MAKALAH
oleh:
Fauki Al Fajri 182171044
Erika Zulvianti 182171045
Windi Wulan 182171048
Moch Vatyn SM 182171052
Tibet merupakan salah satu wilayah yang berada di Asia Timur lebih
tepatnya di Cina. Pada awalnya, Tibet adalah sebuah negara yang merdeka
dan kerajaan yang kuat namun hal itu dibantah oleh Cina sebab menurut Cina,
Tibet adalah bagian dari Cina.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setelah penulis membaca dan mempelajari sejarah tentang konflik
antara Tibet dengan Cina, penulis tertarik untuk menuangkan hasil yang
penulis pelajari kedalam makalah dan mempresentasikan kepada teman-
teman penulis yang lain agar ilmu yang penulis dapatkan menjadi bermanfaat.
Sebelum melangkah lebih jauh kedalam pembahasan, penulis akan
memaparkan alasan kenapa penulis memilih judul Konflik Tibet dengan Cina.
Alasan pertama penulis memilih judul Konflik Tibet dengan Cina
adalah karena penulis sangat tertarik dengan konflik Tibet dan Cina, melihat
Tibet yang berusaha mempertahankan wilayahnya dan Cina yang berusaha
menjadikan Tibet untuk menjadi bagian dari Cina.
Alasan kedua penulis memilih judul Konflik Tibet dengan Cina
adalah ingin mengetahui apa yang menyebabkan Tibet dan Cina selalu terjadi
perselisihan.
Tibet merupakan salah satu provinsi Republik Rakyat Cina (RRC)
dan sebagai daerah Otonomi Khusus RRC yang diberi nama Xizang oleh
Cina. Ibu kota Tibet terletak di kota Lhasa. Tibet berada pada dataran tinggi
yang terletak di Asia Timur lebih tepatnya di pegunungan Himalaya. Luas
dataran tinggi Tibet ini mencapai 2,5 juta kilometer persegi dengan
ketinggian rata-rata 4.900mdpl. Dengan demikian Tibet disebut sebagai
negeri atap dunia karena memiliki dataran tinggi terbesar dan tertinggi
didunia. (Baihaqi, 2010:27)
Wilayahnya dikelilingi oleh pegunungan-pegunungan yang sangat
tinggi. Pada Bagian Barat Laut terdapat pegunungan Kunlon, yang
memisahkan dataran tinggi Tibet dengan Cekungan Tarim dan dibagian
Timur Laut terdapat pegunungan Qilian yang memisahkan dengan Gurun
Gobi. Selain itu, daerah Tibet ini berbatasan dengan Nepal, Bhutan dan India
di Asia Tengah dan di Cina berbatasan dengan Xinjiang, Qinghai dan
Sichuan.
1
2
Melihat dari segi wilayah, Tibet ini menjadi zona penahan bagi
keamanan Cina, sebab negara-negara Selatan dan India yang berbatasan
dengan Tibet merupakan negara saingan bagi Cina. Oleh sebab itu, Cina ini
selalu mempertahankan Tibet untuk tetap menjadi bagian dari Cina.
Mempertahankan Tibet untuk tetap menjadi bagian dari Cina memang
tidak mudah, baik Tibet maupun Cina, kedua wilayah ini terus terjadi
perselisihan. Dari sejak dahulu hingga saat ini, konflik diantara mereka tetap
terjadi. Sebab Tibet yang tetap teguh pendirian untuk tetap menjadi negara
yang merdeka dan Cina yang selalu meredamkan aksi Tibet tersebut dengan
mengklaim bahwa Tibet tetap menjadi bagian dari kedaulatan Cina.
Untuk menjadikan Tibet sebagai wilayah bagian dari Cina, hal
pertama yang dilakukan oleh Cina yaitu dengan menjalankan pemerintahan
langsung di Tibet. Diawali dengan masuknya tentara Cina pada tahun 1910-
1912 di Lhasa yang merupakan Ibu Kota Tibet, namun gagal dilakukan
karena masyarakat Tibet melakukan perlawanan terhadap Cina. Walaupun
demikian, pemerintahan langsung yang pertama ini menyebabkan
pengasingan kepada para pemimpin Tibet dan menciptakan krisis identitas
bagi Tibet. Upaya kedua yang dilakukan oleh Cina dalam menjalankan
pemerintahan langsung di Tibet masih sama memiliki hasil yang serupa
dengan sebelumnya yaitu tetap mendapatkan perlawanan yang cukup besar
dari Tibet.
Cina tidak menyerah begitu saja, pemerintah Cina terus berusaha
untuk mendapatkan Tibet. Hingga akhirnya pada tahun 1950, Cina berhasil
menguasai Tibet dengan mengirimkan Tentara Merah Cina ke Tibet dan
mengusir pemimpin Tibet yakni Dalai Lama ke-14 atau Tenzin Gyatso dari
Tibet. Setelah sembilan tahun lamanya, Cina mulai mengagantikan
pemerintah tradisional Tibet menjadi pemerintahan langsung dibawah
pemerintahan Cina.
Keberhasilan pemerintah Cina dalam memperoleh wilayah Tibet tidak
serta merta berjalan mulus tetapi banyak lika-liku yang terjadi. Sebab
masyarakat Tibet terus menerus melakukan perlawanan terhadap Cina.
Perlawanan ini menimbulkan konflik yang cukup lama, yaitu tahun 1956-
3
1958 di Tibet Timur, 1959 di Lhasa dan 1969 di Nyemo dan daerah pedesaan
lainnya, serta serangan gerilya oleh masyarakat Tibet yang terasingkan.
Setelah Tibet berhasil dikuasai oleh Cina, hal ini tidak menyebabkan
Tibet dan Cina baik-baik saja, konflik dan perselisihan diantara keduanyapun
tidak benar-benar berakhir meskipun pada suatu waktu intensitasnya
menurun. Tetapi konflik dan perselisihan dari Cina dan Tibet ini tak berakhir
hingga sekarang. Bahkan pada tahun 2008 Tibet mengejutkan dunia, sebab
melakukan pemberontakan nasional pada saat menjelang Olimpiade Beijing.
Cina terus saja membuat kebijakan yang kurang adil bagi Tibet,
sehingga Konflik antara Tibet dan Cina tak pernah berakhir. Bahkan Cina
melarang penggunaan Bahasa asli Tibet dan memaksa untuk menggunakan
bahasa Cina, selain itu melarang untuk memperkenalkan budaya Tibet kepada
para wisatawan yang dating ke Tibet dan masyarakat Tibet cenderung tidak
mendapatkan perlindungan.
Dalam hal-hal diatas, penulis membuat makalah ini dengan judul
“Konflik Tibet dengan Cina” karena menurut penulis, konflik antara Tibet
dan Cina merupakan sebuah konflik yang menarik untuk dibahas dan diteliti
lebih dalam. Agar penulis dapat mengetahui penyebab terjadinya konflik
Tibet dengan Cina dan mengetahui bagaimana akhir dari konflik tersebut
hingga bagaimana negara Tibet saat ini.
5
6
orang Tibet menjadi sangat khas yang sedikit berbeda dengan agama Buddha
dari Cina. Di Cina, konsep
Avalokitesvara adalah seorang dewi (perempuan) dan tidak menjelma
menjadi manusia fana.
Kehidupan sosial dan adat istiadat Tibet sangat dipengaruhi oleh
kehidupan religius agama budha. Kehidupan religius masyarakat di Tibet
banyak memerlukan bantuan dari biksu, bagi masyarakat Tibet disebut juga
dengan Lama untuk memimpin berbagai upacara. Tibet yang menjungjung
tinggi ajaran budha dipimpin oleh seorang bergelar Yang Mulia Dalai Lama.
Dalai Lama ini merupakan seorang pemimpin negara Tibet dan sekaligus
pemimpin keagamaan. Secara bahasa, Dalai Lama berasal dari kombinasi
bahasa Mongol dan Tibet. Kata “Dalai” – (dari bahasa Mongol) berarti
samudera atau luas. Sedangkan kata “Lama” yang berasal dari Bahasa Tibet
berarti “guru”.
Sosok Dalai Lama memang sudah jadi legenda, tidak saja bagi
masyarakat Tibet, melainkan juga bagi sejarah dunia. Konsep pemimpin
spiritual dengan sistem penggantian secara reinkarnasi ini memang terdengar
sangat menarik. Dalam pemilihan Dalai Lama di Tibet juga mempunyai cara
yang unik dengan berbagai ritual kepercayaan Budhisme Tibet.
Kehidupan Tibet dalam bidang ekonomi sangat bagus, karena Tibet
memiliki kekayaan alam yang berlimpah, seperti minyak, uranium, lithium,
khrom, tembaga, boraks dan besi. Tetapi kemiskinan tetap terjadi di Tibet
akibat feodalisme keagamaan yang masih tersisa sejak berabad-abad. Dimana
para Dalai Lama hidup enak di istana sedangkan kebanyakan dari rakyatnya
diluar istana yang menyebabkan rakyat Tibet menderita kekurangan,
kelaparan dan kemiskinan.
• Mao menilai Tibet sebagai kawasan yang strategis bagi Cina. Tibet
merupakan wilayah yang penting bagi kepentingan pertahanan nasional
Cina karena berdekatan dengan India, Bhutan, dan Nepal. Dengan kata
lain jika China ingin menyerang India hal itu akan mudah dilakukan jika
melalui Tibet.
• Cina ingin mengubah Tibet sebagai suatu wilayah yang memiliki basis
militer yang kuat dan memodernisasikan Tibet. Cina ingin
menghilangkan nilai‐nilai keagamaan di Tibet yang dianggap
menghambat proses modernisasi.
• Tibet kaya akan potensi ekonomi. Baik dari segi potensi wisata
maupun kekayaan alam Tibet, seperti pertambangan krom terpenting
Cina berada di Tibet. Sungai‐sungai yang terpenting di Asia juga
bersumber dari Tibet. Cina memperkirakan di daerah Tibet tengah dan
barat banyak terdapat kandungan mineral dan pemerintahan Cina telah
mengalokasikan dana untuk mengembangkan sumber daya ini. Cina juga
telah membangun saluran pipa untuk mengeksploitasi minyak dan gas
alam di Tibet. Karena industri‐industri di Cina memerlukan banyak bahan
bakar dan Tibet mempunyai bahan bakar tersebut. Hal ini dilakukan Cina
agar Cina tidak lagi membeli bahan bakar dari luar negeri.
Perlu diketahui sebelumnya, baik wilayah Cina maupun Tibet, dua-
duanya pernah berada dalam genggaman Kekaisaran Mongol di bawah
kepemimpinan Genghis Khan. Hanya saja, Tibet mendapat sedikit
keistimewaan dari Mongol. Pada era Kubilai Khan, Tibet mendapatkan
semacam “hak otonomi” khusus. Tidak jelas memang sebabnya, tetapi hal ini
dimungkinkan karena masyarakat Tibet punya sikap religius yang kuat
sehingga dianggap tidak berbahaya bagi Kekaisaran Mongol. Karena Tibet
pernah berada dalam genggaman Mongol, maka ketika Kekaisaran Cina
berhasil mengusir Mongol, muncul klaim bahwa setiap wilayah yang dulunya
merupakan wilayah Mongol menjadi milik Kekaisaran Cina. Inilah yang
menjadi sebab awal persoalan Tibet dengan Cina.
Meski Kekaisaran China berhasil “mengusir” Mongol — Diksi
"mengusir" sebenarnya tidak tepat karena Mongol sendiri memang sudah
9
melemah saat Cina bisa membebaskan diri — namun hal itu sudah lebih
dahulu dilakukan oleh Tibet melalui kepemimpinan Raja Jangchub Gyaltsen
pada 1358. Lagi-lagi, Tibet sebagai sebuah kerajaan kecil ternyata sudah lebih
dahulu membebaskan wilayahnya dari Mongol, lebih dulu dari Kekaisaran
Cina. Tidak main-main, Tibet sudah melakukan apa yang Kekaisaran Cina
lakukan satu dekade lebih dulu.
untuk menegaskan bahwa Tibet tidak dapat dipisahkan dari Cina dan Tibet
senang hidup dibawah kekuasaan Cina.
Sebagai bentuk dari unjuk rasa atau protes, rakyat Tibet juga melakukan
perlawanan kembali akibat dari ketidakpuasan rakyat Tibet terhadap sikap
pemerintah Cina. Rakyat Tibet, para biksu Budha berbaris dari biara-biara
disekitar Lhasa untuk meperingati 49 tahun kegagalan warga Tibet dalam
melawan aturan pemerintah Cina dan pelanggaran hak asasi manusia. Rakyat
Tibet benar-benar menggunakan kesempatan tersebut kepada dunia mengenai
kondisi mereka yang memprihatinkan dibawah pemerintahan Cina. (Kerry,
2008)
Ketidakpuasan rakyat Tibet karena adanya kesenjangan bagi daerahnya
terlihat dari penduduk lokal yang merasa berhak menjadi prioritas dalam
kebijakan Cina agar dapat menikmati hasil pembangunan yang telah dicapai
diwilayah Tibet. Namun kenyataannya jauh dari apa yang diharapkan,
semakin mudahnya transportasi imigran masuk ke wilayah Tibet. Dengan
demikian pada Olimpiade Beijing tahun 2008, hal ini dijadikan kesempatan
besar bagi rakyat Tibet untuk unjuk rasa terhadap Cina.
Kerusuhan Tibet 2008 ini mempertegas akan kehadiran militer Cina
disemua wilayah Tibet yang sebelumnya sering ditutupi. Peristiwa ini
mendorong masalah Tibet menjadi agenda dalam hubungan Cina-Amerika
Serikat dan Cina-Eropa. Dari kejadian ini, Eropa meminta agar Cina tidak
lagi terlibat di Tibet dengan alasan atau mengatasi ketegangan. Oleh karena
itu, dengan meluasnya perhatian dunia luar terhadap kasus Tibet memberikan
pencerahan bagi terwujudnya perdamaian demokrasi di Tibet ataupun Tibet
dengan Cina.
Bartisipasi dari dunia internasional adalah salah satu hasil dari perjalanan
Dalai Lama ke Negara‐negara barat. Negara‐negara itu pada umumnya
mengecam dan mendesak Cina untuk secepatnya menyelesaikan konfliknya
dengan Tibet. Walaupun Cina seringkali mengecam Negara‐negara yang
menerima kedatangan Dalai Lama. Seperti Negara‐negara Amerika dan
Australia. Sebagai pemimpin Tibet, Dalai Lama 14 memilih Opsi Jalan
Tengah untuk menyelesaikan konflik dengan Cina, yakni diberi daerah
Otonomi Khusus RRC untuk Tibet.
Opsi jalan tengah yaitu Tibet menerima kedaulatan Cina, jika Cina
memberikan Otonomi khusus kepada Tibet. Beberapa isi tuntutan Tibet
kepada Cina yang berhubungan dengan jalan tengah yaitu Tibet meminta agar
tiga provinsinya Amdo, U‐tsang, dan Kham bersatu kembali untuk membuat
peraturan dalam negrinya sendiri berkaitan dengan agama dan budayanya,
menjadikan Tibet wilayah yang aman dan pemerintahan Cina harus menarik
pasukannya dari Tibet, pemerintahan Cina memiliki tanggungjawab atas
Tibet dalam aspek hubungan internasional Tibet dan keamanan dan
membiarkan orang‐orang Tibet mengatur hal‐hal seperti agama dan budaya,
pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan perlindungan terhadap lingkungan,
pemerintah Cina harus menghentikan kekerasan terhadap hak asasi manusia
dan menghentikan pengiriman penduduk China untuk tinggal di Tibet. (Jhon
B. Robert II & Elizabeth, 2009:184)
Dalai Lama 14 hanya menginginkan hidup berdampingan secara damai
dengan Cina. Jika Cina menyetujui opsi jalan tengah, dapat dikatakan bahwa
status Tibet sama dengan Hongkong. Maksud dari kebijakan jalan tengah
tersebut adalah bahwa Tibet memang tak lagi menuntut kemerdekaan dari
Cina, namun meminta status otonomi khusus yang sesungguhnya di wilayah
Tibet dalam kerangka negara Cina.
Berbagai cara dilakukan oleh Tibet, pada akhirnya keinginan dan
kebijakan Tibet terpenuhi, bahwa pada tahun 1965 pemerintah Cina
memberikan hak otonomi daerah kepada Tibet. Pemerintah Cina dan Tibet
melakukan perjanjian yang isinya menjadikan Tibet sebagai wilayah otonomi
14
khusus dibawah pemimpin tradisional Tibet yaitu Dalai Lama. Sejak saat itu,
Tibet resmi menjadi provinsi Cina.
Faktor yang mempengaruhi pengambilan opsi jalan tengah dengan
pemberian hak daerah otonomi kepada Tibet juga disebabkan karena Dalai
Lama sebagai pemimpin spiritual Tibet yang berpedoman pada ajaran Budha
dalam melihat konflik antara China dan Tibet, menganggap Opsi jalan tengah
ini sesuai dengan konsep Budha “interdependence”. Selain itu posisinya
sebagai kepala pemerintahan yang bertanggung jawab atas nasib rakyat
Tibet.
Setelah Tibet diberikan hak otonomi daerah oleh Cina, berbagai
pembangunan diwilayah Tibet dilakukan oleh pemerintah Cina. Diantaranya
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Tibet, dengan megaproyek
bendungan raksasa yang ditempatkan di sungai Yarlung Tsangpo dataran
tinggi Tibet yang dibangun pada tahun 2010. Sealin di Yarlung Tsangpo, pada
tahun 2016 Cina juga membangun pembangkit tenaga air terbesar di
Suwalong Tibet. Media resmi Cina di Tibet melaporkan bahwa bendungan
PLTA tersebut memiliki Panjang 1.368 meter yang dilengkapi terowongan
pintu air sepanjang 760 meter dan terowongan pengalihan air dari 900 meter.
Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan energi terbarukan
dengan jumlah yang lebih banyak daripada sebelumnya.
Selain membangun PLTA di Tibet, pada tahun 2006 juga Cina
membangun jalur rel kereta api sepanjang 3.757km dan pada bulan Maret
2016 pemerintah Cina sepakat menghubungkan jalur kereta api Tibet ke
Nepal.Jalur kereta api tersebut akan melewati ketinggian pegunungan Tibet.
Jalur kereta api tersebut akan menjadi kebanggan negara Cina karena
nantinya akan menjadi jalur kereta api yang berada pada ketinggian lebih dari
5000 meter diatas permukaan laut. (Tibet Watch, 2014)
Organisasi hak asasi manusia di Tibet menjelaskan bahwa pada saat ini
Tibet sudah berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Karena sejumlah
proyek dan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Cina mengubah
kehidupan Tibet. Cina telah mengubah Tibet yang tradisional menjadi
perhatian para turis. Cina telah membuka akses wisata ke situs ziarah Budha
15
di Barat Daya Tibet, seperti Gunung Kailash dan Sanau Manasarovar. Kedua
situs tersebut telah dimasukan dalam “Tibet Kailash Manasarovar Tourism
Development Project.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pada awalnya Tibet dan Cina adalah kerajaan dibawah Dinasti Mongol,
namun Tibet berhasil melepaskan diri dari Dinasti Mongol dan
mendeklarasikan kemerdekaannya satu dekade sebelum Cina melepaskan diri
dari Mongol dan berhasil mengalahkan Mongol. Saat itu Cina yang berambisi
menaklukan semua wilayah bekas wilayah kerajaan Mongol, akhirnya
melakukan ekspansinya ke Tibet, dengan kekuatan militernya Cina ingin
menjadikan Tibet dibawah kekuasaannya. Banyak sekali perselisihan dan
konflik antara Tibet dan China yang terjadi, diantaranya perselisihan politik
dan perebutan wilayah, perlawanan Tibet terhadap Cina, Invasi Cina ke Tibet
tahun 1950 dan kerusuhan Tibet pada tahun 2008.
Perselisihan atau konflik yang terjadi diantara mereka banyak sekali
faktor dan penyebabnya. Seperti kurangnya kebijakan dan keadilan dari
pemerintah Ciina yang menyebabkan Tibet melakukan sebuah perlawanan
atau pemberontakan. Selain itu, pemerintah Cina yang selalu memikirkan
negaranya sendiri untuk menguasai Tibet namun memperlakukan Tibet
dengan keinginanannya sendiri tanpa memikirkan penderitaan yang dialami
rakyat Tibet.
Setelah berbagai konflik antara Tibet dan Cina, Dalai Lama 14 sebagai
Raja Tibet memutuskan untuk mengakhiri konflik ini dengan jalan tengah
yaitu diberikannya hak otonomi daerah kepada Tibet dan Tibet menjadi
bagian dari provinsi Republik Rakyat China atau RRC.
3.2 SARAN
Setelah memahami isi makalah ini penulis berharap para pembaca dapat
memahami tentang latar belakang kehidupan Tibet sebelum terjadi konflik,
penyebab terjadinya konflik Tibet dengan Cina, proses terjadinya konflik
Tibet dengan China dan akhir dari konflik Tibet dengan Cina. Penulis
menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna. Kritik dan
16
17
saran dari para pembaca sangat penulis harapkan, agar kedepannya penulis
dapat menyusun makalah ini dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
18