KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena hanya dengan perkenan-Nya maka Buku
Profil Penanganan Perumahan Dinas Perumahan dan Permukiman Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun
2020 ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Buku Profil Penanganan Perumahan ini berisi tentang
permasalahan perumahan, arah kebijakan dan program-program yang dilaksanakan dalam penanganan
perumahan.
Kami sadar bahwa buku ini masih jauh dari sempurna baik dari sisi materi maupun sistematika
penyusunannya, oleh karena itu saran dan kritik dari berbagai pihak sangat dibutuhkan dalam rangka
menyempurnakan buku di masa mendatang.
Diharapkan buku ini bisa memberikan manfaat bagi para pemangku kebijakan dan stakeholders
dalam pembangunan dan pengembangan sektor Perumahan dan Permukiman di Provinsi Nusa Tenggara
Barat
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri atas 2 pulau besar, yaitu Lombok dan Sumbawa serta
dikelilingi oleh 277 pulau-pulau kecil. Dari 277 pulau yang ada, terdapat 44 pulau yang telah berpenghuni.
Luas wilayah Provinsi NTB mencapai 49.312,19 Km2 terdiri dari daratan seluas 20.153,15 Km2 (40,87%)
dan perairan laut seluas 29.159,04 Km2 (59,13%) dengan panjang garis pantai 2.333 km. Luas Pulau
Sumbawa mencapai 2/3 dari luas provinsi Nusa Tenggara Barat atau sekitar 15.414,5 km2 (76,49 %),
sedangkan luas Pulau Lombok mencapai 1/3 dari luas provinsi Nusa Tenggara Barat atau sekitar 4.738,70
Km2 (23,51%).
Secara Administratif Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari 8 kabupaten dan 2 kota yang
meliputi 117 wilayah kecamatan dan 1.143 desa/kelurahan, dengan pusat pemerintahan Provinsi NTB
terdapat di Kota Mataram Pulau Lombok. Kabupaten Sumbawa memiliki jumlah wilayah kecamatan
terbanyak, yaitu 24 Kecamatan, sedangkan Kabupaten Lombok Timur memiliki wilayah administrasi
desa/kelurahan terbanyak dengan 254 desa/kelurahan dengan jumlah kecamatan sebanyak 21
kecamatan.
Penduduk Nusa Tenggara Barat terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut data
statistik penduduk Nusa Tenggara Barat per kabupaten/kota tahun 2019 sebanyak 5.070.385 jiwa yang
tersebar di 8 kabupaten 2 kota dengan rincian sebagai berikut : Kota Mataram 486.715 jiwa, Lombok Barat
694.985 jiwa, Lombok Tengah 947.488 jiwa, Lombok Timur 1.200.612 jiwa, Lombok Utara 220.412 jiwa,
Sumbawa 457.671 jiwa, Sumbawa Barat 148.606 jiwa, Dompu 252.288 jiwa, Bima 488.577, dan kota
Bima 173.031 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut masih dihadapkan pada persoalan tingginya
pendududk miskin di Nusa Tenggara Barat. Menurut data Statistik, jumlah penduduk miskin bulan Maret
2019 sebanyak 735.960 orang (14,56 persen) berkurang 1.500 orang (0,20 persen) dari bulan Maret 2018
sebanyak 737.460 orang (14,70 persen). Tingginya penduduk miskin tersebut berdampak terhadap rumah
tidak layak huni di Nusa Tenggara Barat. Jumlah rumah tidak layak huni di Nusa Tenggara Barat
berdasarkan Basis Data Terpadu (BDT) tahun 2019 sebanyak 101.765 rumah.
Dengan kondisi seperti tersebut di atas maka urusan perumahan dan permukiman merupakan
alternatif upaya logis yang harus ditempuh daerah guna mengejar ketertinggalan dengan mengoptimalkan
potensi posisi geografis yang strategis, keragaman modal sosial (pluralitas agama, suku bangsa dan
budaya), dan aksesbilitas tinggi yang didukung dengan pembinaan dan pengembangan peran serta
masyarakat dalam rangka pembinaan pengelolaan usaha perumahan dan permukiman.
Dalam implementasi suatu kegiatan dibutuhkan data sebagai acuan dalam mengambil suatu
keputusan dalam pemecahan masalah. Berdasarkan Peraturan Presiden No 39 Tahun 2019 tentang Satu
Data Indonesian, Satu Data Indonesia adalah kebijakan tata kelola data pemerintah untuk menghasilkan
data yang akurat, mutakhir, terpadu, dan dapat dipertanggungjawabkan, serta mudah diakses dan
dibagipakaikan antar Instansi Pusat dan Instansi Daerah melalui pemenuhan standar data, metadata,
interoperabilitas data, dan menggunakan kode referensi dan data induk.
Belum adanya data dan informasi mengenai berapa kebutuhan pasti rumah untuk masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR) merupakan sebuah masalah klasik dan menjadi kendala dalam sinkronisasi
penangan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Provinsi NTB. Dinas Perumahan dan Permukiman Provinsi
NTB yang berwenang dalam penyediaan rumah layak huni, membutuhkan sebuah basis data yang valid
untuk menangani RTLH serta dapat mencapai target indicator kinerja RPJMD Provinsi NTB 2019 – 2023
dan MoU yang disepakati TKPKD Provinsi NTB. Basis Data Perumahan merupakan sebuah kebutuhan
mendasar agar penanganan RTLH antar Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pemerintah Pusat dapat
bersinergi dan merata.
BAB II
DASAR HUKUM PKP
1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1) Bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 40 Menegaskan bahwa
setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak.
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Pasal 5 ayat
(1) Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
yang pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah.
4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun Pasal 5 ayat (1) Negara
bertanggung jawab atas penyelenggaraan rumah susun yang pembinaannya dilaksanakan oleh
pemerintah.
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, tentang Pemerintah Daerah.
6. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 yang menegaskan bahwa urusan perumahan merupakan
salah satu urusan wajib pemerintah daerah.
7. Perpres No.9 Tahun 2016 tentang Kebijakan Satu Peta.
8. Perpres No. 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia.
9. PerMen PUPR Nomor 20/PRT/M/2017 tentang Penyediaan Rumah Khusus.
10. PerMen PUPR Nomor 01/PRT/M/2018 tentang Bantuan Pembangunan dan Pengelolaan Rumah
Susun.
11. PerMen PUPR Nomor 03/PRT/M/2018 tentang Bantuan PSU untuk Perumahan Umum.
12. PerMen PUPR Nomor 07/PRT/M/2018 tentang Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS).
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
PROVINSI NTB
Dinas Perumahan dan Permukiman Provinsi NTB sebagai satuan kerja perangkat daerah yang
memiliki tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang Perumahan dan Permukiman,
secara kelembagaan bertanggung jawab mengkoordinasikan dan melaksanakan pengelolaan
perumahan, permukiman dan utilitas wilayah meliputi kegiatan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan serta rehabilitasi rumah tidak layak huni masyarakat.
Kebutuhan rumah masih menjadi permasalahan serius. Rata - rata setiap tahun terdapat 2.603
unit rumah tidak layak huni yang perlu difasilitasi. Sementara itu, setiap tahun terjadi penambahan
kebutuhan rumah rata - rata 1 % dari jumlah rumah se NTB atau sekitar 10.562 unit rumah. Selain itu
terdapat backlog perumahan sebanyak 342.050 unit rumah pada akhir tahun 2013, sedangkan
penanganan pembangunan unit rumah tidak layak huni diharapkan akan meningkat rata - rata sekitar 30
% per tahun.
Upaya penanganan backlog yang dilakukan oleh pemerintah antara lain melalui kebijakan
sebagai berikut :
Dalam rangka memberdayakan masyarakat dari sisi penyediaan rumah yang layak huni,
Pemerintah melakukan pembinaan terhadap masyarakat berpenghasilan rendah dengan pemberian
bantuan stimulan yang pelaksanaannya sampai tahun 2023 dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan
Masyarakat. Sebagai upaya mendorong masyarakat untuk berperan aktif dalam pemenuhan akan rumah,
maka pemerintah provinsi setiap tahun memfasilitasi dengan memberikan stimulan bahan bangunan
kepada komunitas perumahan.
Berbagai program terkait peningkatan kualitas rumah tidak layak huni dari beberapa
kementerian/lembaga (K/L) dan non KL pun seperti Program Quick Wins, Pandu Gerbang Kampung –
Menkokesra, Program PKH (Program Keluarga Harapan), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP),
Program Pengembangan Desa Tertinggal, Program Aspirasi dan Program LVRI (Legiun Veteran Republik
Indonesia) telah marak dilaksanakan dengan berbagai sumber pendanaan. Namun dalam
pelaksanaannya, seringkali mengalami kendala yang muaranya adalah keterbatasan database Rumah
Tinggal Layak Huni (RUTILAHU) yang menjadikan pelaksanaan program-program tersebut tidak tepat
sasaran, tidak tepat anggaran, tidak tepat waktu.
Perlu dipahami bahwa kondisi data Perumahan yang ada saat ini sebagian besar merupakan data
makro. Dalam konteks data kelompok sasaran dan obyek RUTILAHU, data makro merupakan data
agregat tentang jumlah dan persentase RTLH dan masyarakat miskin serta variabel lainnya pada tingkat
nasional dan wilayah (propinsi dan kabupaten/kota). Sumber data makro sebagian besar bersumber dari
BPS yang dalam hal ini BPS merupakan institusi yang menyediakan data dalam lingkup nasional.
Berdasarkan basis data perumahan (BDP) tahun 2018 hasil kesepakatan antara Dinas
Perumahan dan Permukiman Provinsi NTB dengan Kabupaten/Kota mengenai penyamaan indikator data
bnba yang dikategorikan masyarakat miskin dan berada pada desil 1 sampai dengan 4 basis data terpadu
TNP2K (hasil Perjanjian Kerjasama Kementerian PUPR dengan TNP2K pada tahun 2016), terdapat
sekitar 101.852 unit RTLH. Sedangkan berdasarkan data yang terinput Desember 2020 dalam e-RTLH
ada sekitar 178.318 unit RTLH yang ada di Provinsi NTB
Menurut Pasal 10 dan 11 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia No.
29/PRT/M/2018 tentang Standar Teknis Standar Pelayanan Minimal Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, jenis pelayanan dasar pada SPM Perumahan Rakyat Daerah provinsi dan kabupaten terdiri atas:
a. penyediaan dan rehabilitasi rumah yang layak huni bagi korban bencana provinsi/kabupaten; dan
b. fasilitasi penyediaan rumah yang layak huni bagi masyarakat yang terkena relokasi program
Pemerintah Daerah provinsi/kabupaten.
BAB IV
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28H ayat (1)
menyebutkan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Sebagai salah satu kebutuhan dasar
manusia, idealnya rumah harus dimiliki oleh setiap keluarga, terutama bagi masyarakat yang
berpenghasilan rendah dan bagi masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk di perkotaan.
Negara juga bertanggung jawab dalam menyediakan dan memberikan kemudahan perolehan
rumah bagi masyarakat melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman serta
keswadayaan masyarakat
Landasan hukum dari pembangunan rumah layak huni yaitu UU No. 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman, penyelenggaraan perumahan dan pemukiman
diselenggarakan berdasarkan asas–asas (1) kesejahteraan, (2) keadilan dan pemerataan, (3)
keterjangkauan dan kemudahan serta (4) keserasian dan keseimbangan. Pada pasal 15 Peraturan
Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan disebutkan
beberapa langkah untuk menangani kemiskinan diantaranya (1) mengurangi beban pengeluaran
masyarakat miskin, (2) meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin, (3)
mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha mikro dan kecil, (4) menyinergikan kebijakan
dan program penanggulangan kemiskinan.
Selaras dengan Visi pembangunan yang diusung oleh Gubernur dan Wakil Gubernur
Provinsi NTB 2018-2023 adalah “ Membangun Nusa Tenggara Barat yang Gemilang” dimana
tugas dan fungsi Dinas Perumahan dan Permukiman Provinsi NTB mendukung Misi 1 NTB Tangguh
dan Mantap melalui penguatan mitigasi bencana dan pengembangan infrastruktur serta konektivitas
wilayah dan Misi 5 NTB Sejahtera dan Mandiri melalui penanggulangan kemiskinan, mengurangi
kesenjangan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif bertumpu pada pertanian, pariwisata
dan industrialisasi. Misi pertama merupakan pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal urusan
Perumahan dan sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 dimana Pemerintah
Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota menangani rumah terdampak bencana sesuai skala
masing – masing serta relokasi rumah karena adanya program Pemerintah belum diatur batasan
kewilayahan yang ditangani, kebutuhan software dan hardware dalam penanganan, keterlibatan
sektor – sektor dalam penanganan.
Untuk melaksanakan misi ke 5 salah satu hal yang sangat mendasar adalah dengan
memberikan stimulan rumah layak huni baik pembangunan baru maupun peningkatan kwalitas bagi
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Misi 5 juga menekankan Pertumbuhan Ekonomi yang
Bertumpu pada Pariwisata, untuk melaksanakan misi tersebut salah satunya dengan memberikan
bantuan berupa homestay pada masyarakat berpenghasilan rendah di desa wisata. Program
tersebut dilaksanakan agar dapat meningkatkan fungsi rumah, yang nantinya diharapkan
menambah penghasilan masyarakat dengan tetap memperhatikan kaidah rumah yang aman, sehat
dan nyaman.
BAB V
KELEMBAGAAN POKJA PERKIM
PROVINSI NTB
5.1. POSISI STRATEGIS POKJA PERKIM PROVINSI NTB DALAM PEMBANGUNAN DAERAH
Amanat UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP)
pasal 131 ayat (3) Penyelenggaraan PKP dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
dengan melibatkan peran masyarakat dilakukan dengan membentuk Forum pengembangan
Perumahan dan Kawasan Permukiman dan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 Tentang
Penyelenggaraan PKP Pasal 54 Ayat (1) Lembaga yang mengkoordinasikan pengembangan
Kawasan Permkiman sebagimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf g merupakan Kelompok
Kerja Pengembangan PKP, Ayat (2) Kelompok Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibentuk berjenjang ditingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Pokja Perkim Provinsi NTB merupakan instrumen pembangunan PKP dalam mewujudkan
dan menjamin keseimbangan peran dan akses pemangku kepentingan dalam seluruh proses
pembangunan PKP.
Dibentuknya Pokja Perkim NTB merupakan suatu inisiatif dalam upaya meningkatkan atau
pencapaian kinerja terhadap sebuah tujuan disebabkan tujuan tersebut ticiak akan mampu
diselesaikan oleh satu pihak saja. Penyiapan Pokja merupakan satu konsekuensi untuk
membangun sinergi dan koordinasi untuk suatu pekerjaan yang melibatkan berbagai elemen pihak.
Pokja Perkim NTB sebagai wadah yang dibentuk atas dasar KOMITMEN bersama para pemangku
kepentingan perumahan sebagai tempat untuk mensinergikan beberapa kegiatan, tukar pikiran,
dan partisipasi. Pokja Perkim merupakan instrumen pembangunan bidang perumahan dalam
mewujudkan dan menjamin keseimbangan peran dan akses pemangku kepentingan dalam seluruh
proses pembangunan bidang perumahan. Wadah ini diharapkan dapat terbentuk secara formal
sehingga dapat dilembagakan melalui surat keputusan Kepala Daerah. Pokja Perkim NTB
sejatinya dibentuk untuk menjawab isu, permasalahan, dan tantangan dalam penyediaan
perumahan dan pengelolaan kawasan permukiman di daerah. Pokja Perkim diandalkan dalam
menjawab isu, permasalahan, dan tantangan tersebut karena Pokja Perkim yang bersifat inklusif
dipercayai mempunyai kemampuan, komitmen, dan kekuatan bersama yang cukup kuat untuk
melakukan sinergi dan komunikasi yang dapat menjembatani berbagai fungsi dari regulator,
operator, dan penerima manfaat.
Kelompok Kerja Perumahan dan Permukiman (Pokja Perkim) Provinsi Nusa Tenggara
Barat ditetapkan melalui Surat Keputusan Gubernur NTB Nomor : 60C-752 Tahun 2019 tentang
Pembentukan Ketompok Kerja Perumahan dan Permukiman Provinsi NTB tahun 2019.
Kelompok Kerja/Pokja Perkim NTB susunan keanggotaannya terdiri atas Ketua, Wakil Ketua,
Sekretaris dan 4 (empat) Koordinator Bidang seperti dibawah :
1. Ketua : Sekretaris Daerah NTB
2. Wakil Ketua 1 : Kepala Bappeda NTB
3. Wakil Ketua 2 : Ketua REI NTB
4. Sekretaris : Kadis Perkim NTB
5. Sekretaris 1 : Kabid Binus Disperkim NTB
6. Sekretaris 2 : Kasi Penelitian dan Pengembangan Dinas
Perkim NTB
7. Koord. Bid. Teknis dan Data : Kabid Perumahan Disperkim NTB
8. Koord. Bid. Pembiayaan dan : Kepala BPKAD NTB
Kemitraan
9. Koord. Bidang Advokasi, Sosialisasi : Sekdis Perkim NTB
Dan Informasi
10. Koord. Bid. Pemantauan dan : Kabid Permukiman Disperkim NTB
Evaluasi
Kontribusi Pokja Perkim NTB dalam penyelenggaraan urusan bidang PKP di NTB melalui
program kegiatan koordinasi, intermediasi, sinkronisasi dan kolaborasi antar program PKP beserta
dukungannya, fasilitasi dan pendampingan kepada Daerah dalam menyusun Dokumen RP3KP.
Pokja Perkim NTB berkontribusi dalam penyelenggaraan urusan bidang PKP melalui kegiatan
fasilitasi, koordinasi dan advokasi kepada Pemerintah Daerah seperti dalam tabel:
NO KEGIATAN CAPAIAN
1. Mendorong Pemerintah Daerah untuk Membentuk Provinsi dan 10 (sepuluh) Kabupaten Kota di
Pokja Perkim Provinsi NTB sudah Membentuk Pokja Perkim
2. Mendorong Pemda Menyusun Dokumen RP3KP Dokumen RP3KP di Provinsi masuk dalam
perencanaan 2020, 4 (empat) Kabupaten Sudah
Menyusun Dokumen RP3KP
3. Mendorong Pemda Menyusun Perda Penyelenggaraan Dalam proses penyusunan
PKP
4. Mendorong Pemda Menyusun Sertifikat Layak Fungsi 2 (dua) Kabupaten Sudah Menerbitkan Perda
(SLF) Bangunan Gedung SLF
NO KEGIATAN CAPAIAN
5. Mendorong Pemda Menyusun Menyusun Perda CSR Baru Kota Mataram yang Sudah Memiliki Perda
CSR dan Perwal tentang Forum CSR
6. Mendorong Pemda Membentuk Forum CSR Kota Mataram Sudah Menyusun Perwal tentang
Forum CSR
7. Mendorong Pemerintah agar tebih kreafif dalam Pemerintah Daerah di NTB telah menetapkan
menggali sumber dana dan program lain guna dari Dana Desa untuk pembangunan Rumah
penanganan kawasan kumuh dan penanganan RTLH Layak Huni (RLH), sementara Baznas Provinsi
ikut berkontribusi melalui program bedah rumah
beserta jamban
8. Mendorong Pemda dalam menyusun Basis Data PKP Dalam proses penyusunan
Pokja Perkim NTB juga melakukan lntermadiasi di Kampung Nelayan Kecamatan Ampenan
Kota Mataram.
Mendorong Pokja Perkim yang sudah terbentuk membuat program kerja prioritas, dan program
jangka menengah 5 tahunan.
BAB VI
DATA PENANGANAN PKP
DI PROVINSI NTB
Bantuan stimulan rumah pada tahun 2020 mengalami penurunan akibat pengalihan dana
untuk penanganan Covid 19, sehingga alokasi sebanyak 2.900 unit atau terjadi
pengurangan sebanyak 1.763 unit dari tahun 2019 sebanyak 4,663 unit.
Bantuan stimulan yang diberikan hanya berupa Peningkatan Kwalitas (PK) yaitu perbaikan
RTLH dengan kondisi tidak memenuhi persyaratan keselamatan bangunan, kecukupan
minimum luas bangunan, dan/atau kesehatan penghuni.
2. Penanganan Rumah Tidak Layak Huni sumber APBD I, APBD II dan DAK
Penanganan RTLH dilakukan terintegrasi antara Pemerintah Daerah dan Pemerintah
Pusat, melalui APBD Kabupaten, Provinsi dan Pusat (DAK). Untuk DAK merupakan dana
transfer kepada Kabupaten/Kota secara proporsional. Demikian juga penanganan RTLH
dengan sumber dana APBD Provinsi, dialokasikan secara proporsional untuk tiap
kabupaten/kota sesuai dengan jumlah RTLH berdasarkan BDT.
Dari tahun 2017 sampai dengan 2020 APBD Provinsi NTB telah mengalokasikan
anggaran untuk penanganan RTLH 4.560 unit di 10 Kabupaten/Kota. Tahun 2019
mengalami penurunan drastis dibandingkan tahun sebelumnya, hal ini disebabkan karena
Pemerintah Provinsi NTB fokus terhadap penanganan infrastruktur yang terdampak
bencana gempa bumi yang terjadi pada tahun sebelumnya. Pada tahun 2020 terjadi
realokasi anggaran untuk penanganan akibat pandemi Covid 19, sehingga penanganan
RTLH hanya tersedia untuk 966 unit.
Bantuan stimulan yang diberikan berupa Pembangunan Baru (PB) dan Peningkatan
Kwalitas (PK). Kriteria bantuan berupa pembangunan baru dilakukan terhadap rumah
Sejak tahun 2017 sampai dengan tahun 2020, telah diberikan bantuan perumahan untuk
PB sebanyak 2.419 unit, dan PK sebanyak 2.141 unit. Alokasi dana stimulan PB terbesar
di Kabupaten Lombok Timur sebanyak 575 unit, dan terendah di Kota Mataram sebanyak
77 unit. Sedangkan alokasi Stimulan PK terbesar di Kabupaten Lombok Timur sebanyak
704 unit, dan terendah di Kabupaten Lombok Utara sebanyak 45 unit.
Berdasarkan data Dinas Perkim Kabupaten/Kota di NTB, jumlah RTLH yang sudah
ditangani sejak tahun 2017-2020 sebanyak 15.585 unit, baik dari APBD Kabupaten
maupun DAK. Penanganan RTLH bersumber dari APBD Kabupaten dalam periode
tersebut sebanyak 6.013 unit, sedangkan dari DAK sebanyak 9.572 unit. Masing-masing
Kabupaten/Kota mengalokasikan APBD bervariasi setiap tahun tergantung prioritas
pembangunan daerah (RPJMD). Kabupaten Sumbawa dan Kota Bima merupakan
Kabupaten/Kota yang secara kontinyu mengalokasikan penanganan RTLH dari dana
APBD Kabupaten maupun DAK.
Sampai dengan tahun 2017 BAZNAS Provinsi NTB berhasil menangani 305 unit
RUTILAHU dan 574 unit jamban keluarga diseluruh Kabupaten/Kota se NTB. Hingga
tahun 2019 jumlah RUTILAHU yang sudah terbangun sebanyak 915 unit dan jamban
keluarga sebanyak 1.383 unit.
TAHUN
NO. KABUPATEN/KOTA JUNI TOTAL
s.d 2017 2018 2019
2020
1 KOTA MATARAM 75 20 21 n/a 116
2 LOMBOK BARAT 30 30 26 n/a 86
3 LOMBOK TENGAH 35 30 0 n/a 65
4 LOMBOK TIMUR 55 40 0 n/a 95
5 LOMBOK UTARA 25 0 0 n/a 25
6 SUMBAWA 0 25 25 n/a 50
7 SUMBAWA BARAT 20 0 20 n/a 40
8 DOMPU 25 15 21 n/a 61
9 BIMA 25 15 21 n/a 61
10 KOTA BIMA 15 20 21 n/a 56
TOTAL 305 195 155 260 915
Sumber : Baznas Provinsi NTB, 2020
TAHUN
NO KABUPATEN/KOTA JUNI TOTAL
s.d 2017 2018 2019
2020
1 KOTA MATARAM 205 20 0 n/a 225
2 LOMBOK BARAT 40 30 31 n/a 101
3 LOMBOK TENGAH 35 30 0 n/a 65
4 LOMBOK TIMUR 138 87 0 n/a 225
5 LOMBOK UTARA 35 0 157 n/a 192
6 SUMBAWA 0 25 26 n/a 51
7 SUMBAWA BARAT 20 0 0 n/a 20
8 DOMPU 25 40 21 n/a 86
9 BIMA 27 20 21 n/a 68
10 KOTA BIMA 49 20 21 n/a 90
TOTAL 574 272 277 260 1.383
Sumber : Baznas Provinsi NTB, 2020
Pembangunan jamban keluarga dan RITILAHU oleh BAZNAS NTB tidak mesti paralel,
terlihat dari jumlah yang berbeda dari keduanya. Contohnya pada tahun 2019, jumlah
RUTILAHU sebanyak 155 unit, sedangkan jamban keluarga 277 unit. Untuk rencana
penanganan RUTILAHU dan jamban pada tahun 2020 masing-masing sebanyak 260 unit.
Berdasarkan Perpres No. 56 Tahun 2018 tentang 10 KSPN Prioritas, KEK Mandalika
merupakan salah satu lokasi KSPN sehingga NTB menjadi prioritas untuk Pengembangan
dan Pembangunan Sarana Hunian Pariwisata (Homestay) atau yang lebih dikenal dengan
Program SARHUNTA. Sarana Hunian Pariwisata (SARHUNTA) adalah rumah swadaya
layak huni yang dimanfaatkan sebagian untuk disewakan kepada wisatawan dan/atau
tempat usaha sebagai pendukung pariwisata.
Lingkup kegiatan Program SARHUNTA yang dialokasikan dari dana APBN berupa
Peningkatan Kualitas Rumah Swadaya (PKRS) Homestay dan Koridor yaitu peningkatan
kualitas RTLH menjadi layak huni sebagai sarana hunian pariwisata dan peningkatan
kualitas koridor menuju sarana hunian pariwisata.
Untuk tahun 2020 lokasi program SARHUNTA terdapat di 3 Gili dan daerah sekitar pantai-
pantai selatan Lombok seperti pada tabel berikut :
ALOKASI
TOTAL
NO KABUPATEN KECAMATAN DESA KORIDOR HOMESTAY (Unit)
(Unit) (Unit)
NUSA TENGGARA BARAT 517 398 915
1 Kabupaten Lombok Tengah 517 300 817
Praya Barat Mekarsari 45 0 45
Selong
Praya Barat 56 25 81
Belanak
Pujut Tanak Awu 85 0 85
Pujut Kuta 7 200 207
Pujut Ketara 85 0 85
Pujut Sengkol 101 50 151
Pujut Rembitan 84 0 84
Pujut Sukadana 0 25 25
Pujut Prabu 27 0 27
Pujut Tumpak 27 0 27
2 Kabupaten Lombok Utara 0 98 98
Pemenang Gili Indah 0 99 99
Program SARHUNTA yang berada di Kabupaten Lombok Utara dan Kabupaten Lombok
Tengah sebanyak 915 unit berupa homestay 398 unit dan koridor 517 unit.
Dengan terbangunnya homestay dan bangunan pelengkapnya diharapkan dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat terlebih lagi dengan adanya gelaran MotoGP di
tahun 2021.
B. Rumah Susun
Berdasarkan UU No. 20 tahun 2011, Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang
di bangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan
secara fungsional. Baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan
yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat
hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.
Adapun maksud dibangunnya Rumah Susun ini adalah untuk mengurangi Backlog yaitu
kurangnya jumlah rumah, dimana satu rumah ditempati lebih dari satu Kepala Keluarga (KK)
serta untuk menyediakan hunian yang layak huni, aman, nyaman bagi masyarakat. Total
Rumah Susun yang sudah terbangun sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2019 sebanyak
50 Tower atau 1.604 unit tersebar di 9 (sembilan) Kabupaten/Kota di NTB. Pembangunan
Rusun yang bersumber dari APBN ini terbanyak di Kota Mataram, yaitu 13 unit dengan
berbagai jenis, tipe dan peruntukan, baik untuk masyarakat umum maupun kelompok
masyaakat lainnya seperti mahasiswa, dan kelompok profesi.
PERUNTUKANNYA
1 KOTA MATARAM 5 4 1 0 3 13
2 LOMBOK BARAT 5 0 1 0 0 6
3 LOMBOK TENGAH 3 0 0 0 1 4
4 LOMBOK TIMUR 6 0 0 0 3 9
5 LOMBOK UTARA 1 1 0 0 0 2
6 SUMBAWA BARAT 1 0 0 0 1 2
7 SUMBAWA BESAR 7 0 0 0 1 8
8 DOMPU 0 0 0 0 0 0
9 KABUPATEN BIMA 2 0 0 1 0 3
10 KOTA BIMA 1 0 0 0 2 3
JUMLAH 31 5 2 1 11 50
JUMLAH
PER INSTANSI
NO NAMA RUSUN LOKASI UNTUK PEM TAHUN
LANTAI
BLOK
UNIT
TIPE
AN BANGUN
JUMLAH
PER INSTANSI
NO NAMA RUSUN LOKASI UNTUK PEM TAHUN
LANTAI
BLOK
UNIT
TIPE
AN BANGUN
Rusun Ponpes
Karang Pule,
6 Yayasan Nurul 1 3 - - Pelajar Kemen pera 2014
Sekarbela
Islam
Rusun Pekerja Montong Are, Ditjen Cipta
7 1 5 24 99 MBR 2015
Mandalika 2 Sandubaya Karya
Ditjen Penye
Rusun Polri Jl. Majapahit 45,
9 1 3 36 48 Polri diaan 2015
Polda NTB Taman Sari
Perumahan
KI Zipur B
Yonzipur Dam Ditjen Penye
Rusun TNI AD
10 IX/UDY, Jl. 1 - - 35 TNI-AD diaan 2015
Yonif Gebang
Saptamarga, Perumahan
Gebang
Ditjen Penye
11 Rusun TNI AL Jl. Swadaya 1 - - - TNI AL diaan 2016
Perumahan
JUMLAH
PER INSTANSI
NO NAMA RUSUN LOKASI UNTUK PEM TAHUN
LANTAI
BLOK
UNIT
TIPE
AN BANGUN
Rusun Pekerja
25 Masbagik 1 - - - MBR Kemenpera 2013
Masbagik
Jl. TGH KH
Rusun Institut
Muhammad
Agama Islam
26 Zainuddin Abdul 1 - - 20 Pelajar Kemenpera 2014
Hamzanwadi
Majid,
Pancor
Pancor, Selong
Rusun Institut
Jl. Raya Mataram
Agama Islam Mahasi
27 KM 49 Anjani 1 3 - 20 Kemenpera 2014
Hamzanwadi swa
Suralaga
Anjani
Jl. Raya Mamben
Rusun Ponpes Daya, Labuhan
28 1 - - - Pelajar Kemenpera 2014
Manaqita’limat Lombok,
Wanasabe
Ditjen Penye
Rusun Kelautan Kayangan,
29 1 4 24 114 MBR diaan 2014
MBR Labuhan Lombok
Perumahan
Rusun Ponpes
Desa Anjani, Ba Satker Bang
31 Hamzanwadi 1 3 8 Santri 2018
Suralaga rak kum
Anjani
Ponpes Ulil
Ba
32 Albab, NW 2 4 Santri 2019
rak
Lombok Timur
JUMLAH
PER INSTANSI
NO NAMA RUSUN LOKASI UNTUK PEM TAHUN
LANTAI
BLOK
UNIT
TIPE
AN BANGUN
Rusun Ponpes
Maronge,
37 Maronge (PP At 1 - - - Santri Kemenpera 2013
Sumbawa
Tanwir)
Rusun
Jl. Olat Maras, Ditjen Penye
Mahasiswa Univ. Maha
38 Desa Batu Alang, 2 4 - 100 diaan 2015
Teknik Sumbawa siswa
Moyo Ulu Perumahan
(UTS)
Rusun NTB 2
Jl. Ray Sering,
(Univ. Mahasi
40 Baypass 1 3 24 37 Satker PNP 2017
Sumbawa swa
Sumbawa
(UNSA))
PP Al
Muchlisin Ys. Salama Parado 2012-
44 1 - - - Pelajar Kemenpera
Paramuallim Rato 2013
Bima
Satker Bang
45 Rusun ASN Bima Kec. Woha 1 3 35 42 ASN 2018
kum
Ponpes/Yaya
san Al- Ba
46 2 4 Santri 2019
Madinah, rak
Bima
JUMLAH
PER INSTANSI
NO NAMA RUSUN LOKASI UNTUK PEM TAHUN
LANTAI
BLOK
UNIT
TIPE
AN BANGUN
JUMLAH TAHUN
NO. RUMAH SUSUN LOKASI PERUNTUKAN
UNIT PEMBANGUNAN
Desa Pemenang, Kec.
Rusun Ponpes
1 Pemenang Kab. Lombok 3 Barak SANTRI 2014
Hidayaturrahman NW
Utara
Rusun Ponpes Desa Batu Samban Kec.
2 6 Barak SANTRI 2013
Nujumul Huda Lembar Kab. Lombok Barat
Rumah Susun Kelurahan Karang Pule Kec.
3 37 Unit MAHASISWA 2018
Universitas NW Sekarbela Kota Mataram
Desa Labuan Lombok Kec.
4 Rumah Susun DKP Pringgabaya Kab. Lombok 114 Unit MBR 2016
Timur
Total Revitalisasi Rusun 4 Tower Block
Sumber : BP2P-NT1, 2020
Untuk tahun 2020 tidak ada program pembangunan Rumah Susun, dari 50 tower blok Rusun
yang sudah terbangun sampai dengan tahun 2019 terdiri 1.604 unit hunian dengan berbagai
tipe serta jumlah lantai antara 2 sampai 5 lantai (sesuai ketentuan tinggi bangunan yang
diperbolehkan). Sedangkan kelompok penerima manfaat dari rusun yang sudah terbangun,
terdiri dari MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) sebanyak 943 unit, mahasiswa 342
unit, pelajar 20 unit, santri 58 unit, polri 143 unit, TNI 35 unit, pegawai kejaksaan 21 unit dan
ASN 42 unit.
C. Rumah Khusus
Berdasarkan UU No. 1 tahun 2011 Rumah Khusus adalah rumah yang diselenggarakan untuk
memenuhi kebutuhan khusus. Yang dimaksud dengan “kebutuhan khusus”, antara lain adalah
kebutuhan untuk perumahan transmigrasi, permukiman kembali korban bencana alam, dan
rumah sosial untuk menampung orang lansia, masyarakat miskin, yatim piatu, dan anak
terlantar, pembangunan rumah yang lokasinya terpencar dan rumah di wilayah perbatasan
wilayah negara. Rumah Khusus disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
Pasal 1 Permen PUPR 20/2017 menjelaskan bahwa Penyediaan Rumah Khusus adalah
pembangunan Rumah Khusus yang berbentuk rumah tunggal dan rumah deret dengan tipologi
berupa rumah tapak atau rumah panggung serta prasarana, sarana, dan utilitas umum. Pasal
5 huruf a Permen PUPR 20/2017 menerangkan bahwa pembangunan Rumah Khusus
merupakan kegiatan mendirikan bangunan rumah layak huni, dengan ketentuan: luas lantai
bangunan rumah khusus paling rendah 28 m2 (dua puluh delapan meter persegi) dan paling
tinggi 45 m2 (empat puluh lima meter persegi).
Pembangunan Rumah Khusus sampai dengan tahun 2019 mencapai 1.077 unit di NTB,
kecuali untuk Kota Mataram. Pada tahun 2020, pembangunan Rumah Khusus tidak
dianggarkan akibat kebijakan pengalihan sejumlah mata anggaran APBN untuk penanganan
Covid-19.
PERUNTUKANNYA
1 KOTA MATARAM 0 0 0 0 0 0 0
2 LOMBOK BARAT 1 0 0 0 0 0 1
3 LOMBOK TENGAH 0 0 50 0 40 0 90
4 LOMBOK TIMUR 0 4 152 0 0 0 156
5 LOMBOK UTARA 0 0 0 1 0 0 1
6 SUMBAWA BARAT 0 0 207 0 0 0 207
7 SUMBAWA BESAR 0 0 175 0 0 0 175
8 DOMPU 0 9 102 0 0 0 111
9 KABUPATEN BIMA 0 2 47 0 0 147 196
10 KOTA BIMA 0 0 0 0 0 140 140
Dari jumlah unit yang sudah terbangun sebagian besar diperuntukkan bagi perumahan
nelayan, yaitu sebanyak 733 unit rumah (68 % dari unit yang sudah dibangun). Selain itu
dibangun rumah khusus untuk tenaga medis (Lombok Barat), dan pembangunan 1 (satu) unit
rumah untuk pelari nasional Lalu M. Zohri di Tanjung-Kabupaten Lombok Utara. Jumah unit,
tipe, dan peruntukan rumah khusus, selengkapnya ditunjukkan pada tabel dibawah ini:
INSTANSI
NO. NAMA RUMAH KHUSUS LOKASI TIPE UNIT PERUNTUKAN TAHUN
PEMBANGUN
Rumah Khusus
RSUD Patut Patuh
1 1 WKDS ( Wajib Kerja 1 Dokter Strategis 2017
Patju, Lombok Barat
Dokter Spesialis)
INSTANSI
NO. NAMA RUMAH KHUSUS LOKASI TIPE UNIT PERUNTUKAN TAHUN
PEMBANGUN
Desa Pemenang
Atlet lari, Lalu
9 1 Rumah Khusus Atlet Barat, Kec. 60 1 SNVT 2018
M. Zohri
Pemenang
KABUPATEN SUMBAWA
Desa Labuhan
15 1 Rumah Khusus NTB 1 Jambu, Kecamatan 36 100 Nelayan SNVT 2017
Tarano
Rumah Khusus Pulau Desa Pulau Kaung,
16 2 28 50 Nelayan SNVT 2018
Kaung Kec. Buer
Rumah Khusus NTB
17 3 Desa Aik Bari 28 25 Nelayan SNVT 2019
2/2019
KABUPATEN DOMPU
KABUPATEN BIMA
INSTANSI
NO. NAMA RUMAH KHUSUS LOKASI TIPE UNIT PERUNTUKAN TAHUN
PEMBANGUN
Desa Bugis,
26 3 Rumah Khusus Sape 47 Nelayan SNVT 2016
Kecamatan Sape
Rumah Khusus Polri /
27 4 Polsek Bima 2 Polri Strategis 2016
Polsek Bima
KOTA BIMA
Rumah subsidi yang dibangun oleh pengembang menurut UU No.1 tahun 2011 masuk dalam
kategori rumah umum yaitu rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi
masyarakat berpenghasilan rendah. Pembangunan perumahan dilaksanakan dengan hunian
berimbang.
Sampai dengan periode Maret 2019, perumahan subsidi sudah terbangun 43 perumahan dengan
9,758 unit rumah yang terebar di 8 (delapan) Kabupaten/Kota, kecuali Kabupaten Bima dan
Kabupaten Dompu tidak ada pembangunan rumah bersubsidi oleh pengembang. Dari jumlah
terebut, lokasi pembangunan perumahan terbanyak yaitu Kabupaten Lombok Barat dengan 23
perumahan dan 7,365 unit rumah semua tipe, dengan melibatkan sejumlah badan usaha property
lokal dan nasional.
Rumah berubsidi yang dibangun oleh pengembang tersedia berbagai tipe, dari tipe 22/65 sampai
dengan tipe 36/120. Dengan bervariasinya jenis perumahan subsidi tersebut masyarakat dapat
memilih sesui kemampuan dan kebutuhannya, sehingga semakin menjawab tujuan penyediaan
perumahan khususnya bagi MBR. Dari varian tipe tersebut, tipe 24 terbanyak dibangun
pengembang yaitu sejumlah 5.257 unit, kemudian tipe 30 sebanyak 2.300 unit, dan tipe 27
sebanyak 1.132 unit. Selengkapnya disajikan pada tabel dibawah ini :
TIPE
No PERUMAHAN PENGEMBANG UNIT
(LB/LT)
1. Kota Mataram
Graha Inara
PT Citra Jaya Graha 24/70 67
Ampenan
Graha Cendana
Jl Sultan Salahudin Gg. Mangga Lingk
Batu Dawa, Tanjung Karang- PT Citra Jaya Graha 24/70 200
Sekarbela
TIPE
No PERUMAHAN PENGEMBANG UNIT
(LB/LT)
BellPark 27/75 700
Kekeri-Gunungsari
PT Salva Inti Property
Merembu Asri 24/70 1,000
Jl Raya Bengkel-Merembu
Royal Zam-zam Flamboyan
Ds Terong Tawah-Labuapi 30/70 200
PT Lombok Royal Property
Royal Madinah 30/70 1,039
Ds Mapak, Kuranji-Labuapi
Amaris Residen Kuripan 24/75 150
Kripan, Gerung PT Amaris Raya Group
TIPE
No PERUMAHAN PENGEMBANG UNIT
(LB/LT)
Permata Resident PT Perdana Mulya 29/80 42
Puyung-Lombok Tengah Ramadhani
Griya Jelantik Mandiri
Jl Raya Jelantik KM 19 Ds Jelantik- PT Puji Alam Sediri 24/70 24
Jonggat
4. Lombok Timur
Lendang Bedurik Permai 30/90 50
Ds Lendang Bedurik-Selong PT Yuli Adriani Mandiri
5. Lombok Utara
Tanjung Indah Residence 30/80 100
Ds Jenggala-Tanjung
Griya Gangga 20
Ds Gangga, Kec Tanjung PT Qido Property Indonesia
Jambiaanom Harmoni
Ds Jambianom-Tanjung PT Mitra Harmoni Property 25/84 109
6. Sumbawa
Baiti Janati Sumbawa 36/120 300
Moyo Hilir-Sumbawa PT Baiti Janati Lombok
Greenhill Resident
Ds Moyo, Kec Moyo Hilir CV Greenhill 30/100 52
7. Sumbawa Barat
Baiti Janati Taliwang 30/120 311
Taliwang-Sumbawa Barat PT Baiti Janati Lombok
8. Kota Bima
Pondok Indah 24/80 100
Kota Bima PT Bima Pondok indah
Total 9,758
Sumber : REI NTB, 2019
Kebutuhan masyarakat akan rumah terus bertambah hal ini terlihat dari data pembangunan rumah
bersubsidi tahun 2020 sebanyak 94 hamparan perumahan yang tersebar di 8 kabupaten/kota se
Provinsi NTB dengan jumlah unit rumah yang dikembangkan sebanyak 82.545 unit. Kabupaten
Lombok Barat menjadi lokasi pembangunan perumahan bersubsidi bagi masyarakat
berpenghasilan rendah terbanyak untuk tahun 2020 yaitu sebanyak 50 hamparan perumahan
dengan 14.646 unit rumah.
2 LOMBOK BARAT 2 210 1070 4 345 1505 10 936 4032 6 700 3216 8 1174 0 30 3365 9823
3 LOMBOK TENGAH 1 120 643 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 120 643
9 KABUPATEN BIMA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 KOTA BIMA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 5 710 3557 5 425 1867 12 1236 5537 9 854 4071 9 1249 0 40 4474 15032
Bantuan PSU sampai dengan tahun 2019, dari 3.225 unit rumah yang disubsidi PSU, nilai bantuan
yang telah diberikan sebanyak Rp. 15.381.839.000,- dan alokasi terbesar berada di Kabupaten
Lombok Barat sebesar Rp. 10.168.124.000,-. Sedangkan tipe PSU yang dibangun yaitu
pemasangan paving dan beton dengan masing-masing anggaran sebesar Rp. 6.640.350.000,- dan
Rp.8.741.489.000,-. Rinciannya seperti dalam tabel berikut ini :
Unit
Panjang
Nilai Bantuan Rumah
No Perumahan Pengembang Jalan Tipe LPA
(Rp) Bantuan
(meter)
PSU
Tahun 2016 Total 710 unit
1 1 Bumi Harapan Permai PT. Lambang Sejati 531.690.000 100 535 Beton
PT. Anugrah Dasar
2 2 Green Mulia Asri 584.860.000 110 535 Paving
Mulia
Kabupaten Lombok Utara
PT. Permata Biru
3 1 Sigar Penjalin Residence 1.063.390.000 200 1071 Beton
Property
Kabupaten Lombok Tengah
4 1 Elje/ Tanggak Pratama PT. Tripainti Sejahtera 626.190.000 120 643 Beton
5 1 Griya Pesona Madani PT. Varindo Lombok Inti 911.440.000 180 773 Paving
Unit
Panjang
Nilai Bantuan Rumah
No Perumahan Pengembang Jalan Tipe LPA
(Rp) Bantuan
(meter)
PSU
1 1 Taman Ayu PT. Daya Cipta Perdana 301.580.000 60 268 Beton
3 3 Griya Menang Asri PT. Varindo Lombok Inti 752.400.000 150 673 Paving
Kabupaten Sumbawa
PT. Baiti Jannati
5 1 Baiti Jannati Sumbawa 369.890.000 80 362 Paving
Lombok
Tahun 2018 Total 1.236 unit
1 1 Amaris Green Hill Wadon PT. Amaris Raya Group 267.725.000 50 268 Paving
PT. Anugrah Alam
2 2 Muhajirin Asri 2 513.909.000 150 517 Paving
Property
PT. Lombok Royal
3 3 Royal Zam Zam 2 567.135.000 130 562 Paving
Property
4 4 Griya Perembun Asri PT. Varindo Lombok Inti 297.826.000 50 295 Paving
8 8 Citra Persada Dawung PT. Surya Jaya Persada 540.716.000 100 523 Beton
PT. Hissto Perkasa
9 9 Lentana Garden 477.847.000 140 457 Beton
Nusantara Jaya
PT. Zenith Lombok
10 10 Bhayangkara Residence 673.147.000 166 678 Paving
Property
Kabupaten Sumbawa
PT. Baiti Jannati
11 1 Baiti Jannati Sumbawa 726.849.000 150 777 Baton
Lombok
12 2 Puri Citra Samawa PT. Citra Mulia Property 680.853.000 150 728 Beton
18 6 Griya Pesona Alam PT. Varindo Lombok Inti 1.080.553.000 240 1.064 Paving
20 1 Bumi Samawa Damai PT. Tahta Kasih Karunia 273.098.000 50 285 Paving
Unit
Panjang
Nilai Bantuan Rumah
No Perumahan Pengembang Jalan Tipe LPA
(Rp) Bantuan
(meter)
PSU
21 2 Graha Manasa PT. Graha Manasa 316.634.000 54 331 Paving
Property
TOTAL 3.225 Unit
UNIT RUMAH
NO PERUMAHAN PENGEMBANG TIPE LPA
BANTUAN PSU
I KABUPATEN LOMBOK BARAT
1 Griya Pesona Alam PT. Varindo Lombok Inti 150 Paving
2 Griya Taman Sari PT. Varindo Lombok Inti 157 Paving
3 Sudak Palace PT. Maulana Raya Lombok 50 Paving
4 Bellpark 2 PT. Salva Inti Property 310 Paving
5 Alam Tembesi Asri PT. Alam Asri Property 50 Paving
6 Muhajirin Asri 3 PT. Anugrah Alam Property 87 Paving
7 Ayodhya Palace PT. Bangun Lombok Internusa 60 Paving
8 Royal Madinah PT. Varindo Lombok Inti 310 Paving
II KABUPATEN SUMBAWA
1 Baiti Jannati Taliwang PT. Baiti Jannati Lombok 75 Paving
JUMLAH 1249
Sumber : REI NTB, 2020
Gempa bumi tahun 2018 menyebabkan 226.204 unit rumah rusak, dengan perincian 74.707 unit
rusak berat, 36.212 unit rusak sedang, dan rusak ringan 115,185 unit.
Berdasarkan update Progres Pembangunan Rumah Tahan Gempa di Wilayah Nusa Tenggara
Barat dari Danrem 162/Wira Bhakti selaku Koordinator Percepatan Rehab Rekon per Desember
2020 jumlah rumah yang selesai dibangun sebanyak 205.655 unit, dalam progress 8.822 unit dan
belum tertangani (masih dalam perencanaan) 11.727 unit.
BAB VII
PERMASALAHAN PKP
7.1 BACKLOG
Backlog rumah adalah ketidak seimbangan antara kebutuhan dan ketersediaannya rumah untuk
hunian. Backlog rumah merupakan salah satu indikator yang digunakan Pemerintah sebagaimana
tertuang dalam Renstra maupun RPJMN yang terkait bidang perumahan. Backlog rumah dapat
diukur dari dua perspektif yaitu sisi kepenghunian maupun dari sisi kepemilikan.
Backlog mencerminkan perbedaan antara kebutuhan rumah dan jumlah rumah yang
dibutuhkan masyarakat. Pemerintah telah memfasilitasi tersedianya perumahan yang layak
untuk masyarakat terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
Data tersebut menunjukkan bahwa persentase rumah tangga yang menempati rumah milik
sendiri sebanyak 81,16 % sehingga rumah tangga yang termasuk dalam backlog kepemilikan
sebesar 18,84 % atau 271.212 rumah tangga. Jumlah rumah tangga dengan status
menumpang sebanyak 222.416 rumah tangga (15,45).
Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 2011 bahwa Rumah Tidak Layak Huni adalah rumah yang
tidak memenuhi syarat kesehatan, kenyamanan dan keselamatan penghuninya.
1. Keselamatan Bangunan :
Persyaratan keselamatan bangunan dinilai berdasarkan tingkat kerusakan komponen
bangunan yang terdiri atas :
a. KERUSAKAN RINGAN, kerusakan pada komponen non struktural (seperti dinding pengisi,
kusen, penutup atap, langit-langit dan lantai)
b. KERUSAKAN SEDANG, kerusakan pada komponen non struktural dan salah satu
komponen struktural seperti pondasi, tiang/kolom, balok, rangka atap.
E-RTLH merupakan sebuah sistem informasi pengelola data RTLH berbasis online dalam upaya
penanganan rumah swadaya. Aplikasi e-RTLH ini dimaksudkan untuk mempermudah pengusulan
rumah tidak layak huni (RTLH) ke Pemerintah Pusat karena dengan aplikasi ini, RTLH yang
diusulkan akan diinput kedalam database sehingga dapat secara langsung dijadikan sebagai
usulan jumlah RTLH yang ada. Berdasarkan data yang terinput Desember 2020 dalam e-RTLH
ada sekitar 178.318 unit RTLH yang ada di Provinsi NTB. Indikator RTLH dalam e-RTLH saat ini
sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 2011 kedepan akan diarahkan sesuai dengan
indikator SDGs.
RTLH berdasarkan Statistik Perumahan tahun 2019 dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional
Maret 2019 jumlah RTLH sebesar 626.602 rumah tangga. Perubahan konsep perhitungan Rumah
Tidak Layak Huni yang awalnya menggunkan 7 katagori menjadi 4 katagori.
Kategori Perhitungan Lama 7 Katagori :
1. Jenis Atap tidak layak
2. Jenis Dinding tidak layak
3. Jenis Lantai tidak layak
4. Luas Lantai per kapita <7,2 m2
5. Tidak ada akses air minum layak
6. Tidak ada akses sanitasi layak
7. Sumber penerangan utama bukan listrik
Minimal 3 dari 7 katagori terpenuhi maka dikategorikan rumah tidak layak huni.
Kategori Perhitungan Baru 4 Katagori :
1. Ketahanan Bangunan
2. Tidak ada akses air minum layak
3. Tidak ada akses sanitasi layak
4. Luas Lantai per kapita <7,2 m2
Jika salah 1 dari 4 katagori terpenuhi, maka dikategorikan menjadi rumah tidak layak huni.
Penghitungan baru dihitung berdasarkan usulan Bappenas terkait penghitungan air minum,
sanitasi dan rumah layak huni.
Perbedaan konsep penghitungan menyebabkan perubahan angka pada indikator RLH. Pada
konsep lama, tidak harus semua kriteria layak harus terpenuhi. Akan tetapi, pada penghitungan
baru, seluruh kriteria layak harus terpenuhi sehingga angka rumah layak huni yang dihasilkan jauh
lebih rendah atau dengan kata lain jumlah rumah tidak layak huni menjadi meningkat dari 2,94 %
tahun 2018 menjadi 43,65% tahun 2019.