Disusun oleh:
Ni Made Silda Dwi Susanti(1615012018)
Sita Ayu Zain (1655012002)
Jevi Antika (1615012022)
Rosalita Debora I (1655012007)
Mata Kuliah :
Kota dan Permukiman II
Dosen :
1. Agung Cahyo Nugroho, S.T.,M.T.
2. Yunita Kesuma, S.T.,M.Sc.
S1 ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayahnya makalah ini dapat diselesaikan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Agung Cahyo
Nugroho, S.T.,M.T. dan Yunita Kesuma, S.T.,M.Sc. selaku dosen mata kuliah
Kota dan Permukiman II. Terima kasih atas kesediaanya untuk memberikan
bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
SANWACANA ............................................................................................ i
I. PENDAHULUAN ...............................................................................
A. Latar Belakang................................................................................. 1
A. Hasil ............................................................................................... 24
V. REDESAIN KAWASAN.................................................................. 41
ii
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota secara umum adalah tempat bermukimnya warga kota , tempat bekerja,
tempat kegiatan dalam bidang ekonomi, pemerintahan dan lain-lain. Kota
adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan
kepadatan yang tinggi, dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang
heterogen dan coraknya yang materialistik atau dapat diartikan sebagai
bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsure-unsur alami dan nonalami
dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak
kehidupan yang bersifat heterogen dan materalistik dibandingkan dengan
daerah belakangnya (Bintarto, 1983).
Kota Bandar Lampung, termasuk kota yang memiliki prospek yang kuat
untuk berkembang menjadi kota besar dalam skala regional, nasional, bahkan
internasional. Potensi kota Bandar Lampung yang mendukung antara lain
adalah
1. Lokasi geografis yang sangat strategis,
2. Kedudukan yang dituju dalam kebijaksanaan tingkat nasional dan regional,
3. Pemandangan alam yang indah yang dapat dimanfaatkan untuk menarik
wisatawan.
4. Keanekaragaman suku bangsa (multi ethnic), dan
5. Dukungan wilayah sekitarnya (hinterland) yang menunjang pertumbuhan
dan perkembangan kota Bandar Lampung.
B. Rumusan Masalah
D. Batasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dijabarkan, maka batasan
masalah dalam makalah ini yaitu di spasial kawasan bernomer 5.
2
E. Metodologi Pembahasan
3
luwes, dimana subyek diberi kebebasan untuk menguraikan jawabannya
dan ungkapan – ungkapan pandangannya secara bebas dan sesuai
harinya.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk mendapatkan hasil identifikasi mengenai figure ground maupun
Linkage theory dibutuhkan data data mengenai masyarakat dikawasan
tersebut berupa:
1. Kebiasaan atau kegiatan warga sehari-hari.
2. Zoning didalam kawasan sehingga dapat menyimpulkan wilayah yang
berupa ruang terbuka publik, ruang terbuka hijau,bangunan publik, dll,
3. Potensi daerah yang bias ditonjolkan misalnya dari segi ekonomi, social
maupun budaya kawasan tersebut.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
5
3. Sirkulasi dan Parkir (Circulation And Parking )
Selain kebutuhan ruang untuk bergerak, moda transport juga membutuhkan
tempat untuk berhenti (parkir).Kebutuhan parkir semakin meingkat terutama
di pusat-pusat kegiatan kota (CBD). Sarana pergerakan, atau sirkulasi,
merupakan media bagi manusia dalam melakukan kegiatan untuk memenuhi
kebutuhannya. Oleh karenanya, keberadaan sarana pergerakan pada suatu
ruang kota-jalur jalan dan system pergerakan tidak terlepas dari tata
bangunan dan ruang ruang terbuka, serta kondisi masyarakatnya.
Elemen sirkulasi dalam urban design merupakan alat yang sangat
menentukan struktur lingkungan urban, karena dapat membentuk,
mengarahkan dan mengontrol pola aktivitas dalam kota. Teknik
perancangannnya meliputi tiga prinsip utama:
1. Jalan harus menjadi elemen ruang terbuka visual yang positif
2. Jalan harus mampu memberikan orientasi kepada pengemudi dan
membuat lingkungan tersebut terbaca secara informatif.
3. Sektor publik dan privat harus membina hubungan untuk mencapai
sasaran ini.
6
A. Pola, Struktur dan Perlengkapan Jalan
a. Secara garis besar pola jaringan jalan terdiri dari Pola Papan Catur,
Radial, Lingkaran, dan Cul-desac
7
b) Rambu lalu lintas
c) Halte
d) Telepon Umum
e) Bangku-bangku
f) Tanaman
g) Papan Reklame
8
5. Area Pedestrian( Pedestrian Area )
Sistem pedestrian yang baik akan mengurangi keterikatan terhadap
kendaraan dikawasan pusat kota, mempertinggi kualitas lingkungan melalui
sistem perancangan yang manusiawi, menciptakan kegiatan pedagang
kaki limayang lebih banyak dan akhirnya akan membantu kualitas udara di
kawasan tersebut.
6.Tanda-Tanda( Signage )
Tanda- tanda petunjuk jalan, arah kesuatu kawasan tertentu pada jalan tol
atau di jalan kawasan pusat kota semakin membuat semarak atmosfir
lingkungan kotatersebut. Peraturan yang mengatur tentang tanda-tanda
tersebut sebagian kota Indonesia masih belum sepenuhnya diatur hingga
pada masalah teknis. Akibatnya perkembangan papan-papan reklame
terutama, mengalami persaingan yang berlebihan,baik dalam penempatan
titik-titiknya, dimensi atau ukuran billboardnya, kecocokan bentuk, dan
pengaruh visual terhadap lingkungan kota.
9
fungsi, penggunaan lahan dan kegiatan-kegiatannya. Pendukung kegiatan
tidak hanya menyediakan jalan, pedestrian atau plaza, tetapi juga harus
mempertimbangkan fungsi utama dan penggunaan elemen-elemen kota yang
dapat menggerakkan aktivitas, misalnya : pusat perbelanjaan, taman rekreasi,
pusat perkantoran, perpustakaan, area PKL, dsb.
10
Selain ke 8 elemen rancang kota di atas, terdapat beberapa elemen lain yang
penting diperhatikan dalam perancangan kota. Kevin Lynchmenyatakan
bahwa image kota dibentuk oleh 5 elemen pembentuk wajah kota, yaitu:
1) Paths
Adalah suatu garis penghubung yang memungkinkan orang bergerak
dengan mudah. Paths berupa jalur, jalur pejalan kaki, kanal, rel kereta
api, dan yang lainnya.
2) Edges - Pembatas
Adalah elemen yang berupa jalur memanjang tetapi tidak
berupa paths yang merupakan batas antara 2 jenis fase kegiatan.
Edgesberupa dinding, pantai, hutan kota, dan lain-lain.
3) Districts - Kawasan
Districts hanya bisa dirasakan ketika orang memasukinya, atau bisa
dirasakan dari luar apabila memiliki kesan visual. Artinya districts bisa
dikenali karena adanya suatu karakteristik kegiatan dalam suatu
wilayah.
4) Nodes – Simpul – Pertemuan / simpang lalu-lintas
Adalah berupa titik dimana orang memiliki pilihan untuk
memasuki districts yang berbeda. Sebuah titik konsentrasi dimana
transportasi memecah, paths menyebar dan tempat mengumpulnya
karakter fisik.
5) Landmark – tetenger / tugu
Adalah titik pedoman obyek fisik. Berupa fisik natural yaitu gunung,
bukit dan fisik buatan seperti menara, gedung, sculpture,kubah dan lain-
lain sehingga orang bisa dengan mudah mengorientasikan diri di dalam
suatu kota atau kawasan.
11
Gambar Image kota
12
3. Sistem Pengaturan
Menganalisis pola-pola tekstur perkotaan dan menemukan perbedaan data
pada pola tersebut, akan didapatkan informasi yang menunjukan ciri khas
tatanan kawasan itu dan lingkungannya. Namun dalam kenyataannya,
yang sering terjadi ketika menganalisis suatu kawasan perkotaan adaah
kurang jelasnya pola di tempat tersebut. Oleh karena itu, di dalam kota
pola-pola kawasan secara tekstural yang mengekspresikan rupa kehidupan
dan kegiatan perkotaan secara arsitektural dapat diklasifikaskan dalam tiga
kelompok sebagai berikut :
a) Susunan kawasan bersifat homogen yang jelas, di mana ada hanya
satu pola penataan
b) Susunan kawasan yang bersifat heterogen, di mana dua (atau lebih)
pola berbenturan
c) Susunan kawasan yang bersifat menyebar dengan kecenderungan
kacau
13
Gambar 1. Figure/Ground di dalam skala makro besar ( Figure/Ground kota
secara keseluruhan )
b. Skala Makro Kecil: Sebuah figure/ground kota dengan fokus pada satu
kawasan saja, berfokus pada ciri khas tekstur dan masalah tekstur sebuah
kawasan secara mendalam
14
Blok tunggal karena bersifat agak
individual atau bagian dari satu unit
yang lebih besar, di mana elemen
tersebut sering memiliki sifat yang
penting (misalnya sebagai penentu
sudut, hirarki, atau penyambung).
15
Sumber : Perncangan Kota Secara Terpadu, Markus Zahnd
Gambar 4. Empat Elemen Dasar Yang Bersifat Void
Elemen sistem tertutup linear memperhatikan ruang yang ersifat linear, tetapi
kesannya tertutup, yang sering dijumpai di kota. Elemen sistem tertutup yang
memiliki pola ruang yang berkesan terfokus dan tertutup. Ruang tersebut
dapat diamati pada skala besar (misalnya di pusat kota) maupun di berbagai
kawasan (didalam kampung dan lain-lain). Elemen sistem terbuka sentral ada
di kota, di mana kesan ruang bersifat terbuka namun masih tampak terfokus.
Elemen terbuka kadang-kadang juga diberikan istilah Soft-Space, sedangkan
ruang tertutup dinamakan Hard-Space.
16
3. Kurvilinear
4. Radial konsentris
5. Aksial
6. Organis
C. Teori Linkage
Linkage artinya berupa suatu elemen yang menghubungkan antara elemen yang
satu dengan yang lain, nodes yang satu dengan nodes yang lain, atau distrik
yang satu dengan yang lain. Garis ini bisa berbentuk jaringan jalan, jalur
pedestrian, ruang terbuka yang berbentuk segaris dan
sebagainya. Teorilinkage melibatkan pengorganisasian garis penghubung yang
menghubungkan bagian-bagian kota dan disain “spatial datum” dari garis
bangunan kepada ruang. Spatial datum dapat berupa: site line, arah
pergerakan, aksis, maupun tepian bangunan (building edge). Yang secara
bersama-sama membentuk suatu sistem linkage dalam sebuah lingkungan
spasial. Sebuah linkage perkotaan dapat diamati dengan cara dan pendekatan
yang berbeda, terdapat 3 pendekatan linkage perkotaan:
1. Linkage yang visual,
2. Linkage yang struktural,
3. Linkage bentuk yang kolektif
a. Linkage Visual
Dalam linkage yang visual dua atau lebih fragmen kota dihubungkan menjadi
satu kesatuan yang secara visual, mampu menyatukan daerah kota dalam
17
berbagai skala. Pada dasarnya ada 2 pokok perbedaan antara linkage visual,
yaitu yang menghubungkan dua daerah secara netral serta yang
menghubungkan dua daerah, dengan mengutamakan satu daerah
Lima elemen linkage visual, merupakan elemen yang memiliki ciri khas dan
suasana tertentu yang mampung menghasilkan hubungan secara visual, terdiri
dari:
1. Garis : menghubungkan secara langsung dua tempat dengan satu deretan
massa (bangunan atau pohon).
2. Koridor: dibentuk oleh dua deretan massa (bangunan atau pohon) yang
membentuk sebuah ruang.
3. Sisi : menghubungkan dua kawasan dengan satu massa. Mirip dengan
elemen garus namun sisi bersifat tidak langsung.
4. Sumbu : mirip dengan elemen koridor , namun dalam
menghubungkan dua daerah lebih mengutamakan salah satu daerah saja.
5. Irama : menghubungkan dua tempat dengan variasi massa dan ruang
18
Gambar diatas merupakan gambar dari Las Vegas, yang memiliki linkage
penghubung yang bersifat kaitan saja (netral). Hal ini banyak kita jumpai di
kota-kota Italia, Amsterdam, Washington, Jaipur, Yogyakarta.
b. Linkage Struktur
Menggabungkan dua atau lebih bentuk struktur kota menjadi satu kesatuan
tatanan. Menyatukan kawasan kawasan kota melalui bentuk jaringan struktural
yang lebih dikenal dengan sistem kolase (collage). Tidak setiap kawasan
memiliki arti struktural yang sama dalam kota, sehingga
caramenghubungkannya secara hierarkis juga dapat berbeda.
19
Ada tiga elemen linkage struktural yang mencapai hubungan secara
arsitektural, yaitu:
a. Tambahan: melanjutkan pola pembangunan yang sudah ada sebelumnya.
b. Sambungan: memperkenalkan pola baru pada lingkungan kawasan.
c. Tembusan: terdapat dua atau lebih pola yang sudah ada di sekitarnya dan
akan disatukan sebagai pola-pola yang sekaligus menembusdidalam suatu
kawasan
Gambar diatas merupakan gambar dari kota Manhattan – New York, dimana kita
dapat melihat sistem grid yang sangat kuat dalam penataannya. Namun
secara struktural kawasan ini kurang jelas sehingga menyebabkan orang merasa
tersesat tanpa adanya hierarki yang memberikan stabilitasdengan menghubungkan
kawasan satu dengan lainnya.
20
Market Street – San Francisco adalah merupakan sebuah jalan yang berfungsi
sebagai linkage struktural. Dimana jalan ini mampu sebagai penghubung yang
memadukan antara dua tipe grid yang berbeda, mampu sebagai stabilisator atau
penyeimbangan untuk membentuk sebuah struktur lingkungan.
Menurut Fumuhiko Maki, Linkage adalah semacam perekat kota yang sederhana,
suatu bentuk upaya untuk mempersatukan seluruh tingkatan kegiatan yang
menghasilkan bentuk fisik suatu kota. Teori ini terbagi menjadi 3 tipe linkage
urban space yaitu:
a. Compositional form: bentuk ini tercipta dari bangunan yang berdiri sendiri
secara 2 dimensi. Dalam tipe ini hubungan ruang jelas walaupun
tidak secara langsung.
b. Mega form: susunan-susunan yang dihubungkan ke sebuah kerangka
berbentuk garis lurus dan hirarkis.
c. Group form: bentuk ini berupa akumulasi tambahan struktur pada
sepanjang ruang terbuka. Kota-kota tua dan bersejarah serta daerah
pedesaan menerapkan pola ini.
21
Contoh Penerapan Linkage
Gambar diatas adalah gambar super blok karya Le Corbusier, yang merupakan
contoh dari compositional form, dimana bangunan yang ada
menciptakan linkage sebuah ruang berdasarkan susunan secara 2 dimensi. Hal ini
juga banyak ditemukan pada kota Chandigard – India, yang merupakan kawasan
yang dirancang oleh Le Corbusier.
Gambar diatas merupakan gambar kota New – Brasilia, yang merupakan contoh
dari mega form. Menghubungkan struktur-struktur seperti bingkai yang linier atau
22
sebagai grid. Adanya penghubung berupa garis lengkung (warna ungu) yang
menghubungkan kota secara makro.
Gambar diatas adalah gambar kawasan Bern – Swiss, yang merupakan contoh dari
group form pada sepanjang ruang terbuka berupa garden dan sungai. Bern adalah
ibu kota dari swiss ini merupakan kota tua dan bersejarah di swiss. Kota historis
Bern adalah sebuah warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO mulai tahun
1983
23
III. GAMBARAN KAWASAN TERPILIH
A. Hasil
3.1 Sejarah Kawasan
Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota, sekaligus ibu kota
provinsi Lampung, Indonesia. Secara geografis, kota ini menjadi pintu
gerbang utama pulau Sumatera, tepatnya kurang lebih 165 km sebelah barat
laut Jakarta, memiliki andil penting dalam jalur transportasi darat dan
aktivitas pendistribusian logistik dari Jawamenuju Sumatera maupun
sebaliknya.
Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah daratan 169,21 km² yang
terbagi ke dalam 20 Kecamatan dan 126 Kelurahan dengan populasi
penduduk 891.374 jiwa (berdasarkan sensus 2010), kepadatan penduduk
sekitar 5.304 jiwa/km² dan diproyeksikan pertumbuhan penduduk mencapai
2,4 juta jiwa pada tahun 2030. Saat ini kota Bandar Lampung merupakan
pusat jasa dan perdagangan serta perekonomian di provinsi Lampung.
Berikut ini adalah daftar kecamatan yang ada di lingkungan kota Bandar
Lampung yang mungkin bermanfaat bagi anda. Ada 20 jumlah kecamatan
dilingkungan kota Bandar Lampung.
1. Kecamatan Teluk Betung Utara
2. Kecamatan Teluk Betung Barat
3. Kecamatan Teluk Betung Selatan
4. Kecamatan Teluk Betung Timur
5. Kecamatan Tanjung Karang Barat
6. Kecamatan Tanjung Karang Pusat
7. Kecamatan Tanjung Karang Timur
8. Kecamatan Tanjung Senang
9. Kecamatan Bumi Waras
10. Kecamatan Enggal
11. Kecamatan Kedamaian
12. Kecamatan Kedaton
13. Kecamatan Kemiling
14. Kecamatan Labuhan Ratu
15. Kecamatan Langkapura
16. Kecamatan Panjang
17. Kecamatan Rajabasa
24
18. Kecamatan Sukabumi
19. Kecamatan Sukarame
20. Kecamatan Way Halim
Pahoman berada dikecamatan enggal yang asal muasalnya dari nama
seorang bapak yang bernama Pak Hoffman . Menurut cerita turun-temurun,
kawasan ini mulanya tidak bernama (noname). Kemudian masyarakat saat itu,
yang notabene keturunan Banten, jika hendak ke daerah sekitar ini cukup
menyebut dekat (rumah) Pak Hoffman.
Misalnya, kata Hazairin, apabila ada yang bertanya tujuannya hendak ke
kawasan ini maka orang itu akan menyebut rumah Pak Hoffman. Akhirnya,
lama-kelamaan lantaran kebiasaan menjadi nama kawasan.
3.2 Data Umum Kawasan
25
Kelurahan / Desa Pahoman
Kecamatan Enggal
Kabupaten / Kota Kota Bandar Lampung
Provinsi Lampung
RT 01
RT 01 dengan ketua RT Pak Jamal
26
a. Potensi kawasan RT 01 terdapat fasilitas umum serta masih aktif kegiatan
masyarakat seperti kegiatan penjagaan kawasan yaitu pos kamling. Setiap
malam jumat minimal 2 orang menjaga. Selain pos kamling juga terdapat
kegiatan ibu-ibu seperti pengajian.
27
Keadaan jalan:
Keadaan perumahan yang saling menempel satu sama lain dengan fasiltas
jamban yang tidak memadai yang mana kekurangan sekitar 15 jamban.
Pekerjaan warga mayoritas buruh bangunan. Perekonomiannya masih
standar kebawah.
28
RT 02
Rt 02. Dengan ketua RT Pak Ubaidillah yang terdapat 120 kartu keluarga.
Dengan permasalahan yang sama dengan di RT 1.
Permasalhan jalan
29
Terdapat Poskamling pendukung yang mendukung RT:
Terdapat Masjid:
30
IV. ANALISIS KAWASAN TERPILIH
31
Dinas Kesehatan PT. Pertamina Rumah Warga
32
Masjid Hostel Dekarnasda
Langgam
terdapat di gedung pemerintahan dan Masjid Al- Muslimin
Skala
Pada kawasan pahoman bangunan yang ada di sana ter proporsi dan rata – rata
pada ketinggian yang sama.
Material
33
Material yang dipakai dalam perancangan pada bangunan- bangunan yag
terdapat di daerah pahoman seperti beton, kayu, baja ringan, bamboo dan juga
batu bata.
Warna
Keberagaman warna bangunan yang terdapat di area pahoman mayoritas
berwarna monokrom seperti hitam, putih dan coklat.
34
Pola, pola sirkulasi pada area perumahan menggunakan system
grid/papan catur, kemudian pada sport area menggunakan sistem
sirkulasi melingkar dan pada Jl. Jendral Sudirman juga menggunakan
sirkulasi Lingkaran.
Struktur jalan
Badan jalan, yaitu untuk sirkulasi kendaraan terdapat di Jl. Jendral
Sudirman dan Jl. Gatot Subroto, Jl. Dr. Susilo
Bahu jalan, untuk sirkulasi pejalan kaki dan penghijauan terdapat di Jl.
Ir. H. Juanda yang berlokasi di sport area.
Perlengkapan jalan yang ada di daerah pahoman seperti :
- Penerangan jalan(perbatasan Pahoman dan Rawalaut), terletak
didepan SD N 2 Rawalaut
- Tanaman
35
Aspek Lalu Lintas
Kondisi lalu lintas pada daerah pahoman :
- Rambu rambu lain, terdapat signed pada jalan- jalan utama antara lain
Jl. Jendral Sudirman dan Jl. Gatot Subroto
- Arah lalu lintas pada daerah pahoman adalah linier.
- Kecepatan lalu lintas untuk di Jl. Jendral Sudirman yaitu sedang
karena di area tsb terdapat sekolahan yang berada di sisi jalan, namun
pada Jl. Gatot Subroto kecepatan lalu lintas relative cepat dikarenakan
jalanan yang cukup lebar dan juga jalan tersebut menjadi akses menuju
jalan protokol, tetapi pada Jl. Ir. H. Juanda/pada sport area kecepatan
lalu lintas menjadi rendah dikarenakan jalanan yang cukup sempit dan
tedapat area pendidikan seperti sekolahan dan juga banyak nya
pedagang kaki lima yang berjualan di pinggir jalan.
- Kepadatan lalu lintas di area pahoman lumayan padat, dikarenakan
banyak aktifitas yang dilakukan di daerah tersebut seperti sekolah,
sport area dan juga banyak area komersil yang banyak dikunjungi.
- Jenis moda angkutan yang sering digunakan pada area pahoman seperti
angkutan umum, ojek online, taksi, sepeda motor dan juga mobil
pribadi
- Kondisi jalan pada daerah lampu merah di Jl. Jendra Sudirman sangat
padat, dan juga pada area sekolahan dan area stadion sangat ramai dan
padat apabila sore dikarenakan anak pulang sekolah dan orang yang
berolah raga sehingga membuat kemacetan pada area tersebut.
- Perparkiran pada area pahoman terdapat di stadion pahoman, dan juga
terdapat urban edge parking di bagian sisi Jl. Ir. H. Juanda dan juga
terdapat di depan sekolah xaverius dan SD Teladan.
36
Namun untuk parkiran di beberapa bangunan komersil cukup tertata
dikarenakan dibagian depan bangunan terdapat parkiran untuk masing-
masing lahan komersil.
- elemen lunak (softscape) berupa tanaman dan air. Ruang terbuka : stadion
pahoman
-
e. Area Pedestrian
37
permukiman biasa atau perumahan tidak ada menggunakan pedestrian.
Pedestrian pada daerah Pahoman mudah diakses namun tidak bisa dipakai
untuk yang disabilitas karena bahan materialnya menggunakan keramik
jadi tidak ada teksturnya. Beberapa area pedestrian masih memiliki
penerangan cukup baik dan masih adanya disediakan tempat sampah juga.
Namun, belum adanya street furniture dan sitting place.
Letak signage cukup aman tidak mengganggu rambu lalu lintas. Di daerah
Pahoman yang menggunakan signage dominan pada area jalan raya
(dipinggirnya), sedangkan pada area perumahan hampIr tidak ada signage
sama sekali. Signage lumayan banyak ditemui ada jalan utama Jend.
Sudirman, Jl. Gatot Subroto, pada Jl. Dr.Susilo hanya sedikit signage yang
digunakan. Untuk papan reklame sendiri peletakannya di bahu – bahu
jalan sehingga tidak mengganggu arus lalu lintas. Peletakan signage juga
tidak mengganggu pandangan para pengguna jalan (sudah cukup sesuai
standard).
38
Signage-signage yang berada di Jl.Sudirman dan Jl.Gatot Subroto
g. Pendukung Kegiatan
39
Rumah sakit, pombensin, dan masjid
h. Konservasi
40
V. REDESAIN KAWASAN
B. Tahapan Re –Design
Kawasan yang akan di re disain, hanya terdapat permukiman tanpa ada
fasilitas penunjang, dan banyak potensi potensi yang bisa realisasikan, seperti
pada lahan hijau di area pahoman bagian bawah.
Pengemlompokan fasilitas yang di butuhkan pada kawasan yang akan di re
disain :
1. Tempat ibadah
2. Area olahraga
3. Area komersil
4. Perbaikan Jalan
6. Pembangunan RTH
42
Kesimpulan dan saran
43
Daftar Pustaka
https://www.teraslampung.com/pak-hoffman-menjadi-pahoman/(diakses tanggal
28 November 2018)
http://fajarlampung.blogspot.com/2017/02/daftar-kecamatan-di-kota-bandar-
lampung.html (diakses tanggal 28 November 2018)