Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak-anak merupakan potensi berharga karena menentukan
keberlangsungan umat manusia selanjutnya. Banyak aspek yang berperan
dalam meningkatkan kehidupan seorang anak, tidak terkecuali bidang
pendidikan yang memberikan alat bagi individu untuk mengenal lebih
mendalam mengenai perkembangan anak.
Kemajuan yang signifikan dalam perkembangan fisik anak-anak akan
terus berlangsung pada tahun-tahun masa kanak-kanak menengah dan akhir.
Mereka akan tumbuh semakin tinggi, semakin berat, dan semakin kuat. Mereka
semakin terampil dalam menggunakan keahlian-keahlian fisiknya.
Tahun-tahun masa kanak-kanak menengah dan akhir membawa
banyak perubahan dalam kehidupan sosial dan emosional anak-anak.
Perkembangan konsep diri, emosi, penalaran moral, dan perilaku gender
mereka adalah signifikan. Perubahan dalam hubungan mereka dengan orangtua
dan teman sebaya juga terjadi, dan sekolah mengambil arti yang lebih
akademis.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil
rumusan masalah sebagai berikut:
1) Apa yang dimaksud dengan psikologi perkembangan?
2) Bagaimana ciri-ciri dan tugas perkembangan masa pertengahan dan akhir
anak-anak?
3) Bagaimana perkembangan fisik masa pertengahan dan akhir anak-anak?
4) Bagaimana perkembangan kognitif masa pertengahan dan akhir anak-anak?
5) Bagaimana perkembangan psikososial masa pertengahan dan akhir anak-
anak?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, dapat dijelaskan tujuan penulisan
makalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui pengertian psikologi perkembangan.
2) Untuk mengetahui ciri-ciri dan tugas perkembangan masa pertengahan dan
akhir anak-anak.
3) Untuk mengetahui perkembangan fisik masa pertengahan dan akhir anak-
anak.
4) Untuk mengetahui perkembangan kognitif masa pertengahan dan akhir
anak-anak.
5) Untuk mengetahui perkembangan psikososial masa pertengahan dan akhir
anak-anak.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikologi Perkembangan


Perkembangan adalah pola perubahan yang dimulai sejak pembuahan dan
terus berlanjut disepanjang rentang kehidupan individu. Sebagian perkembangan
melibatkan pertumbuhan, namun juga melibatkan kemunduran atau penuaan. 1
Psikologi perkembangan adalah bidang ilmu yang mempelajari proses
perubahan atau perkembangan individu sejak pembuahan sampai akhir hayat.
Objek dari psikologi perkembangan, seperti halnya pesikologi pendidikan,
psikologi sekolah, psikologi sosial, psikologi industry dan organisasi, dan lain-
lain.2

B. Ciri-ciri dan Tugas Perkembangan Masa Pertengahan dan Akhir Anak-


anak
1. Ciri Umum (Hurlock, 1980)
Orang tua umumnya menganggap masa ini merupakan usia yang
menyulitkan karena anak memasuki masa seperti berikut3:
a. Usia tidak rapih, karena anak tidak memperdulikan dan ceroboh dalam
penampilan, kamarnya berantakan, dan tidak bertanggung jawab dengan
pakaian.
b. Usia bertengkar karena anak sering bertengkar dengan saudara-
saudaranya.
c. Usia sekolah dasar, yaitu saat anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan
dan berbagai keterampilan.

1
Christiana, Hari, Soetjiningsih, Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai dengan Kanak-
kanak Akhir, (Depok: Prenadamedia Group, 2012), cet. 3, hlm 2.
2
Ibid, hlm. 1.
3
Ibid, hlm. 181.

3
d. Usia berkelompok, karena anak ingin diterima oleh teman-teman
sebayanya dan ingin menyesuaikan dirinya.
e. Usia kreatif, karena saat penentuan apakah anak menjadi pencipta karya
yang dan orisinil.
f. Usia bermain, pada masa ini anak mempunyai minat bermain yang
beragam.
2. Tugas Perkembangan Kanak-Kanak Akhir
Menurut Havighurst (Mokns dkk., 2001), tugas perkembangan pada
masa kanak-kanak akhir, yaitu4:
a. Belajar ketangkasan fisik
b. Membentuk sikap sehat terhada dirinya sendiri sebagai pribadi yang
sedang tumuh dan berkembang
c. Belajar peran jenis kelamin
d. Belajar bergaul dengan teman sebayanya
e. Mengembangkan kemampuan dasar dalam membaca, menulis, dan
menghitung.

C. Perkembangan Fisik pada Masa Kanak-Kanak Menengah dan Akhir


1. Perubahan yang Terjadi Pada Pertumbuhan Fisik, Otak dan
Perkembangan Motorik
Periode masa kanak-kanak menengah dan akhir melibatkan
pertumbuhan yang lambat dan konsisten. Masa ini adalah periodee tenang
sebelum terjadi pertumbuhan yang cepat pada masa remaja. Diantara
anspek-aspek penting dari pertumbuhan fisik dan proporsinya dalam masa

4
Christiana, Hari, Soetjiningsih, Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai dengan
Kanak-kanak Akhir, (Depok: Prenadamedia Group, 2012), cet. 3, hlm 182.

4
perkembangan tersebut adalah sistem yang berhubungan dengan rangka
tubuh dan otak, otak, serta perkembangan motorik.5
1. Sistem yang Berhubungan dengan Rangka Tubuh dan Otak
Selama tahun-tahun sekolah dasar, anak-anak mengalami
pertumbuhan rata-rata 5 hingga 8 cm pertahunnya, dan pada usia 11
tahun, rata-rata anak perempuan memiliki tinggi badan 145 cm dan rata-
rata anak laki-laki memiliki tinggi badan 142. Selama masa kanak-kanak
menengah dan akhir, anak-anak akan bertambah berat badan sekitar 2
hingga 3 kg pertahunnya.penambahan berat badan tersebut terjadi
terutama untuk memperbesar ukuran pada sistem yang berhubungan
dengan rangka tubuh dan otot, sebagaimana dengan ukuran beberapa
organ tubuh yang lain. Pertambahan kekuatan otot berhubungan dengan
keturunan dan gerak badan. Kekuatan anak juga meningkat menjadi dua
kali lipat selama tahun-tahun tersebut.
Perubahan proporsional merupakan salah satu di antara sekian
banyak perubahan fisik yang paling sering disebutkan pada masa kanak-
kanak menengah dan akhir (Kliegman dkk., 2007). Ukuran lingkar
kepala, lingkar pinggang, dan panjang kaki akan mengalami pengurangan
ukuran sehubungan dengan berat badan (Hockenberry & Wilson, 2009).
Perubahan fisik yang susah terlihat adalah tulang yang terus menerus
selama masa kanak-kanak menengah dan akhir.
2. Otak
Perkembangan teknik pencitran otak seperti pencitraan resonasi
magnetic telah membawa suatu peningkatan dalam penelitian mengenai
perubahan-perubahan pada otak selama masa kanak-kanak mengenah dan
akhir, serta nagaimana perubahan otak tersebut berhubungan dengan

5
John W. Santrock, Masa Perkembangan Anak, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), hal.
143.

5
kemajuan perkembangan kognitif.6 Salah satu perkembangan melibatkan
mielanasi yang memperbaiki kecepatan dalampemrosesan informasi dan
komunikasi dalam bagian otak yang lebih tinggi seperti pada korteks
serebgrum.
Volume total otak akan stabil pada masa kanak-kanak menengah
dan akhir, tetapi perubahan-perubahan signifikan pada berbagai bagian
otak dan strukturnya terus-menerus berlangsung. Khususnya, jalur-jalur
pada otak dan sistem sirkuitnya termasuk korteks prefrontal yang
merupakan tingkatan tertinggi pada otakakan terus menerus meningkat.
Kemajuan pada korteks prefrontal tersebut berhubungan dengan
meningkatnya perhatian anak, penalaran, dan control kognitif. Korteks
prefrontal mungkin mengatur fungsi dari bagian otak yang lain selama
masa perkembangan. Sebagai bagian dari peran control dan
pengorganisasian neural dan koneksi yang mencakup korteks prefrontal.
Menurut pendapat mereka, korteks prefrontal mengkordinasikan koneksi
neural terbaik untuk penyelesaian masalah yang ada.7
Seiring dengan berkembangnya anak-anak, aktivitas beberapa
bagian otak meningkat, sementara yang lain menurun. Perubahan aktifitas
dibarengi dengan peningkatan efisiensi pada pencapaian kognitif,
terutama pada control kognitif yang mencakup control yang fleksibel dan
efektif pada sejumlah area. Area-area tersebut meliputi mengontrol
perhatian, mengurangi pemikiran yang meggangu, menghambat tindakan
motoric, dan menjadi fleksibel dalam mengalihkan antara pilihan-pilihan
yang kompetitif (Munakata, 2006).

6
Ibid,. hal. 144.
7
John W. Santrock, Masa Perkembangan Anak, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), hal. 144.

6
3. Perkembangan Motorik
Selama masa kanak-kanak menengah dan akhir, perkembangan
motoric anak-anak menjadi lebih lancer dan lebih terkoordinasi daripada
ketika masa kanak-kanak awal. Misalnya, hanya satu di antara seribu
anak yang mampu memukul bola tenis melewati net pada usia 3 tahun,
namun pada usia 10 atau 11 tahun hamper semua anak dapat memainkan
olahraga. Ketika berhasl menguasainya, keahlian tersebut merupakan
sumber kesengan dan pencapaian yang lebih besar untuk anak. Dalam
keahlian motoric kasar yang melibatkan banyaknya aktivitas otot,
kemampuan amak laki-laki biasanya jauh di atas anak perempuan.
Ketika anak-anak bergerak menjalani tahun-tahun sekolah dasar,
mereka memperoleh control seluruh tubuh mereka dengan lebih baik dan
mampu duduk dalam jangka waktu lebih lama. Namun, anak-anak
sekolah dasar masih jauh dari kata matang secara fisik dan mereka harus
tetap aktif bergerak. Salah satu prinsip utama dalam melatih anak usia
sekolah dasar adalah anak harus terlibat dalam aktivitas yang aktif
daripada pasif.8
Anak menggunakan tangannya sebagai alat dengan lebih terampil.
Anak usia 6 tahun dapat menggunakan palu, menempel, mengikat tali
sepatu, dan mengenakan pakaian. Menginjak usia 7 tahun, tangan anak
sudah lebih kuat, anak akan lebih memilih menulis huruf cetak dengan
menggunakan pensil dibandingkan dengan menggunakan krayon. Pada
usia 8-10 tahun anak mampu menggunakan tangannya secara lebih
leluasa dengan lebih mudah dan berhati-hati. Pada usia 10-12 tahun anak
mulai menunjukan kemampuan manipulative yang nyaris serupa dengan
orang dewasa. Mereka mampu menguasai gerakan-gerakan yang

8
John W. Santrock, Masa Perkembangan Anak, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), hal.
145.

7
kompleks, cepat dan rumit untuk menghasilkan kerajinan tangan yang
berkualitas atau untuk memainkan bagian instrument music yang sulit.

D. Perkembangan Kognitif pada Masa Kanak-Kanak Menengah dan Akhir

Mengacu pada tahap perkembangan kognitil dari Piaget, maka anak pada
masa ini berada pada tahap operasional konkret yang berlangsung kira-kira usia
7-11 tahun. Konsep yang semula samar-samar dan tidak jelas, kini menjadi
konkret. Anak sudah mampu berpikir rasional dan melakukan aktivitas logis
tertentu, walaupun masih terbatas pada objek konkret dan dalam situasi konkret.
Anak telah mampu memperlihatkan keterampilan konversi, klasifikasi,
penjumlahan, pengurangan, dan beberapa kemampuan lain yang sangat
dibutuhkan anak dalam mempelajari pengetahuan dasar di sekolah. Cara
berpikirnya sudah kurang ego-sentris yang ditandai dengan desentrasi yang
besar, yaitu sudah mampu memerhatikan lebih dan satu dimensi dan juga
menghubungkan satu dengan yang lainnya. Menurut Piaget Santrock, 2007)
kemampuan lainnya sebagai berikut.
a. Konservasi, yaitu kemampuan anak untuk memahami bahwa suatu
zat/objek/benda tetap memiliki substansi yang sama walaupun mengalami
perubahan dalam penampilan. Ada beberapa macam konservasi seperti
konservasi jumlah, panjang, berat, dan volume.
b. Klasifikasi, yaitu kemampuan anak untuk mengelompokkan/
mengklasifikasikan benda dan memahami hubungan antarbenda tersebut.
c. Seriation, yaitu kemampuan anak untuk mengurutkan sesuai dimensi
kuantitatifnya. Misalnya sesuai panjang, besar, dan beratnya.
d. Transitivity, yaitu kemampuan anak memikirkan relasi gabungan secara logis.
Jika ada relasi antara objek pertama dan kedua, dan ada relasi antara objek
kedua dan ketiga, maka ada relasi antara objek pertama dan ketiga.

8
1. Karakteristik dari Pemrosesan Informasi pada Anak-anak
Selama masa kanak-kanak menengah dan akhir, sebagian besar anak
secara dramatis meningkatkan kemampuan mereka dalam mengendalikan
dan mempertahankan perhatian. Misalnya, perintah guru daripada perhatian
ke warna baju yang dikenakan oleh guru mereka. Perubahan lain dalam
pemrosesan informasi selama masa kanak-kanak menengah dan akhir
melibatkan memori, berfikir, dan metakognisi. Dalam hal ini akan dijelaskan
mengenai hal tersebut.
1. Memori
Memori jangka pendek akan sangat berkembang pada masa kanak-
kanak awal, namun setelah usia 7 tahun tidak aka nada perkembangan
yang terlalu berarti. Memori jangka panjang, jenis memori yang
cenderung bersifat permanen dan tidak terbatas yang akan terus
berkembang sesuai dengan usia selama masa kanak-kanak menengah dan
akhir. Dalam beberapa hal, peningkatan memori mencerminkan
peningkatan pengetahuan anak-anak dan peningkatan mereka pada
penggunaan strategi dalam memperoleh informasi (Schraw, 2006).9
2. Berfikir
Terdapat tiga aspek penting dalam berfikir, yaitu mampu berfikir
secara kritis, kreatif, dan ilmiah.10
a. Pemikiran Kritis
Meliputi berfikir secara produktif dan reflektif seperti
mengevalusia fakta. Menurut Ellen Langer (2005), kewaspadaan
merupakan sadar secara mental, dan fleksibel secara kognitif selama
menjalani aktivitas dan tugas sehari-hari dalam kehidupan,
kewaspadaan adalah aspke yang sangat penting dalam pemikiran

9
John W. Santrock, Masa Perkembangan Anak, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), hal.
193.
10
Ibid,. hal. 194.

9
kritis.. anak dan orang dewasa yang waspada mempertahankan
kesadaran yang aktif terhadap segala hal yang ada dalam lingkungan
mereka dan termotivasi untuk mencari pemecahan masalah yang
terbaik. Individu yang waspada memiliki gagasan baru, terbuka untuk
informasi baru dan selalu berpegang pada perspektif tunggal.
Kebalikannya, orang yang kurang waspada akan terperangkap dalam
gagasan-gagasan kuno, berprilaku secara otomatis dan berpegang pada
perspektif tunggal.
Jacquline dan Martin Brooks (2001) megatakan bahwa guru
terlalu sering meminta siswa untuk menceritakan kembali,
menjelaskan, menyatakan, dan menyebutkan daripada meminta siswa
untuk menganalisis, menarik kesimpulan, menghubungkan,
menyaring, mengkritik, mengevaluasi dan mempertimbangkan
kembali. Sebagian besar siswa berhasil dalam menyelesaikan tugas,
mengerjakan ujian dengan baik dan mendapat nilai yang baik, amun
mereka tidak pernah belajar untuk berfikir secara kritis dan mendalam
b. Pemikiran Kreatif
Anak yang kompeten secara kognitif tidak hanya mampu berfikir
secara kritis, namun juga kreatif. Pemikiran kreatif adalah kemampuan
untuk berfikir dengan cara yang baru dan tidak biasa
untukmenghasilkan solusi permasalahan yang unik.
Tujuan terpenting pembelajaran adalah membantu siswa menjadi
lebih kreatif. Guru harus memahami bahwa siswa akan menunjukan
kreativitas dalam beberapa bidang tertentu daripada bidang lain.
Misalnya, seorang siswa yang dapat berfikir secara kreatif dalam
matematika belum tentu dapat menunjukan hal yang sama pada bidang
seni.

10
c. Pemikiran Ilmiah
Terdapat perbedaan mencolok tentang cara berfikir anak dan
ilmuan. Anak lebih dipengaruhi oleh kemungkinan dari suatu even
dibandingkan pada pola secara keseluruhan, dan anak akan cenderung
memiliki teori kuno mereka tanpa memperhatikan bukti-bukti yang
ada. Anak mungkin mengalami sejenis senam mental dalam
percobaannya untuk menyatukan informasi baru yang tampaknya
bertentangan dengan anggapan mereka selama ini. Misalnya, setelah
mempelajari sistem tata surya, kadang anak akan menyimpulkan
bahwa ada dua bumi, bumi datar tempat tinggal selama iniserta bumi
yang bulat dan melayang di angkasa seperti yang dijelaskan oleh guru
mereka.
Anak juga memiliki kesulitan dalam merancang percobaan yang
dapat membedakan anatar sebab-sebab yang ada. Dalam hal ini,
mereka akan cenderung berat sebelah dengan hipotesis awal mereka.
Terkadang,mereka beranggapan bahwa hasil daripercobaan tersebut
mendukung hipotesis awal mereka meskipun ketika hasilnya justru
berlawanan. Jadi, walaupun ada kesamaan antara ilmuan dan anak
dalam hal keinginan serta jenis pertanyaan yang mereka pertanyakan,
terdapat pula perbedaan penting pada tingkatan ketia mereka dapat
memilah teori dan bukti serta dalam kemampuan mereka untuk
merancang percobaan yang bersifat konklusif.11
3. Metakognisi
Salah satu ahli dalam peikiran anak, Deanna Kuhn (1999),
mengemukakan bhawa sekolah harus lebih meluangkan waktu dan
perhatian untuk membantu siswa mengembangkan keahlian yang harus

11
John W. Santrock, Masa Perkembangan Anak, (Jakarta: Salemba Humanika,
2011), hal. 198.

11
mereka (dan juga yang lain) ketahui, agar siswa menjadi pemikir yang
lebih baik. Dengan kata lain, sekolahharus berbuat lebih banyak untuk
mengembangkan metakognisi yang merupakan kognisi mengenai kognisi
atau mengetahui tentang mengetahui.
Sebagian besar penelitian mengenai perkembangan diklasifikasikan
sebagai “metakognitif” yang terfokus kepada metamemori atau
pengetahuan mengenai memori. Mencakup pengetahuan umum seperti
mengetahui bahwa uji pengenalan lebih mudah daripada uji mengingat
kembali, kemampuan seorang ssiswa untuk memonitori apaah ia sudah
cukup belajar untuk ujian minggu depan. Mencakup pengetahuan
mengenai strategi, pemikiran yang baik akan secara teratur menggunakan
strategi dan perencanaan yang efektif untuk menacri penyelesaian
masalah.
2. Perubahan Perkembangan Bahasa pada Masa Kanak-kanak Menengah
dan Akhir
Pada masa sekolah ini anak menyadari bahwa bahasa merupakan alat
komunikasi yang penting untuk menyampaikan maksud, keinginan, dan
kebutuhannya kepada orang lain. Demikian pula anak menyadari bahwa
melalui komunikasi ia akan mengerti orang lain. Selain itu. berbicara sebagai
salah satu bentuk bahasa merupakan sarana penting untuk memperoleh
tempat dalam kelompoknya. Kosakata bertambah banyak dan sudah dapat
menguasai hampir semua jenis struktur kalimat. Isi pembicaraan sudah
bersifat sosial dan tidak egosentris lagi. Peningkatan kemampuan anak untuk
menganalisis kata-kata, menolong anak memahami kata-kata yang tidak
berkaitan langsung dengan pengalaman-pengalaman pribadi mereka. Ini
memungkinkan anak menambah kata-kata yang lebih abstrak ke dalam
perbendaharaan katanya.
Pada pendapat yang menyatakan bahwa masa masa kritis
perkembangan bahasa terjadi antara usia dua tahun sampai dengan masa

12
pubertas [11-12 tahun). Pada 1960, Eric Lenneberg menyatakan bahwa
penguasaan bahasa bergantung pada kematangan, dan periode kritisnya
antara usia 18 bulan sampai dengan akil balig.
1) Kosakata, Tata Bahasa dan Kesadaran Metalinguistik
Selama masa kanak-kanak menengah dan akhir, perubahan terajadi
dalam cara anak mengatur kosakata mental mereka. Ketika diminta untuk
mengatakan kata pertama yang muncul di dalam benak mereka ketika
mereka mendengar satu kata, biasanya anak yang lebih muda akan
menyebutkan kata selanjutnya yang biasanya mengikuti sebuah kata
dalam sebuah kalimat. Misalnya, ketika diminta merespon kata “anjing”,
anak akan berkata “menggonggong”, atau kata “makan”, mereka akan
berkata “bekal”. Pada usia 7 tahun, anak akan mulai merespon kata yang
sesuai dengan stimulus yang diberikan.
Proses ini akan menajdi lebih mudah ketika kosakata anak sudah
meningkat. Kosakata anak berjumlah sekitar 14.000 kata pada usia 6
tahun dan berkembang menjadi 40.000 kata pada usia 14 tahun.
Anak akan mengalami perkembangan yang serupa dalam tata
bahasa.12 Selama bertahun tahun sekolah dasar, perkembangan anak
dalam penalaran logis dan kemampuan analitis membantu mereka
memahami penggunaa perbandingan (lebih pendek lebih dalam) dan
bentuk-bentuk pengandaian (seandainya kamu adalah presiden..). selama
masa sekolah dasar, anak akan semakin mudah dalam memahami dan
menggunakan kata bahasa yang rumit seperti: The boy who kissed his
mother wore a hat. Mereka juga belajar untuk menggunakan bahasa
dalam cara yang lebih terhubung, menghasilkan percakapan yang
terhubung, menghubungkan kalimat satu dengan kalimat yang lain untuk

12
Chang, Dell,& Bock, 2006; Lust, 2007

13
mendekripsikan, mendefinisikan dan menceritakan secara lebih masuk
akal.
Kemajuan dalam kosakata dan tata bahasa selama tahun-tahun
sekolah dasar dibarengi degan perkembangan kesadaran metalinguistic
yang merupakan pengetahuan mengenai bahasa seperti tahu apa arti
preposisi atau kemampuan untuk mendiskusikan bunyi sebuah bahasa.
Anak-anak akan mengalami kemajuan dalam memhami bagaimana
menggunakan bahasa sesuai dengan budaya yang ada. Ketika menginjak
masa remaja, sebagaian besar anak paham dengan aturan-aturan
penggunaan bahasa dalam konteks sehari-hari yaitu yang pantas dan yang
tidak pantas dikatakan.
2) Membaca
Sebelum belajar membaca, anak belajar menggunakan bahasa untuk
berbicara mengenai hal-hal yang tidak ada; mereka belajar mengenai apa
itu kata; serta mereka belajar bagaimana mengenali bunyi dan membahas
tentang hal tersebut.13 Jika anak mengembangkan kosakata yang luas,
maka langkah mereka selanjutnya untuk membaca akan lebih ringan.
Anak yang memulai sekolah dasar dengan bekal kosakata yang tidak
banyak akan mengalami kesulitan ketika mereka belajar membaca.14
3) Pembelajaran Bilingual dan Bahasa Kedua
Pembelajar bahasa yang terlambat, misalnya remja dan orang
dewasa, kosakata baru lebih mudah dipelajari daripada bunyi atau tata
bahasa baru. Misalnya, kemampuan anak untuk dapat mengucapkan kata
dengan aksen yang mirip penutur aslinya dalam bahasa kedua akan terus
menurun seiring dengan berjalannya usia, dengan penurunan tajam
setelah usi 10-12 tahun. Selain itu, orang dewasa cenderung lebih cepat
mempelajari bahasa kedua, namun hasil akhir yang dicapai tidak akan

13
Berko Gleason, 2003
14
Ibid.

14
setinggi yang dicapai oleh anak-anak. Anak-anak cenderung kurang
sensitive dalam memberikan bahasa kedua dari sejumlah besar masukan.
Beberapa aspek dari kemampuan anak untuk mempelajari bahasa
kedua akan lebih mudah ditransfer ke dalam bahasa kedua itu sendiri
dibandingkan dengan yang lain.15 Evaluasi penelitian terkini
mengindikasikan bahwa dalam belajar membaca, kesadaran fonologis
berakar pada proses kognitif umum, sehingga akan lebih mudah ditransfer
antarbahasa; namun pemecahan kode bersifat lebih spesifik pada setiap
bahasa dan harus dipelajari kembali pada masing-masing bahasa.16

E. Perkembangan Psikososial pada Masa Kanak-Kanak Menengah dan Akhir


1. Karakteristik Perkembangan Emosional dan Kepribadian pada Masa
Kanak-kanak Menengah dan Akhir
1. Perkembangan Pemahaman Diri
Pada masa kanak-kanak menengah dan akhir terutama dari usia 8-
11 tahun, anak-anak semakin menggambarkan diri mereka dengan
karakteristik dan trait psikologis yang berlawanan dengan deskripsi diri
yang lebih konkrit pada anak-anak yang lebih muda. Anak-anak yang
lebih tua lebih mungkin untuk menggambarkan diri mereka sebagai
“popular, baik, bermanfaaat, bermaksa, cerdas dan bodoh”17
Selain itu, selama tahun-tahun sekolah dasar, anak-anak menjadi
lebih mungkin untuk mengenali aspek-aspek sosial dari diri. Hal tersebut
mencakup referensi untuk kelompok-kelompok sosial dalam deskripsi diri
mereka, seperti merujuk kepada diri mereka sebagai gadis pramuka,
sebagai seorang Islam atau seseorang yang memiliki dua teman dekat.

15
Pena & Bedore, 2009.
16
Bialystok, 2007.
17
Harter, 2006, hlm. 526.

15
Pemahaman diri anak juag meliputi peningkatan referensi untuk
perbandingan sosial. Pada titik tersebut dalam perkembangan, anak-anak
lebih mengikuti untuk membedakan diri mereka sendiri dari orang lain
dalam perbandingan daripada dalam istilah absolut. Artinya, anak-anak
sekolah dasar tidak lagi cenderung berfikir tentang apa yang mereka
lakukan atau tidak, tetapi cenderuung berfikir tentang apa yang dapat
mereka lakukan dalam perbandingan dengan orang lain.
2. Perkembangan Emosional
Anak-anak prasekolah menjadi lebih mahir dalam berbicara
megenai diri mereka sendiri dan emosi orang lain. Mereka juga
menunnjukan kesadaran akan kebutuhan untuk mengendalikan dan
mengelola emosi mereka untuk memenuhi standar sosial. Pada masa
kanak-kanak menengah dan akhir, anak-anak lebih megembangkan
pemahaman dan penagturan emosi diri.
Perubahan-perubahan perkembangan dalam emosi selama masa
kanak-kanak menengah dan akhir mencakup hal-hal berikut:
a. Meningkatkan pemahaman emosi. Misalnya, kebanggaan dan rasa
malu. Emosi tersebut menjadi kurang terikat denan reaksi orang lain;
mereka menjadi lebih dihasilkan oleh diri sendiri dan terintegrasi
dengan rasa tanggung jawab pribadi.
b. Meningkatkan pemahaman bahwa lebih dari satu emosi yang dapat
dialami dalam suatu situasi tertentu. Seorang murid kelas tiga
misalnya, mungkin menyadari bahwa mencapai sesuatu mungkin
melibatkan baik kecemasan maupun kegembiraan.
c. Meningkatkan kecenderungan untuk mengetahui peristiwa yang
menyebabkan reaksi emosional. Siswa kelas empat dapat menajdi
sadar bahwa kesedihannya hari ini dipengaruhi oleh kepindahan
temannya ke kota lain minggu kemarin.

16
d. Kemampuan untuk menekan atau menyembunyikan reaksi emosional
yang negative. Ketika salah seorang teman kelasnya menggangu,
seorang siswa kelas lima telah belajar untuk meredam kemarahannya
dengan lebih baik daripada yang biasanya ia lakukan.
e. Penggunaan strategi yang diprakasai diri sendiri untuk
memberitahukan perasaan. Oda tahun-tahun sekolah dasar, anak-
anak menjadi lebih mendekat mengenai kehidupan emosional mereka
dan semakin meningkatkan penggunaan strategi untuk mengendalkab
emosi mereka. Mereka menjadi lebih efektif dalam mengelola semosi
mereka seperti menghibur diri setelah mengalami kekecewaan.
f. Sebuah kapasitas untuk empati asli. Sebagai contoh, seorang siswa
kelas empat merasa empati terhadap orang yang berduka cita dan
mengalami sendiri kesedihan dari orang yang berduka cita tersebut.
3. Perkembangan moral
Piaget berpendapat bahwa anak-anak yang lebih muda ditandai oleh
moralitas heteronom, tetapi ketika berusia 10 tahun, mereka telah pindah
tahap yang lebih tinggi disebut moralitas otonom. Menurut Piaget, anak-
anak lebih tau mempertimbangkan niat dari individu, percaya bahwa
aturan-aturan dapat berubah, dan menyadari bahwa hukuman tidak selalu
mengikuti kesalahan.
Perspektif utama kedua mengenai perkembangan moral diajukan
oleh lowrence Kohlberg (1958, 1986). Tahap perkembangan kognitif
Piaget berfungsi sebagai landasan bagi teori Kohlberg, Kohlberg
menunjukan bahwa terdapat enam tahap perkembangan moral. Tahap
tersebut, ia berpendapat, bersifat universal. Menurut Kohlberg,
perkembanga dari satu tahap ke tahap lainnya ditingkatkan oleh
jesempatan untuk mengambil perspektif orang lain dan mengalami
konflik antara seseorang dengan tahap tertentu pemikiran moral dan
penalaran seseorang pada tahap yang lebih tinggi.

17
4. Gender
a. Stereotip Gender
Di masalalu, anak laki-laki menyesuaikan diri dengan baik
diharapkan menjadi independen, agresif dan kuat. Seorang anak
perempuan yang menyesuaikan diri dengan baik diharapkan menjadi
teragntung, nurturant dan tidak tertarik pada kekuasaan. Karakteristik
maskulin dianggap untuk menjadi sehat dan baik dalam masyarakat;
karakteristik feminism dianggap tidak menarik. Pemikiran tersebut
mencerminkan strereotip gender yang merupakan kategri yang luas
mencerminkan kesan dan keyakinan mengenai perempuan dan laki-
laki.
Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa anak-anak
membentuk streotip gender meningkat dari prasekolah hingga kelas
lima.18 Dalam studi tersebut, anak-anak prasekolah cenderung
memberikan stereotip boneka dan penampilan sebagai karakteristik
ketertarikan anak perempuan serta mainan dan perilaku (seperti
tindakan pahlawan dan memukul) sebagai wilayah anak laki-laki.
Selama masa kanak-kanak menengah dan akhir, anak-anak
memperluas jangkauan dan cakupan pembentukan streotip gender
mereka diberbagai bidang, seperti pekerjaan, olahraga, dan tugas
sekolah. Para peneliti juga telah menemukan bahwa streotip gender
anak laki-laki lebih kaku dibandingkan anak perempuan.19
b. Persamaan dan Perbedaan gender
Perbedaan disebabkan terutama karena faktor biologi, factor
sosio-kultural atau keduanya.
1) Perkembangan Fisik. Perempuan memiliki sekitar dua kali lemak
tubuh laki-laki, sebagian besar terkonsentrasi di sekitar payudara

18
Miler dkk., 2008
19
Rubel Martin, Berenbaum, 2006

18
dan pinggul. Pada pria lemak lebih cenderung terdapta pada perut.
Secara rata-rata, laki-laki tumbuh 10 persen lebih tinggi daripada
perempuan. Perbedaan fisik lainnya kurang jelas. Di antara
perbedaan yang ditemukan adalah:
 Otak perempuan lebih kecil daripada otak laki-laki, tetapi otak
perempuan memiliki banyak lipatan disebut konvolusi yang
memungkinkan jaringan permukaan otak dalam tengkorak
perempuan dibandingkan dengan laki-laki
 Salah satu bagian dari hipotalamus yang bertanggung jawab
atas perilaku seksual, lebih besar pada pria dibandingkan
dengan wanita
 Sebuah daerah lobus parietal yang berfungsi dalam
keterampilan visual-spasial, lebih besar pada laki-laki daripada
perempuan.
 Wilayah otak yang terlibat dalam ekspresi emosional
menunjukan lebih banyak aktivitas metabolis pada wanita
dibandingkan dengan laki-laki
2) Perkembangan Kognitif
3) Perkembangan Sosio-emosional. Salah stu perbedaan gender
paling konsisten adalah bahwa anak laki-laki secara fisik lebih
agresif dibandingkan dengan anak perempuan
4) Klasifikasi Peran Gender. Baru-baru ini, hal yang dapat diterima
bahwa anak laki-laki harus tumbuh menjadi maskulin dan anak
perempuan harus feminism. Namun, pada tahun 1970-an, karena
baik pria maupun wanita menjadi tidak puas dengan beban yang
dikenakan oleh peran streotip mereka, alternative kefeminiman
dan maskulinitas diusulkan. Alih-alih menggambarkan
maskulinitas dan kefeminiman sebagai sebuah kontinum ketika

19
lebih baik dari satu berarti kurang dari yang lain, diusulkan bahwa
orang dapat memiliki, baik sifat-sifat maskulin dan feminine.

2. Perubahan dalam Pengasuhan dan Keluarga pada Masa Kanak-kanak


Menengah dan Akhir
1. Perubahan-perubahan Perkembangan dalam Hubungan Orangtua-Anak
Ketika anak-anak pindah ke tahun-tahun masa kanak-kanak
menengah dan akhir, orang tua kurang menghabiskan waktu bersama
dengan mereka. Dalam sebuah penelitian orang tua menghabiskan waktu
kurang dari setengah waktu dengan anak-anak-anak mereka yang
berusia5-12 tahun dalam mengasuh, mengajar, membaca, berbicara, dan
bermain sperti anak-anak lebih muda usianya. Meskipun orangtua
menghabiskan lebih sedikit waktu dengan anak-anak mereka pada masa
kanak-kanak menengah dan akhir daripada ketika masa kanak-kanak
awal, orangtua tetap sangat penting dalam kehidupan anak-anak mereka.
Dalam sebuah analisis terbaru terhadap kontribusi orangtua pada masa
kanak-kanak menengah dan akhir, kesimpulan berikut ini dicapai:
“Orangtua berfungsi sebagai penjaga gawang dan menyediakan dukungan
ketika anak-anak mengambil tanggungjawab lebih untuk diri mereka
sendiri dan mengatur kehidupan mereka sendiri”.20
Orangtua memainkan peran yang sangat penting dalam mendukung
dan merangsang prestasi akademis anak-anak pada masa kanak-kanak
menengah dan dakhir. Selama masa kanak-kanak menengah dan akhir,
beberapa kendali dialihkan dari orangtua ke anak-anak. Proses tersebut
bertahap dan menghasilkan coreglation daripada mengendalikan, baik
oleh anak-anak maupun orangtua sendiri. Orangtua terus melakukan
pengawasan dan control umum, sedangkan anak-anak diizinkan untuk

20
Huston & Ripke, 2006, hlm. 422.

20
terlibat dalam waktu ke waktu regulasi diri. Pergeseran utama ke
mandirian tidak terjadi hingga sekitar usi 12 tahun atau lebih. Tugas
perkembangan utama ketika anakanak menuju pada kemandirian adalah
belajar untuk berhubungan dengan orang dewasa di luar keluarga pada
basis umum – orang dewasa yang berinteraksi dengan anak-anak secara
cukup berbeda daripada orangtua seperti guru.
Beberapa peran keluarga dalam pengasuhan anak adalah sebagai
berikut:
a. Pengasuhan dan pemeliharaan anak dimulai sejak pra konsepsi
pernikahan, maksudnya adalah ketika akan memilih pasangan yang
terbaik sesuai tuntutan agama.
b. Melakukan pengasuhan dan perawatan anak saat dalam kadungan,
setelah lahir, dan sampai masa dewasa serta membimbing anak
beragam menyembah Allah.
c. Memberikan pendidikan yang terbaik pada anak, terutama pendidikan
agama.
d. Mengusahakan kebahagiaan bagi anak dan menerima keadaan anak
apa adanya.
e. Mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak.
f. Mendisiplinkan anak dengan kasih sayang serta bersikap adil.
g. Memahami anak dengan segala aktivitasnya, termasuk pergaulannya.21
2. Orangtua sebagai Manajer
Orangtua dapat memainkan peran penting sebagai maanjer dari
kesempatan anak-anak sebagai pemantau perilaku mereka dan sebagai
inisiator dan pengatur sosial.22 Ibu lebih cenderung daripada ayah untuk
terlibat dalam peran manajerial dalam mengasuh anak. Di antara praktik
manajemen keluarga yang paling penting adalah menjaga sebuah keluarga

21
Rifa, Hidayah, Psikolog Pengasuhan Anak, (UIN Malang Press: Anggota IKAPI, 2009),
hlm. 21-25
22
Parke & Buriel, 2006

21
yang terstruktur dan teratur, seperti membangun rutinitas untuk PR, tugas,
makan, tidur dan seterusnya, serta pemantauan secara efektif perilaku
anak.
3. Perubahan yang Mencirikan Hubungan Teman Sebaya pada Masa
Kanak-kanak Menengah dan Akhir
1. Perubahan-perubahan Perkembangan
Ketika anak-anak memasuki tahun sekolah dasar, hubungan timbal
balik menjadi sangat penting dalam pertukaran teman sebaya. Para
peneliti memperkirakan bahwa persentase waktu yang dihabiskan dalam
interaksi soaial dengan teman sebaya meningkat dari 10% pada usia dua
tahun lebih menjadi 30% pada masa kanak-kanak menengah dan akhir.
Ketika anak-anak melalu masa kanak-kanak menengah dan akhir, ukuran
kelompok teman sebaya mereka meningkat dan interaksi teman sebaya
kurang dikendalikan secara lebi dekat oleh orang dewasa. Hingga sekitar
usia 12 tahun, presentasi anak-anak terhadap kelompok teman sebaya
yang berjenis kelamin Sama meningkat.
2. Status Teman Sebaya
Para ahli perkembangan membedakan status lima teman sebaya23 di
antaranya:
a. Anak-anak popular (popular children) sering dinominasikan sebagai
teman terbaik dan jarang tidak disukai oleh teman sebaya.
b. Anak-anak biasa (average children) menerima jumlah rata-rata, baik
nominasi positif maupun negative dari teman sebaya mereka.
c. Anak-anak terabaikan (neglected children) jarang dinominasikan
sebagai seorang sahabat, tetapi bukan tidak disukai oleh teman sebaya
mereka.

23
Wentzel, Asher, 1995

22
d. Anak-anak yang ditolak (rejected children) jarang dinominasikan
sebagai seorang sahabat dan secara aktif tidak disukai oleh teman
sebaya.
e. Anak-anak kontroversial (controversial children) sring dicalonkan,
baik sebagai sahabat terbaik maupun yang tidak disukai.
3. Teman
Seperti pertemanan orang dewasa, pertemanan anak-anak biasanya
dicirikan dengan adanya kesamaan. Selama kanak-kanak, teman menjadi
lebih sama dibandingkan dengan tidak sama dalam hal usia, jenis kelamin
dan banyak factor lainnya. Pertemanan anak-nak memberikan enam
fungsi persahabata, stimulasi, dukungan fisik, dukungan ego,
perbandingan sosial, kasih saying dan keintiman.
4. Perkembangan Sosial dan Emosial Anak dalam Konteks Sekolah
Bila pada masa kanak-kanak awal peran orangtua dan pengasuh
sangat dominan dalam perkembangan sosial-emosional anak, maka
Aviles, Anderson, dan Davila (2006) menyatakan bahwa perkembangan-
emosional pada masa kanak-kanak akhir dipengaruhi oleh lingkungan
rumah, masyarakat, dan sekolah.
Berkaitan dengan perkembangan sosial-emosional pada masa
kanak-kanak akhir, selain peran orangtua maka sekolah pada masa kanak-
kanak akhir, selain peran orangtua maka sekolah juga harus terlibat untuk
berperan karena anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya di
sekolah dibanding saat masa kanak-kanak awal (prasekolah). Pada masa
kanak-kanak akhir (6-12 tahun) merupakan masa anak memasuki sekolah
dasar. Ahli-ahli yang profesional seperti psikolog dan konselor sekolah
perlu dilibatkan untuk membantu guru merancang kegiatan-kegiatab yang
efektif untuk mengembangkan sosial-emosional anak.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa kanak-kanak akhir dimulai dari usia enam tahun sampai kira-kira
dua belas tahun atau sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara
seksual. Selama setahun atau dua tahun terakhir dari masa kanak-kanak terjadi
perubahan fisik yang menonjol dan hal ini juga dapat mengakibatkan perubahan
dalam sikap, nilai-nilai, dan perilaku. Menjelang periode ini anak
mempersiapkan diri secara fisik dan psikologis untuk memasuki masa remaja.
Anak pada masa ini digolongkan sebagai anak usia sekolah karena anak sudah
memasuki dunia sekolah yang lebih serius, walaupun pembelajaran di ekolah
tetap harus disesuaikan dengan dunia anak-anaknya. Masa ini juga ditandai
dengan perubahan dalam kemampuan dan perilaku yang membuat anak lebih
mampu dan siap untuk belajar dibandingkan sebelumnya.
Perkembangan motoriknya menjadi lebih halus dan terkoordinasi
daripada masa anak-anak awal. Keseimbangan badannya menjadi lebih baik,
demikian juga koordinasi mata dan tangan menjadi lebih baik yang dibutuhkan
dalam gerakan-gerakan membidik, menyepak, melempar, dan menangkap.
Sehingga anak senang melakukan kegiatan, antara lain latihan senam, olahraga,
berlari, melompat secara lebih baik. Oleh karena itu, anak di usia ini harus
terlibat aktif dalam kegiatan.
Pada masa ini, tahap-tahap penguasaan berbagai aktivitas fisik terlihat
jelas, berkaitan dengan keterampilan motorik kasarnya untuk pertama kalinya
anak mampu bersepeda tanpa bantuan siapapun.
Perkembangan emosi dan sosial adalah proses berkembangnya ke
mampuan anak untuk menyesuaikan diri terhadap dunia sosial yang lebih luas.

24
Pada masa ini, anak menjadi lebih peka terhadap perasaannya sendiri dan
perasaan orang lain. Mereka dapat lebih baik mengatur kspresi emosionalnya
dalam situasi sosial dan mereka dapat merespons tekanan emosional orang lain.
Hurlock ( 1980) mengemukakan bahwa masa ini sering disebut sebagai
usia berkelompok karena ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-
teman, meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota suatu
kelompok, dan akan merasa kesepian dan tidak puas bila tidak bersama dengan
teman-temannya. Anak ingin bersama dengan kelompoknya karena hanya dengan
demikian terdapat cukup teman untuk bermain dan berolahraga serta memberikan
kegembiraan. Hal ini berlaku baik untuk anak laki-laki maupun perempuan.

25

Anda mungkin juga menyukai