Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH GEOGRAFI POLITIK

Jumlah Penduduk Indonesia,

Beban atau Sumberdaya?

1. Pendahuluan

Penduduk merupakan elemen penting dalam sebuah Negara, sebab tidak dapat
dipungkiri peran aktif penduduk dalan menjalankan pemerintahan di suatu Negara memiliki
andil yang sangat besar. Selain, sebagai penggerak aktif dalam suatu Negara, penduduk
juga akan menentukan arah pemerintahan sebuah Negara. Penduduk sangat berpengaruh
terhadap perkembangan yang dijalani oleh Negara itu sendiri. Negara tidak akan terbentuk
tanpa adanya penduduk. Sebagai suatu potensi dan kekuatan, penduduk akan menempati
urutan ke-2 setelah wilayah, sebab pada pada hakikatnya unsur utama dalam Negara adalah
wilayah dan penduduk.

Berdasarkan estimasi yang diterbitkan oleh Biro Sensus Amerika Serikat, penduduk
dunia mencapai 6,5 milyar jiwa pada tanggal 26 Februari 2006 pukul 07.16 WIB. Pada
tanggal 19 Oktober 2012 pukul 03.36 WIB, jumlah penduduk dunia akan mencapai 7 milyar
jiwa. Menurut badan yang sama, jumlah penduduk Indonesia pada sensus tahun 2005
menempati peringkat ke-4 dunia dengan jumlah penduduk 241.973.879 jiwa.jumlah itu
merupakan sebuah angka yang sangat fantastis untuk sebuah Negara seperti Indonesia yang
memiliki wilayah perairan lebih besar dibandingkan wilayah daratannya. Hal ini bisa
menjadi sebuah beban bila dalam manajemen kependudukan kaitannya dengan sumberdaya
tidak menemukan solusi yang tepat terhadap permasalahan penduduk, sedangkan bila
dalam perjalanannya terdapat keseimbangan terhadap jumlah penduduk dan kualitas
penduduknya juga menemukan formula yang tepat untuk mengatasi permasalahan
penduduk yang ada, maka bisa jadi jumlah penduduk yang besar itu menjadi sumberdaya
yang potensial untuk meningkatkan kemajuan suatu Negara.

2. Laju Pertumbuhan Penduduk


Setelah perang dunia berakhir ditahun 1945, penduduk dunia terus berkembang
dengan pesat. Berbagai penyakit, peperangan yang muncul sesudah PD 2, bencana alam
dan program KB yang dicanangkan dibeberapa Negara tidak mampu menahan laju
pertumbuhan penduduk dunia. Menurut situs GeoHive pada tahun 1950 jumlah penduduk
dunia kurang lebih 2,5 milyar jiwa. Tahun 2008 ini telah mencapai 6,7 milyar jiwa dan
diperkirakan tahun 2012 nanti akan menembus angka 7 milyar jiwa. Menurut perkiraan
GeoHive tahun 2050 nanti penduduk dunia akan mencapai 9,5 milyar jiwa.

Populasi penduduk dunia pada tahun 1950 dan tahun 2008 menurut situs GeoHive
adalah seperti pada rincian dibawah ini:

Populasi tahun 1950

China 562,579,779

USA 152,271,000

Russia 101,936,816

Japan 83,805,000

World 2,555,948,654

Populasi tahun 2008

1. China 1,333,207,572

2. India 1,154,845,005

3. USA 304,838,948

4. Indonesia 238,567,492

5. Brazil 197,254,181

World 6,736,383,012
Populasi sekarang adalah sekitar empat kali lipat dari populasi pada 1900. Jumlah
tersebut lebih dari 3,5 kali lipat populasi pada awal abad ke-20 dan sekitar dua kali lipat
jumlah penduduk dunia pada 1960. Meskipun ini adalah nilai perkiraan, tapi kecenderungan
pertumbuhan penduduk dunia diperoleh berdasarkan data data yang mendukukung.
Laporan yang dikeluarkan lembaga tersebut pada Maret 2004 menyebutkan jumlah populasi
penduduk dunia telah mencapai angka 6 miliar jiwa. Saat ini, rata-rata terjadinya kelahiran
adalah 4,4 orang setiap detik. Pertambahan tercepat terjadi saat kenaikan dari angka 5
miliar ke 6 miliar yang hanya membutuhkan waktu sekitar 12 tahun. Penyebab utamanya
adalah selisih angka kelahiran dan kematian yang sangat tinggi di berbagai negara.

"Apa yang perlu mendapat perhatian, bukanlah sekedar perbedaan tingkat


pertumbuhan di masing-masing negara, namun perbedaan hal yang berhubungan dengan
kecenderungan ini, yaitu standar hidup, kesehatan, dan prospek ekonomi," kata Mary Kent,
salah satu penulis laporan berjudul Global Demographic Divide dari Biro Referensi Populasi
yang diterbitkan Januari 2006. Kent yang juga editor Population Bulletin bersama Carl
Haub, seorang ahli demografi senior di Biro Referensi Populasi melaporkan adanya
penurunan jumlah populasi di Eropa. Sebaliknya, tetap terjadi pertumbuhan jumlah
penduduk di negara-negara berkembang.

Angka kesuburan yang menurun secara drastis selama abad ke-20 terjadi bersamaan
dengan meningkatkan kualitas kesehatan, perencanaan keluarga yang lebih baik,
pertumbuhan ekonomi, dan urbanisasi. Namun, kedua tren penurunan dan pertumbuhan
penduduk di masing-masing negara sama-sama terjadi.

Faktanya, laju pertumbuhan penduduk secara global semakin meningkat selama 50


tahun terakhir. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menahan laju pertumbuhannya,
namun dari hasil pengamatan, hanya sedikit berkurang.
Menurut Kent dan Haub, sebagian besar negara akan menghadapi pertumbuhan penduduk
setidaknya hingga 2050. Diperkirakan hal tersebut akan menyumbang tambahan penduduk
sekitar 3 miliar. Sehingga pada akhir 2050, jumlah penduduk dunia diperkirakan mencapai
9 miliar.

a. Sarana Kesehatan
Pemenuhan sarana kesehatan perlu untuk dikaji lebih lanjut, apa sebab bila dalam
pemenuhan sarana kesehatan tersebut tidak diimbangi dengan kenaikan jumlah penduduk
yang setiap tahun bertambah. Hal ini akan menjadikan sebuah masalah baru yang akan
menambah masalah yang telah ada sebelumnya. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan
sarana kesehatan pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan kualitas sarana
kesehatan, diantaranya dengan membuat jaminan pemeliharaan kesehatan berupa asuransi
sosial kesehatan seperti penduduk negara maju. Draf Rancangan Undang-Undang tentang
Jaminan Kesehatan Nasional (RUU JKN) beserta naskah akademisnya telah disosialisasikan
ke berbagai pihak termasuk DPR. Diharapkan tahun ini RUU JKN ini bisa dibahas oleh DPR.
Jaminan Kesehatan Nasional merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
yang sedang disusun pemerintah. Jaminan Sosial itu meliputi jaminan pensiun, jaminan
kematian, jaminan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), jaminan kesejahteraan karyawan
serta jaminan pemeliharaan kesehatan. JKN merupakan satu dari lima subsistem dalam
Sistem Kesehatan Nasional yang baru direvisi oleh Departemen Kesehatan dalam rangka
menyesuaikan dengan desentralisasi kelima subsistem itu adalah pembiayaan kesehatan,
upaya kesehatan, Sumber Daya Manusia, pemberdayaan masyarakat serta manajemen
kesehatan. Departemen Kesehatan menata pembiayaan kesehatan mengingat biaya
kesehatan terus meningkat seiring inflasi dan kemajuan teknologi kedokteran. Anggaran
pembangunan kesehatan pemerintah akan digunakan untuk membiayai upaya kesehatan
masyarakat (public health) dan upaya kesehatan perorangan penduduk miskin. Sedang
upaya kesehatan perorangan penduduk mampu harus dibiayai sendiri lewat kepesertaan
dalam asuransi sosial kesehatan (JKN). Dalam RUU JKN disebutkan asuransi bersifat wajib
bagi seluruh penduduk. Preminya 6-8 persen dari penghasilan. Setengahnya dibayar
pekerja, sisanya ditanggung majikan/perusahaan. Premi penduduk miskin ditanggung
negara. Premi sektor formal dipotong dari pendapatan, sedangkan premi sektor informal
dikumpulkan dengan sistem tersendiri. Pengumpulan dilakukan oleh Badan Administrasi
SJSN yang bersifat wali amanah. Sedangkan pengelolanya adalah badan-badan yang bersifat
nirlaba. Jika SJSN diterapkan, ansuransi kesehatan pegawai negeri (Askes) dan jaminan
pemeliharaan kesehatan tenaga kerja (Jamsostek) akan diintegrasikan, sehingga hanya ada
satu asuransi kesehatan wajib. Seluruh penduduk yang tercakup akan mendapat layanan
kesehatan dasar standar. Bagi penduduk mampu yang menginginkan pelayanan kesehatan
yang lebih “mewah” bisa menambah keikutsertaan pada asuransi kesehatan komersial
maupun Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) sukarela. Saat ini Peraturan
Pemerintah tentang JPKM sukarela sedang diproses. Dalam JKN ada standar pelayanan dan
standar mutu yang ditetapkan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan (dokter swasta,
klinik, puskesmas, rumah sakit) yang ikut serta harus mengikuti standar. Dalam sistem ada
empat pihak terkait, yaitu peserta asuransi, badan administrasi, badan pengelolah dan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Dalam sistem itu ada ikatan kerja/kontrak, siklus
kendali mutu, pemantauan utilisasi dan penanganan keluhan. Dengan demikian ada kendali
biaya dan mutu. Nantinya tidak boleh lagi ada pemeriksaan, pemberian obat atau tindakan
yang berlebihan. Misalnya, bedah caesar tanpa indikasi. Sebaliknya, pelayanan kesehatan
tidak boleh kurang dari standar. Peserta berhak mengadu dan keluhan akan ditangani. Jika
terbukti, penyelenggaraan pelayanan kesehatan kena sanksi. Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan akan terdorong meningkatkan mutu pelayanan, jika tidak ikut sistem mereka
sulit mendapatkan pasien, karena hampir tidak ada lagi orang yang membayar dari kantung
sendiri seperti saat sekarang ini.

b. Sarana Pendidikan

Kebutuhan akan pendidikan tidak dapat dipungkiri merupakan kebutuhan pokok penduduk yang
telah menjadi bagian penting dalam kehidupan mereka. Sebab hal ini sangat terkait dengan indikator
laJu pertumbuhan penduduk lainnya. Pemenuhan sarana pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah
harus dapat memenuhi permintaan masyarakat terutama bila terkait dengan laju pertumbuhan
penduduk yang tiap tahun mengalami kenaikan.

Ada 2 aspek yang perlu dipersiapkan terkait pembangunan pendidikan SDM yang berhubungan
dengan ketahanan nasional bangsa, antara lain, yaitu :

1. Aspek Massif

a) Memperkuat kelembagaan pendidikan dan fasilitasnya

b) Program pendidikan berkualitas tersebar secara geografi (spasial) dengan adanya beberapa pusat-pusat
pendidikan unggulan yang sifatnya pemberdaya institusi pendidikan lainnya
c) Program pendidkan tentang memberdayakan alam, kearifan pemanfaatannya dan pemeliharaan
lingkungannya

d) Penguasaan pengetahuan ekonomi dasar dan ekonomi pembangunan yang benar

e) Penguatan pengetahuan sosial budaya dan kemasyarakatan agar terjadi sistem yang maju secara
bersama-sama serta

f) Pemahaman kesadaran dan pengetahuan bela Negara yang menjadi dasar munculnya jiwa kejuangan
dalam mempertahankan bangsa dan Negara

2. Aspek Dinamik

a) Suatu kegiatan berkelanjutan melalui pola kajian ideologis tentang Pancasila dan paham yang lain, yang
akan memperkokoh ideologi bangsa yang dinamik yaitu Pancasila yang dapat dan ikut tumbuh dalam
difusi paham-paham universal dan global

b) Pendidikan menghasilkan manusia Indonesia yang cerdas dan arif dalam menghasilkan tatanan dan
regulasi serta menjalankannya secara taat asas

c) Pendidikan yang dapat membangun manusia Indonesia yang visioner mampu mensinergikan
keinginannya ke gerak pembangunan pemerintah

d) Pendidikan yang dapat membangun manusia Indonesia yang mampu mengantisipasi, melakukan
prevensi dan adaptasi serta berjuang melawan pengaruh-pengaruh luar negeri agar tidak mengganggu
kehidupan bangsa Indonesia

c. Kebutuhan Pangan

Kebutuhan pangan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang tidak dapat ditunda
lagi upaya pemenuhannya. Hal itu merupakan bagian yang penting terutama terkait dengan proses dan
ciri makhluk hidup yaitu makan. Pertumbuhan penduduk, baik dunia maupun Indonesia menjadi
permasalahn paling mendasar dalam pemenuhan pangan. Jika pertumbuhan penduduk tidak terkontrol,
Indonesia akan menghadapi masalah penyediaan pangan dan pemeliharaan gizi masyarakat.
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan tingkat permintaan pangan yang tinggi.
Sebetulnya, permasalahan pemenuhan kebutuhan pangan ini justru dapat menjadi peluang bagi
Indonesia sebagai Negara agraris karena sebagian besar mata pencaharian penduduk tergantung pada
sektor pertanian.

Ketahanan pangan merupakan isu yang amat penting yang mesti ditempatkan sebagai prioritas
pembangunan. Ketahanan pangan mengandung nilai intrinsik dan instrumental (Sen, 1989;
Simatupang, 2006) yang tak ternilai besarnya. Secara intrinsik, terjaminnya ketahanan pangan esensial
untuk eksistensi kehidupan yang sehat secara ekonomi dan terhormat secara social. Itulah sebabnya
perolehan pangan yang cukup sesuai norma gizi merupakan hak azasi manusia karena hidup dan
kehidupan yang sehat adalah hak azasi manusia. Ketahanan pangan merupakan indikator kesejahteraan
individu (keluarga) sehingga mestinya menjadi salah satu tujuan utama pembangunan. Ketahanan
pangan sebagai prasyarat untuk pembangunan sumberdaya manusia yang sehat menjadikannya sebagai
instrumen pembangunan. Pembangunan hanya dapat berhasil jika dilaksanakan dan didukung oleh
insan yang sehat dan produktif. Ketahanan pangan yang mantap juga esensial untuk menjaga stabilitas
sosial-politik yang pada gilirannya berfungsi sebagai prasyarat pelaksanaan pembangunan. Orang
kelaparan akan berbuat apa saja, termasuk melawan hukum, untuk memperoleh bahan pangan. Kita
sudah kerap mendengar insiden penjarahan gudang atau toko bahan pangan tatkala terjadi ancaman
ketahanan pangan di suatu wilayah. Singkatnya, ketahanan pangan merupakan tujuan akhir sekaligus
instrumen (tujuan antara) pembangunan sehingga mesti dijadikan prioritas penanganan pemerintah
bersama semua masyarakat. Terjaminnya ketahanan pangan sebagai syarat untuk menjamin hak azasi
atas pangan bagi semua individu, kesejahteraan ekonomi dan sosial warga Negara, dan pelaksanaan
pembangunan merupakan alasan utama kenapa ketahanan pangan menjadi masalah bersama umat
manusia dan oleh karenanya menjadi prioritas “Millenium Development Goals PBB (MDG-PBB)”.
Ada beberapa strategi induk yang dapat dilakukan terkait dengan ketahanan pangan nasional, antara
lain :

1) Pertumbuhan ekonomi Negara berkualitas tinggi (pro-poor growth). Masalah rawan pangan Negara
Indonesia yang utama adalah masalah akses akibat kemiskinan yang mestinya diatasi melalui
pertumbuhan ekonomi Negara yang berpihak pada sebagian besar kaum miskin.
2) Penurunan tekanan penduduk terhadap lahan. Kemiskinan dan kerusakan sumberdaya alam dan
lingkungan yang terjadi adalah karena tingginya tekanan penduduk sehingga mestinya diatasi dengan
mengurangi tekanan penduduk tersebut.

3) Revitalisasi pertanian. Sebagian besar penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada usaha
pertanian dan vitalitas sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman pangan yang diindikasikan oleh
laju pertumbuhan dan stabilitas produksi yang cenderung menurun.

4) Pemantapan sistem kewaspadaan pangan dan gizi. Keamanan pangan di wilayah Negara Indonesia
rentan terhadap anomali iklim dan faktor resiko lainnya sehingga adanya sistem kewaspadaan pangan
dan gizi esensial untuk dimanfaatkan.

5) Pengembangan sistem penyelamatan bagi penderita kurang gizi kronis. Prevalensi kurang gizi kronis di
wilayah Negara Indonesia masih cukup tinggi dan hanya dapat diatasi melalui bantuan penyelamatan
khusus dari pemerintah.

6) Pengembangan usaha non-pertanian, termasuk usaha terkait pertanian off-farm.

7) Fasilitas migrasi penduduk baik melalui pengerahan tenaga kerja maupun transmigrasi penduduk ke
luar wilayah.

d. Kesempatan kerja/lapangan pekerjaan

Peningkatan jumlah penduduk berdampak pula pada penyediaan kesempatan kerja/lapangan


pekerjaan. Dimana tingkat pertumbuhan penduduk tiap tahun sekitar 1,3 persen dan bila hal ini
dibiarkan, walaupun tingkat ekonomi kita tinggi tetapi tetap tidak dapat menaikkan kesejahteraan
rakyat. Jumlah penduduk pada tahun 2004 berada pada kisaran 17,7 persen dan pada tahun 2008 jumlah
tersebut berkurang menuju 9 persen. Namun tingkat pengangguran masih berada pada kisaran 10
persen dari total angkatan kerja kita. Sementara target tingkat pengangguran pada tahun 2008 sebesar
6 persen.

Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi, maka laju pertumbuhan angkatan kerjanya
pun cukup tinggi. Permasalahan yang ditimbulkan oleh besarnya jumlah dan pertumbuhan angkatan
kerja tersebut disatu pihak menuntut kesempatan kerja yang lebih besar. Dipihak lain menuntut
pembinaan angkatan kerja itu sendiri agar mampu menghasilkan keluaran yang lebih tinggi sebagai
prasyarat untuk memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas.

Perkembangan ekonomi dan pembangunan pada umumnya, lapangan pekerjaan penduduk


berubah dari yang bersifat primer, seperti pertanian, pertambangan, menuju lapangan pekerjaan
sekunder atau bangunan. Lalu pada akhirnya akan menuju lapangan kerja tersier atau sektor jasa.
Berbagai ciri dan fenomena diatas sudah sepantasnya diamati secara seksama, dalam rangka
menetapkan alternatif kebijaksanaan selanjutnya

3. Kesimpulan

Berdasarkan beberapa penjelasan yang telah dipaparkan diatas, kita dapat memberikan analisis
terhadap 10 negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia sekaligus analisis sederhana
melalui tabel mengenai jumlah penduduk di 10 negara tersebut. Apakah jumlah penduduk di 10 negara
yang dijadikan sampel termasuk beban bagi negaranya atau malah menjadi sumberdaya bagi Negara
tersebut. Berikut tabelnya :

No. Nama Negara Jumlah Penduduk Penduduk


menjadi Beban
atau Sumberdaya

1. Republik Rakyat Tiongkok 1.306.313.812 jiwa Sumberdaya


2. India 1.103.600.000 jiwa Beban
3. Amerika Serikat 298.186.698 jiwa Sumberdaya
4. Indonesia 241.973.879 jiwa Beban
5. Brasil 186.112.794 jiwa Sumberdaya
6. Pakistan 162.419.946 jiwa Beban
7. Bangladesh 144.319.628 jiwa Beban
8. Rusia 143.420.309 jiwa Sumberdaya
9. Nigeria 128.771.988 jiwa Beban
10. Jepang 127.417.244 jiwa Sumberdaya

Ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan untuk dapat merubah jumlah penduduk Indonesia
yang besar dari beban menjadi sumberdaya berdasarkan data-data yang telah terhimpun diatas.
Beberapa tahapan itu terkait pula dengan pendidikan yang dijalankan di suatu Negara tersebut. Apakah
pendidikan di Negara itu telah membawa dampak yang cukup baik atau sebaliknya. Di bawah ini akan
dijelaskan faktor-faktor apa saja yang dapat dilakukan dalam mendukung pendidikan dalam
menyiapkan sumber daya manusia yang terampil dan memiliki kompetensi di dunia internasional.
Faktor-faktor tersebut antara lain, yaitu :

1. Aspek Massif

a) Memperkuat kelembagaan pendidikan dan fasilitasnya

b) Program pendidikan berkualitas tersebar secara geografi (spasial) dengan adanya beberapa pusat-pusat
pendidikan unggulan yang sifatnya pemberdaya institusi pendidikan lainnya

c) Program pendidikan tentang memberdayakan alam, kearifan pemanfaatannya dan pemeliharaan


limgkungannya

d) Penguasaan pengetahuan ekonomi dasar dan ekonomi pembangunan yang benar

e) Penguatan pengetahuan sosial budaya dan kemasyarakatan agar terjadi sistem yang maju secara
bersama-sama serta

f) Pemahaman kesadaran dan pengetahuan bela Negara yang menjadi dasar munculnya jiwa kejuangan
dalam mempertahankan bangsa dan Negara

2. Aspek Dinamik

a) Suatu kegiatan berkelanjutan melalui pola kajian ideologis tentang Pancasila dan paham yang lain, yang
akan memperkokoh ideologi bangsa yang dinamik yaitu Pancasila yang dapat dan ikut tumbuh dalam
difusi paham-paham universal dan global

b) Pendidikan menghasilkan manusia Indonesia yang cerdas dan arif dalam menghasilkan tatanan dan
regulasi serta menjalankannya secara taat asas

c) Pendidikan yang dapat membangun manusia Indonesia yang visioner mampu mensinergikan
keinginannya ke gerak pembangunan pemerintah
d) Pendidikan yang dapat membangun manusia Indonesia yang mampu mengantisipasi, melakukan
prevensi dan adaptasi serta berjuang melawan pengaruh-pengaruh luar negeri agar tidak mengganggu
kehidupan bangsa Indonesia

Jumlah penduduk yang besar belum tentu juga dapat menjadi beban bagi negaranya, sebab bila
penduduk yang berada di dalam Negara tersebut memiliki daya saing yang tinggi dan kompetensi yang
teruji, secara otomatis penduduknya menjadi sumberdaya bagi negaranya. Ketika penduduk di suatu
Negara telah menjadi sumberdaya bagi negaranya. Maka, ini merupakan suatu point penting berkenaan
dengan ketahanan nasional di negaranya. Apa sebab? penduduk yang menjadi sumberdaya, mereka
mempunyai kekuatan untuk dapat menghasilkan sesuatu ketika negara tersebut di embargo oleh negara
lain.

Anda mungkin juga menyukai