Anda di halaman 1dari 21

KONFLIK TIBET DENGAN CINA

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Sejarah Asia Timur

oleh:
Fauki Al Fajri 182171044
Erika Zulvianti 182171045
Windi Wulan 182171048
Moch Vatyn SM 182171052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur selalu penulis curahkan kehadirat Allah


SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya
kepada penulis, sehingga penulis bisa memenuhi dan menyelesaikan
penyusunan tugas mata kuliah Sejarah Asia Timur yang berjudul
“KONFLIK TIBET DENGAN CINA”.

Tibet merupakan salah satu wilayah yang berada di Asia Timur lebih
tepatnya di Cina. Pada awalnya, Tibet adalah sebuah negara yang merdeka
dan kerajaan yang kuat namun hal itu dibantah oleh Cina sebab menurut Cina,
Tibet adalah bagian dari Cina.

Selama proses penulisan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang


penulis hadapi. Akan tetapi, atas bantuan dari semua pihak segala bentuk
hambatan yang dihadapi, penulis mengucapkan terimakasih kepada

1. Oka Agus Kurniawan,.S.Pd.,M.Pd selaku dosen mata kuliah Sejarah


Asia Timur yang telah membimbing dan mengerahkan selama proses
penulisan makalah ini;
2. Teman-teman yang selalu memotivasi selama proses penulisan makalah
ini. Semoga Allah Swt, memberi ganjaran yang berlipat ganda, Aamiin.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih jauh dari


kata sempurna. Oleh karena itu, penulis tidak menutup diri dari para pembaca
akan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan dan
peningkatan kualitas penyusunan makalah dimasa yang akan datang. Dan
penulis berharap, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Tasikmalaya, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 3

1.3 Tujuan Makalah ........................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tibet Sebelum Konflik ................................................................. 5


2.2 Awal Mula Konflik ...................................................................... 6
2.3 Konflik Antara Cina dan Tibet ..................................................... 9
2.3.1 Konflik Perselisihan Politik dan Perebutan Wilayah ...... 9
2.3.2 Perlawanan Tibet Terhadap Cina .................................... 10
2.3.3 Invasi Cina ke Tibet Tahun 1950 .................................... 10
2.3.4 Kerusuhan Tibet Tahun 2008 ......................................... 11
2.4 Akhir Konflik Tibet dan Cina ..................................................... 12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................. 16


3.2 Saran ............................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setelah penulis membaca dan mempelajari sejarah tentang konflik
antara Tibet dengan Cina, penulis tertarik untuk menuangkan hasil yang
penulis pelajari kedalam makalah dan mempresentasikan kepada teman-
teman penulis yang lain agar ilmu yang penulis dapatkan menjadi bermanfaat.
Sebelum melangkah lebih jauh kedalam pembahasan, penulis akan
memaparkan alasan kenapa penulis memilih judul Konflik Tibet dengan Cina.
Alasan pertama penulis memilih judul Konflik Tibet dengan Cina
adalah karena penulis sangat tertarik dengan konflik Tibet dan Cina, melihat
Tibet yang berusaha mempertahankan wilayahnya dan Cina yang berusaha
menjadikan Tibet untuk menjadi bagian dari Cina.
Alasan kedua penulis memilih judul Konflik Tibet dengan Cina
adalah ingin mengetahui apa yang menyebabkan Tibet dan Cina selalu terjadi
perselisihan.
Tibet merupakan salah satu provinsi Republik Rakyat Cina (RRC)
dan sebagai daerah Otonomi Khusus RRC yang diberi nama Xizang oleh
Cina. Ibu kota Tibet terletak di kota Lhasa. Tibet berada pada dataran tinggi
yang terletak di Asia Timur lebih tepatnya di pegunungan Himalaya. Luas
dataran tinggi Tibet ini mencapai 2,5 juta kilometer persegi dengan
ketinggian rata-rata 4.900mdpl. Dengan demikian Tibet disebut sebagai
negeri atap dunia karena memiliki dataran tinggi terbesar dan tertinggi
didunia. (Baihaqi, 2010:27)
Wilayahnya dikelilingi oleh pegunungan-pegunungan yang sangat
tinggi. Pada Bagian Barat Laut terdapat pegunungan Kunlon, yang
memisahkan dataran tinggi Tibet dengan Cekungan Tarim dan dibagian
Timur Laut terdapat pegunungan Qilian yang memisahkan dengan Gurun
Gobi. Selain itu, daerah Tibet ini berbatasan dengan Nepal, Bhutan dan India
di Asia Tengah dan di Cina berbatasan dengan Xinjiang, Qinghai dan
Sichuan.

1
2

Melihat dari segi wilayah, Tibet ini menjadi zona penahan bagi
keamanan Cina, sebab negara-negara Selatan dan India yang berbatasan
dengan Tibet merupakan negara saingan bagi Cina. Oleh sebab itu, Cina ini
selalu mempertahankan Tibet untuk tetap menjadi bagian dari Cina.
Mempertahankan Tibet untuk tetap menjadi bagian dari Cina memang
tidak mudah, baik Tibet maupun Cina, kedua wilayah ini terus terjadi
perselisihan. Dari sejak dahulu hingga saat ini, konflik diantara mereka tetap
terjadi. Sebab Tibet yang tetap teguh pendirian untuk tetap menjadi negara
yang merdeka dan Cina yang selalu meredamkan aksi Tibet tersebut dengan
mengklaim bahwa Tibet tetap menjadi bagian dari kedaulatan Cina.
Untuk menjadikan Tibet sebagai wilayah bagian dari Cina, hal
pertama yang dilakukan oleh Cina yaitu dengan menjalankan pemerintahan
langsung di Tibet. Diawali dengan masuknya tentara Cina pada tahun 1910-
1912 di Lhasa yang merupakan Ibu Kota Tibet, namun gagal dilakukan
karena masyarakat Tibet melakukan perlawanan terhadap Cina. Walaupun
demikian, pemerintahan langsung yang pertama ini menyebabkan
pengasingan kepada para pemimpin Tibet dan menciptakan krisis identitas
bagi Tibet. Upaya kedua yang dilakukan oleh Cina dalam menjalankan
pemerintahan langsung di Tibet masih sama memiliki hasil yang serupa
dengan sebelumnya yaitu tetap mendapatkan perlawanan yang cukup besar
dari Tibet.
Cina tidak menyerah begitu saja, pemerintah Cina terus berusaha
untuk mendapatkan Tibet. Hingga akhirnya pada tahun 1950, Cina berhasil
menguasai Tibet dengan mengirimkan Tentara Merah Cina ke Tibet dan
mengusir pemimpin Tibet yakni Dalai Lama ke-14 atau Tenzin Gyatso dari
Tibet. Setelah sembilan tahun lamanya, Cina mulai mengagantikan
pemerintah tradisional Tibet menjadi pemerintahan langsung dibawah
pemerintahan Cina.
Keberhasilan pemerintah Cina dalam memperoleh wilayah Tibet tidak
serta merta berjalan mulus tetapi banyak lika-liku yang terjadi. Sebab
masyarakat Tibet terus menerus melakukan perlawanan terhadap Cina.
Perlawanan ini menimbulkan konflik yang cukup lama, yaitu tahun 1956-
3

1958 di Tibet Timur, 1959 di Lhasa dan 1969 di Nyemo dan daerah pedesaan
lainnya, serta serangan gerilya oleh masyarakat Tibet yang terasingkan.
Setelah Tibet berhasil dikuasai oleh Cina, hal ini tidak menyebabkan
Tibet dan Cina baik-baik saja, konflik dan perselisihan diantara keduanyapun
tidak benar-benar berakhir meskipun pada suatu waktu intensitasnya
menurun. Tetapi konflik dan perselisihan dari Cina dan Tibet ini tak berakhir
hingga sekarang. Bahkan pada tahun 2008 Tibet mengejutkan dunia, sebab
melakukan pemberontakan nasional pada saat menjelang Olimpiade Beijing.
Cina terus saja membuat kebijakan yang kurang adil bagi Tibet,
sehingga Konflik antara Tibet dan Cina tak pernah berakhir. Bahkan Cina
melarang penggunaan Bahasa asli Tibet dan memaksa untuk menggunakan
bahasa Cina, selain itu melarang untuk memperkenalkan budaya Tibet kepada
para wisatawan yang dating ke Tibet dan masyarakat Tibet cenderung tidak
mendapatkan perlindungan.
Dalam hal-hal diatas, penulis membuat makalah ini dengan judul
“Konflik Tibet dengan Cina” karena menurut penulis, konflik antara Tibet
dan Cina merupakan sebuah konflik yang menarik untuk dibahas dan diteliti
lebih dalam. Agar penulis dapat mengetahui penyebab terjadinya konflik
Tibet dengan Cina dan mengetahui bagaimana akhir dari konflik tersebut
hingga bagaimana negara Tibet saat ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan
sebagai berikut:
A. Bagaimana latar belakang Tibet sebelum terjadinya konflik ?
B. Bagaimana awal mula terjadinya konflik Tibet dengan Cina ?
C. Bagaimana proses terjadinya konflik Tibet dengan Cina ?
D. Bagaimana akhir dari konflik Tibet dengan Cina ?

1.3 Tujuan Penulisan


Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan
tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
4

A. Latar belakang Tibet sebelum terjadinya konflik;


B. awal mula terjadinya konflik Tibet dengan Cina;
C. proses terjadinya konflik Tibet dengan Cina;
D. akhir dari konflik Tibet dengan Cina.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tibet Sebelum Konflik


Pada abad ke tujuh setelah masehi, seorang raja dari Tibet Tengah yang
bernama Songsten Gompo menaklukan Kerajaan Zhang-zhung dari Tibet
Barat sehingga menciptakan kerajaan Tibet. Tibet muncul sebagai negara
yang bersatu dan kerajaan yang merdeka di bawah raja Songtsen Gompo.
Karena begitu besarnya Tibet, raja Nepal dan khaisar Cina menginginkan
hubungan baik dengan Tibet. Pada masa ini hubungan antara Tibet dan Cina
sangat baik karena terjadi pernikahan antara Gampo dan putri Cina. Kedua
wilayah ini bekerjasama dengan baik di bidang keamanan. (Melvyn C.
Goldstein, 1997:1)
Penduduk asli Tibet adalah etnis Tibetan dan mayoritas agama mereka
adalah budha. Di Tibet aliran agama budha ini terdiri dari lima aliran yaitu
Nyingma, Kagyu, Sakya, Gelug dan Bon. Sedangkan mayoritas aliran agama
Tibet adalah Bon. (Alexander, 2000:59)
Songsten Gempo menyebarkan ajaan-ajaran budha yang mulia ditengah-
tengah bangsa Tibet. Songsten Gempo membawa para pendeta budha dari
india dan pendeta-pendeta itu membantu membudhakan suku-suku bangsa
Tibet. Sehingga mayoritas penduduk Tibet beragama budha dan agama ini
sangat mempengaruhi cara berpikir masyarakat wilayah Tibet. Meski begitu,
aliran di Tibet tidak sepenuhnya sama dengan agama Budha di negara-negara
lain.
Dalam The Buddhism of Tibet or Lamaism (New Delhi, 1996: 17)
dijelaskan bagaimana budaya “Lamaisme” merupakan gabungan ajaran-
ajaran Buddha dengan mitologi Tibet sebagai bentuk semangat beribadah
yang terus dipertahankan keberadaannya sebagai budaya sendiri. Masyarakat
Tibet percaya bahwa Dalai Lama adalah perwujudan manusia dari
Avalokitesvara, konsep Tuhan atau dewa yang memiliki sikap welas asih
untuk membela manusia dari kesusahan. Inilah yang membuat konsep ibadah

5
6

orang Tibet menjadi sangat khas yang sedikit berbeda dengan agama Buddha
dari Cina. Di Cina, konsep
Avalokitesvara adalah seorang dewi (perempuan) dan tidak menjelma
menjadi manusia fana.
Kehidupan sosial dan adat istiadat Tibet sangat dipengaruhi oleh
kehidupan religius agama budha. Kehidupan religius masyarakat di Tibet
banyak memerlukan bantuan dari biksu, bagi masyarakat Tibet disebut juga
dengan Lama untuk memimpin berbagai upacara. Tibet yang menjungjung
tinggi ajaran budha dipimpin oleh seorang bergelar Yang Mulia Dalai Lama.
Dalai Lama ini merupakan seorang pemimpin negara Tibet dan sekaligus
pemimpin keagamaan. Secara bahasa, Dalai Lama berasal dari kombinasi
bahasa Mongol dan Tibet. Kata “Dalai” – (dari bahasa Mongol) berarti
samudera atau luas. Sedangkan kata “Lama” yang berasal dari Bahasa Tibet
berarti “guru”.
Sosok Dalai Lama memang sudah jadi legenda, tidak saja bagi
masyarakat Tibet, melainkan juga bagi sejarah dunia. Konsep pemimpin
spiritual dengan sistem penggantian secara reinkarnasi ini memang terdengar
sangat menarik. Dalam pemilihan Dalai Lama di Tibet juga mempunyai cara
yang unik dengan berbagai ritual kepercayaan Budhisme Tibet.
Kehidupan Tibet dalam bidang ekonomi sangat bagus, karena Tibet
memiliki kekayaan alam yang berlimpah, seperti minyak, uranium, lithium,
khrom, tembaga, boraks dan besi. Tetapi kemiskinan tetap terjadi di Tibet
akibat feodalisme keagamaan yang masih tersisa sejak berabad-abad. Dimana
para Dalai Lama hidup enak di istana sedangkan kebanyakan dari rakyatnya
diluar istana yang menyebabkan rakyat Tibet menderita kekurangan,
kelaparan dan kemiskinan.

2.2 Awal Mula konflik


Pada abad ke 19, Negara Tibet terpecah kedalam beberapa bagian dan
menciptakan pemerintahan di daerah Barat dan Tibet Utara. Pada tahun 1207,
kekuasaan Thagut yang berpusat di Tibet utara jatuh ketangan mongol
dibawah pimpinan penguasa Mongol Genghis Khan, kemudian pada tahun
7

1271 kekaisaran Mongol mendirikan dinasti Yuan untuk menguasai bagian


timur wilayah kekuasaannya dan menjelang tahun 1279, Mongol dapat
menaklukan Cina.
Tibet dan Cina dulunya merupakan sebuah wilayah dibawah kekuasaan
raja Genghis Khan, namun Tibet mampu melepaskan diri dari kerajaan
Mongol dan menjadi kerajaan merdeka satu dekade sebelum Cina
membebaskan diri dan mengusir kerajaan mongol.

“Sebelum Republik Rakyat Cina berdiri pada 1 oktober 1949, Tibet


sebagai Negara yang sudah lebih dulu eksis. Tibet sudah
memproklamasikan kemerdekaannya pada 1913 atau 36 tahun sebelum
Cina muncul sebagai sebuah negara.” (china and the superpowers, New
York, 1986:21)

Kemerdekaan tersebut merupakan buah dari keberhasilan diplomasi


Thubten Gyatso, Dalai Lama ke-13, yang bisa membujuk Kerajaan Inggris
untuk membantu Tibet keluar dari pengaruh Kekaisaran Cina pada tahun
1904. Setelah tiga abad berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Cina, yang
dimulai sejak 1624, Tibet akhirnya berhasil merdeka.
Di sisi lain, setelah berdiri sebagai negara, Cina memang begitu berambisi
menjadikan dirinya sebagai negara besar. Itulah kenapa pada 1950, puluhan
ribu tentara China menginvasi Tibet. Argumen sejarah yang digunakan kala
itu merujuk keberhasilan Kekaisaran China pada 1368 yang sukses mengusir
Mongol dari wilayahnya. Sehingga sejak saat itu, ketegangan Tibet dan Cina
mulai terjadi. Karena bagi Cina, Tibet merupakan bagian dari Mongol
sehingga merasa berhak mewarisi wilayah Tibet.
Cina yang ingin menguasai Tibet memang bukan tanpa alasan, beberapa
tujuan Cina ingin menaklukan Tibet adalah : (Nurani Soyomukti, 2008:44)
• Pada saat Cina berada di bawah kepemimpinan Mao yang menerapkan
rezim komunis, Mao ingin menunjukan kepada dunia seberapa jauh
legitimasi dan kemampuan rezim komunisnya oleh sebab itu ia ingin
segera menaklukan Tibet sehingga dunia internasional mengakui
kehebatan rezim komunis Mao.
8

• Mao menilai Tibet sebagai kawasan yang strategis bagi Cina. Tibet
merupakan wilayah yang penting bagi kepentingan pertahanan nasional
Cina karena berdekatan dengan India, Bhutan, dan Nepal. Dengan kata
lain jika China ingin menyerang India hal itu akan mudah dilakukan jika
melalui Tibet.
• Cina ingin mengubah Tibet sebagai suatu wilayah yang memiliki basis
militer yang kuat dan memodernisasikan Tibet. Cina ingin
menghilangkan nilai‐nilai keagamaan di Tibet yang dianggap
menghambat proses modernisasi.
• Tibet kaya akan potensi ekonomi. Baik dari segi potensi wisata
maupun kekayaan alam Tibet, seperti pertambangan krom terpenting
Cina berada di Tibet. Sungai‐sungai yang terpenting di Asia juga
bersumber dari Tibet. Cina memperkirakan di daerah Tibet tengah dan
barat banyak terdapat kandungan mineral dan pemerintahan Cina telah
mengalokasikan dana untuk mengembangkan sumber daya ini. Cina juga
telah membangun saluran pipa untuk mengeksploitasi minyak dan gas
alam di Tibet. Karena industri‐industri di Cina memerlukan banyak bahan
bakar dan Tibet mempunyai bahan bakar tersebut. Hal ini dilakukan Cina
agar Cina tidak lagi membeli bahan bakar dari luar negeri.
Perlu diketahui sebelumnya, baik wilayah Cina maupun Tibet, dua-
duanya pernah berada dalam genggaman Kekaisaran Mongol di bawah
kepemimpinan Genghis Khan. Hanya saja, Tibet mendapat sedikit
keistimewaan dari Mongol. Pada era Kubilai Khan, Tibet mendapatkan
semacam “hak otonomi” khusus. Tidak jelas memang sebabnya, tetapi hal ini
dimungkinkan karena masyarakat Tibet punya sikap religius yang kuat
sehingga dianggap tidak berbahaya bagi Kekaisaran Mongol. Karena Tibet
pernah berada dalam genggaman Mongol, maka ketika Kekaisaran Cina
berhasil mengusir Mongol, muncul klaim bahwa setiap wilayah yang dulunya
merupakan wilayah Mongol menjadi milik Kekaisaran Cina. Inilah yang
menjadi sebab awal persoalan Tibet dengan Cina.
Meski Kekaisaran China berhasil “mengusir” Mongol — Diksi
"mengusir" sebenarnya tidak tepat karena Mongol sendiri memang sudah
9

melemah saat Cina bisa membebaskan diri — namun hal itu sudah lebih
dahulu dilakukan oleh Tibet melalui kepemimpinan Raja Jangchub Gyaltsen
pada 1358. Lagi-lagi, Tibet sebagai sebuah kerajaan kecil ternyata sudah lebih
dahulu membebaskan wilayahnya dari Mongol, lebih dulu dari Kekaisaran
Cina. Tidak main-main, Tibet sudah melakukan apa yang Kekaisaran Cina
lakukan satu dekade lebih dulu.

2.3 Konflik Antara Cina dan Tibet


Konflik antara Cina dan Tibet terdiri dari dua macam konflik, yakni
konflik yang hanya melibatkan dua wilayah dalam satu negara tanpa
melibatkan negara lain dan konflik yang mendapat perhatian dunia atau
menjadi sorotan dunia internasional.
Konflik tanpa melibatkan perhatian dunia atau disebut juga dengan
konflik yang hanya melibatkan dua wilayah cukup banyak, seperti konflik
perselisihan politik dan perebutan wilayah serta konflik perlawanan Tibet
terhadap Cina. Sedangkan konflik yang mendapatkan perhatian dunia
diantaranya invasi Cina ke Tibet pada tahun 1950 dan kerusuhan Tibet pada
tahun 2008.

2.3.1 Konflik Perselisihan Politik dan Perebutan Wilayah


Konflik yang terjadi antara Tibet dan Cina diantaranya dari perselisihan
politik. Perselisihan politik ini terjadi pada abad ke-9 yang menyangkut
masalah perbatasan. Tetapi, perselisihan ini berakhir dan dapat diselesaikan
melalui perjanjian yang isinya mengenai daerah perbatasan yang ditandai
dengan tiga pilar yang diterapkan di Gungu Meru, Lhasa, dan di Chang’an.
Perselisihan berlanjut dengan kedatangan penjajahan Inggris ke Tibet
yang ingin membuka akses kekuasaannya di Tibet, namun pemerintah Cina
melakukan penolakan. Akibat dari penolakan ini terjadi konflik antara Tibet
dengan Cina muncul kembali. Sebab Cina takut jika Tibet menjadi milik
Inggris dan dikuasai Inggris maka dari itu Cina melakukan penolakan
terhadap Inggris. Dari penolakan tersebut, maka pada tahun 1906 dibentuklah
10

persetujuan The Anglo-Tibet Convention yang memberikan legitimasi kepada


Cina untuk berkuasa penuh diseluruh Kawasan Tibet.

2.3.2 Perlawanan Tibet Terhadap Cina


Pada tahun 1976, masyarakat Tibet juga melakukan perlawanan terhadap
Cina melalui serangkaian demonstrasi besar, hal tersebut terjadi sejak
kematian Mao. Setelah Mao meninggal, pada tahun 1980 terpilih Hu Yaobang
sebagai sekertaris jendral partai komunis memberikan harapan bagi warga
Tibet. Dan pada kunjungannya Mei 1980 ia meminta maaf pada masyarakat
Tibet atas kebijakan pemerintahan yang salah. Karena sikapnya tersebut,
tahun 1987 Hu Yaobang disingkirkan dari Partai Komunis Cina.
Dalam rangka memperingati 30 tahun pemberontakan di Tibet, pada
tahun 1989 masyarakat Tibet melakukan protes besar-besaran. Hal ini
menunjukkan bahwa pemerintah Cina masih mengalami kegagalan dalam
merubah warga Tibet. Satu-satunya jalan untuk meredamkan kasus ini,
dengan kebijakan politik penempatan warga Cina di Tibet. Sebab jika tidak
dapat membuat masyarakat Tibet bagian dari Cina maka warga Cinalah yang
harus menempati Tibet. Dengan demikian kedatangan warga Cina, penduduk
Tibet akan menjadi minoritas. Dengan cara ini, menurut Cina dapat
terselesaikan. (Tao, 2005)

2.3.3 Invasi Cina ke Tibet Tahun 1950


Pada tahun 1950, hubungan Cina dan Tibet mulai memanas. Dimana pada
saat itu, pemerintah Cina mengirim Tentara Merah Cina menuju perbatasan
Tibet. Aksi invasi tahun 1950 ini menandakan awal mula pendudukan Cina
di Tibet. Hal ini dimulai saat Raja Tibet yang diberi gelar Dalai Lama (Tenzin
Gyatso) atau Dalai Lama ke 14 menjabat.
Tentara Merah Cina ini berhasil menguasai Lhasa yang merupakan ibu
kota provinsi Tibet dan memaksa Dalai Lama untuk mundur dari
kekuasaannnya. Setelah Cina berhasil menguasai Lhasa dan menurunkan
Dalai Lama dari pemerintahannya, pada saat itu pemerintah Cina meminta
agar Dalai Lama mengakui bahwa Tibet merupakan bagian dari Cina. Namun
11

Dalai Lama tidak menyetujui begitu saja, ia memberikan syarat terhadap


Cina, bahwa ia akan menyatakan kesetujuannnya untuk bergabung dengan
Cina apabila pemerintah Cina memberikan hak otonomi khusus kepada Tibet.
Tetapi pemerintah Cina tidak menyetujui hal tersebut, sehingga pemberian
hak otonomi terhadap Tibet tidak diberikan. (Tao, 2005:256)
Tindakan dari pemerintah Cina, membuat Dalai Lama kecewa dan
merencanakan untuk melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Cina
sehingga berbagai upaya dilakukan oleh Dalai Lama demi memperjuangkan
hak wilayahnya. Karena Tibet melakukan pemberontakan terhadap
pemerintah Cina, pada tahun 1956 pemberontakan ini pecah di Kham dan
Amdo. Pemberontakan ini berlangsung selama 6 tahun lamanya. Pada tahun
1959, rakyat Tibet berbaris di jalan-jalan kota Lhasa untuk melakukan
pemberontakan dan menyatakan kemerdekaan Tibet. Selain hal tersebut yang
menyebabkan Tibet melakukan pemberontakan yakni mendapat laporan
bahwa Dalai Lama akan diculik oleh tentara Cina. (Ridwan, 2008)
Medengar Dalai Lama akan diculik, rakyat Tibet terus menerus
melakukan pemberontakan. Dan pada akhirnya, Dalai Lama dan para Menteri
Tibet pun berhasil meloloskan diri dari tentara Cina, melalui usaha pelarian
yang dipimpin oleh Gempo Tashi dan mendirikan kepemimpinannya di
Dharamsala, India Utara sampai sekarang.

2.3.4 Kerusuhan Tibet Tahun 2008


Perselisihan antara Tibet dengan Cina terus terjadi dengan berbagai
masalah. Walaupun dari beberapa masalah tidak disorot dunia Internasional,
tidak banyak diketahui oleh dunia Internasional, namun perselisihannya
memang terus berlanjut. Sehingga pada saat tahun 2008, ketika masyarakat
Tibet melakukan pemberontakan, hal itu sangat mengejutkan seluruh penjuru
dunia. Karena pada saat itu bertepatan akan dilaksanakan Olimpiade Beijing.
Pada saat menjelang Olimpiade Beijing tahun 2008 dilaksanakan, secara
mengejutkan konflik antara Tibet dan Cina terjadi kembali. Pada saat itu
terjadi sebuah insiden protes ketika rute obor direncanakan melewati Tibet ke
puncak Gunung Everst. Menurut Tibet hal ini dianggap sebagai upaya Cina
12

untuk menegaskan bahwa Tibet tidak dapat dipisahkan dari Cina dan Tibet
senang hidup dibawah kekuasaan Cina.
Sebagai bentuk dari unjuk rasa atau protes, rakyat Tibet juga melakukan
perlawanan kembali akibat dari ketidakpuasan rakyat Tibet terhadap sikap
pemerintah Cina. Rakyat Tibet, para biksu Budha berbaris dari biara-biara
disekitar Lhasa untuk meperingati 49 tahun kegagalan warga Tibet dalam
melawan aturan pemerintah Cina dan pelanggaran hak asasi manusia. Rakyat
Tibet benar-benar menggunakan kesempatan tersebut kepada dunia mengenai
kondisi mereka yang memprihatinkan dibawah pemerintahan Cina. (Kerry,
2008)
Ketidakpuasan rakyat Tibet karena adanya kesenjangan bagi daerahnya
terlihat dari penduduk lokal yang merasa berhak menjadi prioritas dalam
kebijakan Cina agar dapat menikmati hasil pembangunan yang telah dicapai
diwilayah Tibet. Namun kenyataannya jauh dari apa yang diharapkan,
semakin mudahnya transportasi imigran masuk ke wilayah Tibet. Dengan
demikian pada Olimpiade Beijing tahun 2008, hal ini dijadikan kesempatan
besar bagi rakyat Tibet untuk unjuk rasa terhadap Cina.
Kerusuhan Tibet 2008 ini mempertegas akan kehadiran militer Cina
disemua wilayah Tibet yang sebelumnya sering ditutupi. Peristiwa ini
mendorong masalah Tibet menjadi agenda dalam hubungan Cina-Amerika
Serikat dan Cina-Eropa. Dari kejadian ini, Eropa meminta agar Cina tidak
lagi terlibat di Tibet dengan alasan atau mengatasi ketegangan. Oleh karena
itu, dengan meluasnya perhatian dunia luar terhadap kasus Tibet memberikan
pencerahan bagi terwujudnya perdamaian demokrasi di Tibet ataupun Tibet
dengan Cina.

2.4 Akhir Konflik Tibet Dan China


Konflik yang terjadi antara Cina dan Tibet telah menjadi isu Internasional,
dan membuat banyak Negara memberikan perhatian terhadap konflik ini.
Dalam konflik Cina dan Tibet banyak Negara yang berpartisipasi untuk
membantu Tibet dalam menyelesaikan konflik ini. (Nurani, 2008:64)
13

Bartisipasi dari dunia internasional adalah salah satu hasil dari perjalanan
Dalai Lama ke Negara‐negara barat. Negara‐negara itu pada umumnya
mengecam dan mendesak Cina untuk secepatnya menyelesaikan konfliknya
dengan Tibet. Walaupun Cina seringkali mengecam Negara‐negara yang
menerima kedatangan Dalai Lama. Seperti Negara‐negara Amerika dan
Australia. Sebagai pemimpin Tibet, Dalai Lama 14 memilih Opsi Jalan
Tengah untuk menyelesaikan konflik dengan Cina, yakni diberi daerah
Otonomi Khusus RRC untuk Tibet.
Opsi jalan tengah yaitu Tibet menerima kedaulatan Cina, jika Cina
memberikan Otonomi khusus kepada Tibet. Beberapa isi tuntutan Tibet
kepada Cina yang berhubungan dengan jalan tengah yaitu Tibet meminta agar
tiga provinsinya Amdo, U‐tsang, dan Kham bersatu kembali untuk membuat
peraturan dalam negrinya sendiri berkaitan dengan agama dan budayanya,
menjadikan Tibet wilayah yang aman dan pemerintahan Cina harus menarik
pasukannya dari Tibet, pemerintahan Cina memiliki tanggungjawab atas
Tibet dalam aspek hubungan internasional Tibet dan keamanan dan
membiarkan orang‐orang Tibet mengatur hal‐hal seperti agama dan budaya,
pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan perlindungan terhadap lingkungan,
pemerintah Cina harus menghentikan kekerasan terhadap hak asasi manusia
dan menghentikan pengiriman penduduk China untuk tinggal di Tibet. (Jhon
B. Robert II & Elizabeth, 2009:184)
Dalai Lama 14 hanya menginginkan hidup berdampingan secara damai
dengan Cina. Jika Cina menyetujui opsi jalan tengah, dapat dikatakan bahwa
status Tibet sama dengan Hongkong. Maksud dari kebijakan jalan tengah
tersebut adalah bahwa Tibet memang tak lagi menuntut kemerdekaan dari
Cina, namun meminta status otonomi khusus yang sesungguhnya di wilayah
Tibet dalam kerangka negara Cina.
Berbagai cara dilakukan oleh Tibet, pada akhirnya keinginan dan
kebijakan Tibet terpenuhi, bahwa pada tahun 1965 pemerintah Cina
memberikan hak otonomi daerah kepada Tibet. Pemerintah Cina dan Tibet
melakukan perjanjian yang isinya menjadikan Tibet sebagai wilayah otonomi
14

khusus dibawah pemimpin tradisional Tibet yaitu Dalai Lama. Sejak saat itu,
Tibet resmi menjadi provinsi Cina.
Faktor yang mempengaruhi pengambilan opsi jalan tengah dengan
pemberian hak daerah otonomi kepada Tibet juga disebabkan karena Dalai
Lama sebagai pemimpin spiritual Tibet yang berpedoman pada ajaran Budha
dalam melihat konflik antara China dan Tibet, menganggap Opsi jalan tengah
ini sesuai dengan konsep Budha “interdependence”. Selain itu posisinya
sebagai kepala pemerintahan yang bertanggung jawab atas nasib rakyat
Tibet.
Setelah Tibet diberikan hak otonomi daerah oleh Cina, berbagai
pembangunan diwilayah Tibet dilakukan oleh pemerintah Cina. Diantaranya
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Tibet, dengan megaproyek
bendungan raksasa yang ditempatkan di sungai Yarlung Tsangpo dataran
tinggi Tibet yang dibangun pada tahun 2010. Sealin di Yarlung Tsangpo, pada
tahun 2016 Cina juga membangun pembangkit tenaga air terbesar di
Suwalong Tibet. Media resmi Cina di Tibet melaporkan bahwa bendungan
PLTA tersebut memiliki Panjang 1.368 meter yang dilengkapi terowongan
pintu air sepanjang 760 meter dan terowongan pengalihan air dari 900 meter.
Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan energi terbarukan
dengan jumlah yang lebih banyak daripada sebelumnya.
Selain membangun PLTA di Tibet, pada tahun 2006 juga Cina
membangun jalur rel kereta api sepanjang 3.757km dan pada bulan Maret
2016 pemerintah Cina sepakat menghubungkan jalur kereta api Tibet ke
Nepal.Jalur kereta api tersebut akan melewati ketinggian pegunungan Tibet.
Jalur kereta api tersebut akan menjadi kebanggan negara Cina karena
nantinya akan menjadi jalur kereta api yang berada pada ketinggian lebih dari
5000 meter diatas permukaan laut. (Tibet Watch, 2014)
Organisasi hak asasi manusia di Tibet menjelaskan bahwa pada saat ini
Tibet sudah berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Karena sejumlah
proyek dan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Cina mengubah
kehidupan Tibet. Cina telah mengubah Tibet yang tradisional menjadi
perhatian para turis. Cina telah membuka akses wisata ke situs ziarah Budha
15

di Barat Daya Tibet, seperti Gunung Kailash dan Sanau Manasarovar. Kedua
situs tersebut telah dimasukan dalam “Tibet Kailash Manasarovar Tourism
Development Project.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pada awalnya Tibet dan Cina adalah kerajaan dibawah Dinasti Mongol,
namun Tibet berhasil melepaskan diri dari Dinasti Mongol dan
mendeklarasikan kemerdekaannya satu dekade sebelum Cina melepaskan diri
dari Mongol dan berhasil mengalahkan Mongol. Saat itu Cina yang berambisi
menaklukan semua wilayah bekas wilayah kerajaan Mongol, akhirnya
melakukan ekspansinya ke Tibet, dengan kekuatan militernya Cina ingin
menjadikan Tibet dibawah kekuasaannya. Banyak sekali perselisihan dan
konflik antara Tibet dan China yang terjadi, diantaranya perselisihan politik
dan perebutan wilayah, perlawanan Tibet terhadap Cina, Invasi Cina ke Tibet
tahun 1950 dan kerusuhan Tibet pada tahun 2008.
Perselisihan atau konflik yang terjadi diantara mereka banyak sekali
faktor dan penyebabnya. Seperti kurangnya kebijakan dan keadilan dari
pemerintah Ciina yang menyebabkan Tibet melakukan sebuah perlawanan
atau pemberontakan. Selain itu, pemerintah Cina yang selalu memikirkan
negaranya sendiri untuk menguasai Tibet namun memperlakukan Tibet
dengan keinginanannya sendiri tanpa memikirkan penderitaan yang dialami
rakyat Tibet.
Setelah berbagai konflik antara Tibet dan Cina, Dalai Lama 14 sebagai
Raja Tibet memutuskan untuk mengakhiri konflik ini dengan jalan tengah
yaitu diberikannya hak otonomi daerah kepada Tibet dan Tibet menjadi
bagian dari provinsi Republik Rakyat China atau RRC.

3.2 SARAN
Setelah memahami isi makalah ini penulis berharap para pembaca dapat
memahami tentang latar belakang kehidupan Tibet sebelum terjadi konflik,
penyebab terjadinya konflik Tibet dengan Cina, proses terjadinya konflik
Tibet dengan China dan akhir dari konflik Tibet dengan Cina. Penulis
menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna. Kritik dan

16
17

saran dari para pembaca sangat penulis harapkan, agar kedepannya penulis
dapat menyusun makalah ini dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Agung,Leo.(2012).Sejarah Asia Timur 2.Yogyakarta: Ombak


Nurani, Soyomukti.(2008).Revolusi Tibet: Fakta, intrik dan politik
Kepentingan Tibet-China-Amerika Serikat. Yogyakarta : Garasi
Jhon B. Robert II & Elizabeth A. Robert.(2009).Freeling Tibet 50 years of
struggle, resilience, and hope. Amerika: AMACOM
Hastuti,Maya.Opsi Jalan Tengah Dalai Lama Dalam Penyelesaian Konflik
Cina Tibet. Jurnal Studi. Prodi Hubungan Internasional Universitas
Muhammadiyah Malang. Malang: 2011
Kurnianingrum,Fitriana.Dalai Lama XIV Di Arena Politik Tibet Pada
Tahun 1950-1960. Jurnal Skripsi. Prodi Pendidikan Sejarah FIS
Universitas Negeri Yogyakarta: 2015
Falaq,Baihaqi.Konflik Cina-Tibet dan Terjadinya Pelanggaran HAM Oleh
Cina Tahun 2000-2008. Jurnal Penelitian. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta: 2010
Aiqani,Nabhan.Dinamika Konflik Cina Dengan Tibet: Pendekatan
Perdamaian Demokratis Sebagai Upaya Penyelesaian Konflik.
Jurnal. Universitas Andalas. Padang: 2018
Ridwan.2008.[Online] Tersedia :
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=1&jd=Status=Tibet=yang=
Diperdebatkan&dn=2008321035530 [diakses pada tanggal 24 Agustus
2019]
Khadafi,Ahmad.2017.[Online] Tersedia :
https://tirto.id/sejarah-negeri-tibet-dan-perjuangan-kemanusiaan-dalai-lama-
cr32 [diakses pada tanggal 24 Agustus 2019]
DH,Agung.2016.[Online] Tersedia :
https://www.google.co.id/amp/s/amp.tirto.id/cara-cina-lumpuhkan-tibet-
dengan-megaproyek-bJEg [diakses pada tanggal 27 Agustus 2019]

18

Anda mungkin juga menyukai