Anda di halaman 1dari 33

Bab-D

PEMAHAMAN DAN
SARAN TERHADAP
KERANGKA ACUAN
KERJA DAN
PERSONEL/FASILITAS
PENDUKUNG DARI PPK

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


JASA KONSULTAN PENDATAAN PERUMAHAN DI JAWA
BARAT

1 Latar Belakang
Data berkualitas sangatlah penting sebagai dasar bagi perencanaan dan pengambilan
keputusan. Perencanaan dan kebijakan yang berkualitas akan menghasilkan
pembangunan yang berkualitas. Proses ini akan mendorong kita untuk mencapai
tujuan pembangunan yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sayangnya,
Terdapat beberapa permasalahan dalam penyediaan data yang berkualitas
diantaranya:
1. Data belum memenuhi standar dan tidak memiliki meta data;
2. Sistem database sektoral yang belum terpadu;
3. Belum seragamnya kode referensi atau data induk
4. Data yang sulit diakses dan tidak terintegrasi
5. Ketidakjelasan unit pengelola data
6. Keterbatasan Sumber Daya Manusia Pengelola Data

Permasalahan perumahan di Indonesia yang terjadi sampai dengan tahun 2018


disebut dengan istilah backlog/kekurangan rumah utamanya bagi masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR) yang mencapai 13,5 juta unit dan kondisi
permukiman kumuh seluas 37.407 Ha, dengan jumlah penghuninya sebanyak 3,4
juta (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2016). Sementara
untuk Provinsi Jawa Barat sendiri, backlog rumah ini cukup besar yaitu 1,2 juta
pada tahun 2015 dan sekitar 1,9 juta pada tahun 2018. Keterbatasan masyarakat
berpenghasilan rendah dalam mengakses rumah layak mengakibatkan pengadaan
rumah secara mandiri menjadi salah satu pilihan mereka. Selain itu, kelayakan
rumah bukan hanya secara fisik, namun juga masalah lingkungan seperti polusi,
pencemaran, kesalahan lokasi, hingga bencana alam, termasuk legalitas kepemilikan
lahan menjadi pertimbangan dalam pengadaan perumahan.

Perlu dipahami bahwa kondisi data Perumahan yang ada saat ini sebagian besar
merupakan data makro. Sumber data makro sebagian besar bersumber dari BPS
yang dalam hal ini BPS merupakan institusi yang menyediakan data dalam lingkup
nasional. Contoh data makro di antaranya adalah statistik perumahan dan
permukiman tahun 2007 yang menyediaan data makro terkait perumahan dan
permukiman dalam skala provinsi. Sementara, untuk menjamin pelaksanaan
program peningkatan kualitas hunian dan permukiman untuk lebih layak huni lebih
tepat sasaran, penggunaan, dan tepat waktu, maka dibutuhkan data mikro yang lebih
operasional. Data mikro yang idealnya mampu menyajikan informasi yang lebih
spesifik terkait kelompok sasaran MBR dan obyek RTLH dan direkap dalam unit
administrasi terendah (misalnya RT/ RW atau desa/ kelurahan). Data ini yang
bersifat mikro ini lebih operasional dalam mengidentifikasi kelompok sasaran dan
obyek RTLH itu sendiri, yakni pemilik RTLH (seperti nama KK, alamat dan jumlah
penghasilan) serta karakter fisik dari RTLH itu sendiri (kualitas bangunan, luas
bangunan, ketersediaan sanitasi, dan lain-lain).

SUDAH JELAS

Berdasarkan kepada Kerangka Acuan Kerja (KAK) PEKERJAAN JASA KONSULTAN


PENDATAAN PERUMAHAN DI JAWA BARAT, pada prinsipnya konsultan telah memahami
lingkup dari pekerjaan yang akan dilaksanakan. Dengan mendasarkan kepada pengalaman
pekerjaan konsultan, diharapkan pekerjaan ini akan dapat terselesaikan dengan baik.
Hal ini sangat ditentukan oleh kapabilitas dan konsolidasi internal yang kuat di dalam intern
organisasi konsultan, serta didukung oleh koordinasi dengan pihak pemberi kerja dalam
melaksanakan kegiatan PEKERJAAN JASA KONSULTAN PENDATAAN PERUMAHAN DI
JAWA BARAT.
Intinya adalah backlog rumah di Provinsi Jawa Barat sendiri cukup besar yaitu 1,9 juta pada
tahun 2018. Keterbatasan masyarakat berpenghasilan rendah dalam mengakses rumah
layak mengakibatkan pengadaan rumah secara mandiri menjadi salah satu pilihan mereka.
Selain itu, data Perumahan yang ada saat ini sebagian besar merupakan data makro.
Sumber data makro sebagian besar bersumber dari BPS yang dalam hal ini BPS
merupakan institusi yang menyediakan data dalam lingkup nasional. Sementara, untuk
menjamin pelaksanaan program peningkatan kualitas hunian dan permukiman untuk lebih
layak huni lebih tepat sasaran, penggunaan, dan tepat waktu, maka dibutuhkan data mikro
yang lebih operasional.
Dalam rangka mewujudkan memiliki data mikro, dilaksanakan PENDATAAN PERUMAHAN
DI JAWA BARAT. Dari kegiatan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan mikro
perumahan di Jawa Barat sehingga dapat digunakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi
Jawa Barat.
2 Maksud dan Tujuan
Pekerjaan Jasa Konsultan Pendataan Perumahan di Jawa Barat dimaksudkan untuk
mengumpulkan data dan informasi perumahan yang diperlukan sebagai dasar
perencanaan dan kebijakan di bidang perumahan. Tujuan Pekerjaan Jasa Konsultan
Pendataan Perumahan di Jawa Barat adalah tersedianya data dan informasi yang
andal sebagai bahan perencanaan dan pengembangan perumahan di Jawa Barat.

SUDAH JELAS

Konsultan memandang bahwa maksud dan tujuan merupakan satu kesatuan yang
berjenjang. Dalam hal ini konsultan menilai maksud, tujuan dan sasaran yang tercantum
dalam KAK sudah dapat dimengerti.
Intinya adalah untuk mengumpulkan data dan informasi perumahan yang diperlukan
sebagai dasar perencanaan dan kebijakan di bidang perumahan sehingga dapat
tersedianya data dan informasi yang andal sebagai bahan perencanaan dan
pengembangan perumahan di Jawa Barat, melalui PENDATAAN PERUMAHAN DI JAWA
BARAT.

3 Sasaran
1. Teridentifikasinya data dan informasi yang dibutuhkan untuk perencanaan,
pelaporan dan kebijakan perumahan;
2. Tersedianya definisi operasional data dan informasi yang telah diidentifikasi
3. Tersedianya konsep dan struktur penyusunan data yang dibutuhkan untuk
perencanaan, pelaporan dan kebijakan perumahan;
4. Tersedianya data yang dibutuhkan untuk perencanaan, pelaporan dan
kebijakan perumahan pada tahun berjalan;
5. Tersusunnya buku profil data perumahan 2020-2021;
6. Tersedianya data dan informasi dalam bentuk digital yang terintegrasi dalam
sistem informasi Klinik Rumah.

SUDAH JELAS

Konsultan memandang bahwa sasaran merupakan sesuatu faktor yang menjadi acuan
terselesaikannya pekerjaan ini. Dalam hal ini konsultan menilai sasaran yang tercantum
dalam KAK sudah dapat dimengerti.
Intiya untuk merealisasi tersedianya dan tersusunnya PEKERJAAN JASA KONSULTAN
PENDATAAN PERUMAHAN DI JAWA BARAT dengan berbagai tools sebagai alat untuk
mewujudkannya dan akan dipenuhi oleh kami sebagai pihak ketiga sehingga tools tersebut
dapat digunakan dalam indikator dan variable mewujudkan strategi penyediaan dan
penyusunan data dan informasi yang lengkap mengenai perumahan di Provinsi Jawa Barat.

4 Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan meliputi semua Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Barat

SUDAH JELAS
Lokasi kegiatan dalam PEKERJAAN JASA KONSULTAN PENDATAAN PERUMAHAN DI
JAWA BARAT sebagaimana dipersyaratkan di dalam KAK sudah dapat dimengerti oleh
pihak konsultan.
5 Sumber Pendanaan
Sumber dana dari keseluruhan pekerjaan dibebankan pada DPA nomor
1.04.05.1.01.03 kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi Dalam Rangka Penyediaan
Prasarana, Srana, dan Utilitas Umum Permukiman Pekerjaan Jasa Konsultan
Pendataan Perumahan di Jawa Barat dengan nilai HPS Rp. 519.405.000,00,- (Lima
Ratus Sembilan Belas Juta Empat Ratus Lima Ribu Rupiah).

SUDAH JELAS
Sumber Pendanaan PEKERJAAN JASA KONSULTAN PENDATAAN PERUMAHAN DI
JAWA BARAT sebagaimana dipersyaratkan di dalam KAK sudah dapat dimengerti oleh
pihak konsultan.
6 Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen
Pengguna Jasa : Dinas Perumahan dan Permukiman Provinsi Jawa Barat
Nama PPK : Taufan Gurnasa, ST., MT
Alamat : Jl. Kawaluyaan Indah No. 4 Bandung
Biaya pekerjaan konsultan dan tata cara pembayaran diatur secara kontraktual
dengan kontrak lumsum setelah melalui tahapan proses pengadaan konsultan sesuai
peraturan yang berlaku
Pembayaran konsultan diadakan pada prestasi kemajuan pekerjaan

SUDAH JELAS
Organisasi PEKERJAAN JASA KONSULTAN PENDATAAN PERUMAHAN DI JAWA
BARAT sebagaimana dipersyaratkan di dalam KAK sudah dapat dimengerti oleh pihak
konsultan

7 Data Dasar
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman pengertian perumahan adalah kumpulan rumah sebagai
bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi
dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah
yang layak huni. Pembangunan dan pengembangan perumahan akan mengacu pada
kepentingan penduduk yang nantinya akan menghuni dan memanfaatkan
perumahan tersebut serta tidak akan terlepas dari pola ruang dalam RTRW Provinsi
Jawa Barat. Berdasarkan kepemilikan rumah dibagi menjadi milik sendiri,
kontrak/sewa, bebas sewa milik orang lain, bebas sewa milik orang
tua/sanak/saudara, dinas dan lannya.
Tabel 1 Jumlah Rumah Berdasarkan Kepemilikan di Provinsi Jawa Barat
Bebas
Bebas sewa
sewa milik Dinas
Kabupaten/ Milik Kontrak milik
No orang dan Jumlah
Kota Sendiri / sewa orang
tua/sanak/ lainnya
lain
saudara
1 Bogor 899.028 98.900 9.760 204.132 11.859 1.223.679

2 Sukabumi 550.641 11.598 5.927 63.628 3.888 635.683

3 Cianjur 500.481 21.404 13.593 63.188 5.193 603.859

4 Bandung 648.816 72.496 15.393 90.670 25.391 852.766

5 Garut 553.330 7.098 12.841 46.959 6.943 627.171

6 Tasikmalaya 422.970 3.225 4.085 39.132 3.362 472.773

7 Ciamis 423.065 5.608 3.959 26.958 900 460.490

8 Kuningan 242.477 4.304 2.563 26.723 477 276.543

9 Cirebon 381.510 11.243 12.089 164.874 1.965 571.682

10 Majalengka 284.214 4.546 2.537 60.646 1.433 353.376

11 Sumedang 281.433 17.338 3.963 31.461 1.731 335.926

12 Indramayu 385.720 10.195 11.642 99.876 3.365 510.799

13 Subang 378.757 15.385 3.223 37.173 773 435.311

14 Purwakarta 189.902 19.788 2.547 19.851 3.303 235.392

15 Karawang 491.200 35.758 10.526 50.778 997 589.258

16 Bekasi 605.631 108.860 3.151 55.593 555 773.790

Kab Bandung
17 367.162 15.233 6.824 49.273 1.941 440.433
Barat
18 Kota Bogor 173.565 21.085 6.537 37.911 5.637 244.735

19 Kota Sukabumi 60.376 6.779 674 9.078 464 77.370

20 Kota Bandung 370.829 156.881 15.438 91.136 13.896 648.181

21 Kota Cirebon 58.968 10.579 1.210 8.640 1.576 80.973

22 Kota Bekasi 437.678 169.203 1.298 17.018 1.415 626.612

23 Kota Depok 343.283 99.578 1.922 12.560 5.814 463.157

24 Kota Cimahi 83.155 33.687 5.637 25.326 6.798 154.603

25 Kota Tasikmalaya 124.705 13.905 991 22.460 1.381 163.444

26 Kota Banjar 44.361 3.493 407 1.989 254 50.505

Jawa 9.303.257 978.170 158.739 1.357.036 111.311 11.908.51


Barat 3
Sumber: Jawa Barat Dalam Angka
Selain berdasarkan kepemilikan rumah, rumah juga terbagi berdasarkan kondisinya
menjadi rumah layak huni dan rumah tidak layak huni. Jumlah rumah di Jawa Barat yang
teridentifikasi mencapai 11.908.513 unit rumah, dengan rumah layak huni sebanyak
9.290.465 unit rumah dan rumah tidak layak huni sebanyak 2.618.048 unit rumah.

Tabel 2 Jumlah Kelayakan Hunian di Provinsi Jawa Barat


Kondisi Rumah Tempat Tinggal
No Kabupaten/Kota
Layak Tidak Layak Total
1 Bogor 1.088.267 135.412 1.223.679
2 Sukabumi 381.598 254.086 635.683
3 Cianjur 315.910 287.949 603.859
4 Bandung 581.187 271.580 852.766
5 Garut 355.511 271.660 627.171
6 Tasikmalaya 265.114 207.659 472.773
7 Ciamis 309.112 151.378 460.490
8 Kuningan 254.184 22.359 276.543
9 Cirebon 520.473 51.209 571.682
10 Majalengka 306.107 47.269 353.376
11 Sumedang 232.936 102.990 335.926
12 Indramayu 417.245 93.554 510.799
13 Subang 336.686 98.625 435.311
14 Purwakarta 180.853 54.539 235.392
15 Karawang 428.961 160.297 589.258
16 Bekasi 642.514 131.276 773.790
17 Kab Bandung Barat 289.068 151.365 440.433
18 Kota Bogor 239.173 5.562 244.735
19 Kota Sukabumi 62.157 15.214 77.370
20 Kota Bandung 621.159 27.021 648.181
21 Kota Cirebon 75.704 5.269 80.973
22 Kota Bekasi 605.171 21.441 626.612
23 Kota Depok 448.666 14.492 463.157
24 Kota Cimahi 151.110 3.494 154.603
25 Kota Tasikmalaya 143.138 20.306 163.444
26 Kota Banjar 38.463 12.042 50.505
Jawa Barat 9.290.465 2.618.048 11.908.513

Sumber: Jawa Barat Dalam Angka

Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,
baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perkehidupan dan
penghidupan. Di wilayah Jawa Barat pengembangan pusat-pusat permukiman diarahkan di Pusat
Kegiatan Nasional Provinsi, Pusat Kegiatan Wilayah Provinsi dan Pusat Kegiatan Lokal
seperti yang sudah diataur dalam rencana struktur ruang Rencana Struktur Ruang dan
Wilayah Provinsi Jawa Barat.

Luas permukiman Jawa Barat tahun 2012 adalah 412.881,74 Ha dengan sebanyak
59,59% merupakan kawasan permukiman perdesaan yaitu seluas 246.045,85 Ha. Pusat
permukiman perkotaan di Jawa Barat dengan sebaran permukiman perkotaan tertinggi
berada di Kabupaten Bogor yaitu sebesar 19,43% dan kabupaten Bekasi sebesar 15,58%.
Sedangkan permukiman perdesaan terbesar berada di Kabupaten Ciamis dengan presentasi
9,3% dari total luas permukiman perdesaan di Jawa Barat. Berdasarkan kawasan perkotaan
dan perdesaan, presentase rumah tidak layak huni terbanyak berada di perkotaan yaitu
sebesar 21% atau sekitar 437.091 rumah.

a. Penyediaan Perumahan di Kawasan Perkotaan

 Masyarakat Miskin
Presentase kelayakan hunian di Jawa Barat untuk perkotaan yaitu sebanyak 79% atau
sekitar 1.692.235 sudah termasuk layak dan sebesar 21% atau sekitar 437.091 masih
termasuk hunian yang tidak layak.

Tabel 3 Kelayakan Hunian Dirinci Menurut Kawasan Perkotaan bagi


Masyarakat Miskin

Kondisi Rumah Tempat Tinggal


Kabupaten/
No Kelayakan
Kota
Layak Tidak Layak Total
1 Bogor 91.733 11.591 103.323
2 Sukabumi 179.782 61.067 240.849
3 Cianjur 215.770 64.974 280.744
4 Bandung 48.071 14.902 62.973
5 Garut 156.661 71.327 227.988
6 Tasikmalaya 193.477 73.769 267.246
7 Ciamis 171.752 24.752 196.505
8 Kuningan 74.743 2.854 77.596
9 Cirebon 31.026 757 31.783
10 Majalengka 86.471 10.366 96.837
11 Sumedang 83.316 13.462 96.778
12 Indramayu 57.574 15.114 72.688
13 Subang 100.975 14.555 115.530
14 Purwakarta 32.458 3.355 35.812
15 Karawang 35.423 24.429 59.852
16 Bekasi 7.438 5.426 12.864
17 Kab Bandung Barat 111.031 21.619 132.649
18 Kota Bogor
19 Kota Sukabumi
20 Kota Bandung
Kondisi Rumah Tempat Tinggal
Kabupaten/
No Kelayakan
Kota
Layak Tidak Layak Total
21 Kota Cirebon
22 Kota Bekasi
23 Kota Depok
24 Kota Cimahi
25 Kota Tasikmalaya 6.981 1.788 8.770
26 Kota Banjar 7.554 985 8.539
Jawa Barat 1.692.235 437.091 2.129.325
% 79% 21% 100%
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat
Kabupaten Tasikmalaya merupakan wilayah yang mempunyai jumlah rumah bagi
masyarakat miskin yang tidak layak huni paling banyak di Jawa Barat. Tetapi hunian di
Kabupaten Tasikmalaya masih didominasi dengan rumah yang layak huni dibandingkan

tidak layak huninya. Rumah tidak layak huni di Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 73.769
unit sedangkan rumah layak huninya sebesar 193.477 unit.

 Rumah MBR 1

Presentase kelayakan hunian di Jawa Barat untuk perkotaan yaitu sebanyak 96% atau
sekitar 1.218.215 sudah termasuk layak dan sebesar 4% atau sekitar 44.833 masih termasuk
hunian yang tidak layak.

Tabel 4 Kelayakan Hunian Dirinci Menurut Kawasan Perkotaan bagi MBR1

Kondisi Rumah Tempat Tinggal


Kabupaten/
No Kelayakan
Kota
Layak Tidak Layak Total
1 Bogor 229.624 8.363 237.988
2 Sukabumi 67.547 67.547
3 Cianjur 39.308 2.073 41.381
4 Bandung 110.369 7.632 118.001
5 Garut 40.432 4.551 44.983
6 Tasikmalaya 21.585 812 22.397
7 Ciamis 27.367 554 27.921
8 Kuningan 30.097 173 30.270
9 Cirebon 62.499 1.782 64.281
10 Majalengka 38.245 38.245
11 Sumedang 25.924 25.924
12 Indramayu 27.539 1.573 29.112
13 Subang 30.433 427 30.860
14 Purwakarta 26.362 420 26.781
15 Karawang 56.209 5.949 62.158
16 Bekasi 41.597 4.524 46.120
17 Kab Bandung Barat 58.288 339 58.627
18 Kota Bogor 50.765 940 51.706
19 Kota Sukabumi 17.230 474 17.704
20 Kota Bandung 48.372 1.210 49.582
Kondisi Rumah Tempat Tinggal
Kabupaten/
No Kelayakan
Kota
Layak Tidak Layak Total
21 Kota Cirebon 1.635 1.635
22 Kota Bekasi 48.374 1.816 50.190
23 Kota Depok 72.697 1.125 73.822
24 Kota Cimahi 15.814 15.814
25 Kota Tasikmalaya 23.409 23.409
26 Kota Banjar 6.594 96 6.691
Jawa Barat 1.218.315 44.833 1.263.148
% 96% 4% 100%

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Kabupaten Bogor merupakan wilayah yang mempunyai jumlah rumah bagi MBR1 yang
tidak layak huni paling banyak di Jawa Barat. Tetapi hunian di Kabupaten Bogor masih
didominasi dengan rumah yang layak huni dibandingkan tidak layak huninya. Rumah tidak
layak huni di Kabupaten Bogor sebanyak 8363 unit sedangkan rumah layak huninya
sebesar 229.624 unit.

 Rumah MBR 2

Presentase kelayakan hunian di Jawa Barat untuk perkotaan yaitu sebanyak 98% atau
sekitar 525.016 sudah termasuk layak dan sebesar 2% atau sekitar 9.164 masih termasuk
hunian yang tidak layak.

Tabel 5 Kelayakan Hunian Dirinci Menurut Kawasan Perkotaan bagi MBR2

Kondisi Rumah Tempat Tinggal


Kabupaten/
No Kelayakan
Kota
Layak Tidak Layak Total
1 Bogor 108.924 2.286 111.210
2 Sukabumi 19.211 947 20.158
3 Cianjur 8.212 8.212
4 Bandung 39.658 1.067 40.725
5 Garut 13.816 13.816
6 Tasikmalaya 5.198 5.198
7 Ciamis 4.080 568 4.648
8 Kuningan 7.173 7.173
9 Cirebon 16.717 16.717
10 Majalengka 4.939 4.939
11 Sumedang 11.938 11.938
12 Indramayu 1.922 1.922
13 Subang 9.541 9.541
14 Purwakarta 17.568 17.568
15 Karawang 36.499 543 37.042
16 Bekasi 36.763 2.060 38.824
17 Kab Bandung Barat 13.936 13.936
18 Kota Bogor 14.182 14.182
19 Kota Sukabumi 4.408 4.408
20 Kota Bandung 20.044 643 20.688
21 Kota Cirebon 434 434
22 Kota Bekasi 48.433 48.433
23 Kota Depok 61.867 803 62.670
24 Kota Cimahi 9.924 245 10.170
25 Kota Tasikmalaya 8.380 8.380
26 Kota Banjar 1.250 1.250
Jawa Barat 525.016 9.164 534.180
% 98% 2% 100%

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Kabupaten Bogor merupakan wilayah yang mempunyai jumlah rumah bagi MBR2 yang
tidak layak huni paling banyak di Jawa Barat. Tetapi hunian di Kabupaten Bogor masih
didominasi dengan rumah yang layak huni dibandingkan tidak layak huninya. Rumah tidak
layak huni di Kabupaten Bogor sebanyak 2.286 unit sedangkan rumah layak huninya
sebesar 108.924 unit.

 Masyarakat Menengah Atas

Rumah untuk Masyarakat Menengah Atas di perkotaan bisa dibilang sangat sedikit karena
untuk rumah yang tidak layak huni terkonsentrasi di kawasan perdesaan. Presentase
kelayakan hunian di Jawa Barat untuk perkotaan yaitu sebanyak 99,8% atau sekitar 592.911
sudah termasuk layak dan sebesar 0,2% atau sekitar 1.362 masih termasuk hunian yang
tidak layak.

Tabel 6 Kelayakan Hunian Dirinci Menurut Kawasan Perkotaan bagi Masyarakat


Menengah Atas

Kondisi Rumah Tempat Tinggal


Kabupaten/
No Kelayakan
Kota
Layak Tidak Layak Total

1 Bogor 162.967 162.967

2 Sukabumi 13.754 13.754

3 Cianjur 5.280 5.280

4 Bandung 27.191 27.191


Kondisi Rumah Tempat Tinggal
Kabupaten/
No Kelayakan
Kota
Layak Tidak Layak Total

5 Garut 5.399 565 5.964

6 Tasikmalaya 5.278 5.278

7 Ciamis 7.971 7.971

8 Kuningan 6.034 6.034

9 Cirebon 13.846 13.846

10 Majalengka 7.201 7.201

11 Sumedang 8.115 8.115

12 Indramayu 927 927

13 Subang 3.333 3.333

14 Purwakarta 20.495 797 21.292

15 Karawang 27.578 27.578

16 Bekasi 42.676 42.676

17 Kab Bandung Barat 4.823 4.823

18 Kota Bogor 8.701 8.701

19 Kota Sukabumi 4.621 4.621

20 Kota Bandung 33.484 33.484

21 Kota Cirebon 263 263

22 Kota Bekasi 69.414 69.414

23 Kota Depok 90.935 90.935

24 Kota Cimahi 14.237 14.237

25 Kota Tasikmalaya 7.095 7.095

26 Kota Banjar 1.294 1.294

Jawa Barat 592.911 1.362 594.273

% 99,8% 0,2% 100%

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat


Kondisi rumah untuk Masyarakat Menengah Atas yang tidak layak huni berada di
Kabupaten Garut dan Kabupaten Purwakarta. Kelayakan hunian di Jawa Barat untuk
Masyarakat Menengah Atas didominasi rumah layak huni.

b. Penyediaan Perumahan di Kawasan Perdesaan


Pengembangan Permukiman secara Horizontal masih dimungkinkan untuk dikembangkan
di kawasan permukiman perdesaan yang mempertimbangkan kegiatan lainnya yang
terdapat dalam kawasan perdesaan seperti:

- Kawasan Pertanian dan Agribisnis


- Kawasan Wisata
- Kawasan Industri
- Kawasan Pesisir

 Masyarakat Miskin

Presentase kelayakan hunian masyarakat miskin di Jawa Barat untuk perdesaan yaitu
sebanyak 92% atau sekitar 1.485.047 unit sudah termasuk layak huni dan sebesar 8% atau
sekitar 132.049 unit termasuk hunian yang tidak layak huni.

Tabel 7 Kelayakan Hunian dirinci Menurut Kawasan Perdesaan bagi Masyarakat


Miskin

Perdesaan
Kab/ Kota Kelayakan Hunian Total
Layak Tidak Layak
01. Bogor 189.989 7.477 197.466
02. Sukabumi 74.890 6.964 81.854
03. Cianjur 78.105 1.578 79.684
04. Bandung 153.816 25.998 179.814
05. Garut 128.027 22.551 150.578
06. Tasikmalaya 63.028 3.250 66.278
07. Ciamis 57.479 6.286 63.765
08. Kuningan 29.837 468 30.305
09. Cirebon 141.658 4.586 146.244
10. Majalengka 58.442 1.608 60.051
11. Sumedang 45.142 2.626 47.768
12. Indramayu 33.487 4.476 37.963
13. Subang 28.219 1.604 29.823
14. Purwakarta 15.848 785 16.633
15. Karawang 43.405 11.890 55.295
16. Bekasi 23.317 8.612 31.929
17. Bandung Barat 130.318 2.934 133.252
71. Bogor 32.654 789 33.443
72. Sukabumi 16.666 684 17.350
73. Bandung 30.617 3.151 33.768
74. Cirebon 2.332 247 2.578
75. Bekasi 8.675 8.675
76. Depok 19.154 19.154
77. Kota Cimahi 13.366 474 13.840
78. Kota Tasikmalaya 56.872 2.957 59.830
79. Banjar 9.704 1.053 10.757
Jawa Barat 1.485.047 123.049 1.608.096
% 92% 8% 100%

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Kabupaten Bandung merupakan wilayah yang mempunyai jumlah rumah bagi masyarakat
miskin yang layak huni paling banyak di Jawa Barat. Tetapi hunian di Kabupaten Bandung
masih didominasi dengan rumah yang layak huni dibandingkan tidak layak huninya.
Rumah tidak layak huni di Kabupaten Bandung sebanyak 153.816 unit sedangkan rumah
tidak layak huninya sebesar 25.998 unit.

 Rumah MBR 1

Presentase kelayakan hunian MBR 1 di Jawa Barat untuk perdesaan yaitu sebanyak 87%
atau sekitar 827.977 unit sudah termasuk layak huni dan sebesar 13% atau sekitar 118.765
unit termasuk hunian yang tidak layak huni.

Tabel 8 Kelayakan Hunian dirinci Menurut Kawasan Perdesaan bagi MBR 1

Perdesaan
Kab/ Kota Kondisi Tempat Tinggal
Layak Tidak Layak Jumlah
01. Bogor 84.521 12.224 96.745
02. Sukabumi 77.741 7.999 85.740
03. Cianjur 58.461 10.700 69.161
04. Bandung 24.548 2.272 26.819
05. Garut 69.611 21.370 90.981
06. Tasikmalaya 44.513 12.119 56.632
07. Ciamis 66.364 5.268 71.632
08. Kuningan 50.776 1.556 52.332
09. Cirebon 22.777 1.969 24.745
10. Majalengka 44.612 1.247 45.859
11. Sumedang 50.616 2.062 52.678
12. Indramayu 25.987 6.598 32.585
13. Subang 74.998 6.806 81.804
14. Purwakarta 36.067 3.783 39.849
15. Karawang 54.240 15.778 70.019
16. Bekasi 16.476 5.139 21.615
17. Bandung Barat 19.674 1.751 21.425
71. Bogor
72. Sukabumi
73. Bandung
74. Cirebon
75. Bekasi
76. Depok
77. Kota Cimahi
78. Kota Tasikmalaya 3.030 3.030
79. Banjar 2.966 124 3.090
Jawa Barat 827.977 118.765 946.741
% 87% 13% 100%

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Kabupaten Bogor merupakan wilayah yang mempunyai jumlah rumah bagi MBR 1 yang
layak huni paling banyak di Jawa Barat. huninya. Rumah layak huni di Kabupaten Bogor
sebanyak 84.521 unit sedangkan rumah tidak layak huninya sebesar 12.224 unit.

 Rumah MBR 2

Rumah untuk MBR 2 di perdesaan bisa dibilang sangat sedikit karena untuk rumah yang
tidak layak huni terkonsentrasi di kawasan perdesaan. Presentase kelayakan hunian di Jawa
Barat untuk perkotaan yaitu sebanyak 97% atau sekitar 103.334 sudah termasuk layak dan
sebesar 3% atau sekitar 2.771 masih termasuk hunian yang tidak layak.

Tabel 9 Kelayakan Hunian dirinci Menurut Kawasan Perdesaan bagi MBR 2

Perdesaan
Kab/Kota Kondisi Tempat Tinggal
Layak Tidak Layak Jumlah
01. Bogor 23.646 1.718 25.363
02. Sukabumi 11.119 2.410 13.529
03. Cianjur 6.252 6.252
04. Bandung 13.312 2.126 15.437
05. Garut 11.379 877 12.256
06. Tasikmalaya 10.310 10.310
07. Ciamis 16.946 3.007 19.953
08. Kuningan 14.561 14.561
Perdesaan
Kab/Kota Kondisi Tempat Tinggal
Layak Tidak Layak Jumlah
09. Cirebon 4.997 4.997
10. Majalengka 10.217 382 10.598
11. Sumedang 15.050 15.050
12. Indramayu 5.314 795 6.110
13. Subang 20.217 2.369 22.586
14. Purwakarta 12.417 943 13.360
15. Karawang 22.286 725 23.011
16. Bekasi 2.281 2.281
17. Bandung Barat 2.546 980 3.525
71. Bogor
72. Sukabumi
73. Bandung
74. Cirebon
75. Bekasi
76. Depok
77. Kota Cimahi
78. Kota Tasikmalaya 889 889
79. Banjar 589 589
Jawa Barat 204.327 16.331 220.658
% 93% 7% 100%

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Kabupaten Bogor merupakan wilayah yang mempunyai jumlah rumah bagi MBR 2 di
perdesaan yang layak huni paling banyak di Jawa Barat. Rumah layak huni di Kabupaten
Bogor adalah 23.646 unit.

 Masyarakat Menengah Atas

Rumah untuk Masyarakat Menengah Atas di perdesaan bisa dibilang sangat sedikit karena
untuk rumah yang tidak layak huni terkonsentrasi di kawasan perdesaan. Presentase
kelayakan hunian di Jawa Barat untuk perkotaan yaitu sebanyak 97% atau sekitar 103.334
sudah termasuk layak dan sebesar 3% atau sekitar 2.771 masih termasuk hunian yang tidak
layak.

Tabel 10 Kelayakan Hunian dirinci Menurut Kawasan Perdesaan bagi Masyarakat


Menengah Atas

Perdesaan
Kab/Kota Kondisi Tempat Tinggal
Layak Tidak Layak Jumlah
01. Bogor 11.344 11.344
02. Sukabumi 3.866 3.866
03. Cianjur 3.857 610 4.467
04. Bandung 9.276 9.276
05. Garut 5.493 5.493
06. Tasikmalaya 10.034 446 10.480
07. Ciamis 4.199 4.199
08. Kuningan 6.006 6.006
09. Cirebon 826 826
10. Majalengka 5.342 5.342
11. Sumedang 6.348 735 7.084
12. Indramayu 3.596 3.596
13. Subang 10.982 522 11.504
14. Purwakarta 8.871 8.871
15. Karawang 8.088 8.088
16. Bekasi 591 591
17. Bandung Barat 4.149 457 4.606
71. Bogor
72. Sukabumi
73. Bandung
74. Cirebon
75. Bekasi
76. Depok
77. Kota Cimahi
78. Kota Tasikmalaya
79. Banjar 466 466
Jawa Barat 103.334 2.771 106.105
% 97% 3% 100%

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Kabupaten Bogor merupakan wilayah yang mempunyai jumlah rumah bagi masyarakat
menengah atas di perdesaan yang layak huni paling banyak di Jawa Barat. Rumah layak
huni di Kabupaten Bogor adalah 11.344 unit.

Tabel 10 Kelayakan Hunian dirinci Menurut Kawasan Perdesaan bagi


Masyarakat Menengah Atas
Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap hunian yang layak, 2015
2015 2016 2017 2018
Kabupaten/kota
Estimate RSE Estimate RSE Estimate RSE Estimate RSE
3 4 5 6 7 8 9 10 (6)
Bogor 35.65 6.57 39.24 6.44 38.68 6.08 38.04 6.87
Sukabumi 35.88 9.12 26.99 9.55 31.37 9.38 36.34 7.10
Cianjur 22.40 10.70 25.38 10.43 24.74 9.92 24.97 10.09
Bandung 39.94 6.67 46.09 5.77 49.41 5.96 48.35 5.09
Garut 27.56 9.19 28.50 8.27 30.71 7.94 27.71 9.40
Tasikmalaya 23.38 9.28 29.67 8.49 27.07 8.80 23.94 10.73
Ciamis 42.36 5.94 40.16 6.75 40.47 7.79 47.53 6.04
Kuningan 66.99 5.13 64.18 6.17 62.96 6.12 71.72 4.10
Cirebon 63.65 4.71 64.65 3.99 69.21 3.10 71.37 2.72
Majalengka 61.64 5.46 65.69 4.94 67.21 4.75 64.42 5.12
Sumedang 53.55 5.72 60.21 5.39 66.05 4.11 61.68 5.29
Indramayu 70.27 2.92 69.32 3.51 73.59 2.96 67.18 3.54
Subang 60.21 4.45 62.83 3.97 63.67 3.87 65.09 4.43
Purwakarta 51.83 7.53 55.64 5.95 48.74 6.20 53.81 6.13
Karawang 53.36 5.17 52.70 4.98 60.54 4.04 57.85 3.90
Bekasi 55.45 5.52 66.90 3.82 57.43 5.00 56.27 5.20
Bandung Barat 35.57 9.60 50.43 5.70 58.69 4.76 43.53 7.34
Pangandaran 37.50 8.45 47.16 5.98 51.60 5.26 46.82 5.49
Bogor 60.11 5.48 50.06 7.48 48.04 7.71 45.24 7.84
Sukabumi 26.91 13.55 28.89 14.97 28.90 10.99 30.22 10.77
Bandung 33.67 9.17 37.08 10.39 33.18 8.96 37.38 7.51
Cirebon 68.57 5.32 67.64 5.11 69.56 4.61 66.84 3.57
Bekasi 56.15 5.92 55.14 4.78 50.05 5.77 53.02 5.88
Depok 47.59 5.24 47.62 5.62 49.49 5.66 45.82 6.02
Cimahi 50.76 6.98 45.15 6.91 48.36 7.02 42.47 7.45
Tasikmalaya 40.46 8.59 33.27 8.85 32.47 10.86 40.17 9.52
Banjar 65.32 5.08 65.38 4.54 70.42 4.69 66.46 4.47

SUDAH JELAS
Konsultan memandang bahwa data dasar merupakan hal yang diperlukan. Dalam hal ini
konsultan menilai data dasar yang tercantum dalam KAK sudah dapat dimengerti.
Intinya data dasar yang dipergunakan yaitu berasal dari dokumen jabar dalam angka yang
disediakan oleh BPS. Dengan adanya data dasar ini memudahkan konsultan untuk
melaksanakan PEKERJAAN JASA KONSULTAN PENDATAAN PERUMAHAN DI JAWA
BARAT dengan baik.

8 Lingkup Pekerjaan

Kegiatan yang harus dilakukan dalam menyelesaikan Pekerjaan Jasa Konsultan


Pendataan Perumahan di Jawa Barat meliputi:
a. Kegiatan Teknis, meliputi :
 Studi Literatur; yang dilakukan untuk mengkaji studi-studi berupa literatur
maupun dokumen kebijakan dan perencanaan terkait pekerjaan dimaksud.
 Perumusan Metode Pendekatan; hal ini harus dilakukan untuk menentukan metode
yang digunakan dalam pengumpulan, analisis, penstrukturan, inventarisasi dan
penyajian data dan informasi perumahan. Metode pendekatan minimal harus
dirumuskan untuk menentukan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam
Pekerjaan Jasa Konsultan Pendataan Perumahan di Jawa Barat.
 Pengumpulan data
 Data primer diperoleh dengan cara survey pengamatan lapangan serta
wawancara dengan narasumber.
 Data sekunder diperoleh dengan survey data instansi maupun studi dan
dokumen-dokumen kajian/rencana yang terkait dengan Pekerjaan Jasa
Konsultan Pendataan Perumahan di Jawa Barat.
 Analisis aspek-aspek yang diperlukan sebagai dasar perencanaan, yang minimal
harus meliputi :
 Survei data primer dan sekunder untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan;
 Data dan informasi terkait capaian perumahan yang bersumber dari
pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan
asosiasi yang meliputi:
- Data kuantitatif dan kualitatif gambaran kondisi rumah di Jawa Barat,
meliputi rumah umum, rumah komersial, rumah khusus dan rumah swadaya.
- Data kuantitatif dan kualitatif gambaran perumahan di Jawa Barat
- Data kuantitatif dan kualitatif PSU Perumahan di Jawa Barat
- Data dan informasi perumahan yang dibangun time series minimal 3 tahun,
diambil dari;
a. data yang dikeluarkan oleh BPS,
b. dinas teknis pengampu perumahan dan permukiman di
kabupaten/kota,
c. data IMB yang dikeluarkan oleh dinas pengampu perizinan
kabupaten/kota
d. data dari asosiasi pengembang

b. Kegiatan Diskusi
Kegiatan diskusi dilakukan secara internal untuk membahas progres tiap tahapan
pekerjaan maupun secara eksternal untuk mengkoordinasikan dan mensosialisasikan
progres kegiatan dengan perencanaan yang ada di pihak lain dalam level pemerintah
pusat, provinsi maupun kabupaten/kota bahkan dengan stakeholder non pemerintah.
Untuk lebih jelasnya kegiatan diskusi ini meliputi:

 Diskusi Internal, merupakan diskusi pembahasan tahapan pekerjaan sebelum


dilakukan diskusi umum. Pada dasarnya diskusi internal dilakukan minmal
sebanyak 3 kali pada setiap tahapan laporan pendahuluan, antara dan akhir :
 Diskusi Intern Laporan Pendahuluan, yaitu diskusi draft laporan pendahuluan
dan bahan ekspose draft laporan pendahuluan pada diskusi umum
 Diskusi Intern Laporan Antara, yaitu diskusi draft laporan antara dan bahan
ekspose draft laporan antara pada diskusi umum
 Diskusi Intern Laporan Akhir yaitu diskusi draft laporan akhir dan bahan
ekspose draft laporan akhir pada diskusi umum.
Namun selain itu dilakukan pula diskusi dalam arti asistensi dan konsultasi
substansi yang lebih intensif meliputi :

 Diskusi/asistensi laporan pendahuluan, antara dan akhir, setelah ekspose pada


diskusi umum
 Diskusi/asistensi tahap pengumpulan data
 Diskusi/asistensi tahap analisis kajian
 Diskusi/asistensi finalisasi laporan akhir
 Diskusi Umum/Eksternal, merupakan ekspose terbuka untuk menyampaikan
progres kegiatan, koordinasi dan sinkronisasi perencanaan serta menerima
masukan, meliputi :
 Diskusi laporan pendahuluan
 Diskusi laporan antara
 Diskusi laporan akhir
 Selain diskusi internal dan eksternal, Pekerjaan Jasa Konsultan Pendataan
Perumahan di Jawa Barat ini menuntut adanya upaya koordinasi dan konsultasi
yang intensif dengan stakeholder terkait dalam memenuhi prasyarat yang
dibutuhkan

 Setiap tahapan diskusi, konsultan menyediakan cetak materi dan konsumsi (makan
dan snack)

 Focus Group Discusion (FGD) dilakukan satu kali, merupakan diskusi yang
melibatkan semua pemangaku kepentingan di Pemerintah Provinsi Jawa Barat
yang terkait perencanaan penyediaan PSU. Diskusi ini diselenggarakan untuk
melakukan sinkronisasi terhadap lokasi perencanaan yang akan diselenggarakan
oleh masing-masing pemangku kepentingan di Provinsi Jawa Barat, sekaligus pula
untuk menemukenali potensi, permasalahan dan kebutuhan rumah dan PSU.
SUDAH JELAS
Ruang Lingkup Pekerjaan dalam PEKERJAAN JASA KONSULTAN PENDATAAN
PERUMAHAN DI JAWA BARAT sebagaimana dipersyaratkan di dalam KAK sudah dapat
dimengerti oleh pihak konsultan, dan diikuti sebagai acuan menyusun PEKERJAAN JASA
KONSULTAN PENDATAAN PERUMAHAN DI JAWA BARAT agar tidak melenceng sebagai
yang diharapkan oleh pemberi kerja.
Begitupun diskusi-diskusi yang tercantum dan diamanatkan dalam KAK konsultan sangat
menyetujuinya dan bahkan konsultan mengusulkan agar lebih intens untuk memaksimalkan
hasil dan transfer informasi yang ada.

Konsultan secara rinci akan melakukan beberapa tahap kegiatan diantaranya:


a. Merumuskan dan menyusun profile PSU Perumahan di di Jawa Barat yang
menjadi kewenangan Provinsi;
b. Mengidentifikasi profile PSU Perumahan di Jawa Barat yang menjadi
kewenangan Provinsi;
c. Melakukan pemetaaan profile PSU Perumahan di Jawa Barat yang menjadi
kewenangan Provinsi;
d. Merumuskan dan menyusun kebijakan peningkatan kualitas PSU
permukiman perdesaaan pada PSU Perumahan yang menjadi kewenangan
Provinsi;
e. Menetapkan prioritas kebijakan pembangunan/peningkatan kualitas PSU
permukiman perdesaaan pada PSU Perumahan yang menjadi kewenangan
Provinsi
f. Merumuskan dan menyusun program-program peningkatan kualitas PSU
permukiman perdesaaan pada PSU Perumahan yang menjadi kewenangan
Provinsi;
g. Menetapkan prioritas program-program peningkatan kualitas PSU
permukiman perdesaaan pada PSU Perumahan yang menjadi kewenangan
Provinsi;
h. Merumuskan dan menyusun lokus dan focus program-program
pemangunan atau peningkatan kualitas PSU permukiman perdesaaan pada
PSU Perumahan yang menjadi kewenangan Provinsi.
i. Menetapkan prioritas lokus dan focus program-program
pembangunan/peningkatan kualitas PSU permukiman perdesaaan pada
PSU Perumahan yang menjadi kewenangan Provinsi.

Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam menyelesaikan tahapan-tahapan


“PEKERJAAN JASA KONSULTAN PENDATAAN PERUMAHAN DI JAWA BARAT”,
adalah sebagai berikut :
(1) Identifikasi Masalah
(2) Perumusan Kebutuhan dan Batasan Masalah
(3) Studi Pustaka/Referensi
(4) Penyusunan Kerangkakerja Logis (Logical Framework)
(5) Pengumpulan dan Pengolahan Data
(6) Analisa dan Pembahasaan
(7) Penyusunan Naskah Dokumen
(8) Konsultasi dan Koreksi Naskah Dokumen
(9) Pemaparan dan Penyampaian Laporan

1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah tahapan untuk menetapkan substansi latar belakang,
permasalahan, maksud dan tujuan, sasaran pemanfaatan atau penggunaan dokumen-
dokumen dokumen PENDATAAN PERUMAHAN DI JAWA BARAT.

2. Perumusan dan Batasan Masalah


Perumusan dan batasan masalah adalah tahapan untuk merumuskan dan menetapan
batasan-batasan, ruang lingkup masalah yang dibahas, ditulis dan disajikan dalam
dokumen-dokumen dokumen PENDATAAN PERUMAHAN DI JAWA BARAT,
berdasarkan hasil-hasil proses identifikasi masalah yang dilakukan.

3. Studi Pustaka/Referensi
Studi Pustaka/Referensi adalah tahapan untuk mempelajari secara mendalam dan
komprehensif berbagai buku literature, pustaka dan referensi serta hasil penelitian dan
kajian yang telah dilakukan sebelumnya yang terkait dengan substansi yang dibahas,
ditulis dan disajikan dalam dokumen-dokumen.

4. PERENCANAAN PEMBANGUNAN PSU PERUMAHAN DI JAWA BARAT.


Studi pustaka dan referensi dimaksudkan juga untuk mendapatkan penguatan ide, gagasan,
konsep, teori, metodologi dan pendekatan dan berbagai rekomendasi penelitian yang
berguna dan dapat diaplikasikan dan digunakan dalam proses penyusunan dokumen
yang dimaksud.

5. Penyusunan Kerangka Kerja Logis (Logical Framework)


Penyusunan Kerangka Kerja Logis adalah tahapan untuk merumuskan kerangka kerja atau
pola pikir yang logis dan rasional dalam dalam dokumen-dokumen dokumen
PENDATAAN PERUMAHAN DI JAWA BARAT. Kerangka kerja logis juga
menjelaskan urutan atau tahapan yang logis dan rasional untuk pencapaian maksud,
tujuan dan sasaran dari penyusunan dokumen yang telah direncanakan dan ditetapkan.

6.Pengumpulan dan Pengolahan Data


Pengumpulan dan Pengolahan Data adalah tahapan untuk mengumpulkan data-data primer
dan data-data skunder dari beberapa sumber data yang akuntabel dan dapat
dipertanggungjawabkan, yang ditetapkan berdasarkan metode yang digunakan.
Selanjutnya, juga dilakukan proses pengolahan data berbasis aplikasi komputer
pemetaan spasial yang sesuai, guna mendapatkan hasil-hasil atau keluaran yang
dibutuhkan.

7.Analisa dan Pembahasan


Analisa dan Pembahasaan adalah tahapan untuk melakukan pendalaman secara rinci dan
menyeluruh, melalui kegiatan analisa hasil pengolahan data, pembahasan secara analitis,
deskrptif dan naratif terhadap berbagai hasil-hasil pengolahan data yang telah
dilakukan. Proses pembahasan diperkuat dan diperdalam kemudian melalui
serangkaian diskusi kelompok yang fokus (FGD) dengan tematik yang relevan, guna
mendapatkan masukan dan pendalaman yang bernilai dan bermanfaat bagi pencapaian
maksud, tujuan dan sasaran penyusunan dokumen-dokumen dokumen PENDATAAN
PERUMAHAN DI JAWA BARAT.

8. Penyusunan Naskah Dokumen


Penyusunan naskah dokumen-dokumen dokumen PENDATAAN PERUMAHAN DI JAWA
BARAT adalah tahapan untuk melakukan penulisan dan penyajian seluruh isi atau
substansi dokumen sesuai sistematika yang telah ditetapkan. Dalam penyusunan naskah
dokumen akan sangat diperhatikan tentang aspek-aspek lay-out atau tata letak/tata
naskah buku agar menghasilkan dokumen-dkoumen yang informatif dan komunikatif,
yang mudah dibaca, dipahami, dimengerti dan tidak menimbulkan multi interpretatif
dalam proses perencanaan daerah.

9. Konsultasi dan Koreksi Naskah Dokumen


Dalam rangka menuju tahapan akhir dari Penyusunan Naskah dokumen-dokumen dokumen
PENDATAAN PERUMAHAN DI JAWA BARAT, guna untuk mewujudkan satu
pengertian dan satu pemahaman dalam mempersepsi yang sama tentang substansi dari
naskah dokumen yang disusun maka perlu dilakukan Konsultasi dengan Tim yang
ditunjuk dari Bidang Kawasan Permukiman Seksi Penataan Kawasan Permukiman
Perdesaan, DISPERKIM. Dengan proses konsultasi diharapkan dapat memberikan
berbagai koreksi dan masukan yang konstruktif untuk perbaikan dan peningkatan kualitas
dokumen. Hasil-hasil Konsultasi dan koreksi selanjutnya diolah dan ditindaklanjuti oleh
Pelaksana Jasa Pekerjaan yang ditunjuk.

10.Pemaparan dan Penyusunan Laporan Akhir


Tahapan akhir dari pemaparan dan penyusunan akhir naskah dokumen-dokumen dokumen
PENDATAAN PERUMAHAN DI JAWA BARAT, adalah penyampaian pemaparan dan
laporan-laporan naskah dokumen akhir, beserta backup nya dalam file digital dengan
format *.DOC dan *.PPT dalam bentuk flash disk yang disampaikan Pelaksana Jasa
Pekerjaan yang ditunjuk kepada Bidang Bidang Kawasan Permukiman, Seksi Penataan
Kawasan Permukiman Perdesaan DISPERKIM.

9 Keluaran
1. Identifikasi data dan informasi yang dibutuhkan untuk perencanaan, pelaporan
dan kebijakan perumahan;
2. Definisi operasional data dan informasi yang telah diidentifikasi
3. Konsep dan struktur penyusunan data yang dibutuhkan untuk perencanaan, pelaporan dan
kebijakan perumahan;
4. Data dan informasi yang dibutuhkan untuk perencanaan, pelaporan dan kebijakan
perumahan pada tahun berjalan;
5. Buku profil data perumahan 2020-2021;
6. Data dan informasi dalam bentuk digital yang terintegrasi dalam sistem informasi
Klinik Rumah.

SUDAH JELAS
Keluaran dari PEKERJAAN JASA KONSULTAN PENDATAAN PERUMAHAN DI JAWA
BARAT sebagaimana dipersyaratkan di dalam KAK sudah dapat dimengerti oleh pihak
konsultan.
10 Peralatan, Material, Personel dan Fasilitas dari Pejabat Pembuat
Komitmen
Pejabat Pembuat Komitmen menyediakan personil berjumlah 3 (tiga) orang
sebagai Tim Penerima dan Pemeriksa Hasil Pekerjaan, untuk melakukan asistensi
substansi dan pendampingan dalam rangka koordinasi dan survei lapangan.

SUDAH JELAS
Peralatan, Material, Personel, dan Fasilitas dari Pejabat Pembuat Komitmen untuk
PEKERJAAN JASA KONSULTAN PENDATAAN PERUMAHAN DI JAWA BARAT
sebagaimana dipersyaratkan di dalam KAK sudah dapat dimengerti oleh pihak
konsultan.
11 Peralatan dan Material dari Penyedia Jasa Konsultansi
Peralatan yang dibutuhkan dalam pekerjaan Pendtaaan PKP ini sebagai berikut :
a. Peralatan Kantor
b. Peralatan Survei Lapangan
c. Peralatan Diskusi Umum dan Diskusi Internal
d. Peralatan mobilisasi kerja.
Pihak pengguna jasa tidak menyediakan peralatan tersebut dalam pelaksanaan pekerjaan
ini, sehingga penyedia jasa berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan peralatan tersebut.

SUDAH JELAS
Peralatan dan Material dari Penyedia jasa konsultasi untuk PEKERJAAN JASA
KONSULTAN PENDATAAN PERUMAHAN DI JAWA BARAT sebagaimana
dipersyaratkan di dalam KAK sudah dapat dimengerti oleh pihak konsultan.

12 Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa


Penyedia jasa penyusunan Pendataan PKP memiliki kewajiban sebagai berikut :
1. Menjalani kontrak yang telah ditanda-tangani bersama untuk mencapai
tujuan kegiatan ini. Teknis, Jadwal pelaksanaan kegiatan, administrasi
umum, administrasi keuangan dilaksanakan sesuai jadwal yang telah
ditetapkan;
2. Melaksanakan pengerahan sumberdaya penyedia jasa untuk mencapat tujuan
akhir yang disepakati secara efektif dan efisien;
3. Bekerja secara profesional, sehingga dapat memenuhi standar profesi yang
baik;
4. Bekerja untuk kepentingan PPK yang mewakili Pemerintah Provinsi Jawa
Barat, sesuai dengan kontrak kerja;
5. Menjaga kerahasiaan Negara untuk kepentingan pemerintah dan
kemaslahatan masyarakat Jawa Barat;
6. Dalam pelaksanaan koordinasi dengan instansi lain maupun daerah,
penyedia jasa didampingi oleh minimal satu staf pelaksana Dinas
Permukiman dan Perumahan Jawa Barat.

SUDAH JELAS
Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa pada PEKERJAAN JASA KONSULTAN
PENDATAAN PERUMAHAN DI JAWA BARAT sebagaimana dipersyaratkan di dalam
KAK sudah dapat dimengerti oleh pihak konsultan.

13 Jangka Waktu Penyelesaian Pekerjaan


Sesuai dengan kontrak kerja antara PPK dan Penyedia Jasa, Pekerjaan Penyelenggaraan
Klinik Rumah selama 60 HK (Hari Kalender).

SUDAH JELAS
Jangka waktu penyelesaian PEKERJAAN JASA KONSULTAN PENDATAAN
PERUMAHAN DI JAWA BARAT yang selama 60 hari kalender sebagaimana yang telah
dipersyaratkan di dalam KAK sudah dapat dimengerti oleh konsultan.
Konsultan memandang bahwa waktu penyelesaian pekerjaan yang tersedia selama 60
hari kalender tergolong cukup, mengingat luasnya aspek kajian yang harus dilaksanakan
sebagai konsekuensi dari pendekatan perencanaan yang komprehensif. Dalam
pelaksanaan pekerjaan ini terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilaksanakan secara
pararel, namun aspek sekwensial antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya
merupakan suatu keharusan. Artinya, manajemen dan pengaturan pekerjaan serta
koordinasi merupakan faktor penentu apakah target waktu penyelesaian 60 hari kalender
ini dapat dipenuhi.
Dalam era perencanaan yang partisipatif yang melibatkan sebanyak mungkin
stakeholders daerah tentu membutuhkan waktu yang panjang untuk mencapai suatu
kesepakatan, disini diperlukan kemampuan organisasi agar konsultasi dan asistensi
dapat berjalan lancar dan efisien.
Karena kami merupakan konsultan mempunyai peralatan dan perlengkapan yang
lengkap dan didukung oleh Tenaga Ahli yang berpengalaman dalam mengerjakan
pekerjaan sejenis, maka kami akan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan target
waktu yang telah ditentukan.

14 Personel
Kebutuhan Tenaga Ahli Untuk pekerjaan Pendataan PKP sebagai berikut :
Kualifikasi Jumlah
Posisi Orang
Bulan
Jumlah
personil Pendidikan Keahlian Pengalaman
Tenaga
Tenaga Ahli 1 orang S1 Planologi Ahli Berpengalaman dalam 2
Perencanaan / Madya bidang perumahan dan
Wilayah dan Perencanaan kawasan selama
Kota Wilayah dan minimal 5 tahun
Kota

Tenaga 1 orang S1 Teknik Ahli Berpengalaman dalam 2


Ahli Geodesi Muda bidang perumahan dan
Teknik kawasan selama
Geodesi minimal 2 tahun
Kualifikasi Jumlah
Posisi Orang
Bulan
Jumlah
personil Pendidikan Keahlian Pengalaman

Tenaga Ahli 1 orang S1 Arsitektur Ahli Berpengalaman dalam 2


Teknik Muda bidang perumahan dan
Arsitektur kawasan selama
minimal 2 tahun

Tenaga 1 orang S1 Teknik - Berpengalaman dalam 2


Teknik Informatika penyusunan website
Informatika dan aplikasi selama
minimal 3 tahun

Tenaga 1 orang S1 Statistik - Berpengalaman dalam 2


Statistik bidang pemberdayaan
bidang perumahan
dan permukiman
selama minimal 3
tahun

Tenaga 1 orang S1 Teknik - Berpengalaman dalam 2


Teknik Lingkungan bidang perumahan dan
Lingkungan kawasan selama
minimal 3 tahun
Tenaga
Penunjang

Tenaga Sub 1 orang - D3 - Berpengalaman dalam 2


Profesional Planologi/ bidang konsultansi
PWK selama minimal 1
tahun

Tenaga Sub 1 orang - D3 Geodesi - Berpengalaman dalam 2


Profesional bidang konsultansi
selama minimal 1
tahun

Tenaga Sub 1 orang - D3 Teknik - Berpengalaman dalam 2


Profesional Lingkungan bidang konsultansi
selama minimal 1
tahun

Surveyor 4 orang - Planologi/ Berpengalaman dalam 8


PWK bidang pemetaan,
- Geodesi perumahan dan
- Teknik kawasan selama
Kualifikasi Jumlah
Posisi Orang
Bulan
Jumlah
personil Pendidikan Keahlian Pengalaman
Lingkungan minimal 2 tahun
Tenaga 1 orang D3 Ekonomi/ - Berpengalaman dalam 2
Administrasi Sosial bidang konsultansi
selama minimal 1
tahun

Berpengalaman dalam 6
Operator 3 Orang D3 - penyusunan website
Komputer Informatika dan aplikasi selama
minimal 2 tahun
Tenaga 1 orang S1 Teknik - Berpengalaman dalam 2
Teknik Informatika penyusunan website
Informatika dan aplikasi selama
minimal 3 tahun

Tenaga 1 orang S1 Statistik - Berpengalaman dalam 2


Statistik bidang pemberdayaan
bidang perumahan
dan permukiman
selama minimal 3
tahun

Tenaga 1 orang S1 Teknik - Berpengalaman dalam 2


Teknik Lingkungan bidang perumahan dan
Lingkungan kawasan selama
minimal 3 tahun
Tenaga
Penunjang

Tenaga Sub 1 orang - D3 - Berpengalaman dalam 2


Profesional Planologi/ bidang konsultansi
PWK selama minimal 1
tahun

Tenaga Sub 1 orang - D3 Geodesi - Berpengalaman dalam 2


Profesional bidang konsultansi
selama minimal 1
tahun

Tenaga Sub 1 orang - D3 Teknik - Berpengalaman dalam 2


Profesional Lingkungan bidang konsultansi
selama minimal 1
tahun
Kualifikasi Jumlah
Posisi Orang
Bulan
Jumlah
personil Pendidikan Keahlian Pengalaman

Surveyor 4 orang - Planologi/ Berpengalaman dalam 8


PWK bidang pemetaan,
- Geodesi perumahan dan
- Teknik kawasan selama
Lingkungan minimal 2 tahun
Tenaga 1 orang D3 Ekonomi/ - Berpengalaman dalam 2
Administrasi Sosial bidang konsultansi
selama minimal 1
tahun

Berpengalaman dalam 6
Operator 3 Orang D3 - penyusunan website
Komputer Informatika dan aplikasi selama
minimal 2 tahun

SUDAH JELAS

Ketentuan dalam Kerangka Acuan Kerja tentang Ketentuan bagi konsultan dan penyedia jasa,
termasuk didalamnya persyaratan umum dan khusus, kebutuhan personil dan tahapan
pelaksanaan PEKERJAAN JASA KONSULTAN PENDATAAN PERUMAHAN DI JAWA
BARAT sebagaimana dipersyaratkan di dalam KAK sangat dimengerti konsultan dan
dirasakan cukup memadai, baik untuk pelaksanaan kegiatan maupun kapabilitas untuk
penyelesaian pekerjaan.
Karena kami merupakan Konsultan yang memiliki spesialisasi dalam pekerjaan yang terkait,
maka tenaga ahli yang dapat kami siapkan dalam memenuhi ketentuan dalam Kerangka Acuan
Kerja tersebut rata-rata telah memenuhi syarat yang ditentukan dan memiliki keahlian yang
tinggi dalam penanganan pekerjaan. Terlebih lagi dengan adanya dukungan ahli yang memiliki
kekhususan keahlian dalam bidang-bidang yang terkait dengan materi/substansi kegiatan yang
harus dikaji akan sangat membantu dalam upaya penyelesaian pekerjaan dengan hasil yang
dapat dipertanggung jawabkan.

15 Jadwal Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan

Bulan Ke-
No. Kegiatan I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
TAHAP LAPORAN PENDAHULUAN/PERSIAPAN
I

Mobilisasi tim dan kebutuhan peralatankegiatan


1

Bulan Ke-
No. Kegiatan I II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 11
2 Menyiapkan rencana kerja
3 Menyusun metodologi kerja
Mengumpulkan data dan informasi awal(studi literatur)
4
Bulan Ke-
No. Kegiatan I II
1 2 3 4 1 2 3 4
Menyiapkan laporan pendahuluan danpresentasi
5

II TAHAP LAPORAN ANTARA


Melakukan survei primer dan Sekunder kelokasi kegiatan
1

2 Kompilasi data primer dan sekunder


Identifikasi dan Analisis Data danInformasi
3

4 Menyusun Draft Konsep Pendataan


Menyelenggarakan ekspose dan diskusiLaporan Antara
5

6 Finalisasi Laporan Antara hasil diskusi


III TAHAP LAPORAN AKHIR
Menyusun Kebutuhan data dan informasiyang dibutuhkan untuk
1 perencanaan, pelaporan dan kebijakan perumahan

Menyusun peta pemangku kebijakan danperanannya dalam


2 kebutuhan data dan informasi perumahan

3 Menyusun definisi operasional data daninformasi yang telah


diidentifikasi
4 Menyusun konsep dan struktur penyusunan data yang dibutuhkan
untukperencanaan, pelaporan dan kebijakan perumahan

5 Menyusun data yang dibutuhkan untukperencanaan, pelaporan


dan kebijakan perumahan pada tahun berjalan

6 Menyusun album peta data dan informasispasial perumahan Jawa


Barat
7 Menyusun data dan informasi dalam bentuk digital
yang terintegrasi dalamsistem informasi Klinik Rumah

IV TAHAP FINALISASI
1 Proses perbaikan hasil pemaparan draft laporan akhir

2 Proses pencetakan laporan akhir

SUDAH JELAS
Jadwal tahapan pelaksanaan pada PEKERJAAN JASA KONSULTAN PENDATAAN
PERUMAHAN DI JAWA BARAT sebagaimana dipersyaratkan di dalam KAK sudah
dapat dimengerti oleh pihak konsultan.

16 Laporan Pendahuluan
a. Laporan Pendahuluan, yang memuat mengenai proses penyelesaian kegiatan
dengan capaian sebagai berikut:
Latar belakang kegiatan, tujuan dan sasaran kegiatan, metodologi, dan
jadwal pelaksanaan kegiatan;
Rencana kerja rinci yang akan menjadi acuan dalam keseluruhan rangkaian
pelaksanaan kegiatan;
 Konsep, Pendekatan, dan metodologi yang akan digunakan dalam
pelaksanaan kegiatan; dan
Laporan Pendahuluan ini diserahkan 2 (dua) minggu setelah SPMK diterbitkan
dengan jumlah sebanyak 3 (tiga) buku. Buku laporan pendahuluan dibuat pada

kertas jenis magazine paper ukuran A4, soft cover, untuk tampilan peta dibuat
berwarna

SUDAH JELAS

Output PEKERJAAN JASA KONSULTAN PENDATAAN PERUMAHAN DI JAWA BARAT


sebagaimana dipersyaratkan di dalam KAK sudah dapat dimengerti oleh pihak konsultan, dan
diikuti sebagai acuan menyusun PEKERJAAN JASA KONSULTAN PENDATAAN PERUMAHAN
DI JAWA BARAT agar tidak melenceng sebagai yang diharapkan oleh pemberi kerja.

17 Laporan Antara
Laporan Antara, merupakan laporan yang memuat pengolahan data hasil survei,
identifikasi hasil pendataan yang memuat hasil analisis sementara yang meliputi:
 Analisis aspek-aspek yang diperlukan sebagai dasar perencanaan, yang
minimal harus meliputi :
 Survei data primer dan sekunder untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan;
 Pemetaan data dan informasi pelaku pembangunan perumahan;
 Data dan informasi terkait capaian perumahan yang bersumber dari
pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan
asosiasi yang meliputi:
1. Data kuantitatif dan kualitatif gambaran kondisi rumah di Jawa Barat,
meliputi rumah umum, rumah komersial, rumah khusus dan rumah
swadaya.
2. Data kuantitatif dan kualitatif gambaran perumahan di Jawa Barat
3. Data kuantitatif dan kualitatif PSU Perumahan di Jawa Barat
4. Data dan informasi perumahan yang dibangun time series minimal 3
tahun, diambil dari;
a. data yang dikeluarkan oleh BPS,
b. dinas teknis pengampu perumahan dan permukiman di
kabupaten/kota,
c. data IMB yang dikeluarkan oleh dinas pengampu perizinan
kabupaten/kota
d. data dari asosiasi pengemban

 Data dan informasi terkait kelayakan hunian berdasarkan indikator panduan


yang dikeluarkan oleh Bappenas
 Analisis dan penyajian data spasial menggunakan Sistem Informasi
Geografis
 Laporan diserahkan selambat-lambatnya 1 (Satu) bulan setelah kontrak
ditandatangani sebanyak 1 (satu) buku, dicetak berwarna, menggunakan jilid
softcover dan kertas ukuran A4 80 gram.
 Laporan Akhir merupakan laporan yang memuat perbaikan dan penyempuranaan
laporan pendahuluan dan laporan antara, serta memuat hasil akhir dari seluruh
proses konsep, gagasan, analisis, desain, untuk pekerjaaan Penyelenggaraan Klinik
Rumah.
 Laporan harus diserahkan pada saat kontrak berakhir sebanyak 3 (tiga) buku,
dicetak berwarna, menggunakan jilid softcover dan kertas ukuran A4 80 gram.

SUDAH JELAS

Output PEKERJAAN JASA KONSULTAN PENDATAAN PERUMAHAN DI JAWA BARAT


sebagaimana dipersyaratkan di dalam KAK sudah dapat dimengerti oleh pihak konsultan, dan
diikuti sebagai acuan menyusun PEKERJAAN JASA KONSULTAN PENDATAAN PERUMAHAN
DI JAWA BARAT agar tidak melenceng sebagai yang diharapkan oleh pemberi kerja.

18 Laporan Akhir
Laporan Akhir merupakan laporan yang memuat perbaikan dan
penyempuranaan laporan pendahuluan dan laporan antara, serta memuat hasil
akhir dari seluruh proses pendataan yang meliputi:
 Kebutuhan data dan informasi yang dibutuhkan untuk perencanaan,
pelaporan dan kebijakan perumahan;
 Peta pemangku kebijakan dan peranannya dalam kebutuhan data dan
informasi perumahan;
 Definisi operasional data dan informasi yang telah diidentifikasi
 Konsep dan struktur penyusunan data yang dibutuhkan untuk perencanaan,
pelaporan dan kebijakan perumahan;
 Data yang dibutuhkan untuk perencanaan, pelaporan dan kebijakan
perumahan pada tahun berjalan;
 Album peta data dan informasi spasial perumahan Jawa Barat;
 Data dan informasi dalam bentuk digital yang terintegrasi dalam sistem
informasi Klinik Rumah.
 Laporan harus diserahkan pada saat kontrak berakhir sebanyak 3 (tiga)
buku, dicetak berwarna, menggunakan jilid softcover dan kertas ukuran A4
80 gram.

Laporan Akhir juga disertai :


 Buku Profil Perumahan Jawa Barat, di buat pada kertas bewarna dengan
sampul soft cover desain menarik dan full warna, ukuran kertas 20,5 x
20,5cm dengan jenis kertas magazine paper. Dibuat sebanyak 10 (sepuluh)
buku.
 Album Peta di buat pada kertas bewarna dengan sampul soft cover desain
menarik dan full warna, ukuran kertas A3 dengan jenis kertas magazine
paper. Dibuat sebanyak 3 (lima) buku.

 Hardisk memuat semua rangkaian kegiatan dalam bentuk soft copy, laporan
pendahuluan, buku perda, buku eksekutive summary, foto, kompilasi data,
bahan paparan final serta desain-desain media informasi. Apabila Pemberi
Tugas memerlukan tambahan-tambahan dokumen, maka Konsultan akan
menyiapkan tambahan-tambahan dokumen tersebut atas biaya Pemberi
Tugas

 Penyusunan Konten Data dan Informasi Perumahan Pada Website dan


Aplikasi Klinik Rumah

SUDAH JELAS

Output PEKERJAAN JASA KONSULTAN PENDATAAN PERUMAHAN DI JAWA BARAT


sebagaimana dipersyaratkan di dalam KAK sudah dapat dimengerti oleh pihak konsultan, dan
diikuti sebagai acuan menyusun PEKERJAAN JASA KONSULTAN PENDATAAN PERUMAHAN
DI JAWA BARAT agar tidak melenceng sebagai yang diharapkan oleh pemberi kerja.

19 Persyaratan
Memiliki SBU Non Konstruksi layanan Jasa Telematika 1.03.05.01 Aplikasi
Komputer yang masih berlaku dan sahkan oleh instansi yang berwenang.

SUDAH JELAS

Kami sebagai konsultan sudah memenuhi syarat pada PEKERJAAN JASA KONSULTAN
PENDATAAN PERUMAHAN DI JAWA BARAT sebagaimana dipersyaratkan di dalam KAK.

20 Pedoman Pengumpulan Data Lapangan


Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Data Primer
a. Di dapat melalui observasi/wawancara langsung di lapangan, mengacu pada
checklist survei yang telah dibuat dan disetujui terlebih dahulu oleh pengguna
jasa.
b. Didokumentasikan dengan baik melalui media audio maupun visual (foto dan
film).
2. Data Sekunder
a. Data statistik harus didapat dari sumber yang jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan, yaitu instansi resmi yang memiliki tupoksi untuk
mengeluarkan data tersebut (BPS/kantor statistik di daerah).

b. Data-data teknis dan sektoral lainnya yang dibutuhkan didapat dari sumber yang
jelas dan dapat dipertanggungjawabkan, yaitu instansi resmi yang memiliki
tupoksi untuk mengeluarkan data tersebut (dibale/instansi sektoral terkait).
c. Data-data yang akan digunakan untuk proyeksi kebutuhan di masa datang
minimal mencakup periode waktu lima tahun ke belakang (time series).

SUDAH JELAS

Pedoman pengumpulan data lapangan pada PEKERJAAN JASA KONSULTAN


PENDATAAN PERUMAHAN DI JAWA BARAT sebagaimana dipersyaratkan di dalam
KAK sudah dapat dimengerti oleh pihak konsultan.

Bandung, 23 Agustus 2021


PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN PEKERJAAN
JASA KONSULTAN PENDATAAN PERUMAHAN
DI JAWA BARAT

TAUFAN GURNASA, S.T., M.T.


NIP. 19810907 201001 1 014

Anda mungkin juga menyukai