Anda di halaman 1dari 28

ASPEK ASPEK MODERNITAS DAN LAHIRNYA NEGARA ISLAM

MODERN

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Modern (SPIM) Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) A/Semester 5 Tahun
Akademik 2020/2021

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Tri Mutia 1808101005


Putri Dwi Julianti 1808101017
Kiki Fitriani 1808101027

Dosen Pengampu:

Dr. H. Ahamd Yani,M.Ag.

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SYEKH NURJATI CIREBON


TAHUN 2020

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kajian Kitab Kuning SPI.
Dalam pembuatan makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, kami sampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Sumanta, M.Ag, Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
2. Bapak Dr. H. Ahamd Yani,M.Ag, sebagai dosen Sejarah Peradaban Islam
Modern,
3. Serta teman-teman yang telah berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Semoga makalah ini dapat dijadikan khasanah dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan, baik di kalangan pelajar, khususnya mahasiswa IAIN Syekh Nurjati
Cirebon, maupun pembaca pencinta ilmu pada umumnya, dan hanya kepada Allah
SWT penulis berserah diri.

Cirebon, September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan Makalah 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Aspek-Aspek Modernitas 3
1. Sosial 4
2. Politik 4
3. Agama 5
4. Ekonomi 7
B. Lahirnya Negara Islam Modern 7
1. Turki 9
2. Mesir 11
3. Iran 13
4. Afghanistan 15
5. Islam di Eropa 16
6. Islam di Amerika 18

BAB III ANALISIS KRITIS ASPEK MODERNITAS DAN


LAHIRNYA NEGARA ISLAM MODERN 20

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 22
B. Rekomendasi 23

Lampiran:

1. Daftar Pustaka 24
2. Biodata Penulis 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak abad ke-19 M sampai memasuki tahun-tahun pertama abad ke-21
M, para pemikir Muslim telah menghadirkan aktivitas pemikiran dan
perkembangan gerakan yang cukup sintetis di dunia Islam sebagai respons atas
arus modernisasi yang datang dari Barat. Di Indonesia, sepanjang abad 20 M
hingga abad ke-21 M para pembaru atau modernis Muslim, telah menunjukkan
suatu kontinum perkembangan dalam melakukan rekonstruksi pemahaman
teologi dalam kerangka Indonesia modern sebagai respons atas dinamika
kesejarahan yang berkembang.1 Konsep tentang universalisme Islam dan finalitas
nubuwwah sangat mendukung gagasan tajdid (pembaruan, modernisasi) sebagai
sebuah dimensi penting dalam pengalaman sejarah kaum Muslim guna
mengimplementasikan Islam dalam kondisi aktual masyarakat Islam Indonesia
modern.
Masuknya gagasan dan gerakan modernisasi Barat di dunia Islam, telah
memunculkan gerakan-gerakan yang berusaha untuk mewujudkan sintesa antara
Islam dengan peradaban modern dengan meninjau kembali ajaran-ajaran Islam
dan menafsirkannya dengan interpretasi baru. Munculnya tatanan dunia baru dari
Eropa Barat di era teknis modern telah memengaruhi umat Islam untuk
mengubah paradigma berpikir. Lemahnya dunia Islam dari berbagai segi, pasca
kejayaan “Dinasti Mesin Serbuk” telah dimanfaatkan oleh bangsa Eropa Barat
untuk dijadikan senjata guna menancapkan kaki imperialismenya atas dunia
Islam.
Adanya pergumulan antara Islam dengan dinamika modernitas telah
mendorong munculnya proses modernisasi yang diusung oleh para pemikir

1
Syamsul Bakri. 2016. Modernisasi dan Perubahan Sosial dalam Lintasan Sejarah Islam.
Surakarta: Journal Kalimah. Hlm. 174.

1
Muslim, yang oleh John L. Esposito dan John O disebut sebagai intelektual
aktivis berorientasi Islam. Mereka adalah para pemikir Muslim yang memahami
aspek pelajaran tradisional Islam, memiliki integritas intelektual yang mumpuni.
Hal ini ditandai dengan kemampuan menetapkan serta mengekspresikan konsep-
konsep dan simbol-simbol, serta sekaligus menjadi aktivis yang terlibat langsung
dalam perubahan sosial. Untuk memahami modernisasi dalam Islam, maka
diperlukan teori modernisasi untuk dijadikan kerangka teoretis dalam membaca
fakta sosiologis yang terjadi di masyarakat Islam Indonesia modern.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah aspek aspek modernitas?
2. Bagaimanakah lahirnya negara Islam modern?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui aspek aspek modernitas sejarah peradaban Islam modern.
2. Untuk mengetahui tentang lahirnya Negara Islam modern.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Aspek-aspek Modernitas
Pada dasarnya semua bangsa dan masyarakat di dunia ini senatiasa
terlibat dalam proses modernisasi, meskipun kecepatan dan arah perubahannya
berbeda-beda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Proses
modernisasi itu sangat luas, hampir tidak bisa dibatasi ruang lingkup dan
masalahnya, mulai dari aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, dan seterusnya.
Konsep modernisasi dalam arti khusus yang disepakati teoritisi
modernisasi di tahun 1990 dan tahun 1960-an, didefinisikan dalam tiga cara yaitu
historis, relative dan analisis. Menurut arti historis, modernisasi sama dengan
westernisasi atau amerikanisasi. Modernisasi dilihat sebagai gerakan menuju
cita-cita masyarakat yang dijadikan model. Menurut pengertian relatif,
modernisasi berarti upaya yang bertujuan untuk menyamai standar modern baik
oleh masyarakat banyak maupun oleh penguasa. Definisi analisis berciri lebih
khusus daripada kedua definisi sebelumnya yakni melukiskan dimensi
masyarakat modern dengan maksud untuk ditanamkan dalam masyarakat
tradisional atau masyarakat pra modern.2
Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu arah yang lebih
maju atau meningkat dalam berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa modernisasi adalah proses perubahan dari cara-
cara baru lebih maju, dimana dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.3
Modernisasi biasa dikaitkan dengan kondisi masyarakat Barat, karena
modernisasi merupakan proses perubahan menuju pada tipe sistem-sistem sosial,
ekonomi, dan politik yang berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara abad
2
Sztompka, Piort, 2004. Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: Prenada Hlm. 152-153.
3
Abdulsyani. 1994. Sosiologi Sistematika, Teori, dan Terapan..Jakarta: Bumi Aksara. Hlm.
176-177

3
ke-17 M sampai abad ke 19 M. Berikut akan dijelaskan aspek aspek modernitas
yaitu yang berkaitan dengan aspek sosial, politik, ekonomi dan agama.
1. Aspek Politik
a. Peran Negara semakin besar, Negara melaksanakan fungsi baru dalam
mengatur dan mengoordinir produksi, distribusi kekayaan, melindungi
kedaulatan ekonomi dan merangsang perkembangan pasar luar negeri
b. Mengembangkan pemerintah berdasarkan hukum yang mengikat
pemerintah maupun warga Negara
c. Berkembangnya penggolongan warga Negara, kategori sosial makin
meluas dengan hak sipil dan hak politik makin besar
d. Berkembangnya organisai birokrasi nasional yang impersonal sebagai
sistem manajemen dan administrasi dominan dalam aspek kehidupan
sosial.4
2. Aspek Sosial
Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat terjadi dalam
masyarakat maupun terjadi karena faktor yang datang dari luar. Terdapat
faktor yang mendorong jalannya perubahan yaitu:
1. Kontak dengan kebudayaan lain.
2. Sistem pendidikan formal yang maju.
3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan yang
maju.
4. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation)
yang bukan merupakan delik.
5. Sistem terbuka lapisan masyarakat.
6. Penduduk yang heterogen.
7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.
8. Orientasi ke masa depan.

4
Hassan Hanfi. 2015. Studi Filsafat 1.Yogyakarta: LKIS Yogyakarta. Hlm. 313.

4
9. Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki
hidupnya.5
Teori modernisasi dan pembangunan yang pada dasarnya merupakan
sebuah gagasan tentang perubahan sosial dalam perjalanannya telah menjadi
sebuah idiologi. Perkembangan ini adalah akibat dari dukungan dana dan
politik luar biasa besarnya dari pemerintah dan organisasi maupun perusahaan
swasta di Amerika Serikat serta negara-negara liberal lainnya. Semua itu
menjadikan modernisasi dan pembangunan sebagai suatu gerakan ilmuwan
antardisiplin ilmu-ilmu sosial yang memfokuskan kajian terhadap perubahan
sosial. Akibatnya menjadikan teori modernisasi tidak hanya sekedar
merupakan "industri yang sedang tumbuh", tetapi telah menjadi sebuah aliran
pemikiran (a school of thought), bahkan telah menjadi sebuah idiologi.
Pengaruh modernisasi di dunia ketiga sangat luas, tidak hanya pada kalangan
akademisi di Perguruan Tinggi, tetapi juga kalangan birokrasi yakni para
perencana dan pelaksana program pembangunan di negara-negara dunia
ketiga. Bahkan modernisasi juga berpengaruh dalam pemikiran keagamaan di
kalangan pemimpin.
Hanya dengan melalui rekonstruksi tradisi keagamaan masyarakat
tradisional ke arah ideologi pembebasan, maka akan dapat mengantarkan
suatu perubahan sosial tanpa kehilangan identitas kultural Islam dalam rangka
menuju masyarakat Islam kontemporer. Menurut Hassan Hanafi, Islam harus
memiliki nilai transformatif karena Islam bukan saja dogma, ritus, dan akidah,
tetapi juga etika, wawasan kemanusiaan, dan bahkan ilmu sosial.
3. Aspek Agama
Agama pada era sekarang tidak lagi secara total bisa didekati dan
dipahami hanya melalui pendekatan teologis-normatif. Hal tersebut terjadi
karena pada penghujung abad 19 dan terlebih pada abad 20 terjadi pergeseran
paradigma pemahaman tentang agama dari yang dulu terbatas kepada idelitas
5
Soekanto Sorjono. 1994. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm. 363-365.

5
kearah historisitas, dari yang dulunya berkisar pada doktrin kearah entitas
sosiologis, dari diskursus esensi kearah eksistensi. 6 Dengan kata lain agama
tidak lagi terbatas hanya menjelaskan mengenai hubungan antara manusia
dengan Tuhan, tetapi juga perlu menjelaskan mengenai kesadaran pencarian
asal-usul agama (antropologis), pemembuhan kebutuhan untuk membentuk
kepribadian yang kuat pada diri manusia (psikologis).
Di sini agama secara nyata memiliki tanganannya yang besar, adanya
tantangan tersebut merupakan buah dari menumpuknya problematika yang
mencatat nama agama, seperti halnya kekerasan, terorisme, budaya modern,
perekonomian, kehidupan bersama, problem ketengan dari lain lain
sebagainya. Semua persoalan ini merupakan wujud hubungan antara manusia
dan manusia, manusia dengan budaya yang belum bisa secara total dijelaskan
secara mendalam oleh agama.
Ketika agama sudah dianggap tidak lagi relevan, maka manusia lebih
banyak menghargai kehidupan materialistic daripada kehidupan spiritual
merupakan ruhnya agama, menjalarnya budaya permisif di kalangan umat
manusia, munculnya sikap individualistis, lembaga penddikan kurang
menjanjikan, terjadinya konflik dalam nilai-nilai sosial dan polarisasi budaya.
Perubahan zaman menciptakan budaya baru yang menuntut umat Islam
untuk cepat cepat meresponnya, agar fungsi agama di tengah-tengah
kehidupan umat Islam selalu relevan dan selalu memberikan solusi konkrit
terhadap persoalan yang dihadapi dalam budaya yang berbeda.

4. Aspek Ekonomi

6
M. Amin Abdullah. 2002. Studi Agama Normativitas atau Historisitas. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Hlm. 09.

6
Modernitas (kehidupan yang lebih moderen) menunjukkan sejumlah
fenomena baru dalam masyarakat moderen. Di bidang ekonomi yang menjadi
sentral keseluruhan sistem sosial, terlihat fenomena sebagai berikut : 7
a. Pertumbuhan ekonomi sangat cepat.
b. Terjadinya pergeseran dari produksi agraris ke industri sebagai inti sektor
ekonomi
c. Konsentrasi produksi ekonomi di kota dan kawasan urban
d. Penggunaan sumber daya tak bernyawa sebagai pengganti tenaga kerja
manusia dan hewan
e. Penyebaran temuan teknologi keseluruh aspek kehidupan sosial
f. Terbukanya pasar tenaga kerja berkompetansi bebas dan sedikitnya
pengangguran
g. Terkonsentrasinya tenaga kerja dipabrik dan perusahaan raksasa
h. Pentingnya peran pengusaha, manager atau kapten industri dalam
mengendalikan produksi

B. Lahirnya Negara Islam Modern


Pada pertengahan abad ke-20, persoalan modernitas telah melibatkan
masyarakat Islam dalam skala yang lebih luas. Urbanisasi intelektual masyarakat
Muslim bergerak dengan cepat. Kehadiran para intelektual-aktivis pada tahun
1970-an ini dilatarbelakangi adanya rasa ketidakpuasan terhadap paradigma
pemikiran dan gerakan para intelektual modernis-sekularis yang hanya memiliki
sedikit akar dalam tradisi Islam. Begitu juga institusi sosial dan politik yang
diciptakan para modernis awal yang berpola Barat dianggap tidak cukup. Sikap
jumud ulama konservatif juga menjadi bagian dari persoalan yang dikritisi
intelektualaktivis yang hadir dengan alternatif-alternatif baru. 8
7
Sztompka, Piort, 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada. Hlm. 87.
8
Syamsul Bakri. 2016. Modernisasi dan Perubahan Sosial dalam Lintasan Sejarah Islam.
Surakarta : IAIN Surakarta. Hlm. 182.

7
Tahun 1970-an merupakan era baru di dalam pemikiran dan gerakan
Islam. Para intelektual aktivis berpendidikan modern hadir dalam pola baru yaitu
komitmen terhadap transformasi masyarakat Muslim, di samping pemikiran dan
gerakannya masih tetap dalam kerangka ideologi dan program yang bisa dikenali
sebagai murni berbasis tradisi Islam. Para intelektual-aktivis Muslim tahun 1970-
an, walaupun dalam berbagai hal memiliki perbedaan tetapi mereka memiliki
karakteristik penting yang sama, yaitu menyajikan sintesa pemikiran dan gerakan
Islam transformatif berbasis tradisi Islam yang kuat, di samping juga menjadi
aktivis dalam proses transformasi masyarakat Muslim. Peran para intelektual-
aktivis dekade ini cukup besar dalam membentuk kehidupan masyarakat Islam
kontemporer. Ismail Raji al-Faruqi (1921-1986) memunculkan gagasan
Islamisasi ilmu pengetahuan sebagai worldview Islam, dan telah banyak
memberi landasan gerakan kultural bagi kebangkitan Islam pada akhir abad 20.
Kontribusi Ismail Raj’i al-Faruqi yang lain adalah dalam dialog dan gerakan
kerukunan antarumat beragama. Sebelumnya, pada tahun 1960-an Malek
Bennabi (1905-1973) juga sudah melakukan aktivitas pemikiran dan gerakan
pemberdayaan masyarakat Muslim. Yang menjadi persoalan peradaban adalah
bagaimana menjelaskan kepada umat Islam tentang urgensi dan signifikansi
pemikiran keagamaan dalam memberikan kekuatan kepada manusia untuk
bangkit menciptakan dan membangun peradaban. Kemajuan peradaban hanya
dapat ditempuh ketika masyarakat Muslim berpegang teguh pada Islam, yaitu
Islam yang menggerakkan akal dan perilaku etika dan yang muncul dalam sosok
Islam sosial.
Kebangkitan Islam tahun 1970-an ini juga diwarnai pemikiran
Fazlurrahman dan pemikiran Sayyed Hossein Nasr. Sedangkan Kurshid Ahmad
telah mencoba merumuskan pemikiran ekonomi Islam kontemporer menuju
profesionalisme Muslim dalam mengoperasikan kerja ekonomi.
Pada awal abad ke-20, Muhammad Iqbal (1876-1938) di India
menyerukan kepada umat Islam agar bangun dan menciptakan dunia baru

8
melalui ijtihad sebagai “prinsip gerak” dalam Islam. Islam adalah agama yang
mengajarkan dinamisme. Dinamisme umat Islam harus didasarkan pada ajaran
dinamik dari al-Qur’an. Etos kerja umat Islam yang rendah adalah faktor yang
menciptakan keterbelakangan. Iqbal tidak menjadikan fenomena lahiriah
kecermelangan peradaban Barat sebagai model, melainkan hanya sebatas pada
esensinya, yaitu dimensi ilmu (epistemologi) dan teknologi yang perlu diambil.
Modernismne Iqbal selalu diiringi dengan semangat untuk mengkritik Barat dan
merevisi pemikiran modern Barat sehingga dapat digolongkan dengan new
modernization. Berbeda dengan Ahmad Khan yang mengambil Barat sebagai
percontohan, Iqbal lebih kritis terhadap peradaban Barat terutama dalam
persoalan kapitalisme dan empirisme yang berbasis pada filosofi materialisme.
Berikut adalah beberapa lahirnya Negara Islam modern, diantaranya:
1. Turki
Transformasi modernisasi Barat di dunia Muslim juga terjadi di Turki
yang dipelopori oleh Mustafa Kemal Ataturk (1881-1938). Dominasi orientasi
sekuler atas para pemikir dalam masyarakat Muslim sangat meningkat pada
awal dan pertengahan abad ke20, sehingga para ulama konservatif kehilangan
posisi mereka sebagai elit intelek pada masanya, di samping kegelisahannya
atas derasnya arus westernisasi. Dalam kondisi yang demikian, pada medium
abad ke-20 muncul para intelektual religius seperti Hasan al-Banna dan
Maududi yang lebih menekankan corak fundamentalismenya berupa gerakan
untuk kembali ke ajaran dasar alQur’an dan sunah sebagai landasan dalam
membangun masyarakat dan dalam menghadapi peradaban Barat, serta
bersikap tegas dalam menolak westernisme, sekularisme, dan imperialisme.
Republik Turki adalah sebuah negara besar di kawasan Eurasia.
Wilayahnya terbentang dari Semenanjung Anatolia di Asia Barat Daya dan
daerah Balkan di Eropa Tenggara. Turki adalah sebuah republik
konstitusional yang demokratis, sekular, dan bersatu. Sistem politiknya
didirikan pada tahun 1923 di bawah pimpinan Mustafa Kemal Atatürk setelah

9
kejatuhan Khilafah Ottoman. Bangsa turki adalah salah satu bangsa yang
terkenal dalam dunia islam.
a. Politik Turki
Turki sangat menentang akan kepemerintahan Mustafa Kemal.
Golongan dari agama untuk pertama kalinya meraih kemenangan besar
dalam segi politik. Ketika mereka menguasai lebih dari 21% suara rakyat
dan 168 kursi dari 550 kursi majelis nasioanal pada pemilu parlemen yang
diwakili oleh partai reva atau kesejahteraan.
b. Keagamaan turki
Negara paling sekuler di Timur Tengah dilanda oleh gelombang
Islamis. Cita-cita Mustafa Kemal Attaturk tentang sebuah Negara modern
dan sekuler berpola barat dibayangi keruntuhan. Menengok kebelakang,
seperi semua visioner, Attaturk gagal dalam ikhtiarnya menciptakan
seorang manusia baru yang tak dibayangi oleh warisan sejarah kekaisaran
ottoman yang berusia 500 tahun. Rakyat Turki, meski terlambat ternyata
akhirnya bergabung juga dengan kerabat Arab dan Persia mereka yang
religius dalam upaya memadukan modernitas, agama dan keontetikan
budaya. Tapi tak seperti para tetangga muslim mereka, rakyat Turki
melakukannya melalui institusi dan perangkat konstitusional yang
dibangun oleh Negara Kemalis, yang membedakan Turki dalam hal ini
adalah pluralismenya, yang membuat terpinggirnya kelompok-kelompok
keras Islam di Turki, dibanding dengan oposisi Islamis bersenjata di Mesir
dan al-jazair.
c. Sosial turki
Ada tiga kelompok utama yang menjadi pemicu Islamisasi dalam
masyarakat Turki yang dicatat oleh Donny J.A Fransiscus Sudiarsis yaitu,
yang pertama adalah kaum intelektual Islam yang banyak di inspirasi oleh
pemikir Islam dunia, seperti Mawdudi, Sayyid Qutub dan Ali Shariati. Para
intelektual mempengaruhi opini umum melalui berbagai media tentang

10
politik Islam sebagai alternatif dari demokrasi Barat. Kedua, adalah para
terdidik dari ilmu alam. Posisi mereka sangat penting dalam masyarakat
karena merekalah yang menjadi tulang punggung perkembangan ekomoni
dan industri. Ketiga, kaum wanita profesional melalui gerakan jilbab para
wanita membawa symbol Islam kedunia politik. Jilbab yang mereka
gunakan berfungsi sebagai penegasan indentitas atas jalan hidp masyarakat
Turki yang semakin membarat dan sekuler.
Pembaharuan di bidang hukum dilakukan pada tahun 1926. Dalam
rangka menghapus segala hukum dan aturan yang berlaku pada zaman
Utsmaniyah, baik di bidang agama maupun di bidang sipil, Republik Turki
menghapus sistem adat dan menggantinya dengan hukum perdata Swiss,
hukum pidana Italia, dan hukum dagang Jerman sebagai hukum-hukum
yang berlaku. Hukum yang menjunjung tinggi derajat perempuan juga
diberlakukan seperti dilarangnya poligami, wanita diperbolehkan bekerja di
kantor-kantor dan tempat umum, wanita diperbolehkan mencari mata
pencarian dan menduduki jabatan di bidang ekonomi dan kehidupan
intelektual negara.
2. Mesir
Mesir adalah salah satu daerah yang didalamnya sudah banyak sekali
terjadi adimilasi dari masalah kebudayaan sampai masalah politik. Terlebih
Mesir adalah Negara yang pernah oleh beberapa kerajaan, mulai dari kerajaan
Yunani, Romawi, Khulafaur Rasyidin, Umayah, Abbasiyah, Mamlukiyah
sampai Usmaniyah.
a. Politik Mesir
Mesir merupakan gerbang masuk kedunia Arab dan jangkar dari
kebijakan Amerika mengenai Timur Tengah karena kaitan eratnya dengan
daerah Teluk penghasil minyak serta keterlibatan aktifnya dalam proses
perdamaian Arab Israel. Amerika telah menanam investasi besar-besaran di
Mesir, memberinya bantuan ekonomi dan militer sebesar 2US$ 2Miliyar

11
pertahun sejak 1979. Kairoh telah menjadi sekutu dekat Washington
melalui proses perdamaian memfasilitasi negosiasi-negosiasi antara Arab
dan Israel, meneguhkan koalisasi pimpinan AS melawan Irak. Karena
semua alasan ini, para petinggi Amerika berharap Mesir merupakan obor
stabilitas dikawasan yang rawan itu.
b. Keagamaan Mesir
Dengan adanya gerakan kelompok politik Islam yang membawa misi
dakwah Islam ini membuat Amerika khawatir. Gerakan politik Islam ini
dinamai dengan Ikhwanul Muslimin dengan terorganisirnya gerakan politik
Islam di Mesir ini menjadi daya tarik bagi warga Mesir. Terutama gerakan
ini dijadikan alternatif warga Mesir tentang pemerintahan mesir yang kerap
kali memasakan kebijakan dengan cara-cara represif dan sangat korup dan
tidak populer dari sebagian warga mesir.
c. Sosial Mesir
Pemerintah politik Islam mengatakan tidak ada kelompok moderat
dalam gerakan politik Islam. Bahkan Mubarok tidak segan-segan
melakukan tindakan eresif terhadap gerakan Islam dan menyuruh agar
lebih unjuk gigi. Tetapi demonstari besar-besaran di Mesir setelah represif
yang dikatakan Mubarok Musnah. Pada demonstrasi itu masyarakat
menuntut agar Mubarok diturunkan akan jabatannya atas tuduhan ketidak
becusannya dalam memerintah. Dan setelah jatuhnya Mubarok dari bangku
kepemerintahannya organisasi Ikhwanul Muslimin kembali tampil. Dan
pemerintahan pun dipimpin oleh Muhammed Morsi
3. Iran
Tiga puluh tiga tahun yang lalu sebuah revolusi berbasis agama meletus
di kawasan Timur Tengah. Para ilmuwan sosial terperangah. Heran. Tidak
percaya. Terlalu sulit memercayai adanya seorang sosok ulama tua memimpin
gerakan rakyat menggulingkan sebuah rezim kuat dukungan Barat. Ketika itu,
bahkan hingga kini, teramat sedikit pemikir sosial yang percaya bahwa

12
kekuatan sosial berbasis agama bisa menumbangkan kekuasaan monarki
berusia ribuan tahun. Dari yang sedikit itu, Foucault tampil nyaring berbicara
berbeda dari mainstream pemikir sosial era itu. Pemikir Perancis ini
menyinggung adanya sebuah sistem sosial baru yang mampu resisten
menghadapi derasnya modernisme Iran yang digagas secara belum tuntas oleh
Reza Shah. Tokoh posmoderisme ini, memotret kedekatan erat antara rakyat
dan seorang agamawan kharismatik sebagai bangunan ikatan sosial model
baru di Iran pasca Revolusi Islam. "Keperibadian Khomeini mampu
meruntuhkan legenda Dinasti Pahlevi. Tidak ada pemimpin negara dan
politik, meski mereka mendapat dukungan penuh media, yang berani
mengklaim bahwa rakyatnya memiliki hubungan emosional yang begitu
tinggi seperti ikatan yang terjalin antara Khomeini dengan rakyat Iran," tutur
Foucault lebih dari tiga dekade silam.
a. Politik Iran
Diseluruh dunia islam, revolusi Islam Iran menjadi model tentang apa
yang mungkin dicapai oleh islam politik. Pada revolusi itulah, pertama
kalinya para pemimpin islam mengambil alih kekuasaaan disebuah Negara
modern yang besar. Revolusi ini menjadi inspirasi bagi para aktifis pilitk
islam dimana-mana. Akan tetapi, apa yang didirikan diatas tradisi monarki
Iran tentu saja berbeda dari apa yang didapat didirikan diatas tradisi
kesukuan Arab atau Afganistan.
b. Keagamaan Iran
Dinegara ini presentase pemeluk agama Islam sebesar 98%.
Mayoritas adalah pengikut Syiah yang bermadzab Itsma Asyari atau
Ja’fari, yang merupakan madzhab resmi Negara disana terdapat sedikit
pengikit Sunii, Nasrani, Yahudi, dan Zoroaster yang jumlahnya tidak lebih
dari 2%.
c. Sosial Islam

13
Iran memiliki dua revolusi penting yaitu, yang pertama penetangan
terhadap Hegemodi Barat dan yang kedua adanya sumbangan model
revolusi dalam sejarah dunia. Salah satu responsinya terhadap Barat adalah
dengan cara memperkenalkan revolusi Islam itu kepada khalayak muslim,
namun bukan berati dengan demikian ia menganjurkan melakukan opisisi
terhadap pemerintah, apalagi agitasi atau pemberontakan di dalam suatu
Negara. Kini Islam sesungguhnya hanya melakukan investigasi terhadap
gerakan revolusioner itu. Dan ingin melakukan teorisasi revolusi
dikalangan muslim. Revolusi yang dimaksud adalah revolusi tauhid.
Kini, setelah berlalu lebih dari tiga dekade, ilmu sosial mainstream
tetap saja masih begitu sulit menerima eksistensi sistem sosial baru yang
berjalan dan diterapkan di Iran selama ini. Tampaknya, ilmu sosial
mainstream masih gamang mengakui Islam sebagai sistem alternatif.
Misalnya, dalam disiplin ilmu ekonomi, para pemikir masih saja
meletakkan frame dualisme Kapitalisme-Sosialisme ketika membaca
sistem ekonomi politik sebuah negara Islam semacam Iran. Mereka melihat
model perekonomian Islam di Iran sebagai penerapan sistem ekonomi
campuran antara dua mainstream besar dunia itu. "Sebuah kombinasi
antara sistem Kapitalisme (Liberalisme ekonomi) dan Sosialisme yang
mencoba diharmoniskan dengan aturan syariah Islam," tutur seorang
alumnus sebuah universitas terkemuka di negara Barat, yang saya temui di
Tehran.
4. Afghanistan
Republik Islam Afganistan adalah sebuah negara di Asia Tengah. Ia
kadang-kadang digolongkan sebagai bagian dari Asia Selatan atau Timur
Tengah karena kedekatannya dengan Plato Iran.
Pada kurun waktu antara tergulingnya rezim
pemerintahan Taliban pada 2001 dan Loya jirga (sidang majelis Musyawarah

14
Tradisional) tahun 2004, dunia Barat menyebut negara ini dengan
nama Negara Islam Transisi Afganistan.
Kini, sebuah pemerintahan sementara telah didirikan. Diketuai oleh
presiden Hamid Karzai, kebanyakan anggotanya dari Aliansi Utara, dan
campuran dari daerah dan kelompok etnis lainnya yang terbentuk dari
pemerintahan transisi oleh Loya jirga. Mantan raja Zahir Shah yang kembali
ke negeri, namun tak dikembalikan lagi sebagai raja dan hanya menjalankan
kekuatan seremonial terbatas.
Afghanistan ialah sebuah negara yang relatif miskin, sangat bergantung
pada pertanian dan peternakan. Ekonominya melemah akibat kerusuhan
politik dan militer terkini, tambahan kemarau keras dengan kesulitan bangsa
antara 1998-2001. Sebagian penduduk mengalami krisis pangan, sandang,
papan, dan minimnya perawatan kesehatan. Kondisi ini diperburuk oleh
operasi militer dan ketidakpastian politik. Inflasi menyisakan banyak masalah.
Menyusul perang koalisi yang dipimpin AS yang menimbulkan jatuhnya
Taliban pada November 2001 dan pembentukan Otoritas Interim Afganistan
(AIA) yang diakibatkan dari Persetujuan Bonn Desember 2001, usaha
Internasional untuk membangun kembali Afganistan ditujukan di Konferensi
Donor Tokyo untuk Rekonstruksi Afganistan pada Januari 2002, di mana $4,5
juta dikumpulkan untuk dana perwalian yang akan diatur oleh Bank Dunia.
Wilayah prioritas untuk rekonstruksi termasuk konstruksi pendidikan,
kesehatan, dan fasilitas kesehatan, peningkatan kapasitas administratif,
perkembangan sektor pertanian, dan pembangunan kembali jalan, energi, dan
jaringan telekomunikasi.
5. Islam di Eropa
Selama 20 tahun terakhir, jumlah kaum Muslim di dunia telah
meningkat secara perlahan. Angka statistik tahun 1973 menunjukkan bahwa    
jumlah penduduk Muslim dunia adalah 500 juta; sekarang angka ini telah
mencapai 1,5 miliar. Kini, setiap empat orang salah satunya adalah Muslim.

15
Bukanlah mustahil bahwa jumlah penduduk Muslim akan terus bertambah dan
Islam akan menjadi agama terbesar di dunia.  Peningkatan yang terus-menerus
ini bukan hanya dikarenakan jumlah penduduk yang terus bertambah di
negara-negara Muslim, tapi juga jumlah orang-orang mualaf yang baru
memeluk Islam yang terus meningkat, suatu fenomena yang menonjol
terutama setelah serangan terhadap World Trade Center pada tanggal 11
September 2001.
Serangan ini, yang dikutuk oleh setiap orang, terutama umat Muslim,
tiba-tiba saja telah mengarahkan perhatian orang (khususnya warga Amerika)
kepada Islam. Orang di Barat berbicara banyak tentang agama macam apakah
Islam itu, apa yang dikatakan Al Qur'an, kewajiban apakah yang harus
dilaksanakan sebagai seorang Muslim, dan bagaimana kaum Muslim dituntut
melaksanakan urusan dalam kehidupannya. Ketertarikan ini secara alamiah
telah mendorong peningkatan jumlah warga dunia    yang   berpaling kepada
Islam.
Demikianlah, perkiraan yang umum   terdengar pasca peristiwa 11
September 2001 bahwa "serangan ini akan mengubah alur sejarah dunia",
dalam beberapa hal, telah mulai nampak kebenarannya. Proses kembali
kepada nilai-nilai agama dan spiritual, yang dialami dunia sejak lama, telah
menjadi keberpalingan kepada        Islam. Berbagai media massa telah sering
menyiarkan berita tentang Islam    dan Muslim. Penyebab ketertarikan ini
adalah perkembangan yang    terus-menerus mengenai angka populasi Muslim
di Eropa, dan peningkatan ini tidak dapat dianggap hanya disebabkan oleh
imigrasi.
Meskipun imigrasi
dipastikan memberi pengaruh nyata pada pertumbuhan populasi      umat   
Islam,  namun banyak peneliti mengungkapkan bahwa permasalahan ini
dikarenakan sebab lain: angka perpindahan agama yang tinggi.
Mempertimbangkan kedudukan kaum Muslim di saat menjelaskan        

16
kedudukan Gereja di milenium baru sangatlah tepat, mengingat pendataan
tahun 1999 oleh PBB menunjukkan bahwa antara tahun 1989 dan 1998,
jumlah
penduduk Muslim Eropa meningkat lebih dari 100 persen.   Dilaporkan bahwa
terdapat sekitar 13 juta umat Muslim tinggal di Eropa saat   ini: 3,2 juta di
Jerman, 2 juta di Inggris, 4-5 juta di Prancis,  dan selebihnya tersebar di
bagian Eropa lainnya, terutama di Balkan. Angka     ini mewakili lebih dari
2% dari keseluruhan jumlah penduduk Eropa.           
Dalam sebuah laporan yang didasarkan pada media masa ditahun 1999,
majalah Turki Aktüel menyatakan, para peneliti Barat memperkirakan dalam
50 tahun ke depan Eropa akan menjadi salah      satu pusat utama
perkembangan Islam. Islam adalah Bagian     Tak Terpisahkan dari Eropa.
Bersamaan dengan kajian sosiologis dan demografis ini, kita juga tidak boleh
melupakan bahwa Eropa tidak bersentuhan dengan Islam hanya        baru-baru
ini saja, akan tetapi Islam sesungguhnya merupakan bagian tak terpisahkan
dari Eropa. Eropa dan dunia Islam telah saling berhubungan dekat selama
berabad-abad. Pertama, negara Andalusia (756-1492) di Semenanjung Iberia,
dan             kemudian selama masa Perang Salib (1095-1291), memungkinkan
terjadinya hubungan timbal balik antara kedua  masyarakat itu.
Kini banyak pakar sejarah dan sosiologi menegaskan bahwa Islam
adalah pemicu utama perpindahan Eropa dari gelapnya Abad Pertengahan
menuju terang-benderangnya Masa Renaisans. Di masa ketika Eropa
terbelakang di bidang kedokteran, astronomi, matematika, dan di banyak
bidang lain, kaum Muslim memiliki perbendaharaan ilmu pengetahuan yang
sangat luas dan kemampuan hebat dalam membangun.
6. Islam di Amerika
Sejarah Islam di Amerika Serikat bermula sekitar abad ke 16,
dimana Estevánico dari Azamor adalah Muslim pertama yang tercatat dalam
sejarah Amerika Utara. Walau begitu, kebanyakan para peneliti di dalam

17
mempelajari kedatangan Muslim di AS lebih memfokuskan pada kedatangan
para imigran yang datang dari Timur Tengah pada akhir abad ke
19. Migrasi Muslim ke AS ini berlangsung dalam periode yang berbeda, yang
sering disebut "gelombang", sekalipun para ahli tidak selalu sepakat dengan
apa yang menyebabkan gelombang ini.
Populasi Muslim di AS telah meningkat dalam seratus tahun terakhir,
dimana sebagain besar pertumbuhan ini didorong oleh adanya imigran. Pada
2005, banyak orang dari negara-negara Islam menjadi penduduk AS - hampir
96.000 - setiap tahun dibanding dua dekade sebelumnya.
Masjid adalah tempat ibadah utama bagi seorang Muslim. Di AS, ada
sekitar 1.209 Masjid, dimana yang terbesar adalah Islamic Center of America
yang terletak di Dearborn, Michigan. Dibangun pada 2005, Masjid ini dapat
menampung lebih dari 3.000 jamaah yang terus tumbuh di wilayah itu. Hanya
kurang dari 100 unit yang benar-benar dari awal dirancang sebagai Masjid,
kebanyakan jamaah Islam di AS pada awalnya beribadah di bangunan-
bangunan yang semula didirikan untuk tujuan lain, seperti bekas stasiun
pemadam kebakaran, teater, gudang, dan toko. Jumlah Masjid terbanyak di AS
adalah di negara bagian California, yakni sekitar 227 unit pada tahun 2001.
Komunitas Muslim pertama berada di Midwest. Di Dakota Utara, kaum
Muslim berkumpul untuk salat berjamaah pada tahun-tahun pertama era 1900-
an; di Indiana, sebuah pusat kegiatan Islam dimulai sejak 1914; dan Cedar
Rapids, Iowa, adalah rumah bagi Masjid tertua yang masih digunakan hingga
sekarang. Daerborn, Michigan, dipinggiran Detroit, adalah tempat Muslim
Sunni dan Syiah dari banyak negara Timur Tengah. Bersama umat Kristen
dari Timur Tengah, kaum Muslim Michigan membentuk komunitas Arab-
Amerika terbesar di negara ini.
Rumah pertama yang lain bagi imigran Muslim adalah Chicago, Illinois,
dimana beberapa orang menyatakan jumlah Muslim yang tinggal disini pada
awal 1900-an adalah yang terbanyak di antara kota-kota lain di AS. Lebih dari

18
40 kelompok Muslim telah berdiri di kawasan Chicago. Di Los Angeles dan
San Fransisco, California, juga telah menjadi pusat komunitas Muslim yang
besar di AS. Islamic Center di California Selatan adalah salah satu entitas
Muslim terbesar di AS. Jumlah Masjid di California juga adalah yang
terbanyak di AS, yakni sekitar 227 Masjid pada tahun 20019

BAB III
ANALISIS KRITIS ASPEK MODERNITAS DAN
LAHIRNYA NEGARA ISLAM MODERN

Sztompka menjelaskan bahwa konsep modernisasi dalam arti khusus yang


disepakati teoritisi modernisasi tahun 1950-an dan tahun 1960-an, didefinisikan
dalam tiga cara, yaitu secara historis, relatif, dan analisis. Dalam kerangka definisi
historis, modernisasi biasa diartikan sebagai westerniasi, yaitu gerakan masyarakat
menuju ciri-ciri masyarakat Eropa Barat dan Amerika yang dijadikan model.
9
Maryamatul. 2016. Negara-Negara Islam Pada Periode Modern Serta Kondisi Politik,
Keagamaan dan Sosial. http://waralovelygaze.blogspot.com/2016/02/negara-negara-islam-pada-
periode-modern.html diakses pada tanggal 13 September 2020 pukul 21.00 WIB.

19
Pendekatan semacam ini sering terancam etnosentrisme yang sangat keliru.
Akibatnya negara-negara Timur mencontoh perilaku Barat, atau mengambil ide,
ilmu, dan teknologi yang dibawa oleh Barat. Maka terjadilah westenisasi
(pembaratan). Dalam dunia Islam, westernisasi dikembangkan oleh Mustafa Kamal
Attaturk (di Turki) yang melakukan westernisasi ekstrem dengan memenggal tradisi
yang berkembang. Juga cara berpikir yang dikembangkan oleh Sayyid Ahmad Khan
di India yang sangat berbau Barat dengan dikembangkannya filsafat hukum alam.
Pada dasarnya kondisi masyarakat di dunia Timur dan Islam belum mampu
melahirkan ide, ilmu, dan teknologi, tetapi perilaku sosialnya layaknya masyarakat
Barat, seperti cara berpakaian, hubungan sosial, pemikiran keagamaan, dan gaya
hidup. Setelah proses penjajahan dan westenisasi yang berjalan cukup lama, barulah
secara perlahan terjadi modernisasi, walaupun tidak lengkap. Untuk menghindari
etnosentrisme yang keliru, maka cara pendefinisian model kedua (yaitu cara relatif)
akhirnya dipakai. Modernisasi dalam pengertian ini diartikan sebagai upaya
menyamakan standar yang dianggap modern, baik oleh rakyat banyak maupun oleh
elit penguasa. Adapun cara definisi yang ketiga adalah cara analisis. Modernisasi
diartikan sebagai upaya melukiskan dimensi masyarakat modern dengan maksud
untuk ditanamkan dalam masyarakat tradisional atau masyarakat pramodern. Dalam
definisi dengan cara analisis ini biasanya memusatkan pada dua aspek, yaitu aspek
kultural dan aspek psikologi. Modernisasi secara kultural, menurut Neil Smelser
sebagaimana dikutip Sztompka, melukiskan modernisasi sebagai transisi
multidimensional dalam berbagai bidang, yaitu bidang ekonomi, bidang politik,
bidang pendidikan, bidang agama (sekularisasi), hukum keluarga, dan bidang
stratifikasi.10 Seluruh teori sosial modern dimaksudkan untuk mencari landasan
universal dan rasional untuk melakukan analisis dan kritik Modernisasi dan
Perubahan Sosial dalam Lintasan Sejarah Islam terhadap masyarakat modern.

10
Syamsul Bakhri. 2016. Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam. Surakarta: Kalimah Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta. Hlm 180.

20
Gerakan modernisasi Islam menurut Malek Bennabi muncul dalam dua wajah,
yaitu gerakan kelompok reformis dan modernis. Keduanya menjadi kekuatan utama
di komunitas umat Islam, baik dalam kaitannya dengan kehidupan umat Islam
maupun kehidupan internasional. Proses modernisasi di dunia Islam sudah dimulai
sejak abad ke-19 dengan tokoh-tokohnya seperti al-Tahtawi33 (1801-1873) di
Mesir, Jamaluddin al-Afghani34 (1839-1897), Sayyid Ahmad Khan35 (1817-1898)
di India, Muhammad Abduh36 (1849-1905) di Mesir, Rasyid Ridha (1865-1935),
dan lain-lainnya. Gerakan pembaruan awal ini lebih menfokuskan perhatiannya
pada persoalan keagamaan intern umat Islam, sehingga gerakan yang menonjol
adalah perbaikan sistem pendidikan dan reformasi teologi guna merumuskan ajaran-
ajaran Islam dalam pengertian-pengertian yang modern atau lebih dapat diterima
oleh orang-orang modern. Munculnya Negara-negara Islam modern salah satunya
yaitu Turki, Mesir, Iran, Afghanistan, India Islam di Eropa dan Islam di Amerika.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Modernisasi yang terlahir dari rahim peradaban Barat telah menyadarkan
umat Islam tentang arti penting Islam sebagai bagian dari sistem sosial. Islam
merupakan kekuatan sekaligus potensi besar dalam upaya membangun bangsa.
Oleh karena itu, Islam harus diperankan sebagai agen perubahan untuk
melakukan social mobility. Corak pemikiran Islam juga harus memiliki

21
paradigma pergerakan sosio-kultural dengan berupaya menampilkan sosok Islam
dalam kesadaran hidup sehari-hari.
Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu arah yang lebih
maju atau meningkat dalam berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa modernisasi adalah proses perubahan dari cara-
cara baru lebih maju, dimana dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Melalui pemikiran Islam sebagai kukuatan kultural ini, secara sosiologis
menunjukkan bahwa Islam akan dapat ditampilkan sebagai social salvation
(penyelamatan sosial). Upaya social salvation ini tampak dalam formulasi Islam
yang diketengahkannya yang memberikan perhatian utama perubahan sosial.
Dengan menempatkan Islam sebagai social salvation, maka agama ini akan lebih
dapat berperan sebagai agen perubahan.
Tahun 1970-an merupakan era baru di dalam pemikiran dan gerakan
Islam. Para intelektual aktivis berpendidikan modern hadir dalam pola baru yaitu
komitmen terhadap transformasi masyarakat Muslim, di samping pemikiran dan
gerakannya masih tetap dalam kerangka ideologi dan program yang bisa dikenali
sebagai murni berbasis tradisi Islam. Para intelektual-aktivis Muslim tahun 1970-
an, walaupun dalam berbagai hal memiliki perbedaan tetapi mereka memiliki
karakteristik penting yang sama, yaitu menyajikan sintesa pemikiran dan gerakan
Islam transformatif berbasis tradisi Islam yang kuat, di samping juga menjadi
aktivis dalam proses transformasi masyarakat Muslim. Peran para intelektual-
aktivis dekade ini cukup besar dalam membentuk kehidupan masyarakat Islam
kontemporer. Ismail Raji al-Faruqi (1921-1986) memunculkan gagasan
Islamisasi ilmu pengetahuan sebagai worldview Islam, dan telah banyak
memberi landasan gerakan kultural bagi kebangkitan Islam pada akhir abad 20.
Sebelumnya, pada tahun 1960-an Malek Bennabi (1905-1973) juga sudah
melakukan aktivitas pemikiran dan gerakan pemberdayaan masyarakat Muslim.
Yang menjadi persoalan peradaban adalah bagaimana menjelaskan kepada umat

22
Islam tentang urgensi dan signifikansi pemikiran keagamaan dalam memberikan
kekuatan kepada manusia untuk bangkit menciptakan dan membangun
peradaban. Kemajuan peradaban hanya dapat ditempuh ketika masyarakat
Muslim berpegang teguh pada Islam, yaitu Islam yang menggerakkan akal dan
perilaku etika dan yang muncul dalam sosok Islam sosial.

B. Rekomendasi

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca, menambahkan


ilmu pengetahuan dibidang terkait, semoga bisa sebagai ladang pahala juga bagi
Kami selaku penulis dan terimakasih kepada Bapak Dr. H. Ahamd Yani,M.Ag.
selaku dosen pengampu dalam Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam Modern
yang telah memberikan ilmunya kepada Kami sehingga Kami bisa menyusun
makalah ini.

Kami berharap dan bersedia menerima kritik dan saran yang membangun
untuk meningkatkan kembali kualitas makalah yang Kami buat baik dari segi
sistematika penulisan maupun isi materi yang disampaikan, baik kritik dan saran
yang diberikan oleh dosen maupun pembaca.

Lampiran

1. Daftar Pustaka
Abdulsyani. 1994. Sosiologi Sistematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hassan Hanfi. 2015. Studi Filsafat 1.Yogyakarta: LKIS Yogyakarta
M. Amin Abdullah. 2002. Studi Agama Normativitas atau Historisitas.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

23
Soekanto Sorjono. 1994. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Syamsul Bakri. 2016. Modernisasi dan Perubahan Sosial dalam Lintasan
Sejarah Islam. Surakarta: Journal Kalimah.
Sztompka, Piort, 2004. Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: Prenada.

Maryamatul. 2016. Negara-Negara Islam Pada Periode Modern Serta Kondisi


Politik, Keagamaan dan Sosial.
http://waralovelygaze.blogspot.com/2016/02/negara-negara-islam-pada-
periode-modern.html diakses pada tanggal 13 September 2020 pukul 21.00
WIB.

2. Biodata Penulis
1. Tri Mutia. Cirebon, 1 September 1999. SMKN 1 Kedawung. Blok Grewal RT
07 RW 03 Desa Setu Wetan Kec. Weru Kab. Cirebon. 088218788061
2. Putri Dwi Juliani. Ciamis, 29 juli 2000. SMAN 1 Rancah. Dusun Sitularang
Landeuh, Rt. 03 Rw. 02 Desa Situmandala Kecamatan Rancah Kabupatan
Ciamis Jawa Barat
3. Kiki Fitriani. Indramayu, 17 November 1999. MAN 1 Indramayu. Desa
Lobener Lor, Blok Kebon Kopi, Jl. Balas Graha, Kec. Jatibarang, Kab.
Indramayu. 0896-7874-1071

24

Anda mungkin juga menyukai