3. Jumlah Klpk 15 20
Kelompok
Perempuan yang
memiliki usaha
VISI :
“TERWUJUDNYA KABUPATEN SIGI YANG MAJU, MANDIRI BERBASIS
EKONOMI KERAKYATAN”
VISI :
“TERWUJUDNYA KABUPATEN SIGI YANG MAJU, MANDIRI BERBASIS
EKONOMI KERAKYATAN”
Misi 3 : Penegakan Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola, Penegakan Supremasi Hukum dan HAM
Kondisi Target
Kinerja Kinerja
Indikator pada pada
No Tujuan Sasaran Indikator Kinerja Satuan
Tujuan Awal akhir
RPJMD RPJMD
2016 2021
1 Meningkatkan 1 Survey 1 Meningkatny 1 Persentase % 58,36 68,36
kualitas kepuasan a kualitas Aparatur yang
pengelolaan masyarakat SDM berkualifikasi
kelembagaan (SKM) Aparatur minimal S1
sesuai
kebutuhan
2 Persentase 2 Persentase % 55,43 100
layanan Aparatur yang
publik lulus Diklat
dengan hasil Struktural dan
SKM minimal Fungsional
75
3 Persentase % 70 100
sumberdaya
aparatur OPD
dalam
menerapkan
hasil
bimtek/pelatih
an/workshop/
lokakarya
2 Persentase
keuangan dan % 100 100
aset
2 Jumlah OPD 29 48
Evaluasi
kelembagaan
OPD
berdasarkan
peraturan
VISI :
“TERWUJUDNYA KABUPATEN SIGI YANG MAJU, MANDIRI BERBASIS
EKONOMI KERAKYATAN”
Misi 4 : Meningkatkan Kualitas Ketertiban, Keamanan Dan Harmoni Sosial
Kondisi Target
Kinerja Kinerja
Indikator pada pada
No Tujuan Sasaran Indikator Kinerja Satuan
Tujuan Awal akhir
RPJMD RPJMD
2016 2021
1. Meningkatkan 1 Persentase 1 Meningkatny 1 Jumlah konflik Konflik 2 0
pemeliharaan kasus konflik a Kantibmas yang
Kantibmas dan yang dan diselesaikan
penegakan diselesaikan Penegakan
PERDA PERDA
2 Pesentase 2 Jumlah Kasus 4 2
penurunan penurunan
kasus kasus
pelanggaran pelanggaran
PERDA PERDA
b. SIGI RELIGI
Sigi Religi merupakan terjemahan dari RPJMD yang
diamanatkan dalam misi III yakni Penegakan reformasi birokrasi dan
tata kelola, serta supremasi hukum dan HAM dan misi IV yakni
meningkatkan kualitas ketertiban, keamanan dan harmoni sosial.
Sigi Religi dilatarbelakangi oleh terjadinya konflik-konflik sosial
semakin tinggi jumlahnya, dan kekerasan yang dihadirkan telah
melampaui batas akal sehat, bahkan di beberapa tempat tidak
manusiawi. Rentetan konflik antarkomunitas dan antara sesama
komunitas “orang Sigi” yang terjadi di Kabupaten Sigi merupakan bukti
konkret semakin lemahnya ikatan sosial dan fundasi kehidupan
bermasyarakat di daerah tercinta ini. Konflik yang terlanjur
berlangsung di sejumlah wilayah dalam Kabupaten Sigi, tidak terlepas
dari pengaruh-pengaruh buruk dari berbagai penjuru dunia, nasional,
pun regional.
Nilai-nilai luhur yang arif dengan basis agama-adat-budaya
milik “orang Sigi” masih ada dan hidup di dalam sistem kesadaran,
meski harus diakui tidak menjadi alas atas dasar sikap tindak