Anda di halaman 1dari 100

LAPORAN AKTUALISASI DAN HABITUASI

NILAI-NILAI DASAR DAN PERAN KEDUDUKAN


APARATUR SIPIL NEGARA

OPTIMALISASI PENANGGULANGAN DAN PENGELOLAAN


PENYAKIT HIPERTENSI DI UPTD PUSKESMAS MAYONG II
KABUPATEN JEPARA

Disusun oleh:

Nama : dr. Dovi Pratama


NIP : 199008012019021003
Gol/ Angkatan : III / LVII
No. Presensi : 35
Jabatan : Dokter Ahli Pertama
Unit Kerja : UPTD Puskesmas Mayong II
Coach : Drs. Sutarjo, M.M.
Mentor : Karsono, SKM, M.M.

PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN LV


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH
PROVINSI JAWA TENGAH
BEKERJA SAMA DENGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN
JEPARA
2019

i
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN AKTUALISASI DAN HABITUASI


NILAI-NILAI DASAR DAN PERAN KEDUDUKAN
APARATUR SIPIL NEGARA

OPTIMALISASI PENANGGULANGAN DAN PENGELOLAAN


PENYAKIT HIPERTENSI DI UPTD PUSKESMAS MAYONG II

Disusun oleh:

Nama : dr. Dovi Pratama

NIP : 199008012019021003

Dinyatakan disetujui untuk diseminarkan pada:

Hari, tanggal : Jumat, 14 Juni 2019

Tempat : BPSDMD Provinsi Jawa Tengah

Semarang, 14 Juni 2019

Mengetahui,
Coach Mentor

Dr. Ir. Nugroho In Saputro, M.M. Karsono, SKM, M.M.


NIP 19590218 198503 1 001 NIP 19641102 199103 1 006

i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Optimalisasi Penanggulangan dan Pengelolaan Penyakit


Hipertensi di Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara
Nama : dr. Dovi Pratama
NIP : 199008012019021003
Unit Kerja : UPTD Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara

Telah diseminarkan,
Di : Semarang
Hari, tanggal : Jum’at, 14 Juni 2019

Peserta Pelatihan Dasar

dr. Dovi Pratama


Coach Mentor

Dr. Ir. Nugroho In Saputro, M.M. Karsono, SKM, M.M.


Widyaiswara Ahli Utama Pembina
NIP 19590218 198503 1 001 NIP 19641102 199103 1 006

Narasumber / Penguji

Drs. H. Sholihin, M.Si.


Widyaiswara Ahli Utama
NIP 19590525 198503 1 004

NIP 19900801 201902 1 003

ii
PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat


dan karunia-Nya penulisan laporan aktualisasi ini dapat diselesaikan
dengan tepat waktu. Sebagai bagian penting dari Latihan Dasar CPNS
Golongan III Angkatan LVIIBadan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Daerah (BPSDMD) Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan yang ada dalam
laporan aktualisasi ini diharapkan dapat mencerminkan nilai-nilai dasar
profesi Aparatur Sipil Negara (ASN) meliputi materi tentang Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, komitmen Mutu dan Anti Korupsi (ANEKA)
yang dapat diterapkan di tempat kerja.
Pembuatan laporan aktualisasi nilai-nilai dasar profesi ASN ini tidak
dapat terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Kepala BPSDMD Provinsi Jawa Tengah beserta jajarannya yang


telah memfasilitasi penyelenggaraan Latihan Dasar CPNS
Golongan III.
2. Kepala BKD Kabupaten Jepara beserta jajarannya yang telah
memfasilitasi dan mendukung penyelenggaraan Latihan Dasar
CPNS Golongan III.
3. Drs. H. Sholihin, M.Si., selaku narasumber / penguji yang telah
memberikan kritik dan saran sehingga laporan aktualisasi ini
menjadi lebih baik.
4. Dr.Ir. Nugroho In Saputro, M.M., selaku coach yang telah
memberikan inspirasi, dukungan, masukan dan bimbingan dalam
penyusunan laporan aktualisasi ini.
5. Bapak Karsono, SKM, M.M, selaku kepala Puskesmas Mayong II
dan mentor yang telah memberikan arahan, dukungan, masukan
dan bimbingan dalam penyusunan laporan aktualisasi ini

iii
6. Keluarga dan kedua orangtua atas doa, dukungan, dan
motivasinya.
7. Keluarga besar UPTD Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara
atas dukungan dan kerjasamanya.
8. Keluarga besar peserta Diklat Latsar Golongan III Angkatan LVII
tahun 2019.

Penulis sadar bahwa laporan aktualisasi ini belum sempurna.


Penulis berharap adanya masukan yang membangun dari berbagai pihak
guna membuat laporan aktualisasi menjadi lebih baik. Sehingga, laporan
aktualisasi ini dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan dan pelaporan
aktualisasi nilai dasar ASN, serta memberikan manfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Semarang, 23 Juli 2019

Penulis

DAFTAR ISI

iv
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
PRAKATA. iv
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL. viii
DAFTAR GAMBAR ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang. 1
B. Identifikasi Isu. 4
C. Tujuan 8
D. Manfaat. 13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Sikap Perilaku Bela Negara. 14
B. Nilai Dasar PNS. 21
C. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI. 32
D. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Hipertensi 37
BAB III PROFIL UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA
A. Profil Organisasi 42
1. Dasar Hukum Pembentukan Organisasi. 42
2. Visi, Misi, Nilai, dan Tujuan Organisasi. 43
3. Struktur Organisasi 45
4. Deskripsi SDM, Sarpras, dan Sumber Daya Lain 46
B. Tugas Jabatan Peserta Diklat 51
C. Role Model 53
BAB IV RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI
A. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Keterkaitan dengan
Nilai ANEKA 55
B. Jadwal Laporan aktualisasi 81
C. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala 82
BAB V PENUTUP 84
DAFTAR PUSTAKA 85

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 86

DAFTAR TABEL

vi
Tabel 1.1 Identifikasi Isu....................................................................... 5

Tabel 1.2 Parameter APKL................................................................... 7

Tabel 1.3 Analisis APKL........................................................................9

Tabel 1.4 Penjelasan USG....................................................................10

Tabel 1.5 Analisis USG.........................................................................11

Tabel 2.1 Data Wilayah Kerja UPT Puskesmas Mayong II................... 47

Tabel 2.2 Daftar Bangunan Gedung..................................................... 48

Tabel 2.3 Kepegawaian UPTD Puskesmas Mayong II......................... 49

Tabel 2.4 Data Jumlah Penduduk........................................................ 50

Tabel 3.1 Rancangan Kegiatan Aktualisasi ......................................... 57

Tabel 3.2 Jadwal Rencana Pelaksanaan Aktualisasi........................... 81

Tabel 3.3 Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala Aktualisasi.....82

DAFTAR GAMBAR

vii
Gambar 2.1 Model Faktor Perubahan yang Mempengaruhi

Kinerja PNS...........................................................................17

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peraturan yang tertuang dalam Undang undang nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) menekankan bahwa dalam
rangka pewujudan cita-cita bangsa dan merealisasikan tujuan negara
sebagaimana tercantum dalam pembukaan undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dibentuk Aparatur Sipil
Negara yang memiliki nilai-nilai pribadi seperti integritas, professional,
netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi,
kolusi dan nepotisme. ASN di tuntut cakap menyelenggarakan
pelayanan publik yang baik bagi masyarakat yang sanggup berperan
sebagai perekatpersatuan dan kesatuan bangsa sebagaimana cita-cit
a dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Kehadiran ASN dalam pembangunan Nasional sangatlah penti
ng, sehingga pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia aparatur harus segera dan wajib dilaksanakanuntuk
menjawab penilaian sumbang dari masyarakat terhadap kualitas
kinerja instansi publik, dalam mewujudkan pemerintahan yang baik,
sehingga dunia usaha dan masyarakat dapat terlayani dengan maksi
mal dan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan social yang
pada akhirnya akan meningkatkan kemajuan dan kesejahtraan Indone
sia.
Untuk mewujudkan ASN yang profesional,bersih dan melayani,
pemerintah wajib memberikan pendidikan dan pelatihan terintegrasi
bagi calon ASN selama satu tahun masa percobaan. Tujuan dari
pelatihan terintegrasi ini adalah untuk membangun integritas moral,
kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan,
karakter kepribadian yang unggul dan bertanggungjawab, dan
memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang. Dengan

1
demikian UU ASN mengedepankan penguatan nilai-nilai dan
pembangunan karakter pada diri setiap ASN. Berdasarkan Peraturan
Kepala LAN Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil, pelatihan ini memadukan pembelajaran klasikal
dan non-klasikal di tempat pelatihan serta di tempat kerja, yang
memungkinkan peserta mampu menginternalisasi, menerapkan dan
mengaktualisasikan serta membuatnya menjadi kebiasaan dan
merasakan manfaatnya, sehingga terpatri dalam dirinya sebagai
karakter PNS yang profesional.
Dalam pembelajaran Pelatihan Dasar Calon ASN, setiap
peserta pelatihan dituntut untuk mampu mengaktualisasikan substansi
materi pembelajaran yang telah dipelajari melalui proses pembiasaan
diri yang difasilitasi dalam agenda Habituasi. Agenda Habituasi
memfasilitasi calon ASN melakukan kegiatan pembelajaran aktualisasi
mata pelatihan yang telah dipelajari selama pembelajaran klasikal (on
campus) dan untuk diimplementasikan pada kegiatan di tempat kerja
(off campus).
Adapun materi pembelajaran yang didapatkan ketika on
campus antara lain materi mengenai nilai-nilai dasar profesi ASN yang
terdiri dari ANEKA (Akuntabel, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen
Mutu dan Anti Korupsi) dan materi mengenai kedudukan dan peran
ASN dalam NKRI (Manajemen ASN, Pelayanan Publik dan Whole of
Government).
Selanjutnya, setelah mendapatkan materi dalam pembelajaran
klasikal, calon ASN diharapkan dapat mengaplikasikan nilai-nilai yang
telah dipelajari pada kegiatan di tempat kerja (off campus) dengan
cara mengalami sendiri dalam penerapan dan aktualisasi pada satuan
kerja masing-masing, sehingga calon ASN merasakan manfaatnya
secara langsung. Calon ASN dituntut untuk merancang dan
mengimplementasikan nilai-nilai dasar profesi ASN dalam
melaksanakan tugasnya di unit kerja masing-masing dalam bentuk
sebuah “Laporan Aktualisasi”. Laporan aktualisasi adalah suatu

2
bentuk perencanaan yang menggambarkan tentang cara Calon ASN
dalam menterjemahkan teori ke dalam praktik, mengubah konsep
menjadi konstruk, menjadikan gagasan sebagai kegiatan.
Dengan demikian calon ASN diharapkan untuk mampu
mengaplikasikan secara langsung nilai-nilai dasar profesi ASN
tersebut dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya masing-
masing di tempat kerja. Selain menginternalisasi lima nilai dasar ASN
tesebut diatas, calon ASN juga diharapkan untuk mampu
menganalisis dampak apa saja yang akan ditimbulkan apabila kelima
nilai dasar tesebut tidak diinternalisasikan dalam proses menjalakan
tugas nantinya. Dalam hal ini penulis mengaktualisasikan nilai dasar
ASN di UPTD Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara.
UPT Puskesmas Mayong IIKabupaten Jepara merupakan
UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan) Kabupaten yang
bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan di wilayah
kerjanya. UPT Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya
kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat
kesehatan yang optimal. Dengan demikian UPT Puskesmas berfungsi
sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan
strata pertama.
Salah satu permasalahan kesehatan yang ada di UPTD
Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara adalah meningkatnya angka
kunjungan pasien dengan hipertensi. Menurut data hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 didapatkan hasil prevalensi
hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk
umur > 18 tahun adalah 34,1 %. Angka ini mengalami peningkatan
dari hasil Riskesdas tahun 2013 yang hasil prevalensi hipertensi pada
penduduk umur > 18 tahun adalah 31,7 %. Hal ini juga serupa terjadi
pada hasil Riskesdas 2013 – 2018 untuk prevalensi hipertensi di Jawa
Tengah yang mengalami peningkatan dari 26,5 % menjadi 35,2 %.

3
Menurut data sistem informasi kesehatan Puskesmas Mayong II tahun
2018, hipertensi menduduki peringkat pertama jumlah kunjungan
pasien dari kelompok penyakit menular. Peningkatan kunjungan
pasien dengan hipertensi terjadi di UPTD Puskesmas Mayong II, pada
bulan Januari - April tahun 2019 angka kunjungan pasien dengan
hipertensi sebanyak 367 pasien padahal pada periode yang sama
pada tahun 2018 angka kunjungan pasien hipertensi sebesar 312
pasien. Angka ini menunjukkan bahwa penyakit hipertensi menjadi
prioritas utama masalah kesehatan khususnya dalam kelompok
penyakit tidak menular di UPTD Puskesmas Mayong II.
Hipertensi termasuk penyakit pembunuh diam-diam, karena
penderita hipertensi merasa sehat dan tanpa keluhan yang berarti.
Dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi gangguan
organ seperti gangguan fungsi jantung koroner, fungsi ginjal,
gangguan fungsi kognitif / stroke dan gangguan fungsi yang lain.
Penyakit hipertensi selain menyebabkan angka kematian yang tinggi
juga berdampak kepada biaya pengobatan dan perawatan yang tinggi
serta dapat berdampak pada kualitas hidup penderita.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis perlu membuat
rancangan aktualisasi nilai dasar profesi ASN dengan judul
“Optimalisasi Penanggulangan dan Pengelolaan Penyakit Hipertensi
di UPTD Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara.

B. Identifikasi Isu dan Rumusan Masalah


1. Identifikasi isu
Laporan Aktualisasi ini disusun berdasarkan identifikasi
beberapa isu di instansi tempat kerja. Isu-isu yang menjadi dasar
rancangan aktualisasi ini bersumber dari aspek whole of
goverment, layanan publik, dan manajemen ASN. Sumber kegiatan
berasal dari tugas pokok dan fungsi (Tupoksi), Sasaran Kinerja
Pegawai (SKP), inovasi dan inisiatif penulis yang disetujui mentor
dan coach, serta penugasan atasan. Dalam proses meningkatkan

4
Mutu Pelayanan UPTD Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara
ditemukan beberapa isu yang berkaitan dengan nilai-nilai
Pelayanan Publik, Manajemen ASN dan Whole of Government.
Sebagai pelayan publik isu-isu tersebut sangat berpengaruh
sehingga menjadi perlu untuk dianalisis penyebabnya dan
ditemukan solusi untuk menanganinya berdasarkan prinsip-prinsip
kedudukan dan Peran Pegawai Negeri Sipil dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Daftar isu yang diperoleh di UPTD Puskesmas Mayong II
Kabupaten Jepara yang dikaitkan dengan agenda Pelatihan Dasar
CPNS (Manajemen ASN,Whole of Government (WoG), dan
Pelayanan Publik) dapat ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 1.1 Identifikasi Isu
No. Isu Sumber Kondisi Saat Ini Kondisi Yang
Isu Diharapkan
1 2 3 4 5
1. Rendahnya Pelayanan Masih Meningkatnya
penemuan kasus Publik rendahnya angka cakupan
baru suspek TBC cakupan penemuan kasus
paru di wilayah penemuan baru suspek TBC
kerja UPTD kasus baru paru di wilayah kerja
Puskesmas suspek TBC UPTD Puskesmas
Mayong II paru di wilayah Mayong II
Kabupaten kerja UPTD Kabupaten Jepara.
Jepara. Puskesmas
Mayong II
Kabupaten
Jepara.
2. Kurang Pelayanan Kurang Optimalnya
optimalnya Publik optimalnya penanggulangan
penanggulangan penanggulanga dan pengelolaan
dan pengelolaan n dan penyakit hipertensi

5
penyakit pengelolaan sehingga angka
hipertensi di penyakit penderita hipertensi
UPTD hipertensi di wilayah kerja di
Puskesmas sehingga terjadi UPTD puskesmas
Mayong II peningkatan Mayong II tidak
Kabupaten angka penderita bertambah.
Jepara. hipertensi di
wilayah kerja
UPTD
Puskesmas
Mayong II.
3. Meningkatnya Pelayanan Meningkatnya Angka kejadian HIV-
angka kejadian Publik angka kejadian AIDS di wilayah
HIV-AIDS di HIV-AIDS di kerja UPTD
wilayah kerja wilayah kerja Puskesmas Mayong
UPTD UPTD II Kabupaten Jepara
Puskesmas Puskesmas tidak bertambah
Mayong II Mayong II
Kabupaten Kabupaten
Jepara. Jepara.
4. Kurang Manajemen Karyawan Karyawan
disiplinnya Aparatur Puskesmas Puskesmas Mayong
penerapan Sipil Negara Mayong II II Kabupaten Jepara
program 5 (ASN) Kabupaten sudah secara
momen cuci Jepara masih disiplin dalam
tangan pada belum disiplin melakukan
karyawan di dalam kebiasaan
Puskesmas melakukan penerapan program
Mayong II kebiasaan 5 momen cuci
Kabupaten penerapan tangan.
Jepara. program 5
momen cuci

6
tangan.
5. Rendahnya Pelayanan Masih Terpenuhinya angka
angka cakupan Publik kurangnya cakupan konsultasi
konsultasi gizi angka cakupan gizi pada pasien
pada pasien konsultasi gizi rawat jalan di Unit
rawat jalan di Unit pada pasien Gizi UPTD
Gizi UPTD rawat jalan di Puskesmas Mayong
Puskesmas Unit Gizi UPTD II Kabupaten
Mayong II Puskesmas Jepara.
Kabupaten Mayong II
Jepara. Kabupaten
Jepara.

2. Penetapan Kualitas Isu Menggunakan Metode APKL


Penetapan Isu dilakukan melalui analisis isu dengan
menggunakan alat bantu penetapan kriteria kualitas isu. Analisis isu
ini bertujuan untuk menetapkan kualitas isu dan menentukan
prioritas isu yang perlu diangkat untuk diselesaikan melalui
gagasan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Analisis isu
dilakukan dengan menggunakan alat bantu APKL (Aktual,
Problematik, Kelayakan, Kekhalayakan) dan USG (Urgency,
Seriousness, dan Growth).
Analisis APKL dilakukan dengan memberikan nilai positif
atau negatif pada masing-masing kriteria aktual, problematik,
kekhalayan dan kelayakan. Jika isu yang ditemukan memenuhi
kriteria maka diberi nilai positif, sebaliknya jika tidak memenuhi
kriteria diberi nilai negatif. Jika semua kriteria memiliki nilai positif,
maka isu dinyatakan memenuhi persyaratan dan berkualitas.

7
Tabel 1.2Parameter APKL

No Indikator Keterangan
1 2 3
Isu yang sedang terjadi atau dalam proses
kejadian, sedang hangat dibicarakan di kalangan
masyarakat, atau isu yang diperkirakan bakal
1 Aktual (A)
terjadi dalam waktu dekat. jadi bukan isu yang
sudah lepas dari perhatian masyarakat atau isu
yang sudah basi.
Isu yang menyimpang dari harapan standar,
2 Problematik (P) ketentutan yang menimbulkan kegelisahan yang
perlu segera dicari penyebab dan pemecahannya.
Isu yang secara langsung menyangkut hajat hidup
orang banyak, masyarakat pelanggan pada
3 Kekhalayakan (K) umumnya, dan bukan hanya untuk kepentingan
seseorang atau sekelompok kecil orang tertentu
saja.
Isu yang masuk akal (logis), pantas, realistis, dan
4 Layak (L) dapat dibahas sesuai dengan tugas, hak,
wewenang, dan tanggung jawab.
Berikut beberapa isu yang ada pada UPTD Puskesmas
Mayong II yang ditetapkan menggunakan pendekatan APKL:

8
Tabel 1.3Analisis APKL Isu
Kriteria
No. Isu Keterangan
A P K L

Rendahnya penemuan kasus


baru suspek TBC paru di
1. wilayah kerja UPTD + + + + Memenuhi Syarat
Puskesmas Mayong II
Kabupaten Jepara.
Kurang optimalnya
penanggulangan dan
2. pengelolaan penyakit hipertensi + + + + Memenuhi Syarat
di UPTD Puskesmas Mayong II
Kabupaten Jepara.

Meningkatnya angka kejadian


HIV-AIDS di wilayah kerja UPTD
3. + + + + Memenuhi Syarat
Puskesmas Mayong II
Kabupaten Jepara.

Kurang disiplinnya penerapan


program 5 momen cuci tangan Tidak Memenuhi
4. + + - +
pada karyawan di Puskesmas Syarat
Mayong II Kabupaten Jepara.
Rendahnya angka cakupan
konsultasi gizi pada pasien rawat
5. jalan di Unit Gizi UPTD + + + + Memenuhi Syarat
Puskesmas Mayong II
Kabupaten Jepara.

Keterangan:+ (memenuhi syarat),– (tidak memenuhi syarat)

3. Penetapan Kualitas Isu Menggunakan Analisis USG


Analisis yang digunakan untuk memprioritaskan isu yang
akan ditindaklanjuti adalah menggunakan Analisis USG (Urgency,

9
Seriousness, Growth). Adapun indikator analisis USG adalah
sebagai berikut :

Tabel 1.4 Penjelasan USG


No Komponen Keterangan
1 2 3
1 Urgency Seberapa mendesak isu tersebut dibahas dikaitkan
demgan waktu yang tersedia serta seberapa keras
tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah
yang menyebabkan isu.
2 Seriousness Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan
dengan akibat yang timbul dengan penundaan
pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut
atau akibat yang ditimbulkan masalah-masalah lain
kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan (bisa
mengakibatkan masalah lain).
3 Growth Seberapa kemungkinan isu tersebut menjadi
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah
penyebab isu akan semakin memburuk jika dibiarkan.

Berdasarkan analisis APKL seperti tabel diatas, diperoleh


empat isu utama yang memenuhi syarat antara lain :
1) Rendahnya penemuan kasus baru suspek TBC paru di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara.
2) Kurang optimalnya penanggulangan dan pengelolaan penyakit
hipertensi di UPTD Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara.
3) Meningkatnya angka kejadian HIV-AIDS di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara.
4) Rendahnya angka cakupan konsultasi gizi pada pasien rawat
jalan di Unit Gizi UPTD Puskesmas Mayong II Kabupaten
Jepara.

10
Dari hasil analisis APKL didapatkan isu yang dinyatakan
memenuhi kriteria, yang kemudian isu-isu tersebut dianalisis lebih
lanjut dengan menggunakan analisis USG. Analisis USG
merupakan alat analisis yang dilakukan untuk menentukan prioritas
isu melalui tingkat kegawatan, keseriusan, dan tingkat pertumbuhan
suatu isu atau masalah. Urgency artinya seberapa mendesak suatu
isu harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti. Seriousness
artinya seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan
akibat yang ditimbulkan. Growth artinya seberapa besar
kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani
segera.
Analisis USG dilakukan dengan memberikan nilai dengan
rentang antara 1 sampai 5 dengan ketentuan nilai 1 berarti sangat
kecil, nilai 2 berarti kecil, nilai 3 berarti sedang, nilai 4 berarti besar,
dan nilai 5 berarti sangat besar . Isu dengan total skor tertinggi
merupakan isu prioritas yang akan ditetapkan untuk diselesaikan
dengan kegiatan-kegiatan yang diusulkan.
Tabel 1. 5AnalisisUSGIsu

No. Isu U S G Total Peringkat

Rendahnya penemuan kasus


baru suspek TBC paru di wilayah
1. 5 4 5 14 II
kerja UPTD Puskesmas Mayong
II Kabupaten Jepara.

Kurang optimalnya
penanggulangan dan pengelolaan
2. penyakit hipertensi di UPTD 5 5 5 15 I
Puskesmas Mayong II Kabupaten
Jepara.

Meningkatnya angka kejadian


HIV-AIDS di wilayah kerja UPTD
3. 4 4 4 12 III
Puskesmas Mayong II Kabupaten
Jepara.

11
Rendahnya angka cakupan
konsultasi gizi pada pasien rawat
4. jalan di Unit Gizi UPTD 3 3 3 9 IV
Puskesmas Mayong II Kabupaten
Jepara.

Dari hasil analisis USG diatas didapatkan isu “Kurang


optimalnya penanggulangan dan pengelolaan penyakit hipertensi di
UPTD Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara“ menjadi prioritas
pertama untuk dapat ditindaklanjuti dengan gagasan rencana
kegiatan yang akan dilakukan untuk mengatasi isu tersebut.

4. Dampak Jika Isu Tidak Diselesaikan


Dampak isu “kurang optimalnya penanggulangan dan
pengelolaan penyakit hipertensi di UPTD Puskesmas Mayong II
Kabupaten Jepara“ apabila tidak segera di lakukan pemecahan
masalahnya adalah :
a. Meningkatnya angka kejadian pasien dengan hipertensi di UPTD
Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara.
b. Berkembangnya penyakit – penyakit komplikasi dari penyakit
hipertensi akibat kurang baiknya pengelolaan pasien hipertensi.

5. Rumusan Masalah
Masalah yang dirumuskan adalah “bagaimana cara dalam
mengoptimalkan penanggulangan dan pengelolaan penyakit
hipertensi di UPTD Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara ?”

C. TUJUAN
Tujuan dari kegiatan dalam rancangan aktualisasi ini adalah pe
ngoptimalan penanganan dan pengelolaan penyakit hipertensi di UPT
D Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara sehingga tidak terjadi peni
ngkatan angka kejadian pasien dengan hipertensi dan tidak berkemba
ngnya penyakit-penyakit komplikasi dari penyakit hipertensi di masyar
akat. Rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar ini merupakan cara untuk

12
internalisasi dan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS sehingga mampu mel
aksanakan tugas dan fungsinya secara profesional, Akuntabel, Sinergi
s, Transparan dan inovasi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelaya
n publik, perekat dan pemersatu bangsa.

D. MANFAAT
Manfaat kegiatan dalam rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar i
ni adalah sebagai berikut :
1. Manfaat bagi peserta Latsar
a. Penulis lebih bisa menjalankan dan mengimplementasikan
perannya dalam lingkup kegiatan sehari-hari menggunakan
nilai-nilai dasar ASN yang telah didapakan selama mengkuti
inclass Diklat Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil.
b. Memahami, menginternalisasi dan mengaktualisasi keterkaitan
prinsip Manajemen ASN, Pelayanan Publik dan whole of
Government.

2. Manfaat bagi UPTD Puskesmas Mayong II


Rancangan aktualisasi ini diharapkan dapat
membantupengoptimalan penanggulangan dan pengelolaan
penyakit hipertensi diUPTD Puskesmas Mayong II Kabupaten
Jepara sehingga angka kejadian penyakit hipertensi tidak
meningkat.

3. Manfaat bagi masyarakat


Kegiatan dalam rancangan aktualisasi ini di harapkan
dapat memberikan maanfaat bagi masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan khususnya dalam penanganan dan
pengelolaan hipertensi sehingga dapat meningkatnya derajat
kesehatan di masyarakat.

13
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Sikap Perilaku Bela Negara


Sikap perilaku dan kedisiplinan yang harus dilimiliki oleh PNS
untuk menunjang fungsinya adalah nilai-nilai sikap perilaku, kesehatan
jasmani dan kesehatan mental, kesamaptaan jasmani dan
kesamaptaan mental, dan tata upacara sipil dan keprotokolan.

1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-nilai Bela Negara

Pemahaman dan pemaknaan wawasan kebangsaan dalam


penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bagi aparatur,
pada hakikatnya terkait dengan pembangunan kesadaran
berbangsa dan bernegara yang berarti sikap dan tingkah laku PNS
harus sesuai dengan kepribadian bangsa dan selalu mengkaitkan
dirinya dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsa Indonesia (sesuai
amanah yang ada dalam Pembukaan UUD 1945) melalui:
a. Menumbuhkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa dan negara
Indonesia yang terdiri dari beberapa suku bangsa yang
mendiami banyak pulau yang membentang dari Sabang sampai
Merauke, dengan beragam bahasa dan adat istiadat kebudayaan
yang berbeda-beda. Kemajemukan itu diikat dalam konsep
wawasan nusantara yang merupakan cara pandang bangsa
Indonesia tentang diri dan lingkungannya yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
b. Menumbuhkan rasa memiliki jiwa besar dan patriotisme untuk
menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara. Sikap dan
perilaku yang patriotik dimulai dari hal-hal yang sederhana yaitu
dengan saling tolong menolong, menciptakan kerukunan
beragama dan toleransi dalam menjalankan ibadah sesuai
agama masing-masing, saling menghormati dengan sesama dan
menjaga keamanan lingkungan.

14
c. Memiliki kesadaran atas tanggungjawab sebagai warga negara
Indonesia yang menghormati lambang-lambang negara dan
mentaati peraturan perundang-undangan.
Berbagai masalah yang berkaitan dengan kesadaran
berbangsa dan bernegara perlu mendapat perhatian dan tanggung
jawab bersama. Sehingga amanat pada UUD 1945 untuk menjaga
dan memelihara Negara Kesatuan wilayah Republik Indonesia
serta kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan. Hal yang dapat
mengganggu kesadaran berbangsa dan bernegara bagi PNS yang
perlu di cermati secara seksama adalah semakin tipisnya
kesadaran dan kepekaan sosial, padahal banyak persoalan-
persoalan masyarakat yang membutuhkan peranan PNS dalam
setiap pelaksanaan tugas jabatannya untuk membantu memediasi
masyarakat agar keluar dari himpitan masalah, baik itu masalah
sosial, ekonomi dan politik, karena dengan terbantunya masyarakat
dari semua lapisan keluar dari himpitan persoalan, maka bangsa ini
tentunya menjadi bangsa yang kuat dan tidak dapat di intervensi
oleh negara apapun, karena masyarakat itu sendiri yang harus
disejahterakan dan jangan sampai mengalami penderitaan. Di situ
PNS telah melakukan langkah konkrit dalam melakukan bela
negara.
Kesadaran bela negara adalah dimana kita berupaya untuk
mempertahankan negara kita dari ancaman yang dapat
mengganggu kelangsungan hidup bermasyarakat yang
berdasarkan atas cinta tanah air. Kesadaran bela negara juga
dapat menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme di dalam
diri masyarakat. Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar
juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang
dilaksanakan dengan penuh kesadaran, penuh tanggung jawab dan
rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa.
Keikutsertaan kita dalam bela negara merupakan bentuk cinta
terhadap tanah air kita.

15
Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami
penerapannya dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan
bernegara antara lain:
1) Cinta Tanah Air.
Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu
kita cintai. Kesadaran bela negara yang ada pada setiap
masyarakat didasarkan pada kecintaan kita kepada tanah air
kita. Kita dapat mewujudkan itu semua dengan cara kita
mengetahui sejarah negara kita sendiri, melestarikan budaya-
budaya yang ada, menjaga lingkungan kita dan pastinya
menjaga nama baik negara kita.
2) Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap
kita yang harus sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu
dikaitkan dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsanya. Kita
dapat mewujudkannya dengan cara mencegah perkelahian antar
perorangan atau antar kelompok dan menjadi anak bangsa yang
berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional.
3) Pancasila.
Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan
sungguh luar biasa, pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan
normatif saja tapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kita tahu bahwa Pancasila adalah alat pemersatu keberagaman
yang ada di Indonesia yang memiliki beragam budaya, agama,
etnis, dan lain-lain. Nilai-nilai pancasila inilah yang dapat
mematahkan setiap ancaman, tantangan, dan hambatan.
4) Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara.
Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela
berkorban untuk bangsa dan negara. Contoh nyatanya seperti
sekarang ini yaitu perhelatan seagames. Para atlet bekerja keras
untuk bisa mengharumkan nama negaranya walaupun mereka
harus merelakan untuk mengorbankan waktunya untuk bekerja

16
sebagaimana kita ketahui bahwa para atlet bukan hanya menjadi
seorang atlet saja, mereka juga memiliki pekerjaan lain.
5) Memiliki Kemampuan Bela Negara.
Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan
dengan tetap menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam
menjalani profesi masing-masing.

2. Analisis Isu Kontemporer

Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C.,


2017) ada empat level lingkungan strategis yang dapat
mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan pekerjaannya
sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga
(family), Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/
Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global). Ke empat level
lingkungan stratejik tersebut disajikan dalam gambar berikut ini:

Gambar 2.1 Model Faktor Perubahan yang mempengaruhi


Kinerja PNS
Berdasarkan gambar di atas dapat dikatakan bahwa
perubahan global (globalisasi) yang terjadi dewasa ini, memaksa
semua bangsa (Negara) untuk berperan serta, jika tidak maka arus
perubahan tersebut akan menghilang dan akan meninggalkan

17
semua yang tidak mau berubah. Perubahan global ditandai dengan
hancurnya batas (border) suatu bangsa, dengan membangun
pemahaman dunia ini satu tidak dipisahkan oleh batas Negara. Hal
yang menjadi pemicunya adalah berkembang pesatnya teknologi
informasi global, dimana setiap informasi dari satu penjuru dunia
dapat diketahui dalam waktu yang tidak lama berselang oleh orang
di penjuru dunia lainnya.

Perubahan cara pandang tersebut, telah mengubah tatanan


kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini ditandai dengan
masuknya kepentingan global (Negara-negara lain) ke dalam
negeri dalam aspek hukum, politik, ekonomi, pembangunan, dan
lain sebagainya. Perubahan cara pandang individu tentang tatanan
berbangsa dan bernegara (wawasan kebangsaan), telah
mempengaruhi cara pandang masyarakat dalam memahami pola
kehidupan dan budaya yang selama ini dipertahankan/diwariskan
secara turun temurun. Perubahan lingkungan masyarakat juga
mempengaruhi cara pandang keluarga sebagai miniature dari
kehidupan sosial (masyarakat). Tingkat persaingan yang
keblabasan akan menghilangkan keharmonisan hidup di dalam
anggota keluarga, sebaga akibat dari ketidakharmonisan hidup di
lingkungan keluarga maka secara tidak langsung membentuk sikap
ego dan apatis terhadap tuntutan lingkungan sekitar.

Oleh karena itu, pemahaman perubahan dan perkembangan


lingkungan stratejik pada tataran makro merupakan factor utama
yang akan menambah wawasan PNS. Wawasan tersebut
melingkupi pemahaman terhadap Globalisasi, Demokrasi,
Desentralisasi, dan Daya Saing Nasional, Dalam konteks
globalisasi PNS perlu memahami berbagai dampak positif maupun
negatifnya; perkembangan demokrasi yang akan memberikan
pengaruh dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik Bangsa
Indonesia; desentralisasi dan otonomi daerah perlu dipahami

18
sebagai upaya memperkokoh kesatuan nasional, kedaulatan
negara, keadilan dan kemakmuran yang lebih merata di seluruh
pelosok Tanah Air, sehingga pada akhirnya akan membentuk
wawasan strategis bagaimana semua hal tersebut bermuara pada
tantangan penciptaan dan pembangunan daya saing nasional demi
kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara dalam lingkungan pergaulan dunia yang semakin
terbuka, terhubung, serta tak berbatas.

PNS dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal


juga internal yang kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa
dan bernegara (pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal
Ika) sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara.
Fenomena-fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap PNS
mengenal dan memahami secara kritis terkait dengan isu-isu kritikal
yang terjadi saat ini atau bahkan berpotensi terjadi, isu-isu tersebut
diantaranya; bahaya paham radikalisme/ terorisme, bahaya
narkoba, cyber crime, money laundry, korupsi, proxy war. Isu-isu di
atas, selanjutnya disebut sebagai isu-isu strategis kontemporer.

3. Kesiapsiagaan Bela Negara

Untuk melatihan kesiapasiagaan bela negara bagi CPNS ada


beberapa hal yang dapat dilakukan, salah satunya adalah tanggap
dan mau tahu terkait dengan kejadian-kejadian permasalahan yang
dihadapi bangsa negara Indonesia, tidak mudah terprovokasi, tidak
mudah percaya dengan barita gossip yang belum jelas asal
usulnya, tidak terpengaruh dengan penyalahgunaan obat-obatan
terlarang dan permasalahan bangsa lainnya, dan yang lebih
penting lagi ada mempersiapkan jasmani dan mental untuk turut
bela negara.

Pasal 27 dan Pasal 30 UUD Negara RI 1945 mengamanatkan


kepada semua komponen bangsa berhak dan wajib ikut serta

19
dalam upaya pembelaan negara dan syarat-syarat tentang
pembelaan negara. Dalam hal ini setiap CPNS sebagai bagian dari
warga masyarakat tentu memiliki hak dan kewajiban yang sama
untuk melakukan bela Negara sebagaimana diamanatkan dalam
UUD Negara RI 1945 tersebut.

Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti


pada negara dan kesediaan berkorban membela negara. Cakupan
bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang
paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara
sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh
bersenjata. Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat
yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Setidaknya unsur Bela Negara antara lain :

a. Cinta Tanah Air.


b. Kesadaran Berbangsa dan bernegara.
c. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara.
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara.
e. Memiliki kemampuan awal bela negara.
Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari-hari di
zaman sekarang di berbagai lingkungan:
a. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga.
(lingkungan keluarga).
b. Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga).
c. Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan pelatihan)
Kesadaran untuk menaati tata tertib pelatihan (lingkungan
kampus/lembaga pelatihan).
d. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat
(lingkungan masyarakat).
e. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan
masyarakat).
f. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara).

20
g. Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara).
Terkait dengan Pelatihan Dasar bagi CPNS, sudah barang tentu
kegiatan bela negara bukan memanggul senjata sebagai wajib militer
atau kegiatan semacam militerisasi, namun lebih bagaimana
menanamkan jiwa kedisiplinan, mencintai tanah air (dengan menjaga
kelestarian hayati), menjaga aset bangsa, menggunakan produksi
dalam negeri, dan tentu ada beberapa kegiatan yang bersifat fisik
dalam rangka menunjang kesiapsiagaan dan meningkatkan
kebugaran fisik saja.
Oleh sebab itu maka dalam pelaksanaan latihan dasar bagi
CPNS akan dibekali dengan latihan-latihan seperti :

a. Kegiatan Olah Raga dan Kesehatan Fisik;


b. Kesiapsiagaan dan kecerdasan Mental;
c. Kegiatan Baris-berbaris, Apel, dan Tata Upacara;
d. Keprotokolan;
e. Fungsi-fungsi Intelijen dan Badan Pengumpul Keterangan;
f. Kegiatan Ketangkasan dan Permainan.

B. Nilai Dasar PNS


1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah suatu kewajiban pertanggungjawaban
yang harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap
individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab
yang menjadi amanahnya. Dengan demikian kepercayaan
masyarakat (public trust) kepada birokrasi akan semakin menguat
karena aparaturnya mampu berperan sebagai kontrol demokrasi,
mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
Indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan,
yaitu
a Kepemimpinan : Lingkungan yang akuntabel tercipta dari
atas ke bawah dimana pimpinan

21
memainkan peranan yang penting dalam
menciptakan lingkungannya.
b Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan
kebijakan yang dilakukan oleh individu
maupun kelompok/instansi.
C Integritas : Konsistensi dan keteguhan yang tak
tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-
nilai luhur dan keyakinan.
d Tanggung : Kesadaran manusia akan tingkah laku atau
Jawab perbuatannya yang di sengaja maupun
yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga
berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajiban.
e Keadilan : Kondisi kebenaran ideal secara moral
mengenai sesuatu hal, baik menyangkut
benda atau orang.
f Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada
sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini
yang akan melahirkan akuntabilitas.
g Keseimbangan : Untuk mencapai akuntabilitas dalam
lingkungan kerja, maka diperlukan
keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
h Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan
tanggungjawab harus memiliki gambaran
yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan
dan hasil yang diharapkan.
i Konsistensi : Sebuah usaha untuk terus dan terus
melakukan sesuatu sampai pada tercapai
tujuan akhir.
Jenis-jenis Akuntabilitas
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:

22
a. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability), akuntabilitas yang
pertanggungjawaban atas pengelolaan dananya kepada otoritas
yang lebih tinggi.
b. Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability), akuntabilitas
yang pertanggungjawabannya kepada masyarakat luas.
Tingkatan Akuntabilitas
Tingkatan akuntabilitas terdiri dari lima (5) tingkatan yaitu :
a. Akuntabilitas Personal
b. Akuntabilitas Individu
c. Akuntabilitas Kelompok
d. Akuntabilitas Organisasi
e. Akuntabilitas Stakeholder

2. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri dan pandangan tentang rasa cinta terhadap
bangsa dan negara. Dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap
PNS memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik,
bangsa, dan negara. Nasionalisme merupakan pandangan atau
paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah
airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. PNS dapat
mempelajari bagaimana aktualisasi sila demi sila dalam Pancasila
agar memiliki karakter yang kuat dengan nasionalisme dan
wawasan kebangsaannya.
Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus
diperhatikan,yaitu :
a. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan
ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.

23
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbedabeda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat
beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain
b. Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradap
1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan
kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan
suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa
selira.
5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang
lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.

24
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari
seluruh umat manusia.
10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.
c. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan
bangsa apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan
bangsa.
d. Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap
manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh
semangat kekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.

25
6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima
dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang
dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
e. Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia
1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
2) sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang
bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan
atau merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat
bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.

26
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

3. Etika Publik
Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta
keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas, guna
menjamin adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-
cara pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal-
hal yang baik dan buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya
dilakukan sesuai nila-nilai yang dianut
Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik yakni:
a. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
b. Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi sebagai bantuan
dalam menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat
evaluasi.
c. Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan
tindakan faktual.
Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik yaitu :
a. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
b. Dimensi Modalitas
c. Dimensi Tindakan Integritas Publik
Indikator nilai-nilai dasar etika publik, yaitu :
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik.

27
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai.
m.Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.

4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada
orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu
kinerja pegawai. Komitmen mutu merupakan pelaksanaan
pelayanan publik dengan berorientasi pada kualitas hasil,
dipersepsikan oleh individu terhadap produk/ jasa berupa ukran
baik/ buruk. Bidang apapun yang menjadi tanggungjawab pegawai
negeri sipil semua mesti dilaksanakan secara optimal agar dapat
memberi kepuasan kepada stakeholder. Nilai-nilai Komitmen Mutu:
a. Efektivitas: dapat diartikan dengan berhasil guna, dapat
mencapai hasil sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas
menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil
kerja. Efektivitas organisasi tidak hanya diukur dari performans
untuk mencapai target (rencana) mutu, kuantitas, ketepatan
waktu dan alokasi sumber daya, melainkan juga diukur dari
kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
b. Efisiensi: dapat dihitung sebagai jumlah sumberdaya yang
digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Tingkat
efisiensi diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan
pikiran dalam melaksanakan kegiatan. Efisiensi organisasi

28
ditentukan oleh berapa banyak bahan baku, uang dan manusia
yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah keluaran tertentu.
c. Inovasi: dapat muncul karena ada dorongan dari dalam
(internal) untuk melakukan perubahan, atau bisa juga karena
ada desakan kebutuhan dari pihak eksternal misalnya
permintaan pasar. Inovasi dalam layanan publik harus
mencerminkan hasil pemikiran baru yang konstruktif, sehingga
akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter
dan mindset baru sebagai aparatur penyelenggara
pemerintahan, yang diwujudkan dalam bentuk profesionalisme
layanan publik yang berbeda dengan sebelumnya, bukan
sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.
d. Orientasi mutu: mutu merupakan salah satu standar yang
menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu
menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan
keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas institusi.
Orientasi mutu berkomitmen untuk senantiasa melakukan
pekerjaan dengan arah dan tujuan untuk kualitas pelayanan
sehingga pelanggan menjadi puas dalam pelayanan.
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan dalam
mengevaluasi kualitas pelayanan, yaitu:
a. Tangibles (bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi;
b. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan
pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai
dengan yang telah dijanjikan;
c. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk
memberikan pelayanan dengan tanggap;
d. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan,
dan sifat dapat dipercaya;

29
e. Empathy, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap
kebutuhan pelanggan.
Tanggung jawab mutu ada pada setiap level organisasi.
Pada level puncak (corporate level) bertanggung jawab atas mutu
layanan institusi secara keseluruhan untuk membangun citra
kelembagaan dan keunggulan bersaing. Pada level strategic
business unit level tanggung jawab mutu berkaitan dengan
penetapan diversifikasi mutu pada setiap unit kerja sesuai dengan
target masing-masing. Pada level fungsional bertanggung jawab
atas mutu hasil setiap layanan yang diberikan di unit-unit
pendukung. Sedangkan pada level unit dasar tanggung jawab mutu
berkaitan dengan aktivitas/ rencana aksi yang dilaksanakan di
masing-masing unit kerja.

5. Anti Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa latin “corruption” (Fockema


Andrea: 1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary: 1960).
Selanjutnya dikatakan bahwa “corruption” berasal dari kata
“corrumpere”, suatu bahasa latin yang lebih tua. Dari bahasa latin
tersebut kemudian dikenal istilah “coruption, corrupt” (Inggris),
“corruption” (Perancis) dan “corruptive/korruptie” (Belanda). Korupsi
secara harafiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari
kesucian.
Korupsi sering disebut dengan kejahatan luar biasa karena
dampaknya dapat menyebabkan kerusakan yang luar biasa baik
dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan
yang lebih luas. Kerusakan tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun
waktu yang pendek, namun dapat berdampak secara jangka
panjang. Korupsi menurut UU No. 20 Tahun 2001 didefinisikan
sebagai tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya

30
diri sendiri, orang lain, atau korporasi yang berakibat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara. menurut UU No.
31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7 kelompok tindak pidana
korupsi yang terdiri dari:
a. Kerugian keuangan negara,
b. Suap-menyuap,
c. Pemerasan,
d. Perbuatan curang,
e. Penggelapan dalam jabatan,
f. Benturan kepentingan dalam pengadaan, dan
g. Gratifikasi.
Nilai-Nilai Anti Korupsi
Adapun Nilai-nilai dasar anti korupsi adalah meliputi:
a. Kejujuran
Jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong,
dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat
penting dalam kehidupan pegawai, tanpa sifat jujur pegawai
tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya.
b. Kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan
menghiraukan. Nilai kepedulian sangat penting bagi seorang
pegawai dalam kehidupan di tempat kerja dan di masyarakat.
c. Kemandirian
Kondisi mandiri dapat diartikan sebagai proses mendewasakan
diri yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk
mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya
d. Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan
e. Tanggung Jawab
f. Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu perbuatan
yang salah baik itu disengaja maupun tidak disengaja.
Tanggung jawab tersebut berupa perwujudan dan kesadaran

31
akan kewajiban menerima dan menyelesaikan semua masalah
yang telah dilakukan.
g. Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan, dimana
kemauan menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan,
daya tahan, tujuan jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian
diri, keberanian, ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan dan
pantang mundur.
h. Sederhana
Gaya hidup sederhana dibiasakan untuk tidak hidup boros,
hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi
semua kebutuhannya. Prinsip hidup sederhara merupakan
parameter penting dalam menjalin hubungan antara sesama
karena prinsip ini akan mengatasi permasalahan kesenjangan
sosial, iri, dengki, tamak, egosi dan juga menghindari dari
keinginan yang berlebihan.
i. Keberanian
Nilai keberanian dapat dikembangkan dan diwujudkan dalam
bentuk berani mengatakan dan membela kebenaran, berani
mengakui kesalahan, berani bertanggungjawab dan lain
sebagainya.
j. Keadilan
Adil berarti adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak.

C. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI

Kedudukan ASN dalam NKRI yaitu


1. Pegawai ASN berkedudukan sebagai Aparatur Negara.
2. Pegawai ASN melaksanakan Kebijakan yang ditetapkan oleh
Pimpinan Instansi Pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan
Intervensi semua Golongan serta Parpol.

32
3. Pegawai ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai
politik.
4. Kedudukan ASN berada di Pusat, Daerah dan Luar Negeri, namun
demikian Pegawai ASN merupakan satu kesatuan.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan
kebijakan yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk itu ASN
harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya tersebut. Harus mengutamakan
pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik.
Bagian Ketiga Peran Pasal 12 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara,
pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan
pengawas pemerintahan dan penyelenggaraan pembangunan tugas
umum nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik
yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Setiap kegiatan yang dilakukan PNS
pasti terdapat konsekuensi baik berupa penghargaan maupun
sanksi,semestinya sebagai PNS kita tidak boleh melalaikan kewajiban
kita di kantor. Dengan adanya Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun
2010 tentang Disiplin PNS dalam pasal 3 dijelaskan tentang kewajiban
selaku PNS sebagai berikut:
1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Pemerintah;
2. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
4. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat
PNS;
5. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/atau golongan;

33
6. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan;
7. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan negara;
8. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui
ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau
Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;
9. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
10. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
11. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-baiknya;
12. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
13. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
14. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
karier; dan
15. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang.

1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar,
etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktek
korupsi, kolusi dan nepotisme. Manajemen ASN meliputi
Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. PNS diangkat oleh
pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki suatu jabatan
pemerintahan dan memilili nomor induk pegawai nasional.
Sementara itu, PPPK diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi
pemerintah untuk jangka waktu tertentu.
Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit.
Manajemen ASN meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan;
pengadaan; pangkat dan jabatan; pengembangan karier; pola

34
karier; promosi; mutasi; penilaian kinerja; penggajian dan
tunjangan; penghargaan; disiplin; pemberhentian; jaminan
pensiun dan jaminan hari tua; dan perlindungan (LAN, Manajemen
Aparatur Sipil Negara, 2014).

2. Pelayanan Publik
LAN (1998), mengartikan pelayanan publik sebagai segala
bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi
Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan
BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dalam UU No. 25 tahun 2009
tentang Pelayanan Publik, Pelayanan Publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan Peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
Pelayanan Publik.
Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry
(rivalitas) dan excludability (ekskludabilitas) yang rendah.
Barang/jasa publik yang murni yang memiliki ciri-ciri: tidak dapat
diproduksi oleh sektor swasta karena adanya free rider problem,
non-rivalry, dan non-excludable, serta cara mengkonsumsinya
dapat dilakukan secara kolektif. Perkembangan paradigma
pelayanan: Old Public Administration (OPA), New Public
Management (NPM) dan seterusnya menjadi New Public Service
(NPS).
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk
mewujudkan pelayanan prima adalah: partisipatif, transparan,
responsif, non diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien,
aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan.

35
Fundamen Pelayanan Publik:
a. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai
amanat konstitusi
b. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak warga
negara
c. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk
mencapai hal-hal strategis untuk memajukan bangsa di masa
yang akan datang
d. Pelayanan publik tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan warga negara tetapi juga untuk proteksi

3. Whole of Government
Whole of Goverment (WoG) merupakan suatu pendekatan
penyelenggaraan pemerintah yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang
lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program, dan pelayanan
publik. Oleh karena itu WoG dikenal sebagai pendekatan
interagency, yaitu pendekatan dengan melibatkan sejumlah
kelembagaan yang terkait urusan-urusan yang relevan (Suwarno
& Sejati, 2016).
WoG dipandang sebagai metode suatu instansi pelayanan
publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan
bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu
tertentu (Shergold & lain-lain, 2004).
Alasan penerapan WoG dalam sistem aparatur sipil
Indonesia adalah:
a. Adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik dalam
mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan
pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan lebih
baik, selain itu perkembangan teknologi informasi, situasi dan

36
dinamika kebijakan yang lebih kompleks juga mendorong
pentingnya WoG.
b. Faktor-faktor internal dengan adanya fenomena ketimpangan
kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi
antar sektor dalam pembangunan.
c. Keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta
bentuk latar belakang lainnya mendorong adanya potensi
disintegrtasi bangsa.

D. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Hipertensi


1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah
persisten dimanatekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan
tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg.
2. Penyebab Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua
golongan :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer.
Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi
esensial yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah
yang tidak diketahui penyebabnya (Idiopatik). Beberapa faktor
diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial
seperti berikut ini:
1) Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
2) Jenis kelamin dan usia: laki – laki berusia 35- 50 tahun dan
wanita menopause beresiko tinggi untuk mengalami
hipertensi.
3) Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
4) Berat badan: Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa
menjaga berat badan dalam keadaan normal atau ideal.

37
Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan
berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
5) Gaya hidup: Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien
hidup dengan pola hidup sehat dengan menghindari faktor
pemicu hipertensi itu terjadi yaitu merokok dan konsumsi
alkohol.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh kasus
hipertensi adalah hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada
sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid,
hipertensi endokrin, hipertensi renal, kelainan saraf pusat yang
dapat mengakibatkan hipertensi dari penyakit tersebut karena
hipertensi sekunder yang terkait dengan ginjal disebut hipertensi
ginjal (renal hypertension).
3. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan The Joint National Commite VIII tekanan
darah dapat diklasifikasikan berdasarkan usia dan penyakit
tertentu. Diantaranya adalah:
Tabel 2.1. Batasan Hipertensi Berdasarkan The Joint National
Commite VIII
Batasan tekanan darah Kategori
(mmHg)
≥150/90 mmHg Usia ≥60 tahun tanpa penyakit
diabetes dan cronic kidney disease
≥140/90 mmHg Usia 19-59 tahun tanpa penyakit
penyerta
≥140/90 mmHg Usia ≥18 tahun dengan penyakit ginjal
≥140/90 mmHg Usia ≥18 tahun dengan penyakit
diabetes

38
American Heart Association menggolongkan hasil pengukuran
tekanan darah menjadi:
Tabel 2.2. Kategori Tekanan Darah Berdasarkan American Heart
Association
Kategori Tekanan Sistolik Diastolik
Darah
Normal <120 mmHg < 80 mmHg
Prehipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi stage 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi stage 2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
Hipertensi stage 3 ≥ 180mmHg ≥ 110 mmHg
(keadaan gawat)

4. Gejala Klinis Hipertensi


Gejala klinis pada hipertensi dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah.
b. Gejala yang lazim
Gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan.
5. Penatalaksanaan Hipertensi
a. Pengaturan diet
Mengkonsumsi gizi yang seimbang dengan diet rendah garam
dan rendah lemak sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi
untuk dapat mengendalikan tekanan darahnya dan secara tidak
langsung menurunkan resiko terjadinya komplikasi hipertensi.
Selain itu juga perlu mengkonsumsi buah-buahan segar sepeti
pisang, sari jeruk dan sebagainya yang tinggi kalium dan
menghindari konsumsi makanan awetan dalam kaleng karena
meningkatkan kadar natrium dalam makanan.
b. Perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat

39
Menghindari gaya hidup dapat merugikan kesehatan dan
meningkatkan resiko komplikasi hipertensi seperti merokok,
mengkonsumsi alkohol, minum kopi, mengkonsumsi makanan
cepat saji (junk food), malas berolahraga, makanan yang
diawetkan didalam kaleng memiliki kadar natrium yang tinggi
didalamnya.
c. Menejemen Stres
Peran keluarga terhadap penderita hipertensi diharapkan
mampu mengendalikan stres, menyediakan waktu untuk
relaksasi, dan istrirahat.

d. Mengontrol kesehatan
Penderita hipertensi dianjurkan untuk rutin memeriksakan diri
sebelum timbul komplikasi lebih lanjut. Keteraturan berobat
sangat penting untuk menjaga tekanan darah pasien dalam
batas normal dan untuk menghindari komplikasi yang dapat
terjadi akibat penyakit hipertensi yang tidak terkontrol.
e. Olahraga teratur
Olahraga secara teratur dapat menyerap atau menghilangkan
endapan kolestrol pada pembuluh darah nadi. Olahraga yang
dimaksud adalah latihan menggerakan semua nadi dan otot
tubuh seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda, aerobik.
f. Manajemen pengobatan hipertensi
Prinsip pengobatan dengan antihipertensi adalah sebagai
berikut:
1) Tujuan pengobatan hipertensi yaitu untuk mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat tekanan darah
tinggi.
2) Manfaat terapi hipertensi menurunkan tekanan darah
dengan antihipertensi yang telah terbukti menurunkan
morbiditas dan mortalitas kardiovaskular, yaitu stroke,

40
iskemia jantung, gagal jantung kongestif, dan memberatnya
hipertensi.
3) Memutuskan untuk memulai pengobatan hipertensi tidak
hanya ditentukan dengan tingginya tekanan darah tetapi
adanya faktor resiko penyakit kardiovaskuler lainnya.
4) Mulai pengobatan dengan suatu obat dosis rendah (jika
tekanan darah tidak dikendalikan). Penderita hipertensi pada
tahap awal atau tahap 1 memulai dengan jenis obat
antihipertensi diuretik, β- bloker, penghambat ACE,
antagonis Kalsium dan α - bloker dengan memodifikasi pola
hidup serta menkonsumsi obat monoterapi antihipertensi.

6. Komplikasi
Hipertensi yang tidak teratasi, dapat menimbulkan komplikasi yang
berbahaya seperti :
a. Payah Jantung(Congestive heart failure)
Payah jantung adalah kondisi jantung tidak mampu lagi
memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi
karena kerusakan otot jantung atau sistem listrik jantung.
b. Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadi stroke, karena
tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh
darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada
pembuluh darah otak, maka terjadi pendarahan otak yang dapat
berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan
dari gumpalan darah yang macet dipembuluh yang sudah
menyempit.
c. Kerusakan ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah
yang menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran

41
tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring
lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali kedarah.
d. Kerusakan penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di
mata, sehingga mengakibatkan pengelihatan menjadi kabur atau
buta. Pendarahan pada retina mengakibatkan pandangan
menjadi kabur, kerusakan organ mata dengan memeriksa fundus
mata untuk menemukan perubahan yang berkaitan dengan
hipertensi yaitu retinopati pada hipertensi.

42
BAB III
TUGAS UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA

A. Profil Organisasi
1. Dasar Hukum Pembentukan Organisasi
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkatpertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya
Prinsip penyelenggaraan Puskesmas yaitu Paradigma
Sehat; Pertanggungjawaban Wilayah; Kemandirian masyarakat;
Pemerataan; Teknologi tepat guna; dan Keterpaduan dan
kesinambungan
Dasar Hukum Pusat Kesehatan Masyarakat, yaitu:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran;
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan;
c. Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan;
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269
Tahun 2008 tentang Rekam Medis
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46
Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Kinik Pratama
Tempat Praktek Mandiri Dokter dan Tempat Praktek mandiri
Dokter Gigi;
g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2016 tentang pedoman Manajemen Puskesmas.
2. Visi, Misi, Tujuan, Tata Nilai, dan Tujuan
a. Visi
Mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan memuaskan
b. Misi
1) Memberikan pelayanan yang mudah, ramah, cepat dan
akurat
2) Meningkatkan kemampuan dan profesionalisme petugas
pelayanan
3) Meningkatkan sarana penunjang pelayanan
c. Tujuan
Mendukung terciptanya tujuan pembangunan kesehatan
nasional yaitu meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup
sehat
d. Tata Nilai
1) Taqwa
2) Jujur
3) Tanggung Jawab
4) Sabar
5) Kreatif
6) Inovatif
e. Moto
Melayani dengan sepenuh hati bersama kami
f. Tujuan
Puskesmas adalah unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab terhadap
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya sesuai dengan
tanggung jawabnya.
Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional
yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat

44
menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan dijangkau
oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh
pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat
kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan
kepada perorangan.

45
3. Struktur Organisasi

Gambar 3.1Struktur organisasi Puskesmas Mayong II

46
4. Deskripsi SDM, Sarana prasarana dan Sumber daya yang lain
a. Data Geografis
1) No. Kode Puskesmas : 0204
2) Nama UPT Puskesmas : Mayong II
3) Alamat :Jalan Raya Mayong – Pancur Km
03
Mayong Jepara
4) Kecamatan : Mayong
5) Kabupaten : Jepara
6) Propinsi : Jawa Tengah,
7) Telepon : (0291) 7512112
8) Email : puskesmasmayong2@gmail.com

UPT Puskesmas Mayong II terletak di desa Jebol


Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara merupakan UPT
Puskesmas rawat jalan. Letak geografis UPT Puskesmas
Mayong II berbatasan dengan :

Sebelah Barat :Wilayah UPT Puskesmas Kalinyamatan


Sebelah Timur : Wilayah UPT Puskesmas Nalumsari
Sebelah selatan : Wilayah UPT Puskesmas Welahan I
Sebelah Utara : Wilayah UPT Puskesmas MayongI

Meliputi tanah kering, tanah persawahan, tanah basah,


tanah perkebunan, dan tanah keperluan fasilitas umum. Dengan
ketinggian <500 m diatas permukaan laut. Dengan suhu udara
antara 28-32 ͦC.
Luas wilayah kerja Puskesmas Mayong II 10.295.516
Ha, terdiri dari 10 desa, di mana sebagian wilayah berupa
dataran rendah. Jarak tempuh desa ke UPT Puskesmas Mayong
II terjauh sekitar 7 KM sedangkan akses jalan semua desa bisa
dilewati kendaraan roda 2 maupun roda 4, sebagaimana terlihat
di peta.

47
Gambar 3.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Mayong II

Wilayah kerja UPT Puskesmas Mayong II terdiri 10 desa,


yaitu sebagai berikut :
Tabel 3. 1Data Wilayah Kerja UPT Puskesmas Mayong II
NO NAMA DESA JUMLAH PKD JARAK KE
POSYANDU PUSKESMAS
1 JEBOL 5 Tidak ada 0 KM
2 SINGOROJO 7 Ada 2 KM
3 PELEMKEREP 5 Tidak Ada 3 KM
4 MAYONGLOR 8 Tidak Ada 5 KM
5 MAYONGKIDUL 5 Tidak Ada 6 KM
6 PAREN 2 Ada 7 KM
7 KUANYAR 3 Ada 7 KM
8 TIGAJURU 5 Ada 6 KM
9 PELANG 5 Ada 7 KM
10 SENGON 6 Tidak ada 7 KM

48
BUGEL
Jumlah 51

b. Data fasilitas pelayanan kesehatan


Di wilayah kerja UPT Puskesmas Mayong II terdapat
beberapa fasilitas pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
mendekatkan akses pelayanan ke masyarakat, diantaranya :
1. Puskesmas induk : 1 buah
2. Puskesmas pembantu : 1 buah
3. PKD :8 buah ( 5 buah punya gedung,
2 buah ikut nempel di balai desa, 1 buah gabung dengan
PUSTU Mayongkidul dan 2 desa belum ada PKD ( Desa
Sengonbugel dan Desa Jebol)
4. Praktek Dokter Swasta :4 buah

c. Data sarana prasarana


Bangunan gedung UPT Puskesmas Mayong II untuk pelayanan
dan kegiatan program sebagai berikut :
Tabel 3.2 Daftar Bangunan Gedung
NO NAMA RUANG JUMLAH
1 Ruang Loket 1 unit
2 Ruang Tindakan 1 unit
3 Poli umum 1 unit
4 Poli gigi 1 unit
5 Ruang Kepala UPT Puskesmas 1 unit
6 Ruang penyimpanan Vaksin 1 unit
7 Ruang MTBS 1 unit
8 Poli KIA/KB 1 unit
9 Laboratorium 1 unit
10 Ruang penyimpanan obat 1 unit
11 Ruang Pelayanan obat 1 unit
12 Ruang tunggu pasien 1 unit
13 Ruang dokter 1 unit
14 Ruang P2P 1 unit
15 Ruang Klinik Gizi dan Sanitasi 1 unit
16 Musholla 1 unit

49
17 Ruang KRR 1 unit
18 Gudang 1 unit
19 Tempat parkir Karyawan 1 unit

d. Data Kepegawaian
Tabel 3.3Data Kepegawaian UPTD Puskesmas Mayong II
Status Kepegawaian TOTAL
NO JENIS SDM
PNS Honda PTT BLUD
1 S1 Dokter Umum 3 - - 3
2 S1 Dokter Gigi 1 - - 1
3 S2 M.Kes 1 - - 1
4 S1 Keperawatan 2 - - 2
5 SKM 1 1
6 D3 Keperawatan 2 - - 2
7 D3 Keperawatan gigi 1 - - 1
8 D4 Kebidanan 3 - 3
9 D3 Kebidanan 9 2 1 12
10 D4 Nutrisionis 1 - - 1
11 Analis Kesehatan 1 1 - 2
12 Asisten Apoteker 1 - - 1
13 Sanitarian 1 - - 1

14 Rekam Medik 1 - - 1

15 S1 Administrasi 1 - - 1

16 Administrasi( SMA ) 3 - 1 4

17 Administrasi ( SD ) 1 - - 1

18 Penjaga Malam (SD ) 1 - - 1

19 Cleaning service - 1 - 1

20 Sopir - - - 1 1
Jumlah Total - 4 1 3 41

e. Kependudukan

50
1) Berdasarkan Jenis Kelamin, sebaran penduduk di wilayah
Puskesmas Mayong II, sebagai berikut:
Tabel 3.4Data Jumlah Penduduk

Jumlah Jenis Kelamin


No Nama Desa
Penduduk Laki-laki Perempuan

1 Jebol 3.601 1.755 1.846


2 Singorojo 6.419 3.128 3.291
3 Pelemkerep 5.694 2.801 2.893
4 Mayonglor 12.476 6.286 6.190
5 Mayongkidul 5.468 2.682 2.786
6 Paren 1.940 965 975
7 Tigajuru 2.777 1.415 1.362
8 Kuanyar 3.926 1.965 1.961
9 Pelang 5.472 2.707 2.765
10 Sengon Bugel 7.277 2.446 4.831
Jumlah 55.050 26.150 28.900

2) Data Kependudukan
a) Jumlah penduduk : 51.934
b) Jumlah Bumil : 1033
c) Jumlah Bulin : 986
d) Jumlah Anak Balita (1-<5 th) : 3.756
e) Jumlah Bayi (0-1 th) : 939
f) Jumlah Anak Pra Sekolah (5-6 th) : 1.520
g) Jumlah remaja 10-14 tahun : 4.674
h) Jumlah remaja 15 -< 18 tahun : 3.534
i) Jumlah Wanita Usia Subur : 11.374
j) Jumlah Pasangan Usia Subur : 2.112
k) Jumlah ibu meneteki : 969

B. Tugas Jabatan Peserta Diklat

51
1. Tugas Aparatur Sipil Negara
Berdasarkan UU ASN Nomor 5 Tahun 2014 Pasal 11, tugas
Aparatur Sipil Negara adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Negara;
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
dan
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Kewajiban ASN adalah sebagai berikut:
a. Setia dan taat kepada Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI, dan
pemerintah yang sah;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;

c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah


yang berwenang;

d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;

e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,


kejujuran, kesadaran, dan tanggungjawab;

f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,


ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam
maupun di luar kedinasan;

g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan


rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
dan

h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI.

2. Tugas Pokok Dokter Ahli Pertama


Tugas pokok dokter sebagaimana yang tercantum pada
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun
2013 adalah sebagai berikut :

52
a. Melaksanakan pelayanan medis rawat jalan.
b. Melaksanakan pelayanan medis rawat inap.
c. Melaksanakan pelayanan kegawatdaruratan medis.
d. Melaksanakan pelayanan gizi dan KIA.
e. Menganalisis data dan hasil pemeriksaan pasien sesuai
dengan pedoman kerja untuk menyusun catatan medis pasien.
f. Menyusun draft visum et repertum.
g. Melaksanakan tugas jaga.
h. Menyusun Draft laporan pelaksanaan tugas.
i. Menyusun Laporan pelaksanaan tugas.
j. Menyusun laporan lain-lain.
Sedangkan untuk rincian kegiatan dokter ahli pertama
sesuai dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 139 Tahun 2003 tentang Jabatan Fungsional Dokter
dan Angka Kreditnya adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pelayanan medik umum rawat jalan tingkat pertama;
2. Melakukan pelayanan spesialistik rawat jalan tingkat pertama;
3. Melakukan tindakan khusus tingkat sederhana oleh Dokter
umum;
4. Melakukan tindakan khusus tingkat sedang oleh Dokter umum;
5. Melakukan tindakan spesialistik tingkat sederahana;
6. Melakukan tindakan spesialistik tingkat sedang;
7. Melakukan tindakan darurat medik/pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K) tingkat sederhana;
8. Melakukan kunjungan (visite) kepada pasien rawat inap;
9. Melakukan Pemulihan mental tingkat sederhana;
10. Melakukan Pemulihan mental kompleks tingkat I;
11. Melakukan Pemulihan fisik tingkat sederhana;
12. Melakukan Pemulihan fisik kompleks tingkat I;
13. Melakukan pemeliharaan kesehatan ibu;
14. Melakukan pemeliharaan kesehatan bayi dan balita;
15. Melakukan Pemeliharaan kesehatan anak;

53
16. Melakukan pelayanan keluarga berencana;
17. Melakukan pelayanan imunisasi;
18. Melakukan pelayanan gizi;
19. Mengumpulkan data dalam rangka pengamatan epidemiologi
penyakit;
20. Melakukan penyuluhan medik;
21. Membuat catatan Medik rawat jalan;
22. Membuat catatan Medik rawat inap;
23. Melayani atau menerima konsultasi dari luar atau keluar;
24. Melayani atau menerima konsultasi dari dalam;
25. Menguji kesehatan individu;
26. Menjadi Tim Penguji Kesehatan;
27. Melakukan Visum et repertum tingkat sederhana;
28. Melakukan Visum et repertum kompleks tingkat I;
29. Menjadi saksi ahli;
30. Mengawasi penggalian mayat untuk pemeriksaan;
31. Melakukan otopsi dengan pemeriksaan laboratorium;
32. Melakukan Tugas jaga panggilan/on call;
33. Melakukan tugas jaga di tempat/rumah sakit;
34. Melakukan tugas jaga di tempat sepi pasien;
35. Melakukan kaderisasi masyarakat dalam bidang kesehatan
tingkat sederhana.

C. Role Model
Role model adalah panutan, yang dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia sama artinya dengan teladan yaitu suatu yang
patut ditiru atau baik untuk di contoh seperti teladan, kelakuan,
perbuatan, sifat dan sebagainya.
Role Model dari penulis adalah ayah dari penulis sendiri
Bapak H. Sutejo, SKM, M.M. Beliau juga merupakan sosok ayah serta
sosok ASN yang menjadi panutan, inspirasi, contoh, dan teladan bagi
penulis.

54
Beliau mempunyai tanggung jawab dan integritas yang tinggi sebagai
ASN. Beliau juga sosok yang sangat bekerja keras dan tidak mudah
menyerah. Beliau merintis ASN dari golongan rendah sampai menjadi
golongan tinggi dengan semangat kerja keras. Beliau juga sosok yang
sangat bersahaja dengan ASN yang lain dan sangat di kenal baik di
lingkungan kerja maupun di lingkungan masyarakat. Beliau sosok
ASN yang sangat mementingkan kepentingan masyarakat dan negara
di banding dengan kepentingan keluarga maupun golongan.
Penulis mendaftar menjadi ASN juga karena termotivasi dari
nilai-nilai yang ditunjukkan oleh beliau sebagai ASN. Beliau juga
sering memberikan nasehat untuk selalu menjadi orang yang jujur,
kerja keras, dan selalu membantu orang yang membutuhkan.

55
BAB IV

RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI

A. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Keterkaitan dengan


Substansi Mata Pelatihan.
Berdasarkan hasil analisis APKL (Aktual, Problematik,
Kekhalayakan, dan Layak/ Kelayakan) serta USG (Urgensi,
Seriousness, dan Growth), telah ditentukan 1 (satu) isu yang dapat
dikembangkan menjadi berbagai gagasan/ kegiatan untuk
penyelesaian masalah dengan melibatkan komponen yang ada.
Dalamrancanganaktualisasi initerdiriatastahapan: 1)
Pengidentifikasian, penyusunandanpenetapan
isuataupermasalahanyangterjadidanharussegera dipecahkan; 2)
Pengajuangagasanpemecahanisu/masalahdengan
menyusunnyadalam daftarrencana
kegiatan,tahapankegiatan,danoutput kegiatan; 3)
Pendeskripsianketerkaitanantarakegiatanyangdiusulkandengan
substansimatapelatihanyaitupelayananpublik,WholeofGovernment,d
an
manajemenASNyangmendasarikegiatanbaiksecaralangsungmaupun
tidak langsung; 4)
Pendeskripsianrencanapelaksanaankegiatanyangdidasari
aktualisasinilai-nilaidasarPNSdankontribusihasilkegiatan; serta 5)
Pendeskripsianhasil kegiatanyangdilandasi olehsubstansi mata
pelatihan terhadappencapaianvisi,misi,
tujuanorganisasi,danpenguatanterhadapnilai- nilai organisasi.
Rancangankegiatanaktualisasimerupakanrencanaoperasional
pelaksanaan aktualisasi dan habituasiyangakan diterapkan oleh
penulis selama 30haridi UPTD Puskesmas Mayong IIKabupaten
Jepara. Rancangan kegiatan aktualisasi disajikan secara rinci
sebagai berikut :

56
Unit Kerja : UPTD Puskesmas Mayong II

Identifikasi Isu :

1. Rendahnya penemuan kasus baru suspek TBC paru di wilayah


kerja UPTD Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara.
2. Kurang optimalnya penanggulangan dan pengelolaan penyakit
hipertensi di UPTD Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara.
3. Meningkatnya angka kejadian HIV-AIDS di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara.
4. Kurang disiplinnya penerapan program 5 momen cuci tangan
pada karyawan di Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara.
5. Rendahnya angka cakupan konsultasi gizi pada pasien rawat
jalan di Unit Gizi UPTD Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara.

Isu yang Diangkat :

Kurang optimalnya penanggulangan dan pengelolaan penyakit


hipertensi di UPTD Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara.

Gagasan Pemecahan Isu :

1. Penyuluhan tentang penyakit hipertensi melalui media leaflet.

2. Promosi kesehatan tentang hipertensi melalui poster dan video.

3. Pengenalan Pemanfaatan TOGA (Tanaman Obat Keluarga)


sebagai pengobatan tradisoinal hipertensi.

4. Pemantauan pasien hipertensi melalu “BUSUSI” (Buku Saku


Hipertensi).

5. Penunjukan PMO (Pengawas Minum Obat) untuk setiap pasien


hipertensi.

57
6. Home visite untuk pasien hipertensi yang tidak terkontrol.

58
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

1. Penyuluhan 1. Berkonsultasi dengan 1. Persetujuan dan  Etika Pubik Kegiatan penyuluhan Kegiatan ini
tentang penyakit kepala Puskesmas dukungan kegiatan (Menghargai tentang penyakit memberikan
hipertensi tentang kegiatan penyuluhan hipertensi komunikasi, hipertensi melalui penguatan nilai
melalui media penyuluhan hipertensi. oleh kepala konsultasi, dan media leaflet ini organisasi taqwa,
leaflet. puskesmas. kerjasama dengan merupakan upaya tanggung jawab,
atasan ketika akan untuk mencapai misi sabar, kreatif serta
mengadakan suatu Puskesmas Mayong II inovatif.
kegiatan, yaitu memberikan
mengutamakan pelayanan yang
kepemimpinan, mudah, ramah, cepat
selain itu dan akurat serta
berkomitmen untuk meningkatkan
memberikan kemampuan dan
pelayanan publik profesionalisme
yang berkualitas) petugas pelayanan

2. Berkoordinasi dengan 2. Dukungan dari  Nasionalisme/


pemegang program PTM pemegang program, Pancasila sila ke 4
(Penyakit Tidak Menular) notulensi hasil diskusi

59
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi

dan Posbindu PTM. dan adanya penentuan (Ketika saya


sasaran serta waktu melakukan
pelaksanaan kegiatan konsultasi dengan
penyuluhan hipertensi atasan dan
berkoordinasi
dengan pemegang
program, saya
menghormati dan
menjunjung tinggi
setiap pendapat dan
hasil dari diskusi
yang telah
dilakukan.)
3. Membuat dan 3. Tersedianya leaflet dan
mempersiapkan leaflet materi presentasi  Komitmen Mutu
serta materi presentasi penyuluhan tentang (Dalam membuat
untuk penyuluhan. hipertensi dalam leaflet dan materi
bentuk presentasi penyuluhan, saya
power point. membuatnya
dengan penuh

60
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi

profesionalisme
serta inovatif dalam
membuat rancangan
leaflet dan materi
penyuluhan agar
menarik dan mudah
dipahami oleh
peserta penyuluhan)
4. Terlaksananya
4. Melaksanakan kegiatan
kegiatan penyuluhan  Akuntabilitas
penyuluhan hipertensi.
dan adanya keaktifan (Dalam melakukan
dari peserta penyuluhan saya
penyuluhan. Adanya bertanggung
daftar kehadiran dari jawabdengan isi dan
peserta penyuluhan penyampaian
dan dokumentasi penyuluhan dengan
dalam bentuk foto penuh kejelasan dan
maupun video selama konsisten sehingga
pelaksanaan penyuluhan dapat
penyuluhan hipertensi. diterima dengan baik

61
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi

Tabel 4.1 Rancangan Kegiatan Aktualisasi

Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai


No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

2. Promosi 1. Membuat rancangan 1. Rancangan poster  Komitmen Mutu Kegiatan promosi Kegiatan ini
kesehatan poster dan mencari dalam bentuk softcopy (Dalam membuat kesehatan ini memberikan
tentang referensi video yang akan serta tersedianya poster dan merupakan upaya penguatan nilai
hipertensi di putar tentang beberapa pilihan video pencarian video untuk mencapai misi organisasi taqwa,
melalui poster hipertensi edukasi tentang edukasi tentang Puskesmas Mayong II jujur, tanggung
dan video. hipertensi hipertensi, saya yaitu memberikan jawab, kreatif serta
membuatnya pelayanan yang inovatif.
dengan berorientasi mudah, ramah, cepat
mutu untuk dan akurat. Serta
mendapatkan hasil mencapai misi
poster dan video meningkatkan sarana
yang terbaik. Serta

62
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi

inovatif dalam penunjang pelayanan.


membuat rancangan
poster agar menarik
dan mudah
dipahami oleh
masyarakat)
2. Berkonsultasi dengan 2. Persetujuan dan  Etika Pubik
kepala Puskesmas dukungan kegiatan (Menghargai
tentang promosi promosi kesehatan komunikasi,
kesehatan tentang tentang hipertensi oleh konsultasi, dan
hipertensi melalui poster kepala puskesmas. kerjasama dengan
dan video. Persetujuan atasan ketika akan
rancangan poster serta mengadakan suatu
terpilihnya satu video kegiatan)
yang akan di putar.

3. Berkoordinasi dengan 3. Dukungan dari  Nasionalisme /


pemegang program PTM pemegang program Pancasila sila ke 4
(Penyakit Tidak Menular) dan penyuluh (Ketika saya
dan dengan penyuluh kesehatan. Notulensi melakukan

63
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi

kesehatan. hasil diskusi dan konsultasi dengan


adanya penentuan atasan dan
tempat di tempelnya berkoordinasi
poster dan waktu dengan pemegang
dalam pemutaran program, saya
video. menghormati dan
menjunjung tinggi
setiap pendapat dan
hasil dari diskusi
yang telah
dilakukan.)
4. Proses percetakan poster 4. Tersedianya poster  Anti Korupsi
tentang penyakit (Dalam proses
hipertensi percetakan poster
dengan pihak
percetakan saya
jujur dan transparan
dalam penggunaan
biaya untuk
percetakan. Selalu

64
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi

meminta nota yang


sesuai dengan
poster yang telah
dipesan.
5. Tertempelnya poster –  Komitmen Mutu
5. Pelaksanaan
poster di tempat yang Dalam
penempelan poster pada
sudah ditentukan. menempelkan
tempat – tempat yang
Adanya dokumentasi poster di lakukan
sudah di tentukan.
kegiatan penempelan yang
efektif dan efisien
sehingga sasaran
untuk poster dapat
6. Terputarnya video tercapai.
tentang hipertensi di  Komitmen Mutu
6. Pemutaran video tentang
ruang Puskesmas dan Dalam melakukan
hipertensi di ruang
di lihat serta di pemutaran video
tunggu Puskesmas.
perhatikan oleh para dapat meningkatkan
pengunjung orientasi mutu
Puskesmas. Adanya organisasi serta
dokumentasi kegiatan menjadi kegiatan

65
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi

yang inovatif.

66
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

3. Pengenalan 1. Membuat rancangan 1. Terciptanya rancangan  Komitmen Mutu Kegiatan pengenalan Kegiatan ini
Pemanfaatan leaflet dan presentasi leaflet dalam bentuk (Dalam membuat pemanfaatan TOGA memberikan
TOGA tentang pengenalan softcopy serta leaflet dan materi (Tanaman Obat penguatan nilai
(Tanaman Obat pemanfaatan TOGA tersedianya materi pengenalan Keluarga) sebagai organisasi taqwa,
Keluarga) (Tanaman Obat presentasi tentang pemanfaatan TOGA pengobatan tradisional jujur, tanggung
sebagai Keluarga) sebagai pengenalan TOGA sebagai pengobatan hipertensi. ini jawab, sabar,
pengobatan pengobatan tradisional (Tanaman Obat tradisional merupakan upaya kreatif serta
tradisional hipertensi. Keluarga) sebagai hipertensi, saya untuk mencapai misi inovatif.
hipertensi. pengobatan tradisional membuatnya Puskesmas Mayong II
hipertensi. dengan penuh yaitu memberikan
profesionalisme. pelayanan yang
Saya juga inovatif mudah, ramah, cepat
dalam membuat dan akurat. Serta
rancangan leaflet dapat meingkatkan
dan materi kemampuan dan
penyuluhan agar profesionalisme
menarik dan mudah petugas pelayanan.
dipahami oleh

67
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi

peserta kegiatan).
2. Berkonsultasi dengan 2. Persetujuan dan  Etika Pubik
kepala Puskesmas dukungan kegiatan (Dalam melakukan
tentang kegiatan, oleh kepala konsultasi tercipta
rancangan leaflet, dan puskesmas. suasana saling
materi presentasi. Persetujuan menghargai
rancangan leaflet dan komunikasi,
materi presentasi. konsultasi, dan
kerjasama dengan
atasan ketika akan
mengadakan suatu
kegiatan)
3. Berkoordinasi dengan 3. Dukungan dari  Nasionalisme /
pemegang program PTM pemegang program. Pancasila sila ke 4
(Penyakit Tidak Menular) Notulensi hasil diskusi (Ketika saya
dan dengan pemegang dan adanya penentuan melakukan
program Posbindu PTM. sasaran dan waktu konsultasi dengan
dilakukannya kegiatan. atasan dan
berkoordinasi
dengan pemegang

68
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi

program, saya
menghormati dan
menjunjung tinggi
setiap pendapat dan
hasil dari diskusi
yang telah
dilakukan.)
4. Proses percetakan leaflet 4. Tersedianya leaflet  Anti Korupsi
tentang pemanfaatan (Dalam proses
TOGA sebagai pencetakan leaflet
pengobatan tradisional dengan pihak
hipertensi. percetakan saya
jujur dan transparan
dalam penggunaan
biaya untuk
percetakan. Selalu
meminta nota yang
sesuai dengan
poster yang telah
dipesan.)

69
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi

 Komitmen Mutu
5. Penyediaan contoh 5. Tersedianya beberapa
(Agar tercipta
TOGA (Tanaman Obat TOGA (Tanaman Obat
pengenalan
Keluarga) sebagai media Keluarga) sebagai
pemanfaatan TOGA
dalam penyampaian media dalam
sebagai obat
pengenalan penyampaian
tradisional hipertensi
pemanfaatan TOGA pengenalan
yang efektif dan
sebagai pengobatan pemanfaatan TOGA
efisien, saya
tradisional hipertensi. sebagai pengobatan
berinovasi
tradisional hipertensi.
menyediakan contoh
TOGA sebagai
media dalam
penyampaian
pengenalan
pemanfaatan TOGA
sebagai pengobatan
tradisional
hipertensi.
6. Terlaksananya
 Akuntabilitas
6. Pelaksanaan pengenalan kegiatan pengenalan
(Dalam melakukan

70
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi

pemanfaatan TOGA pemanfaatan TOGA kegiatan saya


sebagai pengobatan sebagai pengobatan bertanggung jawab
tradisional hipertensi tradisional hipertensi dengan isi materi
dan adanya keaktifan yang akan saya
dari peserta. Adanya bawakan. Saya juga
daftar kehadiran dari akan menyampaikan
peserta penyuluhan materi dengan
dan dokumentasi penuh kejelasan dan
dalam bentuk foto konsistensi sehingga
maupun video selama pengetahuan
pelaksanaan kegiatan. tentang TOGA
sebagai obat
tradisional hipertensi
dapat diterima
dengan baik.

71
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

4. Pemantauan 1. 1. Terciptanya rancangan  Komitmen Mutu Kegiatan pemantauan Kegiatan ini


pasien saku hipertensi Buku saku hipertensi (Dalam membuat pasien hipertensi memberikan
hipertensi rancangan buku melalui “BUSUSI” penguatan nilai
melalui saku hipertensi, (Buku Saku organisasi taqwa,
“BUSUSI” (Buku saya membuatnya Hipertensi) ini jujur, tanggung
Saku dengan penuh merupakan upaya jawab, sabar,
Hipertensi). profesionalisme. untuk mencapai misi kreatif serta
Saya juga inovatif Puskesmas Mayong II inovatif.
dalam membuat yaitu memberikan
rancangan buku pelayanan yang
saku hipertensi agar mudah, ramah, cepat
dapat mudah dan akurat. Serta
dipergunakan). mencapai misi
2. 2. Persetujuan dan  Etika Pubik meningkatkan sarana
kepala Puskesmas dukungan kegiatan (Dalam melakukan penunjang pelayanan.
tentang kegiatan yang oleh kepala konsultasi tercipta
akan di lakukan. puskesmas. suasana saling
Persetujuan menghargai
rancangan buku saku

72
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi

hipertensi. komunikasi,
konsultasi, dan
kerjasama dengan
atasan ketika akan
mengadakan suatu
3. Dukungan dari kegiatan)
3. pemegang program  Nasionalisme /
pemegang program PTM dan sejawat dokter. Pancasila sila ke 4
(Penyakit Tidak Menular) Notulensi hasil diskusi. (Ketika saya
dan dengan sejawat melakukan
dokter Puskesmas konsultasi dengan
Mayong II. atasan dan
berkoordinasi
dengan pemegang
program, saya
menghormati dan
menjunjung tinggi
setiap pendapat dan
hasil dari diskusi
yang telah

73
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi

4. Tersedianya buku dilakukan.)


4. saku hipertensi.
saku hipertensi  Anti Korupsi
(Dalam proses
pencetakan buku
saku hipertensi
dengan pihak
percetakan saya
jujur dan transparan
dalam penggunaan
biaya untuk
percetakan. Selalu
meminta nota yang

5. Terlaksananya sesuai dengan

5. sosialisasi buku saku pesanan.)

hipertensi kepada hipertensi kepada  Etika Publik


seluruh karyawan seluruh karyawan (dalam melakukan
puskesmas. puskesmas ketika apel sosialisasi saya
pagi. Sosialisasi di tetap
dokumentasikan melaksanakannya

74
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi

melalui video dan foto. dengan integritas


yang tinggi dan tetap
respect dengan
karyawan lain.
Selain itu saya juga
harus luwes dan arif
6. Pasien hipertensi yang dalam penyampaian
6.
datang di poli umum sosialisasi.
pembagian Buku saku
puskesmas  Komitmen Mutu
hipertensi kepada setiap
mendapatkan  Akuntabilitas
pasien hipertensi yang
kejelasan tentang buku  Nasionalisme
datang di poli umum
saku hipertensi dan (saya harus bersikap
puskesmas.
pasien yang sudah adil, jelas dan
mendapatkan 1 buku konsisten.
saku hipertensi Berinteraksi dengan
menandatangani pasien saya juga
formulir penerimaan bersikap sepenuh
buku saku hipertensi. hati melayani dan
berorientasi mutu
pelayanan yang

75
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi

terbaik serta tetap


menjunjung tinggi
sikap kemanusiaan.

Keterkaitan Kontribusi
No Penguatan Nilai
Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Substansi Mata terhadap Visi Misi
. Organisasi
Pelatihan Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

5. Penunjukkan 1. 1. Persetujuan dan  Etika Pubik Kegiatan Kegiatan ini


PMO kepala Puskesmas dukungan kegiatan (Dalam melakukan penunjukkan PMO memberikan
(Pengawas tentang kegiatan yang oleh kepala konsultasi tercipta (Pengawas Minum penguatan nilai
Minum Obat) akan di lakukan. puskesmas. suasana saling Obat) untuk setiap organisasi taqwa,
untuk setiap menghargai pasien hipertensi ini tanggung jawab,
pasien komunikasi, merupakan upaya sabar, kreatif
hipertensi. konsultasi, dan untuk mencapai misi serta inovatif.
kerjasama dengan Puskesmas Mayong

76
Keterkaitan Kontribusi
No Penguatan Nilai
Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Substansi Mata terhadap Visi Misi
. Organisasi
Pelatihan Organisasi

atasan ketika akan II yaitu memberikan


mengadakan pelayanan yang
suatu kegiatan,) mudah, ramah,
2. 2. Dukungan dari  Nasionalisme / cepat dan akurat.
pemegang program pemegang program Pancasila sila ke
PTM (Penyakit Tidak dan penanggung 4 (Ketika saya
Menular) dan jawab UKP. melakukan
penanggung jawab Notulensi hasil konsultasi dengan
UKP (Upaya diskusi. atasan dan
Kesehatan berkoordinasi
Perorangan) dengan
pemegang
program, saya
menghormati dan
menjunjung tinggi
setiap pendapat
dan hasil dari

77
Keterkaitan Kontribusi
No Penguatan Nilai
Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Substansi Mata terhadap Visi Misi
. Organisasi
Pelatihan Organisasi

diskusi yang telah


dilakukan.)
3. 3. Terlaksananya  Etika Publik
karyawan puskesmas sosialisasi program (dalam melakukan
lain tentang program kepada seluruh sosialisasi saya
penunjukan satu orang karyawan tetap
keluarga sebagai PMO puskesmas ketika melaksanakannya
(Pengawas Minum apel pagi. Sosialisasi dengan integritas
Obat) untuk setiap di dokumentasikan yang tinggi dan
pasien hipertensi. melalui video dan tetap respect
foto. dengan karyawan
lain. Selain itu
saya juga harus
luwes dan arif
dalam
penyampaian
sosialisasi.
4.

78
Keterkaitan Kontribusi
No Penguatan Nilai
Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Substansi Mata terhadap Visi Misi
. Organisasi
Pelatihan Organisasi

PMO (Pengawas
Minum Obat) dari 4. Tertunjuk PMO  Komitmen Mutu
orang yang serumah (Pengawas minum  Akuntabilitas
untuk setiap pasien obat) untuk pasien  Nasionalisme,
hipertensi yang datang hipertensi. PMO Sila ke 2.
ke poli umum memahami tugasnya (Dalam
puskesmas dan dan menandatangani penunjukan dan
memberikan nota kesepakatan. penjelasan tugas
penjelasan tentang PMO hipertensi
tugas sebagai PMO. kepada tertunjuk
PMO pasien
hipertensi, saya
harus bersikap
adil, jelas dan
konsisten. Dalam
berinteraksi
dengan pasien dan

79
Keterkaitan Kontribusi
No Penguatan Nilai
Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil Substansi Mata terhadap Visi Misi
. Organisasi
Pelatihan Organisasi

keluarga pasien
saya juga bersikap
sepenuh hati
melayani dan
berorientasi mutu
pelayanan yang
terbaik serta tetap
menjunjung tinggi
sikap
kemanusiaan.

80
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

6. Home visite 1. 1. Persetujuan dan  Etika Pubik Kegiatan Home visite Kegiatan ini
untuk pasien kepala Puskesmas dukungan kegiatan oleh (Dalam melakukan untuk pasien memberikan
hipertensi yang tentang kegiatan yang kepala puskesmas. konsultasi tercipta hipertensi yang tidak penguatan nilai
tidak terkontrol. akan di lakukan. suasana saling terkontrol. ini organisasi taqwa,
menghargai merupakan upaya jujur, tanggung
komunikasi, untuk mencapai misi jawab, sabar,
konsultasi, dan Puskesmas Mayong II kreatif serta
kerjasama dengan yaitu memberikan inovatif.
atasan ketika akan pelayanan yang
mengadakan suatu mudah, ramah, cepat
kegiatan) dan akurat. Serta
2. 2. Dukungan dari  Nasionalisme / mencapai misi
pemegang program PTM pemegang program dan Pancasila sila ke 4 meningkatkan
(Penyakit Tidak Menular) penanggung jawab (Ketika saya kemampuan dan
dan penanggung jawab UKP. Notulensi hasil melakukan profesionalisme
UKP (Upaya Kesehatan diskusi. konsultasi dengan petugas pelayanan
Perorangan) atasan dan dan meningkatkan
berkoordinasi sarana penunjang

81
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi

dengan pemegang pelayanan.


program, saya
menghormati dan
menjunjung tinggi
setiap pendapat dan
hasil dari diskusi
yang telah
dilakukan.)
3. 3. Adanya SK tim  Akuntabilitas
home visite pasien pelaksana home visite Dalam
hipertensi yang tidak pasien hipertensi yang pembentukan tim
terkontrol. tidak terkontrol. diperlukan
kepemimpinan,
keadilan,
kepercayaan dan
keseimbangan.
4. 4. Terlaksananya  Etika Publik
karyawan puskesmas sosialisasi program (dalam melakukan
lain tentang program kepada seluruh sosialisasi saya
home visite pasien karyawan puskesmas tetap

82
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi

hipertensi yang tidak ketika apel pagi. melaksanakannya


terkontrol. Sosialisasi di dengan integritas
dokumentasikan melalui yang tinggi dan tetap
video dan foto. respect dengan
karyawan lain.
Selain itu saya juga
harus luwes dan arif
dalam penyampaian
5. sosialisasi.
pasien hipertensi yang 5. Daftar nama pasien  Komitmen Mutu
tidak terkontrol melalui dengan hipertensi yang Pendataan
Sistem Informasi tidak terkontrol. dilakukan secara
Kesehatan dan rekam efektif dan efisien
medik pasien. dengan memanfaat
teknologi berupa
aplikasi Sistem
Informasi
6. Kesehatan.
visite kepada pasien 6. Terlaksananya kegiatan  Komitmen Mutu
hipertensi yang tidak home visite kepada Dalam melakukan

83
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi

terkontrol. Kegiatan pasien hipertensi yang pemeriksaan


berupa : tidak terkontrol. Di berdasarkan
a. Pemeriksaan ulang dokumentasikan berupa orientasi mutu dan
pasien hipertensi video dan foto. dengan sepenuh
(anamnesis, hati.
pemeriksaan tanda  Akuntabilitas
vital, dan Pemeriksaan
pemeriksaan fisik) dilakukan dengan
b. Pemberian integritas yang tinggi
pengobatan. dan bertanggung
c. Pemberian edukasi. jawab dengan tugas.
 Nasionalisme, Sila
ke 2 dan 4.
Dalam melakukan
home visite pasien
berarti telah
menjunjung tinggi
nilai kemanusiaan
dan memberikan
pertolongan kepada

84
Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahap Kegiatan Output/Hasil
Mata Pelatihan Visi Misi Organisasi Organisasi

orang lain.

85
B. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi
Tabel 4.2.Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi

Keterangan : : Hari Libur : Pelaksanaan Kegiatan

86
C. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala
Kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar ASN akan dilaksanakan
pada minggu ketiga bulan Juni 2019 sampai dengan minggu keempat
bulan Juli 2019 pada institusi tempat kerja. Dalam pelaksanaannya
dimungkinkan terjadinya kendala-kendala yang berisiko menghambat
kegiatan yang telah direncanakan menjadi kurang optimal. Oleh
karena itu diperlukan antisipasi untuk menghadapi kendala-kendala
tersebut, sehingga dampak yang menghambat kegiatan tersebut
dapat diminimalisir. Antisipasi dalam menghadapi kendala-kendala
selama aktualisasi dapat dijelaskan lebih lanjut pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.3Antisipasi dan strategi menghadapi kendala

Kendala yang mungkin Antisipasi dan Strategi


No. Kegiatan
terjadi Menghadapi Kendala
1 Penyuluhan 1. Jumlah kehadiran 1. Penyuluhan diikutkan
tentang penyakit peserta penyuluhan pada kegiatan
hipertensi yang kurang. kemasyarakatan yang
melalui media rame peserta.
leaflet 2. Kurang 2. Diberikan hadiah
memperhatikannya kepada peserta yang
peserta pada saat dapat menjawab
penyuluhan. pertanyaan di sesi
akhir tanya jawab.
2 Promosi Poster yang di tempel rusak Mengontrol setiap bulan
kesehatan atau basah terkena air pemasangan poster dan
tentang hujan. mengganti poster yang
hipertensi rusak.
melalui poster
dan video.
3 Pengenalan 1. Pemahaman isi materi 1. Memberikan waktu
Pemanfaatan pada individu yang untuk sesi diskusi
TOGA berbeda-beda setelah pemaparan
(Tanaman Obat materi.
Keluarga) 2. Kemungkinan ada 2. Bekerjasama dengan

87
sebagai beberapa TOGA yang PKK untuk ketersediaan
pengobatan tidak tersedia TOGA.
tradisoinal dilingkungan warga
hipertensi.
4 Pemantauan Buku saku mudah rusak Memberikan bahan
pasien dan robek perlindung pada buku saku.
hipertensi
melalu
“BUSUSI” (Buku
Saku
Hipertensi).
5 Penunjukan Pasien hipertensi tinggal Meminta kepada tetangga
PMO seorang diri di rumah terdekat unuk menjadi PMO
(Pengawas
Minum Obat)
untuk setiap
pasien
hipertensi.

6 Home visite Pasien tidak ada dirumah Meminta bantuan ke ketua


untuk pasien pada saat kunjungan di RT untuk menjadwalkan
hipertensi yang rumah. bertemu dengan pasien.
tidak terkontrol.

88
BAB V

PENUTUP

Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan bagian dari Aparatur Sipil


Negara (ASN)yang memilikiperanan penting dalam menentukan
keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di
Indonesia saat ini.Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
ASN, terdapat 3 fungsi ASN yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik, perekat dan pemersatu bangsa. Terdapat beberapa nilai-
nilai dasar yang harus dikuasai oleh ASN.Nilai-nilai dasar tersebut
diantaranya akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan
anti korupsi.Kelima nilai-nilai dasar tersebut harus dimiliki oleh ASN agar
dapat menjalankan tugasnya dengan baik sebagai ASN yang profesional.
Pentingnya penyusunan rancangan aktualisasi dan habituasi ini
diharapakan dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan 7 kegiatan.
Kegiatan-kegiatan tersebut kemungkinan mengalami kendala sehingga
rancangan kegiatan ini sulit untuk direalisasikan secara optimal atau tidak
tercapai aktualisasinya. Oleh sebab itu Penulis berharap agar rancangan
aktualisasi di UPTD Puskesmas Mayong II bisa berjalan sebagaimana
jadwal dan tahapan yang telah diusun dengan dukungan segenap pihak.
Dampak yang akan terjadi apabila isu tidak dipecahkan adalah
akan semakin meningkatnya angka kejadian pasien dengan hipertensi di
UPTD Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara serta akan
berkembangnya penyakit – penyakit komplikasi dari penyakit hipertensi
akibat kurang baiknya pengelolaan pasien hipertensi sehingga secara
langsung juga akan menurunkan derajat kesehatan masyarakat.

89
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2012. Masalah Hipertensi di Indonesia. Kementerian


Kesehatan RI, Jakarta.

Go, A.S., dkk. 2014, Heart Disease and Stroke Statistic 2014 Update : A
Report From the American Heart Association. Circulation, 129, 28-
292.

Kemenkes RI. 2019. Riset Kesehatan Dasar : Riskesdas 2018. Jakarta :


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Negara Nomor 139 Tahun 2003


tentang Jabatan Fungsional Dokter dan Angka Kreditnya. Jakarta :
Sekretariat Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Akuntabilitas. Modul pendidikan dan


pelatihan prajabatan golongan III. Jakarta:Lembaga Administrasi
Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Anti Korupsi. Modul pendidikan dan


pelatihan prajabatan golongan I/II dan III. Jakarta:Lembaga
Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Etika Publik. Modul pendidikan dan


pelatihan prajabatan golongan I dan II. Jakarta:Lembaga
Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Komitmen Mutu. Modul pendidikan


dan pelatihan prajabatan golongan I dan II. Jakarta:Lembaga
Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Nasionalisme. Modul


pendidikandan pelatihan prajabatan golongan III.
Jakarta:Lembaga Administrasi Negara.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013


tentang Jabatan Fungsional Umum di Lingkungan Kementerian
Kesehatan. Jakarta : Sekretariat Negara.

90
Lampiran Biodata

A.Identitas Diri

1 NamaLengkap dr. Dovi Pratama

2 Jenis Kelamin Laki - laki

Formasi
3 Dokter Ahli Pertama
Jabatan

4 NIP 19900801201902 1 003


Tempat dan
5 Kudus, 01 Agustus 1990
TanggalLahir

Gamong RT 01 RW 01,
6 Alamat Rumah
Kec.Kaliwungu, Kab.Kudus.

7 Nomor Hp 085640833934

8 Alamat e-mail dovipratama@gmail.com

9 Unit Kerja UPTD Puskesmas Mayong II

Jl. Raya Mayong-Pancur km 03


10 Alamat Kantor
Mayong Jepara

B. Riwayat Pendidikan

Nama Sekolah Tahun Lulus Jurusan

SD NEGERI 2 GAMONG 2002 -

SMP NEGERI 1 JEPARA 2005 -


SMA NEGERI 1 KUDUS 2008 IPA

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN PENDIDIKAN PROFESI


2017
AGUNG SEMARANG DOKTER

91

Anda mungkin juga menyukai