Anda di halaman 1dari 50

MENGIDENTIFIKASI 8 ELEMEN FISIK

PERANCAGAN KOTA BERDASARKAN TEORI


"THE URBAN DESIGN PROCESS" (hamid
Shirvani,1985)

Disusun oleh:
Ni Made Silda Dwi Susanti(1615012018)
Sita Ayu Zain (1655012002)
Jevi Antika (1615012022)
Rosalita Debora I (1655012007)

Mata Kuliah :
Kota dan Permukiman II
Dosen :
1. Agung Cahyo Nugroho, S.T.,M.T.
2. Yunita Kesuma, S.T.,M.Sc.

S1 ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayahnya makalah ini dapat diselesaikan.

Makalah dengan judul “Mengidentifikasi 8 elemen fisik perancangan kota


berdasarkan Teori “the urban design process (Hamid Shirvani,1985)”
adalah salah satu Tugas Kelompok untuk memperoleh nilai dalan Ujian Akhir
Semester 5 ini

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Agung Cahyo
Nugroho, S.T.,M.T. dan Yunita Kesuma, S.T.,M.Sc. selaku dosen mata kuliah
Kota dan Permukiman II. Terima kasih atas kesediaanya untuk memberikan
bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian makalah ini.

Bandar Lampung, September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman

SANWACANA ............................................................................................ i

I. PENDAHULUAN ...............................................................................

A. Latar Belakang................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 2

C. Tujuan dan Manfaat ......................................................................... 2

D. Batasan Masalah .............................................................................. 2

E. Metodologi Pembahasan ................................................................. 3

F. Sistematika Pembahasan ................................................................. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5

A. Teori Figure Ground ....................................................................... 5

B. Teori Linkage ............................................................................... 12

III. GAMBARAN KAWASAN TERPILIH ........................................ 24

A. Hasil ............................................................................................... 24

1. Sejarah kawasan ........................................................................ 24

2. Data Umum Kawasan ............................................................... 25

3. Data-Data Survey Lapangan ...................................................... 26

IV. ANALISIS KAWASAN TERPILIH ........................................ 31

4.4 Pembahasan Urban desain ............................................................ 31

V. REDESAIN KAWASAN.................................................................. 41

5.1 LATAR BELAKANG RE-DESAIN ............................................ 41

5.2 TAHAPAN RE DESIGN ............................................................. 41

5.3 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 43

ii
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota secara umum adalah tempat bermukimnya warga kota , tempat bekerja,
tempat kegiatan dalam bidang ekonomi, pemerintahan dan lain-lain. Kota
adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan
kepadatan yang tinggi, dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang
heterogen dan coraknya yang materialistik atau dapat diartikan sebagai
bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsure-unsur alami dan nonalami
dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak
kehidupan yang bersifat heterogen dan materalistik dibandingkan dengan
daerah belakangnya (Bintarto, 1983).

Perkembangan kota yang dinamis membawa berbagai macam dampak bagi


pola kehidupan masyarakat kota itu sendiri. Perkembangan pusat kota yang
merupakan sentra dari kegiatan ekonomi menjadi daya tarik bagi masyarakat
yang dapat membawa pengaruh bagi tingginya arus tenaga kerja baik dari
dalam kota itu sendiri maupun dari luar wilayah kota, sehingga menyebabkan
pula tingginya arus urbanisasi.

Kota Bandar Lampung, termasuk kota yang memiliki prospek yang kuat
untuk berkembang menjadi kota besar dalam skala regional, nasional, bahkan
internasional. Potensi kota Bandar Lampung yang mendukung antara lain
adalah
1. Lokasi geografis yang sangat strategis,
2. Kedudukan yang dituju dalam kebijaksanaan tingkat nasional dan regional,
3. Pemandangan alam yang indah yang dapat dimanfaatkan untuk menarik
wisatawan.
4. Keanekaragaman suku bangsa (multi ethnic), dan
5. Dukungan wilayah sekitarnya (hinterland) yang menunjang pertumbuhan
dan perkembangan kota Bandar Lampung.

Kelurahan Pahoman adalah salah satu kelurahan yang berada di


Kecamatan Enggal, Bandar Lampung. Kelurahan Pahoman mempunyai luas
wilayah 47 ha, yang dibagi menjadi 9 RT (rukun tetangga), kelurahan ini
berbatasan dengan Kelurahan Rawa Laut di sebelah utara, Kelurahan Tanjung
Gading di sebelah timur, Kelurahan Kupang Raya di sebelah selatan dan
Kelurahan Enggal di sebelah Barat. Luas wilayah Kelurahan Pahoman terdiri
dari tanah milik adat seluas 5 ha, tanah sertifikat seluas 30 ha, dan tanah milik
negara seluas 12 ha, ini di peruntukan menjadi lahan perumahan seluas 40 ha,
industri seluas 2 ha, fasilitas umum seluas 4 ha, dan pemakaman seluas 1 ha.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat penulis ambil yaitu:


1. Bagaimanakah potensi kawasan terpilih di kelurahan pahoman?
2. Bagaimanakah sejarah Kawasan terpilih di keluarahan pahoman ?
3. Bagaimanakah potensi yang dapat dikembangkan dalam hubungannya
dengan teori 8 Elemen, Figure Ground dan linkage?
4. Bagaimanakah potensi re-desain yang dapat dikembangkan dalam
kawasan terpilih yang terdapat di kelurahan pahoman?

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat penelitian ini adalah


1. Mengetahui potensi kawasan terpilih yang terdapat di kelurahan
pahoman
2. Mengetahui Sejarah Kawasan terpilih yang terdapat di kelurahan
pahoman
3. Mengetahui potensi yang dapat dikembangkan dalam hubungannya
dengan 8 Elemen fisik perancangan kota berdasarkan teori urban design
dan teori figur ground, terori linkage.
4. Mengetahui potensi re-desain yang dapat dikembangkan dalam kawasan
terpilih yang terdapat di kelurahan pahoman

D. Batasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dijabarkan, maka batasan
masalah dalam makalah ini yaitu di spasial kawasan bernomer 5.

2
E. Metodologi Pembahasan

1. Tempat dan Waktu


Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester 5 tahun 2018 yang
dimulai tanggal 15 November 2018 sampai dengan 18 september
2018. Serta dilaksanakan di spasial kawasan pesisir bernomor 5. Yang
mana subyek penelitian adalah masyarakat wilayah kelurahan
pahoman, Bandar Lampung

2. Teknik Pengumpulan Data


a. Observasi Atau Survey Lapangan
Observasi dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti dan pengamat.
Observasi dalam penelitian ini adalah observasi langsung yaitu
penelitian dan pengamat melihat dan mengamati secara langsung,
kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan
sebenarnya.
b. Wawancara
Wawancara pada penelitian ini menggunakan interview tidak
berstruktur karena peneliti memandang model ini adalah yang paling

3
luwes, dimana subyek diberi kebebasan untuk menguraikan jawabannya
dan ungkapan – ungkapan pandangannya secara bebas dan sesuai
harinya.

F. Sistematika Pembahasan
Untuk mendapatkan hasil identifikasi mengenai figure ground maupun
Linkage theory dibutuhkan data data mengenai masyarakat dikawasan
tersebut berupa:
1. Kebiasaan atau kegiatan warga sehari-hari.
2. Zoning didalam kawasan sehingga dapat menyimpulkan wilayah yang
berupa ruang terbuka publik, ruang terbuka hijau,bangunan publik, dll,
3. Potensi daerah yang bias ditonjolkan misalnya dari segi ekonomi, social
maupun budaya kawasan tersebut.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Elemen Perencanaan Kota Elemen Rancang Kota

Hamid shirvani (1985), mengklasifikasikan elemen urban design dalam


delapan kategori sebagai berikut :
1. Tata Guna Lahan ( Land Use)
Pada prinsipnya land use adalah pengaturan penggunaan lahan untuk
menentukan pilihan yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu,
sehingga secara umum dapat memberikan gambaran keseluruhan bagaimana
daerah pada suatu kawasan tersebut seharusnya berfungsi. Land
use bermanfaat untuk pengembangan sekaligus pengendalian investasi
pembangunan. Pada skala makro, land use lebih bersifat multifungsi / mixed
use.
Beberapa keuntungan dan kelemahan dalam penataan land
use menggunakan pendekatan fungsional adalah :
a) Menjamin keamanan dan kenyamanan atas dampak negatif karena
saling pengaruh antar zona.
b) Pengelompokan kegiatan, fungsi dan karakter tertentu pada tiap zona
yang terpisah mempermudah penataan dan perencanaan land use mikro
(horizontal maupun vertikal).
c) Memudahkan implementasi dan kontrol.
d) Terpisahnya masing-masing zona menjadikan jarak antar berbagai
kegiatan jauh, dibutuhkan sarana transportasi yang lebih memadai
untuk mengantisipasi terjadinya kepadatan lalu - lintas yang tinggi pada
jam-jam berangkat-pulang kerja.
e) Terjadi kesenjangan keramahan kawasan, memunculkan perbedaan
yang tinggi pada harga lahan.
f) Kepadatan zona tidak seimbang, pemanfaatan lahan tidak optimal.
2. Bentuk Dan Massa Bangunan (Building Form And Massing)
Bentuk dan masa bangunan tidak semata - mata ditentukan oleh ketinggian
atau besarnya bangunan, penampilan maupun konfigurasi dari masa
bangunannya, akan tetapi ditentukan juga oleh :
a) Besaran bangunan
b) Intensitas bangunan : bcr dan far.
c) Ketinggian bangunan.
d) Sempadan bangunan
e) Ragam - fasade
f) Skala
g) Material
h) Tekstur, dan
i) Warna

5
3. Sirkulasi dan Parkir (Circulation And Parking )
Selain kebutuhan ruang untuk bergerak, moda transport juga membutuhkan
tempat untuk berhenti (parkir).Kebutuhan parkir semakin meingkat terutama
di pusat-pusat kegiatan kota (CBD). Sarana pergerakan, atau sirkulasi,
merupakan media bagi manusia dalam melakukan kegiatan untuk memenuhi
kebutuhannya. Oleh karenanya, keberadaan sarana pergerakan pada suatu
ruang kota-jalur jalan dan system pergerakan tidak terlepas dari tata
bangunan dan ruang ruang terbuka, serta kondisi masyarakatnya.
Elemen sirkulasi dalam urban design merupakan alat yang sangat
menentukan struktur lingkungan urban, karena dapat membentuk,
mengarahkan dan mengontrol pola aktivitas dalam kota. Teknik
perancangannnya meliputi tiga prinsip utama:
1. Jalan harus menjadi elemen ruang terbuka visual yang positif
2. Jalan harus mampu memberikan orientasi kepada pengemudi dan
membuat lingkungan tersebut terbaca secara informatif.
3. Sektor publik dan privat harus membina hubungan untuk mencapai
sasaran ini.

6
A. Pola, Struktur dan Perlengkapan Jalan
a. Secara garis besar pola jaringan jalan terdiri dari Pola Papan Catur,
Radial, Lingkaran, dan Cul-desac

b. Struktur jalan terdiri dari :


1. Badan Jalan ( daerah sirkulasi kendaraan )
2. Bahu Jalan ( daerah sirkulasi pejalan kaki, tempat perlengkapan
jalan, utilitas dan penghijauan )

c. Perlengkapan jalan terdiri dari :


a) Penerangan jalan

7
b) Rambu lalu lintas
c) Halte
d) Telepon Umum
e) Bangku-bangku
f) Tanaman
g) Papan Reklame

B. Aspek Lalu Lintas


Kelancaran, keamanan dan kenyamanan suatu jalur jalan sangat
ditentukan oleh kondisi lalu lintas yang menyangkut :
a. Rambu rambu lain
b. Arah lalu lintas
c. Kecepatan lalu lintas
d. Kepadatan lalu lintas
e. Jenis moda angkutan
f. Kondisi jalan
g. Perparkiran
C. Perparkiran
Perparkiran merupakan unsur pendukung system sirkulasi kota, yang
menentukan hidup tidaknya suatu kawasan ( kawasan komersial,
kawasan pusat kota, dll ). Perencanaan tempat parkir menurut Irvine (
Shirvani, 1981 ), harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
4.Ruang Terbuka ( Open Space )
Ruang terbuka bisa menyangkut lansekap; elemen keras (hardscape yang
meliputi : jalan, trotoar dsb) serta elemen lunak (softscape) berupa taman dan
ruang rekreasi dikawasan kota. Elemen-elemen terbuka juga menyangkut
lapangan hijau, ruang hijau kota, pohon-pohonan, pagar, tanam-tanaman air,
penerangan, paving, kios-kios, tempat-tempat sampah, air minum, sculpture,
jam dsb.

8
5. Area Pedestrian( Pedestrian Area )
Sistem pedestrian yang baik akan mengurangi keterikatan terhadap
kendaraan dikawasan pusat kota, mempertinggi kualitas lingkungan melalui
sistem perancangan yang manusiawi, menciptakan kegiatan pedagang
kaki limayang lebih banyak dan akhirnya akan membantu kualitas udara di
kawasan tersebut.

6.Tanda-Tanda( Signage )
Tanda- tanda petunjuk jalan, arah kesuatu kawasan tertentu pada jalan tol
atau di jalan kawasan pusat kota semakin membuat semarak atmosfir
lingkungan kotatersebut. Peraturan yang mengatur tentang tanda-tanda
tersebut sebagian kota Indonesia masih belum sepenuhnya diatur hingga
pada masalah teknis. Akibatnya perkembangan papan-papan reklame
terutama, mengalami persaingan yang berlebihan,baik dalam penempatan
titik-titiknya, dimensi atau ukuran billboardnya, kecocokan bentuk, dan
pengaruh visual terhadap lingkungan kota.

7. Pendukung Kegiatan ( Activity Support )


Pendukung kegiatan adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan
yang mendukung ruang publik suatu kawasan kota. Bentuk, lokasi dan
karakter suatu kawasan yang memiliki ciri khusus akan berpengaruh terhadap

9
fungsi, penggunaan lahan dan kegiatan-kegiatannya. Pendukung kegiatan
tidak hanya menyediakan jalan, pedestrian atau plaza, tetapi juga harus
mempertimbangkan fungsi utama dan penggunaan elemen-elemen kota yang
dapat menggerakkan aktivitas, misalnya : pusat perbelanjaan, taman rekreasi,
pusat perkantoran, perpustakaan, area PKL, dsb.

8.Konservasi ( Concervation ) - Perlindungan


Konservasi suatu individual bangunan harus selalu dikaitkan dengan
keseluruhan kota. Konsep tentang konservasi kota memperhatikan aspek :
bangunan-bangunan tunggal, struktur dan gaya arsitektur, hal yang berkaitan
dengan kegunaan, umur bangunan atau kelayakan bangunan.

Beberapa kategori konservasi :


a. Preservasi ( Preservation ) - Pelestarian
b. Konservasi ( Concervation )
c. Rehabilitasi ( Rehabilitation )
d. Revitalisasi ( Revitalitation )
e. Peningkatan ( Improvement )

10
Selain ke 8 elemen rancang kota di atas, terdapat beberapa elemen lain yang
penting diperhatikan dalam perancangan kota. Kevin Lynchmenyatakan
bahwa image kota dibentuk oleh 5 elemen pembentuk wajah kota, yaitu:
1) Paths
Adalah suatu garis penghubung yang memungkinkan orang bergerak
dengan mudah. Paths berupa jalur, jalur pejalan kaki, kanal, rel kereta
api, dan yang lainnya.
2) Edges - Pembatas
Adalah elemen yang berupa jalur memanjang tetapi tidak
berupa paths yang merupakan batas antara 2 jenis fase kegiatan.
Edgesberupa dinding, pantai, hutan kota, dan lain-lain.
3) Districts - Kawasan
Districts hanya bisa dirasakan ketika orang memasukinya, atau bisa
dirasakan dari luar apabila memiliki kesan visual. Artinya districts bisa
dikenali karena adanya suatu karakteristik kegiatan dalam suatu
wilayah.
4) Nodes – Simpul – Pertemuan / simpang lalu-lintas
Adalah berupa titik dimana orang memiliki pilihan untuk
memasuki districts yang berbeda. Sebuah titik konsentrasi dimana
transportasi memecah, paths menyebar dan tempat mengumpulnya
karakter fisik.
5) Landmark – tetenger / tugu
Adalah titik pedoman obyek fisik. Berupa fisik natural yaitu gunung,
bukit dan fisik buatan seperti menara, gedung, sculpture,kubah dan lain-
lain sehingga orang bisa dengan mudah mengorientasikan diri di dalam
suatu kota atau kawasan.

11
Gambar Image kota

B. Figure Ground Theory


1. Pengertian Figure Ground Theory
Teori-teori figure ground merupakan sebuah hubungan tekstual antara bentuk
yang dibangun (Building Mass) dan ruang tebuka (Open Space). Analisis
Figure/Ground adalah alat yang sangat baik untuk mengidentifikasikan
sebuah tekstur dan pola-pola sebuah tata ruang perkotaan (Urban Fabric),
serta mengidentifikasikan masalah keteraturan massa/ruang perkotaan.
1. Pola Sebuah Tempat
Kemampuan untuk menentukan pola-pola mengenai ketepatan
(Constancy) dan perubahan (Change) dalam perancangan kota serta
membantu menentukan pedoman-pedoman dasar untuk menentukan
sebuah perancangan lingkungan kota yang konkret
2. Fungsi Pengaturan
Memahami lingkungan binaan, artinya, manusia selalu cenderung untuk
menggolongkan, mengatur, dan menghasilkan bagan-bagan kognitif
(berdasarkan pengalaman, pengetahuan, termasuk kesadaran mengenai
hal-hal dan hubungannya). Pemukiman-pemukiman, bangunann-
bangunan, dan pertamanan yang luas adalah hasil dari aktivitas semacam
itu

12
3. Sistem Pengaturan
Menganalisis pola-pola tekstur perkotaan dan menemukan perbedaan data
pada pola tersebut, akan didapatkan informasi yang menunjukan ciri khas
tatanan kawasan itu dan lingkungannya. Namun dalam kenyataannya,
yang sering terjadi ketika menganalisis suatu kawasan perkotaan adaah
kurang jelasnya pola di tempat tersebut. Oleh karena itu, di dalam kota
pola-pola kawasan secara tekstural yang mengekspresikan rupa kehidupan
dan kegiatan perkotaan secara arsitektural dapat diklasifikaskan dalam tiga
kelompok sebagai berikut :
a) Susunan kawasan bersifat homogen yang jelas, di mana ada hanya
satu pola penataan
b) Susunan kawasan yang bersifat heterogen, di mana dua (atau lebih)
pola berbenturan
c) Susunan kawasan yang bersifat menyebar dengan kecenderungan
kacau

2. Skala Dalam Figure Ground


a. Skala Makro: sebuah kawasan kota yang kecil dalam skala ini menjadi
tidak terlalu penting, karena gambar Figure/Ground secara makro besar
berfokus pada ciri khas tekstur dan masalah tekstur sebuah kota secara
keseluruhannya

Sumber : Perncangan Kota Secara Terpadu, Markus Zahnd

13
Gambar 1. Figure/Ground di dalam skala makro besar ( Figure/Ground kota
secara keseluruhan )

b. Skala Makro Kecil: Sebuah figure/ground kota dengan fokus pada satu
kawasan saja, berfokus pada ciri khas tekstur dan masalah tekstur sebuah
kawasan secara mendalam

Sumber : Perncangan Kota Secara Terpadu, Markus Zahnd


Gambar 2. Figure/Ground di dalam skala makro kecil ( Figure/Ground kawasan
secara mendalam)

3. Dua Pandangan Pokok Terhadap Pola Kota


a) Figure Yang Figuratif: pandangan pertama ini memperhatikan
konfigurasi figure atau dengan kata lain, konfigurasi massa atau blok yang
dilihat secara figuratif, artinya perhatian deberikan pada figure massanya.
b) Ground yang figuratif (mengutamakan konfigurasi ground (konfigurasi
ruang atau void). Artinya ruang atau void dilihat sebagai suatu bentuk
tersendiri. Konfigurasi ruang itu dianggap sebagai akibat kepadatan massa
bangunan yang meninggalkan beberapa daerah publik sebagai ground.
Ruang publik ini biasanya secara organis sering berkualitas sebagai bentuk
yang mampu meninggalkan identitas kawasannya.

4. Solid Dan Void Sebagai Elemen Perkotaan


Ada tiga elemen dasar yang bersifat solid serta empat elemen dasar yang
bersifat void

14
Blok tunggal karena bersifat agak
individual atau bagian dari satu unit
yang lebih besar, di mana elemen
tersebut sering memiliki sifat yang
penting (misalnya sebagai penentu
sudut, hirarki, atau penyambung).

blok yang mendefenisis sisi yang


dapat berfungsi sebagai pembatas
secara linear dari satu, dua , atau
tiga sisi.

Blok medan yang memiliki


bermacam-macam massa dan
bentuk, namun masing-masing tidak
dilihat sebagai individu-individu,
melainkan hanya dilihat
keseluruhan massanya secara
bersama.

Sumber : Perncangan Kota Secara Terpadu, Markus Zahnd


Gambar 3. Tiga Elemen Dasar Yang Bersifat Solid

15
Sumber : Perncangan Kota Secara Terpadu, Markus Zahnd
Gambar 4. Empat Elemen Dasar Yang Bersifat Void

Elemen sistem tertutup linear memperhatikan ruang yang ersifat linear, tetapi
kesannya tertutup, yang sering dijumpai di kota. Elemen sistem tertutup yang
memiliki pola ruang yang berkesan terfokus dan tertutup. Ruang tersebut
dapat diamati pada skala besar (misalnya di pusat kota) maupun di berbagai
kawasan (didalam kampung dan lain-lain). Elemen sistem terbuka sentral ada
di kota, di mana kesan ruang bersifat terbuka namun masih tampak terfokus.
Elemen terbuka kadang-kadang juga diberikan istilah Soft-Space, sedangkan
ruang tertutup dinamakan Hard-Space.

5. Penataan Kawasan Yang Baik


Penataan kawasan yang baik akan tercapai lebih baik kalau massa dan ruang
dihubungkan dan disatukan sebagai suatu kelompok yang mampu
menghasilkan beberapa pola dan dimensi unit perkotaan sebagai berikut :
1. Grid
2. Angular

16
3. Kurvilinear
4. Radial konsentris
5. Aksial
6. Organis

Sumber : Perancangan Kota Secara Terpadu, Markus Zahnd


Gambar 5. Pola Massa Bangunan (Solid) Dan Ruang Terbuka (Void)

C. Teori Linkage

Linkage artinya berupa suatu elemen yang menghubungkan antara elemen yang
satu dengan yang lain, nodes yang satu dengan nodes yang lain, atau distrik
yang satu dengan yang lain. Garis ini bisa berbentuk jaringan jalan, jalur
pedestrian, ruang terbuka yang berbentuk segaris dan
sebagainya. Teorilinkage melibatkan pengorganisasian garis penghubung yang
menghubungkan bagian-bagian kota dan disain “spatial datum” dari garis
bangunan kepada ruang. Spatial datum dapat berupa: site line, arah
pergerakan, aksis, maupun tepian bangunan (building edge). Yang secara
bersama-sama membentuk suatu sistem linkage dalam sebuah lingkungan
spasial. Sebuah linkage perkotaan dapat diamati dengan cara dan pendekatan
yang berbeda, terdapat 3 pendekatan linkage perkotaan:
1. Linkage yang visual,
2. Linkage yang struktural,
3. Linkage bentuk yang kolektif

a. Linkage Visual
Dalam linkage yang visual dua atau lebih fragmen kota dihubungkan menjadi
satu kesatuan yang secara visual, mampu menyatukan daerah kota dalam

17
berbagai skala. Pada dasarnya ada 2 pokok perbedaan antara linkage visual,
yaitu yang menghubungkan dua daerah secara netral serta yang
menghubungkan dua daerah, dengan mengutamakan satu daerah

Lima elemen linkage visual, merupakan elemen yang memiliki ciri khas dan
suasana tertentu yang mampung menghasilkan hubungan secara visual, terdiri
dari:
1. Garis : menghubungkan secara langsung dua tempat dengan satu deretan
massa (bangunan atau pohon).
2. Koridor: dibentuk oleh dua deretan massa (bangunan atau pohon) yang
membentuk sebuah ruang.
3. Sisi : menghubungkan dua kawasan dengan satu massa. Mirip dengan
elemen garus namun sisi bersifat tidak langsung.
4. Sumbu : mirip dengan elemen koridor , namun dalam
menghubungkan dua daerah lebih mengutamakan salah satu daerah saja.
5. Irama : menghubungkan dua tempat dengan variasi massa dan ruang

Contoh Penerapan Linkage


La Rambla – Barcelona,
merupakan koridor yang
menghubungkan pusat
kota dengan laut (patung
Columbus). Dibentuk dari
deretan bangunan serta
deretan pohon
sebagai linkage visual
kota.

18
Gambar diatas merupakan gambar dari Las Vegas, yang memiliki linkage
penghubung yang bersifat kaitan saja (netral). Hal ini banyak kita jumpai di
kota-kota Italia, Amsterdam, Washington, Jaipur, Yogyakarta.

Gambar diatas merupakan gambar dari Arc De Triumph –


Paris, linkageyang bersifat fokus untuk memusatkan suatu kawasan, serta
memiliki fungsi dan arti khusus dalam kota karena bersifat dominan dan
menonjol daripada lingkungannya.

b. Linkage Struktur
Menggabungkan dua atau lebih bentuk struktur kota menjadi satu kesatuan
tatanan. Menyatukan kawasan kawasan kota melalui bentuk jaringan struktural
yang lebih dikenal dengan sistem kolase (collage). Tidak setiap kawasan
memiliki arti struktural yang sama dalam kota, sehingga
caramenghubungkannya secara hierarkis juga dapat berbeda.

Fungsi Linkage struktural di dalam kota adalah sebagai stabilisator dan


koordinator di dalam lingkungannya, karena setiap kolase perlu diberikan
stabilitas tertentu serta distabilkan lingkungannya dengan suatu struktur,
bentuk, wujud, atau fungsi yang memberikan susunan tertentu didalam
prioritas penataan kawasan.

19
Ada tiga elemen linkage struktural yang mencapai hubungan secara
arsitektural, yaitu:
a. Tambahan: melanjutkan pola pembangunan yang sudah ada sebelumnya.
b. Sambungan: memperkenalkan pola baru pada lingkungan kawasan.
c. Tembusan: terdapat dua atau lebih pola yang sudah ada di sekitarnya dan
akan disatukan sebagai pola-pola yang sekaligus menembusdidalam suatu
kawasan

Contoh Penerapan Linkage

Gambar diatas merupakan gambar dari kota Manhattan – New York, dimana kita
dapat melihat sistem grid yang sangat kuat dalam penataannya. Namun
secara struktural kawasan ini kurang jelas sehingga menyebabkan orang merasa
tersesat tanpa adanya hierarki yang memberikan stabilitasdengan menghubungkan
kawasan satu dengan lainnya.

20
Market Street – San Francisco adalah merupakan sebuah jalan yang berfungsi
sebagai linkage struktural. Dimana jalan ini mampu sebagai penghubung yang
memadukan antara dua tipe grid yang berbeda, mampu sebagai stabilisator atau
penyeimbangan untuk membentuk sebuah struktur lingkungan.

c. Linkage Sebagai Bentuk Kolektif.


Teori linkage memperhatikan susunan dari hubungan bagian-bagian kota satu
dengan lainnya. Dalam teori linkage, sirkulasi merupakan penekanan pada
hubungan pergerakan yang merupakan kontribusi yang sangat
penting. Linkage memperhatikan dan mempertegaskan hubungan-hubungan dan
pergerakan-pergerakan (dinamika) sebuah tata ruang perkotaan (urban fabric)

Menurut Fumuhiko Maki, Linkage adalah semacam perekat kota yang sederhana,
suatu bentuk upaya untuk mempersatukan seluruh tingkatan kegiatan yang
menghasilkan bentuk fisik suatu kota. Teori ini terbagi menjadi 3 tipe linkage
urban space yaitu:
a. Compositional form: bentuk ini tercipta dari bangunan yang berdiri sendiri
secara 2 dimensi. Dalam tipe ini hubungan ruang jelas walaupun
tidak secara langsung.
b. Mega form: susunan-susunan yang dihubungkan ke sebuah kerangka
berbentuk garis lurus dan hirarkis.
c. Group form: bentuk ini berupa akumulasi tambahan struktur pada
sepanjang ruang terbuka. Kota-kota tua dan bersejarah serta daerah
pedesaan menerapkan pola ini.

21
Contoh Penerapan Linkage

Gambar diatas adalah gambar super blok karya Le Corbusier, yang merupakan
contoh dari compositional form, dimana bangunan yang ada
menciptakan linkage sebuah ruang berdasarkan susunan secara 2 dimensi. Hal ini
juga banyak ditemukan pada kota Chandigard – India, yang merupakan kawasan
yang dirancang oleh Le Corbusier.

Gambar diatas merupakan gambar kota New – Brasilia, yang merupakan contoh
dari mega form. Menghubungkan struktur-struktur seperti bingkai yang linier atau

22
sebagai grid. Adanya penghubung berupa garis lengkung (warna ungu) yang
menghubungkan kota secara makro.

Gambar diatas adalah gambar kawasan Bern – Swiss, yang merupakan contoh dari
group form pada sepanjang ruang terbuka berupa garden dan sungai. Bern adalah
ibu kota dari swiss ini merupakan kota tua dan bersejarah di swiss. Kota historis
Bern adalah sebuah warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO mulai tahun
1983

23
III. GAMBARAN KAWASAN TERPILIH

A. Hasil
3.1 Sejarah Kawasan
Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota, sekaligus ibu kota
provinsi Lampung, Indonesia. Secara geografis, kota ini menjadi pintu
gerbang utama pulau Sumatera, tepatnya kurang lebih 165 km sebelah barat
laut Jakarta, memiliki andil penting dalam jalur transportasi darat dan
aktivitas pendistribusian logistik dari Jawamenuju Sumatera maupun
sebaliknya.
Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah daratan 169,21 km² yang
terbagi ke dalam 20 Kecamatan dan 126 Kelurahan dengan populasi
penduduk 891.374 jiwa (berdasarkan sensus 2010), kepadatan penduduk
sekitar 5.304 jiwa/km² dan diproyeksikan pertumbuhan penduduk mencapai
2,4 juta jiwa pada tahun 2030. Saat ini kota Bandar Lampung merupakan
pusat jasa dan perdagangan serta perekonomian di provinsi Lampung.
Berikut ini adalah daftar kecamatan yang ada di lingkungan kota Bandar
Lampung yang mungkin bermanfaat bagi anda. Ada 20 jumlah kecamatan
dilingkungan kota Bandar Lampung.
1. Kecamatan Teluk Betung Utara
2. Kecamatan Teluk Betung Barat
3. Kecamatan Teluk Betung Selatan
4. Kecamatan Teluk Betung Timur
5. Kecamatan Tanjung Karang Barat
6. Kecamatan Tanjung Karang Pusat
7. Kecamatan Tanjung Karang Timur
8. Kecamatan Tanjung Senang
9. Kecamatan Bumi Waras
10. Kecamatan Enggal
11. Kecamatan Kedamaian
12. Kecamatan Kedaton
13. Kecamatan Kemiling
14. Kecamatan Labuhan Ratu
15. Kecamatan Langkapura
16. Kecamatan Panjang
17. Kecamatan Rajabasa

24
18. Kecamatan Sukabumi
19. Kecamatan Sukarame
20. Kecamatan Way Halim
Pahoman berada dikecamatan enggal yang asal muasalnya dari nama
seorang bapak yang bernama Pak Hoffman . Menurut cerita turun-temurun,
kawasan ini mulanya tidak bernama (noname). Kemudian masyarakat saat itu,
yang notabene keturunan Banten, jika hendak ke daerah sekitar ini cukup
menyebut dekat (rumah) Pak Hoffman.
Misalnya, kata Hazairin, apabila ada yang bertanya tujuannya hendak ke
kawasan ini maka orang itu akan menyebut rumah Pak Hoffman. Akhirnya,
lama-kelamaan lantaran kebiasaan menjadi nama kawasan.
3.2 Data Umum Kawasan

Pahoman adalah kelurahan yang berada di kecamatan Enggal, Kota Bandar


Lampung, Lampung, Indonesia. Sebelum Kecamatan Enggal dibentuk,
kelurahan ini berada di kecamatan Teluk Betung Utara. Kecamatan
Telukbetung Utara (Kelurahan Kupang Kota, Gunung Mas, Kupang Teba)
1. Pusat Pemerintahan
2. Perdagangan grosir
3. Pariwisata pantai
4. Jasa umum
5. Perumahan
6. Industri Kecil Konservasi 63 Kupang Raya,
Pahoman, Sumur Batu dan Gulak Galik).

25
Kelurahan / Desa Pahoman

Kecamatan Enggal
Kabupaten / Kota Kota Bandar Lampung

Provinsi Lampung

Kode Pos 35213

3.3 Data-Data Survey Lapangan


Terdapat 21 RT yang berada dilingkungan Pahoman, hanya beberapa RT yang
dapat di survey sebagai berikut:
1. RT 01. Lingkungan 2. Nomor 78 dengan ketua RT Pak Jamal
2. RT 02: dengan ketua RT Pak Ubaidillah, yang mana terdapat 120 kk.
3. RT 03: dengan ketua RT Pak Yudi
4. RT 04: dengan ketua RT Pak Masnur.
5. RT 05: dengan ketua RT Pak Nawi
6. RT 06: dengan ketua RT Pak Upi
7. RT 07: dengan ketua RT Pak Kusmadi
8. RT 08: dengan ketua RT Pak Efendi.
9. RT 09: dengan ketua RT Pak Sutiono
10. RT 10: dengan ketua RT Pak Rido
11. RT 11: dengan ketua RT Pak Iwan
12. RT 12: dengan ketua RT Pak Kurniawan

RT 01
RT 01 dengan ketua RT Pak Jamal

Wawancara dengan Pak Jamal

26
a. Potensi kawasan RT 01 terdapat fasilitas umum serta masih aktif kegiatan
masyarakat seperti kegiatan penjagaan kawasan yaitu pos kamling. Setiap
malam jumat minimal 2 orang menjaga. Selain pos kamling juga terdapat
kegiatan ibu-ibu seperti pengajian.

b. Terdapat pos kesehatan masyarakat:

c. Terdapat program kotaku, dengan adanya poster di sekitar wilayah.


Program kotaku tidak terealisasi secara merata, hanya terealisasi pada
tahun 2012 dengan perbaikan jalan. Namun belum ada perbaikan jalan
hingga sekarang. Kawasan ini dengan 103 kartu keluarga per RT.

27
Keadaan jalan:

Keadaan perumahan yang saling menempel satu sama lain dengan fasiltas
jamban yang tidak memadai yang mana kekurangan sekitar 15 jamban.
Pekerjaan warga mayoritas buruh bangunan. Perekonomiannya masih
standar kebawah.

Keadaan wc yang tidak tertata yang berada disekitar perusahaan tahu.

Keadaan drainase di RT 01:

28
RT 02
Rt 02. Dengan ketua RT Pak Ubaidillah yang terdapat 120 kartu keluarga.
Dengan permasalahan yang sama dengan di RT 1.
Permasalhan jalan

Permasalahan penyebaran bangunan yang menyesuaikan kontur lahan.

29
Terdapat Poskamling pendukung yang mendukung RT:

Terdapat Masjid:

30
IV. ANALISIS KAWASAN TERPILIH

3.4 Pembahasan Urban Design

1. Potensi Kawasan Terpilih Yang Terdapat Di Keluarahan Pahoman

Potensi kawasan tersebut yaitu berada di tengah kota, yang mempermudah


masyarakat untuk mengakses area tersebut dengan mudah. Pada area tersebut
juga merupakan area strategis, yang cocok untuk di gunakan sebagai area
komersil, area sport, area pemerintahan, area pendidikan. Ada beberapa area
yang memang kurang memungkinkan, atau tidak semua area pahoman
merupakan tempat elit atau tempat masyarakat yang di atas rata rata mampu.
Akan tetapi ada di beberapa RT yang memang masyarakatnya kurang
mampu. Seperti adanya di RT 01 dan RT 02. Ada beberapa rumah warga
yang tidak memiliki jamban, yaitu sekitar 15 KK.

2. Urban design dari kawasan pahoman adalah sebegai berikut :

a. Tata Guna Lahan ( Land Use)


Di daerah pahoman terdapat mixed land use antara lain seperti perkantoran,
perdagangan dan permukiman kepadatan tinggi. Untuk daerah perdagangan
terdapat di sepanjang Jl. Jendral Sudirman yaitu berupa ruko – ruko bangunan
yang berada di sisi jalan dan juga terdapat banyak Rumah Makan yang ada di
area tersebut, dan juga pada sport area terdapat pedagang kaki lima yang
berjualan. Lahan perkantoran juga terdapat di Jl. Gatot Subroto dan juga di Jl.
Dr. Susilo seperti kantor pemerintahan, Dinas Kesehatan dan juga LPMP, di
Jl. Way Sekampung juga terdapat kantor Graphari Telkomsel. Kemudian
untuk permukiman kepadatan tinggi terdapat di Jl. Way Sekampung, dan juga
terdapat perumahan elit di Jl. Nusa Indah.
Contoh fasilitas :
Nuwo Sesat Rumah Warga

31
Dinas Kesehatan PT. Pertamina Rumah Warga

Nuwo Ketua Kantor Pos Balance studio

Tunas Mekar Indonesia GSG khua jukhai Restoran

Rumah warga BRI Korpri

Kantor Sdn 2 Rawalaut Gereja

Rumah warga Badan pusat statistik Rumah warga

Perkantoran Café Café Wiseman

32
Masjid Hostel Dekarnasda

b. Bentuk dan Massa Bangunan ( Building Form and Massing )

Bentuk massa bangunan yang ada di daerah pahoman mayoritas berbentuk


kotak dan bentuk atap dominan limasan, seperti di Jl. Jendral Sudirman
terdapat ruko-ruko di sisi jalan yang bentuknya sangat monoton dan memilik
atap datar/ Dak. Tetapi di sport area dan juga di daerah perumahan bentuk
bangunan seperti bangunan lama yang memiliki atap limasan dan juga ada
beberapa yang memiliki atap datar/ Dak. Untuk ketinggian bangunan yang ada
di daerah pahoman tersebut rata rata tidak terlalu tinggi kecuali seperti
bangunan komersil seperti hotel dan Rumah sakit. GSB jarak bangunan
terhadap jalan relatif terlalu dekat dikarenakan minimnya lahan dan tinggi nya
harga jual pada daerah pahoman.

Langgam
terdapat di gedung pemerintahan dan Masjid Al- Muslimin

Skala
Pada kawasan pahoman bangunan yang ada di sana ter proporsi dan rata – rata
pada ketinggian yang sama.
Material

33
Material yang dipakai dalam perancangan pada bangunan- bangunan yag
terdapat di daerah pahoman seperti beton, kayu, baja ringan, bamboo dan juga
batu bata.
Warna
Keberagaman warna bangunan yang terdapat di area pahoman mayoritas
berwarna monokrom seperti hitam, putih dan coklat.

c. Sirkulasi Dan Parkir

34
 Pola, pola sirkulasi pada area perumahan menggunakan system
grid/papan catur, kemudian pada sport area menggunakan sistem
sirkulasi melingkar dan pada Jl. Jendral Sudirman juga menggunakan
sirkulasi Lingkaran.
 Struktur jalan
Badan jalan, yaitu untuk sirkulasi kendaraan terdapat di Jl. Jendral
Sudirman dan Jl. Gatot Subroto, Jl. Dr. Susilo
Bahu jalan, untuk sirkulasi pejalan kaki dan penghijauan terdapat di Jl.
Ir. H. Juanda yang berlokasi di sport area.
 Perlengkapan jalan yang ada di daerah pahoman seperti :
- Penerangan jalan(perbatasan Pahoman dan Rawalaut), terletak
didepan SD N 2 Rawalaut

- Rambu Lalu Lintas

- Tanaman

Salah satu contoh letak vegetasi yang terletak didepan gedung


golkar dan Dinas Kesehatan
- Papan Reklame

35
Aspek Lalu Lintas
Kondisi lalu lintas pada daerah pahoman :
- Rambu rambu lain, terdapat signed pada jalan- jalan utama antara lain
Jl. Jendral Sudirman dan Jl. Gatot Subroto
- Arah lalu lintas pada daerah pahoman adalah linier.
- Kecepatan lalu lintas untuk di Jl. Jendral Sudirman yaitu sedang
karena di area tsb terdapat sekolahan yang berada di sisi jalan, namun
pada Jl. Gatot Subroto kecepatan lalu lintas relative cepat dikarenakan
jalanan yang cukup lebar dan juga jalan tersebut menjadi akses menuju
jalan protokol, tetapi pada Jl. Ir. H. Juanda/pada sport area kecepatan
lalu lintas menjadi rendah dikarenakan jalanan yang cukup sempit dan
tedapat area pendidikan seperti sekolahan dan juga banyak nya
pedagang kaki lima yang berjualan di pinggir jalan.
- Kepadatan lalu lintas di area pahoman lumayan padat, dikarenakan
banyak aktifitas yang dilakukan di daerah tersebut seperti sekolah,
sport area dan juga banyak area komersil yang banyak dikunjungi.
- Jenis moda angkutan yang sering digunakan pada area pahoman seperti
angkutan umum, ojek online, taksi, sepeda motor dan juga mobil
pribadi
- Kondisi jalan pada daerah lampu merah di Jl. Jendra Sudirman sangat
padat, dan juga pada area sekolahan dan area stadion sangat ramai dan
padat apabila sore dikarenakan anak pulang sekolah dan orang yang
berolah raga sehingga membuat kemacetan pada area tersebut.
- Perparkiran pada area pahoman terdapat di stadion pahoman, dan juga
terdapat urban edge parking di bagian sisi Jl. Ir. H. Juanda dan juga
terdapat di depan sekolah xaverius dan SD Teladan.

36
Namun untuk parkiran di beberapa bangunan komersil cukup tertata
dikarenakan dibagian depan bangunan terdapat parkiran untuk masing-
masing lahan komersil.

d. Ruang terbuka ( Open Space )


Ruang terbuka (open space) selalu menyangkut lanskap.
Elemen lansekap terdiri dari
- elemen keras (hardscape seperti : kolam renang pahoman.

- elemen lunak (softscape) berupa tanaman dan air. Ruang terbuka : stadion
pahoman

- Dalam perencanan open space akan senantiasa terkait dengan perabot


taman / jalan (street furniture). Street furniture banyak terdapat di area
pendidikan dan sport area seperti lampu jalan, tempat sampah, papan
nama, bangku taman dan sebagainya.

-
e. Area Pedestrian

Pada daerah Pahoman yang menggunakan area pedestrian adalah Jl.


sudirman, area sekeliling stadion, dan pada jalan besar. Namun, pada area

37
permukiman biasa atau perumahan tidak ada menggunakan pedestrian.
Pedestrian pada daerah Pahoman mudah diakses namun tidak bisa dipakai
untuk yang disabilitas karena bahan materialnya menggunakan keramik
jadi tidak ada teksturnya. Beberapa area pedestrian masih memiliki
penerangan cukup baik dan masih adanya disediakan tempat sampah juga.
Namun, belum adanya street furniture dan sitting place.

salah satu perumahan yang tidak ada pedestriannya


f. Signage

Letak signage cukup aman tidak mengganggu rambu lalu lintas. Di daerah
Pahoman yang menggunakan signage dominan pada area jalan raya
(dipinggirnya), sedangkan pada area perumahan hampIr tidak ada signage
sama sekali. Signage lumayan banyak ditemui ada jalan utama Jend.
Sudirman, Jl. Gatot Subroto, pada Jl. Dr.Susilo hanya sedikit signage yang
digunakan. Untuk papan reklame sendiri peletakannya di bahu – bahu
jalan sehingga tidak mengganggu arus lalu lintas. Peletakan signage juga
tidak mengganggu pandangan para pengguna jalan (sudah cukup sesuai
standard).

38
Signage-signage yang berada di Jl.Sudirman dan Jl.Gatot Subroto
g. Pendukung Kegiatan

Pada daerah Pahoman terdapat fasilitas pendukung kegiatan seperti


flyover, hotel, galeri, pombensin, tempat ibadah, GSG, kantor pos, klinik,
rumah sakit, café, dan kantor RRI. Pada fasilitas pendukung kegiatan ini
masih ada koordinasi kegiatan dengan lingkungan binaan yang
dirancang.

Contoh fasilitas pendukung kegiatan: flyover, gereja, kantor pos.

39
Rumah sakit, pombensin, dan masjid

h. Konservasi

Di daerah Pahoman sendiri hanya sedikit bangunan yang mengalami


konsevarsi seperti Nuwosesat. Nuwosesat ini mengalami rekonstruksi, jadi
mengembalikan fisik bangunan sesui dengan bentuk aslinya dengan
menggunakan bahan lama atau dengan bahan baru dengan semirip
mungkin dengan bentuk aslinya. Selain itu, yang mengalami konservasi
lagi ada Tapis Gallery. Bangunan ini mengalami rehabilitasi, jadi
mengembalikan fisik bangunan seperti bentuk asinya dengan membuang
elemen tambahan dan menggantinya dengan elemen asli yang telah hilang
tanpa menambah elemen baru.

40
V. REDESAIN KAWASAN

A. Latar belakang Re- Design


Daerah kelurahan pahoman, sebagian besar sudah tertata dengan pola grid
serta di lengkapi dengan fasilitas penunjang, sehingga kami menekankan
untuk mere- disain bagian pahoman daerah bagian bawah, yaitu terkhususkan
pada RT01 dan RT02. Pada bagian “atas” kelurahan pahoman yaitu pada RT
03 – RT 21, kami tidak menitik beratkan pada area tersebut karena bagian
atas kelurahan pahoma, telah memenuhi kriteria dalam segi kelengkapan
fasilitas penunjang.

B. Tahapan Re –Design
Kawasan yang akan di re disain, hanya terdapat permukiman tanpa ada
fasilitas penunjang, dan banyak potensi potensi yang bisa realisasikan, seperti
pada lahan hijau di area pahoman bagian bawah.
Pengemlompokan fasilitas yang di butuhkan pada kawasan yang akan di re
disain :
1. Tempat ibadah

2. Area olahraga

3. Area komersil
4. Perbaikan Jalan

5. Fasilitas pendukung pada area re – disain

6. Pembangunan RTH

42
Kesimpulan dan saran

Pada kelurahan pahoman, alangkah lebih baiknya apabila fasilitas


pembangunan wilayahnya tersusun dengan rata, tidak hanya menonjolkan
kawasan utama yaitu pada area stadion pahoman saja, tetapi juga
memperhatikan wilayah pinggir bagian kelurahan yang kurang diperhatikan
oleh pemerintah, padahal sudah diadakan program “kotaku”, yang tidak
terealisasikan sampai sekarang. Menurut narasumber (ketua RT01 kelurahan
pahoman, Pak Jamal) pada kenyataannya, program kotaku, terakhir
terealisasikan pada tahun 2016 silam,banyak potensi yang dapat dikembangkan
pada wilayah tersebut, salah satu contohnya yaitu area perbukitan yang apabila
di kembangkan dapat berpengaruh besar kepada kawasan pahoman khususnya
RT01 dan RT02, tidak hanya berpengaruh pada potensi wilayahnya yang akan
di re disain akan tetapi, berpengaruh juga pada masyarakatnya, karena
masyarakat wilayah pahoman sangat berpotensi besar untuk membangun
wilayah pahoman menjadi kawasan yang lebih baik,

43
Daftar Pustaka

https://www.teraslampung.com/pak-hoffman-menjadi-pahoman/(diakses tanggal
28 November 2018)

http://digilib.unila.ac.id/3516/17/BAB%20IV.pdf(diakses tanggal 28 November


2018)

http://fajarlampung.blogspot.com/2017/02/daftar-kecamatan-di-kota-bandar-
lampung.html (diakses tanggal 28 November 2018)

Anda mungkin juga menyukai