Disusun oleh :
2019
HALAMAN PERSETUJUAN RANCANGAN
AKTUALISASI DAN HABITUASI NILAI-NILAI DASAR
DAN PERAN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)
Hari : Selasa
Menyetujui,
Coach, Mentor,
ii
HALAMAN PENGESAHAN RANCANGAN AKTUALISASI DAN
HABITUASI NILAI-NILAI DASAR PEGAWAI NEGERI SIPIL
(PNS)
Hari : Selasa
Mengetahui,
Coach, Mentor
Narasumber,
Nama
NIP. 19520701 197602 1 002
iii
PRAKATA
iv
aktualisasi;
7. Keluaga besar Civitas Hospitalia RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah;
8. Seluruh Widyaiswara yang telah membimbing dalam perkuliahan
dan memberikan pengarahan terkait materi ANEKA untuk
diinternalisasikan dan diaktualisasikan di instansi;
9. Seluruh Panitia, dan Binsuh yang telah membantu dan menfasilitasi
kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Dasar CPNS;
10. Teman seperjuangan peserta Pendidikan dan Pelatihan Dasar
CPNS Golongan III angkatan CCVII atas dukungan dan
semangatnya;
11. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang senantiasa memberikan
dukungan dalam menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan pada
masa Pendidikan dan Pelatihan Dasar CPNS;
12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang
telah berpartisipasi dalam penyusunan rancangan aktualisasi ini baik
secara langsung maupun tak langsung.
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................iii
PRAKATA ..................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
B. Identifikasi Isu…………...................................................... 3
D. Rumusan Masalah………………….…………………….….10
E. Tujuan..........................................................................….10
F. Manfaat............................................................................. 11
D. Kode Biru…...…………………………….......................... 36
vi
3. Struktur Organisasi..................................................... 42
4. Deskripsi SDM, Sarana Prasarana dan Sumber
Daya Lain ........................................................................ 43
B. Tugas Jabatan Peserta Diklat......................................... 52
C. Role Model ..................................................................... 55
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
(PPPK) yang bekerja pada instansi pemerintah. ASN memiliki fungsi
yang diatur dalam Undang – Undang No.5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara, yaitu sebagai : (1) Pelaksana Kebijakan
Publik; (2) Pelayan Publik; (3) Perekat dan Pemersatu Bangsa.
PNS wajib menjalani masa percobaan yang dilaksanakan
melalui proses diklat terintegrasi untuk membangun moral, kejujuran,
semangat nasionalisme dan kebangsaan, karakter pribadi yang
unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat profesionalisme
serta kompetensi bidang. Kebijakan tersebut tercantum dalam
Undang – Undang No. 5 Tahun 2014, Pasal 63 ayat (3) dan ayat (4)
dan Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 12 Tahun 2018
Tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil. Sistem
penyelenggaraan Pelatihan Dasar Calon PNS memadukan
pembelajaran klasikal dan non-klasikal di tempat pelatihan dan di
tempat kerja, sehingga dapat memberikan kesempatan bagi peserta
untuk menginternalisasi, menerapkan, serta membuatnya menjadi
kebiasaan (habituasi).
ASN dituntut untuk memiliki kemampuan profesional,
berintegritas tinggi dan berbudaya kerja tinggi dalam melaksanakan
tugas di era revolusi industri 4.0. Pelaksanaan tugas juga harus
dilandasi dengan nilai-nilai dasar ASN yang diwujudkan dalam
bentuk Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu,
dan Anti Korupsi (ANEKA). Untuk dapat menginternalisasi nilai – nilai
tersebut, seorang ASN harus memahami kedudukan dan perannya
1
dalam NKRI, yang tercakup dalam materi Manajemen ASN, Whole
of Government dan Pelayanan Publik. ASN diharapkan dapat
menjadi agen perubahan yang mebawa dampak positif di lingkungan
kerjanya masing – masing.
Undang-Undang No 44 Tahun 2009 pasal 29 Tentang Rumah
Sakit mengamanatkan tentang fungsi sosial rumah sakit yaitu
memberi pelayanan kesehatan yang aman bermutu, anti diskriminasi
dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit, memberikan informasi
mengenai hak dan kewajiban pasien dengan benar, jelas, dan jujur,
senantiasa menghormati dan melindungi hak hak pasien, serta
menyelenggarakan rekam medis.
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1
juga menjadi patokan tehnis tekait menjamin mutu dan pelayanan
kepada pasien. Pelayanan terkait kegawatdaruratan juga tertuang di
SNARS edisi 1 terutama tentang pelayanan resusitasi pasien henti
jantung dan paru di instalasi rawat inap. Standar tentang Pelayanan
Asuhan Pasien (PAP) nomor 3.2 menuntut agar di setiap rumah
sakit terdapat pelayanan kegawatan di Instalasi Rawat Inap yang
bermutu.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Kelet Provinsi Jawa Tengah, terdapat
beberapa permasalahan yang perlu ditindaklanjuti. Permasalahan
yang muncul antara lain adalah isu Kurang optimalnya proses
pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Instalasi Rawat Inap
(IRI), pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIMRS), kelengkapan catatan medis dan pemahaman pasien
tentang peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan.
Mekanisme kode biru yang terjadi di RSUD Kelet sekarang
masih manual yaitu dari keperawatan menelpon dokter jaga
langsung. Tim kode biru tidak ikut serta menangani pasien gawat,
2
akibatnya penanganan pasien tidak bisa maksimal. Untuk itu perlu
dilakukan optimalisasi komunikasi antar petugas ketika terjadi kode
biru.
Seorang dokter harus mampu menjalankan tugasnya sesuai
dengan standar yang berlaku. Pelaksanaan tugas pokok Dokter Ahli
Pertama yang tercantum dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Republik Indonesia No. 139/KEP/M.PAN/11/2003
Tentang Jabatan Fungsional Dokter dan Angka Kreditnya dan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73 Tentang
Jabatan Fungsional Umum tidak terbatas pada pelaksanaan
pemeriksaan, diagnosa, pengobatan dan tindakan medik saja, tetapi
meliputi diskusi ilmu dan mengupayakan pelayanan lain dalam
rangka peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
Penulis sebagai peserta Pelatihan Dasar CPNS 2019 harus
dapat meninternalisasikan nilai – nilai ANEKA yang ditanamkan
selama mengikuti kegiatan on class dan ikut berkontribusi dalam
menyelesaikan permasalahan yang muncul di lingkungan
kerjanya, yaitu RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah dengan
B. Identifikasi Isu
Upaya pemecahan masalah yang dilakukan di instansi
tempat Penulis bekerja perlu dilakukan dengan mengacu pada
kedudukan serta peran PNS dalam NKRI yang meliputi
Manajemen ASN, Whole of Government dan Pelayanan Publik
dan melakukan penerapan nilai Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA). Langkah
awal upaya pemecahan masalah adalah melakukan identifikasi
isu strategis. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di
RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah, daftar isu yang diperoleh
adalah sebagai berikut:
3
Tabel 1.1 Hasil Identifikasi Isu di RSUD Kelet
Kondisi yang
No Identifikasi Isu Sumber Isu Kondisi Saat Ini
Diharapkan
1 Kurang Pelayanan Pelayanan medis Terdapat ruang
optimalnya Publik pada pasien anak khusus untuk bisa
proses masih jadi satu melayani pasien
penanganan dengan tempat anak di IGD
pasien anak di pelayanan pasien dengan maksimal
Instalasi Gawat dewasa dan sesuai standar
Darurat (IGD) akreditasi dan mutu
terkait pelayanan
pemisahan
lokasi dengan
pasien dewasa
2 Kurang WoG, Pasien yang Terdapat ruangan
optimalnya Pelayan membutuhkan transit tersendiri
pengaturan alur publik ruangan transit sehingga jika terjadi
pasien di masih berada penumpukan pasien,
Instalasi Gawat dalam satu tidak akan
Darurat (IGD) ruangan dengan mengganggu
terkait belum pasien lainnya pelayanan IGD
adanya ruang di IGD
transit yang
terpisah
4
5 Kurang Pelayanan Sering terjadi BPJS mau
optimalnya Publik, miskomunikasi memberikan
pemahaman WoG antara RS, pasien, pengertian kepada
tentang dan Faskes 1 pasien pada saat
pengertian tentang peraturan mendaftar awal
pelayanan gawat BPJS tentang pengertian
darurat yang kegawatan,
bisa di klaim sehingga ketika di
BPJS oleh IGD ada
pasien persamaan
persepsi dengan
petugas
5
Hasil analisis isu prioritas ditampilkan dalam tabel di
bawah:
Kurang optimalnya
proses penanganan
pasien anak di Pelayanan
1 + + + + MS
Instalasi Gawat Publik
Darurat (IGD) terkait
pemisahan lokasi
dengan pasien
dewasa
Kurang optimalnya
pengaturan alur
pasien di Instalasi Pelayanan
Gawat Darurat (IGD) Publik,
2 terkait belum adanya + + + + MS
ruang transit yang
terpisah
Kurang optimalnya
komunikasi antar
petugas ketika Manajemen
3 terjadi kode biru di ASN + + + + MS
Instalasi rawat inap
Kurangnya ketaatan
dokter dalam
Manajemen
pengisian rekam
4 ASN + + + + MS
medis di Instalasi
Rawat Inap di RSUD
Kelet
Kurang optimalnya
pemahaman tentang
Pelayanan
pengertian
5 Publik, + + + - TMS
pelayanan gawat
WoG
darurat yang bisa di
klaim BPJS oleh
pasien
6
Keterangan:
7
Tabel 1.3 Identifikasi Tapisan Isu dengan Metode USG
Kriteria USG
No Identifikasi Isu Sumber Isu
U S G Tot Peringkat
Kurang
optimalnya
pengaturan alur Pelayanan
1 pasien di Instalasi Publik 4 5 5 14 2
Gawat Darurat
(IGD) terkait belum
adanya ruang
transit yang
terpisah
Kurang
optimalnya
komunikasi antar Manajemen
2 petugas ketika ASN 5 5 5 15 1
terjadi kode biru
di Instalasi rawat
inap
Kurangnya
ketaatan
dokter dalam Manajemen
3 pengisian rekam ASN 4 4 5 13 3
medis di
Instalasi Rawat
Inap di RSUD
Kelet
Kurang
optimalnya
proses
penanganan pasien
Pelayanan
anak di Instalasi
4 4 4 4 12 4
Gawat Darurat Publik
(IGD) terkait
pemisahan lokasi
dengan pasien
dewasa
Keterangan:
U = Urgency; S = Seriousness; G = Growth; Tot = Total
8
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa isu Kurang
optimalnya komunikasi antar petugas ketika terjadi kode biru di
Instalasi rawat inap, mempunyai skor urgency, seriousness, dan
growth yang tertinggi. Isu ini mempunyai kebutuhan yang
mendesak untuk segera diselesaikan. Dampak keseriusan juga
tinggi karena komunikasi kode biru yang cepat merupakan
cerminan pelayanan kegawatan yang responsif di instalasi rawat
inap rumah sakit. Semakin awal pasien gawat terdeteksi, maka
akan semakin maksimal dalam rangka penyelamatan nyawanya.
Dari hasil analisis isu dengan metode USG, ditetapkan isu
yang prioritas yang akan ditindaklanjuti dengan rencana kegiatan
tentang komunikasi antar petugas ketika terjadi kode biru di
Instalasi rawat inap RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah.
9
- Rumah Sakit bisa mendapat sanksi
Rumah sakit dapat mendapat sanksi hukum jika ternyata
terbukti tidak menjalankan pelayanan secara maksimal
terkait pelayanan rsusitasi pada pasien rawat inap yang
mengalami henti nafas dan jantung, hal tersebut sudah
tertuang dalam petunjuk tehnis mengenai Standar Nasional
Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) pada poin Pelayanan
Asuhan Pasien (PAP) pada standar nomor 3.2.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil analisis isu yang telah dilakukan,
didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
komunikasi antar petugas kode biru di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah?
E. Tujuan
Tujuan dari kegiatan dalam rancangan aktualisasi ini
adalah untuk:
a. Meningkatkan komunikasi antar petugas kode biru di Instalasi
Rawat Inap di RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah.
10
F. Manfaat
a. Bagi Calon Pegawai Negeri Sipil
Menanamkan dan mengaktualisasikan nilai dasar ASN yaitu
Akuntablitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan
Anti Korupsi (ANEKA) dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya.
b. Bagi Satuan Kerja
Membantu meningkatkan kualitas pelayanan publik serta
mendukung visi-misi RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah.
c. Bagi Masyarakat
Mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
berorientasi pada keselamatan pasien di RSUD Kelet Provinsi
Jawa Tengah.
11
BAB II LANDASAN
TEORI
12
Melalui kesadaran berbangsa dan bernegara, seseorang
dapat memiliki semangat yang tinggi untuk ikut berperan dan
berpartisipasi dalam upaya bela negara.
3) Pancasila
Pancasila adalah dasar dan pandangan hidup bernegara.
Pancasila adalah hasil perjuangan para pahlawan yang dirumuskan
berdasarkan nilai–nilai luhur yang lama berkembang di Indonesia.
Pancasila mempunyai peranan sebagai pedoman dan pegangan
dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari –
hari, termasuk dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pancasila merupakan alat pemersatu keberagaman
nusantara yang memiliki beragam budaya, agama, etnis, suku, dan
bahasa. Nilai – nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan
modal untuk menangkal ancaman, tantangan dan hambatan yang
berasal dari dalam maupun luar negeri.
4) Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara
Salah satu nilai dasar bela negara adalah rela berkorban
untuk bangsa dan negara. Rela berkorban adalah kesediaan untuk
mengorbankan waktu, tenaga, harta, perasaan, jiwa, dan raga
tanpa adanya paksaan. Rela berkorban untuk bangsa dan negara
dapat diwujudkan dengan mendahulukan kepentingan bersama
dari pada kepentingan pribadi dan ikut serta dalam upaya
pembangunan nasional.
5) Memiliki Kemampuan Bela Negara.
Setiap warga negara harus turut serta dalam setiap usaha
pembelaan negara, sesuai dengan kemampuan dan profesinya
masing-masing. Kemampuan awal bela negara meliputi jasmani
dan mental. Kemampuan jasmani berarti kondisi kesehatan dan
keterampilan jasmani yang dapat mendukung kemampuan awal
bela negara yang bersifat psikis. Sedangkan aspek mental dapat
diwujudkan melalui sifat disiplin, ulet, mentaati segala peraturan
13
perundang-undangan yang berlaku, percaya akan kemampuan diri
sendiri dan pantang menyerah.
14
seluruh pelosok Tanah Air. Pemerataan tersebut diharapkan dapat
mendukung pembangunan daya saing nasional demi menjaga
kelangsungan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
dalam lingkungan pergaulan global yang semakin terbuka, dan tak
berbatas.
PNS dihadapkan pada pengaruh yang datang dari luar
maupun dalam negeri yang kian lama kian menggerus kehidupan
berbangsa dan bernegara yang berdasarkan pada Pancasila, UUD
1945, NKRI dan konsep Bhinneka Tunggal Ika. Fenomena tersebut
dapat mendorong PNS untuk mengenali dan memahami secara
kritis isu-isu kritikal yang terjadi saat ini atau bahkan berpotensi
terjadi. Beberapa isu global yang saat ini sedang marak antara lain
adalah bahaya paham radikalisme/ terorisme, bahaya narkoba dan
obat terlarang, cybercrime, money laundry, korupsi, proxy war. Isu-
isu tersebut dikenal sebagai isu-isu strategis kontemporer.
15
atau kegiatan militerisasi, namun melalui upaya menanamkan jiwa
kedisiplinan, rasa cinta tanah air, tanggung jawab untuk menjaga
asset bangsa, menggunakan produksi dalam negeri, dan kegiatan
yang bersifat fisik dalam rangka menunjang kesiapsiagaan dan
meningkatkan kebugaran fisik. Pelaksanaan pelatihan kebugaran
fisik yang dilakukan dalam Pelatihan Dasar CPNS antara lain
adalah kegiatan olah raga dan kesehatan fisik; kesiapsiagaan dan
kecerdasan mental; kegiatan baris-berbaris, apel, dan tata upacara;
keprotokolan; fungsi-fungsi intelijen dan materi badan pengumpul
keterangan; serta kegiatan ketangkasan dan permainan.
16
demokrasi, mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan
serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
i. Aspek Akuntabilitas
Terdapat beberapa aspek dalam akuntabilitas, antara
lain :
1) Akuntabilitas adalah hubungan (accountability is a
relationship) antara dua belah pihak antara individu/
kelompok/ institusi dengan negara dan masyarakat.
2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil (accountability
is results oriented). Hasil yang diharapkan dari
akuntabilitas adalah perilaku yang bertanggung
jawab, adil dan inovatif.
3) Akuntabilitas membutuhkan laporan (accountability
requires reporting). Melaksanakan laporan kinerja
berarti mampu menjelaskan serta memberikan
bukti yang nyata atas tindakan dan hasil yang telah
dicapai oleh individu/ kelompok/ institusi.
4) Akuntabilitas perlu konsekuensi (accountability is
meaningless without consequences). Konsekuensi
tersebut dapat berupa penghargaan atau sanksi.
5) Akuntabilitas memperbaiki kinerja (accountability
improves performance). Tujuan utama akuntabilitas
adalah memperbaiki kinerja PNS dalam memberi
pelayanan professional kepada masyarakat.
ii. Jenis-jenis akuntabilitas
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
i) Akuntabilitas vertikal (vertical accountability),
adalah sebuah bentuk pertanggungjawaban yang
dilakukan kepada otoritas yang lebih tinggi.
ii) Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability),
adalah pertanggungjawaban yang dilakukan ke
17
masyarakat luas sebagi stakeholder. Akuntabilitas
ini membutuhkan pejabat pemerintah untuk
melapor “kesamping” kepada pejabat lainnya dan
lembaga negara.
iii. Tingkatan Akuntabilitas
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan, yaitu akuntabilitas
personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok,
akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder :
i) Akuntabilitas Personal
Akuntabilitas personal mengacu pada nilai positif
yang ada pada diri seseorang seperti kejujuran,
integritas, moral dan etika.
ii) Akuntabilitas Individu
Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan
antara individu dan lingkungan kerjanya, contohnya
antara PNS dengan instansinya sebagai pemberi
wewenang.
iii) Akuntabilitas Kelompok
Kinerja sebuah institusi ditentukan atas kerja sama
kelompok, maka pembagian kewenangan dan
semangat kerja sama antar kelompok yang ada
dalam sebuah institusi memainkan peranan penting
dalam tercapainya kinerja organisasi yang
diharapkan.
iv) Akuntabilitas Organisasi
Akuntabilitas organisasi dapat diartikan sebagai
pertanggungjawaban yang mengacu pada hasil
pelaporan kinerja yang telah dicapai, termasuk pula
pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap
organisasi/ institusi maupun kinerja organisasi
kepada stakeholders lainnya.
18
v) Akuntabilitas Stakeholder
Stakeholder dalam kegiatan pelayanan publik
adalah masyarakat umum. Masyarakat berperan
sebagai pengguna layanan, pembayar pajak yang
memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap
kinerja pemerintah. Akuntabilitas stakeholder dapat
diartikan sebagai bentuk tanggungjawab organisasi
pemerintah dalam upaya mewujudkan pelayanan
dan kinerja yang adil, responsive dan bermartabat.
19
- Menjunjung tinggi dan mematuhi semua hukum
dan peraturan yang berlaku
- Keterpaduan individu dan lembaga dengan
publik dan/atau stakeholders
iv) Tanggung Jawab
- Kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun yang
tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti
kewajiban bagi setiap individu dan lembaga
untuk bertanggung jawab atas keputusan yang
telah dibuat karena ada suatu konsekuensi dari
setiap tindakan yang telah dilakukan.
v) Keadilan
- Memperlakukan warga negara secara sama
dan adil dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan pelayanan publik.
vi) Kepercayaan
- Rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan. Kepercayaan akan melahirkan
akuntabilitas.
vii) Keseimbangan
- Keseimbangan akuntabilitas dan kewenangan,
harapan dan kapasitas
- Menggunakan kewenangan dalam peningkatan
kinerja
- Keseimbangan kapasitas sumber daya dan
keahlian (skill) yang dimiliki
viii) Kejelasan
- Memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang
menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan
20
- Mengetahui kewenangan, peranan, tanggung
jawab, misi organisasi, kinerja yang diharapkan
organisasi, dan sistem pelaporan kinerja baik
individu maupun organisasi
ix) Konsistensi
- Penerapan kebijakan, prosedur, sumber daya
yang konsisten akan memiliki konsekuensi
terhadap tercapainya lingkungan kerja yang
akuntabel
- Menguatnya komitmen dan kredibilitas anggota
organisasi
b. Nasionalisme
Nasionalisme adalah paham untuk mencintai bangsa
dan negara sendiri tanpa merendahkan bangsa lain.
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham
kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah
airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip
nasionalisme bangsa Indonesia yang dilandasi nilai-nilai
Pancasila dapat memberi arah agar bangsa Indonesia
senantiasa menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan
dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi atau kepentingan golongan.
Sikap nasionalisme dapat diwujudkan dengan
mengaktualisasikan nilai – nilai yang terkandung dalam
Pancasila, yang meliputi:
i. Sila Pertama: Ketuhanan yang Maha Esa
1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan
dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
21
2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Mengembangkan sikap saling menghormati dan
bekerjasama antara pemeluk agama dengan
penganut kepercayaan yang berbeda-beda
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama
umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa adalah masalah yang menyangkut
hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang
Maha Esa.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati
kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing.
7) Tidak memaksakan suatu agama ataupun
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
ii. Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai
dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak,
dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,
warna kulit dan sebagainya.
22
3) Mengembangkan sikap dan perilaku yang
mencerminkan rasa saling mencintai sesama
manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa
dan tepa selira.
5) Mengembangkan sikap tidak berlaku semena-
mena terhadap orang lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai
bagian dari seluruh umat manusia.
10)Mengembangkan sikap hormat menghormati
dan bekerjasama dengan bangsa lain
iii. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia
1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan,
serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan
negara dan bangsa apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air
dan bangsa.
4) Mengembangkan kebanggaan berkebangsaan
dan bertanah air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas
dasar Bhinneka Tunggal Ika.
23
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan
kesatuan bangsa.
iv. Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
1) Sebagai warga negara, masyarakat dan setiap
manusia Indonesia mempunyai kedudukan,
hak, dan kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada
orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil
keputusan untuk kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi
oleh semangat kekeluargaan.
5) Menghormati serta menjunjung tinggi setiap
keputusan hasil musyawarah.
6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab
menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadi/ golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan
sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dipertanggung-
jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dengan menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan
keadilan, serta mengutamakan persatuan dan
kesatuan demi kepentingan bersama.
10)Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil
yang untuk melaksanakan pemusyawaratan.
24
v. Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia
1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang
mencerminkan sikap kekeluargaan dan gotong
royong.
2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain
agar dapat berdiri sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-
usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang
lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal
yang bersifat pemborosan dan gaya hidup
mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal
yang bertentangan atau merugikan kepentingan
umum.
9) Suka bekerja keras.
10)Suka menghargai hasil karya orang lain yang
bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan
bersama.
11)Suka melakukan kegiatan untuk mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan social.
c. Etika Publik
Etika diartikan sebagai refleksi atas baik/ buruk, benar/
salah yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik
atau benar. Etika juga definisikan sebagai karakter atau etos
individu/kelompok berdasarkan nilai-nilai norma-norma luhur. Etika
25
publik adalah refleksi tentang standar/ norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk
membuat kebijakan publik dan menjalankan pelayanan publik.
Etika dapat pula dipahami sebagai sistem penilaian
perilaku dan keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas,
untuk menjamin adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup
cara pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal-
hal yang baik dan buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya
dilakukan sesuai nila-nilai yang dianut. Sedangkan Kode Etik
adalah aturan – aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus. Etika Publik melingkupi beberapa aspek yaitu
fokus utama, dimensi, dan indikator.
i. Fokus Utama dalam Pelayanan Publik
i) Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
ii) Sisi dimensi reflektif, berfungsi sebagai bantuan
dalam menimbang pilihan sarana kebijakan
publik dan alat evaluasi.
iii) Modalitas etika, menjembatani antara norma
moral dan tindakan faktual.
ii. Dimensi Etika Publik
1) Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
Etika publik mengarahkan analisis politik –sosial
–budaya, sehingga dapat menghasilkan bentuk
pelayanan publik yang mencakup interaksi antar
nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh Lembaga
public dan masyarakat.
2) Dimensi Modalitas
Etika publik memiliki unsur-unsur modalitas,
yaitu akuntabilitas, transparansi dan netralitas.
3) Dimensi Tindakan Integritas Publik
26
Integritas publik dalam arti sempit yakni tidak
melakukan perbuatan kecurangan. Sedangkan
makna yang lebih luas adalah tindakan yang
sesuai dengan nilai, tujuan dan kewajibannya
untuk memecahkan dilema moral dalam praktik
sehari – hari..
iii. Indikator Nilai – Nilai Dasar Etika Publik
1) Memegang teguh nilai yang terkandung dalam
ideologi Negara Pancasila.
2) Mempertahankan Undang-Undang Dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945.
3) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia
4) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak
berpihak.
5) Membuat keputusan berdasar prinsip keahlian.
6) Menciptakan lingkungan kerja yang bebas dari
diskriminasi.
7) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika
luhur.
8) Mempertanggungjawabkan segala kinerjanya
kepada publik
9) Memiliki kemampuan melaksanakan kebijakan
dan program pemerintah.
10) Memberikan layanan publik yang jujur, cepat,
tepat, akurat, tanggap, berdaya guna, berhasil
guna, dan santun.
11) Mengutamakan kepemimpinan
12) Menghargai komunikasi dan kerjasama.
13) Mengutamakan pencapaian hasil dan
mendorong kinerja pegawai.
14) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
27
15) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan
demokratis sebagai perangkat sistem karir.
Pelayanan publik yang profesional kompetensi teknis,
leadership dan kompetensi etika. Etika publik merupakan refleksi
yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas,
keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktekkan dalam wujud
keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat.
d. Komitmen Mutu
Pengertian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), komitmen adalah perjanjian untuk melakukan sesuatu.
Sedangkan menurut definisi yang dirumuskan Goetsch dan Davis,
mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk,
jasa, manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau bahkan
melebihi harapan konsumen atau pengguna.
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau
pada orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga
mutu kinerja pegawai. Berikut adalah nilai-nilai komitmen mutu:
i. Efektivitas: diartikan dengan berhasil guna, mencapai
hasil sesuai dengan target. Efektivitas menunjukkan
tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan.
Efektivitas diukur dari performa untuk mencapai target
mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi sumber
daya, serta kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan
pelanggan.
ii. Efisiensi: dapat diartikan sebagai jumlah sumber daya
yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa.
Tingkat efisiensi diukur dari penghematan sumber
daya meliputi biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam
melaksanakan kegiatan.
28
iii. Inovasi: inovasi dapat diartikan sebagai proses atau
hasil pengembangan pemanfaatan suatu produk/
sumber daya. Inovasi dapat muncul karena ada
dorongan dari dalam untuk melakukan perubahan,
atau karena ada desakan kebutuhan dari pihak
eksternal misalnya permintaan pasar. Inovasi dalam
layanan publik harus mencerminkan hasil pemikiran
baru yang konstruktif sehingga dapat menunjang
pelaksanaan pelayanan.
iv. Orientasi Mutu: mutu merupakan salah satu standar
yang menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil
kerja. Mutu menjadi salah satu indikator untuk
mempertahankan keberlanjutan dan juga menjaga
kredibilitas institusi. Orientasi mutu berkomitmen untuk
senantiasa melakukan pekerjaan dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan sehingga pelanggan
menjadi puas dalam pelayanan. Indikator nilai-nilai
dasar komitmen mutu dijabarkan sebagai berikut:
- Profesional, yaitu memahami dan memberikan
pelayanan sesuai dengan fungsi, tugas pokok,
dan peran masing – masing;
- Kompeten, pada bidang pekerjaannya;
- Memiliki target mutu layanan;
- Memahami karakter masyarakat;
- Efektif yaitu berhasil guna, hasil sesuai dengan
target yang direncanakan;
- Efisien yaitu berdaya guna, proses berjalan
dengan lancer serta tidak terjadi pemborosan,
penyalahgunaan alokasi, dan penyimpangan
prosedur
29
- Inovatif yaitu mencerminkan hasil pemikiran
baru yang konstruktif
- Orientasi mutu yaitu pelayanan prima sesuai
dengan apa yang publik butuhkan
- Kreatif, yaitu memiliki dorongan kuat untuk
senantiasa mencari kebaruan, menemukan
sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada, dan
menciptakan keunikan
e. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu “corruptio”
yang artinya kerusakan, kebobrokan, dan kebusukan. Korupsi
adalah kejahatan luar biasa karena dampaknya dapat
menyebabkan kerusakan masif dalam ruang lingkup pribadi,
keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan
tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek,
namun dapat berdampak secara jangka panjang.
Terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi yang
tercantum dalam UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001, terdiri dari:
(1) kerugian keuangan negara, (2) suap-menyuap, (3) pemerasan,
(4) perbuatan curang, (5) penggelapan dalam jabatan, (6) benturan
kepentingan dalam pengadaan, dan (7) gratifikasi. Semua jenis
tersebut merupakan delik-delik yang diadopsi dari KUHP (pasal 1
ayat 1 sub C UU No.3/71).
Untuk menghindari perilaku yang menjurus kepada praktik
korupsi, perlu ditanamkan nilai – nilai integritas yang meliputi:
i. Kejujuran
Jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak
berbohong, dan tidak curang.
ii. Kepedulian
30
Peduli dapat didefinisikan sebagai perbuatan untuk
mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan.
iii. Kemandirian
Kemandirian dapat diartikan sebagai proses
mendewasakan diri, yaitu dengan tidak bergantung
pada orang lain untuk mengerjakan tugas dan
tanggung jawabnya.
iv. Kedisiplinan
Disiplin memiliki artian sebagai ketaatan (kepatuhan)
kepada peraturan.
v. Tanggung Jawab
Tanggung jawab dapat diartikan sebagai kesadaran
akan kewajiban untuk menerima semua konsekuensi
perbuatan dan menyelesaikan masalah-masalah yang
telah dilakukan.
vi. Keja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan,
dimana kemauan dapat menumbuhkan ketekadan,
ketekunan, daya tahan, tujuan jelas, daya kerja,
pendirian, pengendalian diri, keberanian, ketabahan,
keteguhan, tenaga, kekuatan dan pantang mundur.
vii. Sederhana
Gaya hidup sederhana memiliki artian tidak hidup
boros, hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat
memenuhi semua kebutuhannya.
viii. Keberanian
Nilai keberanian dapat dikembangkan dan diwujudkan
di kehidupan sehari–hari dalam bentuk keberanian
untuk mengatakan pendapat, konsisten dalam
membela kebaikan dan kebenaran, berani mengakui
kesalahan dan berani bertanggungjawab.
31
ix. Keadilan
Adil memiliki artian sama berat, tidak berat sebelah,
tidak memihak.
a. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar,
etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktek
korupsi, kolusi dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan
kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar
selalu tersedia sumber daya ASN yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman.
32
Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja (PPPK). PNS merupakan warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu , diangkat sebagai ASN secara tetap oleh
pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara nasional.
PPPK adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
berdasarkan perjanjian kerja sesusi dengan kebutuhan instansi
pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka menjalankan
tugas pemerintahan.
Berdasarkan pedoman yang diterbitkan oleh Lembaga
Administrasi Nasional (LAN) tahun 2014, Manajemen ASN
diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit. Manajemen ASN
meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan; pengadaan;
pangkat dan jabatan; pengembangan karier; pola karier; promosi;
mutasi; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan; penghargaan;
disiplin; pemberhentian; jaminan pension dan jaminan hari tua; dan
perlindungan.
b. Whole of Government
Whole of Goverment (WoG) merupakan perwujudan kerja
sama lintas sektor antar instansi pemerintah guna mencapai tujuan
bersama sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu
tertentu. WoG merupakan pendekatan yang menekankan aspek
kebersamaan dan menghilangkan sekat-sekat sektoral yang
selama ini terbangun dalam model New Publik Management
(NPM). Bentuk pendekatannya bisa dilakukan dalam pelembagaan
formal atau pendekatan informal.
Beberapa penerapan WoG yang dapat dilakukan di
institusi formal maupun informal antara lain:
33
i. Penguatan koordinasi antar lembaga, yaitu penguatan
koordinasi yang dapat dilakukan jika jumlah lembaga-
lembaga yang dikoordinasikan masuh terjangkau dan
manageable.
ii. Membentuk lembaga koordinasi khusus, yaitu
pembentukan lembaga terpisah dan permanen yang
bertugas dalam mengkoordinasikan sektor atau
kementrian.
iii. Membentuk gugus tugas, yaitu bentuk pelembagaan
koordinasi yang dilakukan diluar struktur formal, yang
sifatnya tidak permanen.
iv. Koalisi sosial, yaitu merupakan bentuk informal dari
penyatuan koordinasi antar sektor atau lembaga, tanpa
perlu membentuk pelembagaan khusus dalam
koordinasi ini.
34
melalui penegakan hukuman dan peraturan perundang-undangan
maupun kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi kehidupan
masyarakat.
Adapun berdasarkan polanya, pelayanan publik dapat
dibedakan dalam lima macam pola pelayanan, yaitu:
i. Pola pelayanan teknis fungsional, yaitu suatu pola
pelayanan publik yang diberikan oleh suatu instansi
pemerintah sesuai dengan bidang, tugas, fungsi dan
wewenangnya.
ii. Pola pelayanan satu atap, yaitu pola pelayanan yang
dilakukan secara terpadu pada suatu instansi
pemerintah yang bersangkutan sesuai kewenangan
masing-masing.
iii. Pola pelayanan satu pintu, yaitu pola pelayanan
masyarakat yang diberikan secara tunggal oleh satu
unit kerja pemerintahan berdasarkan pelimpahan
kewenangan dari unit kerja pemerintah terkait lainnya
yang bersangkutan.
iv. Pola pelayanan terpusat, pelayanan masyarakat
yang dilakukan oleh suatu instansi pemerintah yang
bertindak selaku koordinator terhadap pelayanan
instansi pemerintah.
v. Pola pelayanan elektronik, yaitu pola pelayanan
dengan menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi.
c. Pelayanan Publik
Pengertian Pelayanan Publik sebagaimana termuat
dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik, menyebutkan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
35
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu unsur
pertama adalah organisasi penyelenggara pelayanan publik, penerima
layanan (pelanggan) atau orang, masyarakat atau organisasi yang
berkepentingan, dan kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh
penerima layanan (pelanggan).
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan
pelayanan prima adalah: partisipatif, transparan, responsif, non
diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien, aksesibel, akuntabel,
dan berkeadilan. Kesadaran seluruh anggota ASN untuk memberikan
kontribusi terhadap upaya perbaikan kualitas pelayanan publik di Indonesia
akan memiliki implikasi strategis jangka panjang yang penting bagi upaya
untuk mengubah kinerja birokrasi dalam memberikan pelayanan publik.
D. Kode Biru
a. Pengertian Kode Biru
36
1. Komponen Kode Biru
Pelaksana Kode Biru terdiri atas tenaga medis dan perawat terlatih
yang secara sistematis diatur untuk melaksanakan pertolongan
kedaruratan dalam rumah sakit. Pelaksana Kode Biru yang selanjutnya
disebut tim Kode Biru memiliki persyartaan:
a. Mampu mengenali tanda kegawatdaruratanan medis
b. Mampu menjelaskan sistem kode biru sesuai standard
layanan rumah sakit
c. Mampu melaksanakan tindakan penatalaksana Bantuan
Hidup Dasar dengan penggunaan Automated External Defibrillators
(AED) serta Bantuan Hidup Lanjut.
d. Mampu melakukan tindakan Advance Airway Breathing
dan Breathing Management
e. Mampu melakukan tindakan Initial Assesment (pengkajian awal)
dan lanjutan pada kedaruratan medis
f . Mampu menjelaskan algoritma berbagai kegawatan jantung
g. Mampu menjelaskan tehnik penggunaan AED
h. Mampu melakukan tindakan Transportasi dan Rujukan pasien
kritis
2. Sistem Komunikasi Tim Kode Biru
Sistem komunikasi dalam rumah sakit dalam pemanggilan
petugas tim kode biru dengan aktivasi yang disepakati. Panggilan kode
biru melalui call center 555 dengan menyebutkan lokasi kejadian
secara terperinci, jumlah korban dan kejadian yang dialami. Semua
petugas Rumah Sakit diharapkan mampu mengaktivasi Tim Kode Biru,
tidak terbatas pada perawat atau tenaga medis yang berada di
ruang perawatan. Setelah pelaporan oleh petugas yang menemui
korban maka Tim Kode Biru segera berlari memberikan bantuan
dalam waktu maksimal 5 menit sejak diaktivasi.
3. Fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki
Tim Kode Biru memilki sarana dan prasarana yang
sangat penting dalam pertolongan kedaruratan. Alat bantu yang
digunakan adalah sejumlah alat emergensi (Emergency Kit) berisi
37
alat airway, breathing, circulation, infuse set beserta cairan infus dan
obat emergensi. Obat-obatan resusitasi seperti Ephyneprin,
amiodaron, Methylprednisolon, Vasopressin harus tersedia. Alat
kejut jantung berupa AED atau portable defibrillator harus tersedia
dan siap digunakan.
4. Sarana transportasi yang dibutuhkan
Alat untuk transportasi yang simple sesuai rute yang akan
ditempuh untuk melakkan evakuasi harus tersedia, berupa brankar,
long spine board, scope strechter dan alas resusitasi
Pelayanan Resusitasi
Standar PAP 3.2
Pelayanan resusitasi tersedia di seluruh area rumah sakit.
Maksud dan Tujuan PAP 3.2
Pelayanan resusitasi diartikan sebagai intervensi klinis
pada pasien yang mengalami kejadian mengancam hidupnya
seperti henti jantung atau paru. Pada saat henti jantung atau paru
maka pemberian kompresi pada dada atau bantuan pernapasan
akan berdampak pada hidup atau matinya pasien, setidak-tidaknya
menghindari kerusakan jaringan otak.
38
Resusitasi yang berhasil pada pasien dengan henti
jantung-paru bergantung pada intervensi yang kritikal/penting
seperti secepat-cepatnya dilakukan defibrilasi dan bantuan hidup
lanjut (advance) yang akurat (code blue). Pelayanan seperti ini
harus tersedia untuk semua pasien selama 24 jam setiap hari.
Sangat penting untuk dapat memberikan pelayanan intervensi
yang kritikal, yaitu tersedia dengan cepat peralatan medis
terstandar, obat resusitasi, dan staf terlatih yang baik untuk
resusitasi.
Bantuan hidup dasar harus dilakukan secepatnya saat
diketahui ada tanda henti jantung-paru dan proses pemberian
bantuan hidup kurang dari 5 (lima) menit. Hal ini termasuk review
terhadap pelaksanaan sebenarnya resusitasi atau terhadap
simulasi pelatihan resusitasi di rumah sakit.
Pelayanan resusitasi tersedia di seluruh area rumah sakit
termasuk peralatan medis dan staf terlatih, berbasis bukti klinis,
dan populasi pasien yang dilayani (contoh, jika rumahsakit
mempunyai populasi pediatri, peralatan medis untuk resusitasi
pediatri). (lihat PAB 3; KPS 8.1; TKP 9; MFK 8). Catatan: seluruh
area rumah sakit tempat tindakan dan pelayanan diberikan,
termasuk area tindakan diagnostik di gedung terpisah dari gedung
rumah sakit.
Elemen Penilaian PAP 3.2 Ada regulasi pelayanan
resusitasi yang tersedia dan diberikan selama 24 jam setiap hari di
seluruh area rumah sakit, serta peralatan medis untuk resusitasi
dan obat untuk bantuan hidup dasar terstandar sesuai dengan
kebutuhan populasi pasien. (lihat PAB 3, EP 3). Di seluruh area
rumah sakit bantuan hidup dasar diberikan segera saat dikenali
henti jantung-paru dan tindak lanjut diberikan kurang dari 5 menit.
.
39
BAB III
40
ii. Misi
Misi RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah adalah
sebagai berikut:
1. Membangun dan mengembangkan SDM yang
kompeten dan berkarakter unggul.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan
rujukan yang bermutu.
3. Mengupayakan sarana dan prasarana yang
sesuai standar rumah sakit kelas B.
4. Mengembangkan system manajemen rumah
sakit yang berkualitas.
iii. Motto
Motto RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah adalah,
“Sahabat Terpercaya Menuju Sehat”
iv. Nilai
Nilai-nilai dasar RSUD Kelet yaitu K-E-L-E-T,
merupakan akronim dari:
1. Komitmen
Kami berkomitmen untuk meningkatkan mutu
dan keselamatan pasien.
2. Etika
Kami memegang teguh nilai-nilai etika dan
kesopanan dalam melaksanakan tugas dan
kehidupan sehari-hari.
3. Loyalitas
Kami bersikap setia terhadap nilai-nilai luhur
bangsa, organisasi, dan juga kepemimpinan
organisasi.
41
4. Empati
Kami menggunakan sikap empati dalam
merespon kebutuhan pelanggan.
5. Tulus
Kami melayani pelanggan didasari rasa ikhlas
42
Gambar 3.1 Struktur Organisasi RSUD Kelet
43
Kelet Provinsi Jawa Tengah Per Mei 2019 sebanyak 627 orang
dengan rincian jabatan sebagai berikut:
44
Tabel 3.3 Daftar Peralatan Kesehatan/Kedokteran Tahun 2019
RSUD Kelet
No Ruang Nama Alat Jumlah
1 IGD • Surgical Suction Pump 2 unit
• Minor Surgery 4 set
• Recusitator 2 set
• Defibrilator/Dc Shock 1 set
• ECG 1 unit
• Nebulizer 1 unit
1 unit
• Operating Lamp
1 unit
• Laringoscope Anak
1 unit
• Laringoscope dewasa
2 IBS • Adult Basic Instrument Set 1 unit
• Anastesi machine 3 unit
• Basic obgyn operating set 1 unit
• Operating lamp 4 unit
45
• Laringoscope Anak 1 unit
• Oxyangen Consentrator 1 unit
• Minor surgery
• Nebulizer 1 unit
46
Apotek • Timbangan analitik 1 unit
• Blender obat 2 unit
• Kulkas obat 1 unit
Instalasi • Echocardiography 1 unit
Rawat Jalan • ENT 1 unit
• EKG 1 unit
• IPL (Intense pulse light) 1 unit
• ND YagLazer 1 unit
• USG 1 unit
• USG 1 unit
1 unit
• Vacum Extractor
1 unit
• Resusitasi anak
1 unit
• Inkubator bayi
Sumber: Internal RSUD Kelet, 2019
47
1. Tanah dan Bangunan
RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 2 unit
pelayanan. RS Donorojo untuk pelayanan Kusta berlokasi di Desa
Banyumanis, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara diatas lahan
seluas 1.791.740 m2. Termasuk lahan di kampung rehabilitasi yang
dihuni oleh 155 KK, dan RS Kelet untuk pelayanan umum berlokasi
di Desa Kelet, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara diatas lahan
seluas 258.600 m2.
48
Tabel 3. 5 Infrastruktur Pelayanan Umum Tahun 2013 RSUD Kelet
No Bangunan Jml Sat
1 Instalasi Gawat Darurat 1 Unit
2 Instalasi Bedah 1 Unit
3 Instalasi Rawat Inap
VIP 10 TT
Kelas I 6 TT
Kelas II 12 TT
Kelas III 48 TT
ICU 5 TT
4 Poliklinik
5 Umum 1 Unit
6 Gigi 1 Unit
7 Penyakit Dalam 1 Unit
8 Bedah 1 Unit
9 Anak 1 Unit
10 Kebidanan dan Kandungan 1 Unit
11 Jantung dan Pembuluh Darah 1 Unit
12 Syaraf 1 Unit
13 THT 1 Unit
14 Mata 1 Unit
15 Jiwa 1 Unit
16 Kesehatan Fisik dan Rehabilitasi Medik 1 Unit
17 Psikologi 1 Unit
18 DOT 1 Unit
19 VCT 1 Unit
20 Radiologi 1 Unit
21 Laboratorium 1 Unit
22 Gizi 1 Unit
23 Farmasi 1 Unit
24 Rekam Medik 1 Unit
25 OAI 1 Unit
49
26 Binatu 1 Unit
27 Pemulasaran Jenazah 1 Unit
28 Sarana Air Bersih 1 Unit
29 IPAL 1 Unit
30 Incinerator 1 Unit
(Sumber : Internal RSUD Kelet, 2019)
50
• Jiwa
• Kulit & Kelamin
Rawat Inap
IGD
Instalasi Bedah Sentral
ICU
Laboratorium
Radiologi
Farmasi
Gizi
Fisioterapi
Rekam Medis
IPSRS
Binatu
2 Pelayanan Khusus (Kusta) Poliklinik
Rawat Inap
Bedah rekonstruksi
Prostesa
Fisioterapi
Vocational training
Laboratorium
Rekam Medis
Farmasi
3Gizi
IPSRS
Binatu
Pelayanan Café Sehat
Pengembangan Outbond
Kampoeng Rehatta
Guest House
51
B. Tugas dan Jabatan Peserta Pelatihan Dasar
a. Peserta sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN)
Untuk memenuhi peran sebagai ASN, dasar hukum
pelaksanaan tugas yang relevan adalah UU No. 5 Tahun 2014.
ASN merupakan pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah
dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina
kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintah
atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan PNS
(Pegawai Negeri Sipil adalah warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN secara
tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan.
Adapun Fungsi, Tugas dan Peran ASN menurut UU No. 5
Tahun 2014 antara lain:
i. Pegawai ASN berfungsi sebagai; pelaksana kebijakan
publik; pelayanan publik; dan perekat dan pemersatu
bangsa.
ii. Pegawai ASN bertugas untuk:
- Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian yang telah
disesuaikan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- Memberikan pelayanan publik yang profesional
dan berkualitas
- Mempererat persatuan dan kesatuan NKRI.
iii. Pegawai ASN memiliki peran sebagai perencana,
pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas
umum pemerintahan dan pembangunan nasional
melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik
52
yang profesional, bebas dari intervensi politik, seta
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
53
- Memberikan pemeliharaan kesehatan
bayi dan balita;
- Memberikan pemeliharaan kesehatan
anak;
- Memotivasi penyuluhan medik;
- Menetapkan catatan medik rawat jalan;
- Menetapkan catatan medik rawat inap;
- Meminta atau menerima konsultasi
dari luar atau ke luar;
- Meminta atau menerima konsultasi dari
dalam;
- Menetapkan uji kesehatan individu;
- Menilai sebagai Tim Penguji Kesehatan;
- Memberikan visum et repertum
sederhana;
- Memberikan visum et repertum
kompleks tingkat I;
- Menilai sebagai saksi ahli;
- Memberikan pelayanan tugas jaga
panggilan/on call;
- Memberikan pelayanan tugas jaga di
tempat/rumah sakit;
54
C. Role Model
Role Model adalah seseorang yang tingkah lakunya kita contoh,
tiru dan ikuti. Dalam kegiatan aktualisasi ini yang penulis jadikan role
model adalah Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf
Habibie. Beliau adalah Mantan Presiden RI ke-3, lahir di Parepare
pada tanggal 25 Juni 1936. Beliau tumbuh dalam keluarga yang
religius dan sederhana.
55
Jerman. Berkat kerja kerasnya juga, BJ Habibie dapat menemukan
rumus untuk menghitung keretakan atau Crack propagation on
random sampai ke atom.
56
BAB IV
57
Isu yang diangkat : Kurang Optimalnya Komunikasi Antar
Petugas Ketika Terjadi Kode Biru Di Instalasi
Rawat Inap
58
Tabel 4.1 Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Habituasi
Kontribusi terhadap
Tahapan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi Mata Penguatan Nilai
No Kegiatan Visi & Misi
Kegiatan Kegiatan Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1 Membuat draft Melakukan Tersetujuinya Akuntabilitas: Melakukan Mendukung misi Mendukung nilai
SOP komunikasi konsultasi dengan rencana konsultasi dengan rumah sakit: Komitmen
kode biru, mentor/ atasan pembuatan mengutamakan kejelasan - Membangun dan (komitmen dalam
menetapkan alur langsung draft SOP dalam penyampaian, mengembangkan SDM meningkatkan
komunikasi ketika Notulensi yang kompeten dan mutu dan
terjadi kode biru diskusi Etika publik: Mengutamakan berkarakter unggul keselamatan
(perintah atasan) kesopanan, keramahan, dan - Menyelenggarakan pasien) dan Etika
menghormati atasan dalam pelayanan kesehatan
proses konsultasi rujukan yang
bermutu.
Komitmen mutu:
Menjelaskan kepentingan
dan rencana pembuatan
SOP dengan singkat, padat,
jelas (efektif dan efisien)
Anti Korupsi:
Jujur dalam pembuatan draft
SOP
Mencari bahan Terkumpulnya Akuntabilitas:
pembuatan SOP referensi dan Mencari referensi pembuatan
dasar hukum SOP dengan tanggung
yang relevan jawab dan
59
konsisten untuk mencari
dasar hukum yang relevan
Anti korupsi:
Mandiri, disiplin dan bekerja
keras dalam menjalankan
kegiatan
Melakukan diskusi Tersusunnya Akuntabilitas:
dengan Tim uraian kebijakan Melakukan diskusi dengan
Kode Biru yang akan ditulis keterbukaan informasi,
Rumah Sakit dalam SOP integritas dan penyampaian
Daftar hadir yang jelas
diskusi
Notulensi hasil Nasionalisme:
diskusi Melaksanakan diskusi
dengan mengamalkan butir –
butir Pancasila sila ke-4
(musyawarah mufakat)
60
Melakukan penyusunan draft
SOP
dengan keterbukaan,
tanggung jawab dalam
perencanaan kebijakan.
Menyusun SOP dengan jelas
dan konsisten terhadap
referensi dasar hukum
Komitmen mutu:
Merancang SOP dengan
prinsip efektif dan efisien
agar dapat menunjang
perbaikan pelayanan
Pengajuan Terevaluasinya Akuntabilitas:
rancangan draft draft awal SOP Menyampaikan rancangan
SOP
dan terdapat SOP dengan terbuka,
kepada atasan
daftar poin yang kepercayaan, konsistensi
perlu direvisi
Notulensi hasil Etika publik:
konsultasi Mengajukan rancangan SOP
kepada atasan dengan
kesopanan, keramahan, dan
menghormati atasan
61
konsisten terhadap referensi
dasar hukum
Komitmen mutu:
Melakukan revisi dan review
SOP dengan cermat, teliti
serta berorientasi pada
efektivitas dan efisiensi
Mengajukan Terciptanya SOP Akuntabilitas:
permohonan komunikasi kode Mengajukan permohonan
biru
pengesahan SOP pengesahan dengan
keterbukaan, integritas, dan
penyampaian yang jelas
Etika publik:
Menjaga etika, sopan santun
serta menghormati pimpinan
dalam mengajukan
permohonan pengesahan
2 Membuat poster Melakukan Tersetujuinya Akuntabilitas: Melakukan Mendukung misi Mendukung nilai
tentang alur konsultasi dengan rencana konsultasi dengan rumah sakit: Komitmen
komunikasi ketika mentor/ atasan kegiatan mengutamakan kejelasan - Menyelenggarakan (komitmen dalam
kode biru terjadi kode langsung pembuatan dan kejujuran dalam pelayanan kesehatan meningkatkan
biru (inovasi) poster penyampaian, serta nilai rujukan yang mutu dan
transparansi bermutu. keselamatan
pasien)
62
Etika publik: Mengutamakan - Mengembangkan
kesopanan, keramahan, dan Sistem Informasi
menghormati atasan Manajemen RS yang
berkualitas
Komitmen mutu:
Menjelaskan kepentingan
dan rencana kegiatan
dengan singkat, padat, jelas
(efektif dan efisien)
Mencari bahan Terkumpulnya Akuntabilitas:
referensi untuk referensi dan Mencari referensi dengan
membuat contoh – contoh penuh tanggung jawab
poster bahan poster
Nasionalisme: Menjalankan
tugas dengan menjunjung
nilai kerja keras (sila ke-5)
Anti Korupsi:
Melaksanakan kegiatan
dengan displin dan mandiri
63
Nasionalisme:
Melaksanakan diskusi
dengan mengamalkan butir –
butir Pancasila sila ke-4
(musyawarah)
Nasionalisme:
Melakukan kegiatan dengan
mengamalkan Pancasila, sila
ke-5: kerja keras
64
Komitmen Mutu:
Membuat poster yang
komunikati, efektif dan
efisien sehingga mutunya
terjamin
Etika publik:
Bersikap sopan dalam
penyampaian, murah
senyum, menggunakan tutur
kata yang santun
Komitmen mutu:
Menjelaskan materi dengan
singkat, padat, jelas (efektif
3 Melaksanakan Konsultasi pada Disetujuinya dan efisien)
Akuntabilitas: Mendukung misi Mendukung nilai
diskusi & koordinasi atasan untuk rencana diskusi Melakukan konsultasi rumah sakit: Komitmen (untuk
terkait teknis diskusi dengan tim dengan mengutamakan - Membangun dan meningkatkan
komunikasi dengan kode biru kejelasan dan kejujuran mengembangkan SDM mutu dan
tim kode biru
Rumah Sakit (SKP
65
Melakukan
konsultasi dengan
tim kode biru Rumah dalam penyampaian, serta yang kompeten dan keselamatan
Sakit (SKP nilai transparansi berkarakter unggul pasien) dan Etika
- Menyelenggarakan (memegang teguh
Etika publik: Mengutamakan pelayanan kesehatan nilai-nilai etika
kesopanan, keramahan, dan rujukan yang bermutu dalam
menghormati atasan melaksanakan
tugas dan
Komitmen mutu: kehidupan sehari-
Menjelaskan kepentingan hari)
dan rencana kegiatan
dengan singkat, padat, jelas
(efektif dan efisien)
Menetapkan Tersusunnya Akuntabilitas:
tujuan dan agenda diskusi & Menetapkan tujuan dan
agenda diskusi & koordinasi agenda pembahasan dengan
koordinasi penuh tanggung jawab dan
jelas arah diskusinya
Komitmen mutu:
Agenda diskusi & koordinasi
disusun dengan singkat,
padat dan jelas.
Anti Korupsi:
Melakukan kegiatan dengan
disiplin dan mandiri
66
Membuat dan Undangan telah Akuntabilitas
mengirim selesai dan sudah Membuat undangan dengan
undangan di distribusikan ke penuh tanggung jawab,
tim kode biru terbuka dan konsisten.
Dalam penyampaian
undangan juga menjunjung
nilai keadilan
Etika publik
Mengirim undangan rapat
dengan sopan, santun, dan
ramah
Nasionalisme
Menjalankan kegiatan
dengan mengamalkan
Pancasila, sila ke-5 yaitu
kerja keras
Melaksanakan Terlaksananya Akuntabilitas Menerapkan
diskusi & kegiatan diskusi & nilai kepemimpinan,
koordinasi koordinasi menyampaikan paparan
dengan jelas, jujur, terbuka
dan konsisten dengan
kebijakan yang berlaku
(SOP)
67
Nasionalisme
Melaksanakan kegiatan
berdasarkan butir Pancasila
sila ke-4: tidak memaksakan
kehendak, menghormati
keputusan, musyawarah
Etika publik
Penyampaian usul dan
masukan disampaikan
dengan baik, sopan,
menghormati orang lain
Komitmen mutu
Melakukan diskusi dan
koordinasi dengan efektif,
efisien dan kreatif
Membuat laporan Tersusunnya Akuntabilitas:
hasil diskusi & laporan hasil Membuat laporan hasil rapat
koordinasi diskusi & dengan penuh tanggung
koordinasi jawab, konsisten dengan
pembahasan yang dilakukan,
dan disusun dengan bahasa
yang jelas
68
Komitmen Mutu:
Mengerjakan laporan dengan
cermat, teliti, dan
berorientasi pada perbaikan
kualitas pelayanan
Anti korupsi:
Disertai pula dengan nilai -
nilai kedisiplinan, kejujuran
dan kerja keras
69
hasil dari diskusi penuh tanggung jawab dan
dengan tim kode transparansi
biru
Nasionalisme:
Mengamalkan sila ke-5
dalam menjalankan kegiatan,
yaitu kerja kerjas
Anti korupsi:
Bekerja dengan jujur dan
disiplin
Komitmen mutu:
Bekerja dengan teliti, cermat
dan berorientasi pada
70
perbaikan mutu pelayanan
Anti korupsi
Menjunjung nilai kejujuran,
tidak menambah,
mengurangi atau merubah
data yang ada
71
5 Melakukan evaluasi Melakukan Tersetujuinya Akuntabilitas: Mendukung misi Mendukung nilai
berkala mengenai konsultasi dengan kegiatan rencana Melakukan konsultasi rumah sakit: Komitmen (untuk
kepatuhan mentor/ atasan evaluasi oleh dengan mengutamakan - Membangun dan meningkatkan
pelaksanaan langsung atasan kejelasan dan kejujuran mengembangkan SDM mutu dan
komunikasi kode biru dalam penyampaian, serta yang kompeten dan keselamatan
(SKP) nilai transparansi berkarakter unggul pasien), Etika
- Menyelenggara-kan (memegang teguh
Etika publik: Mengutamakan pelayanan kesehatan nilai-nilai etika
kesopanan, keramahan, dan rujukan yang dalam
menghormati atasan bermutu. melaksanakan
tugas dan
Komitmen mutu: kehidupan sehari-
Menjelaskan kepentingan hari), dan Loyal
dan rencana kegiatan (setia terhadap
dengan singkat, padat, jelas organisasi, dan
(efektif dan efisien) kepemimpinan
Mengumpulkan Tersedianya Akuntabilitas organisasi)
data data yang di
ketidakpatuhan perlukan
72
terhadap alur Mengumpulkan data dengan
komunikasi kode penuh tanggung jawab dan
biru transparansi
Nasionalisme:
Mengamalkan sila ke-5
dalam menjalankan kegiatan,
yaitu kerja kerjas
Anti korupsi:
Bekerja dengan jujur dan
disiplin
Komitmen mutu:
Bekerja dengan teliti, cermat
dan berorientasi pada
perbaikan mutu pelayanan
73
Anti korupsi
Menerapkan nilai kejujuran,
tidak menambah,
mengurangi atau mengganti
data
Anti korupsi
Menganalisis dengan jujur,
tidak menambah,
mengurangi, atau mengganti
data
74
Membuat laporan Tersusunnya Akuntabilitas
evaluasi terkait laporan hasil Hasil laporan disusun
kepatuhan evaluasi dengan terbuka,
komunikasi kode komunikasi bertanggung jawab dan
biru kode biru tidak memihak
Nasionalisme:
Menyusun laporan dengan
menjunjung Pancasila, sila
ke-5: kerja keras
Anti korupsi:
Menjunjung nilai kejujuran
dalam pembuatan laporan.
Serta tidak menambah,
mengurangi atau merubah
data yang ada, serta
melaksanakannya dengan
disiplin
75
B. Jadwal Pelaksanaan Aktualisasi
Rancangan aktualisasi yang akan dilakukan disajikan dalam bentuk timeline sebagai mekanisme
kontrol.
September Oktober
No Kegiatan Bukti Kegiatan
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Bukti persetujuan
dan foto konsultasi
dengan
mentor/atasan
langsung,
Membuat draft
SOP Laporan dan foto
komunikasi diskusi dengan tim
kode biru, Kode biru,
menetapkan
1 alur Rancangan draft
komunikasi SOP,
ketika terjadi
kode biru Bukti tertulis dan
(perintah foto konsultasi
atasan) rancangan SOP
kepada atasan,
SOP alur
komunikasi kode
biru telah disah kan
76
Bukti foto kegiatan
Membuat konsultasi dengan
poster tentang atasan,
alur
komunikasi Rancangan Poster
2 sudah jadi,
ketika kode
biru terjadi
kode biru Rancangan poster di
(inovasi) terima atasan,
Bukti pemasangan
poster di ruangan
petugas terkait
Bukti persetujuan
dan foto konsultasi
dengan mentor/
atasan langsung
Melaksanakan
diskusi & Draft rencana
koordinasi pembahasan
terkait teknis Diskusi
3 komunikasi
dengan tim
Kode Biru Undangan Daftar
Rumah Sakit hadir
(SKP)
Foto/video kegiatan
diskusi& koordinasi
Laporan hasil rapat
77
Bukti persetujuan
dan foto konsultasi
dengan mentor/
Melakukan atasan langsung
sosialisasi
komunikasi
kode biru Undangan Daftar
dengan hadir
4
perawat
bangsal
Bugenvile Foto/video kegiatan
Teratai sosialisasi
(Inovasi)
Laporan hasil
sosialisasi
Bukti persetujuan
dan foto konsultasi
dengan mentor/
atasan langsung
Melakukan
evaluasi
berkala Foto kegiatan
mengenai rekapitulasi
5 kepatuhan kepatuhan
pelaksanaan komunikasi kode
komunikasi biru dan
kode biru menganalisis hasil
(SKP) laporan
Laporan evaluasi
alur komunikasi
kode biru
78
C. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala
Aktualisasi nilai-nilai dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) yang
telah diaplikasikan pada institusi tempat kerja banyak memberikan
kontribusi baik demi perubahan kearah yang lebih baik. Penulis akan
terus berusaha untuk tetap mengaplikasikan nilai-nilai dasar Aparatur
Sipil Negara (ASN) yang terdiri dari Manajemen Aparatur Sipil Negara
(ASN), Whole of Government (WoG), dan Pelayanan Publik, sebagai
dasar dari segala kegiatan belajar mengajar maupun berorganisasi,
meskipun dalam kondisi yang sulit.
Strategi untuk menghadapi kendala yang mungkin muncul
dalam setiap kegiatan sangatlah penting. Hasil yang maksimal bisa
kita raih ketika prediksi sudah di lakukan dan sekaligus pemecahan
masalah yang mungkin terjadi. Rencana cadangan yang sudah
disiapkan serta bila perlu rencana cadangan kedua agar benar-benar
kegiatan yang dilakukan seorang ASN bisa berjalan dengan
maksimal.
79
Tabel 4.3 Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala
80
5 Melakukan Data tidak valid, respon kode biru Menjalin komunikasi
evaluasi berkala tidak patuh akan terhambat dan melakukan
mengenai pada alur, sehingga advokasi dengan
kepatuhan penanganan jadi baik kepada semua
pelaksanaan tidak maksimal petugas terkait, dan
komunikasi kode terus mengingatkan
biru (SKP) tentang komunikasi
kode biru
81
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
82
DAFTAR PUSTAKA
83
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. (2003).
Jabatan Fungsional Dokter dan Angka Kreditnya. PERMENPAN
No.139/KEP/M.PAN/11/2003. Jakarta: Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Buku Ajar Kursus
Bantuan Hidup Jantung Lanjut (ACLS). Jakarta : PERKI ; 2017:1-50.
84
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Penulis
Agama : Islam
Alamat rumah : Ds. Tayu Kulon RT 4 RW 1, Kec.
Tayu, Kab. Pati, Jawa Tengah
No telepon : 085290272656
Jabatan : Dokter Ahli Pertama
85
B. Riwayat Pendidikan
C. Riwayat Pekerjaan
86