Anda di halaman 1dari 95

RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASINILAI-NILAI DASAR

DAN PERAN KEDUDUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

UPAYA PENINGKATAN PENGGUNAAN OBAT RASIONAL DI UPTD


PUSKESMAS SAMBONG KABUPATEN BLORA

Disusun oleh:

Nama : Ratih Septi Indrayani, S.Farm.Apt


NIP :19910928 201902 2 007
Angkatan : XCIX
No. Urut : 34
Jabatan : Apoteker Ahli Pratama
Gol/Ruang :III/b
Unit Kerja :UPTD Puskesmas Sambong
Coach :Drs. Sujarwo,M.pd
Mentor :Joko Budi,HS.S.kep,Ners.Msi

PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN XXXIV


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
2019
HALAMAN PERSETUJUAN
RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASINILAI-NILAI DASAR
DAN PERAN KEDUDUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

Judul : UPAYA PENINGKATAN PENGGUNAAN OBAT


RASIONAL DI UPTD PUSKESMAS SAMBONG
KABUPATEN BLORA

Dinyatakan disetujui untuk diseminarkan pada:


Hari : Selasa
Tanggal : 12 Juli 2019
Tempat : Widya Patra I, Pusat Pengembangan
Sumber Daya Manusia (PPSDM) Migas Cepu
Blora, 11 Juli 2019
Peserta Pelatihan Dasar CPNS

Ratih Septi Indrayani, S.Farm.Apt


NIP. 19910928 201902 2 007
Menyetujui,

Coach, Mentor,

Drs. Sujarwo,M.pd Joko Budi HS,S.Kep,Ners.M.si


Widyaiswara Ahli Madya Kepala UPT Puskesmas Sambong
NIP. 19650119 199702 1 001 NIP. 19691105 199003 1 004

HALAMAN PENGESAHAN

ii
RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASINILAI-NILAI DASAR
DAN PERAN KEDUDUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

Judul : UPAYA PENINGKATAN PENGGUNAAN OBAT


RASIONAL DI UPTD PUSKESMAS SAMBONG
KABUPATEN BLORA

Dinyatakan disetujui untuk diseminarkan pada:


Hari : Selasa
Tanggal : 16 Juli 2019
Tempat : Widya Patra I, Pusat Pengembangan
Sumber Daya Manusia (PPSDM) Migas Cepu

Blora, 15 Juli 2019


Peserta Pelatihan Dasar CPNS

Ratih Septi Indrayani, S.Farm.Apt


NIP. 19910928 201902 2 007
Coach, Mentor,

Drs. Sujarwo,M.pd Joko Budi HS.,S.Kep,Ners.Msi


Widyaiswara Ahli Madya Kepala Puskesmas Sambong
NIP. 19650119 199702 1 001 NIP. 19691105 199003 1 004

Narasumber,

Dwi Heri Sudaryanto,S.Kom


Widyaiswara Ahli Madya
NIP. 19640520 198503 1 001

iii
SURAT PERNYATAAN

Kami yang bertanda tangan di bawah ini :


1. Peserta Pelatihan
Nama : Ratih Septi Indrayani,S.Farm.Apt
NIP : 199109282019022007
Jabatan : Apoteker Ahli Pertama
Unit Kerja : UPTD Puskesmas Sambong
Adalah Peserta Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan
III Angkatan XCIXBadan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019
2. Mentor
Nama : Joko Budi HS.,S.Kep,Ners.Msi
NIP :19691105 199003 1 004
Jabatan : Kepala UPTD Puskesmas Sambong
Unit Kerja : UPTD Puskesmas Sambong
Dengan ini menyatakan bahwa Rancangan Aktualisasi dan Habituasi
Nilai-nilai Dasar PNS ini merupakan produk pembelajaran individual
Peserta Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III
Angkatan XCIX Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019. Aktualisasi
dan Habituasi Nilai-nilai Dasar Pegawai Negeri Sipil dimaksud akan
selalu diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban
kami dalam kedudukan dan peran Pegawai Negeri Sipil dalam Negara
Kesatuan Republik Indonseia.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan segala


konsekuensinya.

Blora, 15 Juli 2019


Mentor Yang Menyatakan,

Joko Budi HS, S.Kep.Msi. Ratih Septi Indrayani, S.Farm.Apt


NIP. 19691105 199003 1 004 NIP. 19910928 201902 2 007

PRAKATA

iv
Alhamdulillahirobbil’alamin,segala puji dan syukur penulis panjatkan
kepada Allah SWT atas segala berkat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Aktualisasi dan Habituasi Nilai -
nilai Dasar dan Peran Kedudukan ASN Diklat Latsar CPNS Golongan III
Angkatan XCIX dengan judul “Upaya Meningkatkan Pelaporan Efek
Samping Obat di Uptd Puskesmas Sambong”.
Penulis menyadari bahwa laporan ini dapat terwujud karena bantuan
dan dorongan dari banyak pihak. Penulis dengan rendah hati
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Mohamad Arief Irwanto, M.Si selaku Kepala Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Jawa Tengah.
2. Lilik Hernanto,S.KM,M.Kes. selaku Kepala Dinas Kabupaten Blora.
3. Anang Sri Danaryanto,S.sos.M.M.A. selaku Kepala Badan
Kepegawaian Kabupaten Blora yang telah memberangkatkan CPNS
untuk melaksanakan latsar.
4. Drs. Sujarwo,M.pd ,selaku coach atas semua inspirasi, dorongan,
masukan dan bimbingannya.
5. Joko Budi HS,S.kep.Msi selaku mentor dan Kepala UPTD Puskesmas
Sambongatas semua arahan, motivasi, dukungan, masukan dan
bimbingan selama pelaporan program aktualisasi.
6. Dwi Heri Sudaryanto,S.Komselaku narasumber atas saran masukan
yang diberikan untuk perbaikan laporan aktualisasi.
7. Keluarga besar UPTD Puskesmas Sambong Kabupaten Blora
8. Seluruh Widyaiswara yang telah membimbing dalam perkuliahan dan
memberikan pengarahan terkait materi ANEKA untuk dapat
diinternalisasikandan diaktualisasikan di instansi.
9. Seluruh Panitia dan Binsuh yang telah membantu dan menfasilitasi
kegiatan latsar.
10. Keluarga besar peserta Latsar Golongan III Angkatan XCIX tahun
2019.

v
11. Keluarga saya, Orangtua, Adik dan Suami tercinta yang senantiasa
memberikan dukungan moril maupun materiil.
Penulis sadar bahwa laporan aktualisasi ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karenanya penulis berharap masukan dari berbagai
pihak membuat laporan menjadi lebih baik agar laporan ini dapat dijadikan
dasar dalam pelaksanaan dan pelaporan aktualisasi dan habituasi nilai-
nilai dasar PNS, serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
semua pihak yang membutuhkan.

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN...................................................................... iv
PRAKATA................................................................................................ v
DAFTAR ISI............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL...................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Identifikasi Isu, Dampak dan Rumusan Masalah.......................... 2
C. Tujuan........................................................................................... 8
D. Manfaat......................................................................................... 9
BAB IIDESKRIPSI UNIT ORGANISASI
A. Dasar Hukum, Visi, Misi dan Nilai Organisasi.............................. 10
1. Dasar Hukum Organisasi........................................................ 10
2. Visi, Misi dan Nilai Organisasi................................................. 10
3. Struktur Organisasi................................................................. 12
4. Deskripsi Sumber Daya Manusia dan Sarpras....................... 12
B. Tugas Pokok Organisasi dan Tugas Pokok Peserta.................... 14
C. Role Model.................................................................................... 17
BAB III RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI-HABITUASI
A. Daftar Rancangan KegiatanAktualisasi dan Keterkaitan dengan
Nilai ANEKA.................................................................................. 18
B. Jadwal Rancangan Aktualisasi..................................................... 25
BAB IVHASIL KEGIATAN AKTUALISASI-HABITUASI
A. Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan didukung dengan
substansi mata pelatihan dan kontribusi terhadap organisasi...... 26
B. Analisis Dampak Hasil Inisiatif/Kegiatan....................................... 41

vii
C. Uraian Kendala yang Timbul dan Strategi Menghadapi Kendala. 46

BAB V PENUTUP
A. Simpulan ...................................................................................... 47
B. Rekomendasi................................................................................ 48
C. Rencana Aksi ............................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 50
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..................................................................... 51
LAMPIRAN-LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Identifikasi Isu....................................................................... 3


Tabel 1.2. Analisis Isu Strategis............................................................ 6
Tabel 1.3. Dampak Isu Tidak Terselesaikan......................................... 7
Tabel 2.1.Jumlah Sarana dan Prasarana.............................................. 13
Tabel 3.1. Rancangan Kegiatan Aktualisasi.......................................... 19
Tabel 3.2. Jadwal Pelaksanaan Rancangan Aktualisasi....................... 25
Tabel 4.1. Pelaksanaan Kegiatan 1....................................................... 26
Tabel 4.2. Pelaksanaan Kegiatan 2....................................................... 29
Tabel 4.3. Pelaksanaan Kegiatan 3....................................................... 32
Tabel 4.4. Pelaksanaan Kegiatan 4....................................................... 34
Tabel 4.5. Pelaksanaan Kegiatan 5....................................................... 36
Tabel 4.6. Proporsi Penerapan Nilai-Nilai Dasar PNS ......................... 39
Tabel 4.7. Analisis Dampak Hasil Inisiatif/Kegiatan ............................. 42
Tabel 4.8. Uraian Kendala dan Strategi Menghadapi Kendala ............ 46
Tabel 5.1. Rencana Aksi ....................................................................... 49

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Struktur Organisasi UPTD Puskesmas Sambong............ 12

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pegawai Negeri Sipil adalah profesi bagi pegawai negeri sipil
dan pegawai pemerintahan dengan perjanjian kerja yang bekerja pada
instansi pemerintahan. Pengertian tersebut sesuai dengan Undang –
Undang no 5 tahun 2014. Peran Aparatur Sipil Negara (ASN) sudah
ditetapkan pada UU no 5 tahun 2014 pasal 12, yaitu “Sebagai
perencana, pelaksana dan pengawas penyelenggaraan tugas umum
pemerintahan dan pembangunan nasional, melalui pelaksanaan
kebijakan dan pelayanan publik yang professional, bebas dari
intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi dan
nepotisme.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 tentang


Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS),
ditetapkan bahwa salah satu jenis diklat yang strategi untuk
mewujudkan PNS sebagai bagian dari ASN menjadi professional
adalah diklat Prajabatan. Diklat ini dilaksanakan dalam rangka
membentuk nilai-nilai dasar profesi ASN, sehingga mampu
melaksanakan tugas dan perannya secara professional sebagai
pelayan masyarakat.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dilakukan inovasi


dalam penyelenggaraan Diklat Prajabatan yang memungkinkan peserta
untuk mampu menginternalisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS yang
diberikan dalam pembelajaran di tempat diklat yaitu on-
campuskemudian mengaktualisasikan hasil pembelajaran on-campus
saat kembali ke tempat kerja (off-campus). Dengan demikian nilai-nilai
dasar profesi PNS tersebut terpatri kuat dalam dirinya. Pedoman
penyelenggaraan Diklat Prajabatan dengan pola baru adalah Peraturan
Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 38 Tahun 2014 tentang

1
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III .

Berdasarkan dari kelima nilai dasar ANEKA yaitu Akuntabilitas,


Nasionalisme, Etika publik komitmen mutu dan Anti korupsi yang
harus ditanamkan kepada setiap ASN maka perlu di ketahui indikator-
indikator dari kelima kata tersebut yaitu:

1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi
untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah
seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai – nilai publik.

2. Nasionalisme
Nasionalisme adalah pondasi bagi aparatur sipil Negara untuk
mengaktualisasikan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya dengan
orientasi mementingkan kepentingan publik, bangsa dan Negara.

3. Etika pubik
Etika publik merupakan refleksi atas standart/norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah tindakan keputusan, prilaku untuk
mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung
jawab pelayanan publik.

4. Komitmen mutu
Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik dengan
berorientasi pada kualitas hasil. Adapun nilai-nilai komitmen mutu
antara lain : mengedepankan komitmen terhadap kepuasan dan
memberikan layanan yang menyentuh hati, untuk menjaga dan
memelihara
5. Anti korupsi
Anti Korupsi adalah tindakan atau gerakan yang dilakukan untuk
memberantas segala tingkah laku atau tindakan yang melawan
norma–norma dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi,
merugikan Negara atau masyarakat baik secara langsung maupun

2
tidak langsung. Tindak pidana korupsi yang terdiri dari kerugian
keuangan Negara, suap-menyuap, pemerasan, perbuatan curang,
penggelapan dalam jabatan, benturan kepentingan dalam pengadaan
dan gratifikasi.

Dalam proses pembelajaran diklat prajabatan pola baru terdapat


lima kegiatan yaitu :

1. Merancang aktualisasi nilai-nilai dasar profesi PNS


2. Mempresentasikan rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar
profesi PNS
3. Mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ditempat kerja
4. Melaporkan dan mempresentasikan pelaksanaan aktualisasi
nilai dasar
5. Menyusun aksi penyempurnaan aktualisasi nilai dasar

Puskesmas Sambong adalah salah satu sarana pelayanan


kesehatan masyarakat yang penting karena bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja
Kecamatan Sambong. Puskesmas Sambong adalah suatu unit
pelaksanan fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan
kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menyelenggarakan kegiatan secara menyeluruh terpadu yang
berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal di
wilayah Kecamatan Sambong. Indikator utama yang harus dimiliki
setiap puskesmas termasuk Puskesmas Sambong adalah lingkungan
sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
derajat kesehatan penduduk kecamatan.

Penggunaan Obat Rasional adalah apabila pasien menerima


pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang
sesuai dengan kebutuhan, dalam periode waktu yang sesuai dan

3
dengan biaya yang terjangkau oleh dirinya dan kebanyakan
masyarakat. Pengobatan yang pada umumnya ialah untuk mencapai
suatu pengobatan yang efektif, tentu saja mendorong penggunaan obat
rasional digalakkan dimana-mana.

Penggunaan obar sendiri juga dilandasi oleh beberapa indikator


lainnya. Indikator tersebut berupa :

1. Tepat diagnosis,
2. Tepat Pemilihan Obat,
3. Tepat Indikasi,
4. Tepat Pasien,
5. Tepat Dosis,
6. Tepat cara dan lama pemberian,
7. Tepat harga,
8. Tepat Informasi dan
9. Waspada terhadap Efek Samping Obat.

Menurut WHO, lebih dari 50 % obat – obatan di dunia diresepkan


dan diberikan secara tidak tepat, tidak efektif dan tidak efisien. Terbalik
dengan keadaan tersebut, kurang lebih 1/3 penduduk dunia kesulitan
mendapat akses memperoleh obat esensial. Di Indonesia sendiri pada
fasilitas pelayanan kesehatan masih banyak terjadi polifarmasi,
penggunaan antibiotik yang irasional dan swamedikasi tidak tepat. Hal
tersebut menunjukan belum optimalnya penggunaan obat secara
rasional.

Kebijakan Penggunaan Obat Rasional merupakan salah satu


upaya untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu,
menjamin keamanan, efektifitas serta biaya yang terjangkau dari suatu
pengobatan yang diberikan kepada masyarakat di fasilitas pelayanan
kesehatan maupun pada pengobatan sendiri (self-medication)

4
Penggunaan obat dikatakan rasional yaitu apabila pasien menerima
pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang
sesuai dengan kebutuhan, dalam periode waktu yang adekuat dan
dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat banyak.
Sesuai dengan indikator pelayanan yang harus dimiliki oleh
Puskesmas Sambong, maka inovasi merupakan suatu upaya yang baik
dalam meningkatkan kualitas hidup pasien yang berobat di Puskesmas
Sambong. Dalam rangka merancang sebuah inovasi, yang pertama
harus dilakukan adalah identifikasi isu yang terjadi di Puskesmas
Sambong. Bahwa pengukuran indicator penggunaan obat yang rasional
berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh departemen kesehatan
th 2011 yaitu :

Sedangkan pencapaian puskesmas sambong dari bulan januari-


juni adalah sebagai berikut :
Untuk ISPA Untuk Diare
- Bulan Januari 11,53% - Bulan Januari 64,28%
- Bulan Febuari 30,43% - Bulan Februari 8,33%
- Bulan Maret 16,67 % - Bulan Maret tidak ditemukan kasus diare
- Bulan April 17,39% - Bulan April 28,57%
- Bulan Mei 41,66 % - Bulan Mei tidak ditemukan kasus diare
- Bulan Juni 23,8 % - Bulan Juni 60%

5
Untuk penggunaan injeksi myalgia menggunakan antibiotic tidak
ditemukan kasus. Berdasarkan data tersebut dapat dipastikan bahwa
penggunaan antibiotic masih tinggi di atas standar yang ditetapkan
sehingga perlu dilakukan evaluasi.Hal tersebut yang melatarbelakangi
penulis untuk memilih isu kurangnya penggunaan obat yang rasional.
Setelah isu diidentifikasi dan ditetapkan, maka selanjutnya dapat
disusun kegiatan yang akan diaktualisasikan untuk dapat meningkatkan
kualitas lingkungan Puskesmas Sambong.
Berdasarkan masalah-masalah tersebut maka penulis akan
merancang kegiatan aktualisasi dengan menerapkan ilmu dan nilai-nilai
yang telah didapatkan selama pelatihan sehingga mampu memberikan
perubahan yang bermanfaat untuk Puskesmas Sambong dalam
meningkatkan kualitas hidup pasien.
B. Identifikasi Isu, Dampak dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Isu
Laporan aktualisasi ini disusun berdasarkan identifikasi
beberapa isu atau problematika yang ditemukan dalam
melaksanakan tugas sebagai apoteker ahli pertama di UPTD
Puskesmas Sambong Kabupaten Blora. Sumber isu yang diangkat
dapat berasal dari individu, unit kerja, maupun organisasi. Isu-isu
yang menjadi dasar laporan aktualisasi ini bersumber dari aspek:
a. Whole of government (WoG),
b. Pelayanan publik, dan
c. Manajemen ASN.
Telah dipetakan beberapa isu atau problematika, antara lain:
a. Belum tercapainya peningkatan penggunaan obat yang rasional
di Puskesmas Sambong
b. Belum maksimalnya pengawasan , pengendalian dan
penggunaan narkotika dan psikotropika di Puskesmas Sambong
c. Belum maksimalnya monitoring efek samping obat di Puskesmas
Sambong;

6
d. Belum maksimalnya penyediaan,pengawasan dan monitoring
obat emergensi di masing-masing unit pelayanan
e. Belum optimalnya pemberian informasi obat kepada seluruh
pasien Puskesmas Sambong;
Daftar isu yang diperoleh di lingkungan kerja penulis yang
dikaitkan dengan agenda ketiga Pelatihan Dasar CPNS
(Manajemen ASN, Whole of Government (WoG), dan Pelayanan
Publik) dapat ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 1.1 Identifikasi Isu


N Identifikasi Isu Sumber Isu Kondisi Saat Ini Kondisi yang
o. Diharapkan
1. Belum tercapainya Manajemen Sudah ada, tetapi Tercapainya
penggunaan obat ASN, terkadangpasien pemberian obat yang
yang rasional Pelayanan menerima obat maksimal sesuai
Publik, yang tepat untuk kebutuhan klinis,dosis
kebutuhan klinis, dan memenuhi
tetapi dalam dosis kebutuhan dalam
yang kurang jangka waktu tertentu
memenuhi dalam upaya
kebutuhan untuk tercapainya
jangka waktu yang peningkatan kondisi
cukup, sehingga masyarakat yang
pasien harus sehat.
menebus
kekurangan jumlah
obat di luar karena
keterbatasan
jumlah obat
sehingga terjadi
peningkatan biaya,

2. Belum tercapainya Whole of kurangnya Dilakukan


pengawasan , Government kepatuhan pengawasan
pengendalian dan petugas dalam penggunaan melalui
penggunaan melakukan pemberian narkotika
narkotika dan penandaan dan psikotropika
psikotropika di terhadap resep sesuai kondisi klinis
yang mengandung pasien dan dilakukan
Puskesmas
psikotropika dan pemantauan terhadap
Sambong
narkotika, juga pemberiannya,
resep ini harus pemnyimpanan harus
dipisahkan dengan sesuai peraturan per-
yang lain.Karena UUan yang berlaku.

7
N Identifikasi Isu Sumber Isu Kondisi Saat Ini Kondisi yang
o. Diharapkan
almari
penyimpanan obat
yang kecil
sehingga tidak
muat untuk
menyimpan obat
menyebabkan
pengawasan
kurang maksimal
3. Belum maksimalnya Pelayanan Kurangnya Perlu adanya
monitoring Publik kemauan pasien komunikasi antara
pelaporan efek untuk melaporkan dokter, apoteker ,
samping obat efek samping obat tenaga medis lainnya
yang terjadi untuk meminimalkan
efek samping obat
Kurangnya melalui komunikasi
komunikasi antar informasi dan edukasi
petugas kesehatan dengan pasien dari
yang lain terhadap pasien mendaftar
kejadian efek sampai mendapatkan
samping obat obat.
Sistem penulisan
Resep yang
kurang jelas

4. Belum maksimalnya Manajemen Tidak adanya Adanya pemantauan


penyediaan,pengaw ASN, Whole of kartu stok dan ketersediaan obat oleh
asan dan monitoring Govermment segel lemari obat petugas famasi
obat emergensi di emergensi sehingga obat yang
masing-masing unit terkadang obat rusak/ ed bias
dari gudang langsung di ganti ,
farmasi kabupaten lemari emergency
kosong yang harus selalu
tersegel untuk
menjamin
ketersediaan obat
emergensi dan upaya
penyediaan secara
mandiri oleh
puskesmas

8
N Identifikasi Isu Sumber Isu Kondisi Saat Ini Kondisi yang
o. Diharapkan
5. Belum maksimalnya Manajemen Seringkali pasien Pasien megerti akan
pemberian informasi ASN terburu-buru cara penggunaan obat
obat ke seluruh sehingga malas yang baik sesuai
pasien yang berobat mendengarkan dosis, indikasi,
di UPTD PIO atau pasien cara.waktu pemakaian
Puskesmas yang berusia lanjut obat sehingga
Sambong yang tidak di keberhasilan terapi
temani dapat tercapai
keluarganya

(Sumber: Data dielaborasi penulis, 2019)

Berdasarkan pemetaan dan identifikasi isu yang telah


dipaparkan, perlu dilakukan proses analisis isu untuk menentukan
isu mana yang merupakan prioritas yang dapat dicarikan solusi
oleh penulis. Proses tersebut menggunakan dua alat bantu
penetapan kriteria kualitas isu yakni berupa:
a. APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan, dan Kelayakan)
b. Tabel 1.2 Tabel parameter APKL
No Indikator Keterangan
1 2 3

Isu yang sedang terjadi atau dalam proses


1 Aktual (A)
kejadian, sedang hangat dibicarakan di kalangan
masyarakat, atau isu yang diperkirakan bakal
terjadi dalam waktu dekat. jadi bukan isu yang
sudah lepas dari perhatian masyarakat atau isu
yang sudah basi.

Isu yang menyimpang dari harapan standar,


2 Problematik (P)
ketentutan yang menimbulkan kegelisahan yang
perlu segera dicari penyebab dan pemecahannya.

Isu yang secara langsung menyangkut hajat


3 Kekhalayakan (K)
hidup orang banyak, masyarakat pelanggan pada
umumnya, dan bukan hanya untuk kepentingan
seseorang atau sekelompok kecil orang tertentu
saja

9
Isu yang masuk akal (logis), pantas, realistis,
4 Layak (L)
dan dapat dibahas sesuai dengan tugas, hak,
wewenang, dan tanggung jawab.

Berikut beberapa isu yang ada pada UPT Puskesmas Sambong yang
ditetapkan menggunakan pendekatan APKL:

Tabel 1.3 Tabel penetapan isu dengan APKL

No Identifikasi Isu Indikator Keterangan

A P K L
1 Belum tercapainya + + + + Memenuhi (M)
penggunaan obat yang
rasional

2 + + + + Memenuhi (M)
Belum tercapainya
pengawasan , pengendalian
dan penggunaan narkotika
dan psikotropika di
Puskesmas Sambong

3 + + - + Tidak Memenuhi
Belum maksimalnya Syarat (TMS)
monitoring pelaporan efek
samping obat

4 Belum maksimalnya + + + + Memenuhi (M)


penyediaan,pengawasan
dan monitoring obat
emergensi di masing-
masing unit)

5 + - - + Tidak Memenuhi
Belum maksimalnya Syarat (TMS)
pemberian informasi obat ke
seluruh pasien yang berobat
di Puskesmas Sambong

10
c. USG (Urgency, Seriousness, dan Growth)
Analisis USG (Urgency, Seriousness, dan Growth)
mempertimbangkan tingkat kepentingan, keseriusan, dan
perkembangan setiap variabeldengan rentang skor 1-5.
Tabel 1.4 Tabel penjelasan USG
No Komponen Keterangan
1 2 3
1 Urgency Seberapa mendesak isu tersebut dibahas dikaitkan
demgan waktu yang tersedia serta seberapa keras
tekanan waktu tersebut untuk memecahkan
masalah yang menyebabkan isu
2 Seriousness Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas
dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan
penundaan pemecahan masalah yang
menimbulkan isu tersebut atau akibat yang
ditimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah
penyebab isu tidak dipecahkan (bisa
mengakibatkan masalah lain)
3 Growth Seberapa kemungkinan isu tersebut menjadi
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah
penyebab isu akan semakin memburuk jika
dibiarkan.
Parameter yang digunakan untuk menentukan prioritas yaitu
menggunakan skala likertpada tabel berikut :

Tabel 1.5 Tabel parameter USG


Nilai Urgency / Seriousness / Growth /
Mendesak Kegawatan Pertumbuhan
1. Isu tidak mendesak Isu tidak begitu serius Isu lamban
untuk segera untuk di bahas karena berkembang
diselesaikan tidak berdampak ke hal
yang lain
Isu kurang Isu kurang serius untuk Isu kurang cepat
2. mendesak untuk segera dibahas karena berkembang
segera diselesaiakn tidak kurang berdampak
ke hal yang lain
3. Isu cukup mendesak Isu cukup serius untuk Isu cukup cepat
untuk segera segera dibahas karena berkembang,
diselesaikan akan berdampak ke hal segera dicegah

11
yang lain
4. Isu mendesak untuk Isu serius untuk segera Isu cepat
segera diselesaikan dibahas karena akan berkembang untuk
berdampak ke hal yang segera dicegah
lain
5. Isu sangat Isu sangat serius untuk Isu sangat cepat
mendesak untuk segera dibahas karena berkembang untuk
segera diselesaikan akan berdampak ke hal segera dicegah
yang lain

Analisis penetapan USG yang dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 1.6 Tabel penetapan isu USG


Indikator
No Isu U S G Jumlah Peringkat
(1-5) (1-5) (1-5)
1 2 3 4 5 6 7

Belum tercapainya
1 penggunaan obat yang 5 5 5 15 I
rasional

Belum tercapainya
pengawasan ,
pengendalian dan
2 penggunaan narkotika 4 4 5 13 II
dan psikotropika di
Puskesmas Sambong

Belum maksimalnya
penyediaan,pengawasa
3 n dan monitoring obat 4 3 5 12 III
emergensi di masing-
masing unit

12
Berdasarkan tabulasi APKL seperti tercantum pada table
1.2. Analisis Isu Strategis, ditemukan isu utama yang memenuhi
syarat, yaitu sebagai berikut:
1. Belum tercapainya penggunaan obat yang rasional
2. Belum tercapainya pengawasan , pengendalian dan
penggunaan narkotika dan psikotropika di Puskesmas
Sambong
3. Belum maksimalnya penyediaan,pengawasan dan monitoring
obat emergensi di masing-masing unit

Dari ketiga isu yang problematik tersebut, ditetapkan isu paling


prioritas yakni “Belum tercapainya penggunaan obat yang rasional”
dengan perolehan skor USG 15.
2. DampakJika Isu tidak diselesaikan
Dari Tabel 1.2., Analisis Isu Strategis, menunjukkan validasi
isu dengan menggunakan analisa USG. Dari analisa didapatkan
core issue yakni “Belum tercapainya penggunaan obat yang
rasional”.
Dampak dari isu terpilih yang telah dianalisis menggunakan
metode USG, jika tidak diselesaikan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini
Tabel 1.3 Dampak Isu Tidak Terselesaikan
Sumber Identifikasi Isu Dampak
Isu

Manajemen Belum Penyelesaian yang terlambat


ASN , maksimalnya akan berdampak pada:
Pelayanan penggunaan obat
Publik yang rasional 1. Dampak padamutu
pengobatan dan pelayanan

Salah satu dampak penggunaan


obat yang tidak rasional adalah
peningkatan angka morbiditas dan
mortalitas penyakit

2. Dampak terhadap
biayapengobatan

13
Sumber Identifikasi Isu Dampak
Isu

Penggunaan obat tanpa indikasi


yang jelas, atau pemberian obat
untuk keadaan yang sama sekali
tidak memerlukan terapi obat,
jelas merupakan pemborosan dan
sangat membebani pasien. Di sini
termasuk pula peresepan obat
yang mahal, padahal alternatif
obat yang lain dengan manfaat
dan keamanan sama dengan
harga lebih terjangkau telah
tersedia.

3. Dampak terhadap
kemungkinan efek samping dan
efek lain yang tidak diharapkan

Dampak lain dari


ketidakrasionalan penggunaan
obat adalah meningkatkan resiko
terjadinya efek samping serta efek
lain yang tidak diharapkan, baik
untuk pasien maupun masyarakat.

4. Dampak terhadap mutu


ketersediaan obat

Sebagian besar dokter masih


cenderung meresepkan antibiotika
untuk keluhan batuk dan pilek.
Akibatnya kebutuhan antibiotika
menjadi sangat tinggi, padahal
diketahui bahwa sebagian besar
batuk pilek disebabkan oleh virus
dan antibiotika tidak diperlukan.
Dari praktek pengobatan tersebut
tidaklah mengherankan apabila
yang umumnya dikeluhkan oleh
Puskesmas adalah tidak
cukupnya ketersediaan antibiotik.
Akibatnya jika suatu saat
ditemukan pasien yang benar-
benar menderita infeksibakteri,
antibiotik yang dibutuhkan sudah
tidak tersedia lagi. Yang terjadi
selanjutnya adalah pasien
terpaksa diberikan antibiotik lain
yang bukan pilihan utama
obatpilihan (drug of choice) dari

14
Sumber Identifikasi Isu Dampak
Isu

infeksi tersebut.

(Sumber: Data dielaborasi penulis, 2019)

3. Rumusan Masalah
Dari isu tersebut maka rumusan masalah laporan aktualisasi
melalui habituasi adalah:
a. Kegiatan apa yang harus dilakukan untuk memberikan
kontribusi pada upaya peningkatan penggunaan obat rasional
di UPTD Puskesmas Sambong?
b. Bagaimana Nilai Dasar PNS (ANEKA) dapat diimplementasikan
selama kegiatan aktualisasi melalui habituasi di unit kerja?
Gagasan Pemecahan Isu pada unit kerja UPTD PUSKESMAS
SAMBONG adalah “Upaya Peningkatan Penggunaan Obat Yang
Rasional di UPTD Puskesmas Sambong.

C. Tujuan
Berdasarkan identifikasi isu dan rumusan masalah yang telah
ditemukan, tujuan yang akan dicapai dari dilaksanakannya aktualisasi
ini adalah sebagai berikut:
Tujuan Umum :
1. Mampu melaksanakan kegiatan sebagai upaya untuk
meningkatkan penyelesaian Peningkatan Penggunaan Obat yang
Rasional.
2. Meningkatkan mutu pelayanan obat di UPTD Puskesmas
Sambong melalui Evaluasi Penggunaan Obat
3. Mengaktualisasikan dan mengimplementasikan nilai-nilai dasar
ASN yaitu nilai ANEKA ke dalam setiap kegiatan yang dilakukan di
Inspektorat Kabupaten Rembang.
4. Mampu mengetahui kontribusi kegiatan terhadap visi, misi dan
nilai di UPTD Puskesmas Sambong.

15
Tujuan Khusus :
Mengetahui penggunaan obat berdasarkan pedoman standar
yaitu Formularium Puskesmas

D. Manfaat
Manfaat kegiatan pengaktualisasian nilai-nilai dasar PNS adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Calon Pegawai Negeri Sipil
Meningkatkan pemahaman dan mampu untuk
mengimplementasikan nilai-nilai dasar ANEKA (Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi)
sebagai landasan dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
2. Bagi Satuan Kerja
Membantu meningkatkan penyelesaian rasionalitas penggunaan
obat di UPTD Puskesmas Sambong dan dapat memberikan
manfaat kepada seluruh masyarakat UPTD Puskesmas Sambong
untuk mendukung Visi dan Misi UPTD Puskesmas Sambong
3. Bagi Stake Holder
TercapainyaSambong sehat secara optimal dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat secara umum melalui penggunaan
obat yang rasional

16
BAB II
LANDASAN TEORI

A. DEFINISI
Penggunaan obat yang rasional

Pengobatan sendiri sering dilakukan oleh masyarakat.Dalam


pengobatan sendiri sebaiknya mengikuti persyaratan penggunaan obat
rasional. Materi ini akan membahas pengertian dan batasan
pengobatan rasional. Penggunaan obat dikatakan rasional bila (WHO
1985) bila pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhannya,
untuk periode waktu yang adekuat dan dengan harga yang paling
murah untuk pasien dan masyarakat.

WHO memperkirakan bahwa lebih dari separuh dari seluruh obat di


dunia diresepkan, diberikan dan dijual dengan cara yang tidak tepat
dan separuh dari pasien menggunakan obat secara tidak tepat.Secara
praktis, penggunaan obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria:

1. Tepat Diagnosis
Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis
yang tepat. Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar, maka
pemilihan obat akan terpaksa mengacu pada diagnosis yang
keliru tersebut. Akibatnya obat yang diberikan juga tidak akan
sesuai dengan indikasi yang seharusnya.

Contoh I :

DiareDisertai darah dan lendir Serta gejala tenesmus Amoebiasis


diberikan antibiotic Metronidazol

Contoh 2:

Diare Diserta gejala tenesmusBukan Amoebiasis Bukan Metronidazol

Pada contoh II,

17
Bila pemeriksa tidak jeli untuk menanyakan adanya darah dalam
feses, maka bisa saja diagnosis yang dibuat menjadi kolera.Untuk
yang terakhir ini obat yang diperlukan adalah tetrasiklin.
Akibatnya penderita amoebiasis di atas terpaksa mendapat
tetrasiklin yang sama sekali bukan antibiotik pilihan untuk
amoebiasis.

2.Tepat Indikasi Penyakit


Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik.Antibiotik,
misalnya diindikasikan untuk infeksi bakteri.Dengan demikian,
pemberian obat ini hanya dianjurkan untuk pasien yang memberi
gejala adanya infeksi bakteri.

3. Tepat Pemilihan Obat


Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah
diagnosis ditegakkan dengan benar.Dengan demikian, obat yang
dipilih harus yang memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum
penyakit.

Contoh:

Gejala demam terjadi pada hampir semua kasus infeksi dan


inflamasi. Untuk sebagian besar demam, pemberian parasetamol
lebih dianjurkan, karena disamping efek antipiretiknya, obat ini
relatif paling aman dibandingkan dengan antipiretik yang lain.
Pemberian antiinfl amasi non steroid (misalnya ibuprofen) hanya
dianjurkan untuk demam yang terjadi akibat proses peradangan
atau inflamasi.

4. Tepat Dosis
Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh
terhadap efek terapi obat. Pemberian dosis yang berlebihan,
khususnya untuk obat yang dengan rentang terapi yang sempit,
akan sangat beresiko timbulnya efek samping. Sebaliknya dosis

18
yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi
yang diharapkan.

5. Tepat Cara Pemberian


Obat Antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan. Demikian
pula antibiotik tidak boleh dicampur dengan susu, karena akan
membentuk ikatan, sehingga menjadi tidak dapat diabsorpsi dan
menurunkan efektivtasnya.

6. Tepat Interval Waktu Pemberian


Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan
praktis, agar mudah ditaati oleh pasien.Makin sering frekuensi
pemberian obat per hari (misalnya 4 kali sehari), semakin rendah
tingkat ketaatan minum obat.Obat yang harus diminum 3 x sehari
harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan
interval setiap 8 jam.

7. Tepat lama pemberian


Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing-
masing. Untuk Tuberkulosis dan Kusta, lama pemberian paling
singkat adalah 6 bulan. Lama pemberian kloramfenikol pada
demam tifoid adalah 10-14 hari. Pemberian obat yang terlalu
singkat atau terlalu lama dari yang seharusnya akan berpengaruh
terhadap hasil pengobatan.

8. Waspada terhadap efek samping


Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek
tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis
terapi, karena itu muka merah setelah pemberian atropin bukan
alergi, tetapi efek samping sehubungan vasodilatasi pembuluh
darah di wajah.

19
Misalnya :Pemberian tetrasiklin tidak boleh dilakukan pada anak
kurang dari 12 tahun, karena menimbulkan kelainan pada gigi dan
tulang yang sedang tumbuh.

9. Tepat penilaian kondisi pasien


Respon individu terhadap efek obat sangat beragam.Hal ini lebih
jelas terlihat pada beberapa jenis obat seperti teofilin dan
aminoglikosida. Pada penderita dengan kelainan ginjal,pemberian
aminoglikosida sebaiknya dihindarkan, karena resiko terjadinya
nefrotoksisitas pada kelompok ini meningkat secara bermakna.

Beberapa kondisi berikut harus dipertimbangkan sebelum


memutuskan pemberian obat:

a. β-bloker (misalnya propranolol) hendaknya tidak diberikan


pada penderita hipertensi yang memiliki riwayat asma,
karena obat ini memberi efek bronkhospasme.
b. Antiinflamasi Non Steroid (AINS) sebaiknya juga dihindari
pada penderita asma, karena obat golongan ini terbukti
dapat mencetuskan serangan asma.
c. Peresepan beberapa jenis obat seperti simetidin,
klorpropamid, aminoglikosida dan allopurinol pada usia lanjut
hendaknya ekstra hati-hati, karena waktu paruh obat-obat
tersebut memanjang secara bermakna, sehingga resiko efek
toksiknya juga meningkat pada pemberian secara berulang.
d. Peresepan kuinolon (misalnya siprofl oksasin dan ofloksasin),
tetrasiklin, doksisiklin, dan metronidazol pada ibu hamil
sama sekali harus dihindari, karena memberi efek buruk
pada janin yang dikandung.

Obat yang diberikan harus efektif dan aman dengan mutu


terjamin, serta tersedia setiap saat dengan harga yang

20
terjangkauUntuk efektif dan aman serta terjangkau, digunakan
obat-obat dalam daftar obat esensial. Pemilihan obat dalam
daftar obat esensial didahulukan dengan mempertimbangkan
efektivitas, keamanan dan harganya oleh para pakar di bidang
pengobatan dan klinis.

10. Tepat informasi


Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat
penting dalam menunjang keberhasilan terapi

Sebagai contoh:

a. Peresepan rifampisin akan mengakibatkan urine penderita


berwarna merah. Jika hal ini tidak diinformasikan, penderita
kemungkinan besar akan menghentikan minum obat karena
menduga obat tersebut menyebabkan kencing disertai
darah. Padahal untuk penderita tuberkulosis, terapi dengan
rifampisin harus diberikan dalam jangka panjang.
b. Peresepan antibiotik harus disertai informasi bahwa obat
tersebut harus diminum sampai habis selama satu kurun
waktu pengobatan (1 course of treatment), meskipun gejala-
gejala klinik sudah mereda atau hilang sama sekali. Interval
waktu minum obat juga harus tepat, bila 4 kali sehari berarti
tiap 6 jam. Untuk antibiotik hal ini sangat penting, agar kadar
obat dalam darah berada di atas kadar minimal yang dapat
membunuh bakteri penyebab penyakit.

11. Tepat tindak lanjut (follow-up)


Pada saat memutuskan pemberian terapi, harus sudah
dipertimbangkan upaya tindak lanjut yang diperlukan, misalnya jika
pasien tidak sembuh atau mengalami efek samping.Sebagai
contoh, terapi dengan teofilin sering memberikan gejala takikardi.

21
Jika hal ini terjadi, maka dosis obat perlu ditinjau ulang atau
bisa saja obatnya diganti.Demikian pula dalam penatalaksanaan
syok anafilaksis, pemberian injeksi adrenalin yang kedua perlu
segera dilakukan, jika pada pemberian pertama respons sirkulasi
kardiovaskuler belum seperti yang diharapkan.

12. Tepat penyerahan obat (dispensing)


Penggunaan obat rasional melibatkan juga dispenser
sebagai penyerah obat dan pasien sendiri sebagai
konsumen.Pada saat resep dibawa ke apotek atau tempat
penyerahan obat di Puskesmas, apoteker/asisten apoteker
menyiapkan obat yang dituliskan peresep pada lembar resep untuk
kemudian diberikan kepada pasien. Proses penyiapan dan
penyerahan harus dilakukan secara tepat, agar pasien
mendapatkan obat sebagaimana harusnya.

Dalam menyerahkan obat juga petugas harus memberikan


informasi yang tepat kepada pasien. Pasien patuh terhadap
perintah pengobatan yang dibutuhkan, ketidaktaatan minum obat
umumnya terjadi pada keadaan berikut:

1. Jenis dan/atau jumlah obat yang diberikan terlalu banyak


2. Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
3. Jenis sediaan obat terlalu beragam
4. Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
5. Pasien tidak mendapatkan informasi/penjelasan yang
cukup mengenai cara minum/menggunakan obat

Timbulnya efek samping (misalnya ruam kulit dan nyeri


lambung), atau efek ikutan (urine menjadi merah karena
minum rifampisin) tanpa diberikan penjelasan terlebih dahulu.

22
Berikut yang menyebabkan pemberian obat menjadi tidak rasional :

Peresepan berlebih (overprescribing)

Yaitu jika memberikan obat yang sebenarnya tidak diperlukan untuk


penyakit yang bersangkutan.

Contoh:

a) Pemberian antibiotik pada ISPA non pneumonia (umumnya


disebabkan oleh virus)
b) Pemberian obat dengan dosis yang lebih besar daripada yang
dianjurkan.
c) Jumlah obat yang diberikan lebih dari yang diperlukan untuk
pengobatan penyakit tersebut.
d) Pemberian obat berlebihan memberi resiko lebih besar untuk
timbulnya efek yang tidak diinginkan seperti: (Interaksi) Efek
Samping ) Intoksikasi

Peresepan kurang (underprescribing),

23
Yaitu jika pemberian obat kurang dari yang seharusnya diperlukan, baik
dalam hal dosis, jumlah maupun lama pemberian.Tidak diresepkannya
obat yang diperlukan untuk penyakit yang diderita juga termasuk dalam
kategori ini.

Contoh :

a) Pemberian antibiotik selama 3 hari untuk ISPA pneumonia.


b) Tidak memberikan oralit pada anak yang jelas menderita diare.
c) Tidak memberikan tablet Zn selama 10 hari pada balita yang diare

Peresepan majemuk (multiple prescribing)


Yaitu jika memberikan beberapa obat untuk satu indikasi penyakit yang
sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu obat
untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis obat.

Contoh:

Pemberian puyer pada anak dengan batuk pilek berisi:

Amoksisilin,Parasetamol,Gliseril guaiakolat,Deksametason,
CTM, dan Luminal.

Peresepan salah (incorrect prescribing)


Mencakup pemberian obat untuk indikasi yang keliru, untuk kondisi yang
sebenarnya merupakan kontraindikasi pemberian obat, memberikan
kemungkinan resiko efek samping yang lebih besar, pemberian informasi
yang keliru mengenai obat yang diberikan kepada pasien, dan sebagainya

Contoh :

Pemberian antibiotik golongan kuinolon (misalnya siprofloksasin &


ofloksasin) untuk anak.Meresepkan asam mefenamat untuk
demam.bukannya parasetamol yang lebih aman

24
Dalam kenyataannya masih banyak lagi praktek penggunaan obat
yang tidak rasional yang terjadi dalam praktek sehari-hari dan
umumnya tidak disadari oleh para klinisi.Hal ini mengingat bahwa
hampir setiap klinisi selalu mengatakan bahwa pengobatan adalah
seni, oleh sebab itu setiap dokter berhak menentukan jenis obat yang
paling sesuai untuk pasiennya. Hal ini bukannya keliru, tetapi jika tidak
dilandasi dengan alasan ilmiah yang dapat diterima akan menjurus ke
pemakaian obat yang tidak rasional.

Contoh lain ketidakrasionalan penggunaan obat dalam praktek


sehari hari:

a. Pemberian obat untuk penderita yang tidak memerlukan


terapi obat.
Contoh:

Pemberian roboransia untuk perangsang nafsu makan pada anak


padahal intervensi gizi jauh lebih bermanfaat.

b. Penggunaan obat yang tidak sesuai dengan indikasi


penyakit.
Contoh:

Pemberian injeksi vitamin B12 untuk keluhan pegal linu.

c. Penggunaan obat yang tidak sesuai dengan


aturan.

Contoh:
Cara pemberian yang tidak tepat, misalnya pemberian ampisilin
sesudah makan, padahal seharusnya diberikan saat perut kosong
atau di antara dua makan.Frekuensi pemberian amoksisilin 3 x
sehari, padahal yang benar adalah diberikan 1 kaplet tiap 8 jam.

25
d. Penggunaan obat yang memiliki potensi toksisitas lebih
besar, sementara obat lain dengan manfaat yang sama
tetapi jauh lebih aman tersedia.
Contoh:

Pemberian metilprednisolon atau deksametason untuk mengatasi


sakit tenggorok atau sakit menelan.padahal tersedia ibuprofen
yang jelas lebih aman dan efficacious.

e. Penggunaan obat yang harganya mahal, sementara obat


sejenis dengan mutu yang sama dan harga lebih murah
tersedia.
Contoh:

Kecenderungan untuk meresepkan obat bermerek yang relatif


mahal padahal obat generik dengan manfaat dan keamanan yang
samadan harga lebih murah tersedia.

f. Penggunaan obat yang belum terbukti secara ilmiah manfaat


dan keamanannya.
Contoh:

Terlalu cepat meresepkan obat obat baru sebaiknya dihindari


karena umumnya belum teruji manfaat dan keamanan jangka
panjangnya, yang justru dapat merugikan pasien.

g. Penggunaan obat yang jelas-jelas akan mempengaruhi


kebiasaan atau persepsi yang keliru dari masyarakat
terhadap hasil pengobatan.
Contoh:

Kebiasaan pemberian injeksi roborantia pada pasien dewasa


yang selanjutnya akan mendorong penderita tersebut untuk
selalu minta diinjeksi jika datang dengan keluhan yang sama.

26
Upaya Dan Intervensi Untuk Mengatasi Masalah Penggunaan Obat
Yang Tidak Rasional

1. Upaya manajerial (managerial strategies)

Upaya lain yang dapat dilakukan untuk memperbaiki praktek


penggunaan obat yang tidak rasional adalah dari segi manajerial, yang
umumnya meliputi:

1. Pengendalian kecukupan obat


Melalui sistem informasi manajemen obat.Dengan sistem ini setiap
penggunaan dan permintaan obat oleh unit pelayanan kesehatan
dapat terpantau, sehingga kecukupan obat dapat dikendalikan dengan
baik. LPLPO merupakan sistem informasi manajemen obat yang saat
ini digunakan di Puskesmas-Puskesmas di Indonesia

2. Perbaikan sistem suplai


Melalui penerapan konsep obat esensial nasional. Disini mengandung
arti bahwa di tingkat pelayanan kesehatan tertentu hanya tersedia
obat yang paling dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat dan
tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau

3. Pembatasan sistem peresepan dan dispensing obat.


Untuk itu perlu disediakan buku pedoman pengobatan di masing-
masing pusat pelayanan kesehatan, formulir-formulir resep dengan
jumlah R/ yang terbatas, dan sebagainya.
a. Informasi Harga
Akan memberi dampak sadar biaya bagi para provider serta
pasien/masyarakat.

b. Pengaturan pembiayaan.
Bentuk pengaturan ini dapat merupakan pembiayaan berbasis
kapitasi dan cost-sharing

27
2. Intervensi regulasi (regulatory strategies)
Intervensi regulasi umumnya paling mudah ditaati, mengingat
sifatnya yang mengikat secara formal serta memiliki kekuatan hukum.
Dengan cara ini setiap penyimpangan terhadap pelaksanaannya akan
mempunyai akibat hukum. Namun demikian, pendekatan ini sering dirasa
kaku dan dianggap membatasi kebebasan profesi.Padahal jika kita simak,
misalnya konsep obat esensial, maka kesan membatasi kebebasan
tersebut tidaklah benar. Hal ini antara lain didasarkan pada kenyataan
bahwa biaya obat secara nasional merupakan komponen terbesar dari
anggaran pelayanan kesehatan.

Strategi regulasi dilakukan dalam bentuk kewajiban registrasi obat


bagi obat jadi yang beredar, peraturan keharusan peresepan generik,
pelabelan generik, dan lain-lain.

Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)

DOEN adalah buku yang memuat daftar obat esensial (obat


esensial adalah obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk
pelayanan kesehatan, mencakup upaya diagnosis, profilaksis,
terapi dan rehabilitasi) yang diupayakan tersedia di fasilitas
kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatnya.

Peran dan Fungsi Daftar Obat Esensial Nasional

Ketentuan perundang-undangan : UU kesehatan no 36 tahun 2009,


SK Menkes tentang DOENWebsite Kemkes tentang DOEN
(www.depkes.go.id) atau (www.binfar.depkes.go.id)Ketentuan
umum DOEN

Formularium Obat
Formularium Obat adalah buku yang memuat daftar obat terpilih
yang paling dibutuhkan dan harus tersedia di RS dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya

28
Peran dan Fungsi Formularium Obat

Salah satu tahap penting dalam proses pengobatan adalah seleksi


obat. Dalam tahap ini seorang praktisi medik harus menetapkan
jenis obat yang benar benar diperlukan bagi pasien.Obat yang
diresepkan haruslah yang paling efficacious dan aman bagi
pasien. Sayangnya proses pengambilan keputusan untuk memilih
obat ini acap kali tidak didasarkan pada bukti-bukti ilmiah yang
terkini dan valid. Gencarnya promosi obat oleh duta-duta farmasi
menjadi salah satu faktor penentu proses pengambilan keputusan
ini, meskipun dalam kenyataannya tidak semua obat yang
dipromosikan memiliki bukti manfaat dan keamanan yang dapat
diandalkan. (kemenkes,2011)

B. Sikap dan Perilaku Bela Negara


Sikap perilaku dan kedisiplinan yang harus dilimiliki oleh PNS
untuk menunjang fungsinya adalah nilai-nilai sikap perilaku, kesehatan
jasmani dan kesehatan mental, kesamaptaan jasmani dan
kesamaptaan mental, dan tata upacara sipil dan keprotokolan.

1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-nilai Bela Negara

Pemahaman dan pemaknaan wawasan kebangsaan dalam


penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bagi aparatur,
pada hakikatnya terkait dengan pembangunan kesadaran
berbangsa dan bernegara yang berarti sikap dan tingkah laku PNS
harus sesuai dengan kepribadian bangsa dan selalu mengkaitkan
dirinya dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsa Indonesia (sesuai
amanah yang ada dalam Pembukaan UUD 1945) melalui:

a. Menumbuhkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa dan


negara Indonesia yang terdiri dari beberapa suku bangsa
yang mendiami banyak pulau yang membentang dari Sabang
sampai Merauke, dengan beragam bahasa dan adat istiadat

29
kebudayaan yang berbeda-beda. Kemajemukan itu diikat
dalam konsep wawasan nusantara yang merupakan cara
pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

b. Menumbuhkan rasa memiliki jiwa besar dan patriotisme untuk


menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara. Sikap dan
perilaku yang patriotik dimulai dari hal-hal yang sederhana
yaitu dengan saling tolong menolong, menciptakan kerukunan
beragama dan toleransi dalam menjalankan ibadah sesuai
agama masing-masing, saling menghormati dengan sesama
dan menjaga keamanan lingkungan.

c. Memiliki kesadaran atas tanggungjawab sebagai warga


negara Indonesia yang menghormati lambang-lambang
negara dan mentaati peraturan perundang-undangan.

Berbagai masalah yang berkaitan dengan kesadaran


berbangsa dan bernegara perlu mendapat perhatian dan tanggung
jawab bersama.Sehingga amanat pada UUD 1945 untuk menjaga
dan memelihara Negara Kesatuan wilayah Republik Indonesia
serta kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan. Hal yang dapat
mengganggu kesadaran berbangsa dan bernegara bagi PNS yang
perlu di cermati secara seksama adalah semakin tipisnya
kesadaran dan kepekaan sosial, padahal banyak persoalan-
persoalan masyarakat yang membutuhkan peranan PNS dalam
setiap pelaksanaan tugas jabatannya untuk membantu memediasi
masyarakat agar keluar dari himpitan masalah, baik itu masalah
sosial, ekonomi dan politik, karena dengan terbantunya masyarakat
dari semua lapisan keluar dari himpitan persoalan, maka bangsa ini
tentunya menjadi bangsa yang kuat dan tidak dapat di intervensi
oleh negara apapun, karena masyarakat itu sendiri yang harus
disejahterakan dan jangan sampai mengalami penderitaan. Di situ

30
PNS telah melakukan langkah konkrit dalam melakukan bela
negara.

Kesadaran bela negara adalah dimana kita berupaya untuk


mempertahankan negara kita dari ancaman yang dapat
mengganggu kelangsungan hidup bermasyarakat yang
berdasarkan atas cinta tanah air.Kesadaran bela negara juga dapat
menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme di dalam diri
masyarakat.Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar
juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang
dilaksanakan dengan penuh kesadaran, penuh tanggung jawab dan
rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan
bangsa.Keikutsertaan kita dalam bela negara merupakan bentuk
cinta terhadap tanah air kita.

Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami


penerapannya dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan
bernegara antara lain:

1) Cinta Tanah Air.


Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita cintai.
Kesadaran bela negara yang ada pada setiap masyarakat
didasarkan pada kecintaan kita kepada tanah air kita. Kita dapat
mewujudkan itu semua dengan cara kita mengetahui sejarah
negara kita sendiri, melestarikan budaya-budaya yang ada,
menjaga lingkungan kita dan pastinya menjaga nama baik
negara kita.
2) Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap kita yang
harus sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu dikaitkan
dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsanya. Kita dapat
mewujudkannya dengan cara mencegah perkelahian antar
perorangan atau antar kelompok dan menjadi anak bangsa yang

31
berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional.
3) Pancasila.
Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan
sungguh luar biasa, pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan
normatif saja tapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-
hari.Kita tahu bahwa Pancasila adalah alat pemersatu
keberagaman yang ada di Indonesia yang memiliki beragam
budaya, agama, etnis, dan lain-lain. Nilai-nilai pancasila inilah
yang dapat mematahkan setiap ancaman, tantangan, dan
hambatan.
4) Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara.
Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela berkorban
untuk bangsa dan negara.Contoh seperti sekarang ini yaitu
perhelatan seagames. Para atlet bekerja keras untuk bisa
mengharumkan nama negaranya walaupun mereka harus
merelakan untuk mengorbankan waktunya untuk bekerja
sebagaimana kita ketahui bahwa para atlet bukan hanya menjadi
seorang atlet saja, mereka juga memiliki pekerjaan lain.
Begitupun supporter yang rela menghabiskan waktunya antri
hanya untuk mendapatkan tiket demi mendukung langsung para
atlet yang berlaga demi mengharumkan nama bangsa.
5) Memiliki Kemampuan Bela Negara.
Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan dengan
tetap menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam menjalani
profesi masing-masing.
2. Analisis Isu Kontemporer

Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C.,


2017) ada empat level lingkungan strategis yang dapat
mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan pekerjaannya
sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga

32
(family), Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/
Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global). Ke empat level
lingkungan stratejik tersebut disajikan dalam gambar berikut ini:

Gambar 2.1 Model Faktor Perubahan yang mempengaruhi


Kinerja PNS

Berdasarkan gambar di atas dapat dikatakan bahwa


perubahan global (globalisasi) yang terjadi dewasa ini, memaksa
semua bangsa (Negara) untuk berperan serta, jika tidak maka
arus perubahan tersebut akan menghilang dan akan
meninggalkan semua yang tidak mau berubah. Perubahan global
ditandai dengan hancurnya batas (border) suatu bangsa, dengan
membangun pemahaman dunia ini satu tidak dipisahkan oleh
batas Negara. Hal yang menjadi pemicunya adalah berkembang
pesatnya teknologi informasi global, dimana setiap informasi dari
satu penjuru dunia dapat diketahui dalam waktu yang tidak lama
berselang oleh orang di penjuru dunia lainnya.

Perubahan cara pandang tersebut, telah mengubah tatanan


kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini ditandai dengan

33
masuknya kepentingan global (Negara-negara lain) ke dalam
negeri dalam aspek hukum, politik, ekonomi, pembangunan, dan
lain sebagainya. Perubahan cara pandang individu tentang
tatanan berbangsa dan bernegara (wawasan kebangsaan), telah
mempengaruhi cara pandang masyarakat dalam memahami pola
kehidupan dan budaya yang selama ini dipertahankan/diwariskan
secara turun temurun. Perubahan lingkungan masyarakat juga
mempengaruhi cara pandang keluarga sebagai miniature dari
kehidupan sosial (masyarakat). Tingkat persaingan yang
keblabasan akan menghilangkan keharmonisan hidup di dalam
anggota keluarga, sebaga akibat dari ketidakharmonisan hidup di
lingkungan keluarga maka secara tidak langsung membentuk
sikap ego dan apatis terhadap tuntutan lingkungan sekitar.

Oleh karena itu, pemahaman perubahan dan perkembangan


lingkungan stratejik pada tataran makro merupakan factor utama
yang akan menambah wawasan PNS. Wawasan tersebut
melingkupi pemahaman terhadap Globalisasi, Demokrasi,
Desentralisasi, dan Daya Saing Nasional, Dalam konteks
globalisasi PNS perlu memahami berbagai dampak positif maupun
negatifnya; perkembangan demokrasi yang akan memberikan
pengaruh dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik Bangsa
Indonesia; desentralisasi dan otonomi daerah perlu dipahami
sebagai upaya memperkokoh kesatuan nasional, kedaulatan
negara, keadilan dan kemakmuran yang lebih merata di seluruh
pelosok Tanah Air, sehingga pada akhirnya akan membentuk
wawasan strategis bagaimana semua hal tersebut bermuara pada
tantangan penciptaan dan pembangunan daya saing nasional
demi kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara dalam lingkungan pergaulan dunia yang semakin
terbuka, terhubung, serta tak berbatas.

34
PNS dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal
juga internal yang kian lama kian menggerus kehidupan
berbangsa dan bernegara (pancasila, UUD 1945, NKRI dan
Bhinneka Tunggal Ika) sebagai konsensus dasar berbangsa dan
bernegara. Fenomena-fenomena tersebut menjadikan pentingnya
setiap PNS mengenal dan memahami secara kritis terkait dengan
isu-isu kritikal yang terjadi saat ini atau bahkan berpotensi terjadi,
isu-isu tersebut diantaranya; bahaya paham radikalisme/
terorisme, bahaya narkoba, cyber crime, money laundry, korupsi,
proxy war. Isu-isu di atas, selanjutnya disebut sebagai isu-isu
strategis kontemporer.

3. Kesiapsiagaan Bela Negara

Untuk melatihan kesiapasiagaan bela negara bagi CPNS ada


beberapa hal yang dapat dilakukan, salah satunya adalah tanggap
dan mau tahu terkait dengan kejadian-kejadian permasalahan yang
dihadapi bangsa negara Indonesia, tidak mudah terprovokasi, tidak
mudah percaya dengan berita gossip yang belum jelas asal usulnya,
tidak terpengaruh dengan penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan
permasalahan bangsa lainnya, dan yang lebih penting lagi ada
mempersiapkan jasmani dan mental untuk turut bela negara.

Pasal 27 dan Pasal 30 UUD Negara RI 1945 mengamanatkan


kepada semua komponen bangsa berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara dan syarat-syarat tentang pembelaan
negara. Dalam hal ini setiap CPNS sebagai bagian dari warga
masyarakat tentu memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk
melakukan bela Negara sebagaimana diamanatkan dalam UUD
Negara RI 1945 tersebut.

Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada


negara dan kesediaan berkorban membela negara. Cakupan bela

35
negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling
keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai
bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata.
Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi
bangsa dan negara.

Setidaknya unsur Bela Negara antara lain :

a. Cinta Tanah Air.


b. Kesadaran Berbangsa dan bernegara.
c. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara.
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara.
e. Memiliki kemampuan awal bela negara.
Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari-hari di
zaman sekarang di berbagai lingkungan:
a. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam
keluarga. (lingkungan keluarga).
b. Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga).
c. Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan pelatihan)
Kesadaran untuk menaati tata tertib pelatihan (lingkungan
kampus/lembaga pelatihan).
d. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam
masyarakat (lingkungan masyarakat).
e. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama
(lingkungan masyarakat).
f. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara).
g. Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara).
Terkait dengan Pelatihan Dasar bagi CPNS, sudah barang tentu
kegiatan bela negara bukan memanggul senjata sebagai wajib militer
atau kegiatan semacam militerisasi, namun lebih bagaimana
menanamkan jiwa kedisiplinan, mencintai tanah air (dengan menjaga
kelestarian hayati), menjaga aset bangsa, menggunakan produksi

36
dalam negeri, dan tentu ada beberapa kegiatan yang bersifat fisik
dalam rangka menunjang kesiapsiagaan dan meningkatkan
kebugaran fisik saja.

Oleh sebab itu maka dalam pelaksanaan latihan dasar bagi


CPNS akan dibekali dengan latihan-latihan seperti :

a. Kegiatan Olah Raga dan Kesehatan Fisik;


b. Kesiapsiagaan dan kecerdasan Mental;
c. Kegiatan Baris-berbaris, Apel, dan Tata Upacara;
d. Keprotokolan;
e. Fungsi-fungsi Intelijen dan Badan Pengumpul Keterangan;
f. Kegiatan Ketangkasan dan Permainan.

C. Nilai-nilai Dasar Pegawai Negeri Sipil


1. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah suatu kewajiban pertanggungjawaban


yang harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap
individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab
yang menjadi amanahnya. Dengan demikian kepercayaan
masyarakat (public trust) kepada birokrasi akan semakin menguat
karena aparaturnya mampu berperan sebagai kontrol demokrasi,
mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas.

Indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan,


yaitu:

A Kepemimpinan : Lingkungan yang akuntabel tercipta dari


atas ke bawah dimana pimpinan
memainkan peranan yang penting dalam
menciptakan lingkungannya.

B Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan

37
kebijakan yang dilakukan oleh individu
maupun kelompok/instansi.

C Integritas : Konsistensi dan keteguhan yang tak


tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-
nilai luhur dan keyakinan.

D Tanggung : Kesadaran manusia akan tingkah laku atau


Jawab perbuatannya yang di sengaja maupun
yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga
berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajiban.

E Keadilan : Kondisi kebenaran ideal secara moral


mengenai sesuatu hal, baik menyangkut
benda atau orang.

F Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada


sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini
yang akan melahirkan akuntabilitas.

G Keseimbangan : Untuk mencapai akuntabilitas dalam


lingkungan kerja, maka diperlukan
keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.

H Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan


tanggungjawab harus memiliki gambaran
yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan
dan hasil yang diharapkan.

I Konsistensi : Sebuah usaha untuk terus dan terus


melakukan sesuatu sampai pada tercapai

38
tujuan akhir.

Jenis-jenis Akuntabilitas

Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:


a. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability), akuntabilitas yang
pertanggungjawaban atas pengelolaan dananya kepada otoritas
yang lebih tinggi.
b. Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability), akuntabilitas
yang pertanggungjawabannya kepada masyarakat luas.
Tingkatan Akuntabilitas
Tingkatan akuntabilitas terdiri dari lima (5) tingkatan yaitu :
1) Akuntabilitas Personal
2) Akuntabilitas Individu
3) Akuntabilitas Kelompok
4) Akuntabilitas Organisasi
5) Akuntabilitas Stakeholder

2. Nasionalisme

Nasionalisme merupakan sikap yang meninggikan


bangsanya sendiri dan pandangan tentang rasa cinta terhadap
bangsa dan negara.Dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap
PNS memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik,
bangsa, dan negara.Nasionalisme merupakan pandangan atau
paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah
airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.PNS dapat
mempelajari bagaimana aktualisasi sila demi sila dalam Pancasila
agar memiliki karakter yang kuat dengan nasionalisme dan
wawasan kebangsaannya.

39
Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus
diperhatikan, yaitu :

a. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa


1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan
ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbedabeda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat
beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain
b. Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradap
1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan
kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan

40
suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa
selira.
5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap
orang lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari
seluruh umat manusia.
10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.
c. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan
bangsa apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan
bangsa.

41
d. Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap
manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh
semangat kekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan
yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima
dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama
di atas kepentingan pribadi dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakanpersatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang
dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
e. Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia
1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
2) Sikap adil terhadap sesama.

42
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang
bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan
atau merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat
bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

3. Etika Publik
Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta
keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas, guna
menjamin adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-
cara pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal
yang baik dan buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya
dilakukan sesuai nila-nilai yang dianut
Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik yakni:
a. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
b. Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi sebagai bantuan
dalam menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat
evaluasi.
c. Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan
tindakan faktual.
Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik yaitu :

43
1) Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
2) Dimensi Modalitas
3) Dimensi Tindakan Integritas Publik

Indikator nilai-nilai dasar etika publik, yaitu :


a) Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
c) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia
d) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
e) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
f) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
g) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
h) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik.
i) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
j) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
k) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
l) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
m) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai.
n) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
o) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang
demokratis sebagai perangkat sistem karir.
Indikator Etika Publik meliputi :
1. Adanya kode etik, yang merupakan aturan – aturan yang
mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus sudut
pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam
bentuk ketentuan- ketentuan tertulis

44
2. Keramahan dalam bersikap akan membuat orang lain merasa
dihargai dan dihormati.
3. Sopan santun, merupakan sikap yang berdasarkan pada
aspek lain dan norma saat melayani publik sehingga
meningkatkan kualitas pelayanan publik
4. Empati dan simpati, sikap seakan merasakan apa yang
dirasakan orang lain. Simpati akan berlangsung ketika ada
sikap saling pengertian dansaling percaya sehingga
memudahkan dalam berkomunikasi
5. Netralitas, sikap yang tidak memihak atau ikut berkompetisi
dalam kegiatan yang memungkinkan terjadi pertikaian.
4. Komitmen Mutu

Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada
orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu
kinerja pegawai. Komitmen mutu merupakan pelaksanaan
pelayanan publik dengan berorientasi pada kualitas hasil,
dipersepsikan oleh individu terhadap produk/ jasa berupa ukran
baik/ buruk. Bidang apapun yang menjadi tanggungjawab pegawai
negeri sipil semua mesti dilaksanakan secara optimal agar dapat
memberi kepuasan kepada stakeholder. Nilai-nilai Komitmen Mutu:
a. Efektivitas: dapat diartikan dengan berhasil guna, dapat
mencapai hasil sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas
menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil
kerja. Efektivitas organisasi tidak hanya diukur dari
performans untuk mencapai target (rencana) mutu, kuantitas,
ketepatan waktu dan alokasi sumber daya, melainkan juga
diukur dari kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan
pelanggan.
b. Efisiensi: dapat dihitung sebagai jumlah sumberdaya yang
digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Tingkat

45
efisiensi diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan
pikiran dalam melaksanakan kegiatan. Efisiensi organisasi
ditentukan oleh berapa banyak bahan baku, uang dan
manusia yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah
keluaran tertentu.
c. Inovasi: dapat muncul karena ada dorongan dari dalam
(internal) untuk melakukan perubahan, atau bisa juga karena
ada desakan kebutuhan dari pihak eksternal misalnya
permintaan pasar. Inovasi dalam layanan publik harus
mencerminkan hasil pemikiran baru yang konstruktif,
sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun
karakter dan mindset baru sebagai aparatur penyelenggara
pemerintahan, yang diwujudkan dalam bentuk
profesionalisme layanan publik yang berbeda dengan
sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau
menggugurkan tugas rutin.
d. Orientasi mutu: mutu merupakan salah satu standar yang
menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu
menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan
keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas institusi.
Orientasi mutu berkomitmen untuk senantiasa melakukan
pekerjaan dengan arah dan tujuan untuk kualitas pelayanan
sehingga pelanggan menjadi puas dalam pelayanan.
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan dalam
mengevaluasi kualitas pelayanan, yaitu:
a. Tangibles (bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi;
b. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam
memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan
serta sesuai dengan yang telah dijanjikan;

46
c. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk
memberikan pelayanan dengan tanggap;
d. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan,
kesopanan, dan sifat dapat dipercaya;
e. Empathy, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap
kebutuhan pelanggan.
Tanggung jawab mutu ada pada setiap level organisasi.
Pada level puncak (corporate level) bertanggung jawab atas mutu
layanan institusi secara keseluruhan untuk membangun citra
kelembagaan dan keunggulan bersaing. Pada level strategic
business unit level tanggung jawab mutu berkaitan dengan
penetapan diversifikasi mutu pada setiap unit kerja sesuai dengan
target masing-masing. Pada level fungsional bertanggung jawab
atas mutu hasil setiap layanan yang diberikan di unit-unit
pendukung. Sedangkan pada level unit dasar tanggung jawab mutu
berkaitan dengan aktivitas/ rencana aksi yang dilaksanakan di
masing-masing unit kerja.

5. Anti Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa latin “corruption” (Fockema


Andrea: 1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary: 1960).
Selanjutnya dikatakan bahwa “corruption” berasal dari kata
“corrumpere”, suatu bahasa latin yang lebih tua. Dari bahasa latin
tersebut kemudian dikenal istilah “coruption, corrupt” (Inggris),
“corruption” (Perancis) dan “corruptive/korruptie” (Belanda). Korupsi
secara harafiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari
kesucian.
Korupsi sering disebut dengan kejahatan luar biasa karena
dampaknya dapat menyebabkan kerusakan yang luar biasa baik

47
dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan
yang lebih luas. Kerusakan tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun
waktu yang pendek, namun dapat berdampak secara jangka
panjang. Korupsi menurut UU No. 20 Tahun 2001 didefinisikan
sebagai tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya
diri sendiri, orang lain, atau korporasi yang berakibat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara. menurut UU No.
31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7 kelompok tindak pidana
korupsi yang terdiri dari:
a. Kerugian keuangan negara,
b. Suap-menyuap,
c. Pemerasan,
d. Perbuatan curang,
e. Penggelapan dalam jabatan,
f. Benturan kepentingan dalam pengadaan, dan
g. Gratifikasi.
Adapun Nilai-nilai dasar anti korupsi adalah meliputi:
a. Kejujuran
Jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong,
dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat
penting dalam kehidupan pegawai, tanpa sifat jujur pegawai
tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya.
b. Kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan
menghiraukan. Nilai kepedulian sangat penting bagi seorang
pegawai dalam kehidupan di tempat kerja dan di masyarakat.
c. Kemandirian
Kondisi mandiri dapat diartikan sebagai proses mendewasakan
diri yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk
mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya
d. Kedisiplinan

48
Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan
e. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu perbuatan
yang salah baik itu disengaja maupun tidak disengaja.
Tanggung jawab tersebut berupa perwujudan dan kesadaran
akan kewajiban menerima dan menyelesaikan semua masalah
yang telah dilakukan.
f. Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan, dimana
kemauan menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan,
daya tahan, tujuan jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian
diri, keberanian, ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan dan
pantang mundur.
g. Sederhana
Gaya hidup sederhana dibiasakan untuk tidak hidup boros,
hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi
semua kebutuhannya. Prinsip hidup sederhara merupakan
parameter penting dalam menjalin hubungan antara sesama
karena prinsip ini akan mengatasi permasalahan kesenjangan
sosial, iri, dengki, tamak, egosi dan juga menghindari dari
keinginan yang berlebihan.
h. Keberanian
Nilai keberanian dapat dikembangkan dan diwujudkan dalam
bentuk berani mengatakan dan membela kebenaran, berani
mengakui kesalahan, berani bertanggungjawab dan lain
sebagainya.
i. Keadilan
Adil berarti adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak.

49
D. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI

Kedudukan ASN dalam NKRI yaitu


1. Pegawai ASN berkedudukan sebagai Aparatur Negara.

2. Pegawai ASN melaksanakan Kebijakan yang ditetapkan oleh


Pimpinan Instansi Pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan
Intervensi semua Golongan serta Parpol.

3. Pegawai ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai


politik.

4. Kedudukan ASN berada di Pusat, Daerah dan Luar Negeri, namun


demikian Pegawai ASN merupakan satu kesatuan.

ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan


kebijakan yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk itu ASN
harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya tersebut. Harus mengutamakan
pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik.
Bagian Ketiga Peran Pasal 12 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara,
pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas
pemerintahan dan penyelenggaraan pembangunan tugas umum
nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang
profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Setiap kegiatan yang dilakukan PNS
pasti terdapat konsekuensi baik berupa penghargaan maupun
sanksi,semestinya sebagai PNS kita tidak boleh melalaikan kewajiban
kita di kantor. Dengan adanya Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun
2010 tentang Disiplin PNS dalam pasal 3 dijelaskan tentang kewajiban
selaku PNS sebagai berikut:

50
1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Pemerintah;
2. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
4. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat
PNS;
5. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/atau golongan;
6. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan;
7. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan negara;
8. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui
ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau
Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;
9. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
10. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
11. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-baiknya;
12. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
13. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
14. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
karier; dan
15. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang.
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar,
etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktek

51
korupsi, kolusi dan nepotisme. Manajemen ASN meliputi
Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. PNS diangkat oleh
pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki suatu jabatan
pemerintahan dan memilili nomor induk pegawai nasional.
Sementara itu, PPPK diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi
pemerintah untuk jangka waktu tertentu.
Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit.
Manajemen ASN meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan;
pengadaan; pangkat dan jabatan; pengembangan karier; pola
karier; promosi; mutasi; penilaian kinerja; penggajian dan
tunjangan; penghargaan; disiplin; pemberhentian; jaminan pensiun
dan jaminan hari tua; dan perlindungan (LAN, Manajemen Aparatur
Sipil Negara, 2014).
2. Pelayanan Publik
LAN (1998), mengartikan pelayanan publik sebagai segala
bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi
Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan
BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dalam UU No. 25 tahun 2009
tentang Pelayanan Publik, Pelayanan Publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan Peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
Pelayanan Publik.
Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry
(rivalitas) dan excludability (ekskludabilitas) yang rendah.
Barang/jasa publik yang murni yang memiliki ciri-ciri: tidak dapat
diproduksi oleh sektor swasta karena adanya free rider problem,
non-rivalry, dan non-excludable, serta cara mengkonsumsinya

52
dapat dilakukan secara kolektif. Perkembangan paradigma
pelayanan: Old Public Administration (OPA), New Public
Management (NPM) dan seterusnya menjadi New Public Service
(NPS).
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk
mewujudkan pelayanan prima adalah: partisipatif, transparan,
responsif, non diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien,
aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan.
Fundamen Pelayanan Publik:
a. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai
amanat konstitusi

b. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak warga


negara

c. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk


mencapai hal-hal strategis untuk memajukan bangsa di masa
yang akan datang

d. Pelayanan publik tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan-


kebutuhan warga negara tetapi juga untuk proteksi

3. Whole of Government
Whole of Goverment (WoG) merupakan suatu pendekatan
penyelenggaraan pemerintah yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang
lingkup koordiasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program, dan pelayanan
publik. Oleh karena itu WoG dikenal sebagai pendekatan
interagency, yaitu pendekatan dengan melibatkan sejumlah
kelembagaan yang terkait urusan-urusan yang relevan (Suwarno &
Sejati, 2016).

53
WoG dipandang sebagai metode suatu instansi pelayanan
publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan
bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu
tertentu (Shergold & lain-lain, 2004).
Alasan penerapan WoG dalam sistem aparatur sipil
Indonesia adalah:

a. Adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik dalam


mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan
pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan lebih
baik, selain itu perkembangan teknologi informasi, situasi dan
dinamika kebijakan yang lebih kompleks juga mendorong
pentingnya WoG.

b. Faktor-faktor internal dengan adanya fenomena ketimpangan


kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa
kompetisi antar sektor dalam pembangunan.

c. Keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta


bentuk latar belakang mendorong adanya potensi disintegrtasi
bangsa.

54
BAB III

TUGAS UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA

A. Profil Organisasi
1. Dasar Hukum Pembentukan Organisasi
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkatpertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya
Prinsip penyelenggaraan Puskesmas yaitu Paradigma
Sehat; Pertanggungjawaban Wilayah; Kemandirian masyarakat;
Pemerataan; Teknologi tepat guna; dan Keterpaduan dan
kesinambungan
Dasar Hukum Pusat Kesehatan Masyarakat, yaitu:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran;
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan;
c. Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan;
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269
Tahun 2008 tentang Rekam Medis
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46
Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Kinik Pratama
Tempat Praktek Mandiri Dokter dan Tempat Praktek mandiri
Dokter Gigi;

34
g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2016 tentang pedoman Manajemen Puskesmas.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas
bertujuan untuk Mewujudkan masyarakat yang :
1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat;
2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
3. Hidup dalam lingkungan sehat; dan
4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan
sebagaimana dimaksud untuk mendukung terwujudnya kecamatan
sehat.Berikut adalah gambaran secara global profil Kesehatan
Puskesmas Sambong.

2. Visi, Misi, Strategi, Dan Motto Uptd Puskesmas Sambong


a. VISI
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan 75 Tahun
2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dan dengan
mempertimbangkan potensi, masalah, dan peluang yang ada di
Puskesmas Sambong serta mempertimbangkan budaya yang
hidup dalam masyarakat, maka visi yang dicanangan pada
Tahun 2015 – 2020.

“Terwujudnya Masyarakat Kecamatan Sambong Sehat


Tahun 2020”

b.  MISI
Misi adalah rumusan umum tentang upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi dengan mengantisipasi
kondisi dan permasalahan yang ada serta memperhatikan
tantangan ke depan dengan memperhitungkan peluang dan
kekuatan yang dimiliki.

35
Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan, maka Puskesmas
Sambong merumuskan misi sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu,


merata, dan terjangkau.
2. Meningkatkan Pemberdayaan masyarakat dibidang
kesehatan melalui Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
3. Membina kemitraan dengan lintas sektor dalam mewujudkan
Pembangunan Berwawasan Kesehatan

c. TUJUAN
1. Tercapainya kemudahan akses,keterjangkauan dan
kualitas pelayanan kesehatan
2. Terwujudnya masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang
meliputi kesabaran,kemauan dan kemampuan hidup sehat
3. Mendapatkan dukungan kebijakan dan pembiyaan dalam
program kesehatan

d.  STRATEGI
1. Pelayanan kesehatan sesuai dengan prosedur, didukung
tenaga berkompeten dan sarana prasarana yang memadai
serta berfokus pada pelanggan untuk keselamatan pasien
dan petugas
2. Meningkatkan akses dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan
3. Meningkatkan peran aktif masyarakat dan kerjasama lintas
program serta lintas sektoral dalam pembangunan
kesehatan
e. TATA NILAI
S3 SEHAT
Senyum, Salam, Sapa

S: Siap Memberi Pelayanan Terbaik

36
E: Empati Merespon Kebutuhan, Harapan Pelanggan dan
Sasaran/Masyarakat
H: Handal Menguasai Pengetahuan, Keterampilan dan
Beretika
A: Aman Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang
Mengutamakan Keamanan dan Keselamatan
Bagi Pelanggan, Petugas dan Lingkungan

T: Tepat Waktu, Pelaksanaan, Mutu, Sasaran, Manfaat


dan Pertanggungjawaban

BUDAYA KERJA 5R :
1) Ringkas
2) Rapi
3) Resik
4) Rawat
5) Rajin

5 MALU :
1) Malu datang terlambat dan pulang lebih awal
2) Malu tidak masuk kerja tanpa ijin
3) Malu tidak melaksanakan tata nilai dan budaya kerja 5R

f. MOTTO
“KITA PASTI SEHAT

37
3. Struktur Organisasi
a. Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI
UPTD PUSKESMAS SAMBONG
KEPALA PETUGAS SIMPUS
UPTD PUSKESM AS SAMB ONG
Samiyati,Amk

PENCEGAHAN & Joko Budi Heri Santoso,S.Kep,Ns,M.Si


KESELAMATAN PASIEN PENGENDALIAN M UTU KEPALA TATA USAHA
INFEKSI KEPEGAWAIAN

Anita Ratna Dewi, Amd


Eny P urwaningsih, S.Tr.Keb dr. Dhania Jayantika P amuji,S.Kep,Ns Ch. Dumiyati,SE

RUM AH TANGGA
Agus P riyanto,Am.d
PENANGGUNG JAWAB UKM & PERKESMAS PENANGGUNG JAWAB PENANGGUNG JAWAB
UKP JARINGAN & JEJARING
Sri Hastuti,SST
Dewi Siswandewi,SST Lili Nujuli Rohmah,SST
KEUANGAN
PENANGGUNG JAWAB UKM PENANGGUNG JAWAB UKM PELAKSANA PELAYANAN PKD SAMB ONG
Sri Hastuti,SST
ESENSIAL PENGEMBANGAN PEM ERIKSAAN UM UM
Anita Ratna Dewi, Amd
Siti Aminah Ruli Aulia,S.Tr.Gz Anita Ratna Dewi, Amd dr. Dhania Jayantika

PELAKSANA PROGRAM KIA-KB PELAKSANA PROGRAM LANSIA PELAKSANA PELAYANAN KESH GIGI PKD TEMENGENG
Sri Hastuti,SST Kodrat Gofar Isa & MULUT
Ayu Kurniawati,Am.d
Drg Rifka Pujiga

PELAKSANA PROGRAM GIZI PELAKSANA PELAYANAN KIA &KB


PKD SAMBONGREJ O
Siti Aminah Ruli Aulia,S.Tr.Gz
Eny P urwaningsih,S.Tr.Keb
Heny Fatmawati,Am.d

PELAKSANA PROGRAM P2 PELAKSANA PELAYANAN GAWAT PKD GADU


DARURAT
Pamuji,S.Kep,Ns Nisrina Nur Hamida,Am.d
Moh.Zubaidi,SST

PELAKSANA PROGRAM KESLING PELAKSANA PELAYANAN GIZI PKD POJOKWATU


Banu Setyo Putro,SKM
Ema Puji Agustina,Am.d
Siti Aminah Ruli Aulia,S.Tr.Gz

PELAKSANA PROGRAM PELAKSANA PELAYANAN PERSALINAN PKD GAGAKAN


PERKESMAS
Eka Susanti,Am.d Lili Nujuli Rohmah,SST Eny P urwaningsih,S.Tr.Keb

PELAKSANA PROGRAM PROM KES PELAKSANA PELAYANAN PKD BITING


Linda Destiya KEFARM ASIAN
Samiyati,Am.K Any Fitria,Am.d

PELAKSANA PELAYANAN PUS TU BRABOWAN


LABORATORIUM
Luly Indah KD,S.Tr. Widi Astuti,Am.d

PKD GIYANTI

Sri Endang W,Amd

PUS TU LEDOK

Ayu Tiara,Am.d

Gambar 3.1 Bagan Organisasi UPT Puskesmas Sambong

b. Data 10 Besar Penyakit UPTD Puskesmas Sambong


Angka yang menunjukkan jumlah kunjungan penderita yang
ditemukan dan tercatat di UPTD Puskesmas Sambong yang
merupakan urutan 10 besar penyakit dari semua penyakit yang
telah didata setiap tahunnya.Ditahun 2018 ISPA menjadi urutan
pertama dari 10 besar penyakit yang telah tercatat dan ditemukan
di UPTD Puskesmas Sambong dengan jumlah sebesar 2.609
kasus.

38
4. Deskripsi SDM Sarpras Dan Sumber Daya Lain
a. Fasilitas Yang Tersedia
1. Ruang Kantor
a. Ruang Kepala Puskesmas
b. Ruang Kepala Tata Usaha
c. Ruang Aula
d. Ruang Inventaris
e. Ruang Administrasi Umum
f. Ruang UKM
g. Ruang Karyawan 2
h. Ruang Obat

2. Ruang Pelayanan
a. Ruang Pelayanan Pendaftaran dan Rekam Medik
b. Ruang Pelayanan Farmasi
c. Ruang Pelayanan Tunggu
d. Ruang Pelayanan Pemeriksaan Umum 1
e. Ruang Pelayanan Pemeriksaan Umum 2
f. Ruang Pelayanan kesehatan Gigi dan Mulut

39
g. Ruang Pelayanan KIA/KB
h. Ruang Pelayanan Anak
i. Ruang Pelayanan Gizi
j. Ruang Pelayanan Promosi Kesehatan
k. Ruang Pelayanan Imunisasi
l. Ruang Pelayanan Laboratorium
m.Ruang Koprasi
n. Ruang Pelayanan UGD
o. Ruang Sterilisasi
p. Ruang Pelayanan Persalinan
q. Ruang Rawat Pasca Persalinan
r. Ruang Penyelenggaraan Makanan
s. Pojok Dahak
t. Kamar Mandi/ WC pasien (laki-laki dan perempuan
terpisah)
u. KM/WC untuk persalinan
v. KM/WC petugas
w. Rumah Dinas Tenaga Kesehatan
x. Parkir kendaran roda 2 dan 4 serta garasi untuk ambulan
b. Sarana Pembantu
PUSTU Ledok PKD Pojokwatu

*Bidan 1orang *Bidan desa 1 orang

PUSTU Brabowan PKD Gagakan

*Bidan desa 1 orang *Bidan desa 1 orang

PKD Temengeng PKD Biting

*Bidan 1 orang *Bidan 1 orang

PKD Sambongrejo PKD Giyanti

*Bidan desa 1 orang *Bidan desa 1 orang

PKD Gadu PKD Sambong

40
*Bidan 1 orang *Bidan 1 orang

c. Data Sumber Daya Manusia UPTD Puskesmas Sambong


per Desember 2018
N
Pendidikan Jumlah Keterangan
o

1 Magister Sains 1 Orang Kepala Puskesmas (PNS)

( 1 Kepala Tata Usaha, 1


2 Sarjana Ekonomi 2 Orang
Kontrak)

3 Dokter Umum 1 Orang Dokter (1 Kontrak )

4 Dokter Gigi 1 Orang Drg ( 1 Kontrak)

Akademi Bidan /D4


5 3 Orang Bidan ( 3 PNS )
kebidanan

Sarjana Keperawatan/D4 Perawat ( 3 PNS, 1


6 4 Orang
keperawatan Kontrak )

7 Akademi Kebidanan D3 15 Orang Bidan ( 9 PNS, 6 Kontrak)

Perawat ( 2 PNS, 7
8 Akademi Keperawatan D3 9 Orang
Kontrak)

8 Akademi Gizi D3 2 Orang Gizi ( 1 PNS, 1 Kontrak)

Akademi Keperawatan
9 1 Orang Perawat Gigi (1 PNS)
Gigi D3

10 Akademi Analis 1 Orang Petugas Analis ( PNS )

11 Akademi Sanitasi 1 Orang Sanitarian ( PNS )

12 Tenaga Non Kesehatan 4 Orang Administrasi ( 1 PNS, 3

41
Kontrak )

Tenaga Kebersihan,
13 3 Orang Kebersihan ( Kontrak)
Penjaga

14 Promkes 1 Orang Promkes ( 1 Kontrak )

15 Sarjana Akutansi 1 Orang Akutan ( 1 Kontrak )

Sarjana Kesehatan
16 1 Orang Kesling ( 1 Kontrak )
Masyarakat

Asisten Apoteker ( 1
17 D1 Farmasi 1 Orang
Kontrak )

B. Tugas Peserta Diklat


Sasaran kerja pegawai (SKP) adalah sasaran kerja pegawai
yang ada dalam salah satu unsur didalam penilaian prestasi kerja
PNS yang diatur dalam peraturan perundang – undangan yang
merupakan rancangan pelaksanaan kegiatan tugas pokok jabatan
sesuai dengan rincian tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya
sesuai dengan struktur dan tata kerja organisasi.Adapun daftar
kegiatan tugas jabatan sesuai Sasaran Kerja Pegawai (SKP) adalah
sebagai berikut:
a. Mengklasifikasikan perbekalan farmasi sesuai skala prioritas
b. Inventarisasi semua pemasok perbekalan farmasi
c. Mengolah data perencanaan dan menghitung kebutuhan
d. Menyusun perbekalan farmasi secara alfabetis dengan
prinsip First In First Out dan First Expiry First Out
e. Merekapitulasi daftar usulan perbekalan farmasi/resep yang
akan dihapuskan
f. Mencampur/mengolah bahan-bahan obat/baku dari resep
dan siap untuk diserahkan
g. Menyiapkan dan memberikan pelayanan informasi obat

42
h. Memberikan solusi atas keluhan-keluhan pasien berkenaan
dengan penggunaan obat dan memotivasi sehingga tujuan
terapi tercapai
i. Melakukan konsultasi dengan tenaga medis/paramedis
tentang asuhan kefarmasian
j. Pemantauan Penggunaan Obat
k. Mendokumentasikan semua kegiatan secara sistematis
l. Pelayanan kefarmasian kepada pasien yang dalam kondisi
gawat darurat
m. Memberikan edukasi untuk melakukan pengobatan sendiri
khususnya penyakit yang ringan
n. Menjadi saksi dalam penghapusan perbekalan farmasi dan
atau dokumennya
o. Melakukan penyuluhan di bidang kefarmasian/kesehatan
p. Mengajar/melatih/membimbing yang berkaitan dengan
bidang kefarmasian/kesehatan
q. Mengikuti seminar dalam bidang kefarmasian/kesehatan
r. Keanggotaan dalam organisasi profesi apoteker
C. Role Model

Role model adalah panutan, yang dalam Kamus Besar Bahasa


Indonesia sama artinya dengan teladan yaitu suatu yang patut ditiru
atau baik untuk di contoh seperti teladan, kelakuan, perbuatan, sifat
dan sebagainya.
Dalam hal ini role model bagi penulis adalah Kepala Puskesmas
Sambong, Joko Budi HS,S.Kep,Ns.Msi. Pendidikan terakhir S2,
Jurusan Magister Administrasi Publik. Beliau adalah pimpinan di kantor
yang dapat menjadi panutan, inspirasi, contoh, dan teladan bagi
penulis.
Selama penulis bekerja di instansi, beliau sosok yang paling bisa
menempatkan diri dimana kapan dan bagaimana situasi yang ada.
Beliau bisa tetap berwibawa tanpa membuat batas antara pimpinan
dan yang dipimpin. Joko Budi HS,S.Kep,Ns.Msi.selalu memberikan

43
solusi yang terbaik dan objektif terhadap masalah untuk kepentingan
puskesmas atau masyarakat bukan siapa yang menyampaikan
melainkan melihat apa yang disampaikan saat menerima masukan.

Terutama pada rancangan aktualisasi kali ini, beliau sangat


berperan andil dalam rancangan dan kegiatan yang akan kami lakukan
yang berprinsip bukan hanya formalitas menyelesaikan tugas
melainkan sebagaimana mungkin apa yang kami kerjakan bisa
bermanfaat untuk masyarakat dan dapat mempertahankan mutu di
UPT Puskesmas Sambong.

44
BAB IV

RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI

A. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Keterkaitan dengan


Substansi Mata Pelatihan.
Berdasarkan hasil analisis APKL (Aktual, Problematik,
Kekhalayakan, dan Layak/ Kelayakan) serta USG (Urgensi,
Seriousness, dan Growth), telah ditentukan 1 (satu) isu yang dapat
dikembangkan menjadi berbagai gagasan/kegiatan untuk
penyelesaian masalah.Dalam rancangan aktualisasi ini terdiri atas
tahapan:
1) Pengidentifikasian, penyusunan dan penetapan isu atau
permasalahan yang terjadi dan harus segera dipecahkan;
2) Pengajuan gagasan pemecahan isu/masalah dengan
menyusunnya dalam daftar rencana kegiatan, tahapan
kegiatan,dan output kegiatan;
3) Pendeskripsian keterkaitan antara kegiatan yang diusulkan
dengan substansi mata pelatihan yaitu pelayanan publik,Whole of
Government,dan manajemen ASN yang mendasari kegiatan baik
secara langsung maupun tidak langsung;
4) Pendeskripsian rencana pelaksanaan kegiatan yang didasari
aktualisasi nilai-nilai dasar PNS dan kontribusi hasil kegiatan; serta
5) Pendeskripsian hasil kegiatan yang dilandasi oleh substansi mata
pelatihan terhadap pencapaian visi,misi, tujuan organisasi,dan
penguatan terhadap nilai- nilai organisasi.
Rancangan kegiatan aktualisasi merupakan rencana
operasional pelaksanaan aktualisasi dan habituasi yang akan
diterapkan oleh penulis selama 45 haridi UPT Puskesmas
Sambong.Rancangan kegiatan aktualisasi disajikan secara rinci
dalam tabel 4.1 berikut ini :

45
Tabel 4.1 RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI

1. Belum tercapainya penggunaan obat yang rasional


2. Belum tercapainya pengawasan , pengendalian dan penggunaan narkotika dan psikotropika
di Puskesmas Sambong
Identifikasi Isu : 3. Belum maksimalnya monitoring pelaporan efek samping obat
4. Belum maksimalnya penyediaan,pengawasan dan monitoring obat emergensi di masing-
masing unit)
5. Belum maksimalnya pemberian informasi obat ke seluruh pasien yang berobat di
Puskesmas Sambong
Isu yang Belum tercapainya penggunaan obat yang rasional
:
diangkat
Gagasan yang
: Upaya Peningkatan Penggunaan Obat Yang Rasional Di Puskesmas Sambong
diangkat
1. Memberikan edukasi mengenai Pemberian obat yang rasional kepada Tenaga Kesehatan lain
2. Melakukan pencatatan penggunaan obat terutama antibiotic setiap hari, dan dilaporkan setiap
bulan melalui laporan POR
3. Melakukan pemantauan terhadap pasien terkait obat yang diberikan melalui WA/ Telp
Kegiatan :
4. Melakukan skrining R/ dengan form ceklist 7 benar+1 W (benar pasien,benar obat,benar
dosis,benar waktu pemberian,benar informasi , benar dokumentasi,benar indikasi, waspada
efek samping)
5. Membandingkan Kesesuaian Resep yang ditulis oleh dokter dengan formularium

46
Kontribusi
No Output/Hasil Keterkaitan Substansi Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Misi
. Kegiatan Mata Pelatihan Organisasi
Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

1. Memberikan edukasi 1. Melakukan 1. Kesepakatan Tahapan kegiatan Kontribusi Visi: 1. Tercapainya


mengenai Pemberian konsultasi dengan dengan kesatu : “Terwujudnya kemudahan
obat yang rasional kepala puskesmas kepala Masyarakat akses,keterjangka
kepada Tenaga dan PJ UKP untuk puskesmas Akuntabilitas Kecamatan uan dan kualitas
Kesehatan lain menentukan kapan Dan PJ UKP Melakukan Sambong Sehat pelayanan
dilaksanakannya pemberian informasi Tahun 2020” kesehatan
sosialisasi yang 2. Terwujudnya
penggunaan obat jelas,konsisten dan Kontribusi misi masyarakat yang
yang rasional bertanggung Ketiga : memiliki perilaku
jawab “Membina sehat yang
kemitraan dengan meliputi
Nasionalisme lintas sektor dalam kesabaran,kemau
Diwujudkan dengan mewujudkan an dan
menghargai Pembangunan kemampuan
pendapat dan Berwawasan hidup sehat
melaksanakan hasil Kesehatan
kesepakatan
bersama
musyawarah
mufakat (Sila ke-4)

Tahapan kegiatan
2. Membuat surat 2. Surat kedua :
permohonan permohonan
kepada kepala dibuat, Etika Publik
puskesmas kapan disampaikan Diwujudkan dengan
dilaksanakannya dan disetujui proses
sosialisasi kepala penyampaian surat
penggunaan obat puskesmas permohonan

47
Kontribusi
No Output/Hasil Keterkaitan Substansi Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Misi
. Kegiatan Mata Pelatihan Organisasi
Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

yang rasional dengan sikap


hormat dan
sopanMenghargai
komunikasi,
konsultasi, dan
kerjasama.
Mengutamakan
pencapaian hasil
dan mendorong
kinerja petugas
kesehatan
Komitmen mutu
Diwujudkan dengan
surat yang disetujui
harus efektif dan
efisien

3. Meminta tanda 3. Tanda tangan Tahapan kegiatan


tanggan kepala kepala ketiga :
puskesmas puskesmas
terlampir pada Etika Publik
surat Meminta tanda tangan
persetujuan dengan
sopan santun

Anti Korupsi
Meminta tanda tangan
langsung pimpinan tidak
diwakilkan (kejujuran)

48
Kontribusi
No Output/Hasil Keterkaitan Substansi Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Misi
. Kegiatan Mata Pelatihan Organisasi
Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

Tahapan kegiatan
4. Mengedarkan surat 4.Surat sampai keempat :
ke tenaga ketempat tujuan Akuntabilitas
kesehatan lain Pemberian surat
edaran yang
dilakukandengan
penuh tanggung
jawab
Anti Korupsi
Pemberian surat
edaran dilakukan
dengan penuh
tanggung jawab
sesuai kenyataan,
Saya mengantar
surat ke tempat
tujuan dengan
penuh tanggung
jawab

5. mempersiapkan 5. Materi apa Tahapan kegiatan


materi yang akan yang akan di kelima :
disampaikan sampaikan
tersedia Nasionalisme
sila kedua
kemanusiaan yang
adil dan beradab
(pemberian materi
49
Kontribusi
No Output/Hasil Keterkaitan Substansi Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Misi
. Kegiatan Mata Pelatihan Organisasi
Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

bersama-sama di satu
ruamgan tanpa
membedakan pangkat
dan golongan
komitemen mutu
materi yang
disampaikan
efektif,efisien dan
berorientasi mutu
akuntabilitas
pemberian materi
haruslah bertanggung
jawab

2 Melakukan pencatatan 1. 1. Melihat pemberian


1. 1.Data pencatatan Tahapan kegiatan Kontribusi Visi: 1. Tercapainya
penggunaan obat obat yang diberikan penggunaan obat pertama : “Terwujudnya kemudahan
terutama antibiotic apakah sesuai Komitmen mutu Masyarakat akses,keterjangka
setiap hari, dan kondisi klinis Pemberian obat yang Kecamatan uan dan kualitas
dilaporkan setiap bulan dilakukan berdasarkan Sambong Sehat pelayanan
melalui laporan POR kondisi klinis harus Tahun 2020” kesehatan
berorentasi mutu 2. Terwujudnya
sehingga diharapkan Kontribusi misi masyarakat yang
pengobatannya efektif pertama : memiliki perilaku
dan efisien sehat yang
50
Kontribusi
No Output/Hasil Keterkaitan Substansi Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Misi
. Kegiatan Mata Pelatihan Organisasi
Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

Akuntabilitas meliputi
Pemberian obat yang “Menyelenggarakan kesabaran,kemau
dilakukan haruslah pelayanan an dan
penuh tanggung jawab kesehatan yang kemampuan
Anti korupsi bermutu, merata, hidup sehat
Pelaporan obat sesuai dan terjangkau”
yang digunakan (jujur)

Tahapan kegiatan
kedua
2. 2.Pencatatan 2. 2.Data rekapan Akuntabilitas
dilakukan dengan antibiotic yang Melakukan pencatatan
tertib setiap hari digunakan setiap dengan penuh
hari tanggung jawab

Komitmen Mutu
Melakukan pencatatan
sesuai jenis obat yang
diberikanefektif,efisien
dan berorientasi mutu
Anti Korupsi
Yang dicatat haruslah
sesuai data yang ada di
lapangan dilkukan
pencatatan dengan
jujur dan penuh
tanggung jawab

51
Kontribusi
No Output/Hasil Keterkaitan Substansi Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Misi
. Kegiatan Mata Pelatihan Organisasi
Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

Tahapan kegiatan
ketiga :
Komitmen mutu
3.3.melakukan evaluasi 3. 3.Laporan Diharapkan
hasil apakah terjadi Penggunaan Obat pengobatannya
penurunan yang rasional berorientasi mutu
penggunaan
antibiotic untuk kasus Anti Korupsi
non infeksi Melakukan pencatatan
dengan penuh
tanggung jawab

Akuntabilitas
Laporan harus bias
dipertanggung
jawabkan

3 Melakukan pemantauan 1. Berkonsultasi 1. Adanya Tahapan kegiatan Kontribusi Visi: 1. Tercapainya


pemberian obat melalui dengan pimpinan persetujuan pertama : “Terwujudnya kemudahan
WA/Telp untuk mengadakan dari Kepala Etika publik Masyarakat akses,keterjangka
pemantauan Puskesmas Saya berkonsultasi Kecamatan uan dan kualitas
terhadap pasien dengan atasan Sambong Sehat pelayanan
tentang dengan penuh Tahun 2020” kesehatan
pemantauan sopan santun 2. Terwujudnya
pemberian obat danhormat Kontribusi misi masyarakat yang
apakah obatnya di pertama: memiliki perilaku
minum rutin atau Nasionalisme sehat yang
tidak Sila ke 4 “Menyelenggarakan meliputi
52
Kontribusi
No Output/Hasil Keterkaitan Substansi Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Misi
. Kegiatan Mata Pelatihan Organisasi
Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

Saya melakukan kesabaran,kemau


musyawarah pelayanan an dan
mufakat dalam kesehatan yang kemampuan
pemantauan terapi bermutu, merata, hidup sehat
obat dan terjangkau”
2. Membuat design 2. Form Tahapan kegiatan
form pemantauan pemantauan kedua :
terapi obat terapi obat Akuntabilitas
telah dibuat Saya membuat
design dengan
penuh tanggung
jawab

Komitmen Mutu
Diharapkan dengan
adanya form
pemantauan terapi
obat dapat
memaksimalkan
pelayanan yang
berorientasi mutu

3. Mencetak desain 3. Form Tahapan kegiatan


pemantauan terapi pemantauan ketiga
obat terapi obat Akuntabilitas
tercetak Saya mencetak
form dengan teliti
dan penuh
tanggung jawab
53
Kontribusi
No Output/Hasil Keterkaitan Substansi Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Misi
. Kegiatan Mata Pelatihan Organisasi
Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

Anti Korupsi
Saya mengajukan
anggaran form
sesuai harganya
(kejujuran)

Tahapan kegiatan
4. Form keempat
4. Mencatat data pemantauan Komitmen mutu
hasil pemantauan terapi obat Saya mencatat form
terapi obat terlampir pada dengan efektif dan
waktu efisien
kegiatan Nasionalime (sila ke
dua)
Saya mencatat data
pasien tanpa
membeda-bedakan
4. Melakukan skrining R/ 1. Berkonsultasi 1. Adanya Tahapan kegiatan Kontribusi Visi: 1. Tercapainya
administraatif,farmasetis dengan atasan persetujuan pertama “Terwujudnya kemudahan
dan terapeutik dengan dan dokter dokter dan Akuntabilitas Masyarakat akses,keterjangka
form ceklist 7 benar+1 atasan untuk Saya melakukan Kecamatan uan dan kualitas
W (benar pasien,benar Dilakukan skriningi secara Sambong Sehat pelayanan
obat,benar dosis,benar skrining guna terus menerus agar Tahun 2020” kesehatan
waktu pemberian,benar menjamin tercipta konsistensi 2. Terwujudnya
informasi , benar keamanan dan dalam Kontribusi misi masyarakat yang
dokumentasi,benar kemanjuran meningkatkan kedua : memiliki perilaku
indikasi, waspada efek obat ketika derajat kesehatan “Meningkatkan sehat yang
samping) digunakan Nasionalisme Pemberdayaan meliputi
oleh pasien Sila ke 4 masyarakat kesabaran,kemau

54
Kontribusi
No Output/Hasil Keterkaitan Substansi Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Misi
. Kegiatan Mata Pelatihan Organisasi
Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

Saya melakukan dibidang kesehatan an dan


musyawarah mufakat melalui Upaya kemampuan
Kesehatan hidup sehat
2. Mempersiapkan 2. Form di buat Tahapan kegiatan masyarakat (UKM)
form ceklis kedua :
Akuntabilitas
Saya membuat
ceklist form dengan
penuh tanggung
jawab

Komitmen Mutu
Diharapkan dengan
adanya ceklist dapat
memaksimalkan
pelayanan yang
berorientasi mutu

3. Mencetak desain 3. Form Skrining Tahapan kegiatan


form skrining R/ obat tercetak ketiga :
Anti Korupsi
Saya mengajukan
anggaran form
sesuai harganya
(kejujuran)
Akuntabilitas
Saya membuat
ceklist form dengan
penuh tanggung
jawab
55
Kontribusi
No Output/Hasil Keterkaitan Substansi Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Misi
. Kegiatan Mata Pelatihan Organisasi
Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

4. Form skrining Tahapan kegiatan


4. Mencatat bahwa obat terlampir keempat :
semua pemberian pada waktu Etika publik
obat telah seuai kegiatan Saya memberikan
standar edukasi untuk
masyarakat agar
masyarakat empati
terhadap
peningkatan derajat
kesehatan

Komitmen Mutu
Saya menjamin
keamanan dan
kemanjuran obat
ketika digunakan
oleh pasien melalui
skrining resep

5 Membandingkan 1. Mengklasifikasi 1. Data Tahapan kegiatan Kontribusi Visi: 1. Tercapainya


Kesesuaian Resep yang data yang akan terklasifikasi pertama : “Terwujudnya kemudahan
ditulis oleh dokter diinput sesuai sesuai dengan Komitmen Mutu Masyarakat akses,keterjangka
dengan formularium dengan jenis format laporan Saya Kecamatan uan dan kualitas
obatnya,jumlahny mengklasrifikasikan Sambong Sehat pelayanan
a kemudian data secara efektif Tahun 2020” kesehatan
dibandingkan dan efisien 2. Terwujudnya
dengan Akuntabilitas Kontribusi misi masyarakat yang
formularium Saya pertama: memiliki perilaku

56
Kontribusi
No Output/Hasil Keterkaitan Substansi Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan terhadap Visi Misi
. Kegiatan Mata Pelatihan Organisasi
Organisasi

1 2 3 4 5 6 7

mengklasifikasikan sehat yang


data dengan penuh “Menyelenggarakan meliputi
tanggung jawab pelayanan kesabaran,kemau
kesehatan yang an dan
bermutu, merata, kemampuan
2. Menginput data 2. Data obat Tahapan kegiatan dan terjangkau hidup sehat
obat sesuai diinput lengkap kedua :
dengan jumlah sesuai tanpa Anti Korupsi
pasien yang ada Saya melakukan
berkunjung ke Yang kurang penginputan
puskesmas (lengkap) datajujursesuai
dengan hasil
pemeriksaan,

Nasionalisme

Tahapan kegiatan
ketiga
3. Menyusun 3. Data tersusun
laporan sesuai dengan Akuntabilitas
rekapitulasi form Saya menyusun
rekapitulasi laporan dengan
jujur dan dengan
penuh tanggung
jawab

Dampak yang ditimbulkan bila kegiatan tidak dilaksanakan


57
No. Jenis Kegiatan Dampak Yang ditimbulkan
1. Memberikan edukasi mengenai Dampak pada mutu pengobatan dan pelayanan terjadi penurunan dikarenakan
Pemberian obat yang rasional petugas memberikan obat tidak sesuai indikasi klinis terjadi angka peningkatan
kepada Tenaga Kesehatan lain kesakitan
2. Melakukan pencatatan penggunaan Tidak diketahuinya prosentase standar penggunaan obat yang rasional
obat terutama antibiotic setiap hari, sehingga tidak bias dilakukan pemantauan
dan dilaporkan setiap bulan melalui
laporan POR
3. Melakukan pemantauan terhadap Efek terapi yang diharapkan tidak muncul karena pasien tidak patuh
pasien terkait obat yang diberikan minum obat
melalui WA/ Telp
4. Melakukan skrining R/ dengan form Potensi terjadinya kesalahan menjadi lebih besar karena tidak dilakukan
ceklist 7 benar+1 W (benar skrining resep meningkatkan resiko
pasien,benar obat,benar dosis,benar
waktu pemberian,benar informasi ,
benar dokumentasi,benar indikasi,
waspada efek samping)
5. Membandingkan Kesesuaian Resep Mutu ketersediaan obat tidak terjamin dikarenakan petugas hanya
yang ditulis oleh dokter dengan menuliskan obat yang biasa diberikan sehingga terjadi ketergantungan
formularium terhadap intervensi pengobatan

B. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi


Tabel 4.2. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi

Kegiatan aktualisasi akan dilaksanakan pada tanggal 18 Juli 2019 sampai dengan Agustus 2019. Jadwal
aktualisasi akan dijabarkan dalam timeline kegiatan pada tabel 4.2.

Tabel 4.2Jadwal Pelaksanaan Aktualisasi


58
Minggu/Bulan ke-
No JULI – AGUSTUS
Kegiatan Portofolio/ Bukti Kegiatan
.
3 4 1 2 3 4
1. Memberikan edukasi mengenai Pemberian obat yang a. Notulen konsultasi
rasional kepada Tenaga Kesehatan lain b. Undangan
c. Daftar hadir peserta
d. Materi
e. Notulen materi
f. Surat rujukan
g. Dokumentasi berupa
foto/video
2. Melakukan pencatatan penggunaan obat terutama 1. Notulen konsultasi
antibiotic setiap hari, dan dilaporkan setiap bulan 2. Notulen pencatatan
melalui laporan POR penggunaan antibiotic
3. Resep yang dianalisis
4. Laporan POR
5. Dokumentasi berupa
foto/video
3. Melakukan pemantauan terhadap pasien terkait obat 1. Notulen konsultasi
yang diberikan melalui WA/ Telp 2. DataPasien
3. Form pemantauan pemberian
obat
4. Bukti screnshoot percakapan
via WA
4. Melakukan skrining R/ dengan form ceklist 7 benar+1 1. Printout form checklist
W (benar pasien,benar obat,benar dosis,benar waktu 2. Dokumentasi berupa
pemberian,benar informasi , benar dokumentasi,benar foto/video
indikasi, waspada efek samping) 3. Notulen konsultasi

59
5. Membandingkan Kesesuaian Resep yang ditulis oleh 1. Resep yang dibandingkan per
dokter dengan formularium hari
2. Buku catatan Resep
3. Formularium Puskesmas

60
C. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala
Tabel 4.3. Antisipasi dan strategi menghadapi kendala

Antisipasi dan Strategi


No. Kendala
menghadapi kendala
1. Kepala Puskesmas dan Membuat janji terlebih dahulu
Penanggungjawab Program sebelum melakukan konsultasi
tidak bisa ditemui karena ada dan koordinasi
kepentingan dinas
2. Sarana dan prasarana untuk Koordinasi dengan bagian
melakukan kegiatan kurang perlengkapan Tata Usaha
lengkap terkait sarana dan prasarana
yang dibutuhkan saat kegiatan
3. Peserta kurang antusias saat Membuat materi edukasi
edukasi semenarik mungkin dan
memperbanyak interaksi
dengan peserta saat
memberikan edukasi

61
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Rancangan aktualisasi ini juga mencoba menganalisis kegiatan


mensingkronisasikan nilai dasar PNS yang bisa di terapkan di antaranya
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti korupsi
setra kedudukan PNS di didalam NKRI seperti Whole of Goverment,
Pelayan Publik, ataupun Manajemen ASN yang akan di aktualisasi kan
selama proses habituasi.
Pentingnya penyusunan rancangan aktualisasi dan habituasi ini
diharapakan dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan 5
kegiatan.Kegiatan-kegiatan tersebut kemungkinan mengalami kendala
sehingga rancangan kegiatan ini tidak dapat direalisasikan secara optimal
atau tidak tercapai aktualisasinya. Oleh sebab itu Penulis berharap agar
rancangan aktualisasi di UPTD Puskesmas Sambong bisa berjalan
sebagaimana jadwal dan tahapan yang telah diusun dengan dukungan
segenap pihak.
B. Pentingnya Rancangan Aktualisasi

1. Pentingnya Rancangan Aktualisasi Dibuat


Rancangan Aktualisasi penting untuk dibuat karena akan
menjadi pedoman dan panduan dalam menyelesaikan isu melalui
gagasan pemecahan isu yang tertuang dalam kegiatan yang telah
terencana dengan baik. Dengan adanya pembuatan Rancangan
Aktualisasi, diharapkan pelaksanaan kegiatan aktualisasi dapat
menghasilkan output yang sesuai dengan perencanaan. Selain itu
dengan membuat Rancangan Aktualisasi, penulis juga dapat lebih
memahami nilai-nilai dasar ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi) yang dapat
diimplementasikan dalam berbagai kegiatan selama melaksanakan
aktualisasi maupun dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Penulis
juga lebih paham mengenai sikap dan perilaku yang dapat

62
memberikan kontribusi terhadap visi dan misi organisasi serta
menguatkan nilai organisasi.

2. Dampak Apabila Rancangan Aktualisasi Tidak Dilaksanakan


Apabila Rancangan Aktualisasi tidak dilaksanakan maka dapat
berdampak pada tidak terselesaikannya isu yang ada di unit kerja dan
dapat menimbulkan berbagai masalah yang lebih kompleks. Selain itu,
implementasi nilai-nilai dasar ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme,
Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi) pun tidak terlaksana
sehingga tujuan untuk membentuk PNS yang berkarakter dan
professional tidak dapat terwujud.

63
DAFTAR PUSTAKA

Entjang, Indan, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Citra Aditya Bakti, Cetakan


ke-XIII, Bandung, 2000

Fatimah, Elly, dan Erna Irawati. 2016. Manajemen ASN. Jakarta:


Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.

Kusumasari, Bevaola, Septiana Dwiputrianti, dan Enda Laluk Allo. 2015.


Akuntabilitas. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia.

Latief, Yudi, Adi Suryanto, dan Abdul Aziz Muslim. 2015. Nasionalisme.
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.

Pemerintah Indonesia. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang


Aparatur Sipil Negara. Jakarta : Sekertariat Negara.

Pemerintah Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : Sekertariat Negara.

Pemerintah Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009


tentang Pelayanan Publik. Jakarta : Sekertariat Negara..

Pemerintah Indonesia. 2011 . Modul penggunaan obat yang rasional .


Jakarta : Sekertariat Negara.

64

Anda mungkin juga menyukai