Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN KEGIATAN AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR

PROFESI PNS
PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN II KEMENKES RI
ANGKATAN I

DISUSUN OLEH :
FITRI ELFIRA RAHMAFANTI
NIP. 19940314 201801 2 001

BADAN PPSDM KEMENKES RI


BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN (BBPK) CILOTO
2018

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan aktualisasi nilai-nilai ini diajukan oleh :


Nama : Fitri Elfira Rahmafanti
NIP : 19940314 201801 2 001
Angkatan : I
No. Absen : 14

Telah berhasil dipresentasikan, diujikan dan diterima sebagai persyaratan kelulusan pelatihan
dasar CPNS golongan II.

DEWAN PENGUJI

Mentor, Pembimbing,

M.G. Enny Mulyatsih, M. Kep, Sp. KMB Etna Saraswati, SKM, MKM
NIP. 19620806 198303 2 002 NIP. 19630120 198603 2 004
Penguji,

Isep Priatna, SE, MAP


NIP. 19740711 200001 1003

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil alamiin, berkat rahmat Allah SWT, maka telah tersusun dengan
baik laporan aktualisasi nilai-nilai dasar profesi PNS di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional.
Demikian pula rancangan aktualisasi ini telah tersusun dengan baik sebagai dokumentasi
laporan kegiatan aktualisasi sebagai proses pembelajaran on campus dari pelatihan dasar
CPNS Golongan II yang diselenggarakan oleh BBPK Ciloto. Laporan aktualisasi ini disusun
mulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi kegiatan aktualisasi.
Bersama laporan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang membantu kami dalam penyusunan laporan aktualisasi ini. Kami menyadari akan
keterbatasan kami dalam menyusun laporan ini, sehingga masukan berupa saran dan kritik
yang membangun akan kami terima demi perbaikan lebih lanjut. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan di masa yang akan datang.

Ciloto, 14 Agustus 2018


Penyusun

Fitri Elfira Rahmafanti


NIP. 19940314 201801 2 001

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................................ii


KATA PENGANTAR ............................................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1
B. TUJUAN ......................................................................................................................... 2
C. MANFAAT ..................................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 4
A. GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT ....................................................................... 4
B. KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI .................................................... 7
C. NILAI-NILAI DASAR ANEKA .................................................................................... 9
BAB III METODE AKTUALISASI ..................................................................................... 199
A. RANCANGAN DAN PROSEDUR AKTUALISASI ................................................ 199
B. TABEL RANCANGAN AKTUALISASI .................................................................... 25
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................................... 32
BAB V PENUTUP.................................................................................................................. 59
A. KESIMPULAN........................................................................................................... 59
B. SARAN....................................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................61
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia memiliki semua prakondisi untuk mewujudkan visi negara sebagaimana
tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, yang ditandai dengan kekayaan alam yang melimpah, potensi sumber daya
manusia, peluang pasar yang besar dan demokrasi yang relatif stabil. Namun prakondisi
yang sudah terpenuhi itu belum mampu dikelola secara efektif dan efisien oleh para aktor
pembangunan sehingga Indonesia masih tertinggal dari cepatnya laju pembangunan
global dewasa ini.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki peranan yang menentukan dalam mengelola
prakondisi tersebut. Sejumlah keputusan strategis mulai dari merumuskan kebijakan
sampai pada implementasi kebijakan dalam berbagi sektor pembangunan dilaksanakan
oleh PNS. Untuk memainkan peran tersebut diperlukan sosok PNS yang profesional
yaitu PNS yang mampu melaksanakan tugas jabatannya secara efektif dan efisien. Untuk
dapat membentuk sosok PNS profesional seperti tersebut diatas diperlukan pembinaan
melalui jalur pelatihan.
Sejalan dengan telah ditetapkannya Undang-Undang No 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (ASN) dan merujuk Pasal 63 Ayat (3) dan (4) UU ASN dan
Peraturan Pemerintah No 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PP
Manajemen PNS) maka CPNS wajib menjalani masa percobaan yang dilaksanakan
melalu proses diklat terintegrasi (Pelatihan Dasar) untuk membangun integritas moral,
kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian
yang unggul dan bertanggung jawab dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi
bidang.
Atas dasar itu, diperlukan sebuah penyelenggaraan Pelatihan Dasar CPNS yang
inovatif dan terintegrasi yaitu penyelenggaraan pelatihan yang memadukan pembelajaran
klasikal dan non klasikal di tempat pelatihan dan tempat kerja. Diharapkan peserta
Pelatihan Dasar CPNS mampu menginternalisasikan, menerapkan, dan
mengaktualisasikan, membuatnya menjadi kebiasaan (habituasi) dan merasakan
manfaatnya.
Pelatihan Dasar CPNS adalah pelatihan yang strategis pasca UU ASN dan PP
Manajemen PNS dalam rangka membentuk karakter dan kemampuan PNS agar dapat

1
bersikap dan bertindak profesional mengelola tantangan dan masalah keragaman sosial
kultural dengan menggunakan perspektif Whole of Government atau One Government
serta didasari nilai-nilai dasar PNS berdasarkan kedudukan dan peran PNS dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia pada setiap pelaksanaan tugas jabatannya sebagai pelayan
masyarakat sebagai wujud nyata bela negara seorang PNS.
Berkaitan dengan hal tersebut maka sebelum pelaksanaan aktualisasi setiap peserta
latsar diwajibkan menyusun sebuah rancangan aktualisasi sebagai pedoman selama
pelaksanaan tahap aktualisasi yang dilakukan di tempat kerja masing-masing. Setelah
pelaksanaan aktualisasi, rancangan aktualisasi yang telah disusun sebelumnya kemudian
akan disempurnakan dalam bentuk laporan aktualisasi yang digunakan sebagai syarat
kelulusan Pelatihan Dasar CPNS Golongan II.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS adalah mempersiapkan PNS yang
mampu mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS di tempat tugas sehingga
membentuk PNS profesional yang berkarakter. PNS yang karakternya dibentuk oleh
sikap dan perilaku disiplin PNS, nilai-nilai dasar PNS, dan pengetahuan tentang
kedudukan PNS dalam NKRI, serta menguasai bidang tugasnya sehingga mampu
melaksanakan tugas dan perannya secara profesional sebagai pelayan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengidentifikasi isu yang ada di unit kerja
b. Mampu memilih isu yang akan diangkat dengan menggunakan metode
c. Mampu mendeskripsikan gagasan pemecahan isu yang diangkat
d. Mampu menyusun rancangan aktualisasi dalam bentuk kegiatan
e. Mampu mengidentifikasi keterkaitan tahapan kegiatan terhadap nilai-nilai mata
pelatihan
f. Mampu mengidentifikasi keterkaitan kegiatan terhadap visi dan misi organisasi
g. Mampu mengidentifikasi keterkaitan kegiatan terhadap penguatan nilai-nilai
organisasi

2
C. MANFAAT
1. Manfaat Bagi Penulis
Penulis mampu menerapkan nilai-nilai dasar ASN yaitu akuntabilitas,
nasionalisme, etika publik, komitmen mutu dan anti korupsi dalam melaksanakan
tugas serta mampu melaksanakan gagasan pemecahan isu dengan tepat.
2. Manfaat Bagi Institusi
Dapat mengatasi isu yang aktual terjadi di dalam institusi guna mengoptimalkan
pelayanan dan kepuasan pelanggan sehingga terwujudnya visi, misi dan tujuan
organisasi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT


1. Profil Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Pada riset Kesehatan Dasar, Kementerian Kesehatan, prevalensi penderita stroke
mencapai 15,4% merupakan penyebab kematian dan kecacatan utama hampir seluruh
rumah sakit di Indonesia. Bahkan menurut Mecklenburg Medical, setiap detik satu
orang meninggal akibat stroke. Tren penyakit neuro-degeneratif dan metabolik seperti
halnya demensia, gangguan fungsi eksekutif, koordinasi, keseimbangan dan rasa tidak
nyaman fungsi sensorik pada ekstrimitas semakin meningkat. Hal ini menjadi masalah
kesehatan yang berdampak nasional dan perlu segera ditanggulangi.
Prediksi kedepan penderita stroke akan meningkat menjadi 25-30%, untuk
mengatasinya Kementerian Kesehatan telah membangun Rumah Sakit Pusat Otak
Nasional (National Brain Centre Hospital) yang merupakan salah satu rumah sakit
vertikal milik Kementerian Kesehatan, terletak di Jalan MT Haryono Jakarta. Rumah
Sakit ini memiliki luas 11.000 meter persegi dengan bangunan 11 tingkat, dan mulai
beroperasi tanggal 1 Juli 2013 serta grand opening tanggal 1 Februari 2014.
Permasalahan di bidang kesehatan otak dan saraf (neurologi) di Indonesia semakin
kompleks dengan jumlah kasus yang semakin meningkat pula. Angka kejadian stroke
meningkat dari tahun ke tahun, bahkan pada riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun
2007 yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan RI, stroke merupakan
penyebab kematian dan kecacatan utama di hampir seluruh rumah sakit di Indonesia.
Oleh karena itu pemerintah mendirikan Rumah Sakit Pusat Otak Nasional yang
diharapkan dapat menjadi tempat pelayanan kesehatan otak dan saraf yang
komprehensif, sehingga bisa menjadi model/percontohan dalam penanganan kasus-
kasus neurologi di Indonesia.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan masyarakat, maka Rumah Sakit
Pusat Otak Nasional mempunyai komitmen mengutamakan keselamatan pasien,
kemudahan akses, dan kepuasan pelanggan, serta senantiasa terus melakukan
perbaikan sesuai perkembangan teknologi dan kebutuhan pelanggan. Rencana
keberhasilan tersebut kedepannya dievaluasi melalui indikator sertifikasi akreditasi
dari JCI (Joint Commision International).

4
Diantara seluruh unggulan yang dimiliki, stroke mendapat perhatian khusus yang
harus ditangani suatu tim dengan tata laksana komprehensif secara cepat, tepat dan
akurat. Secara substansi kualitas, RS Pusat Otak Nasional berdiri sebagai Center of
Excellence: Advance Clinical, Restoration & Rehabilitation, Education & Training,
Basic Clinical & Comprehensive Research, Product Development, Community Policy
Development.
2. Struktur Organisasi

3. Visi dan Misi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional


Visi
Menjadi Rumah Sakit Pusat Rujukan Nasional Bidang Otak dan Sistem Persarafan
Misi
a. Mewujudkan Pelayanan Otak dan Sistem Persarafan Bermutu Tinggi dan
Terjangkau Oleh Semua Lapisan Masyarakat.
b. Mewujudkan Pendidikan Dan Penelitian Yang Mampu Memberikan Kontribusi
Pada Pemecahan Masalah Otak Dan Sistem Persarafan Di Tingkat Nasional Dan
Internasional.
c. Mewujudkan Penapisan IPTEK Di Bidang Ilmu Kesehatan Otak Dan Sistem
Persarafan.
d. Mewujudkan Kenyamanan dan Kesejahteraan Pegawai.

5
4. Nilai
B : Benevolent : Senantiasa Melayani Pasien Dengan Tulus
R : Responsive : Selalu Siap Tanggap
A : Attentive : Memberi Perhatian Penuh Terhadap Pasien
I : Innovative : Mengikuti Perkembangan Ilmu
N : Noble : Sesuai Dengan Motto RS Yaitu "Melayani Dengan Mulia”
5. Gambaran Unit Kerja
Unit kerja yang menjadi tempat aktualisasi adalah ruang rawat lantai 11. Ruang
rawat lantai 11 berada di bawah kepala instalasi rawat inap dan di bawah direktorat
pelayanan. Terdapat 2 kelas perawatan yaitu ruang perawatan kelas VVIP dan
President Suite. Terdapat 4 ruang VVIP dan 1 ruang President Suite. Jumlah perawat
yang ada di ruang tersebut adalah 14 orang termasuk 1 PIC (Person In Charge) dan 1
Perawat Primer. Secara umum ruang rawat lantai 11 diperuntukkan bagi pasien rawat
inap dengan kondisi stabil. Fasilitas yang disediakan di kelas VVIP berupa tempat
tidur pasien, sofa, meja makan, lemari es, lemari pakaian, alat mandi, kamar mandi
dengan kloset duduk dan air panas, televisi, dispenser, dll. Sedangkan ruang
President Suite memiliki fasilitas sama dengan ruang VVIP dengan tambahan ruang
tamu, ruang makan, microwave, kitchen set, toilet tamu, dan kamar tamu.
Jabatan penulis merupakan jabatan fungsional yaitu perawat terampil yang berada
di bawah pengawasan perawat primer dan PIC (Person In Charge) selama kegiatan
di ruang rawat. Adapun tugas dan wewenang dari perawat terampil sesuai dengan
SKP (Sasaran Kerja Pegawai) adalah sebagai berikut.
1. Melaksanakan analisis data sederhana untuk merumuskan diagnosa keperawatan
pada individu.
2. Menyusun laporan pelaksanaan tugas
3. Melakukan tugas jaga di RS untuk jaga sore
4. Melakukan tugas jaga di RS untuk jaga malam
5. Membuat laporan insiden
6. Menjadi anggota profesi organisasi tingkat provinsi/kabupaten/kota sebagai
peserta aktif (setiap tahun)
7. Mengikuti seminar/lokakarya nasional/internasional sebagai peserta

6
B. KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI
Peran dan kedudukan PNS dalam NKRI meliputi tiga hal yaitu manajemen ASN,
pelayan publik, dan whole of government.
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN merupakan bentuk pengelolaan ASN untuk menghasilkan
individu ASN yang profesional, memiliki dasar, etika profesi, bebas dari segala
intervensi politik, serta bersih dari segala macam praktek KKN. Tujuan utama dari
manajemen ASN ini untuk menciptakan sumber ASN yang dapat mengikuti
perkembangan jaman. Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang
menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta
harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik.
Untuk menjalankan kedudukan tersebut ASN berfungsi sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat dan pemersatu bangsa. Pegawai
PNS terdiri dari PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan PPPK (Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja). Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan
kebutuhan, pengadaan, pangkat, dan jabatan, pengembangan karier, pola
karier,promosi, mutasi, penilaian kerja, penggajian dan tunjangan penghargaan,
disiplin, pemberhentian, jaminan pensiun dan hari tua, dan perlindungan.

2. Pelayan Publik
Pelayanan publik merupakan sebuah kegiatan maupun rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Dalam konstitusi negara Indonesia, salah satu amanatnya adalah pelayanan publik
sebagai hak warga negara, diselenggarakan dengan pajak yang dibayar oleh warga
Negara, diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai hal-hal strategis bagi
kemajuan bangsa di masa yang akan datang. Pelayan publik tidak hanya
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar warga negara sebagai manusia, namun
juga berfungsi sebagai proteksi warga negara. Tiga unsur penting dalam
pelayanan publik meliputi :
a. Organisasi penyelenggara pelayanan publik
b. Penerima layanan (pelanggan) yaitu orang, masyarakat atau organisasi yang
berkepentiangan

7
c. Kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh penerima layanan
(pelanggan).
Sembilan prinsip pelayanan publik adalah partisipatif, transparan, rensponsif,
non diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien,aksesibel, akuntabel, dan
berkeadilan. Prinsip-prinsip pelayanan prima antara lain :
a. Rensponsif terhadap pelangan/memahami pelanggan;
b. Membangun visi dan misi pelayanan;
c. Menetapkan standar pelayanan dan ukuran kinerja pelayanan;
d. Pemberian pelatihan dan pengembangan pegawai terkait pelayanan yang
baik;
e. Memberikan apresiasi kepada pagawai;
Pada implementasi sebagai pelayanan publik dibutuhkan etiket dasar yang
harus dimiliki seorang ASN yaitu politeness, respectfull, attentive, cooperatif,
tolerance, informality, dan self control.

3. Whole of Government
WoG (Whole of Government) adalah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari
keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai
tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan
publik. WoG ditekankan pada penyatuan keseluruhan (whole) elemen
pemerintahan dan pengintegrasian upaya-upaya kementerian atau lembaga
pemerintah dalam mencapai tujuan-tujuan bersama.
Faktor-faktor pentingnya WoG sebagai pendekatan yang mendapatkan
perhatian dari pemerintah meliputi :
a. Faktor-faktor eksternal, seperti dorongan publik dalam mewujudkan
integritas kebijakan, serta program pembangunan dan pelayanan agar tercipta
penyelenggaran pemerintah yang lebih baik.
b. Faktor-faktor internal, salah satu contohnya adalah adanya ego sektoral di
masing-masing lingkungan kerja.Keberagaman latar belakang nilai, budaya,
adat istiadat, serta bentuk latar belakang lainnya yang mendorong adanya
potensi disintegrasi bangsa.
Berdasarkan ketiga faktor diatas, dapat disimpulkan bahwa pentingnya WoG
untuk pemerintah karena diperlukan sebuah upaya untuk memahami, pentingnya

8
kebersamaan dari seluruh sektor guna mencapai tujuan bersama. Sikap, perilaku,
dan nilai yang berorientasi sektor harus dicairkan dan dibangun dalam fondasi
kebangsaan yang lebih mendasar, yang mendorong adanya semangat persatuan,
dan kesatuan.
Beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan adalah penguatan
koordinasi antar lembaga, membentuk lembaga koordinasi khusus, membentuk
gugus tugas, dan koalisi sosial. Selain itu ada pula tantangan yang akan dihadapi
dalam penerapan WoG yaitu kapasitas SDM dan institusi, nilai dan budaya
organisasi, dan kepemimpinan. Praktek WoG dalam pelayananpublik dilakukan
dengan menyatukan seluruh sektor yang terkait dengan pelayan publik. Jenis
pelayanan publik yang dilakukan dengan pendekatan WoG adalah pelayanan yang
bersifat administratif, pelayanan jasa, pelayanan barang, dan pelayanan regulatif.

C. NILAI-NILAI DASAR ANEKA


Nilai-nilai dasar PNS meliputi:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila;
2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah;
3. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
4. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
5. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
6. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
7. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
8. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
9. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah;
10. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat
berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
11. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
12. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
13. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
14. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
15. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat
sistem karier.

9
Berdasarkan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 21
Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Dasar
Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II, maka nilai-nilai dasar yang dibutuhkan
dalam menjalankan tugas jabatanPNS secara profesional sebagai pelayanan
publik, meliputi: Akuntabilitas PNS, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen
Mutu, dan Anti Korupsi yang diakronimkan menjadi ANEKA.

1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap
level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan
pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya. Akuntabilitas bertujuan
untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanah yaitu menjamin
terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik yang dimaksud antara lain :
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara lain kepentingan publik dengan kepentingan sektor,
kelompok, dan pribadi;
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
ketelibatan PNS dalam politis praktis;
c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayan publik;
d. Menunjukkan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai
penyelenggara pemerintahan.
PNS dinyatakan akuntabel jika memenuhi empat nilai dasar akuntabilitas.
Selain itu, untuk menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel diperlukan
beberapa aspek yang harus diperhatikan yaitu kepemimpinan, transparansi,
integritas, tanggungjawab, keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan, dan
konsisten. Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel juga dibutuhkan
langkah-langkah untuk membuat framework akuntabilitas di lingkungan kerja
PNS yaitu :
a. Tentukan tanggung jawab dan tujuan;
b. Rencanakan apa yang akan dilakukan untuk mencapaitujuan;
c. Lakukan implementasi dan monitoring kemajuan;
d. Berikan laporan secara lengkap;
e. Berikan evaluasi dan masukan perbaikan.

10
2. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap
bangsa dan negara, sekaligus menghormati bangsa lain. Nasionalisme
mengandung cita-cita serta pendorong untuk membangun dirinya maupun
lingkungan masyarakat, bangsa, dan negaranya. Nasionalisme Pancasila adalah
pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah
airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang
diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa menempatkan persatuan kesatuan,
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau
kepentingan golongan, menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan
bangsa dan negara, bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia
serta tidak merasa rendah diri, mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan
kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa, menumbuhkan sikap saling
mencintai sesama manusia, mengembangkan sikap tenggang rasa.
Setiap PNS wajib memiliki jiwa nasionalisme Pancasila yang menjadi dasar
dan mengilhami setiap gerak langkah dan semangat bekerja untuk bangsa dan
negara. Ketaatan dan aktualisasi semangat nasionalisme yang tertuang dalam
nilai-nilai Pancasila digunakan sebagai dasar untuk menjalankan tugas sebagai
PNS.
Berikut adalah butir-butir yang terkandung dalam sila Pancasila.
a. Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

11
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha
Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain.

b. Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab


1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan,
jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan
bangsa lain.

c. Sila ketiga: Persatuan Indonesia


1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.

12
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

d. Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaran / perwakilan
1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai
sebagai hasil musyawarah.
6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasil keputusan musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan
kesatuan demi kepentingan bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.

e. Sila kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

13
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan
gaya hidup mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
9. Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan
dan kesejahteraan bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial.

3. Etika Publik
Etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan
kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggungjawab pelayanan publik.
Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik meliputi :
a. Pelayanan publik yang berkualitas dan revelen;
b. Sisi dimensi refleksi, etik apublik berfungsi sebagai bantuan dalam
menimbang pilihan saran kebijakan publik dan alat evaluasi;
c. Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan faktual.
Pada implementasi etika publik didefinisikan sebagai refleksi kritis yang
mengarahkan bagaimana nilai-nilai kejujuran, soladiritas, keadilan, kesetaraan,
dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap
kesejahteraan masyarakat. Penerapan etika publik PNS berhubungan erat dengan
kode etik. Kode Etik yang harus diterapkan oleh PNS adalah perilaku pejabat
sebagai penguasa menjadi pelayan, wewenang berubah menjadi peranan, dan
jabatan publik menjadi amanah yang dipertanggungjawabkan.
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik dengan
berorientasi pada kualitas hasil. Pelayanan publik yang bermutu merupakan wujud
akuntabilitas dari pemerintah selaku penyedia layanan publik dan dengan

14
pelayanan yang bermutu akan menciptakan kepercayaan publik kepada
pemerintah. Terdapat empat aspek utama yang terkait dengan komitmen mutu,
yaitu efektivitas, efisiensi, inovasi, dan berorientasi pada mutu. Selain itu, nilai-
nilai dasar orientasi mutu dalam memberikan layanan prima meliputi :
a. Mengedepankan komitmen terhadap kepuasan customer/client;
b. Memberikan layanan yang menyentuh hati, untuk menjaga dan
memelihara agar customer/client tetap setia;
c. Menghasilkan produk/jasa yang berkualitas tinggi tanpa cacat, tanpa
kesalahan, dan tidak ada pemborosan;
d. Beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, baik berkaitan dengan
pergeseran tuntutan kebutuhan customer/client maupun perkembangan
teknologi;
e. Menggunakan pendekatan ilmiah dan inovatif dalam pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan;
f. Melakukan upaya perbaikan secara berkelanjutan melalui berbagai cara,
antara lain pendidikan, pelatihan, pengembangan ide kreatif, kolaborasi,
dan benchmark.
5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya kerusakan,
kebobrokan dan kebusukan. Berdasarkan Undang-Undang nomor 20 tahun 2001,
yang termasuk kategori korupsi yaitu merugikan keuangan negara, suap-menyuap,
pemerasan, perbuatan curang, penggelapan dalam jabatan, benturan kepentingan
dalam pengadaan barang dan atau jasa, serta gratifikasi.
Anti korupsi adalah tindakan yang dilakukan untuk memberantas segala
tingkah laku atau tindakan yang melawan norma-norma dengan tujuan
memperoleh keuntungan pribadi, merugikan negara atau masyarakat baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang harus
diperhatikan, yaitu :
a. Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi
penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil
seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut
untuk bisa berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap

15
diri sendiri maupun orang lain, sehingga dapat membentengi diri terhadap
godaan untuk berbuat curang.

b. Peduli
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat
kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan
memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat banyak
orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan uluran tangan.
Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan tergoda untuk memperkaya diri
sendiri dengan cara yang tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk
menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu sesama.

c. Mandiri
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang menjadi
tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas kemandirian
yang dimiliki seseorang memungkinkannya untuk mengoptimalkan daya
pikirnya guna bekerja secara efektif. Pribadi yang mandiri tidak akan
menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab
demi mencapai keuntungan sesaat.

d. Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan
konsistensi untuk terus mengembangkan potensi diri membuat seseorang
akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya.
Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran menjadi pegangan utama
dalam bekerja. Seseorang yang mempunyai pegangan kuat terhadap nilai
kedisiplinan tidak akan terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan
kekayaan dengan cara yang mudah.

e. Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa
keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan perbuatan baik
demi kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak tanduk dan kegiatan
yang dilakukannya akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada

16
Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, negara, dan bangsanya. Dengan
kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan tergelincir dalam
perbuatan tercela dan nista.

f. Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil
kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia
mencurahkan daya pikir dan kemampuannya untuk melaksanakan tugas
dan berkarya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan mau memperoleh
sesuatu tanpa mengeluarkan keringat.

g. Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari
kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya
tanpa berlebih-lebihan. Ia tidak tergoda untuk hidup dalam gelimang
kemewahan. Kekayaan utama yang menjadi modal kehidupannya adalah
ilmu pengetahuan. Ia sadar bahwa mengejar harta tidak akan pernah ada
habisnya karena hawa nafsu keserakahan akan selalu memacu untuk
mencari harta sebanyak-banyaknya.

h. Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk
menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan mentolerir
adanya penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan secara tegas.
Ia juga berani berdiri sendirian dalam kebenaran walaupun semua kolega
dan teman-teman sejawatnya melakukan perbuatan yang menyimpang dari
hal yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi dan tidak memiliki teman
kalau ternyata mereka mengajak kepada hal-hal yang menyimpang.

i. Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia
terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut
untukmendapatkan lebih dari apa yang ia sudah upayakan. Bila ia seorang
pimpinan maka ia akan memberi kompensasi yang adil kepada

17
bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan keadilan
dan kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.

18
BAB III
METODE AKTUALISASI

A. RANCANGAN DAN PROSEDUR AKTUALISASI


1. Identifikasi Isu
Dari hasil identifikasi dapat ditemukan beberapa isu sebagai berikut.
a. Belum optimalnya penanganan pasien public figure di ruang rawat lantai 11.
Ruang rawat lantai 11 Rumah Sakit Pusat Otak Nasional merupakan ruang
rawat kelas VVIP dan President Suite. Terdapat 4 ruang VVIP yang aktif dan
1 ruang President Suite. Beberapa public figure pernah di rawat di ruang rawat
lantai 11 tetapi penanganan belum optimal dikarenakan beberapa kendala
seperti koordinasi dengan bagian-bagian terkait di rumah sakit dalam
pelayanan.
b. Kurang efektifnya komunikasi antar pegawai di lingkungan RS Pusat Otak
Nasional.
Sebagian besar komunikasi di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
menggunakan aplikasi Whatsapp dan telepon. Komunikasi yang kurang efektif
terjadi karena manajemen media komunikasi seperti aplikasi Whatsapp dan
pendokumentasian informasi yang belum ada.
c. Belum optimalnya program edukasi tentang perawatan Cerebral Digital
Substraction Angiography (Cerebral DSA) kepada pasien dan keluarga di
ruang rawat lantai 11
Cerebral DSA merupakan teknik yang handal untuk memvisualisasikan
pembuluh darah otak manusia. Hasil pemeriksaan cerebral DSA sangat
komprehensif dalam memberikan informasi tentang vaskularisasi otak dan
tetap menjadi standar emas untuk mengevaluasi kelainan pembuluh darah
otak. Selain itu, DSA juga dilakukan untuk menentukan aliran darah dan
kondisi pembuluh darah. Dengan melakukan prosedur ini, terapi yang optimal
dapat dicapai untuk setiap kelainan pembuluh darah otak (Usman et al., 2012).
Pasien yang akan dilakukan tindakan DSA harus diberikan edukasi oleh
dokter dan perawat. Dokter telah menyediakan form inform consent untuk
pasien sedangkan perawat memberikan edukasi tentang persiapan dan
perawatan selama tindakan DSA tetapi belum adanya media edukasi sehingga
pasien kurang memahami hal-hal apa saja yang boleh dan tidak boleh

19
dilakukan selama perawatan. Setelah tindakan DSA pasien dianjurkan untuk
tirah baring dengan kaki diluruskan selama kurang lebih 6 jam sehingga
banyak pasien yang mengeluh bosan dan akhirnya sudah mulai beraktivitas
sebelum 6 jam.
2. Penetapan Isu
Dalam menentukan isu yang akan diangkat, digunakan metode USG (Urgency,
Seriousness and Growth). Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan
urutan prioritas masalah dengan metode teknik skoring. Proses untuk metode USG
dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi dari masalah, keseriusan masalah yang
dihadapi, serta kemungkinan bekembangnya masalah tersebut semakin besar. Hal
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Urgency atau urgensi, yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak
masalah tersebut diselesaikan.
b. Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan melihat dampak
masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan,
membahayakan sistem atau tidak.
c. Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah tersebut
berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah.
Penetapan isu yang diangkat akan disajikan dalam tabel berikut.

SKOR SKOR SKOR TOTAL


NO ISU
URGENCY SERIOUSNESS GROWTH SKOR
1. Belum
optimalnya
penanganan
2 3 3 8
pasien public
figure di ruang
rawat lantai 11.
2. Kurang efektifnya
komunikasi antar
pegawai di 3 3 4 10
lingkungan RS
Pusat Otak

20
Nasional.
3. Belum
optimalnya
program edukasi
tentang perawatan
Cerebral Digital
Substraction
5 4 4 13
Angiography
(Cerebral DSA)
kepada pasien
dan keluarga di
ruang rawat lantai
11
Keterangan :
Skor 1 : Sangat kecil
Skor 2 : Kecil
Skor 3 : Sedang
Skor 4 : Besar
Skor 5 : Sangat besar

Dari hasil penetapan prioritas isu dengan menggunakan metode USG (Urgency,
Seriousness dan Growth) maka dapat disimpulkan bahwa isu yang akan diangkat adalah
belum optimalnya perawatan pada pasien dengan tindakan Cerebral Digital Substraction
Angiography (Cerebral DSA) di ruang rawat lantai 11 dengan skor 13. Belum optimalnya
perawatan pada pasien dengan tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography
(Cerebral DSA) merupakan isu yang cukup urgen dan kemungkinan dapat diselesaikan
selama waktu off campus. Isu ini juga merupakan isu yang cukup serius karena tindakan
Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA) merupakan salah satu tindakan
penunjang dalam menegakkan diagnosa medis dan menentukan terapi yang diberikan. Selain
itu, isu ini dapat berkembang dan mempengaruhi mutu pelayanan rumah sakit sehingga
kepuasan pelanggan akan menurun. Sehingga isu ini perlu dilakukan kegiatan-kegiatan untuk
mengoptimalkan perawatan pada pasien dengan tindakan Cerebral Digital Substraction
Angiography (Cerebral DSA). Dengan adanya kegiatan-kegiatan untuk mengoptimalkan

21
perawatan pada pasien dengan tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography
(Cerebral DSA) maka diagnosa medis dan terapi yang diberikan sesuai dengan hasil
pemeriksaan penunjang tersebut sehingga diharapkan pelayanan menjadi optimal dan tingkat
kepuasan pelanggan meningkat.

22
BAGAN PENAJAMAN ANALISIS

PENYEBAB KONDISI YANG


DIHARAPKAN
Asuhan Keperawatan Pada KONDISI SAAT INI
Pasien Dengan Tindakan 1. Adanya media
DSA Belum Optimal Belum optimalnya program edukasi
edukasi tentang perawatan 2. Kegiatan edukasi
Cerebral Digital Substraction efektif dan efisien
Implementasi 3. Pasien dan keluarga
Angiography (Cerebral DSA) mampu memahami
Keperawatan Belum
Optimal kepada pasien dan keluarga di tindakan DSA
ruang rawat lantai 11 4. Implementasi
keperawatan optimal
Kegiatan Edukasi Belum 5. Asuhan keperawatan
Efektif dan Efisien optimal

Tidak Ada Media Edukasi DAMPAK JIKA TIDAK DISELESAIKAN

1. Pasien dan keluarga kurang memahami tindakan


DSA
2. Edukasi oleh perawat tidak efektif dan efisien
3. Mutu pelayanan rumah sakit menurun
4. Kepuasan pelanggan menurun

23
B. TABEL RANCANGAN AKTUALISASI

UNIT KERJA/ INSTANSI : Ruang Rawat Lantai 11 Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
ISU YANG DIANGKAT : Belum optimalnya program edukasi tentang perawatan Cerebral Digital Substraction Angiography
(Cerebral DSA) kepada pasien dan keluarga di ruang rawat lantai 11

KONTRIBUSI KONTRIBUSI
OUTPUT/ KETERKAITAN
TERHADAP TERHADAP
NO KEGIATAN TAHAPAN KEGIATAN HASIL DENGAN MATA
VISI MISI PENGUATAN NILAI-
KEGIATAN PELATIHAN
ORGANISASI NILAI ORGANISASI
1. Menyusun 1. Meminta arahan Materi 1. Kerjasama Penyusunan Penyusunan materi
materi kepada mentor tentang mencerminkan nilai materi ini tentang perawatan pasien
tentang 2. Mencari referensi perawatan dari nasionalisme merupakan dengan tindakan
perawatan materi tentang pasien 2. Mencari referensi perwujudan dari Cerebral Digital
pada pasien perawatan pada pasien dengan materi secara misi RSPON Substraction
dengan dengan Cerebral Cerebral profesional yaitu Angiography (Cerebral
tindakan Digital Substraction Digital mencerminkan nilai mewujudkan DSA) dilakukan secara
Cerebral Angiography Substraction dari komitmen mutu pendidikan inovatif sesuai dengan
Digital (Cerebral DSA) Angiography 3. Kerjasama dan penelitian nilai RS Pusat Otak
Substraction 3. Mengkonsultasikan (Cerebral mencerminkan nilai yang mampu Nasional yaitu mengikuti
Angiography hasil materi kepada DSA) dari nasionalisme memberikan perkembangan ilmu

24
(Cerebral mentor disetujui oleh 4. Transparansi dalam kontribusi
DSA) 4. Melakukan revisi mentor. mengkonsultasikan pada
materi sesuai saran materi merupakan pemecahan
mentor nilai dari anti korupsi masalah otak
5. Mengkonsultasikan 5. Bertanggung jawab dan sistem
materi kembali atas saran yang persarafan di
diberikan mentor tingkat
merupakan cerminan nasional dan
dari nilai internasional.
akuntabilitas
2. Membuat 1. Meminta arahan Lembar balik 1. Kerjasama merupakan Pembuatan Dalam membuat lembar
lembar balik kepada mentor edukasi nilai dari lembar balik balik tentang perawatan
edukasi 2. Membuat konsep perawatan nasionalisme adalah salah pasien dengan tindakan
perawatan desain lembar balik tindakan 2. Efektifitas dan satu kegiatan Cerebral Digital
pada pasien 3. Mengkonsultasikan pada pasien efisiensi konsep inovatif yang Substraction
dengan konsep lembar balik dengan merupakan nilai dari merupakan Angiography (Cerebral
tindakan kepada mentor tindakan komitmen mutu. perwujudan dari DSA) dilakukan secara
Cerebral 4. Melakukan revisi Cerebral 3. Kerjasama merupakan misi RSPON inovatif sesuai dengan
Digital konsep lembar balik Digital nilai dari adalah nilai RS Pusat Otak
Substraction sesuai saran mentor Substraction nasionalisme mewujudkan Nasional yaitu mengikuti
Angiography 5. Mengkonsultasikan Angiography 4. Bekerja keras dalam pendidikan perkembangan ilmu

25
(Cerebral kembali hasil revisi (Cerebral melakukan revisi dan penelitian
DSA) konsep lembar balik DSA) sesuai saran mentor yang mampu
6. Mencetak lembar merupakan nilai dari memberikan
balik sesuai konsep anti korupsi. kontribusi
yang telah disetujui 5. Bertanggung jawab pada
atas hasil revisi sesuai pemecahan
saran merupakan nilai masalah otak
dari akuntabilitas dan sistem
6. Rela berkorban untuk persarafan di
mencetak materi dan tingkat
membuat lembar balik nasional dan
mencerminkan internasional.
nasionalisme.
3. Sosialisasi 1. Meminta izin kepada Perawat 1. Sopan santun kepada Melibatkan Dalam melakukan
lembar balik atasan (PP/PIC) untuk memahami atasan merupakan perawat dalam kegiatan sosialisasi
tindakan melakukan sosialisasi dan dapat nilai dari etika publik kegiatan diterapkan nilai
Cerebral 2. Membuat daftar hadir menggunaka 2. Disiplin dalam sosialisasi akan responsive yaitu selalu
Digital sosialisasi n lembar kegiatan merupakan mewujudkan siap tanggap dalam
Substraction 3. Melakukan kontrak balik sebagai nilai dari anti misi RSPON melakukan tindakan.
Angiography waktu dan tempat media korupsi. yaitu
(Cerebral dengan perawat edukasi 3. Tepat waktu saat mewujudkan

26
DSA) 4. Melakukan sosialisasi melakukan sosialisasi kenyamanan
kepada kepada perawat merupakan nilai dari dan
perawat 5. Mengevaluasi etika publik kesejahteraan
kegiatan sosialisasi 4. Sikap kepemimpinan pegawai.
saat melakukan
sosialisasi kepada
sesama perawat
merupakan nilai dari
akuntabilitas
5. Kepedulian terhadap
tanggapan perawat
merupakan nilai dari
anti korupsi
4. Melakukan 1. Melakukan kontrak Pasien dan 1. Tepat waktu dalam Memberikan Edukasi pasien dan
edukasi waktu dengan pasien keluarga melakukan kontrak edukasi kepada keluarga ini dilakukan
tindakan dan keluarga tentang memahami waktu menunjukkan pasien dan secara responsive dan
Cerebral tindakan Cerebral tentang nilai etika publik keluarga attentive yaitu dilakukan
Digital Digital Substraction perawatan 2. Mengkaji pasien dan dilakukan dalam dengan siap tanggap dan
Substraction Angiography pasien keluarga secara rangka penuh perhatian serta
Angiography (Cerebral DSA) dengan profesional merupakan perwujudan misi dengan tujuan
(Cerebral 2. Melakukan pengkajian tindakan nilai dari komitmen RSPON yaitu benevolent atau

27
DSA) pada tingkat pemahaman Cerebral mutu. mewujudkan melayani pasien dengan
pasien dan pasien dan keluarga Digital 3. Memberikan edukasi pelayanan otak tulus yang merupakan
keluarga. tentang tindakan DSA Substraction secara profesional dan sistem nilai-nilai dari Rumah
(Digital Substraction Angiography merupakan nilai dari persarafan Sakit Pusat Otak
Angiography) (Cerebral akuntabilitas. bermutu tinggi Nasional. Sehingga
3. Memberikan edukasi DSA) 4. Menghargai pilihan dan terjangkau pelayanan yang diberikan
tentang perawatan pasien dan keluarga oleh semua noble atau sesuai dengan
pada pasien dengan adalah nilai dari lapisan motto rumah sakit
tindakan Cerebral nasionalisme. masyarakat. “Melayani dengan
Digital Substraction 5. Evaluasi merupakan mulia”
Angiography bentuk kepedulian
(Cerebral DSA) kepada pasien dan
kepada keluarga dan keluarga dan
pasien mencerminkan anti
4. Mendiskusikan pilihan korupsi.
alternatif kegiatan 6. Dokumentasi yang
pasien post tindakan dilakukan merupakan
Cerebral Digital bentuk tanggung jawab
Substraction yang mencerminkan
Angiography akuntabilitas.
(Cerebral DSA)

28
5. Melakukan evaluasi
edukasi
6. Mendokumentasikan
edukasi dalam lembar
Edukasi Terintegrasi
5. Melakukan 1. Mengkonfirmasi Pasien dan 1. Percaya instruksi yang Memberikanedu Edukasi pasien dan
edukasi instruksi post keluarga telah dikonfirmasi kasi kepada keluarga ini dilakukan
tentang Cerebral Digital memahami merupakan nilai dari pasien dan secara responsive dan
perawatan Substraction tentang akuntabilitas. keluarga attentive yaitu dilakukan
post tindakan Angiography perawatan 2. Tepat waktu dalam dilakukan dalam dengan siap tanggap dan
Cerebral (Cerebral DSA) dari post Cerebral melakukan kontrak rangka penuh perhatian serta
Digital dokter Digital waktu menunjukkan perwujudan misi dengan tujuan
Substraction 2. Melakukan kontrak Substraction nilai etika publik RSPON yaitu benevolent atau
Angiography waktu dengan pasien Angiography 3. Memberikan edukasi mewujudkan melayani pasien dengan
(Cerebral dan keluarga tentang (Cerebral secara profesional pelayanan otak tulus yang merupakan
DSA) kepada edukasi post Cerebral DSA) merupakan nilai dari dan sistem nilai-nilai dari Rumah
pasien dan Digital Substraction . komitmen mutu. persarafan Sakit Pusat Otak
keluarga. Angiography 4. Evaluasi merupakan bermutu tinggi Nasional. Sehingga
(Cerebral DSA) bentuk kepedulian dan terjangkau pelayanan yang diberikan
3. Memberikan edukasi kepada pasien dan oleh semua noble atau sesuai dengan
tentang tindakan post keluarga dan lapisan motto rumah sakit

29
Cerebral Digital mencerminkan anti masyarakat. “Melayani dengan
Substraction korupsi. mulia”
Angiography 5. Dokumentasi yang
(Cerebral DSA) dilakukan merupakan
kepada keluarga dan bentuk tanggung jawab
pasien sesuai dengan yang mencerminkan
instruksi dokter akuntabilitas.
4. Melakukan evaluasi
edukasi
5. Melakukan
dokumentasi pada
lembar catatan
perkembangan pasien
terintegrasi
6. Melakukan 1. Melakukan kontrak Pasien 1. Tepat waktu dalam Dalam Dalam melakukan
program waktu dengan pasien melakukan melakukan kontrak melakukan program kegiatan ini
kegiatan post dan keluarga kegiatan waktu menunjukkan program merupakan bentuk
Cerebral 2. Mempersiapkan alat sesuai pilihan nilai etika publik kegiatan ini pelayanan publik yang
Digital dan media untuk saat post 2. Menyiapkan alat secara mencerminkan termasuk dalam misi
Substraction kegiatan post Cerebral Cerebral efektif dan efisien nilai benevolent Rumah Sakit Pusat Otak
Angiography Digital Substraction Digital merupakan nilai dari atau melayani Nasional yaitu

30
(Cerebral Angiography Substraction komitmen mutu pasien dengan mewujudkan pelayanan
DSA) (Cerebral DSA) Angiography 3. Membantu pasien tulus, responsive otak dan sistem
3. Mendampingi pasien (Cerebral dengan ramah dan atau selalu siap persarafan bermutu
melakukan kegiatan DSA) sopan santun tanggap dan tinggi dan terjangkau
pilihan merupakan nilai dari attentive atau oleh semua lapisan
4. Melakukan evaluasi etika publik memberi masyarakat.
kegiatan 4. Evaluasi merupakan perhatian penuh
bentuk kepedulian pada pasien.
kepada pasien dan
keluarga dan
mencerminkan anti
korupsi.

31
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Aktualisasi Nilai Dasar ANEKA


Pelaksanaan kegiatan aktualisasi nilai dasar ANEKA berlangsung pada tanggal 9
April 2018 – 11 Agustus 2018 di RS Pusat Otak Nasional. Pada pelaksanaan kegiatan
aktualisasi terdapat perubahan tempat kegiatan yaitu tidak hanya dilakukan di ruang
rawat lantai 11 tetapi juga di ruang rawat lantai 7 dan 8 karena keterbatasan jumlah
pasien. Sedangkan waktu pelaksanaan yang ditampilkan dalam tabel berikut ini:
No. Kegiatan Realisasi Pelaksanaan
1. Menyusun materi tentang perawatan
pada pasien dengan tindakan Cerebral
17 April – 30 Mei 2018
Digital Substraction Angiography
(Cerebral DSA)
2. Membuat lembar balik edukasi
perawatan pada pasien dengan tindakan
30 Mei – 5 Juni 2018
Cerebral Digital Substraction
Angiography (Cerebral DSA)
3. Sosialisasi lembar balik tindakan
Cerebral Digital Substraction
25 Juni – 30 Juni 2018
Angiography (Cerebral DSA) kepada
perawat
4. Melakukan edukasi tindakan Cerebral
Digital Substraction Angiography
14 Juni – 25 Juli 2018
(Cerebral DSA) pada pasien dan
keluarga.
5. Melakukan edukasi tentang perawatan
post tindakan Cerebral Digital
14 Juni – 25 Juli 2018
Substraction Angiography (Cerebral
DSA) kepada pasien dan keluarga.
6. Melakukan program kegiatan post
Cerebral Digital Substraction 14 Juni – 25 Juli 2018
Angiography (Cerebral DSA)

32
B. Hasil dan Pembahasan Kegiatan
1. Menyusun materi tentang perawatan pada pasien dengan tindakan Cerebral Digital
Substraction Angiography (Cerebral DSA)
a. Waktu Pelaksanaan : 17 April – 30 Mei 2018
b. Tempat Pelaksanaan : Rumah sakit, rumah.
c. Tahapan Kegiatan
1) Meminta arahan kepada mentor
Dalam menyusun materi tentang perawatan pada pasien dengan tindakan
Cerebral Substraction Angiography (Cerebral DSA) diperlukan pengetahuan
dan pengalaman yang cukup agar materi yang disusun baik dan berkualitas.
Karena saya merupakan perawat baru di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
yang merupakan rumah sakit khusus otak dan sistem saraf, saya belum
mempunyai cukup pengetahuan dan pengalaman dalam bidang tersebut.
Sehingga dibutuhkan kerjasama dengan mentor yang merupakan Kepala
Bidang Keperawatan dan perawat neurosains. Untuk meminta arahan kepada
mentor, saya menghubungi mentor untuk memperkenalkan diri dan
menyampaikan tujuan saya untuk meminta arahan tentang penyusunan materi
tersebut. Setelah itu saya melakukan kontrak waktu dengan mentor. Pada
pertemuan atau konsultasi, mentor menyarankan untuk membaca dan
mempelajari terlebih dahulu materi referensi yang akan diambil agar sesuai
yang dibutuhkan dan mendapatkan informasi-informasi terbaru. Sumber
referensi dapat berupa buku, Standar Operasional Prosedur, jurnal dan lain-
lain. Buku-buku panduan telah disediakan di setiap ruangan sesuai dengan
kebutuhan ruangan. Oleh karena itu saya melakukan kerja sama dengan rekan
sejawat di ruangan untuk mendapatkan informasi tentang buku atau standar
operasional prosedur yang tersedia di ruangan. Dalam tahap ini, saya tidak
akan bisa melakukan kegiatan ini apabila saya bekerja sendiri. Sehingga
dibutuhkan adanya kerja sama dengan berbagai pihak agar hasil materi yang
disusun berkualitas. Hal ini mencerminkan adanya nasionalisme seperti pada
sila ketiga Pancasila yaitu persatuan Indonesia di lingkungan kerja RS Pusat
Otak Nasional.

33
2) Mencari referensi materi tentang perawatan pada pasien dengan Cerebral
Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA)
Setelah saya mendapatkan arahan serta informasi dari mentor serta rekan
sejawat yang berada di pelayanan, saya mulai mengumpulkan sumber
referensi yang dibutuhkan. Hasil kerjasama dengan rekan sejawat di
pelayanan didapatkan beberapa sumber referensi antara lain dari buku-buku
panduan dan buku sumber yang tersedia di ruang rawat lantai 11. Selain itu
saya mendapatkan referensi dari form rekam medis yang berupa form inform
consent untuk tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral
DSA). Setelah mendapatkan sumber referensi, saya harus memilih materi-
materi yang sesuai dengan tindakan Cerebral DSA. Materi pilihan merupakan
materi-materi yang telah dipilih secara profesional agar bermutu dan tepat.
Maka dari itu sikap profesional dalam pemilihan referensi dan materi
dilakukan oleh saya. Setelah itu saya menyusun materi-materi yang sesuai
dan dibutuhkan untuk edukasi pada pasien dan keluarga. Materi yang disusun
secara profesional oleh saya diharapkan sesuai dan tepat diberikan pada
edukasi tentang perawatan pasien dengan cerebral DSA agar menumbuhkan
kepuasan pasien dan keluarga sehingga komitmen mutu dapat tercapai.
Berikut daftar referensi yang saya gunakan.

DAFTAR REFERENSI

NO SUMBER KETERANGAN
1. Buku a. Judul : Basic Neurology Life Support
b. Penulis : dr. Mursyid Bustami, Sp. S (K) KIC, dkk.
c. Tahun : 2008
d. Penerbit : PERDOSSI
e. Kota : Jakarta
2. Buku a. Judul : Keperawatan Bedah Saraf
b. Penulis : R. M. Padmosantjojo dan Daryo Soemitro
c. Tahun : 2003
d. Penerbit : Bagian Bedah Saraf FKUI
e. Kota : Jakarta
3. Buku a. Judul : Pencitraan Pada Stroke

34
b. Penulis : Dr. dr. Yuyun Yueniwati P. W. M. Kes. Sp. Rad
c. Tahun : 2016
d. Penerbit : UB Press
e. Kota : Malang
4. Rekam Medis a. Judul : Form Persetujuan/ Inform Consent untuk Prosedur
Tindakan, Perawatan dan Instruksi Cerebral DSA
b. Penyusun : RS Pusat Otak Nasional
c. Tahun : 2013
5. Rekam Medis a. Judul : Catatan Keperawatan Pra Operasi
b. Penyusun : RS Pusat Otak Nasional
c. Tahun : 2013
6. Rekam Medis a. Judul : Checklist Persiapan Tindakan Diagnostik dan
Intervensi Non Bedah
b. Penyusun : RS Pusat Otak Nasional
c. Tahun : 2015
7. Rekam Medis a. Judul : Form Persetujuan/ Inform Consent untuk Prosedur
Tindakan, Perawatan dan Instruksi Cerebral DSA,
Endovaskuler Coiling dan Stenting
b. Penyusun : RS Pusat Otak Nasional
c. Tahun : 2013

3) Mengkonsultasikan hasil materi kepada mentor


Saya telah meyusun materi tentang perawatan pasien dengan tindakan
Cerebral DSA dan membuat kuesioner pengkajian tingkat pengetahuan awal
pasien dan keluarga sesuai dengan arahan mentor. Saya kemudian
mengkonsultasikan kembali materi yang telah disusun kepada mentor. Mentor
menyetujui materi yang telah disusun dan menambahkan saran untuk
membuat materi yang akan digunakan untuk edukasi agar diubah menjadi
bahasa yang lebih sederhana. Hal ini bertujuan agar pasien dan keluarga yang
diedukasi mengerti dan paham. Istilah yang digunakan harus dibedakan antara
bahasa medis dan bahasa untuk orang secara umum. Pada tahap ini selain
bekerja sama tentang konsultasi materi, saya juga bekerja sama dengan
mentor untuk perubahan istilah dalam materi edukasi. Mentor membantu saya

35
untuk melihat dari sudut pandang masyarakat umum. Mentor juga
memberikan beberapa contoh istilah yang mudah dipahami. Saya bekerja
sama dengan mentor untuk merubah istilah medis menjadi istilah umum.
Selain kerja sama yang merupakan nilai dasar dari nasionalisme, penggunaan
istilah umum dalam edukasi merupakan bentuk nasionalisme yang ada di
rumah sakit.

Gambar 3.1 Kuesioner Gambar 3.2 Saran dan koreksi mentor

4) Melakukan revisi materi sesuai saran mentor


Berdasarkan hasil konsultasi dan kerja sama dengan mentor mengenai materi
edukasi, saya melakukan revisi atau perbaikan. Beberapa perbaikan sesuai
dengan saran mentor sehingga dalam perbaikan dilakukan secara transparan.
Diharapkan dengan transparansi yang dilakukan oleh saya, materi yang
disusun dapat sesuai dengan kebutuhan. Selain itu materi menjadi lebih efektif
dan efisien. Dengan melakukan transparansi tersebut, berarti saya ikut
mewujudkan nilai dasar anti korupsi dalam lingkungan kerja saya.

5) Mengkonsultasikan materi kembali


Saya telah melakukan revisi materi sesuai dengan saran dan masukan dari
mentor. Materi yang telah direvisi menjadi tanggung jawab saya dan harus
dikonsultasikan kembali kepada mentor sebagai bentuk tanggung jawab.
Dalam tahap ini dalam mengkonsultasikan kembali, saya harus menjadi
pribadi yang akuntabel. Setelah dikonsultasikan kembali kepada mentor,
mentor menyetujui hasil materi yang telah disusun karena dinilai sudah tepat

36
dan sesuai untuk diberikan pada program edukasi pasien dan keluarga. Hal ini
menunjukan saya telah melakukan tanggung jawabnya yang merupakan nilai
dasar dari akuntabilitas.

Gambar 5.1 Materi yang disetujui

d. Hasil Kegiatan
Hasil dari kegiatan ini adalah adanya materi tentang perawatan pasien dengan
tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA) yang diambil
dari sumber berupa buku, rekam medis dan internet sesuai dengan saran mentor.
Materi yang telah disusun dan disetujui oleh mentor nantinya akan digunakan untuk
program edukasi kepada pasien dan keluarga dengan dijadikan lembar balik sebagai
media. Materi ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan perawat tentang
perawatan pasien dengan tindakan Cerebral DSA.

e. Kontribusi Terhadap Visi Misi Organisasi


Dalam kegiatan ini, saya melakukan kegiatan studi pustaka dan mencari sumber-
sumber terbaru dari materi tentang Cerebral DSA. Sehingga kegiatan ini sesuai
dengan misi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional yaitu mewujudkan pendidikan dan
penelitian yang mampu memberikan kontribusi pada pemecahan masalah otak dan
sistem persarafan di tingkat nasional dan internasional.

37
f. Penguatan Nilai Organisasi
Studi pustaka yang saya lakukan berfokus pada materi tentang Cerebral DSA yang
terdapat dari beberapa sumber. Materi khusus perawatan pada pasien dengan Cerebral
DSA belum tersedia di RS Pusat Otak Nasional. Sebagian besar materi belum
berfokus pada tindakan ini sehingga materi ini merupakan inovasi. Hal ini sesuai
dengan nilai inovative dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional.

g. Kendala
Dalam kegiatan ini saya tidak menemui kendala yang berarti karena banyak pihak
yang membantu memberikan informasi tentang sumber referensi yang sesuai dengan
materi tentang perawatan pasien dengan tindakan Cerebral Digital Substraction
Angiography (Cerebral DSA).

2. Membuat lembar balik edukasi perawatan pada pasien dengan tindakan Cerebral
Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA)
a. Waktu Pelaksanaan : 30 Mei – 5 Juni 2018
b. Tempat Pelaksanaan : Rumah sakit, rumah.
c. Tahapan Kegiatan
1) Meminta arahan kepada mentor
Pada kegiatan ini saya kembali meminta arahan kepada mentor mengenai
pembuatan lembar balik yang nantinya akan digunakan sebagai media
edukasi bagi pasien dan keluarga. Dari tahapan kegiatan ini didapatkan saran
dari mentor untuk membuat desain lembar balik yang menarik dan gambar
sesuai dengan penjelasan. Saya kembali bekerja sama dengan mentor dalam
hal penyusunan lembar balik. Mentor memberikan saran agar gambar yang
digunakan pada lembar balik menggambarkan materi edukasi yang telah
dibuat. Sehingga bahasa yang sederhana dan mampu dipahami oleh pasien
dan keluarga dapat tersampaikan melalui gambar. Kerja sama antara materi
yang saya susun dengan pengalaman mentor dalam penggunaan lembar balik
menjadikan satu ide yang akan dituangkan dalam lembar balik. Hal ini
menunjukan nilai dasar dari nasionalisme dalam kerja sama di lingkungan
kerja RS Pusat Otak Nasional.

38
2) Membuat konsep desain lembar balik
Saya membuat konsep desain lembar balik sesuai dengan arahan mentor.
Konsep desain lembar balik berupa gambar-gambar dan materi yang akan
ditampilkan. Lembar balik yang dominan dengan adanya gambar harus
didesain secara efektif dan efisien. Sehingga lembar balik menjadi menarik
dan edukasi yang diberikan dapat tersampaikan dan dipahami oleh pasien dan
keluarga. Nilai dasar yang diterapkan dalam tahapan kegiatan ini adalah saya
mampu membuat konsep desain lembar balik yang efektif dan efisien yang
mencerminkan komitmen mutu.

Gambar 2.1. Konsep lembar balik

3) Mengkonsultasikan konsep lembar balik kepada mentor


Saya meminta kerja sama mentor untuk memberikan saran atau masukan
terhadap konsep lembar balik yang telah dibuat. Pada tahap ini mentor
memberikan saran kepada saya untuk menambahkan materi tentang
mobilisasi pasca tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography
(Cerebral DSA) beserta gambar karena hal ini yang akan dilakukan pasien
nantinya. Selain itu ada beberapa kata-kata yang sebaiknya diubah agar
menjadi lebih efektif dan mudah dipahami oleh pasien dan keluarga. Disini
saya dan mentor bekerja sama untuk menyusun kata-kata yang lebih efektif
dan efisien sehingga tidak berlebihan tetapi tetap dapat dipahami. Dalam
berkonsultasi, saya dan mentor bekerja sama dalam menggabungkan ide
dalam membuat desain lembar balik. Hal ini menunjukan nasionalisme dalam
kerja sama tersebut.

39
Gambar 3.1 Saran dan koreksi mentor

4) Melakukan revisi lembar balik sesuai saran mentor


Saya menambahkan materi tentang tahapan mobilisasi pasca tindakan
Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA), tetapi karena
keterbatasan sumber maka saya mencari referensi gambar dari internet yang
sesuai dengan materi yang diberikan. Saya harus bekerja keras untuk
membuat desain lembar balik yang sederhana, menarik tetapi tujuan edukasi
tersampaikan kepada pasien dan keluarga. Jadi tidak hanya isi materi dari
lembar balik yang menjadi revisi saya, tetapi juga perlu pemilihan huruf dan
warna yang menarik. Selain itu, saya mengakui bahwa masih kurang dalam
kemampuan mendesain. Saya bekerja keras agar hasil desain tetap optimal
sesuai dengan saran mentor sehingga budaya anti korupsi akan terwujud
meskipun saya tidak menggunakan aplikasi profesional khusus desain.

5) Mengkonsultasikan kembali hasil revisi konsep lembar balik


Hasil revisi konsep lembar balik kembali dikonsultasikan dengan mentor
sebagai bentuk tanggung jawab dari saya. Sehingga kritik dan saran dari
mentor harus diterima oleh saya sebagai motivasi dan menjadikan saya
sebagai pribadi yang akuntabel. Setelah diperiksa oleh mentor, mentor
menyetujui hasil revisi dan memberikan saran cara menggunakan lembar
balik tersebut saat edukasi.

40
Gambar 5.1 Revisi lembar balik

6) Mencetak lembar balik sesuai konsep yang telah disetujui


Lembar balik yang telah disetujui kemudian dicetak sendiri oleh saya. Setelah
itu dilakukan jilid spiral sehingga menjadi lembar balik. Ukurannya
disesuaikan agar mudah digunakan dan mudah terlihat oleh pasien dan
keluarga. Disini saya memperkuat jiwa nasionalisme dengan rela berkorban
dalam pembiayaan cetak lembar balik karena ini merupakan kegiatan
aktualisasi atau gagasan pemecahan isu saya.

Gambar 6.1 Lembar balik yang telah dicetak

41
d. Hasil Kegiatan
Hasil dari kegiatan ini adalah adanya lembar balik edukasi perawatan pada pasien
dengan tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA)
yang dapat digunakan sebagai media edukasi.

e. Kontribusi Terhadap Visi Misi Organisasi


Saya membuat media edukasi yang efektif dan efisien digunakan dalam kegiatan
edukasi kepada pasien dan keluarga. Kegiatan ini sesuai dengan visi Rumah Sakit
Pusat Otak Nasional yaitu mewujudkan pendidikan dan penelitian yang mampu
memberikan kontribusi pada pemecahan masalah otak dan sistem persarafan di
tingkat nasional dan internasional.

f. Penguatan Nilai Organisasi


Lembar balik tentang perawatan pasien dengan tindakan Cerebral Digital
Substraction Angiography (Cerebral DSA) merupakan hal yang baru sehingga
kegiatan ini merupakan sesuatu yang inovative sesuai dengan nilai dari Rumah
Sakit Pusat Otak Nasional.

g. Kendala
Pada kegiatan ini saya menemui kendala yaitu sulitnya mendapatkan gambar-
gambar yang menarik dan sesuai dengan penjelasan dan yang ada di lapangan.
Tetapi kendala dapat teratasi dengan mencari gambar-gambar yang ada di internet
dan sudah sesuai dengan penjelasan serta menarik.

3. Sosialisasi lembar balik tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography


(Cerebral DSA) kepada perawat
a. Waktu Pelaksanaan : 25 Juni – 30 Juni 2018
b. Tempat Pelaksanaan : Nurse Station Ruang Rawat Lantai 11
c. Tahapan Kegiatan
1) Meminta izin kepada atasan (PP/PIC) untuk melakukan sosialisasi
Saya meminta izin secara langsung kepada perawat primer yang merupakan
atasan langsung saya. Setelah itu saya menyampaikan maksud dan tujuan
kepada perawat primer. Kemudian berkoordinasi untuk menentukan tempat
dan waktu pelaksanaan. Perawat primer mengizinkan sosialisasi dilakukan di

42
nurse station saat operan dinas. Sehingga tidak mengganggu pelayanan
kepada pasien. Untuk waktu sosialisasi dibatasi 15-20 menit saja agar tidak
terlalu lama dan mengambil banyak waktu operan dinas. Waktu pelaksanaan
disesuaikan dengan jadwal dinas perawat sehingga tidak mengganggu jadwal
dinas juga. Koordinasi dengan perawat primer yang saya lakukan dengan
sopan santun dan tidak memaksakan rencana saya. Sehingga diharapkan
dalam pelaksanaannya akan lebih mudah dan lancar. Komunikasi dengan
atasan langsung dalam lingkungan kerja saya lakukan dengan sopan dan
santun merupakan penerapan dari etika publik.

2) Membuat daftar hadir sosialisasi


Saya menyiapkan daftar hadir sebagai salah satu dokumentasi dalam kegiatan
sosialisasi. Daftar hadir kemudian diisi dan ditandatangani oleh perawat yang
telah mengikuti sosialisasi lembar balik. Hal ini dilakukan sebagai bentuk
pertanggungjawaban dan agar perawat disiplin dalam setiap kegiatan.
Sehingga akan menjadi budaya anti korupsi dalam setiap kegiatan pelayanan.

Gambar 2.1 Daftar hadir sosialisasi

3) Melakukan kontrak waktu dan tempat dengan perawat


Saya menginformasikan kepada perawat ruang rawat lantai 11 bahwa saya
akan melakukan sosialisasi lembar balik kepada perawat. Saya
menyampaikan maksud dan tujuan sosialisasi lembar balik. Kemudian saya
menginformasikan tempat dan waktu pelaksanaan sosialisasi yaitu di nurse

43
station ruang rawat lantai 11 saat operan dinas selama 15-20 menit.
Sosialisasi dilakukan sampai semua perawat mendapatkannya. Setelah itu
saya menanyakan kesediaan perawat untuk kontrak waktu tersebut. Perawat
setuju dengan kontrak waktu tersebut. Saya melakukan kontrak waktu dan
tempat dengan pertimbangan agar tidak mengganggu pelayanan di ruangan
sehingga dapat tepat waktu dalam kegiatan sosialisasi dan kegiatan pelayanan
ruangan. Sehingga terwujud budaya anti korupsi.

4) Melakukan sosialisasi kepada perawat


Sosialisasi lembar balik dilakukan selama 6 hari dari tanggal 25 – 30 Juni
2018. Sosialisasi dilakukan 10-15 menit setelah operan dinas di nurse station
sesuai dengan kesepakatan kontrak waktu. Dalam menyampaikan sosialisasi
saya mengawali dengan maksud dan tujuan dari sosialisasi lenbar balik.
Kemudian saya memulai sosialisasi dengan bertanya kepada perawat apakah
sudah mengetahui tentang lembar balik maupun materi lembar balik yang
akan disampaikan yaitu tentang perawatan pada pasien dengan cerebral DSA.
Hal ini dilakukan dengan tujuan mengetahui sejauh mana perawat mengetahui
sebelumnya. Selain itu dapat dijadikan bahan diskusi dalam penyampaian
sosialisasi. Sehingga disini saya harus mampu mempunyai jiwa
kepemimpinan sebagai penyaji meskipun sosialisai dilakukan kepada perawat
yang lebih senior dan tentu memiliki ilmu dan pengalaman yang lebih luas.
Rekan-rekan perawat cukup antusias dan tertarik dengan adanya lembar balik
tersebut karena lembar balik tentang perawatan pasein dengan cerebral DSA
belum ada di ruang rawat lantai 11. Sebanyak 9 dari 11 perawat di ruang
rawat lantai 11 telah mendapatkan sosialisasi lembar balik ini dikarenakan 2
orang perawat lainnya sedang mengambil cuti melahirkan.

44
Gambar 4.1 Sosialisasi lembar balik kepada perawat

5) Mengevaluasi kegiatan sosialisasi


Setelah melakukan sosialisasi kepada perawat, perawat melakukan evaluasi
untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan sosialisasi sehingga saya
mampu melakukan tindak lanjut dari hasil evaluasi tersebut. Evaluasi
kegiatan dilakukan dengan menanyakan kembali materi yang ada di lembar
balik dan cara melakukan edukasi dengan menggunakan lembar balik
tersebut. Sebagian besar perawat mampu menjelaskan kembali dan
melakukan simulasi edukasi dengan menggunakan lembar balik tersebut.
Selain itu beberapa saran juga diberikan oleh perawat-perawat yang lain
antara lain cara melakukan edukasi dengan lebih banyak melibatkan pasien
dan keluarga agar pasien dan keluarga lebih memahami materi. Saran-saran
yang diberikan akan diterapkan oleh saya dalam melakukan edukasi
merupakan bentuk kepedulian dan merupakan nilai dasar dari anti korupsi.

d. Hasil Kegiatan
Hasil dari kegiatan ini adalah perawat dapat memahami dan menggunakan lembar
balik sebagai media edukasi. Diharapakan pemberian edukasi kepada pasien dan
keluarga dengan menggunakan media dapat lebih efektif dan efisien. Sehingga
tujuan dari kegiatan edukasi dapat tercapai dengan optimal.

45
e. Kontribusi Terhadap Visi Misi Organisasi
Dengan melibatkan perawat-perawat lain dalam kegiatan ini merupakan
perwujudan dari misi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional yaitu mewujudkan
kenyamanan dan kesejahteraan pegawai.

f. Penguatan Nilai Organisasi


Setelah perawat dapat memahami dan menggunakan lembar balik sebagai media
edukasi, maka perawat dapat menerapkan nilai responsive yaitu selalu siap
tanggap dalam melakukan setiap tindakan.

g. Kendala
Dalam kegiatan ini saya menemui kendala yaitu tidak semua perawat hadir dalam
sosialisasi lembar balik ini karena ada 2 orang perawat di ruang rawat lantai 11
yang sedang cuti melahirkan. Oleh karena itu nanti akan dilakukan susulan untuk
perawat yang belum mengikuti sosialisasi.

4. Melakukan edukasi tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral


DSA) pada pasien dan keluarga.
a. Waktu Pelaksanaan : 14 Juni – 25 Juli 2018
b. Tempat Pelaksanaan : Ruang rawat lantai 11, 7 dan 8.
c. Tahapan Kegiatan
1) Melakukan kontrak waktu dengan pasien dan keluarga tentang edukasi
tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA)
Sebelum melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga terlebih dahulu saya
berkenalan dengan pasien dan keluarga. Kemudian saya menyampaikan
maksud dan tujuan saya yaitu akan melakukan edukasi tentang perawatan
pada pasien dengan cerebral DSA. Setelah itu saya melakukan kontrak waktu
dengan pasien dan keluarga untuk melakukan edukasi. Edukasi dilakukan
rata-rata selama 15-20 menit di ruang kamar pasien bersama dengan keluarga
pasien dengan memilih waktu dimana pasien tidak sedang melakukan
kegiatan. Saya melakukan edukasi dengan tepat waktu agar tidak
mengganggu pelayanan lain dan mempertimbangkan kondisi serta keluhan
pasien. Sehingga pasien akan merasa dihargai dan terwujudnya budaya etika
publik.

46
2) Melakukan pengkajian tingkat pemahaman pasien dan keluarga tentang
tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA)
Pengkajian tingkat pemahaman pasien dan keluarga dilakukan agar edukasi
yang diberikan efektif, efisien dan sesuai dengan pemahaman pasien dan
keluarga. Pengkajian menggunakan form kuisioner yang telah disiapkan oleh
saya. Pasien dan keluarga diminta untuk melingkari jawaban pada kuisioner
yang diberikan. Saya juga menyediakan pilihan lainnya yang dapat diisi
pasien atau keluarga secara mandiri. Sebagian besar pasien telah diberikan
edukasi tentang tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography
(Cerebral DSA) oleh dokter atau operator tetapi belum diberikan edukasi
tentang perawatannya. Dalam melakukan pengkajian, saya harus mampu
secara profesional untuk menggali tingkat pemahaman awal pasien dan
keluarga agar didapatkan analisa yang tepat dan bermutu sehingga sesuai
dengan nilai dasar dari komitmen mutu.

Gambar 2.1 Kuesioner oleh pasien

3) Memberikan edukasi tentang perawatan pada pasien dengan tindakan


Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA) kepada keluarga
dan pasien
Sebelum melakukan edukasi, saya menanyakan keadaan serta keluhan pasien
sehingga pemberian edukasi dapat disesuaikan. Edukasi dilakukan
menggunakan lembar balik yang telah dibuat. Teknik edukasi yang digunakan

47
adalah ceramah dan diskusi. Setelah mengetahui tingkat pemahaman awal
pasien dan keluarga dari lembar kuesioner yang telah diisi oleh pasien dan
keluarga, saya dapat memberikan pendalaman edukasi materi. Selama
pelaksanaan edukasi, perawat juga memperhatikan kondisi pasien. Karena
sebagian besar pasien mengalami keluhan seperti lemah salah satu sisi tubuh,
baal, pusing berputar atau pandangan kabur. Untuk pasien dengan keluhan
pusing berputar atau pandangan kabur, pasien lebih banyak mendnegarkan
sehingga saya lebih banyak berdiskusi dan kontak dengan keluarga pasien.
Pasien dan keluarga terlihat antusias ketika edukasi berlangsung dan
mengajukan beberapa pertanyaan selama edukasi. Tetapi sebagian besar
pertanyaan yang diajukan selama edukasi merupakan kewenangan dokter atau
tenaga kesehatan yang lain. Saya menjelaskan materi perawatan pada pasien
dengan tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA)
secara profesional sesuai dengan kewenangannya. Sehingga saya menjadi
akuntabel dan bekerja profesional sesuai bidang tugasnya.

Gambar 3.1 Edukasi perawatan Cerebral DSA

48
Gambar 3.2 Edukasi perawatan Cerebral DSA

4) Mendiskusikan pilihan alternatif kegiatan pasien post tindakan Cerebral


Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA)
Selama tirah baring setelah post tindakan Cerebral Digital Substraction
Angiography (Cerebral DSA), saya menganjurkan pasien untuk melakukan
pilihan alternatif kegiatan. Saya menyarankan beberapa aktivitas pilihan
seperti membaca buku, mendengarkan musik ataupun hobi pasien yang
mungkin untuk dilakukan di rumah sakit. Beberapa pasien memilih untuk
tidur dan beristirahat karena masih adanya keluhan seperti lemah salah satu
sisi tubuh, baal, pusing berputar atau pandangan kabur. Ada juga yang
memilih untuk menerima kunjungan dari teman dan keluarga. Sehingga
meskipun pasien memiliki pilihan kegiatan yang berbeda, saya harus dapat
memfasilitasi pasien untuk melakukan kegiatan pilihannya. Sehingga nilai
nasionalisme dapat diwujudkan dengan menghargai pilihan masing-masing
pasien.

5) Melakukan evaluasi edukasi


Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan edukasi yang telah
diberikan. Evaluasi menunjukan adanya kepedulian kepada pasien dan
keluarga mengenai edukasi yang telah diberikan. Evaluasi edukasi dilakukan
dengan cara menanyakan kembali materi yang telah diberikan kepada pasien
dan keluarga. Pasien dan keluarga dapat memahami dan menjelaskan kembali
materi yang telah disampaikan. Kemudian saya menggunakan form edukasi

49
terintegrasi pasien dan keluarga untuk melihat hasil evaluasi dan sebagai
bentuk dokumentasi saya. Pada kolom evaluasi terdapat pilihan hasil evaluasi
yaitu re-edukasi, re-demonstrasi dan sudah mengerti. Dari pilihan tersebut
sesuai dengan hasil evaluasi kemudian dilakukan rencana tindak lanjut
apabila hasil evaluasi adalah re-demonstrasi dan re-edukasi. Dengan adanya
kepedulian terhadap hasil edukasi dan tindak lanjut menunjukan adanya
budaya anti korupsi yang dilakukan oleh saya.

6) Mendokumentasikan edukasi dalam lembar Edukasi Terintegrasi


Setiap edukasi yang diberikan kepada pasien dan keluarga oleh petugas harus
didokumentasikan dalam lembar edukasi terintegrasi. Saya
mendokumentasikan edukasi tentang perawatan pada pasien dengan tindakan
Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA) pada lembar
edukasi terintegrasi yang ditanda tangani dan diberi nama terang oleh saya
sebagai edukator dan pasien atau keluarga sebagai pihak yang diedukasi.
Dokumentasi pada rekam medis ini dapat dipertanggung jawab dan tanggung
gugat oleh saya dan pasien serta keluarga. Dengan mendokumentasikan setiap
kegiatannya sebagai perawat, berarti saya telah menjadi perawat yang
akuntabel di lingkungan kerjanya dan itu merupakan salah satu penerapan
dari akuntabilitas.

Gambar 6.1 Dokumentasi pada lembar edukasi terintegrasi

50
d. Hasil Kegiatan
Hasil dari kegiatan ini adalah pasien dan keluarga memahami tentang perawatan
pasien dengan tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral
DSA). Selain itu edukasi ini melibatkan pasien dan keluarga untuk membantu
memvalidasi persiapan pada tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography
(Cerebral DSA).

e. Kontribusi Terhadap Visi Misi Organisasi


Kegiatan edukasi ini merupakan salah satu implementasi keperawatan yang
dilakukan oleh perawat. Hal ini dalam rangka mewujudkan pelayanan otak dan
sistem saraf bermutu tinggi dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat
dengan menerapkan nilai noble atau sesuai dengan motto rumah sakit “Melayani
dengan Mulia”.

f. Penguatan Nilai Organisasi


Edukasi pasien dan keluarga ini dilakukan secara responsif dan attentive yaitu
dilakukan dengan siap tanggap dan penuh perhatian serta dengan tujuan
benevolent atau melayani pasien dengan tulus yang merupakan nilai-nilai dari
Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Sehingga pelayanan yang diberikan noble atau
sesuai dengan motto rumah sakit “Melayani dengan Mulia”

g. Kendala
Kendala yang dihadapi saya saat melakukan kegiatan ini adalah hanya ada 1
pasien dengan rencana tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography
(Cerebral DSA) yang ada di ruang rawat lantai 11 selama waktu aktualisasi
kegiatan ini. Sehingga saya melakukan edukasi kepada pasien dengan tindakan
Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA) dari ruang rawat
lain. Saya meminta informasi dari perawat ruang rawat lain tentang pasien
dengan rencana Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA)
kemudian meminta izin kepada kepala ruang rawat tersebut serta perawat
penanggung jawab pasien. Saya bekerja sama dengan perawat penanggung jawab
pasien tersebut dalam melakukan edukasi. Kendala lain yang dihadapi adalah
edukasi yang diberikan kepada pasien kurang efektif karena adanya keluhan
pasien antara lain nyeri dan pandangan kabur sehingga pasien lebih banyak

51
mendengarkan penjelasan saya. Sehingga saya lebih banyak melibatkan keluarga
pasien yang mendampingi.

5. Melakukan edukasi tentang perawatan post tindakan Cerebral Digital Substraction


Angiography (Cerebral DSA) kepada pasien dan keluarga.
a. Waktu Pelaksanaan : 14 Juni – 25 Juli 2018
b. Tempat Pelaksanaan : Ruang Rawat Lantai 11, 7 dan 8.
c. Tahapan Kegiatan
1) Mengkonfirmasi instruksi post Cerebral Digital Substraction Angiography
(Cerebral DSA) dari dokter
Saat menjemput pasien dari kamar operasi, perawat OK mengoperkan
instruksi perawatan dan instruksi medis kepada perawat ruangan. Instruksi
post Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA) dari dokter
atau operator harus dilihat dan dibaca dengan benar. Instruksi yang ditulis di
catatan perkembangan pasien terintegrasi dan telah ditandatangani oleh dokter
dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan. Saya menyiapkan hal-hal yang
diperlukan untuk memberikan edukasi post Cerebral Digital Substraction
Angiography (Cerebral DSA) dan melakukan tindakan perawatan post
Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA) sesuai dengan
instruksi medis dari dokter. Sehingga saya menerapkan sikap yang akuntabel
sesuai dengan nilai dasar dari akuntabilitas.

2) Melakukan kontrak waktu dengan pasien dan keluarga tentang edukasi post
Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA)
Setelah sampai di ruangan kembali, saya segera melakukan kontrak waktu
kepada pasien dan keluarga untuk edukasi post cerebral DSA. Edukasi post
Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA) dilakukan agar
pasien dan keluarga dapat mengetahui dan memahami segera tindakan
perawatan yang akan dilakukan. Edukasi dilakukan tepat waktu agar tidak
mengganggu waktu istirahat pasien dan pelayanan lainnya. Dengan edukasi
yang tepat waktu maka saya telah menerapkan nilai dasar dari etika publik.

52
3) Memberikan edukasi tentang tindakan post Cerebral Digital Substraction
Angiography (Cerebral DSA) kepada keluarga dan pasien sesuai dengan
instruksi dokter
Saya terlebih dahulu mengecek keadaan dan keluhan pasien pasca cerebral
DSA. setelah itu saya menjelaskan maksud dan tujuan dari edukasi post
cerebral DSA. Edukasi dilakukan dengan teknik ceramah dan praktek.
Edukasi tentang tindakan post Cerebral Digital Substraction Angiography
(Cerebral DSA) dilakukan menggunakan lembar balik dengan fokus dan
mereview pada materi pasca tindakan Cerebral Digital Substraction
Angiography (Cerebral DSA). Kemudian ditambahkan dengan edukasi
instruksi dari dokter atau operator. Selain itu perawat juga melakukan
tindakan keperawatan post Cerebral Digital Substraction Angiography
(Cerebral DSA) antara lain mengukur tanda-tanda vital, menghitung pedal
pulse dan mengobservasi balutan post DSA. Peran serta keluarga disini
penting untuk membantu perawat dalam mengobservasi rembesan pada
balutan luka. Dalam memberikan edukasi dan tindakan, saya melakukan
dengan profesional sehingga sesuai dengan wewenangnya. Adapun beberapa
hal yang ditanyakan terkait tindakan medis, dapat ditanyakan kembali kepada
dokter. Sehingga edukasi dan tindakan yang dilakukan secara profesional
dapat mewujudkan komitmen mutu.

Gambar 3.1 Edukasi post Cerebral DSA

53
4) Melakukan evaluasi edukasi
Evaluasi dilakukan dengan cara bertanya kembali tentang materi yang telah
diberikan dan khususnya keluarga mampu bekerja sama dengan perawat
dalam mengobservasi keadaan pasien pasca cerebral DSA. Dari hasil
evaluasi, keluarga dan pasien mampu memahami dan menjelaskan kembali
materi yang telah diberikan. Setelah dilakukan evaluasi, saya mampu
melakukan rencana tindak lanjut sebagai bentuk kepedulian terhadap pasien
dan keluarga. Dengan menunjukan kepedulian saya kepada pasien dan
keluarga maka budaya anti korupsi di lingkungan kerja saya akan terjalin.

5) Melakukan dokumentasi pada lembar catatan perkembangan pasien


terintegrasi
Dokumentasi edukasi dan tindakan keperawatan yang telah dilakukan ditulis
pada lembar catatan perkembangan pasien terintegrasi kemudian diberi nama
terang serta tanda tangan perawat. Hal ini merupakan tanggung jawab dari
perawat yang melakukan tindakan dan merupakan nilai dasar dari
akuntabilitas. Sehingga saya mampu menjadi pribadi yang akuntabel dan
mampu mempertanggung jawab dan tanggung gugat dalam setiap pekerjaan
yang dilakukan.

Gambar 5.1 Dokumentasi pada CPPT

d. Hasil Kegiatan
Hasil dari kegiatan ini adalah pasien dan keluarga memahami tentang perawatan
post tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA)

54
sehingga pasien dan keluarga dapat dilibatkan dalam perawatan post Cerebral
Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA).

e. Kontribusi Terhadap Visi Misi Organisasi


Kegiatan edukasi merupakan salah satu implementasi keperawatan yang
dilakukan oleh perawat. Sehingga pelayanan yang diberikan guna mencapai misi
yaitu mewujudkan pelayanan otak dan sistem persarafan bermutu tinggi dan
terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

f. Penguatan Nilai Organisasi


Edukasi pasien dan keluarga ini dilakukan secara responsif dan attentive yaitu
dilakukan dengan siap tanggap dan penuh perhatian serta dengan tujuan
benevolent atau melayani pasien dengan tulus yang merupakan nilai-nilai dari
Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Sehingga pelayanan yang diberikan noble atau
sesuai dengan motto rumah sakit “Melayani dengan Mulia”

g. Kendala
Kendala yang dihadapi saya saat melakukan kegiatan ini adalah pasien dan
keluarga menanyakan tentang hasil dari tindakan Cerebral Digital Substraction
Angiography (Cerebral DSA) kepada perawat saat edukasi tetapi karena perawat
tidak memiliki wewenang untuk menjelaskan hasilnya maka perawat harus
menghubungi dokter yang bertanggung jawab atas pasien tersebut. Sedangkan
hasil Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA) tidak langsung
ada, perlu dilakukan analisa oleh dokter terlebih dahulu.

6. Melakukan program kegiatan post Cerebral Digital Substraction Angiography


(Cerebral DSA)
a. Waktu Pelaksanaan : 14 Juni – 25 Juli 2018
b. Tempat Pelaksanaan : Ruang Rawat Lantai 11, 7 dan 8
c. Tahapan Kegiatan
1) Melakukan kontrak waktu dengan pasien dan keluarga
Kontrak waktu dilakukan setelah saya melakukan edukasi post cerebral DSA
agar efektif dan efisien. Saya melakukan kontrak waktu dengan pasien dan
keluarga untuk melakukan kegiatan post Cerebral Digital Substraction

55
Angiography (Cerebral DSA). Pasien yang ingin beristirahat dilakukan
kontrak waktu untuk tindakan keperawatan selanjutnya seperti pemberian
obat atau personal hygiene. Sedangkan pasien yang ingin dijenguk oleh
keluarga dan kerabat dapat memberitahu perawat ingin dikunjungi pada pukul
berapa. Sehingga perawat mampu memfasilitasi kunjungan. Dalam
melakukan kontrak waktu, saya harus mampu berkomitmen agar kontrak
waktu yang dilakukan tepat waktu sehingga tercipta budaya kerja anti
korupsi.

2) Mempersiapkan alat dan media untuk kegiatan post Cerebral Digital


Substraction Angiography (Cerebral DSA)
Alat dan media yang dipersiapkan khususnya untuk pasien yang ingin
dikunjungi oleh keluarga atau perawat tetapi dengan pembatasan jumlah
pengunjung. Saya menggunakan tulisan yang ditempel di pintu kamar pasien.
Tulisan yang dibuat harus komunikatif, efektif dan efisien sehingga tidak
terjadi pemborosan dalam berbagai hal. Penggunaan alat dan bahan yang
efektif dan efisien akan mencerminkan komitmen mutu yang baik dari saya.

Gambar 2.1 Kertas pemberitahuan

56
3) Mendampingi pasien melakukan kegiatan pilihan
Saat pasien istirahat atau menerima kunjungan, saya tidak terus menerus
mendampingi pasien karena sudah ada keluarga yang mendampingi. Tetapi
saya mengobservasi dan melakukan instruksi post Cerebral DSA yaitu
mengukur tanda-tanda vital, mengobservasi balutan, dll. Selain itu saya
memfasilitasi kunjungan dari keluarga atau kerabat pasien. Saya memberikan
pengertian dan arahan kepada pengunjung untuk membatasi jumlah
pengunjung atau mengatur pergantian kunjungan agar tidak mengganggu
pelayanan lainnya. Dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan keluarga
serta pengunjung, saya melakukannya dengan ramah dan sopan santun.
Sehingga keluarga dan pengunjung merasa dihormati dengan adanya
penerapan nilai dasar dari etika publik.

4) Melakukan evaluasi kegiatan


Evaluasi kegiatan dilakukan dengan cara menanyakan perasaan kepada pasien
setelah melakukan kegiatan post Cerebral DSA dan adakah keluhan pasca
cerebral DSA. Pasien yang menerima kunjungan dari kerabat dan keluarga
walaupun merasa nyeri di daerah bekas tindakan cerebral DSA tetapi nyeri
dapat berkurang karena terdistraksi dengan mengobrol bersama keluarga dan
kerabat. Untuk pasien yang ingin beristirahat, saya melakukan evaluasi
adanya keluhan yang dirasakan. Pasien merasa nyeri dan keluhan yang sama
masih ada seperti kelemahan salah satu anggota badan, baal, pusing berputar
atau pendangan kabur. Sebagai bentuk kepedulian, hasil evaluasi yang
didapatkan kemudian dilakukan tindak lanjut oleh saya.

d. Hasil Kegiatan
Pada kegiatan ini, pasien dengan keluhan antara lain lemah salah satu sisi tubuh,
baal, pusing berputar atau pandangan kabur tidak melakukan kegiatan post
Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA) dan memilih untuk
tidur dan beristirahat atau mengobrol dan menerima kunjungan dari teman dan
kerabat. Saya memfasilitasi waktu istirahat pasien dan kunjungan dari teman atau
kerabat. Sehingga tahapan pada kegiatan ini saya akui kurang optimal dalam
pelaksanaannya.

57
e. Kontribusi Terhadap Visi Misi Organisasi
Saya memfasilitasi kegiatan post Cerebral DSA pasien merupakan bentuk
pelayanan publik yang termasuk dalam misi Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
yaitu mewujudkan pelayanan otak dan sistem persarafan bermutu tinggi dan
terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

f. Penguatan Nilai Organisasi


Program kegiatan yang dilakukan merupakan cerminan dari nilai inovatif yaitu
mengikuti perkembangan ilmu. Dalam pelaksanaannya mencerminkan nilai
benevolent atau melayani pasien dengan tulus, responsive atau selalu siap
tanggap dan attentive atau memberi perhatian penuh pada pasien.

g. Kendala
Kendala yang ditemui saya adalah pasien masih dengan keluhan seperti lemah
salah satu sisi tubuh, baal, pusing berputar atau pandangan kabur. Sehingga
kegiatan yang dilakukan kurang bervariasi dan harus disesuaikan dengan kondisi
pasien. Saya berusaha memfasilitasi kegiatan yang dilakukan oleh pasien.

58
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelatihan Dasar CPNS Golongan II diselenggarakan dengan sistem on dan off


campus. Setelah penanaman nilai-nilai dasar ANEKA yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme,
Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi pada saat on campus, nilai-nilai ini
kemudian diaktualisasikan dalam bentuk kegiatan guna memecahkan isu yang ada di
masing-masing satuan kerja peserta. Saya sebagai perawat di Rumah Sakit Pusat Otak
Nasional melakukan beberapa kegiatan guna memecahkan isu belum optimalnya
program edukasi tentang perawatan Cerebral Digital Substraction Angiography
(Cerebral DSA) kepada pasien dan keluarga di ruang rawat lantai 11. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh saya adalah menyusun materi tentang perawatan pada pasien,
membuat lembar balik edukasi perawatan, sosialisasi lembar balik kepada perawat,
melakukan edukasi pada pasien dan keluarga, melakukan edukasi tentang perawatan post
tindakan kepada pasien dan keluarga serta melakukan program kegiatan post Cerebral
Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA). Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan
selama masa off campus dari tanggal 9 April 2018 – 11 Agustus 2018. Saya melakukan
semua tahap kegiatan berdasarkan nilai-nilai dasar ANEKA dan kemudian dikuatkan
oleh visi, misi serta nilai Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Semua kegiatan yang telah
dirancang dapat dilaksanakan seluruhnya tetapi ada kendala yaitu karena keterbatasan
jumlah pasien dengan tindakan Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral
DSA) di ruang rawat lantai 11, maka saya melakukan kegiatan edukasi pada pasien dan
keluarga di ruang rawat yang lain.
Hasil dari kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan adalah adanya media yang
digunakan untuk edukasi pasien dan keluarga tentang perawatan pada psien dengan
Cerebral Digital Substraction Angiography (Cerebral DSA). Media yang telah dibuat
dapat menjadikan proses edukasi menjadi efektif dan efisien sehingga edukasi yang
merupakan implementasi keperawatan menjadi optimal. Asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien menjadi meningkat dalam tingkat keberhasilannya. Asuhan
keperawatan yang optimal menurunkan LOS (Length of Stay) dan menjadikan mutu
rumah sakit meningkat. Pada akhirnya, pasien sebagai pelanggan rumah sakit
mendapatkan kepuasan dalam mendapatkan pelayanan.

59
B. Saran
1. Perlu adanya dukungan berupa materiil dan non materiil dari instansi kerja peserta
sehingga peserta mampu mengembangkan kegiatan aktualisasi guna memecahkan
isu.
2. Perlunya monitoring berkala untuk kegiatan-kegiatan aktualisasi yang sedang
berlangsung, tidak hanya dari instansi kerja tetapi juga dari pihak penyelenggara
pelatihan dasar CPNS golongan II.
3. Perlunya tindak lanjut oleh instansi kerja maupun penyelenggara pelatihan dasar
CPNS golongan II dari kegiatan aktualisasi peserta.
4. Sebaiknya pelatihan dasar tidak hanya dilakukan saat peserta menjadi CPNS tetapi
juga untuk PNS sebagai penyegaran nilai-nilai dasar ANEKA.

60
DAFTAR PUSTAKA

Basseng & Purwana, B. H., 2015. Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan II:
Aktualisasi, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Fatimah, E. & Irawati, E., 2017. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Manajemen Aparatur
Sipil Negara, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
KPK, T. P., 2014. Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan I/II dan III: Anti
Korupsi, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Kumorotomo, W., Wirapradja, N. R. D. & Imbaruddin, A., 2015. Modul Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan Golongan II: Etika Publik, Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara.
Kusumasari, B., Dwiputrianti, S. & Allo, E. L., 2015. Modul Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan Golongan II: Akuntabilitas, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Latief, Y., Suryanto, A. & Muslim, A. A., 2015. Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan
Golongan II: Nasionalisme, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Purwanto, E. A., Tyastianti, D., Taufiq, A. & Novianto, W., 2017. Modul Pelatihan Dasar
Calon PNS: Pelayanan Publik, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara
Suwarno, Y. & Atmojo, T., 2017. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS: Whole of Goverment,
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Yuniarsih, T. & taufiq, M., 2015. Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan II:
Komitmen Mutu, Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Yuniewati, Y., 2016. Pencitraan Pada Stroke, Malang : UB Press.

61

Anda mungkin juga menyukai