Anda di halaman 1dari 96

RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI

NILAI-NILAI DASAR DAN PERAN PEGAWAI


NEGERI SIPIL (PNS)

OPTIMALISASI KOMUNIKASI ANTAR PETUGAS KETIKA


TERJADI KODE BIRU DI BANGSAL BUGENVIL TERATAI
RSUD KELET PROVINSI JAWA TENGAH DI KABUPATEN
JEPARA

Disusun oleh :

Nama : dr. Asep Tornado


NIP : 199103052019021004
Angkatan/ No. presensi : CCVII/ 6
Jabatan : Dokter Ahli Pertama
Unit Kerja : RSUD Kelet
Coach : Ir. Wahyu Kusno Wibowo, MT
Mentor : dr. Alek Jusran, M.Kes

PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN CCVII

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH

PROVINSI JAWA TENGAH

2019
HALAMAN PERSETUJUAN RANCANGAN
AKTUALISASI DAN HABITUASI NILAI-NILAI DASAR
DAN PERAN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

Judul : OPTIMALISASI KOMUNIKASI ANTAR PETUGAS


KETIKA TERJADI KODE BIRU DI BANGSAL BUGENVIL
TERATAI RSUD KELET PROVINSI JAWA TENGAH DI
KABUPATEN JEPARA
Dinyatakan disetujui untuk diseminarkan pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 17 September 2019

Tempat : Badan Pengembangan Sumber Daya


Manusia Daerah Provinsi Jawa Tengah

Semarang, 16 September 2019


Peserta Pelatihan Dasar CPNS

dr. Asep Tornado


NIP. 199103052019021004

Menyetujui,
Coach, Mentor,

Ir. Wahyu Kusno Wibowo, MT dr. Alek Jusran, M.Kes


NIP. 196902112007011007

ii
HALAMAN PENGESAHAN RANCANGAN AKTUALISASI DAN
HABITUASI NILAI-NILAI DASAR PEGAWAI NEGERI SIPIL
(PNS)

Judul : OPTIMALISASI KOMUNIKASI ANTAR PETUGAS


KETIKA TERJADI KODE BIRU DI BANGSAL
BUGENVIL TERATAI RSUD KELET PROVINSI
JAWA TENGAH DI KABUPATEN JEPARA

Telah diseminarkan pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 17 September 2019

Tempat : Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia


Daerah Provinsi Jawa Tengah

Semarang, 16 September 2019


Peserta Pelatihan Dasar CPNS

dr. Asep Tornado


NIP. 199103052019021004

Mengetahui,
Coach, Mentor

Ir. Wahyu Kusno Wibowo, MT dr. Alek Jusran, M.Kes


NIP. 196902112007011007

Narasumber,

Nama
NIP. 19520701 197602 1 002

iii
PRAKATA

Puji syukur peserta panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan


rahmat, ilmu, dan karunia yang diberikan-Nya, peserta dapat menyelesaikan
rancangan aktualisasi dengan judul OPTIMALISASI KOMUNIKASI ANTAR
PETUGAS KETIKA TERJADI KODE BIRU DI BANGSAL BUGENVIL
TERATAI RSUD KELET PROVINSI JAWA TENGAH DI KABUPATEN
JEPARA. Rancangan aktualisasi ini digunakan sebagai pedoman penulis
dalam melaksanakan habituasi penanaman nilai-nilai dasar profesi
Aparatur Sipil Negara (ASN) yang meliputi materi tentang Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komiten Mutu dan Anti Korupsi (ANEKA).

Penulisan rancangan aktualisasi ini tidak akan terwujud tanpa


bimbingan, dorongan dan masukan dari berbagai pihak. Dengan sepenuh
hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ganjar Pranowo, S.H., M.IP. selaku Gubernur Provinsi Jawa Tengah
yang telah mendukung pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan
Dasar CPNS;
2. Drs. Mohamad Arief Irwanto, M.Si, sebagai Kepala BPSDMD
Provinsi Jawa Tengah yang telah memberikan dukungan fasilitas,
sarana dan prasarana selama Pendidikan dan Pelatihan Dasar
CPNS;
3. dr. Widyo Kunto, M.Kes. selaku direktur RSUD Kelet Provinsi Jawa
Tengah beserta seluruh jajarannya yang telah mendukung proses
aktualisasi;
4. Drs. Belum ada, M.Si, M.Pd., selaku narasumber yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan rancangan
aktualisasi;
5. dr. Alek Jusran, M.Kes., selaku mentor yang senantiasa
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan rancangan
aktualis
6. Ir. Wahyu Kusno Wibowo, MT selaku coach yang senantiasa
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan rancangan

iv
aktualisasi;
7. Keluaga besar Civitas Hospitalia RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah;
8. Seluruh Widyaiswara yang telah membimbing dalam perkuliahan
dan memberikan pengarahan terkait materi ANEKA untuk
diinternalisasikan dan diaktualisasikan di instansi;
9. Seluruh Panitia, dan Binsuh yang telah membantu dan menfasilitasi
kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Dasar CPNS;
10. Teman seperjuangan peserta Pendidikan dan Pelatihan Dasar
CPNS Golongan III angkatan CCVII atas dukungan dan
semangatnya;
11. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang senantiasa memberikan
dukungan dalam menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan pada
masa Pendidikan dan Pelatihan Dasar CPNS;
12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang
telah berpartisipasi dalam penyusunan rancangan aktualisasi ini baik
secara langsung maupun tak langsung.

Peserta menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan pada laporan


rancangan aktualisasi ini, oleh karena itu penulis mohon maaf atas segala
kesalahan dalam penyusunan dan penulisan laporan ini. Peserta berharap
kepada semua pihak untuk dapat memberikan saran dan kritik yang
membangun dalam rangka penyempurnaan laporan rancangan aktualisasi
ini.

Akhir kata, peserta berharap semoga laporan aktualisasi ini dapat


memberikan manfaat dan kontribusi untuk perbaikan pelayanan kesehatan
di fasilitas kesehatan, khususnya di instansi RSUD Kelet Provinsi Jawa
Tengah.

Semarang, 16 September 2019

dr. Asep Tornado


NIP. 199103052019021004
v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................iii

PRAKATA ..................................................................................................iv

DAFTAR ISI .................................................................................................vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................. 1

B. Identifikasi Isu…………...................................................... 3

C. Dampak Bila Isu Tidak Diselesaikan…………..……………9

D. Rumusan Masalah………………….…………………….….10

E. Tujuan..........................................................................….10

F. Manfaat............................................................................. 11

BAB II LANDASAN TEORI............................................................... 12

A. Sikap Perilaku Bela Negara............................................ 12

B. Nilai Dasar PNS.............................................................. 16

C. Kedudukan dan Peran PNS Dalam NKRI....................... 32

D. Kode Biru…...…………………………….......................... 36

BAB III TUGAS UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA .................... 40

A. Profil Organisasi ............................................................. 40

1. Dasar Hukum Pembentukan Organisasi .................... 40

2. Visi, Misi, Nilai dan Tujuan Organisasi ....................... 40

vi
3. Struktur Organisasi..................................................... 42
4. Deskripsi SDM, Sarana Prasarana dan Sumber
Daya Lain ........................................................................ 43
B. Tugas Jabatan Peserta Diklat......................................... 52
C. Role Model ..................................................................... 55

BAB IV RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI............................ 57


A. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi ......................... 57
B. Jadwal Rancangan Aktualisasi ....................................... 76
C. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala ................. 79
BAB V PENUTUP............................................................................. 82
1. Simpulan……………………………………...................... 82
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 83
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... 85

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Identifikasi Isu ........................................................................... 4

Tabel 1.2. Identifikasi Isu dengan APKL .................................................... 6

Tabel 1.3. Pemilihan isu melalui kriteria USG............................................ 8

Tabel 3.1. Profil SDM RSUD Kelet berdasarkan jabatan ......................... 44

Tabel 3.2. Profil SDM RSUD Kelet berdasarkan kepegawaian................ 44

Tabel 3.3. Daftar Peralatan Kesehatan/Kedokteran................................. 45

Tabel 3.4. Infrastruktur Pelayanan Kusta Tahun 2019............................. 48

Tabel 3.5. Infrastruktur Pelayanan Umum ............................................... 49

Tabel 3.6. Data Jenis Pelayanan Th 2019 ............................................... 50

Tabel 4.1.Daftar Kegiatan Aktualisasi...................................................... 59

Tabel 4.2. Rencana Jadwal Kegiatan Gagasan Pemecahan Isu ............. 76

Tabel 4.3. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala...........................80

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Struktur Organisasi RSUD Kelet ......................................... 43

Gambar 3.2 Role Model............................................................................. 55

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
(PPPK) yang bekerja pada instansi pemerintah. ASN memiliki fungsi
yang diatur dalam Undang – Undang No.5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara, yaitu sebagai : (1) Pelaksana Kebijakan
Publik; (2) Pelayan Publik; (3) Perekat dan Pemersatu Bangsa.
PNS wajib menjalani masa percobaan yang dilaksanakan
melalui proses diklat terintegrasi untuk membangun moral, kejujuran,
semangat nasionalisme dan kebangsaan, karakter pribadi yang
unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat profesionalisme
serta kompetensi bidang. Kebijakan tersebut tercantum dalam
Undang – Undang No. 5 Tahun 2014, Pasal 63 ayat (3) dan ayat (4)
dan Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 12 Tahun 2018
Tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil. Sistem
penyelenggaraan Pelatihan Dasar Calon PNS memadukan
pembelajaran klasikal dan non-klasikal di tempat pelatihan dan di
tempat kerja, sehingga dapat memberikan kesempatan bagi peserta
untuk menginternalisasi, menerapkan, serta membuatnya menjadi
kebiasaan (habituasi).
ASN dituntut untuk memiliki kemampuan profesional,
berintegritas tinggi dan berbudaya kerja tinggi dalam melaksanakan
tugas di era revolusi industri 4.0. Pelaksanaan tugas juga harus
dilandasi dengan nilai-nilai dasar ASN yang diwujudkan dalam
bentuk Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu,
dan Anti Korupsi (ANEKA). Untuk dapat menginternalisasi nilai – nilai
tersebut, seorang ASN harus memahami kedudukan dan perannya

1
dalam NKRI, yang tercakup dalam materi Manajemen ASN, Whole
of Government dan Pelayanan Publik. ASN diharapkan dapat
menjadi agen perubahan yang mebawa dampak positif di lingkungan
kerjanya masing – masing.
Undang-Undang No 44 Tahun 2009 pasal 29 Tentang Rumah
Sakit mengamanatkan tentang fungsi sosial rumah sakit yaitu
memberi pelayanan kesehatan yang aman bermutu, anti diskriminasi
dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit, memberikan informasi
mengenai hak dan kewajiban pasien dengan benar, jelas, dan jujur,
senantiasa menghormati dan melindungi hak hak pasien, serta
menyelenggarakan rekam medis.
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1
juga menjadi patokan tehnis tekait menjamin mutu dan pelayanan
kepada pasien. Pelayanan terkait kegawatdaruratan juga tertuang di
SNARS edisi 1 terutama tentang pelayanan resusitasi pasien henti
jantung dan paru di instalasi rawat inap. Standar tentang Pelayanan
Asuhan Pasien (PAP) nomor 3.2 menuntut agar di setiap rumah
sakit terdapat pelayanan kegawatan di Instalasi Rawat Inap yang
bermutu.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Kelet Provinsi Jawa Tengah, terdapat
beberapa permasalahan yang perlu ditindaklanjuti. Permasalahan
yang muncul antara lain adalah isu Kurang optimalnya proses
pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Instalasi Rawat Inap
(IRI), pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIMRS), kelengkapan catatan medis dan pemahaman pasien
tentang peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan.
Mekanisme kode biru yang terjadi di RSUD Kelet sekarang
masih manual yaitu dari keperawatan menelpon dokter jaga
langsung. Tim kode biru tidak ikut serta menangani pasien gawat,

2
akibatnya penanganan pasien tidak bisa maksimal. Untuk itu perlu
dilakukan optimalisasi komunikasi antar petugas ketika terjadi kode
biru.
Seorang dokter harus mampu menjalankan tugasnya sesuai
dengan standar yang berlaku. Pelaksanaan tugas pokok Dokter Ahli
Pertama yang tercantum dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Republik Indonesia No. 139/KEP/M.PAN/11/2003
Tentang Jabatan Fungsional Dokter dan Angka Kreditnya dan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73 Tentang
Jabatan Fungsional Umum tidak terbatas pada pelaksanaan
pemeriksaan, diagnosa, pengobatan dan tindakan medik saja, tetapi
meliputi diskusi ilmu dan mengupayakan pelayanan lain dalam
rangka peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
Penulis sebagai peserta Pelatihan Dasar CPNS 2019 harus
dapat meninternalisasikan nilai – nilai ANEKA yang ditanamkan
selama mengikuti kegiatan on class dan ikut berkontribusi dalam
menyelesaikan permasalahan yang muncul di lingkungan
kerjanya, yaitu RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah dengan

B. Identifikasi Isu
Upaya pemecahan masalah yang dilakukan di instansi
tempat Penulis bekerja perlu dilakukan dengan mengacu pada
kedudukan serta peran PNS dalam NKRI yang meliputi
Manajemen ASN, Whole of Government dan Pelayanan Publik
dan melakukan penerapan nilai Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA). Langkah
awal upaya pemecahan masalah adalah melakukan identifikasi
isu strategis. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di
RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah, daftar isu yang diperoleh
adalah sebagai berikut:

3
Tabel 1.1 Hasil Identifikasi Isu di RSUD Kelet
Kondisi yang
No Identifikasi Isu Sumber Isu Kondisi Saat Ini
Diharapkan
1 Kurang Pelayanan Pelayanan medis Terdapat ruang
optimalnya Publik pada pasien anak khusus untuk bisa
proses masih jadi satu melayani pasien
penanganan dengan tempat anak di IGD
pasien anak di pelayanan pasien dengan maksimal
Instalasi Gawat dewasa dan sesuai standar
Darurat (IGD) akreditasi dan mutu
terkait pelayanan
pemisahan
lokasi dengan
pasien dewasa
2 Kurang WoG, Pasien yang Terdapat ruangan
optimalnya Pelayan membutuhkan transit tersendiri
pengaturan alur publik ruangan transit sehingga jika terjadi
pasien di masih berada penumpukan pasien,
Instalasi Gawat dalam satu tidak akan
Darurat (IGD) ruangan dengan mengganggu
terkait belum pasien lainnya pelayanan IGD
adanya ruang di IGD
transit yang
terpisah

3 Kurang Manajemen Komunikasi kode Komunikasi


optimalnya ASN biru hanya dari sesuai alur yang
komunikasi antar perawat ruangan baik sehingga tim
petugas ketika ke dokter jaga kode biru bisa
terjadi kode biru saja datang dan
di Instalasi rawat pasien mendapat
inap pelayanan
maksimal
4 Kurangnya Manajemen Dokter belum Terisinya rekam
ketaatan ASN konsisten untuk medis Instalasi
dokter dalam mengisi catatan Rawat Inap secara
pengisian rekam rekam medis di lengkap
medis di Instalasi Instalasi Rawat untuk menunjang
Rawat Inap di Inap secara pelayanan yang
RSUD Kelet lengkap optimal

4
5 Kurang Pelayanan Sering terjadi BPJS mau
optimalnya Publik, miskomunikasi memberikan
pemahaman WoG antara RS, pasien, pengertian kepada
tentang dan Faskes 1 pasien pada saat
pengertian tentang peraturan mendaftar awal
pelayanan gawat BPJS tentang pengertian
darurat yang kegawatan,
bisa di klaim sehingga ketika di
BPJS oleh IGD ada
pasien persamaan
persepsi dengan
petugas

a. Analisis Kriteria Isu Menggunakan Analisis APKL


(Aktual, Problematik, Kekhayalakan dan Layak)
Proses analisis dengan pemetaan dan identifikasi isu-
isu yang strategis, untuk menentukan isu prioritas. Isu prioritas
merupakan masalah yang perlu segera ditindaklanjuti oleh suatu
instansi. Penentuan isu aktual prioritas dilakukan dengan
menggunakan metode Analisis APKL.Skala nilai yang diberikan
antara 1 – 5 berpedoman pada 4 kriteria isu yaitu Aktual,
Problematik, Kekhalayakan, Layak (APKL) dengan penjelasan
sebagai berikut:
- Aktual artinya isu tersebut benar terjadi, masih terjadi, dan
sedang hangat dibicarakan di kalangan masyarakat.
- Problematik artinya isu memiliki dimensi masalah yang
kompleks, sehingga perlu diselesaikan.
- Kekhalayakan artinya isu tersebut memberikan dampak
pada kepentingan orang banyak.
- Layak artinya isu yang masuk akal, logis, realistis, serta
relevan untuk dilakukan pemecahan masalahnya.

5
Hasil analisis isu prioritas ditampilkan dalam tabel di
bawah:

Tabel 1.2 Identifikasi isu dengan metode APKL

No Identifikasi Isu Sumber Isu A P K L

Kurang optimalnya
proses penanganan
pasien anak di Pelayanan
1 + + + + MS
Instalasi Gawat Publik
Darurat (IGD) terkait
pemisahan lokasi
dengan pasien
dewasa
Kurang optimalnya
pengaturan alur
pasien di Instalasi Pelayanan
Gawat Darurat (IGD) Publik,
2 terkait belum adanya + + + + MS
ruang transit yang
terpisah

Kurang optimalnya
komunikasi antar
petugas ketika Manajemen
3 terjadi kode biru di ASN + + + + MS
Instalasi rawat inap

Kurangnya ketaatan
dokter dalam
Manajemen
pengisian rekam
4 ASN + + + + MS
medis di Instalasi
Rawat Inap di RSUD
Kelet
Kurang optimalnya
pemahaman tentang
Pelayanan
pengertian
5 Publik, + + + - TMS
pelayanan gawat
WoG
darurat yang bisa di
klaim BPJS oleh
pasien

6
Keterangan:

A = Aktual; P = Problematik; K = Khalayak; L = Layak;

(+) = memenuhi kriteria; ( - ) = tidak memenuhi kriteria;

MS = Memenuhi syarat; TMS = Tidak memenuhi syarat

b. Analisis Prioritas Isu dengan USG (Urgency, Seriousness, dan


Growth)
Isu yang telah memenuhi syarat APKL dianalisis lebih
lanjut dengan metode Urgency, Seriousness, dan Growth (USG)
untuk menentukan prioritas isu. Analisis USG dilaksanakan dengan
mempertimbangkan tingkat urgensi, keseriusan masalah serta
potensi masalah tersebut berkembang menjadi lebih luas. Masing-
masing isu tersebut diberikan skor 1-5. Penjelasan lebih lanjut
mengenai penilaian kriteria USG akan dijabarkan sebagai berikut:
- URGENCY (urgensi), yaitu menilai dari aspek ketersediaan
waktu, menilai apakah masalah tersebut mendesak atau
tidak untuk diselesaikan.
- SERIOUSNESS (keseriusan), yaitu melihat seberapa
serius isu tersebut dan dampak yang mungkin ditimbulkan
jika penyebab isu tidak dipecahkan. Penilaian dilakukan
dengan melihat dampak masalah terhadap produktivitas

kerja, dan pengaruh terhadap keberhasilan program atau


sistem lainnya.
- GROWTH (berkembangnya masalah), mempertimbangkan
apakah masalah tersebut berkembang luas sehingga sulit
dicegah.

7
Tabel 1.3 Identifikasi Tapisan Isu dengan Metode USG

Kriteria USG
No Identifikasi Isu Sumber Isu
U S G Tot Peringkat
Kurang
optimalnya
pengaturan alur Pelayanan
1 pasien di Instalasi Publik 4 5 5 14 2
Gawat Darurat
(IGD) terkait belum
adanya ruang
transit yang
terpisah
Kurang
optimalnya
komunikasi antar Manajemen
2 petugas ketika ASN 5 5 5 15 1
terjadi kode biru
di Instalasi rawat
inap
Kurangnya
ketaatan
dokter dalam Manajemen
3 pengisian rekam ASN 4 4 5 13 3
medis di
Instalasi Rawat
Inap di RSUD
Kelet
Kurang
optimalnya
proses
penanganan pasien
Pelayanan
anak di Instalasi
4 4 4 4 12 4
Gawat Darurat Publik
(IGD) terkait
pemisahan lokasi
dengan pasien
dewasa

Keterangan:
U = Urgency; S = Seriousness; G = Growth; Tot = Total

Skala 1-5: 5= sangat besar, 4= besar, 3= sedang, 2= kecil, 1= sangat kecil

8
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa isu Kurang
optimalnya komunikasi antar petugas ketika terjadi kode biru di
Instalasi rawat inap, mempunyai skor urgency, seriousness, dan
growth yang tertinggi. Isu ini mempunyai kebutuhan yang
mendesak untuk segera diselesaikan. Dampak keseriusan juga
tinggi karena komunikasi kode biru yang cepat merupakan
cerminan pelayanan kegawatan yang responsif di instalasi rawat
inap rumah sakit. Semakin awal pasien gawat terdeteksi, maka
akan semakin maksimal dalam rangka penyelamatan nyawanya.
Dari hasil analisis isu dengan metode USG, ditetapkan isu
yang prioritas yang akan ditindaklanjuti dengan rencana kegiatan
tentang komunikasi antar petugas ketika terjadi kode biru di
Instalasi rawat inap RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah.

C. Dampak Bila Isu Tidak Diselesaikan


Dampak yang dapat terjadi bila isu mengenai kurangnya
ketaatan dokter dalam pengisian rekam medis di Instalasi Gawat
Darurat (IGD) di RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah adalah:
- Menurunnya kualitas pelayanan kepada pasien.
Kecepatan penyampaian informasi terkait kejadian Kode
Biru sangat penting terkait respon cepat pada pasien
pasien yang mengalami henti jantung dan nafas. Sehingga
dapat meningkatkan mutu pelayanan dan kemanan pasien.
- Meningkatnya angka kematian.
Proses sampainya informasi yang terlambat serta ketidak
hadiran tim kode biru secara lengkap dapat menurunkan
kualitas pelayanan sehingga resiko untuk pasien
menginggal akan semakin tinggi. Hal tersebut akan sangat
penting untuk segera diatasi sehingga pasien mendapat
pelayanan yang maksimal.

9
- Rumah Sakit bisa mendapat sanksi
Rumah sakit dapat mendapat sanksi hukum jika ternyata
terbukti tidak menjalankan pelayanan secara maksimal
terkait pelayanan rsusitasi pada pasien rawat inap yang
mengalami henti nafas dan jantung, hal tersebut sudah
tertuang dalam petunjuk tehnis mengenai Standar Nasional
Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) pada poin Pelayanan
Asuhan Pasien (PAP) pada standar nomor 3.2.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil analisis isu yang telah dilakukan,
didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
komunikasi antar petugas kode biru di Instalasi Rawat Inap
RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah?

E. Tujuan
Tujuan dari kegiatan dalam rancangan aktualisasi ini
adalah untuk:
a. Meningkatkan komunikasi antar petugas kode biru di Instalasi
Rawat Inap di RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah.

10
F. Manfaat
a. Bagi Calon Pegawai Negeri Sipil
Menanamkan dan mengaktualisasikan nilai dasar ASN yaitu
Akuntablitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan
Anti Korupsi (ANEKA) dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya.
b. Bagi Satuan Kerja
Membantu meningkatkan kualitas pelayanan publik serta
mendukung visi-misi RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah.
c. Bagi Masyarakat
Mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
berorientasi pada keselamatan pasien di RSUD Kelet Provinsi
Jawa Tengah.

11
BAB II LANDASAN

TEORI

A. Sikap Perilaku Bela Negara


a. Wawasan Kebangsaan dan Nilai – Nilai Bela Negara
Kesadaran bela negara memiliki pengertian sebagai
upaya untuk mempertahankan negara dari ancaman yang dapat
mengganggu kelangsungan hidup bermasyarakat yang didasari
atas cinta tanah air. Kesadaran bela negara dapat memupuk rasa
patriotisme dan nasionalisme di dalam diri PNS. Setiap warna
negara, termasuk PNS berkewajiban untuk berpartisipasi dalam
upaya bela negara. Selain sebagai kewajiban dasar, upaya bela
negara juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang
dilaksanakan dengan penuh kesadaran, penuh tanggung jawab
dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa.
Nilai-nilai bela negara yang harus ditanamkan dalam
kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara antara lain:
1) Cinta Tanah Air
Rasa cinta tanah air adalah dasar untuk melakukan upaya
bela negara. Rasa cinta tanah air dapat diwujudkan dengan cara
mengetahui dan memahami sejarah negara sendiri, melestarikan
budaya asli, menjaga lingkungan, serta selalu berupaya untuk
mengharumkan nama negara.
2) Kesadaran Berbangsa dan Bernegara
Kesadaran berbangsa dan bernegara memiliki makna
kesadaran sebagai suatu bangsa yang mendiami wilayah yang
sama, dengan latar belakang budaya serta sejarah yang sama dan
terikat oleh aturan – aturan yang diatur oleh negara dan pemerintah
yang sah.

12
Melalui kesadaran berbangsa dan bernegara, seseorang
dapat memiliki semangat yang tinggi untuk ikut berperan dan
berpartisipasi dalam upaya bela negara.
3) Pancasila
Pancasila adalah dasar dan pandangan hidup bernegara.
Pancasila adalah hasil perjuangan para pahlawan yang dirumuskan
berdasarkan nilai–nilai luhur yang lama berkembang di Indonesia.
Pancasila mempunyai peranan sebagai pedoman dan pegangan
dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari –
hari, termasuk dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pancasila merupakan alat pemersatu keberagaman
nusantara yang memiliki beragam budaya, agama, etnis, suku, dan
bahasa. Nilai – nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan
modal untuk menangkal ancaman, tantangan dan hambatan yang
berasal dari dalam maupun luar negeri.
4) Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara
Salah satu nilai dasar bela negara adalah rela berkorban
untuk bangsa dan negara. Rela berkorban adalah kesediaan untuk
mengorbankan waktu, tenaga, harta, perasaan, jiwa, dan raga
tanpa adanya paksaan. Rela berkorban untuk bangsa dan negara
dapat diwujudkan dengan mendahulukan kepentingan bersama
dari pada kepentingan pribadi dan ikut serta dalam upaya
pembangunan nasional.
5) Memiliki Kemampuan Bela Negara.
Setiap warga negara harus turut serta dalam setiap usaha
pembelaan negara, sesuai dengan kemampuan dan profesinya
masing-masing. Kemampuan awal bela negara meliputi jasmani
dan mental. Kemampuan jasmani berarti kondisi kesehatan dan
keterampilan jasmani yang dapat mendukung kemampuan awal
bela negara yang bersifat psikis. Sedangkan aspek mental dapat
diwujudkan melalui sifat disiplin, ulet, mentaati segala peraturan

13
perundang-undangan yang berlaku, percaya akan kemampuan diri
sendiri dan pantang menyerah.

a. Analisis Isu Kontemporer


Perubahan global (globalisasi) yang terjadi saat ini,
secara tidak langsung memaksa semua bangsa dan negara untuk
berubah. Konsekuensi dari pandangan konservatif yang menolak
perubahan adalah menjadi tertinggal dan terlupakan. Perubahan
global ditandai dengan meleburnya batas – batas suatu bangsa dan
negara. Hal ini dipicu oleh berkembang pesatnya teknologi
informasi global, dimana setiap informasi dari satu penjuru dunia
dapat diketahui dalam waktu yang tidak lama berselang oleh orang
di belahan bumi lain.
Perubahan cara pandang di era globalisasi tersebut
telah mengubah tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Perubahan ini ditandai dengan masuknya kepentingan global
(negara-negara lain) ke dalam negeri melalui aspek hukum, politik,
ekonomi, sosial, kultural dan lain sebagainya. Perubahan cara
pandang individu mengenai tatanan berbangsa dan bernegara
(wawasan kebangsaan) dapat berpengaruh terhadap cara pandang
kehidupan dan budaya yang selama ini dipertahankan/ diwariskan
secara turun temurun. Maraknya tingkat persaingan yang masif
akan menghilangkan keharmonisan hidup, membentuk sikap ego
dan apatis terhadap hal yang terjadi lingkungan sekitar.
Dalam menghadapi arus globalisasi, setiap PNS perlu
memahami dampak positif maupun negatifnya. Perkembangan
demokrasi akan memberikan pengaruh dalam kehidupan sosial,
ekonomi dan politik bangsa Indonesia. Sebagai contoh, kebijakan
desentralisasi dan otonomi daerah merupakan salah satu upaya
memperkokoh kesatuan nasional, kedaulatan negara, dengan
mendorong terwujudnya keadilan dan kemakmuran yang merata di

14
seluruh pelosok Tanah Air. Pemerataan tersebut diharapkan dapat
mendukung pembangunan daya saing nasional demi menjaga
kelangsungan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
dalam lingkungan pergaulan global yang semakin terbuka, dan tak
berbatas.
PNS dihadapkan pada pengaruh yang datang dari luar
maupun dalam negeri yang kian lama kian menggerus kehidupan
berbangsa dan bernegara yang berdasarkan pada Pancasila, UUD
1945, NKRI dan konsep Bhinneka Tunggal Ika. Fenomena tersebut
dapat mendorong PNS untuk mengenali dan memahami secara
kritis isu-isu kritikal yang terjadi saat ini atau bahkan berpotensi
terjadi. Beberapa isu global yang saat ini sedang marak antara lain
adalah bahaya paham radikalisme/ terorisme, bahaya narkoba dan
obat terlarang, cybercrime, money laundry, korupsi, proxy war. Isu-
isu tersebut dikenal sebagai isu-isu strategis kontemporer.

b. Kesiapsiagaan Bela Negara


Sebagaimana diamanatkan di dalam Pasal 27 dan Pasal
30 UUD Negara RI 1945, bahwa semua komponen bangsa berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya-upaya pembelaan negara dan
syaratsyarat tentang pembelan negara, setiap PNS sebagai bagian
dari warga masyarakat tertentu memiliki hak dan kewajiban yang
sama untuk melakukan bela negara. Kesadaran bela negara dapat
diartikan sebagai kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan
berkorban membela negara. Kesediaan bela negara tersebut dapat
diwujudkan dalam artian yang luas, meliputi hubungan baik sesama
warga negara hingga bersama-sama menangkal ancaman nyata
musuh bersenjata serta bersikap dan berbuat yang terbaik bagi
bangsa dan negara.
Melalui Pelatihan Dasar bagi CPNS, kegiatan bela negara
tidak diwujudkan dengan memanggul senjata sebagai wajib militer

15
atau kegiatan militerisasi, namun melalui upaya menanamkan jiwa
kedisiplinan, rasa cinta tanah air, tanggung jawab untuk menjaga
asset bangsa, menggunakan produksi dalam negeri, dan kegiatan
yang bersifat fisik dalam rangka menunjang kesiapsiagaan dan
meningkatkan kebugaran fisik. Pelaksanaan pelatihan kebugaran
fisik yang dilakukan dalam Pelatihan Dasar CPNS antara lain
adalah kegiatan olah raga dan kesehatan fisik; kesiapsiagaan dan
kecerdasan mental; kegiatan baris-berbaris, apel, dan tata upacara;
keprotokolan; fungsi-fungsi intelijen dan materi badan pengumpul
keterangan; serta kegiatan ketangkasan dan permainan.

B. Nilai Dasar Pegawai Negeri Sipil


Nilai-nilai dasar adalah nilai yang harus ditanamkan dalam
pelaksanaan tugas jabatan PNS yang profesional sebagai pelayan
masyarakat. Nilai–nilai dasar tersebut meliputi: Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi.
Kelima nilai-nilai dasar ini diakronimkan menjadi “ANEKA” yang
dijabarkan sebagai berikut:
a. Akuntabilitas
Akuntabilitas diartikan sebagai kewajiban pertanggung
jawaban atau mengandung arti untuk menjawab dan menerangkan
kinerja dan tindakan seseorang/ badan hukum/ pimpinan kolektif
suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berwenang
untuk meminta keterangan dan pertanggungjawaban. Akuntabilitas
merupakan suatu kewajiban pertanggungjawaban yang harus
dicapai, yang merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok
atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi
amanahnya.
Dengan penerapan nilai Akuntabilitas, ASN sebagai
bagian dari birokrasi diharapkan mampu berperan sebagai kontrol

16
demokrasi, mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan
serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
i. Aspek Akuntabilitas
Terdapat beberapa aspek dalam akuntabilitas, antara
lain :
1) Akuntabilitas adalah hubungan (accountability is a
relationship) antara dua belah pihak antara individu/
kelompok/ institusi dengan negara dan masyarakat.
2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil (accountability
is results oriented). Hasil yang diharapkan dari
akuntabilitas adalah perilaku yang bertanggung
jawab, adil dan inovatif.
3) Akuntabilitas membutuhkan laporan (accountability
requires reporting). Melaksanakan laporan kinerja
berarti mampu menjelaskan serta memberikan
bukti yang nyata atas tindakan dan hasil yang telah
dicapai oleh individu/ kelompok/ institusi.
4) Akuntabilitas perlu konsekuensi (accountability is
meaningless without consequences). Konsekuensi
tersebut dapat berupa penghargaan atau sanksi.
5) Akuntabilitas memperbaiki kinerja (accountability
improves performance). Tujuan utama akuntabilitas
adalah memperbaiki kinerja PNS dalam memberi
pelayanan professional kepada masyarakat.
ii. Jenis-jenis akuntabilitas
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
i) Akuntabilitas vertikal (vertical accountability),
adalah sebuah bentuk pertanggungjawaban yang
dilakukan kepada otoritas yang lebih tinggi.
ii) Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability),
adalah pertanggungjawaban yang dilakukan ke

17
masyarakat luas sebagi stakeholder. Akuntabilitas
ini membutuhkan pejabat pemerintah untuk
melapor “kesamping” kepada pejabat lainnya dan
lembaga negara.
iii. Tingkatan Akuntabilitas
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan, yaitu akuntabilitas
personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok,
akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder :
i) Akuntabilitas Personal
Akuntabilitas personal mengacu pada nilai positif
yang ada pada diri seseorang seperti kejujuran,
integritas, moral dan etika.
ii) Akuntabilitas Individu
Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan
antara individu dan lingkungan kerjanya, contohnya
antara PNS dengan instansinya sebagai pemberi
wewenang.
iii) Akuntabilitas Kelompok
Kinerja sebuah institusi ditentukan atas kerja sama
kelompok, maka pembagian kewenangan dan
semangat kerja sama antar kelompok yang ada
dalam sebuah institusi memainkan peranan penting
dalam tercapainya kinerja organisasi yang
diharapkan.
iv) Akuntabilitas Organisasi
Akuntabilitas organisasi dapat diartikan sebagai
pertanggungjawaban yang mengacu pada hasil
pelaporan kinerja yang telah dicapai, termasuk pula
pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap
organisasi/ institusi maupun kinerja organisasi
kepada stakeholders lainnya.

18
v) Akuntabilitas Stakeholder
Stakeholder dalam kegiatan pelayanan publik
adalah masyarakat umum. Masyarakat berperan
sebagai pengguna layanan, pembayar pajak yang
memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap
kinerja pemerintah. Akuntabilitas stakeholder dapat
diartikan sebagai bentuk tanggungjawab organisasi
pemerintah dalam upaya mewujudkan pelayanan
dan kinerja yang adil, responsive dan bermartabat.

iv. Nilai – Nilai Dasar Akuntabilitas


i) Kepemimpinan
- Mencerminkan kepemimpinan dalam bekerja
- Mampu memberikan contoh pada orang lain
(lead by example)
- Berkomitmen tinggi dalam melakukan pekerjaan
sehingga memberikan efek positif bagi pihak
lain untuk berkomitmen pula
- Terhindar dari hal yang dapat menggagalkan
kinerja yang baik yaitu hambatan politis maupun
keterbatasan sumber daya
ii) Transparansi
- Komunikasi intensif dan kerjasama kondusif
antara kelompok internal dan eksternal
- Perlindungan terhadap pengaruh yang tidak
seharusnya termasuk tindakan korupsi dalam
pengambilan keputusan
- Pertanggungjawaban terhadap keputusan yang
telah diambil.
iii) Integritas
- Kesesuaian antara perkataan dan tindakan

19
- Menjunjung tinggi dan mematuhi semua hukum
dan peraturan yang berlaku
- Keterpaduan individu dan lembaga dengan
publik dan/atau stakeholders
iv) Tanggung Jawab
- Kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun yang
tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti
kewajiban bagi setiap individu dan lembaga
untuk bertanggung jawab atas keputusan yang
telah dibuat karena ada suatu konsekuensi dari
setiap tindakan yang telah dilakukan.
v) Keadilan
- Memperlakukan warga negara secara sama
dan adil dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan pelayanan publik.
vi) Kepercayaan
- Rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan. Kepercayaan akan melahirkan
akuntabilitas.
vii) Keseimbangan
- Keseimbangan akuntabilitas dan kewenangan,
harapan dan kapasitas
- Menggunakan kewenangan dalam peningkatan
kinerja
- Keseimbangan kapasitas sumber daya dan
keahlian (skill) yang dimiliki
viii) Kejelasan
- Memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang
menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan

20
- Mengetahui kewenangan, peranan, tanggung
jawab, misi organisasi, kinerja yang diharapkan
organisasi, dan sistem pelaporan kinerja baik
individu maupun organisasi
ix) Konsistensi
- Penerapan kebijakan, prosedur, sumber daya
yang konsisten akan memiliki konsekuensi
terhadap tercapainya lingkungan kerja yang
akuntabel
- Menguatnya komitmen dan kredibilitas anggota
organisasi

b. Nasionalisme
Nasionalisme adalah paham untuk mencintai bangsa
dan negara sendiri tanpa merendahkan bangsa lain.
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham
kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah
airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip
nasionalisme bangsa Indonesia yang dilandasi nilai-nilai
Pancasila dapat memberi arah agar bangsa Indonesia
senantiasa menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan
dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi atau kepentingan golongan.
Sikap nasionalisme dapat diwujudkan dengan
mengaktualisasikan nilai – nilai yang terkandung dalam
Pancasila, yang meliputi:
i. Sila Pertama: Ketuhanan yang Maha Esa
1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan
dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.

21
2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Mengembangkan sikap saling menghormati dan
bekerjasama antara pemeluk agama dengan
penganut kepercayaan yang berbeda-beda
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama
umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa adalah masalah yang menyangkut
hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang
Maha Esa.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati
kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing.
7) Tidak memaksakan suatu agama ataupun
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
ii. Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai
dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak,
dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,
warna kulit dan sebagainya.

22
3) Mengembangkan sikap dan perilaku yang
mencerminkan rasa saling mencintai sesama
manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa
dan tepa selira.
5) Mengembangkan sikap tidak berlaku semena-
mena terhadap orang lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai
bagian dari seluruh umat manusia.
10)Mengembangkan sikap hormat menghormati
dan bekerjasama dengan bangsa lain
iii. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia
1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan,
serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan
negara dan bangsa apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air
dan bangsa.
4) Mengembangkan kebanggaan berkebangsaan
dan bertanah air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas
dasar Bhinneka Tunggal Ika.

23
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan
kesatuan bangsa.
iv. Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
1) Sebagai warga negara, masyarakat dan setiap
manusia Indonesia mempunyai kedudukan,
hak, dan kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada
orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil
keputusan untuk kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi
oleh semangat kekeluargaan.
5) Menghormati serta menjunjung tinggi setiap
keputusan hasil musyawarah.
6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab
menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan
bersama di atas kepentingan pribadi/ golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan
sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dipertanggung-
jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dengan menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan
keadilan, serta mengutamakan persatuan dan
kesatuan demi kepentingan bersama.
10)Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil
yang untuk melaksanakan pemusyawaratan.

24
v. Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia
1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang
mencerminkan sikap kekeluargaan dan gotong
royong.
2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain
agar dapat berdiri sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-
usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang
lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal
yang bersifat pemborosan dan gaya hidup
mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal
yang bertentangan atau merugikan kepentingan
umum.
9) Suka bekerja keras.
10)Suka menghargai hasil karya orang lain yang
bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan
bersama.
11)Suka melakukan kegiatan untuk mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan social.

c. Etika Publik
Etika diartikan sebagai refleksi atas baik/ buruk, benar/
salah yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik
atau benar. Etika juga definisikan sebagai karakter atau etos
individu/kelompok berdasarkan nilai-nilai norma-norma luhur. Etika

25
publik adalah refleksi tentang standar/ norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk
membuat kebijakan publik dan menjalankan pelayanan publik.
Etika dapat pula dipahami sebagai sistem penilaian
perilaku dan keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas,
untuk menjamin adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup
cara pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal-
hal yang baik dan buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya
dilakukan sesuai nila-nilai yang dianut. Sedangkan Kode Etik
adalah aturan – aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus. Etika Publik melingkupi beberapa aspek yaitu
fokus utama, dimensi, dan indikator.
i. Fokus Utama dalam Pelayanan Publik
i) Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
ii) Sisi dimensi reflektif, berfungsi sebagai bantuan
dalam menimbang pilihan sarana kebijakan
publik dan alat evaluasi.
iii) Modalitas etika, menjembatani antara norma
moral dan tindakan faktual.
ii. Dimensi Etika Publik
1) Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
Etika publik mengarahkan analisis politik –sosial
–budaya, sehingga dapat menghasilkan bentuk
pelayanan publik yang mencakup interaksi antar
nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh Lembaga
public dan masyarakat.
2) Dimensi Modalitas
Etika publik memiliki unsur-unsur modalitas,
yaitu akuntabilitas, transparansi dan netralitas.
3) Dimensi Tindakan Integritas Publik

26
Integritas publik dalam arti sempit yakni tidak
melakukan perbuatan kecurangan. Sedangkan
makna yang lebih luas adalah tindakan yang
sesuai dengan nilai, tujuan dan kewajibannya
untuk memecahkan dilema moral dalam praktik
sehari – hari..
iii. Indikator Nilai – Nilai Dasar Etika Publik
1) Memegang teguh nilai yang terkandung dalam
ideologi Negara Pancasila.
2) Mempertahankan Undang-Undang Dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945.
3) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia
4) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak
berpihak.
5) Membuat keputusan berdasar prinsip keahlian.
6) Menciptakan lingkungan kerja yang bebas dari
diskriminasi.
7) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika
luhur.
8) Mempertanggungjawabkan segala kinerjanya
kepada publik
9) Memiliki kemampuan melaksanakan kebijakan
dan program pemerintah.
10) Memberikan layanan publik yang jujur, cepat,
tepat, akurat, tanggap, berdaya guna, berhasil
guna, dan santun.
11) Mengutamakan kepemimpinan
12) Menghargai komunikasi dan kerjasama.
13) Mengutamakan pencapaian hasil dan
mendorong kinerja pegawai.
14) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.

27
15) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan
demokratis sebagai perangkat sistem karir.
Pelayanan publik yang profesional kompetensi teknis,
leadership dan kompetensi etika. Etika publik merupakan refleksi
yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas,
keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktekkan dalam wujud
keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat.

d. Komitmen Mutu
Pengertian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), komitmen adalah perjanjian untuk melakukan sesuatu.
Sedangkan menurut definisi yang dirumuskan Goetsch dan Davis,
mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk,
jasa, manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau bahkan
melebihi harapan konsumen atau pengguna.
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau
pada orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga
mutu kinerja pegawai. Berikut adalah nilai-nilai komitmen mutu:
i. Efektivitas: diartikan dengan berhasil guna, mencapai
hasil sesuai dengan target. Efektivitas menunjukkan
tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan.
Efektivitas diukur dari performa untuk mencapai target
mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi sumber
daya, serta kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan
pelanggan.
ii. Efisiensi: dapat diartikan sebagai jumlah sumber daya
yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa.
Tingkat efisiensi diukur dari penghematan sumber
daya meliputi biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam
melaksanakan kegiatan.

28
iii. Inovasi: inovasi dapat diartikan sebagai proses atau
hasil pengembangan pemanfaatan suatu produk/
sumber daya. Inovasi dapat muncul karena ada
dorongan dari dalam untuk melakukan perubahan,
atau karena ada desakan kebutuhan dari pihak
eksternal misalnya permintaan pasar. Inovasi dalam
layanan publik harus mencerminkan hasil pemikiran
baru yang konstruktif sehingga dapat menunjang
pelaksanaan pelayanan.
iv. Orientasi Mutu: mutu merupakan salah satu standar
yang menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil
kerja. Mutu menjadi salah satu indikator untuk
mempertahankan keberlanjutan dan juga menjaga
kredibilitas institusi. Orientasi mutu berkomitmen untuk
senantiasa melakukan pekerjaan dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan sehingga pelanggan
menjadi puas dalam pelayanan. Indikator nilai-nilai
dasar komitmen mutu dijabarkan sebagai berikut:
- Profesional, yaitu memahami dan memberikan
pelayanan sesuai dengan fungsi, tugas pokok,
dan peran masing – masing;
- Kompeten, pada bidang pekerjaannya;
- Memiliki target mutu layanan;
- Memahami karakter masyarakat;
- Efektif yaitu berhasil guna, hasil sesuai dengan
target yang direncanakan;
- Efisien yaitu berdaya guna, proses berjalan
dengan lancer serta tidak terjadi pemborosan,
penyalahgunaan alokasi, dan penyimpangan
prosedur

29
- Inovatif yaitu mencerminkan hasil pemikiran
baru yang konstruktif
- Orientasi mutu yaitu pelayanan prima sesuai
dengan apa yang publik butuhkan
- Kreatif, yaitu memiliki dorongan kuat untuk
senantiasa mencari kebaruan, menemukan
sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada, dan
menciptakan keunikan

e. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu “corruptio”
yang artinya kerusakan, kebobrokan, dan kebusukan. Korupsi
adalah kejahatan luar biasa karena dampaknya dapat
menyebabkan kerusakan masif dalam ruang lingkup pribadi,
keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan
tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek,
namun dapat berdampak secara jangka panjang.
Terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi yang
tercantum dalam UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001, terdiri dari:
(1) kerugian keuangan negara, (2) suap-menyuap, (3) pemerasan,
(4) perbuatan curang, (5) penggelapan dalam jabatan, (6) benturan
kepentingan dalam pengadaan, dan (7) gratifikasi. Semua jenis
tersebut merupakan delik-delik yang diadopsi dari KUHP (pasal 1
ayat 1 sub C UU No.3/71).
Untuk menghindari perilaku yang menjurus kepada praktik
korupsi, perlu ditanamkan nilai – nilai integritas yang meliputi:
i. Kejujuran
Jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak
berbohong, dan tidak curang.
ii. Kepedulian

30
Peduli dapat didefinisikan sebagai perbuatan untuk
mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan.
iii. Kemandirian
Kemandirian dapat diartikan sebagai proses
mendewasakan diri, yaitu dengan tidak bergantung
pada orang lain untuk mengerjakan tugas dan
tanggung jawabnya.
iv. Kedisiplinan
Disiplin memiliki artian sebagai ketaatan (kepatuhan)
kepada peraturan.
v. Tanggung Jawab
Tanggung jawab dapat diartikan sebagai kesadaran
akan kewajiban untuk menerima semua konsekuensi
perbuatan dan menyelesaikan masalah-masalah yang
telah dilakukan.
vi. Keja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan,
dimana kemauan dapat menumbuhkan ketekadan,
ketekunan, daya tahan, tujuan jelas, daya kerja,
pendirian, pengendalian diri, keberanian, ketabahan,
keteguhan, tenaga, kekuatan dan pantang mundur.
vii. Sederhana
Gaya hidup sederhana memiliki artian tidak hidup
boros, hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat
memenuhi semua kebutuhannya.
viii. Keberanian
Nilai keberanian dapat dikembangkan dan diwujudkan
di kehidupan sehari–hari dalam bentuk keberanian
untuk mengatakan pendapat, konsisten dalam
membela kebaikan dan kebenaran, berani mengakui
kesalahan dan berani bertanggungjawab.

31
ix. Keadilan
Adil memiliki artian sama berat, tidak berat sebelah,
tidak memihak.

C. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI


Berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (UU ASN), dalam rangka mencapai tujuan nasional
diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu
menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan
bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Tugas ASN adalah melaksanakan kebijakan yang dibuat
oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan, memberikan pelayanan publik
yang profesional dan berkualitas, dan mempererat persatuan dan
kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. ASN harus
mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas. Peran
dan kedudukan ASN dalam NKRI dapat dilihat dari kemampuan
memahami manajemen ASN, Pelayanan Publik, dan inovasi yang
berkaitan dengan Whole of Government (WoG).

a. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar,
etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktek
korupsi, kolusi dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan
kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar
selalu tersedia sumber daya ASN yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman.

32
Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja (PPPK). PNS merupakan warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu , diangkat sebagai ASN secara tetap oleh
pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara nasional.
PPPK adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
berdasarkan perjanjian kerja sesusi dengan kebutuhan instansi
pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka menjalankan
tugas pemerintahan.
Berdasarkan pedoman yang diterbitkan oleh Lembaga
Administrasi Nasional (LAN) tahun 2014, Manajemen ASN
diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit. Manajemen ASN
meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan; pengadaan;
pangkat dan jabatan; pengembangan karier; pola karier; promosi;
mutasi; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan; penghargaan;
disiplin; pemberhentian; jaminan pension dan jaminan hari tua; dan
perlindungan.

b. Whole of Government
Whole of Goverment (WoG) merupakan perwujudan kerja
sama lintas sektor antar instansi pemerintah guna mencapai tujuan
bersama sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu
tertentu. WoG merupakan pendekatan yang menekankan aspek
kebersamaan dan menghilangkan sekat-sekat sektoral yang
selama ini terbangun dalam model New Publik Management
(NPM). Bentuk pendekatannya bisa dilakukan dalam pelembagaan
formal atau pendekatan informal.
Beberapa penerapan WoG yang dapat dilakukan di
institusi formal maupun informal antara lain:

33
i. Penguatan koordinasi antar lembaga, yaitu penguatan
koordinasi yang dapat dilakukan jika jumlah lembaga-
lembaga yang dikoordinasikan masuh terjangkau dan
manageable.
ii. Membentuk lembaga koordinasi khusus, yaitu
pembentukan lembaga terpisah dan permanen yang
bertugas dalam mengkoordinasikan sektor atau
kementrian.
iii. Membentuk gugus tugas, yaitu bentuk pelembagaan
koordinasi yang dilakukan diluar struktur formal, yang
sifatnya tidak permanen.
iv. Koalisi sosial, yaitu merupakan bentuk informal dari
penyatuan koordinasi antar sektor atau lembaga, tanpa
perlu membentuk pelembagaan khusus dalam
koordinasi ini.

Tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan


WoG di tataran praktek antara lain:

i. Kapasitas SDM dan institusi


ii. Nilai dan budaya organisasi
iii. Kepemimpinan
Jenis pelayanan publik yang dapat dilakukan melalui
pendekatan WoG adalah pelayanan administratif, yaitu pelayanan
publik yang menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang
dibutuhkan warga masyarakat; pelayanan jasa, yaitu pelayanan
yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan warga
masyarakat seperti pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan,
perhubungan, dan lainnya; pelayanan barang, yaitu pelayanan
yang menghasilkan jenis barang yang dibutuhkan warga
masyarakat seperti jalan, perumahan, jaringan telepon, listrik, air
bersih, dan seterusnya; dan pelayanan regulatif, yaitu pelayanan

34
melalui penegakan hukuman dan peraturan perundang-undangan
maupun kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi kehidupan
masyarakat.
Adapun berdasarkan polanya, pelayanan publik dapat
dibedakan dalam lima macam pola pelayanan, yaitu:
i. Pola pelayanan teknis fungsional, yaitu suatu pola
pelayanan publik yang diberikan oleh suatu instansi
pemerintah sesuai dengan bidang, tugas, fungsi dan
wewenangnya.
ii. Pola pelayanan satu atap, yaitu pola pelayanan yang
dilakukan secara terpadu pada suatu instansi
pemerintah yang bersangkutan sesuai kewenangan
masing-masing.
iii. Pola pelayanan satu pintu, yaitu pola pelayanan
masyarakat yang diberikan secara tunggal oleh satu
unit kerja pemerintahan berdasarkan pelimpahan
kewenangan dari unit kerja pemerintah terkait lainnya
yang bersangkutan.
iv. Pola pelayanan terpusat, pelayanan masyarakat
yang dilakukan oleh suatu instansi pemerintah yang
bertindak selaku koordinator terhadap pelayanan
instansi pemerintah.
v. Pola pelayanan elektronik, yaitu pola pelayanan
dengan menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi.

c. Pelayanan Publik
Pengertian Pelayanan Publik sebagaimana termuat
dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik, menyebutkan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan

35
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu unsur
pertama adalah organisasi penyelenggara pelayanan publik, penerima
layanan (pelanggan) atau orang, masyarakat atau organisasi yang
berkepentingan, dan kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh
penerima layanan (pelanggan).
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan
pelayanan prima adalah: partisipatif, transparan, responsif, non
diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien, aksesibel, akuntabel,
dan berkeadilan. Kesadaran seluruh anggota ASN untuk memberikan
kontribusi terhadap upaya perbaikan kualitas pelayanan publik di Indonesia
akan memiliki implikasi strategis jangka panjang yang penting bagi upaya
untuk mengubah kinerja birokrasi dalam memberikan pelayanan publik.

D. Kode Biru
a. Pengertian Kode Biru

Kode Biru adalah kode panggilan yang menandakan adanya kondisi


kegawatdaruratan pasien (Henti Nafas dan Henti Jantung). Kode ini sudah
digunakan sejak tahun 2010 dalam guideline American Heart Association
(AHA), dan diperkuat dengan guideline AHA 2015. Tahapan pelaksanaan
pengawasan kegawatdaruratan adalah

1. Pengenalan tanda awal keadaan kondisi kritis akut (Early Warning


System Score)
2. Panggilan
3. Tindakan Resusitasi Jantung Paru
4. Pengelolaan pasien pasca Resusitasi Jantung Paru
5. Laporan dan evaluasi Kode Biru

36
1. Komponen Kode Biru
Pelaksana Kode Biru terdiri atas tenaga medis dan perawat terlatih
yang secara sistematis diatur untuk melaksanakan pertolongan
kedaruratan dalam rumah sakit. Pelaksana Kode Biru yang selanjutnya
disebut tim Kode Biru memiliki persyartaan:
a. Mampu mengenali tanda kegawatdaruratanan medis
b. Mampu menjelaskan sistem kode biru sesuai standard
layanan rumah sakit
c. Mampu melaksanakan tindakan penatalaksana Bantuan
Hidup Dasar dengan penggunaan Automated External Defibrillators
(AED) serta Bantuan Hidup Lanjut.
d. Mampu melakukan tindakan Advance Airway Breathing
dan Breathing Management
e. Mampu melakukan tindakan Initial Assesment (pengkajian awal)
dan lanjutan pada kedaruratan medis
f . Mampu menjelaskan algoritma berbagai kegawatan jantung
g. Mampu menjelaskan tehnik penggunaan AED
h. Mampu melakukan tindakan Transportasi dan Rujukan pasien
kritis
2. Sistem Komunikasi Tim Kode Biru
Sistem komunikasi dalam rumah sakit dalam pemanggilan
petugas tim kode biru dengan aktivasi yang disepakati. Panggilan kode
biru melalui call center 555 dengan menyebutkan lokasi kejadian
secara terperinci, jumlah korban dan kejadian yang dialami. Semua
petugas Rumah Sakit diharapkan mampu mengaktivasi Tim Kode Biru,
tidak terbatas pada perawat atau tenaga medis yang berada di
ruang perawatan. Setelah pelaporan oleh petugas yang menemui
korban maka Tim Kode Biru segera berlari memberikan bantuan
dalam waktu maksimal 5 menit sejak diaktivasi.
3. Fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki
Tim Kode Biru memilki sarana dan prasarana yang
sangat penting dalam pertolongan kedaruratan. Alat bantu yang
digunakan adalah sejumlah alat emergensi (Emergency Kit) berisi

37
alat airway, breathing, circulation, infuse set beserta cairan infus dan
obat emergensi. Obat-obatan resusitasi seperti Ephyneprin,
amiodaron, Methylprednisolon, Vasopressin harus tersedia. Alat
kejut jantung berupa AED atau portable defibrillator harus tersedia
dan siap digunakan.
4. Sarana transportasi yang dibutuhkan
Alat untuk transportasi yang simple sesuai rute yang akan
ditempuh untuk melakkan evakuasi harus tersedia, berupa brankar,
long spine board, scope strechter dan alas resusitasi

Alur Kode Biru


Kejadian Henti Jantung di dalam Rumah sakit tidak terbatas
pada pasien saja, tetapi bisa menimpa penunggu pasien, keluarga
pasien, pengunjung Rumah Sakit dan petugas rumah sakit itu sendiri.
Sehingga dibutuhkan edukasi dan kemampuan seluruh petugas rumah
sakit untuk dapat berespon terhadap kejadian Henti Jantung yang
menimpa siapa saja. Seluruh petugas rumah sakit harus mampu
melakukan Bantuan Hidup Dasar dan Aktivasi Kode Biru.
Sehingga dibutuhkan pelatihan untuk seluruh petugas di rumah sakit
tentang Aktivasi Kode Biru dan Bantuan Hidup Dasar.

Pelayanan Resusitasi
Standar PAP 3.2
Pelayanan resusitasi tersedia di seluruh area rumah sakit.
Maksud dan Tujuan PAP 3.2
Pelayanan resusitasi diartikan sebagai intervensi klinis
pada pasien yang mengalami kejadian mengancam hidupnya
seperti henti jantung atau paru. Pada saat henti jantung atau paru
maka pemberian kompresi pada dada atau bantuan pernapasan
akan berdampak pada hidup atau matinya pasien, setidak-tidaknya
menghindari kerusakan jaringan otak.

38
Resusitasi yang berhasil pada pasien dengan henti
jantung-paru bergantung pada intervensi yang kritikal/penting
seperti secepat-cepatnya dilakukan defibrilasi dan bantuan hidup
lanjut (advance) yang akurat (code blue). Pelayanan seperti ini
harus tersedia untuk semua pasien selama 24 jam setiap hari.
Sangat penting untuk dapat memberikan pelayanan intervensi
yang kritikal, yaitu tersedia dengan cepat peralatan medis
terstandar, obat resusitasi, dan staf terlatih yang baik untuk
resusitasi.
Bantuan hidup dasar harus dilakukan secepatnya saat
diketahui ada tanda henti jantung-paru dan proses pemberian
bantuan hidup kurang dari 5 (lima) menit. Hal ini termasuk review
terhadap pelaksanaan sebenarnya resusitasi atau terhadap
simulasi pelatihan resusitasi di rumah sakit.
Pelayanan resusitasi tersedia di seluruh area rumah sakit
termasuk peralatan medis dan staf terlatih, berbasis bukti klinis,
dan populasi pasien yang dilayani (contoh, jika rumahsakit
mempunyai populasi pediatri, peralatan medis untuk resusitasi
pediatri). (lihat PAB 3; KPS 8.1; TKP 9; MFK 8). Catatan: seluruh
area rumah sakit tempat tindakan dan pelayanan diberikan,
termasuk area tindakan diagnostik di gedung terpisah dari gedung
rumah sakit.
Elemen Penilaian PAP 3.2 Ada regulasi pelayanan
resusitasi yang tersedia dan diberikan selama 24 jam setiap hari di
seluruh area rumah sakit, serta peralatan medis untuk resusitasi
dan obat untuk bantuan hidup dasar terstandar sesuai dengan
kebutuhan populasi pasien. (lihat PAB 3, EP 3). Di seluruh area
rumah sakit bantuan hidup dasar diberikan segera saat dikenali
henti jantung-paru dan tindak lanjut diberikan kurang dari 5 menit.
.

39
BAB III

TUGAS UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA

A. Profil RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah


a. Dasar Hukum Pembentukan Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Daerah Kelet dibangun sekitar tahun
1916 oleh Pemerintah Hindia Belanda dan dikelola oleh Zending.
Pada sekitar tahun 1950, karena pihak Zending tidak bisa lagi
membiayai operasional ,maka pengelolaan rumah sakit tersebut
diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan dikelola
sebagai leprosarium atau tempat perawatan pasien kusta.
Sejak tahun 2006 RS Kelet ditetapkan sebagai Rumah
Sakit Umum Daerah berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Tengah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Kedudukan,
Tugas pokok, Fungsi dan Susunan organisasi Rumah Sakit Umum
Daerah dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jawa Tengah.
Penetapan tersebut kemudian diperbarui dengan Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Tengah Nomor : 8 tahun 2008 tentang Organisasi &
Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Jawa Tengah. Sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan nomor : 829/MENKES/SK/VII/2010 tentang Penetapan
Kelas Rumah Sakit, RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah ditetapkan
sebagai Rumah Sakit Tipe C.

b. Visi, Misi, Motto, Nilai, dan Tujuan Rumah Sakit


i. Visi
Visi RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah adalah
“Profesional Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan
Rujukan”

40
ii. Misi
Misi RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah adalah
sebagai berikut:
1. Membangun dan mengembangkan SDM yang
kompeten dan berkarakter unggul.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan
rujukan yang bermutu.
3. Mengupayakan sarana dan prasarana yang
sesuai standar rumah sakit kelas B.
4. Mengembangkan system manajemen rumah
sakit yang berkualitas.

iii. Motto
Motto RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah adalah,
“Sahabat Terpercaya Menuju Sehat”

iv. Nilai
Nilai-nilai dasar RSUD Kelet yaitu K-E-L-E-T,
merupakan akronim dari:
1. Komitmen
Kami berkomitmen untuk meningkatkan mutu
dan keselamatan pasien.
2. Etika
Kami memegang teguh nilai-nilai etika dan
kesopanan dalam melaksanakan tugas dan
kehidupan sehari-hari.
3. Loyalitas
Kami bersikap setia terhadap nilai-nilai luhur
bangsa, organisasi, dan juga kepemimpinan
organisasi.

41
4. Empati
Kami menggunakan sikap empati dalam
merespon kebutuhan pelanggan.
5. Tulus
Kami melayani pelanggan didasari rasa ikhlas

v. Tujuan Rumah Sakit


1. Meningkatkan kompetensi Sumber Daya
Manusia (SDM) dan berkarakter unggul.
2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
rujukan.
3. Meningkatkan pemenuhan sarana dan
prasarana yang sesuai standar rumah sakit
kelas B.
4. Meningkatkan sistem manajemen operasional
berbasis kepuasan pelanggan.

c. Struktur Organisasi Rumah Sakit


Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Nomor : 8 tahun 2008 tentang Organisasi & Tata Kerja Rumah Sakit
Umum Daerah dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jawa
Tengah Pasal 14, disebutkan bahwa Susunan Organisasi RSUD
Kelet, terdiri dari: Direktur; Bidang Pelayanan Dan Keperawatan
Umum yang membawahkan: Seksi Pelayanan Dan Penunjang dan
Seksi Keperawatan, Bidang Pelayanan Dan Keperawatan Khusus
yang membawahkan: Seksi Pelayanan Dan Penunjang dan Seksi
Keperawatan, Bagian Tata Usaha yang membawahkan Subbagian
Perencanaan Dan Keuangan dan Sub bagian Umum Dan
Kepegawaian, serta Kelompok Jabatan fungsional yang berada
langsung di bawah Direktur.
Adapun bagan Organisasi RSUD Kelet Provinsi Jawa
Tengah dapat dilihat pada gambar di bawah:

42
Gambar 3.1 Struktur Organisasi RSUD Kelet

d. Deskripsi Sumber Daya Manusia, Sarana Prasarana dan


Sumber Daya Lain
i. Sumber Daya Manusia
Untuk mencapai tujuan rumah sakit, RSUD Kelet Provinsi
Jawa Tengah membutuhkan dukungan dari sumber daya manusia
yang memadai secara kuantitas maupun kualitas. Jumlah Sumber
Daya Manusia (SDM) yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah

43
Kelet Provinsi Jawa Tengah Per Mei 2019 sebanyak 627 orang
dengan rincian jabatan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Profil SDM Berdasarkan Jabatan di RSUD Kelet


Jabatan Jumlah
Struktural 10 orang
Medis 38 orang
Paramedis 282 orang
Penunjang Medis 110 orang
Umum 187 orang
Total 627 orang
Sumber: Internal RSUD Kelet, 2019

Tabel 3.2 Profil SDM RSUD Kelet berdasarkan status kepegawaian


Status Kepegawaian Jumlah
PNS 158 orang
CPNS 134 orang
APBD 17 orang
BLUD 307 orang
Mitra 9 orang
WKDS 2 orang
Total 627 orang
Sumber: Internal RSUD Kelet, 2019

ii. Sumber Daya Fisik


Untuk menunjang proses pelayanan yang berkualitas,
aman, dan nyaman bagi pegawai dan masyarakat diperlukan
sumber daya fisik yang memadai berupa peralatan kesehatan dan
kedokteran, gedung pelayanan dan fasilitas pendukung lainnya.
Rincian sumber daya fisik yang dimiliki oleh RSUD Kelet Provinsi
Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

44
Tabel 3.3 Daftar Peralatan Kesehatan/Kedokteran Tahun 2019
RSUD Kelet
No Ruang Nama Alat Jumlah
1 IGD • Surgical Suction Pump 2 unit
• Minor Surgery 4 set
• Recusitator 2 set
• Defibrilator/Dc Shock 1 set

• Auto Clave 1 unit

• ECG 1 unit

• Nebulizer 1 unit
1 unit
• Operating Lamp
1 unit
• Laringoscope Anak
1 unit
• Laringoscope dewasa
2 IBS • Adult Basic Instrument Set 1 unit
• Anastesi machine 3 unit
• Basic obgyn operating set 1 unit
• Operating lamp 4 unit

• Ortopaedic Set 1 unit

• Minor Basic Instrument Set 1 unit

• Cataract Set 1 unit


1 unit
• Operating Microscope
1 unit
• Haemorrhoid Instrument Set
1 unit
• Ventilator
1 unit
• Examination Table
1 unit
• Curretage Set
1 unit
• Electro Surgical Unit
1 unit
• Oscillating Plaster Saw
3 unit
• Suction unit
2 unit
• Autoclave
1 unit
• UV Sterilizer Unit
1 unit
• Jacson Reese
1 unit
• Laringoscope Dewasa 1 unit

45
• Laringoscope Anak 1 unit
• Oxyangen Consentrator 1 unit
• Minor surgery

3 Inst.Rawat • Ventilator 1 Unit


Inap • Infusion Pump 1 unit
• Recusitator Anak 1 unit
• Resusitator Dewasa 1 Unit

• Nebulizer 1 unit

4 Poliklinik Gigi • Ultra Sonic Scaller 1 unit


• Citoject 1 unit
• Dental Unit 2 unit
• Autoclave 1 unit

Fisioterapi • Continuous and pulse SWD 1 unit


• Laser Infra Red 1 unit
• Nebulizer 1 unit
• TENS 1 unit

Radiologi • X-ray 1 unit


• Rontgen gigi 1 unit
• Panoramic dental x-ray 1 unit
• USG 1 unit

Laboratorium • MicroLab 1 unit


• Hematology Analyzer 1 unit
• Blood bank 1 unit

46
Apotek • Timbangan analitik 1 unit
• Blender obat 2 unit
• Kulkas obat 1 unit
Instalasi • Echocardiography 1 unit
Rawat Jalan • ENT 1 unit
• EKG 1 unit
• IPL (Intense pulse light) 1 unit

• ND YagLazer 1 unit

• USG 1 unit

• Meja Ginekologi 1 unit


1 unit
• Slit Lamp
1 unit
• Trial Lense Set
1 unit
• Biometri
1 unit
• Tonometri Aplanasi
1 unit
• Suction
Gizi • Chiller 1 unit
• Kompor 4 tungku 1 unit
Binatu • Mesin cuci 22 kg 1 unit
• Mesin pengerin 24 kg 1 unit
Pemulasaran • Mortuary 2 body 1 unit
Jenazah
VK • Set kuretase 3 set
• Ultrasonic Pocket Doppler 1 unit
• Meja ginekologi 3 unit
• Partus set 3 set

• Suction pump 2 unit

• Resusitasi bayi 1 unit

• USG 1 unit
1 unit
• Vacum Extractor
1 unit
• Resusitasi anak
1 unit
• Inkubator bayi
Sumber: Internal RSUD Kelet, 2019

47
1. Tanah dan Bangunan
RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 2 unit
pelayanan. RS Donorojo untuk pelayanan Kusta berlokasi di Desa
Banyumanis, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara diatas lahan
seluas 1.791.740 m2. Termasuk lahan di kampung rehabilitasi yang
dihuni oleh 155 KK, dan RS Kelet untuk pelayanan umum berlokasi
di Desa Kelet, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara diatas lahan
seluas 258.600 m2.

Tabel 3.4 Infrastruktur Pelayanan Kusta Tahun 2019 RSUD Kelet

No Bangunan Jml Sat


1 Unit Gawat Darurat 1 Unit
2 Unit Bedah 1 Unit
3 Perawatan Kusta
Kelas III 60 TT
4 Perawatan Umum
Kelas III 10 TT
5 Rawat Jalan Kusta 1 Unit
6 Rawat Jalan Umum 1 Unit
7 Vocational Training 1 Unit
8 Fisioterapi 1 Unit
9 Laboratorium 1 Unit
10 Farmasi 1 Unit
11 Protesa 1 Unit
12 Gizi 1 Unit
13 Binatu 1 Unit
14 Pemulasaran Jenazah 1 Unit
15 Sarana Air Bersih 1 Unit
16 Incinerator 1 Unit
(Sumber : Internal RSUD Kelet, 2019)

48
Tabel 3. 5 Infrastruktur Pelayanan Umum Tahun 2013 RSUD Kelet
No Bangunan Jml Sat
1 Instalasi Gawat Darurat 1 Unit
2 Instalasi Bedah 1 Unit
3 Instalasi Rawat Inap
VIP 10 TT
Kelas I 6 TT
Kelas II 12 TT
Kelas III 48 TT
ICU 5 TT
4 Poliklinik
5 Umum 1 Unit
6 Gigi 1 Unit
7 Penyakit Dalam 1 Unit
8 Bedah 1 Unit
9 Anak 1 Unit
10 Kebidanan dan Kandungan 1 Unit
11 Jantung dan Pembuluh Darah 1 Unit
12 Syaraf 1 Unit
13 THT 1 Unit
14 Mata 1 Unit
15 Jiwa 1 Unit
16 Kesehatan Fisik dan Rehabilitasi Medik 1 Unit
17 Psikologi 1 Unit
18 DOT 1 Unit
19 VCT 1 Unit
20 Radiologi 1 Unit
21 Laboratorium 1 Unit
22 Gizi 1 Unit
23 Farmasi 1 Unit
24 Rekam Medik 1 Unit
25 OAI 1 Unit

49
26 Binatu 1 Unit
27 Pemulasaran Jenazah 1 Unit
28 Sarana Air Bersih 1 Unit
29 IPAL 1 Unit
30 Incinerator 1 Unit
(Sumber : Internal RSUD Kelet, 2019)

iii. Sumber Daya Informasi


Untuk mendukung proses pelayanan RSUD Kelet Provinsi
Jawa Tengah telah merintis Sistem Informasi Rumah Sakit (SIMRS)
yang terintegrasi ke unit – unit pelayanan, Sistem Persediaan
rumah sakit dan Sistem Pendapatan Aset (SimPas) / Aset
Manajemen Unit (AMU). Untuk menjamin ketersediaan informasi
pelayanan, RSUD Kelet memiliki website yang mendukung
pemanfaatan e-office dan e-library, aplikasi untuk telepon seluler
berbasis android, dan layanan Customer care.

iv. Sumber Daya Pelayanan


Berikut adalah daftar pelayanan yang dimiliki oleh RSUD
Kelet Provinsi Jawa Tengah, meliputi:

Tabel 3.6 Jenis Produk/ Layanan RSUD Kelet

No Jenis Produk/ Layanan

1 Pelayanan Umum Rawat Jalan Umum


Rawat Jalan Gigi
Pelayanan Spesialistik:
• Penyakit Dalam
• Anak
• Obstetri & Ginekologi
• Bedah
• Mata
• THT

50
• Jiwa
• Kulit & Kelamin
Rawat Inap
IGD
Instalasi Bedah Sentral
ICU
Laboratorium
Radiologi
Farmasi
Gizi
Fisioterapi
Rekam Medis
IPSRS
Binatu
2 Pelayanan Khusus (Kusta) Poliklinik
Rawat Inap
Bedah rekonstruksi
Prostesa
Fisioterapi
Vocational training
Laboratorium
Rekam Medis
Farmasi
3Gizi
IPSRS
Binatu
Pelayanan Café Sehat
Pengembangan Outbond
Kampoeng Rehatta
Guest House

(Sumber : Internal RSUD Kelet, 2019)

51
B. Tugas dan Jabatan Peserta Pelatihan Dasar
a. Peserta sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN)
Untuk memenuhi peran sebagai ASN, dasar hukum
pelaksanaan tugas yang relevan adalah UU No. 5 Tahun 2014.
ASN merupakan pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah
dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina
kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintah
atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan PNS
(Pegawai Negeri Sipil adalah warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN secara
tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan.
Adapun Fungsi, Tugas dan Peran ASN menurut UU No. 5
Tahun 2014 antara lain:
i. Pegawai ASN berfungsi sebagai; pelaksana kebijakan
publik; pelayanan publik; dan perekat dan pemersatu
bangsa.
ii. Pegawai ASN bertugas untuk:
- Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian yang telah
disesuaikan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
- Memberikan pelayanan publik yang profesional
dan berkualitas
- Mempererat persatuan dan kesatuan NKRI.
iii. Pegawai ASN memiliki peran sebagai perencana,
pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas
umum pemerintahan dan pembangunan nasional
melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik

52
yang profesional, bebas dari intervensi politik, seta
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

b. Tugas Pokok Jabatan Fungsional Dokter


Di unit tempat bekerja, peserta diklat bekerja sebagai
CPNS dengan jabatan Dokter Ahli Pertama. Menurut Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia
no.139/KEP/M.PAN/11/2003 Tentang Jabatan Fungsional Dokter
dan Angka Kreditnya, jabatan dokter ahli pertama mempunyai
tugas, yaitu:
- Memberikan pelayanan medik umum rawat
jalan tingkat pertama;
- Memberikan pelayanan spesialistik rawat jalan
tingkat pertama;
- Memberikan tindakan khusus tingkat sederhana
oleh Dokter umum;
- Memberikan tindakan khusus tingkat sedang
oleh Dokter umum;
- Memberikan tindakan spesialistik sederhana;
- Memberikan tindakan spesialistik sedang;
- Memberikan tindakan darurat/ pertolongan
pertama pada kecelakaan (P3K) tingkat
sederhana
- Memberikan kunjungan (visite) kepada pasien
rawat inap;
- Memotivasi pemulihan mental sederhana;
- Memotivasi pemulihan mental kompleks tingkat
I;
- Memotivasi pemulihan fisik tingkat sederhana;
- Memotivasi pemulihan fisik kompleks tingkat I;
- Memberikan pemeliharaan kesehatan Ibu;

53
- Memberikan pemeliharaan kesehatan
bayi dan balita;
- Memberikan pemeliharaan kesehatan
anak;
- Memotivasi penyuluhan medik;
- Menetapkan catatan medik rawat jalan;
- Menetapkan catatan medik rawat inap;
- Meminta atau menerima konsultasi
dari luar atau ke luar;
- Meminta atau menerima konsultasi dari
dalam;
- Menetapkan uji kesehatan individu;
- Menilai sebagai Tim Penguji Kesehatan;
- Memberikan visum et repertum
sederhana;
- Memberikan visum et repertum
kompleks tingkat I;
- Menilai sebagai saksi ahli;
- Memberikan pelayanan tugas jaga
panggilan/on call;
- Memberikan pelayanan tugas jaga di
tempat/rumah sakit;

54
C. Role Model
Role Model adalah seseorang yang tingkah lakunya kita contoh,
tiru dan ikuti. Dalam kegiatan aktualisasi ini yang penulis jadikan role
model adalah Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf
Habibie. Beliau adalah Mantan Presiden RI ke-3, lahir di Parepare
pada tanggal 25 Juni 1936. Beliau tumbuh dalam keluarga yang
religius dan sederhana.

Gambar 3.2 B.J. Habibie

B.J. Habibie dikenal sebagai orang paling cerdas diantara ahli


penerbangan. Sosok beliau sangat dihormati oleh ilmuan dunia
khususnya di bidang penerbangan. Banyaknya prestasi yang telah
digapai oleh B.J. Habibie, dan perannya dalam dunia penerbangan
nasional maupun internasional, merupakan sebuah contoh panutan
bagi pemuda/i bangsa Indonesia bahwa setiap orang dapat berkarya
dan diakui dunia. Beberapa contoh prestasi yang didapatkan beliau
adalah mendapatkan penghargaan bergengsi yaitu Edward Warner
Award serta Award von Karman dimana penghargaan ini hampir
setara penghargaan Hadiah Nobel. Selain itu Habibie juga peraih
penghargaan Theodore van Karman Award yang bergengsi di

55
Jerman. Berkat kerja kerasnya juga, BJ Habibie dapat menemukan
rumus untuk menghitung keretakan atau Crack propagation on
random sampai ke atom.

Untuk menghargai kecerdasannya dan kontribusinya, persamaan


tersebut diberi nama “Faktor Habibie”. Tidak hanya itu, beliau juga
dijuluki sebagai Mr. Crack oleh para spesialis penerbangan. Pada
tahun 1967, beliau mendapatkan gelar Profesor Kehormatan atau
Guru Besar di ITB. Tidak hanya itu BJ Habibie juga mendapatkan
gelar tertinggi di ITB yaitu Ganesha Praja Manggala.

Sikap-sikap yang beliau punyai tersebut sesuai dengan nilai


ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu,
dan anti Korupsi) yang kemudian menjadikan semangat bagi penulis
agar dapat juga berkontribusi untuk Negara. Saat menjabat sebagai
Presiden RI, B.J. Habibie sangat bertanggung jawab dalam
mengemban tugasnya dalam mengembalikan kondisi negara, karena
tepat sebelum itu terjadi gejolak politik yang memanas di Indonesia.
Beberapa keputusan yang diambilnya yaitu UU tentang Otonomi
daerah. Kemudian beliau memberi kebebasan rakyat untuk
beraspirasi sehingga Indonesia dapat membuat berbagai partai
politik yang baru. Selain itu mata uang Indonesia dapat ditekan dari
15 ribu rupiah per dolar menjadi dibawah 10 ribu saja serta mampu
melikuidasi bank yang bermasalah pada masa itu, sehingga hal
tersebut mampu menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan
perekonomian di Negara Indonesia.

56
BAB IV

RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI

A. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Keterikatan dengan


Nilai ANEKA

RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI

Judul : Optimalisasi Komunikasi Antar Petugas


Ketika Terjadi Kode Biru di Bangsal Bugenvile
Teratai RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah di
Kabupaten Jepara.
Identifikasi Isu :
1. Kurang optimalnya proses penanganan
pasien anak di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
terkait pemisahan lokasi dengan pasien
dewasa
2. Kurang optimalnya pengaturan alur pasien
di Instalasi Gawat Darurat (IGD) terkait belum
adanya ruang transit yang terpisah
3. Kurang optimalnya komunikasi antar
petugas ketika terjadi kode biru di Instalasi
rawat inap
4. Kurangnya ketaatan dokter dalam
pengisian rekam medis di Instalasi Rawat
Inap di RSUD Kelet
5. Kurang optimalnya pemahaman tentang
pengertian pelayanan gawat darurat yang
bisa di klaim BPJS oleh pasien

57
Isu yang diangkat : Kurang Optimalnya Komunikasi Antar
Petugas Ketika Terjadi Kode Biru Di Instalasi
Rawat Inap

Gagasan yang diangkat : Optimalisasi Komunikasi Antar


Petugas Ketika Terjadi Kode Biru di Bangsal
Bugenvile Teratai RSUD Kelet Provinsi Jawa
Tengah di Kabupaten Jepara

GAGASAN KEGIATAN PEMECAHAN ISU:

1. Membuat draft SOP komunikasi kode biru, menetapkan alur


komunikasi ketika terjadi kode biru (perintah atasan)
2. Membuat poster tentang alur komunikasi ketika kode biru
terjadi kode biru (inovasi)
3. Melaksanakan diskusi & koordinasi terkait teknis komunikasi
dengan tim kode biru Rumah Sakit (SKP)
4. Melakukan sosialisasi komunikasi kode biru dengan perawat
bangsal Bugenvile Teratai (Inovasi)
5. Melakukan evaluasi berkala mengenai kepatuhan
pelaksanaan komunikasi kode biru (SKP)

58
Tabel 4.1 Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Habituasi

Kontribusi terhadap
Tahapan Output/ Hasil Keterkaitan Substansi Mata Penguatan Nilai
No Kegiatan Visi & Misi
Kegiatan Kegiatan Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1 Membuat draft Melakukan Tersetujuinya Akuntabilitas: Melakukan Mendukung misi Mendukung nilai
SOP komunikasi konsultasi dengan rencana konsultasi dengan rumah sakit: Komitmen
kode biru, mentor/ atasan pembuatan mengutamakan kejelasan - Membangun dan (komitmen dalam
menetapkan alur langsung draft SOP dalam penyampaian, mengembangkan SDM meningkatkan
komunikasi ketika Notulensi yang kompeten dan mutu dan
terjadi kode biru diskusi Etika publik: Mengutamakan berkarakter unggul keselamatan
(perintah atasan) kesopanan, keramahan, dan - Menyelenggarakan pasien) dan Etika
menghormati atasan dalam pelayanan kesehatan
proses konsultasi rujukan yang
bermutu.
Komitmen mutu:
Menjelaskan kepentingan
dan rencana pembuatan
SOP dengan singkat, padat,
jelas (efektif dan efisien)
Anti Korupsi:
Jujur dalam pembuatan draft
SOP
Mencari bahan Terkumpulnya Akuntabilitas:
pembuatan SOP referensi dan Mencari referensi pembuatan
dasar hukum SOP dengan tanggung
yang relevan jawab dan

59
konsisten untuk mencari
dasar hukum yang relevan

Anti korupsi:
Mandiri, disiplin dan bekerja
keras dalam menjalankan
kegiatan
Melakukan diskusi Tersusunnya Akuntabilitas:
dengan Tim uraian kebijakan Melakukan diskusi dengan
Kode Biru yang akan ditulis keterbukaan informasi,
Rumah Sakit dalam SOP integritas dan penyampaian
Daftar hadir yang jelas
diskusi
Notulensi hasil Nasionalisme:
diskusi Melaksanakan diskusi
dengan mengamalkan butir –
butir Pancasila sila ke-4
(musyawarah mufakat)

Etika publik: Menyampaikan


pendapat dengan sopan
dalam diskusi, berkomunikasi
dan bekerja sama dengan
seluruh Tim Kode Biru Rumah
Sakit
Menyusun draft Tersusunnya draft Akuntabilitas:
SOP awal SOP

60
Melakukan penyusunan draft
SOP
dengan keterbukaan,
tanggung jawab dalam
perencanaan kebijakan.
Menyusun SOP dengan jelas
dan konsisten terhadap
referensi dasar hukum

Komitmen mutu:
Merancang SOP dengan
prinsip efektif dan efisien
agar dapat menunjang
perbaikan pelayanan
Pengajuan Terevaluasinya Akuntabilitas:
rancangan draft draft awal SOP Menyampaikan rancangan
SOP
dan terdapat SOP dengan terbuka,
kepada atasan
daftar poin yang kepercayaan, konsistensi
perlu direvisi
Notulensi hasil Etika publik:
konsultasi Mengajukan rancangan SOP
kepada atasan dengan
kesopanan, keramahan, dan
menghormati atasan

Melakukan revisi Terbentuknya Akuntabilitas:


dan review SOP draft akhir SOP Revisi dilakukan dengan
penuh tanggung jawab dan

61
konsisten terhadap referensi
dasar hukum

Komitmen mutu:
Melakukan revisi dan review
SOP dengan cermat, teliti
serta berorientasi pada
efektivitas dan efisiensi
Mengajukan Terciptanya SOP Akuntabilitas:
permohonan komunikasi kode Mengajukan permohonan
biru
pengesahan SOP pengesahan dengan
keterbukaan, integritas, dan
penyampaian yang jelas

Etika publik:
Menjaga etika, sopan santun
serta menghormati pimpinan
dalam mengajukan
permohonan pengesahan
2 Membuat poster Melakukan Tersetujuinya Akuntabilitas: Melakukan Mendukung misi Mendukung nilai
tentang alur konsultasi dengan rencana konsultasi dengan rumah sakit: Komitmen
komunikasi ketika mentor/ atasan kegiatan mengutamakan kejelasan - Menyelenggarakan (komitmen dalam
kode biru terjadi kode langsung pembuatan dan kejujuran dalam pelayanan kesehatan meningkatkan
biru (inovasi) poster penyampaian, serta nilai rujukan yang mutu dan
transparansi bermutu. keselamatan
pasien)

62
Etika publik: Mengutamakan - Mengembangkan
kesopanan, keramahan, dan Sistem Informasi
menghormati atasan Manajemen RS yang
berkualitas
Komitmen mutu:
Menjelaskan kepentingan
dan rencana kegiatan
dengan singkat, padat, jelas
(efektif dan efisien)
Mencari bahan Terkumpulnya Akuntabilitas:
referensi untuk referensi dan Mencari referensi dengan
membuat contoh – contoh penuh tanggung jawab
poster bahan poster
Nasionalisme: Menjalankan
tugas dengan menjunjung
nilai kerja keras (sila ke-5)

Anti Korupsi:
Melaksanakan kegiatan
dengan displin dan mandiri

Melakukan diskusi Tersusunnya Akuntabilitas:


dengan Tim Kode rancangan poster Melakukan diskusi dengan
Biru terkait isi komunikasi kode keterbukaan informasi,
poster biru integritas dan penyampaian
yang jelas

63
Nasionalisme:
Melaksanakan diskusi
dengan mengamalkan butir –
butir Pancasila sila ke-4
(musyawarah)

Etika publik: Menyampaikan


pendapat dengan sopan
dalam diskusi, berkomunikasi
dan bekerja sama dengan
seluruh Tim Kode Biru

Membuat poster Poster berhasil di Akuntabilitas:


buat dan di cetak
yang sudah ada Membuat poster dengan
dan mencetak di prinsip keterbukaan,
percetakan integritas, serta konsisten

Nasionalisme:
Melakukan kegiatan dengan
mengamalkan Pancasila, sila
ke-5: kerja keras

64
Komitmen Mutu:
Membuat poster yang
komunikati, efektif dan
efisien sehingga mutunya
terjamin

Menempelkan Tersampaikannya Akuntabilitas:


poster komunikasi informasi isi Menyampaikan sosialisasi
kode biru di ruangan poster serta bisa sekilas tentang isi poster
ruangan petugas di mengerti oleh dengan bahasa yang jelas
terkait petugas terkait dan konsisten dengan dasar
hukum yang ada

Etika publik:
Bersikap sopan dalam
penyampaian, murah
senyum, menggunakan tutur
kata yang santun

Komitmen mutu:
Menjelaskan materi dengan
singkat, padat, jelas (efektif
3 Melaksanakan Konsultasi pada Disetujuinya dan efisien)
Akuntabilitas: Mendukung misi Mendukung nilai
diskusi & koordinasi atasan untuk rencana diskusi Melakukan konsultasi rumah sakit: Komitmen (untuk
terkait teknis diskusi dengan tim dengan mengutamakan - Membangun dan meningkatkan
komunikasi dengan kode biru kejelasan dan kejujuran mengembangkan SDM mutu dan
tim kode biru
Rumah Sakit (SKP
65

Melakukan
konsultasi dengan
tim kode biru Rumah dalam penyampaian, serta yang kompeten dan keselamatan
Sakit (SKP nilai transparansi berkarakter unggul pasien) dan Etika
- Menyelenggarakan (memegang teguh
Etika publik: Mengutamakan pelayanan kesehatan nilai-nilai etika
kesopanan, keramahan, dan rujukan yang bermutu dalam
menghormati atasan melaksanakan
tugas dan
Komitmen mutu: kehidupan sehari-
Menjelaskan kepentingan hari)
dan rencana kegiatan
dengan singkat, padat, jelas
(efektif dan efisien)
Menetapkan Tersusunnya Akuntabilitas:
tujuan dan agenda diskusi & Menetapkan tujuan dan
agenda diskusi & koordinasi agenda pembahasan dengan
koordinasi penuh tanggung jawab dan
jelas arah diskusinya

Komitmen mutu:
Agenda diskusi & koordinasi
disusun dengan singkat,
padat dan jelas.
Anti Korupsi:
Melakukan kegiatan dengan
disiplin dan mandiri

66
Membuat dan Undangan telah Akuntabilitas
mengirim selesai dan sudah Membuat undangan dengan
undangan di distribusikan ke penuh tanggung jawab,
tim kode biru terbuka dan konsisten.
Dalam penyampaian
undangan juga menjunjung
nilai keadilan

Etika publik
Mengirim undangan rapat
dengan sopan, santun, dan
ramah

Nasionalisme
Menjalankan kegiatan
dengan mengamalkan
Pancasila, sila ke-5 yaitu
kerja keras
Melaksanakan Terlaksananya Akuntabilitas Menerapkan
diskusi & kegiatan diskusi & nilai kepemimpinan,
koordinasi koordinasi menyampaikan paparan
dengan jelas, jujur, terbuka
dan konsisten dengan
kebijakan yang berlaku
(SOP)

67
Nasionalisme
Melaksanakan kegiatan
berdasarkan butir Pancasila
sila ke-4: tidak memaksakan
kehendak, menghormati
keputusan, musyawarah

Etika publik
Penyampaian usul dan
masukan disampaikan
dengan baik, sopan,
menghormati orang lain

Komitmen mutu
Melakukan diskusi dan
koordinasi dengan efektif,
efisien dan kreatif
Membuat laporan Tersusunnya Akuntabilitas:
hasil diskusi & laporan hasil Membuat laporan hasil rapat
koordinasi diskusi & dengan penuh tanggung
koordinasi jawab, konsisten dengan
pembahasan yang dilakukan,
dan disusun dengan bahasa
yang jelas

68
Komitmen Mutu:
Mengerjakan laporan dengan
cermat, teliti, dan
berorientasi pada perbaikan
kualitas pelayanan
Anti korupsi:
Disertai pula dengan nilai -
nilai kedisiplinan, kejujuran
dan kerja keras

4 Melakukan sosialisasi Melakukan Tersetujuinya Akuntabilitas: Mendukung misi Mendukung nilai


komunikasi kode biru konsultasi dengan kegiatan sosialisasi Melakukan konsultasi rumah sakit: Komitmen (untuk
dengan perawat mentor/ atasan dengan mengutamakan - Menyelenggarakan meningkatkan
bangsal Bugenvile langsung kejelasan dan kejujuran pelayanan kesehatan mutu dan
Teratai (Inovasi) dalam penyampaian, serta rujukan yang keselamatan
nilai transparansi bermutu. pasien) dan Etika
- Mengembangkan (memegang teguh
Etika publik: Menyampaikan Sistem Informasi nilai-nilai etika
ide dengan sopan, ramah Manajemen RS yang dalam
dan menghormati atasan berkualitas melaksanakan
tugas dan
Komitmen mutu: kehidupan sehari-
Menjelaskan kepentingan hari)
dan rencana kegiatan
dengan singkat, padat, jelas
(efektif dan efisien)
Menyiapkan bahan Tersedianya bahan Akuntabilitas:
Mengumpulkan data dengan
sosialisasi sosialisasi

69
hasil dari diskusi penuh tanggung jawab dan
dengan tim kode transparansi
biru
Nasionalisme:
Mengamalkan sila ke-5
dalam menjalankan kegiatan,
yaitu kerja kerjas

Anti korupsi:
Bekerja dengan jujur dan
disiplin

Melakukan Sosialisasi Akuntabilitas


sosialisai tentang berlangsung Melaksanakan sosialisasi
komunikasi kode lancar dan para dengan bertanggung jawab,
biru di bangsal perawat bisa transparan dan konsisten
bugenvile teratai mempraktekkan dengan materi yang
dalam keseharian disiapkan, guna tercapainya
komunikasi kode biru yang
sesuai hasil koordinasi
dengan tim kode biru rumah
sakit

Komitmen mutu:
Bekerja dengan teliti, cermat
dan berorientasi pada

70
perbaikan mutu pelayanan

Membuat laporan Tersusunnya hasil Akuntabilitas


hasil sosialisasi laporan Menyusun laporan dengan
sosialisasi integritas, tanggung jawab,
keterbukaan informasi,
penulisan yang jelas dan
konsisten.

Komitmen mutu Menyajikan


laporan dengan efektif - efisien
sehingga mudah dipahami dan
dapat ditindaklanjuti

Anti korupsi
Menjunjung nilai kejujuran,
tidak menambah,
mengurangi atau merubah
data yang ada

71
5 Melakukan evaluasi Melakukan Tersetujuinya Akuntabilitas: Mendukung misi Mendukung nilai
berkala mengenai konsultasi dengan kegiatan rencana Melakukan konsultasi rumah sakit: Komitmen (untuk
kepatuhan mentor/ atasan evaluasi oleh dengan mengutamakan - Membangun dan meningkatkan
pelaksanaan langsung atasan kejelasan dan kejujuran mengembangkan SDM mutu dan
komunikasi kode biru dalam penyampaian, serta yang kompeten dan keselamatan
(SKP) nilai transparansi berkarakter unggul pasien), Etika
- Menyelenggara-kan (memegang teguh
Etika publik: Mengutamakan pelayanan kesehatan nilai-nilai etika
kesopanan, keramahan, dan rujukan yang dalam
menghormati atasan bermutu. melaksanakan
tugas dan
Komitmen mutu: kehidupan sehari-
Menjelaskan kepentingan hari), dan Loyal
dan rencana kegiatan (setia terhadap
dengan singkat, padat, jelas organisasi, dan
(efektif dan efisien) kepemimpinan
Mengumpulkan Tersedianya Akuntabilitas organisasi)
data data yang di
ketidakpatuhan perlukan

72
terhadap alur Mengumpulkan data dengan
komunikasi kode penuh tanggung jawab dan
biru transparansi

Nasionalisme:
Mengamalkan sila ke-5
dalam menjalankan kegiatan,
yaitu kerja kerjas

Anti korupsi:
Bekerja dengan jujur dan
disiplin

Melakukan Tersedianya Akuntabilitas


rekapitulasi data rekapitulasi data Melaksanakan rekapitulasi
ketidakpatuhan data dengan bertanggung
alur komunikasi jawab, transparan dan
kode biru konsisten dengan data yang
diinput

Komitmen mutu:
Bekerja dengan teliti, cermat
dan berorientasi pada
perbaikan mutu pelayanan

73
Anti korupsi
Menerapkan nilai kejujuran,
tidak menambah,
mengurangi atau mengganti
data

Menganalisis hasil Terevaluasi-nya Akuntabilitas


laporan ketaatan Menganalisis laporan dengan
petugas dalam penuh tanggung jawab, adil
penerapan dan tidak memihak
komunikasi
kode biru Komitmen mutu
Membuat analisis dengan
tepat, akurat dan teliti

Anti korupsi
Menganalisis dengan jujur,
tidak menambah,
mengurangi, atau mengganti
data

74
Membuat laporan Tersusunnya Akuntabilitas
evaluasi terkait laporan hasil Hasil laporan disusun
kepatuhan evaluasi dengan terbuka,
komunikasi kode komunikasi bertanggung jawab dan
biru kode biru tidak memihak

Nasionalisme:
Menyusun laporan dengan
menjunjung Pancasila, sila
ke-5: kerja keras

Anti korupsi:
Menjunjung nilai kejujuran
dalam pembuatan laporan.
Serta tidak menambah,
mengurangi atau merubah
data yang ada, serta
melaksanakannya dengan
disiplin

75
B. Jadwal Pelaksanaan Aktualisasi

Rancangan aktualisasi yang akan dilakukan disajikan dalam bentuk timeline sebagai mekanisme
kontrol.

Tabel 4.2 Jadwal Rancangan Aktualisasi dan habituasi di RSUD Kelet

September Oktober
No Kegiatan Bukti Kegiatan
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Bukti persetujuan
dan foto konsultasi
dengan
mentor/atasan
langsung,
Membuat draft
SOP Laporan dan foto
komunikasi diskusi dengan tim
kode biru, Kode biru,
menetapkan
1 alur Rancangan draft
komunikasi SOP,
ketika terjadi
kode biru Bukti tertulis dan
(perintah foto konsultasi
atasan) rancangan SOP
kepada atasan,

SOP alur
komunikasi kode
biru telah disah kan

76
Bukti foto kegiatan
Membuat konsultasi dengan
poster tentang atasan,
alur
komunikasi Rancangan Poster
2 sudah jadi,
ketika kode
biru terjadi
kode biru Rancangan poster di
(inovasi) terima atasan,

Bukti pemasangan
poster di ruangan
petugas terkait
Bukti persetujuan
dan foto konsultasi
dengan mentor/
atasan langsung
Melaksanakan
diskusi & Draft rencana
koordinasi pembahasan
terkait teknis Diskusi
3 komunikasi
dengan tim
Kode Biru Undangan Daftar
Rumah Sakit hadir
(SKP)

Foto/video kegiatan
diskusi& koordinasi
Laporan hasil rapat

77
Bukti persetujuan
dan foto konsultasi
dengan mentor/
Melakukan atasan langsung
sosialisasi
komunikasi
kode biru Undangan Daftar
dengan hadir
4
perawat
bangsal
Bugenvile Foto/video kegiatan
Teratai sosialisasi
(Inovasi)

Laporan hasil
sosialisasi

Bukti persetujuan
dan foto konsultasi
dengan mentor/
atasan langsung
Melakukan
evaluasi
berkala Foto kegiatan
mengenai rekapitulasi
5 kepatuhan kepatuhan
pelaksanaan komunikasi kode
komunikasi biru dan
kode biru menganalisis hasil
(SKP) laporan

Laporan evaluasi
alur komunikasi
kode biru

78
C. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala
Aktualisasi nilai-nilai dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) yang
telah diaplikasikan pada institusi tempat kerja banyak memberikan
kontribusi baik demi perubahan kearah yang lebih baik. Penulis akan
terus berusaha untuk tetap mengaplikasikan nilai-nilai dasar Aparatur
Sipil Negara (ASN) yang terdiri dari Manajemen Aparatur Sipil Negara
(ASN), Whole of Government (WoG), dan Pelayanan Publik, sebagai
dasar dari segala kegiatan belajar mengajar maupun berorganisasi,
meskipun dalam kondisi yang sulit.
Strategi untuk menghadapi kendala yang mungkin muncul
dalam setiap kegiatan sangatlah penting. Hasil yang maksimal bisa
kita raih ketika prediksi sudah di lakukan dan sekaligus pemecahan
masalah yang mungkin terjadi. Rencana cadangan yang sudah
disiapkan serta bila perlu rencana cadangan kedua agar benar-benar
kegiatan yang dilakukan seorang ASN bisa berjalan dengan
maksimal.

79
Tabel 4.3 Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala

No Kegiatan Kendala Resiko Antisipasi

1 Membuat draft Penyusunan draft Draft SOP tidak Melakukan


dapat
SOP komunikasi SOP terlalu koordinasi intensif
diterapkan pada
kode biru, teoritis dengan Tim Kode
kondisi riil di
menetapkan alur Biru Rumah sakit
lapangan
komunikasi ketika selaku operator di
terjadi kode biru lapangan
(perintah atasan)
2 Membuat poster Isi poster kurang Kurang tertarik Membuat poster
untuk membaca
tentang alur menarik, semenarik
posternya, Kurang
komunikasi ketika Percetakan tepatnya mungkin, mencari
kode biru terjadi poster antri waktu peletakan percetakan yang
(inovasi) poster punya komitmen
untuk
menyelesaikan
tepat waktu
3 Melaksanakan Ketidakhadiran Koordinasi dan Mengingatkan dan
diskusi & koordinasi tim kode biru persamaan mengirimkan
terkait teknis persepsi jadi undangan via
komunikasi dengan kurang maksimal personal chat
tim Kode Biru dengan aplikasi
Rumah Sakit (SKP) Whatsapp

4 Melakukan sosialisasi Proses Target yang di Melakukan


komunikasi kode biru sosialisasi beri sosialisai sosialisasi
dengan perawat membosankan tidak mengerti secara menarik
bangsal Bugenvile dan terus
Teratai (Inovasi) berkomunikasi
jika ada hal yang
belum dimengerti
di luar jadwal
sosialisasi

80
5 Melakukan Data tidak valid, respon kode biru Menjalin komunikasi
evaluasi berkala tidak patuh akan terhambat dan melakukan
mengenai pada alur, sehingga advokasi dengan
kepatuhan penanganan jadi baik kepada semua
pelaksanaan tidak maksimal petugas terkait, dan
komunikasi kode terus mengingatkan
biru (SKP) tentang komunikasi
kode biru

81
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Rancangan aktualisasi adalah pedoman untuk


mengaktualisasikan nilai-nilai Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA) sebagai Aparatur
Sipil Negara dalam menghadapi isu permasalahan di instansi tempat
bekerja. Dari berbagai isu yang ada di RSUD Kelet Provinsi Jawa
Tengah, salah satu permasalahan utama yang harus diselesaikan
adalah kurang optimalnya komunikasi antar petugas ketika terjadi
kode biru di Instalasi Rawat Inap. Pemecahan masalah yang
diusulkan dalam kegiatan aktualisasi adalah sebagai berikut:
1. Membuat draft SOP komunikasi kode biru, menetapkan alur
komunikasi ketika terjadi kode biru
2. Membuat poster tentang alur komunikasi ketika kode biru
terjadi
3. Melaksanakan diskusi & koordinasi terkait teknis komunikasi
dengan tim Kode Biru Rumah Sakit
4. Melakukan sosialisasi komunikasi kode biru dengan perawat
bangsal Bugenvile Teratai
5. Melakukan evaluasi berkala mengenai kepatuhan pelaksanaan
komunikasi kode biru
Untuk memastikan rancangan kegiatan terlaksana dengan
baik, perlu dilakukan internalisasi nilai-nilai ANEKA dalam setiap
tahapan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan aktualisasi yang didasari
dengan nilai ANEKA dapat mendukung visi dan misi RSUDKelet
agar dapat mengembangkan pelayanan kesehatan yang
berkualitas.

82
DAFTAR PUSTAKA

Lembaga Administrasi Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS


Golongan III : Akuntabilitas. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS
Golongan III: Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar Profesi Pegawai Negeri Sipil.
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS
Golongan III: Anti Korupsi. Jakarta: Lembaga AdministrasI Negara.
Lembaga Administrasi Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS
Golongan III: Etika Publik. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS
Golongan III: Komitmen Mutu. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS
Golongan III: Nasionalisme. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. (2017). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS :
Whole of Government. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. (2017). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS:
Manajemen Aparatur Sipil Negara. Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara.
Lembaga Administrasi Negara. (2017). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS:
Pelayanan Publik. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.


Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Tentang ASN.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Jabatan Fungsional Umum di
Lingkungan Kementerian Kesehatan. PERMENKES No. 73 Tahun
2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

83
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. (2003).
Jabatan Fungsional Dokter dan Angka Kreditnya. PERMENPAN
No.139/KEP/M.PAN/11/2003. Jakarta: Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Buku Ajar Kursus
Bantuan Hidup Jantung Lanjut (ACLS). Jakarta : PERKI ; 2017:1-50.

Komisi Akreditasi Rumah Sakit. (2018). Instrumen Survei Standar Nasional


Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta: Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah (2019, Agustus 5). RSUD Kelet Provinsi
Jawa Tengah. diakses dari: http://rsud-kelet.jatengprov.go.id/

84
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Penulis

Nama : dr. Asep Tornado


Tempat, tanggal lahir : Pati, 05 Maret 1991

Agama : Islam
Alamat rumah : Ds. Tayu Kulon RT 4 RW 1, Kec.
Tayu, Kab. Pati, Jawa Tengah
No telepon : 085290272656
Jabatan : Dokter Ahli Pertama

Instansi : RSUD Kelet


Alamat Instansi : Jl Raya Jepara – Kelet Km 33

85
B. Riwayat Pendidikan

Riwayat Pendidikan Tahun


SDN 02 Tayu Kulon 1997 – 2003
SMPN 1 Tayu 2003 – 2006
SMAN 1 Tayu 2006 – 2009
Pendidikan Dokter Universitas 2009 – 2013 (S1)
Diponegoro 2013 – 2015 (Profesi)

C. Riwayat Pekerjaan

Instansi Jabatan Tahun

Dokter Internship Mei 2016 – Mei


2017

Dokter Umum kontrak Oktober 2017 – Maret


RSUD Kelet Provinsi 2019
Jawa Tengah
Dokter Umum CPNS April 2019 - Sekarang

Demikianlah Daftar Riwayat Hidup ini Penulis susun dengan sebenar –


benarnya.

Semarang, 16 September 2019

dr. Asep Tornado


NIP. 199103052019021004

86

Anda mungkin juga menyukai