan publik; dan
c. Perekat dan pemersatu bangsa.
Selanjutnya Pegawai ASN bertugas:
a. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan;
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijakan yang
dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Untuk itu ASN harus mengutamakan
kepentingan publik dan masyarakat luas dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya tersebut. Harus mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada
kepentingan publik.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk memberikan pelayanan publik
yang professional dan berkualitas. Pelayanan publik merupakan kegiatan

29
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-
undangan bagi setiap warganegara danpenduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan
publik dengan tujuan kepuasan pelanggan. Oleh karena itu ASN dituntut
untuk professional dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat persatuan dan
kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. ASN senantiasa dan taat
sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah. ASN
senantiasa menjunjung tinggi martabat ASN sertasenantiasa mengutamakan
kepentingan Negara daripada kepentingan diri sendiri, seseorang dan
golongan. Dalam UU ASN disebutkan bahwa dalam penyelenggaraan dan
kebijakan manajemen ASN, salah satu diantaranya asas persatuan dan
kesatuan. ASN harus senantiasamengutamakan dan mementingkan
persatuan dan kesatuan bangsa (kepentingan bangsa dan negara di atas
segalanya).
Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dapat
meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel,
maka setiap ASN diberikan hak. Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU
ASN sebagai berikut, PNS berhak memperoleh:
a. Gaji, tunjangan, dan fasilitas;
b. Cuti;
c. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
d. Perlindungan; dan
e. Pengembangan kompetensi
Sedangkan PPPK berhak memperoleh:
a. Gaji dan tunjangan;
b. Cuti;
c. Perlindungan; dan
d. Pengembangan kompetensi
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat
kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya

30
diberikan. Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN
adalah:
a. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan pemerintah yang sah;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang;
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,
kesadaran, dan tanggung jawab;
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di
luar kedinasan;
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia
jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
i. Dalam UU ASN disebutkan bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan
pada kode etik dan kode perilaku.Kode etik dan kode perilaku ASN
bertujuan untuk menjagamartabat dan kehormatan ASN. Kode etik
dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN:
j. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan
berintegritas tinggi;
k. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
l. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
m. Melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
n. Melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat
yang Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan;
o. Menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara;

31
p. Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara
bertanggungjawab, efektif, dan efisien;
q. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya;
r. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
s. Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain;
t. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN; dan
u. melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai
disiplin Pegawai ASN.
Untuk mendapatkan profil pegawai yang produktif, efektif dan efisien
tersebut diperlukan sebuah sistem pengelolaan SDM yang mampu
memberikan jaminan keamanan dan kenyamanan bagi individu yang
bekerja didalamnya. Sebuah sistem yang efisien, efektif, adil,
terbuka/transparan, dan bebas dari kepentingan politik/individu/kelompok
tertentu.
Kondisi ini memberikan lingkungan yang kondusif bagi pegawai untuk
bekerja dan berkinerja karena merasa dihargai dan juga diperhatikan oleh
organisasi.
Manajemen ASN tidak lepas dari sistem merit. Sistem merit berdasarkan
pada obyektivitas dalam pengelolaan ASN menjadi pilihan bagi berbagai
organisasi untuk mengelola SDM. Kualifikasi, kemampuan, pengetahuan
dan juga ketrampilan pegawai yang menjadi acuan dalam pengelolaan ASN
berdasar sistem merit menjadi fondasi untuk memiliki pegawai yang
kompeten dan “bahagia” dalam organisasi karena mereka memiliki
kepercayaan diterapkannya keadilan dalam organisasinya.

2. Pelayanan Publik

32
Pelayanan publik adalah sebagai segala bentukkegiatan pelayanan umum
yang dilaksanakan olehInstansi Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan
dilingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan/atau jasa, baik
dalam pemenuhan kebutuhanmasyarakat (Lembaga Administrasi Negara:
1998).Sedangkan definisi yang saat ini menjadi rujukan utamadalam
penyelenggaraan pelayanan publik sebagaimanatermuat dalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009Tentang Pelayanan Publik, dijelaskan bahwa
pelayananpublik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalamrangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuaidengan peraturan perundang-
undangan bagi setiapwarga negara dan penduduk atas barang, jasa,dan/atau
pelayanan administratif yang disediakanoleh penyelenggara pelayanan
publik.
Terdapat 3 unsur penting dalampelayanan publik, yaitu unsur pertama,
adalahorganisasi penyelenggara pelayananpublik, unsurkedua, adalah
penerima layanan (pelanggan) yaituorang, masyarakat atau organisasi
yangberkepentingan, dan unsur ketiga, adalah kepuasanyang diberikan dan
atau diterima oleh penerima layanan(pelanggan).
Di masa yang lalu, para ilmuwan mendefinisikan pelayanan publik sebagai
semua jenis pelayanan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Pameo yang
terkenal pada saat itu adalah: “whatever government does is public service”.
Artinya semua barang/jasa publik yang dibutuhkan oleh masyarakat dan
diselenggarakan oleh negara disebut sebagai pelayanan publik (Dwiyanto,
2010:14). Paradigma yang melihat pelayanan publik seperti ini sering
disebut sebagai paradigma kuno atau Old Public Administration (OPA).
Dalam paradigma OPA tersebut negara dianggap sebagai satu-satunya
lembaga yang paling mampu menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi
oleh masyarakat. Cara pandang yang demikian tidak mengejutkan karena
pada saat itu sektor swasta dan juga masyarakat sipil belum berkembang dan
mampu menjadi alternatif untuk membantu pemerintah dalam
menyelasaikan masalah publik.
Perkembangan paradigma pelayanan publik yang sudah mulai
memunculkan peran swasta dalam menyediakan pelayanan publik terjadi

33
pada masa New Publik Management (NPM),pada masa ini para manajer
pelayanan publik dan penyedia jasa layanan publik diprogram dan dididik
untuk menjalankan pelayanan yang berorientasi pada keuntungan (profit).
Karena itu misalnya pelayanan jasa seperti di rumah sakit yang dulu masih
tinggi keberpihakannya kepada masyarakat dan cenderung gratis atau
murah, berubah menjadi pelayanan yang untuk mendapatkannya harus
dengan mengeluarkan sejumlah biaya yang cukup mahal. Beberapa negara
Eropa seperti contoh di Inggris, akibat ketidakmampuan membayar asuransi
kesehatan yang sangat mahal untuk mendapatkan pelayanan di rumah sakit,
membuat banyak masyarakat tidak mampu berusaha mengobati penyakitnya
sendiri tanpa mendapatkan pelayanan dari penyedia layanan kesehatan.
Setelah kenyataan ini terungkap ke publik, maka banyak mempertanyakan
serta menggugat keberadaan, posisi, peran dan tujuan pembentukan negara
(birokrasi).
Untuk menjawab tantangan tersebut muncul paradigma baru pelayanan yang
disebut New Public Service (NPS). Paradigma ini menekankan pentingnya
keberadaan negara dalam menyiapkan pelayanan yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Negara ada dan menunjukkan eksistensi dan keberpihakan
terhadap penyediaan layanan dasar bagi masyarakatnya.
Di Indonesia, paradigma ini dapat dilihat melalui penyediaan layanan
pendidikan dasar yang gratis, layanan kesehatan dasar dan dibeberapa
tempat termasuk gratis opname sampai kelas III bagi masyarakat tidak
mampu, dan banyak lagi layanan lainnya. Semuanya untuk menunjukkan
eksistensi negara dalam melayani masyarakat.
Yang berada di garis depan dalam memberikan pelayanan publik bagi
masyarakat adalah ASN. Para pakar administrasi publik menjelaskan bahwa
ada banyak prinsip yang perlu dipenuhi agar pelayanan publik dapat
diselenggarakan lebih baik. Perlu diketahui pelayanan publik yang baik
berdasarkan pada prinsip-prinsip yang digunakan untuk merespon berbagai
kelemahan yang melekat pada tubuh birokrasi. Prinsip pelayanan publik
yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima adalah:

34
a. Partisipatif. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang
dibutuhkan masyarakat pemerintah perlu melibatkan masyarakat
dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya;
b. Transparan. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah
sebagai penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses
bagi warga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan
pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut, seperti: persyaratan,
prosedur, biaya, dan sejenisnya. Masyarakat juga harus diberi akses
yang sebesar-besarnya untuk mempertanyakan dan menyampaikan
pengaduan apabila mereka merasa tidak puas denganpelayanan publik
yang diselenggarakan olehpemerintah;
c. Responsif. Dalam penyelenggaraan pelayananpublik pemerintah
wajib mendengar dan memenuhituntutan kebutuhan warga negaranya.
Tidak hanyaterkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik
yangmereka butuhkan akan tetapi juga terkait denganmekanisme
penyelenggaraan layanan, jam pelayanan,prosedur, dan biaya
penyelenggaraan pelayanan.Sebagai klien masyarakat, birokrasi
wajibmendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakatyang
menduduki posisi sebagai agen;
d. Tidak diskriminatif. Pelayanan publik yangdiselenggarakan oleh
pemerintah tidak boleh dibedakanantara satu warga negara dengan
warga negarayang lain atas dasar perbedaan identitas warganegara,
seperti: status sosial, pandangan politik,enisitas, agama, profesi, jenis
kelamin atau orientasiseksual, difabel, dan sejenisnya;
e. Mudah dan Murah. Penyelenggaraan pelayananpublik dimana
masyarakat harus memenuhi berbagaipersyaratan dan membayar fee
untuk memperolehlayanan yang mereka butuhkan harus diterapkan
prinsipmudah, artinya berbagai persyaratan yang dibutuhkantersebut
masuk akal dan mudah untuk dipenuhi. Murahdalam arti biaya yang
dibutuhkan oleh masyarakat untukmendapatkan layanan tersebut
terjangkau oleh seluruhwarga negara. Hal ini perlu ditekankan
karenapelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintahtidak

35
dimaksudkan untuk mencari keuntunganmelainkan untuk memenuhi
mandat konstitusi;
f. Efektif dan Efisien. Penyelenggaraan pelayanpublik harus mampu
mewujudkan tujuan-tujuan yanghendak dicapainya (untuk
melaksanakan mandatkonstitusi dan mencapai tujuan-tujuan strategis
negaradalam jangka panjang) dan cara mewujudkan tujuantersebut
dilakukan dengan prosedur yang sederhana,tenaga kerja yang sedikit,
dan biaya yang murah;
g. Aksesibel. Pelayanan publik yang diselenggarakanoleh pemerintah
harus dapat dijangkau oleh warganegara yang membutuhkan dalam
arti fisik (dekat,terjangkau dengan kendaraan publik, mudah
dilihat,gampang ditemukan, dan lain-lain.) dan dapat dijangkaudalam
arti non-fisik yang terkait dengan biaya danpersyaratan yang harus
dipenuhi oleh masyarakat untukmendapatkan layanan tersebut.
h. Akuntabel. Penyelenggaraan pelayanan publikdilakukan dengan
menggunakan fasilitas dan sumberdaya manusia yang dibiayai oleh
warga negara melaluipajak yang mereka bayar. Oleh karena itu
semuabentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus
dapatdipertanggung-jawabkan secara terbuka kepadamasyarakat.
Pertanggungjawaban di sini tidak hanyasecara formal kepada atasan
(pejabat atau unitorganisasi yang lebih tinggi secara vertikal) akan
tetapiyang lebih penting harus dipertanggungjawabkan secaraterbuka
kepada masyarakat luas melalui media publikbaik cetak maupun
elektronik. Mekanismepertanggungjawaban yang demikian sering
disebutsebagai social accountability.
i. Berkeadilan. Penyelenggaraan pelayanan publikyang dilakukan oleh
pemerintah memiliki berbagaitujuan. Salah satu tujuan yang penting
adalahmelindungi warga negara dari praktik buruk yangdilakukan
oleh warga negara yang lain. Oleh karena itupenyelenggaraan
pelayanan publik harus dapatdijadikan sebagai alat melindungi
kelompok rentan danmampu menghadirkan rasa keadilan bagi
kelompoklemah ketika berhadapan dengan kelompok yang kuat.

36
3.Whole of Government
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor
dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-
tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik.
Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu
pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan
urusan-urusan yang relevan.
Pada dasarnya pendekatan WoG mencoba menjawab pertanyaan klasik
mengenai koordinasi yang sulit terjadi di antara sektor atau kelembagaan
sebagai akibat dari adanya fragmentasi sektor maupun eskalasi regulasi di
tingkat sektor. Sehingga WoG sering kali dipandang sebagai perspektif baru
dalam menerapkan dan memahami koordinasi antar sektor.
Dalam pengertian United States Institute of Peace (USIP), WoG ditekankan
pada pengintegrasian upaya-upaya kementerian atau lembaga pemerintah
dalam mencapai tujuan-tujuan bersama. WoG juga dipandang sebagai
bentuk kerjasama antar seluruh aktor, pemerintah dan sebaliknya.
Pengertian dari USIP ini menunjukkan bahwa WoG tidak hanya merupakan
pendekatan yang mencoba mengurangi sekat-sekat sektor, tetapi juga
penekanan pada kerjasama guna mencapai tujuan-tujuan bersama.
Pendekatan WoG dapat beroperasi dalam tataran kelembagaan nasional
maupun daerah. Penataan kelembagaan menjadi sebuah keharusan ketika
pendekatan ini diperkenalkan. Namun penataan ini tidak serta merta
merubah kelembagaan, atau sebaliknya. Sehingga pendekatan WoG dapat
dilihat dan dibedakan berdasarkan perbedaan kategori hubungan antara
kelembagaan yang terlibat.
Dalam Perry 6 (2004) menjelaskan mengenai perbedaan kategori hubungan
kelembagaan dalam sebuah kontinum sebagai berikut:

Tabel 2.1 Perbedaan kategori hubungan kelembagaan dalam sebuah kontinuum

37
Sumber: diadaptasi dari (6, 2004)

Berdasarkan kategorisasi di atas, maka WoG dapat dipraktekkan


koordinasi-merger, pelaksanaan WoG dilakukan mulai dari sebatas
koordinasi tanpa ada dampak perubahan institusi atau kelembagaan sampai
dengan proses merger atau penyatuan beberapa lembaga menjadi satu unit
organisasi baru. Perbedaan masing-masing kategori terletak dari posisi
masing-masing kelembagaan yang terlibat atau dilibatkan dalam WoG.
Untuk kategori koordinasi, maka kelembagaan yang terlibat dalam
pendekatan WoG tidak mengalami perubahan struktur organisasi.
Sedangkan dalam kategori integrasi, kelembagaan yang terlibat mulai cair,
dan terdapat penyamaan perencanaan jangka panjang serta kerjasama.
Adapun dalam kategori kedekatan dan pelibatan, kelembagaan menyatukan
diri dalam wadahyang relatif lebih permanen.
Praktek WoG dalam pelayanan publik dilakukan dengan menyatukan
seluruh sektor yang terkait dengan pelayanan publik. Jenis pelayanan publik
yang dikenal yang dapat didekati oleh pendekatan WoG adalah:

38
a. Pelayanan yang Bersifat Adminisitratif
Pelayanan publik yang menghasilkan berbagai produk dokumen resmi
yang dibutuhkan warga masyarakat. Dokumen yang dihasilkan bisa
meliputi KTP, status kewarganegaraan, status usaha, surat
kepemilikan, atau penguasaan atas barang, termasuk dokumen-
dokumen resmi seperti SIUP, ijin trayek, ijin usaha, akta, kartu tanda
penduduk, sertifikat tanah, dan lain sebagainya. Praktek WoG dalam
jenis pelayanan administrasi dapat dilihat dalam praktek-praktek
penyatuan penyelenggaraan izin dalam satu pintu seperti PTSP atau
kantor SAMSAT.
b. Pelayanan Jasa
Pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan
warga masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan,
perhubungan, dan lainnya.
c. Pelayanan Barang
Pelayanan yang menghasilkan jenis barang yang dibutuhkan warga
masyarakat, seperti misalnya jalan, perumahan, jaringan telepon,
listrik, air bersih, dan seterusnya.
d. Pelayanan Regulatif
Pelayanan melalui penegakan hukuman dan peraturan perundang-
undangan, maupun kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi
kehidupan masyarakat.
Adapun berdasarkan polanya, pelayanan publik dapat dibedakan juga dalam
5 (lima) macam pola pelayanan yang masing-masing diuaraikan
sebagaimana berikut ini:
a. Pola Pelayanan Teknis Fungsional
Suatu pola pelayanan publik yang diberikan oleh suatu instansi
pemerintah sesuai dengan bidang tugas, fungsi dan kewenangannya.
Pada pola pertama ini pelayanan yang dilakukan adalah pelayanan
sektoral, yang bisa jadi sifatnya hanya relevan dengan sektor itu, atau
menyangkut pelayanan di sektor lain. WoG dapat dilakukan manakala

39
pola pelayanan publik ini mempunyai karakter yang sama atau
memiliki keterkaitan antar satu sektor dengan yang lainnya.
b. Pola Pelayanan Satu Atap
Pola pelayanan yang dilakukan secara terpadu pada satu instansi
pemerintah yang bersangkutan sesuai kewenangan masing-masing.
Pola ini memudahkan masyarakat penguna izin untuk mengurus
permohonan izinnya, walaupun belum mengurangi jumlah rantai
birokrasi izinnya.
c. Pola Pelayanan Satu Pintu
Merupakan pola pelayanan masyarakat yang diberikan secara tunggal
oleh suatu unit kerja pemerintah berdasarkan pelimpahan wewenang
dari unit kerja pemerintah terkait lainnya yang bersangkutan. Ini
adalah salah satu bentuk kelembagaan WoG yang lebih utuh, di mana
pelayanan publik disatukan dalam satu unit pelayanan saja, dan rantai
izin sudah dipangkas menjadi 1 (satu) saja.
d. Pola Pelayanan Terpusat
Pelayanan masyarakat yang dilakukan oleh suatu instansi pemerintah
yang bertindak selaku koordinator terhadap pelayanan instansi
pemerintah lainnya yang terkait dengan bidang pelayanan masyarakat
yang bersangkutan. Pola ini mirip dengan pelayanan satu atap dan
pelayanan satu pintu. Perbedaannya tergantung pada sejauh mana
kewenangan koordinasi yang diberikan kepada koordinator.
e. Pola Pelayanan Elektronik
Pola pelayanan yang paling maju dengan menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi yang merupakan otomasi dan otomatisasi
pemberian layanan yang bersifat elekronik atau on-line sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan keinginan dan kapasitas masyarakat
pengguna.
Berdasarkan Penjelasan Umum UU No.4 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (UU ASN), dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana
tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik,

40
bersih dari praktik korupsi,kolusi, dan nepotisme, mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu
menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Untuk mewujudkan tujuan nasional, dibutuhkan Pegawai ASN. Pegawai
ASN diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas
pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. Tugas pelayanan publik
dilakukan dengan memberikan pelayanan atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan Pegawai ASN. Adapun tugas
pemerintahan dilaksanakan dalam rangkan penyelenggaraan fungsi umum
pemerintahan yang meliputi pendayagunaan kelembagaan, kepegawaian,
dan ketatalaksanaan. Sedangkan dalam rangka pelaksanaan tugas
pembangunan tertentu dilakukan melalui pembangunan bangsa (cultural
and politicaldevelopment) serta melalui pembangunan ekonomi dan sosial
(economic and social development) yang diarahkan meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran seluruh masyarakat.

41
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI NILAI-NILAI ASN

III.1 Rancangan Kegiatan

Unit Kerja:
Pelayanan Rawat inap Penyakit Dalam RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang.

Identifikasi Isu:
Hasil pengamatan peserta selama tiga bulan orientasi di Departemen
Penyakit Dalam RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, pasien sering
susah mengeluarkan sputum. Bronkoskopi menjadi alternatif tindakan
pengambilan sputum. Pasien juga sering tidak mengetahui manfaat
bronkoskopi dan tata caranya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor.
Faktor lingkungan yaitu belum ada materi meengenai bronkoskopi dan
manfaat dalam pengambilan sputum bagi pasien yang memudahkan pasien
memahami. Dari faktor pasien dan keluarga, kurangnya pengetahuan pasien
dan keluarga mengenai penggunaan bronkoskopi pada penyakit TB dan
kanker paru. Pasien dan keluarga juga kurang memahami pentingnya
sampel sputum untuk diagnosis dan terapi. Faktor tenaga kesehatan,
kurangnya pemnafaatan bronkoskopi dan edukasi bagi keluarga dan pasien
paru.

Isu Yang Diangkat:


“ Belum optimal pemanfaatan bronkoskopi dalam pengambilan sputum
pada pasien TB dan kanker paru di pelayanan rawat inap di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang”

Gagasan Pemecahan Isu :

Gagasan pemecahan isu dituangkan dengan melaksanakan delapan

42
kegiatan,sesuai dengan tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1. Jumlah, jenis, dan sumber kegiatan

No. Kegiatan Sumber Kegiatan


1 Koordinasi dengan kepala bagian paru mengenai rancangan Kreativitas

aktualisasi

2 Telaah standar operasional prosedur bronkoskopi Kreativitas

3 Sosialisasi tentang optimalisasi pemanfaatan bronkoskopi Kreativitas

dan penyempurnaan standar operasional prosedur

bronkoskopi

4 Pembuatan brosur mengenai bronkoskopi Kreativitas

5 Pembuatan video mengenai tindakan bronskoskopi Kreativitas

6. Pembahasan jurnal ilmiah terkait teknik bronkoskopi dan Kreativitas

pengambilan sampel sputum

7. Pelaksanaan pelayanan bronkoskopi di rawat inap Sasaran Kinerja Pegawai

8. Monitoring pelaksanaan bronkoskopi di ruang paru Kreativitas

43
Formulir 3.1 : Rancangan Aktualisasi

No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Mata Konstribusi Terhadap Penguatan Nilai
Pelatihan Visi dan Misi Organisasi Organisasi

1. Menentukan tempat, Koordinasi dengan kepala


waktu dan acara rapat bagian paru menimbulkan
2. Membuat undangan sinergi yang baik
1. Koordinasi 1. Surat ijin kegiatan 1. Menentukan tempat, Berkontribusi dengan
rapat (koordinasi, satu persepsi
dengan 2. Undangan rapat waktu dan acara rapat misi rumah sakit yaitu
3. Memberi undangan dalam meningkatkan
kepala 3. Undangan diterima harus dimusyawarahkan menyenggelarakan
ke kepala bagian paru mutu) dan professional
bagian paru kepala bagian paru dengan kepala bagian pelayanan, pendidikan
4. Persiapan tempat, (tanggung jawab,
mengenai 4.Susunan acara, paru, meminta izin, sopan, dan penelitian
fasilitas dan notulensi kompeten, bekerja keras,
rancangan tempat dan fasilitas taat aturan, efektif dan berstandar internasional
rapat efektif dan efisien)
aktualisasi rapat siap pakai efisien. dan meningkatkan
5. Menyampaikan
5. Persetujuan kepala (nasionalisme,akuntabilitas kompetensi, kinerja dan
rancangan aktualisasi
bagian paru tentang , etika publik dan kesejahteraan pegawai
pelaksanaan komitmen mutu)
aktualisasi 2. Membuat undangan
rapat harus menyampaikan
informasi dengan benar,
efektif, sopan dan efisien
( akuntabilitas, etika publik
komitmen mutu)
3. Memberi undangan ke
kepala bagian paru harus
dilakukan dengan sopan,
taat dan bertanggung jawab
dalam penyampaian
undangan (akuntabilitas,
etika publik)
4. Persiapan tempat,
fasilitas dan notulensi
rapat harus dilakukan
dengan kerja keras, efektif,
efisien dan taat aturan
(komitmen mutu,
akuntabilitas, etika publik)
5. Menyampaikan
rancangan aktualisasi harus
jujur, transparan, sopan,
efisien (akuntabilitas,
antikorupsi,etika
publik,komitmen mutu)

Telaah 1.Mencari SOP tindakan 1. Mencari SOP tindakan Telaah SOP ini Telaah SOP merupakan
standar yang sudah ada yang sudah ada merupakan mendukung visi RSMH suatu upaya perencanaan
operasional 2. Menelaah isi SOP upaya untuk melakukan untuk menjadi RS yang matang, hal ini
2. 1.SOP lama
prosedur 3. Merevisi isi SOP continous improvement rujukan nasional yang sesuai dengan nilai
2. hasil telaah SOP
(SOP) sesuai dengan bukti (komitmen mutu). berstandar. profesionalisme dan
lama
tindakan klinis ilmiah Menyesuaikan tantangan dan manageable.
3.Hasil revisi SOP
bronkoskopi 4, Menambah SOP baru kondisi saat ini, Telaah SOP juga upaya
4. SOP Baru
pada pasien bila dianggap perlu memungkinkan adanya revisi misi untuk
paru atau penambahan dari SOP meningkatkan
(inovasi) kompetensi pegawai
2. Menelaah isi SOP
merupakan upaya untuk
memperbaiki SOP lama.
Menelaah SOP harus
dilakukan dengan jujur, kerja
keras, tanggun g jawab
(antikorupsi, akuntabilitas)
3. Revisi SOP tetap perlu
dimusyawarahkan (sila ke-4)
dan harus berbasis bukti
klinis ilmiah (komitmen
mutu, akuntabilitas)
4. Menambah SOP baru
bertujuan meningkatkan
kualitas pelayan an dan
peningkatan mutu
(komitmen mutu)

• Menyelenggarakan • Mengajukan dan


promosi kesehatan membuat surat izin
secara komprehensif kepada Kepala
3. Sosialiasi 1.Mengajukan dan 1. Surat pengajuan izin 1. Pengajuan surat izin
dan berkelanjutan Departemen Penyskit
optimalisasi membuat surat izin kegiatan kepada kepala departemen
Dalam untuk
pemanfaatan kepada Kepala 2. Surat izin kegiatan harus dimusyawarahkan,
mengadakan rapat
bronkoskopi Departemen Penyakit 3. Undangan rapat meminta izin, sopan dan taat
evaluasi pembuatan
dan Dalam untuk 4. undangan diterima aturan (nasionalisme,
materi
penyempurna mengadakan rapat semua staf paru bagian akuntabilitas, etika publik)
an standar evaluasi pembuatan penyakit dalam 2. Membuat undangan rapat
operasional materi 5. Susunan acara, harus menyampaikan
prosedur 2. Menentukan tempat, tempat siap pakai informasi dengan benar,
bronkoskopi waktu dan acara rapat 6. Kesepakatan SOP efektif, sopan dan efisien
3. Menbuat undangan baru dan Pengetahuan (akuntabilitas, etika publik
rapat mengenai bronkoskopi komitmen mutu)
4. Menyebar undangan dalam pengambilan 3. Membuat undangan harus
ke staf paru bagian sputum dilakukan dengan efektif,
penyakit dalam efisien, jujur dan taat pada
5. Persiapan panitia, aturan (etika publik,
tempat dan notulen komitmen mutu, anti
rapat korupsi)
7. Sosialisasi 4. menyebar undangan
bronkoskopi dan harus dilakukan dengan kerja
penyempurnaan SOP keras, sopan, tanggung jawab
dan efektif (akuntabilitas,
etika public, komitmen
mutu)
5. Persiapan panitia harus
dilakukan dengan kerja
keras, tanggung jawab,
efisiensi (akuntabilitas,
komitmen mutu)
6. Sosialiasi harus dilakukan
dengan sopan, efektif (etika
public,komitmen mutu)
Penyempurnaan SOP
dilakukan dengan
musyawarah, sikap
professional dan efektif
(nasionalisme,
- Menyusun materi brosur • Menyelenggarakan • Sinergi
berhubungan dengan promosi (koordinasi
kesehatan dalam
Akuntabilitas (kejelasan, secara komprehensif meningkatkan mutu)
4. Pembuatan 1. Menyusun materi 1. materi brosur ilmiah
kepercayaan), Etika Publik
2. Rancangan brosur dan berkelanjutan • Integritas
brosur brosur, bersumber dari (jujur, cermat), Komitmen
3.Materi Brosur (jujur, disiplin, konsisten,
mengenai materi yang telah Mutu (efektivitas), Anti
4. Edukasi pasien komitmen)
bronkoskopi ditetapkan Korupsi (kerja keras)
• Profesional
2. Membuat design - Berhubungan dengan (tanggung jawab, kompeten,
brosur integritas dan komitmen
bekerja tuntas, akurat,
3, mencetak brosur mutu
efektif, dan efisien)
4. Menjelaskan ke - Berhubungan dengan
pasien akuntabilitas, komitmen
mutu
- Berhubungan dengan
komitemen mutu,
pelayanan public dan
nasionalisme
• Menyelenggarakan • Sinergi (koordinasi,
pelayanan, berstandar kolaborasi, satu
internasional persepsi dalam
5. Pembuatan 1. Menyiapkan bahan 1.Bahan video edukasi 1. berhubungan dengan
dari brosur Akuntabilitas (kejelasan), meningkatkan dan
Video video edukasi dari
2. Video bronkoskopi Komitmen Mutu (efisien) keselamatan)
mengenai brosur yang ada
2. Berhubungan dengan • Integritas (jujur,
tindakan 2. membuat video
akuntabilitas, komitmen mutu disiplin, konsisten,
bronkoskopi bronkoskopi
dan manajeman asn komitmen)
• Profesional
(tanggung jawab, kompeten,
bekerja tuntas, akurat,
efektif, dan efisien
Pembahasan 1. Mencari jurnal yang Memanfaatkan forum jurnal Mengaktualisasikan
jurnal ilmiah terkait 1. Ditemukan jurnal ilmiah yang sudah ada nilai-nilai dasar -Mengikuti jurnal ilmiah
6. terkait 2. Menugaskan PPDS yang tepat merupakan upaya efisiensi ANEKA dalam untuk meningkatkan
bronkoskopi untuk mempresentasi 2. PPDS yang (komitmen mutu) untuk Mengikuti jurnal ilmiah kualitas dan kompetensi
dan jurnal terkait bersangkutan meningkatkan pengetahuan di bidang kesehatan individu dalam
pengambilan 3. Mengundang dokter mengetahui tugasnya dan kompetensi dokter (kode sebagai peserta untuk meningkatkan pelayanan
sampel yang bagian paru 3. Undangan terkirim etik, komitmen mutu, meningkatkan kepada masyarakat
sudah 4. Melaksanakan 4. Pembahasan jurnal profesionalisme, kompetensi dan kinerja dengan mengorbankan
terjadwal pembahasan jurnal terlaksanan nasionalisme) pegawai . waktu, tenaga dan biaya
ilmiah Dengan kesadaran penuh Menyelenggarakan merupakan wujud nilai
tanpa paksaan datang ke pendidikan berstandar updated, profesionalisme
forum jurnal ilmiah untuk iternasional dan kesempurnaan
pengembangan kemampuan -Datang tepat waktu dan
untuk kepentingan pelayanan mengikuti kegiatan
pasien merupakan salah satu seminar dengan baik
sikap proaktif untuk wujud nilai integritas
memenuhi kepentingan
masyarakat (akuntabilitas)
Sikap insiatif dalm
meningkatkan kualitas
pengetahuan juga merupakan
perwujudan nilai etika publik
terhadap diri sendiri
Peningkatan kompetensi
akan meningkatkan kualitas
pelayanan pasien berujung
pada kepuasan pelanggan
(komitmen mutu)
Mengikuti jurnal ilmiah
merupakan salah satu
pengembangan kompetensi
wujud pengelolaan
manajemen ASN yang baik
Peningkatan 1. Melakukan anamnesis 1. Data riwayat 1. berhubungan dengan Mengaktualisasikan
pelayanan penyakit, dan penyakit dan hasil akuntabilitas dan anti korupsi nilai-nilai dasar - Pelaksanaan pelayanan
7. bronkoskopi pemeriksaan fisis pemeriksaan fisis 2. berhubungan dengan ANEKA dalam medis rawat jalan yang
di rawat inap 2.Menganalisis 2. Perencaan prosedur komitmen mutu. melaksanakan pelayanan ramah, akrab, penuh
pemilihan prosedur dan bronkoskopi 3. berhubungan dengan medis rawat jalan di poli empati dan
penunjang 3.Indikasi, komitmen mutu, intervensi akan mengutamakan kepuasan
3. Menentukan indikasi, kontraindikasi dan akuntabilitas membantu terlaksananya pelanggan memperkuat
kontraindikasi dan toleransi tindakan 4. berhubungan dengan pelayanan medis rawat nilai orientasi pelanggan
toleransi tindakan tercatat di rekam akuntabilitas dan pelayanan jalan prima dan
4. Melakukan informed medis publik paripurna dan - Pelaksanaan pelayanan
consent 4. Lembar persetujuan 5. berhubungan dengan melaksanakan pelayanan medis rawat jalan sesuai
5/ Melakukan tindakan tindakan terisi lengkap komitmen mutu dan di bidang kesehatan dengan kompetensi
sesuai standar 5.. Tindakan pelayanan publik Respirasi yang berpihak memperkuat nilai
Bronkoskopi sesuai kepada masyarakat profesionalime
standar - Pelaksanaan setiap tahap
sesuai prosedur

Monitoring 1.Mengumpulkan 1. Data / dokumen 1.Mengunpulkan data kegiatan sesuai misi Monitoring pelaksanaan
pelaksanaan seluruh data/ dokumen yang terkait (Akuntabilitas) merupakan berorientasi pada bronkoskopi di rawat inap
8. bronkoskopi yang terkait pelaksanaan bronkoskpi usaha untuk melakukan kebutuhan masyarakat sebagai upaya
di rawat inap bronkoskopi 2. Laporan jumlah perbaikan yang kontinu dan pengembangan ilmu peningkatan pelayanan
2. Membuat laporan pasien (komitmen mutu) pengetahuan, teknologi bagian paru .
mengenai jumlah pasien 3. Laporan 2. Laporan berhubungan kedokteran bidang
TB dan kanker paru bronkoskopi per bulan dengan akuntabilitas, kesehatan Respirasi
yang dilakukan komitmen mutu dan
bronkoskopi manajemen asn
3.Melaporkan hasil ke 3. Melaporkan hasil ke divisi
divisi paru paru berhubungan dengan
akuntabilitas, etika public
dan komitmen mutu

III.2 Jadwal Kegiatan/Time-Table


Bulan dan Minggu ke-
No. Kegiatan Mei Juni Juli
4 5 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Koordinasi dengan kepala bagian paru
mengenai rancangan aktualisasi
2 Telaah standar operasional prosedur
bronkoskopi
3 Sosialisasi tentang optimalisasi pemanfaatan
bronkoskopi dan penyempurnaan standar
operasional prosedur bronkoskopi
4 Pembuatan brosur mengenai bronkoskopi
5 Pembuatan video mengenai tindakan
bronskoskopi
6. Pembahasan jurnal ilmiah terkait teknik
bronkoskopi dan pengambilan sampel sputum
7. Pelaksanaan pelayanan bronkoskopi di rawat
inap
8. Monitoring pelaksanaan bronkoskopi di rawat
inap
BAB IV
PENUTUP

IV. 1 Kesimpulan
Isu yang didapat adalah belum optimal pemanfaatan bronkoskopi dalam pengambilan
sputum pada pasien TB dan kanker paru di pelayanan rawat inap di RSUP
dr.Mohammad Hoesin Palembang. Kegiatan penyelesaian isu bersumber dari sasaran
kinerja pegawai dan kreativitas penulis. Penyelenggaraan kegiatan ini berhubungan
dengan nilai dasar PNS yaitu ANEKA. Nilai sopan, musyawawah, sopan, efektif,
tanggung jawab, efisien dan kerja keras diterapkan dalam menyelesaikan rancangan
aktualisasi. Tidak menerapkan nilai diatas menyebabkan hasil menjadi tidak optimal
dan akan berkembang sehingga pelayanan ke pasien menurun. Pelaksanakan kegiatan
aktualisai ditujukan terjadi peningkatan pelayanan paru paripurna.

IV. 2 Saran
1. Diharapkan penulis dapat menjalankan dan menyelesaikan rancangan aktualisasi
dengan baik
2. Diharapkan teman sejawat mendukung kegiatan aktualisasi.
3. Diharapkan rumah sakit mendukung dan menjalakan hasil kegiatan aktualisasi
sehingga terjadi pelayanan paru yang paripurna.

Anda mungkin juga menyukai