Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
1
Perencanaan tata ruang di Indonesia sudah diatur dalam UU Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Menurut definisi yang terdapat di undang-
undang tersebut, perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan
struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana
tata ruang.
1.2.2 Sasaran
Diketahuinya mekanisme dari perencanaan spasial atau tata ruang.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ruang , Tata Ruang, dan Penataan Ruang
Menurut D.A. Tisnaadmidjaja, yang dimaksud dengan ruang adalah
“wujud fisik wilayah dalam dimensi geografis dan geometris yang merupakan
wadah bagi manusia dalam melaksanakan kegiatan kehidupannya dalam suatu
kualitas kehidupan yang layak”.
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah
susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang
berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiliki hubungan fungsional.
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan tata ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Hal tersebut
merupakan ruang lingkup penataan ruang sebagai objek Hukum Administrasi
Negara. Jadi, hukum penataan ruang menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 yaitu hukum yang berwujud struktur ruang (ialah sususnan pusat-pusat
pemukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai
pendukung kegiatan ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki
hubungan fungsional) dan pola ruang (ialah distribusi peruntukan ruang dalam
suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
peruntukan ruang untuk fungsi budi daya).
4
Keterpaduan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas
wilayah, dan lintas pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan antara lain,
adalah pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
2. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan mewujudkan keserasian antara struktur ruang dan pola
ruang, keselarasan antara kehidupan manusia dengan lingkungannya,
keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antar daerah serta antara
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.
3. Keberlanjutan
Keberlanjutan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
menjamin kelestarian dan kelangsungan daya dukung dan daya tampung
lingkungan dengan memperhatikan kepentingan generasi mendatang.
4. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan
Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan mengoptimalkan manfaat ruang dan sumber daya yang
terkandung di dalamnya serta menjamin terwujudnya tata ruang yang berk
ualitas.
5. Keterbukaan
Keterbukaan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan
informasi yang berkaitan dengan penataan ruang.
6. Kebersamaan dan kemitraan
Kebersamaan dan kemitraan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan
dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
7. Perlindungan kepentingan umum
Perlindungan kepentingan umum adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat.
8. Kepastian hukum dan keadilan
5
Kepastian hukum dan keadilan adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan berlandaskan hukum/ketentuan peraturan perundang-
undangan dan bahwa penataan ruang dilaksanakan dengan mempertimbangkan
rasa keadilan masyarakat serta melindungi hak dan kewajiban semua pihak
secara adil dengan jaminan kepastian hukum.
9. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah bahwa penyelenggaraan penataan ruang dapat
dipertanggungjawabkan, baik prosesnya, embiayaannya, maupun hasilnya.
6
dari sentralistik ke desentralistik yang pada kenyataannya dapat dibilang masih
ragu-ragu dan belum terbukti keefektifannya.
Yang menjadi fungsi hukum dalam setiap proses penataan (perencanaan,
pemanfaatan dan pengendalian) ruang yaitu
Perencanaan
Fungsi hukum dalam perencanaan ruang ini ialah sebagai Social Injenering
yang termuat dalam Perda untuk wilayah tertentu dan UU untuk keseluruhan
wilayah suatu negara. Artinya, proses untuk menentukan struktur ruang dan pola
ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang supaya dapat
direalisasikan dengan baik.
Pemanfaatan
Fungsi hukum dalam pemanfaatan ruang ialah sebagai social Control untuk
mengawasi didalam penggunaan ruang. Artinya, upaya untuk mewujudkan
struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui
penyusunan dan pelaksaan program beserta pembiayaanya.
Pengendalian
Fungsi hukum dalam pengendalian ruang ialah untuk mewujudkan tertib tata
ruang. Yang artinya ialah untuk mengendalikan subyek hukum yang sedang dan
yang akan menggunakan ruang itu, sehingga subyek hukum itu dapat terkontrol
atau terkendali dalam penggunaan ruang.
7
BAB III
PEMBAHASAN
Rencana umum tata ruang sebagaimana dimaksud di atas secara berhierarki terdiri
atas:
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
rencana tata ruang wilayah provinsi; dan
rencana tata ruang wilayah kabupaten dan rencana tata ruang wilayah kota.
Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud di atas disusun sebagai perangkat
operasional rencana umum tata ruang.
8
3.1.1 Cakupan Rencana Tata Ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan
rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota mencakup ruang darat, ruang laut, dan
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi.
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata cara peninjauan kembali rencana
tata ruang sebagaimana dimaksud di atas akan diatur dengan peraturan pemerintah.
Rencana pola ruang meliputi peruntukan kawasan lindung dan kawasan budi daya.
Peruntukan kawasan lindung dan kawasan budi daya sebagaimana dimaksud
meliputi peruntukan ruang untuk kegiatan pelestarian lingkungan, sosial, budaya,
ekonomi, pertahanan, dan keamanan.
9
Penyusunan rencana tata ruang harus memperhatikan keterkaitan antarwilayah,
antarfungsi kawasan, dan antarkegiatan kawasan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan rencana tata ruang yang
berkaitan dengan fungsi pertahanan dan keamanan sebagai subsistem rencana tata
ruang wilayah diatur dengan peraturan pemerintah.
Ketentuan mengenai muatan, pedoman, dan tata cara penyusunan rencana tata
ruang wilayah provinsi dan penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud di atas diatur dengan peraturan Menteri
Aspek lain yang harus menjadi perhatian dalam penyusunan Rencana Tata Ruang
Nasional adalah:
Keselarasan aspirasi pembangunan nasional dan pembangunan daerah;
Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
Rencana pembangunan jangka panjang nasional;
10
Rencana tata ruang kawasan strategis nasional; dan
Rencana tata ruang wilayah provinsi dan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota.
Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah 20 (dua puluh) tahun.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
11
Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam
skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan dan/atau
perubahan batas teritorial negara yang ditetapkan dengan Undang-Undang,
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali
dalam 5 (lima) tahun.
12
penetapan kawasan strategis provinsi;
arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan; dan
arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi
indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan, arahan
insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.
Jangka waktu rencana tata ruang wilayah provinsi adalah 20 (dua puluh) tahun.
Rencana tata ruang wilayah provinsi sebagaimana dimaksud di atas ditinjau
kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam
skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan dan/atau
perubahan batas teritorial negara dan/atau wilayah provinsi yang ditetapkan dengan
Undang-Undang, rencana tata ruang wilayah provinsi ditinjau kembali lebih dari 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Rencana tata ruang wilayah provinsi ditetapkan dengan peraturan daerah provinsi.
Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan peraturan
daerah provinsi.
13
3.4 Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten mengacu pada:
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan rencana tata ruang wilayah
provinsi;
pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang; dan
rencana pembangunan jangka panjang daerah.
14
Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi pedoman untuk:
penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;
penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
kabupaten;
mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antarsektor;
penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan
penataan ruang kawasan strategis kabupaten.
Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi dasar untuk penerbitan perizinan
lokasi pembangunan dan administrasi pertanahan.
Jangka waktu rencana tata ruang wilayah kabupaten adalah 20 (dua puluh) tahun.
Rencana tata ruang wilayah kabupaten sebagaimana dimaksud ditinjau kembali 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam
skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan dan/atau
perubahan batas teritorial negara, wilayah provinsi, dan/atau wilayah kabupaten
yang ditetapkan dengan Undang-Undang, rencana tata ruang wilayah kabupaten
ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
15
Penyusunan rencana tata ruang wilayah kota harus memperhatikan:
perkembangan permasalahan provinsi dan hasil pengkajian implikasi
penataan ruang kota;
upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kota ;
keselarasan aspirasi pembangunan kota ;
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
rencana pembangunan jangka panjang daerah;
rencana tata ruang wilayah kota yang berbatasan; dan
rencana tata ruang kawasan strategis kota.
16
Rencana tata ruang wilayah kota menjadi dasar untuk penerbitan perizinan lokasi
pembangunan dan administrasi pertanahan.
Jangka waktu rencana tata ruang wilayah kota adalah 20 (dua puluh) tahun.
Rencana tata ruang wilayah kota sebagaimana dimaksud ditinjau kembali 1 (satu)
kali dalam 5 (lima) tahun. kota
Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam
skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan dan/atau
perubahan batas teritorial negara, wilayah provinsi, dan/atau wilayah kabupaten
yang ditetapkan dengan Undang-Undang, rencana tata ruang wilayah kota ditinjau
kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Rencana tata ruang wilayah kota ditetapkan dengan peraturan daerah kota.
Rencana rinci tata ruang sebagaimana dimaksud di atas ditetapkan dengan
peraturan daerah kota.
Ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud di atas terdiri dari ruang terbuka hijau
publik dan ruang terbuka hijau privat.
Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen
dari luas wilayah kota.
Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh)
persen dari luas wilayah kota.
17
Distribusi ruang terbuka hijau publik sebagaimana dimaksud di atas disesuaikan
dengan sebaran penduduk dan hierarki pelayanan dengan memperhatikan rencana
struktur dan pola ruang.
18
pelaksanaan pembangunan sesuai dengan program pemanfaatan ruang
wilayah dan kawasan strategis.
Peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona
pemanfaatan ruang.
2. Perizinan
Ketentuan perizinan diatur oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut
kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
19
Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-
masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak melalui
prosedur yang benar, batal demi hukum.
Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi
kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan rencana tata
ruang wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan
memberikan ganti kerugian yang layak.
Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara penggantian
yang layak sebagaimana dimaksud di atas diatur dengan peraturan pemerintah.
20
kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah
daerah.
4. Sanksi
Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 merupakan tindakan
penertiban yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang dan peraturan zonasi.
21