Anda di halaman 1dari 15

TOR TUGAS BESAR MATA KULIAH INFRASTUKTUR CERDAS

Oleh:
Team Teaching MK Infrastruktur Cerdas
Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Sumatera

A. Latar Belakang
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, pada 2050, 68% populasi dunia akan menempati
area perkotaan. Jumlah ini meningkat dari sekarang yang hanya 55%. Hasil laporan PBB,
memprediksikan, ada tambahan 2,5 juta orang yang akan tinggal di kota dalam 30 tahun ke depan.
Sekitar 90% perkembangannya, berpusat di Asia dan Afrika. Hal ini menjadi tantang bagi
pembangunan suatu kota untuk mengantisipasi trend pertumbuhan penduduk. Kondisi ini akan
melahirkan isu permasalahan kota seperti polusi udara, akses terhadap infrastruktur, kemacetan,
mobility, keamanan, dan kesehatan. Oleh karena itu dibutuhkan konsep pembangunan perkotaan
masa depan yang berkelanjutan yang mengkombinasikan pembangunan dengan teknologi baru
seperti Internet of Thing dan Artificial Intelligent. Konsep pembangunan kota masa depan tersebut
dikenal dengan nama Smart City. Kota masa depan dengan konsep smart city tidak terlepas dari
ketersediaan infrastruktur yang handal, aman, dan berkelanjutan. Infrastruktur memegang peranan
penting dalam mewujudkan smart city tersebut. Dalam perkembangannya, infrastruktur telah
melewati berbagai tahapan perkembangan hingga saat ini menjadi infrastruktur 4.0 yakni fully
integrated intelligent infrastructur dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi berupa Internet
of Thing (IoT) dan Artificial Intelligent. Selaras dengan tujuan smart city yang membentuk kota
yang berkelanjutan, begitu juga dengan konsep pengembangan infrastruktur cerdas yang secara
teknis dikombinasikan dengan teknologi 4.0 dan juga ramah terhadap lingkungan.
Mata kuliah pilihan Infrastruktur Cerdas merupakan mata kuliah pendalaman bagi mahasiswa agar
dapat memahami konsep integrasi infrastruktur dengan teknologi informasi dan komunikasi dalam
konteks perencanaan wilayah dan kota dalam menunjang konsep Smart City. Adapun elemen
infrastruktur yang ditekankan dalam kuliah ini adalah smart energy, smart telecommunication,
smart mobility (motorized dan non motorized transportation), smart clean water and waste water,
dan smart waste management. Dalam perkuliahan ini, selain mahasiswa mendapatkan pemahaman
dasar terkait berbagai konsep smart infrastruktur di kawasan perkotaan, mahasiswa akan mencoba
untuk membuat konsep infrastruktur cerdas pada kawasan pendidikan.

B. Tujuan
Melihat ketercapaian pembelajaran mata kuliah Infrastruktur Cerdas dimana mahasiswa
diharapkan mampu membuat konsep infrastruktur cerdas pada suatu kawasan pendidikan (kampus)
dengan memperhatikan konteks keruangannya.

C. Ruang Lingkup Tugas Besar


1. Tugas besar ini memiliki ruang lingkup baik spasial maupun materi. Ruang lingkup spasial
tugas besar ini adalah Kampus Institut Teknologi Sumatera.
2. Ruang lingkup materi tugas besar ini adalah:
a. Mahasiswa wajib mengidentifikasi karakteristik kawasan, meliputi:
1) Civitas Akademika (jumlah, kegiatan, kebutuhan ruang, dll);
2) Fisik Kawasan yang terkait dengan kebutuhan konsep (kelerengan, jenis tanah, arah
angin, cuaca/iklim, dll);
3) Fasilitas (kondisi infrastruktur eksisting, siteplan ITERA, jenis bangunan, dll)

b. Mahasiswa mencari rujukan terkait berbagai implementasi infrastruktur cerdas di


berbagai kampus yang ada (sebagai preseden). Minimal rujukan adalah 3 konsep.
Mahasiswa akan memaparkan konsep tersebut yang kemudian akan dijadikan acuan
untuk merumuskan/membuat konsep infrastruktur cerdas yang sesuai untuk diterapkan
di kawasan kampus ITERA. Adapun infrastruktur cerdas yang dimaksud, meliputi:
1) Konsep Smart ICT;
2) Konsep Smart Water and Waste Water;
3) Konsep Smart Waste Management;
4) Konsep Smart Energy;
5) Konsep Smart Mobility (Motorized); dan
6) Konsep Smart Mobility (Non Motorized).
Setiap kelompok hanya membuat 3 konsep.

D. Ketentuan Tugas Besar


1. Tugas besar ini merupakan tugas kelompok
2. Kelompok terdiri dari 6-7 orang
3. Produk yang dihasilkan pada tugas besar ini adalah:
a. Presentasi untuk masing-masing konsep infrastruktur cerdas
b. Poster A3
4. Presentasi dilakukan setiap minggu oleh kelompok (2-3 kelompok/minggu)

Minggu ke- Materi


9 Konsep Smart ICT

10 Konsep Smart Water and Waste Water

11 Konsep Smart Waste Management

12 Konsep Smart Energy

13 Konsep Smart Mobility (Motorized)

14 Konsep Smart Mobility (Non Motorized)

15 Diskusi umum secara keseluruhan

5. File presentasi semua kelompok dikumpulkan setiap minggu.


6. Poster A3 dikumpulkan ketika jadwal UAS MKP Infrastruktur Cerdas.
7. Ketentuan penilaian:
Poster = 30% (sebagai syarat UAS)
Presentasi = 70%
Lampiran :
Sumber Masterplan Percepatan ITERA

Institut Teknologi Sumatera (ITERA) adalah Perguruan Tinggi Negeri yang berkedudukan
di Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung (SK Mendikbud No.
60/P/2012). Berdasarkan penugasan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pada
tahap awal pengembangan dan penyelenggaraan dilaksanakan oleh Institut Teknologi
Bandung bekerjasama dengan Pemerintah Daerah se-Sumatera. Selanjutnya
pengembangan ITERA diperkuat dengan Peraturan Presiden Nomor 124 tahun 2014
tentang Pendirian Institut Teknologi Sumtera (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 253) yang ditetapkan pada tanggal 6 Oktober 2014 dan diundangkan
tanggal 9 Oktober 2014, didirikanlah Institut Teknologi Sumatera.

Berdasarkan hasil Studi Kelayakan yang dilakukan oleh Tim Perencana dari ITB, Provinsi
Lampung telah dipilih menjadi lokasi pembangunan kampus ITERA setelah
mempertimbangkan berbagai aspek seperti: Aksesibilitas, Kebijakan dan Potensi
Pengembangan Wilayah, Kondisi Fisik Lahan, Infrastruktur Kawasan, Sarana dan
Prasarana Publik. Lokasi kampus institut teknologi di Sumatera tersebut telah ditetapkan
berlokasi di area sekitar Kota Baru, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.
Hasil studi tersebut telah dituangkan dalam SK Mendikbud No.060/P/2012. Surat
Keputusan Mendikbud tersebut juga menyebutkan bahwa pendirian ITERA untuk
meningkatkan kapasitas daya tampung mahasiswa di perguruan tinggi di Indonesia,
Sumatera, khususnya Provinsi Lampung. Selain itu, berdasarkan penugasan dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pula tahap awal pengembangan dan
penyelenggaraan akan dilaksanakan oleh ITB yang bekerjasama dengan beberapa
Pemerintah Daerah di Sumatera.
ITERA memiliki visi sebagai berikut: “Menjadi perguruan tinggi yang unggul,
bermartabat, mandiri, dan diakui dunia serta memandu perubahan yang mampu
meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia dan dunia dengan memberdayakan potensi
yang ada di wilayah Sumatera dan sekitarnya”. Guna mewujudkan visi tersebut, diperlukan
beberapa misi yaitu “Berkontribusi pada pemberdayaan potensi yang ada di wilayah
Sumatera khususnya, dan Indonesia serta dunia melalui keunggulan dalam pendidikan,
penelitian dan pengabdian pada masyarakat dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni dan ilmu kemanusiaan”.

Dalam pembangunannya, ITERA memiliki konsep yang menjadi motto besar yaitu Smart,
Friendly and Forest Campus.
• Smart berarti dapat memaksimalkan potensi sumber daya yang ada meliputi
lingkungan, manusia dengan berbasis teknologi mutakhir
• Friendly pada hakikatnya kampus ITERA terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia
yang ingin berperan secara aktif, ingin berbagi, ingin bekerja sama dalam mewujudkan
Misi ITERA. Kampus ini juga bersahabat dengan alam dan bercita-cita untuk menjadi
bagian dari sistem alam semesta yang berkelanjutan.
• Forest campus lahir dari sejarah kampus yang pada awalnya merupakan hutan karet.
Konteks sejarah dan suasana hutan merupakan ruh kampus yang akan sangat
mendukung terwujudnya kampus yang hijau, sehat, alami, dan sangat menyehatkan
jiwa dan raga.

Untuk menjawab potensi Sumatera program studi di ITERA terus dikembangkan setiap
tahunnya dengan pendalaman ilmu dan penambahan program studi. Berdasarkan Rencana
Induk Pengembangan ITERA tahun 2014-2039, hingga tahun 2039, ITERA direncanakan
memiliki 9 (Sembilan) fakultas dengan 60 program studi tingkat vokasi, 62 program studi
tingkat sarjana (S1), 63 program studi tingkat master (S2) dan 55 program studi tingkat
doktor (S3), dengan perkembangan program studi pertahun sebagaimana gambar berikut:

Vokasi Sarjana Master Doktoral

63
59 60 62
53 55 55 55
50 49
45
40 41 40
33
30
20
13 13
7 7
0

2014 2017 2022 2027 2032 2037 2039

Jumlah Program Studi Per Tahun


Vokasi Sarjana Master Doktoral 3300 3780
3720
3000 3540 3300 3600
3180 3300
2700 2940

2400 2460 2400


1980
1800
1200
780 780
420 420
0

2014 2017 2022 2027 2032 2037 2039

Populasi Mahasiswa Per Tahun

1493 1538
1335

958

626

171
10

2014 2017 2022 2027 2032 2037 2039

Jumlah Kebutuhan Dosen

747 769
668

479
313

112
60
0

2014 2015 2017 2022 2027 2032 2037 2039

Jumlah Kebutuhan Tendik


Masterplan ITERA
(a) Gerbang ITERA

Gerbang ITERA merupakan venue depan


yang dibangun pada tahun 2013 dengan
biaya sebesar Rp 8.211.485.714 atau 8,2
milyar rupiah dari Direktorat Perguruan
Tinggi

(c) Gedung C dan D

Gedung Kuliah Bersama Utara dan Gedung


Kuliah Bersama Barat atau disebut dengan
Gedung C dan Gedung D dibangun pada tahun
2015 dengan biaya sebesar Rp.
60.312.728.000 atau sebesar 60,3 milyar
rupiah dari Direktorat Perguruan Tinggi
(d) Gedung Venue Timur

Gedung Venue Timur atau Gedung B dibangun


pada tahun 2013 dengan biaya sebesar Rp
10.264.357.143 atau sebesar 10,2 milyar
rupiah dari Direktorat Perguruan Tinggi

(e) Gedung Venue Barat

Gedung Venue Barat atau Gedung A dibangun


pada tahun 2013 dengan biaya sebesar Rp
10.264.357.143 atau sebesar 10,2 milyar
rupiah dari Direktorat Perguruan Tinggi

(e) Kantin ITERA

Kantin ITERA merupakan wujud nyata


kerjasama Rumah Kayu dengan Institut
Teknologi Sumatera, yang di kelola oleh pihak
Rumah Kayu sendiri.

(e) Wisma ITERA

Wisma ITERA merupakan tempat tinggal dan


penginapan bagi dosen tamu ITERA yang
dibangun pada tahun
Rp 29.138.590.000 atau 29,1 milyar rupiah
bersumber dari Kementrian PUPR
(f) Asrama Mahasiswa

Asrama Mahasiswa ITERA merupakan hunian


bagi mahasiswa ITERA yang dibangun pada
tahun 2017. Tersedia 2 tower siap huni untuk
mahasiswa putra dan putri khusus mahasiswa
baru 2017. Dengan jumlah Rp ,- bersumber
dari Kementrian PUPR

(a) Asrama Mahasiswa C

Asrama Mahasiswa C merupakan hunian


mahasiswa yang mulai dibangun pada bulan
April 2017.

(b) Gedung E

Gedung E merupakan gedung kuliah yang


dipersiapkan untuk menunjang kegiatan
perkuliahan kampus Itera. Gedung ini
merupakan bantuan dari Pemerintah Kota
Bandar Lampung dengan bantuan sebesar Rp,-

(a) ITERA Astronomical Observatory, Earth and


Space Sciences Education Center in Sumatera
(IAO ESSECS)
(b) Perencanaan tapak OAIL

Perencanaan tapak OAIL direncanakan


berlokasi didalam kawasan Taman Hutan Raya
Wan Abdul Rahman, seluas 30 Ha. Tepatnya di
sisi selatan Gunung Betung, Lampung.

Kebun Raya ITERA (ITERA Botanical Garden)

Kebun raya ITERA memiliki 5 fungsi utama


yakni: 1). Konservasi, 2). Penelitian 3).
Pendidikan, 4). Wisata, 5). Jasa Lingkungan.
Kebun raya ITERA akan memfasilitasi
berbagai kegiatan penelitian dan
pengembangan di bidang botani, konservasi,
budidaya tanaman, pengembangan potensi
dan pendayagunaan tumbuhan. Mahasiswa,
dosen, dan peneliti dari manapun dapat
menggunakan kebun raya sebagai lokasi riset
dari berbagai macam bidang ilmu
pengetahuan. Berdasarkan Renstra ITERA
terdapat 3 Pusat Riset Unggulan yakni Green
Infrastructure, Community Based
Development, dan Energy.

(a) ITERA Sport Center

ITERA Sport Center merupakan gelanggang


olahraga yang mrnjadi icon Lampung.

(b) Gedung GOR ITERA

Merupakan gedung olahraga untuk keperluan


khusus civitas akademika ITERA
(c) Kolam Renang ITERA

Kolam renang berada pada blok yang sama


dengan GOR ITERA

(d) Lapangan Indoor ITERA

Merupakan bagian dari GOR ITERA

(e) Masjid Raya At-Tanwir ITERA

Masjid Raya At-Tanwir ITERA merupakan


landmark ITERA yang didesign sebagai
fasilitas kampus yang dapat diakses oleh
civitas akademika dan masyarakat umum.

(f) Gedung Laboratorium Teknik

Gedung Laboratorium merupakan bangunan


rencana dalam sarana dan prasarana dasar
bagi kegiatan akademik mahasiswa untuk
menampung Program Studi dan kegiatan
riset awal.

(h) Gedung Laboratorium Teknik

Sudut pandangan mata burung

(i) Gedung Kuliah Umum (GKU)

Gedung Kuliah Umum merupakan bangunan


yang direncanakan untuk menampung
kegiatan perkuliahan bagi mahasiswa baru
dan program studi.
Deskripsi kebutuhan mahasiswa terhadap kampus ITERA

Sumber rujukan : Proposal Penelitian Chania Rahmah 22116053


1. Fasilitas dan infrastruktur transportasi kampus ;
Edgardia (2019) menilai kebutuhan akan transportasi terdiri dari dua hal yaitu infrastruktur
transportasi dan fasilitas transportasi. Saat ini kondisi infrastruktur transportasi seperti
jalan masih belum memenuhi standar dan harus menjadi prioritas pembangunan sebelum
dibangunnya fasilitas transportasi lainnya. Menurutnya juga pengadaan transportasi
eksternal kampus merupakan hal yang wajib dilaksanakan. Selain itu, saat ini juga belum
ada fasilitas transportasi umum yang melayani pergerakan internal kampus terutama bagi
mahasiswa dari asrama menuju gedung perkuliahan. Syafawi (2019) merasa sangat perlu
diadakannya transportasi umum internal maupun eksternal kampus, menurutnya
keefektifan transportasi umum dapat dinilai dari kemurahan dan luas cakupan rute yang
dilewati transportasi tersebut. Tetapi yang menyebabkan rendahnya penumpang adalah
waktu tunggu sehingga menimbulkan wasting time bagi mahasiswa, transportasi umum
harusnya menyesuaikan jadwal perjalanan dengan jadwal perkuliahan supaya minat
penumpang tinggi. Alternatif lain dari asrama menuju gedung perkuliahan yaitu dengan
berjalan kaki. Apriansyah (2019) juga tertarik akan ide mengenai penyewaan sepedah di
dalam kampus yang berbasis aplikasi.
2. Kelengkapan sarana prasana dasar kelas serta perawatannya dalam menunjang
kegiatan belajar mengajar ;
Edgardia dan Syafawi (2019) menyatakan bahwa penggunaan ruang kelas masih melebihi
kapasitas. Kelengkapan yang harus ada di kelas berupa proyektor dan pengeras suara
sehingga tidak perlu meminjam. Menurut Edgardia (2019) pada dasarnya kelengkapan
ruang kelas saat ini sebenarnya sudah memenuhi kebutuhan dasar tetepi pada
perawatannya yang belum maksimal sehingga kualitas penggunaannya pun menurun.
Sementara itu menurut Syafawi (2019), fungsi AC sebagai pendingin ruangan di ruang
kelas khususnya di gedung E belum maksimal sehingga menyebabkan kondisi ruang kelas
tidak kondusif karena digunakan oleh banyak mahasiswa tetapi suhu dalam ruangan panas.
Syafawi (2019) menilai apabila konsep ramah lingkungan dapat diterapkan di ITERA,
yaitu dengan mengurangi penggunaan AC di ruangan karena lingkungan yang sudah hijau
dan sejuk. Konektivitas wifi yang merata juga merupakan kebutuhan mahasiswa di ruang
perkuliahan. Saat ini koneksi wifi telah dapat memfasilitasi bagi kegiatan praktikum dan
pengolahan data di laboratorium tetapi aksesnya di kelas sulit, maka terdapat
ketidakmerataan konektivitas wifi (Syafawi, 2019).
3. Perpustakaan dan ketersediaan serta akses terhadap sumber literasi, dan bahan
belajar hingga pengerjaan tugas akhir;
Menurut Syafawi (2019) perpustakaan merupakan salah satu kebutuhan mahasiswa yang
kini sudah dipenuhi oleh ITERA untuk menunjang kegiatan akademik mahasiswa. Namun,
perpustakaan yang ada saat ini masih belum memiliki variasi sumber literasi sehingga
cakupan keilmuan dan sumber pustaka belum lengkap. Apriansyah (2019) menilai apabila
beberapa mata kuliah tidak memiliki buku referensi di perpustakaan, kalaupun ada
masalah lainnya adalah jumlah buku tersebut yang tidak sebanding dengan jumlah
mahasiswa.
Apriansyah (2019) mengatakan pengarsipan berkas seperti tugas akhir, ijazah, kontak
alumni juga merupakan hal yang penting. Tetapi saat ini masih ada limitasi dari
peminjaman referensi tugas akhir milik alumni sehingga dinilai akan lebih mudah apabila
pengarsipan dilakukan melalui proses digital. Tetapi dari proses digitalisasi tersebut perlu
memperhatikan keamanan akses hanya untuk mahasiswa ITERA yaitu melalui email
kampus. Syafawi (2019) menilai adanya keterbatasan waktu peminjaman buku sehingga
kurang efektif apabila harus mengulang prosedur peminjaman apabila buku yang dibaca
belum selesai. Menurutnya, proses akses buku buku digital dapat menjadi solusi, namun
akses yang terbuka terhadap buku juga harus memperhatikan hak cipta.
4. Lingkungan yang kondusif dan memberi suasana pendidikan yang menyenangkan
untuk memantik ide dan semangat belajar mahasiswa;
Syafawi (2019) menilai apabila kurang nyaman untuk menggunakan fasilitas yang ada
seperti perpustakaan untuk mengerjakan tugas karena terlalu ramai dan berisik sehinggga
tidak kondusif. Syafawi (2019) mendefinisikan tempat diskusi yang membuatnya nyaman
adalah tempat yang memiliki pasokan listrik dan wifi serta makanan ringan dengan suasana
tenang. Menurut Edgardia (2019) apabila akan lebih baik jika ruang ruang diskusi antar
mahasiswa disediakan di kampus, hal ini dikarenakan suasana akademis di kampus akan
memantik ide ide akademis, berbeda halnya jika diskusi diadakan diluar kampus seperti di
cafe atau tempat makan.
5. Asrama dan fasilitasnya untuk penyamarataan dan mendukung kegiatan belajar
serta pengembangan diri mahasiswa;
Menurut Syafawi (2019) tempat tinggal berupa asrama mahasiswa merupakan salah satu
kebutuhan mahasiswa yang telah dipenuhi oleh ITERA. Tetapi pada keadaannya masih
ada permasalahan dari sisi fisik asrama yang dihadapi oleh penghuni, struktur bangunan
yang mempengaruhi kenyamanan seperti timbulnya kebocoran dan kerusakan akibat
tertiup angin. Asrama mahasiswa dikemudian hari direncanakan akan diperuntukan bagi
seluruh mahasiswa baru. Hal ini dilakukan untuk membangun karakter dan
menyamaratakan mahasiswa ITERA yang heterogen dan berasal dari berbagai tempat
(Syafawi, 2019)
Kegiatan didalam asrama sampai saat ini bisa dikatakan cukup padat. Setiap harinya
penghuni asrama melakukan sebuah kegiatan bersama sama dengan tujuan pembentukan
karakter mahasiswa. Tetapi banyaknya kegiatan tersebut sebaiknya bukan menjadi limitasi
bagi mahasiswa untuk melakukan kegiatan kampus atau pengembangan diri lainnya
(Syafawi, 2019).
6. Fasilitas bagi organisasi mahasiswa Kampus dan penyerapan aspirasi mahasiswa
serta sinkronisasinya dengan kebijakan pihak kampus atau rektorat;
Sebagai Ketua Senat KM ITERA 2019 Edgardia (2019) menyatakan perlunya keberadaan
ruangan khusus sebagai tempat diskusi tertutup para staff senat KM ITERA. Ruangan
khusus tersebut dipertuntukan bagi kegiatan pembahasan kebijakan yang akan dibuat oleh
pihak Senat KM ITERA sebelum akhirnya disampaikan kepada mahasiswa secara lebih
luas. Edgardia (2019) juga menyatakan apabila kebijakan yang dibentuk untuk mahasiswa
dan organisasi mahasiswa dibawah naungan KM ITERA harus dapat samapai ke
mahasiswa juga sinkron dengan kebijakan kampus. Sebagai contoh yaitu penyelenggaraan
acara kemahasiswaan yang harus memperhatikan juga acara kampus agar tidak
terselenggara dalam waktu yang sama sehingga keberjalanan acara lebih efektif dan lancar.
7. Dukungan kampus terhadap prestasi mahasiswa;
Syafawi (2019) Pengajuan dana terhadap kampus diterapkan berdasarkan event yang
diikuti oleh mahasiswa. Prosedurnya masih memerlukan waktu yang lama dan proses yang
panjang. Untuk Program Studi Teknik Geofisika Uang alternatif lainnya yaitu Program
Studi menyediakan dana bagi prestasi mahasiswa dan kemudian dari pihak Program Studi
yang mengurus ke kampus. Menurut Syafawi (2019) prosedur seleksi juga perlu dilakukan
untuk menyaring kegiatan mahasiswa yang pantas dibiayai supaya penggunaan keuangan
kampus terkendali. Intervensi teknologi digital dalam pembuaan sistem untuk pengajuan
proposal kegiatan dapat mempermudah birokrasi pengajuan proposal dan ramah
lingkungan karena paperless.
8. Gedung perkuliahan yang memberi kemanan, kemudahan bagi mahasiswa dalam
kegiatan perkuliahan;
Edgardia (2019) menyatakan apabila dari sisi konstruksi bangunan ada beberapa gedung
perkuliahan yang belum memberikan rasa aman dan nyaman. Definisi rasa aman dan
nyaman dalam gedung yaitu dengan memperhatikan kelengkapan bangunan seperti
mekanisme sirkulasi hingga kekokohan bangunan. Hal yang tidak kalah penting bagi
mahasiswa yaitu adalah tempat ibadah. Kegiatan perkuliahan yang padat di kampus
mengharuskan kegiatan ibadah lima waktu untuk dilakukan didalam gedung gedung
perkuliahan, tetapi sarana umum tempat wudhu di setiap gedung belum terpenuhi karena
masih digabung dalam toilet. Selain itu ruang untuk sholat ruangan terlalu kecil sehingga
harus bergantian padahal waktu untuk memulai kelas hanya sebentar. Sebagai jalan
keluarnya Syafawi (2019) mengatakan ruang ibadah bisa dipusatkan di satu bagian gedung
dengan luasan yang besar.
9. Penggunaan laboratorium sebagai tempat praktik dan penelitian mahasiswa;
Berdasarkan pengalaman pribadinya Syafawi (2019) menyatakan apabila penggunaan
laboratorium untuk kegiatan penelitian mahasiswa masih terbatas dengan biaya sewa. Hal
ini dikarenakan masih terdapat kebijakan laboratorium untuk membayar sejumlah uang
apabila ingin menggunakan lab untuk penelitian pribadi. Selain itu, Edgardia (2019)
menyatakan apabila masih ada ketidakpastian dalam pembagian jadwal penggunaan lab,
hal ini berdampak pada manajemen waktu mahasiswa terhadap tugas lainnya. Intervensi
penjadwalan dan peminjaman laboratorium secara digital dinilai dapat memberikan
kemudahan dan keefektifan bagi mahasiswa untuk mendapat kepastian penggunaan
laboratorium.
10. Penggunaan energi alternatif pada kampus ;
Pembangkit listrik dengan memanfaatkan tenaga matahari dinilai merupakan salah satu
penggunaan energi alternatif untuk ITERA. ITERA saat ini sudah melakukan penggunan
panel surya sebagai pembangkit listrik pada lampu-lampu jalan, tapi perawatannya belum
maksimal. Energi alternatif juga dapat diteliti lebih jauh melalui penggunaan alga sebagai
pengubah CO2 diudara menjadi O2 dan penggunaan biomasa alga yang sudah mati untuk
menghasilkan tenaga listrik (Syafawi, 2016). Menurut Edgardia (2019) penerapan
penggunaan energi alternatif di kampus bukan hanya merupakan kebutuhan tetapi juga
adalah keharusan di masa mendatang. Kampus sebagai pusat riset dan teknologi harusnya
dapat menerapkan berbagai inovasi sebelum diimplementasikan dan menjadi contoh bagi
masyarakat yang lebih luas lagi.
11. Hubungan antara alumni dan mahasiswa;
Hubungan dengan alumni juga merupakan salah satu kebutuhan mahasiswa. Menurut
Syafawi (2016) program studi Teknik Geofisika belum memiliki fasilitas untuk
berhubungan dengan alumni untuk mengetahui kegiatan pasca perkuliahan. Bahkan
melalui himpunan mahasiswa program studi yaitu Himpunan Mahasiswa Teknik
Geofisika Mayapada belum juga dapat memberikan informasi terkait alumni. Hubungan
antara alumni dan mahasiswa ini diperlukan sebagai wadah persiapan mahasiswa untuk
mengetahui dunia pasca perkuliahan.
12. Kesiapan mahasiswa dalam penggunaan fasilitas dan teknologi yang akan
diterapkan;
Pada penyediaan fasilitas dan pengembangan TIK di ITERA saat ini belum maksimal,
masih sering ditemukan kerusakan akibat kurangnya kehati-hatian dalam penggunaannya.
Selain itu juga dalam pengadaan transportasi umum internal kampus yang sudah pernah
dilaksanakan yaitu melalui Bis ITERA-Unila yang sempat terhenti menunjukan apabila
kebiasaan mahasiswa sebagai pengguna belum mendukung fasilitas yang disediakan.
Dalam kasus pengadaan transportasi umum ini kebutuhan mahasiswa terhadap mobilitas
yang fleksibel sangat diutamakan.
13. Kebersihan area kampus dan penerapan konsep ecofriendly;
Lingkungan kampus yang bersih juga merupakan kebutuhan mahasiswa, karena melalui
lingkungan yang bersih akan tercipta suasana perkuliahan yang kondusif. Penerapan
konsep ecofriendly pada lingkungan kampus juga perlu diwujudkan melalui penggunaan
energi alternatif atau bahkan mengurangi penggunaan energi konvensional melalui desain
bangunan yang hijau dan sejuk.
14. Kantin dan penggunaan e-money
Penyediaan kantin yang terintegrasi dengan penggunaan e-money dinilai dapat
mempermudah kegiatan transaksi didalamnya. Tetapi akan lebih efektif lagi apabila e-
money juga dapat digunakan untuk transaksi lainnya diluar kampus.

Anda mungkin juga menyukai