PROFESI PNS
PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN II KEMENKES RI
ANGKATAN I
DISUSUN OLEH :
FITRI ELFIRA RAHMAFANTI
NIP. 19940314 201801 2 001
i
LEMBAR PENGESAHAN
Telah berhasil dipresentasikan, diujikan dan diterima sebagai persyaratan kelulusan pelatihan
dasar CPNS golongan II.
DEWAN PENGUJI
Mentor, Pembimbing,
M.G. Enny Mulyatsih, M. Kep, Sp. KMB Etna Saraswati, SKM, MKM
NIP. 19620806 198303 2 002 NIP. 19630120 198603 2 004
Penguji,
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil alamiin, berkat rahmat Allah SWT, maka telah tersusun dengan
baik laporan aktualisasi nilai-nilai dasar profesi PNS di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional.
Demikian pula rancangan aktualisasi ini telah tersusun dengan baik sebagai dokumentasi
laporan kegiatan aktualisasi sebagai proses pembelajaran on campus dari pelatihan dasar
CPNS Golongan II yang diselenggarakan oleh BBPK Ciloto. Laporan aktualisasi ini disusun
mulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi kegiatan aktualisasi.
Bersama laporan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang membantu kami dalam penyusunan laporan aktualisasi ini. Kami menyadari akan
keterbatasan kami dalam menyusun laporan ini, sehingga masukan berupa saran dan kritik
yang membangun akan kami terima demi perbaikan lebih lanjut. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan di masa yang akan datang.
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia memiliki semua prakondisi untuk mewujudkan visi negara sebagaimana
tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, yang ditandai dengan kekayaan alam yang melimpah, potensi sumber daya
manusia, peluang pasar yang besar dan demokrasi yang relatif stabil. Namun prakondisi
yang sudah terpenuhi itu belum mampu dikelola secara efektif dan efisien oleh para aktor
pembangunan sehingga Indonesia masih tertinggal dari cepatnya laju pembangunan
global dewasa ini.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki peranan yang menentukan dalam mengelola
prakondisi tersebut. Sejumlah keputusan strategis mulai dari merumuskan kebijakan
sampai pada implementasi kebijakan dalam berbagi sektor pembangunan dilaksanakan
oleh PNS. Untuk memainkan peran tersebut diperlukan sosok PNS yang profesional
yaitu PNS yang mampu melaksanakan tugas jabatannya secara efektif dan efisien. Untuk
dapat membentuk sosok PNS profesional seperti tersebut diatas diperlukan pembinaan
melalui jalur pelatihan.
Sejalan dengan telah ditetapkannya Undang-Undang No 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (ASN) dan merujuk Pasal 63 Ayat (3) dan (4) UU ASN dan
Peraturan Pemerintah No 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PP
Manajemen PNS) maka CPNS wajib menjalani masa percobaan yang dilaksanakan
melalu proses diklat terintegrasi (Pelatihan Dasar) untuk membangun integritas moral,
kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian
yang unggul dan bertanggung jawab dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi
bidang.
Atas dasar itu, diperlukan sebuah penyelenggaraan Pelatihan Dasar CPNS yang
inovatif dan terintegrasi yaitu penyelenggaraan pelatihan yang memadukan pembelajaran
klasikal dan non klasikal di tempat pelatihan dan tempat kerja. Diharapkan peserta
Pelatihan Dasar CPNS mampu menginternalisasikan, menerapkan, dan
mengaktualisasikan, membuatnya menjadi kebiasaan (habituasi) dan merasakan
manfaatnya.
Pelatihan Dasar CPNS adalah pelatihan yang strategis pasca UU ASN dan PP
Manajemen PNS dalam rangka membentuk karakter dan kemampuan PNS agar dapat
1
bersikap dan bertindak profesional mengelola tantangan dan masalah keragaman sosial
kultural dengan menggunakan perspektif Whole of Government atau One Government
serta didasari nilai-nilai dasar PNS berdasarkan kedudukan dan peran PNS dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia pada setiap pelaksanaan tugas jabatannya sebagai pelayan
masyarakat sebagai wujud nyata bela negara seorang PNS.
Berkaitan dengan hal tersebut maka sebelum pelaksanaan aktualisasi setiap peserta
latsar diwajibkan menyusun sebuah rancangan aktualisasi sebagai pedoman selama
pelaksanaan tahap aktualisasi yang dilakukan di tempat kerja masing-masing. Setelah
pelaksanaan aktualisasi, rancangan aktualisasi yang telah disusun sebelumnya kemudian
akan disempurnakan dalam bentuk laporan aktualisasi yang digunakan sebagai syarat
kelulusan Pelatihan Dasar CPNS Golongan II.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS adalah mempersiapkan PNS yang
mampu mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS di tempat tugas sehingga
membentuk PNS profesional yang berkarakter. PNS yang karakternya dibentuk oleh
sikap dan perilaku disiplin PNS, nilai-nilai dasar PNS, dan pengetahuan tentang
kedudukan PNS dalam NKRI, serta menguasai bidang tugasnya sehingga mampu
melaksanakan tugas dan perannya secara profesional sebagai pelayan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengidentifikasi isu yang ada di unit kerja
b. Mampu memilih isu yang akan diangkat dengan menggunakan metode
c. Mampu mendeskripsikan gagasan pemecahan isu yang diangkat
d. Mampu menyusun rancangan aktualisasi dalam bentuk kegiatan
e. Mampu mengidentifikasi keterkaitan tahapan kegiatan terhadap nilai-nilai mata
pelatihan
f. Mampu mengidentifikasi keterkaitan kegiatan terhadap visi dan misi organisasi
g. Mampu mengidentifikasi keterkaitan kegiatan terhadap penguatan nilai-nilai
organisasi
2
C. MANFAAT
1. Manfaat Bagi Penulis
Penulis mampu menerapkan nilai-nilai dasar ASN yaitu akuntabilitas,
nasionalisme, etika publik, komitmen mutu dan anti korupsi dalam melaksanakan
tugas serta mampu melaksanakan gagasan pemecahan isu dengan tepat.
2. Manfaat Bagi Institusi
Dapat mengatasi isu yang aktual terjadi di dalam institusi guna mengoptimalkan
pelayanan dan kepuasan pelanggan sehingga terwujudnya visi, misi dan tujuan
organisasi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Diantara seluruh unggulan yang dimiliki, stroke mendapat perhatian khusus yang
harus ditangani suatu tim dengan tata laksana komprehensif secara cepat, tepat dan
akurat. Secara substansi kualitas, RS Pusat Otak Nasional berdiri sebagai Center of
Excellence: Advance Clinical, Restoration & Rehabilitation, Education & Training,
Basic Clinical & Comprehensive Research, Product Development, Community Policy
Development.
2. Struktur Organisasi
5
4. Nilai
B : Benevolent : Senantiasa Melayani Pasien Dengan Tulus
R : Responsive : Selalu Siap Tanggap
A : Attentive : Memberi Perhatian Penuh Terhadap Pasien
I : Innovative : Mengikuti Perkembangan Ilmu
N : Noble : Sesuai Dengan Motto RS Yaitu "Melayani Dengan Mulia”
5. Gambaran Unit Kerja
Unit kerja yang menjadi tempat aktualisasi adalah ruang rawat lantai 11. Ruang
rawat lantai 11 berada di bawah kepala instalasi rawat inap dan di bawah direktorat
pelayanan. Terdapat 2 kelas perawatan yaitu ruang perawatan kelas VVIP dan
President Suite. Terdapat 4 ruang VVIP dan 1 ruang President Suite. Jumlah perawat
yang ada di ruang tersebut adalah 14 orang termasuk 1 PIC (Person In Charge) dan 1
Perawat Primer. Secara umum ruang rawat lantai 11 diperuntukkan bagi pasien rawat
inap dengan kondisi stabil. Fasilitas yang disediakan di kelas VVIP berupa tempat
tidur pasien, sofa, meja makan, lemari es, lemari pakaian, alat mandi, kamar mandi
dengan kloset duduk dan air panas, televisi, dispenser, dll. Sedangkan ruang
President Suite memiliki fasilitas sama dengan ruang VVIP dengan tambahan ruang
tamu, ruang makan, microwave, kitchen set, toilet tamu, dan kamar tamu.
Jabatan penulis merupakan jabatan fungsional yaitu perawat terampil yang berada
di bawah pengawasan perawat primer dan PIC (Person In Charge) selama kegiatan
di ruang rawat. Adapun tugas dan wewenang dari perawat terampil sesuai dengan
SKP (Sasaran Kerja Pegawai) adalah sebagai berikut.
1. Melaksanakan analisis data sederhana untuk merumuskan diagnosa keperawatan
pada individu.
2. Menyusun laporan pelaksanaan tugas
3. Melakukan tugas jaga di RS untuk jaga sore
4. Melakukan tugas jaga di RS untuk jaga malam
5. Membuat laporan insiden
6. Menjadi anggota profesi organisasi tingkat provinsi/kabupaten/kota sebagai
peserta aktif (setiap tahun)
7. Mengikuti seminar/lokakarya nasional/internasional sebagai peserta
6
B. KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI
Peran dan kedudukan PNS dalam NKRI meliputi tiga hal yaitu manajemen ASN,
pelayan publik, dan whole of government.
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN merupakan bentuk pengelolaan ASN untuk menghasilkan
individu ASN yang profesional, memiliki dasar, etika profesi, bebas dari segala
intervensi politik, serta bersih dari segala macam praktek KKN. Tujuan utama dari
manajemen ASN ini untuk menciptakan sumber ASN yang dapat mengikuti
perkembangan jaman. Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang
menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta
harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik.
Untuk menjalankan kedudukan tersebut ASN berfungsi sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat dan pemersatu bangsa. Pegawai
PNS terdiri dari PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan PPPK (Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja). Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan
kebutuhan, pengadaan, pangkat, dan jabatan, pengembangan karier, pola
karier,promosi, mutasi, penilaian kerja, penggajian dan tunjangan penghargaan,
disiplin, pemberhentian, jaminan pensiun dan hari tua, dan perlindungan.
2. Pelayan Publik
Pelayanan publik merupakan sebuah kegiatan maupun rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Dalam konstitusi negara Indonesia, salah satu amanatnya adalah pelayanan publik
sebagai hak warga negara, diselenggarakan dengan pajak yang dibayar oleh warga
Negara, diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai hal-hal strategis bagi
kemajuan bangsa di masa yang akan datang. Pelayan publik tidak hanya
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar warga negara sebagai manusia, namun
juga berfungsi sebagai proteksi warga negara. Tiga unsur penting dalam
pelayanan publik meliputi :
a. Organisasi penyelenggara pelayanan publik
b. Penerima layanan (pelanggan) yaitu orang, masyarakat atau organisasi yang
berkepentiangan
7
c. Kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh penerima layanan
(pelanggan).
Sembilan prinsip pelayanan publik adalah partisipatif, transparan, rensponsif,
non diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien,aksesibel, akuntabel, dan
berkeadilan. Prinsip-prinsip pelayanan prima antara lain :
a. Rensponsif terhadap pelangan/memahami pelanggan;
b. Membangun visi dan misi pelayanan;
c. Menetapkan standar pelayanan dan ukuran kinerja pelayanan;
d. Pemberian pelatihan dan pengembangan pegawai terkait pelayanan yang
baik;
e. Memberikan apresiasi kepada pagawai;
Pada implementasi sebagai pelayanan publik dibutuhkan etiket dasar yang
harus dimiliki seorang ASN yaitu politeness, respectfull, attentive, cooperatif,
tolerance, informality, dan self control.
3. Whole of Government
WoG (Whole of Government) adalah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari
keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai
tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan
publik. WoG ditekankan pada penyatuan keseluruhan (whole) elemen
pemerintahan dan pengintegrasian upaya-upaya kementerian atau lembaga
pemerintah dalam mencapai tujuan-tujuan bersama.
Faktor-faktor pentingnya WoG sebagai pendekatan yang mendapatkan
perhatian dari pemerintah meliputi :
a. Faktor-faktor eksternal, seperti dorongan publik dalam mewujudkan
integritas kebijakan, serta program pembangunan dan pelayanan agar tercipta
penyelenggaran pemerintah yang lebih baik.
b. Faktor-faktor internal, salah satu contohnya adalah adanya ego sektoral di
masing-masing lingkungan kerja.Keberagaman latar belakang nilai, budaya,
adat istiadat, serta bentuk latar belakang lainnya yang mendorong adanya
potensi disintegrasi bangsa.
Berdasarkan ketiga faktor diatas, dapat disimpulkan bahwa pentingnya WoG
untuk pemerintah karena diperlukan sebuah upaya untuk memahami, pentingnya
8
kebersamaan dari seluruh sektor guna mencapai tujuan bersama. Sikap, perilaku,
dan nilai yang berorientasi sektor harus dicairkan dan dibangun dalam fondasi
kebangsaan yang lebih mendasar, yang mendorong adanya semangat persatuan,
dan kesatuan.
Beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan adalah penguatan
koordinasi antar lembaga, membentuk lembaga koordinasi khusus, membentuk
gugus tugas, dan koalisi sosial. Selain itu ada pula tantangan yang akan dihadapi
dalam penerapan WoG yaitu kapasitas SDM dan institusi, nilai dan budaya
organisasi, dan kepemimpinan. Praktek WoG dalam pelayananpublik dilakukan
dengan menyatukan seluruh sektor yang terkait dengan pelayan publik. Jenis
pelayanan publik yang dilakukan dengan pendekatan WoG adalah pelayanan yang
bersifat administratif, pelayanan jasa, pelayanan barang, dan pelayanan regulatif.
9
Berdasarkan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 21
Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Dasar
Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II, maka nilai-nilai dasar yang dibutuhkan
dalam menjalankan tugas jabatanPNS secara profesional sebagai pelayanan
publik, meliputi: Akuntabilitas PNS, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen
Mutu, dan Anti Korupsi yang diakronimkan menjadi ANEKA.
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap
level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan
pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya. Akuntabilitas bertujuan
untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanah yaitu menjamin
terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik yang dimaksud antara lain :
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara lain kepentingan publik dengan kepentingan sektor,
kelompok, dan pribadi;
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
ketelibatan PNS dalam politis praktis;
c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayan publik;
d. Menunjukkan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai
penyelenggara pemerintahan.
PNS dinyatakan akuntabel jika memenuhi empat nilai dasar akuntabilitas.
Selain itu, untuk menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel diperlukan
beberapa aspek yang harus diperhatikan yaitu kepemimpinan, transparansi,
integritas, tanggungjawab, keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan, dan
konsisten. Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel juga dibutuhkan
langkah-langkah untuk membuat framework akuntabilitas di lingkungan kerja
PNS yaitu :
a. Tentukan tanggung jawab dan tujuan;
b. Rencanakan apa yang akan dilakukan untuk mencapaitujuan;
c. Lakukan implementasi dan monitoring kemajuan;
d. Berikan laporan secara lengkap;
e. Berikan evaluasi dan masukan perbaikan.
10
2. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap
bangsa dan negara, sekaligus menghormati bangsa lain. Nasionalisme
mengandung cita-cita serta pendorong untuk membangun dirinya maupun
lingkungan masyarakat, bangsa, dan negaranya. Nasionalisme Pancasila adalah
pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah
airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang
diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa menempatkan persatuan kesatuan,
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau
kepentingan golongan, menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan
bangsa dan negara, bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia
serta tidak merasa rendah diri, mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan
kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa, menumbuhkan sikap saling
mencintai sesama manusia, mengembangkan sikap tenggang rasa.
Setiap PNS wajib memiliki jiwa nasionalisme Pancasila yang menjadi dasar
dan mengilhami setiap gerak langkah dan semangat bekerja untuk bangsa dan
negara. Ketaatan dan aktualisasi semangat nasionalisme yang tertuang dalam
nilai-nilai Pancasila digunakan sebagai dasar untuk menjalankan tugas sebagai
PNS.
Berikut adalah butir-butir yang terkandung dalam sila Pancasila.
a. Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
11
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha
Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain.
12
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
13
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan
gaya hidup mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
9. Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan
dan kesejahteraan bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial.
3. Etika Publik
Etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan
kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggungjawab pelayanan publik.
Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik meliputi :
a. Pelayanan publik yang berkualitas dan revelen;
b. Sisi dimensi refleksi, etik apublik berfungsi sebagai bantuan dalam
menimbang pilihan saran kebijakan publik dan alat evaluasi;
c. Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan faktual.
Pada implementasi etika publik didefinisikan sebagai refleksi kritis yang
mengarahkan bagaimana nilai-nilai kejujuran, soladiritas, keadilan, kesetaraan,
dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap
kesejahteraan masyarakat. Penerapan etika publik PNS berhubungan erat dengan
kode etik. Kode Etik yang harus diterapkan oleh PNS adalah perilaku pejabat
sebagai penguasa menjadi pelayan, wewenang berubah menjadi peranan, dan
jabatan publik menjadi amanah yang dipertanggungjawabkan.
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik dengan
berorientasi pada kualitas hasil. Pelayanan publik yang bermutu merupakan wujud
akuntabilitas dari pemerintah selaku penyedia layanan publik dan dengan
14
pelayanan yang bermutu akan menciptakan kepercayaan publik kepada
pemerintah. Terdapat empat aspek utama yang terkait dengan komitmen mutu,
yaitu efektivitas, efisiensi, inovasi, dan berorientasi pada mutu. Selain itu, nilai-
nilai dasar orientasi mutu dalam memberikan layanan prima meliputi :
a. Mengedepankan komitmen terhadap kepuasan customer/client;
b. Memberikan layanan yang menyentuh hati, untuk menjaga dan
memelihara agar customer/client tetap setia;
c. Menghasilkan produk/jasa yang berkualitas tinggi tanpa cacat, tanpa
kesalahan, dan tidak ada pemborosan;
d. Beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, baik berkaitan dengan
pergeseran tuntutan kebutuhan customer/client maupun perkembangan
teknologi;
e. Menggunakan pendekatan ilmiah dan inovatif dalam pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan;
f. Melakukan upaya perbaikan secara berkelanjutan melalui berbagai cara,
antara lain pendidikan, pelatihan, pengembangan ide kreatif, kolaborasi,
dan benchmark.
5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya kerusakan,
kebobrokan dan kebusukan. Berdasarkan Undang-Undang nomor 20 tahun 2001,
yang termasuk kategori korupsi yaitu merugikan keuangan negara, suap-menyuap,
pemerasan, perbuatan curang, penggelapan dalam jabatan, benturan kepentingan
dalam pengadaan barang dan atau jasa, serta gratifikasi.
Anti korupsi adalah tindakan yang dilakukan untuk memberantas segala
tingkah laku atau tindakan yang melawan norma-norma dengan tujuan
memperoleh keuntungan pribadi, merugikan negara atau masyarakat baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang harus
diperhatikan, yaitu :
a. Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi
penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil
seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut
untuk bisa berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap
15
diri sendiri maupun orang lain, sehingga dapat membentengi diri terhadap
godaan untuk berbuat curang.
b. Peduli
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat
kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan
memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat banyak
orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan uluran tangan.
Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan tergoda untuk memperkaya diri
sendiri dengan cara yang tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk
menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu sesama.
c. Mandiri
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang menjadi
tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas kemandirian
yang dimiliki seseorang memungkinkannya untuk mengoptimalkan daya
pikirnya guna bekerja secara efektif. Pribadi yang mandiri tidak akan
menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab
demi mencapai keuntungan sesaat.
d. Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan
konsistensi untuk terus mengembangkan potensi diri membuat seseorang
akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya.
Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran menjadi pegangan utama
dalam bekerja. Seseorang yang mempunyai pegangan kuat terhadap nilai
kedisiplinan tidak akan terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan
kekayaan dengan cara yang mudah.
e. Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa
keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan perbuatan baik
demi kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak tanduk dan kegiatan
yang dilakukannya akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada
16
Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, negara, dan bangsanya. Dengan
kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan tergelincir dalam
perbuatan tercela dan nista.
f. Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil
kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia
mencurahkan daya pikir dan kemampuannya untuk melaksanakan tugas
dan berkarya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan mau memperoleh
sesuatu tanpa mengeluarkan keringat.
g. Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari
kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya
tanpa berlebih-lebihan. Ia tidak tergoda untuk hidup dalam gelimang
kemewahan. Kekayaan utama yang menjadi modal kehidupannya adalah
ilmu pengetahuan. Ia sadar bahwa mengejar harta tidak akan pernah ada
habisnya karena hawa nafsu keserakahan akan selalu memacu untuk
mencari harta sebanyak-banyaknya.
h. Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk
menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan mentolerir
adanya penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan secara tegas.
Ia juga berani berdiri sendirian dalam kebenaran walaupun semua kolega
dan teman-teman sejawatnya melakukan perbuatan yang menyimpang dari
hal yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi dan tidak memiliki teman
kalau ternyata mereka mengajak kepada hal-hal yang menyimpang.
i. Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia
terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut
untukmendapatkan lebih dari apa yang ia sudah upayakan. Bila ia seorang
pimpinan maka ia akan memberi kompensasi yang adil kepada
17
bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan keadilan
dan kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.
18
BAB III
METODE AKTUALISASI
19
dilakukan selama perawatan. Setelah tindakan DSA pasien dianjurkan untuk
tirah baring dengan kaki diluruskan selama kurang lebih 6 jam sehingga
banyak pasien yang mengeluh bosan dan akhirnya sudah mulai beraktivitas
sebelum 6 jam.
2. Penetapan Isu
Dalam menentukan isu yang akan diangkat, digunakan metode USG (Urgency,
Seriousness and Growth). Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan
urutan prioritas masalah dengan metode teknik skoring. Proses untuk metode USG
dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi dari masalah, keseriusan masalah yang
dihadapi, serta kemungkinan bekembangnya masalah tersebut semakin besar. Hal
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Urgency atau urgensi, yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak
masalah tersebut diselesaikan.
b. Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan melihat dampak
masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan,
membahayakan sistem atau tidak.
c. Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah tersebut
berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah.
Penetapan isu yang diangkat akan disajikan dalam tabel berikut.
20
Nasional.
3. Belum
optimalnya
program edukasi
tentang perawatan
Cerebral Digital
Substraction
5 4 4 13
Angiography
(Cerebral DSA)
kepada pasien
dan keluarga di
ruang rawat lantai
11
Keterangan :
Skor 1 : Sangat kecil
Skor 2 : Kecil
Skor 3 : Sedang
Skor 4 : Besar
Skor 5 : Sangat besar
Dari hasil penetapan prioritas isu dengan menggunakan metode USG (Urgency,
Seriousness dan Growth) maka dapat disimpulkan bahwa isu yang akan diangkat adalah
belum optimalnya perawatan pada pasien dengan tindakan Cerebral Digital Substraction
Angiography (Cerebral DSA) di ruang rawat lantai 11 dengan skor 13. Belum optimalnya
perawatan pada pasien dengan tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography
(Cerebral DSA) merupakan isu yang cukup urgen dan kemungkinan dapat diselesaikan
selama waktu off campus. Isu ini juga merupakan isu yang cukup serius karena tindakan
Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA) merupakan salah satu tindakan
penunjang dalam menegakkan diagnosa medis dan menentukan terapi yang diberikan. Selain
itu, isu ini dapat berkembang dan mempengaruhi mutu pelayanan rumah sakit sehingga
kepuasan pelanggan akan menurun. Sehingga isu ini perlu dilakukan kegiatan-kegiatan untuk
mengoptimalkan perawatan pada pasien dengan tindakan Cerebral Digital Substraction
Angiography (Cerebral DSA). Dengan adanya kegiatan-kegiatan untuk mengoptimalkan
21
perawatan pada pasien dengan tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography
(Cerebral DSA) maka diagnosa medis dan terapi yang diberikan sesuai dengan hasil
pemeriksaan penunjang tersebut sehingga diharapkan pelayanan menjadi optimal dan tingkat
kepuasan pelanggan meningkat.
22
BAGAN PENAJAMAN ANALISIS
23
B. TABEL RANCANGAN AKTUALISASI
UNIT KERJA/ INSTANSI : Ruang Rawat Lantai 11 Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
ISU YANG DIANGKAT : Belum optimalnya program edukasi tentang perawatan Cerebral Digital Substraction Angiography
(Cerebral DSA) kepada pasien dan keluarga di ruang rawat lantai 11
KONTRIBUSI KONTRIBUSI
OUTPUT/ KETERKAITAN
TERHADAP TERHADAP
NO KEGIATAN TAHAPAN KEGIATAN HASIL DENGAN MATA
VISI MISI PENGUATAN NILAI-
KEGIATAN PELATIHAN
ORGANISASI NILAI ORGANISASI
1. Menyusun 1. Meminta arahan Materi 1. Kerjasama Penyusunan Penyusunan materi
materi kepada mentor tentang mencerminkan nilai materi ini tentang perawatan pasien
tentang 2. Mencari referensi perawatan dari nasionalisme merupakan dengan tindakan
perawatan materi tentang pasien 2. Mencari referensi perwujudan dari Cerebral Digital
pada pasien perawatan pada pasien dengan materi secara misi RSPON Substraction
dengan dengan Cerebral Cerebral profesional yaitu Angiography (Cerebral
tindakan Digital Substraction Digital mencerminkan nilai mewujudkan DSA) dilakukan secara
Cerebral Angiography Substraction dari komitmen mutu pendidikan inovatif sesuai dengan
Digital (Cerebral DSA) Angiography 3. Kerjasama dan penelitian nilai RS Pusat Otak
Substraction 3. Mengkonsultasikan (Cerebral mencerminkan nilai yang mampu Nasional yaitu mengikuti
Angiography hasil materi kepada DSA) dari nasionalisme memberikan perkembangan ilmu
24
(Cerebral mentor disetujui oleh 4. Transparansi dalam kontribusi
DSA) 4. Melakukan revisi mentor. mengkonsultasikan pada
materi sesuai saran materi merupakan pemecahan
mentor nilai dari anti korupsi masalah otak
5. Mengkonsultasikan 5. Bertanggung jawab dan sistem
materi kembali atas saran yang persarafan di
diberikan mentor tingkat
merupakan cerminan nasional dan
dari nilai internasional.
akuntabilitas
2. Membuat 1. Meminta arahan Lembar balik 1. Kerjasama merupakan Pembuatan Dalam membuat lembar
lembar balik kepada mentor edukasi nilai dari lembar balik balik tentang perawatan
edukasi 2. Membuat konsep perawatan nasionalisme adalah salah pasien dengan tindakan
perawatan desain lembar balik tindakan 2. Efektifitas dan satu kegiatan Cerebral Digital
pada pasien 3. Mengkonsultasikan pada pasien efisiensi konsep inovatif yang Substraction
dengan konsep lembar balik dengan merupakan nilai dari merupakan Angiography (Cerebral
tindakan kepada mentor tindakan komitmen mutu. perwujudan dari DSA) dilakukan secara
Cerebral 4. Melakukan revisi Cerebral 3. Kerjasama merupakan misi RSPON inovatif sesuai dengan
Digital konsep lembar balik Digital nilai dari adalah nilai RS Pusat Otak
Substraction sesuai saran mentor Substraction nasionalisme mewujudkan Nasional yaitu mengikuti
Angiography 5. Mengkonsultasikan Angiography 4. Bekerja keras dalam pendidikan perkembangan ilmu
25
(Cerebral kembali hasil revisi (Cerebral melakukan revisi dan penelitian
DSA) konsep lembar balik DSA) sesuai saran mentor yang mampu
6. Mencetak lembar merupakan nilai dari memberikan
balik sesuai konsep anti korupsi. kontribusi
yang telah disetujui 5. Bertanggung jawab pada
atas hasil revisi sesuai pemecahan
saran merupakan nilai masalah otak
dari akuntabilitas dan sistem
6. Rela berkorban untuk persarafan di
mencetak materi dan tingkat
membuat lembar balik nasional dan
mencerminkan internasional.
nasionalisme.
3. Sosialisasi 1. Meminta izin kepada Perawat 1. Sopan santun kepada Melibatkan Dalam melakukan
lembar balik atasan (PP/PIC) untuk memahami atasan merupakan perawat dalam kegiatan sosialisasi
tindakan melakukan sosialisasi dan dapat nilai dari etika publik kegiatan diterapkan nilai
Cerebral 2. Membuat daftar hadir menggunaka 2. Disiplin dalam sosialisasi akan responsive yaitu selalu
Digital sosialisasi n lembar kegiatan merupakan mewujudkan siap tanggap dalam
Substraction 3. Melakukan kontrak balik sebagai nilai dari anti misi RSPON melakukan tindakan.
Angiography waktu dan tempat media korupsi. yaitu
(Cerebral dengan perawat edukasi 3. Tepat waktu saat mewujudkan
26
DSA) 4. Melakukan sosialisasi melakukan sosialisasi kenyamanan
kepada kepada perawat merupakan nilai dari dan
perawat 5. Mengevaluasi etika publik kesejahteraan
kegiatan sosialisasi 4. Sikap kepemimpinan pegawai.
saat melakukan
sosialisasi kepada
sesama perawat
merupakan nilai dari
akuntabilitas
5. Kepedulian terhadap
tanggapan perawat
merupakan nilai dari
anti korupsi
4. Melakukan 1. Melakukan kontrak Pasien dan 1. Tepat waktu dalam Memberikan Edukasi pasien dan
edukasi waktu dengan pasien keluarga melakukan kontrak edukasi kepada keluarga ini dilakukan
tindakan dan keluarga tentang memahami waktu menunjukkan pasien dan secara responsive dan
Cerebral tindakan Cerebral tentang nilai etika publik keluarga attentive yaitu dilakukan
Digital Digital Substraction perawatan 2. Mengkaji pasien dan dilakukan dalam dengan siap tanggap dan
Substraction Angiography pasien keluarga secara rangka penuh perhatian serta
Angiography (Cerebral DSA) dengan profesional merupakan perwujudan misi dengan tujuan
(Cerebral 2. Melakukan pengkajian tindakan nilai dari komitmen RSPON yaitu benevolent atau
27
DSA) pada tingkat pemahaman Cerebral mutu. mewujudkan melayani pasien dengan
pasien dan pasien dan keluarga Digital 3. Memberikan edukasi pelayanan otak tulus yang merupakan
keluarga. tentang tindakan DSA Substraction secara profesional dan sistem nilai-nilai dari Rumah
(Digital Substraction Angiography merupakan nilai dari persarafan Sakit Pusat Otak
Angiography) (Cerebral akuntabilitas. bermutu tinggi Nasional. Sehingga
3. Memberikan edukasi DSA) 4. Menghargai pilihan dan terjangkau pelayanan yang diberikan
tentang perawatan pasien dan keluarga oleh semua noble atau sesuai dengan
pada pasien dengan adalah nilai dari lapisan motto rumah sakit
tindakan Cerebral nasionalisme. masyarakat. “Melayani dengan
Digital Substraction 5. Evaluasi merupakan mulia”
Angiography bentuk kepedulian
(Cerebral DSA) kepada pasien dan
kepada keluarga dan keluarga dan
pasien mencerminkan anti
4. Mendiskusikan pilihan korupsi.
alternatif kegiatan 6. Dokumentasi yang
pasien post tindakan dilakukan merupakan
Cerebral Digital bentuk tanggung jawab
Substraction yang mencerminkan
Angiography akuntabilitas.
(Cerebral DSA)
28
5. Melakukan evaluasi
edukasi
6. Mendokumentasikan
edukasi dalam lembar
Edukasi Terintegrasi
5. Melakukan 1. Mengkonfirmasi Pasien dan 1. Percaya instruksi yang Memberikanedu Edukasi pasien dan
edukasi instruksi post keluarga telah dikonfirmasi kasi kepada keluarga ini dilakukan
tentang Cerebral Digital memahami merupakan nilai dari pasien dan secara responsive dan
perawatan Substraction tentang akuntabilitas. keluarga attentive yaitu dilakukan
post tindakan Angiography perawatan 2. Tepat waktu dalam dilakukan dalam dengan siap tanggap dan
Cerebral (Cerebral DSA) dari post Cerebral melakukan kontrak rangka penuh perhatian serta
Digital dokter Digital waktu menunjukkan perwujudan misi dengan tujuan
Substraction 2. Melakukan kontrak Substraction nilai etika publik RSPON yaitu benevolent atau
Angiography waktu dengan pasien Angiography 3. Memberikan edukasi mewujudkan melayani pasien dengan
(Cerebral dan keluarga tentang (Cerebral secara profesional pelayanan otak tulus yang merupakan
DSA) kepada edukasi post Cerebral DSA) merupakan nilai dari dan sistem nilai-nilai dari Rumah
pasien dan Digital Substraction . komitmen mutu. persarafan Sakit Pusat Otak
keluarga. Angiography 4. Evaluasi merupakan bermutu tinggi Nasional. Sehingga
(Cerebral DSA) bentuk kepedulian dan terjangkau pelayanan yang diberikan
3. Memberikan edukasi kepada pasien dan oleh semua noble atau sesuai dengan
tentang tindakan post keluarga dan lapisan motto rumah sakit
29
Cerebral Digital mencerminkan anti masyarakat. “Melayani dengan
Substraction korupsi. mulia”
Angiography 5. Dokumentasi yang
(Cerebral DSA) dilakukan merupakan
kepada keluarga dan bentuk tanggung jawab
pasien sesuai dengan yang mencerminkan
instruksi dokter akuntabilitas.
4. Melakukan evaluasi
edukasi
5. Melakukan
dokumentasi pada
lembar catatan
perkembangan pasien
terintegrasi
6. Melakukan 1. Melakukan kontrak Pasien 1. Tepat waktu dalam Dalam Dalam melakukan
program waktu dengan pasien melakukan melakukan kontrak melakukan program kegiatan ini
kegiatan post dan keluarga kegiatan waktu menunjukkan program merupakan bentuk
Cerebral 2. Mempersiapkan alat sesuai pilihan nilai etika publik kegiatan ini pelayanan publik yang
Digital dan media untuk saat post 2. Menyiapkan alat secara mencerminkan termasuk dalam misi
Substraction kegiatan post Cerebral Cerebral efektif dan efisien nilai benevolent Rumah Sakit Pusat Otak
Angiography Digital Substraction Digital merupakan nilai dari atau melayani Nasional yaitu
30
(Cerebral Angiography Substraction komitmen mutu pasien dengan mewujudkan pelayanan
DSA) (Cerebral DSA) Angiography 3. Membantu pasien tulus, responsive otak dan sistem
3. Mendampingi pasien (Cerebral dengan ramah dan atau selalu siap persarafan bermutu
melakukan kegiatan DSA) sopan santun tanggap dan tinggi dan terjangkau
pilihan merupakan nilai dari attentive atau oleh semua lapisan
4. Melakukan evaluasi etika publik memberi masyarakat.
kegiatan 4. Evaluasi merupakan perhatian penuh
bentuk kepedulian pada pasien.
kepada pasien dan
keluarga dan
mencerminkan anti
korupsi.
31
BAB IV
PEMBAHASAN
32
B. Hasil dan Pembahasan Kegiatan
1. Menyusun materi tentang perawatan pada pasien dengan tindakan Cerebral Digital
Substraction Angiography (Cerebral DSA)
a. Waktu Pelaksanaan : 17 April – 30 Mei 2018
b. Tempat Pelaksanaan : Rumah sakit, rumah.
c. Tahapan Kegiatan
1) Meminta arahan kepada mentor
Dalam menyusun materi tentang perawatan pada pasien dengan tindakan
Cerebral Substraction Angiography (Cerebral DSA) diperlukan pengetahuan
dan pengalaman yang cukup agar materi yang disusun baik dan berkualitas.
Karena saya merupakan perawat baru di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
yang merupakan rumah sakit khusus otak dan sistem saraf, saya belum
mempunyai cukup pengetahuan dan pengalaman dalam bidang tersebut.
Sehingga dibutuhkan kerjasama dengan mentor yang merupakan Kepala
Bidang Keperawatan dan perawat neurosains. Untuk meminta arahan kepada
mentor, saya menghubungi mentor untuk memperkenalkan diri dan
menyampaikan tujuan saya untuk meminta arahan tentang penyusunan materi
tersebut. Setelah itu saya melakukan kontrak waktu dengan mentor. Pada
pertemuan atau konsultasi, mentor menyarankan untuk membaca dan
mempelajari terlebih dahulu materi referensi yang akan diambil agar sesuai
yang dibutuhkan dan mendapatkan informasi-informasi terbaru. Sumber
referensi dapat berupa buku, Standar Operasional Prosedur, jurnal dan lain-
lain. Buku-buku panduan telah disediakan di setiap ruangan sesuai dengan
kebutuhan ruangan. Oleh karena itu saya melakukan kerja sama dengan rekan
sejawat di ruangan untuk mendapatkan informasi tentang buku atau standar
operasional prosedur yang tersedia di ruangan. Dalam tahap ini, saya tidak
akan bisa melakukan kegiatan ini apabila saya bekerja sendiri. Sehingga
dibutuhkan adanya kerja sama dengan berbagai pihak agar hasil materi yang
disusun berkualitas. Hal ini mencerminkan adanya nasionalisme seperti pada
sila ketiga Pancasila yaitu persatuan Indonesia di lingkungan kerja RS Pusat
Otak Nasional.
33
2) Mencari referensi materi tentang perawatan pada pasien dengan Cerebral
Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA)
Setelah saya mendapatkan arahan serta informasi dari mentor serta rekan
sejawat yang berada di pelayanan, saya mulai mengumpulkan sumber
referensi yang dibutuhkan. Hasil kerjasama dengan rekan sejawat di
pelayanan didapatkan beberapa sumber referensi antara lain dari buku-buku
panduan dan buku sumber yang tersedia di ruang rawat lantai 11. Selain itu
saya mendapatkan referensi dari form rekam medis yang berupa form inform
consent untuk tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral
DSA). Setelah mendapatkan sumber referensi, saya harus memilih materi-
materi yang sesuai dengan tindakan Cerebral DSA. Materi pilihan merupakan
materi-materi yang telah dipilih secara profesional agar bermutu dan tepat.
Maka dari itu sikap profesional dalam pemilihan referensi dan materi
dilakukan oleh saya. Setelah itu saya menyusun materi-materi yang sesuai
dan dibutuhkan untuk edukasi pada pasien dan keluarga. Materi yang disusun
secara profesional oleh saya diharapkan sesuai dan tepat diberikan pada
edukasi tentang perawatan pasien dengan cerebral DSA agar menumbuhkan
kepuasan pasien dan keluarga sehingga komitmen mutu dapat tercapai.
Berikut daftar referensi yang saya gunakan.
DAFTAR REFERENSI
NO SUMBER KETERANGAN
1. Buku a. Judul : Basic Neurology Life Support
b. Penulis : dr. Mursyid Bustami, Sp. S (K) KIC, dkk.
c. Tahun : 2008
d. Penerbit : PERDOSSI
e. Kota : Jakarta
2. Buku a. Judul : Keperawatan Bedah Saraf
b. Penulis : R. M. Padmosantjojo dan Daryo Soemitro
c. Tahun : 2003
d. Penerbit : Bagian Bedah Saraf FKUI
e. Kota : Jakarta
3. Buku a. Judul : Pencitraan Pada Stroke
34
b. Penulis : Dr. dr. Yuyun Yueniwati P. W. M. Kes. Sp. Rad
c. Tahun : 2016
d. Penerbit : UB Press
e. Kota : Malang
4. Rekam Medis a. Judul : Form Persetujuan/ Inform Consent untuk Prosedur
Tindakan, Perawatan dan Instruksi Cerebral DSA
b. Penyusun : RS Pusat Otak Nasional
c. Tahun : 2013
5. Rekam Medis a. Judul : Catatan Keperawatan Pra Operasi
b. Penyusun : RS Pusat Otak Nasional
c. Tahun : 2013
6. Rekam Medis a. Judul : Checklist Persiapan Tindakan Diagnostik dan
Intervensi Non Bedah
b. Penyusun : RS Pusat Otak Nasional
c. Tahun : 2015
7. Rekam Medis a. Judul : Form Persetujuan/ Inform Consent untuk Prosedur
Tindakan, Perawatan dan Instruksi Cerebral DSA,
Endovaskuler Coiling dan Stenting
b. Penyusun : RS Pusat Otak Nasional
c. Tahun : 2013
35
untuk melihat dari sudut pandang masyarakat umum. Mentor juga
memberikan beberapa contoh istilah yang mudah dipahami. Saya bekerja
sama dengan mentor untuk merubah istilah medis menjadi istilah umum.
Selain kerja sama yang merupakan nilai dasar dari nasionalisme, penggunaan
istilah umum dalam edukasi merupakan bentuk nasionalisme yang ada di
rumah sakit.
36
dan sesuai untuk diberikan pada program edukasi pasien dan keluarga. Hal ini
menunjukan saya telah melakukan tanggung jawabnya yang merupakan nilai
dasar dari akuntabilitas.
d. Hasil Kegiatan
Hasil dari kegiatan ini adalah adanya materi tentang perawatan pasien dengan
tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA) yang diambil
dari sumber berupa buku, rekam medis dan internet sesuai dengan saran mentor.
Materi yang telah disusun dan disetujui oleh mentor nantinya akan digunakan untuk
program edukasi kepada pasien dan keluarga dengan dijadikan lembar balik sebagai
media. Materi ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan perawat tentang
perawatan pasien dengan tindakan Cerebral DSA.
37
f. Penguatan Nilai Organisasi
Studi pustaka yang saya lakukan berfokus pada materi tentang Cerebral DSA yang
terdapat dari beberapa sumber. Materi khusus perawatan pada pasien dengan Cerebral
DSA belum tersedia di RS Pusat Otak Nasional. Sebagian besar materi belum
berfokus pada tindakan ini sehingga materi ini merupakan inovasi. Hal ini sesuai
dengan nilai inovative dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional.
g. Kendala
Dalam kegiatan ini saya tidak menemui kendala yang berarti karena banyak pihak
yang membantu memberikan informasi tentang sumber referensi yang sesuai dengan
materi tentang perawatan pasien dengan tindakan Cerebral Digital Substraction
Angiography (Cerebral DSA).
2. Membuat lembar balik edukasi perawatan pada pasien dengan tindakan Cerebral
Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA)
a. Waktu Pelaksanaan : 30 Mei – 5 Juni 2018
b. Tempat Pelaksanaan : Rumah sakit, rumah.
c. Tahapan Kegiatan
1) Meminta arahan kepada mentor
Pada kegiatan ini saya kembali meminta arahan kepada mentor mengenai
pembuatan lembar balik yang nantinya akan digunakan sebagai media
edukasi bagi pasien dan keluarga. Dari tahapan kegiatan ini didapatkan saran
dari mentor untuk membuat desain lembar balik yang menarik dan gambar
sesuai dengan penjelasan. Saya kembali bekerja sama dengan mentor dalam
hal penyusunan lembar balik. Mentor memberikan saran agar gambar yang
digunakan pada lembar balik menggambarkan materi edukasi yang telah
dibuat. Sehingga bahasa yang sederhana dan mampu dipahami oleh pasien
dan keluarga dapat tersampaikan melalui gambar. Kerja sama antara materi
yang saya susun dengan pengalaman mentor dalam penggunaan lembar balik
menjadikan satu ide yang akan dituangkan dalam lembar balik. Hal ini
menunjukan nilai dasar dari nasionalisme dalam kerja sama di lingkungan
kerja RS Pusat Otak Nasional.
38
2) Membuat konsep desain lembar balik
Saya membuat konsep desain lembar balik sesuai dengan arahan mentor.
Konsep desain lembar balik berupa gambar-gambar dan materi yang akan
ditampilkan. Lembar balik yang dominan dengan adanya gambar harus
didesain secara efektif dan efisien. Sehingga lembar balik menjadi menarik
dan edukasi yang diberikan dapat tersampaikan dan dipahami oleh pasien dan
keluarga. Nilai dasar yang diterapkan dalam tahapan kegiatan ini adalah saya
mampu membuat konsep desain lembar balik yang efektif dan efisien yang
mencerminkan komitmen mutu.
39
Gambar 3.1 Saran dan koreksi mentor
40
Gambar 5.1 Revisi lembar balik
41
d. Hasil Kegiatan
Hasil dari kegiatan ini adalah adanya lembar balik edukasi perawatan pada pasien
dengan tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA)
yang dapat digunakan sebagai media edukasi.
g. Kendala
Pada kegiatan ini saya menemui kendala yaitu sulitnya mendapatkan gambar-
gambar yang menarik dan sesuai dengan penjelasan dan yang ada di lapangan.
Tetapi kendala dapat teratasi dengan mencari gambar-gambar yang ada di internet
dan sudah sesuai dengan penjelasan serta menarik.
42
nurse station saat operan dinas. Sehingga tidak mengganggu pelayanan
kepada pasien. Untuk waktu sosialisasi dibatasi 15-20 menit saja agar tidak
terlalu lama dan mengambil banyak waktu operan dinas. Waktu pelaksanaan
disesuaikan dengan jadwal dinas perawat sehingga tidak mengganggu jadwal
dinas juga. Koordinasi dengan perawat primer yang saya lakukan dengan
sopan santun dan tidak memaksakan rencana saya. Sehingga diharapkan
dalam pelaksanaannya akan lebih mudah dan lancar. Komunikasi dengan
atasan langsung dalam lingkungan kerja saya lakukan dengan sopan dan
santun merupakan penerapan dari etika publik.
43
station ruang rawat lantai 11 saat operan dinas selama 15-20 menit.
Sosialisasi dilakukan sampai semua perawat mendapatkannya. Setelah itu
saya menanyakan kesediaan perawat untuk kontrak waktu tersebut. Perawat
setuju dengan kontrak waktu tersebut. Saya melakukan kontrak waktu dan
tempat dengan pertimbangan agar tidak mengganggu pelayanan di ruangan
sehingga dapat tepat waktu dalam kegiatan sosialisasi dan kegiatan pelayanan
ruangan. Sehingga terwujud budaya anti korupsi.
44
Gambar 4.1 Sosialisasi lembar balik kepada perawat
d. Hasil Kegiatan
Hasil dari kegiatan ini adalah perawat dapat memahami dan menggunakan lembar
balik sebagai media edukasi. Diharapakan pemberian edukasi kepada pasien dan
keluarga dengan menggunakan media dapat lebih efektif dan efisien. Sehingga
tujuan dari kegiatan edukasi dapat tercapai dengan optimal.
45
e. Kontribusi Terhadap Visi Misi Organisasi
Dengan melibatkan perawat-perawat lain dalam kegiatan ini merupakan
perwujudan dari misi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional yaitu mewujudkan
kenyamanan dan kesejahteraan pegawai.
g. Kendala
Dalam kegiatan ini saya menemui kendala yaitu tidak semua perawat hadir dalam
sosialisasi lembar balik ini karena ada 2 orang perawat di ruang rawat lantai 11
yang sedang cuti melahirkan. Oleh karena itu nanti akan dilakukan susulan untuk
perawat yang belum mengikuti sosialisasi.
46
2) Melakukan pengkajian tingkat pemahaman pasien dan keluarga tentang
tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA)
Pengkajian tingkat pemahaman pasien dan keluarga dilakukan agar edukasi
yang diberikan efektif, efisien dan sesuai dengan pemahaman pasien dan
keluarga. Pengkajian menggunakan form kuisioner yang telah disiapkan oleh
saya. Pasien dan keluarga diminta untuk melingkari jawaban pada kuisioner
yang diberikan. Saya juga menyediakan pilihan lainnya yang dapat diisi
pasien atau keluarga secara mandiri. Sebagian besar pasien telah diberikan
edukasi tentang tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography
(Cerebral DSA) oleh dokter atau operator tetapi belum diberikan edukasi
tentang perawatannya. Dalam melakukan pengkajian, saya harus mampu
secara profesional untuk menggali tingkat pemahaman awal pasien dan
keluarga agar didapatkan analisa yang tepat dan bermutu sehingga sesuai
dengan nilai dasar dari komitmen mutu.
47
adalah ceramah dan diskusi. Setelah mengetahui tingkat pemahaman awal
pasien dan keluarga dari lembar kuesioner yang telah diisi oleh pasien dan
keluarga, saya dapat memberikan pendalaman edukasi materi. Selama
pelaksanaan edukasi, perawat juga memperhatikan kondisi pasien. Karena
sebagian besar pasien mengalami keluhan seperti lemah salah satu sisi tubuh,
baal, pusing berputar atau pandangan kabur. Untuk pasien dengan keluhan
pusing berputar atau pandangan kabur, pasien lebih banyak mendnegarkan
sehingga saya lebih banyak berdiskusi dan kontak dengan keluarga pasien.
Pasien dan keluarga terlihat antusias ketika edukasi berlangsung dan
mengajukan beberapa pertanyaan selama edukasi. Tetapi sebagian besar
pertanyaan yang diajukan selama edukasi merupakan kewenangan dokter atau
tenaga kesehatan yang lain. Saya menjelaskan materi perawatan pada pasien
dengan tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA)
secara profesional sesuai dengan kewenangannya. Sehingga saya menjadi
akuntabel dan bekerja profesional sesuai bidang tugasnya.
48
Gambar 3.2 Edukasi perawatan Cerebral DSA
49
terintegrasi pasien dan keluarga untuk melihat hasil evaluasi dan sebagai
bentuk dokumentasi saya. Pada kolom evaluasi terdapat pilihan hasil evaluasi
yaitu re-edukasi, re-demonstrasi dan sudah mengerti. Dari pilihan tersebut
sesuai dengan hasil evaluasi kemudian dilakukan rencana tindak lanjut
apabila hasil evaluasi adalah re-demonstrasi dan re-edukasi. Dengan adanya
kepedulian terhadap hasil edukasi dan tindak lanjut menunjukan adanya
budaya anti korupsi yang dilakukan oleh saya.
50
d. Hasil Kegiatan
Hasil dari kegiatan ini adalah pasien dan keluarga memahami tentang perawatan
pasien dengan tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral
DSA). Selain itu edukasi ini melibatkan pasien dan keluarga untuk membantu
memvalidasi persiapan pada tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography
(Cerebral DSA).
g. Kendala
Kendala yang dihadapi saya saat melakukan kegiatan ini adalah hanya ada 1
pasien dengan rencana tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography
(Cerebral DSA) yang ada di ruang rawat lantai 11 selama waktu aktualisasi
kegiatan ini. Sehingga saya melakukan edukasi kepada pasien dengan tindakan
Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA) dari ruang rawat
lain. Saya meminta informasi dari perawat ruang rawat lain tentang pasien
dengan rencana Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA)
kemudian meminta izin kepada kepala ruang rawat tersebut serta perawat
penanggung jawab pasien. Saya bekerja sama dengan perawat penanggung jawab
pasien tersebut dalam melakukan edukasi. Kendala lain yang dihadapi adalah
edukasi yang diberikan kepada pasien kurang efektif karena adanya keluhan
pasien antara lain nyeri dan pandangan kabur sehingga pasien lebih banyak
51
mendengarkan penjelasan saya. Sehingga saya lebih banyak melibatkan keluarga
pasien yang mendampingi.
2) Melakukan kontrak waktu dengan pasien dan keluarga tentang edukasi post
Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA)
Setelah sampai di ruangan kembali, saya segera melakukan kontrak waktu
kepada pasien dan keluarga untuk edukasi post cerebral DSA. Edukasi post
Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA) dilakukan agar
pasien dan keluarga dapat mengetahui dan memahami segera tindakan
perawatan yang akan dilakukan. Edukasi dilakukan tepat waktu agar tidak
mengganggu waktu istirahat pasien dan pelayanan lainnya. Dengan edukasi
yang tepat waktu maka saya telah menerapkan nilai dasar dari etika publik.
52
3) Memberikan edukasi tentang tindakan post Cerebral Digital Substraction
Angiography (Cerebral DSA) kepada keluarga dan pasien sesuai dengan
instruksi dokter
Saya terlebih dahulu mengecek keadaan dan keluhan pasien pasca cerebral
DSA. setelah itu saya menjelaskan maksud dan tujuan dari edukasi post
cerebral DSA. Edukasi dilakukan dengan teknik ceramah dan praktek.
Edukasi tentang tindakan post Cerebral Digital Substraction Angiography
(Cerebral DSA) dilakukan menggunakan lembar balik dengan fokus dan
mereview pada materi pasca tindakan Cerebral Digital Substraction
Angiography (Cerebral DSA). Kemudian ditambahkan dengan edukasi
instruksi dari dokter atau operator. Selain itu perawat juga melakukan
tindakan keperawatan post Cerebral Digital Substraction Angiography
(Cerebral DSA) antara lain mengukur tanda-tanda vital, menghitung pedal
pulse dan mengobservasi balutan post DSA. Peran serta keluarga disini
penting untuk membantu perawat dalam mengobservasi rembesan pada
balutan luka. Dalam memberikan edukasi dan tindakan, saya melakukan
dengan profesional sehingga sesuai dengan wewenangnya. Adapun beberapa
hal yang ditanyakan terkait tindakan medis, dapat ditanyakan kembali kepada
dokter. Sehingga edukasi dan tindakan yang dilakukan secara profesional
dapat mewujudkan komitmen mutu.
53
4) Melakukan evaluasi edukasi
Evaluasi dilakukan dengan cara bertanya kembali tentang materi yang telah
diberikan dan khususnya keluarga mampu bekerja sama dengan perawat
dalam mengobservasi keadaan pasien pasca cerebral DSA. Dari hasil
evaluasi, keluarga dan pasien mampu memahami dan menjelaskan kembali
materi yang telah diberikan. Setelah dilakukan evaluasi, saya mampu
melakukan rencana tindak lanjut sebagai bentuk kepedulian terhadap pasien
dan keluarga. Dengan menunjukan kepedulian saya kepada pasien dan
keluarga maka budaya anti korupsi di lingkungan kerja saya akan terjalin.
d. Hasil Kegiatan
Hasil dari kegiatan ini adalah pasien dan keluarga memahami tentang perawatan
post tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA)
54
sehingga pasien dan keluarga dapat dilibatkan dalam perawatan post Cerebral
Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA).
g. Kendala
Kendala yang dihadapi saya saat melakukan kegiatan ini adalah pasien dan
keluarga menanyakan tentang hasil dari tindakan Cerebral Digital Substraction
Angiography (Cerebral DSA) kepada perawat saat edukasi tetapi karena perawat
tidak memiliki wewenang untuk menjelaskan hasilnya maka perawat harus
menghubungi dokter yang bertanggung jawab atas pasien tersebut. Sedangkan
hasil Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA) tidak langsung
ada, perlu dilakukan analisa oleh dokter terlebih dahulu.
55
Angiography (Cerebral DSA). Pasien yang ingin beristirahat dilakukan
kontrak waktu untuk tindakan keperawatan selanjutnya seperti pemberian
obat atau personal hygiene. Sedangkan pasien yang ingin dijenguk oleh
keluarga dan kerabat dapat memberitahu perawat ingin dikunjungi pada pukul
berapa. Sehingga perawat mampu memfasilitasi kunjungan. Dalam
melakukan kontrak waktu, saya harus mampu berkomitmen agar kontrak
waktu yang dilakukan tepat waktu sehingga tercipta budaya kerja anti
korupsi.
56
3) Mendampingi pasien melakukan kegiatan pilihan
Saat pasien istirahat atau menerima kunjungan, saya tidak terus menerus
mendampingi pasien karena sudah ada keluarga yang mendampingi. Tetapi
saya mengobservasi dan melakukan instruksi post Cerebral DSA yaitu
mengukur tanda-tanda vital, mengobservasi balutan, dll. Selain itu saya
memfasilitasi kunjungan dari keluarga atau kerabat pasien. Saya memberikan
pengertian dan arahan kepada pengunjung untuk membatasi jumlah
pengunjung atau mengatur pergantian kunjungan agar tidak mengganggu
pelayanan lainnya. Dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan keluarga
serta pengunjung, saya melakukannya dengan ramah dan sopan santun.
Sehingga keluarga dan pengunjung merasa dihormati dengan adanya
penerapan nilai dasar dari etika publik.
d. Hasil Kegiatan
Pada kegiatan ini, pasien dengan keluhan antara lain lemah salah satu sisi tubuh,
baal, pusing berputar atau pandangan kabur tidak melakukan kegiatan post
Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA) dan memilih untuk
tidur dan beristirahat atau mengobrol dan menerima kunjungan dari teman dan
kerabat. Saya memfasilitasi waktu istirahat pasien dan kunjungan dari teman atau
kerabat. Sehingga tahapan pada kegiatan ini saya akui kurang optimal dalam
pelaksanaannya.
57
e. Kontribusi Terhadap Visi Misi Organisasi
Saya memfasilitasi kegiatan post Cerebral DSA pasien merupakan bentuk
pelayanan publik yang termasuk dalam misi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
yaitu mewujudkan pelayanan otak dan sistem persarafan bermutu tinggi dan
terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
g. Kendala
Kendala yang ditemui saya adalah pasien masih dengan keluhan seperti lemah
salah satu sisi tubuh, baal, pusing berputar atau pandangan kabur. Sehingga
kegiatan yang dilakukan kurang bervariasi dan harus disesuaikan dengan kondisi
pasien. Saya berusaha memfasilitasi kegiatan yang dilakukan oleh pasien.
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
59
B. Saran
1. Perlu adanya dukungan berupa materiil dan non materiil dari instansi kerja peserta
sehingga peserta mampu mengembangkan kegiatan aktualisasi guna memecahkan
isu.
2. Perlunya monitoring berkala untuk kegiatan-kegiatan aktualisasi yang sedang
berlangsung, tidak hanya dari instansi kerja tetapi juga dari pihak penyelenggara
pelatihan dasar CPNS golongan II.
3. Perlunya tindak lanjut oleh instansi kerja maupun penyelenggara pelatihan dasar
CPNS golongan II dari kegiatan aktualisasi peserta.
4. Sebaiknya pelatihan dasar tidak hanya dilakukan saat peserta menjadi CPNS tetapi
juga untuk PNS sebagai penyegaran nilai-nilai dasar ANEKA.
60
DAFTAR PUSTAKA
Basseng & Purwana, B. H., 2015. Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan II:
Aktualisasi, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Fatimah, E. & Irawati, E., 2017. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Manajemen Aparatur
Sipil Negara, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
KPK, T. P., 2014. Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan I/II dan III: Anti
Korupsi, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Kumorotomo, W., Wirapradja, N. R. D. & Imbaruddin, A., 2015. Modul Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan Golongan II: Etika Publik, Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara.
Kusumasari, B., Dwiputrianti, S. & Allo, E. L., 2015. Modul Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan Golongan II: Akuntabilitas, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Latief, Y., Suryanto, A. & Muslim, A. A., 2015. Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan II: Nasionalisme, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Purwanto, E. A., Tyastianti, D., Taufiq, A. & Novianto, W., 2017. Modul Pelatihan Dasar
Calon PNS: Pelayanan Publik, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara
Suwarno, Y. & Atmojo, T., 2017. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Whole of Goverment,
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Yuniarsih, T. & taufiq, M., 2015. Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan II:
Komitmen Mutu, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Yuniewati, Y., 2016. Pencitraan Pada Stroke, Malang : UB Press.
61